» » » » Listrik Padam , pentolan ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) "Sok Pahlawan"

Listrik Padam , pentolan ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) "Sok Pahlawan"

Penulis By on Selasa, 06 Agustus 2019 | No comments

Bukan Soal Harga Listrik yang Murah, Inilah Persoalan Utama PLN

Dalam sebuah diskusi milis, saya sempat membaca komentar dari seseorang tentang alasan mengapa Indonesia sering mati listrik. Alasannya sederhana karena harga listrik yang diberikan sebenarnya tidak ekonomis untuk peningkatan layanan.
Jika kita hubungkan dengan kejadian black out kemarin, mungkin saja itu benar. Menurut penjelasan resmi PLN pemadaman yang terjadi lebih dari 10 jam ini terjadi akibat gas turbin satu sampai dengan enam Suralaya mengalami gangguan atau trip.
Perlu investigasi mendalam, tetapi patut diduga kualitas device mungkin berpengaruh, karena alasan harga yang tidak ekonomis itu.
Selain biaya operasional, tentu perlu biaya untuk peningkatan infrastruktur. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah tentu perlu peningkatan kapasitas dan kualitas yang membutuhkan biaya.
Oleh karena itu, muncul sebuah pertanyaan, apakah harga listrik di negara kita terlalu murah?
Jika merujuk pada berbagai sumber resmi, dapat dikatakan bahwa tarif listrik di Indonesia memang tergolong murah.


Pada Agustus 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis bahwa tarif listrik di Indonesia termurah di ASEAN dan tergolong termurah di dunia.
Dartanya sebagai berikut, jika tarif listrik Indonesia, rata-rata sebesar USD 11,1 sen per kilo Watt hour (kWh), maka jauh lebih murah ketimbang Malaysia dengan USD 12,9 sen per kWh, Thailand USD 13,5 sen per kWh dan Filipina tarif listriknya, rata-rata USD 18,67 sen per kWh.
Untuk jenis pengguna bisnis besar, tarif tenaga listrik di Indonesia dengan 8,36 sen USD/kWh, bila dibandingkan konsumen kelas yang sama di Singapura yang mencapai 14,02 sen USD/kWh, Vietnam 11,98 sen USD/kWh, Thailand 11 sen USD/kWh, Filipina 11,98 sen USD/kWh, dan Malaysia 9,6 sen USD/kWh.
Bahkan pada Agustus 2018 itu, melalui Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Agung Pribadi, Kementerian ESDM mengatakan dari tarif listrik 190 negara Indonesia masih berada dalam kelompok 10 negara dengan tarif listrik termurah. Didasarkan dari data Bank Dunia, pada poin kemudahan investasi.
Ada sebuah hal menarik dari berita tentang sanjungan akan murahnya harga listrik di negara kita, yaitu bagaimana bisa mencapai harga semurah itu? Kata kunci yang terkuak adalah efisiensi. Efisiensi dalam hal pemeliharaan, atau dengan cara hybrid atau berhemat.
Apakah karena efisiensi itu menjadi salah satu penyebab kinerja peralatan yang menurun?
Secara logis, hal itu bisa terjadi. PLN berusaha mempertahankan tarif listrik agar tidak naik kepada konsumen, dengan cara efisiensi, namun tidak sanggup menyiapkan langkah untuk mencegah dampak-dampak yang tidak diinginkan.
Lalu apakah solusi menaikan harga listrik menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan?
Jawabannya iya, tetapi harus diakui bahwa bisa saja penyebab utama bukan itu.
Apa maksudnya?
Persoalan yang mengemuka sekarang adalah sistem manajemen, termasuk personil yang ada di PLN yang menjadi sorotan utama seiring dengan peristiwa black out ini.
Ditengarai bahwa sebagai BUMN yang bekerja solo, tanpa kompetitor, PLN kemungkinan besar lemah dari sisi evaluasi untuk menciptakan BUMN yang sehat.
Peristiwa black out ini dapat menjadi jalan terang untuk mengatakan bahwa PLN tidak sehat.
Bukankah itu yang nampak dari kasus korupsi yang sedang dialami oleh Dirut PLN Sofyan Basir, yang membuat publik semakin mafhum bahwa hal itu memang sedang terjadi.
Personil-personil di dalam PLN juga harus profesional, lepas dari kepentingan segelintir kelompok yang mungkin saja ingin mereguk keuntungan dari BUMN yang nampak tidak dapat disentuh ini.
Artinya, kenaikan harga, hanya bisa dapat dipertimbangkan jika ada transparansi dari sisi manajemen, perubahana sistem maupun pemilihan direksi yang dipercaya publik adalah orang-orang yang betul-betul profesional, secara teknis dan bukan saja bernafsu profit semata.
Jika tidak mau berubah, PLN tetap akan mengalami persoalan yang sama di masa depan.
Bukan Soal Harga Listrik yang Murah, Inilah Persoalan Utama PLN
Illustrasi Listrik I Gambar : Kompas.com
Sumber Opini : https://www.kompasiana.com/arnoldasyeradoe/5d495e87097f365b804b83c3/bukan-soal-harga-listrik-yang-murah-inilah-persoalan-utama-pln?page=all

Sebut HTI Tak akan Mati, Pernyataan Siswa SMA Ini Jadi Viral

Suara.com - Seorang siswa sekolah menengah atas (SMA) mendadak jadi perbincangan hangat di kalangan netizen selepas memberikan pernyataan soal organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Tak pelak, pernyataan tersebut langsung menggempatkan. Apalagi HTI sudah resmi dibubarkan karena ideologi khilafah yang diusungnya dinilai bertentangan dengan nilai Pancasila.
Profil siswa beserta pernyatan yang ia berikan terkait HTI dibagikan akun Twitter @AhlilQohwah pada Kamis (18/7/2019). Diketahui siswa tersebut memiliki inisial nama FF, anggota OSIS dan Rohis salah satu SMA ternama di Bandung.
Lewat pengakuanya, ia baru dua tahun mengenal HTI. Setelah bergabung, FF mengakui bila HTI mengajarkan banyak kebaikan.
"Baru 2 tahun saya mengenal HTI. HTI mengajak remaja yang asalnya hedonis menjadi islami, yang asalnya pasif menjadi aktif, yang asalnya berpikir lelet menjadi intelek, menyeru kebaikan mencegah keburukan dan lebih merealisasikan cita-cita nasional Indonesia," ungkapnya.
Cuitan soal pernyataan siswa SMA terkait HTI. (Twitter/@AhlulQohwah)
Cuitan soal pernyataan siswa SMA terkait HTI. (Twitter/@AhlulQohwah)
Selanjutnya, anggota rohis itu mengatakan bahwa dakwah HTI tidak bisa dihentikan begitu saja meski sudah dibubarkan.
"Jikalau ingin mematikan dakwah HTI, laksana ingin memadamkan sinar matahari pada siang hari ketika berada di tengah gurun pasir. Karena cahaya ilahi tidak bisa dipadamkan," imbuhnya.
Tak pelaku pernyataan tentang HTI dari siswa SMA itu memantik respons dari warganet. Tak sedikit dari mereka yang berharap bila anak tersebut segera mendapat pencerahan.
"Anak ini pintar, kalimatnya bagus. Hanya salah di satu kata 'HTI' nak nak. Semoga segera melihatcerahnya matahari tanpa kerusakan paham," tulis seorang netizen.
"Kamu belum tahu nak, bahwa HTI akan mengubah bendera merah putih di dada kirimu dengan lambang lain," sahut netizen lainnya.
Sebut HTI Tak akan Mati, Pernyataan Siswa SMA Ini Jadi Viral
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Keluarga Besar Nahdlatul Ulama kota Bandung berdemonstrasi menuntut pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/4). [Antara/Agus Bebeng]
Sumber Berita :  https://www.suara.com/news/2019/07/20/170631/sebut-hti-tak-akan-mati-pernyataan-siswa-sma-ini-jadi-viral

Felix Pelintir Mati Listrik Ancaman NKRI, Bela Khilafah, Inilah Ancaman Sebenarnya NKRI

Di sosmed tepatnya di Instagramnya, Felix Siauw berkicau merespon mati listrik massal seperti biasa dinarasikan dengan pelintiran yang pastinya membela paham dan keyakinannya yaitu Khilafah. Felix menegaskan bahwa kejadian pemadaman listrik itu ancaman atas NKRI sebenarnya. Begini tulisannya:
Ancaman NKRI Sebenarnya
9 jam memberi waktu Indonesia untuk berpikir, apa yang benar-benar bermasalah, dan masalah apa yang dibesar-besarkan, diada-adakan. Gelap itu ternyata menunjukkan masalah sebenarnya
Setidaknya orang jadi paham, bahwa bukan debat tentang Khilafah, bukan radikalisme, bukan juga terorisme yang nyata menyusahkan, tapi pemadaman listrik itu adalah kesulitan nyata bagi rakyat awam, sebagian besar warga
Itulah beda antara idealisme dengan realitas. Ternyata teriakan "NKRI Harga Mati" tak lantas membuat Indonesia jadi bebas problem ketahanan energi. Kadang kita tersibukkan dengan slogan hingga melupakan realitas yang harus dibenahi
Kekhawatiran yang selama ini direkayasa penguasa, tentang ormas radikal, ormas anti-Pancasila, dan tuduhan lainnya, mendadak batal, sebab rakyat tak peduli, mereka tak merasa itu semua, tapi tanpa listrik, hidup mereka jelas menderita
Itu sebagian pernyataannya yang mencoba dengan gampangnya melihat peristiwa ini , membesarkannya menajdi masalah dan ancaman bagi ndegara ini. Di satu sisi penulis setuju jadi ancaman kalau tak dibereskan dan dicari permasalahannya.
Tapi ketika dia mengatakan bahwa pemadaman listirk itu adalah ancaman NKRI sebenarnya menunjukkan gelapnya pikiran dan hati si Felix yang merasa dirinya paling benar lantas menyalahkan Pemerintah untuk hal ini.
Permainan argumen Felix memelintir pemadaman sebagai ancaman besar ketimbang isu Khilafah yang diusungnya ini memperlihatkan playing victimnya untuk mencari simpati sekaligus untuk bela diri.
Dia tetap pada keyakinan bahwa khilafah itu telah dimonsterisasi, memakai istilah yang dipakainya. Padahal HTI sendiri melalui jubirnya sendiri tak mengakui Pancasila sebagai asas dan ideologi yang harus menjadi fondasi dasar negara.
Felix dan pengasoing khilafah memanfaatkan kejadian pemadaman listrik ini untuk menjadi alat marketingnya, menjual dan mempromosikan bahwa khilafah itu sebenarnya baik hanya salah Pemerintah dalam membuat kebijakan.
Jadi sangat terang benderang Felix terus menyalahkan Pemerintah dan semua kebijakan yang dia buat yang dampak paling serius adalah pelarangan HTI dan aktifitasnya. Felix tetap membangkang secara santun dan ingin Khilafah itu eksis dengan berbagai cara.
Dengan soknya si Felix lalu memberi saran dan solusi agar Pemrintah mengurus hal-hal yang dianggap perlu dan penting bagi rakyat. Dalam penutupnya dia lagi-lagi menyerukan bahwa bukan Khilafah yang akan membubarkan negeri :
Kita belajar, bahwa bukan Khilafah yang akan membubarkan negeri. Tapi ketidakberesan pengelolaan atas bidang yang jadi hajat hidup orang banyak. Bukan ormas radikal yang berbahaya, tapi kelompok serakah yang terus menjadikan Indonesia sebagai sapi perahan, yang menguasai 80% kekayaan di Indonesia, sementara 80% rakyatnya, gelap
Justru Felix dan kaum yang sealiran dengannya yang berpotensi membubarkan negeri tapi membalut dan terus memolesnya dengan pernyataan bahwa Khilafah tidak berbahaya bagi negeri ini.
Felix dan gerombolannya itu justru jadi bahaya laten, yan terus masuk ke jalur ceramah agama seraya mengindoktrinasi pendengarnya agar percaya apa yang dikatakannya dna bukan Pemerintah serta kebijakannya.
Felix adalah parasit dan benalu negeri ini yang terus menabur ketidakpercayaan atas pemimpin dan Pemerintah yang bekerja keras bagi rakyat. Felix menanam racun ketidakpercayaan agar pendengarnya melihat Pemerintah itu sebagai monster.
Tindakan Felix ini berbahay dan fatal karena selain playing victim, Felix yang secara sengaja terus menempatkan diri sebagai penebar khilafah yang teris merongrong Pemerintah dan membuat kepercayaan rakyat terggerus dan beralih ke mereka.
Pertanyaannya, apa sih kontribusi Felix dan gerombolannya yang hanya menjad penumpang gelap negeri ini dan terus menjadi parasit yang menikmati kekayaan alam dan kebebasan di negeri ini tapi meronrong dan memberondong dengan tiada henti.
Tindakan dan ujaran Felix ini adalah contoh sempurna manusia pendukung Khilafah yang ingin main drama dan menyatakan bahwa Khlafah tak berbahaya. Lihat saja bagaimana Suriah dan Irak hancur tapi Felix tutup mata.
Felix dengan sikap arogan dan sok hebatnya merasa solusinya Khilafa. Mending Felix dikirim ke Suriah darip[ada berkoar jadi kompor bledug yang tak seharusnya eksis di negeri ini. Ayo segera hijrah ke Suriah Felix daripada jadi sampah dan benalu NKRI!
Felix Pelintir Mati Listrik Ancaman NKRI, Bela Khilafah, Inilah Ancaman Sebenarnya NKRI

Eks Jubir HTI Minta Presiden Jokowi Mengundurkan Diri

jpnn.com, JAKARTA - Mantan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menyampaikan kritik keras kepada Presiden Jokowi terkait peristiwa listrik padam atau mati lampu di kawasan Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat, Minggu (4/8).
Ismail menganggap Jokowi gagal mengelola negara terkait peristiwa listrik padam. Dia meminta eks Gubernur DKI Jakarta itu mundur dari kursi Presiden RI.
"Di negara lain kalau sampai padam (listrik) segini lama, bukan hanya menterinya, presidennya juga mengundurkan diri," ucap Ismail ditemui usai menghadiri acara Ijtimak Ulama dan Tokoh IV di Hotel Lorin, Sentul, Jawa Barat, Senin (5/8).
Menurut dia, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bukanlah pihak yang salah dari peristiwa listrik padam. Ismail menyebut sosok yang harusnya bertanggung jawab yakni Jokowi sebagai pimpinan yang membawahi PT PLN
"Permintaan maaf hanya dari PLN, padahal PLN di bawah presiden," ucap dia.
Ke depan, Ismail meminta peristiwa padam listrik tidak kembali terjadi. Negara wajib memikirkan segala kontingensi berkaitan masalah kelistrikan.
Di sisi lain, Jokowi tidak berdiam diri atas kejadian listrik padam. Mantan Wali Kota Solo itu menyambangi kantor pusat Perusahaan Listrik Negara atau PLN di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin pagi (5/8)
Presiden ketujuh RI itu datang untuk mengetahui secara langsung penyebab balckout atau matinya sejumlah pembangkit yang menyuplai setrum ke DKI Jakarta, Jawa Barat hingga Banten yang padam total pada Minggu (4/8).
Jokowi menyatakan, dalam sebuah manajemen besar seperti PLN, semestinya ada tata kelola risiko yang dihadapi.
"Dengan manajemen besar tentu saja ada contigency plan, ada back up plan. Pertanyaan saya kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik," kata Jokowi di Kantor PLN, Senin
Eks Jubir HTI Minta Presiden Jokowi Mengundurkan Diri - JPNN.COM
Sumber Berita : https://www.jpnn.com/news/eks-jubir-hti-minta-presiden-jokowi-mengundurkan-diri?page=2

Parah! PLN Perlakukan Presiden Seperti Pelanggan

Melihat Presiden Jokowi mendatangi kantor pusat PLN pagi ini, jujur saya ikut emosi. Jokowi yang pembawaannya selalu santai, pagi ini terlihat begitu kaku dan menahan marah. Meski pada akhirnya tak ada nada tinggi dan marah, tapi dari tatapannya terlihat jelas betapa beliau menahan diri.
Saya emosi bukan karena PLN mati dan menyebabkan gangguan pada jaringan internet. Bukan pula karena pemadaman, karena saya tak mengalaminya. Tapi karena melihat penjelasan Dirut PLN yang sangat tidak kongkrit. Berbelit-belit dan seperti customer service. Pada intinya si ibu itu kan cuma mau bilang kalau jaringan kami sedang terganggu dan mohon sabar menunggu. Kan cuma itu?
Kalau saya yang bertanya, okelah mendapat jawaban seperti itu. Ini yang datang Presiden. Harus kongkrit masalahnya apa, yang harus diperbaiki ke depan apa? kurangnya di mana? bukan malah berbelit-belit dengan penjelasan teknis yang absurd.
Saya sangat tidak terima dengan perlakuan seperti ini. Apalagi sejak awal Presiden sudah mengatakan untuk blak-blakan saja apa yang perlu diperbaiki dan masalahnya. Tapi tetap saja Dirut PLN itu memberikan penjelasan level customer service.
Presiden datang ke kantor PLN bukannya mau minta penjelasan dan alasan kenapa bisa mati. Jokowi itu Presiden Indonesia dengan segala kekuasaannya, ingin melakukan sesuatu, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi ke depannya. Kenapa malah kamu perlakukan seperti pelanggan PLN yang hanya cukup diberi alasan dan kondisi yang terjadi?
Lagian kamu pikir Presiden bawa menteri-menterinya ke kantor PLN cuma buat tanya-tanya gitu? nggak! maskudnya kalau memang ada yang bisa dikerjakan bersama, ya mari selesaikan.
Malah bicara pasokan listrik dari timur ke barat dalam rangka efisiensi, malah presentasi rencana pembangunan PLTU murah yang salah satunya akan beroperasi tahun ini, selanjutnya tahun 2020, 2023 dan 2024. cuuuuuuuuuk!
Mohon maaf bukannya saya tak menghargai rencana baik tersebut, tapi sekali lagi ini yang ibu hadapi adalah Presiden Indonesia. Seharusnya pihak PLN fokus pada permasalahan yang sedang dihadapi berikut usulan perbaikan ke depannya.
Pihak PLN nampak tak mau membuka dan mengakui permasalahan yang ada. Sangat arogan. Seolah Presiden diminta bersabar dan tunggu saja ini selesai, dan mereka merasa bisa memperbaikinya sendiri. Nyebelin!
Presiden Jokowi langsung pergi bukannya marah karena listrik mati, tapi pihak PLN yang tak mau bekerjasama. Ya gimana, ditanya masalanya apa, mereka malah seperti mengajari dengan teori-teori langitnya.
Saya yakin tak ada yang menyadari hal ini. Karena memang sulit untuk memahami orang-orang Jawa ketika marah. Lalu kini PLN seperti merasa tak bersalah meski sudah memperlakukan Presiden sedemikian buruknya.
Saran saya, PLN segeralah menghadap secara tertutup dan melaporkan permasalahannya. Anggap saja itu permintaan maaf karena kalian telah memperlakukan Presiden sedemikian buruknya.
Sudahlah, bukannya kami tak paham cara komunikasi. Jawaban-jawaban yang diberikan PLN itu kan pada intinya ingin menunjukkan kalau kalian lebih paham soal listrik? Dan Presiden emosi mendengar kalian bertingkah arogan seperti itu. Inilah kenapa Presiden menjawab begini:
“Penjelasannya panjang sekali ya. Pertanyaan saya, bapak ibu semuanya ini kan orang pinter-pinter apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkulasi bahwa akan ada kejadian-kejadian sehingga kita akan tahu sebelumnya. Kalau tau-tau drop begitu artinya pekerjaan yang ada tidak dihitung dan tidak dikalkulasi. Dan itu betul-betul merugikan kita semuanya.”
Jawaban Presiden ini terdengar datar saja. Tapi sebenarnya kalau bisa saya tafsirkan, Presiden mau bilang gini: lah kalian ini jelasin panjang lebar ngerasa paling pinter soal listrik. Tapi padam juga. Saya ini ke sini nanya apa yang bisa kita perbaiki? Apa yang bisa kita antisipasi? Malah diberi penjelasan teknis.
Tapi ya begitulah PLN. Sudah ditanggapi sedemikian cetusnya pun masih balik lagi ke penjasan teknis. Soal ketentuan dan emergency. Menjelaskan bahwa N itu jumlah sirkuit. Ribet menjelaskan N minus satu minus satu. Mengulang cerita soal pemeliharaan dan regulasi. Gila bener!
Makanya Presiden hanya jawab “Yang paling penting saya minta, perbaiki secepat-cepatnya. Dari beberapa wilayah yang belum hidup segera dikejar dengan cara apapun agar segera hidup kembali. Kemudian hal-hal yang menyebabkan peristiwa besar yang terjadi sekali lagi saya ulang jangan sampe kejadian lagi. Itu aja permintaan saya.”
Ya gimana, kalian merasa bisa mengatasi, ya sudah atasi lah. Mau dibantu kok malah ga mau.
Terakhir, bagaimanapun sebagai Presiden, Jokowi memang menjaga ucapannya. Karena kalau beliau langsung menyampaikan maksud dan emosinya seperti yang saya terjemahkan, bisa geger negeri ini. Semoga PLN sadar dan segera melapor ke Istana. Begitulah kura-kura.
Parah! PLN Perlakukan Presiden Seperti Pelanggan

Re-post by MigoBerita / Rabu/07082019/09.49Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya