» » » » » » » » » » » #IndonesiaBersatuLawanCorona #DUNIABersatuLawanCorona : JANGAN menebar HOAX dan KEBENCIAN

#IndonesiaBersatuLawanCorona #DUNIABersatuLawanCorona : JANGAN menebar HOAX dan KEBENCIAN

Penulis By on Selasa, 24 Maret 2020 | 1 comment



Corona alias Covid 19 ini benar-benar menjadi ujian bagi manusia di berbagai level, mulai individu hingga negara, bahkan aliansi/komunitas negara. Siapa kawan sejati, dan siapa kawan yang hanya mau bersama di saat suka, semakin terlihat jelas.
Juga, fenomena ini semakin membongkar hipokritas (kemunafikan) Barat yang selama ini mengaku sebagai penjunjung HAM dan demokrasi. Dalam kondisi yang sangat sulit seperti sekarang, Iran dibiarkan kewalahan sendiri, embargo tidak dicabut, sehingga bahkan untuk mengimpor peralatan medis dan obat-obatan pun tidak bisa. Untungnya kemudian China datang membawa bantuan yang diangkut dalam 8 pesawat Mahan Air.
Barat, dalam hal ini, Uni Eropa, ternyata juga tidak mau memberi bantuan kepada sesama Eropa, yaitu Serbia.
Presiden Serbia pun blak-blakan menyebut bahwa solidaritas Eropa hanya dongeng belaka. Pasalnya, Uni Eropa tidak mengizinkan Serbia untuk mengimpor peralatan medis yang dibutuhkan dalam melawan Covid19. Serbia memang belum resmi jadi anggota, masih dalam proses, sejak mengajukan diri tahun 2011.
Di video ini, Presiden Aleksandar Vucic menyatakan, hanya China satu-satunya yang bisa menolong bangsa Serbia dan mengecam Uni Eropa yang selama ini menceramahi Serbia, agar tidak beli barang dari China.
Sumber video dg teks Inggris : FP Syriana Analysis
(Video yang diupload di sini sudah diberi terjemahan Indonesia)
Berita soal ini:
https://balkaninsight.com/…/serbia-imposes-state-of-emerge…/


Untuk yang berminat membaca artikel-artikel kajian Timur Tengah, silakan download gratis di web ini.
https://ic-mes.org/jurnal/index.php/jurnalICMES/issue/view/6
Judul:
1. Peranan Diplomat Indonesia dalam Memperjuangkan Palestina di PBB (Masa Presidency of the UNSC Mei 2019) oleh Teuku Rezasyah

2. Penggunaan Leksikon Allāh Sebagai Ekspresi Tuhan: Pengaruh Budaya Arab dalam Penerjemahan Bibel Ke Bahasa Arab oleh Yuangga Kurnia Yahya
3. Perbandingan Nitaqat dan Tawteen: Kebijakan Ketenagakerjaan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab oleh Safira Novia Safitry dan Agus Haryanto
4. Perbedaan Pandangan Politik antara Al Azhar dan Ikhwan Al Muslimin dalam Merespon Kudeta Militer Tahun 2013 oleh Muhammad Anas dan Yon Machmudi
5. Security Dilemma dalam Ketegangan AS-Iran Pasca Serangan Kapal Tanker di Teluk Oman oleh Fenny Rizka Salsabila dan Dina Yulianti.
Sumber Berita : https://dinasulaeman.wordpress.com/2020/03/17/6305/#more-6305

Iran dan Covid-19

Permintaan Iran kepada IMF untuk memberi pinjaman uang dalam rangka penanganan Covid-19 memunculkan banyak pertanyaan, intinya: apakah Iran akhirnya tunduk kepada Barat?
Selama ini, IMF dikenal sebagai perpanjangan tangan negara-negara kaya Barat untuk mengacak-acak perekonomian negara berkembang. Pasalnya , IMF (dan Bank Dunia) saat memberi pinjaman selalu memberi syarat: negara penerima pinjaman harus meliberalisasi ekonominya. Antara lain: harus menghemat fiskal, harus memprivatisasi BUMN, dan menderegulasi keuangan dan pasar tenaga kerja.
Menurut Thomas Gangale, dampak dari kebijakan liberalisasi ekonomi ini justru negatif, antara lain dikuranginya pelayanan pemerintah dan subsidi makanan telah memberi pukulan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. BUMN yang dijual untuk membayar utang kepada IMF justru dibeli oleh perusahaan swasta yang kemudian menghentikan pelayanan bersubsidi dan menaikkan harga-harga untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin. Kebijakan fiskal seperti penaikan suku bunga dengan tujuan untuk menarik investor asing justru menghancurkan perusahaan domestik sehingga pengangguran meningkat. [1]
Menariknya, pernyataan Menlu Iran, Javad Zarif, soal utang ke IMF ini begini, “IMF harus mematuhi mandat lembaga ini, berdiri di sisi yang benar dalam sejarah dan bertindak dengan bertanggung jawab.” Pernyataan Direktur Bank Sentral Iran seperti ini, “Respon masyarakat dunia dan IMF dapat menjadi parameter yang baik untuk menilai klaim mereka soal bantuan untuk mengendalikan virus ini dan mengurangi kesulitan masyarakat.”
Nada dua kalimat tersebut adalah “gugatan”. Kata lainnya, “Buktikan klaim-klaim kalian soal kemanusiaan!”
IMF di webnya menulis bahwa mereka “bekerja untuk mendorong kerja sama moneter global, mengamankan stabilitas keuangan, memfasilitasi perdagangan internasional, mempromosikan lapangan kerja yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan mengurangi kemiskinan di seluruh dunia.”
Nah, pengajuan utang dari Iran ini bisa dipandang sebagai ‘batu ujian’ bagi IMF. Apakah IMF akan memberi pinjaman dengan tulus seperti klaimnya atau tetap menetapkan syarat yang merugikan?
(Sebelumnya, IMF sudah menolak permintaan bantuan dari Venezuela, yang sudah kerepotan menangani Covid-19.)
Lalu, apakah IMF (yang anggota terkuatnya adalah AS) mau mentransfer uang itu ke bank Iran, yang artinya melanggar embargo yang ditetapkan oleh AS?
Seperti diketahui, Gugus Tugas Aksi Keuangan (FATF) memasukkan Iran sebagai negara pendukung teroris (semata-mata karena Iran mendukung milisi perjuangan Palestina dan Hizbullah -yang melawan Israel). FATF memutus ekonomi Iran dari sistem keuangan internasional sehingga menyulitkan transaksi keuangan Iran. Dampaknya, perdagangan dan perekonomian negara ini sangat terhambat.
Kini, akibat wabah Covid-19, kondisi ekonomi jelas semakin sulit. Menlu Javad Zarif sudah menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, meminta bantuan agar Iran diberi keleluasaan untuk mendapat pasokan medis. Pejabat AS mengklaim bahwa bahwa sanksi yang diberlakukan tidak menargetkan bidang medis. Pada akhir Februari, pemerintahan Trump mengklaim telah menyetujui pengabaian sanksi untuk mentransfer bantuan kemanusiaan melalui saluran Swiss. Tetapi pada 11 Maret, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan AS tidak mengizinkan Iran untuk menggunakan saluran itu.
Dalam kondisi ini, bisa dilihat bahwa Iran sedang memberikan ‘ujian’ dan menanti komunitas internasional (yang didominasi Barat) memberikan jawaban, membuktikan klaim-klaim HAM mereka.
Kesulitan Iran bukan saja soal ekonomi dan wabah Covid-19, tapi juga bombardir berita fitnah yang tak kunjung henti. Antara lain, banyak berita beredar, mengklaim ada data satelit bahwa Iran telah menyiapkan kuburan massal korban Covid-19 di Qom, padahal cerita sebenarnya tidak demikian. [2]
Beberapa hari yang lalu saya baca di Kompas, berita soal penutupan kompleks makam wali terbesar di Iran, makam Imam Ridho, yang menjadi pusat peziarahan. Berita penutupan itu mungkin benar (saya belum konfirm ke teman di Mashhad; saya cek di Press TV tidak ada), tapi masalahnya: diselipkan info yang jelas sesat: “Makam Suci Imam Reza (AS) di situs kota suci Mashhad, Iran ditutup dari aktivitas haji sampai waktu yang ditentukan.” [3]
Artikel yang sama ditayang ulang oleh Tribun dengan judul lebih ngawur: “Setelah Mekkah, Kini Makam Suci Imam Reza di Iran Ditutup dari Aktivitas Haji Syiah, Dampak Corona.” [4]
Entah, apa sengaja, atau bisa juga wartawannya yang b*doh, sehingga saat copas terjemah dari media asing pakai google translate, pilgrimage diartikan “haji”. Padahal pilgrimage juga bermakna ziarah. Bahkan ziarah orang Kristen ke Jerusalem pun disebut ‘pilgrimage’.
Tapi apapun kata dunia, di tengah berbagai kekurangan dan kesempitan, bangsa Iran terus bergerak semaksimal mungkin melawan virus ini.
Kemarin seorang teman saya di Teheran bercerita, ia tiba-tiba mendapat SMS dari pemerintah, disuruh mengkarantina diri di rumah.
Ternyata, sehari sebelumnya, ia ke pasar. Sebelum masuk pasar, semua pengunjung diminta menunjukkan KTP dan dicatat. Lalu, ketahuan pada jam yang sama dengan kunjungan kawan saya ini, seorang pengunjung pasar terpapar virus Covid-19. Pemerintah langsung bergerak. Kawan saya ini karena usianya sudah di atas 50 dan ada di data base kesehatan pernah mengalami sejumlah penyakit, diperintahkan untuk mengkarantina diri di rumah (dan ditelpon sewaktu-waktu, untuk mengecek apakah ia benar-benar di rumah).
Kisah menarik lain (yang positif) diceritakan oleh Jennifer Green, warga AS yang ‘terpaksa’ memperpanjang masa tinggalnya di Iran gara-gara Covid-19. Ceritanya bisa dibaca di sini [5].
—-
[1]Thomas Gangale, Raising Keynes: Stiglitz’s Discontent with the IMF, http://pweb.jps.net/~gangale/opsa/ir/Raising_Keynes.htm
[2]https://www.facebook.com/cerdasgeopolitik/videos/672734856599763/
[3]https://www.kompas.com/global/read/2020/03/15/205348770/kota-suci-islam-syiah-di-iran-ditutup-karena-wabah-virus-corona?page=all#page2
[5]https://liputanislam.com/tabayun/kehidupan-di-iran-selama-wabah-covid-19/

Covid-19 dan Teori Konspirasi

Kalau ada yang nulis, “Virus Covid-19 itu dibuat oleh AS demi menguasai dunia”, apa komentar Anda? Mereka yang sudah paham bahwa AS (pemerintah & elit-nya ya, bukan rakyatnya) memang sepanjang sejarah melakukan banyak kejahatan kemanusiaan, biasanya cukup terbuka (tidak harus setuju, tapi setidaknya mau menelaah argumen yang diberikan).
Tapi ada juga sebagian orang yang langsung mengejek, “Elo tuh pake teori konspirasi!”
Label “teori konspirasi” memang banyak dipakai orang untuk menghina upaya-upaya membongkar sebuah kejahatan global. Padahal sebenarnya konspirasi itu kan memang ‘biasa’ terjadi, misalnya, fenomena main sabun dalam pertandingan sepakbola (dua tim bersekongkol untuk mengatur pertandingan). Publik tahu darimana? Ya dari indikasi-indikasi, misal ada ‘keanehan’ yang dirasakan.
Tapi, teori konspirasi ini pun tidak sama jenisnya. Minimalnya ada dua jenis kelompok pengguna teori konspirasi. Yang satu, kelompok ngawur; yang kedua, kelompok yang bisa mikir kritis.
(1) Pertama, mereka yang menggunakan teori konspirasi tanpa landasan argumen kuat, dan lebih bersandar pada halusinasi. Contohnya, ada ustad yang bilang bahwa virus ini adalah tentara Allah untuk menghukum China.
Atau ada ustad yang menulis “analisis” soal perundingan Putin-Erdogan dengan menyebut bahwa “Putin gemetar di hadapan Erdogan”.
Akademisi HI (atau minimalnya rajin baca FP ini sehingga sudah paham beberapa teori dasar) punya landasan teori untuk menganalisis, misalnya telaah dulu power kedua negara itu (kekayaan, jumlah senjata, jumlah penduduk, posisi dalam tatanan global, dst). Lalu, sejarah hubungan kedua negara, dan kalau sedang perang, bagaimana kondisi riil di lapangan, siapa yang sedang di atas angin, dst. Lalu, dengan bekal ilmu diplomasi, kita juga bisa menganalisis narasi (kata-kata) yang dipakai kedua tokoh ini. Jadi, analisis yang muncul di tulisan, itu ada landasan teorinya, bukan main cocok-cocokan.
Apalagi setelah itu channel Rusia dengan “nakal” mempublikasi video, ternyata Erdogan sempat disetrap 2 menit di depan pintu sampai akhirnya pintu ruang pertemuan dibuka. Yang sudah belajar ilmu diplomasi (minimalnya hasil baca-baca tulisan di sini), pasti ngerti banget, betapa jelas siapa yang superior, siapa yang inferior dalam kasus ini. [1]
Atau, banyak “ustad” yang rajin koar-koar “Iran itu bersekongkol dengan Israel”. Argumen yang diberikan sangat ngawur, seringkali berupa fitnah, atau pencocok-cocokan belaka.
(2) Kedua, mereka menggunakan teori ini dengan dukungan argumentasi yang kuat, fakta akurat, data ilmiah, pendapat ahli yang bisa diverifikasi kebenarannya, menganalisis perilaku tokoh-tokoh yang nyata, dan menggunakan data sejarah yang memang tercatat di sumber-sumber yang dianggap valid secara akademis.
Tulisan-tulisan soal “Covid-19 terindikasi dibuat AS” sebagian didasarkan pada seabrek data ilmiah. Makanya biasanya tulisan-tulisan tersebut tidak menggunakan gaya bahasa ala-ala kelompok pertama (main tuduh membabi-buta), tapi sebatas memaparkan indikasi.
Misalnya, di tulisan ini [2] didasarkan pada penelitian seorang profesor virologis dari Taiwan, yang menyimpulkan bahwa virus yang menyebar di Taiwan bukan berasal dari China (beda jenis dengan yang tersebar di China) tetapi dari AS. Disebutkan juga, virus yang beredar di Iran dan Italia juga berbeda tipe-nya. Dan lab di AS-lah yang memiliki 5 tipe virus tersebut. Dst. Baca saja sendiri ya.
Nah, tgl 12 Maret 2020, Direktur CDC (Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit) AS, Robert Redfield (saat dicecar anggota parlemen) mengakui bahwa beberapa orang AS yang kelihatannya meninggal akibat influenza ternyata pernah dites positif Covid-19. (Sebelum kasus Wuhan merebak, di AS juga sudah ada 8200 orang yang tewas, disebut akibat “influenza”.)
Inilah yang kemudian membuat Jubir Kemlu China langsung ‘ngomel’.
Dia nge-tweet, “CDS tertangkap basah. Kapan pasien nol [pertama] dimulai di AS? Berapa orang yang terinfeksi? Pasien no 1-nya dirawat dimana? Kemungkinan tentara AS yang membawa epidemi ini ke Wuhan. Transparanlah! Buka data publik Anda! AS harus memberi penjelasan kepada kami!” [3]
(Pada 18-27 Oktober 2019 ada Military World Games di Wuhan, atlet tentara AS ikut bertanding)
Nah para pembela fanatik AS dan Israel (mereka inilah yang suka membabi-buta menuduh kita pakai teori konspirasi, jika kita melibatkan AS dan Israel dalam analisis konflik), mungkin akan bilang: ngawur, masa virus bisa dibuat??
Saya awalnya juga tidak tahu jawabannya, tapi kemudian menemukan info dari virolog keren yang sedang viral, drh Indro Cahyo. Ada di video ini [4] menit ke 23:26, ini transkripnya:
“Virus tidak bisa dibikin, tapi dimain-mainin, dimodified bisa. .. Kalau kita mau main-main dengan mengubah virus, sangat dimungkinkan untuk mengubah itu menjadi virus yang agak berbeda, bukan total berbeda, misalnya perbedaan virus MERS dan Covid 19… ”
“Virus itu kita bayangkan seperti bola, ada duri-durinya (spike) ujung dari spike itu yang menentukan, dia akan menempel kemana, ke hewan atau manusia, atau kemana, dan itu spesifik. Ga bisa yang biasanya menempel ke hewan, lalu menempel ke manusia. Covid 19 nggak ada hubungannya dengan hewan, ini full untuk manusia.”
**
Yang jelas, siapapun yang memodifikasi virus ini, faktanya sekarang wabah ini sedang tersebar di Indonesia. Mari bersatu melawan virus ini, ikuti petunjuk dokter, jaga jarak, jaga kebersihan, makan sehat; dan saling bantu, hindari menebar hoax dan kebencian. #IndonesiaBersatuLawanCorona

Ulama Kalsel Minta Masyarakat Patuhi Ajakan Pemerintah

LiputanIslam.com — Para alim ulama di Kalimantan Selatan menyerukan masyarakat untuk mengikuti kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona yang kini semakin mewabah di Tanah Air.
“Kami memohon kepada masyarakat agar jangan keluar rumah kecuali penting, ikuti anjuran pemerintah,” kata KH Ahmad Zuhdianoor, pimpinan Majta (Majelis ta’lim) Banjarmasin, Senin (23/3).
Ulama kharismatik yang banyak mengisi pengajian di berbagai daerah di Kalsel itupun mengingatkan pentingnya peran serta masyarakat membantu upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Hal itu sebagai dukungan kepada pemerintah yang berjuang dengan segala daya dan upaya menekan penyebaran pandemi corona yang terus meningkat kasusnya di Indonesia.
“Sesungguhnya di rumah sambil berzikir membaca istighfar adalah langkah baik dan terbaik buat menghadapi semua ini,” tuturnya.
Ulama yang kerap disapa Guru Zuhdi oleh jamaahnya itu juga berpesan agar semua pihak mencari solusi bukan saling salah menyalahkan, sehingga virus penyakit ini bisa secepatnya dapat diatasi.
Sementara Kapolda Kalsel Irjen Pol Yazid Fanani yang bertemu para tokoh agama pada Senin, menyikapi kebijakan pemerintah soal pencegahan virus corona mengapresiasi sikap ulama di Bumi Lambung Mangkurat tersebut.
“Ketika penyebaran virus corona meningkat signifikan, setidaknya masyarakat sudah memahami bahwa virus ini jangan dianggap sepele, dan agar kiranya masyarakat yang tidak berkepentingan di luar rumah untuk sementara waktu jangan keluar rumah dan jaga keluarga masing-masing,” tandasnya yang diamini Ketua Tanfidziyah PWNU Kalimantan Selatan H Abdul Haris Makkie. (Ay/Antara/Republika)
Sumber Antara
Sumber Berita : https://liputanislam.com/indonesiana/ulama-kalsel-minta-masyarakat-patuhi-ajakan-pemerintah/

Biaya Pengobatan Corona di AS Capai Setengah Milyar!

Washington,LiputanIslam.com-Sebuah media AS menurunkan laporan tentang biaya pengobatan warga pengidap Corona yang tak memiliki asuransi kesehatan.
Majalah Time dalam melaporkan pelayanan medis yang diterima Danni Askini. Dalam artikel itu disebutkan, Askini pada Februari lalu merasakan sakit di dadanya, nafas tersengal, dan migrain. Ia lalu menghubungi seorang spesialis kanker yang pernah mengobatinya sebelum itu.
Awalnya, dokter mengira gejala-gejala itu disebabkan reaksi tubuh Askini terhadap obat-obat baru yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ia menyuruh Askini pergi ke sebuah klinik di Boston. Para dokter di sana mengatakan, mungkin ia ‘hanya ‘menderita paru-paru basah dan membolehkannya pulang ke rumah.
Beberapa hari kemudian, Askini merasakan suhu badannya turun naik. Beberapa saat setelah itu, ia mulai batuk-batuk. Setelah dua kali merujuk ke klinik di pekan itu, dokter kembali menyuruhnya untuk menjalani perawatan di rumah. Tiga hari kemudian, salah satu klinik yang didatangi Askini memberitahunya bahwa ia positif terpapar Covid-19.
Beberapa hari kemudian, ia diberitahu harus membayar sebanyak 34,927.43 dolar (lebih dari setengah milyar rupiah) untuk uji tes Corona dan pengobatannya. Askini mengatakan,”Saya benar-benar syok. Saya sungguh tidak mengenal orang yang memiliki uang sebesar ini.”
Menurut Time, Askini seperti 27 juta warga AS lain yang tidak memiliki asuransi saat berobat ke rumah sakit.
Laporan Time ini ditanggapi oleh Bernie Sanders. Melalui akun Twitter-nya, dia mencuit,”Saat ini 87 juta warga AS tidak memiliki fasilitas asuransi. Jika pun punya, itu hanya sedikit.”
“Sistem medis kita yang terlalu fokus pada laba adalah bahaya bagi rakyat AS,”imbuhnya. (af/alalam/fars)

Sumber Berita : https://liputanislam.com/internasional/biaya-pengobatan-corona-di-as-capai-setengah-milyar/

UE Janjikan Bantuan € 20 Juta kepada Iran dan Venezuela untuk Penanggulangan Pandemi Covid-19

Brussels, LiputanIslam.com –  Uni Eropa (UE) menjanjikan bantuan sebesar € 20 juta kepada Iran dan Venezuela dalam upaya pemberantasan pandemi virus corona alias Covid-19, dan mendesak masyarakat internasional agar mengikuti langkah UE ini.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Senin (23/3/2020), menyatakan bahwa UE sedang bersiap untuk mengirim bantuan kemanusiaan senilai 20 juta euro ke Iran dan Venezuela dalam beberapa minggu mendatang.
Borrell mengatakan Teheran dan Caracas sama-sama berada di bawah sanksi AS yang ditujukan untuk membuat Iran dan Venezuela menderita kelaparan.
Menurutnya, sanksi AS terhadap industri minyak Iran telah membuat negara republik Islam ini berada dalam situasi yang sangat sulit di tengah krisis Covid-19.
Borrell menyatakan pengiriman makanan, obat-obatan dan peralatan medis ke dua negara ini seharusnya tidak terpengaruh oleh sanksi AS, dan ini harus ditegaskan kembali karena banyak pihak  kuatir  bahwa jika mereka berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan semacam ini maka mereka dikenai sanksi oleh AS.
Baca: Wabah Covid-19, Iran Selidiki Dugaan Serangan Biologis
Bukan ini masalahnya, lanjut Borrel, tapi harus ditegaskan kembali agar setiap orang mengerti bahwa mereka dapat berpartisipasi dalam bantuan kemanusiaan semacam ini.
Baca: Video: Tegang, Tentara Iran Nyaris Tembak Jatuh Jet Tempur F-18
Dia kemudian menyatakan dukungannya kepada kebijakan Iran meminta bantuan keuangan kepada   Dana Moneter Internasional (IMF) dalam upayanya memberantas wabah yang mendunia ini. (mm/presstv)

Sumber Berita : https://liputanislam.com/internasional/amerika-eropa/ue-janjikan-bantuan-e-20-juta-kepada-iran-dan-venezuela-untuk-penanggulangan-pandemi-covid-19/

Wabah Covid-19, Iran Selidiki Dugaan Serangan Biologis

Teheran, LiputanIslam.com –  Para peneliti dan pakar intelijen Iran sedang menyelidiki dugaan wabah Covid-19 di Iran merupakan hasil serangan biologis.
“Hipotesis ini sedang diselidiki secara menyeluruh dan kemungkinan virus corona merupakan serangan biologis belum dikesampingkan,” ungkap Jenderal Nasrollah Fathian, koordinator operasi eksekutif di Markas Nasional Pemberantasan Covid-19, Senin (23/3/2020).
Dia menjelaskan, “Ini sedang diperiksa dari sudut pandang medis dan intelijen. Sejauh ini, kami tidak memiliki bukti kuat yang dapat membuktikan hipotesis ini, tapi akan mengumumkan temuan baru dalam hal ini.”
Dia menambahkan, “Bahkan ada spekulasi bahwa virus ini telah diciptakan untuk secara khusus menyasar populasi Iran mengingat sifat genetik mereka. Tapi untuk sekarang, semua teori ini sedang diteliti.”
Mengenai upaya Iran menanggulangi wabah ini, dia menyebutkan sebanyak 20 rumah sakit bergerak telah tersedia dan dapat dipasang dengan cepat di tempat mana pun yang diminta oleh Departemen Kesehatan, dan sebanyak 4.000 dari total 6.000 tempat tidur rumah sakit militer telah dialokasikan untuk perawatan pasien korona, yang sebagian besar adalah warga sipil.
Laporan pada Senin kemarin mencatat di negara ini terdapat 1.812 pasien Covid-19 meninggal, 23.049 kasus infeksi, dan 8.376 orang sembuh. (mm/fna)

Sumber Berita :  https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/wabah-covid-19-iran-selidiki-dugaan-serangan-biologis/

Pandemi Covid-19, Ayatullah Khamenei Tolak Tawaran Bantuan AS

Teheran, LiputanIslam.com –  Pemimpin Besar Iran Ayatollah Sayid Ali Khamenei menyatakan negaranya tak percaya kepada tawaran AS untuk pengiriman bantuan ke Iran yang sedang dilanda pandemi Covid-19, karena selain  getol memusuhi Iran AS sendiri kekurangan peralatan medis dalam menghadapi wabah yang sama.
“Hari ini, musuh Republik Islam yang paling kejam adalah AS… Kami tidak kekurangan musuh, tetapi para pejabat AS begitu tidak tahu malu, serakah, penipu…  Mereka juga kejam dan teroris,” tegas Ayatullah Khamenei dalam pidatonya pada momen peringatan Hari Bi’tsah (pengutusan) Nabi Muhammad SAW, Minggu (22/3/2020).
“Allah mengatakan kepada Nabi saw untuk bersabar melawan musuh, tetapi kesabaran tidak berarti duduk diam tanpa melakukan apapun, melainkan berdiri teguh dan tetap percaya kepada perhitungan Anda, terlepas dari tipu muslihat musuh, dan melanjutkan dengan semangat yang tinggi, ” ungkapnya kepada bangsa Iran.
Mengenai pandemi Covid-19 yang melanda dunia di mana Iran termasuk yang terparah di antaranya, dia mengatakan,”Sekarang kita dihadapkan dengan komplikasi global. Virus ini membawa ketakutan dan masalah ekonomi. Yang dibutuhkan adalah kesabaran, serta tindakan yang benar dan bijaksana. Semua pejabat terkait  di negara ini telah diberikan arahan tertentu untuk dilakukan (dalam memerangi penyebaran virus ini).”
Mengenai klaim berulang pemerintah AS untuk mengirim bantuan medis ke Iran, dia mengatakan kepada para pejabat AS, “Kata-kata ini sangat aneh. Pertama, kalian sendiri kekurangan pasokan medis. Jika kalian memiliki bantuan medis maka gunakanlah untuk diri sendiri. Selain itu, kalian, orang Amerika, juga dituduh telah mengembangkan virus itu sendiri. Kalian tak bisa dipercaya. Bagaimana jika obat yang Anda kirim ke Iran malah menyebabkan virus bertahan?”
Ayatullah Khamenei melanjutkan, “Pengalaman 40 tahun kami menunjukkan bahwa Iran memiliki kapasitas untuk menghadapi setiap tantangan dan masalah di tingkat mana pun.”
Wabah virus corona alias Covid-19 melanda lebih dari 170 negara dunia. Virus yang pertama kali dilaporkan muncul di pusat kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu itu sejauh ini telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan menginfeksi lebih dari 308.000 lainnya di dunia.
Iran sebagai salah satu negara yang terparah dalam laporan terbarunya menyebutkan 1,685 kematian, 21,638 kasus infeksi, dan 7.635 sembuh. (mm/fars/presstv)

Sumber Berita : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pandemi-covid-19-ayatullah-khamenei-tolak-tawaran-bantuan-as/

Iran akan Segera Pasarkan Obat Covid-19

Teheran, LiputanIslam.com –  Kepala Administrasi Makanan dan Obat-obatan Iran (IFDA) Mohammad Reza Shanehsaz mengumumkan bahwa senyawa obat yang dikembangkan oleh para peneliti Iran untuk mengobati infeksi virus corona (Covid-19) akan diproduksi secara massal dan dipasok ke pasar dalam 10 hari ke depan.
“Bahan baku untuk produksi obat-obatan ini telah diimpor ke negara ini kemarin,” kata Shanehsaz kepada FNA, Sabtu (21/3/2020).
Dia menambahkan bahwa proses untuk menghasilkan obat sepenuhnya buatan Iran ini telah dimulai dan rumah sakit Iran akan mulai mengambil obat untuk merawat pasien Covid-19 dalam 7 sampai 10 hari ke depan.
Shanehsaz mengatakan bahwa uji klinis yang berhasil telah dilakukan pada senyawa obat ini, lisensi yang diperlukanpun telah didapat, dan obat ini akan dipasok ke apotek dalam 10 hari ke depan.
Sementara itu, Dirjen IFDA untuk Kedokteran Gholamhossein Mehr Alian dalam sebuah pertemuan di hari yang sama mengatakan bahwa 400.000 liter alkohol diproduksi setiap hari di Iran, dan 25 persen dari produk ini dikirim ke rumah sakit.
Para pejabat Iran Selasa lalu menginformasi bahwa para peneliti Iran telah menemukan senyawa obat yang dapat mengobati kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru karena infeksi Covid-19.
“Senyawa obat baru tidak khusus untuk pasien virus corona, melainkan mengobati penyakit pernapasan dan paru-paru,” kata Ketua Dewan Pengembangan Bioteknologi Iran Mostafa Qaneyee dalam sebuah konferensi pers.
Dia menambahkan bahwa senyawa obat baru ini dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan pasien Covid-19 untuk tinggal di rumah sakit hingga 4 hari. Dia mencatat bahwa 40% pasien Iran yang menerima kombinasi tiga obat telah dipulangkan dari rumah sakit dalam waktu kurang dari 4 hari.
Baca: Khamenei: Sanksi AS Buat Iran Swasembada di Semua Sektor
Menurutnya, dalam metode perawatan ini, selain protokol dari kementerian kesehatan, tiga obat Azithromycin, Prednisolone dan Naproxen telah digunakan sebagai senyawa.
Baca: Sambut Tahun Baru, Rouhani Tegaskan Sanksi AS Gagal Tundukkan Iran
Dia juga mengatakan, “Kami telah mengamati bahwa senyawa tersebut secara cepat mengurangi CRP dan periode rawat inap berkurang secara signifikan.Tentu saja ini merupakan awal dari penelitian kami, dan kami juga akan memberitahu Anda tentang penelitian lain setelah menerima lisensi dari Markas Kampanye Virus Corona.” (mm/fars)

Sumber Berita : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/iran-akan-segera-pasarkan-obat-covid-19/

Khamenei: Sanksi AS Buat Iran Swasembada di Semua Sektor

Tehran,LiputanIslam.com—Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan sanksi ekonomi yang ketat terhadap Iran sejak Mei 2018 lalu, usai Presiden AS Donald Trump keluar secara sepihak dari kesepakatan nuklir JCPOA dengan Iran.
Dalam pidato perayaan tahun baru Persia yang berlangsung Jum’at (20/3) kemarin, Pimpinan Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Republik Islam telah berhasil memanfaatkan sanksi AS.
“Sanksi AS telah mendatangkan manfaat buat Iran. Karena itu, Iran bisa mandiri di semua sektor,” ucap Khamenei.
Selain itu, ia juga menggambarkan 2019 sebagai tahun penuh gejolak bagi bangsa Iran. “Mulai dari banjir dan disambung virus corona….,” kata Khamenei, menambahkan bahwa Iran akan melalui semua kesulitan ini dengan persatuan.
Baca: 5 Perusahaan UEA Terkena Sanksi AS Karena Fasilitasi Penjualan Minyak Iran
Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa perjuangan Iran begitu luar biasa. Iran berjuang untuk mengatasi virus corona dan gelombang sanksi AS sekaligus. Perjuangan Iran,menurut Rouhani, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan negara manapun.
Rouhani menjelaskan, sanksi terbaru yang dijatuhkan AS terhadap Iran telah menyebabkan republik islam itu merugi hingga $200 milyar.
Menteri Luar Negeri Iran, M. Javad Zarif, menyebut AS sengaja menjatuhkan sanksi terbarunya untuk menguras semua sumber daya Iran yang sangat dibutuhkan untuk melawan virus corona.
Zarif menghimbau kepada seluruh dunia untuk tidak membiarkan aksi terorisme ekonomi AS yang telah melampaui batas kewajaran. (fd/Sputnik)
Sumber foto: financial times
Sumber Berita : https://liputanislam.com/internasional/khamenei-sanksi-as-buat-iran-swasembada-di-semua-sektor/

Agresi Biadab Saudi Hancurkan Kesehatan Mental Anak-anak Yaman

YAMAN – Perang panjang yang dipimpin Arab Saudi di Yaman, telah menimbulkan dampak “menghancurkan” pada kesehatan mental anak-anak, kata badan amal internasional yang dikutip Sputnik Arabic.
Menurut sebuah laporan oleh organisasi amal Save the Children, lebih dari setengah anak-anak Yaman yang disurvei mengatakan mereka berjuang dengan perasaan takut dan depresi setelah lebih dari lima tahun perang yang telah menjerumuskan negara ke dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
“Sekitar satu dari lima anak Yaman mengatakan mereka selalu merasa takut, tertekan dan selalu berduka,” laporan itu menjelaskan dan menambahkan bahwa hal itu menunjukkan tingkat depresi pada anak.











Kelompok itu juga mengatakan survei itu adalah yang terbesar di antara anak-anak dan orang tua sejak perang pecah.
Save the Children mewawancarai 629 anak berusia antara 13 dan 17 tahun, serta 627 orang tua dan pengasuh di tiga wilayah Yaman.
Studi ini muncul pada saat Yaman dibombardir setiap harinya oleh koalisi Saudi, dan menghadapi blokade yang belum pernah terjadi sebelumnya, hingga membawa negara miskin di Semenanjung Arab ini pada bencana kemanusiaan terparah di dunia.
Selain itu, Yaman juga akan menghadapi ancaman virus corona COVID-19. Meskipun belum ada catatan yang didaftarkan atas kasus COVID-19 hingga hari ini, kemungkinan wabah mengancam sistem layanan kesehatan yang sudah rapuh.
Save the Children mengatakan konflik telah memaksa dua juta anak kehilangan rumah mereka dan setidaknya dua juta dari sekolah mereka.
Gerakan Ansaruallh mengatakan perang dan blokade yang dipimpin Saudi selama bertahun-tahun terhadap Yaman telah memicu kelaparan dan penyakit, yang mengakibatkan kematian 50.000 anak setiap tahun.
Lebih dari 7.522 anak-anak telah terbunuh atau cacat selama lima tahun terakhir, kata laporan itu, dan menambahkan sekitar 2,1 juta anak balita kekurangan gizi akut.
“Anak-anak yang kita ajak bicara ketakutan,” kata CEO organisasi itu, Inger Ashing.
“Inilah yang terjadi selama perang lima tahun terakhir, yang menghancurkan mental anak-anak.”
“COVID-19 sekarang menjadi epidemi di seluruh dunia, ancaman wabah coronavirus berpotensi menghancurkan Yaman, hingga membuat tindakan mendesak untuk menekan pihak-pihak untuk mengakhiri perang.”
Arab Saudi dan sekutunya meluncurkan agresi militer yang mematikan terhadap Yaman dalam upaya untuk menginstal kembali rezim yang didukung Riyadh dan menghilangkan gerakan Houthi, yang telah membela negara bersama Angkatan Bersenjata Yaman. (ARN)

China: Gedung Putih Cari Kambing Hitam atas Merebaknya Covid-19 di AS

China – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang pada Hari Senin (23/03) mendesak Amerika Serikat untuk berhenti mempolitisasi Covid-19 dan menstigmatisasi China. Geng membuat pernyataan ini pada konferensi pers sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang tuduhan AS  baru-baru ini.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan pada 21 Maret bahwa ia berharap China akan memberitahu AS lebih banyak tentang apa yang sedang terjadi di China. Sementara itu, Gedung Putih dilaporkan meluncurkan rencana komunikasi di beberapa lembaga federal yang fokus pada menuduh China sengaja menutup-nutupi dan menciptakan pandemi global.
Geng mengatakan pihak China sudah mengetahui laporan yang relevan semacam itu, dan menambahkan bahwa pada 20 Maret, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menuduh China, Rusia dan Iran “melakukan kampanye disinformasi terkait pandemi coronavirus”.
Menyebut tuduhan Amerika Serikat sebagai fitnah keji, Geng menekankan bahwa China selalu memberikan update kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta negara dan wilayah terkait, termasuk Amerika Serikat, mengenai situasi epidemi domestiknya secara terbuka, transparan, dan bertanggung jawab.
“Upaya China telah dihargai oleh komunitas internasional”, kata Geng sebagaimana dikutip Xinhua, menambahkan bahwa China telah berjuang habis-habisan untuk melawan Covid-19 dalam dua bulan terakhir dan memberikan waktu berharga bagi negara-negara lain.
“Dengan pertukaran informasi rutin dengan WHO dan negara-negara lain termasuk Amerika Serikat sejak 3 Januari, China mengumumkan penutupan saluran keluar Wuhan pada 23 Januari,” kata juru bicara itu.
Pada 2 Februari, pemerintah AS mengumumkan keputusannya untuk sepenuhnya melarang orang asing yang telah mengunjungi China dalam 14 hari terakhir untuk memasuki negara itu, ketika ditemukan hanya sekitar 10 kasus yang dikonfirmasi. Dalam 50 hari, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 30.000, kata Geng. “Tindakan efektif apa yang telah diambil Amerika Serikat dalam 50 hari?”.
Mengatakan Amerika Serikat telah benar-benar menyia-nyiakan waktu berharga dalam pertarungan melawan Covid-19. Geng menegaskan kembali bahwa memfitnah, mengkambinghitamkan dan mengalihkan kesalahan kepada pihak lain adalah tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab.
“Cara ini tidak akan berkontribusi apapun untuk membantu pekerjaan pencegahan Covid-19 Amerika Serikat dan kerjasama global dalam pengendalian pandemi ini,” ujar Geng menekankan.
“China meminta Amerika Serikat untuk menangani masalahnya sendiri dengan baik dan memainkan peran konstruktif dalam kerjasama internasional dalam memerangi pandemi dan menjaga keamanan kesehatan masyarakat global,” kata Geng. (ARN)
China: Gedung Putih Cari Kambing Hitam atas Merebaknya Covid-19 di AS China: Gedung Putih Cari Kambing Hitam atas Merebaknya Covid-19 di AS

Pesan Cerdas Hadapi Corona Ala Komedian Puja Astawa “Mau Sembahyang Apa Disembahyangin”

Bali – Tuhan berikan kita keberanian, Tuhan juga berikan kita akal dan pikirian untuk kita bisa gunakan dengan baik, itulah pesan yang disampaikan oleh sang youtuber komedian asal Bali Puja Astawa dalam akun youtube “haipuja”.
Dalam video dibawah ini, dengan logat khas Bali Puja Astawa sedang dialog dengan anaknya, saat Puja ingin sembahyang dalam kondisi dan situasi terdampak virus Corona ini, sang anak mendekati bapaknya dan menyatakan “Mau Sembahyang Apa Disembahyangin”, sebuah pesan moral yang sangat tinggi.
Baca Juga:
Klik link youtubenya di https://youtu.be/0N65tzzv-WQ

Sejalan dengan pesan Prof Dr Quraish Shihab bahwa Nabi SAW dan para sahabat beliaupun takut diserang musuh saat shalat menghadap Allah SWT sehingga turun perintahnya yang dinamai Shalat Al khauf (Shalat karrna takut) dengan mengubah cara shalat sambil memerintahkan berhati-hati (Qs Annisa’ 101-102), Ini salah satu bukti bhw takut kepada Allah tidak harus selalu dipertentangkan dengan takut kepada selainNya. Enyahkanlah rasa takut itu dengan mendekat kepadaNya sambil menempuh sepanjang  kemampuan semua cara yang sesuai. (ARN)
Pesan Cerdas Hadapi Corona Ala Komedian Puja Astawa Pesan Cerdas Hadapi Corona Ala Komedian Puja Astawa "Mau Sembahyang Apa Disembahyangin"

Riyadh Darurat Covid-19, Indonesia Harus Tutup Akses ke dan dari Saudi

Jakarta  Pemerintah Indonesia sudah seharusnya menutup akses dari dan ke Arab Saudi. Pendatang dari negara tersebut sudah seharusnya dilarang masuk atau sekedar transit di Indonesia. Langkah ini harus diambil karena mengikuti beberapa perkembangan kasus penyebaran virus corona di negara itu.
Baru-baru ini, media Timur Tengah dan aktivis sosial media mengungkapkan kasus COVID-19 di Arab Saudi cenderung dirahasiakan. Laporan-laporan itu mengungkapkan bahwa kasus corona di negara itu jauh lebih banyak dari angka yang dilaporkan oleh pemerintah. Dan cukup rasional jika angka infeksi corona di Arab Saudi jauh lebih banyak dari yang dikonfirmasi karena sebelum ditutup dua masjid suci, jamaah umrah dari berbagai negara berdatangan. Baca Juga:
Kementerian Kesehatan Mesir, Hala Zayed, yang dikutip MBC Saudi pada hari Jum’at (20/03/2020) mengatakan bahwa 30 kasus corona tercatat setelah mereka kembali dari umrah. Hala Zayed juga memberlalukan karantina selama 14 hari bagi mereka yang kembali, dan belum menunjukkan gejala. 

Pemerintah Turki pada 14 Maret juga memberlakukan karantina 10 ribu warganya yang baru kembali dari melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi, CNN Indonesia melaporkan. Klik di sini.
Menteri Kesehatan Turki, Fahrerin Koch mengatakan satu orang jamaah yang kembali dari ibadah umrah pada pekan sebelumnya dinyatakan positif Covid-19. Untuk itu, seluruh jamaah yang kali ini baru kembali dari Arab Saudi akan terlebih dahulu dikarantina di ibu kota Ankara.
Kasus Corona usai pulang Umrah
Sementara, di Indonesia sendiri ada laporan yang menunjukkan positif terinfeksi virus corona setelah kembali dari umrah.
Sulawesi Selatan, Sebagaimana laporan detik pada Kamis 19 Maret, satu pasien positif virus Corona (COVID-19) nomor 285 di Sulsel diketahui memiliki riwayat perjalanan ke Arab Saudi. Pasien yang meninggal dunia itu baru pulang dari umroh. Klik di sini.
“(Kasus) COVID 285 itu baru kembali dari umroh, seminggu kemudian mengalami keluhan diare dan batuk, mereka dirawat di Rumah Sakit Siloam dengan keluhan demam, sesak, dan ketika dilaksanakan foto toraks menunjukkan pneumonia di kedua paru-paru,” ujar Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di kediamannya, Perumahan Dosen Unhas, Tamalanrea, Makassar, Kamis (19/3/2020).
Purwakarta, juga melaporkan kasus positif COVID-19 pada jamaah umrah dari Purwakarta yang baru pulang dari Arab Saudi. Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika pasien U terinfeksi virus Covid-19 usai melaksanakan umrah. Ia berangkat umrah bersama 23 jemaah lainnya.
“Saya menyampaikan kepada masyarakat purwakarta, tadi malam sudah dirilis secara resmi oleh Gubernur Jawa Barat. Sejak mendapatkan informasi (Pasien Positif) tertanggal 8 maret sampai 9 maret, kita lalukan tracking melalui satuan tugas khusus yang sudah dibentuk dalam upaya pencegahan virus, didapatkan kurang lebih 23 orang secara langsung melakukan kontak dengan pasien atas nama U,” ujar Anne, Senin (16/03/2020). Klik di sini.
Baca Juga:
Lumajang, Seorang warga dari daerah itu menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD dr Haryoto yang dicurigai terjangkit virus Corona setelah pulang dari beribadah umrah. Pasien itu, Jumat ini, 20 Maret 2020 berada di ruang isolasi. Klik di sini.
Aceh Utara, mengisolasi satu pasien di Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) karena diduga terkena virus corona. Berdasarkan riwayat perjalanan, pasien itu baru pulang umrah. Klik di sini.
Madiun, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedono Madiun mengisolasi seorang perempuan paruh baya asal Kabupaten Ngawi. Perempuan berumur 64 tahun itu dirawat di ruang isolasi penanganan kasus corona setelah mengalami batuk dan sesak napas usai pulang dari ibadah umrah.  Klik di sini.
Manado, RSUP Kandou Manado, Sulawesi Utara mengkonfirmasi satu pasien positif virus corona yang tengah mereka tangani. Direktur Utama RSUP Kandou Manado Jimmy Panelewen mengatakan, pasien tersebut usai melaksanakan ibadah umrah. Klik di sini.
Baca Juga:
Padang, Satu orang pasien suspect virus Corona COVID-19 yang sempat dirawat di ruang isolasi RSUP M Djamil Padang, Sumatera Barat, meninggal dunia pada Jumat kemarin 13 Maret 2020. Sebelum masuk rumah sakit, pasien tersebut memiliki perjalanan pulang dari Umrah. Sepulang dari Umrah, pasien tersebut mengalami sesak nafas dan batuk berdahak. Klik di sini.
Bali, Kepala Dinas Kesehatan Bali I Ketut Suarjaya menyebut ada sebanyak tujuh pasien tengah diobservasi terkait virus corona di Bali. Satu di antaranya merupakan warga negara Indonesia, yang baru saja pulang dari ibadah umrah di Arab Saudi. Klik di sini.

Kasus Corona di Arab Saudi
Sebelumnya seorang Whistleblower atau Warbler Arab Saudi, yang diyakini sebagai anggota atau memiliki sumber yang terhubung dengan baik di dalam keluarga kerajaan, mengatakan bahwa jumlah sebenarnya yang terinfeksi dengan virus corona (COVID-19) di Kerajaan lebih dari ribuan dan mungkin puluhan ribu.

Warbler Saudi menyatakan bahwa jumlah kasus COVID-19 di wilayah Qatif (timur kerajaan) saja lebih dari 5 ribu, sementara Mekah lebih dari 900 orang, dan di ibukota Riyadh lebih banyak dari kasus yang terjadi di Mekah.
Mujtahid dalam tweet-nya juga mengungkap sejumlah rumah sakit atau hotel dan gedung yang dipakai untuk menangani COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Saudi sedang menghadapi banyaknya kasus COVID-19 melebihi dari jumlah yang dilaporkan.
Dugaan ini pun semakin menguat setelah penasehat pangeran Mohammed bin Nayef dalam akun Twitter-nya mendesak pemerintah untuk mengungkap angka yang sebenarnya terkait kasus corona. Dia juga menegaskan bahwa penyembunyian data yang sebenarnya sangat berbahaya jika virus corona berada di luar kendali pemerintah hingga menyebabkan sistem kesehatan runtuh.
Penasihat Pangeran Bin Nayef: Saudi Rahasiakan Kasus Corona di Negaranya
Penasihat Pangeran Bin Nayef: Saudi Rahasiakan Kasus Corona di Negaranya
Pemerintah Saudi sendiri pada Senin (23/03/2020) melalui Kementerian Kesehatannya mengumumkan 51 kasus baru virus corona, dan mengungkapkan jumlah total infeksi di Kerajaan menjadi 562 orang. Sementara, angka kematian belum dilaporkan hingga kini.

Angka-angka ini tidak rasional dengan sejumlah fakta dan kasus yang muncul di Arab Saudi. Dekrit kerajaan juga telah memerintahkan untuk mengunci kota Qatif dan Dammam serta memberlakukan jam malam di seluruh negeri mulai dari jam 7 malam hingga jam 6 pagi.
Kian merebaknya Virus Corona di Arab Saudi, dan banyaknya kasus yang ditemukan setelah pulang umrah, maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk menutup akses dari dan ke Arab Saudi.
Langkah ini perlu diambil untuk mengantisipasi penyebaran corona dari Arab Saudi, sebagaimana yang dilakukan negara-negara teluk dengan menutup akses penerbangan ke dan dari Arab Saudi. (ARN)
Riyadh Darurat Covid-19, Indonesia Harus Tutup Akses ke dan dari Saudi Riyadh Darurat Covid-19, Indonesia Harus Tutup Akses ke dan dari Saudi

Tak Ada Kasus Baru Covid-19, Lockdown Wuhan Dilonggarkan

China – Wuhan, pusat awal penyebaran virus corona di China, telah mulai melonggarkan pengunciannya selama dua bulan terhadap warga, setelah selama beberapa hari terakhir tidak ada kasus baru infeksi virus ini.
Pada hari Senin (23/03), sekelompok kecil penduduk di kota China  itu tengah meninggalkan tempat tinggal mereka, pergi ke toko kelontong dan berjalan di sepanjang jalan untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu. Pada akhir pekan, kereta pertama tiba di kota itu dengan mengangkut lebih dari 1.000 pekerja dari tempat lain di provinsi untuk kembali untuk bekerja ke kota Wuhan.
Baca Juga:
Pada hari Minggu, pihak berwenang setempat mengatakan penduduk dapat mulai kembali bekerja jika mereka tidak memiliki suhu tinggi dan dapat memberikan kode kesehatan hijau, menandakan status bebas virus mereka serta sertifikat dari majikan mereka. Para pejabat mengatakan kota itu akan “bertahap” dibuka kembali dan transportasi umum akan dilanjutkan.
Link Youtubenya klik disini : https://youtu.be/_q2NlKTwikE
“Non-penduduk, mereka yang terdampar di Wuhan sejak pembatasan perjalanan yang ketat diberlakukan pada 23 Januari, juga dapat mulai mengajukan permohonan untuk meninggalkan kota,” kata pemerintah kota sebagaimana dikutip The Guardian.
Baca Juga:
Warga di Wuhan mengatakan hanya orang-orang dari kompleks yang dianggap bebas virus diizinkan untuk pergi dan warga masih waspada untuk pergi ke jalan-jalan. “Semua orang sangat berhati-hati,” kata Iris Yao, 40, yang telah berada di kota itu selama dua bulan terakhir.
link youtubenya klik disini https://youtu.be/5exxbFD4L-s
Jumlah yang dilaporkan secara resmi dari infeksi yang ditularkan secara lokal di kota Wuhan telah menurun secara dramatis selama beberapa minggu terakhir, dengan nol kasus pada tiga hari terakhir. (ARN)
Tak Ada Kasus Baru Covid-19, Lockdown Wuhan Dilonggarkan Tak Ada Kasus Baru Covid-19, Lockdown Wuhan Dilonggarkan

Analis: Ada Upaya Jahat AS Halangi Negara Lain Bantu Iran Atasi Covid-19

Amerika Serikat – Seorang analis senior menolak klaim Gedung Putih bahwa mereka bersedia membantu Iran melawan wabah virus corona, dengan mengatakan bahwa Washington sebenarnya justru sedang mencoba untuk memblokir upaya negara-negara lain untuk mengirimkan obat-obatan dan peralatan medis ke Republik Islam tersebut.
Jarrett Blanc, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada Bloomberg pada hari Senin (23/04) bahwa tidak seperti administrasi AS sebelumnya yang mencoba meringankan sanksi terhadap Iran ketika menyoal masalah kemanusiaan, pemerintah (AS saat ini) telah membuat lebih sulit bagi orang lain untuk berdagang dengan negara itu.
Baca Juga:
Blanc, mantan koordinator Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat untuk mengkoordinasikan kebijakan tentang program nuklir Iran mengatakan bahwa pemerintahan ini telah melakukan yang sebaliknya dengan berupaya menyingkirkan bantuan kemanusiaan.
“Pesan yang mereka kirim adalah tidak mungkin kalian melakukan penanganan yang layak untuk hal seperti ini,” katanya.
Trump dan asisten seniornya telah berulang kali mengklaim bahwa ada cukup banyak pengecualian dari sanksi yang akan memungkinkan perdagangan barang-barang kemanusiaan dengan Iran.
Tapi klaim ini telah ditolak oleh Iran dan negara-negara lain di seluruh dunia karena mereka bersikeras Washington harus segera mencabut sanksi ilegal dan sepihak untuk memungkinkan Teheran mendapatkan alat pelindung yang diperlukan, obat-obatan dan peralatan yang diperlukan untuk memerangi virus corona.
Baca Juga:
Blanc mengatakan bahwa pendahulu Trump Barak Obama, yang pemerintahnya merupakan bagian dari sanksi internasional terhadap Iran, biasanya mengirim perwakilan ke bagian lain dunia untuk memastikan bahwa perdagangan kemanusiaan dengan Teheran akan mengalir dengan lancar meskipun ada larangan.
“AS harus melakukan banyak pekerjaan untuk memastikan lembaga-lembaga ini memahaminya bahwa ini aman, jika tidak, tidak ada yang mau menyentuhnya,” katanya.
Lebih dari 23.000 orang telah terinfeksi virus corona di Iran sejak ditemukan di negara itu bulan lalu.
Jumlah korban meninggal akibat penyakit ini telah melebihi 1.800 sementara jumlah pasien yang pulih hampir 8.400. (ARN)
Analis: Ada Upaya Jahat Halangi Negara Lain Bantu Iran Atasi Covid-19 Analis: Ada Upaya Jahat Halangi Negara Lain Bantu Iran Atasi Covid-19

Yahya Saree: Kami Akan Terus Serang Saudi Jika Saudi Terus Serang Yaman

Yaman – Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan bahwa pasukan tentara Yaman dan pejuang sekutu dari Komite Populer akan melanjutkan serangan balasan mereka selama koalisi yang dipimpin Saudi masih terus melancarkan agresi militernya dan memblokade negara Arab itu.
“Selama blokade dan perang melawan Yaman tetap berlangsung, operasi militer melawan para penyerbu akan terus berlanjut,” kata Brigadir Jenderal Yahya Saree pada konferensi pers di ibukota Sana’a pada Senin sore (23/03).
Baca Juga:
Ia menambahkan, “Yaman pernah dianggap lemah, tetapi sekarang benar-benar berbeda dari yang dulu lima tahun lalu. Yaman jauh lebih kuat saat ini”.
“Angkatan bersenjata Yaman menjadi sasaran konspirasi dan upaya yang ditujukan untuk melumpuhkannya. Namun, pasukan ini berhasil melawan serangan brutal para agresor selama beberapa tahun terakhir dan meraih kemenangan,” kata Saree.
Sosok senior militer Yaman itu kemudian menunjuk pada dukungan rakyat untuk operasi militer Yaman, dengan mengatakan, “Banyak negara telah memperkirakan bahwa kita akan gagal; sebaliknya kita tidak gagal atau menyerah”.
Saree melanjutkan dengan mengatakan bahwa aliansi militer yang dipimpin Saudi telah melakukan 257.882 serangan udara terhadap sasaran di seluruh Yaman sejak mulai serangannya lebih dari lima tahun yang lalu.
Baca Juga:
“Tingginya jumlah serangan udara membuktikan fakta bahwa mereka gagal membuat kita bertekuk lutut. Yaman adalah salah satu negara dengan sejumlah besar serangan udara. Catatan kriminal koalisi yang dipimpin Saudi akan menjadi halaman gelap dalam sejarah umat manusia, dan beberapa pemimpin dunia akan membayar mahal untuk darah bangsa Yaman, “komentarnya.
Saree menyoroti bahwa tentara Yaman dan sekutu mereka telah melakukan 5.278 serangan balasan terhadap sasaran strategis di dalam Arab Saudi dan di tempat lain di kawasan itu, di mana 1.686 serangan dilakukan pada 2019 saja.
“Selama lima tahun terakhir, pasukan Yaman juga berhasil menggagalkan 5.426 serangan oleh pasukan koalisi yang dipimpin Saudi dan tentara bayaran mereka. Unit-unit rudal Yaman menembakkan 1.067 rudal balistik di berbagai posisi milik aliansi pimpinan Saudi baik di dalam maupun di luar Yaman, di mana 410 proyektil menghantam lokasi-lokasi militer yang kritis jauh di dalam Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, ”katanya. (ARN)
Yahya Saree: Kami Akan Terus Serang Saudi Jika Saudi Terus Serang Yaman Yahya Saree: Kami Akan Terus Serang Saudi Jika Saudi Terus Serang Yaman

WHO: Penyebaran Virus Corona Alami Percepatan

Jenewa – Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pandemi penyakit virus corona “mengalami percepatan”, dengan sekarang lebih dari 300.000 kasus dikonfirmasi.
Untuk laporan pertama Covid-19 mencapai 100.000 kasus butuh waktu 67 hari, 11 hari untuk 100.000 kedua, dan hanya empat hari untuk 100.000 ketiga.
Baca Juga:
Tetapi Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus itu sebagaimana dilaporkan BBC, Selasa (24/03) mengatakan masih mungkin untuk mengubah laju percepatan ini. Ia mendesak negara-negara untuk melaksanakan tes yang ketat dan strategi pelacakan kontak.
“Apa yang paling penting adalah apa yang kita lakukan. Kalian tidak bisa memenangkan pertandingan sepakbola hanya dengan bertahan. Kalian harus menyerang juga,” katanya dalam konferensi pers bersama dengan presiden FIFA Gianni Infantino untuk meluncurkan kampanye “kick out coronavirus” yang menampilkan para pesepakbola.
Baca Juga:
Dr Tedros menekankan bahwa himbauan untuk meminta orang untuk tetap di rumah dan tindakan menjauh secara fisik lainnya adalah cara penting untuk memperlambat penyebaran virus, tetapi menggambarkan mereka sebagai “tindakan defensif yang tidak akan membantu untuk menang”.
“Untuk menang, kita perlu menyerang virus dengan taktik agresif dan bertarget – menguji setiap kasus yang dicurigai, mengisolasi dan merawat setiap kasus yang dikonfirmasi, serta mengejar dan mengkarantina setiap kontak dekat.” (ARN)
WHO: Penyebaran Virus Corona Alami Percepatan WHO: Penyebaran Virus Corona Alami Percepatan

Melonjak Tajam, AS Negara Terbanyak ke-3 Kasus COVID-19 di Dunia

Amerika Serikat – Amerika Serikat sekarang memiliki jumlah kasus virus corona terbanyak ketiga di dunia setelah China dan Italia, dengan 35.000 kasus dimana 471 diantaranya meninggal dunia, sebagaimana dilaporkan The Independent pada Selasa (24/03).
Jenderal Ahli Bedah AS, Jerome Adams, yang merupakan penasehat kementerian kesehatan AS, memperingatkan pada Hari Senin, bahwa wabah virus corona akan memburuk minggu ini dan mengatakan bahwa orang-orang di seluruh negeri masih tidak menganggap ancaman itu cukup serius.
Baca Juga:
“Saya ingin Amerika memahami minggu ini, ini akan menjadi buruk,” kata Adams dalam sebuah wawancara di acara “TODAY” show.
Penyakit ini menyebar, katanya, karena banyak orang, terutama pemuda, tidak mematuhi pedoman untuk tinggal di rumah dan mempraktikkan jarak social (social distancing).
Sementara itu Walikota New York Bill de Blasio meminta Donald Trump untuk bantuan federal yang lebih banyak dan memperingatkan bahwa 11 rumah sakit umum di kota itu hanya memiliki cukup persediaan medis untuk bertahan hingga minggu depan.
Senat akan melanjutkan negosiasi atas paket stimulus ekonomi yang diusulkan 2 miliar dolar pada hari Senin setelah Demokrat membuat pembicaraan macet pada hari Minggu malam dengan mengeluh jumlah tagihan pro-bisnis ke “dana tertentu” untuk presiden dan perusahaan sekutunya dalam bentuknya yang sekarang.
Baca Juga:
Presiden Trump telah mengumumkan bahwa pemerintah federal telah mengaktifkan Garda Nasional untuk membantu New York, California dan Washington, tiga negara bagian yang paling terpukul oleh virus corona baru. Selama briefing gugus tugas, Trump juga tampak menyoroti berita bahwa Senator Mitt Romney melakukan karantina sendiri karena kontaknya dengan Senator Rand Paul.
Sebelumnya pada Hari Minggu (23/03), diumumkan bahwa Paul Telah dites positif untuk virus corona baru, menjadi anggota ketiga Kongres dan senator pertama yang mengkonfirmasi infeksi. Senator Mike Lee dan Romney, keduanya dari Partai Republik Utah, mengumumkan bahwa mereka akan melakukan karantina sendiri karena hubungan mereka dengan Paul baru-baru ini. (ARN)
Melonjak Tajam, AS Negara Terbanyak ke-3 Kasus COVID-19 di Dunia Melonjak Tajam, AS Negara Terbanyak ke-3 Kasus COVID-19 di Dunia
  
Re-post by MigoBerita / Selasa/24032020/15.00Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

nanalou 6 April 2020 pukul 11.10

Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*