Ramai Soal Hoax Ratna Sarumpaet, Ustadz Abdul Somad Beberkan Hukum Operasi Plastik
BANJARMASINPOST.CO.ID - Publik dihebohkan dengan aksi kebohongan atau hoax yang dilakukan Ratna Sarumpaet.
Dia sempat dikabarkan dianiaya, namun ternyata menjalani operasi sedot
lemak. Sebelumnya, dia dikabarkan jalani opetrasi plastik.
Ratna Sarumpaet akhirnya membeberkan alasan muka lebam yang ramai
beredar bukan karena dianiaya tiga pria di Bandung adalah karena operasi
sedot lemak yang ada menyebutnya operasi plastik.
Nah, bagaimana hukumnya operasi plastik dalam Islam seperti dilakukan Ratna Sarumpaet. Ustadz Abdul Somad sendiri pernah menerangkan soal Operasi plastik itu.
Kecaman
pun datang dari berbagai pihak soal Ratna Sarumpaet. Termasuk kecaman
dari Tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang mengaku dirugikan dan
dibohongi.
Kasus kebohongan Ratna juga diproses polisi.
Terlepas dari proses hukum dan cacian, bagaimana sebenarnya hukum
melakukan operasi plastik (Oplas) dalam agama Islam, agama yang dianut Ratna Sarumpaet?
Dalam sebuah ceramah Ustadz Abdul Somad, ustad yang dikenal lucu ini membahas tentang hukum operasi plastik dalam Islam.
Menanggapi soal operasi platik, Ustad Somad mengutip Hadits Riwayat
Abdullah Ibnu Mas'ud, Allah melaknat tukang pembuat tato, mencabut
mencukur bulu mata, dan merubah ciptaan Allah. Menurut Ustad Somad, Setan akan membuat orang-orang yang melakukan operasi pelastik terus berangan-angan.
"Orang kecanduan operasi plastik, setan akan membuat dia sampai mati
terus berangan-angan, engkau cantik engkau cantik engkau cantik, kau
cukur alis, kau tanam itu kau cantik''kata Ustad Somad.
Beliau juga mengingatkan bagi yang telah melakukan nya untuk
mencabutnya karena dapat mengakibatkan infeksi dan berakibat kerusakan
wajah.
Simak nasihat Ustad Somad dalam video di bawah ini soal operasi plastik.
Oplas Menurut Kajian Nahdlatul Ulama
Operasi plastik merupakan upaya rekonstruksi kulit yang dilakukan karena sebab-sebab tertentu.
Secara lebih khusus dalam dunia medis dikenal istilah face off atau
upaya merekontruksi wajah yang rusak karena suatu musibah agar kembali
seperti semula.
Face off tersebut merupakan penemuan teknologi kedokteran yang
dilakukan dengan sistem bedah dan bila perlu dengan mengganti
bagian-bagian wajah yang rusak dengan bagian tubuh lainnya.
Pertanyaannya, bagaimanakah hukum operasi plastik, atau lebih khusus,
face off (merekonstruksi wajah) agar kembali seperti semula?
Dalam bahtsul masail Munas Alim Ulama NU di Surabaya, 2006,
diputuskan bahwa merekonstruksi wajah agar kembali seperti semula
hukumnya adalah boleh, namun dalam batas-batas tertentu.
Praktik face off ini lebih sering dilakukan oleh kaum perempuan.
Dalam Fathul Bari Syarah Shahihil Bukhari, karya Ibnu Hajar al-Asqalani
disebutkan qoul imam Ath-Thabari bahwa perempuan tidak boleh merubah
sesuatu dari bentuk asal yang telah diciptakan Allah SWT, baik menambah
atau mengurangi agar kelihatan bagus.
Seperti, seorang perempuan yang alisnya berdempetan, kemudian ia
menghilangkan (bulu alis) yang ada di antara keduanya, agar kelihatan
cantik atau sebaliknya (kelihatan jelek dengan berdempetannya). Ilustrasi (Shutterstock)
Atau seorang perempuan yang memiliki gigi lebih lalu ia mencabutnya;
atau giginya panjang lalu ia memotongnya; atau perembuan itu berjenggot
atau berkumis atau berbulu di bawah bibirnya lalu mencabutnya; dan
seorang perempuan yang rambutnya pendek atau tipis lalu ia
memanjangkannya atau menebalkannya dengan rambut orang lain; Semua itu
adalah termasuk perbuatan yang dilarang, karena merubah apa yang telah
diciptakan oleh Allah SWT.
Ath-Thabari berpendapat pula, terkecuali jika ada bagian tubuh yang menimbulkan madarat dan rasa sakit.
Seperti, seorang perempuan yang memiliki gigi lebih atau giginya
panjang yang mengganggunya ketika makan, atau memiliki jemari lebih yang
mengganggunya atau menjadikan sakit maka boleh mencabut atau
memotongnya.
Dalam masalah yang terakhir ini, laki-laki sama dengan perempuan.
Bagaimana jika terjadi cacat fisik akibat kecelakaan? Syekh Wabah
az-Zuhaili, dalam al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, berpendapat bahwa
boleh melakukan pemindahan organ tubuh dari suatu tempat ke tempat lain
dalam satu tubuh manusia dengan catatan bahwa manfaat yang diharapkan
dari operasi itu lebih kuat ketimbang madarat yang ditimbulkannya.
Pemindahan tersebut disyaratkan untuk menumbuhkan kembali anggota
yang hilang, mengembalikan bentuknya, mengembalikan fungsinya semula,
memperbaiki aib, dan atau untuk membuang noda, yang semu itu dapat
menyebabkan seseorang mengalami tekanan jiwa atau fisik.
Abdul Karim Zaidan, dalam al-Mufashshal fi Ahkamil Mar’ati wal Baitil
Muslim membuat ibarat berikut: Kadang-kadang pada wajah perempuan atau
anggota tubuh lainnya yang tampak terdapat cacat yang buruk akibat
terbakar, luka atau penyakit.
Cacat itu menjadi beban berat karena dapat menyebabkan tekanan batin
terhadap perempuan itu. Apakah boleh melakukan operasi untuk
menghilangkan cacat tersebut?
Ia menjawab, boleh, meskipun operasi itu mengarah kepada upaya mempercantik diri.
Sebab, tujuan pertamanya adalah menghilangkan cacat yang ada.
Meskipun, dengan melakukan operasi untuk menghilangkan cacat
tersebut, perempuan itu bermaksud mempercantik diri. Dengan demikian,
operasi seperti ini termasuk pada tataran mubah (boleh), karena
keinginan perempuan mempercantik wajahnya adalah jaiz (boleh).
Disarikan dari Ahkamul Fuqoha, kumpulan hasil-hasil bahtsul masail dalam Munas dan Muktamar NU dari tahun 1926-2010.
Sambil Menahan Tangis, Hanum Rais Sebut Ratna Sarumpaet Cut Nyak Dien Masa Kini
TRIBUN-VIDEO.COM - Putri Amien Rais, Hanum Rais menangis ketika menuntun
Ratna Sarumpaet menuju ke dalam mobil.
Saat itu, aktivis Ratna Sarumpaet baru saja selesai menghadiri pertemuan
dengan Calon Presiden 2019 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo
Subianto, Ketua Dewam Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien
Rais, dan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon.
Ratna Sarumpaet selain aktivis juga merupakan salah seorang juru
kampanye nasional di Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno.
Pertemuan ini membahas mengenai kabar dugaan Ratna Sarumpaet dipukuli
oleh orang tak dikenal hingga menyebabkan wajahnya bonyok lebam.
Ketika berjalan keluar, Hanum Rais terlihat merangkul pundak Ratna
Sarumpaet.
Penulis novel 'Iam Sahraza' ini kemudian berhenti sejenak sebelum masuk
mobil bersama Ratna Sarumpaet.
"Saat ini saya sedang berada dengan bunda Ratna Sarumpaet. Saya bisa
merasakan (penderitaan beliau)," tutur Hanum Rais sambil menahan tangis
dalam video yang diunggah di Twitter pada Selasa (2/10/2018).
Getaran suara Hanum Rais pun sudah seperti hendak menangis.
"Beliau adalah Cut Nyak Dien masa kini. Kartini masa kini adalah bunda
Ratna Sarumpaet dan bunda Neno Warisman.
Mudah-mudahan mengilhami ribuan Neno Warisman dan Ratna Sarumpaet di
Indonesia, slah satunya mudah-mudahan saya yang bisa menjadi bagian dari
perjuangan ini," tutur Hanum Rais lagi.
Selagi berbicara seperti itu, tangan kiri Hanum Rais merangkul pundak
Ratna Sarumpaet.
Sedangkan tangan kanannya digunakan penulis novel '99 Cahaya di Langit
Eropa' ini untuk terus menerus mengucek mata yang sudah berair namun tak
mengizinkan air mata itu tumpah.
Selain video, Hanum Rais juga menyertakan tulisan mengenai kebanggaannya
pada sosok Ratna Sarumpaet.
Pada cuitan pertama, Hanum Rais menuliskan bahwa Ratna Sarumpaet dan
Neno Warisman adalah dua pendekar wanita yang keberaniannya di atas
rata-rata.
Ketika mendengar Ratna Sarumpaet dianiaya, dipukuli oleh orang tidak
dikenal Hanum Rais pun menyatakan kegeramannya.
Menurutnya, justru jika ada yang melakukan hal kasar pada dua orang
pendekarnya itu, justru akan menumbuhkan ribuan Neno Warisman dan Ratna
Sarumpaet lainnya.
"Dua pendekar wanita Indonesia yang keberaniannya sungguh diatas
rata-rata. Bu Neno Warisman dan Ibu Ratna Sarumpaet. Penganiayaan
terhadapnya, penyiksaan, justru akan menumbuhkan ribuan Neno dan Ratna,"
tulis Hanum Rais, Selasa (2/10/2018).
Selain itu, putri Amien Rais yang juga seorang dokter gigi ini pun
semakin geram ketika ada sebagian masyarakat yang masih meragukan kabar
penganiayaan yang menimpa Ratna Sarumpaet.
Menurutnya, Ratna Sarumpaet ini mendapat ancaman anak dan cucunya akan
dihabisi jika ia mlaporkan pada polisi.
Lantas, ia pun bertanya mengenai keadilan hukum di Indonesia, apakah
masih ada?
"Jika saya jadi beliau, mana berani melapor pada berwajib jika diancam
diintimidasi anak dan cucunya akan dihabisi?
Perempuan, 70 tahun, mgkn jika dia yang binasa tak masalah, tapi
bagaimana jika generasinya?
Wahai negara, masih adakah keadilan hukum di negeri ini?," tulis Hanum
Rais di kaun Twitter pribadinya @hanumrais.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Sambil
Berlinang Air Mata Putri Amien Rais Sebut Ratna Sarumpaet Kartini Masa
Kini, http://bogor.tribunnews.com/2018/10/0....
Penulis: Uyun
Editor: Soewidia Henaldi
Sumber Video dan Berita : https://www.youtube.com/watch?v=Z_FCsnABs7o
Ketum GP Ansor: Ustadz Abdul Somad Terkait HTI
GP Ansor mempunyai bukti keterkaitan Ustadz Abdul Somad (UAS) dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). “Sudah sejak 2013 kami temukan ada keterkaitan UAS dengan HTI,” kata Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut), Selasa (4/9) dikutip dari CNN Indonesia. Kata Gus Yaqut, Ansor menemukan keterkaitan itu melalui isi ceramah yang disampaikan oleh UAS.
Berdasarkan penelusurannya, beberapa ceramah UAS berisi ajakan jemaah berbaiat kepada khilafah. Bahkan menuding Nabi Muhammad SAW tak mampu menciptakan suasana yang rahmatan lil alamin. Menurut Gus Yaqut, hal tersebut bahkan bisa ditemukan melalui jejak digital yang ditinggalkan oleh UAS di akun media sosial pribadinya.
Dia pernah ajak berbaiat kepada khilafah, melakukan fitnah di media sosial, menyebut kalau Nabi Muhammad tidak mampu wujudkan Islam yang rahmatan lil alamin,” kata dia. “Cari saja ceramahnya di Youtube, ceramah dia banyak yang isinya begitu,” lanjutnya. Selain itu, ia mengatakan pihaknya menemukan banyak bendera serta simbol-simbol HTI di Jepara. “Tak pernah melarang, silakan kalau mau ceramah. Kami hanya minta polisi tinjau ulang isi ceramahnya karena saat dia mau ceramah, kok banyak muncul simbol-simbol HTI,” kata dia. Ustadz Abdul Somad dan Yaqut Cholil Qaumas (IST) Sumber Berita : https://suaranasional.com/2018/09/05/ketum-gp-ansor-ustadz-abdul-somad-terkait-hti/
Cara Memberantas Ideologi Radikal Menurut Direktur Deradikalisasi BNPT
ISLAMNUSANTARA.COM, Jakarta – Direktur
Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irfan Idris
menjelaskan bahwa radikalisme selain gerakan juga merupakan ideologi.
Ideologi ini tidak bisa dihancurkan. Bahkan bisa berkembang pesat jika
berusaha dicabut. Jika radikalisme adalah sebuah pohon, yang perlu
dilakukan adalah memperbanyak pohon-pohon lain yang dapat menangkal
pohon dengan akar radikal tersebut.
Hal itu disampaikan Irfan dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Pembinaan Paham Keagamaan dan Penanganan Konflik, Selasa (12/12) yang
digelar Bimas Islam Kementerian Agama RI di Jakarta.
Menurut Irfan, justru upaya mencabut dan menghancurkan pohon tersebut
hanya akan menumbuhkan radikalisme baru, bahkan jumlahnya bisa lebih
besar. Ia menawarkan apa yang disebutnya narasi alternatif.
“Narasi alternatif ini membiarkan pohon tersebut dengan menanami dan
memperkuat pohon-pohon lain dengan narasi-narasi cinta kebangsaan, Islam
ramah, kebersamaan, kebinekaan, toleransi, saling menghormati.
Lama-lama, pohon dengan akar radikal tersebut akan mati sendiri,” urai
doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Irfan tidak memungkiri, upaya-upaya menghilangkan ideologi radikal
itulah yang selama ini dilakukan sejumlah kalangan tanpa memahami dampak
yang terjadi jika langkah yang ditempuh tidak bersifat persuasif.
Narasi-narasi untuk meng-counter paham radikal bisa melalui dakwah secara luas, baik terjun ke lapangan mupun di media sosial.
“Kita juga harus terus memperkuat narasi Pancasila, Bhinneka Tunggal
Ika, cinta NKRI, dan meneguhkan UUD 1945 atau disingkat PBNU yang
ditabur ke dalam pohon-pohon di sekitar pohon dengan akar radikal,”
tukasnya. (ISNU)
Sumber: Harakatuna / http://www.islamnusantara.com/cara-memberantas-ideologi-radikal-menurut-direktur-deradikalisasi-bnpt/
ISLAMNUSANTARA.COM, Sleman – Buya Syafii Ma’arif
turut mengomentari keputusan kontroversial Presiden AS Donald Trump
mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia menilai, Donald Trump
tidak berbeda jauh dengan sosok kontroversial lain yaitu Pemimpin Korea
Utara, Kim Jong Un.
“Trump ini bukan orang beres ini, bukan orang normal, beda sedikit
dengan Kim Jong-un,” kata Syafii yang ditemui di sela-sela seminar
Refleksi Kepahlawanan Prof Lafran Pane di Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), Rabu (13/12).
Ia mengaku gagal memahami ada negara sebesar AS, menyebut dirinya
sebagai benteng dari demokrasi, tapi menghasilkan orang seperti Donald
Trump. Menurut Syafii, tidak ada yang menyangka demokrasi sehebat itu
bisa melahirkan orang tidak beradab seperti Trump.
Syafii menilai, sikap menentang keinginan Donald Trump itu bukan
hanya persoalan umat Islam, melainkan dunia. Ia melihat, negara-negara
Eropa sudah cukup bagus bersikap, dan tinggal ditunggu konsistensinya.
“Biar jadi pukulan bagi Trump,” ujar Syafii.
Syafii tidak pula merasa ada yang bisa dilakukan Organisasi Kerjasama
Islam (OKI), yang dianggapnya sudah lama lumpuh. Ia merasa, tindakan
yang bisa diambil OKI kemungkinan hanya sekadarnya saja seperti
kecaman-kecaman.
Ia memperkirakan, sekalipun OKI berjanji mengeluarkan satu deklarasi,
tidak akan ada yang berpengaruh atas kondisi yang ada. Syafii
mengingatkan, Resolusi PBB saja sampai hari ini tidak dipedulian AS
maupun Israel.
“OKI sudah lama lumpuh, sekadarnya saja itu paling koar-koar, sudah
mulai ragu kita, jangan deklarasi, Resolusi PBB saja tidak pernah
didengar,” kata Syafii.
Untuk langkah yang bisa dilakukan Indonesia, ia merasa apa yang
dilakukan Presiden Joko Widodo sudah cukup tepat. Tapi, Syafii merasa
tidak banyak yang bisa dilakukan mengingat Indonesia bukan bagian dari
Dewan Keamanan PBB., muncul pribadi-pribadi Muslim yang berpengetahuan
tinggi dengan akhlak dan moral yang baik. (ISNU)
Sumber: Republika / http://www.islamnusantara.com/buya-syafii-komentari-kebodohan-trump-soal-yerusalem/
Video Bukti Ustadz Abdul Somad Pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Siap Perangi Radikalisme di Dunia Maya, 2000 Santri Ikuti Pelatihan Media Digital
ISLAMNUSANTARA.COM, Cirebon – Tidak kurang dari
2.000 santri di Cirebon, Jawa Barat mengikuti pelatihan media digital
yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dengan
pelatihan tersebut, santri diharapkan bisa memanfaatkan media digital
dengan positif dan sehat. “Dakwah bisa saja melalui media digital.
Santri harus berperan untuk bisa menyampaikan dakwah yang damai dan
sejuk di dunia maya,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi Gun Gun
Siswadi di Cirebon, Rabu (13/12).
Menurutnya banyak berita bohong yang berseliweran di dunia maya dan
bisa menimbulkan perpecahan serta ekses negatif di masyarakat. Selain
itu sejumlah konten yang mengajarkan pemahaman radikal, dinilai sudah
sangat membahayakan.
Untuk ikut memerangi hal tersebut, Kominfo menggelar kegiatan
Festival Literasi Digital Pesantren di Pondok Buntet Pesantren, Rabu, 13
Desember 2017. “Sekitar dua ribu santri yang hadir, mereka dilatih
untuk memanfaatkan media digital dengan positif dan sehat,” tuturnya.
Gun gun mengatakan, sejak 2008, terdapat 144 orang yang telah
diproses hukum karena melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), terutama perihal berita palsu dan ujaran kebencian di
media sosial.
Hingga 2016, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memblokir
sekitar 773.000 situs internet yang didominasi konten
pornografi.”Sehingga untuk menangkal hal ini, perlu juga keterlibatan
para santri,” katanya.
Dalam festival literasi digital tersebut, para santri diajarkan untuk
bisa membuat vlog, meme, live streaming dan sejumlah konten positif
lainnya yang bisa dipublikasikan di dunia maya. Ada lima kelas yang
dibuka dan dimanfaatkan oleh para santri untuk menimba ilmu tentang
literasi digital. (ISNU)
Sumber: Republika / http://www.islamnusantara.com/siap-perangi-radikalisme-di-dunia-maya-2000-santri-ikuti-pelatihan-media-digital/
Mengembangkan Pendidikan Islam yang Rahmatan Lil Alamin
ISLAMNUSANTARA.COM, Jakarta – Perkembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban Islam tumbuh pesat sejak 13 abad silam
tepatnya pada 750-1258 Masehi (tahun 133-656 H). Madrasah nizhamiyah,
lembaga pendidikan Islam yang didirikan Dinasti Abbasiyah di masa
Kekhalifahan Harun al-Rasyid kemudian diteruskan oleh putranya, Khalifah
al-Ma’mun, Kota Baghdad (Irak) menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam. Ketika itulah masa kejayaan Islam (The Golden Ages
of Islam) dalam bidang pendidikan.
Ketika itu, madrasah nizhamiyah sudah menerapkan sistem pembelajaran
secara sistematis sehingga memudahkan para penuntut ilmu dalam menerima
pelajaran yang diberikan. Pada masa ini pula, lembaga perpustakaan
(Baitul Hikmah) didirikan. Termasuk pusat penelitian (laboratorium).
Karena itu, madrasah nizhamiyah menjadi cikal bakal berdirinya lembaga
pendidikan Islam modern seperti saat ini.
Tak heran bila lembaga pendidikan ini kemudian diminati dan dikagumi
banyak penuntut ilmu dari berbagai negara. Bila sebelumnya, ilmu
pengetahuan berkembang di Persia, Yunani, dan India, secara perlahan
berpindah ke Kota Baghdad. Yunani yang terkenal dengan filsafatnya dan
banyak melahirkan filsuf terkenal, seperti Aristoteles, Plato, dan
Socrates, kemudian Persia dengan arsitektur dan sastranya serta India
dengan ilmu berhitung dan astronomi (perbintangan), akhirnya memilih
Baghdad sebagai tempat menuntut ilmu.
Hal ini disebabkan oleh Khalifah Harun al-Rasyid yang memerintahkan
untuk dilakukan penerjemahan karya-karya ilmuwan terkenal itu ke dalam
bahasa Arab dan memberikan komentar (penjelasan) atas karya-karya
tersebut dengan khazanah Islam.
Tak hanya di Baghdad, kota-kota lainnya di sekitar Irak juga
berkembang menjadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan. Di
antaranya, Samarra, Mosul, Kufah, dan Basrah. Di beberapa kota ini juga
didirikan madrasah nizhamiyah yang menjadi cabang dari madrasah yang ada
di Baghdad.
Tak heran, bila kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan Islam yang
berkembang di Baghdad ini melahirkan ilmuwan-ilmuwan Islam terkenal,
seperti Ibnu Sina dan al-Razi (kedokteran), al-Fazari dan al-Fargani
(astronomi), Abu Ali al-Haitami (optik), Jabir Ibn Hayyan (kimia),
al-Farabi dan Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat. Pemikiran para ilmuwan
Islam ini banyak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di
negara-negara Barat.
La Strange dalam bukunya Baghdad During the Abbasid Calipate,
menyebutkan, madrasah nizhamiyah yang didirikan oleh Dinasti Abbasiyah
itu merupakan lembaga pendidikan yang sangat istimewa.
Bagaimana dengan pendidikan Islam masa kini, termasuk di Indonesia?
Banyak hal yang harus selalu dikembangkan. Pada abad ke-13 hingga 19
Masehi, lembaga pendidikan Islam seperti pesantren mampu melahirkan para
ulama dan tokoh Muslim yang mampu mewarnai sejarah perjalanan bangsa
ini.
Sebut saja, Syekh Nawawi al-Bantani, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad
Dahlan, KH Wahab Hasbullah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syekh
Yasin Padang, Ahmad Khatib Sambas, Syekh Mahfudz at-Tirmasi, dan Syekh
Abdusshomad Palembang. Mereka adalah ulama dan tokoh-tokoh Islam yang
cukup dikenal di berbagai negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Karya-karya mereka, antara lain, Safinatun Naja, Nur al-Zhalam, dan
Sabilal Muhtadin banyak dipelajari para penuntut ilmu di berbagai negara
hingga sekarang ini.
Kini, pemerintah melalui Departemen Agama terus berupaya
mengembangkan pendidikan Islam ini. Berbagai cara dilakukan. Mulai dari
mengirimkan para pelajar untuk menuntut ilmu di luar negeri, hingga
membangun sistem pendidikan Islam yang lebih modern dengan mengembangkan
jaringan informasi dan teknologi. Upaya ini diharapkan mampu menjadikan
lembaga pendidikan Islam sebagai pendidikan modern yang tidak hanya
mengajarkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga
dilandasi dengan semangat iman dan takwa (imtak). Sehingga, muncul
pribadi-pribadi Muslim yang berpengetahuan tinggi dengan akhlak dan
moral yang baik. (ISNU)
Sumber: Republika.co.id / http://www.islamnusantara.com/mengembangkan-pendidikan-islam-yang-rahmatan-lil-alamin/
Foto: www.monash.edu
Gus Nadir Bolehkan Ucapan Selamat Natal, Beri Kado, dan Jaga Gereja
DutaIslam.Com - Dosen senior Fakultas Hukum Monash University
Prof. Nadirsyah Hosen atau yang akrab dipanggil Gus Nadir melalui akun
twitternya @na_dirs menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal,
mendatangi tetangga dan memberi kado natal, serta menjaga Gereja di
malam Natal hukumnya adalah boleh.
Menghadiri perayaan natal bersama di luar gereja, menurut Gus Nadir juga
boleh. Adapun yang tidak boleh menurutnya adalah "ikut ritual natal di
dalam gereja".
"Bolehkah mengucapkan selamat natal? Boleh! Bolehkah menghadiri perayaan
natal bersama di luar gereja? Boleh! Bolehkah mendatangi tetangga dan
memberi kado utk acara natalan? Boleh! Bolehkah jaga gereja di malam
natal? Boleh! Yg gak boleh itu ikut ritual natal di dlm gereja," tulis
Gus Nadir yang kini menjabat Rais Syuriyah PCI NU Australia-New Zealand
itu, Selasa (12/12/2017).
Menanggapi status Gus Nadir tersebut @amir_tornado mengatakan, "andai
saya orang dekat Presiden, tentu saya akan gigih mengusulkan agar sosok
seperti pak @na_dirs ini jadi menteri beliau...Menteri Agama atau
Menteri Pendidikan".
Namun dengan rendah hati Gus Nadir membalasnya bahwa Mentri Agama saat
ini yaitu Lukman Hakim Saifuddin menurutnya sudah pas dan cocok.
"Mas menteri @lukmansaifuddin itu keceehh dan kereennn. Sdh pas dan cocok. Lanjutkan," balas Gus Nadir. [dutaislam.com/gg] / http://www.dutaislam.com/2017/12/gus-nadir-bolehkan-ucapan-selamat-natal-beri-kado-dan-jaga-gereja.html
Ustadz Ini Beri Fatwa Sesat Kalau Ikut NU Suruh ke Luthfi Bashori, Idrus Ramli dan Buya Yahya
DutaIslam.Com - Seorang penceramah dari Riau, yang konon dikagumi
karena ilmu haditsnya, yakni Ustadz Abdul Somad Lc, MA membuat fatwa
menyesatkan tentang siapa saja yang ia anggap layak diikuti fatwanya.
Ada ribuan tokoh dan ulama NU, namun dia hanya menyebut "yang secara
sah" diikuti hanya tiga.
Ironisnya, tiga nama yang dia sebut justru sering mengutuk NU, tidak
aktif di struktural NU tapi menjadi benalu untuk jamiyah NU. Mereka
adalah KH Luthfi Bashori, KH Idrus Ramli dan Buya Yahya. Itu dikatakan
oleh Abdul Somad saat mengisi acara Tabligh Akbar bertema "Pemuda Akhir
Zaman" di Gedung Drs. Sutan Balia Universitas Riau, (Jumat, 14 April
2017).
"Dalam ritual mengikuti madzhab Syafi'i, dalam fiqih masih tetap
Syafi'i, dalam akidah Asy'ari, dan dalam tasawwuf Junaid Al-Baghdadi dan
tidak kena virus sekuler dan liberal," katanya. Dia kemudian berdalil, "khudz ma shofa da' ma kadar, ambil yang jernih, tinggalkan yang keruh," imbuhnya.
Dia memberi fatwa sesat karena ketiga nama di atas saling bersekutu
menyerang tokoh-tokoh NU melalui barisan sakit hati bernama NU Garis
Lurus. Padahal, situs yang dianggap paling lurus itu adalah bikinan
pemuda Persatuan Islam (Persis) yang berhasil membujuk alumni-alumni
pondok pesantren, untuk kemudian menyerang NU bersama-sama. (Baca: Persekutuan Idrus Ramli dan NU Gila)
Kita masih ingat ketika Idrus Ramli melalui koleganya berinisial KN
memulai isu tuduhan Kiai Said Aqil Siraj sebagai pengikut Syiah saat
Muktamar 2015. Bahkan Idrus juga berkali-kali kena semprot kalangan
nahdliyyin karena kesombongannya. Satu waktu, dia menyebut KH Hasyim
Muzadi sebagai tidak mengerti agama, tidak bisa baca kitab. (Baca: Astaghfirullah, Idrus Ramli Sebut KH Hasyim Muzadi Tidak Paham Agama).
Idrus juga tidak pernah bergeming ketika dia melontarkan isu ada mursyid (tahriqah) yang dia sebut mufsid
(perusak). Banyak orang menyebut, yang dimaksud Idrus adalah Habib
Luthfi bin Yahya. Namanya juga menuduh, tentu dia membantah. Hanya
melontar kontroversi, lalu pergi. Khas wahabi. Idrus, sebagaimana
kalangan NU muda menyebutnya, adalah aswaja rasa wahabi (asrabi). Baca: Asrabi (Aswaja Rasa Wahabi), Ini Dia Cirinya
Sejalan dengan Idrus, Luthfi Bashori juga sering buat fatwa menyesatkan
yang tidak menumbuhkan cinta warga nahdliyyin kepada NU, malah
menggembosi, lalu berdalih dia mengkritik. Dia adalah pendiri situs
aswajagarislurus.com, embrio nugarislurus.com, yang hampir tidak pernah
berbaik sangka kepada kiai-kiai NU. Luthfi termasuk gus yang mbalelo.
Oleh pegiat NU, dia masuk Daftar Tokoh Pemecah Belah NU.
Bagaimana dengan Buya Yahya. Ya sama saja. Di Cirebon, pemilik nama asli
Yahya Zainal Ma'arif itu disebut-sebut sebagai perusak tradisi
masyarakat Cirebon. Terlalu sombong, dia dulu (sebelum kecekaaan),
sering mengutuk Kiai Said berkali-kali (silakan cari-cari di
Dutaislam.com). Bahkan, dia dianggap memilik banyak dosa kepada para
ulama Cirebon karena lakunya yang buruk. Baca: Dosa-Dosa Buya Yahya.
Dia bukan pengurus NU. Apalagi tokoh NU. Pasnya, Yahya adalah tokoh
pemecah belah NU, yang syirik kepada para kiai NU. Utamanya di Cirebon.
Baca: Alasan-Alasan Warga Cirebon Menolak Buya Yahya dari NUGL.
Baik Lutthdi Bashori, Idrus Ramli maupun Yahya, mereka semua ada di
barisan yang selalu mengganggu mahabbah para warga NU untuk mengikuti
kiai-kiainya. Jaringan mereka ya di NU Garis Lurus, sebagaimana
disebutkan Ustadz Abdul Somad di atas. Menurut KH Hasyim Muzadi, NU GL Itu Gampang Mengkafirkan Orang. Ini yang bicara almarhum Kiai Hasyim.
Ada banyak kiai dan ulama di NU, tapi Abdul Somad hanya milih tiga nama.
Dia tidak merekomendasikan KH Maimoen Zubair, Habib Luthfi bin Yahya,
KH Musthofa Bisri, KH Ma'ruf Amin, KH Said Aqil Siraj, KH Marzuki
Mustamar, Tuan Guru Turmudzi, dan lainnya hanya karena, kata Somad,
mereka tidak dibenci kafir.
Abdul Somad pun akhirnya memberi pengertian bahwa ulama adalah yang
dibenci kafir dan munafiq, "ikutilah ulama, yang dibenci kafir, yang
dibenci munafiq. Hari ini yang paling dibenci kafir dan munafiq adalah
Habib Rizieq," terangnya dalam video yang juga diunggah oleh Luthfi
Bashori di akun Facebooknya (Senin, 05/06/2017).
Abdul Somad berlagak menjadi Tuhan dengan simpulan kacaunya bahwa yang membenci Habib Rizieq adalah munafiq. Padalah, Nabi saja merahasiakan 40 nama orang munafiq, Abdul Somad lagaknya melebihi sikap Nabi. Naudzubillah.
[Terbongkar] Inilah Pemimpin Tertinggi HTI yang Sejak Dulu "Mastur"
DutaIslam.Com - Hizbut Tahrir (HT) partai politik Islam
internasional bercita-cita mendirikan khilafah. HT telah memiliki
wilayah dakwah di lebih dari 40 negara. Di setiap wilayah, Amir Hizbut
Tahrir menunjuk seorang anggota yang layak menjadi pemimpin tertinggi
yang disebut Mas'ul 'Aam (penanggung jawab umum). Biasanya disingkat MA. Istilah lain yang digunakan selain MA, antara lain adalah Mu'tamad.
MA/Mu'tamad pemilik otoritas tertinggi di wilayah dakwah HT. Dialah
wakil Amir HT di wilayah tersebut. Karena itu, jalur informasi dari dan
kepada Amir HT hanya melalui dia. Dia bisa dan boleh berkomunikasi
langsung dengan Amir HT.
Siapa sajakah anggota HTI yang pernah menjabat sebagai MA/Mu'tamad?
1. Ustadz Ahmad Saefullah alias Abu Fuad. Dia jadi MA/Mu'tamad di masa
Orde Baru tahun 1980-an sampai akhir 1990-an. Dia mentor generasi
pertama HT di Indonesia pasca Syaikh Abdurrahman Al-Baghdadi keluar dari
HT. Sehari-hari Beliau mengelola Penerbitan buku Pustaka Thariqul Izzah di Bogor. 2. Ust. Muhammad Al-Khaththath. Dia menggantikan posisi Ust Abu Fuad di
awal tahun 2000 sampai pertengahan tahun 2004. Pada tahun 2008 Ust
Khaththath keluar dari HTI dan aktif di Forum Umat Islam (FUI).
Dari 2004-2008 Ust Khaththath jadi penanggung jawab lajnah fa'aliyah yang menangani tokoh tokoh nasional. Setelah dia keluar HTI 2008, lajnah fa'aliyah dipegang Ustadz Rahmat Kurnia dengan tambahan wewenang boleh berkomunikasi langsung dengan Amir HT.
Pada tahun 2010, lajnah thalabun nushrah yang mau menjalin hubungan gelap dengan militer dibentuk. Penanggung jawab lajnah thalabun nushrah
juga bisa berkomunikasi langsung dengan Amir HT. Pada tahun itu itu
dibentuk juga perwakilan media resmi HT internasional di Indonesia yang
dipegang Ust. Tun Kelana Jaya. Dia anggota senior generasi awal HTI yang
hidden. 3. Jabatan Ust. Khaththath digantikan oleh Ust Moch. Maghfur Wachid
alias Hafidz Abdurrahman. Beliau cukup lama menjadi MA/Mu'tamad dari
2004-2010. Sekarang Beliau sibuk mengurusi Ma'hadnya yang berpusat di
Bogor. Ma'had Syaraful Haramain yang Beliau sendiri sebagai Mudirnya. 4. Ust M. Rahmat Kurnia (dosen IPB) sempat jadi MA/Mu'tamad sementara
pada tahun 2008 ketika Ust Hafidz Abdurrahman menunaikan ibadah haji. 5. 2010-2012 Ust Rohmat S Labib ditunjuk Amir HT menjadi MA/Mu'tamad.
Setelah tahun 2011, sumber Dutaislam.com sudah keluar dari HTI. Jadi
tidak mengetahui siapa yang jadi MA/Mu'tamad HT di Indonesia sampai
sekarang ini. [dutaislam.com/ab] / http://www.dutaislam.com/2017/12/terbongkar-inilah-pemimpin-tertinggi-hti-yang-sejak-dulu-mastur.html
Nasib Eks HT Indonesia Termasuk Mujur Dibanding HT di Negara Lain, Mengapa?
Foto: IstimewaOleh Ayik Heriansyah DutaIslam.Com - Fenomena HT di seluruh dunia sama. Kesamaannya
yang menunjukkan bahwa HT seluruh dunia satu tubuh, satu struktur, satu
pemikiran, satu perasaan dan satu Amir. Semangat korsa HT merupakan
cerminan doktrin organisasi mereka yang berbunyi, kullun fikriyun syu'riyun
(semua satu pemikiran dan perasaan). Hal ini dipengaruhi oleh persepsi
mereka tentang kesatuan khilafah yang secara ideal merupakan
transformasi dari HT.
Apa yang dialami HTI (pembubaran) sudah lebih dulu dialami oleh
senior-senior mereka di Arab, Maghribi, Asia Tengah, Asia Selatan dan
Eropa. Tinggal HT Malaysia yang belum dibubarkan.
Jika dibandingkan senior-senior mereka, nasib HTI jauh lebih baik.
Setelah dibubarkan mereka tetap bisa beraktivitas secara normal minus
menggunakan nama HTI dan seruan Khilafah di ruang publik. Bandingkan
dengan senior mereka di berbagai negeri Islam, setelah dinyatakan
ilegal, praktis tidak bisa berdakwah karena harus sembunyi dari kejaran
polisi. Yang tertangkap diseret ke pengadilan lalu divonis makar,
selanjutnya mendekam di penjara. Ada pula yang dieksekusi mati.
Menyadari dirinya berbahaya bagi negara dan merasa kurang percaya diri
akan mendapat perlindungan umat karena kurang yakin dengan kekuatan
dalil dan hujjah tentang Khilafah Tahririyah yang mereka usung, HT
merancang sistem organisasinya sistem sel bertingkat dengan wewenang
komando di tangan satu orang pada tiap jenjangnya. Jalur komando dan
informasi satu pintu secara vertikal mirip pada institusi militer dan
intelijen.
Sistem organisasi yang tertutup dan terbatas itu dibuat dalam rangka
mengamankan keselamatan pengurus dan anggota HT dari penyusupan dan
penangkapan. Keamanan dan keselamatan pengurus, yang utama.
Pada prinsipnya HTI menyembunyikan struktur organisasi, pengurus dan
anggotanya. Bagi mereka lebih baik masyarakat tidak tahu siapa saja
pengurus dan anggota HTI. Diusahakan sedikit mungkin pengurus dan
anggota yang muncul ke publik.
Untuk membentengi hal tersebut HTI di sisi lain mempublis seluas-luasnya
orang luar mereka yang jadi figur publik dan simpatik. Tanpa
menperhatikan aspek keamanan dan keselamatan figur publik itu, mereka
terus membangun opini seolah-olah figur publik tersebut anggota HTI,
padahal bukan.
HTI mendapat keuntungan politik yaitu perjuangan HTI mendapat legitimasi
publik yang jadi karpet merah bagi pengurus dan anggota HTI melakukan
penetrasi lebih dalam ke masyarakat (dukhul mujtama'). Andaikata terjadi resistensi, HTI tetap aman dan selamat karena dipagari oleh figur publik tersebut.
Di sini HTI tidak fair. Bisa dikatakan licik. Mereka memanfaatkan orang
luar HTI yang pro untuk membentengi diri dari orang luar yang kontra
mereka. Figur publik tersebut tidak merasa ada yang salah karena dirinya
bukan HTI seperti persepsi masyarakat yang kontra HTI. Singkat kata,
akibat opini yang dibangun HTI yang mengidentikkan figur publik dengan
HTI terjadi benturan sesama orang luar HTI. HTI sendiri tetap aman dan
siap melaksanakan agenda dakwah mereka yang lain. Ini yang menimpa UBN
dan UAS.
Pada level wacana khilafah, HTI juga menggunakan pola yang sama yaitu
membangun opini umat sehingga timbul persepsi bahwa para ulama di dalam
kitab-kitab turats sepakat akan wajibnya khilafah.
Sebenarnya asatidz HTI tahu bahwa maksud khilafah/imamah yang ada di kitab turats bukan khilafah yang HTI maksud dan perjuangkan. Asatidz HTI sengaja menonjolkan kata khilafah/imamah dari kitab turats untuk dikontraskan dengan NKRI.
HTI hendak membentur khilafah dalam kitab turats dengan NKRI untuk
mendelegitimasi dan mendekonstruksi makna NKRI. Diharapkan dari benturan
wacana ini ada ruang bagi konsep kenegaraan selain NKRI yakni khilafah.
Untuk proses benturan pemikiran khilafah vs NKRI, HTI sengaja mengundang ulama orang luar HTI tapi simpatisan yang paham kitab turats
sebagai pembicara. Selain jadi tameng, ulama yang diundang HTI tersebut
tanpa disadari sesuai arahan HTI melakukan dekonstruksi atas makna
NKRI. Otomatis membuka ruang wacana bagi HTI untuk memasukkan ide
khilafahnya. Terjadi benturan antara orang luar HTI yang paham khilafah /
imamah menurut kitab turats dengan orang luar HTI yang yakin NKRI ini
sudah sesuai syariah.
Saat yang sama, HTI menyembunyikan khilafah versi mereka yang
berdasarkan metode ijtihad Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. HTI juga
menyembunyikan ambisi politik mereka menjadikan Amir Hizbut Tahrir
sebagai khalifah plus pemberlakuan konstitusi susunan Amir mereka. HTI
juga menyembunyikan upaya mereka menjalin hubungan gelap dengan militer
untuk menegakkan khilafah dengan cara kudeta.
Kasus ketidakjujuran HTI dalam berwacana terjadi di acara Shilah Ukhuwah Islamiyah
di Mojokerto dan Depok beberapa hari yang lalu. Mereka menggunakan nama
Forum Ahlu Sunnah wal Jama'ah sebagai penyelenggara, mempertegas
ketidakjujuran mereka. Dengan nama itu mereka hendak mengelabui jama'ah
NU. Sayangnya nahdhiyyin sekarang sudah tahu apa, siapa dan bagaimana
HTI. [dutaislam.com/pin] / http://www.dutaislam.com/2017/12/nasib-eks-ht-indonesia-masih-mujur-dibanding-di-negara-lain-mengapa.html
Karena "Njelehi", Mahfud MD Putuskan Berhenti Debat Soal Khilafah di Twitter
DutaIslam.Com - Statement Mahfud MD, membuat para pendukung
khilafah "ngeyel" tak karuan di media sosial khususnya twitter. Mahfud
MD pun mendapat bantahan tak jelas di akunnya @mohmahfudmd. Selain
karena bantahan mereka tak jelas dan muter-muter, atas saran beberapa
tokoh, dirinya memutuskan untuk berhenti melayani debat.
Dirinya mengaku selama debat di twitter tidak ada yang bisa menjawab
dalil naqly tentang sistem khilafah yang diajukannya, sehingga justru
memperkuat argument yang diyakininya.
"Mulai Senin ini, atas saran beberapa tokoh, saya tutup debat tentang
Khilafah di Twitter karen tak satu pun yang bisa menjawab dalil naqly
tetang sistem khilafah. Semua justeru semakin memperkuat dalil yang saya
pakai bahwa sistem baku itu tdk ada dalil naqly-nya," tulis Mahfud MD,
Senin (11/12/2017).
Meski begitu ia masih siap berdebat dengan pendukung khilafah jika
berada di forum-forum terbuka yang lebih terhormat. "Bukan forum
ecek-ecek, secara terhormat dengan siapapun. Saya juga akan tulis di
media massa tentang jawaban-jawaban konyol dari mereka yang bilang bahwa
sistem khilafah itu ada dalil naqlynya," lanjutnya.
Setidaknya ada tiga tesis utama yang menjadi argumentnya tentang
khilafah. "Tesis utama saya adalah: 1) “Tidak ada sistem baku tentang
khilafah di dalam Qur’an dan Sunnah” ; 2)- Teori dan praktik sistem
khilafah itu semua ganya produk ijtihad”.; 3)- Kalau ijtihad produknya
boleh berbeda-beda," jelas mantan ketua MK ini.
Dengan argument ini, Menurutnya belum ada yang bisa membantah. " Blm ada
yang bisa bantah ini. Semua berputar-putar seperti gasing. Njelehi..,"
lanjut Mahfud MD.
Keputusan Mahfud ini mendapat respon positif dari akun @caktaqim.
Dirinya mengaku bangga mempunyai tokoh NU seperti Mahfud MD. "Pak mahfud
saya bangga #NU punya tokoh seperti Bapak. Hati-hati pak jangan
terprovokasi," kata @caktaqim.
Namun dengan rendah hati, Mahfud MD menjawab bahwa dirinya bukan tokoh
NU, melainkan warga NU biasa. Menurut Mahfud MD, tokoh-tokoh NU jauh
lebih hebat.
"Siap, Cak. Terimakasih. Saya bukan tokoh NU, saya hanya warga NU biasa
saja. Kalau tokoh NU jauh lebih hebat daripada saya. Saya tahu itu
karena saya warga NU," jawabnya. [dutaislam.com/gg] / http://www.dutaislam.com/2017/12/karena-njelehi-mahfud-md-putuskan-berhenti-debat-soal-khilafah-di-twitter.html
Felix Nyinyir Lagi, Jawaban Netizen Makjleb Bikin Bungkam
DutaIslam.Com – Ngustad Felix Siaw nyinyir lagi soal peristiwa
ustad Shomad yang sempat di tolak untuk berceramah di Bali, Jumat
(08/12/2017). Melalui akun Twitternya Felix Siauw dia ngomel-ngomel
dengan narasi yang memang biasa digunakan.
”Atas nama NKRI dan Pancasila, mengusir ulama, menjatuhkan martabatnya,
menuduh dan memfitnah. Mau sampai kapan narasi ini diteruskan?” tulis
Felix, Jumat (08/12/2017) sekitar pukul 14.52.
Cuitan Felix ini sontak mendapat banyak respon dari netizen. Hingga
Sabtu (09/12/2017) pukul 21.00 cuitan Feliz sudah diretweet sebanyak
3,947 kali dengan 6,207 like.
Akun @jonathan_erwan berkomentar mestinya Felix berkaca dan melihat diri sendiri. “Ciiieee.. Ga punya kaca lix?” tulisnya.
Paling menohok komentar akun bernama Narkosun. Dengan sigap Narkosun membalik perkataan Felix yang sok itu.
”Atas nama HTI dan khilafah, menyerang pemerintah, membentuk opini
publik yang buruk kepada aparat negara, menuduh Pancasila Toghut dan
demokrasi haram. Mau sampai kapan narasi ini diteruskan,” tulis
Narkosun, makjleb.
Jika demikian, kira-kira apa Jawaban Felix? [dutaislam.com/pin] / http://www.dutaislam.com/2017/12/felix-nyinyir-lagi-jawaban-netizen-makjleb-bikin-bungkam.html
Orang Ini Pede Tantang Debat Mahfud MD Soal Khilafah
DutaIslam.Com - Pernyataan Mahfud MD beberapa waktu lalu di ILC
yang mengatakan tidak ada di dalam sumber primer Islam ajaran khilafah
sebagai sistem, agaknya membuat para penggila khilafah kepanasan dan
berkeinginan mendebatnya.
Adalah Irkham Fahmi al-Anjantani dengan pedenya menantang debat Mahfud MD, dan menilai Mahfud MD gagal paham soal khilafah.
Hal ini diposting akun facebook Indonesia Milik Allah dalam statusnya
dengan mengatakan ini adalah tantangan terbuka untuk Mahfud MD dari
Fahmi al-Anjantani, ustadz asal Cirebon.
"Beranikah Prof. Mahfud MD menerimanya???" tulis akun facebook Indonesia Milik Allah (10/12/2017).
Akun tersebut juga menyertakan tulisan Fahmi al-Anjantani yang berjudul
"Mahfud MD Gagal Paham Khilafah". Selain itu, video yang berisi
wawancara terhadap Fahmi al-Anjantani juga disertakan.
Dalam video tersebut, ketika Fahmi ditanya kabar debat dengan Mahfud MD
kapan tidaklanjutnya, dirinya mengaku selalu siap. Cuma menurutnya, dia
dengan Mahfud MD belum sama satu frekuensi.
"Maksudnya satu frekuensi?" tanya pewawancara di video itu.
Dikatakannya, dirinya percaya dengan Al-Qur'an, Hadist, Ijma' dan Qiyas.
Sedangkan Mahfud MD dinilainya hanya Al-Qur'an dan Hadist.
"Saya percaya dengan Al-Qur'an, Hadis, Ijma' sahabat, dan Qiyas,
sementara Pak Mahfud MD Qur'an-Hadist, Qur'an-Hadis saja," tuduh Fahmi.
"Statemen terakhir itu kan beliau mengatakan khilafah itu produk ijtihad?," pewawancara kembali bertanya.
Menanggapi pertanyaan itu, Fahmi malah menanyakan itu ijtihadnya siapa?
Menurutnya, khilafah itu ijtihadnya ulama. Dia kemudian membandingkan
dengan demokrasi, yang disebutnya sebagai ijtihad orang kafir.
Simak videonya: https://youtu.be/QlyrbpIDHXg
"Demokrasi ijtihadnya siapa? Ijtihadnya orang-orang sekuler, orang-orang
kafir.. jadi kita pilih ijtihadnya siapa? Ijtihadnya ulama apa ijtihad
orang kafir?" jelas Fahmi.
Selain itu, dirinya juga menyebutkan sistem baku khilafah sebagai
jawaban pernyataan Mahfud MD, hingga terakhir dikatannya bahwa Mahfud MD
masih gagal paham tentang khilafah. Sebenarnya siapa sih yang gagal
paham? [dutaislam.com/gg] / http://www.dutaislam.com/2017/12/orang-ini-pede-tantang-debat-mahfud-md-soal-khilafah.html
Mahfud MD Tertawakan Uraian Dangkal DPP HTI Soal Sistem Baku Khilafah
DutaIslam.Com – Kampanye penegakan khilafah yang diklaim sebagai
kewajiban oleh Felix Siauw dan kroco-kroconya di HTI membuat Prof Dr
Mahfud MD ikut geram. Melalui akun Twitternya setelah diskusi ILC,
Selasa (06/12/2017) lalu Mahfud MD menantang debat soal khilafah.
Mahfud MD berjanji, ia akan ikut mendukung dan memperjuangkan khilafah jika memang ada hukum baku dari Al Qur’an dan Hadis.
Cuitan Mahfud MD tersebut medanpat tanggapan dari banyak pihak. Salah
satunya dari KH Shiddiq Al-Jawi, salah satu Ketua Dewan Pengurus Pusat
(DPP) Hizbut Tahrir Indonesia (dulu, karena HTI sekarang sudah bubar).
Tulisan itu berjudul “Cacat Epistemologis dalam Istilah “sistem baku
khilafah” Prof. Mahfud MD”. Tulisan itu dimuat situs pembelaislam.com
dengan judul "Uraian Menohok Ust. Sidiq Al Jawi Tanggapi Sistem Baku
Khilafah Prof. Mahfud MD".
Sayangnya, tulisan panjang berjumlah 24 pragraf itu dinilai Mahfud tak
menjawab persoalan atau inti tantangan Mahfud MD. Menurut Mahfud MD,
tulisan Shiddiq Al-Jawi justeru membelok bahkan separuhnya mendukung
pendapatnya.
Mahfud MD sendiri mengaku karena ada yang menanggapi Sayangnya, setelah
dibaca tidak sesuai harapan. Mahfud menilai tulisan tersebut tidak
menjawab pokok persoalan.
”Siang tadi saya dapat banyak pesan bahwa ada tulisan bagus dari K
Shiddiq tentang khilafah yang katanya mematahkan pendapat saya. Saya
senang, mau jadi pengikutnya memperjuangkan khilafah asal bisa menjawab
soal itu. Tapi setelah baca itu dangkal dan berbelok. Isinya malah
membenarkan pendapat saya,” tulis Mahfud di akun Twitternya.
”Itu sudah saya jawab melalui banyak grup WA. Tulisan K. Shiddiq itu
dangkal. Separoh pertama justeru menbenarkan saya tentagg tiadanya
sistem tapi separuh berikutnya dia keluar jauh dari konteks. Coba buka
jawaban lengkap saya di Grup WA Mubarok Center. Gitu saja kok seperti
iya’ iyao. Hahaha” katanya Mahfud MD tertawa.
Mahfud MD menantang siapa saja yang mampu menunjukkan sistem
pemerintahan khilafah ada di dalam Alquran dan hadis. Dia mengatakan,
perubahan sistem pemerintahan yang ada di Indonesia tidak bisa dilakukan
secara radikal.
"Saya nantang siapa saja, di mana saja, di dalam forum yang terbuka.
Yang bisa menunjukkan kepada saya, tentang adanya kholifah atau khilafah
tentang adanya khilafah sebagai sistem pemerintahan, ya di dalam
Alquran dan hadis. Saya katakan kalau khilafah banyak, tapi bukan dari
Alquran dan alhadis. Itu adalah ciptaan para ulama berdasar kebutuhan,
waktu, dan tempat masing-masing," kata dikutib dari detik.com.
Karena tak ada yang bisa menjawab Mahfud MD gagal donk ikut memeprjuangkan khilafah? Yes! [dutaislam.com/pin] / http://www.dutaislam.com/2017/12/mahfud-md-tertawakan-uraian-dangkal-dpp-hti-soal-sistem-baku-khilafah.html
Gugatan Ditolak di MK, HTI Hajar Negara Lewat Media Online
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Keputusan pemerintah untuk membubarkan ormas yang serukan membuat
negara khilafah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ternyata tidak
menggoyahkan langkah-langkah pengurus dan simpatisannya untuk terus
mengkampanyekan paham transnasional mereka yang sangat bertentangan
dengan Pancasila.
Setelah langkah hukum HTI ditolak
Mahkamah Konstitusi terkait judicial review Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi
Masyarakat. Selain HTI ada ternyata ada tujuh gugatan lainnya yang
ditolak Mahkamah Konstitusi seperti gugatan dari Persis.
Salah satu langkah HTI untuk
mensosialisasikan paham mereka dengan mendirikan portal baru seperti
news.kaffah net. Setelah portal hizbut-tahrir or id tidak dapat
diaktifkan kembali. Beberapa artikel di dalam kaffah dotnet bersifat
agitatif dan berpotensi memperkeruh kondisi sosial di Indonesia. Inilah
salah satu bentuk pembangkangan HTI kepada Negara, dan sangat berbahaya
sekali nantinya.
Dalam kolom disklaimer mereka juga
mengajak para kontributor untuk menyumbangkan artikel namun tentunya
yang dimuat tentu yang sesuai dengan visi dan misi mereka menegakkan
paham khilafah yang hingga saat ini tidak mendapat tempat di satu negara
muslim mana pun di dunia ini.
Untuk itu masyarakat luas yang dapat
mengakses portal tersebut hendaknya lebih berhati-hati pada modus
pengenalan, penyebaran hingga pembai’atan (indoktrinasi ide-ide dan
pemikiran Hizbut Tahrir.
Dalam media-media mereka, kerap
mengusung slogan-slogan indah, sebagaimana dakwah Islam, khilafah
Islamiyah, Kembali ke Syari’at Islam dan menerapkan Islam secara
menyeluruh (Islam Kaffah). Dengan berbungkus slogan tersebut, ternyata
mereka banyak menuai simpati, khususnya dari warga yang tidak teliti
melihat gerakan ini. (SFA) / http://www.salafynews.com/gugatan-ditolak-di-mk-hti-hajar-negara-lewat-media-online.html
Pendapat Para Ulama Terkait Panji Rasulullah Tampar Para Fans HTI
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA –
Jagad maya Indonesia dipenuhi dengan komentar-komentar para fans HTI
terkait acara ILC, dimana gembong HTI Felix Siauw dapat dengan bebas
mempresentasikan ide Khilafahnya di depan para khalayak ramai seantero
Indonesia, seperti yang kita ketahui bersama acara Reuni Akbar 212 di
Monas banyak sekali bertebaran atribut bendera HTI bahkan ada bendera
HTI dipasang diatas bendera Merah Putih.
Sudah kita ketahui bersama bahwa Ormas
HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah lewat Perppu ormas, dan pemerintah
melarangnya, bahkan polisi akan bertindak tegas terhadap kegiatan
kelompok ini, namun hal itu tidak tejadi di Reuni Akbar 212 beberapa
waktu lalu. Bahkan ormas HTI dengan mengkampanyekan bahwa bendera hitam
dan putih yang berlafadzkan “La Ilaha Illallah” sebagai bendera
Rasulullah SAW dan Islam. Berikut jawaban untuk penjelasan bendera itu:
Bendera hitam atau putih bertuliskan
kalimat tauhid selalu diidentikkan oleh sebagian kelompok sebagai
bendera Islam atau bendera Rasulullah. Dengan anggapan ini, kalau ada
bendera lain yang tidak serupa dengan bendera Rasulullah, dianggap bukan
Islam dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Kelompok yang mengindetikkan bendera
hitam atau putih bertulis kalimat tauhid ini sebagai bendera Rasulullah
merujuk pada hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam beberapa
kitab hadits. Ibnu Abbas berkata.
Artinya, “Bendera (pasukan)
Rasulullah itu hitam dan panjinya itu putih yang bertuliskan di atasnya
‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah”. (HR At-Thabarani).
Merujuk pada penelitian yang dilakukan
tim el-Bukhari Institute dalam buku Meluruskan Pemahaman Hadits Kaum
Jihadis, hadits tentang bendera Rasulullah di atas terdapat dalam
beberapa kitab, di antaranya, Mu’jamul Awsath karya At-Thabarani dan
Akhlaqun Nabi wa Adabuhu karya Abus Syekh Al-Ashbihani.
Secara umum, kualitas hadits bendera
hitam bertulis “La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah” adalah dhaif
(lemah), baik riwayat At-Thabarani ataupun Abu Syekh. Hadits bendera
hitam juga dikategorikan dhaif oleh Ibn ‘Adi dan termasuk salah satu
dari sekian banyak hadits dhaif yang terdapat dalam kitab Al-Kamil fi
Dhu’afa’ir Rijal.
Riwayat At-Thabarani dihukumi lemah
karena di dalam rangkaian sanadnya terdapat rawi bermasalah, yaitu Ahmad
Ibn Risydin. Menurut An-Nasa’i, Ibn Risydin adalah seorang pembohong
kadzdzab (pembohong). Adz-Dzahabi menyebut Ibn Risydin sebagai pemalsu
hadits (muttaham bil wadh’i). Ibn ‘Adi mengakui bahwa Ibn Risydin salah
satu orang yang paling banyak meriwayatkan hadits, namun sangat
disayangkan kebanyakan periwayatannya munkar dan palsu. Sementara
menurut Ibnu Yunus, Ibnu ‘Asakir, dan Ibnul Qaththan, dan Ibnul Qasim,
Ibn Risydin diterima haditsnya karena dia kredibel (tsiqah) dan
penghafal hadits (huffazhul hadits).
Ketika dihadapkan pada dua simpulan yang
bertolak-belakang ini, maka penilaian negatif (jarh) lebih
diprioritaskan daripada penilaian positif (ta’dil). Simpulan ini merujuk
pada kaidah umum dalam jarh wa al-ta’dil, “Apabila bertentangan antara
jarh dan ta’dil, maka jarh lebih didahulukan bila dijelaskan
argumentasinya secara spesifik.” Dengan demikian, riwayat Ibn Risydin
tidak dapat diterima karena pembohong (muttaham bil kidzbi) dan dianggap
pemalsu hadits (muttaham bil wadh’i) meskipun riwayat dan haditsnya
banyak didokumentasikan.
Adapun riwayat Abu Syekh berasal ari dua
jalur, yaitu Abu Hurairah dan Ibnu Abbas. Riwayat yang bersumber dari
Abu Hurairah dihukumi lemah karena ada Muhammad Ibn Abu Humaid dalam
silsilah sanadnya. Sebagian besar kritikus hadits berpendapat bahwa Abu
Humaid adalah dhaif dan termasuk munkarul hadits. Sedangkan riwayat Abu
Syekh yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas dihukumi hasan dan tidak sampai
pada tingkatan shahih.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
dipahami bahwa kualitas hadits bendera hitam yang diriwayatkan oleh
At-Thabarani dan riwayat Abu Syekh yang bersumber dari Abu Hurairah
adalah lemah atau dapat disebut juga hadits munkar. Sementara riwayat
Abu Syekh yang berasal dari Ibnu Abbas termasuk hadits hasan dan tidak
mencapai derajat shahih.
Setelah mengetahui kualitas hadits,
pertanyaan berikutnya adalah bagaimana pengamalannya, apakah hadits
tersebut wajib diamalkan atau tidak. Dalam bahasa lain, apakah hadits
bendera Rasulullah itu bermuatan syariat atau tidak. Kalau dipahami
sebagai bagian dari syariat berarti wajib diamalkan. Sementara kalau
bukan bagian dari syariat, tidak wajib diamalkan.
Menurut KH Ali Mustafa Yaqub, ada dua
indikator yang dapat digunakan untuk membedakan syariat dan bukan
syariat, atau budaya, di dalam memahami hadits Nabi. Pertama, apabila
amalan tersebut hanya dilakukan oleh umat Islam dan tidak dilakukan
agama lain berarti amalan itu bagian dari syariat. Kedua, jika sebuah
perbuatan dikerjakan oleh semua orang, baik Muslim maupun non-Muslim,
dan sudah ada sejak sebelum kedatangan Islam, maka perbuatan tersebut
bukan syariat dan termasuk budaya.
Berdasarkan dua indikator ini dan
sekaligus merujuk pada fakta sejarah, bendera bukanlah bagian dari
syariat karena sudah ada sebelum kedatangan Islam dan digunakan oleh
semua pasukan perang baik Muslim ataupun non-Muslim. Bahkan dalam
pandangan Ibnu Khaldun, memperbanyak bendera, memberi warna dan
memanjangkannya, hanya semata-mata untuk menakuti musuh dan kepentingan
politik suatu pemerintahan.
Kendati Rasulullah menggunakan warna dan
bentuk bendera tertentu, bukan berati model bendera Rasulullah ini
mesti diikuti oleh setiap umat Islam sehingga negara yang tidak sesuai
warna benderanya dengan bendera Rasulullah dianggap tidak mengikuti
sunah Nabi. Karena pada hakikatnya, persoalan warna dan bentuk bendera
bukan bagian dari agama yang bersifat ibadah (ta’abbudi), seperti halnya
shalat, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya, tetapi termasuk urusan
muamalah yang identik dengan perubahan dan perkembangan. Wallahu a’lam.
(SFA)
Kronologi Sebenarnya Penolakan Ustad Somad di Bali
SALAFYNEWS.COM, DENPASAR
– Masifnya berita warga Bali penolakan Abdul Somad, hingga dibentuknya
framing Bali Anti Islam dan sebagaianya, inilah berbahayanya kelompok
radikal yang sering kali bawa agama dan adu domba antar umat beragama
dalam kampanyenya, berikut kronologi penolakan Abdul Somad di Bali, yang
ditulis di akun Facebook Jemima Mulyandari, berikut tulisannya:
Awalnya Ustad Abdul Somad Menolak
Mencium Sang Saka Merah Putih. Sejak kemarin banyak beredar pemberitaan
“Bali Menolak Ustad Abdul Somad Berceramah Di Bali”. Itu semua adalah
pemberitaan yang salah dan menyesatkan. Beginilah kronologis cerita yang
sebenarnya:
Ustad Abdul Somad datang ke Bali untuk berceramah pada hari Jumat, 7 Desember 2017.
Bali menyambut baik siapapun juga yang datang ke Bali termasuk Ustad
Abdul Somad. Mau berceramah juga silakan, karena Islam adalah salah
satu agama yang diakui secara sah di NKRI.
Namun dikarenakan sepak terjang dan ceramah Ustad Abdul Somad di
masa lalu dan sampai kini yang seperti itu (tak perlu diterangkan lagi
kita pasti sudah tahu sama tahu.
Ada banyak videonya sudah beredar
dimana-mana. Silakan dicek sendiri di youtube), maka Bali merasa sangat
perlu untuk menyatukan komitmen, visi dan misi dengan Ustad Abdul Somad.
Visi dan misi tersebut adalah komitmen bahwa kita semua termasuk Ustad
Abdul Somad adalah anak bangsa yang cinta NKRI, Pancasila, UUD 45,
Bhinneka Tunggal Ika dan Sang Saka Merah Putih.
Ternyata Ustad Abdul Somad menolak mencium Sang Saka Merah Putih.
Kenapa beliau menolak? Silakan menanyakan alasannya kepada Ustad Abdul
Somad sendiri. Bukan kapasitas saya untuk menjawabnya.
Yang jelas, bukanlah hal yang sulit dan
berlebihan bagi setiap anak bangsa untuk mencium bendera negaranya
sendiri. Para atlet yang akan berlaga, anggota Paskibraka dan banyak
moment lainnya sudah lazim melakukan prosesi mencium Sang Saka Merah
Putih. Tak ada yang aneh dan tak ada yang sulit dengan itu semua.
Justru Ustad Abdul Somadlah yang
mempersulit dirinya sendiri dengan menolak permintaan yang semudah itu.
Itupun sudah melalui proses negosiasi panjang yang melelahkan sampai
berjam-jam di dalam ruangan tertutup di Hotel Aston, Gatsu Barat,
Denpasar, Bali. Hal mudah dibuat jadi sulit. Itulah yang terjadi saat
itu.
Bali tidak berhak memaksa. Jika Ustad Abdul Somad memang tidak bisa
menyamakan komitmen, visi dan misi sebagai anak bangsa yang cinta NKRI,
ya berarti silakan pulang. Keputusan ada di tangan Ustad Abdul Somad
sendiri mau pulang atau tidak.
Ustad Abdul Somad tetap menolak mencium Sang Saka Merah Putih. Itu
artinya Ustad Abdul Somad sendirilah yang memilih untuk pulang dan tidak
melanjutkan acara ceramahnya di Bali.
Saat berita nomer 6 diketahui masyarakat Bali yang berkumpul di
depan Hotel Aston, suasana menjadi ramai meminta Ustad Abdul Somad agar
segera pulang. Point nomer 7 inilah yang diberitakan sana sini bahwa
Ustad Abdul Somad diusir dari Bali. Padahal Ustad Abdul Somad sendiri
yang sudah memilih untuk pulang.
Akhirnya Ustad Abdul Somad berubah pikiran. Ustad Abdul Somad mau
menyanyikan lagu Indonesia Raya, mau mengakui NKRI, Pancasila, UUD 45
dan Bhineka Tungga Ika sebagai 4 pilar kebangsaan Indonesia yang sudah
final dan tidak dapat diubah dan tidak dapat diganggu gugat, sekaligus
mau mencium Sang Saka Merah Putih sebagai tanda kecintaannya kepada
NKRI. Semua prosesi ini dilakukan di depan Hotel Aston, dihadapan semua
masyarakat Bali yang berkumpul di sana.
Karena komitmen, visi dan misi sudah sama, Bali mempersilakan Ustad
Abdul Somad melanjutkan tujuannya datang ke Bali untuk berceramah. Ustad
Abdul Somad malah dikawal dengan baik oleh perwakilan masyarakat Bali
dan anggota keamanan, sehingga acara ceramahnya bisa berjalan dengan
baik dan lancar. (SFA) / http://www.salafynews.com/kronologi-sebenarnya-penolakan-ustad-somad-di-bali.html
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shmasi Ali *)
Setelah Ustaz Abdul Somad dicekal di Hongkong, ada suara-suara yang
kemudian berseliwerang, termasuk di sosial media bahkan di kalangan
tokoh-tokoh masyarakat, seolah membenarkan pencekalan itu. Pembenaran
itu dibangun di atas asumsi atau tepatnya kecurigaan jika Ustaz Abdul
Somad terkait HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang baru saja dibekukan dan
dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Pembenaran
atau kecurigaan itu dibangun di atas beberapa alasan atau kesimpulan
oleh sebagian berdasarkan beberapa ceramah Ustaz yang ada di media
sosial, termasuk youtube. Untuk mengetahui lebih jauh tuduhan
itu, saya kembali menelusuri sebagian besar ceramah-ceramah Ustaz Abdul
Somad, lalu mencoba menghubungkan antara satu ceramah atau pendapat
dengan ceramah dan pendapat yang lain.
Dari penelusuran itu
saya mendapati dua ceramah yang mungkin menimbulkan kecurigaan itu.
Atau tepatnya satu ceramah yang memang disampaikan di sebuah hajatan HTI
di Riau 4 tahun lalu dan satu lagi jawaban singkat beliau terhadap
sebuah pertanyaan tentang arti khilafah dalam sebuah sesi tanya jawab
sekitar setahun yang lalu. Setelah mendengarkan berbagai ceramah yang pernah beliau sampaikan di masa lalu, saya berkesimpulan sebagai berikut:
1.
Seperti yang beliau sendiri sering sampaikan, Ustaz Abdul Somad
bukanlah anggota, apalagi pengurus HTi. Kehadiran beliau di acara HTI
Riau 4 tahun silam itu sebagai undangan dalam kapasitasnya sebagai
seorang ustaz dan ulama.
2. Selain itu, sebagaimana di masa
lalu banyak ulama dan ustaz yang pernah diundang di acara HTI,
kehadiran beliau di acara HTI itu juga tidak melanggar apa-apa. Karena
saat itu (4 tahun lalu) HTI adalah sebuah organisasi massa yang diakui
di negara Indonesia. Artinya, beliau diundang oleh sebuah organisasi
yang resmi terdaftar dan legal beroperasi di negara Indonesia.
3. Perihal pendapat beliau mengenai khilafah, itu harusnya ditempatkan pada posisi “scholarly discourse”
atau perdebatan di kalangan para ulama. Bahwa isu khilafah adalah isu
yang diperdebatkan dan diperselisihkan di kalangan para ulama. Dan itu
diakui oleh semua orang Islam yang tahu ajaran agamanya dengan baik.
Pendapat mengenai khilafah ini ada di kalangan ulama-ulama nasional dan
internasional. Tapi sekali lagi, itu adalah opini keulamaan yang
memperkaya khazanah keilmuan dalam Islam.
4. Lalu apakah
dengan pendangan tentang khilafah seperti itu dianggap bertentangan atau
mengancam eksistensi NKRI? Sama sekali tidak. Beliau dalam berbagai
ceramah yang jauh lebih banyak dan jelas menegaskan kecintaan dan
loyalitasnya ke NKRI. Bahwa hiruk pikuk opini para ulama perihal
khilafah tidak akan mengusik eksistensi NKRI yang sudah final, dengan
Pancasila dan UUD 45 sebagai pijakan kehidupan nasioanalnya.
5.
Komitmen Ustaz Abdul Somad terhadap NKRI, Pancasila dan UUD, serta
sistim politik pemerintahan yang dianut oleh negeri ini, tidak diragukan
lagi. Kita tahu bahwa mereka yang murni dalam ideologi khilafah
alamiyah (global caliphate) ini “mengharamkan” partisipasi
politik (pemilu), bahkan menganggapnya sistim kafir. Tapi, Ustaz Abdul
Somad justeru menganjurkan umat ini mengambil bahagian dalam proses
demokrasi dan politik. Bahkan beliau menyerukan agar umat ini menjadi
pemimpin bagi bangsa dan negaranya.
6. Saya menilai Ustaz
Abdul Somad hanyalah orang jujur, apa adanya, pantang dipengaruhi dan
dibentuk oleh pihak luar. Beliau orang kampung yang mendalami agama, dan
insya Allah berhati bersih serta lapang dada. Dan karenanya dalam
menyampaikan pendapat tidak berbasa basi, apalagi menutup-nutupi adanya
opini yang berbeda tentang sebuah isu, bahkan walau tidak populer.
Termasuk di dalamnya perdebatan sistim kenegaraan dalam Islam.
7.
Lalu bagaimana dengan isu Syariah? Indonesia itu sangat banyak
menjalankan Syariah Islam. Bahkan boleh jadi lebih syar’i dari banyak
negara Muslim lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah akidah tauhid
dalam penafsiran Islam. Dan karenanya, sila pertama itu adalah bagian
syariah dalam keyakinan.
UUD menjamin setiap pemeluk
agama untuk meyakini dan menjalankan agamanya. Itu juga adalah syariah
Islam. Maka, umat Islam Indonesia shalat, puasa, zakat, haji, bahkan
dalam urusan mu’amalat di mana-mana tumbuh bank-bank syariah. Lalu
kenapa takut ketika orang Islam bersyariah, termasuk ketika Ustaz Abdul
Somad mengajarkannya?
8. Oleh karenanya, ketika orang
ingin mengambil kesimpulan tentang ustaz Abdul Somad hendaknya jangan
hanya melalui satu atau dua dari ribuan ceramahnya. Sebagaimana beliau
kerap kali sampaikan secara bercanda: “cukupkan pulsa sebelum dengarkan
ceramahnya agar tidak sepotong-sepotong”.
Kasus Ustaz
Abdul Somad ini mirip ketika sebagian orang mendengar wawancara saya di
sebuah media tentang sebuah isu, apalagi secara parsial. Lalu mengambil
kesimpulan tanpa mengimbangi dengan mendengarkan ceramah atau wawancara
saya di tempat yang lain. Betapa sering saya divonis liberal, karena
pendapat saya agar dalam memahami teks-teks agama diperlukan
rasionalitas yang solid. Sebaliknya seringkali pula saya dituduh ekstrim
karena pembelaan saya kepada idealisme keagamaan yang saya yakini.
Kesalah pahaman itu kerap terjadi karena mendengarkan ceramah atau wawancara secara sepotong-sepotong. Apalagi jika memang “mind-set”
yang mendengarkan itu sudah penuh kecurigaan dan kebencian.
Kesimpulannya pasti akan mengikut kepada warna otak yang telah terbentuk
duluan.
9. Mengenai silap kata, menyinggung dengan
kata-kata, tentu pertama beliau adalah manusia biasa dan pasti ada
khilaf dan salah. Tapi jangan pula lupa bahwa dalam diri beliau ada sisi
komedi yang sebagaimana komedian lainnya biasa menyinggung untuk tujuan
yang baik. Tapi kalau itu dianggap menyinggung, kurang sensitif, ambil
hikmah dan pelajaran darinya. Intinya adalah “who the hell is perfect”? Emangnya siapa yang sempurna?
Akhirnya,
saya memang khawatir jangan-jangan yang sedang terjadi adalah bahwa
sikap jujur dan istiqamah dalam beragama saat ini dianggap ancaman. Saya
bahkan curiga, jangan-jangan yang diinginkan oleh sebagian pihak dari
para ustaz dan ulama agar menyampaikan Islam berdasarkan kecenderungan
hawa nafsu mereka.
Sekali lagi, saya justeru melihat ustaz Abdul Somad ini menjaga karakter “wasathiyah”.
Yaitu karakter imbang yang merangkul semua pihak. Beliau mencoba
merangkul kembali bahagian-bahagian keumatan yang sedang berserakan. Di
Muhammadiyah beliau menyampaikan pendapat NU. Di NU beliau menyampaikan
pendapat Muhammadiyah.
Dalam berbagai ceramahnya beliau hanya membahas masalah agama dan keumatan, serta bagaimana umat ini “get empowered”
(menjadi kuat). Sebab jika umat kuat di Indonesia, dengan sendirinya
bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang kuat, mandiri dan
disegani.
Tapi kenapa ada yang kurang senang, bahkan boleh
jadi merasa terancam? Ustaz Abdul Somad memangnya sangar dan menakutkan?
Punyakah kekuatan massa yang ditakutkan?
Entahlah. Tapi memang salah satu penyakit berbahaya dalam dunia kita yang semakin egoistik ini adalah “al-khauf wal-hazan”.
Penyakit “takut dan sedih”. Takut tersaingi, terkalahkan,
terpinggirkan, dan bahkan takut orang lain mendapatkan apa yang
dimilikinya. Dan kalau itu terjadi akan tumbuh rasa sedih yang boleh
jadi berujung kepada sikap destruktif dan prustrasi.
Akhirnya
saya menghimbau semua pihak kiranya ulama-ulama seperti beliau yang
rendah hati, santun, namun jujur dengan keilmuannya dijaga dan
dirangkul. Beliau adalah aset umat, bangsa dan negara. Dengan keilmuan
yang luas, dada yang lapang, insya Allah tidak memiliki intrik-intrik
politik, beliau bisa menjadi pilar kebangkitan umat dan bangsa.
Jika
diperlakukan tidak sebagaimana mestinya maka beliau boleh saja
dirangkul oleh pihak-pihak yang memang memilki kepentingan sempit dan
sesaat. Dengan magnet dan daya tarik yang beliau miliki saat ini boleh
jadi justeru disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan
tertentu pula. Entahlah!
* Presiden Nusantara Foundation
Ustadz Abdul Somad Dituding Anti NKRI & Pancasila Hingga Batalkan Ceramah, Sekjen MUI: Di Sisi Mana?
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI), Anwar Abbas
memberikan tanggapan atas alasan dibatalkannya ceramah Ustaz Abdul Somad
di sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Diberitakan sebelumnya, Pimpinan wilayah GP Ansor Jawa Tengah, Mujibburohman memaparkan alasan mengapa Ustadz Abdul Somad tidak diperbolehkan untuk melakukan ceramah di Jepara.
Dilansir dari tayangan TV One, Mujibburohman mengungkap hal tersebut
dilakukan guna menyampaikan pesan dari GP Anshor yang sesungguhnya yakni
menjaga NU, para Kiai dan NKRI.
Selain
itu, Mujibburohman juga beralasan bahwa penolakan ceramah UAS itu
berhubungan dengan adanya jamaah HTI yang kerap hadir dalam kegiatan
tersebut.
Hal itu diketahui dari beberapa cuplikan yang dilihat oleh
Mujibburohman, bahwa para kru atau panitia yang hadir dalam ceramah UAS
membawa atribut terkait HTI.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sendiri memang terbukti menurut majelis Hakim PTUN ingin mendirikan negara khilafah di wilayah NKRI.
Karenanya cap sebagai kelompok anti NKRI seolah melekat kuat pada HTI.
Menanggapi soal alasan dari GP Ansor wilayah Jawa Tengah mengenai penolakan ceramah UAS, Sekjen MUI, Anwar Abbas pun memberikan tanggapan.
Menurutnya, setiap warga negara berhak menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Pun dengan yang dilakukan oleh UAS.
Karenanya, Anwar Abbas merasa heran jika kemudian UAS menghadapi gangguan berupa pelarangan untuk berceramah.
"Negara ini adalah negara demokrasi. Oleh karena itu semua orang
berhak menyampaikan sikap dan menyampaikan pandangannya. Dan Kiai Abdul
Somad sudah melakukan itu tetapi mengapa dia diusik, dia diganggu?" ujar
Anwar Abbas.
Mendengar pernyataan tersebut, sang pewarta pun mengajukan pertanyaan untuk Anwar Abbas.
Yakni apakah ada kegelisahan yang sama dari MUI perihal isi ceramah UAS.
"Tapi kalau MUI melihat apakah ada kegelisahan atas isi ceramah UAS ?" tanya sang pewarta.
Pertanyaan yang diajukan itu pun segera dijawab oleh Anwar Abbas.
Anwar Abbas mengaku bahwa dirinya adalah pengagum UAS.
Menurutnya, tidak ada sedikitpun tanda yang menyatakan bahwa UAS adalah seseorang yang anti NKRI.
Anwar Abbas justru menyebut UAS adalah penceramah yang ingin menanamkan rasa cinta NKRI kepada pengikutnya.
"Saya pengagum UAS, tidak nampak oleh saya sedikitpun pemikiran beliau yang anti NKRI, anti pancasila dan anti kebhineka-an. Tidak terlihat oleh saya.
Bahkan yang terlihat oleh saya, beliau ingin menanamkan pandangan kebhineka-an, cinta pancasila dan cinta NKRI," pungkasnya.
Lebih lanjut lagi, Anwar Abbas merasa heran apabila ada oknum yang justru takut dengan isi ceramah UAS.
Tak hanya soal isi ceramah, ketakutan soal kehadiran UAS yang
belakangan menjadi sorotan juga turut diperhatikan oleh Anwar Abbas.
Anwar Abbas pun lantas mengajukan pertanyaan retoris yang ditujukkan untuk penentang ceramah UAS.
"Lalu kalau ada yang menuduh beliau anti NKRI, anti pancasila dan anti kebhinekaan. Saya rasa di sisi mana ? pada poin mana ? pada ceramah beliau yang mana ?" ucapnya.
Mengenai alasan yang dikemukakan GP Ansor wilayah Jawa Tengah yang semapt disinggung, Anwar Abbas pun memberikan pendapatnya.
Yakni mengenai atribut dari para jamaah yang diyakini sebagai atribut HTI.
"Lalu kenapa UAS nya yang dilarang ? kenapa tidak peserta yang membawa simbol-simbol itu yang dilarang ?" tanya Anwar Abbas.
UAS Batal Ceramah di Pulau Jawa
Diberitakan sebelumnya, Ustaz Abdul Somad mengaku mendapat beberapa
ancaman dan intimidasi yang dialaminya saat hendak ceramah di beberapa
daerah.
Untuk itu, Ustaz Abdul Somad memutuskan untuk membatalkan sejumlah
ceramahnya di beberapa daerah, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Yogyakarta.
Hal itu disampaikan sendiri oleh Ustaz Abdul Somad di akun
Instagramnya yang terverifikasi, @ustadzabdulsomad, Minggu (3/9/2018).
Dalam akun Instagramnya itu, Ustaz Abdul Somad menyatakan beberapa alasannya membatalkan ceramah tersebut.
Di antaranya yakni dengan adanya ancaman, intimidasi dan pembatalan itu, beban panitia penyelenggara akan semakin berat.
Pun kata dia, kondisi psikologis jemaah dan dirinya sendiri juga jadi pertimbangan.
Begini keterangan lengkap yang ditulisnya :
Beberapa ancaman, intimidasi, pembatalan, dan lain-lain terhadap
tausyiah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepada dan
Semarang.
Beban panitia yang semakin berat
Kondisi psikologis jamaah dan saya sendiri
Maka, saya membatalkan beberapa janji di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta :
1. September di Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri
2. Oktober di Yogyakarta
3. Desember janji dengan Ustadz Zulfikar di daerah Jawa Timur
Mohon maaf atas keadaan ini, harap maklumi, dan mohon doakan selalu.
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Abdul Somad.
Forum Pecinta Ahok: Sponsori ke Chile, Polisi Harus Periksa Anies Baswedan
Aparat kepolisian harus memeriksa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang telah mensponsori Ratna Sarumpaet ke Chile. “Uang rakyat diberikan Ratna Sarumpaet untuk pergi ke Chile. Polisi harus memeriksa Anies Baswedan,” Koordinator Forum Pecinta Ahok, Kurniawan Wijaya dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (5/10). Kata Kurniawan, Anies Baswedan diduga melanggar dengan sengaja memberikan sponsor Ratna Sarumpaet untuk Chile. “Ke Chile pun tidak jelas dan tidak punya kontribusi buat Jakarta dan Bangsa Indonesia,” jelas Kurniawan.
Selain itu, ia mendesak DPRD DKI Jakarta segera memanggil dan perlu memperhentikan Anies Baswedan dari jabatan Gubernur Jakarta.
“Anies sudah melanggar konstitusi. DPRD DKI harus memecat Anies Baswedan,” pungkas Kurniawan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI kini memastikan pihaknya mensponsori Ratna Sarumpaet untuk mengikuti kegiatan di Chile. Dasarnya, Gubernur Anies Baswedan meminta Disparbud memfasilitasi Ratna. “Disposisi Bapak Gubernur ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah difasilitasi dan didukung serta TL (tindak lanjut) sesuai ketentuan,” kata Plt Kepala Disparbud, Asiantoro, dalam keterangan pers tertulisnya, Jumat (5/10/2018). Sumber Berita : https://suaranasional.com/2018/10/05/forum-pecinta-ahok-sponsori-ke-chile-polisi-harus-periksa-anies-baswedan/
Barisan Pembela Jokowi: Sebarkan Hoax, Polisi tak Perlu Takut Tetapkan Tersangka Amien Rais
Aparat kepolisian tidak perlu takut menetapkan tersangka Amien Rais yang telah menyebarkan hoax terkait Ratna Sarumpaet. Demikian dikatakan Ketua Barisan Pembela Jokowi Ronald Sitanggang dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (5/10). Kata Ronald, penetapan tersangka kepada Amien tak perlu dikaitkan polisi memusuhi Muhammadiyah. “Hubungan polisi, pemerintah Jokowi dengan Muhammadiyah sangat baik,” jelas Ronald. Ronald mengatakan, Amien juga harus dimasukkan penjara agar tidak kabur ke luar negeri. “Bisa jadi Amien kabur ke luar negeri. Ini untuk antisipasi saja,” jelas Ronald. Kata Ronald, selama ini Amien Rais banyak memfitnah dan melakukan ujaran kebencian. “Dari mulutnya Amien Rais sangat berbahaya untuk persatuan Bangsa Indonesia,” papar Ronald.
Penyidik Ditkrimum Polda Metro Jaya mengagendakan pemeriksaan terhadap Amien Rais. Mantan Ketua MPR itu akan dimintai keterangan terkait hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet. “Iya agendanya seperti itu (pemeriksaan),” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dimintai konfirmasi, Jumat (5/10/2018). Sumber Berita : https://suaranasional.com/2018/10/05/barisan-pembela-jokowi-sebarkan-hoax-polisi-tak-perlu-takut-tetapkan-tersangka-amien-rais/
Forum Muhammadiyah Garis Lurus: Amien Rais & Keluarga Merusak Muhammadiyah dan Islam
Amien Rais dan keluarga telah merusak Muhammadiyah serta Islam dengan sikapnya yang mendukung hoax Ratna Sarumpaet. Demikian dikatakan Ketua Forum Muhammadiyah Garis Lurus Immawan Ahmad Ridho dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (5/10). “Walaupun Pak Amien Rais dan Hanum Rais sudah minta maaf tetapi kelakuannya yang mendukung hoax menciderai Muhammadiyah,” ungkapnya. Kata Immawan Ahmad Ridho, sekelas Amien Rais yang pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah mudah percaya dengan berita hoax. “Harusnya Amien Rais dan keluarga memegang sikap bermuhammadiyah secara benar. Jika ada berita harus tabayyun terlebih dulu. Apalagi Pak Amien ini seorang profesor dan tokoh agama Islam,” jelas Immawan Ahmad Ridho.
Immawan Ridho mengatakan, peristiwa Ratna Sarumpaet menjadi hikmah yang sangat besar buat Amien Rais dan keluarga. “Lebih baik Pak Amien mengurusi Muhammadiyah dan meninggalkan politik praktis. Pak Amien harus balik pada pemikiran era 80-90 an yang lebih mengedepankan akademisi dan intelektual,” jelas Immawan Ahmad Ridho. Immawan Ahmad Ridhp mengatakan, kritik kepada Amien Rais merupakan sikap sayang terhadap mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu. “Di Muhammadiyah kritik itu biasa. Berbeda sikap dalam politik, tetapi kalau untuk Muhammadiyah, Islam dan bangsa Indonesia harus bersatu,” pungkas Immawan Ahmad Ridho. Sumber Berita : https://suaranasional.com/2018/10/05/forum-muhammadiyah-garis-lurus-amien-rais-keluarga-merusak-muhammadiyah-dan-islam/
Kubu Prabowo Subianto penyebar berita bohong (hoax) sejati dengan adanya pengakuan dari Ratna Sarumpaet. Demikian dikatakan Koordinator Gardu Banteng Marhaen Sulaksono Wibowo dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (5/10). “Fadli Zon, Fahri Hamzah ikut menyebarkan berita hoax juga,” paparnya. Kata Sulaksono, pengakuan Ratna Sarumpaet membuktikan Tuhan sayang kepada Presiden Jokowi. “Selama ini Presiden Jokowi selalu difitnah kelompok oposisi seperti Fadli Zon, namun Gusti Allah mbuten sare (Tuhan Tidak Tidur). Faktanya penyebar hoax juga dari oposisi,” jelas Sulaksono. Sulaksono mengatakan, pasca pengakuan Ratna Sarumpaet, rakyat Indonesia tetap memilih Jokowi dua periode. Prabowo Subianto, Sandiaga Uno dan Dahnil Anzar Simanjuntak (Dok Dahnil) Sumber Berita : https://suaranasional.com/2018/10/05/gardu-banteng-marhaen-kubu-prabowo-penyebar-hoax-sejati/
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/06102018/11.12Wita/Bjm