» » » » Tipu-tipu Bendera ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) bertuliskan Kalimat Tauhid..!!!

Tipu-tipu Bendera ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) bertuliskan Kalimat Tauhid..!!!

Penulis By on Rabu, 31 Oktober 2018 | No comments

Gus Yaqut: Tidak akan ada insiden Garut lagi

Sayap Nahdlatul Ulama (NU), Barisan Ansor Serbaguna (Banser), sedang disorot. Hal itu terjadi karena anggotanya membakar bendera bertulis aksara Arab yang diduga bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Sontak saja insiden itu memicu kontroversi. Sejumlah kelompok masyarakat pun menggelar aksi di daerah, termasuk Jakarta. Mereka menuntut Banser dibubarkan. Lainnya, mereka mendesak proses hukum berjalan terhadap pelaku, termasuk yang paling bertanggung jawab atas Banser: Gus Yaqut.
“Saya akan ikuti proses hukum jika dilaporkan, saya akan hadapi,” kata Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor itu kepada Heru Triyono dan fotografer Wisnu Agung saat ditemui di kawasan Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, Kamis (25/9/2018).


Banser merupakan badan otonom di bawah GP Ansor. Gerakan ini berawal dari organisasi bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang berdiri pada 1924. Wadah itu didirikan KH Abdul Wahab bersama para pendukungnya. Organisasi itu yang kemudian menjadi GP Ansor sekarang.
Sore itu, kami bicara di sebuah warung kecil, mengambil tempat di meja paling pojok dekat jendela. Idenya adalah bersantai-santai sambil minum kopi. Tapi Gus Yaqut lebih memilih teh panas. “Kita ini enggak takut, mereka berapa biji sih,” ujar pria berusia 43 bernama tulen Yaqut Cholil Qoumas ini—merespons tekanan terhadap organisasinya.
Saat wawancara, Yaqut tidak mencincang kata-katanya ketika tidak suka akan sesuatu. Alisnya yang tebal langsung bergerak naik saat bicara gagasan khilafah, apalagi HTI. Meski tampak serius, ia kadang bergurau di depan teman-teman Banser yang mengelilinginya. Terkadang suara tawa pecah sekaligus membersihkan suasana dari ketegangan.
Gerakan Pemuda Ansor memang sedang mengikuti acara The 2nd Global Unity Forum di Hotel Marriot, Yogyakarta. Hotel itu tidak jauh dari warung tempat kami wawancara. Selama satu jam lebih, saya menghujani Yaqut pertanyaan soal detail peristiwa pembakaran itu dan arah politik Banser.
Berikut tanya jawabnya:
Setelah insiden pembakaran itu, kini muncul petisi bubarkan Banser, bagaimana?Petisi itu dimainkan kelompok tertentu. Kita enggak mau menanggapi. Pembubaran organisasi ada aturan main, enggak bisa dengan petisi. Kalau layak dibubarkan menurut negara, ya bubarkan saja.
Apakah insiden itu memiliki dampak besar untuk citra Banser?Tentu. Sebagian publik akan menilai kita dengan isu yang sedang dimainkan, yaitu menistakan agama. Padahal kan tidak. Tidak ada niat sama sekali ke arah sana.
Karena insiden ini, puncak acara Kirab Satu Negeri GP Ansor sampai ditunda, ada kekhawatiran apa?Rencananya, Jumat (26/10/2018) nanti memang ada apel 70 ribu Banser di Yogya. Akhirnya mundur. Sebagai pimpinan saya khawatir. Bukan takut diserang, kita enggak takut, mereka berapa biji sih? Kita pasti menang lah.
Tapi saya khawatir timbul suasana chaotic. Bayangkan, satu Banser diprovokasi saja dari bus menuju stadion, maka bisa muncul masalah yang tidak perlu. Kita lebih cinta negeri ini ketimbang sekadar ego.
Seperti apa memangnya suasana di internal Banser?Ya tadi, kalau ngomong egoisme, kita ingin tarung sebenarnya. Karena kita tahu, kita jauh lebih besar dibanding mereka. Kader Ansor itu 4,7 juta. Itu yang terdaftar dalam database kami.
Mereka itu berapa orang sih? Kalau melihat aksinya kan cuma segitu-gitu saja. Kalau kita gerakkan semua Banser, jadi malapetaka buat Indonesia. Kalau enggak mampu mengendalikan amarah, pasti buyar semua.
Begitu susah mengendalikan Banser?Solidaritas kita ini kuat. Satu teman dipukul, yang lain akan membela. Kita berhitung betul, meski acara (Kirab Satu Negeri) banyak yang mendesak jalan terus, saya putuskan untuk mundur. Saya enggak mau ada kerusuhan melibatkan Banser.
Ya saat ini ada masyarakat yang menilai Banser begitu anarkis, padahal dulu diapresiasi, karena menjaga gereja saat natal dan sebagainya…Untuk jawab itu kita harus bicara background. Hari santri itu identik dengan NU. Banser ini jadi ujung tombak perlawanan NU terhadap HTI, perlawanan yang amat panjang, sejak 2003.
Nah di tengah hari santri tiba-tiba ada yang mengibarkan bendera HTI. Tentu dong teman-teman emosi--karena sekian tahun kita didik, latih dan diajarkan siapa kawan, siapa lawan. Apalagi ada kesepakatan tak boleh ada pengibaran bendera apapun selain merah putih. Cara provokasinya begitu sistematis.
Ada bukti bahwa ini sistematis?Soalnya di 11 titik ada bendera HTI. Polanya ini persis teori perang kota. Kita cari matrik-matriknya dan cocok. Kita tahu siapa ahlinya, tapi sudahlah.
Di Garut kita kecolongan. Untungnya di 10 tempat yang lain kita lebih tertib dan sesuai protap. Protapnya itu, bendera HTI bukan dibakar, melainkan didokumentasikan, dilipat yang baik dan diserahkan ke polisi.
Artinya anggota Banser tetap salah meski alasan mereka bakar bendera itu bukan melecehkan, tapi untuk menyelamatkan kalimat tauhid. Begitu kan yang beredar di media-media…Karena begini, ketika mengaji di pesantren, memang diajarkan begitu. Kenapa dibakar? Karena dikhawatirkan kalimat tauhid itu akan menjadi sampah. Kalau menemukan potongan ayat Alquran, ya diajari untuk memusnahkan dengan cara disobek-sobek kecil, dikubur atau dibakar—untuk menyelamatkannya.
Tapi ada masyarakat yang tidak sepakat dengan membakarnya dan ini menimbulkan kegaduhan?Masih debatable soal itu. Makanya kalau mau jadi diskursus agama, mari berdiskusi, tapi jangan jadi diskursus politik. Kalau politik ya ribut terus, enggak akan selesai. Kami meyakini itu bendera HTI dengan bukti-bukti. Kita bisa tunjukkan bahwa itu adalah bendera HTI.
HTI sudah membantah bahwa bendera itu bukanlah milik mereka?Dalam AD/ART mereka ada bendera itu, kenapa mereka ingkari. Ini khas HTI, yaitu memanipulasi kesadaran publik. Seperti ketika mereka membawa orang-orang untuk datang ke acara mereka.
Mereka bilang ke warga NU yang diundang untuk ziarah Wali Songo, padahal acaranya adalah acara HTI. Nah ini manipulasi namanya.
Meski Anda bilang manipulatif, tapi semakin lama HTI semakin besar pengaruhnya, sebelum dibubarkan, kenapa?Karena manipulatif itu. Orang tidak sadar mereka dimanipulasi. Maka, perlawanan-perlawanan yang kita lakukan salah satu targetnya menyadarkan orang-orang yang termanipulasi HTI selama ini.
Banyak kok contohnya yang kemudian kembali. Misalnya Ustaz Ainur Rofiq al-Amin, aktivis HTI, yang sadar ada penyimpangan di dalam HTI dan kemudian keluar.
Perlawanannya seperti terlambat ya, karena HTI terbukti berhasil merebut masjid-masjid NU dan kampus-kampus…Soal terlambat atau tidak itu soal lain. Bahwa kami merespons dan kemudian menarik kembali kader dan masjid kami, itu juga harus dilihat sebagai hal wajar. Kita tidak menggunakan kekerasan. Hanya memberikan demarkasi terhadap ruang gerak HTI dan memberi penyadaran-penyadaran.
Hikmah peristiwa Garut itu semakin banyak publik yang sadar bahwa itu bukan bendera tauhid, melainkan bendera HTI. Semakin banyak yang tercerahkan juga kan.
HTI menyebut yang dibakar itu bendera Rasullah SAW, yang disebut Ar-Rayah. HTI mengaku tak punya bendera…Khat atau cara penulisan Arab di bendera HTI itu sudah bagus banget. Saat zaman nabi mana ada khat bagus begitu, enggak ada. Enggak bisa dong itu dibilang sebagai bendera Rasul. Pada zaman Rasul belum ada penulisan modern. Ar-Rayah bisa dilihat di salah satu museum Turki.
Apa sebenarnya yang dikhawatirkan Anda dari HTI?Karena cita-cita mereka ingin mengubah negara ini menjadi Khilafah Islamiyah, itu saja. Cita-cita ini yang kita tolak.
Caranya bagaimana mewujudkan cita-cita itu, mereka punya senjata?Untuk merebut enggak harus punya senjata. Mereka bisa melakukan infiltrasi ke pemilik senjata. Itu metodenya.
Merebut itu kan tidak harus dengan jalan perang hari ini. Kita lihat perang dagang yang sering kita dengar antara Amerika dan Cina, apakah pakai senjata? Bukan. Pada akhirnya siapa yang kalah akan tunduk juga.
Yang jadi pertanyaan, kalau benar ingin dirikan khilafah, kenapa orang Indonesia banyak yang tertarik, termasuk warga NU?Ya mereka memakai cara manipulatif. Itu saya jelaskan tadi. Memang jemaah NU banyak diambil mereka. Kenapa bisa begitu? Pada lain sisi kita lalai dalam merawat jemaah. Sehingga berjarak, dan diambil oleh mereka.
Apakah insiden pembakaran bendera seperti akan menjadi yang terakhir?Insya Allah ini yang terakhir. Tidak boleh ada kejadian seperti di Garut lagi. Kalau ada pembakaran lagi, pasti mainan orang.
Susah ya mengawasi anggota Banser?Susah, kan teman-teman bajunya itu beli sendiri. Kita tidak memberikan. Kita hanya memberikan pelatihan dan baiat kesetiaan. Artinya dengan baju-baju Banser itu sangat mungkin orang menyusup. Kita sadar betul itu.
Apa komentar para kiai sepuh NU soal insiden pembakaran ini?Saya terakhir bertemu dengan Kiai Attabik Ali, pengasuh pesantren Krapyak. Beliau menangis karena Banser jadi objek caci maki. Kiai sepuh tahu apa yang kita lakukan itu menjaga negeri. Kalau Gus Mus meminta saya sabar dan cooling down.
Ada arahan dari Pemerintah kepada Banser?Kita komunikasi dengan polisi dan Pemerintah. Mereka meminta Kirab Satu Negeri ditunda sampai suasana kondusif. Saya awalnya belum memutuskan menunda atau enggak. Saya bilang, dengan atau tanpa Presiden kami akan jalan terus, kecuali ada pertimbangan keamanan. Akhirnya kita putuskan ditunda. Kira-kira dua minggu.
Banser itu dekat ya dengan Pemerintah?Nah itu yang sering dituduhkan ke kita. Bahwa kita ini netek ke Pemerintah. Kita ini enggak pernah dibantu sama Pemerintah. Orang menyangka, karena kita kelihatan membela Pemerintah, kita dapat privilese. Enggak. Dapat apa kita. Mana ada. Yang ada, kita kritik Pemerintah. Misalnya soal restrukturisasi atas BUMN-BUMN.
Jadi, sebenarnya arah politik Banser itu bagaimana?Kita ini organisasi non partisan, bukan organisasi politik. Maka kita tidak akan pernah secara institusi berpolitik. Kita tidak berpihak pada siapapun. Baik itu Jokowi atau Prabowo. Tapi secara individual, kader-kader dibebaskan. Di Banser itu ada banyak orang partai, di antaranya PAN dan Gerindra.
PKS?Enggak ada. Enggak boleh sih, bukan enggak ada. Kalau ada yang PKS akan kita suruh pilih, mau PKS atau Ansor. Karena secara ideologi kita berbeda.
Kenapa ya ada beberapa pemberitaan Banser itu ditolak di beberapa tempat?Kapan itu? Kita enggak pernah merasakan ditolak. Memang ada kejadian-kejadian di Sumatra. Tapi berakhir dengan tabayun.
Ramai di media sosial juga tentang MUI Sumatera Barat menolak konsep Islam Nusantara yang kerap digaungkan Banser?Itu yang kemudian kita jelaskan. Islam Nusantara kan bukan paham baru. Melainkan Islam yang adaptif dengan budaya lokal.
Agama Islam kan menyempurnakan akhlak. Ada akhlak Jawa, Sunda, Melayu dan seterusnya. Misalnya, orang dulu kalau ada kematian kumpul-kumpul bakar kemenyan. Setelah Islam datang, tetap ada kumpul-kumpul, tapi disempurnakan dengan membaca kalimat tahlil.
Ada ancaman untuk Anda karena insiden pembakaran bendera itu?Banyak. Mereka sudah mulai menyasar wilayah privat. Misalnya keluarga. Tapi kita enggak khawatir. Ada info saya dikabarkan dikawal ke mana-mana, bahkan kamar mandi. Saya ketawa saja. Jaringan teroris juga tidak menyorot insiden ini. Saya dapat info itu.
Itu juga yang dikhawatirkan ya, teroris yang tersinggung atas insiden tersebut…Begini. Ada cerita dari saya. Sehari sebelum pembubaran HTI, saya dipanggil petinggi dan dapat bocoran bahwa HTI akan dibubarkan.
Saya enggak setuju dengan kebijakan itu. Kalau bubar malah makin sulit diidentifikasi. Mereka akan jadi sel bebas. Dan itu terjadi sekarang kan, ketika dibubarkan, kita semakin tidak tahu, siapa HTI dan siapa bukan.
Ketika PKI dibubarkan dan dilarang, mereka tidak muncul lagi kan, kenapa enggak setuju?PKI bukan hanya dibubarkan dan dilarang, tetapi dibunuh dan dipenjara. Apakah ini akan diterapkan sama terhadap HTI? Enggak bisa. Saya ini muslim, enggak mau sesama muslim diadu. Cara menangani HTI itu yang menurut saya kurang tepat.
Tapi cara Pemerintah sudah tepat dalam penanganan kasus bendera ini?Ini bukan khas negara. Negara enggak usah jumpa pers. Jumpa pers itu cara politisi. Melarang itu bukan dengan cara menghancurkan, tapi mengajak kembali ke pangkuan, begitu lho harusnya. Ayo kembali ke merah putih. Bukan menyerang.
Cara itu malah jadi panggung untuk HTI?Itu dia. Malah jadi pemberitaan.


Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas saat ditemui di kawasan Condongcatur, Sleman, Yogyakarta, Kamis (25/9/2018). Beritagar.id / Wisnu Agung Prasetyo
Sumber Berita : https://beritagar.id/artikel/bincang/gus-yaqut-kita-enggak-takut-mereka-berapa-biji-sih

10 Sesat pikir Hizbut Tahrir


Bagi sebagian umat Islam, retorika Hizbut Tahrir tentang mengembalikan kejayaan Islam melalui sistem kepemimpinan Khilafah mungkin terkesan menarik. Namun kalau dipelajari, sistem pemerintahan yang ditawarkan sebenarnya mengandung banyak persoalan serius.

Berikut sejumlah cacat pikir sistem Khilafah yang ditawarkan HT.

Pertama, HT memutlakkan konsep Khilafah sebagai satu-satunya model pemerintahan dalam Islam. Dalam konsep ini, HT tidak percaya bahwa Indonesia boleh berdiri independen sebagai sebuah negara bangsa. HT percaya bahwa kaum muslim Indonesia harus tunduk pada pemerintahan Khilafah dunia Islam di bawah seorang Khalifah yang mungkin saja berada di negara lain (misalnya di Arab Saudi atau di Iraq atau di tempat lain). Pemimpin pemerintahan di Indonesia harus tunduk pada Khalifah itu.
Kedua, sebagai konsekuensi dari pandangan pertama, HT tidak percaya pada konsep Negara Kesatuan RI yang berdaulat. Indonesia adalah bagian dari Khilafah Islam. Indonesia adalah semacam ‘negara bagian’ dari Khilafah. Bila Indonesia menolak keputusan Khalifah, pemimpin di Indonesia bisa diganti. Lebih buruk lagi, bila Indonesia tetap menolak setelah ada ancaman sanksi oleh Khalifah, Indonesia bisa diperangi.

Ketiga, HT tidak percaya pada Pancasila, pada UUD 45 dan segenap rujukan konstitusi negara Indonesia. HT tidak percaya pada demokrasi, tidak percaya pada pemilu. Bila saat ini HT menerimanya, itu hanya untuk sementara. Dalam bayangan HT, suatu saat nanti Indonesia harus diubah menjadi menjadi bagian dari Khilafah Islam.
Keempat, HT menomorduakan warga non-Islam. Dengan kata lain, HT diskriminatif. Dalam konsep Khilafah Islam yang dibayangkan HT, kaum, non-Islam adalah warga kelas dua. Melalui jargon izzul Islam wal muslimin (kejayaan Islam dan orang-orang Islam), HT menganakemaskan kelompok Muslim seraya menganaktirikan kelompok yang lain. Ini tidak berarti warga non-Islam tidak mendapat pelayanan pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Tapi kaum non-muslim tidak memiliki hak politik yang sama, misalnya dalam hal memilih pemimpin.

Kelima, dalam Khilafah yang dibayangkan HT, kalaulah ada partai politik, maka partai politik itu haruslah berupa partai politik Islam. Kalaulah ada pemilu, pemilu tersebut hanya boleh diikuti umat Islam.
Keenam, pemilu pada dasarnya hanyalah pilihan terakhir. Yang ideal dalam pola pemilihan pemimpin adalah pemilihan melalui keputusan organisasi semacam majelis alim-ulama yang mempersatukan para ulama dan cerdik pandai. Dalam hal ini setiap negara yang menjadi bagian dari Khilafah (misalnya saja Indonesia, Malaysia, Brunei, Iraq dan seterusnya) akan mengajukan nama para calonnya yang akan ditetapkan semacam Majelis Sentral Alim Ulama di pusat Khilafah.

Ketujuh, HT tidak percaya pada parlemen yang mengendalikan Khalifah dan pemerintah. Dalam konsep HT, begitu seorang pemimpin terpilih dan dibaiat (disumpah), seluruh rakyat dalam Khilafah harus tunduk dan percaya padanya. Si pemimpin kemudian harus menjalankan kepemimpinan dengan senantiasa merujuk pada Syariah. Ia lah yang menunjuk para pembantunya, termasuk menunjuk pemimpin di setiap daerah yang menjadi bagian dari Khilafah.
Kedelapan, dalam konsep ini seorang Khalifah tidak memiliki batas waktu kepemimpinan. Dia baru diganti kalau wafat, tidak lagi melandaskan kepemimpinannya pada Syariah atau memimpin dengan cara yang zalim. Bila ia melanggar Syariah, ia boleh ditumbangkan dengan kekerasan.

Kesembilan, selama ia masih memimpin berdasarkan Syariah, keputusan Khalifah tidak boleh tidak dituruti. Rakyat dan para alim ulama, kaum cerdik pandai, bisa saja memberi masukan, namun keputusan terakhir da di tangan Khalifah. Mereka yang berani tidak taat akan dianggap sebagai melakukan pembangkangan. Dan mereka yang membangkang bisa dihukum mati.
Kesepuluh, HT anti-keragaman hukum. HT menganggap tidak perlu ada UU yang dibuat oleh para wakil rakyat. HT percaya Syariah saja sudah cukup. Namun bila memang ada kebutuhan untuk mengeluarkan peraturan, Khalifah dan pembantu-pembantunya dapat saja membuat peraturan yang mengikat seluruh warga.

Itulah setidaknya sepuluh persoalan serius dalam tawaran konsep Khilafah menurut HT yang jelas-jelas bertentangan dengan gagasan NKRI dan demokrasi. Masih ada yang tertarik?
Sumber : VivaJakarta

Bendera Hitam Ialah Bendera Perang, Bukan Bendera “Ummat”

Semenjak kejadian pembakaran bendera tauhid di Garut beberapa hari lalu, saya tertarik untuk menelusuri lebih dalam mengenai hal bendera hitam dalam kitab-kitab Hadits dan Syamail. Prof.Nadirsyah Hosen sejatinya telah punya tulisan Soal problem ini, tapi kurang mantap rasanya kalau tidak ber-ijtihad sendiri dan cuma mengandalkan tulisan orang. Lagi pula kesimpulan Prof Nadir bahwa seluruh hadits yang berhubungan dengan panji hitam ialah hadits-hadits lemah saya rasa kurang pas.
Saya juga menelusuri apakah pembakaran bendera tauhid di dunia ini baru dilaksanakan di Indonesia oleh Banser beberapa hari yang lalu? Bagaimana dengan Yaman Utara tempat dimana bendera-bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid itu juga beberapa tersebar selaku atribut Al-Qaeda ?

Berikut point-point yang mampu saya simpulkan :
1. Kelir Bendera Rasulullah Saw


Semasa hidupnya, Rasulullah Saw mempunyai beberapa bendera, yang terdiri dari beberapa bendera besar (Ar-Rayah) dan bendera kecil (Al-Liwa’). Syaikh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani dalam kitab Syamail-nya menyebutkan
كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء و لواءه ابيض
” bendera besar (Rayah) Rasulullah Saw berkelir hitam, sedangkan bendera kecilnya (liwa’) berkelir putih ”
Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Tarikhul Hawadits berkata :
و كانت له راية سوداء يقال لها العقاب و أخرى صفراء كما في سنن أبي داود و أخرى بيضاء يقال لها الزينة
” Rasulullah Saw mempunyai bendera hitam yang dinamakan “Al-Uqob”, beliau juga mempunyai bendera berkelir kuning seperti Penjelasan dalam Sunan Abu Dawud, 1 lagi bendera beliau yaitu panji berkelir putih yang dinamakan “Az-Zinah” . ”
Dari sini mampu kita ketahui bahwa Rasulullah Saw mempunyai beberapa bendera dengan kelir yang berbeda-beda, bukan melulu hitam saja. Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar bendera-bendera itu dipakai dalam waktu yang berlainan.
(entah kenapa gerombolan radikal seperti ISIS, Al-Qaeda dll lebih memilih kelir hitam dari pada kelir Royah Rasulullah lainnya ? kuning misalnya- ? Mungkin sebab kelir hitam tampak lebih galak, seram dan sangar.. )
Hadits-Hadits mengenai hal kelir Royah dan Liwa’ mempunyai derajat yang tidak sama, ada pula 1 hadits yang diriwayatkan dengan sanad yang berlainan. Hadits Riwayat Al-Hakim yang disebut An-Nabhani diatas sungguh lemah, bahkan ada yang menyebutnya selaku hadits Munkar, cuma saja itu tidak menafikan adanya hadits-hadits lain yang berderajat hasan seperti riwayat Imam Tirmidzi :
كانت راية رسول الله سوداء مربعة من نمرة قال
سألت محمدا يعني البخاري فقال حديث حسن


2. Tulisan dalam bendera Rasulullah Saw
Cuma ada 1 hadits yang mengumumkan panji hitam Rasulullah Saw bertuliskan kalimat tauhid, yaitu hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan Al-Thabrani dalam kitab Al-Kabir, Abu Assyaikh dalam kitab Al-Akhlaq (153), dan Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (5/321). yang berbunyi :
كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء مكتوب عليها لا إله إلا الله محمد رسول الله
” Royah Rasulullah Saw berkelir hitam bertuliskan La Ilaha Ilallah Muhammadun Rasulullah ”
Hadits yang diriwayatkan Abu Assyaikh dinyatakan lemah sanadnya oleh Ibnu Hajar, sedangkan Al-Haitsami mengomentari hadits yang diriwayatkannya : ” seluruh perawi-nya shahih kecuali Hayyan Bin Abdillah ”
Jadi bisa disimpulkan tidak seluruh panji Rasulullah Saw bertuliskan kalimat tauhid, cuma 1 bendera berkelir hitam saja, itupun ulama sekelas Ibnu Hajar masih meragukan adanya kalimat tauhid dalam bendera Rasulullah Saw tersebut.

3. Fungsi Bendera (Ar-Rayah dan Al-Liwa’) di zaman Rasulullah Saw.
Anggap saja kelir dan bentuk bendera Rasulullah Saw sungguh seperti itu, kita juga wajib mengetahui fungsi dan kegunaan bendera Royah dan Liwa’ di masa Rasulullah Saw. Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari-nya :
الراية و اللواء : العلم الذي يحمل في الحرب يعرف به موضع صاحب الجيش و قد يحمله أمير الجيش و قد يدفع لمقدم العسكر و كان الاصل ان يمسكها رئيش الجيش ثم صارت تحمل على رأسه
“Royah dan Liwa’ ialah bendera yang dipakai dalam Pertempuran dan jadi tanda dimana posisi pemimpin perang. Bendera ini cuma dibawa oleh komandan perang dan terkadang juga diberikan pada Tentara yang Ada di barisan paling depan.. ”
Syaikh Abdullah Said Al-Lahji dalam Muntaha As-Suul berkata :
فالراية هي التي يتولاها صاحب الحرب و يقاتل عليه و إليها تميل المقاتلة
” Royah ialah bendera yang dikuasai pemimpin perang dan ia bertugas untuk mempertahankannya. Pertempuran berpusat ke mana arah bendera tersebut. ”
Jadi fungsi asli dari Royah dan Liwa’ ialah selaku bendera perang, oleh sebab itu bendera Royah juga dijuluki selaku “Ummul Harb” atau induk perang. jangan heran kalau Imam Bukhori memasukkan pembicaraan Liwa’ dan Royah ini dalam kitabul Jihad. Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam Zad Al-Ma’ad, Syaikh Yusuf An-Nabhani dalam Wasail Al-Wushul, dan Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Tarikh Al-Hawadits, mereka seluruh setuju menaruh pembicaraan bendera ini dalam Babu Silahi Rasulillah Saw : Bab Senjata perang yang dipunyai Rasulullah Saw.
Kesimpulannya : Bendera Royah dan Liwa’ ialah atirbut perang. jadi terlalu gak nyambung dan gak relevan kalau di zaman now ini bendera-bendera itu malah dikibarkan dalam kondisi tenang, aman dan damai. Bendera-bendera itu tidak patut dibawa dalam majlis-majlis, demo-demo atau acara-acara keagamaan, Apalagi dikibarkan dalam acara hari santri nasional ? Terang-jelas itu ialah sebuah kedhaliman, wadh’u Assyai fi ghoir mahallihi, memposisikan sesuatu tidak pada tempatnya.
pada zaman Rasul Saw Bendera-bendera ini Adalah atribut spesial yang cuma boleh dipegang oleh pemimpin perang, bahkan para Tentara pun dicegah asal membawa bendera kategori ini.
( tapi Sekarang bendera hitam ini malah seenaknya saja dibawa oleh bocah- bocah dan ibu-ibu dalam demo-demo , majlis-majlis dan acara-acara lainnya )
oleh sebab itu Ibnu Hajar mengumumkan bahwa bendera Royah dan Liwa’ cuma dianjurkan untuk dikibarkan dalam waktu perang, itupun yang boleh membawanya cuma komandan perang atau prajurit yang dipercayainya. Dawuh beliau dalam Fathul Bari :
و في الأحاديث استحباب اتخاذ الأولية في الحروب و أن اللواء يكون مع الأمير او من يقيمه لذلك عند الحرب
Ini terang Tidak mau anggapan mereka yang berfikir bahwa dulu pada zaman Rasulullah Saw, bendera-bendera hitam ini ialah panji-panji Islam yang dengan indahnya berkibar di jalanan kota makkah-madinah, di depan Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, dan dibawa para Sabahat dalam saban perkumpulan atau acara keagamaan.
Sekali lagi bendera ini ialah bendera perang, bukan bendera “ummat”. Jangan kaget kalau panji-panji hitam ini sekarang jadi simbol legal golongan yang bawaannya pengen perang dan berantem mulu seperti ISIS, Al-Qaeda, Jabhat Nushra dan jama’ah-jama’ah radikal lainnya.
Pada Intinya Bendera-bendera ini sama sekali tidak disunnahkan dikibarkan pada selain waktu perang. Bahkan untuk sekarang ini, tatkala panji-panji hitam ini (Royah Suud) jadi simbol yang indentik dengan golongan radikal dan mampu memicu fitnah, kekuatiran dan kekacauan. Hukum membawa bendera ini mampu mencapai taraf “haram” : Saddan Lid Dzariah..

4. Problem pembakaran bendera
Terlepas dari hukum membakar bendera hitam yang telah beberapa dikaji dimana-mana, sebenarnya dari awal saya terlalu menyesalkan insiden pembakaran bendera hitam di Garut itu. Sebab selain mampu menimbulkan fitnah dan polemik berkepanjangan seperti waktu ini, ada cara lain yang tentunya lebih halus dan kalem daripada membakar. menyitanya saja saya rasa telah terlalu cukup. Kita seluruh pasti tau, dari dulu kalimat “bakar !” – selain bakar ayam, ikan atau jagung- senantiasa identik dengan ke-bringasan dan kebrutalan, sedangkan NU dari dulu dikenal selaku penyebar Islam teduh dan damai. kalau sungguh hal ini mampu memicu api fitnah dan nantinya kita wajib membikin pembelaan disana-sini, kenapa tidak dihindari dari awal ? Al-Daf’u awla min Ar-Raf’i, menangkal lebih baik daripada mengobati, Bukankah begitu dalam Qoidah fiqihnya ?
Terang tidak benar kalau Banser dituduh selaku ormas anti kalimat Tauhid gara-gara kejadian ini, sebagaimana terlalu naif kalau kita serampangan menuding saban orang yang tidak setuju dengan pembakaran ini selaku simpatisan HTI atau orang-orang yang terpengaruh dengan ideologi mereka..
Menutup “pintu” fitnah itu penting, sama seperti saat Rasulullah Saw menahan diri untuk memerangi kaum munafikin supaya tidak menimbulkan fitnah dan asumsi-asumsi sesat ditengah warga. toh padahal mereka telah beberapa kali merencanakan makar-makar jahat kepada Rasulullah Saw.
” saya tidak ingin orang-orang berkata bahwa Muhammad memerangi sahabat-nya sendiri ” begitu sabda Rasulullah Saw waktu itu..
Bukan hal yang mengherankan kalau pembakaran bendera tauhid itu meledakkan kegaduhan dan kehebohan di tengah warga, sebab sungguh insiden ini -mungkin- ialah yang ke-1 dan baru kali ini terjadi di bumi Indonesia.
Kemarin saya mendiskusikan problem ini dengan seorang sahabat asal Hudaidah, bagian kota di Yaman Utara yang sampai sekarang dilanda konflik tiada henti. di daerah-daerah konflik disana bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid juga beberapa tersebar, cuma saja disana panji hitam bukan jadi bendera HTI, melainkan bendera Al-Qaeda.
” Al-Qaeda di Syimal-Yaman Utara- bukankah juga mempunyai bendera ? ”
” Iya punya.. Bendera Hitam bertuliskan La ilaha Illallah ”
Saya lalu menceritakan kepadanya kehebohan di Indonesia akibat pembakaran bendera tauhid tempo hari lalu, tanggapanya sungguh-sungguh diluar Sangkaan..
” Aadii.. (Biasa saja)” ucapnya santai. ” di Aden atau di Hudaidah pembakaran bendera-bendera hitam seperti itu telah biasa terjadi. mereka menyita dan mengumpulkan bendera-bendera itu dalam suatu tempat, menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.. ”
” siapa yang melakukannya..? ”
” pemerintah.. Warga juga Ikut andil, bahkan di daerahku sebagian masyaikh juga melaksanakan itu.. ”
” mereka yang membakar juga ahlussunnah.. ? ”
” iya.. ”
” Maa had takallam ? ( tidak ada yang Memberi komentar atas pembakaran itu..) ?”
” gak ada.. Biasa aja, bendera-bendera itu ialah penyebab fitnah, jadi telah semestinya dilenyapkan, kami mengqiyaskannya dengan Masjid Dhiror ” begitu pendapatnya..
Saya juga menceritakan problem ini untuk murid-murid saya yang berasal dari Yaman Utara. bagian dari mereka bernama Ahmad, berasal dari kota Mahwith. iya tampak terkejut saat menguping cerita saya, tapi bukan sebab kecelakaan pembakaran bendera (sebab menurut dia, pembakaran bendera hitam di daerahnya telah lumrah dan biasa). Ia malah terkejut sebab 1 hal : Kok mampu bendera seperti itu ada di Indonesia ?
sesudah kami bertukar cerita panjang lebar, dengan raut muka sedih ia berkata :
” Allah Yarhamkum ya ustadz.. Semoga Allah mengasihani Anda semua para warga Indonesia ustadz..
Wallah..Kalau bendera-bendera hitam itu mulai tersebar di negara Anda semua, itu pertanda awal dari seluruh kekacauan..”
Saya mengamini doa tulusnya itu.. Ia benar.. Ditengah badai fitnah, kegaduhan, dan perpecahan yang berkecamuk diantara kita waktu ini.. betapa butuhnya kita akan pertolongan, kasih sayang dan belas kasih Allah untuk kita..
Irhamna Ya Rabb Ya Rahiim Ya Rahmaan..
** cuma tulisan pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan ormas, Famili besar, atau lembaga dimana saya bernaung..
* Ismael Amin Kholil, 24 Oktober, 2018.
sumber: FB Muhammad Ismael Al Kholilie
(suaraislam)

Bendera Hitam Ialah Bendera Perang, Bukan Bendera “Ummat” (bendera Al-Qaeda, isis dan hti)


Ilustrasi
Sumber Berita : https://islam-institute.com/bendera-hitam-ialah-bendera-perang-bukan-bendera-ummat/

Terkuak, Pemilik Rumah Warna Jogja Pro HTI, Sering Undang dan Posting Pembicara Radikal

Tipu-tipu ala HTI itu terus bergerak dan secara masif masuk ke Yogyakarta salah satunya adalah melalui pintu Rumah Warna, toko asesori pakaian serta pernak-pernik yang populer di Yogyakarta. Pendirinya Nanang secara agresif terus mengundang pembicara radikal dan memposting ulama radikal sehingga perlahan tapi pasti dan secara senyap ideologi HTI masuk ke warga Yogyakarta.
Beredar viral poster pembukaan pameran KHAT dan RUMAH WARNA dan pengumuman hasil kompetisi seni BAR BUBART 2030 dengan mengundang pembicara yaitu Felix Siauw. Ini bukan untuk pertama kalinya pemilik rumah warna bernama Nanang Syaifurrozi mengundang Felix Siauw. 
Tema yang dibawakan oleh Felix juga agak aneh alias absurd yaitu “Orasi Seni dan Peradaban”. Nggak ada hubungan dengan orasi, dipaksakan, wkwk. Nanag juga membuat live di Facebook acara dan orasi si Felix. Dari jejak digital menunjukkan Nanang juga pernah mengundang Somad untuk menjadi penceramah.
Sang pemilik Rumah Warna memposting secara terbuka di media sosialnya bahwa karya pameran yang terjual akan didonasikan untuk warga Palestina dan Suriah dalam program #ArtForSyam. Wow, kepedulian yang sangat tinggi ke warga luar rupanya.
Postingan Nanang itu sering menampilkan aksi bela Palestina serta mendukung bazaar dan donasi untuk Palestina. Luar biasa ya kepeduliannya sangat tinggi, kenapa nggak sekalian buka toko dan jualan saja di Palestina? Tapi itu bukan hal yang mencurigakan.
Hal yang paling menyolok adalah Nanang sering mengundang pembicara radikal seperti Felix dan Somad serta memposting artikel atau poster dari Zakir Naik, seorang ulama radikal dan kontroversial juga. Jadi dari kecenderungannya sudah terlihat dia bersimpati dengan ajaran dan gerakan radikal.
Yang paling menyolok adalah dirinya memposting bendera yang disebut sebagai Panji Rasullulah. Dengan bangga bersama anaknya dan anak-anak yang lain dalam beberapa pose si Nanang menampilkan anak-anak yang dengan bangganya memasang bendera bertuliskan huruf Arab tersebut.
Sebenarnya itu adalah ciri khas bendera HTI. Dalam setiap aksi demo, HTI selalu menggunakan bendera hitam dengan klaim bahwa itu adalah bendera tauhid dan Panji Rasulullah. Benarkah bendera hitam itu Panji Rasulullah ?
Penulis mencari referensi dari seorang pakar tentunya dan mendapati ada tulisan yang tajam dan menarik dari Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD, alias Gus Nadir. Rois Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand serta Dosen Senior Monash Law School ini memberikan catatan menarik tentang panji yang diklaim HTI sebagai bendera Nabi tersebut, seperti dilansir di http://ltnnujabar.or.id/soal-bendera-rasulullah-gusnadir-jangan-mau-dibohongi-hti-dan-isis/
Menurutnya, umat Islam jangan mau dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini. Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah.
“Kalau klaim mereka itu benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya?” demikian catatan Gus Nadir sebagaimana yang sampai kepada duta.co Sabtu (1/4/2017).
“Dalam sejarah Islam juga beda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai warna hitam, dan pernah juga putih. Yang jelas dalam konteks bendera dan panji, Rasul menggunakan sewaktu perang hanya untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara,” jelasnya.
Jadi? Kalau ISIS dan HTI yang setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah mereka mau perang terus? Kok ke mana-mana mengibarkan bendera perang? “Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera Merah Putih. Masak ada negara dalam negara? Kalau itu terjadi, berarti makar!” tegasnya.
Nah, dari sini terlihat orang-orang HTI itu sesungguhnya tidak paham hadis. Mereka dengan cara yang halus berusaha untuk memaksakan konsep dan ideologi mereka dan menarik orang untuk bersimpati pada gerakan mereka salah satunya dengan mengusung Panji Rasullulah agar aksi mereka itu kelihatan lebih powerful.
Nanang bersama itustrinya yang diketahui juga ternyata ikut aksi 411 sangat militan dalam menggalang dana ke luar. Patut dicek apakah sumbangan atau donasi itu sampai ke Palestina dan Suriah atau malah justru bisa diselewengkan.
Pemerintah patut menaruh perhatian terutama Kepolisian agar mengecek sepak terjang dan aksi dari si Nanang ini yang secara santun menyusupkan ideologi HTI ke warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Prediksi Sayyidina Ali Tentang Bendera Hitam yang Dibuat Makar dan Terorisme

ﺇِ ﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺍﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﺴُّﻮْﺩَ ﻓَﺎﻟْﺰَﻣُﻮْﺍ ﺍﻟْﺎَﺭْﺽَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺤَﺮِّﻛُﻮْﺍ ﺃَﻳْﺪِﻳَﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﺭْﺟُﻠَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳَﻈْﻬَﺮُ ﻗَﻮْﻡٌ ﺿُﻌَﻔَﺎﺀُ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﺑَﻪُ ﻟَﻬُﻢْ ، ﻗُﻠُﻮْﺑُﻬُﻢْ ﻛَﺰُﺑُﺮِ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺪِ ، ﻫُﻢْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟﺪَّﻭْﻟَﺔِ ، ﻟَﺎ ﻳَﻔُﻮْﻥَ ﺑِﻌَﻬْﺪٍ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻴْﺜَﺎﻕٍ ، ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻟَﻴْﺴُﻮْﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ، ﺃَﺳْﻤَﺎﺅُﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜُﻨَﻰ ﻭَﻧِﺴْﺒَﺘُﻬُﻢُ ﺍﻟْﻘُﺮَﻯ ، ﻭَﺷُﻌُﻮْﺭُﻫُﻢْ ﻣِﺮْﺧَﺎﺓٌ ﻛَﺸُﻌُﻮْﺭِ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺨْﺘَﻠِﻔُﻮْﺍ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺛُﻢَّ ﻳُﺆْﺗِﻲ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖَّ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ .
Sayyidina Ali berkata: “Jika kalian melihat bendera hitam, maka bertahanlah di bumi. Jangan gerakkan tangan dan kaki kalian. Kemudian akan muncul kaum lemah yang lemah tidak dihiraukan (hingga gampang terpengaruh). Hati mereka seperti batangan baja (kaku, keras). Mereka (mengaku) pemegang daulah (Islamiyyah). Namun mereka tidak menepati janji dan kesepakatan bersama umat Islam. Mereka mengajak kepada kebenaran sedangkan mereka bukan orang yang benar. Nama mereka menggunakan kunyah dan nisbat mereka menggunakan nama daerah. Rambut mereka terurai seperti wanita, hingga mereka berselisih di antara mereka. Kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada yang Allah kehendaki.” (Riwayat Abu Nuaim, Kanzul Ummal 11/31530).


Sumber : http://www.gunromli.com/2018/10/prediksi-sayyidina-ali-tentang-bendera-hitam-yang-dibuat-makar-dan-terorisme/

Bagaimana Hizbut Tahrir (HTI) Menipu dan Memecah Belah Umat Islam?
Hizbut Tahrir (HTI) adalah partai politik (hizbun siyasiyyun). Hizbut Tahrir (HTI) adalah gerakan kekuasaan. Mereka punya tujuan, mendirikan Negara Khilafah versi mereka. Membangun Negara Islam yang sesuai selera mereka.

Hizbut Tahrir Tidak Peduli Pengabdian pada Umat Islam
Hizbur Tahrir (HTI) tidak pernah peduli akan dakwah Islam dan tegaknya agama Islam, yang mereka pedulikan hanyalah tegaknya sistem kekuasan mereka.
Hizbut Tahrir (HTI) tidak peduli mengabdi kepada umat Islam, makanya mereka tidak pernah membangun madrasah, pesantren, universitas, masola, masjid, yayasan sosial dan kegiatan amal lainnya.
Islam bagi Hizbut Tahrir (HTI) bukan ladang pengabdian tapi sekadar alat kekuasaan.
Ini fakta yang tidak bisa mereka bantah.

Modus Penipuan Hizbut Tahrir
Lantas bagaimana mungkin tujuan mereka berhasil tanpa mengabdi terlebih dahulu kepada umat Islam?
Mereka menggunakan strategi penipuan. Modus penipuan adalah melakukan kebohongan untuk memperoleh keuntungan pribadi tapi dengan merugikan kelompok lain.
Siapa yang dirugikan di sini oleh Hizbut Tahrir? Islam dan umat Islam.
Islam dirugikan karena Hizbut Tahrir menjalankan strategi penipuan menggunakan ajaran dan simbol Islam sebagai modus penipuan.
Hizbut Tahrir menggunakan istilah: khilafah, negara Islam, syariat Islam, bendera Rasulullah, Kalimat Tauhid namun tujuan mereka yang sesungguhnya adalah meraih keuntungan dengan tegaknya sistem kekuasaan yang mereka inginkan, yakni: sistem khilafah versi mereka yang direncanakan oleh Taqiyuddin An-Nabhani, sejak tahun 1953, bukan sistem khilafah yang dikenal dalam sejarah Islam.
Kita harus membedakan antara Sistem Khilafah yang dikenal dalam sejarah Islam dengan sistem khilafah yang dirancang oleh Taqiyuddin An-Nabhani tahun 1953. Nama bisa disama-samakan, tapi sistem dan isi jelas berbeda. Nah menyamakan sistem khilafah yang dirancang oleh Taqiyuddin tahun 1953 tapi disamakan dengan khilafah dalam sejarah Islam adalah salah satu modus penipuan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir (HTI).
Umat Islam dirugikan oleh Hizbut Tahrir karena ajaran dan simbol Islam dipakai sebagai alat menipu untuk kepentingan kekuasaan mereka.
Hizbut Tahrir juga membuat kekacauan (fitnah), perpecahan dan adu domba antar umat Islam. Saat mereka membajak kalimat tauhid untuk bendera politik mereka, yang tujuan mereka melakukan politik makar, kemudian ada reaksi pelarangan, Hizbut Tahrir pun menyebar kebohongan dan fitnah: Islam telah dilarang, kalimat tauhid telah dilarang.
Padahal yang menolak Hizbut Tahrir justeru mayoritas umat Islam. Mayoritas umat Islam bukan menolak Islam dan Tauhidnya yang dibajak oleh Hizbut Tahrir tapi menolak politik makar mereka.
Tetapi kalangan umat Islam yang awam dan lugu yang terpancing dan menelan fitnah dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI) bereaksi berdasarkan kebohongan dan fitnah Hizbut Tahrir (HTI): Islam dilarang, Tauhid dilarang, padahal sekali lagi, yang dilarang adalah politik makar Hizbut Tahrir (HTI) dan pembajakan mereka atas ajaran dan simbol Islam untuk tujuan politik makar.
Akhirnya, Hizbut Tahrir (HTI) pun berhasil memantik perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam, berdasarkan kebohongan dan fitnah yang mereka sebarkan. Persis kelakuan kaum Munafiq di zaman Rasulullah Saw yang mempengaruhi dan membuat perselisihan di kalangan umat Islam. Di zaman Rasulullah Saw saja strategi kaum Munafiq ini bisa berhasil (meskipun selanjutnya terbongkar dan gagal), apalagi di zaman kita ini.
Semestinya kalau kita sadar akan hakikat dan tujuan Hizbut Tahrir ini yang menurut pengakuan mereka sendiri sebagai organisasi/partai politik (hizbun siyasiyyun) yang bertujuan kekuasaan, dan tidak pernah melakukan kerja-kerja pengabdian pada umat Islam (tidak bangun madrasah, pesantren, sekolah dll), harusnya kita sudah mengeluarkan Hizbut Tahrir dari kategori organisasi kemasyarakatan Islam.
Kerja-kerja Hizbut Tahrir pada umat Islam bukan pengabdian, pelayanan dan khidmah (mereka tidak pernah mengajari mengaji, tidak peduli pada pendidikan, pelayanan sosial dll) tapi kerja Hizbut Tahrir adalah memprovokasi umat Islam untuk demo, membentuk opini dan propaganda, indoktrinasi politik dan ideologi mereka.

Bangsa Arab Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir
Di tanah Arab dan di bangsa Arab serta di semua negara-negara Arab, Hizbut Tahrir sudah dilarang, karena mereka tidak bisa menipu bangsa Arab, yang mengerti bahasa Arab, mengerti Islam, baik ajaran dan sejarahnya, sehingga tidak termakan kebohongan, fitnah dan penipuan Hizbut Tahrir (HTI).
Hizbut Tahrir gagal mengasong dagangan kekuasan mereka yang dibungkus istilah-istilah Arab dan klaim-klaim keislaman di bangsa Arab. Hizbut Tahrir adalah organisasi politik yang bertujuan politik makar, tapi menggunakan penipuan atasnama Islam sebagai modus operandinya. Bangsa Arab tidak tertipu. Mereka marah atas kebohongan dan penipuan Hizbut Tahrir dan melarang keras.

Kaum Santri Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI)
Di negeri kita yang tercinta ini, Hizbut Tahrir (HTI) tidak bisa menipu kaum santri khususnya yang memiliki pengetahuan keislaman dan bahasa Arab yang mendalam. Ibaratnya mereka buka kursus berenang untuk ikan, atau buka kursus terbang untuk burung.
Para santri tidak terkecoh dan bisa ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI) yang sudah mengaku sebagai partai politik (hizbun siyasiyyun) yang bertujuan kekuasaan meskipun menggunakan ajaran dan simbol sebagai kedok. Justeru kaum santri pula yang membongkar kedok dan kebohongan propaganda Hizbut Tahrir (HTI). Ibaratnya Hizbut Tahrir (HTI) mau menjual sirup gula yang diberi cap “madu asli” kepada petani dan ahli madu. Kebohongan dan penipuan pun terbongkar!
Bagaimana mungkin Hizbut Tahrir (HTI) bisa mengaku paling cinta tauhid hanya dengan menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera yang cuma ditenteng-tenteng, dipajang dan diarak waktu demo pada kalangan santri yang menegakkan kalimat tauhid di pesantren, madrasah, masjid, musola, majelis zikir, majelis sholawat, pengajian, tahlilan dan lain-lain sebagainya. Ibarat anak yang mengaku paling mengabdi pada orang tua tapi cuma memegang fotonya saja.
Semoga Allah Swt melindungi negeri kita dan umat Islam dari tipu daya dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI). Amin
Mohamad Guntur Romli
Sumber : http://www.gunromli.com/2018/10/bagaimana-hizbut-tahrir-hti-menipu-dan-memecah-belah-umat-islam/

Kalimat Tauhid dan Penggunaannya dalam Sejarah Islam

Jakarta, (Tagar 24/10/2018) - Insiden pembakaran bendera berkalimat tauhid saat Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10) menuai protes dan pembicaraan publik. Pasalnya, dilakukan oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama yang beralasan, membakar bendera yang selama ini identik dengan bendera organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bukan bermaksud untuk membakar kalimat tauhidnya.
Wakil Sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi menjelaskan, keidentikan kalimat tauhid dengan bendera organisasi terlarang HTI sebenarnya tidak boleh dilakukan. Sebab, lanjutnya, hal tersebut bisa menimbulkan masalah baik kini, maupun di kemudian hari.
"Menjadi masalah ketika misalnya terjadi kondisi yang sifatnya emosional. Misalnya, bendera itu jatuh, terinjak, lalu kemudian yang lain dianggap bukan menginjak bendera kelompok tertentu, malah dianggap menginjak kalimat tauhid," terangnya saat dihubungi Tagar News, di Jakarta, Selasa (24/10).
Baca juga: Bendera Tauhid Jangan Digoreng, Apalagi Buat Gerakan Seperti 212, Imbau Wagub Jabar
Ia mengibaratkan klaim organisasi tertentu dengan bendera berkalimat tauhid, seperti insiden pembakaran yang dilakukan oleh Banser.
"Kan maksudnya yang dia mau bakar itu bendera HTI, kan tidak mungkin dia seorang muslim membakar kalimat tauhid. Maksud dia itu membakar HTI, karena HTI itu kan selama ini mengklaim diri seakan-akan itu benderanya HTI," jelas Masduki.

Bolehkah Kalimat Tauhid Digunakan?
Pendukung HTI di KampusBendera berkalimat tauhid yang digunakan HTI. (Foto: Tagar/ Gemilang Isromi Nuari)

Bendera berkalimat tauhid menurut Masduki boleh saja dipergunakan. Dengan catatan, tidak dijadikan klaim oleh organisasi tertentu atau negara tertentu bahwa itu miliknya. Sebab, kalimat tauhid adalah milik seluruh umat Islam, bukan milik HTI maupun ISIS yang jelas merupakan organsisasi Islam terlarang.
"Menjadi kontroversial kalau kemudian bendera Rasullulah itu diklaim oleh sekelompok orang, misalnya ISIS itu, HTI juga menggunakan bendera itu, itu menjadi masalah," jelas Masduki yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Kominfo itu.
Seluruh organisasi maupun negara Islam di dunia, lanjutnya, bisa menggunakan kalimat tauhid di benderanya jika mau, karena bukan simbol organisasi tertentu.
"Itu bisa digunakan oleh Ansor, oleh Muhammadiyah, oleh siapa saja. Kalau sekarang kan seakan-akan bendera dengan kalimat tauhid itu milik satu golongan yang namanya HTI. Dari mana dia mendapatkan mandat begitu?" jelasnya lagi.
Ia mencontohkan, penggunaan kalimat tauhid sebenarnya pun digunakan sebagai bendera negara oleh Arab Saudi. Akan tetapi, penggunaannya mengikuti simbol negara, tak hanya kalimat tauhid saja.
"Kalau mau menggunakan kalimat tauhid misalnya, boleh saja tapi ada simbol tertentu contoh misalnya bendera Arab Saudi kan juga menggunakan kalimat tauhid hijau, tetapi di bawahnya ada pedang, itu simbol negaranya, pedang terhunus khas arab," urai Masduki.
"Dengan sendirinya itu maka ya bukan kalimat tauhidnya yang menjadi soal, tetapi simbol secara keseluruhan Arab Saudi kan gitu. Jadi, tidak bisa kalau sifatnya umum, lalu diklaim atas nama golongan tertentu," lanjutnya menguraikan.

Sejarah Bendera Tauhid
Perang BadarIlustrasi Perang Badar. (Foto: muslimobsession.com)

Masduki menjelaskan, kalimat tauhid sebagai simbol dari bendera sesungguhnya memang pernah dijadikan simbol bendera pada zaman Nabi terakhir umat Islam, yakni Rasulullah SAW. Penggunaannya pun ketika berperang dengan musuh kala itu.
"Jadi memang ada bendera kalau dalam sejarah itu, kalimat tauhid itu adalah bendera yang pernah dibawa Rasulullah. Ada bendera yang besar ada bendera yang kecil, bendera yang kecil itu biasanya dibawa untuk kelompok ketika berhadapan dengan musuh dalam peperangan," tutur Masduki.
"Karena pada zaman itu, pihak lawan pasti juga menggunakan bendera-bendera yang lain. Sehingga dia tak terhindarkan harus menggunakan bendera," sambungnya.
Tidak ada yang spesifik mengenai warna, maupun bentuk tulisan yang digunakan saat itu. Menurut hadis, Rasulullah memang tidak menetapkan warna apa yang digunakan untuk bendera berkalimat tauhid tersebut.
"Banyak macam riwayat cerita mengenai warna dari bendera itu. Tulisannya juga masih sederhana, belum tulisan kaligrafi. Warnanya juga ada yang menyatakan kadang-kadang merah, kuning, hitam, putih. Memang kalau direkonstruksi itu, Rasullullah tidak menetapkan warnanya," jelasnya.
Selain pada zaman Rasulullah, menurutnya bendera dengan kalimat tauhid juga dipakai di era kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, khalifah kedua Islam yang berkuasa di Baghdad dan juga dinasti Umayyah yang didirikan pada 661 M oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan.
"Dalam sejarahnya bendera ini juga dipakai oleh kerajaan-kerajaan atau pun dinasti-dinasti Islam setelah itu. Tetapi dengan simbol dan variasi ornamen, warna, dan macam-macam," kata dia menceritakan.
"Misalnya dinasti Abbasiyah menggunakan bendera kalimat tauhid dengan latar belakng hitam, dinasti Umayyah 90 tahun berkuasa itu putih, dan tidak tetap, bisa berubah-ubah juga," lanjutnya.
Konteksnya itu, menurut Masduki ada dua. Pertama bendera tauhid dipakai ketika perang, kedua ketika dijadikan semacam bendera resmi tapi bukan bendera negara.
"Karena saat itu belum sampai ke situ ya, dan itu sebagai tanda untuk kelompok barisan. Jadi begitulah, sejarah dari bendera bertuliskan kalimat tauhid," tukasnya.

Solusi Penggunaan Kalimat Tauhid
PBNULambang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Foto: nu.or.id)  

Untuk mencegah terjadinya klaim suatu organisasi dan berujung pada sebuah insiden, Masduki menjelaskan, PBNU akan berbicara dengan organisasi Islam, juga Majelis Ulama Indonesia, untuk membahas aturan mengenai sifat penggunaan kalimat tauhid secara umum.
"Kalau kami ke MUI akan diusulkan ke Rabithah Alam Islami (organisasi Islam Internasional) supaya ada aturan yang jelas mengenai penggunakan bendera kalimat tauhid. Tidak bisa diklaim oleh pihak tertentu," ungkapnya.
Karena, ia sadar bahwa klaim suatu organisasi bisa membuat perpecahan antar-umat Islam sendiri. Klaim-klaim yang sebenarnya kurang elok, bisa membuat perpecahan, apalagi orang-orang yang mudah tersulut tanpa mengerti duduk perkaranya, jelasnya.
"Karena di satu pihak seakan-akan ketika mengalami kesalahan, diartikan sebagai hinaan terhadap kalimat tauhid. Itu kan sama dengan mengadu domba antara Ansor atau Banser, dengan umat Islam. Seakan-akan berhadapan dengan umat Islam. Padahal kan tidak begitu maksudnya. Kalau orangnya tidak mengerti dianggap menghina agama kan. Tersulut kan," jelasnya.
Menurutnya, para Banser maupun kelompok lain juga seharusnya bisa mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan tertentu. Alih-alih membakar bendera sendiri, Masduki menyarankan untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib.
"Saya kira kalau ada bendera kalimat tauhid itu dia identik dengan apa dulu. Identifikasi dulu, dia bendera siapa, kalau sudah benderanya siapa, jelas ormas tertentu, ya sudah laporkan ke polisi," tegas dia.
Meskipun menurutnya tindakan pembakaran yang dilakukan Banser itu tidak bagus, ia menegaskan bahwa Banser adalah umat Islam yang menghormati kalimat tauhid.
"Mana mungkin seorang Banser menghina kalimat tauhid. Ini semua orang terprovokasi pihak ketiga, tidak tahu siapa yang mengadu domba, agar antar-umat satu dengan lainnya itu bentrok, ini yang terjadi sebenarnya saat ini," pungkasnya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/486585-pendukung-hti-di-kampus.jpeg
Bendera berkalimat tauhid yang digunakan organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (Foto: Tagar/ Gemilang Isromi Nuari)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/kalimat-tauhid-dan-penggunaannya-dalam-sejarah-islam/

Masyarakat Jangan Terprovokasi Bendera dengan Tulisan Arab

Garut, (Tagar 24/10/2018) - Kepala Kepolisian Resor Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bijaksana dalam menanggapi persoalan kasus dugaan pembakaran bendera yang terdapat tulisan Arab di Kabupaten Garut, Jawa Barat, agar situasi dan kondisi keamanan tetap terjaga dengan baik.
"Berpikirlah sedikit bijaksana, lebih bagus melaporkan kepada pihak yang berwajib kalau menemukan hal-hal ganjil," kata Budi kepada wartawan di Garut, Selasa (23/10) mengutip kantor berita Antara.
Ia menuturkan, Kepolisian Garut sudah maksimal menangani kasus dugaan pembakaran bendera yang ada tulisan Arab oleh kelompok orang saat peringatan Hari Santri di Limbangan Garut, Senin (22/10).
Polisi, lanjut dia, langsung bertindak cepat dan mengamankan sejumlah saksi untuk dimintai keterangan terkait aksi pembakaran tersebut.
Baca juga: HTI dan Tipu-tipu Bendera Tauhid
"Kami godok dulu, ini ada para senior, ada dari Mabes ada dari Polda ada, kita konstruksi kalau memang ada unsur pidananya," katanya.
Kapolres mengimbau, masyarakat untuk tidak terprovokasi dalam menanggapi kasus tersebut, karena khawatir ada pihak tertentu yang ingin menciptakan Kabupaten Garut rusuh atau tidak aman.
Ia berharap, tidak ada pihak yang memanfaatkan kasus pembakaran tersebut untuk menjadikan Kabupaten Garut tidak aman.
"Mengimbau jangan mudah terprovokasi," katanya.

Jangan Sebar Video
Budi Satria Wiguna juga meminta masyarakat agar video tentang dugaan pembakaran bendera dengan tulisan Arab di Kabupaten Garut, Jawa Barat tidak disebar lagi karena dikhawatirkan menimbulkan keresahan masyarakat luas.
"Jangan menyebarkan konten-konten yang sifatnya seperti video pembakaran bendera itu lagi," kata Budi.
Ia menuturkan, Kepolisian Resor Garut sudah menindaklanjuti adanya dugaan pembakaran bendera bertuliskan Arab, berikut mengamankan sejumlah saksi untuk dimintai keterangan.
Aksi yang terekam video itu, Budi berharap, tidak disebarluaskan lagi oleh masyarakat, karena khawatir akan semakin memperburuk kondisi dan situasi keamanan di Kabupaten Garut.
"Jangan, sudah 'clear' semua," katanya pula.
Jika ada pihak yang menyebarkan video tersebut, kata dia, maka akan ditindaklanjuti oleh kepolisian. "Kita kejar lagi," katanya.
Dia berharap masyarakat memahami situasi kasus pembakaran tersebut, agar tidak mudah terbawa arus yang akhirnya memiliki asumsi sendiri.
Sejak muncul laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh kepolisian, kata dia, kondisi keamanan di Kabupaten Garut tetap terjaga dan terkendali.
"Sampai detik ini saya nyatakan Garut aman," katanya pula.

Penyebar Pertama Video Dikejar
Pada hari yang sama, Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak kembali menyebarluaskan video pembakaran bendera HTI yang terjadi di Garut saat peringatan Hari Santri Nasional 2018.
"Jangan dishare (disebarkan) lagi," ujar Kapolda Jabar, Irjen Pol Agung Budi Maryoto, di Mapolda Jabar, Selasa.
Agung mengatakan, imbauan tersebut dimaksudkan agar situasi di masyarakat kembali kondusif dan tidak terpancing kepada hal-hal yang dapat merugikan seluruh pihak.
Ia juga berjanji akan mencari pengunggah pertama serta penyebar video pembakaran bendera tersebut guna dimintai keterangan secara mendalam.
"Kita selidiki yang merekam dan mengupload," kata dia.
Video pembakaran tersebut menjadi viral di media sosial dan memancing beragam reaksi di warganet. Ada yang mengutuk keras bahkan tak sedikit yang mendukung dengan alasan bendera tersebut simbol HTI, organisasi yang telah dibubarkan pemerintah.
Maka dari itu, Polda Jabar juga sekaligus akan mengusut orang yang membawa bendera HTI itu. Agung menegaskan, dalam penyelesaian perkara ini, Polda akan menyelidiki secara profesional dengan mengundang para ahli.
"Kita profesional akan undang ahli untuk gelar perkara. Nanti ahli menentukan, sekarang ini sedang pra penyelidikan," katanya.

Waspada Upaya Adu Domba Umat Islam
Sebelumnya di Jakarta pada Senin (22/10) Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengimbau masyarakat agar jangan terprovokasi atas tersebarnya video mirip Banser yang membakar bendera mirip lambang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Tidak perlu dibesar-besarkan dan dijadikan polemik karena hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memicu gesekan," ujar Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi.
Menurut dia, hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan apalagi ditanggapi secara emosional dengan menggunakan kata-kata kasar seperti melaknat, mengatakan biadab dan menuduh seperti PKI.
Bagi Banser dan semua pihak, ia meminta untuk berhati-hati dan tidak gegabah melakukan tindakan yang dapat memancing emosi umat Islam.
Tindakan pembakaran bendera dan respon berlebihan, tambahnya dapat menimbulkan ketersinggungan kelompok yang dapat memicu konflik internal umat beragama.
Mengutip pernyataan Ketua Umum GP Ansor, dia mengatakan organisasi induk Banser telah memberikan penjelasan alasan pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid oleh anggotanya.
Persoalan itu, ujarnya semata untuk menghormati dan menjaga agar tidak terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya.
"Hal tersebut disamakan dengan perlakuan kita ketika menemukan potongan sobekan mushaf Al Quran yang dianjurkan untuk dibakar, jika kita tidak dapat menjaga atau menyimpannya dengan baik," lanjut dia.
Dia meminta kepada semua pihak untuk dapat menahan diri, tidak terpancing dan terprovokasi pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecah-belah bangsa Indonesia. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/787981-mui.jpeg
Kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto: moneter.co.id)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/masyarakat-jangan-terprovokasi-bendera-dengan-tulisan-arab/

Hati-hati Memondokkan Anak! Inilah Daftar Pesantren Wahabi yang Perlu Dihindari

ISLAMNUSANTARA.COM – Hati-hati!! Jika kalian ingin memasukkan anak kalian ke pesantren, maka kalian jangan sampai salah pilih pesantren/sekolah, karena banyak pesantren yang  berpaham wahabi/salafi/takfiri atau cingkrang.
Terbukti banyak alumni pesantren yang setelah pulang hanya fasih berbahasa “akhie.. ukhti.. ana.. antum,” tapi anehnya mereka mudah berkata syirik dan bahkan mengkafirkan saudara kita. Orang tuanya sendiri pun disyirikkan. Naudzubillahi mindzalik!
Mereka kerap kali bergaya paling kritis dan berpenampilan paling aduhai Islaminya. Saking kritisnya, mereka berani melawan arus dan kebiasaan adat masyarakat. Dan tidak jarang menuduh aduhai umat Islam yang berpaham Sunni sekaligus Sufi.
Tawassul, Ziarah Kubur, Tahlilan, memperingati Maulid, Istighosah berjamaah yang merupakan kebiasaan rutin dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya owarga Nahdliyin mereka sering tuduh syirik, bahkan tidak sungkan pula mengafirkannnya.
Apa anak Anda yang sejatinya ingin dipesantrenkan dan ingin menjadi sholeh mendapatkan ajaran yang penuh caci maki dan paling aduhai bener sendiri? Jika tidak, maka, silakan share daftar pesantren wahabi di Indonesia ini, yang dirangkum Dutaislam.com dari kiriman salah satu anggota Pengurus Pusat Rabhitatul Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) Nahdlatul Ulama (NU).
Di bawah ini adalah daftar pondok pesantren, ma’had, yayasan pendidikan yang dikelola orang-orang berpaham bukan Sunni-Sufi (Aswaja) alias orang-orang salafi, wahabi atau komunitas takfiri. Untuk menarik minat peserta didik, mereka biasanya mengiming-imingi beasiswa khusus, gratis biaya pembelajaran selama beberapa tahun, atau tawaran lainnya.
Peserta yang kena jaring razia mereka, akan didoktrin sesuai pemahaman mereka yang suka mengafirkan. Berikut hasil penelitian santri Nahdliyin terhadap mereka.
Pesantren wahabi yang beredar di Indonesia:
  1. Ma’had Imam Bukhori – Solo
  2. Ma’had Al-Ukhuwah – Sukoharjo
  3. Ma’had Ibnu Abbas – Sragen
  4. Ponpes Islam Al-Irsyad – Semarang
  5. Ma’had Al-Furqon – Gresik
  6. Ma’had Ali bin Abi Thalib – Surabaya
  7. Sekolah Dirosah Islamiyah – Sumbersari
  8. Ma’had Al-Qudwah – Kediri
  9. Ma’had Abu Huroiroh – Mataram
  10. Ma’had Al-Furqon – Pekanbaru
  11. Ponpes Salman Al-Farisi – Kediri
  12. Ma’had Imam Syafi’i – Banyuwangi
  13. Ma’had Minhajul Sunnah – Bogor
  14. Yatim Ibnu Taimiyah – Bogor
  15. Ma’had Hidayatunnajah – Bekasi
  16. Ma’had Ibnu Hajar – Jakarta Timur
  17. Ma’had Ibnu Qayyim Al Jauziyah – Balikpapan
  18. Ma’had Ummahatul Mu’minin – Jakarta Pusat
  19. Ma’had Riyadusholihin – Pandeglang
  20. Ma’had Al-Ma’tuq – Sukabumi
  21. Ma’had Rahmatika Al-Atsary – Subang
  22. Ma’had Assunah – Cirebon
  23. Pnpes Annajiyah – Bandung
  24. Ma’had Assunnah – Tasikmalaya
  25. Ma’had Ali Imam Syafi’i – Cilacap
  26. Islamic Center Ibnu bin Baz – Bantul
  27. Ma’had Jamilurrohman – Bantul
  28. Ma’had Madinatul Qur’an – bogor
  29. Pondok Al Umm – Malang
  30. Pondok Pesantren Imam Syafi’i – Aceh
  31. Pondok Pesantren Ibnu Katsir – Jember
  32. Sekolah Tinggi Dirasah Islamiyah Imam Syafi’i – Jember
  33. Arrahmah – Semanding, Malang
Jika Anda tidak percaya, silakan cek langsung, apa kurikulum yang diajarkan? Aqidahnya ikut imam siapa? Fiqih nya bermadhab apa? Apakah mereka setuju dengan konsep tasawwuf nya Imam Ghazali atau Imam Junaidi? Apakah pesantren mereka mempraktekkan ziarah ke makam auliya, terutama tiap Jumat sebagaimana pesantren Aswaja lainnya?
Apakah mereka juga mempercayai karomah wali Allah yang telah wafat? Ataukah pesantren mereka suka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw tiap tahun? Masihkah ustadz mereka bertawasul sebelum berdoa?
Jika tidak, dapat dipastikan mereka adalah kelompok wahabi/salafi takfiri “yang suka mensyirikkan bahkan mengkafirkan amaliah Ahlussunnah wal Jamaah (Nahdlatul Ulama). Jangan tergiur dengan metode atau sistem pendidikan dan tawaran beasiswanya sebelum Anda cek manhaj ta’lim nya sesuai Aswaja atau tidak.
Masih banyak pondok pesantren yang jauh lebih berkualitas daripada yang tersebut di atas, dan sesuai dengan ajaran Sunni-sufi Ahlusunnah Wal Jamaah (Nadlatul Ulama), paham yang selama ini makin paling dibenci oleh kalangan mereka.
Carilah daftar pesantren/ma ‘had/yayasan pendidikan selain mereka dengan banyak program unggulan. baik dalam bentuk Program Pesantren Modern Terpadu ataupun Ma’had dengan Program Hafiz “Menghafal Al-quran”. Ada juga ponpes Aswaja yang memiliki Program Qiroah sab’ah dan bersanad hingga Rasulullah.
Banyak pula pesantren yang mengajarkan takhasus salafiyah “Murni Mengkaji Kitab Kuning” hingga ke jenjang Ma’had Aly Setara S1 yang sudah diakui oleh menteri agama. Konsultasi ke tim AyoMondok RMI PBNU sangat diperlukan jika Anda kebingungan mencarikan pesantren ke anak-anak Anda.
Terakhir, jika Anda ingin memasukkan daftar pesantren wahabi lainnya ke dalam list Dutaislam.com di atas, silakan komentar di kotak yang ada di bawah ini! Mohon maaf jika ada yang salah list. Silakan juga dikoreksi!  (ISNU)
Sumber: Dutaislam
Hati-hati Memondokkan Anak! Inilah Daftar Pesantren Wahabi yang Perlu Dihindari
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/hati-hati-memondokkan-anak-inilah-daftar-pesantren-wahabi-yang-perlu-dihindari/

Ini Penjelasan Hadis Nabi dan Bendera Tauhid HTI-ISIS

ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan rayah-nya Rasulullah. Benarkah? enggak! Kalau klaim mereka benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya? Ayoooo 🙂
Secara umum hadis-hadis yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya itu tidak berkualitas shahih. Riwayatnya pun berbeda-beda: ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja, ada riwayat yang bilang hitam dan putih, malah ada yang bilang merah dan juga kuning.
Riwayat lain, bendera tersebut tidak ada tulisan apa-apa. Jadi tidak ada tulisan tauhidnya, cuma kosong saja. Riwayat lain bilang ada tulisan tauhidnya. Riwayat seputar ini banyak sekali, dan para ulama sudah memberikan penilaian. Secara umum tidak berkualitas sahih.
Dalam sejarah Islam juga kita temukan fakta yang berbeda lagi. Ada yg bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai hitam, dan pernah juga berwarna putih. Apa mau bilang para Khalifah ini tidak mengikuti bendera Rasul? Ribet kan!
Jadi yang mana bendera khilafah? Yah tergantung anda mau merujuk ke Khilafah Umayyah atau Abbasiyah? Gak ada hal yang baku soal bendera ini. Coba saja buka kitab Ahkamus Sulthaniyah karya Imam Mawardi, apa ada pembahasan soal bendera negara Khilafah? Enggak ada! Kenapa yang tidak ada mau diada-adakan, seolah menjadi urusan syariat? Mau bilang Imam al-Mawardi tidak faham soal ini? Nah, tambah ribet, kan!
Konteks bendera dan panji yang dipakai Rasul itu sewaktu perang untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara. Jadi kalau ISIS dan HTI tiap saat mengibarkan liwa dan rayah, emangnya kalian mau perang terus? Kok kemana-mana mengibarkan bendera perang?
Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera merah putih. Masak ada negara dalam negara?! Ini namanya makar! Bahkan ada tokoh HTI yang mempertanyakan apa ada haditsnya bendera RI yang berwarna merah-putih? Nah kan, kelihatan makarnya, sudah mereka tidak mau menerima Pancasila dan UID 1945, sekarang mereka juga menolak bendera merah-putih. Jadi, yang syar’i itu bendera HTI, begitu maunya mereka, padahal urusan bendera ini bukan urusan syari’at.
Sekarang bagaimana status hadis soal bendera ini? Kita bahas singkat saja biar gak makin ribet membacanya.
Hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yg bilang bendera Rasul hitam dan panjinya putih itu dhaif. Mengapa demikian? Riwayat Thabrani ini dhaif karena ada rawi yg dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin. Bahkan kata Imam Dzahabi, dia pemalsu hadits.
Riwayat Abu Syeikh dari Abu Hurairah itu dhaif karena kata Imam Bukhari rawi yg namanya Muhammad bin Abi Humaid itu munkar.
Riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas menurut Ibn Hajar dalam kitabnya Fathul Bari, sanadnya lemah sekali.
‎وجنح الترمذي إلى التفرقة فترجم بالألوية وأورد حديث جابر ” أن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخل مكة ولواؤه أبيض ” ثم ترجم
 للرايات وأورد حديث البراء ” أن راية رسول الله صلى الله عليه وسلم كانت سوداء مربعة من نمرة ” وحديث ابن عباس ” كانت رايته سوداء ولواؤه أبيض ” أخرجه الترمذي وابن ماجه ، وأخرج الحديث أبو داود ، والنسائي أيضا ، ومثله لابن عدي من حديث أبي هريرة ، ولأبي يعلى من حديث بريدة ، وروى أبو داود من طريق سماك عن رجل من قومه عن آخر منهم ” رأيت راية رسول الله صلى الله عليه وسلم صفراء ” ويجمع بينها باختلاف الأوقات ، وروى أبو يعلى عن أنس رفعه ” أن الله أكرم أمتي بالألوية ” إسناده ضعيف ، ولأبي الشيخ من حديث ابن عباس ” كان مكتوبا على رايته : لا إله إلا الله محمد رسول الله ” وسنده واه
Kalau sudah Ibn Hajar yang komentar soal hadits, HTI dan ISIS mau ngeles apa lagi?
Jangan marah sama saya, saya hanya mengutip pendapat Ibn Hajar yang otoritasnya dalam ilmu Hadits sangat diakui dalam dunia Islam. Kalau ada ulama yg menyatakan hadits Abu Syeikh ini sahih, ya silakan saja. Saya lebih percaya dengan Ibn Hajar daripada dengan ulama HTI.
Komentar Ibn Hajar di atas itu telak sekali. Semoga ini membuka mata para kader HTI, yang sudah dibubarkan pemerintah itu. Bendera HTI dan juga ISIS tidak memliki landasan yang kuat. Tidak ada perintah Rasulullah untuk kita mengangkat bendera semacam itu; tidak ada kesepakatan mengenai warnanya, dan apa ada tulisan atau kosong saja, dan tidak ada kesepakatan dalam praktek khilafah jaman dulu, serta para ahli Hadits seperti Ibn Hajar menganggap riwayatnya tidak sahih.
Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu berbeda dengan di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul, tulisan al-Qur’an belum ada titik, dan khatnya masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kenapa ayo? Kan sama2 mengklaim bendera Islam? Itu karena tulisan khat-nya rekaan mereka saja. Gak ada contoh yg otentik dan sahih bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan alias imajinasi orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yg tidak sahih
Jadi jangan mau dibohongin yah sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS.
Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati. Gak usah ragu menurunkan bendera HTI dan ISIS. Itu bukan bendera Islam, bukan bendera Tauhid.
Tapi ada tulisan tauhidnya? Masak kita alergi dengan kalimat tauhid? Itu hanya akal-akalan mereka saja. Untuk mengujinya gampang saja, kenapa HTI gak mau mengangkat bendera ISIS dan kenapa orang ISIS tidak mau mengibarkan bendera HTI padahal sama-sama ada kalimat Tauhid-nya? Itu karena sifat sebuah bendera di masa modern ini sudah merupakan ciri khas perangkat dan simbol negara. Misalnya warga Indonesia tidak mau mengangkat bendera Belanda atau lainnya. Bukan karena benci dengan pilihan warna bendera mereka, tapi karena itu bukan bendera negara kita.
Bendera itu merupakan ciri khas sebuah negara. Apa HTI dan ISIS mau mengangkat bendera berisikan kalimat Tauhid yang khat dan layout-nya berbeda dengan ciri khas milik mereka? Atau angkat saja deh bendera Arab Saudi yang juga ada kalimat Tauhidnya. Gimana? Gak bakalan mau kan. Karena bendera sudah menjadi bagian dari gerakan mereka.
Maka jelas bendera ISIS dan HTI bukan bendera Islam, bukan bendera Rasul, tapi bendera ISIS dan HTI.
Itu sebabnya Habib Luthfi bin Yahya dengan tegas meminta bendera HTI diturunkan dalam sebuah acara. Mursyid yang juga keturunan Rasulullah ini paham benar dengan sejarah dan status hadits soal bendera ini.
Saya ikut pendapatnya Imam Ibn Hajar dan ikut sikap Habib Luthfi.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Ini Penjelasan Hadis Nabi dan Bendera Tauhid HTI-ISIS
Sumber Berita : https://islami.co/ini-penjelasan-hadis-nabi-dan-bendera-tauhid-hti-isis/

Istighasah Kubro di Sidoarjo Dibanjiri Ratusan Ribu Warga Nahdliyin

SIDOARJO – Ratusan ribu warga Nahdlatul Ulama (NU) memadati Stadion GOR Delta Sidoarjo. Mereka mengikuti Istighasah Kubro 2018 yang digelar Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Minggu (28/10/2018). Sekitar pukul 06.00 WIB, semua sektor tribun stadion berkapasitas 46.000 sudah penuh.
Bahkan, lapangan bola menjadi lautan warga nahdliyin yang didominasi warna putih. Tidak cuman itu, area di luar stadion juga penuh dengan warga nahdliyin. Bapak, ibu, pemuda dan anak-anak ikut serta. “Di dalam penuh. Mangkanya kami memilih di luar stadion,” aku M Tajudin (36) warga Madiun.
Istighasah Kubro di Sidoarjo Diikuti Ratusan Ribu Warga Nahdliyin
Selepas salat Subuh, saat warga nahdliyin masuk ke stadion, diajak melantunkan sholawat. Kemudian dilanjutkan iringan musik qosidah subbanul Muslimin dari Probolinggo. Hadir di antaranya; Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Rois Syuriah PW NU Jatim KH Ma’ruf Mansur, KH Agus Ali Masyhuri dan lainnya.
Hadir juga Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, Menakertrans, Hanif Dhakiri dan Menristek Dikti M Nasir. Gubernur Jatim, Soekarwo, Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dan Pangdam Brawijaya Mayor Jenderal Arif Rahman. “Tepat pukul 06.15 WIB acara kita mulai dengan pembacaan ayat suci Alquran,” ujar pembawa acara. [ARN/Sindo]

Politisasi Agama, Cara HTI dan Khawarij Hancurkan Negara

Waspada Bahaya Neo Khawarij

JAKARTA – Saat Sayidina Ali bin Abi Thalib mendengar kelompok Khawarij meneriakkan slogan “Tidak ada hukum kecuali dari Allah”, beliau langsung berkata, “Kalimatnya benar, tetapi tujuannya batil (buruk).” Bahkan, tak lama berselang beliau pun dibunuh oleh kaum Khawarij dengan mengatasnamakan slogan tersebut. Dari peristiwa ini setidaknya bisa diambil hikmah bahwa ada orang-orang yang tulus menghormati kalimat suci dan ada pula orang-orang yang hanya mempolitisasinya.
Baca: Titik Kesamaan HTI dan Khawarij
Politisasi agama semacam ini juga pernah disinggung oleh Gustave Le Bon dalam bukunya “The Crowd” (1895). Ia mengungkap bahwa massa kerumunan bisa dibentuk oleh figur agamawan, dimana mereka dipersatukan oleh ide-ide sederhana dan dangkal. Sang agamawan menganggap dirinya dewa, sedangkan para pengikutnya tunduk dalam ketaatan buta. Mereka laksana zombie yang dengan mudah digiring menuju intoleransi dan kekerasan.
Hizbut Tahrir (HTI) jelas bukan organisasi kemarin sore. Mereka tahu betul bagaimana mempolitisasi simbol-simbol agama, demi menciptakan massa dan opini publik. Pada peristiwa Garut misalnya, HTI seketika menggorengnya menjadi isu pembakaran bendera Tauhid. Umat Islam di negeri ini sejenak dibuat kaget oleh stigma tersebut yang semakin dikobarkan oleh kubu oposisi. Massapun dikerahkan untuk berdemonstrasi dengan tajuk “Aksi Bela Tauhid” dan sekaligus menyisipkan pesan politik “Ganti Presiden”.
Baca: Kiai Miftah; HTI dan Wahabi itu Kelompok Khawarij
Banser NU selama ini memang dianggap penghalang besar bagi kelompok-kelompok radikal intoleran di negeri ini dalam mewujudkan agenda khilafah mereka. Karena itu, cara yang paling ampuh untuk melumpuhkan Banser adalah membunuh karakternya dan membenturkannya dengan umat Islam. Oleh sebab itu, provokasi sistematis kerap dilakukan oleh HTI di acara-acara NU, seperti acara pengajian Habib Lutfi bin Yahya sebulan yang lalu dan puncaknya di momen besar Hari Santri Nasional. Saya rasa, Banser adalah langkah awal, tujuan utamanya adalah pelumpuhan NU.
Baca: Syaikh Azhar: Ideologi Wahabi adalah Ular Beracun dalam Islam
Dengan demikian, para kader Banser dan NU mesti bermain cantik dan cerdik dalam menghadapi provokasi tersebut. Jangan sampai terjerat emosi dan masuk ke dalam jebakan HTI dan kroni-kroninya. Namun demikian, terlepas dari itu semua, ada hikmah lain dibalik peristiwa Garut tersebut. Para pentolan dan kader HTI beserta kelompok-kelompok sejawatnya, yang selama ini aman bersembunyi, kini menjadi terbongkar identitasnya melalui aksi-aksi mereka sendiri. Foto dan video mereka telah tersebar dalam media sosial. Ini tentu memudahkan pihak Kepolisian untuk mengawasi dan menindak mereka. (ARN)
Penuli: M. Anis
Kelompok Radikal Kelompok Radikal

Re-Post by MigoBerita / Rabu/31102018/16.07Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya