» » » » » » » AYO BELA Enzo Allie, bukan BELA organisasi terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)...!!!

AYO BELA Enzo Allie, bukan BELA organisasi terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)...!!!

Penulis By on Jumat, 09 Agustus 2019 | 2 comments

Ketum Muhammadiyah: NKRI Sudah Lama Bersyariah

islamindonesia.id-Ketum Muhammadiyah: NKRI Sudah Lama Bersyariah
Menurut Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nasir, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bertentangan dengan syariat Islam. Justru, dalam Pancasila misalnya, telah terkandung tujuan-tujuan syariat Islam sehingga NKRI tak perlu dihadapkan dengan istilah baru seperti ‘NKRI Bersyariah’.
“NKRI itukan sudah lama bersyariah. Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin hikmah kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial,” katanya di Yogyakarta, 8 Agustus, seperti dilansir detik.com.
Dengan demikian, jika seorang mengamalkan butir-butir Pancasila sejatinya juga telah menjalankan syariat Islam. “Praktikkan saja Pancasila, insya Allah baik syariat Islam maupun syariat agama lain itu akan tercakup di dalamnya,” katanya.



Penulis buku Islam Syariat ini meminta agar muslimin Indonesia tidak terus dihadapkan dengan persoalan istilah. Masalah ini justru bisa saja menjauhkan NKRI dari jiwanya. “Karena hanya berpikir soal nama, soal atribut, soal cangkang, soal kulit,” ujarnya.
ys/islamindonesia

Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/ketum-muhammadiyah-nkri-sudah-lama-bersyariah.htm

ENZO ALLIE

DennySiregar.id, Jakarta - Dua tahun lalu, beberapa minggu setelah HTI dibubarkan, saya dan para petinggi Banser NU menghadap seorang Menteri.
Kami dulu khawatir, kemana para kader dan simpatisan HTI yang sudah dibubarkan itu? Kalau tidak ditangani dengan tepat, mereka yang jumlahnya ribuan itu bisa direkrut oleh ormas lain yang lebih militan. Bahkan sangat mungkin menjadi "pengantin" bom bunuh diri.
Dan Banser siap merekrut mereka. Istilah kami waktu itu, di Banser kan. Mereka diajak ikut pelatihan Banser yang keras itu, bahkan akan diberikan keanggotaan.
Apakah Banser takut ketika kader-kader HTI itu masuk anggota maka Banser kelak akan berubah menjadi HTI? Oh, tidak Ferguso. Banser jauh lebih kuat dari itu.
NKRI sudah mendarah daging di anggota Banser. Justru dengan banyaknya teman yang cinta NKRI, diharapkan si kader dan simpatisan HTI yang tidak mengenal Pancasila, akan lebih mengenal bahkan mencintainya.
Enzo Allie itu hanya satu diantara ribuan simpatisan muda HTI yang sebenarnya tidak ideologis. Dia ada karena propaganda kuat HTI di banyak media. Mereka berbeda dengan elit-elit HTI yang sudah sulit diubah. Mereka beda dengan anggota ISIS yang lari ke Suriah.
Lalu, apakah kita harus menghancurkan cita-cita seorang Enzo Allie hanya karena dia pernah memegang bendera hitam, yang jika ditanya detail juga dia hanya mengenal sejarah bendera hitam itu dari HTI saja? Apakah kita harus membuangnya, memusuhinya, dan menciptakan satu musuh lagi hanya karena kita tidak mau merangkulnya?
Ketika kita membuang Enzo Allie, maka ia akan mendendam pada negara. Dan dari dendam itu bukan tidak mungkin ia kelak akan menjadi salah satu teroris yang berbahaya. Daripada menciptakan dendam yang tidak berkesudahan, kenapa tidak merangkulnya, mengenalkannya jalan yang benar lalu mengarahkannya?
Dan TNI adalah organisasi yang tepat. Hanya butuh pengawasan khusus kepada remaja seperti Enzo Allie sebelum ia sadar bahwa negeri ini layak dicintai daripada dimusuhi.
Jika ibunya adalah seorang pendukung Prabowo, so what? Apakah kita juga harus membenci pendukung Prabowo selamanya? Biarkan benci itu milik dia, jangan pindah ke kita. Karena jika kita sama-sama pembenci, apa bedanya kita dengan dia?
Maaf, jika kita berbeda pandangan kali ini..
Meski begitu, TNI harus berterimakasih pada netizen yang sudah membongkar kelemahan perekrutan di TNI. Dari kasus Enzo Allie ini semoga TNI bisa lebih waspada dan mempersiapkan benteng yang lebih kokoh lagi dalam menciptakan pasukan yang cinta NKRI. Salam seruput kopi.
Enzo Allie Enzo Allie

Prabowo Banting Setir, Penumpang Gelap 212 Gigit Jari

Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/08/enzo-allie.html
Mungkin lagu Noah "Buka Saja Topengmu" cocok dinyanyikan untuk gerombolan PA 212. Akhirnya kedok mereka tersingkap setelah pertemuan Prabowo dengan Jokowi. Dan kini setelah Prabowo semakin akrab dengan Megawati dan PDIP. Para penumpang gelap semakin gigit hari. Siapa sajakah penumpang gelap itu?
Para penumpang gelap di kubu Prabowo adalah para tokoh agama yang radikal, pemuja khilafah dan antek-antek teroris. Mereka yang mau menjalankan agama secara murni tetapi memaksa orang lain mengikuti ideologinya serta menganggap kelompok di luarnya sesat dan harua disingkirkan.
Saat Prabowo banting setir mendukung pemerintah, akhirnya para penumpang gelapnya satu persatu gigit jari. Kita bersyukur pak Prabowo lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas egonya.
Seperti diberitakan detik.com: Partai Gerindra menyindir 'penumpang gelap' yang gigit jari karena sang ketum, Prabowo Subianto, banting setir setelah Pilpres 2019. Persaudaraan Alumni (PA) 212 tak merasa menjadi penumpang gelap seperti yang dimaksud Gerindra.
"Jadi kami yakin yang dimaksud Gerindra bukan kalangan kita dan ulama," kata Ketum PA 212 Slamet Maarif kepada wartawan, Jumat (9/8/2019).
Slamet menegaskan perjuangannya bersama Prabowo pada Pilpres 2019 bukan semata-mata demi kekuasaan. Dia mengaku berjuang untuk menegakkan keadilan.
"Harus ditanyakan ke beliau penumpang gelap itu siapa? Kalau kita kan berjuang bersama PS bukan untuk cari jabatan, kami berjuang untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan. Dan arah kita sudah jelas lewat Ijtimak Ulama IV," ujar dia.
Istilah 'penumpang gelap' ini awalnya disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (9/8). Dasco mengatakan penumpang gelap tersebut sempat ada di barisan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Pilpres 2019.
Dasco menyebut penumpang gelap itu mencoba memanfaatkan Prabowo untuk kepentingan mereka. Namun, menurut Dasco, Prabowo kemudian mengambil tindakan karena sadar telah dimanfaatkan.
"Tadi dibilang soal 'penumpang gelap', bukan karena kita singkirkan. Prabowo jenderal perang, Bos, dia bilang sama kita, 'Kalau diadu terus, terus dikorbankan, saya akan ambil tindakan nggak terduga.' Dia banting setir dan orang-orang itu gigit jari," kata Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (9/8).
Dasco enggan menjelaskan secara detail siapa yang dimaksud 'penumpang gelap' itu. Dia hanya menjelaskan para 'penumpang gelap' ini disebut kecewa atas tindakan Prabowo yang melarang pendukungnya berdemo ke Mahkamah Konstitusi (MK) saat sidang sengketa Pilpres 2019.
Saya yakin meski tak menunjuk langsung, Dasco lebih menunjuk ke PA 212 yang kemarin menggelar ijtima' ulama 4 menentang pemerintah yang sah. Mereka gerombolan sakit hati termasuk ormas FPI dan HTI.
Sebelumnya Novel bamukmin mengaku diancam akan dipidanakan oleh orang dalam Prabowo saat menggelar demo di MK. Padahal jauh hari sudah mewanti-wanti agar jangan ada demo lagi.
Novel juga mengaku dikeluarkan dari keanggotaan BPN dan penasehat hukum koalisi Prabowo. Memang sebenarnya internal mereka sudah bermasalah dari awal karena perbedaan ideologi nasionalis dan ekstrimis.
Setidaknya kita bisa bernafas lega karena Prabowo sudah bisa dirangkul oleh pemerintah dan tidak diperalat kaum cingkrang lagi. Semoga pemerintah Jokowi diberikan kekuatan kedepannya dalam menghadapi gerombolan khilafah ini. Karena kemungkinan para terorisme juga berdiri di belakang mereka.
Kita lihat semua betapa kotornya permainan mereka. Tak ada ketulusan sama sekali dalam mendukung Prabowo. Mereka hanya ingin menjatuhkan Jokowi dan menegakkan khilafah.
Sama seperti kalau Prabowo yang menang maka mereka juga akan memaksakan sistem khilafah dan syariat total. Prabowo akan dijadikan seperti presiden syuriah jika melawan. Tujuan mereka jelas ingin sewenang-wenang dan berbuat kehancuran.
Perang saudara tak terelakkan andaikata Indonesia dikuasai penumpang gelap ini. Bagaimana bisa negara yang mengakui 6 agama dipaksa menuruti hukum syariat islam tunggal dan khilafah. Bukan hanya penganut agama lain, tetapi NU sebagai organisasi islam terbesar bakal bentrok dengan mereka. NU yang mengusung ahlusunnah wal jamaah dan islam rahmatan lil alamin jelas tak bisa dipaksa menjadi wahabi dan sebagainya.
Alhamdulillah Prabowo mau bergabung, artinya kesempatan penumpang gelap mensyuriahkan Indonesia semakin menipis.
Prabowo Banting Setir, Penumpang Gelap 212 Gigit Jari

Kelompok Radikal Mencari Panggung Buat Obati Kekecewaan, Mau Memecah Belah Berkedok Pancasila

Semakin lama gelar ulama semakin digunakan semena-mena, mendengar kata ulama menjadi tidak begitu respek. Asal disematkan kata ulama, seolah-olah orang tersebut bebas berbuat apapun. Menyematkan gelar ulama sekarang sudah seperti membeli permen saja. Begitu banyaknya ulama jadi-jadian yang muncul bahkan menggeser ulama yang benar-benar mumpuni.
Ulama selama ini identik dengan dunia dakwah dan ajaran agama, namun sekarang sudah bergeser menjadi dunia politik. Publik pasti sudah tahu yang dimaksud ulama jadi-jadian dan ulama yang mulai berperan ganda menjadi biang kerok dan biang keladi siapa. Anehnya kok tidak ada sudahnya para ulama jadi-jadian ini berupaya menghilangkan kebhinekaan di Indonesia.
Sebut saja Martak contoh ulama jadi-jadian yang dulunya pengusaha, mendadak dia menjadi ulama yang pernah menjadi pembisik Prabowo. Daripada membuat cerita bersambung Ijtima harusnya dia menyelesaikan tanggung jawabnya dulu perihal hutang lapindo kepada pemerintah yang sudah jatuh tempo tapi masih belum dibayarkan.
Ijtima Ulama yang diketuai oleh Martak ini mengeluarkan beberapa poin yang menurut saya sudah menyimpang dari definisi Ijtima itu sendiri. Ada poin yang menyebutkan ‘Menghentikan agenda pembubaran ormas Islam serta setop kriminalisasi ulama maupun persekusi dan serta membebaskan semua ulama dan aktivis 212 beserta simpatisan yang ditahan, dipenjara pascaaksi 212 tahun 2016 hingga kini dari segala tuntutan. Serta memulangkan imam besar umat Islam Indonesia Habib Muhammad Rizieq bin Husain Shihab ke Indonesia tanpa syarat apapun’.
Dari sini terlihat maksud dari poin ini untuk kepentingan siapa. Sudah pasti untuk kepentingan FPI sendiri. Merasa nyawa FPI sudah diujung tanduk karena takut akan dibubarkan seperti HTI. Para ulama dan peserta 212 yang anarkis telah dijerat hukum sesuai prosedurnya, tiba-tiba hasil Ijtima ingin mereka dibebaskan. Mungkin FPI ingin memakai mereka untuk melengkapi koloni mereka lagi untuk menjalankan misi terselubung. Tampaknya FPI sudah banyak kehilangan pion, benteng dan Jendral utama.
Poin yang juga berbahaya disebutkan ‘mewujudkan NKRI syariah yang berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 dengan prinsip ayat suci di atas ayat konstitusi agar diimplementasikan dalam kehidupan beragama berbangsa dan bernegara’.
Pada kalimat yang saya garis bawahi, jelas dimaksud bahwa prinsip UUD 45 yang selama ini kita pegang begitu juga pancasila dikalahkan oleh prinsip agama mereka. Yang berbahaya jika prinsip ayat suci yang mereka maksud adalah membuat Indonesia menjadi negara khilafah. Pertanyaannya kenapa harus ada embel-embel syariah? Pancasila ya pancasila saja. NKRI ya NKRI saja. Tidak ada namanya pancasila bersyariah, NKRI bersyariah.
Adanya imbuhan bersyariah menunjukkan niat lain dari kelompok Ijtima tersebut. Pancasila, NKRI, Undang-undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi hal yang final bagi bangsa dan negara Indonesia. Kalau mau buat Pancasila bersyariah silahkan di negara lain saja, jangan di Indonesia. NKRI bersyariah atau konstitusi bersyariah tidak boleh terjadi di Indonesia.
Apabila yang menyerukan syariah adalah kelompok 212 dan termasuk didalamnya komplotan Rizieq sudah tentu kata syarii menjadi sangat berbahaya. Bersembunyi dalam istilah Ijtima, seolah-olah mewakili suara islam. Jika peserta Ijtima ulama hanya minoritas ulama, mantan HTI dan ormas semacam FPI, sementara mayoritas ulama yang mumpuni tidak ikut, sepertinya hasil dari Ijtima ulama tersebut pantas untuk diabaikan. Berjuang membentuk negara ini juga tidak tapi seenaknya saja ingin memberi embel-embel syariah. Mengotak atik Pancasila yang sudah dibentuk oleh para pejuang terdahulu.
Ulama seharusnya berdakwah memberikan pencerahan kepada umat, ini ulama-ulamanya malah berpolitik. Seharusnya ulama ya menyebarkan ajaran agama islam yang baik saja bukan malah melibatkan diri dalam dunia politik. Sudah jelas ijtima ulama terbentuk karena adanya nafsu untuk menjadi penguasa. Jika mereka ingin menunggangi Jokowi untuk menyalurkan hasrat mereka dengan membawa agama dan nama ulama jelas tidak bisa. Jokowi bukan orang yang bisa didesak untuk kepentingan politik identitas. Jokowi memiliki jiwa nasionalis tinggi yang menjunjung perbedaan dan menentang radikalisme.
Adanya hasil Ijtima Ulama I -IV sendiri seolah ingin menegaskan peran ulama yang solid, namun kenyataanya Ijtima Ulama tak lebih dari politik identitas. Jika biasanya Ijtima Ulama dikaitkan dengan keputusan dalam ranah fikih (hukum Islam), sekarang dikaitkan dengan urusan politik.
Sebagian besar rakyat Indonesia memang hampir 80 persen memeluk agama Islam namun apakah Ijtima ulama I-IV mewakili 80 persen islam di Indonesia? Apakah hasil Ijtima Ulama tersebut mewakili atau sebagai representasi seluruh ulama atau umat muslim di Indonesia? Islam yang mana yang diwakili oleh mereka? Jawabanya tentu saja tidak, karena banyak umat muslim yang juga tidak setuju dengan adanya keputusan Ijtima ulama ini. Mereka hanya mewakili islam dalam definisi sempit milik mereka sendiri untuk memenuhi kepentingan kelompok mereka bukan kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Mungkin ada baiknya orang-orang yang tergabung dalam pandangan sempit seperti ini dibuang ke negara lain, itupun jika ada negara yang mau menerima mereka.
Kelompok Radikal Mencari Panggung Buat Obati Kekecewaan, Mau Memecah Belah Berkedok Pancasila

Sedih! Prabowo Kepada Megawati : Saya Sudah Babak Belur

Prabowo, Megawati, Ahok, Jokowi sejatinya satu DNA karena ke-empat orang tersebut adalah nasionalis. Tak perlu bicara masa lalu kelam Prabowo karena semua anggota militer tanah air memiliki cerita kelam nya masing-masing, menjadi seorang bawahan yang harus taat terhadap garis komando seorang panglima tertinggi yang otoriter bukanlah tanpa tekanan.
Apalagi Prabowo yang adalah menantu sang diktator yang begitu mencintai anak sang diktator, ditambah keinginannya menjadi penguasa. Rumit sudah jalan hidupnya, penulis juga pernah menuliskan keprihatinan terhadap cinta sejati Prabowo yang bertepuk sebelah tangan, berikut artikelnya silakan baca di sini.
Kesalahan utama Prabowo adalah ambisinya menjadi pemimpin yang menghalalkan segala cara, kedua pada akhirnya beliau salah bergaul karena ambisinya tersebut, dengan menjadi sahabat kaum radikal khususnya partai suci bernama PKS. Namun diantara semua itu, penulis lebih yakin kegilaan Prabowo adalah karena cintanya pada seorang wanita yang begitu gila kekuasaan bertepuk sebelah tangan, karena sejak dahulu beginilah cinta penderitaan nya tiada akhir.
Mari kita akhiri pembahasan masa lalu Prabowo yang seperti benang kusut, karena kita akan bahas keadaan nya saat ini dimana beliau menghadiri kongres PDIP menonton Megawati berpidato dan kembali diangkat menjadi ketua.
Tampaknya Prabowo sudah mulai sadar jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh kaum Radikal di kubunya. Beliau kehilangan banyak kardus, partainya yang diprediksi mencapai suara 20% akhirnya digerogoti PKS yang diprediksi tidak lolos parlementary treshold. Itu karena jelas kaum radikal lebih memilih partai yang satu aliran dan ideologi, PKS lah tempat mereka berlabuh.
Kisah Menarik Prabowo Di Kongres PDIP
Ada banyak kisah menarik yang Prabowo alami di kongres PDIP, yang pasti kehadiran beliau akan membuat panas kubu 212 yang sekarang sedang di ujung tanduk.
A. Kejadian menarik pertama adalah beliau bersalaman dengan Ahok, bagaimanapun ada andil Prabowo sehingga kita bisa mengenal sosok luar biasa bernama Ahok. Jasa adalah jasa, tidak bisa kita lupakan hanya karena pada akhirnya Prabowo dan Ahok malah bersebrangan.
Ahok merasa senang bersalaman dengan Prabowo, penulis melihat di sini sebenarnya baik Ahok dan Prabowo sama-sama seorang nasionalis, Ahok juga pernah menjadi penasehat tim pemenangan Prabowo waktu 2014. Sayang sekali Prabowo lebih mendengar saran-saran partai sapi yang menghalalkan fitnah dan SARA untuk meraih kekuasaan pada saat itu.
Andai Prabowo menuruti saran Ahok untuk beradu program maka kemungkinan beliau menang lebih tinggi, karena saat itu Jokowi juga belum menjadi Presiden dan di Jakarta hanya 2 tahun, jadi masih sebanding bila dibandingkan dengan prestasi Prabowo di militer atau sebagai ketua partai. Beda dengan 2019 yang akan semakin sulit karena Jokowi sudah melakukan banyak hal selama menjadi Presiden.
Kalaupun saat 2014 kalah adu program maka setidaknya Prabowo akan menuai simpati banyak masyarakat untuk modal 2019. Namun alih-alih itu yang terjadi, Prabowo malah kampanye menghalalkan segala cara termasuk SARA seperti saran dari partai-partai pendukungnya yang akhirnya membuat banyak pihak semakin antipati dan enggan memilih-nya pada pemilihan 2019 ini dan Ahok yang disalahkan karena tidak bisa memenangkan Prabowo di Jakarta.
Parahnya lagi, Ahok keluar dari Gerindra dan Prabowo kehilangan seorang sahabat baik yang berpotensi membuatnya menjadi disegani masyarakat.
B. Kejadian menarik kedua adalah saat Prabowo pamit pulang kepada Megawati, Ibu Mega yang sebelumnya bercanda bahwa beliau dibuat lelah karena Prabowo memindahkan posko kemenangan ke Jawa Tengah. Lalu saat pamit Prabowo mengatakan bahwa dirinya sudah banyak kena pukul.
Memang dalam dunia politik tanah air penulis melihat Prabowo ini paling banyak kena pukul. Saat menjadi calon Presiden masa lalunya selalu menjadi bahan serangan lawan politiknya, yang anehnya tidak ada tindakan lanjutan selain sebagai bahan serangan agar beliau kalah. Andai nanti Prabowo melawan Anies yang diusung PKS sekalipun, penulis sangat yakin jika mereka akan berbalik menyerang masa lalu Prabowo.
Kalah dua kali dalam pemilihan Presiden menjadi pukulan telak juga buat Prabowo setelah sebelumnya gagal menjadi wakil Presiden dan konvensi partai Golkar.
Lalu Prabowo juga kehabisan banyak kardus untuk dibagikan kepada kaum radikal yang memanfaatkannya, kardus nya tidak menghasilkan kemenangan tapi hanya membuat Prabowo di mata masyarakat sebagai biang dari hoax dan kampanye SARA selama pemilu kemarin.
Diantara semuanya yang paling membuat terpukul adalah sang pujaan hati tidak pernah kembali karena sang istri hanya akan kembali jika beliau menjadi Presiden, miris memang kisah hidupnya.
Kesimpulan :
Kehadiran Prabowo di kongres PDIP setidaknya menjadi harapan bagi masyarakat akan semakin bersatu dalam mempertahankan NKRI, khususnya dari serangan kaum radikal yang gerah dengan kehadiran Prabowo tersebut.
Penulis harap Prabowo mau berjuang bersama-sama dengan Jokowi, Ahok dan barisan nasionalis lainnya.
Jika memang Prabowo tidak pernah bisa jadi Presiden, sebaiknya beliau jangan tawar hati, mungkin beliau bisa beralih profesi menjadi Pelawak tanah air, penulis melihat bakatnya di bidang stand up comedy, dan penulis yakin jika Prabowo terjun ke dunia lawak, beliau akan lebih terkenal dari Presiden Indonesia baik di masa lalu hingga masa yang akan datang. Begitulah kura-kura.
Sedih! Prabowo Kepada Megawati : Saya Sudah Babak Belur

Ingin selamatkan Citra Rizieq Shihab yang Serobot Do'a, Munarman Merasa Dapat Angin.

Perdebatan soal Rizieq menyerobot do’a ketika pemakaman Mbah Moen atau KH Maimoen Zubair di makam Ma’la kota suci Mekah, memasuki babak baru. Munarman yang merasa geregetan dengan pernyataan Dubes RI di Arab Saudi, mendapatkan peluru guna membersihkan nama baik sang panutan.
Sementara di pihak yang berkepentingan dalam upacara pemakaman sendiri, tentu saja berada pada posisi lebih memiliki kapasitas dibanding Rizieq sendiri. Buktinya, meskipun Rizieq benar telah dihubungi salah satu putra Mbah Moen, justru tidak mendapatkan informasi akurat tentang lokasi makam bagi Mbah Moen.
Sangat lucu kalau Rizieq yang mendapat mandat dari Gus Wafi, dan ketika melaksanakan mandatnya malah berdo’a di tempat yang tidak seharusnya, jadi inilah situasi yang harus dijelaskan kepada Munarman. Maka daripada harus mempermalukan Rizieq sebagai panutannya lebih jauh, maka sebaiknya Munarman menyerah, karena fakta otentik telah berbicara lebih banyak, ketimbang alasan berbuih-buih tentang penjelasan atas kehadiran Rizieq di makam Mbah Moen tersebut.
Kalau kita bahas dari persfektif siapa yang lebih kapabel sebagai wali dari mendiang, sulit untuk disimpulkan. Namun faktanya, diantara para putra mbah Moen sendiri terdapat perbedaan kubu politik, sehingga wajar kalau mereka akan menganggap pihak paling dekat dengannya yang diberi mandat mengurus pemakaman.
Gus Wafi yang secara historis sama dengan Rizieq yang mendukung Prabowo, tentu kita maklumi jika keduanya berkomunikasi tentang acara itu. Namun jangan lupakan kalau sebagian putra mbah Moen sendiri ada perbedaan dengan Gus Wafi, bahkan jika dibahas semasa hidup mbah Moen sebagai bagian dari koalisi pemerintah, kita harus menganggap jenazah mbah Moen lebih pas jika dipulasara oleh pihak yang lebih dekat secara politis.
Di sisi lain, ibadah haji yang dijalankan oleh mbah Moen adalah merupakan bagian dari tanggungjawab pemerintah, jadi sangat logis jika yang mengambil tanggungjawab pemakamannya adalah pemerintah, dan bukan Rizieq yang kapasitasnya tidak lebih dari jamaah lainnya.
Pertanyaan kita bagi Munarman, seandainya Rizieq benar mendapatkan mandat dari Gus Wafi, apakah dia mampu mengorganisasikan acara pemakaman itu sejak berkoordinasi dengan otoritas pemerintah Arab, dan berkaitan dengan status mbah Moen sendiri, sehingga menentukan di mana selayaknya jenazah mbah Moen dimakamkan sebagai tokoh nasional ?
Publik pasti akan mengangkat persoalan itu ketika Munarman merasa Rizieq memiliki kapasitas untuk memulasara mbah Moen, karena mendapatkan mandat dari Gus Wafi. Lebih-lebih jika kita ungkit tentang kesalahan tempat Rizieq berdo’a dan bukannya di lubang makam yang tepat. Meskipun Tuhan niscaya tidak membedakan untuk siapa Rizieq berdo’a meskipun tempatnya salah, namun kita harus berpikir akan seperti apa jika pihak pemerintah Indonesia yang berada di negara Saudi tidak aktif berkoordinasi dengan pihak pemerintah Arab ?
Barangkali mbah Moen akan dimakamkan sebagaimana jemaah lain yang meninggal di sana diperlakukan. Beda kasusnya ketika Dubes yang bahkan karena secara historis sangat dekat dengan mbah Moen, sehingga selain sebagai perwakilan pemerintah, membuatnya jenazah mbah Moen mendapat perlakuan istimewa, dan dimakamkan di lokasi yang sesuai dengan status mbah Moen.
Dugaan kita tentang latar belakang Rizieq melakukan do’a di tempat yang salah, mungkin karena dia tidak menyangka bahwa mbah Moen akan dimakamkan di tempat yang biasa disediakan bagi mereka yang status sosialnya tinggi.
Sangat wajar kalau Rizieq menganggap lubang makam yang menjadi tempatnya berdo’a itulah sebagai makamnya mbah Moen, kita yakini pula bahwa ketika dia menyadari mbah Moen mendapatkan posisi khusus di mata pemerintah Arab dan bahkan di mata Dubes kita, sehingga makamnya pun adalah makam istimewa, Rizieq baru menyadari status mbah Moen yang khusus itu.
Maka tak ada keuntungannya Munarman memberikan klarifikasi, setelak apapun pernyataan yang disampaikan kepada publik, tetap saja pemakaman mbah Moen lebih pantas kalau ditangani oleh perwakilan pemerintah. Barangkali akan lebih bisa dipahami jika Rizieq sebagai orang yang tahu prosedur koordinatif dengan pemerintah Arab, mampu melobi pihak otoritas di sana, sehingga mbah Moen dimakamkan di tempat yang istimewa.
Namun karena Rizieq di sana bukan seperti Rizieq yang dikenal oleh masyarakat kita, karena dia sama posisinya dengan jemaah lain, tidak seperti Dubes yang memiliki kapasitas cukup untuk melobi pemerintah Arab. 
Ingin selamatkan Citra Rizieq Shihab yang Serobot Do'a, Munarman Merasa Dapat Angin.

Mampukah FPI Mendaur Ulang Rizieq?

Kisah orang yang dianggap/menganggap paling suci, mengaku imam besar dan keturunan nabi, akhirnya runtuh oleh kasus mesum bersama janda bernama Firza. Rizieq yang berhasil memoles dirinya, membuat kita lupa bahwa dulunya orang ini pernah keluar masuk penjara, hari ini kembali pada titik nadirnya.
Bukan sekedar kasus mesum bersama Firza, kaburnya Rizieq ke Arab juga berhasil mencatatkan beberapa kebohongan baru. Mulai dari undangan umroh dari raja Arab, sampai cerita tak perlu visa. Padahal kenyataannya Rizieq tak bisa pulang ke Indonesia karena overstay dan harus membayar denda.
Secara keseluruhan, citra Rizieq sudah sangat buruk. Kasus hukumnya di Indonesia sudah terlalu banyak. Kasus mesumnya terlalu nyata. Kebohongannya mustahil dibantah atau diluruskan.
Dalam kondisi seperti itu, FPI mencoba melakukan daur ulang. Kesempatan itu datang ketika ulama berkharisma meninggal di Mekkah sana. FPI melalui juru bicaranya mengklaim bahwa Rizieq memimpin proses pemakamannya. Klaim lainnya, talqin dilakukan oleh menantunya Rizieq.
Cerita bohong ini sudah terlanjur menjadi berita trending di CNN. Meskipun kini sudah diganti dan diklarfikasi bukan Rizieq yang memimpin pemakaman, tapi capture berita sudah disebarkan dan diyakini kebenarannya.
Cerita bohong lainnya, Mbah Maimun disebut memberikan nasehat terakhir yang berbunyi:
Kata-kata terakhir
Mbah Maimoen Zubair
Bilang sama murid muridnya.
Ndok, habaib itu jangan dikata-katai…
darah mereka ada darah rasulullah….
Habib Rizieq itu wali
Jangan dimusuhi…
Coba saya tanya…
Siapa yang bisa panggil 7 juta orang
Di monas kalau bukan wali…
Kalimat tersebut lengkap dengan gambar Mbah Maimoen dan logo “all about Nahdatul Ulama.”
Kenyataannya, Rizieq hanya salah satu dari sekian banyak orang yang datang pada proses pemakaman. Orang biasa dan bukan siapa-siapa di Arab sana. Tak punya pengikut dan pengaruh, sehingga tak dihargai dan diberi posisi.
Kenyataan lainnya, Mbah Maimoen tidak pernah mengatakan hal tersebut pada muridnya. Ini dikonfirmasi oleh para murid-muridnya dan keluarga besar NU.
Dua cerita bohong atau hoax ini pada akhirnya hanyalah upaya untuk memulihkan nama mulia Rizieq. Lewat cerita memimpin proses pemakaman, FPI berharap Rizieq tetap dihormati dan dimuliakan. Lewat hoax pesan Mbah Maimoen, sudah sangat jelas maksudnya agar Rizieq tidak dikatai dan dimusuhi. Karena dia habib dan wali. Mempertahankan dan mengukuhkan hoax 7 juta orang di Monas.
Pada akhirnya upaya daur ulang citra Rizieq lewat jenazah Mbah Maimoen gagal total. Rizieq tetaplah Rizieq yang kita kenal sebagai orang biasa, tak punya kedudukan istimewa di Arab sana.
Ke depan, FPI mungkin akan terus melakukan upaya daur ulang terhadap citra Rizieq agar imam besar mereka tersebut bisa pulang dan dirindukan banyak orang. Tidak seperti sekarang, ummat sudah tak peduli Rizieq mau hidup atau mati.

Kenapa FPI tega?
Salah seorang teman, saya kenal dia santri dan sebenarnya simpatisan kubu 212 dan pro Prabowo, tiba-tiba tersadar berkat hoax ini. Bagaimanapun dia ini sangat percaya bahwa Rizieq didzolimi, tapi dia jauh lebih hormat pada Mbah Maimoen. Maka ketika FPI dan onta-ontanya menyebar hoax serta propaganda terkait pemakaman Mbah Maimoen, ulama yang sangat dihormatinya, hari ini dia bertanya, kenapa mereka tega melakukan itu?
Sejatinya dulu saya pernah hampir diserbu oleh kelompoknya. Tapi karena dia masih memandang saya sebagai seorang teman, maka kami hanya berbicara dan beradu argumen, sesekali dengan nada sama lantangnya. Waktu itu kami sepakat untuk tidak sepakat. Pesan saya sederhana saja, soal iman dan Islam biar urusan saya dengan Tuhan. Soal opini dan pilihan politik, hubungan antar sesama manusia, termasuk dengan Rizieq, tak perlu mempertaruhkan keimanan dan keislaman.
Maka hari ini ketika dia begitu kecewa dan bertanya mengapa mereka tega menyebar hoax jahat terkait pemakaman Mbah Maimoen, jawaban saya sederhana saja: ini bukan syariah.
Ini bukan soal halal haram, bukan benar atau salah. Bukan boleh atau tidak. Bukan pula soal etika atau budaya. Ini hanya tentang kepentingan suatu kelompok tertentu yang tak ada hubungannya dengan itu semua.
Jangan coba permasalahkan atau pertanyakan kelompok macam FPI, karena pasti mereka akan menjawab ini semua dilakukan dalam rangka jihad untuk tegaknya Islam. Sama seperti saat mereka menolak jenazah untuk dishalatkan hanya karena urusan pilihan politik, alasannya juga karena jihad fi sabilillah. Begitulah kura-kura.
Mampukah FPI Mendaur Ulang Rizieq?

Sufni Dasco Sebut Ada Penumpang Gelap, Penggagas Ijtima Ulama Jadi Tersangka Utama.

Sejak awal, publik telah menandai pihak mana yang bermain mata, seolah-olah mereka mendukung pasangan Prabowo-Sandi, faktanya mereka hanya memanfaatkan momentum pilpres itu guna mencari panggung politik untuk kepentingan kelompoknya. Kelompok yang dimaksud adalah pengusung ideologi Khilafah Islamiyah yang secara tegas bertentangan dengan falsafah negara kita, Pancasila.
Kenapa Sufni Dasco, Waketum Gerindra membuka persoalan tentang adanya penumbang gelap di kubu Prabowo-Sandi ? Barangkali karena kini semakin menampakkan diri tujuan dibalik dukungan mereka, sebagaimana juga di salah satu pidato politik Rizieq Shihab, bahwa jika Prabowo sudah memenangkan pilpres, maka bagi pendukungnya jauh lebih mudah menerapkan syariat Islam.
Kata Rizieq selanjutnya, penerapan syariat Islam itu tidak perlu menunggu terlalu lama, bahkan pada tahun 2020, atas dukungan dari legislatif, mereka sudah bisa meminta pemberlakuan syariat Islam itu.
Dan ketika Prabowo memberikan isyarat menerima segala keputusan Mahkamah Konstitusi, para penumpang gelap itu pun mulai marah, dan menuntut Prabowo menyusun skenario agar melakukan perlawanan terhadap keputusan MK.
Dari gelagat ini semakin terang benderang, bahwa para penumpang gelap, dengan caranya sendiri menginginkan kemenangan Prabowo dideklarasikan secara sepihak, bahkan mereka menginginkan BPN terus melakukan perjuangan untuk menolak keputusan MK.

Sufni Dasco Buka-bukaan Soal Penumpang Gelap di Pilpres

Mereka seakan-akan tak ingin kehilangan momentum, karena optimisme yang meluap-luap tentang potensi kemenangan Prabowo. Lebih lengkap lagi klaim kemenangan yang menurut versi mereka diperoleh dengan gilang gemilang, sebagai dampak dari dukungan kelompoknya kepada pasangan Prabowo-Sandi.
Barangkali karena keterbatasan pemahamannya tentang perkembangan politik, ditambah tokoh sentralnya justru berada di luar negeri, sehingga daya analisisnya terhadap perkembangan di dalam negeri tentu sangat terbatas, sehingga mereka berani memastikan kemenangannya yang justru bertentangan dengan hasil quick count yang secara umum digunakan untuk melihat hasil kontestasi dalam hitungan jam.
Tentu saja publik pun menganggap semua perhitungan itu hanya dagelan, sebagai riak dari gelombang yang sebenarnya. Gelombang mana yang telah diyakini sebagai kemenangan milik capres petahana.
Meskipun Prabowo mulai melunak ketika di sidang Mahkamah Konstitusi, semua fakta hukum ditampilkan di hadapan publik, namun para penumpang gelap itu sepertinya tak hendak berkompromi dengan hukum.
Melalui aksi jalanan, yang bahkan tidak direstui oleh jagoannya sendiri, mereka menyuarakan hasil pilpres versinya sendiri, seakan-akan merekalah yang berhak menentukan siapa menang dan siapa kalah. Sikap ini jelas dilatarbelakangi oleh ketidakpatuhannya kepada konstitusi, sebagaimana sikapnya ketika belakangan ditunjukkan secara terbuka, bahwa bentuk negara khilafah merupakan tujuan akhir dari perjuangan politiknya.
Meskipun di dalam deklarasi propaganda pemberlakuan syariat Islam itu mereka menyebut Pancasila sebagai landasannya, namun tetap saja kita tak boleh lengah dengan basa-basi politik tersebut. Bahasa yang memuat kata Pancasila, bagi kita hanyalah merupakan cara mereka bersembunyi di balik topeng, yang mana jika topengnya terbuka, tujuan sebenarnya barulah tampak jelas, bahwa penumpang gelap itu bersikeras mempertahankan agenda mendirikan negara khilafah.
Memang sangat kontras perbedaan antara politisi yang sudah selesai dengan perdebatan soal ideologi, dengan mereka para penumpang gelap, yang masih berkutat dengan memperebutkan pepesan kosong. Ibarat sebuah kue besar, yang jika dibagi habis, maka mereka yang mendapatkan bagian, akan selesai ketika kue pun disantap bersama-sama. Sama halnya dengan sebuah kontestasi, ketika hasilnya telah membagi habis sesuai porsi suara masing-masing partai, mereka pun hanya melanjutkan perjuangan politiknya di legislatif atau eksekutif.
Sementara mereka yang hanya mendompleng sebagai penggembira, karena tidak secara formal memperebutkan kue tersebut, sangat janggal kalau justru mereka yang merasa harus mendominasi para kontestan.
Itulah yang kita yakini sebagai penumpang gelap sebagaimana dimaksudkan oleh Sufni Dasco. Berurusan dengan mereka yang tidak jelas sasaran akhirnya memang sangat melelahkan, energinya yang masih tersisa banyak, sementara tujuan yang ingin dicapainya pun masih samar dan tidak terlihat jelas, maka sangat masuk akal kalau disebut sebagai penumpang gelap, karena hanya berperan penggembira.
Sangat menyedihkan jika kita harus bertaruh dengan masa depan bangsa, ketika masih memperdebatkan urusan ideologi. Saatnya kita memposisikan mereka yang mengagendakan penggantian ideologi Pancasila itu sebagai musuh bersama, dan jika memaksakan tetap mempertahankan eksistensinya, maka hukum harus mereka hadapi sebagi konsekwensinya.
Sufni Dasco Sebut Ada Penumpang Gelap, Penggagas Ijtima Ulama Jadi Tersangka Utama.

Pak Jokowi, Tolong Bubarkan KPI!

Saya tadi sudah menulis tentang akan jadi hal yang sangat konyol sekali kalau sampai konten Facebook, Youtube, dan Netflix ditelisik dan dipantau oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
Ada yang aneh di sini. Kenapa harus Netflix? Bagaimana dengan Iflix, HOOQ, VIU, dan sejenisnya. Apakah mereka tidak perlu dipantau juga? Apakah KPI sudah menjamin tayangannya 'aman'? Kalau tebang pilih justru terkesan aneh, publik pun bertanya ini sebenarnya ada apa?
Mengakses Netflix tidaklah mudah. Anda harus bayar, berlangganan. Sudah berlangganan pun, provider Anda harus mendukung. Kalau pakai plat merah, otomatis gagal. VPN pun tak selalu mulus.
Soal Youtube dan Facebook pun saya juga sudah menulis bahwa mereka sudah punya sistem reporting sendiri. Kalau memang ada konten yang dinilai melanggar ya sudah, tinggal direport saja oleh pengguna yang lain, tak harus KPI.
Jadi KPI buat apa?
Hari ini pun saya membaca sebuah berita yang lumayan bikin sedih. Net TV dikabarkan akan melakukan PHK massal. Ternyata acara televisi bagus dan bermutu tidak jadi jaminan bahwa usia stasiun TV itu akan langgeng.
Konten di NET itu bagus. Tidak menjual skenario azab-azaban, tidak menjual artis saling lempar gimmick demi sensasi dan popularitas, pokoknya tidak banyak drama. Sayangnya mungkin pangsa pasar yang cocok dengan Net TV ini justru bukan orang yang nonton TV nasional. 
Mereka mungkin kalau nonton TV bukan lagi tv nasional. Kalau nggak nonton TV kabel, pilihannya mungkin saluran berlangganan macam Netflix. Kenapa? Ya sebab mereka mengejar kualitas mutu tontonan. Dan ini yang jarang dipikirkan oleh stasiun televisi nasional kita.
Saya pernah mencoba nonton tv nasional selama beberapa hari. Isinya ya begitulah. Sampai saya membatin, ini KPI kerjanya ngapain aja kok acara-acara begini masih bisa tayang. Paling mentok kalau nonton tv nasional ya akhirnya yang segmentasinya berita saja. Sudah malas nonton acara lain.
Nah sekarang bayangkan, bagaimana kalau alternatif tontonan kita kemudian dibatasi lagi oleh KPI? Nggak, ini bukan soal egois. Tapi KPI lupa bahwa pada konten layanan premium penonton punya hak memilih apa yang mau dia tonton. Logikanya Anda nggak mungkin mau keluar uang lebih kalau tidak karena Anda butuh bukan? Beda dengan tv nasional yang mana kita harus menelan metah-mentah apa yang disajikan. Adanya itu, kalau mau nonton silahkan. Kan begitu.
Teringat pula beberapa waktu lalu Pak Jokowi mengatakan kalau ada lembaga yang tak bermanfaat maka akan dibubarkan saja. Nah kalau hal itu masih berlaku, saya sarankan supaya KPI jadi salah satu lembaga yang dibubarkan.
Lebih baik nggak usah ada KPI lagi. Toh menurut saya lembaga ini cenderung mandul. Banyak acara yang seharusnya di-cut masih juga tayang. Sepertinya acara-acara ini imun terhadap sanksi dari KPI. Paling yang diberikan hanya teguran saja. Dan itu lama sekali kadang baru kemudian berdampak setelah acara tersebut melakukan kesalahan yang sama berulang kali.
Begitu juga soal sensor. Kartun diblur, atlet berenang diblur, buat apa coba? Padahal kan nggak ada yang salah dengan atlet menggunakan baju renang saat bertanding. Itu kan sudah pakaiannya memang begitu. Kalau ada penonton yang pikirannya jadi kotor, yang salah otak mereka, bukan si atlet. Begitu pula dengan tokoh kartun.
Kalau KPI diijinkan menginvasi kontel digital, saya rasa industri kreatif kita bukan malah maju, tapi malah mundur. Padahal Pak Jokowi sendiri yang bilang kita ini menyongsong era revolusi industri 4.0. Ini bukan jamannya lagi menjual sumber daya mineral ataupun sumber daya alam. Ini saatnya kita menjual teknologi dan kreativitas.
Bangsa ini bisa jadi bangsa besar. Bangsa ini sebenarnya sudah sangat kreatif. Bangsa ini bisa maju asalkan yang pikirannya susah diajak maju tidak ikut-ikutan terlalu dalam mengintervensi. Konten digital itu alternatif hiburan, alternatif tontonan, alternatif buat orang-orang yang merasa kualitas acara tv nasional kita kurang bagus. Cobalah KPI lakukan FGD dengan pelaku konten digital sebelum memutuskan ini dan itu.
Pak Jokowi, Tolong Bubarkan KPI!

Kongres PDIP “Tonjok” Ijtimak Ulama Sampai KO!

Ada sebuah gerombolan yang menyebut diri mereka kumpulan ulama, namun kurang mendapat pengakuan maupun dukungan dari publik. Apalagi perhelatan besar pemilu sudah usai. Kubu yang mereka pernah beri dukungan juga sudah membubarkan diri. Begitu pula capres yang mereka ikut usung juga sudah baikan sama lawan politiknya. Sudah makan bareng sama Presiden Jokowi dan juga sama Megawati. Tinggal gerombolan ini saja ngos-ngosan cari perhatian, dukungan maupun pengakuan. Dibuatlah acara Ijtimak Ulama jilid 4, dengan turut mengundang eks jubir HTI, organisasi yang sudah jelas terlarang di negeri ini. Hasil ijtimak ulama ini pun sengaja dibuat nyeleneh dan lain dari yang lain. Tidak mengakui pemerintahan terpilih, mau menegakkan khilafah, mau mengubah NKRI jadi NKRI bersyariah, minta pulangin Imam Besar FPI Rizieq Shihab, dan lain-lain. Kurang ajar memang! Pokoknya supaya dapat perhatian besar dari masyarakat gitu. Iya sih dapat, tapi dapatnya kecaman, hujatan, dan tudingan makar dari berbagai pihak.
Pemerintah sendiri nampak masih “membiarkan” gerombolan ini terbuai dulu dalam impian dan ambisi mereka. Tidak sadar kalau sebenarnya mereka sedang “direbus”, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya.
Tentu saja, tidak menutup kemungkinan jika ada pihak yang mau secara mandiri memberikan “pelajaran” kepada gerombolan ini. Dan yang beraksi adalah PDIP. PDIP saat ini jadi partai terbesar di Indonesia yang sudah memenangkan Pilpres 2019 maupun Pileg 2019. Selain itu, PDIP sangat konsisten dan berdedikasi tinggi membela Pancasila sebagai dasar negara. Ini jadi benang merah yang menyebabkan PDIP bertindak cepat dalam meng-counter gerombolan Ijtimak Ulama.
Ketika dibuka pada hari ini di Bali, Kongres PDIP sudah menunjukkan secara spesifik bahwa mereka sedang berupaya “menonjok” siapa pun yang membahayakan dasar negara dan kedaulatan negara ini. Ini disampaikan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati. Dilansir harianterbit.com, sebuah kajian dari Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDIP, memperlihatkan satu fenomena disintegrasi yang muncul secara sistematis pada Pemilu 2019. Fenomena tersebut hampir saja mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi PDIP, hal ini merupakan suatu isu serius yang tidak boleh diabaikan. Partai memiliki kesadaran penuh, bahwa persatuan dan kesatuan adalah syarat mutlak bagi suatu bangsa. “Atas pertimbangan tersebut, maka Kongres Partai diputuskan untuk dipercepat. Sikap politik Partai, langkah dan strategi Partai, terutama menyangkut upaya mencegah disintegrasi bangsa, harus diputuskan di dalam rapat tertinggi partai, yang dinamakan Kongres Partai,” kata Mega. Jika fenomena disintegrasi itu justru menguat di Pilkada Serentak 2020, dan kemudian menjadi air bah yang tak terbendung. “Kader banteng tidak boleh berprinsip asal menang, lalu mainkan metode teror dan propaganda kebencian dan fitnah. Seolah kebenaran personal dan kelompok adalah kebenaran yang absolut. Strategi seperti itu jelas membahayakan keutuhan bangsa,” ujar Mega Sumber. Megawati juga mengingatkan pada empat prinsip negara yang bersifat final dan mengikat. “Saya mengingatkan kembali warisan bagi kita dari para pahlawan, para pendiri bangsa ini. Mereka wariskan pada kita Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat prinsip tersebut bersifat final and binding, sudah final dan mengikat seluruh elemen bangsa, tidak dapat ditawar-tawar lagi,” ujar Mega. “Saya yakin, tidak ada satu pun dari kita yang sedang berupaya “mengakal-akali” pemilihan umum sebagai tumpangan ideologi lain. Saya percaya, tidak ada satu pun dari kita yang sedang meretas jalan, berkolaborasi dengan siapa pun mereka, yang ingin menggantikan Pancasila,” kata Mega lagi Sumber.
Dalam acara pembukaan Kongres PDIP tadi juga turut hadir Prabowo, sebagai undangan khusus. Prabowo yang dulu ikut diusung oleh gerombolam ijtimak ulama, bahkan sempat menandatangani kontrak politik yang mereka sebut Pakta Integritas. Prabowo yang mendapat aplaus dari para hadirin di acara tadi siang, sebuah bentuk penghormatan, sekaligus sentilan keras buat gerombolan ijtimak ulama. Artinya urusan pemilu sudah habis. Artinya Prabowo sejalan dengan PDIP dalam membela Pancasila dan NKRI. Artinya Prabowo sudah berseberangan dengan kemauan Ijtimak Ulama. Ijtimak Ulama ini sudah tidak ada artinya lah bagi Prabowo?
Selain itu, ada pula BTP alias Ahok yang bahkan ikut disapa oleh Megawati dalam pidatonya. Ahok juga sudah bersalaman dengan Prabowo. Kembali, ini merupakan “tonjokan” buat gerombolan ijtimak ulama. Ahok dulu musuh mereka, sekarang Ahok malah sudah baikan sama Prabowo, sudah jadi seleb yang jauh lebih dielu-elukan ketimbang mereka.
Dalam Kongres PDIP, PDIP seakan merangkum semua yang dimusuhi ataupun pernah didukung oleh gerombolan Ijtimak Ulama, dalam sebuah selebrasi yang menarik perhatian publik. Apalagi pasca terbongkarnya blunder Rizieq Shihab menyerobot doa dan salah lubang dalam prosesi pemakaman almarhum Mbah Moen. Makin jelek lah citra gerombolan ini. Boro-boro ada yang mendukung, boro-boro diperhatikan oleh pemerintah, gerombolan ini makin jadi sasaran bully dan tertawaan dari publik. Lalu ditonjok sampai KO oleh PDIP. Ya, mungkin nanti kalau sudah remuk baru dikasih “perhatian khusus” sama aparat hehehe… Diajak “ngopi” mungkin? Demikian kura-kura…
(Sekian)
Kongres PDIP “Tonjok” Ijtimak Ulama Sampai KO!

KSAD Jelaskan Alasan Enzo Lolos Seleksi Taruna Akmil

Yogyakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, menjelaskan kenapa Enzo Zenz Allie, WNI keturunan Prancis, dinyatakan lolos seleksi calon prajurit taruna akademi TNI. Walaupun nama Enzo belakangan dikaitkan dengan organisasi terlarang HTI.
"Kan kita nggak boleh berpretensi, kita harus ada praduga tidak bersalah. Kita tidak melihat orangtua (dari Enzo) atau siapa, tetapi yang penting dirinya," kata Andika di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"Dalam pemeriksaan parameter tes yang kami lakukan, yang bersangkutan oke. Tapi kami juga memahami mungkin ada pendalaman, jadi kita akan lakukan terhadap semuanya bukan hanya kepada dia, dan ini akan melengkapi dari hasil awal," lanjutnya.
Andika menuturkan, pendidikan yang akan ditempuh calon prajurit taruna di Akmil adalah empat tahun. Oleh karenanya, lanjut Andika, sebenarnya masih banyak waktu bagi internal TNI untuk mengukur kemampuan dan integritas calon prajurit tersebut.
Namun karena tak ingin kecolongan, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pemeriksaan saintifik ke seluruh calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan tudingan yang diarahkan ke Enzo.
"Kita lihat (hasil pemeriksaan) nanti Mas. Karena hasilnya kan belum ada, lebih baik kita lihat hasilnya nanti gimana. Siapa tahu dia (Enzo) bagus, kan kita belum tahu nih. Jadi hipotesis ini kita tunggu saja dulu," tuturnya.
Pihak TNI, kata Andika, sebenarnya sudah memanfaatkan media sosial untuk melihat calon prajurit taruna di Akmil. Hanya saja hasil penelusuran di media sosial tidak dijadikan satu-satunya acuan, karena pihaknya juga mempertimbangkan aspek lain.
"Itu pasti, (media sosial) pasti menjadi bahan, salah satu bahan penilaian kami. Walaupun itu juga kan tidak bisa serta-merta kemudian membuat justment atau penilaian kita terhadap yang bersangkutan. Itu salah satu variabel saja," kata Andika.
Ketika ditanya soal 3% anggota TNI terpapar radikalisme dan sikapnya tak Pancasilais lagi meminta para jurnalis bertanya ulang kepada Ryamizard terkait pernyataan itu.
"Itukan (pernyataan) dari Menteri Pertahanan, mungkin sebaiknya Mas tanya beliau. Karena beliau yang membuat statement," ujar Andika.
Menurutnya institusi TNI selalu melakukan pengawasan secara berkala ke para prajuritnya. Upaya itu dilakukan untuk membentengi anggota dari paham-paham yang tak sejalan dengan Pancasila.
"Jadi bukannya kami kemudian tidak melakukan apa-apa. Terus pembinaan satuan itukan berlangsung terus. Artinya ya setiap hari (dilakukan pengawasan dan pembinaan), setiap saat, sepanjang tahun," tegas Andika.
KSAD Jelaskan Alasan Enzo Lolos Seleksi Taruna Akmil Foto: Usman Hadi/detikcom

Mahfud Sebut TNI Kecolongan Soal Enzo, Begini Jawaban KSAD

Sleman - Mahfud MD menyebut institusi TNI kecolongan gegara Enzo Zenz Allie, calon prajurit taruna akademi TNI yang diterpa isu terkait dengan organisasi terlarang HTI. Bagaimana tanggapan pimpinan TNI AD terkait tudingan tersebut?
KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa, menjelaskan setelah ini pihaknya akan melakukan pemeriksaan saintifik ke seluruh calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Upaya ini dilakukan untuk membuktikan berbagai tudingan ke Enzo.
"Jadi Angkatan Darat akan melakukan suatu pemeriksaan yang lebih saintifik, lebih ilmiah, menggunakan parameter yang sudah teruji untuk melihat dirinya, bukan orangtuanya, bukan siapa, karena kita ingin obyektif," jelasnya.
Hal itu disampaikan Andika kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam penutupan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) di Lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (9/8/2019).
Andika menuturkan, pihaknya ingin proporsional dalam memeriksa calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Upaya ini dilakukan untuk mencari fakta sebenarnya. Pihaknya tak ingin mengadili seseorang namun tanpa disertai bukti yang cukup.
"Jadi kita ingin proporsional, kita ingin ilmiah, karena semuanya harus dipertanggungjawabkan," ungkapnya.
Kini pihak TNI masih menunggu proses pemeriksaan berbasis saintifik yang akan diterapkan ke calon prajurit taruna akademi TNI. Setelah hasil pemeriksaan keluar pihak TNI akan mengambil tindakan yang diperlukan.
"Itu (keputusan akhir) kita lihat nanti setelah ada hasilnya dulu. Rencananya dalam waktu dekat, sehari-dua hari ini kita akan lakukan itu (pemeriksaan saintifik). Bukan hanya kepada dia, tetapi kepada semua yang ada di sana (Akmil)," pungkas dia.
Diberitakan sebelumnya, nama Enzo belakangan menuai kontroversi karena yang bersangkutan dikaitkan dengan HTI. Terkait hal tersebut, Mantan Ketua MK Mahfud MD menuding institusi TNI kecolongan.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itukan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," lanjutnya.
Mahfud Sebut TNI Kecolongan Soal Enzo, Begini Jawaban KSAD KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa. Foto: Usman Hadi/detikcom

Enzo Taruna Akmil Diterpa Isu Terkait HTI, Mahfud MD: TNI Kecolongan

Yogyakarta - Sosok Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna akademi TNI diterpa isu terkait organisasi yang sudah dilarang di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Terkait hal ini, Mahfud MD menuding institusi TNI kecolongan.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itu kan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," sambungnya.
Namun tak lama setelah nama Enzo viral, lanjut Mahfud, ternyata bermunculan informasi di media sosial yang mengaitkan Enzo dengan HTI. Alhasil, lolosnya Enzo sebagai calon prajurit taruna akademi TNI memantik reaksi keras dari publik.
"(Entah lolosnya Enzo) berbahaya atau ndak, tetapi (TNI) kecolongan, gitu aja. Seakan-akan tidak tahu bahwa anak ini luar biasa, artinya di gerakan-gerakan yang berbau radikal, ibunya juga bagian dari itu, masak ndak tahu," tuturnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyarankan sebaiknya TNI memberhentikan yang bersangkutan. Sebab, Mahfud menduga Enzo sejak awal tak memenuhi prasyarat untuk menjadi bagian dari TNI.
"Kalau menurut saya iya dong (dicopot). Menurut saya (Enzo) tidak memenuhi syarat awal itu, melanggar prasyarat kalau memang gerakannya seperti itu. Tapi terserah TNI lah mau diapain. Saya kira yang bersangkutan juga tidak akan kerasan," tutupnya. 
Enzo Taruna Akmil Diterpa Isu Terkait HTI, Mahfud MD: TNI Kecolongan Mahfud MD. Foto: Ristu Hanafi/detikcom

Taruna Akmil Keturunan Prancis Kena Isu Tak Nasionalis

Jakarta -Nama Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna Akademi TNI masih heboh dibicarakan. Setelah kelulusannya jadi sorotan, kini pria keturunan Prancis itu kena isu tak nasionalis.
Isu Enzo tak nasionalis muncul di media sosial. Beredar foto yang menyebut figur calon prajurit Akademi TNI itu sedang membawa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid. Foto tersebut kemudian dinarasikan punya keterkaitan dengan organisasi yang sudah dilarang di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pesantren tempat Enzo menimba ilmu membantah tuduhan santrinya terkait ormas terlarang. Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, mengatakan Enzo tak terindikasi ormas terlarang. Apalagi, Ponpes yang diipimpinnya itu memiliki landasan NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Terkait foto yang menyebut figur Enzo membawa bendera hitam bertuliskan Tauhid, Dede meyakini betul santrinya tak terindikasi ormas terlarang. Seandainya memang sosok pria dalam foto yang membawa bendera hitam adalah Enzo, Deden dengan tegas bukan bendera yang identik dengan HTI.
"Kalau saya berpendapat itu bendera panji Rasulullah," kata Deden.
Pihak pesantren bisa menjamin muridnya itu seorang yang Pancasilais. Enzo menunjukkan kecintaan terhadap NKRI dengan banyak ikut kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan.
Enzo, kata Deden, pernah mewakili berbagai ajang, seperti Olimpiade tingkat siswa, atletik, maraton, dan bahkan upacara bendera Merah Putih.
"Sangat Pancasilais, saya berani menjamin," ujarnya.
Pihak pesantren siap memberikan klarifikasi secara kelembagaan mengenai isu bahwa Enzo masuk organisasi terlarang. Pesantren Al Bayan juga selama ini terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran yang bercorak kecintaan pada tanah air.
Bahkan, selama ini Ponpes selalu mengirimkan santrinya untuk menjadi pasukan pengibar bendera di tingkat kecamatan. Tahun ini saja, perwakilan pondok jadi komandan pasukan saat 17 Agustus nanti.
"Saya bersama beliau (Enzo) 3 tahun di sini, Enzo benar-benar sangat cinta NKRI," tegasnya.
Taruna Akmil Keturunan Prancis Kena Isu Tak Nasionalis Foto: Situs TNI AD
Kasus ini kian panjang lantaran TNI turun tangan menelusuri isu pria blasteran Prancis itu terkait dengan ormas terlarang. Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi tidak betul-betul yakin foto tersebut adalah Enzo. Namun, dia tidak menutup kemungkinan lainnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalau saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi.
Bukan tanpa dasar TNI turun untuk melakukan penelusuran terkait foto Enzo. Sebab banyak warganet yang menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi pihak pro-radikal.
Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan termasuk pada lingkungan seorang taruna. Penelusuran terhadap seorang taruna dilakukan termasuk kepada lingkungan keluarga, tamu yang berkunjung ke rumah hingga afiliasi kegiatan taruna tersebut.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.
Meski demikian, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Tak hanya Enzo, TNI juga melakukan penelusuran digital terkait ibunda Enzo dalam akun Hadiati Basjuni Allie. Tangkapan layar digital yang juga menyebar di media sosial menilai ibu Enzo juga pro-HTI.
Sisriadi mengatakan, jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Menhan Ryamizard Ryacudu ikut angkat bicara soal isu tak nasionalis pada salah satu calon Akmil TNI ini. Dia meminta agar ada tindakan tegas jika benar Enzo terindikasi ormas terlarang.
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.

Ponpes Al Bayan Percaya TNI Sudah Pastikan Enzo Bebas HTI

Jakarta - Pihak Pondok Pesantren Al Bayan berharap warganet (netizen) percaya bahwa Enzo Zens Allie terbebas dari ideologi organisasi terlarang HTI. Lolosnya murid pesantren ini sebagai taruna Akmil menandakan bahwa dia terbebas dari paham-paham radikal.
"Tentunya saya sangat percaya pihak TNI. TNI merekrut melalui tahapan-tahapan. Dia (Enzo) melewati tahapan ideologi, clear tidak terlibat organisasi terlarang. Enzo sangat Pancasila," kata Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan Deden Ramdhani saat dihubungi detikcom dari Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Ia mengaku bingung jika ada netizen yang mengaitkan muridnya itu ke organisasi terlarang HTI. Selama 3 tahun di pesantren dan tinggal bersama, muridnya itu tidak terpapar oleh ideologi terlarang.
"Mari percayakan ke TNI yang melakukan filter, screening Enzo. Enzo lolos dan clear," ujarnya.
Sedangkan soal status ibu dari Enzo, pihak pesantren tidak bisa berkomentar karena itu di luar kewenangan pesantren.
"Kalau masalah (status) ibunya, mungkin bisa cross check ke ibunya sendiri," katanya.

TNI Juga Telusuri Akun Medsos Ibunda Enzo Taruna Akmil

Jakarta - Selain foto taruna Akademi TNI, Enzo Zenz Allie, di media sosial juga beredar screenshot posting-an ibu Enzo, Siti Hadiati Nahriah. Warganet menilai ibu Enzo kerap menghina Presiden Jokowi.
Screenshot posting-an dalam akun Hadiati Basjuni Allie dibagikan di medsos. Netizen juga menganggap posting-an ibu Enzo berisi fitnah kepada pemerintah dan berbau dukungan terhadap organisasi yang dilarang di Indonesia, HTI.
Terkait hal ini, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan tak hanya kepada seorang taruna. TNI juga menelusuri lingkungan taruna--termasuk keluarga--untuk memastikan para calon perwira yang direkrut bukan orang yang anti-Pancasila.
"Karena konsepnya bersih diri dan bersih lingkungan dari ideologi non-Pancasila. Bersih diri itu yang bersangkutan, bersih lingkungan itu keluarga, bisa adik, orang tua, saudara. Kan bisa jadi terpengaruh juga dari lingkungan," kata Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8/2019).
Sisriadi mengatakan TNI juga melakukan penelusuran digital lewat alat yang dipunya. Hal ini dilakukan seiring kemajuan zaman.
"Itu (akun ibu Enzo) kita juga lakukan penelusuran elektronik. Intinya kita terus lakukan pemantauan. Karena sekarang teknologi sudah canggih, kita punya teknologi juga untuk menelusuri, itu yang kita sebut intelligent technology, intelligent signal, intelligent geospacial. Kita tetap lakukan itu," ungkapnya.
Dia memastikan TNI melakukan penyaringan secara berlapis. Dia mengatakan jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.

Enzo dan sang ibuEnzo bersama sang ibu (Foto: Situs TNI AD)

"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Viralnya foto ibu Enzo terjadi berbarengan dengan viral foto diduga Enzo yang sedang membawa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid. Atas foto tersebut, warganet banyak menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi pihak pro-radikal. Sisriadi menanggapi fenomena netizen ini sebagai bentuk cinta masyarakat kepada TNI.
Namun, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Sementara, Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
TNI Juga Telusuri Akun Medsos Ibunda Enzo Taruna Akmil Foto: Enzo, Taruna Akmil Keturunan Prancis Viral di Medsos (Dok. TNI AD)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656316/tni-juga-telusuri-akun-medsos-ibunda-enzo-taruna-akmil

TNI Bergerak Telusuri Isu Viral Taruna Akmil Enzo Allie terkait HTI

Jakarta - TNI angkat bicara mengenai isu viral yang menuduh taruna Akmil Enzo Zenz Allie terkait dengan organisasi terlarang HTI. Foto yang mendasari isu miring terhadap Enzo itu bisa jadi betul, bisa jadi salah. Meski begitu, TNI langsung turun tangan melakukan penelusuran.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi tidak betul-betul yakin foto tersebut adalah Enzo. Namun, dia tidak menutup kemungkinan lainnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalo saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8/2019).
Terkait viral foto tersebut, warganet banyak menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi pihak pro-radikal. Sisriadi menanggapi fenomena netizen ini sebagai bentuk cinta masyarakat kepada TNI.
Namun, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan termasuk pada lingkungan seorang taruna. Dia penelusuran terhadap seorang taruna dilakukan termasuk kepada lingkungan keluarga, tamu yang berkunjung ke rumah hingga afiliasi kegiatan taruna tersebut.
Dia mengatakan penelusuran ini dilakukan terhadap semua taruna. Bagi taruna yang ketahuan menganut paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.

TNI Bergerak Telusuri Isu Viral Taruna Akmil Enzo Allie terkait HTIFoto: Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi. (Dok Mabes TNI)

Selain foto Enzo, di medsos juga beredar screenshot postingan ibu Enzo dalam akun Hadiati Basjuni Allie. Dari screenshot yang tersebar, netizen menilai ibu Enzo juga pro-HTI. Selain itu, beberapa postingan ibu Enzo juga dianggap berisi fitnah terhadap pemerintah.
Sisriadi mengatakan TNI juga ikut melakukan penelurusan digital lewat alat yang dipunya. Dia mengatakan jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
TNI Bergerak Telusuri Isu Viral Taruna Akmil Enzo Allie terkait HTI Enzo Zenz Allie, taruna Akmil keturunan Prancis (Foto: Situs TNI AD)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656130/tni-bergerak-telusuri-isu-viral-taruna-akmil-enzo-allie-terkait-hti

Jika Benar Enzo Allie Terkait HTI, Menhan Minta Pemecatan

Jakarta -TNI tengah melakukan penelusuran perihal adanya isu viral yang mengkaitkan taruna Akmil Enzo Allie dengan organisasi terlarang HTI. Jika isu itu benar adanya, Menhan Ryamizard Ryacudu meminta agar ada tindakan tegas.
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2019).
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.
Sekadar informasi, tahun ini sebanyak 596 calon prajurit taruna Akmil yang mengikuti pendidikan dasar (dasar). Ratusan calon prajurit taruna tersebut saat ini sedang mengikuti diksar selama 3 bulan.
Ratusan calon prajurit taruna Akmil itu mengikuti diksar bersama ratusan taruna Akpol. Diksar gabungan tersebut digelar untuk memperkuat soliditas TNI dan Polri.

Pesantren Bantah Enzo terkait HTI
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Jika Benar Enzo Allie Terkait HTI, Menhan Minta Pemecatan Menhan Ryamizard Ryacudu. (Foto: Agung Pambudhy)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656151/jika-benar-enzo-allie-terkait-hti-menhan-minta-pemecatan

Demi Jadi Taruna Akmil, Enzo Blasteran Prancis Punya Pelatih Fisik di Pesantren

Serang - Enzo Zens Allie, blasteran Prancis yang sudah jadi WNI pernah pernah pesantren di Al Bayan, Anyer Serang. Saat mengambil pendidikan, ia memiliki pelatih fisik demi mengenar cita-cita jadi anggota TNI.
Diungkapkan Kepala Sekolah Al Bayan, Deden Ramdhani, sosok Enzo memang dikenal ingin jadi anggota TNI saat berada di pesantren. Selepas salat Subuh, ia selalu menyempatkan lari keliling pondok. Bahkan, demi mengejar cita-citanta, Enzo diizinkan pihak pesantren dilatih fisik secara khusus.
"Saat kelas 12, saya beri izin Enzo untuk ngejar cita-citanya, diberikan izin latihan fisik di pantai, ada pelatih fisik," ujar Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Pihak pesantren tahu bahwa Enzo ingin menjadi anggota TNI. Bahkan, ia pernah dicurhati Enzo soal keinginannya menjadi TNI yang saleh. Enzo juga memilih untuk menjadi warga negara Indonesia saat berumur 17 karena ingin membela NKRI.
"Pak, mohon doanya saya ingin jadi prajurit saleh, ingin masuk Akmil," kata Kepala Sekolah Al Bayan,
Demi Jadi Taruna Akmil, Enzo Blasteran Prancis Punya Pelatih Fisik di PesantrenFoto: Enzo saat sekolah pesantren di Al Bayan (dok Al Bayan)

Bahkan, guru di pesantren sering lihat Enzo berlatih fisik sendirian. Sehari, ia bisa lari 3 kali mulai dari lingkungan pesantren dan diizinkan ke pantai. Kebetulan, pesantren Al Bayan berada dekat pantai Anyer.
Selain itu, Enzo juga sering ikut kegiatan yang sifatnya melatih fisik. Ia pernah diikutkan dalam perlombaan marathon di Kabupaten Serang. Di kalangan teman-temannya, ia sering melatih push up sebanyak 100 kali. 
"Saat kelas 11 cenderung hobi memanah. Kalau keahlian push up jangan diragukan, satu hari bisa 100 lebih," ujarnya.
Guru Bahasa Indonesia, Yudi Damanhuri menambahkan, Enzo juga dikenal ulet dan punya antusias. Ia juga tidak punya kesulitan berbahasa Indonesia.
"Dia mau belajar dan antusias. Bahasa Indonesianya lancar," ujar Yudi menambahkan.
Demi Jadi Taruna Akmil, Enzo Blasteran Prancis Punya Pelatih Fisik di Pesantren Foto: Salah satu guru Enzo di Pesantren (dok Al Bayan)

Cerita Ibunda soal Cita-cita Enzo Ingin Jadi Anggota TNI Sejak Kecil

Jakarta - Ibunda Enzo Zenz Allie, Siti Hadiati Nahriah, bahagia putranya lolos seleksi Akmil TNI. Dia mengatakan menjadi prajurit TNI adalah cita-cita Enzo sejak kecil.
"Menjadi prajurit TNI, merupakan cita-citanya semenjak kecil," kata Siti dalam situs resmi TNI AD, yang dilansir detikcom, Selasa (6/8/2019).
Siti mengungkapkan, ayah kandung Enzo, Jeans Paul Francois Allie, meninggal dunia karena serangan jantung. Sejak saat itu, Siti memutuskan pindah dari Prancis ke Indonesia bersama Enzo.

Cerita Ibunda soal Cita-cita Enzo Ingin Jadi Anggota TNI Sejak KecilFoto: Situs TNI AD

Lebih lanjut, Siti mengungkapkan keinginan Enzo menjadi prajurit TNI sejak kecil. Pada saat itu, Siti mengenang putranya kerap menggunakan baju tentara, termasuk senang berfoto dengan anggota Kopassus. Karena itu, dia bersyukur putranya bisa lolos.
"Enzo memacu diri mewujudkan cita-citanya dengan cara mengejar prestasi, di antaranya menjadi juara kedua lomba lari jarak 50 meter di Popda dan juara 1 lari jarak 400 meter dan 800 meter di Kejurkab," jelasnya.
Siti menjelaskan, persiapan Enzo dalam seleksi calon taruna Akmil dilatih oleh Letkol Arh Jatmiko Dandim 0503/JB. Setelah lulus seleksi, para calon taruna Akmil akan menjalani pendidikan Candradimuka pada 6 Agustus-30 Oktober 2019 di Akmil.
Cerita Ibunda soal Cita-cita Enzo Ingin Jadi Anggota TNI Sejak Kecil Foto: Situs TNI AD

Dubes Agus Maftuh Apresiasi Silaturahmi Anak Mbah Moen-Habib Rizieq

Jakarta - Putra-putra KH Maimun Zubair atau Mbah Moen berkunjung ke kediaman Habib Rizieq Syihab di Mekah, Arab Saudi. Duta Besar Indonesia untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, mengapresiasi silaturahmi yang dilakukan putra-putra Mbah Moen tersebut.
"Saya apresiasi silturrahim itu," kata Agus, Jumat (9/8/2019).
Dia mengatakan silaturahmi merupakan perintah Nabi. Agus juga mengenang kalau Mbah Moen merupakan ulama yang gemar bersilaturahmi.
"Silaturahim merupakan perintah Kanjeng Nabi. Mbah Moen adalah seorang ulama yang sangat gemar dan semangat dalam melakukan silaturrahim," ucapnya.
Sebelumnya, foto putra-putra KH Maimun Zubair atau Mbah Moen berkunjung ke kediaman Habib Rizieq Syihab beredar di media sosial. Putra Mbah Moen, Taj Yasin Maimoen, membenarkan peristiwa itu.
"Iya, benar (berkunjung ke kediaman Habib Rizieq)," kata Taj Yasin, Kamis (8/8).
Gus Yasin mengatakan kunjungan ke rumah Habib Rizieq merupakan bagian dari silaturahmi. Dia mengatakan hal itu dilakukan di sela waktu ketika tengah berada di Arab Saudi.
Dia juga membenarkan dalam kunjungan tersebut turut hadir KH Abdul Rouf (Gus Rouf), KH Majid Kamil Maimoen (Gus Kamil), dan KH Zuhrul Anam Hisyam.
Mbah Moen wafat di Mekah saat menjalankan ibadah haji pada Selasa (6/8) sekitar pukul 04.17 waktu Arab Saudi. Mbah Moen sempat disalatkan di Masjidil Haram.
Jenazah Mbah Moen lalu dimakamkan di kompleks pemakaman tertua di Mekah, Al Ma'la. Dalam momen itu, Habib Rizieq sempat datang dan berdoa di makam Mbah Moen. 
Dubes Agus Maftuh Apresiasi Silaturahmi Anak Mbah Moen-Habib Rizieq Keluarga KH Maimun Zubair atau Mbah Moen Silaturahmi ke Habib Rizieq Syihab (Foto: Istimewa)

MEMAHAMI RADIKALISME

DennySiregar.id, Jakarta - Saya membagi radikalisme itu dalam empat tingkatan.

Tingkatan paling tinggi adalah produsen.
Produsen ini adalah pencipta, penggerak termasuk penyandang dana gerakan radikal.
Ini kelompok kecil yang menciptakan model khilafah untuk kepentingan ekonomi dengan bahasa ideologi. Mereka sudah punya tujuan besar dan jangka panjang dengan dana yang tidak terbatas. Produsen ini bukan hanya perorangan, bisa juga negara. Tujuannya untuk membangun negara khilafah bisa macam-macam, mulai dari penguasaan sumber daya alam sampai jualan senjata.

Tingkatan menengah adalah distributor.
Pendistribusian konsep khilafah ini menarik. Mereka menggunakan banyak elemen mulai "ustad" "ulama" bahkan sampai lembaga donasi dan NGO seperti White Helmet di Suriah. Mereka melakukan perekrutan, pengkaderan sampai penempatan orang-orang mereka yang sudah masuk pada level menengah atau disebut sebagai agen. Distributor ini berfungsi sebagai pihak yang menghubungkan antara Produsen dan agen.

Dibawah distributor ada agen.
Agen-agen ini biasanya kader matang yang sudah mendapatkan pelatihan dan juga pendanaan. Biasanya bajunya agamis dan mentasbihkan diri sebagai tokoh agama. Mereka inilah yang bergerak di lapangan. Infiltrasi kepada lembaga negara termasuk TNI melalui agen-agen ini dan dilakukan lewat pengajian, jumatan dan hal-hal yang berbau keagamaan.
Agen ini biasanya ideologis. Sudah sulit diubah pemikirannya karena merekalah pembawa pesan di lapangan. Tujuan mereka merekrut dan menjual produk agama sebanyak-banyaknya melalui komunitas sekaligus menciptakan jaringan-jaringan di masyarakat, bisa melalui ormas-ormas.

Tingkatan paling bawah dan "paling banyak" adalah konsumen.
Mereka adalah orang-orang awam yang tertarik dengan konsep khilafah melalui propaganda di tempat-tempat ceramah. Pengetahuan mereka tentang agama biasanya minim, karena itu menjadi sangat fanatik.
Saya sebenarnya lebih suka menyebut konsumen dalam konsep ini sebagai korban. Mereka inilah yang disebut sebagai orang yang "terpapar".
Ideologinya terbatas dari ilmu yang mereka dapat dari "ustad"nya atau orang yang digelari "ulama" atau "habib". Ada yang sekedar ikut-ikutan trend, gagah-gagahan dan ada yang juga yang niat awalnya ingin memulai hidup lebih baik dengan konsep "hijrah".
Dalam melawan radikalisme, saya selalu mengajak banyak pihak untuk merangkul para korban ini dan memberikan mereka pemahaman yang benar. Mereka hanya dimanfaatkan oleh pihak tertentu saja karena kekurangan pengetahuan.
Banyak dari mereka yang sebenarnya sudah kembali kepada NKRI melalui gerakan ustad dan ulama yang cinta negeri, juga melalui program deradikalisasi. Mereka punya kesempatan yang sama hanya butuh waktu pendewasaan dalam memahami agama. Kelak dengan pendekatan yang tepat dan pergaulan yang luas, para konsumen ini akan kembali ke masyarakat biasa.
Sebagian lagi malah menjadi militan karena menjauhkan diri dari pergaulan. Mereka inilah yang potensial menjadi pengantin bom bunuh diri.
Membasmi radikalisme akan berhasil jika kita semua memahami tingkatan-tingkatan ini.
Kita hantam habis-habisan tiga tingkat diatas konsumen dan simbol-simbol mereka, dan merangkul para konsumen atau korban supaya tidak menjadi bagian dari radikalisme.
Kalau kita menghantam semua, maka kelak negeri ini akan pecah berantakan karena itu sama saja dengan memerangi saudara sebangsa sendiri.

Semoga paham, teman. Seruput kopinya..
Radikalisme
Radikalisme

Re-post by MigoBerita / Sabtu/10082019/11.00Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

2 komentar

Barracuda Essen 13 Agustus 2019 pukul 01.21

Terimakasih, infonya..
Jangan lupa mampir kesini http://bit.ly/2JNya8h

migo berita 15 Agustus 2019 pukul 19.07

Sama-sama ^_^