Bedah Buku Pilanggur dan Satipis Apam Barabai, Upaya Melestarikan Bahasa Lokal
DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalimantan Selatan menggelar bedah buku karya dua sastrawan lokal, Sabtu (19/1/2019) di Gedung Pemuda Kalsel. Dua karya berjudul Satipis Apam Barabai, Kambang Kisah Handap Basa Banjar (Ida Komalasari) dan Pilanggur: Salusin Kisdap Banjar (Hatmiati Masy’ud) lantas dipilih untuk didiskusikan.DILIHAT dari judul dan isinya, buku hasil olah pikir sastrawan perempuan lokal ini mempunyai satu kesamaan, memakai bahasa Banjar sebagai untuk membawa pembaca masuk ke dalam cerita.
Penulis buku Pilanggur, Hatmiati Masy’ud menyebut ketertarikannya memuat bahasa Banjar karena ingin menyasar para pemuda untuk peduli terhadap eksistensi bahasa lokal yang mereka miliki.
Dia menjelaskan kata ‘pilanggur’ merujuk sebutan bagi perawan tua yang terkena kutukan akibat melanggar pantangan adat. Lebih jauh, buku ini mengangkat mitos yang hidup dan berkembang dalam masyarakat menjadi sebuah karya estetik.
BACA: Komisioner KPU Kalsel Hatmiati Mendapat Anugerah Sastra Rancage Tahun 2018
“Buku saya banyak menggunakan bahasa Banjar Hulu, jadi bagi pembaca yang kurang familiar dengan kosa kata banjar Hulu sepertinya agak sulit memahaminya. Namun, alhamdulillah, buku saya diberi penghargaan sastra rancage, sebagai sastra terbaik berbahasa Banjar pada 2018 lalu,” kata Hatmiati sambil tersenyum.
“Kalau buku saya memang ditulis dengan bahasa Banjar Kuala, kebetulan editor Buku saya adalah YS Agus Suseno jadi banyak kosa kata Banjar Hulu dibuatnya,” ungkap pengajar STIKIP PGRI Banjarmasin ini.
BACA JUGA: Ketua KNPI Kalsel: Pemuda Banua Jangan Lagi Jadi Objek Politik
Sementara itu, Sekretaris DPD KNPI Kalsel, Muhammad Yusuf menyebut organisasinya mempunyai tanggung jawab moral untuk mendekatkan kebudayaan Banjar kepada generasi millenial. “Kita wajib melestarikan Budaya Banjar sebagai bentuk kebanggan atas budaya kita,” ungkap Yusuf.
“Kalsel mungkin tidak kekurangan penulis buku berbahasa Indonesia. Nah, sementara untuk buku Bahasa Banjar bisa dihitung dengan jari. Jadi, KNPI hadir mempertemukan pemuda dan karya sastra daerah,” pungkasnya.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/01/19/bedah-buku-pilanggur-dan-satipis-apam-barabai-upaya-melestarikan-bahasa-lokal/
“Pilanggur” dan “Satipis Apam Barabai”, Mengangkat Budaya Banjar Karya Penulis Banua
BANJARMASIN, Bertujuan
memperkenalkan budaya Banjar lebih mendalam terhadap pembaca muda, DPD
KNPI Kalimantan Selatan menggelar bedah buku bertema “Manggalugai Budaya Banjar di Era Milenial (Melalui Kisah-Kisah Bahasa Banjar)” di Gedung Pemuda KNPI Banjarmasin.
Dengan menghadirkan narsumber Dr Hj Ida
Komalasari,penulis buku Satipis Apam Barabai Kambang Rampai Kisah Handap
Basa Banjar dan Dr Hatmiyati Masy’ud, penulis buku Pilanggur Salusin
Kisdap Banjar. Muhammad Yusuf SE MM, Sekretaris KNPI mengharapkan dari
kegiatan ini generasi milenial mengetahui budaya Banjar dan terus
melestarikannya.
Ragam peserta dari pelajar, mahasiswa
hingga OKP ikut berhadir memeriahkan bedah buku ini. Selain itu,
Muhammad Yusuf mengajak generasi muda bisa memperkenalkan budaya Banjar
hingga ke pelosok dan daerah. “Sebagai generasi muda, ayo kita jaga dan
lestarikan budaya Banjar dan kita sebarkan ke pelosok dan daerah, bahwa
budaya Banjar itu bagus,” ungkapnya.
Salah satu alasan kenapa penulis buku
“Satipis Apam Barabai” dan “Pilanggur” ini dipilih sebagai nara sumber
karena dari judul buku pun yang mereka buat sudah menarik. Sehingga
tentu akan sangat bagus jika buku tersebut jauh dikupas dan dibedah
lebih dalam lagi.
Selain itu, darah asli Banjar yang
menurun di dalam gen kedua penulis ini juga menjadi nilai pertimbangan,
di samping masih kurangnya orang-orang Banjar yang berprofesi sebagai
penulis.
Hatmiyati mengatakan, budaya Banjar itu
sangat menarik, apalagi jika diteliti dan ditulis dengan cermat, baik
itu dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah maupun fiksi. Karyanya,
“Pilanggur”, sudah terbit pada 2017 lalu,dan memenangi Pengharagaan
Sastra Rancage yang diselanggarakan oleh salah satu yayasan di kota
Bandung.
Sastra Rancage adalah penghargaan yang
diberikan kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi
pengembangan bahasa dan sastra daerah.
“Pilanggur” sendiri menceritakan
mitos-mitos yang ada di masyarakat Banjar. “Mungkin masyarakat Banjar,
terutama generasi milenial sudah tidak tahu apa itu pilanggur. Pilanggur
ini akibat dari sesuatu ketika seseorang melanggar pantangan,” jelasnya
secara singkat.
Selain itu, ia menambahkan, jika para
pembaca tidak memiliki pengetahuan bahasa Banjar yang mumpuni, pasti
akan kesusahan ketika membaca buku “Pilanggur” ini, dimana bahasa Banjar
Hulu menghiasi di setiap lembar halamannya.
Sedikit berbeda, kali pertama Ida
Komalasari melahirkan buku berbahasa Banjar. “Satipis Apam Barabai” ini
lebih banyak berkisah tentang nilai-nilai norma budaya yang ceritanya ia
dapat dari ragam kisah mahasiswanya. “Karena saya dosen, banyak cerita
dari mahasiswa. Saya jadikan buku,” jelasnya.
Penulis asli Kandangan ini lebih banyak
menggunakan bahasa Banjar Kuala di dalam bukunya. Namun, ada juga
beberapa tambahan bahasa Banjar Hulu yang ditambahkan oleh editor.
Ketika ditanya apakah ke depannya buku-buku ini akan dialih bahasa ke
Bahasa Indonesia agar bisa menjangkau cakupan pembaca yang lebih luas,
kedua penulis ini mengaku masih belum mempunyai rencana tersebut.
Sumber Berita : https://www.kanalkalimantan.com/pilanggur-dan-satipis-apam-barabai-mengangkat-budaya-banjar-karya-penulis-banua/
DPD KNPI Kalimantan Selatan, menggelar bedah buku bertajuk manggalugai baudaya banjar di era milineal, menghadirkan 2 orang pengarang buku, dr. Hatmiati Masy Ud dan dr. Hajah Ida Komalasari.
Re-Post by MigoBerita / Selasa/22012019/10.28Wita/Bjm