Rilis Kepengurusan Baru, Alumni 212 Resmi Pecah?
Liputan6.com, Jakarta - Gerakan Alumni 212 disebut-sebut mengalami perpecahan. Hal ini didasarkan pada munculnya sejumlah kelompok baru yang juga mengatasnamakan Alumni 212. Setidaknya ada tiga nama yang menggunakan 212, yakni Presidium Alumni 212, Persaudaraan Alumni 212, dan Garda 212.Persaudaraan Alumni 212 sendiri telah merilis formasi dewan kepengurusan baru, yang ditandatangani 31 Januari 2018 lalu.
Tertulis sebagai pemimpin tertinggi di kelompok itu adalah Habib Rizieq Shihab.
"Habib Muhammad Rizieq Shihab sebagai ketua pembina. Lalu di bawahnya ada dewan penasihat yang diketuai oleh Amien Rais," kata Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Ma'arif kepada Liputan6.com, Sabtu (3/2/2018).
Beberapa nama seperti Muhammad Al Kahththath, Pengacara Eggi Sudjana, dan Ketua Komite III DPD RI bidang keagamaan Fahira Idris, menjabat sebagai anggota dewan penasihat.
"Kepengurusan baru kami tetapkan di Jakarta, 14 Jumadil Awwal 1439 H atau 31 Januari 2018," jelas Slamet.
Soal Garda 212
Terkait alasan nama baru dan kepengurusan yang sekarang, Slamet memaparkan, ini adalah hasil Munas para ulama di Bogor, Jawa Barat, pada 25-27 Januari 2018."Ya hasilnya memutuskan nama Presidium Alumni 212 berubah menjadi Persaudaraan Alumni 212," terang dia.
Menyinggung nasib dan eksistensi kelompok Garda 212 yang dikomandoi Ansufri Idrus Sambo, Ketum Persaudaraan Alumni 212 ini tidak mau berkomentar banyak.
"Waduh (Garda 212) bukan dari kita, saya tidak tahu. Kita doakan tetap istiqomah," ujar Slamet.
Massa aksi Reuni 212 membanjiri kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (2/12). Panitia penyelenggara mengatakan Reuni Akbar 212 dihadiri oleh sekitar 7 juta umat Islam dari berbagai daerah baik dalam maupun luar Ibu Kota. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Sumber Berita : https://www.liputan6.com/news/read/3254343/rilis-kepengurusan-baru-alumni-212-resmi-pecah
Beda Kubu Alumni 212
Liputan6.com, Jakarta - Presidium Alumni 212 berganti nama menjadi Persaudaraan Alumni 212. Perubahan itu disampaikan Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif."Musyawarah nasional ulama, tokoh, dan aktivis 212 ke-1 memutuskan bahwa nama Presidium Alumni 212 telah diganti menjadi Persaudaraan Alumni 212 dengan pertimbangan agar lebih egaliter, terbuka, dan demokratis," katanya.
Dia menjelaskan, pergantian nama ini dilakukan usai Musyawarah Nasional ke-1 Ulama, Tokoh, dan Aktivis 212, 25-27 Januari di Bogor, Jawa Barat. Slamet mengklaim, 21 provinsi perwakilan Persaudaraan Alumni 212 hadir dalam musyawarah itu.
Namun, sebagian anggota Presidium Alumni 212 menolak perubahan nama. Selengkapnya dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini:
Perubahan Nama Ditolak
Presidium Alumni 212
membantah nama organisasinya telah berubah menjadi Persaudaraan Alumni
212. Sebab hingga kini, belum pernah ada penggantian nama.
"Presidium Alumni 212 tidak pernah ada memutuskan perubahan nama," ujar Juru Bicara Presidium Alumni 212 Aminudin saat menggelar konferensi pers di Tebet, Jakarta, Senin 29 Januari 2018.
Dia pun mengklaim, Presidium Alumni 212 telah memiliki jajaran kepengurusan baru. Seperti pada posisi ketua umum yang diisi Habib Umar Muhammad Al Hamid dan Ustaz Hasri Harahap sebagai sekretaris jenderal.
Suasana saat Monas dipenuhi massa yang menggelar aksi Reuni 212, Jakarta, Sabtu (2/12). Aksi ini juga mempertemukan kembali umat Islam dari berbagai daerah yang pernah ikut dalam aksi 212 tahun lalu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
"Mencetuskan ada musyawarah visioner lintas tokoh ulama dan habaib di Mekah," ucap dia.
Selain itu dia mengaku kecewa dan menyayangkan adanya pihak yang menyebarkan isu bahwa Rizieq Shihab pulang ke Indonesia 21 Februari 2017. Menurut Aminudin, Presidium Alumni 212 dan Rizieq Shihab belum pernah melakukan pembicaraan terkait kepulangan Pimpinan Front Pembela Islam itu.
Liputan6.com, Jakarta - Gerakan alumni 212 bermetamorfosis menjadi tiga kelompok: Presidium Alumni 212, Persaudaraan Gerakan 212, dan Garda 212. Setidaknya itu yang tampak di permukaan.
Bahkan, Ketua Garda 212, Ansufri Idrus Sambo, mengatakan sudah ada 10 kelompok yang menjadi tempat berhimpun massa alumni 212. Masing-masing merasa berhak menyandang "angka cantik" itu. Malahan, ada yang mengambil sisi berlawanan.
"Media tahunya tiga itu aja karena paling terkenal mungkin anggotanya," kata Sambo saat dihubungi
Liputan6.com, Selasa malam, 30 Januari 2018.
Ia menjelaskan, kelompoknya, Garda 212, fokus kepada penyaluran bakat-bakat politik alumni 212 yang akan disalurkan saat Pemilu Legislatif 2019. Sementara, kata dia, ada juga Korps 212 yang tugasnya melakukan aksi demonstrasi.
Menurut Sambo, boleh saja alumni membuat kelompok masing-masing, asal tak menganggap sebagai satu-satunya yang sah. "Tidak boleh ada orang yang berhak mengklaim dia satu-satunya 212," kata mantan Ketua Tamasya Al-Maidah itu.
"Klaim satu-satunya terhadap gerakan alumni 212 harus disetujui oleh 7 juta umat yang waktu itu hadir saat 2 Desember 2017 di Lapangan Monas," kata dia.
Sambo menilai pernyataan Persaudaraan Alumni 212 yang mengklaim sebagai satu-satunya yang sah adalah menunjukkan kesombongan.
Sebelumnya, kuasa hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera, mengklaim, kelompoknya sebagai satu-satunya yang sah.
"Kalau ada yang mengatasnamakan Presidium Alumni 212 lagi, itu ilegal. Seluruh pengikut yang lain ilegal," ujar Kapitra kepada Liputan6.com, Rabu (30/1/2018).
Penasihat Persaudaraan Alumni 212, Eggi Sudjana, juga mengklaim hanya kelompoknya yang mendapat restu dari Rizieq Shihab, tokoh yang kini dikabarkan sedang di Arab Saudi.
Namun, tak semua orang sepakat dengan deklarasi itu. Nama "Persaudaraan Alumni 212" pun digugat.
Sebanyak 50 orang yang tergabung dalam Presidium Alumni 212 membantah bahwa organisasinya sudah ganti nama.
"Presidium Alumni 212 tidak pernah memutuskan adanya perubahan nama," kata juru bicara nya, Aminudin, dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com.
Namun, meski ada berbagai versi kelompok turunan, ia mengklaim alumni 212 masih solid. "Jangan bilang terpecah," kata dia.
Juru bicara Presidium Alumni 212, Aminudin, mengaku pihaknya menolak mencampurkan urusan politik dengan persoalan keumatan.
"Saya kira, kami akan menjadikan umat sebagai poros tengah, kekuatan tengah. Jangan lagi dipermainkan partai politik atau kepentingan-kepentingan yang sifatnya jangka pendek," kata Aminudin.
Senada, kuasa hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera, menyarankan agar para ulama dapat melepas keulamaannya bila ingin terjun dalam politik praktis.
Apalagi, keikutsertaan seorang ulama dalam politik praktis akan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
"Jadi kalau dia mau masuk (politik), tapi lepaskan (keulamaanya), karena risikonya ada. Setiap pilihan ada risiko setiap dia masuk dalam partai politik pasti ada kompetitor ada kelompok yang suka ada kelompok yang tidak suka, untuk itulah jangan menyentuh politik praktis," kata Kapitra di Masjid Raya Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Januari 2018.
"Jangan melakukan gerakan politik praktis. Sulit orang membedakan mana parpol dan mana organisasi masyarakat." Ia menambahkan, alumni 212 hanya bisa berpolitik praktis lewat jalur parpol.
Sementara, Ketua Garda 212, Ansufri Idrus Sambo, memiliki pandangan berbeda perihal urusan politik.
"Kita tidak bisa pisahkan politik dengan gerakan ulama," jelas Sambo. Bahkan, ia menambahkan, gerakan 212 termasuk gerakan politik.
"Memangnya, 212 kemarin itu bukan gerakan politik? Cuma kan soft politics bukan high atau politik praktis," ucap Sambo. Hanya saja, ia tidak menyetujui apabila gerakan 212 diklaim sebagai partai politik.
Sambo memastikan bahwa Garda 212 tidak terjun ke politik partis. Pihaknya hanya menyalurkan simpatisan 212 yang memiliki bakat di bidang politik. Semuanya melalui proses politik yang sewajarnya.
Sambo mengaku telah mempersiapkan sistem rekruitmen yang akan dilangsungkan mulai Maret nanti.
Sebelumnya, pada Sabtu 13 Januari 2018, di Kawasan Kemang, Sambo mengaku punya jalur kuat dengan petinggi Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PBB.
Dia juga menyebut nama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Menurutnya, mantan Danjen Kopassus itu memiliki tiga syarat bagi alumni 212 yang ingin berpolitik. Salah satunya, setiap calon harus memiliki dana untuk maju kontestasi.
"Pak Prabowo tanya uangnya cukup enggak untuk bertarung, kalau cukup itu bisa. Emang high cost sangat mahal, orang maju pasti harus punya dana. Itu faktanya," ujar dia.
Sambo menambahkan, syarat lainnya adalah kesiapan alumni 212 untuk membantu pemenangan Prabowo dalam Pilpres 2019.
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendro Satrio berpendapat, terpecahnya kubu alumni 212 membuat mereka tidak lagi memiliki tujuan yang sama.
"Sekarang memang belum terlihat dampaknya (perpecahan alumni 212), kalau Pilpres sudah semakin dekat pasti akan terlihat. Tujuan mereka (menjadi) berbeda-beda," kata Hendro kepada Liputan6.com, Selasa (29/1/2018).
Ia menduga, sebagian alumni 212 yang mengarah ke politik terinspirasi keberhasilan gerakan dalam Pilkada DKI, ketika mereka menggagalkan kemenangan Ahok dan memberikan peluang pada pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang sebelumnya dianggap "kuda hitam".
"Mungkin karena di depan mata ada agenda politik Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Mereka terinspirasi oleh kesuksesan di Pilkada DKI Jakarta bisa direproduksi kembali di Pilkada serentak dan pilpres mendatang," kata Hendro.
Salah satu upaya yang terlihat, yaitu ketika sebagian alumni 212 berupaya mengusung La Nyalla Mattalitti sebagai bakal calon gubernur Jawa Timur.
Namun, upaya itu kandas, karena La Nyalla dianggap tak mampu meraih dukungan dari dua Partai lain, yaitu PAN dan PKS.
Belakangan, La Nyalla malah membongkar praktik mahar politik oleh Gerindra. Ia mengaku dimintai uang Rp 40 miliar agar mendapat rekomendasi partai itu maju sebagai calon gubernur.
Hendro pun menilai wajar jika alumni 212 kini terpecah dalam beberapa kelompok.
Pasalnya, 212 merupakan gerakan berbasis massa, dan tidak mempunyai aturan seperti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang jelas, seperti ormas atau partai politik.
"Kalau sebuah gerakan yang cair, pasti kalau sudah selesai kegiatannya akan memisahkan diri. Jadi karena agendanya selesai, wajar menurut saya terpecah-pecah. Kalau nanti agendanya ada yang sama ya mereka balik lagi," kata dia.
Sebelumnya, Pimpinan alumni 212, Slamet Maarif membantah mencalonkan La Nyalla. "Kami tidak pernah menunjuk atau merekomendasikan nama siapa pun," kata dia.
Terseretnya massa alumni 212 dalam politik juga menjadi persoalan yang disoroti oleh Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.
Menurut dia, awal eksisnya gerakan 212 jauh dari unsur politik. "Warga Muhammadiyah itu banyak dari daerah yang ke Jakarta dan mereka nggak ada kaitannya dengan politik," kata Dahnil di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Ia menyebut masalah mulai terjadi saat 212 diseret pada kepentingan politik. Karena itu, dia meminta agar upaya politisasi dihentikan.
"Ketika dibelokkan menjadi kepentingan politik, melalui alumni-alumnian itu, ini menjadi masalah. Itu justru buat umat terpecah. Saran saya, setop politisasi keikhlasan umat melalui pelembagaan 212, segala macam. Itu yang kami nggak sepakat," ujar Dahnil.
Sumber Berita : https://www.liputan6.com/news
Pantauan Liputan6.com, Rabu (10/10/2018), Amien Rais selesai menjalani pemeriksaan pukul 16.00 WIB. Terhitung sekitar 6 jam mantan Ketua MPR itu berbincang dan menjawab setiap pertanyaan polisi.
"30 persis," tutur Amien di lokasi.
Amien enggan membeberkan isi dari pemeriksaan tersebut. Dia hanya berterima kasih lantaran mendapat sambutan hangat dari kepolisian selama memberikan keterangan.
"Untuk makan dan salat dan ngobrol ke sana kemari, demikian smooth dan bagus. Pertanyaannya enggak berputar-putar apalagi menjebak. Siang tadi makan gudeg ayam kampung. Kemudian kalau mau nasi timbel masih ada," jelas dia.
Bahkan Amien juga sempat menerima perawatan medis. Dia dilayani pengecekan tensi darah untuk menghindari salah makan.
"Saya merasa dihormati, dimuliakan," Amien menandaskan.
Amien Rais selesai menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya (Liputan6.com/Nanda Perdana)
Sumber Berita : https://www.liputan6.com/news/read/3664160/dicecar-30-pertanyaan-penyidik-amien-rais-merasa-dimuliakan?medium=Headline&campaign=Headline_click_1
Ada seorang politisi muda-cantik Indonesia yang memuji-muji McCain (politisi AS) demi menyindir lawan politiknya. Pertama, tak nyambung (mengapa harus memuji orang AS demi menyindir sesama politisi di Indonesia?).
Dia menulis, “Berduka atas wafatnya John McCain. Amerika beruntung memiliki negarawan seperti dirinya. Meski berkompetisi secara politik, McCain tak mau menjatuhkan lawannya dengan cara memecah-belah bangsa. Baginya persatuan bangsa jauh lebih penting dibanding kepentingan politik jangka pendek.”
Karena lawan politik si politisi ini adalah kubu 212, sudah jelas yang dia maksud sebagai pelaku ‘memecah-belah bangsa’ adalah kubu 212.
Kedua, sorry to say, ini malah menunjukkan kebodohannya soal geopolitik Timur Tengah. Si politisi dan partainya mencitrakan diri sebagai partai anak muda-pluralis-antiradikal. Tapi dia tak tahu bahwa McCain sejatinya adalah ‘ustadz besar’ bagi kubu 212.
Sebagai bukti, perhatikan siapa ustadz-ustadz yang paling heboh di di kubu 212, dan perhatikan apa kiprah mereka terkait Suriah.
Perhatikan kompilasi foto ini, Ustadz Bakhtiar Nasir dkk mengibarkan bendera Suriah versi pemberontak. Lalu di tengah, ada foto 3 lembaga pengepul donasi untuk Suriah, yang mengibarkan bendera yang sama. Di bawah, McCain menggunakan bendera (dalam bentuk syal) yang sama; dan foto dia sedang rapat dengan pentolan “mujahidin”.
Jadi, salah satu sponsor utama para pemberontak (yang oleh kubu 212 disebut “mujahidin”) adalah John McCain.
Ini sudah lama diketahui para pengunjung setia Fanpage saya. Beberapa anggota Parlemen AS pun sudah mengkritik pemerintah mereka sendiri karena menyuplai dana dan senjata untuk “mujahidin” ini.
Jadi, sang politisi ini bahkan lebih awam daripada ibuk-ibuk follower fanpage ini. Dia tidak paham peta konflik global: bahwa AS (yang sepertinya dikaguminya) sebenarnya bergandengan tangan dengan kubu yang (konon) dilawan oleh si politisi muda ini.
Sebaiknya dia belajar geopolitik global lebih banyak, dengan cara nongkrong di Fanpage ini (kalau mau), atau diam saja: berkomentarlah di bidang yang dikuasai saja. [sekilas iklan: atau beli buku saya “Salju di Aleppo”]
Maaf saya terpaksa nulis sepedas ini, karena selama 7 tahun terakhir saya jadi korban pembunuhan karakter yang dilakukan kelompok fans mujahidin ini. Dan ‘junjungan’ mereka ini (meski sebagian mungkin tak sadar) adalah McCain.
Buat yang ingin mengetahui rekam jejak kejahatan McCain mensponsori perang di berbagai negara, silahkan klik link ini: https://www.zerohedge.com/news/2017-07-22/complete-history-john-mccain-calling-war-around-world
Apa sih tujuan McCain menjadi makelar perang? Gampang saja: karena dia punya kaitan dengan berbagai perusahaan yang mengeruk untung maha-dahsyat dari perang.
Rest in Pieces, Sir… ila jahannam wa bi’sal masir.
Sumber Opini : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/08/27/mccain-2/
“Mbak, di grup WA, saya kasih klarifikasi soal Suriah, eh langsung dikomen: Oh kamu pasti Jokower! Kamu sadis ya, pro Assad?! Kamu Syiah ya!”
Saya prihatin. Perang Suriah sudah berlalu 8 tahun, dan tentara Suriah hampir menang. Media-media mainstream sudah mulai jujur mengenai suplai senjata dari Barat kepada para teroris; para anggota parlemen negara-negara Barat sudah mengecam pemerintah mereka atas fakta ini; jurnalis-jurnalis independen sudah bebas berkunjung ke wilayah-wilayah yang semula dikuasai “jihadis” dan mendapatkan cerita dari tangan pertama bagaimana ngerinya hidup di bawah cengkeraman para “jihadis”.
Tapi di Indonesia, orang-orang itu masih tetap pada “keyakinan”-nya. Mereka tetap pada posisi awal: memframing siapa saja yang berbeda dengan mereka soal Suriah sebagai lawan politik. Artinya apa? Seperti saya sering bilang: analisis terhadap politik dalam negeri kita tidak bisa dilepaskan dari analisis geopolitik Timteng.
Cara pikir mereka adalah hasil indoktrinasi bertahun-tahun. Mereka dididik oleh ustadz/ah dari kelompok-kelompok yang berideologi sama dengan para “jihadis” Suriah. Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Anshoru ini-itu, Mujahidin ini-itu, Jamaah ini-itu, ISIS, dan lain-lain, semuanya punya basis ideologi yang sama: takfirisme (menganggap yang tidak sekelompok dengan mereka adalah kafir dan boleh dibunuh).
Masing-masing tentu saja mengklaim paling Islam, masing-masing mengaku “gerakan damai” dan mengaku bukan teroris. Tapi anehnya, mereka menyebut teroris-teroris di Suriah sebagai “mujahidin”. Beramai-ramai mereka menggalang dana untuk Suriah sambil mengibarkan bendera teroris Suriah.
Jangan pernah melupakan bahwa Jubir HTI terang-terangan mengaku bahwa Hizbut Tahrir berbaiat pada Jabhah Al Nusra, kelompok teror terbesar di Suriah yang sadisnya tak kalah dari ISIS. Jangan lupa bahwa ustadz-ustadzah PKS selama ini selalu pro-“mujahidin” Suriah (karena memang yang angkat senjata di Suriah antara lain kelompok Ikhwanul Muslimin, akibat dendam masa lalu karena direpresi oleh Hafez Assad –represi ini dilakukan setelah IM melakukan upaya kudeta dengan dukungan senjata dari AS).
Nah, hasil indoktrinasi bertahun-tahun itu apa bisa dengan mudah berubah? Apa dengan menjagokan tokoh muda, ngepop, tajir melintir, plus konon-soleh, ideologi mereka otomatis berubah?
No, mereka tetap di sana, tetap sama. Mereka tetap kaum yang sama, yang mencitrakan diri modern tapi punya cita-cita yang sama barbarnya dengan Al Nusra, Jaish Al Islam, Ahrar al Sham, dan ISIS.
Nah, dari sini, kita bisa memahami betapa bahaya dan sesatnya pernyataan seorang ustadz HTI (di sebuah video viral). Sambil menyetir mobil penuh gaya, ia mengatakan, “ganti presiden, ganti sistem”.
Ini kalimat berfalasi akut. Kalau dia mau ganti presiden, dia sedang bicara soal sistem demokrasi, soal pemilu. Ketika dia bicara ‘ganti sistem’, karena dia ustad HTI, tentu saja yang dimaksud adalah khilafah. Jadi, apa maksudnya mengatakan ganti presiden, ganti sistem? Sesat logika: satu frasa mengandung 2 konsep yang kontradiktif, istilahnya “contradictio in terminis”.
Kini soal ganti sistem. Tak perlu ditutup-tutupi, masih banyak masalah yang ada di negeri ini. Petani dan nelayan yang digusur korporasi, utang, pengangguran, kemiskinan, ketidaksetaraan ekonomi. Semua itu masalah. Tak ada negara Dunia Ketiga yang tak menghadapi masalah serupa.
Lalu, mari berpikir jernih: ini masalah. Tapi jalan keluarnya seperti apa?
Memerdekakan diri (separatisme)? Hampir pasti [yang paham geopolitik global pasti tahu] negara baru-kecil-SDM terbatas- tapi-kaya-SDA itu akan jatuh ke dalam kooptasi negara adidaya. Omong kosong, dalam tatanan global hari ini, bila ada provinsi di Indonesia memerdekakan diri, ujug-ujug mereka bisa makmur. Elitnya, mungkin iya, yang menjilat korporasi adidaya.
Ganti sistem? Setuju, tapi diganti dengan sistem ekonomi Pancasila, kembali ke sistem politik yang didasarkan permusyawaratan dan hikmat kebijaksanaan. Itulah sistem politik dan ekonomi yang sudah dirumuskan oleh Bapak Bangsa kita di UUD 1945 versi asli. Pasca reformasi, UUD 45 diamandemen oleh MPR (diketuai Amien Rais) sehingga menyeret bangsa ini ke sistem liberalisasi ekonomi dan politik.
Keadilan ekonomi WAJIB ditegakkan. Tapi cara menegakkannya, jelas bukan dengan cara sesat-logika ala kelompok takfiri. Karena, ideologi ala mereka sudah terbukti destruktif di Irak, Suriah, dan Libya.
Sekali lagi, apa yang mereka lakukan di Indonesia tak bisa dilepaskan dari analisis geopolitik global. Tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa mereka berjejaring dengan kelompok-kelompok “jihad” di Irak, Libya, dan Suriah. Tidak bisa dipisahkan dari tangan kekuatan adidaya: ketika rezim di Irak dan Libya tumbang, yang berpesta-pora adalah korporasi Barat.
Jadi, mari belajar lebih banyak, tentang sistem ekonomi Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para pemikir hebat negeri kita. Indonesia yang berdikari, adil, dan makmur, adalah cita-cita bangsa ini. Tapi, kelompok takfiri tidak pernah mencita-citakan hal yang sama karena ideologi mereka adalah destruksi.
Ingat itu.
Dirgahayu Republik Indonesia
17-8-2018
Sumber Opini : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/08/18/falasi-ganti-presiden-ganti-sistem-renungan-17-agustus/
Amien Rais tiba di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB. Sebelum ia tiba, kuasa hukum Amien sudah tiba lebih dulu sekira pukul 10.00 WIB.
Dia nampak menggunakan kemeja berwarna abu-abu dan jas kotak-kotak. Amien juga menggunakan kopiah hitam.
"Presidium Alumni 212 tidak pernah ada memutuskan perubahan nama," ujar Juru Bicara Presidium Alumni 212 Aminudin saat menggelar konferensi pers di Tebet, Jakarta, Senin 29 Januari 2018.
Dia pun mengklaim, Presidium Alumni 212 telah memiliki jajaran kepengurusan baru. Seperti pada posisi ketua umum yang diisi Habib Umar Muhammad Al Hamid dan Ustaz Hasri Harahap sebagai sekretaris jenderal.
Suasana saat Monas dipenuhi massa yang menggelar aksi Reuni 212, Jakarta, Sabtu (2/12). Aksi ini juga mempertemukan kembali umat Islam dari berbagai daerah yang pernah ikut dalam aksi 212 tahun lalu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Musyawarah di Mekah
Selain perubahan kepengurusan, Aminudin juga menyebutkan, ke depannya Presidium Alumni 212 berencana menggelar musyawarah yang dapat melahirkan deklarasi Mekah."Mencetuskan ada musyawarah visioner lintas tokoh ulama dan habaib di Mekah," ucap dia.
Selain itu dia mengaku kecewa dan menyayangkan adanya pihak yang menyebarkan isu bahwa Rizieq Shihab pulang ke Indonesia 21 Februari 2017. Menurut Aminudin, Presidium Alumni 212 dan Rizieq Shihab belum pernah melakukan pembicaraan terkait kepulangan Pimpinan Front Pembela Islam itu.
Liputan6.com, Jakarta - Gerakan alumni 212 bermetamorfosis menjadi tiga kelompok: Presidium Alumni 212, Persaudaraan Gerakan 212, dan Garda 212. Setidaknya itu yang tampak di permukaan.
Bahkan, Ketua Garda 212, Ansufri Idrus Sambo, mengatakan sudah ada 10 kelompok yang menjadi tempat berhimpun massa alumni 212. Masing-masing merasa berhak menyandang "angka cantik" itu. Malahan, ada yang mengambil sisi berlawanan.
"Media tahunya tiga itu aja karena paling terkenal mungkin anggotanya," kata Sambo saat dihubungi
Liputan6.com, Selasa malam, 30 Januari 2018.
Ia menjelaskan, kelompoknya, Garda 212, fokus kepada penyaluran bakat-bakat politik alumni 212 yang akan disalurkan saat Pemilu Legislatif 2019. Sementara, kata dia, ada juga Korps 212 yang tugasnya melakukan aksi demonstrasi.
Menurut Sambo, boleh saja alumni membuat kelompok masing-masing, asal tak menganggap sebagai satu-satunya yang sah. "Tidak boleh ada orang yang berhak mengklaim dia satu-satunya 212," kata mantan Ketua Tamasya Al-Maidah itu.
"Klaim satu-satunya terhadap gerakan alumni 212 harus disetujui oleh 7 juta umat yang waktu itu hadir saat 2 Desember 2017 di Lapangan Monas," kata dia.
Sambo menilai pernyataan Persaudaraan Alumni 212 yang mengklaim sebagai satu-satunya yang sah adalah menunjukkan kesombongan.
Sebelumnya, kuasa hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera, mengklaim, kelompoknya sebagai satu-satunya yang sah.
"Kalau ada yang mengatasnamakan Presidium Alumni 212 lagi, itu ilegal. Seluruh pengikut yang lain ilegal," ujar Kapitra kepada Liputan6.com, Rabu (30/1/2018).
Penasihat Persaudaraan Alumni 212, Eggi Sudjana, juga mengklaim hanya kelompoknya yang mendapat restu dari Rizieq Shihab, tokoh yang kini dikabarkan sedang di Arab Saudi.
Namun, tak semua orang sepakat dengan deklarasi itu. Nama "Persaudaraan Alumni 212" pun digugat.
Sebanyak 50 orang yang tergabung dalam Presidium Alumni 212 membantah bahwa organisasinya sudah ganti nama.
"Presidium Alumni 212 tidak pernah memutuskan adanya perubahan nama," kata juru bicara nya, Aminudin, dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com.
Namun, meski ada berbagai versi kelompok turunan, ia mengklaim alumni 212 masih solid. "Jangan bilang terpecah," kata dia.
Beda Nama, Beda Kepentingan
Ditilik dari asal-usulnya, Gerakan 212 lahir muncul pada 2 Desember 2016 untuk memprotes Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas tuduhan penistaan agama. Setelah Ahok lengser dan dipenjara, tujuan mereka pun bercabang. Ada aroma politik di balik itu.Juru bicara Presidium Alumni 212, Aminudin, mengaku pihaknya menolak mencampurkan urusan politik dengan persoalan keumatan.
"Saya kira, kami akan menjadikan umat sebagai poros tengah, kekuatan tengah. Jangan lagi dipermainkan partai politik atau kepentingan-kepentingan yang sifatnya jangka pendek," kata Aminudin.
Senada, kuasa hukum Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera, menyarankan agar para ulama dapat melepas keulamaannya bila ingin terjun dalam politik praktis.
Apalagi, keikutsertaan seorang ulama dalam politik praktis akan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
"Jadi kalau dia mau masuk (politik), tapi lepaskan (keulamaanya), karena risikonya ada. Setiap pilihan ada risiko setiap dia masuk dalam partai politik pasti ada kompetitor ada kelompok yang suka ada kelompok yang tidak suka, untuk itulah jangan menyentuh politik praktis," kata Kapitra di Masjid Raya Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 27 Januari 2018.
"Jangan melakukan gerakan politik praktis. Sulit orang membedakan mana parpol dan mana organisasi masyarakat." Ia menambahkan, alumni 212 hanya bisa berpolitik praktis lewat jalur parpol.
Sementara, Ketua Garda 212, Ansufri Idrus Sambo, memiliki pandangan berbeda perihal urusan politik.
"Kita tidak bisa pisahkan politik dengan gerakan ulama," jelas Sambo. Bahkan, ia menambahkan, gerakan 212 termasuk gerakan politik.
"Memangnya, 212 kemarin itu bukan gerakan politik? Cuma kan soft politics bukan high atau politik praktis," ucap Sambo. Hanya saja, ia tidak menyetujui apabila gerakan 212 diklaim sebagai partai politik.
Sambo memastikan bahwa Garda 212 tidak terjun ke politik partis. Pihaknya hanya menyalurkan simpatisan 212 yang memiliki bakat di bidang politik. Semuanya melalui proses politik yang sewajarnya.
Sambo mengaku telah mempersiapkan sistem rekruitmen yang akan dilangsungkan mulai Maret nanti.
Sebelumnya, pada Sabtu 13 Januari 2018, di Kawasan Kemang, Sambo mengaku punya jalur kuat dengan petinggi Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PBB.
Dia juga menyebut nama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Menurutnya, mantan Danjen Kopassus itu memiliki tiga syarat bagi alumni 212 yang ingin berpolitik. Salah satunya, setiap calon harus memiliki dana untuk maju kontestasi.
"Pak Prabowo tanya uangnya cukup enggak untuk bertarung, kalau cukup itu bisa. Emang high cost sangat mahal, orang maju pasti harus punya dana. Itu faktanya," ujar dia.
Sambo menambahkan, syarat lainnya adalah kesiapan alumni 212 untuk membantu pemenangan Prabowo dalam Pilpres 2019.
Ancang-Ancang Pilkada dan Pilpres 2019
Dilihat dari momentumnya, perpecahan alumni 212 diduga kuat terkait dengan Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.Pengamat politik Universitas Paramadina Hendro Satrio berpendapat, terpecahnya kubu alumni 212 membuat mereka tidak lagi memiliki tujuan yang sama.
"Sekarang memang belum terlihat dampaknya (perpecahan alumni 212), kalau Pilpres sudah semakin dekat pasti akan terlihat. Tujuan mereka (menjadi) berbeda-beda," kata Hendro kepada Liputan6.com, Selasa (29/1/2018).
Ia menduga, sebagian alumni 212 yang mengarah ke politik terinspirasi keberhasilan gerakan dalam Pilkada DKI, ketika mereka menggagalkan kemenangan Ahok dan memberikan peluang pada pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang sebelumnya dianggap "kuda hitam".
"Mungkin karena di depan mata ada agenda politik Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Mereka terinspirasi oleh kesuksesan di Pilkada DKI Jakarta bisa direproduksi kembali di Pilkada serentak dan pilpres mendatang," kata Hendro.
Salah satu upaya yang terlihat, yaitu ketika sebagian alumni 212 berupaya mengusung La Nyalla Mattalitti sebagai bakal calon gubernur Jawa Timur.
Namun, upaya itu kandas, karena La Nyalla dianggap tak mampu meraih dukungan dari dua Partai lain, yaitu PAN dan PKS.
Belakangan, La Nyalla malah membongkar praktik mahar politik oleh Gerindra. Ia mengaku dimintai uang Rp 40 miliar agar mendapat rekomendasi partai itu maju sebagai calon gubernur.
Hendro pun menilai wajar jika alumni 212 kini terpecah dalam beberapa kelompok.
Pasalnya, 212 merupakan gerakan berbasis massa, dan tidak mempunyai aturan seperti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang jelas, seperti ormas atau partai politik.
"Kalau sebuah gerakan yang cair, pasti kalau sudah selesai kegiatannya akan memisahkan diri. Jadi karena agendanya selesai, wajar menurut saya terpecah-pecah. Kalau nanti agendanya ada yang sama ya mereka balik lagi," kata dia.
Sebelumnya, Pimpinan alumni 212, Slamet Maarif membantah mencalonkan La Nyalla. "Kami tidak pernah menunjuk atau merekomendasikan nama siapa pun," kata dia.
Terseretnya massa alumni 212 dalam politik juga menjadi persoalan yang disoroti oleh Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.
Menurut dia, awal eksisnya gerakan 212 jauh dari unsur politik. "Warga Muhammadiyah itu banyak dari daerah yang ke Jakarta dan mereka nggak ada kaitannya dengan politik," kata Dahnil di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat.
Ia menyebut masalah mulai terjadi saat 212 diseret pada kepentingan politik. Karena itu, dia meminta agar upaya politisasi dihentikan.
"Ketika dibelokkan menjadi kepentingan politik, melalui alumni-alumnian itu, ini menjadi masalah. Itu justru buat umat terpecah. Saran saya, setop politisasi keikhlasan umat melalui pelembagaan 212, segala macam. Itu yang kami nggak sepakat," ujar Dahnil.
Sumber Berita : https://www.liputan6.com/news
Dicecar 30 Pertanyaan Penyidik, Amien Rais Merasa Dimuliakan
Liputan6.com, Jakarta - Politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais kelar menjalani pemeriksaan sebagai saksi atas kasus Ratna Sarumpaet di Polda Metro Jaya. Ada sekitar 30 pertanyaan yang dilayangkan penyidik.Pantauan Liputan6.com, Rabu (10/10/2018), Amien Rais selesai menjalani pemeriksaan pukul 16.00 WIB. Terhitung sekitar 6 jam mantan Ketua MPR itu berbincang dan menjawab setiap pertanyaan polisi.
"30 persis," tutur Amien di lokasi.
Amien enggan membeberkan isi dari pemeriksaan tersebut. Dia hanya berterima kasih lantaran mendapat sambutan hangat dari kepolisian selama memberikan keterangan.
"Untuk makan dan salat dan ngobrol ke sana kemari, demikian smooth dan bagus. Pertanyaannya enggak berputar-putar apalagi menjebak. Siang tadi makan gudeg ayam kampung. Kemudian kalau mau nasi timbel masih ada," jelas dia.
Bahkan Amien juga sempat menerima perawatan medis. Dia dilayani pengecekan tensi darah untuk menghindari salah makan.
"Saya merasa dihormati, dimuliakan," Amien menandaskan.
Amien Rais selesai menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya (Liputan6.com/Nanda Perdana)
Sumber Berita : https://www.liputan6.com/news/read/3664160/dicecar-30-pertanyaan-penyidik-amien-rais-merasa-dimuliakan?medium=Headline&campaign=Headline_click_1
McCain
Ada satu hal yang sering dilupakan banyak public figure, baik itu politisi maupun ustadz: kalian tidak mungkin bisa menguasai semua hal. Jadi, bicaralah yang kalian ketahui dengan pasti, atau diam, daripada menumpahkan darah banyak orang (yang mungkin tak kalian sadari).Ada seorang politisi muda-cantik Indonesia yang memuji-muji McCain (politisi AS) demi menyindir lawan politiknya. Pertama, tak nyambung (mengapa harus memuji orang AS demi menyindir sesama politisi di Indonesia?).
Dia menulis, “Berduka atas wafatnya John McCain. Amerika beruntung memiliki negarawan seperti dirinya. Meski berkompetisi secara politik, McCain tak mau menjatuhkan lawannya dengan cara memecah-belah bangsa. Baginya persatuan bangsa jauh lebih penting dibanding kepentingan politik jangka pendek.”
Karena lawan politik si politisi ini adalah kubu 212, sudah jelas yang dia maksud sebagai pelaku ‘memecah-belah bangsa’ adalah kubu 212.
Kedua, sorry to say, ini malah menunjukkan kebodohannya soal geopolitik Timur Tengah. Si politisi dan partainya mencitrakan diri sebagai partai anak muda-pluralis-antiradikal. Tapi dia tak tahu bahwa McCain sejatinya adalah ‘ustadz besar’ bagi kubu 212.
Sebagai bukti, perhatikan siapa ustadz-ustadz yang paling heboh di di kubu 212, dan perhatikan apa kiprah mereka terkait Suriah.
Perhatikan kompilasi foto ini, Ustadz Bakhtiar Nasir dkk mengibarkan bendera Suriah versi pemberontak. Lalu di tengah, ada foto 3 lembaga pengepul donasi untuk Suriah, yang mengibarkan bendera yang sama. Di bawah, McCain menggunakan bendera (dalam bentuk syal) yang sama; dan foto dia sedang rapat dengan pentolan “mujahidin”.
Jadi, salah satu sponsor utama para pemberontak (yang oleh kubu 212 disebut “mujahidin”) adalah John McCain.
Ini sudah lama diketahui para pengunjung setia Fanpage saya. Beberapa anggota Parlemen AS pun sudah mengkritik pemerintah mereka sendiri karena menyuplai dana dan senjata untuk “mujahidin” ini.
Jadi, sang politisi ini bahkan lebih awam daripada ibuk-ibuk follower fanpage ini. Dia tidak paham peta konflik global: bahwa AS (yang sepertinya dikaguminya) sebenarnya bergandengan tangan dengan kubu yang (konon) dilawan oleh si politisi muda ini.
Sebaiknya dia belajar geopolitik global lebih banyak, dengan cara nongkrong di Fanpage ini (kalau mau), atau diam saja: berkomentarlah di bidang yang dikuasai saja. [sekilas iklan: atau beli buku saya “Salju di Aleppo”]
Maaf saya terpaksa nulis sepedas ini, karena selama 7 tahun terakhir saya jadi korban pembunuhan karakter yang dilakukan kelompok fans mujahidin ini. Dan ‘junjungan’ mereka ini (meski sebagian mungkin tak sadar) adalah McCain.
Buat yang ingin mengetahui rekam jejak kejahatan McCain mensponsori perang di berbagai negara, silahkan klik link ini: https://www.zerohedge.com/news/2017-07-22/complete-history-john-mccain-calling-war-around-world
Apa sih tujuan McCain menjadi makelar perang? Gampang saja: karena dia punya kaitan dengan berbagai perusahaan yang mengeruk untung maha-dahsyat dari perang.
Rest in Pieces, Sir… ila jahannam wa bi’sal masir.
Sumber Opini : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/08/27/mccain-2/
Falasi “Ganti Presiden-Ganti Sistem” (Renungan 17 Agustus)
Kemarin ada teman curhat:“Mbak, di grup WA, saya kasih klarifikasi soal Suriah, eh langsung dikomen: Oh kamu pasti Jokower! Kamu sadis ya, pro Assad?! Kamu Syiah ya!”
Saya prihatin. Perang Suriah sudah berlalu 8 tahun, dan tentara Suriah hampir menang. Media-media mainstream sudah mulai jujur mengenai suplai senjata dari Barat kepada para teroris; para anggota parlemen negara-negara Barat sudah mengecam pemerintah mereka atas fakta ini; jurnalis-jurnalis independen sudah bebas berkunjung ke wilayah-wilayah yang semula dikuasai “jihadis” dan mendapatkan cerita dari tangan pertama bagaimana ngerinya hidup di bawah cengkeraman para “jihadis”.
Tapi di Indonesia, orang-orang itu masih tetap pada “keyakinan”-nya. Mereka tetap pada posisi awal: memframing siapa saja yang berbeda dengan mereka soal Suriah sebagai lawan politik. Artinya apa? Seperti saya sering bilang: analisis terhadap politik dalam negeri kita tidak bisa dilepaskan dari analisis geopolitik Timteng.
Cara pikir mereka adalah hasil indoktrinasi bertahun-tahun. Mereka dididik oleh ustadz/ah dari kelompok-kelompok yang berideologi sama dengan para “jihadis” Suriah. Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Anshoru ini-itu, Mujahidin ini-itu, Jamaah ini-itu, ISIS, dan lain-lain, semuanya punya basis ideologi yang sama: takfirisme (menganggap yang tidak sekelompok dengan mereka adalah kafir dan boleh dibunuh).
Masing-masing tentu saja mengklaim paling Islam, masing-masing mengaku “gerakan damai” dan mengaku bukan teroris. Tapi anehnya, mereka menyebut teroris-teroris di Suriah sebagai “mujahidin”. Beramai-ramai mereka menggalang dana untuk Suriah sambil mengibarkan bendera teroris Suriah.
Jangan pernah melupakan bahwa Jubir HTI terang-terangan mengaku bahwa Hizbut Tahrir berbaiat pada Jabhah Al Nusra, kelompok teror terbesar di Suriah yang sadisnya tak kalah dari ISIS. Jangan lupa bahwa ustadz-ustadzah PKS selama ini selalu pro-“mujahidin” Suriah (karena memang yang angkat senjata di Suriah antara lain kelompok Ikhwanul Muslimin, akibat dendam masa lalu karena direpresi oleh Hafez Assad –represi ini dilakukan setelah IM melakukan upaya kudeta dengan dukungan senjata dari AS).
Nah, hasil indoktrinasi bertahun-tahun itu apa bisa dengan mudah berubah? Apa dengan menjagokan tokoh muda, ngepop, tajir melintir, plus konon-soleh, ideologi mereka otomatis berubah?
No, mereka tetap di sana, tetap sama. Mereka tetap kaum yang sama, yang mencitrakan diri modern tapi punya cita-cita yang sama barbarnya dengan Al Nusra, Jaish Al Islam, Ahrar al Sham, dan ISIS.
Nah, dari sini, kita bisa memahami betapa bahaya dan sesatnya pernyataan seorang ustadz HTI (di sebuah video viral). Sambil menyetir mobil penuh gaya, ia mengatakan, “ganti presiden, ganti sistem”.
Ini kalimat berfalasi akut. Kalau dia mau ganti presiden, dia sedang bicara soal sistem demokrasi, soal pemilu. Ketika dia bicara ‘ganti sistem’, karena dia ustad HTI, tentu saja yang dimaksud adalah khilafah. Jadi, apa maksudnya mengatakan ganti presiden, ganti sistem? Sesat logika: satu frasa mengandung 2 konsep yang kontradiktif, istilahnya “contradictio in terminis”.
Kini soal ganti sistem. Tak perlu ditutup-tutupi, masih banyak masalah yang ada di negeri ini. Petani dan nelayan yang digusur korporasi, utang, pengangguran, kemiskinan, ketidaksetaraan ekonomi. Semua itu masalah. Tak ada negara Dunia Ketiga yang tak menghadapi masalah serupa.
Lalu, mari berpikir jernih: ini masalah. Tapi jalan keluarnya seperti apa?
Memerdekakan diri (separatisme)? Hampir pasti [yang paham geopolitik global pasti tahu] negara baru-kecil-SDM terbatas- tapi-kaya-SDA itu akan jatuh ke dalam kooptasi negara adidaya. Omong kosong, dalam tatanan global hari ini, bila ada provinsi di Indonesia memerdekakan diri, ujug-ujug mereka bisa makmur. Elitnya, mungkin iya, yang menjilat korporasi adidaya.
Ganti sistem? Setuju, tapi diganti dengan sistem ekonomi Pancasila, kembali ke sistem politik yang didasarkan permusyawaratan dan hikmat kebijaksanaan. Itulah sistem politik dan ekonomi yang sudah dirumuskan oleh Bapak Bangsa kita di UUD 1945 versi asli. Pasca reformasi, UUD 45 diamandemen oleh MPR (diketuai Amien Rais) sehingga menyeret bangsa ini ke sistem liberalisasi ekonomi dan politik.
Keadilan ekonomi WAJIB ditegakkan. Tapi cara menegakkannya, jelas bukan dengan cara sesat-logika ala kelompok takfiri. Karena, ideologi ala mereka sudah terbukti destruktif di Irak, Suriah, dan Libya.
Sekali lagi, apa yang mereka lakukan di Indonesia tak bisa dilepaskan dari analisis geopolitik global. Tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa mereka berjejaring dengan kelompok-kelompok “jihad” di Irak, Libya, dan Suriah. Tidak bisa dipisahkan dari tangan kekuatan adidaya: ketika rezim di Irak dan Libya tumbang, yang berpesta-pora adalah korporasi Barat.
Jadi, mari belajar lebih banyak, tentang sistem ekonomi Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para pemikir hebat negeri kita. Indonesia yang berdikari, adil, dan makmur, adalah cita-cita bangsa ini. Tapi, kelompok takfiri tidak pernah mencita-citakan hal yang sama karena ideologi mereka adalah destruksi.
Ingat itu.
Dirgahayu Republik Indonesia
17-8-2018
Sumber Opini : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/08/18/falasi-ganti-presiden-ganti-sistem-renungan-17-agustus/
Astaga, Belum Puas Ngehoax Kasus Ratna Sarumpaet, Amien Rais Kini Bikin Hoax Lagi Tuding Polri Alergi Dengan Nama Muhammad
BERANINEWS.COM - Mantan Ketua MPR, Amien Rais memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet.Amien Rais tiba di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB. Sebelum ia tiba, kuasa hukum Amien sudah tiba lebih dulu sekira pukul 10.00 WIB.
Dia nampak menggunakan kemeja berwarna abu-abu dan jas kotak-kotak. Amien juga menggunakan kopiah hitam.
Amien nampak dikawal dengan ketat oleh pihak kepolisian. Nampak pula Hanum Rais dan Eggy Sudjana mendampingi.
"Saya dipanggil berdasarkan keterangan Ratna Sarumpaet," katanya.
Selain itu Amien Rais mempertanyakan surat pemanggilan terhadap dirinya tidak sesuai dengan nama lengkapnya. Namanya Muhammad Amien Rais, tapi dalam surat panggilan itu hanya nama Amien Rais saja.
"Surat panggilan tertulis Amien Rais, padahal nama saya itu Muhammad Amien Rais. Kenapa tidak disertakan nama Muhammad, apa alergi dengan Muhammad?" katanya.
Soal ini pun dipertanyakan oleh putranya, Hanafi Rais.
“Kenapa tidak memuat nama lengkap bila ingin ikut prosedur hukum. Mengapa suratnya dibuat seolah tergesa-gesa?” kata Hanafi saat diwawancara tvOne.
Seperti diketahui Amien diperiksa sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/astaga-belum-puas-ngehoax-kasus-ratna.html
Sebelum menjalani pemeriksaan, Amien Rais yang tiba di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB, sempat memberi keterangan kepada media terkait pemanggilan dirinya.
Amien Rais sempat meminta kepada Presiden Jokowi untuk mencopot Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait dengan kasusnya di KPK.
"Saya dipanggil berdasarkan keterangan Ratna Sarumpaet," katanya.
Selain itu Amien Rais mempertanyakan surat pemanggilan terhadap dirinya tidak sesuai dengan nama lengkapnya. Namanya Muhammad Amien Rais, tapi dalam surat panggilan itu hanya nama Amien Rais saja.
"Surat panggilan tertulis Amien Rais, padahal nama saya itu Muhammad Amien Rais. Kenapa tidak disertakan nama Muhammad, apa alergi dengan Muhammad?" katanya.
Soal ini pun dipertanyakan oleh putranya, Hanafi Rais.
“Kenapa tidak memuat nama lengkap bila ingin ikut prosedur hukum. Mengapa suratnya dibuat seolah tergesa-gesa?” kata Hanafi saat diwawancara tvOne.
Seperti diketahui Amien diperiksa sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/astaga-belum-puas-ngehoax-kasus-ratna.html
Fitnah Lagi Fitnah Terus , Amien Rais Tuding Pemanggilan Dirinya Oleh Polda Metro Jaya Sebuah Kriminalisasi
BERANINEWS.COM - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais akhirnya memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoax yang disampaikan aktivis Ratna Sarumpaet.Sebelum menjalani pemeriksaan, Amien Rais yang tiba di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB, sempat memberi keterangan kepada media terkait pemanggilan dirinya.
Amien Rais sempat meminta kepada Presiden Jokowi untuk mencopot Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait dengan kasusnya di KPK.
Dia yakin ada banyak pemimpin Polri yang jujur dan mengabdi kepada bangsa dan negara untuk menggantikan Tito Karnavian.
"Kita cinta polisi sebagai keamanan nasional, tapi kalau ada oknum yang enggak benar harus diganti," katanya.
Selain itu, Amien Rais menegaskan bahwa kasusnya adalah rekayasa.
Katanya, bila manusia bisa melakukan rekayasa, tapi Allah yang maha sempurna akan lebih unggul.
Seperti diketahui Amien diperiksa sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/fitnah-lagi-fitnah-terus-amien-rais.html
Massa PA 212 mengecam keras panggilan terhadap Amien Rais dalam kasus hoax Ratna Sarumpaet.
"Jangankan jadi tersangka, Pak Amien Rais dipanggil saja itu suatu kekeliruan. Polisi tidak sopan terhadap tokoh kami," ujar Wakil Ketua PA 212, Ustadz Asep Sarupudin saat orasi melalui pengeras suara.
"Kita cinta polisi sebagai keamanan nasional, tapi kalau ada oknum yang enggak benar harus diganti," katanya.
Selain itu, Amien Rais menegaskan bahwa kasusnya adalah rekayasa.
Katanya, bila manusia bisa melakukan rekayasa, tapi Allah yang maha sempurna akan lebih unggul.
Seperti diketahui Amien diperiksa sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan terhadap aktivis Ratna Sarumpaet.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/fitnah-lagi-fitnah-terus-amien-rais.html
Orator Demo PA 212 : Jangankan Jadi Tersangka, Pak Amien Rais Dipanggil Saja Adalah Tindakan Tidak Sopan Polri Kepada Tokoh.....
BERANINEWS.COM - Persaudaraan Alumni (PA) 212 ikut mengawal pemeriksaan Amien Rais dari depan Pintu Barat Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/10/18).Massa PA 212 mengecam keras panggilan terhadap Amien Rais dalam kasus hoax Ratna Sarumpaet.
"Jangankan jadi tersangka, Pak Amien Rais dipanggil saja itu suatu kekeliruan. Polisi tidak sopan terhadap tokoh kami," ujar Wakil Ketua PA 212, Ustadz Asep Sarupudin saat orasi melalui pengeras suara.
Pihaknya mempertanyakan alasan Polri memanggil ketua dewan penasehat PA 212 itu.
"Pak Amien itu pelaku kebohongan apa korban? Jadi tidak sepantasnya dipanggil," tegasnya.
Ustadz asal Jawa Barat ini juga menyebut kepolisian saat ini tak ubahnya hanya sebagai alat kekuasaan.
“Kami menghormati Bapak-Bapak Polisi, kami minta kepolisian berlaku adil,” tandasnya.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/orator-demo-pa-212-jangankan-jadi.html
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu pun sempat menyindir soal Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Ia meminta Presiden RI Joko Widodo berani mencopot Tito sebagai Kapolri.
"Pak Amien itu pelaku kebohongan apa korban? Jadi tidak sepantasnya dipanggil," tegasnya.
Ustadz asal Jawa Barat ini juga menyebut kepolisian saat ini tak ubahnya hanya sebagai alat kekuasaan.
“Kami menghormati Bapak-Bapak Polisi, kami minta kepolisian berlaku adil,” tandasnya.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/orator-demo-pa-212-jangankan-jadi.html
Di depan Polda Metro Jaya, Amien Rais Minta Jokowi Copot Kapolri Jenderal Tito Karnavian Dikarenakan Telah....
BERANINEWS.COM - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais memenuhi panggilan Polda Metro Jaya sebagai saksi untuk kasus dugaan penyebaran hoax Ratna Sarumpaet. Amien menilai, pemanggilan itu janggal.Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu pun sempat menyindir soal Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Ia meminta Presiden RI Joko Widodo berani mencopot Tito sebagai Kapolri.
"Saya tahu Anda semua mau tahu soal KPK dan lain-lain, saya enggak akan
panjang-panjang. Saya minta ke pak Jokowi supaya Pak Kapolri Tito segera
dicopot," kata Amien di Polda Metro, Rabu, 10 Oktober 2018.
Amien tak mau secara gamblang menyebut sebagai alasan Tito harus mundur.
Namun, bagi dia, masih banyak perwira tinggi Polri yang bisa bertugas dan mengabdi kepada bangsa negara untuk menggantikan Tito.
"Saya yakin stok pimpinan Polri yang jujur dan mengabdi bangsa negara masih banyak untuk ganti Pak Tito. Citra polisi sebagai menjaga keamanan nasional tapi kalau ada oknum yang enggak benar harus diganti."
Amien hadir di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB.
Ia didampingi sejumlah elite PAN seperti Drajad Wibowo, Hanafi Rais yang juga putra Amien Rais hingga tim kuasa hukum.
Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam alumni 212 sempat terlihat di luar area Polda Metro Jaya.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/di-depan-polda-metro-jaya-amien-rais.html
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/dina-sulaeman-hoax-demi-kekuasaan.html
Amien tak mau secara gamblang menyebut sebagai alasan Tito harus mundur.
Namun, bagi dia, masih banyak perwira tinggi Polri yang bisa bertugas dan mengabdi kepada bangsa negara untuk menggantikan Tito.
"Saya yakin stok pimpinan Polri yang jujur dan mengabdi bangsa negara masih banyak untuk ganti Pak Tito. Citra polisi sebagai menjaga keamanan nasional tapi kalau ada oknum yang enggak benar harus diganti."
Amien hadir di Polda Metro Jaya sekira pukul 10.15 WIB.
Ia didampingi sejumlah elite PAN seperti Drajad Wibowo, Hanafi Rais yang juga putra Amien Rais hingga tim kuasa hukum.
Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam alumni 212 sempat terlihat di luar area Polda Metro Jaya.
Sumber Berita : https://www.beraninews.com/2018/10/di-depan-polda-metro-jaya-amien-rais.html
Kalem Banget Ini Tanggapan Jokowi Diminta Amien Rais Copot Kapolri
Amien
Rais meminta Jokowi untuk mencopot Tito Karnavian sebagai Kapolri. Mbah
Amin tidak menyampaikan alasannya. Lalu apa tanggapan Presiden Jokowi?
Dulu,
Amien Rais dikenal sebagai bapak reformasi. Karena dia menjadi sosok
yang berhasil menggulingkan Soeharto setalah 32 tahun berkuasa menjadi
Presiden. Kritik-kritik tajamnya dulu selalu mendapat perhatian. Hingga
sekarang. Namun, kritiknya dulu selalu mendapat apresiasi masyarakat.
Namun sekarang ini kritik tajam Amien malah menjadi perdebatan.
Sebuah
ceramah di Masjid di kawasan Jakarta Selatan, Amien Rais mendikotomikan
adanya partai setan dan partai Allah. Mulanya, dia mengajak semua pihak
termasuk PAN, PKS, dan Gerindra bersama umat Islam berjuang bersama
membela agama.
Kemudian, dia menyebutkan,
sebaliknya ada pula partai besar yang bergabung dengan partai setan.
Namun, saat dikonfirmasi partai mana yang dimaksud partai setan, dia
enggan menjawab.
Saya dan sebagian besar
masyarakat tentu menginginkan pemimpin, tokoh yang bisa memberikan
kesejukan bukan malah memancing kontroversi. Kesejukan akan membuat
masyarakat adem, fokus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya
kontroversi, suasana panas akan membuat masyarakat gaduh, tidak betah
pada akhirnya dikhawatirkan akan terjadi perselisihan yang mengganggu
keamanan.
Baru-baru ini Indonesia digemparkan
oleh hoaks spektakuler yang dinyatakan oleh aktivitas Ratna Sarumpaet.
Celakanya Ratna merupakan pendukung utama Prabowo. Tak heran Prabowo,
Amien Rais, Fadli Zon langsung percaya dengan apa yang disampaikan
Ratna.
Kemudian setelah diketahui bahwa
pengakuan Ratna bohong, polisi menangkap Ratna dan memanggil beberapa
orang termasuk Amien Rais. Nama mantan Ketua MPR, Amien Rais, ternyata
juga disebut oleh aktivis Ratna Sarumpaet saat diperiksa polisi dalam
kasus dugaan penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan
yang menimpanya.
Amien diketahui sempat ikut
dalam konferensi pers terkait klaim penganiayaan Ratna. Atas hal itu,
lantas Amien pun dimintai keterangan sebagai saksi dalam kasus Ratna.
Pemeriksaan
Amien akan dilakukan, Rabu 10 Oktober 2018 pagi sekira pukul 10.00 WIB.
Polisi telah meminta keterangan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia, Said Iqbal karena namanya juga disebut Ratna saat pemeriksaan
dirinya.
Amien yang saat pemeriksaan ikut
didampingi Hanum Rais dan Eggi Sudjana ini menganggap surat pemeriksaan
tersebut janggal, karena dibuat sebelum Ratna Sarumpaet terbukti
melakukan kebohongan.
"Ini sangat amat janggal
sekali. Karena Ratna Sarumpaet pada tanggal itu belum memberikan
keterangan apapun pada polisi. Sedangkan surat panggilan saya sudah jadi
duluan," kata Amien.
Dirinya juga mempertanyakan pada penyidik kenapa nama dirinya di surat pemanggilan ditulis tak lengkap.
Sebelum
diperiksa, Amien juga menginginkan agar Kapolri Jenderal Tito Karnavian
segera dicopot, meski dirinya tak memberikan alasan pasti di balik
keinginannya tersebut.
"Saya tahu Anda semua
tahu soal KPK dan lain-lain, saya enggak akan panjang-panjang. Saya
minta ke Pak Jokowi supaya Pak Kapolri Tito Karnavian segera dicopot.
Alasan Anda cari sendiri. Saya yakin stok pimpinan Polri yang jujur dan
mengabdi kepada bangsa dan negara masih banyak untuk ganti Pak Tito,"
kata Amien.
Mbah
Amin, mbah Amin, cuma jadi saksi doang takut banget. Biasa saja. Polisi
cuma memerlukan keterangan karena nama mbah disebut Ratna. Begitu saja.
Ketinggian masa jadi saksi saja berani bener nyuruh Jokowi nyopot
Kapolri. Ah Pak Amien Rais ini standup komedi ya. Ada yang lebih lucu
lagi mbah?
Ketua Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN
Amien Rais meminta agar Jenderal Tito Karnavian dipecat dari jabatan
Kapolri. Apa tanggapan Presiden Joko Widodo?
Jokowi
awalnya ditanyai mengenai hasil investigasi Indonesialeaks, di mana
ditemukan dugaan rusaknya alat bukti oleh penyidik di KPK. Alat bukti
yang rusak itu terkait dengan dugaan aliran dari kepada Tito Karnavian
yang dulu menjadi Kapolda Metro Jaya.
Terkait
kasus itu, Jokowi tak mau bicara lebih jauh. Dia mengatakan hal itu baru
dugaan. Dia juga menegaskan tidak mau ikut campur masalah hukum itu.
"Kan
baru dugaan. Saya nggak mau intervensi, nggak mau ikut campur wilayah
hukum," kata Jokowi saat ditemui di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin,
Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018).
Jokowi
sendiri mengaku sering bertemu dengan Tito. Namun dia mengaku belum
mengkonfirmasi hal itu, karena kasus yang dialamatkan ke Tito baru
sekedar dugaan. Terkait dengan adanya permintaan agar Tito dipecat,
termasuk dari Amien Rais, Jokowi menilai desakan itu biasa saja.
"Desakan ya biasa," katanya.
Tuh, mbah Amien biasa saja. Dipanggil polisi ya biasa saja jangan panik. Kata Pak Presiden “biasa saja”.
Sumber :
Sumber Opini : https://seword.com/politik/kalem-banget-ini-tanggapan-jokowi-diminta-amien-rais-copot-kapolri-FCx4G-ySs
Makin Gak Bener! Orasi Khilafah Menggema dalam Aksi Kawal Amien Rais, Terbukti Ganti Sistem = Ganti ...
Ini
adalah kasus Ratna, ini adalah kasus pemanggilan Amien Rais sebagai
saksi, tapi kenapa orasi kali ini malah miring dan cacat logika setengah
mati? Apa hubungannya, antara Ratna, Amien dengan penerapan sistem
Khilafah yang diserukan massa pendemo pembela Amien Rais siang ini? Hah?
Orasi
yang berisi perlunya Indonesia menerapkan sistem khilafah menggema di
tengah massa pengawal pemeriksaan terhadap politikus PAN Amien Rais, di
depan Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu
Orator
Ricky Fattama melontarkan pernyataan tentang perlunya menerapkan sistem
Khilafah Islamiyah di Indonesia. Ricky merupakan Koordinator Aliansi
Pemuda dan Mahasiswa 212 yang juga menjadi koordinator lapangan aksi
massa mengawal Amien di Polda Metro Jaya.
"Ganti
Presiden, Ganti Sistem! Takbir!" Pekik Ricky menggunakan pengeras suara
dari atas mobil komando di depan pagar Mapolda Metro Jaya. Dijawab
massa "Allahuakbar!" Dilanjutkan lagi oleh orator "Kita akan
luluhlantakkan Amerika. Kita akan hancurkan Rusia. Dan itu tidak mungkin
dengan rezim seperti ini. Tidak mungkin dengan dengan sistem seperti
ini," "Itu hanya bisa gerakkan oleh pemimpin yang merupakan khalifah di dalam naungan sistem khilafah islamiyah. Takbir!" imbuh Ricky.
Semua ini terlampir dalam laman CNN Indonesia di link berikut https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181010135312-20-337282/orasi-khilafah-menggema-dalam-aksi-kawal-amien-rais
Terlihat
diatas sudah jelas sekali bukan? Tidak bisa lagi mengelak bukan? Apa
yang dimaksud ganti sistem adalah ganti menjadi sistem Khilafah!
Lihatlah wahai warga Indonesia, Pancasila kita, ingin diganti oleh
mereka, gerombolan mereka, gerombolan barisan HTI yang sakit hati karena
organisasinya dibubarkan, sudah dikasih ampun tidak di eliminasi
seperti jaman PKI, masih hanya sebatas organisasi dengan sumber daya
uang yang distop, mereka teramat sakit hati terhadap Pemerintahan Jokowi
Mereka
yakin, bisa memperalat Prabowo, jikalau nanti dia Presidennya, maka
bukan cerita fiksi lagi, negara ini benar-benar akan ganti sistem.
Pancasila ditendang dibuang, menjadi sebuah sistem baru, namanya Bhineka
dari beragam suku dan budaya, benar-benar akan dirubah menjadi ke-
Arab-araban yang dimana Arab sendiri sebenarnya sudah meninggalkan
budayanya menuju lebih baik.
Negara
kita justru sebagian orangnya malah ingin menjadi "Masa lalunya Arab"
dan ingin menerapkan itu di Indonesia, gerombolan ini, memang gerombolan
penyakit yang sangat berbahaya, ibarat kanker orang-orang atau
gerombolan ini bakal jadi kanker ganas dimasa yang akan datang. Fase ini
adalah fase permulaan mereka melawan balik setelah diserang telak oleh
Pemerintah.
Mereka tidak lagi bisa beralibi,
bahwa ganti sistem adalah ganti sesuatu yang lain, tapi disini jelas
terdengar lisannya, tertulis dalam catatan coretan berita bahwa ganti
sistem adalah ganti Khilafah.
Ditarik
kasus ke awal, saya makin tidak mengerti, ini cuma kasus Amien Rais
dipanggil menjadi saksi, sepertinya gerombolan pendemo ini punya agenda
lain yang memancing pemberitaan media, supaya terangkat, mungkin ada
niatan lain seperti misalnya, membangkitkan sel-sel tidur yang mungkin
sudah meninggalkan sistem khilafahnya mereka ini. Atau ada agenda lain
yang utama, seandainya massa ini memang loyal, berarti ceritanya cuma
satu, benar-benar ingin makar dalam mengupayakan kasus 98 terulang lagi.
Gerombolan
ini memang sudah tidak ada akal sehatnya, mereka dengan santainya dalam
penuh semangat berteriak dan mengatakan "Khilafah"
Kalau sebelumnya gerombolan ini selalu ngeles
dengan beragam spanduk yang berjejer menuliskan ganti khilafah,
sekarang mereka akan ngeles seperti apa lagi? Karena ini mereka sudah
terang-terangan berani mengatakan "Khilafah" ditempat terbuka, secara
langsung, dalam bentuk dukungannya terhadap Amien Rais, dalam kasus Hoax
Ratna yang sejatinya tidak nyambung dengan maksud harus ganti sistem
(ganti Khilafah) ini.
Kebhinakaan kita
benar-benar terancam, masa depan pancasila benar-benar akan gugur kalau
gerombolan ini berkuasa, mereka akan merusak nalar sehat kita selama ini
yang dengan mudahnya mereka kafirkan, padahal masih satu agama, hanya
karena berbeda pendapat, mereka cuma mau "Mereka doang yang benar" dan
siapapun yang menentangnya adalah sebuah kesalahan.
Kita
jangan tunduk dan takut, hari esok akan lebih cerah kalau kita tetap
berpegang teguh dengan asas pancasila. Karena Pancasila yang buat itu
bukan gerombolan penyusup perusak negara ini, pesan ini saya tujukan
kepada umat muslim di Indonesia supaya tidak terpengaruh dengan
doktrinnya HTI, karena kita harus tau bahwa Sejarah Pancasila Dirancang Ulama dan Disesuaikan Ayat Qur’an
Kalau HTI mau menggantinya dengan sebuah sistem, ini jelas adalah sebuah bentuk penjajahan! Usir HTI dari negara ini!
Stres, Ada Seruan Khilafah dalam Aksi Kawal Amien Rais
Mengapa
tidak boleh memilih kubu sebelah? Salah satu alasannya ya ini, banyak
orang stres yang hidup dalam ilusi, tak tahu apa yang sedang diucapkan,
tetapi merasa paling tahu. Baru saja HTI dibubarkan karena terbukti
ingin menggantikan Pancasila dengan sistem khilafah, muncul lagi seruan
khilafah dalam aksi kawal Amien Rais. Miris, sekaligus prihatin melihat
tinglah mereka.
Orator Ricky Fattama
melontarkan pernyataan tentang perlunya menerapkan sistem Khilafah
Islamiyah di Indonesia. Ricky merupakan Koordinator Aliansi Pemuda dan
Mahasiswa 212 yang juga menjadi koordinator lapangan aksi massa mengawal
Amien di Polda Metro Jaya. "Ganti Presiden, Ganti Sistem! Takbir!"
Pekik Ricky menggunakan pengeras suara dari atas mobil komando di depan
pagar Mapolda Metro Jaya.
"Allahuakbar!" pekik massa seperti diberitakan CNNIndonesia.com.
Ricky
menyatakan bahwa Indonesia tidak akan berubah menjadi negara yang kuat
jika tidak menerapkan sistem Khilafah Islamiyah. Dia mengatakan
Indonesia dapat mengalahkan Amerika Serikat dan Russia jika menerapkan
sistem tersebut.
"Kita akan luluhlantakkan
Amerika. Kita akan hancurkan Rusia. Dan itu tidak mungkin dengan rezim
seperti ini. Tidak mungkin dengan dengan sistem seperti ini," kata
Ricky. Hanya dengan pemimpin yang merupakan khalifah di dalam naungan
sistem khilafah maka negara ini bisa jaya dan menjadi negara maju
mengalahkan Amerika dan Rusia.
Orator silih
berganti dari berbagai elemen yang berbicara dari atas mobil komando.
Meski matahari begitu terik, massa tetap berkumpul di depan Mapolda
Metro Jaya. Puluhan Petugas pun masih berdiri tegap menjaga gerbang.
Nah,
bukti terus mengalir. Apa lagi yang mau dibantah. Itulah kelakukan
gerombolan sebelah yang ada udang di balik batu. Untuk apa mengawal
Amien Rais? Rupanya ada agenda semacam ini, menjual narasi khilafah.
Mereka ini rupanya sedang menjual produk yang tidak laku dengan harapan
masih ada orang yang percaya dan membelinya. Mereka telah melenceng dari
jalur, mengawal sambil menyisipkan agenda orasi khilafah. Benar-benar
stres mereka ini. Di otak mereka cuma khilafah saja tapi tidak tahu
fakta.
Sok yakin banget bisa kalahkan Amerika
dan Rusia melalui khilafah. Mereka ini cuma besar mulut tapi tindakan
nol. Lihat tuh negara Suriah dan Timur Tengah lainnya. Itu yang
dibangga-banggakan? Ya sudah pindah saja ke sana biar lebih gampang.
Bodohnya
sungguh keterlaluan karena mereka bodoh tapi tidak menyadari
kebodohannya. Khilafah bisa mengalahkan Amerika Serikat dan Rusia? Habis
makan obat apa sih hingga bisa ngomong seperti itu? Mereka menjual
mimpi yang terlalu muluk. Yang bisa menyaingi dua negaa tersebut
hanyalah China untuk saat ini. Negara yang namanya selalu bikin mereka
panas kayak cacing menggeliat. Negara tersebut pun juga condong ke
kapitalis dan mulai meninggalkan sistem awal mereka. Kalau tidak, negara
tersebut takkan maju seperti sekarang.
Dan
gerombolan sebelah ini membabi buta berusaha meyakinkan orang kalau
khilafah ada solusi atas majunya negara ini? Lawaknya sungguh
keterlaluan. Lihat saja negara tetangga macam Singapore atau Thailand,
mana ada pakai khilafah. Lihat juga Korea Selatan atau Jepang, mana ada
juga mereka pakai khilafah. Mereka adalah macan Asia.
Lihat
juga negara yag maju, termakmur dan sejahtera, lalu bandingkan sistem
ekonomi mereka, apakah pakai khilafah? Habis makan obat apaan sih hingga
tanpa rasa malu orasi khilafah? Mereka hidup dalam ilusi palsu tapi
ingin menyeret orang lain agar ikut-ikutan masuk ke dunia tersebut.
Negara
lain sudah berlomba-lomba mencari kehidupan lain di planet lain, di
sini ada sebagian salesman konyol yang masih menjual khilafah dan
produk-produk sejenis. Mereka ini yang bukan hanya menghambat kemajuan
negara, tapi juga bikin semak. Mereka sibuk koar-koar negara ini sulit
maju padahal mereka inilah penyebabnya.
Maka
dari ikut, pembaca harus sadar dan makin mantap dalam menentukan pilihan
pada pilpres nanti. Apakah mau memilih mereka dan gerombolannya yang
konyol seperti ini? Pendukungnya jelas-jelas memberikan bukti dan
membuka mata kita semua. Mereka ngomong begini, tapi hati kadang berkata
sebaliknya. Hukuman paling bagus adalah jangan memilih mereka. Biar
mereka sadar produk yang mereka jual tak laku di negara ini. Mau jual
mimpi khilafah? Pindah saja ke tempat lain.
Makin yakin dengan #JokowiLagi.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Opini : https://seword.com/politik/stres-ada-seruan-khilafah-dalam-aksi-kawal-amien-rais-eCRctG9Bd
Jejak Ketakutan Amien Rais, Dari Kawalan 10 Ribu Umat (Ehh??) Sampai Minta Kapolri Dicopot!
Hari
ini Amien Rais memenuhi pemanggilan kedua dari Polda Metro Jaya terkait
kasus hoax Ratna Sarumpaet. Sebelumnya pada hari Selasa kemarin (9/10),
Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) juga
sudah dipanggil dan memenuhi panggilan polisi. Beda dengan Amien Rais,
Said Iqbal langsung memenuhi panggilan polisi, nampak santai tanpa heboh
tanpa dikawal massa, malah senyum-senyum kayak selebriti Sumber. Kenapa Amien Rais tidak bisa seperti Said Iqbal ya? Kan dipanggil pun hanya sebagai saksi. Tinggal cerita, sudah!
Bicara Kejanggalan
Mungkin
Amien Rais punya andil banyak gitu? Merasa ketakutan sekali? Kenapa?
Kan jadi pertanyaan besar? Gimana mau dapat simpati masyarakat kalau
modelnya kayak gitu. Begitu datang ke Polda Metro Jaya tadi pagi, Amien
Rais sudah bicara tentang kejanggalan. Sebelum masuk ke ruang
penyelidikan, Amien sempat bicara di depan para wartawan.
"Ini
surat panggilan untuk saya tanggal 2 Oktober yang katanya berdasarkan
keterangan Sarumpaet, padahal Sarumpaet ditangkap tanggal 4 Oktober. Ini
sangat janggal. Tanggal 2, Sarumpaet belum memberi keterangan apapun ke
polisi," ujar Amien, dilansir detik.com.
"Apakah ini upaya kriminalisasi? Wallahualam," tutur Amien. "Nama yang
tertulis pada surat panggilan saya tertulis Amin Rais. Padahal nama saya
jelas Muhammad Amien Rais….. "Soal nama ini, saya mau tanya ke Ajun
Komisaris Besar Polisi Jerry Raymond Siagian dan AKP Nico Purba, kenapa
nama Muhammad tidak ditulis. Apakah alergi dengan nama Muhammad?
Wallahualam," ujar Amien Sumber.
Segitunya
ya. Makin ribut makin kelihatan gugup dan takutnya lho. Soal ecek-ecek
ini langsung dijawab oleh pihak kepolisian. "Tanggal 2 (Oktober) sudah
ada laporan polisi. Jadi dasarnya jangan penangkapan Bu Ratna Sarumpaet.
Tanggal 2 (Oktober) itu muncul LP (laporan polisi). Penyidik buat
panggilan tanggal 2 (Oktober) untuk diminta hadir tanggal 5 Oktober,
tanggal 2 kan LP sudah ada. Apa yang janggal?," kata Kabid Humas Polda
Metro Jaya Kombes Argo Yuwono Sumber.
Dikawal 10 Ribu Umat, Nyatanya?
Amien
Rais juga tidak datang sendiri. Dari kemarin memang sudah santer
beritanya bahwa akan ada pengawalan dari PA 212 buat Amien Rais.
Dilansir tribunnews.com,
jubir PA 212 Novel Bamukmin mengatakan pihaknya akan mengerahkan ribuan
orang dalam pengawalan ini. "Insyaallah 10 ribuan," ungkap Novel, hari
Selasa kemarin Sumber. Bahkan di Instagram sudah ada poster ajakan mengawal Amien Rais.
(viva.co.id)
Namun
kenyataannya? Hanya segelintir yang datang. Mereka juga menggelar salat
Zuhur berjamaah di jalan di depan Polda Metro Jaya. Segini 10 ribu?
(Facebook.com @Akmal Fikri Diaudin)
(tempo.co)
Karena
katanya yang datang sampai 10 ribu, maka pihak kepolisian pun sudah
menyiapkan 3.284 personel kepolisian buat menjaga aksi itu Sumber.
Saya
males nanya kenapa kok salatnya jadi di jalan? Di dekat situ kan banyak
masjid. Tapi saya tidak jadi nanya deh.. Lebih penting untuk menanyakan
kenapa massa-nya jadi menciut? Apakah para alumni 212 sudah tidak
peduli lagi sama Amien Rais? Sudah tahu kelakuan Amien Rais? Mana nih
yang waktu aksi demo 212 ikut turun ke jalan? Kok malah nggak ikutan?
Apa malu ketahuan nggak kerja alias pengangguran? Atau memang lagi kerja
beneran?
Minta Kapolri Dicopot
Selain
bicara soal kejanggalan, sebelum masuk ke ruangan penyelidikan, Amien
Rais juga minta Kapolri Jenderal Tito Karnavian dipecat. Anda semua
ingin tahu, saya nggak akan perpanjang. Saya minta Pak Jokowi agar Pak
Kapolri Tito Karnavian dicopot," ujar Amien, dilansir detik.com.
Amien tidak menjelaskan panjang lebar alasan dia meminta Tito dicopot.
Dia hanya menunjukkan lembaran koran nasional. "Saya yakin stock
kepemimpinan Polri yang jujur mengabdi ke bangsa dan negara banyak. Kita
cinta polisi," tutur Amien Sumber.
Ini
bukannya bikin orang menyangka Amien Rais garang dan galak. Malah
jadinya disangka panik ketahuan belangnya. Betul? Belum apa-apa sudah
merasa dikriminalisasi. Padahal sebelum hoax Ratna Sarumpaet terbongkar,
dia juga sok iya menyebarkan kebohongan itu. Dan sekarang waktu
dipanggil jadi saksi malah minta Kapolri dicopot?
Bayangkan
kalau orang-orang macam ini berkuasa. Dikit-dikit minta diistimewakan,
minta si A dicopot padahal si A hanya menjalankan prosedur. Artinya
orang macam gerombolan Prabowo ini lah yang suka menyalahgunakan
kekuasaan. Padahal saya yakin pihak kepolisian bekerja sesuai dengan
aturan dan SOP. Nah, yang belum apa-apa sudah minta Kapolri dicopot ini
yang patut dicurigai. Apakah memang dia sebenarnya tahu kalau itu hoax?
Mengapa tidak menyuruh Ratna melaporkan ke pihak kepolisian? Mengapa
langsung mengadakan konferensi pers? Buat yang waras aja.
Demikian kura-kura.
#JokowiLagi
(Sekian)
Tulisan sebelumnya: Aksi Demo Konyol Tolak IMF Di Bali Dibubarkan Masyarakat! Rasain!
Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor
Credit foto : tribunnews.com, detik.com
Sumber Opini : https://seword.com/politik/jejak-ketakutan-amien-rais-dari-kawalan-10-ribu-umat-ehh-sampai-minta-kapolri-dicopot-KdqxOrHQG
Bib...Apakah Amien Rais Itu Licik?
"Daeng,
benarkah Amien Rais itu orang yang licik?" Kembali pertanyaan Bib
Markho menghujam, tentu saja saya tak boleh gegabah menuduh orang licik
atau bulus atau pun cerdik atau pun apalah namanya.
"Bagaimana bisa ente bertanya begitu Bib?" tanya saya kembali, untuk mencari tahu akar kenapa pertanyaan seperti itu muncul.
"Yahh...kan
lagi ramai sekarang, Amien Rais kan mau diperiksa sebagai saksi, tapi
dia sudah melemparkan isu tentang kasus pengrusakan barang bukti, dan
tak tanggung-tanggung, ia sepertinya menyerang Jenderal Tito Karnavian.
Bukankah ini bisa ditarik benang merahnya?, bahwa Amien sengaja
melemparkan isu ini karena ia khawatir kalau diperiksa akan terkuak
bahwa memang dia ikut andil merencanakan kasus hoax Ratna Sarumpaet.
Bukan begitu kan Daeng?"
"Mmhhh...begitulah
mungkin politik ya?, banyak instrumen yang bisa digunakan untuk mencapai
tujuan. Tetapi, apakah dia licik atau tidak, kita memang harus telusuri
rekam jejaknya, apa saja yang selama ini yang dia lakukan, termasuk
reaksi orang-orang yang juga bersuara tentang dia" Saya juga bingung
harus menjawab apa sebenarnya. Tapi tetap harus bisa berpikir, persoalan
politik di satu sisi sesuatu yang menarik, tapi di sisi lain bisa
berakibat buruk bagi masyarakat.
"Nah, kalau
begitu, mari kita telusuri sepak terjang mbah Amien ini, sebenarnya apa
yang dilakukan selama ini adalah untuk dirinya dan kelompoknya ataukah
untuk rakyat?" Dan tentu saja internet adalah perangkat yang bisa
digunakan dengan baik, karena pewarta dan bahkan juga blogger biasanya
merekam sepak terjang tokoh-tokoh politik.
"Jadi
begini, kan awalnya dia mau bertemu dengan Jenderal Tito untuk
membicarakan kasus Ratna Sarumpaet, yang waktu itu diduga telah dianiaya
sejumlah orang sampai-sampai mukanya bengap ngak karuan. Artinya si
Amien ini masih percaya sama pak Tito untuk mengusut tuntas kasus ini
dan akan menangkap pelakunya. Tetapi, apa dikata, polisi dengan sigap
sudah bekerja dan mencari tahu, ini tentu saja upaya yang baik agar bisa
segera terungkap. Tapi nauzubillah, semua itu tidak ada, dan
jelas-jelas bohong.
"Nah, disinilah Amien Rais,
Prabowo cs pada bingung kayaknya, mungkin awalnya ingin membuat semacam
deal-deal kepada Kepolisian, tetapi keburu terungkap akhirnya tidak
jadi deh, kan galau jadinya.
"Kalau dia peduli
dengan kasus penganiayaan Ratna, kenapa tidak terlihat keras
kepeduliaannya terhadap supporter Persija yang begitu sangat sadis
dianiaya?, apakah karena Haringga Sirla bukan tim sukses kampanye?
sehingga tidak bersuara keras ke publik agar benar-benar banyak yang
mendengar, dengan harapan persepakbolaan di Indonesia akan tertib, Kalau
tertib dan tidak terlalu fanatik, kan bagus industri persepakbolaan di
sini.
"Tapi, dia sih diam-diam baek aja, hanya
mikirin bagaimana bisa mengalahkan Jokowi, Mungkin hampir setiap saat
Amien Rais ini memikirkan bagaimana bisa menjatuhkan Jokowi, bahkan
sudah jadi wirid harian...hahaha. mungkin saja dulu dia berharap jatuh
pada waktu ada demo 212, tetapi Tuhan berkehendak lain. Amien pasti
kecele.
"Masih ingat tentang janji yang dia
lontarkan?, apakah benar dia sudah berjanji atau bernazar akan jalan
kaki dari Jogja ke Jakarta kalau Jokowi menang pada pilpres 2014?"
Sangat
banyak yang diutarakan Bib Markho, saya pun mulai punya gambaran,
setidaknya kalau saya tidak berani menjawab pertanyaan Bib Markho
tentang kelicikan Amien Rais, cukuplah dianalisa dengan jeli. dan tetap
memakai hukum logika sebab-akibat.
"Jadi begini
Bib, misalnya kalau seseorang lapar maka dia akan cari makanan dan
makan. Maka kalau seseorang atau sekelompok orang mau berkuasa namun
kurang prestasi, tentu mereka harus melakukan cara lain yang tidak
berhubungan dengan prestasi,
"Karena
di saat yang sudah mepet ini, untuk bisa berprestasi memajukan bangsa
ini akan sulit, apalagi kalau memang karakter yang sudah terbentuk dan
keras tidak mau bersusah payah membangun hal-hal positif, cukup
melakukan serangan kepada lawan, mencari-cari kelemahannya dan
menuduhnya macam-macam, dengan harapan rakyat tidak lagi simpatik."
Belum sempat melanjutkan penjelasan saya, Bib Markho langsung memotong.
"Tepat
sekali...sepakat itu..!!!. Maka sudah sangat jelas, orang yang dulu
berteriak-teriak tentang Sertifikat ngibul, itu adalah cara menyerang
tanpa prestasi, lantas kemudian dia dengan seenaknya membuat definisi
sendiri tentang Partai Allah dan partai Setan, jelas bukan prestasi,
tapi tuduhan yang hanya untuk mengacaukan opini publik, itu semua
serangan.
"Apakah mbah Amien ini keberadaannya
di Indonesia untuk membuat negara ini menjadi negara maju atau hanya
orang yang suka bermain-main yang tak peduli dengan orang banyak?,
politisi garis keras?, semenjak awal-awal reformasi dia kan tidak suka
dengan Prabowo, nah sekarang bersama Prabowo, Nah... ini kan jelas semua
hanya kepentingan.
"Maka, ketika sebenarnya
dia ingin kasus dugaan penganiayaan Ratna ini bisa menjadi besar, itu
akan menguntungkannya, dan pastilah pemerintah akan disalahkan. Tetapi
keadaan berbalik, maka Amien Rais kebingungan, apalagi saat dipanggil
jadi saksi, ada-ada saja alasan yang dilontarkan, sampai-sampai bawa
massa
"Lalu, yang kita saksikan di pemberitaan,
Amien Rais melontarkan isu lagi, dan sudah jelas, dia tak ingin menjadi
tersangka, maka caranya hanyalah menyerang sebagai pertahanan Amien, dan
dia pun menyerang Jenderal Tito Karnavian. Kan Kamvret toh kalau begitu
Daeng?"
Saya pun tersenyum saja geleng-geleng
kepala menatap Bib Markho, belum sempat saya mengambil gorengan untuk
ngemil, Bib Markho menambahkan,
"Jadi jelas
Amien Rais ini memang lihai, padahal menurut ane yang awam ini, kita
harus fokus, kalau kasus Ratna Sarumpaet yang ditangani, kita harus
fokus dengan kasus ini, tapi tampaknya Amien Rais sengaja melebarkannya
agar terjadi kekacauan pemeriksaan. Amien maunya tidak diperiksa.
Padahal kan kalau tidak bersalah, yahh datang aja, dan jelaskan secara
gamblang, ngak usah bawa-bawa massa segala, Kok gitu aja repot. Kualat
dia sama almarhum Gusdur"
Dina Sulaeman: Hoax Demi Kekuasaan
JAKARTA – Denny Siregar
baru-baru ini menulis soal Nayirah, gadis 15 tahun yang mengaku sebagai
perawat di Kuwait. Dengan sangat meyakinkan, ia menangis menceritakan
betapa bayi-bayi dikeluarkan dari inkubator, lalu dibuang ke lantai.
Presiden AS saat itu, Bush sr. mengutip ‘kesaksian’ Nayirah berkali-kali
dalam pidatonya, sampai akhirnya Kongres menyetujui dimulainya Perang
Teluk I.
Sekitar setahun kemudian, ketika semua sudah terlanjur, ketika ratusan
ribu nyawa melayang akibat bom AS, baru ketahuan siapa sebenarnya
Nayirah. Ia ternyata putri Dubes Kuwait untuk AS. Skenario kesaksiannya
dirancang oleh sebuah perusahaan Public Relation besar dan mahal, Hill
& Knowlton.
Akting Nayirah bukan satu-satunya
kebohongan yang dipakai para kapitalis perang selama ini. Perang Suriah
juga menampilkan banyak aktor/aktris yang berbohong.
Baca: Bahaya Propaganda, Belajaralah dari Konflik Suriah
Saya sudah berkali-kali menulis soal hoax White Helmets. Ada pula aktris cilik, Bana Al Abed.
Dia disebut Tempo sebagai ‘Anne Frank dari Suriah’. Saya pun menulis
surat kritik kepada redaktur Tempo, ini saya copas sebagian:
===Majalah Tempo edisi 19-25 Desember
2016 memuat artikel berjudul “Anne Frank dari Aleppo Timur” (AFAT).
Artikel tersebut ditulis Sita Planasari dengan sumber The Star,The
Telegraph, The New York Times. AFAT bercerita tentang seorang anak usia 7
tahun, Bana Alabed yang secara sangat aktif bercuit di Twitter,
menceritakan bahwa dia dan keluarganya dalam kondisi gawat karena
dibombardir terus oleh tentara Suriah dan Rusia.
Baca: Denny Siregar: HOAX Adalah Senjata Penghancur Massal Tercanggih Saat ini
Sebagai sebuah media yang dikenal hebat
dalam investigasi, artikel AFAT seharusnya juga didasari dengan
investigasi online yang lebih lincah. Sejak dari kalimat pertama,
penulis seharusnya sudah memiliki kecerdasan untuk mengendus keanehan,
mengapa Bana Al Abed yang baru berusia 7 tahun sudah memiliki 200.000
[sekarang bahkan lebih dari 300.000] follower di Twitternya? Dengan
sedikit mengecek, akan ketahuan bahwa akun Twitter Bana baru dibuat pada
September 2016.
Follower pertama Bana adalah jurnalis
Aljazeera, Abdul Aziz Ahmed. Pengecekan di akun Facebook dan Twitter
keluarga Bana memperlihatkan bahwa ayah dan ibunya adalah anggota
kelompok militan. Kata “militan” adalah eufemisme, karena cara-cara
beroperasi mereka bersifat terorisme.
Bana juga pernah berfoto dengan jurnalis
Hadi Abdallah (foto mereka dimuat di akun Al Jazeera). Pengecekan
foto-foto lain menunjukkan Abdallah kedapatan berpose bersama pasukan Al
Nusra dan salah satu pimpinan pasukan teror di Suriah, Abdullah
al-Muhaysini (asal Saudi); bahwa anggota keluarga Bana juga pernah
berfoto akrab dengan Mahmoud Rslan, fotografer Omran Daqneesh (si “bocah
di kursi oranye”). Dan Rslan pun kedapatan berpose riang dengan
Norouddin Zinki yang menggorok leher bocah Palestina, Abdullah Isa,
sambil tertawa di depan kamera. Dari jejaring Bana ini terlihat bahwa
Bana berasal dari kelompok militan sehingga menjadikannya satu-satunya
‘narasumber’ dalam tulisan soal Aleppo sama sekali tidak valid.===
Baca: Surat untuk Tempo tentang Anne “Bana” Frank dari Aleppo
Aktris lain adalah dokter Saleyha Ahsan.
Ia menjadi narsum berita BBC; lalu juga tampil dalam film dokumenter
yang dibuat BBC mengenai ‘serangan senjata kimia di Umm Al Kubra’ dengan
judul ‘Saving Syria’s Children‘. Ketika dilacak foto-foto di akun
facebooknya, ketahuan, Dr Saleyha berpose dengan kelompok “mujahidin”
Libya yang angkat senjata menggulingkan Presiden Qaddafi.
Ada dokter lain yang juga digunakan BBC
dalam film dokumenter palsu itu, yaitu Dr. Rola (saya ceritakan juga di
buku saya Salju di Aleppo).
Dr Rola tampil dalam berita BBC tanggal
29 Agustus 2013. Di dalam berita itu, ditampilkan video amatir dari
lapangan (seolah direkam warga), dr. Rola mengatakan ada serangan “bom
napalm”. Lalu, esoknya, di film dokumenter Saving Syria’s Children,
rekaman yang sama juga ditayangkan BBC, tapi kali ini Dr. Rola
mengatakan ‘serangan senjata kimia’. Jadi, ada editan.
Yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah: SIAPA YANG MEMBONGKAR INI SEMUA?
Tak lain: NETIZEN.
Merekalah yang dengan tekun -tanpa
dibayar- membongkar rekam jejak digital White Helmets, Bana Al Abed, dr.
Saleyha, dan dr. Rola. Bahkan untuk kasus Dr Rola, netizen bela-belain
melakukan cek audio untuk memastikan bahwa yang terjadi adalah editing
suara, bukan dua kali rekaman. Seorang netizen Inggris bernama Robert
Stuart adalah orang yang paling ngotot menelusuri kasus ini dengan cara
melakukan analisis video dan mengungkap berbagai kejanggalan dalam
video, dengan amat detil.
Baca: Hoax BBC (Lagi dan Lagi)
Di Indonesia pun, inilah yang sedang
terjadi. Hoax Suriah sejak awal perang (2012) sudah dibongkar, bukan
oleh wartawan media terkemuka, tapi oleh netizen tanpa bayaran. Setiap
kali fanpage (atau seleb fb) pro-teroris posting satu foto, dengan
segera mereka lacak keasliannya. Lalu fanpage pro-teroris itu pun balas
dendam dengan me-report fanpage yang melawan narasi mereka (saya pernah cerita soal perang antar fanpage itu di sini)
Hal yang sama juga terjadi dalam politik
dalam negeri. Begitu banyak hoax disebar demi kekuasaan. Entahlah, apa
karena ormas-ormas radikal yang sangat berpengalaman dalam menebar hoax
Suriah ‘kebetulan’ kini semua bersatu di belakang salah satu capres?
Namun, sebagaimana dulu melawan hoax
Suriah, netizen Indonesia pun dengan penuh “militansi” juga bergerak
melawan hoax terkait politik dalam negeri. Bau hoax di balik wajah
bengep pemain teater berinisial RS itu, juga dengan cepat terendus oleh
netizen.
Artinya apa? Sudahlah, skenario hoax
berbiaya sangat mahal (White Helmets didanai totalnya ratusan juta USD
oleh AS dan Inggris, skenario Nayirah dibuat perusahaan PR besar AS,
biayanya juga jutaan USD; kasus dua dokter narsum BBC –gak main-main,
BBC!) pun berhasil dibongkar netizen. Apalagi hoax amatiran. Jadi,
Anda-Anda politisi yang sedemikian haus kekuasaan dan ingin ganti
presiden, sudahlah, bertarung saja dengan jujur. Percuma main hoax.
Zaman now, hoax apapun dengan mudah
dipatahkan. Karena selalu ada orang-orang di luar sana yang tak perlu
dibayar, tapi punya nurani untuk terus menjaga negeri ini. (SFA)
Sumber: Akun Fan Page Dina SulaemanSumber Berita : http://www.salafynews.com/dina-sulaeman-hoax-demi-kekuasaan.html
Denny Siregar: Pak Amien Malulah Sama Ahok!
JAKARTA – Melihat paniknya kelompok oposisi terhadap situasi pasca tertangkapnya Ratna Sarumpaet ini, saya jadi tertawa geli.
Ketika Amin Rais dipanggil polisi hanya
untuk diminta klarifikasi, mereka semua langsung bereaksi. PA 212 akan
kirimkan 500 orang untuk melindungi. Habiburakhman kerahkan 300
pengacara sebagai amunisi.
Baca: Surat Terbuka Super Pedas Iyyas Subiakti kepada Amien Rais dan Zulkifli Hasan
Bahkan tim Prabowo akan praperadilankan
polisi. Praperadilan? Lha, Amin Rais jadi tersangka aja belum kok sudah
ambil langkah jauh di depan. Bahkan Dahnil Simanjuntak juru bicara
oposisi berkata, Muhammadiyah dan Kokam sangat marah. Lebay gak sih?.
Begitulah cara mereka, mencoba
mempengaruhi opini penegak hukum lewat tekanan massa. Mereka berlindung
dibalik gerombolan. “Mainnya keroyokan..” begitu kata seorang teman
sambil tertawa. Ini baru dipanggil jadi saksi, bagaimana kalau nanti
perannya terbukti?
Baca: Eko Kuntadhi: Beda Akhlak Jokowi dan Amien Rais
Saya lalu teringat seorang Ahok..
Ia yang dimaki kafir, cina dan mulutnya
tidak sekolah, ternyata jauh lebih jantan dari mereka-mereka. Ahok
datang ke kepolisian sendirian, mereka melaporkannya secara keroyokan.
Ahok datang ke pengadilan sendirian, mereka menekan persepsi hakim
dengan demo besar-besaran.
Ahok bahkan menerima keputusan yang
dirasanya tidak adil itu juga dengan sendirian. Dan mereka terus
mengeroyoknya dengan wajah kemenangan.
Buat kelompok oposisi, maen keroyok itu
budaya. Mereka tidak berani stand alone menghadapi masalah yang mendera.
Mereka butuh gerakan bersama, supaya bisa menghilangkan
ketidakpercayaan diri. Coba mereka sendirian, mana berani?
Baca: Advokat Saiful Huda Lawan Politik Brutal Amien Rais
Beranikah mereka seperti Ahok yang ksatria menghadapi semuanya sendiri?
Ahok itu laki. Ia menghadapi semua kasus
yang menghantamnya dengan kepala tegak berdiri. Baginya, semua harus
dihadapi. Karena ini masalah kehormatan dan harga diri. Pun jika ia
divonis bersalah meski ia sudah berusaha sekuat tenaga, ia akan tetap
dikenang sebagai orang pemberani.
Baca: Advokat Saiful Huda Bongkar Jejak Politik Amien Rais
Tanpa disadari kelompok oposisi, mereka
jadi bahan tertawaan dengan perilaku mereka. Seperti anak kecil yang
dipukul teman dan nangis mengadu ke orang tua. Dan orang tuanya pun
seperti lelaki gagah datang ke sekolah padahal ini hanyalah masalah
kanak-kanak saja.
Sudah cukup ketawa gelinya? Mari seruput kopinya. (SFA)Amien Diperiksa, Alumni 212 Orasi Khilafah
JAKARTA – Orasi yang berisi perlunya Indonesia
menerapkan sistem khilafah menggema di tengah massa pengawal pemeriksaan
terhadap politikus PAN Amien Rais, di depan Polda Metro Jaya, Jakarta,
Rabu (10/10).
Orator Ricky Fattama melontarkan
pernyataan tentang perlunya menerapkan sistem Khilafah Islamiyah di
Indonesia. Ricky merupakan Koordinator Aliansi Pemuda dan Mahasiswa 212
yang juga menjadi koordinator lapangan aksi massa mengawal Amien di
Polda Metro Jaya.
“Ganti Presiden, Ganti Sistem! Takbir!”
Pekik Ricky menggunakan pengeras suara dari atas mobil komando di depan
pagar Mapolda Metro Jaya.
Ricky menyatakan bahwa Indonesia tidak
akan berubah menjadi negara yang kuat jika tidak menerapkan sistem
Khilafah Islamiyah. Menurutnya, dengan sistem tersebut, Indonesia dapat
mengalahkan Amerika Serikat dan Russia.
“Kita akan luluhlantakkan Amerika. Kita
akan hancurkan Rusia. Dan itu tidak mungkin dengan rezim seperti ini.
Tidak mungkin dengan dengan sistem seperti ini,” imbuh Ricky.
“Itu hanya bisa gerakkan oleh pemimpin yang merupakan khalifah di dalam naungan sistem khilafah islamiyah. Takbir!” ucap Ricky.
Hingga saat ini, massa Persaudaraan
Alumni 212 yang mengawal Amien Rais masih berkumpul di depan gerbang
Mapolda Metro Jaya, Jalan jenderal Sudirman, Jakarta. Mereka masih
berada di sekeliling mobil komando sejak pukul 10.00 WIB tadi.
Orator silih berganti dari berbagai
elemen yang berbicara dari atas mobil komando. Meski matahari begitu
terik, massa tetap berkumpul di depan Mapolda Metro Jaya. Puluhan
Petugas pun masih berdiri tegap menjaga gerbang.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02
Prabowo Subianto menyebut upaya mengaitkan khilafah dengan dirinya
sebagai “propaganda yang sebetulnya licik”. Ia menegaskan kesetiaannya
kepada sistem Pancasila.
“Jadi tidak mungkin saya akan keluar
dari sistem pancasila dan NKRI,” ujar Prabowo, di kediaman Istri
Abdurrahman Wahid, Sinta Wahid, Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (13/9).
Meskipun faktanya, basis pendukung Prabowo adalah orang-orang yang berideologi khilafah dan anti-NKRI. [ARN]
Doktrin Siswa Anti-Jokowi, Guru SMA 87 Diperiksa
JAKARTA – Beredar kabar aduan dari seseorang yang
menuduh guru di SMA Negeri 87 Jakarta mendoktrin siswanya untuk membenci
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pihak sekolah turun tangan mengenai
perkara tersebut.
Dalam aduan yang viral tersebut, si
pengadu yang mengaku orang tua murid menyebut anaknya dan siswa SMAN 87
lainnya dikumpulkan guru N di masjid dan ditunjukkan video gempa di
Palu, Sulawesi Tengah. Masih dalam aduan itu, si pengadu menjelaskan
guru N menyebut banyak korban yang bergelimpangan akibat gempa merupakan
salah Jokowi.
Ia pun menyayangkan hal tersebut dan
meminta pihak terkait turun tangan. Screenshot aduan yang viral tersebut
sudah diketahui Kepala SMAN 87 Jakarta Patra Patriah.
Kepada detikcom, Rabu (10/10/2018),
Patra juga menunjukkan aduan dari nomor anonim yang menyayangkan
perbuatan guru N. Patriah menjelaskan, pihak sekolah sudah memeriksa
guru N.
“Pembinaan terhadap guru yang bersangkutan disaksikan dengan 3 wakil kepsek dan ka-TU,” ujar Patriah.
Hasil dari pembinaan itu, kata Patriah,
guru N sudah meminta maaf atas perbuatannya. Permintaan maaf tersebut
dituliskan di atas kertas yang sudah ditandatangani.
“Guru tersebut minta maaf atas
kekeliruannya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Beliau
juga membuat pernyataan di atas kertas yang ditandatangani,” jelas
Patriah.
Bila di lingkungan sekolahan sudah dijejali KEBENCIAN, apa yang bisa diharapkan bangsa ini pada generasi mendatang?
Sekolah adalah rumah intelektualitas,
untuk pengetahuan maupun moral etika. Guru adalah pondasi sebuah bangsa
yang harus benar bebas / netral dari paparan radiasi kegiatan politik.
Secara resmi saya melaporkan kegiatan
intimidatif terkait keberpihakan oknum Guru tersebut yang dilakukan oleh
salah seorang oknum guru di sebuah sekolah di Jakarta Selatan.
Sebuah tindakan yang berbahaya, sebagai
guru agama harusnya mengajarkan nilai-nilai agama yang penuh kasih
sayang dan rahmat untuk seluruh alam, malah di gunakan untuk menanamkan
kebencian kepada pemerintah.
Kami sangat berharap dilakukan penegakan
hukum yang profesional oleh POLRI dan kepada oknum Guru tersebut dapat
di berikan hukuman sesuai aturan netralitas ASN dan aturan terkait
lainnya. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/10/doktrin-siswa-anti-jokowi-guru-sma-87-diperiksa/
Re-Post by MigoBerita / Rabu/10102018/18.26Wita/Bjm