» » Film G30S PKI "Bermasalah" hingga "Oknum-oknum" yang Inginkan Indonesia Chaos

Film G30S PKI "Bermasalah" hingga "Oknum-oknum" yang Inginkan Indonesia Chaos

Penulis By on Kamis, 01 Oktober 2020 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin - Film G30S PKI "Bermasalah" hingga "Oknum-oknum" yang Inginkan Indonesia Chaos

Setiap bulan September pasti mengingatkan kita dengan Film G30 S PKI, secara rinci mungkin akan disajikan di Youtube punya Cokro TV dan bisa anda saksikan linknya disini https://www.youtube.com/watch?v=SROfp71IcEQ ( ASVI WARMAN ADAM PEMBONGKAR KEBOHONGAN TENTANG G30S | The One salah satu Acara yang disajikan Cokro TV ). Tim Migo Berita juga telah berhasil mengumpulkan berbagai artikel yang bisa Anda baca hingga tuntas. Selamat beraktivitas dan Selamat Membaca.


Daripada Nonton G30S/PKI, Kalau Saya Mendingan Nonton Mulan Versi Disney ...

Malam ini, kurang dari 3 jam jelang hari terakhir dalam kalender Masehi ke-9, yang di negeri ini entah kenapa selalu ramai dengan isu seputar PKI, saya rasa kurang afdol rasanya kalau tidak ikutan meramaikan momen ini dengan menulis setidaknya satu artikel, di antara puluhan artikel yang sudah saya rilis.

Jadi, kan lagi ramai ada kelompok tertentu yang ingin agar pemerintah mewajibkan masyarakat menonton film G30S/PKI. Tontonan yang sempat diwajibkan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto ini, semasa saya masih SD, bahkan kalau bisa ditayangkan di stasiun TV nasional. “Paling tidak TVRI-lah,” begitu kata seseorang yang malas saya tuliskan atau sebutkan namanya.

*Eh, begini ya. Ini sudah tahun 2020 dengan kemajuan teknologi dan informasi yang jauh lebih baik dibandingkan masa sekitar tahun 1990-an. Elu mau nonton film G30S/PKI, tinggal nonton di YouTube. Kalau mau nonton 100 kali juga bisa, dengan disimpan lebih dahulu filenya.

Jadi, ngapain sampai meminta agar pemerintah mewajibkan menonton tayangan, yang konon kabarnya ada bagian dari cerita dalam film tersebut yang tak lebih sebagai propaganda dengan tujuan menyudutkan kelompok tertentu?*

Kalau saya sih, sebagai anak negeri yang terbilang sudah kenyang menonton film G30S/PKI, kok mendingan menonton film Mulan ya, yang bikinan Disney itu, daripada menonton film yang menurut berita pernah ditonton oleh seorang mantan jenderal yang duduk di bagian depan, tetapi bisa-bisanya tertidur itu!

Dari film Mulan, meski ada sebagian pecinta film yang memprotes film ini karena ini dan itu, tetapi saya masih bisa belajar arti bela negara yang sebenarnya dari sosok bernama Mulan. Kebetulan pemerannya juga bening, jadi betah melihatnya. Masih mending daripada misalnya saya menonton atas undangan kelompok KAMI, dimana saya akan melihat wajah-wajah seperti …. ah, sudah tahulah siapa saja nama-nama yang seharusnya saya tulis tapi saya urungkan. Hehehe…

Mulan ini keren. Karena tidak ingin melihat Papanya memenuhi panggilan “wajib militer” dari kerajaan, berhubung dalam keluarganya tidak ada anak lelaki, maka dengan terpaksa Mulan menyamar sebagai laki-laki dengan mengenakan pakaian milik Papanya, lengkap dengan membawa pedang yang menjadi kebanggaan bagi Papanya.

Dalam proses pelatihan yang cukup berat, Mulan berhasil membuktikan dirinya punya kemampuan lebih dengan “tenaga chi” dalam dirinya. Namun, ketika kepercayaan dari kepala pasukannya sudah diperoleh, Mulan justru harus mengalami penolakan. Ia dibuang dari “kesatuannya” setelah mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita.

Akan tetapi, demi mengetahui siasat musuh yang ingin menculik dan membunuh sang Kaisar, Mulan lantas kembali menghadap kepala pasukan dengan siap menanggung risiko kehilangan nyawa—karena saat diusir Mulan diberi pesan agar jangan berani kembali atau kepala pasukannya akan menghabisi nyawanya.

Mulan tak peduli. Asalkan informasi yang dia berikan dipercaya, lalu ada upaya menyelamatkan Kaisar. Namun akhirnya, Mulan justru dibela oleh rekan-rekannya, hingga dipercaya memimpin misi penyelamatan Kaisar. Singkat cerita, Mulan akhirnya berhasil menyelamatkan Kaisar setelah bertarung dengan Bori Khan.

Pada bagian akhir film, dikisahkan Mulan terpaksa menolak permintaan Kaisar untuk menjadi pengawal kerajaan, karena ingin mengabdi pada keluarga, terutama Papanya yang sempat dikecewakan dengan kenekatan Mulan pergi menggantikan beliau. Namun, akhirnya pihak kerajaan mendatangi Mulan di rumahnya, memberinya pedang baru sebagai pengganti pedang Papanya yang hancur dalam pertempuran, lalu menanyakan keputusan Mulan sekali lagi untuk menjadi pengawal Kaisar di istana.


Bagi saya, menonton Mulan lebih mendorong rasa nasionalisme saya, dengan berpikir: “Apa yang bisa saya lakukan untuk membela bangsa ini, untuk menjadikan bangsa ini lebih baik?” Hal yang rasanya lebih diperlukan pada masa kini daripada menonton film tentang G30S/PKI.

“Kok belajar dari tokoh asal China sih, berarti elu komunis dong!” mungkin ada yang menyambar dengan tuduhan begitu.

Ya, terserah gue mau belajar dari mana saja. Lagipula dengan terinspirasi dari tokoh fiksi maupun legenda dari Negeri Tirai Bambu, tidak menjadikan saya auto-komunis kok. Memang kalau ada yang suka menonton The Avengers, terus setelah keluar dari gedung bioskop langsung otomatis menjadi pahlawan super, begitu?

Katanya disuruh belajar sampai ke negeri China, drun. Eh, maksudnya Badrun lho ya, jangan Ge-eR dulu yang di sono! Kalau sampai sekarang saya belum pernah menginjakkan kaki ke sana, tetapi saya tetap bisa “belajar ke negeri China” lewat berbagai film yang sampai sekarang masih saya gemari, terutama film yang mengandung pesan moral, perbuatan baik, dan dapat membangkitkan rasa nasionalisme terhadap bangsa sendiri.

Kalau Anda pilih mana? 

Daripada Nonton G30S/PKI, Kalau Saya Mendingan Nonton Mulan Versi Disney ...

Sumber Utama :  https://seword.com/umum/daripada-nonton-g30spki-kalau-saya-mendingan-qj35bdGmPN

(Oknum) Ketua MUI Tingkat Kecamatan Menghina KH. Ma’ruf Amin, Maaf, Selesai?

Salah satu alasan perlunya program sertifikasi Ulama adalah agar tiap orang tidak mudah mengklaim dirinya sebagai Ulama hanya dengan “modal" jenggotan, jubah, surban semata.

Lihatlah bagaimana “fasihnya” mulut Rizieq Syihab mencaci maki orang lain, agama lain, suku lain dan mirisnya orang seperti itu dikatakan Ulama?

Lihat juga kelakuan Tengku Zulkarnain yang sudah beberapa kali menyebarkan hoax dan provokasi SARA, lalu mereka katakan orang seperti itu sebagai Ulama?

Dan orang seperti Gus Nur yang tidak pernah mondok di pesantren, yang mulutnya “fasih” teriak jancxk, mata mu picek dan makian lainnya, kalian sebut Ulama?

Ada juga mualaf kemarin sore, Felix Siaw, seorang pentolan pendukung khilafah (HTI) buatan Inggris yang begitu mudah “membodohi” umat Islam dengan mengatakan Nabi Muhammad SAW menulis sendiri kalimat tauhid, dan kalian menyebutnya sebagai Ustadz???

Sebenarnya kalian paham agama gak sih?!

Nabi Muhammad SAW saja tidak pernah mencaci maki orang lain, suku lain, agama lain, tetapi kalian malah “memuja” orang-orang yang tidak bisa menjaga lisannya dan menyebut mereka sebagai Ustadz dan Ulama?

Kalian “waras”???

Para oposisi juga selama ini teriak bela Ulama, tapi yang dibela ternyata hanya dari kelompok mereka sendiri. Ada juga yang membuat fitnah keji terjadi kriminalisasi Ulama di masa pemerintahan Presiden Jokowi saat ini, padahal yang dibela adalah Rizieq Syihab yang sudah 2 kali dipenjara beberapa tahun yang lalu.

Aneh tapi nyata, saat dulu Rizieq Syihab dipenjara pada tahun 2003 dan 2008, tidak ada tuh yang teriak kriminalisasi Ulama, tanya kenapa?

Ada juga Habib Bahar Smith yang ditangkap karena menganiaya anak di bawah umur, tetapi dibela oleh mereka dengan dalih bela Ulama? Wkwkwkw

Yang terbaru, ada pemilik akun facebook bernama Oliver Leaman S yang secara terang-terangan mengatakan KH. Ma’ruf Amin sebagai penjahat agama seperti yang terlihat dalam screen shot berikut ini:

Article

Dalam postingan di atas, selain mengatakan KH. Ma’ruf sebagai penjahat agama, dia juga menyandingkan beliau dengan “aktor” film panas Jepang.

Dan setelah postingannya viral, pemilik akun facebook Oliver Leaman S yang bernama asli Sulaiman Marpaung meminta maaf melalui postingannya?

“Saya atas nama Sulaiman Marpaung memohon maaf yang sebesar besarnya kepada keluarga besar Wakil Presiden RI KH Makruf Amin sekaligus Ketua MUI Pusat dan juga Seluruh keluarga besar Ansor terkhusus Kota Tanjungbalai atas kesalahan dan kekhilafan saya tentang adanya indikasi penghinaan terhadap KH Makruf Amin atas postingan saya yang saya buat.

Dari hati yang paling dalam dan menghaturkan sepuluh jari sekali lagi saya mohon maaf.

Salam permohonan maaf dari saya. Sulaiman Marpaung.” tulis pemilik akun tersebut pada tanggal 25 September 2020 lalu, pukul 23.53 WIB.

Article

Ketika posting merasa hebat tetapi setelah viral lalu minta maaf dan selesai???

Orang seperti ini harus diberikan hukuman yang berat karena dia sudah menghina KH. Ma’ruf Amin yang merupakan Ulama senior NU (ormas Islam terbesar di Indonesia), Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat MUI, sekaligus seorang Wakil Presiden Indonesia yang sah saat ini.

Yang lebih mirisnya lagi, ternyata si pelaku adalah seorang Ketua MUI tingkat Kecamatan!

Seorang Ketua MUI tingkat kecamatan tetapi berani menghina Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat MUI, dimana akalnya???

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana penulis mengetahui jika Sulaiman Marpaung adalah seorang Ketua MUI tingkat kecamatan?

Jawabannya, karena penulis sudah melihat jejak digitalnya dalam akun facebooknya yang beralamat di https://www.facebook.com/oliver.s.9

Saat penulis menyelesaikan tulisan ini, akun facebook tersebut sudah tidak bisa ditemukan lagi…

(Oknum) Ketua MUI Tingkat Kecamatan Menghina KH. Ma’ruf Amin, Maaf, Selesai?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/oknum-ketua-mui-tingkat-kecamatan-menghina-kh-dlEVQrDoG6

KAMI Gatot Sedang Memicu Konflik Horizontal! Gatotkan!

Sejak kemunculannya, melalui deklarasi yang diikuti barisan sakit hati, perdebatan sengit sudah terjadi di antara anak bangsa. Ada yang pro dan ada yang kontra. Sampai di sini masih berada pada level gaduh di media arus utama dan media sosial.

Dengan dalih gerakan moral, KAMI kemudian menjadikan momentum merayakan hari kemerdekaan 17 Agustus sebagai momentum deklarasi di Tugu Proklamasi pada 18 Agustus 2020. Deklarasi ini dihadiri ratusan politisi dari kubu oposisi. Untuk menambah daya gedor deklarasi ini, Dien Syamsudin sampai membohongi duta besar Palestina dengan alasan perayaan hari raya kemerdekaan RI. Selain itu ada juga tokoh lain yang dicatut namanya tetapi sebenarnya tidak ikut dalam gerakan itu.

Apakah KAMI sudah berhenti? Tidak. KAMI menyebarkan gerakannya ke berbagai daerah dengan dalih deklarasi. Dari satu daerah ke daerah lain. Dari memanfaatkan suatu momentum ke momentum lainnya.

Ketika deklarasi dilakukan di Jakarta, kegaduhan dan perdebatan sengit hanya terjadi di media arus utama dan media sosial. Tetapi ketika deklarasi dilakukan di daerah-daerah, pihak yang kontra pun ikut menyatakan sikap penolakan terhadap deklarasi KAMI. Sampai di sini, pihak yang pro dan kontra bukan lagi adu pendapat di media sosial, melainkan sudah di dunia nyata.

Penolakan terhadap KAMI yang sempat menjadi sorotan terjadi di Surabaya. Jauh-jauh hari arek Surabaya sudah menyatakan sikap penolakan terhadap KAMI. Tetapi sepertinya Gatot tidak mengindahkan dan tetap mengadakan deklarasi di Gedung Jabal Nur, Kota Surabaya. Akhirnya acara deklarasi ini dibubarkan Kapolrestabes karena ternyata tidak mendapatkan rekomendasi dari Satgas Covid-19.

Deklarasi KAMI di Surabaya ini ditolak kelompok yang menyatakan dirinya sebagai KITA. Kedua kelompok yang menghadiri deklarasi KAMI dan penolak dari kelompok KITA berhadapan dengan menyuarakan aspirasi masing-masing. Bahkan Gatot sampai dianjingkan loh. Tetapi Gatot enak saja menanggapi dengan menyatakan bahwa demo penolakan itu adalah bayaran. Santai dan sadis sekali tanggapannya.

Tidak berhenti sampai di situ, KAMI memanfaatkan momentum G30S dan Hari Kesaktian Pancasila untuk mencuri perhatian. Kali ini bukan deklarasi, melainkan ziarah ke makam pahlawan bersama dengan para purnawirawan dan keluarga serta beberapa ormas. Gatot diberitakan sempat adu mulut dengan Dandim karena acara ziarah tersebut dianggap melanggar protokol kesehatan.

Pada saat yang sama, ada orasi dari sekelompok orang. Tetapi sekelompok orang tersebut membubarkan diri setelah dihadang ormas yang ikut mengawal Gatot ziarah ke makam pahlawan.

Ini menarik. Tidak ada angin tidak ada hujan, Gatot ditolak ratusan orang yang membubarkan diri setelah dihadang ormas pengawal Gatot. Yang tidak masuk akal adalah kelompok yang menolak kehadiran Gatot dan kelompoknya di makam pahlawan. Kalau mau melakukan aksi, kenapa lari. Kenapa pula menolak purnawirawan menabur bunga ke makam pahlawan. Dan begitu saja membubarkan diri setelah dihadang ormas. Kog ya sepertinya kelompok penghadang ini ketakutan dan tidak niat melakukan penolakan?

Tetapi bagaimana pun juga, kesan yang muncul ke publik adalah bentrok antara pendukung KAMI dan kontra KAMI. Perlahan tapi pasti, hadap-hadapan antara anak bangsa ini sepertinya tidak bisa dihindari. Jika deklarasi KAMI tetap disebarkan ke seluruh Indonesia, maka penolakan terhadap KAMI juga akan tersebar. Dan pada akhirnya, ketika deklarasi dilakukan di daerah, yang pro dan kontra KAMI pasti akan berhadapan satu sama lain. Dalam skala yang lebih berbahaya, bukan tidak mungkin bentrokan antar anak bangsa yang berbeda pandangan akan bentrok di lapangan. Kalau sudah berada pada situasi panas, siapa yang dapat memastikan tidak terjadi bentrok. Kalau bentrok sudah terjadi, konflik pun sudah ada di depan mata.

Menyikapi KAMI

Memang sangat sulit membiarkan gerakan provokasi ini begitu saja. Tetapi meladeni keinginan KAMI untuk membenturkan sesama anak bangsa juga tidak bisa dibiarkan. Maka saya kira lebih baik kita bersikap tidak mau tahu saja di dunia nyata, tetapi digempur melalui media sosial. Kenapa media sosial? Di media sosial, KAMI tidak punya kekuatan apa-apa. Bukan karena tidak punya pasukan, tetapi karena jualan mereka tidak akan laku di media sosial dan dengan gampang dibantah. Interaksi masyarakat Indonesia juga sudah makin marak di media sosial. Ya tentu saja, tidak akan terjadi konflik jika kita beradu di media sosial. Sementara di dunia nyata, menyulut emosi itu sangat mudah.

Lagian kalau di dunia nyata, biarkan saja Gatot koar-koar sampai habis duitnya mengumpulkan orang di berbagai daerah. Ntar juga kalau gak ditanggapi malu sendiri dan berhenti sendiri.

KAMI Gatot Sedang Memicu Konflik Horizontal! Gatotkan!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/kami-gatot-sedang-memicu-konflik-horizontal-VZLVCmlSFc 

Pecat Langsung Buruh Mogok Kerja Nasional! Masih Banyak Yang Butuh Kerja

Sekitar 5 juta buruh akan melakukan mogok kerja nasional di 25 provinsi dan 300 kabupaten/kota yang akan dilaksanakan tiga hari berturut-turut mulai 6 sampai 8 Oktober. Mogok kerja nasional ini dilakukan sebagai aksi penolakan RUU Cipta Kerja aka Omnibus Law. Sebab menurut puluhan pimpinan konfederasi dan federasi serikat pekerja, RUU Cipta Kerja merugikan buruh dan menguntungkan pengusaha.

Menariknya, selain rencana aksi mogok kerja nasional, mereka juga akan melakukan aksi-aksi sebelum 8 Oktober. Nah suara mereka tidak didengarkan, aksi mogok kerja nasional dengan menghentikan produksi akan dilakukan. Jadi akan ada aksi pemanasan.

Hal menarik lainnya, pimpinan konfederasi dan federasi menyatakan bahwa aksi ini tidak hanya diikuti buruh saja melainkan juga dari berbagai elemen seperti mahasiswa, petani, nelayan, masyarakat sipil, masyarakat adat, penggiat lingkungan hidup, penggiat HAM, dan lain-lain. Ini demo apaan sih sebenarnya?

Ketika aksi-aksi yang kami lakukan tidak ditanggapi, puncaknya kami akan melakukan mogok nasional yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia sebagaimana kami jelaskan di atas. Selain dari buruh, berbagai elemen juga siap untuk melakukan aksi bersama untuk menolak omnibus law RUU Cipta Kerja adalah mahasiswa, petani, nelayan, masyarakat sipil, masyarakat adat, penggiat lingkungan hidup, penggiat HAM, dan lain-lain. (Said Iqbal, Liputan6)

Saya tidak tahu apa yang ada di kepala pimpinan konfederasi dan federasi serikat pekerja ini. Melakukan aksi di masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini sangat berpotensi meningkatkan penyebaran covid-19. Jangankan aksi mogok kerja dan demo, bekerja seperti biasanya saja sangat berpotensi menularkan covid-19. Apakah mereka ini sedang berusaha menambah pasien positif covid-19?

Menyampaikan pendapat memang hak setiap orang, termasuk buruh. Tetapi menyampaikan pendapat dengan melakukan aksi demo seperti yang mereka rencanakan sangat tidak masuk akal ketika covid-19 menjadi ketakutan dunia saat ini. Selain itu, wakil dari pekerja selama ini juga sudah ikut dalam pembahasan RUU Cipta Kerja. Apakah Said Iqbal tidak ikut memberikan pandangan pada pembahasan RUU Cipta Kerja?

Mogok kerja nasional dengan tujuan menghentikan produksi akan berakibat fatal bagi perusahaan dan ekonomi bangsa yang pada akhirnya buruh juga akan ikut menanggung akibatnya. Kalau ekonomi RI hancur, yang menderita duluan itu bukan pimpinan serikat pekerja – mereka mah enak makan dari hasil keringat para buruh sampai rumahnya bagai istana – melainkan buruh sendiri.

Yang mogok dipecat saja, masih banyak yang butuh pekerjaan

Maka usul saya kepada setiap perusahaan yang pekerjanya akan mogok – menurut peraturan mereka akan memberitahukan rencana mogok beberapa hari sebelum mogok – langsung saja pecat pekerja tersebut sebagai sanksi. Peraturan juga menyatakan bahwa mogok dapat dilakukan jika terjadi kegagalan perundingan antara pekerja dan pemberi kerja (perusahaan). Sementara mogok kerja nasional itu bukan bagian dari perundingan antara pekerja dengan pemberi kerja (perusahaan) melainkan pekerja dengan pemerintah, yang tidak mempekerjakan mereka. Maka kalau masih mau tetap mogok kerja, itu tidak sah dan sudah pantas dipecat.

Apakah saya terlalu sadis? Tidak juga. Kenapa mereka ini pantas dipecat? Karena mereka sudah mengancam produksi perusahaan, ekonomi negara, protokol kesehatan dan berpotensi meningkatkan penyebaran covid-19. Justru buruh yang lima juta inilah yang terlalu sadis. Sudah tahu keadaan berbahaya masih saja berulah sementara suara mereka sebelumnya sudah didengarkan dan bahkan perwakilan mereka sudah ikut dalam pembahasan RUU Cipta Kerja yang mereka tolak. Hitung-hitung, 5 juta lowongan pekerjaan terbuka untuk orang lain.

Coba dech Anda bayangkan. 3 hari mogok kerja dan melakukan aksi di berbagai tempat. Apa yang akan terjadi di negeri ini? Banyak kemungkinan bahaya dan kerugian. Apakah dengan demo begitu, RUU Cipta Kerja yang sudah dibahas bersama dengan perwakilan serikat pekerja itu akan berubah? Belum tentu.

Saya juga pekerja. Saya juga mengeluh dengan banyak hal yang tidak menyenangkan. Di mana-mana itu terjadi. Tetapi melakukan sesuatu pada situasi dan waktu yang tidak tepat, malah akan membahayakan diri sendiri.

Jangan-jangan mereka ini sengaja melakukan aksi mogok kerja nasional untuk menambah masalah di negeri ini?

Pecat Langsung Buruh Mogok Kerja Nasional! Masih Banyak Yang Butuh Kerja

Sumber Utama : https://seword.com/umum/pecat-langsung-buruh-mogok-kerja-nasional-masih-6GBq3zgFP9 

Setelah Viral Larangan Ibadah Dicabut, Istana Merespon Soal Kematian Pendeta Di Papua

Bicara kesaktian Pancasila di negeri ini sebenarnya jadi bias. Biasnya adalah di satu sisi kita punya ideologi yang sangat ideal, handal, jadi pemersatu bangsa. Pancasila dan UUD 1945 itu menjamin hak-hak semua rakyat termasuk hak masyarakat yang minoritas.

Tapi alangkah lelahnya menjadi warga dobel atau tripel minoritas di negeri ini. Saya berpikir kalau umat minoritas di negeri ini kebanyakan sudah lelah untuk bicara soal kebebasan beribadah. Karena dalam kurun waktu sebulan dari akhir Agustus sampai September sudah 6 kali terjadi aksi intoleransi yang menimpa kaum Kristiani atau umat Nasrani.

Jadi bukan hanya di Mojokerto yang barusan ini viral. Di Cikarang, Jawa Barat terjadi 2 kali, di Indragiri, Riau terjadi sekali, di Karawaci Banten, di Jonggol, Jawa Barat.

Jadi bukan hanya sekali dua kali. Penggiliran untuk penutupan ibadah itu jelas memilukan karena ketika umat berharap ada kebebasan beribadah yang diatur dan dijamin undang-undang malah yang terjadi penolakan demi penolakan. Ujungnya bersenjatakan SKB 2 Menteri. Tamat sudah memakai aturan sakti tersebut.

Memberangus hak dan hasrat untuk beribadah. Sudah nasibnya begitu ditambah dengan pernyataan Pak Mahfud yang membela UAS, eh datang pula suatu tulisan yang judulnya menurut penulis kok nggak tepat alias kasar.

Jadi kelihatan sang penulis yang pendukung berat Presiden itu terlihat emosinya menggelegak atau menggelegar. “Intoleransi di Desa, Teriaknya Langsung ke Kuping Jokowi, Situ Sehat?”

Ok, tanpa menyebutkan siapa yang dimaksud. Pakai bahasa yang sangat sadis, kiasan sih tapi apa sampai segitunya ‘Teriak di kuping Jokowi?’. Ini mengindikasikan makna kekurangajaran. Karena kalau ada orang teriak di kuping saja maka pasti kita tersinggung. Lalu teriak di kuping Presiden? Metafor tapi menunjukkan kekesalan sekaligus pembelaan yang spartan dan militan tanpa melihat konteks dan jejak digital bahwa Presiden sendiri pernah bicara soal jaminan beribadah bahkan ditujukan ke komunitas Kristen, saat Natal pula!.

Berharap sang penulis yang pendukung Presiden untuk membaca langsung pernyataan Presiden Jokowi soal jaminan dan kebebasan beribadah. Linknya ada dan tanpa editan. Asli dan belum terhitung lama yaitu di akhir Desember 2019.

Media OKEZONE memberi judul : Jokowi Tegaskan Negara Menjamin Kebebasan Beragama dan Beribadah.

Media itu melansir soal pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menegaskan, setiap warga negara Indonesia dijamin dalam kebebasan untuk beragama dan beribadah menurut keyakinan serta kepercayaan masing-masing.

"Saya tegaskan di sini, negara menjamin kebebasan beragama dan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing," tegas Jokowi saat menghadiri Acara Perayaan Natal 2019, di Sentul Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat 27 Desember 2019.

Linknya : https://nasional.okezone.com/read/2019/12/28/337/2146801/jokowi-tegaskan-negara-menjamin-kebebasan-beragama-dan-beribadah

Kalau mau mengecek jika nggak sreg dengan media OKEZONE ada media lain.

KOMPAS malah memberikan judul yang lebih menohok : Jokowi: Di Negeri Pancasila, Negara Menjamin Kebebasan Beribadah. Link : https://nasional.kompas.com/read/2019/12/27/21385821/jokowi-di-negeri-pancasila-negara-menjamin-kebebasan-beribadah.

OK, kalau Presiden yang bicara, apakah warganya tak boleh menagih atau meminta perhatian beliau sebagai Presiden untuk NKRI. Salahnya di mana kalau warga protes ketika kebebasan beribadahnya direnggut dan dicabut?

Penulis sudah banyak menuliskan perihal izin gereja yang dicabut bahkan saat Natal di Desember lalu. Ada juga izin IMB yang dicabut di Bantul tahun lalu. Kisah yang jamak di negeri ini, di Indonesia tercinta.

Presiden menyebut ini negeri Pancasila. Amin untuk hal itu. Alhamdullilah dan puji Tuhan. Sayangnya dalam realita tak seindah itu.

Lantas penulis mau menunjukkan ketika netizen memprotes soal pelarangan beribadah maka justru ada hasilnya, walau tak semua atau 100 persen.

Contoh, di Mojokerto akhirnya Kades mengizinkan ibadah dilangsungkan setelah viral. Nah, kalau nggak diviralkan atau nggak jadi sorotan maka kisahnya akan berbeda. Jadi bersyukur justru berita viral itu akhirnya membuat Permerintah setempat berespon.

Contoh berikutnya yaitu ketika ada protes keras ke Presiden soal diamnya sikap Presiden perkara terbunuhnya pendeta di Papua, akhirnya Istana berespon. CNN memberitakan kabar gembira ini : “Pendeta di Papua Ditembak, Istana Bentuk Tim Investigasi”.

Justru Presiden mendengar. Lalu kenapa dilarang untuk ngomong atau protes?

Thank you ya Pak Jokowi, Bapak masih mendengar!

Setelah Viral Larangan Ibadah Dicabut, Istana Merespon Soal Kematian Pendeta Di Papua

Sumber Utama : https://seword.com/politik/setelah-viral-larangan-ibadah-dicabut-istana-23EFnnESNF 

(Analisis) Pemuda Beragama Islam Merusak Mushola

Di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti Indonesia, mestinya masjid atau musolla menjadi tempat paling aman dari apapun. Tak perlu khawatir masjid atau musolla dibom seperti halnya gereja.

Maka kemarin, ketika membaca berita ada musolla di Tangerang dicorat-coret dengan tulisan: saya kafir, anti islam, anti khilafah, tidak diridhoi. Lalu perusakaan terhadap sejadah dan Alquran, ini agak mengagetkan. Seperti mustahil terjadi.

Entah kebetulan atau tidak, publik melalui Gatot Nurmantyo sedang dipanas-panasi dengan isu kebangkitan PKI. Sehingga kejadian ini langsung dikait-kaitkan dengan PKI. Disimpulkan bahwa aksi ini adalah tanda kebangkitan PKI.

Saya mengikuti diskusi grup-grup WA yang mayoritasnya diisi oleh orang-orang yang beriman pada kebangkitan PKI. Emosi dan provokasi muncul bertubi-tubi, bahkan pesan yang sama dishare berulang kali. Mereka seperti mendapat angin segar untuk melakukan aksi jihad melawan PKI.

Namun siang ini, Polisi dikabarkan sudah mengamankan pelaku corat-coret musolla. Diketahui namanya adalah Satrio, berusia 18 tahun, mahasiswa jurusan psikologi di sebuah universitas swasta Jakarta. Lebih mengejutkan lagi karena ternyata pelaku beragama Islam dan dari keluarga muslim. Bahkan rumah pelaku berada dekat dengan musolla, 50 meter.

Sampai saat ini belum diketahui motifnya. Tapi pada intinya, Satrio mengaku tidak menyesal dan tidak merasa bersalah atas tindakannya. Pihak keluarga bersaksi bahwa Satrio memang agak sensitif dan reaktif belakangan ini, setelah beberapa bulan belajar agama dari Youtube.

Kalau dari analisis saya, sejak awal vido viral itu muncul dan disebar, saya sudah tahu pelakunya pasti muslim atau orang Islam. karena ada tulisan “ridho.” Kalau nonmuslim, atau benar-benar kafir, maka pasti tidak akan ada kata tersebut. Kata ridho jelas sangat identik dengan Islam.

Tapi saya tak mau membantah kemarahan ormas atau ummat yang beriman pada kebangkitan PKI. Selain karena sudah biasa melihat mereka marah dan beringas, juga karena saya meyakini bahwa pelaku pasti akan segera ditangkap dengan mudahnya. Dan itu terbukti siang ini.

Meskipun polisi masih mendalami motif pelaku, tapi sebenarnya kasus ini sederhana saja jika melihat kalimat dalam corat-coret yang dilakukan oleh Satrio. Mari kita telaah satu persatu.

Saya kafir

Cerita soal mengkafir-kafirkan orang lain bukanlah cerita baru. Saya pun yang sejak lahir beragama Islam, mondok di pesantren dan pernah mengajar menjadi ustad, termasuk sering dicap kafir oleh beberapa orang karena berseberangan pilihan politik. Jadi kalau tulisan ini muncul dalam salah satu corat-coret Satrio, hampir bisa dipastikan ini adalah akumulasi emosi hasil perlakuan orang-orang sekitarnya, yang kerap mengkafir-kafirkannya karena beberapa alasan.

Anti khilafah

Pesan ini lebih jelas lagi, menolak khilafah yang selama ini kerap dipromosikan oleh ormas terlarang HTI. Meskipun HTI sudah dibubarkan, tapi orang-orangnya tetap bergerak dari pengajian ke pengajian untuk menyebarkan doktrin khilafah.

Pesan ini masih ada hubungannya dengan “saya kafir.” Karena di mata para pemuja khilafah, yang tidak setuju dengan khilafah berarti imannya tidak sempurna, kafir.

Tidak diridhoi

Kalimat ini yang mungkin agak susah ditafsirkan. Tapi kira-kira sama saja dengan tulisan atau kalimat sebelumnya, sebuah bentuk protes, akumulasi emosi atas perlakuan orang-orang sekitar.

Bagi pembaca yang sampai di sini bingung kenapa saya menuliskan ini, mungkin karena kalian belum pernah merasakan dibully kafir, sesat dan sebagainya. Padahal tiap hari shalat dan melaksanakan rukun Islam lainnya. Tapi saya, yang pernah mendapat perlakuan semacam itu, sangat bisa merasakan emosi yang ada dalam kalimat-kalimat tersebut.

Dalam pandangan saya, kasus ini patut dijadikan momen untuk berkaca pada diri. Pemuka agama Islam mestinya malu dengan kejadian ini. Minimal kita harus sama-sama menyadari bahwa ada masalah sangat mendasar dari ummat kita.

Kita harus mau menerima bahwa orang-orang seperti Felix dan HTI itu sudah sangat merusak agama Islam. Belum lagi kelompok yang suka mengkafir-kafirkan orang lain, yang hanya karena alasan beda pilihan politik langsung dicap kafir.

Satrio hanyalah satu orang, anak muda berusia 18 tahun yang sedang semangat-semangatnya. Ekspresif dan reaktif. Kalau korban bully kafirnya seperti saya, sudah usia 30 tahun, ya mungkin akan senyum-senyum saja. Tapi pertanyaannya, apakah di Indonesia ini hanya Satrio korbannya? Saya yakin banyak.

Tugas ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah jelas, harus bisa menghadirkan tokoh-tokoh yang rahmatan lilalamien. Yang sejuk dan damai. Tugas pemerintah adalah membatasi, kalau perlu melarang preman berceramah dengan surban dan gamis. Jangan sampai mimbar dakwah kita diisi dengan dzikir jancuk, matamu picek, khilafah dan sebagainya.

(Analisis) Pemuda Beragama Islam Merusak Mushola

Sumber Utama : https://seword.com/umum/analisis-pemuda-beragama-islam-merusak-mushola-QdXbWJt7Dc

Tragis! PA 212 Ogah Gabung Partai Amien Rais

Suka tidak suka, diakui atau tidak, PA 212 pernah bekerja sama dengan Amien Rais di Pilpres 2019. Mereka pernah satu kubu, berjuang keras untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Saya yakin di antara mereka sudah mulai muncul chemistry. Minimal keduanya bisa bekerja sama di masa depan. Amien Rais pun mungkin berharap suatu saat bisa bekerja sama lagi dengan PA 212.

Namun sayangnya, setelah Prabowo-Sandi kalah, maka mereka pecah kongsi dan terpecah belah. Prabowo-Sandi bahkan sudah dicap pengkhianat oleh PA 212 karena Prabowo mau jadi menteri Jokowi, dan Sandi mau menjadi tim sukses menantu Jokowi. PA 212 masih seperti biasanya, suka muncul kalau tiba-tiba ada isu agama. Namun bukan berarti mereka tidak akan melibatkan diri lagi dalam persoalan politik.

Saat ini Amien Rais telah mengumumkan berdirinya partai baru bernama partai Ummat dengan tekad memegang teguh Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, dan semua aturan demokrasi universal. Namun sayangnya partai baru Amien Rais tidak mendapat respon positif dari PA 212. Padahal, saya yakin Amien Rais sangat berharap dukungan dari PA 212, FPI, dan GNPF-Ulama. Hanya itu satu-satunya kelompok yang paling mungkin disasar oleh Amien Rais.

Sebagaimana yang dilansir suara.com, PA 212 menyatakan enggan bergabung dengan Partai Ummat yang didirikan Amien Rais. Apalagi menjadi bagian organisasi sayap partai.

"PA 212 tidak akan menjadi underbow (organisasi sayap partai) partai manapun," kata Ketua PA 212, Slamet Maarif

Slamet menegaskan, bahwa PA 212 merupakan gerakan moral bukan bergerak atas dasar politik. Maka dari itu pihaknya enggan bergabung dengan partai politik yang didirikan mantan Ketua MPR RI itu.

"Karena gerakan kami gerakan moral bukan gerakan politik jadi tidak mungkin kita bergabung dengan partai apa pun," ujarnya.

Kendati begitu, Slamet tetap menyikapi langkah Amien Rais secara positif. Ia mendoakan Amien sukses dengan partai politik barunya.

Jawaban Slamet Ma'arif sangat diplomatis. Cukup pintar dalam memberi alasan kenapa tidak mau mendukung partai Ummat milik Amien Rais. Alasannya sungguh mulia, menyatakan bahwa PA 212 bukan gerakan politik, melainkan gerakan moral. Sangat filosofis dan religius. Namun jujur saya sama sekali tidak percaya. PA 212 ogah mendukung partai Amien Rais karena belum yakin akan dapat keuntungan.

Jika memang gerakan moral, seharusnya PA 212 sekalian saja meresmikan PA 212 menjadi ormas dan daftarkan secara resmi ke pemerintah. Kalau saat ini, PA 212 merupakan kelompok tidak jelas yang tak punya payung hukum serta legalitas. Sudah seharusnya tidak boleh ada di Indonesia apalagi kalau cuma bisa meresahkan. Jelas ketikaenyebut alasan gerakan moral untuk menolak mendukung partai Amien Rais sangat sulit diterima.

Bohong kalau hanya disebut gerakan moral. Sebab sejak Pilkada DKI 2017, PA 212 sudah melibatkan diri ikut dalam pusaran politik. Mereka konsisten mendukung Anies bahkan sampai menggelar demo untuk bisa mengalahkan Ahok dan menjebloskannya ke penjara.

Bohong kalau PA 212 tidak mau disebut sebagai gerakan politik. Pada Pilpres 2019, mereka ikut berkampanye untuk Prabowo-Sandi. Tentu mereka menikmati uang kampanye. Zaman sekarang tidak mungkin ada yang mau kampanye secara gratis.

Saat ini PA 212 menolak mendukung partai Amien Rais karena memang belum menemukan keuntungannya. Pertama, Amien Rais bukan konglomerat, tidak setajir Prabowo atau Sandi. Apa yang diharapkan dari seorang Amien Rais? Saya berani bertaruh, jika Amien Rais tajir melintir, PA 212 gak bisa menolak mendukung partai baru Amien Rais.

Kedua, Partai Ummat milik Amien Rais masih baru. Mereka berpikir dua kali sebelum memberikan dukungan. Buat apa mendukung partai baru yang belum punya kekuatan? Lebih baik mendukung partai yang sudah punya kekuatan. Minimal mereka bisa dapat jatah jika partai yang didukung bisa lolos ke parlemen.

Paling mungkin PA 212 hanya akan mau mendukung PKS atau partai apapun yang berkoalisi dengan PKS. Jika Gerindra dan PAN mau berkoalisi dengan PKS mereka siap dukung. Kesamaan ideologi membuat PA 212 sepertinya mutlak mendukung PKS. Selain PKS, no.

Hanya saja, PA 212 tidak mau terlihat kedok aslinya. Oleh sebab itu, mereka pura-pura mendoakan Amien Rais biar sukses. Saya yakin sekali jika Amien Rais sukses, mereka akan langsung mendekat tanpa pandang bulu. Sebab, mereka hanya akan mau mendekat kepada partai yang sudah besar, bukan partai baru yang baru akan menyusun kekuatan.

Tragis! PA 212 Ogah Gabung Partai Amien Rais

Sumber Utama : https://seword.com/umum/tragis-pa-212-ogah-gabung-partai-amien-rais-nLcKwDAMFe 

Mau Tiru Clint Eastwood, Najwa Malah Kelihatan Mirip Kadroon

Awalnya Najwa mungkin mau terlihat keren atau terlihat mantap di dalam menyindir Terawan. Namun kita melihat di lapangan bahwa suasana malah terbalik. 180 derajat lebih dikit.

Awalnya mungkin dia mau dilihat keren, malah sekarang kelihatannya seperti orang sakit jiwa. The power of netizen benar-benar berhasil untuk membungkam Najwa Shihab yang sepertinya punya sakit hati karena ditolak oleh menteri Terawan untuk hadir ke acara nggak penting itu.

Saya bukannya mau mendiskreditkan Najwa. Hanya saya melihat bahwa di lapangan orang-orang berpandangan kalau Najwa ini mempertontonkan dirinya seperti orang yang sakit jiwa.

Berbicara dengan kursi kosong, menatap dengan penuh harapan dan juga tersenyum-senyum sambil direkam dan di broadcast ke seluruh dunia. Apa yang dikerjakan Najwa Shihab ini sebetulnya nyontek dari apa yang telah dikerjakan oleh seorang aktor yang bernama Clint Eastwood yang sudah berusia 90 tahun saat ini, pada tahun 2012.

Di dalam acara tersebut, Clint melakukan wawancara dengan kursi kosong yang seharusya diisi Presiden Obama pada saat itu. Clint Eastwood di depan kursi kosong berbicara satu sama lain dan mendapatkan standing ovation dari penontonnya.

Akan tetapi setelah beberapa waktu berselang kau makin pun pada akhirnya meminta maaf kepada publik Amerika terkait wawancara kursi kosongnya. Ia seharusnya mewawancarai Barack Obama terkait tentang isu Afghanistan dan juga terorisme yang saat itu sedang begitu panasnya diperangi oleh negara-negara Barat.

Setelah meminta maaf, ketenaran nya pun berkurang waktu demi waktu sampai hari ini. Bahkan selidik demi selidik, Clint Eastwood sang komedian, ternyata merupakan pendukung Trump, oposisi Obama.

Di sini saya melihat bahwa ada upaya yang sama dikerjakan oleh Najwa Shihab. Kelucuan ini ternyata merupakan upaya impor dari asing. Seluruh hal itu sah-sah saja akan tetapi di negara demokrasi seperti Amerika pun Clint Eastwood pun akhirnya menyesal.

Saya nggak tahu setelah Najwa bicara dengan kursi kosong, apakah ia akan menyesal atau malah bangga karena sudah melakukan hal selayaknya orang tidak waras. Berbicara dengan kursi kosong untuk urusan politik sepertinya sangat tidak elegan.

Mau dicap mirip Clint Eastwood, Nana malah dicap sebagai Mbak Nadrun. Kan stress...

Karena yang saya tahu orang kalau berbicara sendiri dengan kursi kosong sambil tersenyum-senyum nggak jelas yaitu mirip seperti orang yang mengalami gangguan jiwa. Setiap orang berhak untuk menolak wawancara. Sombong sekali Najwa jika ditolak dan dia langsung memburu Terawan seperti itu?

Kalau mau mempertontonkan elegansi dari wawancara, silakan pertontonkan dengan cara-cara yang terhormat. Bukan malah melakukan penistaan pribadi. Sejarah akan terus berulang bagi mereka yang tidak pernah belajar dari sejarah.

History repeats to one that never learned history.

Kesalahan sejarah akan berulang bagi mereka yang tidak pernah belajar sejarah. Najwa Shihab sudah memperlihatkan bahwa ia tidak pernah belajar dari sejarah. Pada tahun 2012 Clint Eastwood sudah melakukan kebodohan itu dan di tahun 2020 Najwa melakukan hal yang sama.

Jadi curiga bahwa ada kiblat kiblat yang dipengaruhi oleh Amerika, di dalam strategi komunikasi di Indonesia. Kita melihat bagaimana Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pada saat Pilkada DKI Jakarta menggunakan strategi-strategi yang digunakan juga di Amerika.

Melakukan politisasi dari isu suku agama ras dan antargolongan.

Kembali ke Najwa, saya melihat bahwa ada upaya penyeragaman kebudayaan ke arah barat. Tapi sekali lagi kalau mau ngikutin barat, sekalian saja ngikutin sepenuh-penuhnya dong jangan hanya cara wawancaranya.

Kebebasan berpendapat silakan saja tapi harus memenuhi aturan aturan yang ada, koridor dan kaidah jurnalisme yang baik. Saya tidak pernah bermaksud untuk memojokkan Najwa dan membela Terawan. Karena bicara tentang kinerja Terawan, saya lihat secara kasat mata saja dia masih kurang.

Tapi bukan berarti Menteri kesehatan boleh diperlakukan serendah itu dong? meskipun kinerja nya masih kurang baik, alangkah lebih baiknya Najwa memberikan solusi ketimbang nyinyir. Di tengah suasana ini kita tahu bahwa banyak orang yang mengalami kesulitan baik dalam ekonomi maupun keluarga.

Sebetulnya ya jangan dilampiaskan juga ke orang lain. Karena mereka nggak ada urusannya dengan permasalahan kalian. Saya berharap Najwa yang marganya sama dengan Rizieq ini bisa memahami kondisi negara ini dengan lebih utuh.

Begitulah paham-paham.

Mau Tiru Clint Eastwood, Najwa Malah Kelihatan Mirip Kadroon

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mau-tiru-clint-eastwood-najwa-malah-kelihatan-wdqkeVZjo1 

Benang Merah 3 Serangan Ke Umat Islam: “Albert”, “Saya Kafir” Dan “Oliver”!

Bulan September kemarin kita siap menyambut narasi PKI yang lalu lalang. Memang biasanya begitu. Namun, patut disyukuri, lebih banyak warga masyarakat yang tidak mempan dengan isu PKI ini ketimbang yang percaya. Yang percaya pun belum tentu karena tahu secara sejarah dan keilmuan. Saya yakin pasti ada unsur ketidaksukaan pada Jokowi dan PDIP di dalam diri mereka, sehingga yang hoaks pun mereka percayai kan.

Namun ada yang berbeda di bulan September tahun ini. Yakni ada lagi isu lain yang sedang dicoba dipertentangkan. Menyangkut antar umat beragama. Berbagai percobaan adu domba yang tercium polanya. Karena strategi dan arahnya serupa. Ada 3 kasus. Kita lihat satu-satu ya.

”Albert”: Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber

Hari Minggu (13/9) di Lampung, saat bertausiyah, ada seseorang yang mencoba menusuk Syekh Ali Jaber. Karena Syekh Ali dapat mengelak, pisau mengenai lengannya. Menurut Syekh Ali, pisau itu sepertinya diarahkan ke bagian lehernya yang sangat beresiko tinggi jika sampai kena. Jika kena efeknya bisa mematikan. Sang pelaku pun bukan orang yang terganggu jiwanya. Itu sih kata keluarganya saja, yang menyatakan dia ini gila.

Satu hal yang harus dicermati dalam kasus penusukan ini. Ketika sang pelaku ditangkap oleh massa, awalnya dia mengaku bernama Albert. Keterangan awal ini pun dilansir oleh media rmol.id, yang kemudian dicuitkan alias disebarkan oleh Zara Zettira. Nama “Albert” adalah nama yang identik dengan non-muslim. Ini lah yang ditekankan Zara dalam cuitannya. Seakan yang melakukan penusukan adalah seorang non-muslim. Apalagi ini namanya kalau bukan upaya adu domba? Belakangan diketahui bahwa pelaku bernama Alpin Andria, seorang muslim.

Article

Article

”Saya Kafir”: Kasus Vandalisme Musala

Dua hari lalu, viral video dan berita aksi vandalisme di sebuah musala di Tangerang, Musala Darussalam. Bagian tembok dan lantai musala dicorat coret menggunakan cat semprot. Tulisannya : “Saya Kafir”, “Tidak Ridho”, “Anti Khilafah”, “Anti Islam” dan ada lafaz Allah yang di lantai yang disilang. Kemudian terlihat ada Al Quran yang terlihat sobek di lantai. Musala ini terletak di Perum Villa Tangerang Elok, Kabupaten Tangerang Sumber.

Dilihat dari coretannya, dibuat seakan sang pelaku ini adalah seorang non-muslim. Padahal begitu ditangkap, ketahuan bahwa pelakunya yang bernama Satrio Katon Nugroho adalah seorang muslim Sumber.

Article (detik.com)

Article (terasjabar.id)

”Oliver”: Kasus Kolase Ma’ruf Amin - Kakek Sugiono

Yang terakhir adalah beredarnya kolase foto Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, yang disandingkan dengan foto bintang porno asal Jepang, Shigeo Tokuda alias Kakek Sugiono di media sosial. Pengunggah foto tersebut juga menuliskan narasi sebagai caption foto itu : “Jangan kau jadikan dirimu seperti Ulama tetapi kenyataannya kau penjahat agama. Di usia Senja Banyaklah Berbenah untuk ketenangan di Alam Barzah. Selamat melaksanakan Ibadah Shalat Jumat”. Atas beredarnya foto itu, GP Ansor Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut) melaporkannya ke pihak kepolisian Sumber.

Belakangan terungkap bahwa pengunggah foto kolase itu adalah oknum Ketua MUI tingkat kecamatan di Kota Tanjungbalai. Dia mengunggah foto itu lewat akun Facebook yang diberi nama Oliver Leaman S Sumber. Oliver?? Nama non-muslim lagi? Berikut foto yang diunggah dan permintaan maaf yang sempat diunggah yang bersangkutan, yang kemudian dihapus.

Article (Detik.com)

Article (Detik.com)

Nah, apa kesamaan 3 kasus di atas? 

Pertama, serangan ditujukan kepada tokoh/umat muslim. 

Kedua, serangan seakan-akan dibuat oleh orang non-muslim. Dengan menggunakan nama non-muslim, seperti Albert dan Oliver. Juga tulisan “Saya Kafir”. 

Ketiga, sesudah diketahui dengan jelas siapa pelakunya, mereka ini adalah muslim tulen.

Apa tujuan serangan-serangan ini? Untuk mengarahkan terjadinya penyerangan umat muslim oleh orang non-muslim. Mengupayakan adu domba antar umat beragama. Dan apalagi tujuannya selain untuk memecah belah dan bikin rusuh dan kacau. Begitu ketiga kasus ini dijejerkan, dibandingkan, terlihat sekali pola yang jelas. Tidak perlu orang jenius lah buat membaca dan mengendus bau amisnya. Namun kalau soal mengusutnya, tentu kita tidak punya fasilitas dan infrastruktur yang memadai, seperti yang dimiliki oleh Polri atau pun BIN. Kita perlu waspada bahwa pola-pola serangan seperti ini bukannya makin sedikit. Malah dikhawatirkan akan makin banyak. Apa pasal? Ada bisikan ke kami bahwa tensi politik seminggu ke depan akan makin panas. Menutup tulisan ini, hanya satu pertanyaan saya, apakah otak adu domba ini sama orangnya dengan yang memainkan narasi PKI?
Benang Merah 3 Serangan Ke Umat Islam: “Albert”, “Saya Kafir” Dan “Oliver”!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/benang-merah-3-serangan-ke-umat-islam-albert-eUtNEl2ADb 

Sepak Terjang Idham Azis, Gercep Copot Jabatan Jajaran Bermasalah!

Untuk menjadi seorang calon tunggal Kapolri, tentunya kinerja dan prestasi Idham Azis sudah diyakini oleh Presiden Jokowi. Dan memang, rekam jejaknya sudah membuktikan. Sebelum menjabat sebagai Kapolri, Idham Azis punya pengalaman yang banyak di bidang reserse dan anti-teror, serta pernah menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri. Saya kira jabatan anti-korupsi itulah yang membuat integritas Idham Azis tidak perlu dipertanyakan lagi.

Kita pun menyaksikan gercepnya Idham Azis mencopot 3 jenderal terkait kasus Djoko Tjandra pada bulan Juni-Juli lalu. Langkah ini penting sekali, untuk memperlihatkan komitmen Polri memberantas korupsi di jajarannya. Selain itu apa lagi gercep Idham Azis yang perlu diketahui?

Kasus Heli Polda Sulawesi Tenggara

Pada hari Sabtu lalu (26/9/2020) beredar berita disertai video yang memperlihatkan helikopter milik Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) terbang rendah di atas massa aksi demo. Massa itu adalah para mahasiswa dari berbagai universitas yang mengadakan unjuk rasa dalam rangka setahun tewasnya mahasiswa UHO Randy dan Yusuf yang tewas tertembak polisi saat unjuk rasa di DPRD Sultra pada 26 September 2019. Ketika massa demo berorasi, datanglah helikopter Polda Sultra yang terbang sangat rendah. Sehingga sampah dan debu pun beterbangan dan akhirnya membuat massa pendemo kocar kacir.

Atas kejadian ini Kapolri Idham Azis menegaskan sudah menindak pilot helikopter tersebut. “…sudah diperiksa sama Propam itu. Itu ngarang-ngarang aja itu, tidak ada SOP-nya di udara itu, yang di Kendari itu,” ujar Idham kepada Komisi III DPR Rabu kemarin (30/9). "Udah saya tindak, itu pilotnya ngarang-ngarang itu. Cuma sekarang nggak boleh main tempeleng-tempeleng, jadi diperiksa Propam saja. Kalau masih boleh, saya tempeleng itu," tegas Idham dengan geram Sumber.

Kasus Dangdutan Di Tegal

Sebuah acara konser dangdut digelar oleh Wakil Ketua DPRD Kota Tegal pada hari Rabu (23/9/2020). Konser dangdut ini digelar di sebuah lapangan dan mengundang banyak warga yang menonton. Tentu saja jadi sebuah pelanggaran besar-besaran terhadap protokol kesehatan Covid-19 karena banyak warga yang berdesak-desakan dan tidak memakai masker. Kasus ini jadi sorotan, apalagi pihak kepolisian setempat tidak berusaha mencegahnya.

"Masalah Tegal itu sudah jelas, Kapolseknya (Kapolsek Tegal Selatan) itu tidak perlu tunggu ayam berkokok, saya suruh copot itu," kata Idham. Idham juga memberikan apresiasi pada kinerja Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Lutfi dalam penanganan kasus itu. Sementara itu Kapolres Tegal Kota juga sudah diberikan teguran keras dari Kapolda Jateng. Wakil Ketua DPRD Kota Tegal, Wasmad Edi Susilo pun sudah ditetapkan sebagai tersangka Sumber Sumber.

Siap Ganti Direktur Narkoba Ayam Sayur

Yang namanya narkoba, tidak kenal pandemi Covid-19. Terus saja ramai, ramai beredar terus, walaupun berita penangkapan atau penggerebekan kasus narkoba sangat sering jadi berita. Hal ini juga disorot dalam rapat Komisi III DPR RI bersama Kapolri kemarin Rabu (30/9/2020). Anggota Komisi III dari Fraksi Demokrat meminta Kapolri membuat peta jalur peredaran narkoba hingga ke desa-desa. Peta ini bisa dikaitkan dengan peta peredaran narkoba dunia yang telah disusun oleh Polri. Anggota Komisi III lainnya dari Fraksi Golkar meminta Kapolri mengungkap bandar-bandar besar, jangan hanya menangkap yang kecil-kecil.

Kapolri Idham Azis dalam menanggapinya mengungkit lagi komitmennya sendiri saat masih jadi Kapolda Metro Jaya. “Kalau Bapak pernah dengar ucapan saya ketika saya Kapolda Metro Jaya, rilis akhir tahun 2017, saya malah dan sampai hari ini nggak cabut perintah saya untuk menindak tegas seluruh bandar-bandar… Yang penting melakukannya sesuai dengan SOP, tindakan tegas dan terukur sesuai dengan SOP. Bapak boleh cek semua para kapolda, saya sudah bilang sama dir (direktur) narkoba, kalau dia takut-takut , saya cari pemain pengganti. Banyak ini pemain pengganti kalau dir (direktur) narkobanya ayam sayur," tegas Idham. Selain itu, Idham juga memuji sejumlah direktur narkoba di beberapa daerah. "Itu kayak Dir Narkoba Polda Metro itu bagus itu, Dir Narkoba Sumut, Riau, saya suka itu,” ujar Idham Sumber

Nah, itu sekelumit sepak terjang Idham Azis. Dari kecepatannya mencopot perwira Polri yang bermasalah, hingga memuji jajarannya yang berkinerja baik dan berprestasi. Ini contoh bagus seorang pemimpin ya. Jadi ada balance antara hukuman (punishment) dan hadiah/apresiasi (reward). Kalau pimpinan itu sukanya menghukum terus, itu nggak sehat. Pun kalau sukanya ngasih apresiasi terus, sedangkan yang salah nggak dihukum. Ini juga nggak bener. Saya kira Idham Azis sudah sangat matang sebagai seorang pemimpin. Sayangnya sebentar lagi beliau akan memasuki masa pensiun, yakni pada Februari 2021 Sumber. Padahal kita sebenarnya masih menantikan banyak lagi sepak terjangnya. Semoga nanti sesudah pensiun, sudah ada jabatan lain yang cocok buat beliau ini. Yang masih memungkinkan Idham Azis berkontribusi banyak buat bangsa dan negara ini. Sekian dulu dari kura-kura!

Sepak Terjang Idham Azis, Gercep Copot Jabatan Jajaran Bermasalah!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/sepak-terjang-idham-azis-gercep-copot-jabatan-ZNxob3yXfz 

Joko Prihatin, “OB” Tajir Kunci Misteri Kebakaran Kejagung?

Kejaksaan Agung sedang dalam sorotan. Ketika sedang mengusut kasus korupsi Jiwasraya dan korupsi jaksa terkait Djoko Tjandra, gedung Kejagung yang besar itu dilanda kebakaran hebat. Butuh puluhan mobil damkar dan waktu 12 jam untuk memadamkan apinya. Waktu itu sepertinya mobil damkar di seluruh Jakarta diturunkan ke sana. Kebakaran besar yang melanda sebuah gedung di Jakarta, seingat saya ya, yang terakhir itu adalah kebakaran yang melanda Pasar Senen, tahun 2017.

Nah, kebakaran gedung Kejagung ini jauh lebih masif dari itu. Perkiraan kerugian dari nilai gedung dan bangunan saja mencapai Rp 178 miliar. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,1 triliun. Dan yang paling mengejutkan adalah, ketika pihak kepolisian pada Kamis (17/9) memaparkan adanya dugaan unsur pidana dalam kebakaran ini Sumber. Alias ada unsur kesengajaan. Sebuah pemaparan yang seakan meng-amini dugaan publik bahwa kebakaran gedung kejagung adalah antara upaya penghilangan bukti atau upaya pengalihan isu. Dan satu lagi menurut saya, bisa juga untuk mengulur waktu pengusutan sebuah kasus. Untuk memberi waktu bagi seseorang untuk berkelit atau mengaburkan bukti-bukti, mungkin? Banyak dong skenario dugaan yang bisa diaplikasikan ke misteri kebakaran ini.

Sehari sebelumnya, di depan Jaksa Agung dan jajarannya, Menko Polhukam Mahfud MD bicara menyentil soal jeleknya kesan penegakan hukum di mata publik, adanya praktik industri hukum, serta perlunya pembinaan dan moralitas Sumber. Sentilan Mahfud MD ini seakan membenarkan banyaknya oknum jaksa yang harus “ditangani” oleh Jaksa Agung. Jadi PR besar Jaksa Agung. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa kebakaran gedung kejagung? Saya kira sebagai Menko Polhukam, Mahfud MD bisa saja lebih tahu duluan dari pihak kepolisian soal ada unsur kesengajaan itu, sebelum diumumkan ke publik. Makin menambah misteri, juga makin mengerucutkan dugaan bahwa ada orang dalam yang terlibat di dalam peristiwa kebakaran ini.

Dan kembali, anggota DPR RI dari fraksi PDIP, Arteria Dahlan, mengungkap hal mengejutkan lainnya, dalam rapat Komisi III dengan Jaksa Agung pada Kamis (24/9) lalu. Yaitu adanya seorang petugas cleaning service (saya sebut di judul dengan kata “OB”) yang diduga punya keterkaitan dengan peristiwa kebakaran gedung Kejagung. Dilansir tribunnews.com, nama petugas ini adalah Joko. Nama lengkapnya dilansir oleh okezone.com, yakni Joko Prihatin. Namanya memang mengandung kata “prihatin”, namun rekening bank yang dia miliki kabarnya tidak memprihatinkan. Karena isinya lebih dari Rp 100 juta. Ini yang diungkap dan dipertanyakan oleh Arteria Dahlan. Jumlah tabungan di rekening Joko itu tidak sepadan dengan profil pekerjaannya sebagai cleaning service. Memang ada beberapa cerita soal OB yang punya usaha sampingan lebih besar dari gajinya. Nah, ini yang harus diselidiki lebih jauh lagi oleh pihak kepolisian.

Kemudian Arteria juga mengungkap soal akses yang dimiliki oleh Joko. "Jaksa Agung harus curiga, ada 1 cleaning service, dia orang kerja di lantai dasar kok bisa punya akses ke lantai 6, yang ditengarai dia tidak hanya cleaning service, bisa berbuat sesuatu," kata Arteria. Arteria mempertanyakan kenapa Joko selalu didampingi oleh staf dari Kejagung (petugas pengamanan dalam, atau pamdal) saat diperiksa Bareskrim. “Apa benar, saya hanya bertanya, kalau dia diperiksa selalu didampingi oleh anak buahnya mantan JAM-lah (pamdal) gitu?” ujar Arteria. Arteria juga berpesan kepada Jaksa Agung, “Harusnya Pak Jaksa Agung jangan terlalu percaya orang, harus diatensi dan dicermati setiap proses hukum yang terkait dengan kebakaran” Sumber Sumber .

Selain memeriksa Joko beberapa kali dengan mesin lie detector, pihak Bareskrim kemarin (30/9) memeriksa rekening bank Joko dengan upaya pencetakan rekening koran di BRI dan Bank Mandiri. Mereka meminta data hingga 5 tahun ke belakang Sumber. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampindum) Fadil Zumhana kepada media mengakui memang ada dari pihak kejaksaan yang menemani Joko dan para saksi lain sejak awal dilakukan penyelidikan oleh Mabes Polri. Alasannya agar para saksi termasuk Joko memberikan keterangan yang jujur Sumber.

Hmmm, makin terungkap malah makin menambah misteri kebakaran ini ya. Yang menarik perhatian saya adalah soal akses, uang ratusan juta di rekening Joko dan pendampingan dari pihak kejaksaan. Soal akses akan menyeret pihak yang memberi akses. Siapa? Pastinya orang internal dong. Soal uang di rekening, harus ditelusuri benar itu. Istilahnya follow the money, apakah mengarah ke pihak eksternal atau lagi-lagi ke internal kejaksaan? Sedangkan soal pendampingan, kok aneh ya? Buat apa didampingi? Bukankah pihak kepolisian itu sudah sangat ahli dalam memeriksa saksi? Ya sudah diserahkan saja ke pihak kepolisian. Kenapa harus didampingi? Lucu ya. Apakah pegawai kejaksaan itu hanya bisa “jujur” kalau ditemani oleh rekan kerjanya di kejaksaan? Hehehe… Saya yakin dalam gelar perkara yang akan diadakan oleh pihak kepolisian dalam waktu dekat ini akan memberi kejutan lain.
Joko Prihatin, “OB” Tajir Kunci Misteri Kebakaran Kejagung?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/joko-prihatin-ob-tajir-kunci-misteri-kebakaran-Fa0Z8IHJaU 

Dalam Pledoi Terdakwa Jiwasraya, Rini Soemarno Disebut Sebagai Biang Kerok!

Kasus Jiwasraya yang menyedot perhatian publik saat ini memasuki babak penentuan. Setelah bergelut dengan keterangan saksi, Kejaksaan tetap konsisten menumbalkan para terdakwa. Banyak nama kerap disebut, tak hanya dalam kesaksian, tapi juga dalam pembacaan pledoi. Salah seorang terdakwa bahlan blak-blakan membongkar keterlibatan eks Menteri BUMN, Rini Soemarno. Rini tak hanya mantan anak buah Bakrie, tapi juga adik dari gembong mafia migas. Sayangnya presiden kecolongan hingga membuatnya duduk di posisi startegis selama satu periode.

Melihat Rini dan kini Erick, layaknya usul Ahok untuk membubarkan kementrian BUMN layak dipertimbangkan. Biarlah BUMN bersatu membentuk superholding dan langsung di bawah presiden. Dengan begitu tak perlu ada banyak cerita-cerita banyak direksi titipan seperti yang terjadi di era Rini dan Erick. Tentunya kompetensi profesionalitas harus dikedepankan ketimbang titiap parpol, rekan bisnis dan kepentingan kelompok. Kementrian BUMN yang harusnya bisa mengawasi kinerja BUMN malah ketahuan berkontribusi ikut menumbangkan.

Hal ini yang menimpa Garuda saat Rini menaurh anak emasnya Ari Akshara. Bukannya memperbaiki keuangan perusahaan, Ari malah disebut mengedepankan gundiknya yang sewenang-wenang terhadap aturan kepegawaian. Selama Ari menjabat, banyak jam terbang dan tunjangan dipangkas, fasilitas penumpang dikurangi dan sebagainya. Semua ini tak lepas dari tanggung jawab Rini sebagai orang yang mengangkatnya. Tapi, rupanya Rini tak puas hanya membuat satu BUMN berantakan, ia juga menyasar Jiwasraya hingga perusahaan asuransi tertua tersebut kolaps di akhir kepemimpinanya.

Seperti diberitakan dari cnbcindonesia.com, Hary menyebut mantan Menteri BUMN Rini Soemarno ikit menjadi biang kerok.

"Saya diceritakan dari media bahwa yang melaporkan kasus investasi Jiwasraya adalah Ibu Meneg BUMN Rini Soemarno sendiri kepada pihak-pihak aparat hukum, beberapa saat sebelum beliau lengser dari jabatannya. Ibu menteri menjabat sejak 2015 sampai 2019, jika memang Jiwasraya bermasalah (cadangan dan investasi) kenapa kami ketika periode terebut tidak dipanggil untuk ditegur, dimarahi atau dijewer untuk memperbaiki masalah tersebut. Tidak, Ibu menteri mungkin memilih jalur hukum. Aneh, kejanggalan kejanggalan di atas ada apa sebenarnya?" kata Hary.

Hary menuturkan Direksi baru pilihan Rini juga tidak memiliki pengalaman di bidang asuransi. Dia menyebut direksi baru yang dipilih Rini saat itu hanya membuat Jiwasraya semakin hancur.

"Direksi baru, terutama Direktur Utama yang dipilih oleh Ibu Meneg BUMN pada tahun 2018, belum pernah memiliki pengalaman menjabat sebagai Direktur Utama. Apalagi bidang asuransi jiwa. Tidak ada. Saya menilai Direksi baru hanya ditugaskan untuk mengebom atau menghancurkan rumah (Jiwasraya) daripada memperbaiki sesuatu hal prinsip dan struktural yang dianggap perlu," pungkasnya.

Sebenarnya bukan hal sulit bagi Kejaksaan hanya sekedar menghadirkan Rini di persidangan. Apalagi hanyalah mantan, ia harus dimintai keterangan sebagai pelapor. Tapi, hingga tuntutan dijatuhkan, Kejaksaan tak sedikitpun berniat menghadirkannya. Apa karena kejaksaan merasa mereka sudah terlalu jauh tersesat di kasus ini dan tak mau publik curiga kalau Rini dihadirkan. Kalau Rini masuk, publik juga akan mendesak Bakrie dihadirkan juga sebagai bagian pemain pasar saham, termasuk juga Erick Thohir.

Ketidakadilan Jaksa menunjukkan bahwa memang ada sesuatu yang hendak mereka tutupi. Bahwa sebelum membuktikan kejahatan, pelaku yang kini berjumlah 6 orang sudah ditargetkan jauh hari. Tak hanya terdakwa saja yang merasakan kejanggalan ini. Masyarakat Anti Korupsi alias MAKI juga terang-terangan meminta Kejaksaan menghadirkan sejumlah oknum atau instansi yang disebut dalam pledoi.

Seperti dilansir beritasatu.com, Koordinator Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman meminta aparat penegak hukum memeriksa pihak-pihak yang mengetahui dan diduga ikut terlibat dalam praktik manipulasi laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), seperti yang diungkapkan Hary Prasetyo, Direktur Keuangan Jiwasraya periode 2008-2018 yang menjadi salah satu terdakwa perkara dugaan korupsi Jiwasraya.

Praktik manipulasi laporan keuangan atau window dressing Jiwasraya ini, kata Hary, diketahui oleh jajaran Kementerian BUMN selaku pemegang saham dan pejabat Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas.

Ditariknya kasus Jiwasraya ke pengadilan bukannya menjadikan kasus ini terang benderang, melainkan semakin buram. Banyak keterlibatan oknum lain yang dikesampingkan. Banyak aset yang tak terhubung ikutan disikat jaksa hingga kebakaran gedung ditengarai untuk menghilangkan barang bukti. Entah sampai kapan Kejaksaaan mau berbenah dan membuktikan integritasnya. Kasus Pinangki dan Joker sudah membuat rakyat begitu muak pada institusi satu ini, apalagi melihat hasil akhir kasus Jiwasraya.

Begitulah kura-kura.

Referensi:

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200930141038-17-190601/bacakan-pledoi-hary-prasetyo-sebut-nama-rini-soemarno

https://www.google.com/amp/s/www.beritasatu.com/amp/willy-masaharu/nasional/682369/maki-minta-nama-yang-disebut-dalam-pledoi-terdakwa-jiwasraya-untuk-diperiksa

Dalam Pledoi Terdakwa Jiwasraya, Rini Soemarno Disebut Sebagai Biang Kerok!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/dalam-pledoi-terdakwa-jiwasraya-rini-soemarno-jRaZlH1kS4 

Siapa yang Bermain Dalam Dakwaan Pinangki?

Kasus Pinangki dan Tjoko Tjandra ikut memanaskan situasi di tengah pengusutan mega skandal Jiwasraya. Bukan hanya kebakaran yang menghanguskan satu gedung yang membuat publik terpana, tapi dakwaan Pinangki yang mencatut nama besar. Tak tanggung-tanggung secara gamblang nama Jaksa Agung, ST Burhanudin ikut diseret dalam skandal ini. Anehnya setelah itu seperti yang diungkap Arteria Dahlan, justru beredar CV pengganti Jaksa Agung di Setneg.

Sebelumnya seminggu yang lalu ramai di media mainstream kalau dalam dakwaan Pinangki, nama Burhanuddin dan Hatta Ali disebut-sebut ikut mengatur kasus suap. Bahkan Ali Mukarto sendiri sudah jauh-jauh hari menyebut Kejaksaan bakal memproses bilamana menyangkut nama petinggi kejaksaan.

Seperti diberitakan republika.com, pernyataan Ali itu, sebagian terbukti. Pada sidang perdana terdakwa jaksa Pinangki di PN Tipikor, Jakarta Pusat, Selasa (23/9), terungkap dua nama identik dengan Jaksa Agung, dan Hakim MA. Dua nama itu, yakni Burhanuddin, dan Hatta Ali. Nama terakhir, adalah mantan Ketua MA yang pensiun pada 7 April 2020 lalu.

Dua nama itu, terungkap dalam dakwaan, terkait pembeberan rencana Pinangki, bersama tersangka Andi Irfan Jaya, dalam penawaran proposal pembebasan Djoko Tjandra via fatwa MA. Proposal berjudul action plan tersebut, diajukan Pinangki, dan dijelaskan Andi Irfan kepada Djoko Tjandra dengan penawaran senilai 100 juta dolar AS (atau sekitar Rp 1,5 triliun).

Tapi, kini dakwaan Kejaksaan justru dibantah sendiri oleh Pinangki. Seperti yanh dilansir detik.com, bantahan itu disampaikan Pinangki melalui kuasa hukumnya, Jefri Moses, saat membacakan nota keberatan atau eksepsi atas dakwaan jaksa penuntut umum di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Rabu (30/9/2020).

Jefri lalu menjelaskan perihal nama Hatta Ali dan ST Burhanuddin yang disebut dalam dakwaan Pinangki. Dia menegaskan kedua nama itu tidak ada kaitannya dengan perkara yang menjerat Pinangki.

"Banyak pihak-pihak yang terseret dalam kasus ini bahwa saya sampaikan di sini menyebut nama-nama tersebut bukanlah atas terdakwa dan proses penyidikan tapi ada orang-orang yang sengaja mempermasalahkan terdakwa dari terdakwa yang sebut nama-nama tersebut. Terdakwa sejak awal dalam penyidikan menyampaikan tidak mau menimbulkan fitnah bagi pihak ya namanya selalu dikait-kaitkan," ujar Moses.

"Dalam kesempatan ini terdakwa menjelaskan nama Bapak Hatta Ali, mantan Ketua MA dan Bapak Burhanuddin, Jaksa Agung yang ikut dikaitkan belakangan ini dalam permasalahan hukum terdakwa tidak ada hubungan dengan terdakwa," lanjutnya.

Kini kejanggalan dakwaan Pinangki semakin menyeruak dengan temuan anggota DPR, Arteria Dahlan. Menurutnya ada pihak internal Kejaksaan yang sengaja memanfaatkan kasus kebakaran dan sebagainya untuk merebut jabatan Burhanudin sebagai Jaksa Agung. Tuduhan Arteria didasarkan dengan beredarnya CV pengganti Jaksa Agung.

Seperti diberitakan detik.com, Arteria khawatir ada yang menunggangi kasus kebakaran gedung utama Kejagung ini. Bahkan, menurutnya, CV pengganti Jaksa Agung saat ini sudah beredar di Setneg.

"Saya minta betul. Jangan sampai kejadian ini ditunggangi. Sekarang ini CV-nya calon Jaksa Agung yang mau gantiin Jaksa Agung sudah beredar di Setneg, Pak, hanya karena isu-isu yang seperti itu, Pak," ungkap Arteria.

Kapolri Jenderal Idham Azis, yang hadir secara virtual, tak menjawab secara gamblang soal isu yang dilemparkan Arteria. Idham hanya mengatakan kasus kebakaran itu dipercayakannya kepada Bareskrim Polri.

"Tentang masalah penanganan Djoko Tjandra, penanganan kebakaran, saya menyerahkan sepenuhnya kepada Bapak Kabareskrim untuk tegak lurus. Ini bukan masalah tentang Idham, ini masalah tentang institusi," ujar Idham.

"Jadi institusi ini kita boleh datang dari mana saja, dan kita juga boleh pergi dari mana saja, tapi ketika kita bicara institusi, seluruh 440 ribu polisi ini wajib menjaga panji-panji Tribata, itu komitmen saya, Pak," tegasnya.

Kini berita tribunnews.com yang berjudul "Pinangki Bantah Sebut Nama Hatta dan Burhanuddin, Minta Maaf, Siapa yang Bermain di Dakwaan Jaksa?" menambah kecurigaan. Disebutkan bahwa Kuasa hukum Pinangki menyebut bahwa terdakwa melihat ada pihak-pihak yang sengaja menggunakan kasus ini untuk kepentingan tertentu, khususnya kepada nama-nama yang disebutkan dalam action plan. Pinangki pun khawatir perkara yang membelitnya ini dijadikan alat untuk menjatuhkan kredibilitas pihak-pihak lain.

Dakwaan adalah hasil proses penyidikan, mungkinkah Dirdik di Gedung Bundar yang menjadi pertanyaan di artikel tribunnews ini siapa yang bermain di dakwaan Jaksa? (https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2020/09/30/pinangki-bantah-sebut-nama-hatta-dan-burhanuddin-minta-maaf-siapa-yang-bermain-di-dakwaan-jaksa?page=4). Apakah ada klaster anti Burhannudin di internal kejaksaan? Saya tidak mau suuzon, mari kita kawal kasus ini di persidangan selanjutnya.

Begitulah kura-kura.

Referensi:

https://m.republika.co.id/berita/qh4g3l409/nama-burhanuddin-dalam-dakwaan-pinangki-apakah-jaksa-agung

https://news.detik.com/berita/d-5195117/buka-bukaan-pinangki-tepis-nama-jaksa-agung-dalam-dakwaan-jaksa

https://news.detik.com/berita/d-5194165/arteria-dahlan-cv-pengganti-jaksa-agung-sudah-beredar-di-setneg

https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200907/16/1288222/kasus-jaksa-pinangki-dirdik-kejagung-sambangi-kpk

Siapa yang Bermain Dalam Dakwaan Pinangki?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/siapa-yang-bermain-dalam-dakwaan-pinangki-lmOZ3DviM4 

Re-post by Migo Berita / Jum'at/02102020/11.16Wita/Bjm

 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya