» » » » » Sepi Berita ??!! Pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 tahun 2020 di Tehran

Sepi Berita ??!! Pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 tahun 2020 di Tehran

Penulis By on Selasa, 11 Februari 2020 | No comments

Pawai 22 Bahman, Kekuatan Lunak Iran Menjaga Revolusi Islam

Bangsa Iran di seluruh penjuru negeri hari ini (Selasa,11/2/2020) turun ke jalan melakukan pawai memperingati kemenangan Revolusi Islam ke-41.
Partisipasi aktif rakyat Iran selalu menjadi salah satu komponen kunci dari keberlanjutan Revolusi Islam yang tetap lestari hingga kini, dan prinsip penting ini membedakan antara Revolusi Islam dengan revolusi lain di dunia.
Kehadiran rakyat Iran dari berbagai eleman bangsa dalam peringatan kemenangan Revolusi Islam selama ini menjadi kekuatan lunak pertahanan negara ini. Partisipasi luas masyarakat Iran telah menggagalkan konspirasi dan ancaman musuh, terutama Amerika Serikat.


Permusuhan pemerintah AS terhadap Iran pasca kemenangan Revolusi Islam dengan jelas menunjukkan bahwa para pejabat Amerika marah terhadap dukungan rakyat kepada Revolusi Islam, karena menjadi batu sandungan terhadap kepentingan mereka.
Naiknya Donald Trump sebagai presiden AS meningkatkan permusuhan negara adidaya ini terhadap Republik Islam. Selama bertahun-tahun, AS telah berusaha keras untuk memisahkan rakyat dengan Republik Islam melalui berbagai langkah destruktifnya dari terorisme ekonomi hingga terorisme negara. Tetapi komponen kuat dari hubungan rakyat dengan Revolusi Islam telah menggagalkan upaya Amerika tersebut.

Pawai 22 Bahman
Meskipun diguyur salju dan cuaca dingin yang menusuk, tapi kehadiran jutaan orang Iran pada prosesi duka dan pemakaman Letnan Jenderal Qassem Soleimani menunjukkan bahwa Amerika tidak mampu memecah belah masyarakat Iran, bahkan dengan cara terorisme negara secara licik sekalipun.
Satu-satunya konsekuensi penting dari aksi teror yang dilancarkan AS terhadap Syahid Haji Qassem adalah semakin kuatnya barisan Front Perlawanan di kawasan Asia Barat. Lebih dari itu, publik di negara-negara kawasan Timur Tengah, termasuk di Irak menuntut penarikan pasukan Amerika dari Asia Barat, yang mengindikasikan peningkatan kebencian rakyat kawasan terhadap AS.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam pertemuan dengan para duta besar dan diplomat asing di Tehran hari Senin (10/2/2020) mengatakan bahwa pemahaman yang parsial atau tidak akurat tentang realitas Iran telah menyebabkan kebijakan yang sangat berbahaya. Zarif menegaskan, "Kehadiran jutaan orang dalam peringatan kesyahidan Letjen Qassem Solaemani dan orang-orang yang menyertainya mengungkapkan kebencian masyarakat Iran dan negara-negara kawasan terhadap kebijakan AS,".
Kehadiran rakyat Iran dengan kesadaran penuhnya dalam berbagai tahapan Revolusi Islam, termasuk pawai 22 Bahman tahun ini, mengirimkan pesan penting kepada dunia, terutama Amerika Serikat, bahwa Revolusi Islam memiliki modal sosial yang kuat dan meyakinkan tentang dukungan rakyat terhadap Republik Islam yang menjadi kekuatan lunak dalam menghadapi berbagai plot dan konspirasi musuh terhadap Iran.
Dukungan kuat rakyat terhadap Revolusi Islam pada pawai 22 Bahman, dan akan diulang kembali sekitar 10 hari mendatang dalam pemilu legislatif, menjadi kekuatan lunak Iran dalam kerangka "langkah kedua Revolusi Islam" menghadapi tekanan dan ancaman musuh. Meskipun ditekan dari berbagai arah, Iran terus melangkah untuk mewujudkan cita-cita luhurnya.(PH)

Liputan Langsung Al Mayadeen; Rakyat Iran tak Dipaksa Pawai !

Stasiun televisi Lebanon, Al Mayadeen melakukan liputan langsung dari sejumlah kota di Iran, di hari Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 yang diikuti jutaan warga di bawah guyuran salju, dan dinginnya cuaca.
Fars News (11/2/2020) melaporkan, warga Iran di seluruh penjuru negara, hari ini, Selasa (11/2) yang bertepatan dengan 22 Bahman 1398 Hs tetap mengikuti pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 meski berada dalam kondisi cuaca yang cukup ekstrem.
Di kota Rasht dan beberapa kota Iran yang lain, salju turun dan suhu sangat dingin disertai hembusan angin kencang.
Al Mayadeen 22 Bahman
Stasiun televisi Al Mayadeen dalam laporan khususnya mengabarkan, rakyat Iran, besar maupun kecil, tua dan muda, ikut serta dalam pawai Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41, mereka tidak mempedulikan suhu dingin, dan kondisi cuaca sulit di kota Rasht.
Wafa Saraya, reporter Al Mayadeen di Tehran, terkait kehadiran luas warga Rasht dalam pawai 22 Bahman di bawah guyuran salju menuturkan, kehadiran luas warga dalam cuaca seperti ini membuktikan kebohongan orang-orang yang mengatakan rakyat Iran dipaksa turun ke jalan untuk mengikuti pawai.
Al Mayadeen mengirim wartawan ke Iran untuk meliput langsung peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 di tiga kota yaitu Tehran, Kerman dan Qom. (HS)
Rasht, pawai 22 Bahman
Rasht, pawai 22 Bahman

Presiden Belarus Puji Keberanian Rakyat Iran

Presiden Belarus dalam pesan ucapan selamatnya atas Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41, menekankan prestasi Iran pasca revolusi, dan memuji keberanian serta solidaritas rakyat negara ini.
Fars News (11/2/2020) melaporkan, Aleksandr Lukashenko dalam suratnya untuk Presiden Iran mengucapkan selamat atas Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41, dan menegaskan tekad Belarus untuk memperkuat hubungan dengan Tehran.
Sebagaimana ditulis situs Belta, Lukashenko dalam pesannya untuk Hassan Rouhani menekankan prestasi-prestasi mengagumkan yang diraih Iran pasca revolusi.
Ia juga memuji keberanian dan solidaritas rakyat Iran, serta kesiapan mereka melindungi kepentingan negaranya.
Presiden Belarus menegaskan, Minsk dan Tehran memiliki tuntutan yang sama dalam memastikan hak legalnya untuk mengambil keputusan secara mandiri bagi masa depan negara.
Lukashenko menegaskan, saya yakin peningkatan kerja sama Iran-Belarus akan membantu menjawab tantangan-tantangan dunia terkini. (HS)
Aleksandr Lukashenko
Aleksandr Lukashenko

Zarif: Rakyat Iran Buktikan, Amerikalah yang Teroris

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan,selama 41 tahun Amerika Serikat terus melakukan kesalahan, dan berharap rakyat Iran menjauh dari revolusi karena tekanan-tekanannya, tapi rakyat Iran dengan berpatisipasi dalam pemakaman Letjen Syahid Qasem Soleimani, telah membuktikan bahwa teroris adalah Amerika.
Fars News (11/2/2020) melaporkan, Mohammad Javaz Zarif, Selasa (11/2) pagi di tengah warga Tehran yang mengikuti pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 menuturkan, Presiden Amerika dengan meneror Syahid Soleimani, sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa ia sudah melakukan kesalahan selama 41 tahun terkait revolusi Iran.
 
Ia menambahkan, sampai saat ini Amerika terus melakukan kesalahan yang sama, dan kesalahan ini menyebabkan rakyat Iran bersatu dan solid dalam menghadapi manuver Amerika.
 
Zarif menjelaskan, apapun yang kita miliki berasal dari rakyat, rakyatlah sumber kekuatan terpenting Iran, siapapun yang bersandar ke rakyat dan mempercayainya, akan berhasil. Tanpa rakyat kita bukan siapa-siapa, dan kita bisa menghadapi kesulitan apapun bersama rakyat.
 
"Momen pemakaman Syahid Soleimani adalah referendum rakyat Iran yang mengatakan kepada Amerika bahwa dialah teroris yang sebenarnya," pungkas Zarif. (HS)
Zarif di pawai 22 Bahman
Zarif di pawai 22 Bahman

TV Israel: Lautan Rakyat Iran Rayakan Kemenangan Revolusi

Stasiun televisi rezim Zionis Israel, i24News menayangkan pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 yang dihadiri lautan manusia.
Fars News (11/2/2020) melaporkan, i24News mengakui lautan manusia turun ke jalan mengikuti pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 di seluruh penjuru Iran.
TV Israel itu menyebutkan, setelah pemerintah Iran mengimbau rakyat negara ini untuk berpartisipasi dalam pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 untuk menunjukkan persatuan, warga Iran dalam jumlah yang sangat banyak turun ke jalan.
Menurut i24News, para peserta pawai meneriakkan "Mampus Amerika", dan mengumumkan tekad mereka melawan tekanan asing.
Selain televisi Israel, sejumlah media asing lain juga meliput pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 seperti Associated Press, Reuters, AFP dan puluhan media lainnya. (HS)
pawai 22 Bahman, Iran
pawai 22 Bahman, Iran

Di Hari Kemenangan Revolusi, Iran Pamerkan Roket Fajr-5

Organisasi Industri Pertahanan, Kementerian Pertahanan Iran membuka stan di jalur yang digunakan pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 di Tehran, dan memamerkan sejumlah produk pertahanan nasional baru.
Fars News (11/2/2020) melaporkan, di sela pawai 22 Bahman, Tehran, Organisasi Industri Pertahanan, Kemenhan Iran, memamerkan sejumlah produk militer baru buatan angkatan bersenjata negara ini.
Salah satu produk pertahanan baru yang dipamerkan dalam pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41 adalah bom cerdas dengan panduan presisi, Ghaem, bom berpandu, Yassin, dan Balaban, serta roket Fajr-5.
pameran militer di pawai 22 Bahman, Tehran
Dalam pawai peringatan Kemenangan Revolusi Islam Iran ke-41, masyarakat membawa plakat bertuliskan "Kami tak akan Tawar Menawar soal Darah Qasem Soleimani", dan mereka juga mengecam serta menolak perundingan apapun dengan pemerintah Amerika Serikat.
Sejumlah banyak peserta pawai di Tehran, berfoto di dekat produk-produk militer baru angkatan bersenjata Iran. (HS)
bom cerdas Balaban
bom cerdas Balaban
Boikot Zionis, Emang Bisa?
Baru-baru ini beredar lagi tuh, tulisan ZSM yang mengejek kaum Muslim. Intinya, “Kalian Muslim ini sedemikian lemah dan bodoh; kalian itu berutang budi sama Yahudi, semua penermuan ilmu dan teknologi di dunia ini buatan Yahudi, jangan sok-sokan boikot Yahudi, ga mungkin!!”
Sebelum saya bahas, saya tegaskan dulu: tulisan ini saya tujukan untuk masyarakat Indonesia (baik Muslim dan nonMuslim) yang minderan (tapi non-ZSM) dan setuju dengan kalimat paragraf pertama itu. ZSM silahkan minggir, you are not welcome here.
Pertama, kalau dapat broadcast ejekan semacam itu yang seolah-olah pakai data (ada obat ini itu, yang bikin Yahudi, ada sekian penerima Nobel, Yahudi, dst), jangan langsung terperangah. Sangat banyak info/data yang disembunyikan di situ. Penemu dan ilmuwan di kalangan Muslim itu banyak kok, sangat banyak. Kalau ga terima Nobel, tidak berarti mereka tidak hebat.
Kedua, kepintaran saja tidak bisa membuat sebuah temuan menjadi mendunia. Kenyataannya, memang ekonomi negara-negara Muslim jauh lebih rendah dibanding negara Barat. Tapi jangan lupa, Barat mengakumulasi kekayaan amat sangat besar dari hasil penjajahan di negara-negara Muslim (era kolonialisme) serta hasil mengeruk kekayaan alam dan menjerumuskan negara-negara Muslim dalam utang (era pascakolonial).
Akumulasi modal yang sangat besar membuat Barat (di antara mereka ada orang-orang Yahudi, karena pemodal besar dunia memang kebanyakan Yahudi) mampu mengkapitalisasi karya-karya mereka. Misalnya, Zuckie, bikin FB. Kalau tidak ada modal raksasa, apa bisa sebesar sekarang? Apa orang Muslim atau Katolik yang pintar IT tidak bisa bikin medsos ala FB? Saya yakin bisa, tapi sulit membesar seperti FB bila kurang modal.
Kita kenal pak Habibie, Muslim yang taat, beliau bisa bikin pesawat. Kalau saja beliau diberi keleluasaan untuk mengembangkan industri pesawat, saya yakin, kita bisa jadi raksasa di industri penerbangan. Tapi, ketika masih ‘bayi’, calon raksasa ini dibunuh, baik lewat jebakan utang IMF (yang pemodal besarnya adalah negara-negara Barat yang akan tersaingi jika IPTN maju) maupun politik (Habibie dijegal oleh politisi Indonesia).
Kita tahu Iran punya saintis yang sangat hebat di bidang nuklir dan berbagai bidang sains lainnya. Tapi apa yang terjadi? Iran ditekan habis-habisan, baik oleh sesama Muslim (melalui isu “Syiah-sesat”) dan oleh Barat. Proyek nuklir Iran itu dihalang-halangi dengan alasan Iran “berpotensi” membuat senjata nuklir. Jadi, senjata nuklirnya tidak ada, belum ada, dan Iran menyatakan tidak akan ada (karena bertentangan dengan fiqih mereka: senjata pembunuh massal itu haram; karena korbannya massal, sementara perang dalam Islam itu harus ksatria, militer vs militer).
Demi mempertahankan proyek nuklir damainya (yang akan membuat Iran swasembada energi, tidak bergantung minyak, bahkan bisa menjadi eksportir energi listrik di kawasan), Iran harus mengalami kepahitan diembargo ekonomi, dikucilkan secara politik (dengan bantuan para “ulama” yang berfatwa Syiah-sesat-kafir), dan bahkan diperangi (lewat tangan ISIS).
Selain itu Barat melakukan politisasi sains. Ini yang saya bahas dalam tesis saya yang judulnya “hegemoni epistemic community”, bagaimana Barat atas nama sains memilih ilmuwan yang sejalan dengan kepentingan mereka, dan membungkam ilmuwan yang lain. Tapi kapan-kapan ajalah saya bahas.
Jadi, wahai kaum Muslim minderan, ketahuilah, secara gen kalian itu sama sekali tidak kurang dari Yahudi. Klaim Yahudi umat pilihan itu kan klaim mereka sendiri. Buktinya, Barat mengalami renaissance kan setelah belajar dari kaum Muslim. Kemajuan ilmuwan Barat (di antara mereka ada Yahudi) hari ini berhutang pada ilmuwan Muslim zaman dulu.
Tentu saja, kalau hanya menyombongkan diri dan menyebut-nyebut kejayaan Muslim di masa lampau, jelas salah kaprah. Tapi, minderan dan mengambil kesimpulan bahwa Muslim ga bisa berbuat apa-apa, juga jelas salah kaprah.
Selanjutnya, paragraf pertama di atas itu dibuat dalam tujuan mengejek kaum Muslim: ga usah coba-coba boikot Yahudi. Ini adalah narasi yang dikembangkan ZSM untuk membungkam perlawanan terhadap Israel.
Begini ya, saya jelaskan: aksi boikot yang diserukan oleh para pendukung Palestina yang rasional (non-kadrun) adalah BOIKOT PRODUK ZIONIS, bukan boikot YAHUDI.
Mengapa?
Karena kita, kubu pro-Palestina yang rasional ini, paham bedanya antara Zionis dan Yahudi. Kita ini tidak benci Yahudi, tapi sedang melawan penjajahan Zionis-Israel terhadap Palestina.
Kita yang rasional ini terdiri dari berbagai agama, dari berbagai bangsa. Bahkan yang lebih aktif melakukan tindak nyata memboikot produk Israel justru negara-negara Barat. Misalnya, Parlemen Irlandia bahkan menyepakati UU boikot produk Israel. [1]
Apa sih tujuan AKSI BOIKOT ISRAEL? (bukan boikot YAHUDI, ya!)
Seruan boikot ditujukan untuk memboikot produk perusahaan Zionis Israel karena laba yang mereka dapatkan itu digunakan untuk membunuh, membombardir, mengusir, serta merampas dan menghancurkan rumah-rumah orang Palestina.
Aksi boikot internasional semacam ini pernah dilakukan melawan rezim Apartheid Afrika Selatan. Akibat boikot, rezim apartheid itu tumbang dan dibentuklah pemerintahan baru yang memberi hak setara pada semua ras. Tujuan aksi boikot Zionis juga agar rezim Zionis tumbang, lalu dibentuk pemerintahan baru yang bisa menegakkan keadilan dan tidak lagi melakukan kejahatan kepada orang Palestina.
Tapi, apa bisa kita memboikot Zionis? Bukankah banyak hal di sekitar kita produk Yahudi? Eits, ingat, bukan Yahudi, tapi ZIONIS. Jadi, cek dulu, apakah sebuah produk itu dibuat oleh perusahaan Israel atau perusahaan yang mengalirkan sebagian labanya kepada Israel? Bila ya, upayakan tidak pakai. Bila ada 10 produk, tapi kita cuma bisa menghindari 5, itu juga cukup. Usaha saja sebisanya. Perjuangan membela Palestina perlu dilakukan di semua lini, inilah salah satunya.
Apakah berdampak pada Israel?
Faktanya, langkah kecil dari kita ini ternyata bisa berdampak besar bagi ekonomi Israel. Israel mengalami kerugian sedikitnya 8 miliar dollar AS tahun 2013 akibat boikot tersebut. Aksi boikot terbesar dilakukan negara-negara Eropa, disusul Amerika Serikat. Pada Januari 2014, Israel sudah merugi 150 juta dollar AS akibat aksi boikot itu.Ekspor komoditas dari area permukiman Yahudi ke mancanegara menurun hingga 20 persen sepanjang tahun 2013. (Kompas, 24/2/2014)
Pantesan, ZSM galak banget sama yang menyerukan boikot. Ya gak?
[1] sidang parlemen Irlandia mendukung UU boikot produk Israelhttps://web.facebook.com/Labourheartlands/videos/1904890446268351/
Berita foto: pada tahun 2019 ada 755 anak Palestina di bawah 18 tahun yang dipenjarakan oleh Israel. Kalau dihitung sejak 2000, ada 16.500 anak Palestina yang dipenjara Israel.
http://french.presstv.com/Detail/2019/11/20/611653/Israel-arrested-745-children
Deal of The Century
Singkat saja. Trump kemarin merilis “rencana perdamaian” Palestina-Israel yang disebutnya “kesepakatan abad ini”. Rencana ini tidak masuk akal dan tidak akan bisa berjalan karena:
1. Dalam resolusi konflik, mediator seharusnya pihak yang netral. Tapi dari cuitan Trump ini, jelas sekali dia ada di pihak Israel. Dia menulis, “Saya akan selalu berdiri bersama Israel dan orang-orang Yahudi. Saya sangat mendukung keselamatan dan keamanan mereka dan hak mereka untuk hidup di tanah air bersejarah mereka. Saatnya damai!”
2. Palestina-Israel sesungguhnya bukanlah KONFLIK. Kita menyebut “konflik” jika terjadi antara dua pihak yang kurang-lebih setara kekuatannya. Sementara itu, yang terjadi di Palestina adalah PENJAJAHAN atau pendudukan atas tanah Palestina, oleh orang Israel. Karena itu, yang dibutuhkan bukan mediator tapi penegakan hukum internasional; penegakan keadilan. Selain itu, dalam kondisi terjajah, sebuah bangsa berhak untuk angkat senjata melawan penjajahnya.
Hanya AS, Israel, dan ZSM yang bilang pejuang Palestina adalah teroris.
Silahkan lihat peta. Tahun 1947, PBB merilis Resolusi no 181 yang membagi 2 wilayah Palestina: sebagian dijadikan negara Arab-Palestina, sebagian dijadikan negara Yahudi-Israel. Wilayah hijau di peta adalah wilayah yang didesain untuk Palestina. Dari desain saja kita bisa lihat betapa absurdnya pembagian tanah itu.
Masa 1 negara harus dipisah berjauhan begitu? Presiden dan pejabat Palestina yang berada di Tepi Barat musti lewat wilayah Israel dulu supaya bisa masuk wilayah Gaza.
Di peta, saya kasih tanda panah merah [bawah], itu usulan pembangunan terowongan bawah tanah, supaya orang Tepi Barat bisa masuk ke Gaza.
Semua dilakukan atas nama sejarah: RIBUAN TAHUN LALU, konon tanah itu milik nenek-buyut-moyang Yahudi HARI INI.
[bayangkan bila turunan orang Yunan yang tinggal di Nusantara jadul tiba-tiba datang lagi dan mengklaim memiliki Indonesia dengan alasan yang sama]
Atau, atas nama KITAB SUCI [konon, ada ayat di kitab Yahudi bahwa itu tanah milik Yahudi]
Tentu saja sejak awal, warga Arab Palestina menolak, sudahlah tanahnya dirampok, didesainkan negara yang aneh pula. Tapi akhirnya, setelah menjalani berbagai kekejaman selama puluhan tahun (pengusiran, pembunuhan, perampasan rumah dan kebun, secara berkala dibombardir, dipenjara semena-mena), pihak Palestina mengalah, menerima pembagian ala Resolusi 181 yang jahat itu. Inilah “solusi dua negara” yang dipaksakan PBB itu: Palestina harus mau terima wilayah hijau di peta itu sebagai negaranya dan mengikhlaskan wilayah lain untuk Israel.
Ok, sekarang (sebagian) dari warga Palestina mau terima. Yang penting bisa hidup damai, tidak sewaktu-waktu dibom atau diusir dari rumah. Anak-anak bisa sekolah tenang, tidak ditembakin semaunya oleh tentara.
Tapi, itupun tidak mungkin lagi saat ini. Saya kasih tanda panah merah [atas], itu menunjuk ke permukiman-permukiman khusus Yahudi.
Jadi, selama ini yang terjadi: Israel semena-mena merampas tanah (termasuk menghancurkan rumah-rumah di atasnya) di Tepi Barat, lalu dibangunlah permukiman khusus Yahudi (yang didatangkan dari berbagai negara dunia, dalam program “aliyah” atau “mudik”).
Ada sangat banyak permukiman Yahudi yang dibangun secara ilegal (melanggar Konvensi Jenewa dan berbagai resolusi PBB, serta sudah divonis ilegal oleh Mahkamah Internasional th 2004).
Di antara permukiman itu dibangun jalan-jalan yang hanya boleh dilalui warga Israel. Coba bayangin, di kecamatanmu, ujug-ujug dibangun kompleks khusus untuk etnis tertentu. Untuk bisa lewat antar RT, warga kecamatan musti lewat posko militer, ditahan berjam-jam sebelum bisa lewat. Padahal sangat mungkin kamu tinggal di RT 1, tapi sekolah anakmu ada di RT 3 dan itu harus muter dulu, karena terhadang oleh perumahan etnis tertentu itu. Tentara pun sangat galak, semena-mena menembaki warga kecamatan.
Artinya, orang Israel sebenarnya tidak berniat memberikan wilayah hijau di peta itu untuk Palestina. Mereka ingin menguasai semuanya. Segala jenis upaya “damai” hanya untuk menutupi perampasan tanah yang terus terjadi di Tepi Barat.
Ok, segini dulu sementara ini. Semoga bisa lebih dipahami apa yang sebenarnya sedang terjadi di Palestina hari ini.
——-
Antisipasi:
-Biasanya ZSM komen: “salah sendiri, dulu Palestina menolak resolusi 1947” –> ini jawabannya sudah saya tulis ya, tapi bagaikan zombie, mereka akan mengulang-ulang sanggahan yang sama, “yang penting ngetroll demi kejayaan Israel”.
-Biasanya ada ZSM yang nekad copas ayat “suci” mereka, yang menyatakan bahwa “Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan”. Itu sih Tuhan elo. Tuhan kami bukanlah Tuhan yang mengizinkan pembantaian dan perampasan tanah.

Tepi BaratTepi Barat
Tepi Barat oleh PBB (tahun 1947) didesain untuk menjadi wilayah bagi negara Palestina. Kini, “pemerintahan” Palestina sudah terbentuk (disebut Otoritas Palestina) di Tepi Barat, tapi secara de facto, mereka tidak punya kekuasaan apa-apa atas wilayah dan warganya.
Tahun 2006, setelah dilakukan proses pemilu yang sangat demokratis [ada pengawas internasional], Hamas menang. Tapi Israel meresponnya dengan memblokade Gaza. Hingga hari ini, warga Gaza “dipenjara”, arus keluar masuk orang dan barang sangat terbatas; secara berkala Israel membombardir Gaza, menghancurkan infrastruktur dan membantai puluhan ribu orang.
Sementara itu, di Tepi Barat, hampir setiap hari selalu terjadi perampasan rumah-rumah warga Palestina, lalu di atasnya dibangun permukiman khusus Yahudi. Yang menghuni adalah Yahudi dari berbagai penjuru dunia. Dalam “Deal of the Century” Trump, permukiman illegal itu dilegalisasi dan Palestina diminta untuk “mengikhlaskan” saja.
Mengapa kaum Yahudi dari berbagai penjuru dunia itu mau datang ke Israel? Karena didoktrinkan kepada mereka: Israel adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.
Di video ini, jurnalis AS, Abby Martin mewawancarai orang-orang Israel di jalanan. Anda bisa simak, mereka orang-orang yang rasis, sangat benci Palestina, bahkan mendukung pembantaian terhadap orang Palestina. Mereka merasa berhak hidup di tanah Palestina karena alasan “sejarah” [nenek-nenek-buyut-moyang kami dulu di sini] dan “agama” [Yahudi adalah umat terpilih].
Tentu, ada segelintir orang Israel yang memahami kejahatan yang dilakukan kaumnya dan menjadi aktivis pembela Palestina, di video ini Abby mewawancarai salah satunya.
video: “Warga Israel Mendukung Pembunuhan pada Palestina”: bit.ly/2BedU8I
***
Video liputan lain dari Abby Martin:
1. Kondisi di dalam kamp-kamp pengungsi Palestina: bit.ly/2cViSQ1
2. Sejarah Palestine dan Israel yang Dirahasiakan: bit.ly/2iFHU4g
3. Penghancuran Rumah-Rumah untuk pembangunan permukiman ilegal:bit.ly/2gJbntE
4. Teror para permukim ilegal Israel: bit.ly/2hBGeLu
5. Pengakuan orang Israel: “saya adalah teroris”: bit.ly/2AWEsyL
6. Membungkam Palestina – Penjara & Kekerasan: bit.ly/2zTs1QH
***
Lalu, di atas segala kejahatan kemanusiaan itu, para pendukung Israel di Indonesia (ZSM) masih saja dengan tak tahu malu menyebut kata “damai” (seperti junjungan mereka, Donald Trump). “Damai” yang mereka maksud adalah “diam saja, jangan melawan lagi, biarkan saja Israel terus meneror dan merampas rumah kalian.”
———–
Ini adalah postingan ke-3 saya [terkait proposal “damai” Trump], sebaiknya dibaca dari awal. Postingan sebelumnya:
(1) “Deal of the Century”https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/photos/a.234143183678611/860166361076287/
(2) penjelasan dg video [vlog]https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/2483984241866439/
Foto: warga Palestina di Tepi Barat menatap permukiman ilegal Israel
[Vlog] Narasi Palestina
Ini semacam visualisasi dari status saya sebelumnya yang judulnya “Deal of the Century” [1].
Bagaimana awalnya Resolusi PBB 181 semena-mena membagi dua wilayah Palestina, setengahnya diberikan ke Yahudi untuk didirikan negara Israel dan penghuninya diimpor dari berbagai negara; sampai hari ini, dimana jutaan warga Palestina harus hidup berdesakan di kamp-kamp pengungsian.
Btw, ini vlog pertama saya dan ternyata ga mudah bisa bikin vlog kayak gini.. butuh waktu lama.
Harap maklum kalau masih kaku ngomongnya yah.. ini voice over-nya juga udah diulang belasan kali 
Troll Israel
Di berita tahun 2013 ini disebutkan: Kantor Perdana Menteri Israel memiliki rencana jangka panjang untuk memanfaatkan pelajar dan pendukung Israel lainnya di SELURUH DUNIA dalam upaya membela Israel di media sosial.
Program ini juga melibatkan pemberian beasiswa untuk mahasiswa lokal yang akan menyebarkan pesan tentang Israel di media interaktif, serta pengkoordinasian upaya media sosial dengan organisasi Yahudi, kelompok Facebook dan dengan kelompok mahasiswa pro-Israel di seluruh dunia.
**

Pantesan di fanpage saya juga sering muncul komentator pro Israel yang sangat tebal muka, tidak tahu malu. Tapi sebagian mereka sengaja pakai akun palsu (mungkin hati kecilnya juga tahu, komen mereka ga mutu blas, jadi malu kasih identitas asli).
Yang menjengkelkan, mereka itu hanya komen dengan mengabaikan isi tulisan saya. Istilahnya: cuma NGE-TROLL.
Seringkali yang mereka komenin itu seringkali justru sesuatu yang sedang saya jawab di tulisan saya.
Contohnya begini:
Status Dina: Palestina dulu berada di bawah kekuasaan Ottoman
Komen ZSM: Coba cek lagi sejarah, dulu Palestina itu ada nggak?
Bloon bener ga sih?
Ini sama dengan:
Status Dina: tadi pagi saya tidak sempat sarapan
Komen ZSM: ibu tadi pagi sarapan ga sih?
Sejujurnya saya pening baca komen ZSM bloon begini. Kalau saya ladenin, habis waktu saya. Jadi lebih sering saya abaikan saja.
Tapi, saya berterimakasih untuk teman-teman yang masih punya kesabaran melayani mereka. Meskipun mereka ini tidak akan mau tunduk (karena niat awalnya memang cuma ngetroll, perang membela Israel di medsos) tapi yakinlah, ada banyak silent readers yang mengambil manfaat dari komen-komen logis Anda.
*salut dan jabat erat, untuk semua follower fanpage ini yang pro-Palestina
Palestina adalah Kita
Frasa ‘Palestina adalah Kita’ saya ambil dari tulisan Gilad Atzmon, seorang penulis Yahudi yang lahir dan besar di Israel. Di masa dewasanya, ia menyadari kejahatan Israel terhadap bangsa Palestina dan memilih pergi keluar, tinggal di Inggris, lalu aktif menulis mengkritik Israel dan membela Palestina. Dia bahkan menyebut diri sebagai orang Palestina. “Saya seorang Palestina yang berbahasa Ibrani,” kata Gilad kepada saya, saat kami berjumpa di Bandung tahun 2017.
Yang ingin saya ceritakan di sini adalah penjelasan Gilad mengenai politik identitas yang digunakan oleh elit Yahudi-Zionis untuk kepentingan mereka. Kata Gilad, orang Yahudi dibentuk untuk lebih ‘merasa sebagai Yahudi’, dibanding ‘merasa sebagai yang lain’. Jadi, mereka akan lebih membela ke-Yahudi-an dibanding negara tempat mereka tinggal. Ini yang ngomong orang Yahudi sendiri ya, bukan saya. [1]
Tentu saja, selalu ada perkecualian, misalnya saja Gilad sendiri, atau Miko Peled; atau para Rabi Neturei Karta yang menolak Israel. Banyak juga orang-orang Yahudi yang mendirikan LSM untuk membela Palestina. Mereka berusaha membuka mata saudara seiman mereka tentang kejahatan rezim Zionis.
Nah, politik identitas serupa juga dipakai oleh ‘saudara kembar’ Zionis: kaum Wahabi. Sejak dimulainya Perang Suriah (2012), politik identitas ini digunakan Wahabi untuk mengacau Indonesia. Konflik Suriah diimpor ke Indonesia dengan 3 tujuan utama: merekrut petempur (“jihadis”), menggalang dana untuk “perjuangan jihad”, dan menguasai politik dalam negeri.
Sejak pilpres 2014, jelas sekali, kelompok-kelompok pendukung “jihad” Suriah itu menunggangi konstelasi politik Indonesia untuk mencapai tujuan mereka. Mereka mengedepankan identitas keislaman (itupun Islam versi mereka) untuk menggalang suara atau untuk menjatuhkan rival politik. Sebagian massa yang terlibat mungkin tak sadar karena mereka mengira sedang “membela agama”. Perlu kecerdasan politik untuk menyadari adanya politik identitas.
Belakangan, militer Israel mengakui bahwa mereka menyuplai dana dan senjata pada para “jihadis” Suriah. Tokoh-tokoh politik AS sendiri juga sudah mengecam bantuan dana dan senjata yang diberikan pemerintah AS kepada “jihadis”. Mengapa AS dan Israel yang mengaku ‘demokrasi’ itu malah mendukung para teroris/”jihadis”, lalu AS bahkan membunuh Jenderal Soleimani yang sukses memimpin perang mengalahkan ISIS?
Karena, Assad adalah pembela Palestina di garis depan; artinya, dia adalah salah satu musuh terbesar Israel. Sementara itu, para “jihadis” tidak cukup cerdas memahami ini. Bagai zombie, mereka berperang di Suriah, membunuhi sesama Muslim, umat Kristen, Yazidi, dll.
Itulah sebabnya, ISIS (serta kelompok “jihadis”/teroris lain) tidak pernah menyerang Israel. Bahkan Menteri Perang Israel, Moshe Ya’alon menyatakan, “Di Suriah, jika pilihannya antara Iran dan ISIS, saya memilih ISIS.” [2]
Di Indonesia, para supporter “jihadis” ini terus-menerus menyebarkan narasi politik identitas, agar publik terus marah dan mau disetir ke arah manapun yang mereka inginkan. Kalau perlu, sesekali ledakkan bom untuk meluapkan kemarahan kepada kaum “kafir”.
Ini benang merah pertama yang menghubungkan Israel-Suriah-Palestina-Indonesia.
Selain itu, ada benang merah kedua.
John Perkins, dalam bukunya Confessions of an Economic Hit Man menceritakan bahwa modus operandi lembaga-lembaga keuangan AS dalam mengeruk uang bangsa Indonesia (dan negara berkembang/miskin lain) adalah dengan memberikan hutang raksasa kepada negara-negara berkembang.
Tulis Perkins, “Salah satu kondisi pinjaman itu –katakanlah US $ 1milyar untuk negara seperti Indonesia atau Ekuador—negara ini kemudian harus memberikan 90% dari uang pinjaman itu kepada satu atau beberapa perusahaan AS untuk membangun infrastruktur—misalnya Halliburton atau Bechtel. Ini adalah perusahaan yang besar. Perusahaan-perusahaan ini kemudian akan membangun sistem listrik atau pelabuhan atau jalan tol, dan pada dasarnya proyek seperti ini hanya melayani sejumlah kecil keluarga-keluarga terkaya di negara-negara itu. Rakyat miskin di negara-negara itu akan terbentur pada hutang yang luar biasa besar, yang tidak mungkin mereka bayar.”
Lalu siapakah pemilik Halliburton atau Bechtel yang disebut Perkins? Silahkan google saja. Google apa saja proyek mereka di negeri-negeri yang sudah diduduki AS (Irak, misalnya). Google juga, siapa pemilik saham Big Oil yang menguasai ladang-ladang minyak di Indonesia. Cek mana saja perusahaan transnasional yang mengeruk uang sangat-sangat banyak di Indonesia dan seluruh dunia (sebagian dengan cara-cara kotor). Pelajari ekonomi politik global, pelajari bagaimana perekonomian dunia ini dikuasai segelitir manusia; mereka membiayai berbagai perang demi mengeruk keuntungan yang sangat besar.
Dari situ, Anda akan menemukan nama-nama keluarga/dinasti Yahudi pro-Israel atau Kristen Evangelis yang sangat kaya dan merekalah tulang punggung ekonomi Israel. Haaretz (koran Israel) pernah menulis bahwa orang-orang kaya Yahudi memiliki keterikatan kekeluargaan yang sangat erat dan menjadikan ‘tzedakah’ (sedekah) kepada Israel sebagai sebuah kewajiban moral. Umat Kristen Evangelis (sebagian) jadi korban doktrin para pengkhutbah pro-Zionis, sehingga mereka menyumbang uang sangat-sangat besar untuk Israel.
[Catat: yang dipersoalkan bukan Yahudi-nya atau Kristen-nya, melainkan dukungan mereka pada rezim yang melakukan kejahatan kemanusian di Palestina].
Sumbangan dana raksasa dari mereka, serta dukungan politik-militer AS, yang membuat rezim Zionis Israel bertahan hingga hari ini, terus melanjutkan kejahatannya di Palestina, serta tak pernah bisa diajak bernegosiasi secara adil demi kehidupan damai di Palestina.
Semoga bisa dilihat dua benang merah itu. Penjelasan soal para pebisnis pro-Israel ini bisa dibaca lebih lanjut di tulisan Gilad, supaya bisa lebih paham mengapa ia sampai menulis: “kita semua adalah Palestina, karena kita menghadapi musuh yang sama”. [3]

Anak-anak Gaza (Photo: John McColgan/trocaire.org)
AMNESIA-NYA MEREKA YANG MENDADAK ANTI ISIS
Tulisan ini saya buat tahun 2014, saya teringat lagi pada tulisan ini setelah beberapa facebooker yang menyebarkan ulang. Jadi, saya repost lagi di sini, supaya lebih banyak yang baca.
**
Ada segelintir orang (termasuk saya) yang sejak 2012 mengingatkan bahayanya konflik di Suriah, yang apinya akan menyebar kemana-mana, termasuk Indonesia. Tapi, suara-suara kami lenyap ditelan dahsyatnya propaganda media mainstream, media nasional, media berlabel ‘Islam’, ustadz-ustadz yang aktif di media sosial, dan para netizen awam yang bak kerbau dicocok hidung men-share berita-berita pro-“mujahidin” dan narasi-narasi kebencian. Saat itu, para penjagal di Suriah itu dianggap layak disebut ‘mujahidin’ karena konon mereka Sunni yang sedang melawan rezim -konon- Syiah kafir terlaknat.
Ketika fakta kesadisan para penjagal itu sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi dan tak bisa lagi diterima akal sehat manusia normal, dan memiliki nama “ISIS”, semua berteriak-teriak “Itu buatan Amerika dan Israel!” Dan seolah dengan teriakan itu, gugur sudah dosa-dosa mereka yang dulu menyebarkan berita palsu soal Suriah dan mengintimidasi segelintir orang yang berani bersuara berbeda. Kalian berusaha sebarkan narasi bahwa ISIS adalah organisasi ‘sesat’ (seperti kata salah satu pengamat yang sering masuk TVOne: jihadnya benar, tapi caranya salah; kelompok jihad yang lain itu benar, tapi ISIS ini salah).
Seolah, dengan menyebutnya ‘anti Amerika-Israel’,maka yang salah adalah bule-bule di luar sana, bukan kalian, para pendukung ‘jihad’ Suriah, yang aktif berkoar-koar mendukung jihad Suriah sejak 2012.
Oya? Sedemikian hebatnya-kah orang AS dan Israel, sehingga bisa membuat ratusan ribu muslim dari berbagai penjuru dunia datang dengan sukarela ke Suriah untuk mempertaruhkan nyawa, “berjihad”, menjagal sambil berteriak Allahu Akbar? Apa ratusan ribu jihadis itu robot yang bisa disetir dengan remote control?
Tidak, tentu saja.
Betapa amnesianya kalian. Kalian lupakan sejarah kemunculan ISIS. Tanpa dukungan kalian, ISIS hari ini tak akan muncul.
Kalianlah yang bersalah atas lahirnya ISIS: kalian yang sekarang berteriak-teriak ISIS buatan AS, tapi di masa lalu (dan bahkan sampai sekarang) menyebarluaskan paham kebencian pada ‘orang yang berbeda’. Kalian, yang berkeliling Indonesia, menyebarkan kebencian, sambil menggalang dana, yang kalian salurkan kepada para jihadis.
Kalian, yang dalam pengajian-pengajian kalian menolak mengajarkan persaudaraan, cinta kasih, cinta pada negara, kesetiaan pada bangsa dan negara. Kalian, yang mengajarkan bahwa kesetiaan itu harus diberikan kepada syekh-syekh entah darimana, yang kalian bahkan tak begitu tahu nama aslinya, sosoknya, kepribadian, dan kesehariannya. Kalian, para ibu, para guru, para ustad/ustadzah yang di status-status facebook kalian, men-share tulisan-tulisan kebencian, hanya karena berpikir: ini kata ustadz saya, pasti benar, tak perlu lagi diverifikasi.
Kalianlah yang bersalah: kalian yang sekarang cuci tangan dan menolak ISIS, padahal di AD/ART organisasi kalian mengandung ideologi yang sama dengan ideologi ISIS. Hanya bedanya, ISIS sudah menjelma menjadi monster nyata yang menakutkan semua orang. Sementara kalian masih sekedar menuliskannya di AD/ART, masih sekedar berkoar-koar di mimbar-mimbar, masih sekedar mengumbar kebencian dalam setiap kesempatan.
Termasuk juga, kalian, pejabat yang menolak menutup situs-situs penyebar kebencian dan penyokong utama jihad Suriah. Termasuk kalian: ormas yang menolak bersikap tegas menghentikan penyebaran narasi kebencian di negeri ini, padahal jelas-jelas mengatasnamakan ormas kalian. Kalian tahu salah, tapi diam saja.
AS dan Israel memang punya andil besar dalam konflik Timteng. Tapi jangan amnesia, andil kalian lebih besar lagi.
Semoga dengan ‘membesar’-nya ISIS, bayi yang tanpa sadar sudah kalian lahirkan dan besarkan, kalian menjadi sadar, betapa bahayanya ideologi kalian itu.
Foto: presiden SBY juga punya andil, karena pernyataannya yang melanggar etika diplomasi ini semakin meneguhkan keyakinan banyak orang bahwa memang “jihad” Suriah itu perlu.
Semua yang menyebar hoax soal Suriah, termasuk para wartawan yang hanya modal copas media Barat, Anda semua punya andil dalam merebaknya simpatisan ISIS (dan “jihadis” dengan ratusan nama lainnya).
PM Mahathir dan Menhan Sabu
Pagi ini saya membaca sebuah berita menarik. PM Mahathir ternyata pernah bilang sama Trump, “Lo mundur aja deh, supaya negeri lo selamet.”
Pernyataan itu diberikan Mahathir sebagai respon atas “Deal of The Century” yang sebenarnya tak lain dari “pengesahan atas penjajahan yang lebih luas di Palestina oleh Israel”.
Dalam pertemuan Liga Arab yang khusus membahas kasus ini, PM Mahathir bilang, “Kesepakatan ini hanya akan mendatangkan lebih banyak konflik di kawasan dan akan memunculkan kebencian/konflik di tengah miliaran manusia di seluruh dunia.” [1]
Kalimat PM Mahathir ini ‘dalam’ banget. Apa hubungan penjajahan Israel dengan konflik di seluruh dunia? Saya sudah pernah bahas dalam tulisan berjudul “Palestina adalah Kita”. [2]
Tapi sebenarnya ada penjelasan lain soal ini, yang disampaikan Menteri Pertahanan Malaysia, Haji Mohamad bin Sabu. Saat itu beliau bicara dalam forum diskusi “Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia – Malaysia” di Aula Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (25/1/2020).
Alhamdulillah saya berkesempatan hadir dan menyimak langsung. Saat itu, saya takjub, kok ada Menhan orang Melayu yang berani mengecam AS? Kalau Menhan Suriah atau Iran yang ngomong sih, biasa aja.
Menhan Sabu mengawali pemaparannya dengan merunut sejarah bahwa sejak dulu, kekuatan angkara murka di dunia ini muncul silih berganti, tapi karakternya sama: selalu merasa sebagai Tuhan dan merasa berhak membunuh siapa saja yang jadi musuhnya. Kekuatan angkara murka pada zaman ini, yaitu AS, juga punya karakter demikian. AS telah melakukan banyak perang di Dunia Muslim, termasuk kasus yang terbaru, AS membunuh Jenderal Qassem Soleimani.
Wow, saat saya mendengar nama Qassem Soleimani, saya langsung antusias. Bukan apa-apa, jarang kan pemimpin negara yang berani sebut nama itu. Padahal semua pada ngaku anti-ISIS. Nah ini, ada jenderal yang sangat berjasa dalam perang melawan ISIS dibunuh AS, tapi kok tidak dikecam?
Saya googling, rupanya sebelumnya PM Mahathir juga mengecam pembunuhan tersebut. Mahathir mengatakan, pembunuhan Soleimani adalah tindakan amoral dan pelanggaran hukum internasional, dan karena itu “negara-negara muslim harus bersatu untuk melindungi diri dari ancaman luar.”[3]
Nah, kembali ke penjelasan Menhan Sabu, kekuatan angkara murka telah memunculkan konflik tak berkesudahan di Timur Tengah. Negara-negara Muslim dilanda berbagai perang. Negara-negara Arab banyak yang jadi proxy kekuatan Barat (AS), negara-negara yang berani melawan ditekan.
Menhan Sabu optimis, kekuatan dunia akan bergeser ke Timur karena kekuatan-kekuatan Barat sudah mulai kelimpungan, baik karena krisis ekonomi maupun karena konflik.
Ini nyambung dengan pernyataan PM Mahathir, “Trump mundur aja, supaya AS selamat.” Ya, kebijakan perang Trump di Timteng sama sekali tidak membawa keuntungan bagi rakyat AS, uang pajak bukannya untuk menyejahterakan rakyat, tapi malah dipakai berperang. Dan sialnya, perang itu bukan demi membela rakyat AS, melainkan demi membela Israel. “Kepentingan nasional AS sama dengan kepentingan nasional Israel,” demikian mantra yang selalu diucapkan para presiden dan wapres AS.[4]
Mohammad Sabu menyerukan kerjasama yang lebih erat antara Malaysia dan Indonesia. Menurutnya, kedua negara punya modal besar yaitu jumlah penduduk yang sangat besar. Bila bersatu, saling bekerja sama, dan di saat yang sama masing-masing juga memperbaiki diri (misalnya, memberantas korupsi, mencegah kerusakan alam, menjaga keselamatan lingkungan), kedua negara ini bisa menjadi pusat peradaban Muslim, menggantikan Timur Tengah yang semakin porak poranda akibat kerakusan kekuatan Barat.
Kedua tokoh ini, menurut saya, dengan tepat telah melakukan identifikasi lawan. Ini penting banget, karena banyak kekuatan angkara murka yang berpura-pura jadi teman padahal sebenarnya berniat menikam diam-diam demi penguasaan atas sumber daya alam.

[1]https://www.scmp.com/news/asia/southeast-asia/article/3049857/malaysias-mahathir-i-asked-trump-resign-save-us
[2]https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/photos/a.234143183678611/861286764297580/
[3]https://www.tribunnews.com/internasional/2020/01/08/jenderal-iran-qasem-soleimani-dibunuh-as-pm-malaysia-mahathir-mohammad-negara-muslim-harus-bersatu
[4] Video Wapres AS yang menyatakan kesetiaan pada Israelhttps://www.facebook.com/cerdasgeopolitik/videos/563445700727814/
Re-post by MigoBerita / Rabu/12022020/11.09Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya