» » » » » Pembunuhan Khashoggi VIRAL, sedangkan Pembunuhan di Yaman DUNIA seperti MEMBISU..??!!

Pembunuhan Khashoggi VIRAL, sedangkan Pembunuhan di Yaman DUNIA seperti MEMBISU..??!!

Penulis By on Rabu, 31 Oktober 2018 | 1 comment

Mengapa Pembunuhan Khashoggi Jadi Perhatian Global, Bukan Kejahatan Saudi di Yaman?

YAMAN – Pembunuhan seorang jurnalis anti rezim Saudi memiliki dampak lebih global daripada agresi Saudi yang tak terkendali di Yaman. Pembunuhan mantan orang dalam istana, jurnalis Jamal Khashoggi, benar-benar telah memicu krisis diplomatik Arab Saudi, tetapi tampaknya tidak membahayakan kesepakatan senjata bernilai miliaran dolar antara AS, Inggris dan House of Saud.

Sementara di Yaman, Arab Saudi bersama koalisinya masih terus melakukan pembantaian terhadap warga sipil dengan pengeboman di berbagai wilayah dan penerapan blokade laut, udara dan darat. Anehnya, tidak ada satupun media barat yang memberikan perhatian khusus terhadap kejahatan Saudi di Yaman. [ARN]

Saudi Tolak Tuntutan Erdogan untuk Mengekstradisi 18 Tersangka Pembunuhan Khashoggi ke Turki

RIYADH – Arab Saudi tidak akan mengekstradisi 18 tersangka yang diminta oleh Turki sehubungan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tanggal 2 Oktober.
Selama konferensi persnya di ibu kota Bahrain pada Sabtu pagi, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Jubeir mengatakan bahwa kerajaan tidak akan memenuhi tuntutan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Para tersangka  adalah warga negara Saudi. Mereka ditahan di Arab Saudi, investigasi dilakukan di Arab Saudi, dan mereka akan dituntut di Arab Saudi,” kata Jubeir.
Menteri Luar Negeri Saudi kemudian mengkritik liputan terus-menerus media internasional atas pembunuhan Khashoggi, yang ia anggap berlebihan. [ARN]

Arab Saudi Akui Pembunuhan Khashoggi Terencana

Ankara, LiputanIslam.com –  Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa Jaksa Agung Arab Saudi Saud bin Abdullah bin Mubarak al-Mujib dalam pertemuan dengan sejawatnya di Istanbul, Turki, mengakui bahwa pembantaian terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi “telah dipersiapkan sebelumnya.”
Dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Georgia dan Azerbaijan, Senin (29/10/2018), Cavusoglu mengatakan, “Pertukaran informasi antara Jaksa Agung Saudi dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi akan bermanfaat.”
Dia berharap, “Saudi akan menuntaskan penyelidikan pembunuhan Khashoggi dalam tempo secepatnya.”
Cavusoglu melanjutkan, “Kunjungan Jaksa Agung Saudi sangat penting dan dilakukan atas permintaan Riyadh. Kerjasama antara Jaksa Agung Saudi dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi hendaknya dilanjutkan tanpa membuang waktu.”
Saud al-Mujib telah tiba di Turki, Senin, dan dijadwalkan mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul untuk penyelidikan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 26 Oktober lalu mengatakan bahwa Turki memiliki banyak fakta baru mengenai pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, namun Turki menganggap masih terlalu dini untuk memublikasikan semua informasi yang ada.
Erdogan mencatat bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi bukanlah kejahatan biasa, dan bahwa 18 orang telah dicurigai sebagai pelaku pembunuhan, dan pihak berwenang Saudi harus menyelidiki kasus ini.
Khashoggi yang dikenal karena kritis terhadap kebijakan Riyadh menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu.  Beberapa hari kemudian, polisi Turki memulai penyelidikan, dan pada 20 Oktober otoritas Saudi mengakui keterbunuhan Khashoggi, namun bukan dengan pembunuhan terencana, melainkan akibat “perkelahian”.
Jaksa Agung Saudi Saud al-Mujib mengatakan 18 warganegaranya itu masih diselidiki dan identitasnya belum diungkap.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan para pembunuh Khashoggi harus diadili di Turki.
“Meskipun Khashoggi tewas di konsulat Saudi, kejahatan itu dilakukan di Turki, yang membuat Ankara lebih memperhatikan ini… Menimbang bahwa Khashoggi dibunuh secara brutal, Saudi harus melakukan segala kemungkinan untuk menemukan dan menghukum para penjahat,” desaknya.
Erdogan menyebutkan bahwa Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada seseorang di Turki.
“Jika Arab Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada seseorang, maka nama orang itu harus diungkapkan,” kata Erdogan. (mm/rt/trend)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/arab-saudi-akui-pembunuhan-khashoggi-terencana/

Menyusul Kasus Pembunuhan Khashoggi, Perancis Serukan Penghentian Perang Yaman

Paris, LiputanIslam.com –  Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly menyerukan penghentian perang Yaman, menyusul beredarnya foto-foto anak Yaman yang kelaparan hingga memicu kemarahan masyarakat dunia.
“Sudah lebih dari sekali bahwa perang ini berakhir, dan penting pula – bahkan prioritas bagi Prancis – bahwa situasi kemanusiaan harus ditingkatkan dan bantuan kemanusiaan dapat melintas… Situasi militer ini adalah kematian yang feketif sehingga perang ini harus dihentikan. Itu prioritas, ” kata Parly kepada televisi BFM dan radio RMC, Selasa (30/10/2018).
Lebih dari 22 juta atau tiga perempat penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan di tengah konflik yang berkecamuk sejak tahun 2015, ketika Arab Saudi dan sekutunya mulai menginvasi Yaman dengan dalih menumpah gerakan Ansarullah (Houthi).
Sebagaimana negara-negara Barat lainnya, Prancis semakin mendapat tekanan terkait dengan pasokan persenjataannya kepada Saudi sejak terjadi heboh kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di dalam konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Presiden Perancis Emmanuel Macron pekan lalu bersikeras bahwa penjualan senjata ke Saudi yang notabene pelanggan terbesar kedua Prancis setelah India  “tidak ada hubungannya dengan Khashoggi”.
“Kita tidak harus mencampuradukkan semuanya,” kata Macron, sembari menyebut seruan penghentian penjualan senjata menyusul kasus pembunuhan itu sebagai “penghasutan murni”.
“Saya bisa memahami hubungan dengan Yaman, tetapi tidak ada hubungannya dengan Khashoggi,” tambahnya.
Parly kembali mengklaim bahwa senjata buatan negaranya tidak digunakan terhadap warga sipil di Yaman.
“Sepengetahuan saya, senjata yang kami jual baru-baru ini belum digunakan untuk melawan warga sipil,” ujarnya.
Dia membela ekspor senjata “relatif sederhana” Prancis ke Arab Saudi,  dan menilai Saudi tunduk pada pembatasan ketat.
“Kami tidak menjual senjata seolah roti baguette,” katanya.
Dia juga mengaku pihaknya melakukan “tekanan tanpa henti” melalui PBB untuk penyelesaian politik di Yaman.
Perang Yaman telah menewaskan sekira 10.000 orang sejak pasukan koalisi pimpinan Saudi campur tangan, dan bahkan telah menyebabkan apa yang disebut PBB “krisis kemanusiaan terburuk di dunia.”
PBB pekan lalu juga memperingatkan bahwa 14 juta orang di Yaman sekarang terancam kelaparan yang serius. (mm/thenews)

Sumber Berita :http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/menyusul-kasus-pembunuhan-khashoggi-perancis-serukan-penghentian-perang-yaman/

Pasukan Koalisi Arab Kerahkan 10,000 Pasukan Ke Hudaydah Yaman

Aden, LiputanIslam.com –  Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengirim 10.000 pasukan ke provinsi Hudaydah, Yaman, untuk melancarkan lagi serangan besar-besaran terhadap kota pelabuhan Hudaydah yang terblokade, demikian diungkap oleh sebuah laporan, Senin (30/10/2018).
Memimpin koalisi sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab dan Sudan, Arab Saudi menginvasi Yaman pada Maret 2015 dengan dalih memulihkan pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi, yang sejatinya telah mengundurkan diri di tengah gelombang protes, dan kemudian melarikan diri ke Saudi.
Sejak dimulainya perang yang dipaksakan, tentara Yaman yang didukung oleh pejuang gerakan Ansarullah Houthi melawan invasi Saudi dan sekutunya yang juga berambisi menghancurkan Ansarullah.
Kini sudah lebih dari tiga setengah tahun perang itu berlangsung tanpa ada pertanda bahwa Arab Saudi akan dapat mencapai tujuannya, padahal di awal invasinya telah bersumbar bahwa perang hanya akan memakan waktu tidak lebih dari beberapa minggu.
Pada Juni lalu pasukan koalisi Arab yang didukung oleh milisi loyalis Hadi melancarkan serangan besar-besaran ke Hudaydah, namun gagal mencapai tujuannya menduduki pelabuhan vital Hudaydah dan mengalahkan para pejuang Ansarullah di sana.
Mengutip keterangan seorang pejabat militer anonim pemerintah Hadi, AFP, Selasa, melaporkan bahwa koalisi pro-Hadi akan mengerahkan bala bantuan ke pantai Laut Merah menjelang serangan baru di Hudaydah “dalam beberapa hari ke depan.”
Pejabat itu mengklaim bahwa mereka akan “mengamankan wilayah yang dibebaskan” dari pejuang Houthi, dan bahwa pasukan Sudan telah beralih ke status “pengamanan” daerah di sekitar Hudaydah. (mm/presstv)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pasukan-koalisi-arab-kerahkan-10000-pasukan-ke-hudaydah-yaman/

Tunangan Khashoggi: Otoritas Saudi Tahu Lokasi Jenazah Khashoggi

Riyadh,LiputanIslam.com—Hatice Cengiz, tunangan jurnalis asal Arab Saudi yang terbunuh Jamal Khashoggi, mengatakan bahwa dia yakin penguasa Saudi tahu lokasi jenazah calon suaminya.
“Saya yakin rezim Saudi tahu di mana tubuhnya berada. Mereka harus menjawab permintaan saya karena ini bukan hanya permintaan seorang tunangan, tetapi juga seorang manusia dan seorang Muslim. Saya ingin mereka yang membunuh Jamal kesayangan saya dan mereka yang memerintahkan [pembunuhan] untuk diadili, “kata Cengiz, berbicara pada acara peringatan meninggalnya Jamal Khashoggi yang diadakan di Westminster.
Cengiz menyesalkan bahwa dia tidak memasuki konsulat Saudi di Istanbul bersama dengan calon suaminya itu.
“Kalau saja aku tahu apa yang akan terjadi, aku akan memasuki konsulat sendiri,” dia menekankan.
Khashoggi, kolumnis Washington Post yang terkenal karena kritiknya terhadap kebijakan Saudi, terakhir terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Pada 19 Oktober, Arab Saudi mengakui bahwa jurnalis tersebut telah meninggal di dalam konsulat. Otoritas Riyadh mengatakan, 18 orang telah ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam insiden tersebut.(fd/Sputnik)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/berita/tunangan-khashoggi-otoritas-saudi-tahu-lokasi-jenazah-khashoggi/

Facebook Hapus Sementara Foto Anak Yaman yang Kelaparan

Washington, LiputanIslam.com–Media AS New York Times merilis sebuah artikel mengenai konflik dan kelaparan di Yaman. Namun, beberapa jam setelahnya, Facebook menghapus unggahan tersebut yang telah dibagikan oleh ribuan pembaca di laman mereka.
Dalam artikel itu, New York Times  memasang sejumlah foto anak Yaman yang kurus kering karena kelaparan. Beberapa anak terlihat menangis. Beberapa lainnya terlihat lesu.
Salah satu foto memperlihatkan seorang anak perempuan berusia 7 tahun bernama Amal. Wajahnya menatap ke samping, daging tubuhnya sangat tipis sehingga tulang-tulangnya terlihat menonjol.
Puluhan ribu pembaca membagikan artikel itu di Facebook, namun beberapa dari mereka mendapat pesan peringatan bahwa unggahan itu tidak sesuai dengan standar komunitas Facebook. Unggahan itu pun dihapus selama beberapa jam.
Pada Jumat (26/10/18), pihak Facebook memberikan penjelasan atas isu ini.
“Seperti penjelasan standar komunitas kami, kami tidak mengizinkan foto anak telanjang di Facebook, tetapi kami tahu ini adalah foto penting yang bermakna secara global,” kata jubir Facebook dalam sebuah pernyataan.
“Atas dasar ini, kami mengembalikan unggahan yang kami hapus,” tambahnya.
Kolumnis dan pengamat politik Mike Shedlock pun mengkritik standar penyensoran Facebook. Ia menyayangkan betapa media raksasa ini butuh waktu berjam-jam untuk menyadari kesalahan mereka dalam menghapus foto penting tentang dampak perang di Yaman.
Menurut Shedlock, foto-foto ini mengungkap hipokritas AS yang menyokong rezim Arab Saudi dalam agresi militer di Yaman.
Facebook seharusnya mendukung dan mempromosikan foto itu, alih-alih melarangnya.
“[Kali ini] kita mendapat sensor sementara. Lain kali, [penyensoran] bisa jadi tidak sementara,” imbuhnya. (ra/mintpress)

Sumber Berita : http://liputanislam.com/berita/facebook-hapus-sementara-foto-anak-yaman-yang-kelaparan/

Kronologi Tuti Tursilawati TKI Majalengka Dieskekusi Mati Pemerintah Arab Saudi Tanpa Pemberitahuan

BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Tuti Tursilawati dieksekusi mati oleh pemerintah Arab Saudi tanpa pemberitahuan kepada pemerintah Indonesia.
Tuti Tursilawati, wanita asal Majalengka, Jawa Barat itu dieksekusi mati pemerintah Arab Saudi atas tuduhan pembunuhan terhadap majikannya.
Anehnya, pelaksanaan eksekusi mati Tuti Tursilawati tersebut tanpa pemberitahuan kepada Pemerintah Indonesia.
Kabar ini bermula dari akun @wahyususilo yang mengunggah sebuah postingan pada Selasa (30/10/2018).
"Khashoggie dimutilasi, Tuti Tursilawati dieksekusi," tulis @wahyususilo.
Dalam postingan tersebut ia juga mengunggah sebuah foto wanita dalam latar hitam putih.
"R.I.P Tuty Tursilawati Dieksekusi mati 29 Oktober 2018 di Arab Saudi, tanpa notifikasi kepada Pemerintah Indonesia," isi tulisan dalam foto tersebut.

Kronologis
- Pada tanggal 12 Mei 2010 Tuti Tursilawati ditangkap oleh kepolisian atas tuduhan membunuh ayah majikannya WN Saudi, atas nama Suud Mulhaq AI-Utaibi.
- Tuti Tursilawati ditangkap sehari setelah peristiwa kejadian pembunuhan yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2010.
- Tuti telah bekerja selama 8 bulan dengan sisa gaji tak dibayar 6 bulan.
Setelah membunuh korban, Tuti Tursilawati kemudian kabur ke Kota Mekkah dengan membawa perhiasan dan uang SR 31,500 milik majikannya.
- Namun dalam perjalanan kabur ke Kota Mekkah, Tuti diperkosa oleh 9 orang pemuda Arab Saudi dan mereka mengambil semua barang curian tersebut.
- Sembilan orang pemuda itu ditangkap dan telah dihukum sesuai dengan ketentuan hukum Arab Saudi.
- Sejak ditangkap dan ditahan oleh pihak Kepolisian, KJRI Jeddah melalui satgasnya di Thaif, Said Barawwas telah memberikan pendampingan dalam proses investigasi awal di kepolisian dan investigasi lanjutan di Badan Investigasi.
- Selama proses investigasi, Tuti Tursilawati mengakui telah membunuh ayah majikan dengan alasan sering mendapatkan pelecehan seksual.

Langkah Hukum
- KJRI Jeddah mendampingi proses investigasi di kepolisian dan Badan Investigasi : 3 kali
- Menghadiri persidangan di pengadilan : 10 kali
- KJRI Jeddah menunjuk pengacara Abdurahim M. AI-Hindi (2011), Khudran AI-Zahrani (2013) dan Mazen AI-Kurdi (2017 hingga sekarang)
- KJRI Jeddah melakukan penelusuran secara langsung ke aparat hukum terkait lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan: 20 kali
- Penyampaian memori banding: 3 kali. Peninjauan Kembali (PK): 1 kali. (PK sudah diterima namun masih dipelajari majelis hakim)
- Pada tanggal 4 Februari 2018, Pengacara Mazin Kurdi telah menyerahkan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Jazaiyah di Thaif atas keputusan hukum Had Ghilah yang dikuatkan oleh Mahkamah Ulya Riyadh.

Langkah Diplomatik Pemerintah Indonesia
- Mengirimkan nota diplomatik kepada Kemlu Arab Saudi: 19 kali
- Mengirimkan Surat Pribadi Dubes RI Riyadh dan Konjen RI Jeddah kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman dan Putra MahkotalWakii PM Arab Saudi: 4 kali
- Surat Presiden RI kepada Raja Arab Saudi: 1 kali (Presiden SBY (2011)
- Pada 25 Desember 2011, Presiden ke-3 BJ Habibie bertemu dengan Pangeran Waleed Bin Talal dalam upaya mengusahakan pemaafan dari ahli waris korban.

Langkah Informal dan Bantuan Sosial
- Melakukan pendekatan dengan keluarga korban melalui Lembaga Pemaafan dan Rekonsiliasi: 5 kali
- Melakukan pendekatan dengan Kantor Gubernur Mekkah dan Kantor Wali Kota Thaif guna menjajaki kemungkinan bantuan mediasi serta rekomendasi tokoh terpandang yang kiranya dapat membantu proses mediasi dengan ahli waris korban: 4 kali
- Guna memberikan dukungan moril, termasuk menyampaikan perkembangan kasus serta mengatur strategi pembelaan, KJRI Jeddah secara rutin mengunjungi Tuti Tursilawati di Penjara Thaif:
- Kunjungan oleh staf KJRI Jeddah: 20 kali
- Kunjungan oleh Dubes RI dan Konjen RI: masing-masing 10 kali
- Kunjungan pejabat tinggi pusat : 2 kali
Kronologi Tuti Tursilawati TKI Majalengka Dieskekusi Mati Pemerintah Arab Saudi Tanpa Pemberitahuan
tribuntimur.com
TKI Tuti Tursilawati dieksekusi mati oleh pemerintah Arab Saudi tanpa pemberitahuan
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/10/31/kronologi-tuti-tursilawati-tki-majalengka-dieskekusi-mati-pemerintah-arab-saudi-tanpa-pemberitahuan?page=all

Media Barat, Antara Tindakan mematikan Khashoggi dan Genosida Yaman

RIYADH – Jamal Khashoggi masuk konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober; dan ia lantas menghilang semenjak waktu itu. Beberapa yang menduga bahwa jurnalis Washington Post dan kritikus Inti putra mahkota Saudi itu sudah meninggal dibunuh atas perintah sang putra Mahkota, Mohammed bin Salman.
Bukan rahasia lagi bahwa bagaimanapun Arab Saudi ialah pemerintahan diktator dan pembunuh yang brutal. Selama bertahun-tahun mereka sudah menghabisi penduduk sipil Yaman (termasuk bocah kecil), dan mengeksekusi beberapa aktivis hak asasi manusia. Tetapi bagi beberapa orang di dalam media dan lingkaran politik Barat, kemungkinan tindakan mematikan Khashoggi tampaknya ialah batas toleransi mereka. Baru sekarang mereka berkata saatnya untuk berhadapan dengan Arab Saudi.
Singkatnya, sementara kemungkinan sungguh tindakan mematikan Khashoggi sudah terjadi dengan tragis, kejadian ini terang mempertunjukkan sikap tebang pilih media-media Barat soal siapa saja yang patut atau tidak patut mereka anggap selaku korban.

Batas toleransi Washington Post
sebelum ini Washington Post terus menuangkan puja dan puji untuk Arab Saudi atas apa yang mereka menyebut selaku ‘reformasi’. Pada April 2017, jurnalis David Ignatius mengakui bahwa bin Salman ialah “Konsep Baru Arab Saudi”, menjelaskan bahwa “planning reformasi tampak perlahan bergerak maju tapi pasti”.
Ironisnya, setahun lantas bermacam laporan mengungkap bahwa kerajaan konservatif itu sudah mengesahkan “48 eksekuti mati dalam 4 bulan ke-1 di tahun 2018” dimana setengahnya ialah hukuman mati untuk tudingan tanpa aksi anarkis.
Baca: Washington Post Cetak Kolom Kosong bentuk Solidaritas atas Hilangnya Khashoggi
Pemilik Washington Post dan orang terkaya di dunia Jeff Bezos, waktu itu, tampaknya berlebihan sibuk bersekongkol dengan Muhamad bin Salman daripada memberi perhatian atas hal ini.
Pada Maret 2018, senator AS Bernie Sanders, Mike Lee, dan Chris Murphy mengusulkan undang-undang untuk mengakhiri sokongan AS atas perang menghancur-leburkan Arab Saudi kepada Yaman. Senat AS Tidak mau RUU itu, lantas penolakan ini secara tidak langsung memperoleh sokongan beberapa suratkabar seperti Washington Post, yang dewan editorialnya pada bulan yang sama mecatat bahwa “pendekatan lebih baik akan mengkondisikan kelanjutan sokongan angkatan bersenjata Amerika sejalan dengan langkah-langkah sokongan kemanusiaan”.
Lantas pada 11 Oktober, Ben Cardin dari Washington Post mecatat soal kemungkinan tindakan mematikan Khashoggi dengan menjelaskan bahwa “Amerika Serikat tidak mampu diam atau tidak boleh diam dalam berhadapan dengan serbuan berbahaya kepada nilai-nilai universal”.
Singkatnya, sementara serbuan kepada nilai-nilai universal bukanlah hal yang baru bagi Arab Saudi, kebencian semua media Barat pada mereka tampaknya baru waktu ini sungguh-sungguh terjadi.

Batas toleransi New York Times
Semenjak tahun 1950-an, New York Times secara konsisten mendeskripsikan Famili Saudi dengan bermacam ‘kemajuannya’.
Kolumnis Times, Thomas Friedman, sempat berhadapan dengan tudingan sebab seringnya ia menggambarkan bin Salman dan rezim Saudi dengan hal-hal yang baik. Pada bulan November 2017, misalnya, Friedman mecatat:
“Putra mahkota mempunyai planning besar untuk mengembalikan tingkat toleransi untuk masyarakatnya.”
Baca: Para Pejabat Turki Punya Bukti Tindakan mematikan Khashoggi di Konsulat Saudi
Tetapi kemarin, terkait Khashoggi, pada 8 Oktober 2018, Friedman mecatat bahwa, kalau Arab Saudi benar sudah menghabisi Jamal Khashoggi, “itu akan jadi bencana bagi rezim Muhammad bin Salman”.
sebelum ini, waktu Arab Saudi menciptakan krisis kemanusiaan terburuk dunia di Yaman, Times menampilkan bin Salman selaku seorang reformis. Tetapi sekarang sesudah tindakan mematikan atas Khashoggi, beberapa kontributor Times mengutarakan bahwa tindakan mematikan Khashoggi ialah langkah Bin Salman yang berlebihan jauh.

Untuk pemerintah AS, apakah ada batas toleransi?
Pada tanggal 11 Oktober, Donald Trump merespon kemungkinan tindakan mematikan Khashoggi, menjelaskan bahwa “kami tidak menyukainya bahkan sedikit pun”. Namun apa yang ia katakan dan yang pemerintahan AS lakukan tidak lain tidak bukan hanyalah untuk mampu memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari penjualan senjata.
“Soal apakah kita mesti menghentikan perjanjian 110 miliar dolar dari Saudi yang dihabiskan di negara ini (untuk senjata), Penting diketahui bahwa mereka mempunyai 4 atau 5 alternatif …, itu tidak akan mampu saya terima,” kata Trump waktu menyampaikan penolakan atas tuntutan menghentikan penjuaan senjata ke Saudi.
Baca: Produsen Senjata AS Kuatir Kontrak dengan Saudi Dicancel Pasca Perkara Khashoggi
Bagian pendiri Gabungan Demokrat, Scott Dworkin, mendesak Trump untuk melaksanakan apa yang semestinya dilaksanakan seorang presiden Amerika sejati.
“Hadapi Arab Saudi atas tindakan mematikan kejam kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi,” katanya.
Namun sejatinya Trump telah berbuat jauh lebih beberapa dari presiden-presiden AS sebelumnya. Sebab kebijakannya di Arab Saudi sedikit tak sama dengan keputusan strategi Barack Obama atau dari presiden-presiden AS lainnya, ia behasil menjadikan Arab Saudi selaku sapi perah AS.
Seperti yang dikatakan awak media Glenn Greenwald:
Kita mesti, tentu saja, menyambut keadaan sebenarnya bahwa beberapa orang di AS sekarang mengkritik rezim Saudi. Tetapi bagi berlebihan beberapa penduduk sipil yang tidak bersalah di Yaman, seluruh itu berlebihan sedikit, dan terlambat. (ARN/theCanary.co)
Media Barat, Antara Pembunuhan Khashoggi dan Genosida Yaman

Hah? Israel dan Arab Saudi Bersekongkol Serang Yaman?


KONFRONTASI - Terkuak hubungan antara Arab Saudi dan Irael, menyangkut serangan Arab Saudi Cs terhadap negara tetangganya, Yaman.
Dalam serangan udara pasukan militer Saudi pada Kamis lalu ke Yaman, disebut-sebut jet tempur Israel ikut serta dalam penyerangan itu.
"Ini pertama kalinya pasukan Zionis bergabung dengan koalisi negara Arab," ujar Sekretaris Jenderal Partai Politik Al-Haq, Yaman, Hassa Zayd dalam akun jejaring sosial Facebook, seperti dilansir Global Search, Ahad (29/3).
Dia mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah memerintahkan langsung Angkatan Udara Israel mengerahkan jet-jet tempur mereka buat mendukung serangan Saudi ke Yaman.
November lalu, Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi menyatakan kesediannya menjual minyak ke Israel.
"Yang Dipertuan Agung Raja Abdullah (ketika itu) selalu menjadi contoh tentang hubungan baik antara Saudi dengan negara lain," kata Naimi kepada wartawan di Wina. "Dan negara Yahudi juga tanpa kecuali."
Beberapa bulan sebelumnya, mantan kepala intelijen Saudi Pangeran Turki al-Faisal menulis opini di koran Israel Haaretz tentang posisi Liga Arab dalam proses perdamaian antara Israel dengan Palestina.
Pejabat Uni Eropa di Brussels, Belgia, Februari lalu mengatakan kepada stasiun televisi Israel Channel 2, Arab Saudi sudah menawarkan wilayah udaranya untuk dilintasi pesawat-pesawat jet tempur Israel guna menyerang Iran jika diperlukan.
Langkah itu sebagai balas budi buat Israel yang meningkatkan pembicaraan damai dengan Palestina.
"Pihak berwenang Saudi sudah berkoordinasi penuh dengan pejabat Israel dalam soal Iran," kata pejabat Eropa itu, seperti dilansir Sputnik News, Kamis (26/2).
Jika jet-jet tempur Israel bisa melintasi wilayah udara Arab Saudi maka Negeri Bintang Daud itu bisa menyerang Teheran kapan saja tanpa perlu mengitari Teluk Persia.
Channel 2 juga mengungkapkan pasukan intelijen Israel dan negara Arab juga sudah berbagi informasi soal program nuklir Iran.
Surat kabar asal Inggris The Sunday Times menerbitkan laporan mengejutkan November 2013 lalu.
Saudi akan mengizinkan Israel melintasi wilayah udara negeri itu untuk menyerang Iran. Tak hanya itu, Saudi juga akan menyediakan pesawat tanpa awak, helikopter penyelamat, dan pesawat tanker.
Penyerangan itu merupakan langkah antisipasi jika pembicaraan di Jenewa, Swiss, antara Negara Barat dan Iran pekan ini gagal memaksa Iran menghentikan program nuklirnya, seperti dilansir surat kabar Haaretz, Ahad (17/11/2013).
"Ketika perjanjian Jenewa ditandatangani maka pilihan untuk melancarkan serangan militer akan kembali dipertimbangkan. Pihak Saudi sangat marah dan bersedia mendukung penuh Israel," ujar Times mengutip sejumlah sumber.
Pada November 2013, menurut radio Israel, Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Amir Salman bin-Sultan dan dua pejabat lainnya diam-diam mengunjungi Negeri Bintang Daud itu.(Juft/HT)

Sumber Berita : http://www.konfrontasi.com/content/global/hah-israel-dan-arab-saudi-bersekongkol-serang-yaman-0

Re-Post by MigoBerita / Rabu/31102018/16.31Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

Unknown 4 Desember 2018 pukul 17.29

terimakasih infonya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2CTxqfK