Oleh : Drs Humaidy, M.Ag
BANYAK sahabat yang memintaku untuk menulis tentang Syi’ah Ja’fariyah yang termasuk dalam 8 madzhab yang diakui oleh dunia Islam sebagai kelompok tak menyimpang. Mereka merasa belum mengenal sama sekali Syi’ah Ja’fariyah karena minimnya informasi dan tak sampainya buku-buku Syi’ah pada umumnya dan Syi’ah Ja’fariyah pada khususnya.SYAHRASTANI mengatakan dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal bahwa Syi’ah terpecah menjadi hampir sekitar 40 sekte dan ada 20 sekte yang masih lurus dari ajaran Islam. Di antaranya Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Ja’fariyah. Syi’ah Ja’fariyah yang disebut terakhir barusan dikenal pula sebagai Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi’ah Dua Belas Imam), karena mereka punya doktrin tentang Imam yang jumlahnya sebanyak dua belas orang.
Madzhab ini meyakini Nabi Muhammad Saw telah menetapkan dua belas orang Imam sebagai penerus risalah beliau. Mereka mempercayai bahwa Imam itu ma’shum (suci tak bernoda). Apa yang dikatakan dan dilakukan mereka tidak akan bertentangan dengan kebenaran karena mereka dijaga oleh Allah Swt dari perbuatan salah dan kelupaan. (Tim Penyusun: 2005:316).
Dengan demikian Imam-imam dipercayai sebagai manusia tanpa dosa. (Hadariansyah:2013: 46) Adapun nama-nama Imam yang berjumlah dua belas tersebut adalah Ali bin Abi Thalib (Amirul Mu’minin), Hasan bin Ali (Mujtaba), Husein bin Ali (Sayyidus Syahid), Ali bin Husein Zainal Abidin (Sajjad), Muhammad bin Ali Al-Baqir (Abdus Syakur), Ja’far bin Muhammad as-Shadiq (Qaim), Musa bin Ja’far Al-Kazhim (Abdus Shaleh), Ali bin Musa Ar-Ridla (Nurul Hidayah), Muhammad bin Ali Al-Jawad (Taqiy), Ali bin Muhammad Al-Hadi (Naqiy), Hasan bin Ali Al-Askari (Syafiy), dan Muhammad bin Hasan Al-Muntazhar (Mahdi). (Muhammad Hasan Adib: 1973: 8-25).
Menurut Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah, jabatan imamah berakhir pada Imam Muhammad Al-Muntazhar. Imam terakhir ini disebut juga sebagai Imam Mahdi. Sesudah Imam tersebut, tidak ada lagi Imam sampai hari kiamat. Imam Muhammad Al-Muntazhar yang terkenal pula sebagai Imam Mahdi ini diyakini belum mati sampai sekarang. Ia masih hidup, tapi tidak dapat dijangkau oleh orang awam.
Diyakini bahwa sementara ini, ia gaib (sembunyi), dan di akhir zaman nanti akan muncul kembali memimpin umat Islam. Terhentinya rangkaian imam-imam pada Muhammad Al-Muntazhar ini disebabkan ia tak meninggalkan keturunan. Ia, sewaktu masih kecil, hilang di dalam goa yang terdapat di Masjid Samarra (Irak).
Menurut keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, Imam ini menghilang buat sementara dan akan kembali lagi sebagai Imam Mahdi untuk langsung memimpin umat Islam, oleh karena itu, ia disebut Imam Muntazhar (imam yang dinanti) atau Imam Mustatir (imam tersembunyi). Selama masih bersembunyi ia memimpin umat Islam melalui pemimpin negara dan ulama Mujtahid Syi’ah.(Harun Nasution: 1986: 99)
Muncul pertanyaan mengapa Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dikenal juga sebagai Syi’ah Ja’fariyah ? Jawabnya karena dinisbatkan kepada Ja’far Shodiq bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Saw. Ia adalah imam urutan ke-6 dalam keyakinan kaum Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah.
Imam Ja’far Shodiq dilahirkan pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 80H/699M di Madinah. Ibunya bernama Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abubakar As-Shiddiq ra. (Ali Muhammad Ad-Dakhil: 1982: 428) Imam Ja’far Shodiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan kedokteran.
Para jumhur ulama berpendapat bahwa ia adalah seorang Mujtahid di dalam ilmu fiqih, guru dari Imam Hanafi dan Imam Maliki. Di dunia filsafat, ia terkenal sebagai filsuf besar Islam, menjadi guru dari Washil bin Atha’, pendiri aliran teologi Mu’tazilah yang rasional.
Di kalangan kaum sufi, ia adalah Syekh maha guru dan salah satu matarantai penting dari silsilah sanad hampir seluruh Tarekat yang mu’tabarah. Sementara di lingkungan pengetahuan kimia, ia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu kimia dalam peradaban Islam, salah seorang muridnya adalah Jabir bin Hayyan, ahli kimia dan kedokteran Islam.
Dalam tradisi fiqih Syi’ah, ia bisa disebut sebagai Bapak fiqih Syi’ah, karena sebagian besar masalah fiqih yang dibahas dalam fiqih Syi’ah bersumber atau mencerminkan pandangan-pandangannya. Hal ini, lantaran Imam Ja’far Shodiq saja yang paling mendapat kesempatan untuk membimbing umat Islam terutama kaum Syi’ah, sedangkan para Imam yang lain, jika tidak kena tahanan rumah, dipenjara, mereka dibatasi ruang geraknya untuk berhubungan dengan kaum muslimin.
Sementara, pada masa Imam Ja’far Shodiq, para penguasa Bani Umayyah sibuk menghadapi berbagai pemberontakan dan Bani Abbasiyah yang muncul sesudahnya, lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperkuat kekuasaan mereka yang masih baru, maka kesimpulan catatan tentang kata dan perilaku imam itu, didominasi oleh pernyataan-pernyataan dan pandangan-pandangan Imam Ja’far Shodiq.
Bagi Syi’ah, pintu ijtihad tidak tertutup, ulama-ulama Mujtahid Syi’ah sejak sesudah Imam ke-12 sampai kini, bebas mempraktekkan ijtihad. Sebut saja salah satu misal yakni akhir-akhir ini dunia dikejutkan oleh teori politik Wilayatul Faqih yang dikembangkan oleh Ayatullah Ruhullah Khumaini sebagai tawaran politik alternatif di tengah teori-teori politik yang mulai membusuk.
Terlepas dari setuju atau tidak setuju, munculnya teori brilian ini sendiri dari orang yang dipandang oleh kaum intelektual sebagai kaum tradisional menunjukkan adanya dinamika perkembangan yang pesat dalam dunia Syi’ah (Busyairi Ali: 2012: 38), terutama Syi’ah Ja’fariyah.
Namun dalam Syi’ah, tak boleh juga sembarang orang melakukan ijtihad. Ijtihad boleh dilakukan oleh siapa saja asal memenuhi syarat Mujtahid. Ulama Ja’fari mewajibkan bagi orang awam bertaqlid atau merujuk kepada ahlinya. Dalam urusan agama kaum awam harus merujuk kepada para Faqih atau seorang Mujtahid yang memenuhi syarat, yang antara lain; seseorang yang masih hidup, diakui kemampuan dan kredibilitas ijtihadnya, adil, ‘abid, taqwa, wara’, istiqamah, tidak cinta dunia dan tak melakukan dosa baik kecil maupun besar.
Syarat taqlid kepada Mujtahid yang masih hidup ini menuntut adanya orang-orang atau institusi yang terus-menerus memproduksi hasil ijtihad mengenai kebutuhan taqlid ini. Dari sini, lahirlah apa yang kemudian populer sebagai marja’iyyah.
Ulama-ulama yang dipilih oleh masyarakat sebagai tempat bertaqlid atau berittiba’ ini disebut marja’ (Imam Khumaini: 1982: 1316). Contoh zaman sekarang yang bisa menjadi marja’ adalah Ayatullah Uzhma Ali Khamenei (Iran), Ayatullah Uzhma Ali As-Sistani (Irak) dan Ayatullah Uzhma Husein Fadhlullah (Lebanon).
Secara tradisional, para marja’ ini langsung atau tidak langsung memiliki seperangkat tuntunan kehidupan beragama bagi para pengikut dan penganutnya, yang merupakan hasil ijtihadnya pada berbagai sisi kehidupan, dari persoalan ibadah mahdlah, mu’amalah sampai persoalan siyasah (politik). Seperangkat tuntunan beragama ini disebut sebagai Risalah Amaliyah.
Para muqallid atau penganut pandangan sang marja’, biasanya selain bertanya langsung kepada sang marja’ atau wakilnya dalam urusan agama yang mereka hadapi, akan merujuk ke Risalah Amaliyah yang dihimpun oleh sang marja’.
Contoh praktik ibadah dan mu’amalah khas Syi’ah Ja’fariyah yang berbeda dengan kaum Sunni adalah dalam salat ketika berdiri betul tidak bersedekap sebagaimana kaum Sunni, ditempat sujud diletakkan bungkusan pasir (terutama tanah Karbala); dalam puasa Ramadhan ketika musafir wajib berbuka sedangkan bagi Sunni boleh berbuka boleh terus puasa; dalam perkara hewan hidup di air terutama ikan, mereka mengharamkan jenis ikan tak bersisik (lele, baung, patin dan lain-lain), sedangkan Sunni menghalalkannya bahkan hingga bangkainya sekalipun.
Demikian, sekilas pandang perkenalan Syi’ah Ja’fariyah yang bisa kutampilkan, tegur sapa pembaca sangat kuharapkan.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/30/mengenal-syiah-jafariyah-apa-dan-bagaimana/
12 Imam Setelah Rasulullah Saaw Dalam Riwayat Ahlussunnah
Al – AHZAB : 33
اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ اْلبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Sesungguhnya Allah berkehendak mensucikan kalian wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sesuci-sucinya”
JUMLAH HURUF AYAT TATHIR
اِنَّمَا 4
يُرِيْدُ 4
اللهُ 4
لِيُذْهِب 5
عَنْكُمُ 4
الرِّجْسَ 5
اَهْلَ 3
اْلبَيْتِ 5
وَ يُطَهِّرَكُمْ 7
تَطْهِيْرًا 6
TOTAL 47
JUMLAH HURUF MANUSIA SUCI SESUDAH NABI SAAW
علي 3
فاطمة 5
حس 3
حسين 4
علي 3
محمد 4
جعفر 4
موس 4
علي 3
محمد 4
علي 3
حسن 3
محمد 4
TOTAL 47
Apakah Ayat Tathir ini suatu kebetulan belaka?, tidakkah ini menjadi penerang bahwa siapa sebenarnya yang seharusnya kita ikuti agar tidak tersesat selamanya …
Surah Al-Ahzab 33 atau ayat Tathir berbicara tentang kesucian Ahlul Bayt (Dalil Pensucian) dengan jumlah huruf 47, siapakah Ahlul Bayt menurut Surah tersebut?
SEGALA PUJI BAGI ALLAH , telah ditunjukan betapa Jumlah Huruf ayat Tathir = Jumlah Huruf Manusia Suci Sesudah Rasulullah Saaw
_______________________________________________________________________________
1. Ayat Tathir adalah Landasan bagi Imamah
Memandang pembahasan-pembahasan yang lalu bahwa hikmah ilahiah membuat Allah swt mengenalkan syarat terpenting bagi imamah (kesucian) dan orang-orang yang memiliki syarat terpenting itu secara langsung kepada masyarakat agar mereka tidak terjatuh ke dalam kesesatan. Untuk itulah, Allah swt menurunkan ayat tathir sebagai landasan untuk mengenalkan dan mengarahkan umat kepada Ahlulbait Rasulullah dan para imam suci.
Salah satu ayat yang menunjukkan kesucian Ahlulbait adalah ayat yang sangat populer, yang berbunyi, Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya.[4]
Ulama Syiah dan juga sebagian Ahlus Sunnah menjadikan ayat tersebut sebagai alasan atau argumen mengenai kesucian Ahlulbait. Sehubungan dengan ini, harus ditelaah beberapa persoalan.
Sebab Turunnya Ayat (sya’nun nuzul ayat) Ahlul Kisa
Tidak ada yang memperselisihkan bahwa ayat di atas diturunkan berkaitan dengan Rasulullah saw, Imam Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Kitab-kitab Syiah dan Ahlus Sunnah meriwayatkan tentang itu. Di antaranya adalah beberapa riwayat berikut ini.
1. Aisyah berkata, “Suatu pagi, Rasulullah saw keluar dari rumahnya dengan mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kain wol. Imam Hasan, Imam Husain, Fatimah, serta Ali diminta untuk masuk ke dalam jubah itu seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [5]
2. Ummu Salamah berkata, Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya turun di rumahku. Hari itu, Fatimah membawa sebuah tempat yang dipenuhi oleh makanan. Kemudian Rasulullah meminta Fatimah agar memanggil Ali, Hasan, serta Husain. Ketika semua sudah datang, Rasulullah mengajak mereka makan. Kemudian ayat tathir turun. Rasul menyelimuti mereka semua dengan aba’ah (semacam jubah) dari kota Khaibar dan sebanyak tiga kali Rasulullah berdoa, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlubaitku, jauhkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka.”[6]
3. Amer bin Abi Salamah berkata, “Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih bersihnya turun di rumah Ummu Salamah. Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kain seraya berkata, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlulbaitku, hapuskanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka.” Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah! Adakah aku juga bersama mereka?” Rasulullah berkata, “Tetaplah di tempatmu! Engkau juga baik.”[7]
4. Zainab berkata, “Tatkala Rasulullah saw menyaksikan rahmat Allah turun dari langit, beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang bisa memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain?” Aku menawarkan diri untuk memanggil mereka.” Zainab memanggil mereka. Ketika mereka sudah datang, Rasulullah saw menyelimuti mereka dengan aba’ah dan beliau sendiri masuk ke dalam aba’ah itu lantas Jibril turun dan membawakan ayat tathir.[8]
5. Shaddad-abi Amarah berkata, “Aku berkunjung ke rumah Watsilah bin Astqa’ bersama beberapa orang lainnya. Tak lama kemudian mereka (menggunjing Ali). Ketika mereka keluar, Watsilah membisiki telingaku, “Maukah aku ceritakan kepadamu suatu peristiwa yang aku saksikan dengan kedua mataku.” Aku menganggukkan kepalaku dan dia mulai mengisahkan apa yang disaksikannya, “Hari itu, aku berkunjung ke rumah Fatimah untuk menjumpai Ali. Sesampainya di rumah Ali, Fatimah mengatakan bahwa suaminya sedang bersama Hasan dan Husain pergi ke rumah Rasulullah. Kemudian aku menyusul mereka ke rumah Baginda Rasul. Di sana, aku menyaksikan Rasulullah mengambil tangan Hasan dan Husain untuk masuk bersama Ali. Kemudian Rasulullah mendudukan Ali dan Fatimah di sisinya serta mendudukkan Hasan dan Husain di atas pahanya (memangkunya). Kemudian beliau menyelimutkan kain ke atas mereka seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Kemudian beliau berkata, “Mereka adalah Ahlulbaitku dan Ahlulbaitku adalah lebih layak.”[9]
6. Abu Said Khudri mengatakan, “Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya diturunkan mengenai lima orang, yakni Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.” [10]
7. Dalam khutbahnya, Imam Hasan berkata, “Kami adalah Ahlulbait yang dalam firman Allah disebutkan, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya[11]
Memandang hadis-hadis yang disebutkan itu -banyak lagi contoh yang seperti itu- sya’nun nuzul ayat tathir adalah bahwa suatu hari, Rasulullah saw memanggil Imam Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain ke sisinya dan mereka duduk di atas permadani. Kemudian Rasulullah meletakkan kain atau aba’ah atau karpet kasar hitam dari Khaibar ke atas mereka. Kemudian turun ayat tathir dari Allah dan beliau membacakannya lalu berkata, “Ya Allah! Mereka adalah keluargaku. Maka sucikanlah kotoran dan kekejian dari mereka.”
Hadis tersebut populer dengan nama hadis kisa’ dan dinukilkan dalam berbagai ungkapan serta tercatat di dalam kitab Ahlus Sunnah dan Syiah.
Para Saksi Kejadian
Peristiwa Kisa’ merupakan salah satu peristiwa penting Rasulullah saw yang disaksikan sejumlah keluarga dekat, pembantu, dan para sahabat khusus beliau.
Mereka itulah yang meriwayatkan peristiwa tersebut. Sebagian dari mereka adalah sebagai berikut.
1. Rasulullah saaw merupakan tokoh pertama kejadian itu dan berkali-kali mengisahkannya kepada para sahabat.
2. Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari mereka. Imam Ali menceritakan peristiwa tersebut kepada banyak orang dan berhujah dengannya.
3. Imam Hasan adalah salah seorang dari mereka.
4. Aisyah, istri Rasulullah saaw, dalam sebuah hadis mengatakan, “Aku juga menyaksikan kejadian ini.”
5. Umar putra Abi Salamah yang merupakan hasil didikan rumah Rasulullah saw.
6. Zainab yang hidup di rumah Ummu Salamah.
7. Stauban yang merupakan budak yang dibebaskan oleh Rasulullah saw. Mengenai Stauban disebutkan bahwa dia senantiasa berada dengan Rasulullah, baik ketika Rasulullah berada dalam perjalanan maupun tidak.
8. Wastilah bin Asqa’ yang merupakan salah seorang abdi di rumah Rasulullah saw.
9. Ummu Salamah merupakan salah seorang istri Rasulullah saw yang seolah-olah peristiwa tersebut terjadi di rumahnya dan mengisahkannya kepada banyak orang.
10. Kelompok lain dari perawi hadis seperti Abul Hamra’, Anas bin Malik, Abu Sa’id Khudri, dan Ibn Abbas -meskipun tidak tentu bahwa orang-orang ini menyaksikan peristiwa yang sebenarnya, namun kemudian hari, mendengar kisah itu dari Rasulullah saw atau dari salah seorang saksi atau mereka melihat bahwa setelah peristiwa ini, Rasulullah saw untuk sekian lama melewati rumah Sayyidah Fatimah Az-Zahra dan memanggil penghuni rumah itu dengan sebutan Ahlulbait dan mengatakan, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[12]
Abul Hamra mengatakan, “Rasul saw selama enam bulan menghampiri pintu rumah Fatimah seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[13]
Abu Barzah mengatakan, “Selama tujuh belas bulan, aku shalat bersama Rasulullah saw dan manakala keluar dari rumah, beliau mengunjungi rumah Fatimah dan berkata, “Ash-shalatu alaikum”! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Setiap pagi, Rasulullah saw datang ke rumah kami dan berkata, “Semoga Allah merahmati kalian! Bangunlah dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [14]
Abu Said Khudri berkata, “Tatkala ayat Wa’mur ahlaka bish-shalat turun, Rasulullah saw selama sembilan bulan, setiap harinya, mendatangi pintu rumah Fatimah dan Ali seraya berseru, “Telah tiba saat shalat. Semoga Allah merahmati kalian. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”[15]
Untuk sekian lama, Rasulullah saw melanjutkan kebiasaan ini dengan tujuan pertamanya adalah beliau ingin menunjukkan bahwa perlakuannya itu bukan perkara biasa. Beliau ingin memberitahukan kepada para sahabatnya agar nanti tidak ada dari mereka yang berkata, “Peristiwa Kisa’ hanya pertemuan kekeluargaan biasa; kedua, beliau ingin menjelaskan siapa sebenarnya Ahlulbait sehingga nantinya tidak ada yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan untuk istri-istri Nabi saw; dan ketiga, beliau ingin agar para sahabatnya menceritakan hal ini kepada orang-orang lain.
_____________________________________________________________________________________________
NASH-NASH HADITS “AL-KISA” Menurut Ahlussunnah
Hadits “Al-Kisa” mengandung dua pengertian pokok yang amat besar dan penting. Yaitu:
- Pembuktian atau Dalil tentang kesucian “Ahlul-Bait” Rasulullah SAW
- Bahwa yang dimaksud “Ahlul-Bait” ialah Imam Ali bin Abi Thalib r.a., Fatimah Azzahra r.a., Al-Hasan dan Al-Husein radhiyallahu `anhuma.
Dibawah ini kami kutipkan Firman Allah SWT dan beberapa nash dari Hadits “Al-Kisa” :
اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.( الأحزاب/۳۳)ه
Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.
وَرُوِىَ اْلإِمَامْ أَحْمَدْوَالتُرْمُذِي عَنْ أُمِ سَلَمَةَ أَنَهُ لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعاَلَى: (اِنَّمَايُرِيْدُاللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً. الأحزاب/۳۳) أَدَارَالنَّبِي صلّى الله عليه وسلّم كِسَاءَهُ عَلَى عَلِي وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَقَالَ: (اَللٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً)ه
أحمد في المسند (١/٣٣١، ٣/۲٥۹، ۲۸٥، ٦/۲۹۲، ۲۹۷، ۳۰٤) والترمذي رقم (۳۲۰٥، ۳۷۸٦) في التفسير باب (ومن سورة الأحزب) وفي المناقب باب (مناقب أهل بيت النبي صلى الله عليه وسلم (٥/۳۲۸، ٦۲١) ورقم (۳۸۷۰ ) في (فضل فاطمة رضي الله عنها) وقال حديث حسن صحيح. والحاكم في المستدرك (۳/١٤٦). والطبراني في (( الكبير)) من عدة طرق (۳/٤٦-٥١) من رقم (۲٦٦۳–۲٦۷۲) ه
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Umi Salamah, sesungguhnya pada saat Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. Al Ahzab/33 ) Nabi SAW mengerubungkan (menutupi) kain Kisa` nya diatas Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husein RA. Dan beliau Nabi SAW berdo`a: (Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku. Karena itu hilangkanlah noda kotoran (ar-rijsa) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.)
قَلَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدِيْ وَعَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ وَالْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، فَجَعَلْتُ لَهُمْ خُزَيْرَةً، فَأَكَلُوْاوَنَامُوْاوَغَطَّى عَلَيْهِمْ كِسَاءً أَوْقَطِيْفَةً ثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً
Ummu Salamah r.a. berkata: pada suatu hari Rasulullah SAW berada ditempat kediamanku bersama Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein. Untuk mereka kubuatkan Khazirah (makanan terbuat dari tepung dan daging). Setelah makan mereka tidur, kemudian oleh Rasulullah SAW mereka diselimuti dengan kisa, atau kain sutera, seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”.
(Dari Hadits Zaid, dari Syahr bin Hausyab. Lihat Tafsir At-Thabariy: 22/6)
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: لَمَّا نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ ﴿ اِنَّمَايُرِيْدُالله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.﴾ دَعَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًاوَحُسَيْنًا، فَجَلَّلَ عَلَيْهِمْ بِكِسَاءٍخَيْبَرِيٍّ وَقَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، اَللّٰهُمَّ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَلَسْتُ مِنْهُمْ ؟ قَالَ: أَنْتِ إِلٰى خَيْرٍ
Ummu Salamah r.a. berkata: ketika turun ayat (Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya) Rasulullah SAW memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan husein, kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kisa buatan Khaibar seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, ya Allah, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Ummu Salamah bertanya: “Tidaklah aku termasuk mereka?”, Rasulullah SAW menjawab: “Engkau berada didalam kebajikan”.
(Dari Hadits Waki`, dari Abdulhamid bin Bahram, dari Syahr bin Hausyab, dari Fudhail bin Marzuq, dari `Athiyyah, dari Abu Sa`id Al-Khudriy, bersal dari Ummu Salamah r.a. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7)
قَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ زُمْعَةٍ: أَخْبَرَتْنِيْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ رَضِيَ الله ُعَنْهُمْ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ جَأَرَ إِلَى اللهِ تَعَالىٰ وَقَالَ: هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ. فَقَالَتْ أُمُّ
سَلْمَةَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، أَدْخِلْنِيْ مَعَهُمْ، قَالَ: إِنَّكِ مِنْ أَهْلِيْ
Abdullah bin Wahab bin Zam`ah mengatakan: Ummu salamah r.a. memberitahu kepadaku, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW mengumpulkan Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein r.a, kemudian ketiga-tiganya dimasukkan kedalam jubahnya, lalu beliau berdo`a mohon kepada AllAh SWT: “mereka Ahlul-Baitku”. Ummu Salamah berkata: “Ya Rasulullah, masukkanlah aku bersama mereka..” Rasulullah SAW menjawab: “Engkau termasuk keluargaku”.
(Dari Hadits Hasyim bin `Utbah bin Abi Waqqas, berasal dari Abdullah bin Wahab bin Zam`ah. Lihat Tafsir At-Thabraniy: 22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
قَالَ عُمَرُبْنُ أَبِيْ سَلْمَةَرَبِيْبُ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ أُمِّ سَلْمَةَ ” اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً” فَدَعَاحَسَنًا وَحُسَيْنًا وَفَاطِمَةَفَأَجْلَسَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَدَعَاعَلِيًّافَأَجْلَسَهُ خَلْفَهُ، فَتَجَلَّلَ هُوَوَهُمْ بِاالْكِسَاءِثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْرا.ً قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ: أَنَامَعَهُمْ؟ قَالَ: أَنْتِ عَلَى مَكَانِكِ أَنْتِ عَلَى خَيْرٍ
Umar bin Abi Salamah anak tiri Rasulullah SAW mengatakan, bahwa ayat “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian Ahlul-Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya“, turun kepada Rasulullah SAW dirumah Ummu Salamah, kemudian Rasulullah SAW memanggil Hasan, Husein dan Fatimah, lalu ketiganya diminta duduk didepan beliau. Beliau memanggil Ali lalu diminta duduk dibelakang beliau. Kemudian beliau bersama mereka menyelimuti diri dengan kisa seraya berucap: Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, maka hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata: apakah aku bersama mereka? Rasulullah SAW menjawab: engkau berada ditempatmu dan engkau memperoleh kebajikan.
(dari Hadits Muhammad bin Sulaiman Al-Ashbahaniy, dari Yahya bin Ubaid Al-Makky, dari `Atha bin Abi Rabbah, berasal dari Umar bin Abi Salamah. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
_____________________________________________________________________
Hadist Tsaqalain Menurut Ahlussunnah
Fatwa Al-Alim Al-Alamah Assayyid Al-Habib Hasan Bin Ali Bin Hasyim Bin Ahmad Bin Alwy Ba’agil Al-Alawy (Mufti Mazhab Syafi’i di Makkah Al-Mukarramah Wafat Tahun 1335 H.)
Jawaban Mengenai Hadits,”Aku tinggalkan pada kalian Ats-tsaqalain (dua pusaka), yaitu Kitabullah (Alqur’an) dan Keluargaku (yaitu) Ahli Baitku”.
Saya pernah ditanya mengenai hadits, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah (berpegang teguh kepada) keduanya; kitabullah (Alqur’an) dan ……..” apakah -kata penanya itu-hadits tsb shahih jika ditambah dengan kata-kata (akhirnya) ‘itraty wa ahli baity (keluargaku yaitu ahli Baitku) atau mungkin yang benar, wasunnaty (dan sunnahku). Dia berharap agar dapat menjelaskan sanad hadits tsb.
Sebenarnya, hadits yang tsabit dan shahih adalah hadits yang berakhir dengan wa ahli baity. Sedang yang berakhir dengan kata-kata wa sunnaty itu bathil (salah) dari sisi matan dan sanadnya. Berikut penjelasan mengenai sanad hadits tsb.
Hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya (IV: 1873 no. 2408 cetakan Abdul-Baqy) dari Sayyidina Zaid bin Arqam r.a. Dia berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. Pernah berdiri dihadapan kami seraya berkhutbah disuatu tempat (kebun) kosong diantara Makkah dan Madinah. Beliau saw memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. Lalu menasehati dan mengingatkan (ummatnya). Kemudian bersabda, “Amma ba’du (adapun sesudah itu), ingatlah wahai sekalian manusia, sesunguhnya aku ini hanya manusia biasa, hampir-hampir (sebentar lagi) akan datang utusan Tuhanku (yang akan memanggilku ke Hadhrat-Nya), maka akupun (pasti) mengabulkannya. Dan aku akan meninggalkan pada kalian dua pusaka. Pertama, Kitabullah itu dan peganglah teguh-teguh.” Beliau saw. Memerintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai Kitabullah dan mendorong untuk mengamalkannya. Kemudian beliau saw bersabda, “Dan Ahli Baitku (keluargaku)”
Itulah Lafadh atau redaksi Imam Muslim. Dan diantara perawi lain yang meriwayatkan dengan redaksi seperti itu ialah Al-Darimy dalam Sunan-nya (II : 431 – 432) dengan isnad shahih seperti (terangnya) matahari. Ada juga perawi lain yang meriwayatkan hadits tsb seperti redaksi Imam Muslim itu.
Sedang riwayat Imam Turmudzi terdapat kata-kata, wa ‘itraty ahli baity (dan keturunanku [yaitu] ahli baitku [keluarga rumahku]).” Dalam Sunan Turmidzi (V: 663 no. 3788), Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian apa yang jika kalian pegang (erat-erat) pasti kalian tidak akan sesat sudah aku (tiada). Salah satunya lebih agung dari pada yang lainnya, (yaitu) Kitabullah. Dia merupakan tali yang memanjang dari langit ke bumi. Dan keturunanku (yaitu) ahli baitku. Kedua pusaka itu tidak akan berpisah sehingga keduanya dapat mendatangkan haudh-telaga-kepadaku. Perhatikanlah (berhati-hatilah dan pikirkanlah) bagaimana kalian memperlakukan mereka sepeninggalku.”Hadits shahih.
Adapun kata-kata wa sunnaty (dan sunnahku), saya tidak meragukan ke-maudhu’-annya karena ke-dha’if-an sanadnya, dan faktor-faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kelemahannya.
_______________________________________________________________
Hadist 12 Imam Menurut Ahlussunnah
Dengan hadis Indzar kita akan mengetahui bahwa sejak awal kenabiannya Rasulullah saw telah memilih dan mengangkat Ali bin Abi Thalib (as) sebagai saudaranya, washi dan khalifahnya.
Allah swt berfirman:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الاْقْرَبِين
“Berilah peringatan kerabatmu yang terdekat” (Asy-Syu’ara’: 214),
Ketika ayat ini turun Rasulullah saw mengumpulkan tokoh-tokoh dari keluarga terdekatnya dan mengajak mereka agar masuk Islam. Kisah ini disebutkan dalam buku-buku sejarah Islam, kitab-kitab tarikh, sirah, tafsir dan hadis.
Dalam suatu riwayat disebutkan: Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Ketika ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengajakku dan bersabda: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mengingatkan kerabatku yang terdekat.” Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan keluarga terdekatnya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Ketika mereka berkumpul Rasulullah saw bersabda: “Wahai Bani Abdullah Muthallib, aku datang kepada kalian untuk menyampaikan dua kebaikan dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku untuk mengajak kalian pada kebaikan itu. Siapakah di antara kalian yang bersedia membantuku untuk urusanku ini, dan menjadi saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian?” Mereka yang hadir semuanya diam, tidak bersedia. Lalu aku (Ali), yang saat itu paling muda dari mereka, berkata: Ya Nabiyallah, aku bersedia menjadi pembantumu dalam urusanmu ini. Kemudian Rasulullah saaw memegang pundakku dan bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taatilah dia.” Kemudian mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib: Dia (Muhammad) menyuruhmu mendengar Ali dan mentaatinya. (Ma’alim At-Tanzil 4: 278-279).
Macam-macam Redaksi Hadis Indzar
Redaksi hadis Indzar bermacam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taati.”
Rasulullah saw bersabda:
“Siapakah yang akan berbaiat padaku untuk menjadi saudaraku, washiku, dan pemimpinmu sesudahku?” Kemudian aku (Ali) mengulurkan tanganku dan berkata: Aku mau berbaiat kepadamu. Lalu Rasulullah saw membaiatku.
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku demikian dan demikian.”
Mengapa dalam riwayat ini tidak disebutkan kalimat: Washiku dan khalifahku? Di sinalah terjadinya penyimpangan hadis Nabi saw oleh orang-orang tertentu.
Kisah dan Hadis Indzar dengan segala macam redaksinya terdapat dalam kitab:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, jilid 6, halaman 324-329, Darul Fikr, Bairut 1403.
2. Tafsir Ath-Thabari, jilid 19, halaman 74 dan 75, Darul ma’rifah, Bairut.
3. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6, halaman 168, Dar Thayyibah, Riyadh 1418 H.
4. Tafsir Ibnu Hatim, jilid 9, halaman 26-28; berbeda dengan cet Maktaba Nazzar Baz, Mekkah Mukarramah 1417 H.
5. Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 111, no: 885, Dar Ihya’ Turats Al-Arabi, Bairut 1414 H.
6. Sunan Al-Kubra, jilid 9, halaman 7, Darul Ma’rifah, Bairut.
7. Sunan An-Nasa’i, jilid 6, halaman 248. Dar Ihya’ Turats Al-Arabi.
8. Kanzul Ummal, jilid 13, halaman 131 dan 149, Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1405 H.
9. Majma’uz zawaid, jilid 8, halaman 113 dan 303.
10. Ta’rib At-Tahdzib, jilid 2, halaman 144.
11. Khashaish Amirul Mu’minin, halaman 86, cet Al-Ghura.
12. Minhaj As-Sunnah, jilid 7, halaman 302.
Para perawi hadis Indzar
1. Ibnu Ishhaq, penulis Sirah
2. Ibnu Jarir Ath-Thabari
3. Ibnu Abi Hatim Ar-Razi
4. Ibnu Mardawaih
5. Al-HafizhAbu Na’im Al-Isfahani
6. Al-Baihaqi
7. Ahmad bin Hanbal
8. An-Nasa’i
9. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad
10. Said bin Manshur, penulis Musnad
11. Al-Hafizh Abul Qasim Ath-Thabari, penulis Mu’jam Al-Awsath
12. Al-Hafizh Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
13. Al-hafizh Abu Ja’far Ath-Thahawi, penulis Musykilul Atsar.
14. Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, penulis Tafsir.
15. Al-Hafizh Al-Baghawi, penulis Tafsir.
16. Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-damsiqi, penulis Tarikh Damsiq.
17. Al-Hafizh Ibnu Atsir, penulis Al-Kamil fit Tarikh.
18. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Haitsami, penulis Majma’uz zawaid.
19. Al-Hafizh Adz-Dzahabi
20. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, penulis Ad-Durrul Mantsur.
21. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kansul Ummal.
Hadis tentang 12 imam menunjukkan bahwa pasca Rasulullah saw hanya ada 12 imam, amir atau khalifah. Tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Dari mana kita harus menghitungnya, ya dari pasca Rasulullah saw … Dan siapa saja orang-orangnya? Dan apa konsekuensi mengingkarinya?
Redaksi hadis ini bermacam-macam, mari kita telusuri:
Dalam Shahih Bukhari juz 4, kitab Ahkam disebutkan:
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam]
Dalam Shahih Muslim 4: 79 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata: aku bersama ayahku datang kepada Nabi saw, lalu aku mendengar beliau bersabda:
“Sungguh persoalan ini tidak akan tercapai sehingga ia berada di bawah kepemimpinan dua belas khalifah.” Kemudian beliau mengucapkan suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Lalu aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang diucapkan oleh beliau. Ayahku berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih Muslim 2, bab mengikuti suku Quraisy disebutkan:
Rasulullah saw bersabda:
“Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari golongan quraisy.” Di sini redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Islam selalu mulia di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari quraisy.”
“Persoalan manusia senantiasa berlalu di bawah kepemimpinan dua belas tokoh, semuanya dari suku Quraisy.”
“Agama ini akan selalu mulia dan terjaga di bawah kepemimpinan dua belas khalifah, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih At-Turmidzi, jilid 2:
“Islam akan selalu tegak di bawah kepemimpinan dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Musnad Ahmad bin Hanbal 1: 398 disebutkan:
Masyruq berkata: aku pernah duduk-duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, ia membacakan ayat Al-Qur’an kepada kami. Kemudian ada seseorang bertanya kepadanya: wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu pernah bertanya kepada Rasulullah saw berapa jumlah khalifah yang akan memimpin ummat Islam. Ibnu Mas’ud menjawab: ya, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda:
“Dua belas khalifah seperti jumlah pemimpin Bani Israil.”
Dalam redaksi yang lain:
Jabir bin Sammarah berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda dalam haji wada’:
“Agama ini akan selalu jelas bagi orang yang bermaksud padanya, dan tidak membahayakannya orang yang menentang dan menyerangnya, sehingga berlalu dari ummatku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.” (Musnad Ahmad 5: 89).
Dalam Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 11, pasal 2 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata bahwa Nabi saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 6: 160 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas khalifah.”
Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:
Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan para Imam kaum muslimin sesudahku adalah: pertama Ali, kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir, dan jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama dengan namaku, nama panggilannya sama dengan nama panggilanku, yaitu putera Al-Hasan bin Ali, di tangan dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan di bumi bagian timur dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib yang menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang hatinya telah Allah uji dalam keimanan.”
Kemudian Jabir bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah, apakah manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi saw menjawab: “Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh cahaya dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti manusia memperoleh manfaat dari cahaya matahari walaupun matahari itu tertutup oleh awan. inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah yang dirahasiakan, Allah merahasiakannya kecuali dari ahlinya.”
Hadis Tsaqalayn adalah hadis yang menegaskan bahwa umat Islam wajib berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Ahlul bait Nabi saw. Redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian, yang jika kalian bepegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat sesudahku: Al-Qur’an dan ‘Itrahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua khalifah: Al-Qur’an dan ‘Itrahku. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, kalian tidak akan tersesat sesudahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku. Maka janganlah kalian mendahului keduanya sehingga kalian binasa, jangan menganggap enteng keduanya sehingga kalian binasa, dan jangan mengajari mereka karena mereka lebih tahu dari kalian.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu jika kalian berpegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat sesudahku, yang satu lebih agung dari yang lain: Al-Qur’an adalah tali penyambung dari langit ke bumi dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Keduanya tidak akan terpisahkan sehingga keduanya kembali padaku di telaga surga, maka perhatikan bagaimana sikap mereka kepada keduanya sesudahku”
Hadis Tsaqalayn dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam:
1. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2, halaman 219; jilid 5, halaman 662 dan 663, no: 3786 dan 3788, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, Bairut.
2. Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 492, no: 1878; jilid 6, halaman 232, no: 21068, 21145, dan 244.
3. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109.
4. Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 1, halaman 194.
5. Al-Mathalib Al-‘Aliyah, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, no hadis: 1873.
6. Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani, jilid 3, halaman 62, no hadis: 2678; jilid 5, halaman 186-187, cet. Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi.
7. Mashabih As-Sunnah, jilid 4, halaman 190, no hadis: 4816, cet. Dar Ma’rifah, Bairut tahun 1407 H.
8. Jami’ul Ushul, jilid 1, halaman 278, no hadis: 66, cet. Darul Fikr, Bairut tahun 1403 H.
9. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 90, 231, 233, cet Darul kutun ilmiyah, Bairut tahun 1414 H.
10. Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 490, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1409 H.
11. Tafsir Ar-Razi, jilid 8, halaman 173.
12. Tafsir Al-Khazin, jilid 1, halaman 277, cet Darul kutub ilmiyah, Bairut tahun 1415 H.
13. Kitab As-Sunnah oleh Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 336, no: 754, cet. Al-Maktab Al-‘Arabi, Bairut tahun 1405 H.
14. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 165, cet. Darul kutun al-‘Arabi, Bairut tahun 1402 H.
15. Al-Jami’ush Shaghir bisyarhil Manawi, jilid 3, halaman 14.
16. Faydhul Qadir, jilid 3, halaman 14, syarah hadis ke 2631, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1391 H.
17. Jami’ul Ushul 1/ 277.
18. Sunan Al-Darimi 2/ 310
19. Sunan Al-Baihaqi 2/ 148
20. Al-Bidayah wan-Nihayah 5/ 209
21. Kasyful Astar 3/ 221
22. Tarikh Baghdad 8/ 443
23. Tarikh Ash-Shaghir 1/ 302
24. Al-Ishabah, Ibnu hajar 7/ 78, no: 4767
25. As-Sirah Al-Halabiyah 3/ 274.
Para Perawi hadis Tsaqalayn dari kalangan sahabat
1. Imam Ali bin Abi Thalib (as)
2. Imam Hasan bin Ali (as)
3. Abu Dzar Al-Ghifari
4. Salman Al-Farisi
5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
6. Abul Haytsim Ibnu An-Tihan
7. Hudzaifah Al-Yamani
8. Hudzaifah bin Asid Abu Syarikhah
9. Zaid bin Tsabit
10. Abu Said Al-Khudri
11. Khuzaimah bin Tsabit
12. Abdurrahman bin Auf
13. Thalhah
14. Abu Hurairah
15. Said bin Abi Waqqash
16. Abu Ayyub Al-Anshari
17. Amru bin Ash
18. Fatimah Az-Zahra’
19. Ummu Salamah Ummul mukminin
20. Ummu Hani (saudara perempuan Imam Ali as)
Para Perawi pasca sahabat:
1. Said bin Masruq Ats-Tsauri
2. Sulaiman bin Mahran Al-A’masy
3. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah
4. Muhammad bin Sa’d, shahibuth Thabaqat
5. Abi Bukar bin Abi Syaibah
6. Ibnu Rahawaih, shahibul Musnad
7. Ahmad bin Hanbal, shahibul Musnad
8. Abd bin Humaid, shahibul Musnad
9. Muslim bin Hujjaj, penulis Shahih Muslim
10. Ibnu Majah Al-Qazwini, shahibus Sunan
11. Abu Dawud, shahibus Sunan
12. At-Tirmidzi, penulis shahih Tirmidzi
13. Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad.
14. An-Nasa’i shahibush Shahih
15. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad
16. Ibnu Abi Ashim, penulis kitab As-Sunnah
17. Muhammad bin jarir, mufassir dan penulis Tarikh.
18. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam
19. Abul hasan Ad-Daraquthni Al-Baghdadi
20. Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
21. Abu Na’im Al-Isfahani
22. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan al-Kubra
23. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab
24. Al-Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad
25. Razin Al-Abdari, penulis Al-Jam’u bayna Ash-Shahhah As-Sunnah
26. Muhyissunnah Al-Baghawi, penulis Mashahihus Sunnah
27. Al-Qadhi ‘Iyad, penulis kitab Asy-Syifa’
28. Ibnu Asakir Ad-Damsiqi, penulis Tarikh Damsiq
29. Ibnu Atsir Al-Juzuri, penulis Usdul Ghabah
30. Fakhrur Razi, penulis Tafsir Al-Kabir
31. Abu Zakariya An-Nawawi, penulis syarah Shahih Muslim
32. Abul Hujjaj Al-Muzzi, penulis Tahdzibul Kamal
33. Syamsuddin Adz-Dzahabi, penulis kitab-kitab yang masyhur
34. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, pwnulis kitab Al-Mukhtarah
35. Ibnu Katsir Ad-Damsiqi, mufassir dan penulis Tarikh
36. Nuruddin Al-Haitsami, penulis kitab Majma’uz zawaid
37. Jalaluddin As-Suyuthi, penulis kitab-kitab yang terkenal
38. Syihabuddin Al-Qasthalani, pensyarah Al-Bukhari.
39. Syamsuddin Ash-Shalihi Ad-Damsiqi, murid As-Suyuthi, penulis Sirah An-
1. Nabawiyah.
40. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Asqalani.
41. Syamsuddin Ibnu Thulul Ad-Damsiki.
42. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Shawaiqul Muhriqah
43. Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
44. Ali Al-Qari Al-Harawi.
45. Al-Mannawi, pensyarah Jamiush Shaghir.
46. Al-Halabi, penulis Sirah.
47. Dahlan, penulis Sirah.
48. Manshur bin Nashib, penulis At-Tajul Jami’ lil-Ushul.
49. An-Nabhani, penulis terkenal.
50. Al-Mubarak Yuri, pensyarah shahih Tirmidzi.
____________________________________________________________________________________
Siapakah Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi
Nama 12 Imam Yang Disebutkan dalam Hadis Rasulullah (saww):
BAGIAN I
Selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman al Qunduzi al Balkhi al Hanafi, yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif dibalik semua itu..?
Apakah kebiasaan kaum pembenci Syi’ah yang suka menuduh seseorang yang banyak menulis keagungan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as) pada khususnya langsung mereka vonis sebagai Syiah..!? hal ini tak jauh beda dengan Ibn Abil Hadid seorang bermazhab Mu’tazilah yang mereka katakan Syiah..!
Kaum pembenci Syi’ah seharusnya sadar bahwa kedekilan otak mereka sampai detik ini bukanlah suatu yang asing, apakah mereka tidak malu dengan cara mereka yang suka menyembunyikan keterangan yang jelas bahkan terkadang memelintir sebuah riwayat atau membuangnya jika tidak sesuai dengan nafsu mereka..!?
Sayikh Sulaiman Al Hanafi adalah salah satu Mufti Agung Konstantinopel dan Ketua Kekhalifahan Utsmani, pusat Islam Sunni pada masanya. Sangat tidak masuk akal jika dikatakan beliau sebagai Syiah dan apakah logis orang Syiah menjadi mufti agung dalam kekahlifahan Ustmani tersebut..?? Sedangkan Ottoman sangat tidak suka dengan Syiah atau siapapun yang cenderung kepada Syiah..!
Bahkan sejarah tidak mencatat adanya pengusiran atau tuduhan kepada Syaikh Sulaiman al Hanafi pada saat penulisan kitab beliau yang agung yaitu Yanabiul Mawaddah, jika memang beliau seorang Syiah maka pemerintahan Ottoman pasti akan menyingkirkannya.
Pandangan Sunni tentang Syaikh Sulaiman Al Qunduzi Al Balkhi Al Hanafi
Dalam Kitab الأعلام :
“(Al Qunduzi) (1220-1270H) (1805-1863 M) Sualyman putra dari Khuwajah Ibrahim Qubalan Al Husaini Al Hanafi Al Naqshbandi al Qunduzi : Seorang yang shaleh, berasal dari Balakh, wafat di kota Qustantinya, ia memiliki kitab “Yanabiul Mawaddah” yang berisi tentang keutamaan Rasulullah dan Ahlul Baitnya”(الأعلام, j.3, h.125)
Link Download Kitab الأعلام / موافق للمطبوع :
Klik disini
Umar Ridha Kahalah mencatat dalam معجم المؤلفين :
Sulaiman Al Qunduzi (1220-1294 H) (1805-1877)
Sulaiman bin Ibrahim al Qunduzi al Balkhi al Husaini al Hasymi, seorang Sufi, kitabnya (karyanya) : Ajma al Fawaid, Musyriq al Akwan, Yanabiul Mawaddah….”(Muajam al Mualfiin, oleh Umar Ridha Kahalah, j. 4)
Link Download Kitab معجم المؤلفين / عمر رضا كحالة
Klik disini
Ulama Sunni Ismail Basya Al Baghdadi (اسماعيل باشا البغدادي) dalam هدية العارفين
Mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman ibn Khuwajah Qalan Ibrahim ibn Baba Khawajah al Qunduzi al Balkhi al Sufi Al Husaini, tinggal di Qustantinya, lahir pada tahun 1220 H dan wafat 1294″(Hidyat al Arifin, j.1, h. 408)
Download kitab هدية العارفين اسماء المؤلفين واثار المصنفين / موافق للمطبوع
Dalam ايضاح المكنون في الذيل على كشف الظنون
Ismail Basya Al Baghdadi juga mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman bin Khawaja Qalan Ibrahim bin baba Khuwaja Al Qunduzi al Balkhi al Sufi al Husaini. Dia tinggal di Qustantiya, lahir pada 1220 H dan wafat tahun 1294 H. Karyanya : Jama’ Al Fawa’id, Masyriq al Akwan, Yanabiul Mawadah mengenai karakteristik Rasulullah (saww) dan hadis dari Ahlul Bait”
Download kitab ايضاح المكنون oleh Ismail Basya Al Baghdadi
Yusuf Alyan Sarkys mencatat dalam معجم المطبوعات العربية, j.1 h.586 :
“Sulayman bin Khujah Qublan al Qunduzi al Balkhi. (kitabnya) Yanabiul Mawadah berisi Keutamaan amirul Mu’minin Ali”
Sangat aneh jika dikatakan bahwa Syaikh Sulayman yang bermazhab Hanafi ini di tuduh sebagai Syiah..! Kenyataannya beberapa ulama Sunni (Mazhab Hanafi) seperti :
1. Saim Khisthi al Hanafi dalam Musykil Kushah mengutip banyak Hadis dari Yanabiul Mawaddah yang disusun oleh Syaikh Sulaiman al Hanafi.
2. Dr. Muhamad Tahir ul Qadri (“Hub Ali” hal.28) mengacu pada Yanabiul Mawaddah ketika mengutip Hadis mengenai keutamaan Ahlul Bait (as).
3. Mufti Ghulam Rasul (Hasab aur Nasab, j.1 h.191, London) juga mengacu pada Yanabiul Mawadah ketika mengutip hadis keutamaan Ahlul Bait (as).
Jika memang Syaikh Sulayman Al Hanafi dikatakan Syiah oleh kaum pembenci Syi’ah lalu apakah beberapa ulama terkemuka Mazhab Hanafi yang disebutkan diatas begitu bodoh atau buta huruf hingga mereka mengutip catatan ulama Syi’ah bagi para pembaca Sunni…? Alasan paling dasar dibalik “pengecapan” dengan menyatakan figur yang sebenarnya Sunni sebagai Syiah oleh kaum Nawashib adalah karena ulama sejati seperti Syaikh Sulayman Al Hanafi dianggap berpihak kepada Syiah hanya karena banyak mencatat hadis Rasulullah (saww) yang mana riwayatnya banyak dianggap sesuai dengan keyakinan Syiah..!
BAGIAN II
Syaikh Sulayman Al Qunduzi Al Hanafi Mencatat Nama-Nama Para Imam Yang Harus Di ikuti Setelah Rasulullah Saww Dalam Kitabnya Yanabiul Mawaddah
Yanabiul Mawaddah (j.3, h.100-101) dan Yanabiul Mawaddah (j.3 h.284, Tahqiq oleh Sayyid Ali Jamali Asyraf Al Husayni), riwayat dari Jabir al-Anshari (ra) berkata :
Jundal bin Janadah berjumpa Rasulullah (saww) dan bertanya kepada beliau beberapa masalah. Kemudian dia berkata :
Beritahukan kepadaku wahai Rasulullah tentang para washi anda setelah anda supaya aku berpegang kepada mereka.
Beliau (saww) menjawab : “Washiku dua belas orang.”
Lalu Jundal berkata : “Begitulah kami dapati di dalam Taurat.”
Kemudian dia berkata : “Namakan mereka kepadaku wahai Rasulullah.”
Maka Beliau (saww) menjawab :
“Pertama adalah penghulu dan ayah para washi adalah Ali. Kemudian dua anak lelakinya Hasan dan Husain. Berpeganglah kepada mereka dan janganlah kejahilan orang-orang yang jahil itu memperdayakanmu. Kemudian Ali bin Husain Zainal Abidin, Allah akan mewafatkan (Ali bin Husain) dan menjadikan air susu sebagai minuman terakhir di dunia ini.”
Jundal berkata :
“Kami telah mendapatinya di dalam Taurat dan di dalam kitab-kitab para Nabi (as) seperti Iliya, Syibra dan Syabir. Maka ini adalah nama Ali, Hasan dan Husain, lalu siapa setelah Husain..? siapa nama mereka..?”
Bersabda(Rasulullah) saww :
Setelah wafatnya Husain, imam setelahnya adalah putranya Ali dipanggil Zainal Abidin setelahnya adalah anak lelakinya Muhammad, dipanggil al-Baqir. Setelahnya anak lelakinya Ja’far dipanggil al-Shadiq. Setelahnya anak lelakinya Musa dipanggil al-Kadzim. Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Ridha. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil al Taqy Az Zaky. Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Naqiy al-Hadi. Setelahnya anak lelakinya Hasan dipanggil al-Askari. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil al-Mahdi al-Qa’im dan al-Hujjah.
Beliau ghaib dan akan keluar memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana itu dipenuhi dengan kefasadan dan kezaliman. Alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bersabar semasa ghaibnya. Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bertaqwa terhadap Hujjah mereka. Dan mereka itulah orang yang disifatkan oleh Allah di dalam firmanNya “Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib.”(1) Kemudian beliau membaca “Maka sesungguhnya partai Allah itulah yang pasti menang.”(2) Beliau bersabda : Mereka adalah dari partai Allah (hizbullah).”
Riwayat seperti diatas tidak hanya satu dalam kitab Yanabiul Mawaddah, namun ini sudah cukup sebagai bukti bahwa nama para Imam Ahlul Bait telah dijelaskan oleh Rasulullah (saww) dan tercatat dalam Kitab Sunni sendiri.
[1]. Surah al-Baqarah (2) : 2-3
[2]. Surah al-Mai’dah (5) :56
*************************************************************************************
Jabir bin Abdillah berkata:”ketika ayat 55 dari surat Nisa turun yang menegaskan ”taatilah Allah, dan taatilah rasul, dan para pemimin dari kalian” aku bertanya pada rasul SAWW, “kami telah mengetahui tuhan dan rasulnya, namaun Ulil Amr yang wajib kita taati tersebut belum kami ketahui, siapakah gerangan mereka itu? Beliau bersabda:”mereka penggantiku, para Imam dan pemimpin sepeninggalku, yang pertama Ali, kemudian secara berurutan Hasan pura Ali, Husain putra Ali, Ali putra Al Husain, Muhammad putra Ali yang dalam Taurat dikenal dengan Baqirul Ulum, dan kamu pada suatu saat akan berjumpa dengannya, dan kapanpun kau menjumpainya sampaikanlah salamku padanya. Kemudian setelahnya secara urut Ja’far putra Muhammad, Musa putra Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan putra Ali, dan kemudian putranya yang nama dan kunyahnya (panggilan) sama dengan ku. Tuhan akan menjadikannya pemimin bagi dunia, dan ia akan tersembunyi dari pandangan dan penglihatan, dan ia akan gaib lama sekali. Sampai suatu saat di mana hanya ada orang-orang yang memiliki keiman yang kokoh, yang teruji dan mendalam akan keyakinan terhadap kepemimpinannya. [Muntakhabul Atsar, halaman 101.]
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam
Tepat sekali kalau pada kajian ini kita bawakan riwayat- riwayat tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam kitab-kitab standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku mendengar rasul bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu beliau melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari, jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81.]
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya masuk bersama ayah saya kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata, ‘Sesungguhnya urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’ Jabir berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata, ‘Semuanya dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Urusan manusia akan tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas orang.’ Dalam satu riwayat disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya dan terlindungi sampai dua belas khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”)
Muslim juga menukil dari Jabir bin samarah:”aku mendengar rasul SAWW bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai 12 orang. Kemudian beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda semuanya dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3.]
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir) berkata:”aku dan ayahku berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau bersabda:”agama ini akan memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3.]
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar rasul bersabda:”agama Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua belas orang khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua berasal dari Bani Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
Hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara’id al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160.] Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?” Rasulullah saaw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para Imam kaum Muslimin sepeninggalku nanti.
Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali,kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. ( Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi )
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama Al-Juwaini menukil sebuah riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan Umar berkata, ‘Ya Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’
Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan) ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia adalah saudaraku, wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan dialah wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya adalah cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian sembilan orang dari putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan. Al-Qur’an senantiasa bersama mereka, sebagaimana mereka selalu bersama Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan pernah berpisah hingga mereka menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram, bab 58, hadis ke-4.]
*************************************************************************
HADIS HADIS TENTANG 12 IMAM
Walaupun Muslim Syiah tidak menggunakan dasar-dasar keyakinan mereka dengan hadis-hadis yang biasa digunakan saudara mereka Muslim Sunni, namun ternyata hal itu pun tercatat pada banyak hadis-hadis Sunni. Yang sering saya herankan adalah tingkah “ustadz-ustadz” Anti Syi’ah yang sok tahu tentang keyakinan Muslim Syiah tanpa mempelajari terlebih dahulu apa yang mendasari keyakinan Muslim Syiah. Begitu pun terhadap muslim lainnya, dengan gegabah dan serampangan mereka melancarkan berbagai tuduhan dan fitnah keji. Seperti keyakinan atas 12 imam yang dianut Muslim Syiah, seharusnya mereka mengetahui bahwa hadis-hadis tentang 12 imam atau khalifah itu ternyata juga terdapat di dalam hadis-hadis Ahlus Sunnah yang diyakini berasal dari Rasulullah saw. Hadis-hadis ini terdapat diriwayatkan di dalam berbagai kitab Sunni seperti : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Tirmidzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal.
Jika mereka tidak mengetahui hal ini, mengapa begitu cepat dan mudahnya tuduhan-tuduhan keji dilemparkan kepada saudara Muslim mereka sendiri? Jika mereka mengetahui hal ini, bukankah berarti mereka telah menyebarkan kebohongan di antara umat Muslim lainnya? Kami berlindung kepada Allah Swt dari perbuatan-perbuatan semacam ini!
Sekarang kita lihat dari mana sebenarnya sumber pemikiran Muslim Syiah tentang 12 Imam berasal?
1. Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, ia berkata: Aku bersama ayahku menemui Rasulullah Saw, lalu aku mendengar beliau bersabda: “Sesungguhnya urusan ini tidak akan berakhir sebelum 12 orang khalifah (pemimpin) memerintah mereka.” Kemudian beliau berbicara dengan suara perlahan sehingga aku tidak dapat mendengarnya. Lalu aku bertanya kepada ayahku: Apakah yang beliau katakan? Ayahku menjawab: Semua khalifah itu berasal dari kaum Quraisy.
Memang ada perbedaan kata imam dan khalifah di sini, namun jika kita teliti ternyata kedua-duanya bermakna : pemimpin.
2. Dengan teks yang berbeda Muslim meriwayatkan di dalam Shahih-nya yang juga dari Jabir bin Samurah, yang mengatakan : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Islam akan tetap jaya sampai ada 12 khalifah.” Kemudian Rasulullah Saw mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Lalu aku bertanya kepada ayahku : Apa yang beliau katakan? Ayahku mengatakan : mereka (ke-12 khalifah) itu berasal dari kaum Quraisy.
3. Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqas yang mengatakan : Aku menulis (sebuah surat) untuk Jabir bin Samurah dan mengirimkannya melalui pelayanku, Nafi’, untuk meminta kepadanya (Jabir bin Samurah) agar memberitahu kepadaku sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. Dia (Jabir) menulis (surat jawaban) kepadaku : Aku telah mendengar Rasulullah Saw, pada Jumat malam, pada hari al-Aslami dihukum rajam sampai mati (karena berzina): (Rasulullah Saw bersabda) : Islam akan tetap tegak sampai Hari Kiamat, atau kalian akan diperintah oleh 12 khalifah, mereka semua berasal dari Quraisy…”
4. Juga diriwayatkan dari Jabir bin Samurah yang mengatakan : Aku pergi bersama ayahku menemui Rasulullah Saw dan kudengar beliau bersabda: Agama ini akan tetap bertahan, kokoh dan jaya sampai berlangsung 12 khalifah. Kemudian beliau menambahkan kata-kata yang tak dapat kutangkap karena suara berisik banyak orang. Lalu kutanyakan kepada ayahku: Apa yang beliau katakan? Ayahku menjawab: Beliau mengatakan semua khalifah itu berasal dari Quraisy.
5. Dengan teks yang hampir sama.
Musnad Ahmad No. 3593
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ فَ…قَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَلْ سَأَلْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ تَمْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ مِنْ خَلِيفَةٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ مُنْذُ قَدِمْتُ الْعِرَاقَ قَبْلَكَ ثُمَّ قَالَ نَعَمْ وَلَقَدْ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اثْنَا عَشَرَ كَعِدَّةِ نُقَبَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Telah menceritakan kepada kami [Hasan bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Al Mujalid] dari [Asy Sya’bi] dari [Masruq] ia berkata; Tatkala kami duduk-duduk bersama Abdullah bin Mas’ud, saat itu ia sedang membacakan Al Qur`an kepada kami, lalu seorang laki-laki berkata kepadanya; Wahai Abu Abdurrahman, apakah kalian pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam BERAPAKAH UMAT INI MEMILIKI KHALIFAH? [Abdullah bin Mas’ud] berkata; Tidak ada seorang pun yang menanyakan hal itu kepadaku sejak aku datang ke Iraq sebelum engkau, kemudian ia melanjutkan; Ya, kami pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, lalu beliau menjawab: “Sebanyak DUA BELAS orang seperti jumlah pemimpin bani Israil.”
Hadis-hadis yang diungkapkan di atas belumlah seluruhnya. Masih banyak hadis lainnya yang bernada serupa namun karena keterbnatasan waktu dan ruang di sini maka saya kira semua informasi itu sudah lebih dari cukup. Lalu pertanyaan saya : Apakah hadis-hadsi yang sedemikian banyak dan shahih ini tidak pernah dibaca oleh “ustadz-ustadz” Anti Syi’ah itu? Jika belum, maka saya sarankan mereka untuk lebih banyak memperdalam terlebih dahulu ketimbang berfatwa serampangan dan melakukan adu domba antar umat Islam. Ingatlah hadis Nabi Saw yang dirwayatkan oleh syaikhan : “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (al-Nammâm)”
6. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman 168
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada
12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang
tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
‘Semuanya dari golongan Qurays’”
(Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682; lihat juga Shahih
Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan 3397; juga
Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud,
Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad
al-Basyiryin, no. 19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan
20125)
7. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 4 (Syarh Nawawi)
Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini akan tetap berdiri
sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays, memerintah atas
kamu.” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
8. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw.
Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak akan
berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan
sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang
Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan
Qurays’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)
9. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw yang agung
bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12 Imam.” (Jabir
berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab,
‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
10. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 Imam dan
pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak
dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang
itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”
(Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no. 2149. Tirmidzi menulis
tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih, diriwayatkan oleh
Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip dari Jabir
dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab
al-Manaqib halaman 207 no. 3731)
11. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106
Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas khalifah untuk umat ini”
Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad mengutip hadits
tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang
berlainan dari Jabir.
(Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313, Musnad al-Basriyyin, no. 19944)
12. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309
“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.”
Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata,
“Allahu Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau
mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku,
‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’
jawabnya.”
Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan.
(Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr, 1334)Seperti sudah kita yakini bersama bahwa jika seseorang benar-benar memperdalam pengetahuan agamanya dengan cara yang benar, mestinya dia akan menjadi semakin arif dan semakin toleran terhadap pemikiran dan keyakinan orang lain. Namun jika seseorang “memperdalam” agamanya lalu dia menjadi sedemikian fanatik dan tidak toleran maka bisa dipastikan telah terjadi penyimpangan di dalam penanaman “pengetahuan”. Seperti yang saya ketahui, bahwa umumnya penyimpangan terjadi karena pengetahuan agama yag diajarkan tidak secara alami, yaitu dengan cara indoktrinasi atau brain-washing; atau dengan kata lain doktrin-doktrin “agama” dijejalkan secara paksa dan sistematis.
Akhirnya dari sebagian hadis shahih yang saya ungkapkan di atas dapat kita ketahui bahwa keyakinan 12 imam yang dianut oleh Muslim Syiah bukanlah berasal dari Yahudi maupun Nasrani seperti yang disebarkan oleh kaum Wahabi yang kita yakini adalah antek-antek AS dan Zionis Israel. Mereka inilah cikal bakal kaum teroris al-Qaeda yang tersebar di seluruh dunia. Mereka didoktrin, dicuci otak dan pikiran mereka dimanipulasi untuk menyebarkan teror dan adu domba antar kaum Muslim di dunia. Kita melihat sendiri bahwa hadis-hadis yang diungkapkan di atas adalah sabda-sabda Rasul Saw yang memang benar-benar terdapat di dalam literatur Islam. Akhirnya tulisan ini saya tutup dengan doa: semoga mereka, kaum Wahabi yang membaca tulisan ini segera merekonstruksi pemikiran mereka.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua!
Catatan kaki:
1. Hadis ini sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sering mengkaji hadis-hadis Bukhari Muslim, namun anehnya para “ustadz” Wahabi seolah-olah tidak pernah mendengar hadis ini sehingga dengan nekadnya mencerca Muslim Syiah bahwa mereka (Muslim Syiah) mengambil akidah 12 imam dari Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu saya persilahkan pembaca membuka kitab hadis :
– Shahih Bukhari, hadis no. 6682.
– Shahih Muslim, Bab Imarah, hadis no. 3393
– Al-Tirmidzi, hadis no. 2149
– Abu Dawud, Bab al-Mahdi, hadis no. 3731
– Ahmad bin Hanbal, Bab 5, hlm. 87, 90, 92, 95, 97, 99, 100, 101, 106, 107, 108.
Hadis di atas saya kutip dari situs Kerajaan Saudi yang bermazhab Wahabi dan insya Allah Anda bisa langsung mengkliknya :
http://hadith.al-islam.com/bayan/display.asp?Lang=ind&ID=1060
2. Kata al-khilafah bermakna al-niyabah ‘an al-ghayr atau pengggantian juga berarti : al-imamah al-‘uzhma atau kekhalifahan atau kepemimpinan yang agung. Lihat Kamus al-Munawwir hlm. 393, Catakan th. 1984. Contoh faktualnya adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang diangkat sebagai khalifah. Dan di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Inilah dia saudaraku, penerima wasiatku (al-washî) dan khalifahku (khalîfatî)…” Rujukan :
– Târikh al-Thabarî Jil. 2, hlm. 319, dan
– al-Kâmil fî al-Târikh li Ibni al-Atsîr
Jil. 2 hlm. 63.
Sementara itu dikalangan Muslim Syiah, Sayyidina Ali juga dianggap sebagai salah seorang dari 12 imam mereka.
3. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4480
4. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4483
5. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4482
6. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4481
7. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4477
8. Shahih Bukhari, Muslim, Abu dawud dan Tirmidzi dari sahabat Hudzaifah al-Yamani. Al-Dzahabi memasukkan dosa nammâm atau namîmah (mengadu domba) sebagai salah satu dari dosa-dosa besar. Lihat kitab al-Kabâir karangan Muhammad bin ‘Utsman al-Dzhaby.
*****************************************************************************************************
12 Imam Ahlul Bait Ada Dalam Al Qur’an
Dr. Majdi Wahbe as Syafi’i (Khatib al Azhar) berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran
Salah seorang pemerhati Agama Mesir dan Khatib Universitas al Azhar berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as).
Menurut kantor berita Abna, DR. Majdi Wahbe as Syafi’i berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang
dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as). Berita ini disebutkan dalam salah satu majalah berita Mesir dimana di situ dijelaskan: Tak diragukan lagi bahwa jumlah/angka dalam Al Qur’an itu memiliki dalil
tersendiri. Misalnya, kata “yaum” (hari) yang berjumlah 365 kali diulang dalam Al Qur’an menunjukkan bilangan hari selama satu tahun, demikian juga kata “syaher” (bulan) yang berulang sebanyak 12 kali menunjukkan bahwa selama 1 tahun itu terdapat 12 bulan.
Kemudian laporan itu melanjukan: Kata yang merupakan derivasi (pecahan)
dari “al imamah” (imam/kepemimpinan) juga berulang sebanyak 12 kali
dalam Al Qur’an yang bermakna 12 imam dimana berdasarkan riwayat yang dinukil
dari Nabi saw urutannya adalah dari Imam Ali (as), Imam Hasan (as) dan Imam
Husain serta mencakup 9 Imam dari keturunan Imam Ketiga.
Dua belas (12) Ayat Al Quran yang mencakup kata “imam dan
imamah”, yaitu:
– سورة البقرة، الآية 124: {وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ
بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ
عَهْدِي الظَّالِمِين}.
2- سورة
التوبة، الآية 12: {وَإِن نَّكَثُواْ أَيْمَانَهُم مِّن بَعْدِ عَهْدِهِمْ
وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُواْ أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنتَهُونَ}.
3- سورة هود،
الآية17: {أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ
مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إَمَاماً
وَرَحْمَةً أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ
فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن
رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ }.
4- سورة
الاسراء، الآية70: {يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَـئِكَ يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ
وَلاَ يُظْلَمُونَ فَتِيلا}.
5- سورة
الانبياء، الآية 72: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِين}.
6- سورة القصص،
الآية 5: {وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الاَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ
الْوَارِثِين}.
7- سورة الحجر،
الآية 79: {فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ
مُّبِينٍ }.
8- سورة
السجدة، الآية 24: {وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}.
9- سورة يس،
الآية 12: {إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ
مُبِينٍ }.
10- سورة
القصص، الآية 41: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنصَرُون}.
11- سورة
الفرقان، الآية 74: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}.
12- سورة
الأحقاف، الآية 12: {وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً
وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ
ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}.
Yang menarik Khatib Masjid al Azhar ini juga membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul Bait –sebagaimana yang termaktub dalam surah al Ahzab, ayat 33 itu hanya 5 orang (yaitu Rasul saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) dan sama sekali tidak
mencakup istri-istri Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan sendiri oleh Ummu Salamah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam hadisnya yang terkenal dengan “hadis kisa”. (Kisa berarti kain penutup). Beliau menyatakan bahwa kata kisa’ pun lima kali disebutkan dalam al Quran, yaitu:
1- سورة البقرة، الآية 233: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ
أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ
بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير}.
2- سورة
البقرة، الآية 259: {أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى
عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ
اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً
أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ
وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً
لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ
أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير}.
3- سورة
المائدة، الآية 89: {لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ
وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ
عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ
يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا
حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون}.
4- سورة
المؤمنون، الآية 14: {ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا
الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِين}.
5- سورة
النساء، الآية 5: {وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ
اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ
وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا}.
Muhammad Rasulullah , Imam Ali, Sayyidah Fathimah az Zahra, Imam Hasan, Imam Husayn a.s.
__________________________________________________________________________
Pendapat Ulama Sunni Tentang 12 Pemimpin
BAGIAN I
Hadis 12 Pemimpin
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam]
BAGIAN II
Pendapat Para Ulama Sunni
Ibn Arabi
…فعددنا بعد رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم اثني عشر أميرًا، فوجدنا أبابكر، عمر، عثمان، عليًّا، الحسن، معاوية، يزيد، معاوية بن يزيد، مروان، عبد الملك بن مروان، الوليد، سليمان، عمر بن عبد العزيز، يزيد بن عبدالملك ، مروان بن محمد بن مروان، السفّاح،… وبعده سبعة وعشرون خليفة بن بني العبّاس. وإذا عددنا منهم اثني عشر انتهي العدد بالصّورة إلي سليمان بن عبد الملك. وإذا عددناهم بالمعني كان معنا منهم خمسة، الخلفاء الاربعة، وعمر بن عبد العزيز.
ولم أعلم للحديث معني. ابن العربيّ، «شرح سنن التّرمذيّ» 9: 68 ـ 69
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (sawa) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut: Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid, Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan, As-Saffah… Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini. [Ibn Arabi, Syarh Sunan Tirmidzi, 9:68-69]
Qadi Iyad Al-Yahsubi
قال: إنّه قد ولي أكثر من هذا العدد. وقال: وهذا اعتراض باطل لانّه صلّى الله عليه [وآله] وسلّم لم يقل: لايلي الاّ اثنا عشرخليفة؛ وإنّما قال: يلي. وقد ولي هذا العدد، ولايضرّ كونه وُجد بعدهم غيرهم. النوويّ: «شرح صحيح مسلم» 12: 201 ـ 202. ابن حجر العسقلانيّ: «فتح الباري» 16: 339
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi. [Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 12:201-202; Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]
Jalaludin as-Suyuti
إنّ المراد وجود اثني عشر خليفة في جميع مدّة الاسلام إلي يوم القيامه يعملون بالحقّ وإن لم تتوال أيّامهم…وعلى هذا فقد وُجد من الاثني عشر خليفة الخلفاء الاربعة، والحسن، ومعاوية، وابن الزّبير، وعمر بن عبد العزيز، هؤلاء ثمانية. ويحتمل أن يُضمّ إليهم المهتدي من العبّاسيّين، لانّه فيهم كعمر بن عبد العزيز في بني أُميّة. وكذلك الطاهر لما اوتي من العدل، وبقي الاثنان المنتظران أحدهما المهدي لانّه من آل بيت محمّد صلّي الله عليه [وآله] وسلّم. السّيوطي: «تاريخ الخلفاء»: 12. ابن حجر الهيثميّ: الصّواعق المحرقة: 19
Hanya ada dua belas Khalifah sampai hari kiamat. Dan mereka akan terus melangkah dalam kebenaran, meski mungkin kedatangan mereka tidak secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas itu, 4 adalah Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair, dan akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz yang (berasal dari) Bani Umayyah. Dan Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil. Jadi, masih dua lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia berasal dari Ahlul Bait Nabi (as).” [Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Halaman 12; Ibn Hajar al-Haytami, Al-Sawa’iq al-Muhriqa Halaman 19]
Ibn Hajar al-’Asqalani
لم ألق أحدًا يقطع في هذا الحديث، يعني بشيء معيّن؛ فانّ في وجودهم في عصر واحد يوجد عين الافتراق، فلايصحّ أن يكون المراد. ابن حجر العسقلانيّ، «فتح الباري» 16: 338 ـ 341
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan. [Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]
Ibn al-Jawzi
وأوّل بني أُميّة يزيد بن معاوية، وآخرهم مروان الحمار. وعدّتهم ثلاثة عشر. ولايعدّ عثمان، و معاوية، ولا ابن الزّبير لكونهم صحابة. فإذا أسقطناهم منهم مروان بن الحكم للاختلاف في صحبته، أو لانّه كان متغلّبًا بعد أن اجتمع النّاسعلى عبد الله بن الزّبير صحّت العدّة…وعند خروج الخلافة من بني أُميّة وقعت الفتن العظيمة والملاحم الكثيرة حتّى استقرّت دولة بني العبّاس، فتغيّرت الاحوال عمّا كانت عليه تغيّرًا بيّنًا. ابن الجوزيّ ، «كشف المشكل» ، نقلاً عن ابن حجر العسقلانيّ في «فتح الباري» 16: 340، عن سبط ابن الجوزيّ.
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat Nabi (s). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah total. [Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]
Al-Nawawi
ويُحتمل أن المراد [بالائمّة الاثني عشر] مَنْ يُعَزُّ الإسلام في زمنه ويجتمع المسلمون عليه.
النوويّ، «شرح صحيح مسلم» 12: 202 ـ 203
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan menyebabkan agama menjadi mulia.[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]
Al-Bayhaqi
وقد وُجد هذا العدد (اثنا عشر) بالصفة المذكورة إلي وقت الوليد بن يزيد بن عبد الملك. ثمّ وقع الهرج والفتنة العظيمة…ثمّ ظهر ملك العبّاسيّة…وإنّما يزيدون على العدد المذكور في الخبر إذا تركت الصفة المذكورة فيه، أو عُدَّ منهم من كان بعد الهرج المذكور فيه.
ابن كثير: «البداية والنّهاية» 6: 249؛ السّيوطيّ، «تاريخ الخلفاء»:11
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.” [Ibn Katsir, Ta’rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-KhulafaHalaman 11]
Ibn Katsir
فهذا الّذي سلكه البيهقيّ، وقد وافقه عليه جماعة من أنّ المراد بالخلفاء الاثني عشر المذكورين في هذا الحديث هم المتتابعون إلي زمن الوليد بن يزيد بن عبد الملك الفاسق الّذي قدّمنا الحديث فيه بالذّمّ والوعيد، فانّه مسلك فيه نظر…فان اعتبرنا ولاية ابن الزبير قبل عبد الملك صاروا ستّة عشر، وعلى كلّ تقدير فهم اثنا عشر قبل عمر بن عبد العزيز. فهذا الّذي سلكه على هذا التّقدير يدخل في الاثني عشر يزيد بن معاوية، و يخرج منهم عمر بن عبد العزيز الّذي أطبق الائمّة على شكره وعلى مدحه، وعدوّه من الخلفاء الرّاشدين، وأجمع الناس قاطبة على عدله. ابن كثير، «البداية والنّهاية» 6: 249 ـ 250
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil. [Ibn Katsir, Ta’rikh, 6:249-250]
MEREKA BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Penerus, Khalifah, para Amir atau Imam-imam sebenarnya.
Al-Dzahabi mengatakan dalam Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam al-Durar al Kaminah, jilid 1, hal. 67, bahwa Shadrudin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwaini al-Syafi’i adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni.
Lebih lengkap tentang Al-Juwaini, silahkan rujuk catatan Al-Muhadits Al-Juwaini Asy-Syafi’i (ra) dan Hadis Tentang Sayyidah Fathimah sa“
BAGIAN III
Al-Juwayni Asy-Syafi’i :
عن عبد الله بنعبّاس رضي الله عنه، عن النّبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا سيّد المُرسَلين، وعليّ بن أبي طالب سيّدالوصيّين، وأنّ أوصيائي بعدي اثنا عشر، أوّلهم عليّ بن أبي طالب، وآخرهم القائم.
dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Qaim.”
عن ابن عبّاس رضي الله عنه، عن النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنّ خلفائي وأوصيائيوححج الله على الخلق بعدي لاثنا عشر، أوّلهم أخي، وآخرهم وَلَدي. قيل: يا رسول الله، ومن أخوك؟ قال: عليّ بن أبيطالب. قيل: فمن وَلَدُكَ؟ قال: المهديّ الّذي يملاها قسطًا وعدلاً كما مُلئت جورًا وظلمًا. والّذي بعثني بالحقّ بشيرًا لو لم يبق من الدّنيا الاّ يوم واحد لطَوَّل الله ذلك اليوم حتّي يخرج فيه ولدي المهدي، فينزلروح الله عيسى بن مريم فيُصلّي خلفَهُ، وتُشرق الارض بنور ربّها، ويبلغ سلطانه المشرق والمغرب.
Dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa washi-washiku dan Bukti (hujjah) Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (as) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا، وعليّ، والحسن، والحسين، وتسعة من ولد الحسين مطهّرون معصومون. الجوينيّ، «فرائد السمطين» مؤسّسة المحموديّ للطّباعة والنشر، بيروت، 1978، ص
Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
__________________________________________________________________________
Sebagai pembanding tentang definisi Ahlul Bayt klik link berikut ini :
AHLUL BAIT TELADAN SEMPURNA
https://satuislam.wordpress.com/2009/02/28/ahlu-bait-teladan-sempurna/
KECINTAAN WAHABI/SALAFI TERHADAP AHLUL BAIT (CINTA PALSU PENUH REKAYASA POLITIK )https://satuislam.wordpress.com/2009/06/04/kecintaan-salaf-terhadap-ahlul-bait-cinta-palsu-penuh-rekayasa-politik/
MENGENAL AHLUL BAIT NABI MENURUT KAUM WAHABI
http://almanhaj.or.id/content/2937/slash/0
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.
Sumber Berita : Nama 12 Imam Ahlulbait di Masjid Nabi
Meski
sepanjang sejarah kaum nashibi dan pendengki Ahlulbait berupaya
menghilangkan nama suci Ahlulbait dari panggung sejarah, namun keagungan
dan kesucian nama Ahlulbait tak pernah lekang oleh zaman. Jejak-jejak
bersejarah Ahlulbait tersebar di berbagai penjuru, mengabarkan keagungan
Ahlulbait.
Demikian juga di Masjid Nabawi, Madinah, masjidnya Nabi besar Muhammad SAW, jejak-jejak ini terukir indah.
Kaum
Muslimin yang melaksanakan ibadah Haji atau Umrah dan mengunjungi
Masjid Nabawi, akan disuguhi deretan kaligrafi nama ke-12 Imam Ahlulbait
as yang diukir indah di dinding masjid Nabawi. Mulai dari nama Imam Ali
bin Abi Thalib as, hingga Imam ke-12, Imam Mahdi al-Muntazhar as.
Hisam Sulaiman, dari Expedia Tours Travel
yang tiap tahun selalu mengantarkan Muslimin yang melakukan ibadah Umrah
dan Haji menyebutkan waktu pertama kali melihat kaligrafi itu dirinya
terkejut.
“Saya
pertama melihatnya saat umrah enam tahun yang lalu. Waktu pertama
melihatnya, dikasih tahu Ustaz Ahmad Baragbah, saya kaget,” ujar Hisam.
“Ternyata nama Imam Ahlulbait diabadikan di masjid Nabawi.”
“Waktu itu kami rombongan ada 37 orang. Kami semua serempak bershalawat saat melihatnya,” tutur Hisam.
“Saya baca semua nama 12 Imam dari Imam Ali
hingga Imam Mahdi. Sebagai pencinta Ahlulbait, saya merasa bangga dan
bersyukur melihatnya. Nama ke-12 Imam Ahlulbait berdampingan dengan nama
sahabat, 3 Khalifah, Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman
bin Affan.”
“Dalam pikiran saya, kalau semua tahu, ini
merupakan sumber persatuan umat Islam. Di mana terlihat keduanya bisa
bersanding, bisa saling menghargai,” ujar Hisam.
Menurut Ustaz Ahmad Baragbah, pembimbing
rombongan haji dan umrah ini, kaligrafi nama 12 Imam Ahlulbait itu
dibuat pada masa Turki Utsmani.
“Itu dibuat dari zaman dulu, arsiteknya dari
Turki Utsmani. Saat itu suasana di Makkah dan Madinah kan masih baik
untuk ukhuwah kaum Muslimin. Malah sejarahnya, bahkan ulama-ulama
berbagai mazhab diberi kesempatan jadi Imam jamaah di situ, baik di
Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi. Di mana nama-nama Imam
Ahlulbait, Imam mazhab, dan Khalifah ditulis di situ berdampingan,”
terang Ustaz Ahmad.
Tetap Terjaga
Sepanjang sejarah, nashibi pembenci Ahlulbait
selalu berupaya menghilangkan dan menghancurkan jejak-jejak sejarah
Ahlulbait (keluarga Nabi). Di Saudi sendiri 95% lebih tercatat
situs-situs bersejarah dihancurkan oleh pemerintahan Wahabi Saudi.
Tetapi berkat perlindungan Allah SWT, tulisan di masjid Nabawi itu
selamat.
“Subhanallah mereka (nashibi) gak pernah ngeh dari awal itu. Jadi seandainya mereka sadar mungkin sudah dihancurkan waktu itu. Sekarang sudah terlambat.”
Menurut Ustaz Ahmad, tulisan 12 Imam
Ahlulbait di masjid Nabi ini merupakan bukti bahwa sosok suci Ahlulbait
itu eksis dan diakui oleh kaum Muslimin.
“Itu bukti bahwa Ahlulbait diakui dan
dihormati oleh kaum Muslimin. Ahlulbait itu ada. Ahlulbait itu itrahnya
jelas, dari jalur orang-orang yang dimuliakan,” ujar Ustaz Ahmad.
Menurut Hisam, yang sempat berbincang-bincang
dengan orang yang bermukim di sekitar Masjid Nabawi, nama 12 Imam
Ahlulbait memang tidak asing bagi warga Madinah.
“O, ini cucu-cucu Rasulullah, ini sebagai
penghormatan kepada Rasulullah dengan mencantumkan nama cucu
Rasulullah,” demikian cerita Munif, pelajar di Maktab Sayyid Maliki di
Makkah saat diajak berbincang oleh Hisam.
Sementara menurut Hafsin, penduduk asli
Madinah, ke-12 Imam Ahlulbait merupakan ulama-ulama besar zaman dulu.
“Ini adalah kaligrafi nama ulama-ulama besar zaman dulu,” tuturnya.
Namun menurut Irsan Fadhullah, salah seorang
warga Indonesia yang sedang pergi berhaji ke tanah suci, tidak semua
orang peduli akan nama Ahlulbait di dinding masjid Nabawi itu. Irsan
sangat menyayangkan hal itu.
“Sangat disayangkan, walaupun nama-nama
tersebut terpampang dengan jelas, sedikit yang peduli. Karena mereka tak
paham sejarah. Padahal itu Ahlulbait Nabi SAW,” sayang Irsan.
Kaligrafi Imam Mahdi
Salah satu kaligrafi yang istimewa adalah
kaligrafi Imam ke-12 Ahlulbait, Imam Mahdi al-Muntazhar as. yang
dianggap sebagian orang sebagai nama fiktif, ternyata ada di masjid
Nabawi.
“Yang menarik kan mengenai nama Imam Mahdi.
Ada nama Imam Mahdi di masjid Nabawi. Mereka (nashibi) menganggap itu
fiktif, tapi kenyataannya bahwa waktu itu kan ada dan diakui. Bahwa
beliau adalah putra dari Imam Hasan al-Askari, itu jelas,” terang Ustaz
Ahmad.
Tetapi menurut Ustaz Ahmad, para nashibi ini
meski tak bisa menghilangkan nama Ahlulbait di Masjid Nabawi, mereka
berupaya mengaburkan nama Imam Mahdi yang terukir di masjid Nabawi.
“Tulisan Imam Mahdi pada awalnya, kalau orang yang ngerti khat Arab, itu huruf ha pada Muhammad, kan sebetulnya Muhammad bin Muhammad al-Mahdi. Al-Mahdi itu ada ya’ nya terakhirnya. Muhammad ada ha-nya huruf kedua. Itu ‘ha’ dan ‘ya’ mestinya disambung. Tapi sekarang dipisah oleh mereka. Padahal aslinya nyambung.”
“Pengalaman saya pribadi, kadang nyambung
kadang nggak. Tapi awal-awal saya haji tahun 83-84 itu masih nyambung,
jelas. Kira-kira sepuluh tahun lalu itu sudah dipisah oleh mereka. Bagi
yang paham khat, kelihatan jelas itu nggak nyeni lagi,” keluh Ustaz
Ahmad.
Meski masih ada upaya mengaburkan sejarah
Ahlulbait oleh para nashibi, menurut Ustad Ahmad Baragbah tulisan 12
Imam Ahlulbait di Masjid Nabawi ini membuktikan bahwa sebenarnya yang
memecah belah persatuan umat Islam itu hanyalah karena masalah politik
saja.
“Itu
bukti bahwa pada waktu itu, belum ada kepentingan politik yang
menonjol, jadi keadaan kaum Muslimin aman-aman saja dalam ukhuwah.
Sekarang ini kan tampak jelas, ya katakanlah zaman Syah. Ketika Syah
berkuasa di Iran mereka kan tidak berani memusuhi Syiah. Karena Syah
juga ditopang Amerika. Sekarang, ketika Iran mandiri, bebas dari
cengkeraman Amerika, Iran diusik Saudi, Qatar, dan sebagainya yang
dibekingi Amerika.”
“Ini
sebagai bukti untuk kaum Muslimin, bahwa pertentangan sektarian yang
ada seperti sekarang ini memang dibuat, kepentingan politik itu untuk
menyudutkan Iran, dan orang-orang Syiah pada umumnya.”
“Karena
itu, mari jaga ukhuwah di kalangan kita sendiri dan ukhuwah dengan
kaum Muslimin yang lain. Berusahalah untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan kaum Muslimin dan umat,” pesan Ustaz
Ahmad. (Muhammad/Yudhi)
Sumber Berita : https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/nama-12-imam-ahlulbait-di-masjid-nabi/
Syiah Imam Dua Belas
Sabtu, 1 September 2012 10:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Islam Syiah dalam perkembangannya kemudian mengenal aliran-aliran Imam Dua Belas, Ismailiyah, Zaidiyah.
Allamah M.H. Thabathaba’i dalam buku yang ditulisnya, Syiah Dar Islam (Syiah dalam Islam), yang kemudian diterjemahkan menjadi Islam Syiah, Asal Usul dan Perkembangannya, menyebutkan mayoritas orang Syiah adalah penganut aliran Imam Dua Belas atau Imamiyah.
Dalam Syiah Dua Belas Imam ini, Imam ada 12 dan nama-nama mereka adalah:
1.Ali ibn Abi Talib
2.Hasan ibn Ali
3.Husain ibn Ali
4.Ali ibn Husain
5.Muhammad ibn Ali
6.Ja’far ibn Muhammad
7.Musa ibn Ja’far
8.Ali ibn Musa
9.Muhammad ibn Ali
10.Ali ibn Muhammad
11.Hasan ibn Ali
12.Mahdi
Menurut Allamah M.H. Thabathaba’i, dalam bukunya, ketika Nabi wafat, Ali –yang menjadi Imam pertama– telah berusia 30 tahun. Ali juga hadir dalam semua peperangan yang diikuti Rasulullah, kecuali pertempuran di Tabuk ketika dia diperintahkan tinggal di Madinah menggantikan Nabi. Dia juga tidak pernah membangkang.
Itu mengapa kawan-kawan dan pengikut Ali percaya bahwa setelah Nabi wafat, kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali, salah satu sahabat Nabi. Para pengikut Ali melihat kepada diri Ali dan Ahlul Bait Nabi sebagai satu-satunya saluran penyampaian risalah Islam yang asli.
Untuk Imam kedua belas, menurut Syiah, masa depan akan menyaksikan suatu hari ketika umat manusia dipenuhi dengan keadilan, ketika semua ingin hidup dalam kedamaian dan ketenteraman dan ketika manusia sepenuhnya memiliki kebajikan dan kesempurnaan. Keadaan seperti itu akan terwujud melalui tangan manusia namun dengan pertolongan Tuhan.
“Dan pemimpin umat yang seperti itu, yang menjadi juru selamat umat manusia, disebut dalam bahasa hadis: Mahdi,” tulis Allamah M.H. Thabathaba’i dalam bukunya.
GRACE S. GANDHI
Sumber Berita : https://nasional.tempo.co/read/426811/syiah-imam-dua-belas/full&view=ok
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/06102018/09.28Wita/Bjm
Allamah M.H. Thabathaba’i dalam buku yang ditulisnya, Syiah Dar Islam (Syiah dalam Islam), yang kemudian diterjemahkan menjadi Islam Syiah, Asal Usul dan Perkembangannya, menyebutkan mayoritas orang Syiah adalah penganut aliran Imam Dua Belas atau Imamiyah.
Dalam Syiah Dua Belas Imam ini, Imam ada 12 dan nama-nama mereka adalah:
1.Ali ibn Abi Talib
2.Hasan ibn Ali
3.Husain ibn Ali
4.Ali ibn Husain
5.Muhammad ibn Ali
6.Ja’far ibn Muhammad
7.Musa ibn Ja’far
8.Ali ibn Musa
9.Muhammad ibn Ali
10.Ali ibn Muhammad
11.Hasan ibn Ali
12.Mahdi
Menurut Allamah M.H. Thabathaba’i, dalam bukunya, ketika Nabi wafat, Ali –yang menjadi Imam pertama– telah berusia 30 tahun. Ali juga hadir dalam semua peperangan yang diikuti Rasulullah, kecuali pertempuran di Tabuk ketika dia diperintahkan tinggal di Madinah menggantikan Nabi. Dia juga tidak pernah membangkang.
Itu mengapa kawan-kawan dan pengikut Ali percaya bahwa setelah Nabi wafat, kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali, salah satu sahabat Nabi. Para pengikut Ali melihat kepada diri Ali dan Ahlul Bait Nabi sebagai satu-satunya saluran penyampaian risalah Islam yang asli.
Untuk Imam kedua belas, menurut Syiah, masa depan akan menyaksikan suatu hari ketika umat manusia dipenuhi dengan keadilan, ketika semua ingin hidup dalam kedamaian dan ketenteraman dan ketika manusia sepenuhnya memiliki kebajikan dan kesempurnaan. Keadaan seperti itu akan terwujud melalui tangan manusia namun dengan pertolongan Tuhan.
“Dan pemimpin umat yang seperti itu, yang menjadi juru selamat umat manusia, disebut dalam bahasa hadis: Mahdi,” tulis Allamah M.H. Thabathaba’i dalam bukunya.
GRACE S. GANDHI
Sumber Berita : https://nasional.tempo.co/read/426811/syiah-imam-dua-belas/full&view=ok
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/06102018/09.28Wita/Bjm
Rasulullah (sawa) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
Bila kita perhatikan sekilas, memang seolah QS 33: 31-33 seluruh ayat-ayat tersebut berbicara tentang sekelompok orang yang sama, seperti satu kesatuan.Itulah sebabnya mengapa banyak orang awam terutama yang tidak mengerti bahasa Arab yang terkecoh dengan ta`wil kelompok yang menamakan diri mereka Salafi. Kelompok ini kemudian mengeluarka banyak syubhat bahwa yang dimaksud ahlul bait adalah isteri-isteri nabi. Padahal bila kita mau teliti dan memperhatikan ayat-ayat tersebut satu demi satu,maka kita akan menemukan bahwa rangkaian ayat-ayat tersebut berbicara tentang dua kelompok orang yang berbeda.
2.
4. Dan bila kita lihat berbagai kitab tarikh, misalnya yang disusun Haekal, bila kita melihat denah lingkungan di sekitar masjid Nabawi, kita akan temukan bahwa rumah-rumah isteri-isteri Nabi itu terpisah-pisah satu dengan yang lain, dan tidak adasatupun pintu rumah mereka yang terhubung ke masjid. Sementara untuk ahlulkisa (Ali ,Fatimah, Hasan, dan Husein ) rumahnya satu atap dengan Nabi hanya dipisahkan sekat , tetapi kata jama` Buyut untuk menyebut rumah-rumah isteri-isteri nabi, sementara untuk ahlul bait nabi Qur`an gunakan kata tunggal Bait.
“Wahai isteri-isteri nabi, kalian ( dhomir untuk wanita jama`) tidak seperti perempuan-perempuan yang lain jika kalian ( dhomir untuk wanita) bertaqwa.Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang baik.Dan hendaklah kalian tetap dirumah kalian ( BUYUTikunna) dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seprti tingkah laku orang-orang jahiliah dahlu.Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat,dan taatilah Allah dan RasulNya.” (Q.S.33:32-33) ayat teguran untuk untuk isteri-isteri Nabi
“Sesungguhnya Allah hendakmenghilangkan noda dan dosa atas kalian wahai AhlulBait (ALBAIT) dan mensucikan kalian ( yuthohirukum )sesuci-sucinya.”(Q.S.33:33) ayat thahir (penyucian ahlulbait)
2.Bila kita perhatikan Arabnya dengan teliti ,kita akan temukan tata bahasa yang berbeda saat Qur`an bicara pada isteri-isteri Nabi dan pada ahlul bait Nabi. Pada isteri-isteri Nabi dalam rangkaian ayat-ayat sebelumnya Quran menggunakan dhomir KUNNA (kalian perempuan) untuk memanggil mereka. Sementara pada ahlul bait nabi yakni Ahlulkisa, Qur`an sengaja gunakan dhomir KUM untuk membedakan kedua kelompok orang yang qur`an ajak bicara dalam rangkaian ayat-ayat tersebut. Bila kita perhatikan teks Arabnya, kita akan melihat bahwa QUr`an sengaja gunakan dua dhamir yang berbeda untuk membedakan kedua tema yang dibahas dalam rangkaian ayat tersebut.
اللهم صل على محمد وال محمد وعجل فرجهم