» » » » » » » Novel Baswedan "TANGKAP" menteri kader Gerindra (VIRAL)

Novel Baswedan "TANGKAP" menteri kader Gerindra (VIRAL)

Penulis By on Rabu, 25 November 2020 | No comments


 

Migo Berita - Banjarmasin - Novel Baswedan "TANGKAP" menteri kader Gerindra (VIRAL). Katanya KPK dizaman pak Jokowi "tak bernyali" hingga dilemahkan, ternyata Nyali itu masih ada dan bahkan terlihat menguat, apapun unsur kepentingan politiknya, namun berita penangkapan menteri pak Jokowi kader GERINDRA pimpinan Pak Prabowo Subianto justru membuktikan, tidak ada intervensi Hukum dizaman pemerintahan Presiden NKRI yang sah Pak Jokowidodo.

Ngapain KPK Ngurusin Proses Hukum Korupsi Menteri KKP?! Wkwkwkkww

Wkwkwkwkkww.... asli saya terpingkal membaca berita bahwa Novel Baswedan berhasil menangkap Menteri KKP secara OTT atau Operasi Tangkap Tangan! Apa nih? Novel Baswedan sudah sembuh sempurna dan bisa bekerja secara normal lagi sebagai Penyidik KPK atau ini semacam balas dendam pada Jokowi, menangkap menterinya yang masih aktif, OTT pula. Padahal sepanjang sejarah KPK berdiri, rasanya hampir semua menteri deh main-main (baca: korupsi) dengan anggaran mereka, dan ini bukan rahasia lagi. Tapi tak ada satupun yang ditangkap KPK ketika mereka masih menjabat. Penangkapan itu pasti dilakukan setelah para menteri itu sudah berstatus mantan menteri. Oh nooo.... ada satu menteri yang dulu ditangkap dan masih menjabat menteri. Dia Andy Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga Kabinet SBY, ditangkap KPK karena kasus korupsi Candi Hambalang.

Tapi tetap saja... saya tidak yakin 100% kalau penangkapan Menteri KKP, Eddy Prabowo ini adalah sebuah aksi penangkapan murni. Apalagi kemudian nama penyidik yang dicuatkan adalah Novel Baswedan. Saya punya krisis kepercayaan sama sodaranya Anies Baswedan ini, setelah jadi diri dia yang katanya jadi kadrun dan berlagak bak raja di tubuh KPK terkuak. Belum lagi sikapnya yang kurang ajar pada Jokowi setelah Jokowi membantu pengobatan matanya di Singapura.

Yang pasti, berita penangkapan Menteri Jokowi yang masih aktif ini begitu tiba-tiba di tengah gemuruhnya berita penurunkan baliho Rizieq Shihab. Ah, mungkin ini semacam manuver deviasi atau pengalihan isu berita Rizieq Shihab yang positif covid. Karena kalau ini sebuah pengalihan isu, well... bisa dikatakan berhasil. Tapi cuma sebentar, setelah itu Seword akan kembali menuliskan opini-opini dan pandangan-pandangan Penulisnya tentang FPI dan Rizieq Shihab!

Lalu apa yang mebuat saya tertawa ngakak? Ya bagaimana tidak tertawa... Novel Baswedan tetap kurang pintar dalam memilih sasaran. Menteri KKP itu anak buah Prabowo atau kader Gerindra. Kita semua tidak lupa waktu kampanye Pilpres 2019 dulu, Prabowo Subianto pernah berkoar-koar bilang kalau ada kader Gerindra yang ketahuan korupsi, dia sendiri yang akan memenjarakan mereka. Jadi apa istimewanya kasus ini? Tinggal serahkan saja semua berkasnya ke Prabowo Subianto, lalu biarkan Prabowo sendiri yang memenjarakan Eddy Prabowo.

Saya yakin berita media nasional berjudul "Prabowo Subinato Melaporkan kadernya sendiri, Eddy Prabowo, Ke KPK karena korupsi atas export benih Lobster!". Itu pasti lebih heboh dari isi berita yang menyatakan kalau Novel Baswedan terlibat dalam operasi penangkapan Eddy Prabowo.

In any case, sebenarnya korupsi yang dilakukan oleh Eddy Prabowo itu sudah banyak yang menafsirkan. Pasalnya, benih lobster itu adalah "item emas" yang sangat dijaga dan dilarang keras untuk di eksport oleh Menteri KKP sebelumnya yaitu Susi Pudjiastuti. Apalagi pelarangan eksport benih lobster yang diterapkan Susi Pudjiastuti itu disertai penjelasan dan perhitungan atas kerugian jika benih lobster di eksport dan perhitungan keuntungan jika benih lobster dibesarkan di Indonesia. Jadi ketika tiba-tiba Menteri KKP yang baru membuat kebijakan baru mengijinkan benih lobster diekspor, semua mahluk hidup, manusia, binatang dan tumbuhan, langsung menduga "Wah ini sih pasti ada apa-apanya...."

Coba kalau Novel Baswedan menangkap aksi korupsi yang dilakukan oleh orang-orangnya Jussuf Kalla. Itu baru berita!! Apalagi Jussuf Kalla ini sekarang sedang menjadi sorotan karena diduga sudah membantu pemulangan Rizieq Shihab ke Indonesia. Selain itu, Netizen +62 sekarang ini sudah pada memegang kertas dan pensil untuk mencatat semua kerugian yang dialami oleh keluarga Kalla seperti kerugian atas gugatan Qatar National Bank yang diluluskan Pengadilan sebesar Rp 7 triliun, terus adik ipar Jussuf Kalla yang kena kredit macet di BRI sebesar Rp 4 triliun, belum lagi pihak Otoritas Jasa Perbankan atau OJK yang meminta PT Bosowa Corporation untuk melepas semua sahamnya di PT Bank Bukopin sebesar Rp 3 triliun. Jadi kalau Novel Baswedan berhasil menambah panjang kerugian keluarga Jussuf Kalla, barulah itu berita!!!

Kalau menangkap Menteri KKP, Eddy Prabowo, yang notabene kader Gerindra, biarkan saja Prabowo Subianto yang mengurusnya. Karena Prabowo sudah berjanji akan memenjarakan sendiri kader-kader Gerindra yang korupsi. Novel Baswedan tinggal ongkang-ongkang kaki deh... ngapain ngurusin proses hukum Menteri KKP?

Eh jangan terlalu serius yah... saya cuma intermezo, karena ingat dulu Prabowo Subianto pernah sesumbar janji akan memenjarakan sendiri kader Gerindra yang korupsi. Tentu saja, upaya KPK meng-OTT Menteri KKP ini patut dihargai dan proses hukum tipikor itu memang ada ditangan KPK bukan Prabowo Subianto. He he he

Ngapain KPK Ngurusin Proses Hukum Korupsi Menteri KKP?! Wkwkwkkww

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ngapain-kpk-ngurusin-proses-hukum-korupsi-menteri-hEhKS1PhHJ

Hebatnya Edhy Dulu Tukang Pijat Prabowo, Jadi Menteri Lalu Ditangkap KPK

Penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo oleh KPK menjadi breaking news dihampir seluruh media nasional baik daring maupun stasiun TV semua memberitakan penangkapan di dini hari tersebut. Edhy Prabowo langsung dicokok KPK setelah turun dari pesawat bersama istri dan beberapa orang lainnya. Edhy baru pulang dari lawatannya di Amerika Serikat.

Menteri KKP pengganti Ibu Susi itu kini menjadi menteri pertama di kabinet Jokowi yang ditangkap KPK dengan dugaan korupsi ekspor benih lobster. Benih lobster yang dulu dilarang diekspor oleh Susi Pudjiastuti, kini malah diobral ijinnya oleh Menteri Edhy Prabowo.

Pemberian ijin ekspor benih lobster inilah yang diyakini sebagai batu sandungan bagi Edhy Prabowo yang akhirnya harus berurusan dengan KPK.

Penangkapan Edhy Prabowo ini pun menuai kecaman dari publik. Bagaimana tidak, baru diberi kesempatan menjadi menteri sudah terlibat korupsi. Sudah menggunakan jabatan menteri untuk mengeruk keuntungan pribadi. Dan penangkapan ini pun membuat publik rindu akan kehadiran Susi Pudjiastuti yang begitu tegas melindungi laut Indonesia pada saat menjadi Menteri KKP sebelum digantikan oleh Edhy Prabowo.

Di saat Susi Pudjiastuti menjadi Menteri KKP ada beberapa kebijakan yang dibuat untuk melindungi laut Indonesia. Melindungi habitat laut agar tidak punah dalam waktu yang singkat. Seperti larangan penggunaan cantrang, serta larangan ekspor benih lobster. Kebijakan ini semua untuk melindungi laut Indonesia. Dan satu lagi kebijakan Susi yang sangat diapresiasi adalah penenggelaman kapal asing pencuri ikan di laut Indonesia tanpa terkecuali.

Bukan hanya kebijakan larangan cantrang dan larangan ekspor benih lobster yang dicabut oleh Menteri KKP sekarang, Edhy Prabowo. Bahkan penenggelaman kapal asing pencuri ikan di laut Indonesia pun dipilih-pilih oleh Edhy. Tidak semua kapal tersebut ditenggelamkan dengan berbagai alasan. Salah satunya masih dapat digunakan oleh nelayan lokal.

Namun dengan terjadinya penangkapan Edhy Prabowo membuat kita mengerti kenapa Susi Pudjiastuti membuat kebijakan larangan cantrang, larangan ekspor benih lobster serta penenggelaman kapal asing karena untuk menghindari penyalahgunaan wewenang tersebut. Dan ini terbukti dari penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo.

Dengan penangkapan Edhy Prabowo oleh KPK membuat nama Edhy Prabowo pun dicari-cari. Mengapa seorang Edhy Prabowo dapat menjadi menteri? Mengapa tidak politisi Gerindra lain saja yang menjadi Menteri KKP? Seberapa dekat Edhy Prabowo dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto? Seberapa hebat Edhy Prabowo sehingga layak menggantikan Susi Pudjiastuti?

Mungkin saat ini banyak yang mengira bahwa Edhy Prabowo adalah tangan kanan Prabowo Subianto sehingga dirinya layak mendampingi Prabowo di kabinet Jokowi dari Partai Gerindra. Tetapi tahu kalian latar belakang Edhy Prabowo di tubuh Gerindra dan Prabowo?

Ternyata Edhy Prabowo adalah mantan tukang pijat dan sopir pribadi Prabowo. Dan kita pun heran bagaimana hebatnya seorang mantan tukang pijat dan sopir bisa menjadi seorang menteri? Meskipun Edhy Prabowo seorang mantan tukang pijat dan sopir, jangan salah gelar yang disandang oleh Edhy cukup mentereng. Dikulik dari Wikipedia, Edhy Prabowo ternyata bergelar doctor. Lengkapnya Dr. Edhy Prabowo, S.E., M.M., M.B.A.. Makanya tidak heran jika dipercaya mendampingi Prabowo Subianto di kabinet Jokowi.

“Edhy itu orang hebat, ia setia pada pimpinannya sejak dulu hingga saat ini, Masih belum berubah sampai sekarang. Siapa yang menyangka dulu dia adalah ajudan saya, sopir saya, tukang pijit saya, tukang masak saya, tukang cuci baju saya, tukang bersih-bersih rumah saya, dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, tapi saat ini ia duduk sejajar dengan jabatan yang dengan saya, sama-sama sebagai menteri,” begitu ucapan Prabowo kepada Rizky Irmansyah seperti yang terlihat di akun Instagram Rizky.

Edhy Prabowo bagi seorang Prabowo Subianto adalah paket komplit. Dari ajudan, sopir, tukang pijat, tukang masak, tukang bersih-bersih dan semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh Edhy Prabowo. Dan loyalitas inilah yang membuat Prabowo Subianto percaya kepada Edhy dan memberikan kesempatan kepada Edhy untuk mendampingi dirinya di kabinet Jokowi.

Namun sayangnya, kepercayaan Prabowo dan Jokowi kepada Edhy Prabowo sudah disalahgunakan. Edhy Prabowo yang diberi kesempatan untuk mengabdi kepada bangsa ini dengan menjadi seorang menteri, ternyata justru lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Saya yakin, dengan kejadian ini Prabowo Subianto akan sangat menyesal telah mempercayai Edhy begitu tinggi.

Hebatnya Edhy Dulu Tukang Pijat Prabowo, Jadi Menteri Lalu Ditangkap KPK

Sumber Utama : https://seword.com/politik/hebatnya-edhy-dulu-tukang-pijat-prabowo-jadi-DlK3t6lIW5

Euforia Ditinggal Susi, KKP Lalai Kawal Kebijakan Ekspor Benur

Meskipun Edhy Prabowo mengaku penangkapan dirinya oleh KPK sebagai kecelakaan, namun jika membaca kronologi transaksi mencurigakan yang terendus oleh lembaga anti rasuah itu, sulit bagi kita untuk menyebutnya sebagai kecelakaan. Bayangkan saja, KPK mulai mendapatkan informasi tersebut pada tanggal 21 Nopember, hanya berselang tiga hari sebelum operasi, diduga kuat peristiwa itu terjadi ketika mereka berada di luar negeri.

Tentu mudah pula kita mencurigai, para pelaku secara sengaja bertransaksi di luar wilayah teritorial Indonesia, dengan harapan tidak terlacak oleh agen-agen KPK. Namun praktek tak elok itu tetap saja diketahui, karena secara ceroboh mereka menggunakan media perbankan, yang relatif sangat mudah diketahui oleh otoritas pengawasan keuangan.

Article

Seperti dugaan sebelumnya, hal mana kasus yang disangkakan kepada mereka tidak jauh dari kebijakan Edhy Prabowo yang melegalkan ekspor benur lobster, ternyata sama persis dengan temuan KPK, sebagaimana dijelaskan dalam ekspose perkara.

Diberitakan Kompas TV sebelumnya, korupsi yang disangkakan kepada Edhy diduga kuat berkaitan dengan penetapan calon eksportir benih lobster. Kebijakan tersebut sebelumnya mendapat penentangan dari mantan menteri KKP, Susi Pudjiastuti. Susi mengemukakan alasannya, sebelum dikeluarkannya kebijakan Edhy, nelayan kecil menikmati harga benur hingga 30 ribu per ekor, menurun drastis jika dibandingkan dengan saat ini yang hanya dihargai di bawah 10 ribu saja.

Kalau Edhy sebelumnya menepis tudingan, kebijakannya sebagai lebih menguntungkan kalangan dekatnya, namun penangkapan ini telah mengkonfirmasi kebenaran atas fakta tersebut. Lihat saja pihak-pihak mana yang mencolok mata sebagai korporasi swasta yang mendapatkan ijin pengelolaan ekspor tersebut. Di dalamnya termasuk adik Ketua Umum Gerindra, Hashim Djojohadikusumo dan anaknya, yang juga politisi Gerindra Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.

Meskipun demikian, dalam satu kesempatan mengaku dirinya baru mengetahui ada sesama kader Gerindra yang mendapatkan ijin dari KKP, menurut Edhy, jika di antara pemilik ijin yang berjumlah tiga puluhan, hanya beberapa saja diantaranya yang berasal dari teman-teman partai, sembari mempersilakan kepada publik untuk memberikan masukan jika dinilai kebijakannya tidak transparan.

Yang cukup menarik perhatian adalah hak eksklusif yang diberikan kepada perusahaan jasa kargo yang memfasilitasi transaksi ekspor dimaksud, KPPU telah melakukan penyelidikan atas dugaan monopoli jasa freight forwarding dalam transaksi ekspor benur lobster. Jika dibandingkan dengan para eksportir yang tersebar dari Sumatera, NTT dan NTB, namun titik pengirimannya diwajibkan melalui satu pintu, yakni bandara Soekarno-Hatta. Dari fakta ini terdapat indikasi inefisiensi dari sisi biaya maupun resiko yang harus ditanggung oleh para pelaku ekspor.

Boleh jadi berawal dari kerikil kecil inilah para pelaku ekspor tersebut menabung kekecewaan, yang akhirnya terakumulasi menjadi benih perlawanan kepada regulator. Dari kasus yang ditangani KPK kali ini, kita mendapat bahan pembelajaran. Ketika sebuah kebijakan pengawalannya kurang presisi, kerap memancing celah yang di satu sisi menguntungkan pihak tertentu, namun di sisi lain membangun potensi rawan, semisal pengaduan kepada pemangku kepentingan dalam penegakan hukum.

Mungkin sudah sejak lama KPK mengendus ketaklaziman dalam kebijakan ekspor benih lobster, namun aktifitas yang memicu OTT baru diketahui beberapa hari sebelumnya, seandainya Edhy lebih rapih dalam mengawal kebijakannya, mungkin perkembangannya tidak sejauh ini. Bagaimanapun kita masih berbaik sangka, misalnya tentang alasan kenapa ekspor benih lobster dilegalkan.

Keterangan Edhy sebelumnya, daripada terjadi penyelundupan besar-besaran, yang justru merugikan keuangan negara lebih banyak, makanya diputuskan ekspor tersebut dilegalkan dengan harapan ada pemasukan bagi negara.

Meskipun ada yang mengganjal jika dibandingkan dengan keterangan Susi Pudjiastuti. Alasan Susi menentang kebijakan Edhy, karena nilai tambah yang dinikmati nelayan penangkap benih lobster, ternyata menurun drastis antara masa ketika benih tersebut dijual kepada pembudidaya, dibanding untuk komoditas ekspor.

Kekecewaan par pelaku ekspor dan nelayan ini bisa jadi menjadi pemicu, sehingga kebijakan ini dinilai salah urus. Harus diakui selalu ada dilematis dalam menetapkan sebuah kebijakan, mungkin Edhy berharap KKP akan lebih mudah mengelolanya jika melegalkan ekspor benur. Namun ada pertanyaan yang mengganjal, apakah dengan legalisasi itu secara otomatis menghilangkan penyelundupan?

Pertanyaan ini setidaknya menjadi bahan renungan, kalau di satu sisi keran ekspor dibuka, namun di sisi lain para penyelundup tetap lebih suka melakukan transaksi gelap, dengan alasan pihak regulator lebih mengedepankan keuntungan bagi segelintir pihak.

Lebih menyedihkan lagi jika kita renungkan, banyak di antara pejabat di KKP yang ditengarai bereforia setelah terjadinya suksesi di posisi puncak. Karena situasi inilah yang bisa jadi membuat mereka lengah, kebijakan yang seharusnya dikawal dengan ketat, mereka biarkan membangun celah, maka terjadilah kasus yang sekarang menjadi bom waktu.

Euforia Ditinggal Susi, KKP Lalai Kawal Kebijakan Ekspor Benur

Sumber Utama : https://seword.com/politik/eforia-ditinggal-susi-kkp-lalai-kawal-kebijakan-r4BsnyW1jH

Gokil! PA 212 Desak Bubarkan PDIP?

Mari kita tertawa bersama, hahahahah…bayangkan PA 212 mendesak PDIP dibubarkan? What? Kalian baik-baik saja?

Asal muasalnya sih karena Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDIP meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim untuk meluruskan sejarah peristiwa 1965. Menurut Mega ada hal yang hilang dalam catatan sejarah Indonesia, khususnya di periode 1965. Megawati menyakini ada politik desukarnoisasi yang dimulai sejak kepemimpinan Presiden Soeharto.

Apa itu desukarnoisasi, yaitu kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto untuk memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia serta menghilangkan pengkultusan dirinya.

"Saya bicara pada Pak Nadiem karena beliau menteri pendidikan dan kebudayaan. Ya harus bagaimana ya? Apakah hal ini tidak boleh diajarkan?" kata Megawati dalam diskusi virtual di akun Youtube Museum Kepresidenan Balai Kirti, Selasa (24/11). Dikutip dari: cnnindonesia.com

"Ada ratu ini, ada raja ini, tapi tahun '65 begitu menurut saya seperti sejarah itu dipotong, disambung, dan ini dihapus," imbuhnya. Dikutip dari: cnnindonesia.com

Parahnya alih-alih berpikir waras wacana yang disuarakan Megawati ini direspon ngawur Wakil Sekretaris Jenderal PA 212 Novel Bamukmin. Novel menuding ada upaya mengubah sejarah, khususnya soal keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada medio 1965.

"Memang seharusnya PDIP ini sudah harus dibubarkan karena sudah sangat membahayakan ideologi bangsa," kata Novel kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/11). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Dubrakkk!!!....

Heheh….kita ketahui selama ini yang nyaring berteriak PKI adalah kubu seberang alias PA 212 dan dedengkotnya. Ketakutan mereka mengenai bahaya komunis hanya ramai di mulut. Tetapi, hingga kini tidak bisa menunjukkan siapa yang dimaksudkan dengan komunis itu. Harusnya, kalau memang ada, kenapa tidak langsung saja tunjuk orangnya.

Lagi pula bicara ideologi memangnya ideologi PA 212 itu apa? Mikir!

Fakta sejarah, Orde Baru atau orde Soeharto selama 32 tahun itu dipenuhi dengan cerita kehebatan dirinya. Tetapi fakta bahwa Soekarno bapak bangsa yang memproklamasikan negeri ini mentok di Soekarno adalah Presiden RI 1 dan Soekarno adalah sosok proklamator. Selebihnya tahun 65 dibumbui dengan cerita komunis, dan Soeharto lah sosok yang menyelamatkan bangsa ini, yang kebablasan hingga 32 tahun. Uuuppss..

Lucu khan kok PA 212 menyimpulkan wacana Megawati ini sebagai upaya adanya pembelokan sejarah, dan keberadaan komunis di tahun 65. Weleh…weleh..yang mau membelokkan sejarah itu siapa?

Bisa ditebaklah apa jualan PA 212 selanjutnya tidak jauh dari agama. Mereka meyakini umat Islam telah berjuang melawan PKI ketika itu, dan wacana Megawati ini hanya akan mementahkan perjuangan umat Islam.

"Kalau itu terjadi pemaksaan penyimpangan sejarah sampai terjadi melalui Nadiem, tentu kami tidak tinggal diam," ujarnya. Dikutip dari: cnnindonesia.com

Nggak nyambung memang berbicara dengan PA 212 yang ujungnya demo. Padahal yang dimaksudkan oleh Megawati adalah meluruskan sejarah, karena memang faktanya sejak Orde Baru berkuasa, maka yang terjadi adalah pengkultusan terhadap sosok Soeharto.

Padahal Soekarno pendiri bangsa ini memiliki banyak andil ketika memperjuangkan negeri ini hingga merdeka. Bahkan Soekarno menjadi penggagas Konferensi Asia Afrika, wadah negara-negara yang saat itu memperjuangkan kemerdekaan masing-masing.

Soekarno juga yang dengan keberanian tingginya maju menyatakan Indonesia siap menjadi penyelenggara Asian Games ke IV yang semua didasari kecintaan terhadap Indonesia. Soekarno ingin dunia melihat dan menghormati Indonesia yang baru merdeka. Pemikiran kebangsaan seperti inilah yang harusnya diketahui oleh generasi Indonesia. Jadi jangan muter di sejarah 65, komunis lalu ujungnya Soeharto pahlawannya.

Harusnya bertanya diantara tahun 65 dan 67 ada apa, karena ada penggalan sejarah yang hilang. Inilah yang harus diluruskan untuk generasi Indonesia selanjutnya mengetahui kebenaran yang lengkap. Itu sebabnya politikus PDIP Masinton Pasaribu mengatakan Novel minim pengetahuan tentang sejarah sehingga langsung bereaksi “panas” terhadap keinginan Megawati.

"Khususnya 65 hingga 67 ini kan satu rangkaian peristiwa sejarah yang dimanipulasi oleh rezim Orde Baru, nah sebuah sejarah tak bisa dimanipulasi kehendak rezim," ujarnya. Dikutip dari: cnnindonesia.com

"Untuk itu lah menjadi relevan dan penting pernyataan Ibu Megawati agar Kementerian Pendidikan menuliskan sejarah kita kembali dengan pelurusan sejarah," kata Masinton menambahkan. Dikutip dari: cnnindonesia.com

Paham yah, Megawati bicara apa, dan Novel ngertinya apa. Ngawur Novel malah belok nyerempet Ideologi bangsa. Wkwkwk….nggak salah PA 212 bicara ideologi? Siapa yang ngomongin ideologi disini? Jelas-jelas yang diwacanakan Megawati adalah pelurusan sejarah negeri melalu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lagipula PDIP tidak punya masalah dengan ideologi karena Soekarno adalah salah satu perumus Pancasila.

Nah, balik ke soal desakan bubar PA 212, maka yang harus bubar itu kalian! Bukan PDIP yang jelas-jelas berjiwa nasionalis dan menjunjung Pancasila. Paham?

Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201124164835-20-573923/megawati-minta-nadiem-luruskan-sejarah-1965 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201125150211-32-574357/mega-mau-sejarah-65-diluruskan-pa-212-desak-pdip-dibubarkan

Ilustrasi: Imgur

Gokil!  PA 212 Desak Bubarkan PDIP?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/gokil-pa-212-desak-bubarkan-pdip-9dcLkfNLnb

Aksi 212 Bubar Diultimatum Pangdam Jaya, Pimpinan 212 Mati Gaya, Ambyar

Aksi 212 yang sudah menjadi tradisi suci kaum berjubah plus berjenggot untuk sekalian nostalgia dan pamer kekuatan, kali ini menemui ganjalan besar. Adalah Pangdam Jaya yang menekan FPI dengan menggunakan strategi yaitu berbekal perda dan posisi terjepit FPI langsung mengultimatum secara keras dan tegas ormas ini.

Ujungnya ormas yang dalam sejarah terkenal sangat kepala batu dan punya jurus ngeles dan alibi yang tanpa batas pun mati gaya. Mayjen TNI Dudung yang tanpa beban dan tak kenal rasa takut itu langsung membuat ormas itu tertekuk tanpa daya dan menandatangani perjanjian untuk tidak mengadakan reuni. Kelar sudah.

Ajaibnya pasukan 212 yang terkenal garang bersama pimpinannya bak kucing yang masuk ke got, basah kuyup dan hanya bisa mengeong. Singa gurun yang terkenal garang kalau diusik sedikit saja kini hanya pasrah dengan penumbangan baliho secara massal. Tak ada suara secuilpun, paling tidak pernyataan Imam Jumbo untuk memprotes.

Ajaib kan? Langsung jadi kucing rumahan yang manis dan santun.

Ini pertanda baik baik republik ini dan sebaliknya kabar buruk karena FPI jadi mati kutu alias mati gaya dan hanya bisa berkoar di medsos.

Skakmat Pangdam Jaya membuat FPI makin menciut.

Tanpa perlawanan secuil pun.

Aneh bukan? Dalam sejarah di republik ini sangat sulit untuk menghambat nafsu demo dan reuni yang menjadi tradisi mereka setiap musim kalau mereka mau. Tak hanya menunggu di awal Desember, asal ada isu yang bisa menjadi gorengan panas versi mereka maka gerombolan mereka pun langsung dengan mudahnya dikerahkan. Yang penting ada nasbung maka beres sudah.

Kali ini baik di pucuk pimpinan 212 aka FPI maupun para pasukan horenya tak ada suara dan keberanian untuk melakukan demo seperti yang sudah-sudah. FPI jadi ciut dan mengkeret, kehilangan keperkasaannya bahkan lebih buruk lagi sudah ada Imam Jumbo yang bersama mereka tapi kali ini tak ada niatan kumpul-kumpul lagi untuk mendemo Monas eh melakukan demo sekalian reuni rutin.

Boleh dibilang inilah sejarah yang tak biasanya dan realita ini menjadi kegembiraan para warga yang sudah muak dan mangkel dengan aksi liar dari gerombolan Petamburan. Para pentolan 212 kompak untuk tiarap.

Badai besar yang dimunculkan Mayjen TNI Dudung langsung menyapu baliho yang kini tak lagi diakui oleh gerombolan mereka sendiri. Padahal baliho itu adalah lambang kejayaan dan keperkasaan FPI sendiri dengan junjungannya si Imam Jumbo. Para suporter FPI kini mengarang narasi bahwa TNI hanya berani melawan baliho. Justru itu adalah simbol kekuatan mereka selama ini. Intinya mereka sudah kehabisan akal dengan narasi mereka untuk membela gengsi Imam Jumbo mereka.

FPI makin tersudut secara masif pula gegara aksi kerumunan massa itu membuat klaster baru yang tak diakui Balai Kota. Munafik memang tingkat tinggi para pemimpin di Balai Kota yang menolak adanya klaster baru covid-19 di Petamburan, Tebet dan sampai ke Megamendung, Bogor sebagai efek liar aksi kerumunan massa kegiatan FPI.

Dengan adanya penyebaran virus ini maka virus yang dijuluki tentara Allah itu pun turut merontokkan kekuatan mereka. FPI makin ambyar. Mereka diperhadapkan pada konsekuensi yaitu harus bertanggungjawab dengan penularan yang makin tak terkontrol ini.

Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman makin di atas angin. Pihaknya memaksa FPI untuk menbuat pernyataan yang mengikat akibat insiden yang melibatkan mereka sendiri. Hasilnya, ormas tersebut akhirnya berjanji untuk tak lagi membuat acara yang menimbulkan kerumunan, termasuk menggelar Reuni 212 pada Desember mendatang.

“Sudah ada surat pernyataan dari FPI dan imbauan dari Gubernur bahwa tidak boleh melaksanakan Reuni 212, karena melanggar Perda. Dan FPI sudah membuat surat pernyataan tidak akan melakukan,” kata Mayjen TNI Dudung Abdurachman, di Makodam Jaya, Jakarta, Senin 23 November 2020.

Berbekal adanya perjanjian itu maka Mayjen TNI Dudung akan menindakan tegas jika perjanjian itu dilanggar. Dirinya tidak mau ada elemen masyarakat ormas yang bertindak sesuka hati.

“Kalau dia melanggar tidak ada cerita, saya dengan polisi bertindak tegas, enggak ada yang semaunya di sini, seperti dia benar sendiri. Ikuti peraturan hukum yang berlaku,” katanya.

Mantap, kan? Sikat saja Pak kalau melanggar!

Aksi 212 Bubar Diultimatum Pangdam Jaya, Pimpinan 212 Mati Gaya, Ambyar

Sumber Utama : https://seword.com/politik/aksi-212-bubar-diultimatum-pangdam-jaya-pimpinan-RyP66CJ94O

Dulu Jatuh Karena Firja Sekarang Ambles Karena Nikita, Apes Bener Nasibmu Mbib!

Saya tu sebenarnya bingung lho campur kaget waktu denger si embib mau pulang ke Indonesia. Lha dia kan udah enak hidup di Arab. Ngapain harus pulang ke Indonesia. Katanya tamu Raja Arab, bahkan pemujanya pernah bilang dia itu diundang ama Raja Arab, bahkan diadapat Visa seumur Hidup. Katanya sih, kenyataan menurut dubes RI untuk Arab kok beda ya. Dia maaf, katanya sih “di deportasi” dari Arab. Mana yang benar ni???. Oh ya. Kata pak Dubes, si embib ini memiliki banyak kasus dengan otoritas Arab. Gak heran ia harus pulang ke Indonesia.

Dia tu udah enak lho sewaktu di Arab. Hanya dengan ongkang-ongkang kaki aja udah banyak yang mendatangi dia untuk minta restu buat maju Pilkada. Tidak cuman itu, Si Wowo yang mau maju pilihan Presiden aja ampe mendatangi dia sewaktu Pemilu kemarin. Hebat lho dia, wong sebagai porn fugitive kok ya banyak yang cari restu ke dia. Minta dukungan lagi buat maju Pilkada bahkan Pemilu Presiden.

Nah itu lho yang saya gak habis pikir. Yang gendeng tu siapa, ya? Yang sesat tu siapa? Yang waras dan gak buronan kan banyak, lha kok malah cari yang buronan. Kalau buronan masalah korupsi itu sih masih bisa dimengerti, pasti butuh dukungan dana. Lha ini buronan karena masalah percabulan. Aduh… sesat… sesat… sesat. Untung nya yang kemarin minta restu buat pemilu Presiden kagak menang. Kalau menang, apa gak tambah masalah.

Orang bilang si embib tu pulang “ngolek molo”. Cari masalah. Apalagi dia pulang, katanya untuk mengelorakan revolusi akhlak. Dia merasa bahwa dia harus pulang untuk memperbaiki akhlak rakyat Indonesia. Ini panggilan dia bagi rakyat Indonesia agar rakyat Indonesia terbebas azab. Itu kata dia lho dan juga yang dipercaya oleh pemujanya.

Tapi kalau kita waras mestinya kita tahu bahwa itu mustahil bin mustajab. Lha wong dia tu kabur ke Arab karena urusan kandang kambing. Dia tu takut ama polisi gara-gara wanita. Saya tu sebenarnya tidak menyangka kalau dia itu harus kabur ke Arab karena seorang wanita. Seorang wanita lagi, bukan seorang laki-laki.

Dia yang mampu memimpin berjuta-juta pemuja ternyata harus kabur ke Arab gara-gara teman wanitanya ditahan oleh Polisi. Dia kabur karena katanya ada titik-titik kandang kambing. Ternyata oh ternyata hanya karena seorang wanita dia harus meninggalkan Indonesia. Sekali lagi hanya karena seorang wanita, nama besarnya runtuh.

Nah sekali lagi hanya karena seorang wanita, dia kembali harus menelan pil pahit. Dia yang kepulangannya ke Indonesia mampu membuat area bandara ‘hang”. Selain itu dia mampu membungkam polisi dan satpol PP DKI tentang pelanggaran Protokol Kesehatan. Tak hanya itu ia juga mampu membuat ketua BNPB menyumbang masker pada acara pernikahan anaknya. Selain itu ia juga yang mampu membuat Petamburan, Tebet dan Puncak jadi macet gara-gara acara Maulid yang dia adain. Hal ini membuat banyak warga biasa iri karena perlakuan istimewa dari Pemprov DKI dan Polisi dalam hal pelanggaran Protokol Kesehatan. Sayangnya kedigjayaannya tidak mampu ia pertahankan lebih lama. Dia terjungkal sebelum dia melaksanakan rencananya jalan-jalan ke seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan revolusi akhlak.

Lucunya dia terjungkal oleh wanita yang katanya, “Lonte”. Ia terjungkal oleh Nikita Mirzani. Lucu bukan??? Jika ia terjungkal oleh laki-laki yang notabene politisi kelas kakap atau oleh petinggi Polri atau TNi, itu mah wajar. Ini mah karena wanita. Wanita ini hanya aktris. Ia tidak punya pemuja yang berjuta-juta, tetapi orang ini ternyata mampu membuat si embib terdiam. Bayangkan, hanya dengan kata “tukang obat”, semua narasi dan kemegahan yang embib bangun jadi berantakan.

Nikita memang hebat. Ia ada ketika yang lain diam. Kita semua tahu bahwa Pemrov DKI, Polri bahkan ketua Gugus Tugas Covid pun terdiam melihat kelakukan si embib. Kalau boleh saya saya katakan, “Nikita Mirzani ternyata dikirim Tuhan untuk menjatuhkan si embib”. Embib dan para pemujanya bahkan para bohirnya tidak mampu melawan balik apa yang dikatakan oleh Nikita.

Apa yang dilakukan Nikita kemudian ditindaklanjuti oleh TNI. TNI dengan gegap gempita menurunkan spanduk-spanduk dan baliho-baliho yang bertebaran di seantero Jakarta. TNI bahkan show off dengan Rantisnya di markasnya embis. Selain itu satu demi satu aparat yang melakukan pembiaran terhadap pelangaran Protokol Kesehatan ditindak, bahkan ada yang harus diturunkan jabatannya. Tidak hanya itu, keberanian Nikita ternyata menular ke berbagai daerah. Rakyat diberbagai daerah yang sudah muak terpicu oleh tindakan Nikita, tidak heran terjadi penurunan baliho dan spanduk dari embib.

Akhir kata, secara pribadi saya berterima kasih terhadap apa yang dilakukan Nikita. Ia melakukan apa yang harusnya dilakukan oleh warga negara yang cinta NKRI. Untuk itu saya mendukung apa yang dilakukan olehnya, terutama usahanya untuk menurunkan baliho si embib, membongkar kepalsuan si embib dan juga menguak masa lalu si embib. Bravo Nikita.

#dukungnikita

Salam Sesat

Gambar diambil dari : https://www.radardepok.com/2020/11/nikita-mirzani-beberkan-kehidupan-masa-lalu-rizieq-shihab/

Dulu Jatuh Karena Firja Sekarang Ambles Karena Nikita, Apes Bener Nasibmu Mbib!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/dulu-jatuh-karena-firja-sekarang-ambles-karena-c4jDBfYUHJ

Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Fadli Zon Dicari Netizen

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap KPK. Dia ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta, usai kunjungan dari Honolulu, Amerika Serikat. Penangkapan diduga terkait ekspor benur.

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, Edhy masih menjalani pemeriksaan. Dia pun meminta masyarakat menunggu hasil pemeriksaan jajarannya. "Sekarang beliau di KPK untuk dimintai keterangan. Nanti akan disampaikan penjelasan resmi KPK," kata Firli.

Saya takkan bahas soal ekspor benur yang jadi polemik. Kita akan bahas orang lain, yaitu Fadli Zon. Seru sih, sama-sama dari Partai Gerindra. Edhy merupakan wakil ketua umum, sementara Fadli wakil ketua dewan pembina. Keduanya sama-sama dikenal orang dekat Prabowo Subianto.

Fadli Zon menjadi sasaran serangan netizen. Akun media sosialnya disindir dan dikritik habis-habisan oleh netizen. Hingga saya menulis artikel ini, Fadli masih belum bersuara soal penangkapan ini.

Di Twitter, netizen ramai-ramai menyerbu kolom komentar cuitan Fadli Zon. Mereka mengirimkan informasi penangkapan Edhy Prabowo oleh KPK pada dini hari tadi.

Apakah Fadli Zon masih berpikir apakah mau komentar atau tidak? Atau apakah dia sedang berpikir apa yang mau disampaikan mengenai ini? Kalau sulit, sekadar saran aja, lebih baik belajar kepada gubernur ahli menata kata. Ikut kursus kilat sehari langsung pintar menata kata. Setelah itu buat cuitan balasan kepada netizen, hehehe.

Tapi apa pun ceritanya, Fadli Zon terlalu lamban dalam merespons, yang artinya Fadli berat sebelah dalam mengkritik. Mengkritik pemerintah tapi lamban mengkritik rekan separtai.

Saya sempat membaca cuitan Fadli Zon di akun Twitter-nya. Belum ada respon.

Edited: Fadli Zon sudah komentar. Tapi dia balas balik soal Harun Masiku. Belum ada kritikan kepada Gerindra. Tetap aja berat sebelah.

Lucu memang. Ketika TNI turunkan baliho Rizieq, dia protes dan mengkritik. Ketika Anies dipanggil untuk klarifikasi terkait kerumunan di acara Rizieq, dia protes kenapa Anies yang dipanggil sedangkan yang lain tidak. Pangdam dapat karangan bunga, dia nyinyir juga dan bilang lebih baik uangnya disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dia juga cepat komentar soal wacana khotbah Jumat yang akan disesuaikan melalui panduan Kementerian Agama. Pokoknya, kalau pemerintah adalah celah salahnya, di situ ada Fadli Zon yang paling depan teriak dan nyinyir.

Tapi ketika Edhy Prabowo ditangkap, dia belum bersuara. Apakah dia sedang tidur? Apakah dia masih sibuk urus baliho yang diturunkan? Atau apakah dia sedang iri melihat ratusan papan karangan bunga yang dikirim ke Pangdam sedangkan dirinya tidak dapat satu pun?

Makanya jangan heran, Fadli Zon sempat trending di Twitter. Ternyata rakyat sudah cerdas dan paham kalau selama ini Fadli Zon memang tidak ada kontribusinya. Cuma nyinyir kepada satu kelompok tapi diam kepada kelompok sendiri. Coba pikirkan, pernahkah Fadli mengkritik Prabowo? Setahu saya, tidak pernah. Kabar ditangkapnya Edhy dan Fadli yang masih tutup mulut berarti memang tidak adil.

Katanya jubir rakyat? Seharusnya ditangkapnya Edhy (seandainya terbukti bersalah) adalah berita bagus bagi rakyat, kan? Dari dulu sudah banyak yang protes kenapa benur diekspor. Mantan menteri Susi pun sudah jelaskan dengan baik. Ekspor yang dulunya distop malah diaktifkan lagi. Kenapa Fadli diam saja dengan semua ini? Ada apa ini? Ayolah, jangan diam saja. Biasanya kalau ada berita besar, tidak butuh waktu lama bagi Fadli untuk ngomel di media sosial. Tapi kali ini sungguh ajaib.

Apalagi kita sulit untuk melupakan perkataan Fadli Zon tahun 2015 di mana korupsi dapat menjadi oli pembangunan. Menurutnya, perilaku korupsi menunjukkan bahwa pembangunan di suatu negara berjalan, meskipun dia juga tidak membenarkan hal itu. Jadi kalau misalkan Edhy bersalah, apakah itu termasuk contoh korupsi oli pembangunan?

Makanya, Pak Fadli Zon, kalau mengkritik, jangan terlalu jelas arahnya. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terpeleset, jatuh dan patah pinggang. Seperti kasus Edhy Prabowo ini, efeknya cukup telak dan memalukan.

Itulah, kalau suka komentar dan kritik tidak pada tempatnya, suatu hari akan kena batunya. Dan ini adalah serangan balik. Komentar Netizen sangat masif dan pedas luar biasa. Lumayan, supaya Fadli Zon sadar dan tahu diri aja. Jubir rakyat seharusnya tidak boleh pilih-pilih bahan nyinyiran.

Bagaimana menurut Anda?

https://www.inews.id/news/nasional/edhy-prabowo-ditangkap-kpk-fadli-zon-dihajar-bertubi-tubi-netizen?page=all

Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Fadli Zon Dicari Netizen

Sumber Utama : https://seword.com/politik/edhy-prabowo-ditangkap-kpk-fadli-zon-dicari-vYmRLxAMDH

Mahfud Mujiaman Panik, Libatkan HTI Merusak Demokrasi

Pilkada Surabaya sejatinya menyajikan dua calon baru. Tidak ada pertahana, karena Bu Risma sudah tidak bisa maju lagi. Tapi nuansanya, seolah-olah Eri Cahyadi adalah pertahana yang kini ditantang Mahfud Arifin.

Sebenarnya Mahfud sempat mencoba memainkan narasi yang mirip: Setelah Risma kini Mahfud. Tapi nampaknya narasi Eri Cahyadi penerus Bu Risma, sudah terlalu kuat di masyarakat Surabaya. Sehingga Mahfud Arifin menyerah dan berbalik arah menyerang.

Tak heran dalam dua kali debat yang sudah digelar, Mahfud Arifin selalu menjelek-jelekkan Bu Risma. Begitu juga dengan pendukungnya.

Maka wajar kalau relawan Mahfud tak berani lagi masuk ke gang-gang sempit. Karena rawan disoraki oleh mayoritas pemilih Risma. Masyarakat Surabaya jelas sangat menyukai Risma, maka ketika Mahfud menyerang Risma, masyarakat spontan bereaksi.

Tapi lucunya, kejelekan Risma itu mudah dipatahkan. Seperti kali yang disebut kotor, ternyata bersih. Atau saat tim Mahfud protes soal penutupan gang dolly, seolah setelah berkuasa tempat prostitusi terbesar se Asia tersebut akan kembali diaktifkan, nyatanya membawa blunder pada elektabilitas Mahfud.

Entah siapa tim penasehat atau konsultan politik yang melayani Mahfud Arifin. Tapi jelas secara kalkulasi politik, Mahfud sudah salah langkah.

Risma memenangkan Pilkada Surabaya dengan 86 persen suara. Jadi secara hitungan kasarnya, 86 persen pemilih itu menyukai Risma.

Saya juga ga habis pikir kenapa Mahfud justru menjelek-jelekkan Risma. Yang artinya secara otomatis membuat jarak dengan 86 persen masyarakat Surabaya.

Memang ada yang tidak suka dengan Risma. Secara data Pilkada itu hanya 14 persen. Lalu apa untungnya untuk memastikan 14 persen suara?

Bukankah lebih baik tidak menjelek-jelekkan Risma? dengan harapan para pemilih Risma bisa memilih Mahfud.

Meskipun di Pilkada Surabaya kini terjadi perang survei, tapi pada intinya semua survei mengeluarkan angka yang sama soal kepuasan publik terahadap Risma. Mencapai lebih dari 90 persen.

Pertanyaannya, jika lebih dari 90 persen masyarakat puas dengan kinerja Risma, kenapa Mahfud Arifin justru menjelek-jelekkan Risma dengan data-data ngaconya?

Akibat salah langkah dan waktu yang sudah mepet, Mahfud dan wakilnya mulai memberi ruang kepada PKS dan HTI untuk terlibat. Nampaknya ini jalan darurat dan panik, karena survei elektabilitasnya sudah terpaut cukup jauh dari Eri Cahyadi.

Berharap cara-cara intimidasi dan SARA yang sukses di Jakarta, juga berhasil diterapkan di Surabaya.

Mungkin PKS dan HTI punya massa yang loyal. Terutama HTI. Diharapkan mampu menjadi kejutan dengan mengubah orang yang anti demokrasi, ikut turun memberikan suaranya untuk Mahfud.

Tapi masalahnya, dalam sejarah panjang Pilkada, pemilu dan Pilpres, Surabaya adalah kota pahlawan. Kota nasionalis yang alergi dengan intoleransi, rasis dan khilafah. Masyarakat Surabaya itu anti dengan PKS, HTI, FPI dan sejenisnya. Maka aneh kalau Mahfud justru menggunakan PKS dan HTI.

Sementara Eri Cahyadi begitu dekat dengan NU. Beragam organisasi NU turut mendukung Eri secara terbuka. Bahkan menurut banyak kalangan, Eri Cahyadi merupakan bagian dari keluarga besar Pesantren Sidosermo. Salah satu pesantren tua di Surabaya, bersama Ampel dan Peneleh.

Ragam acara, dari mulai mendengar misi ke depan, sampai acara doa bersama kerap dilakukan oleh tim Eri bersama organisai sayap NU.

Bagi saya, secara kalkulasi politik, Eri Cahyadi sudah unggul dari Mahfud. Baik dari sisi elektabilitas, komunikasi posisi pertahana dan penantang, dukungan partai dan preferensi organisasi keagamaan.

Tapi saya cukup menyayangkan kenapa dalam Pilkada Surabaya, harus melibatkan HTI dan cara-cara PKS? yang intoleran, memecah belah dan sarat dengan kampanye SARA.

Mestinya Mahfud sebagai mantan Kapolda, sadar betul betapa polarisasi terjadi di masyarakat karena langkah politik ala PKS dan HTI. Mestinya polisi macam Mahfud tahu, bahwa efek kampanye akan berlangsung lama. Kita bisa lihat bagaimana provokasi, fitnah dan kampanye SARA yang dibawa Prabowo pada tahun 2014, sampai hari ini masih sangat melekat di sebagian masyarakat kita.

Pertanyaannya, apakah Mahfud mau mengulangi kesalahan sejarah demokrasi di Surabaya? Yang asal menang, kalahpun bisa ngerecokin sampai 5 tahun mendatang? Lalu maju lagi dan membuat polarisasi semakin tajam?

Sebagai mantan Kapolda, polisi, mestinya Mahfud paham dengan standar menjaga toleransi dan kerukunan ummat beragama.
Mahfud Mujiaman Panik, Libatkan HTI Merusak Demokrasi

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mahfud-mujiaman-panik-libatkan-hti-merusak-r8ZutdIccw

Strategi baliho dan kerumunan massa yang malah menampar balik HRS dan pendukungnya

“Mohon bersabar ini ujian”. Ya, sejak kedatangan kembali Habib Rizieq Shihab (HRS), sang Big Imam, ke Indonesia, masyarakat Indonesia yang tak menyenanginya terpaksa harus banyak bersabar. Belum dia genap sebulan disini, sudah banyak masalah yang ditimbulkan. Kerumunan ribuan massa yang memicu klaster baru Covid-19, kata-kata “lonte”, “penggal kepala”, hingga baliho-baliho liar sang Big Imam yang bikin TNI bertindak.

Indonesia yang selama kurang lebih tiga tahun lumayan adem ayem kelihatannya akan kembali riuh, penuh dengan suara keras nan kasar yang bersumber dari Big Imam, yang meski dililit banyak kasus, tetap saja banyak yang mengikuti dan mengultuskannya. Kepalang tanggung, balihonya pun bahkan dijaga serta disembah pengikutnya. HRS dianggap suci, karena ia seorang habib. Tetapi bila saya menyandingkan pengkultusan dirinya dengan kasus chat mesumnya, kok saya jadi geli dan ketawa-ketawa sendiri ya, hahaha.

Kembali ke topik. Saya gandrung dengan sejarah, dan punya beberapa buku soal Jerman era Nazi dan juga Uni Soviet. Yang paling saya ingat dari kedua negara ini selain sepak terjangnya PD II dan juga militernya yang kuat ialah ciri khas mereka sebagai negara totaliter: show of force yang masif serta propaganda yang intens.

HRS, FPI dan pendukung-pendukung di belakangnya sedikit banyak menerapkan metode show of force ini. Mereka sering sekali berkumpul dalam jumlah banyak, pamer kekuatan seolah mereka besar, banyak, mayoritas dan kuat. Tujuannya ada dua, yakni tujuan ke dalam, artinya meningkatkan kepercayaan diri dan kesolidan intern mereka sendiri. Sedangkan tujuan ke luar maksudnya adalah menujukkan pada pihak luar bahwa mereka kuat, besar serta mewakili aspirasi umat muslim.

Berulang-ulang kali mereka melakukannya. Dan seiring dengan besarnya massa, mereka menjadi cenderung lebih arogan, berani, seolah-olah merasa paling benar sendiri. Aksi 411 dan 212 merupakan puncak kesuksesan dari taktik pengerahan massa ini.

Akan tetapi, entah memang salah perhitungan atau metodenya yang tak diupdate, yang pasti mengumpulkan massa di tengah pandemi seperti sekarang bukanlah taktik yang tepat dan bijak. Big Imam kembali ke Indonesia dengan disambut ribuan massa, acara pernikahan anaknya digelar besar-besaran tanpa menghiraukan larangan berkumpul ataupun protokol kesehatan.

Ia dengan sangat yakin bahwa meskipun banyak aturan yang dia langgar, dengan bohir dan pendukung di belakangnya, semuanya akan termaafkan. Diamnya Polisi dan militer di awal kedatangannya, serta kekonyolan Kepala Satgas Covid-19 sekaligus kepala BNPB yang malah menyediakan puluhan ribu masker saat pernikahan anaknya, membuat Big Imam makin besar kepala. Dengan demikian ia mulai berpikir bahwa ia bebas melakukan dan berbicara apapun, mau mengumpulkan massa, berkata kasar seperti “lonte” atau menyebarkan teror dengan kata “penggal kepalanya”.

Semua ini ternyata sedikit demi sedikit mulai kontraproduktif, berbalik ke wajah Big Imam dan pendukungnya sendiri. Ada perlawanan dari banyak orang, dari seorang Nikita Mirzani, silent majority, terutama netizen dan masyarakat yang lelah dan benci dengan FPI yang begitu bebal, hingga unsur TNI yang dikerahkan untuk menggertak lalu merobek baliho-baliho sang Big Imam.

Kerumunan mereka menjadi klaster Covid-19 baru, HRS juga dikabarkan positif. Semua kerja keras tenaga medis, Satgas Covid dan orang-orang yang taat anjuran pemerintah untuk membatasi kegiatan di luar rumah seolah-olah menjadi sia-sia.

Taktik show of force di saat pandemi terbukti menjadi senjata makan tuan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak kebal hukum, apalagi kebal virus corona. Mereka yang semula membusungkan dadanya kini ciut nyalinya setelah militer, aktor yang jauh lebih meyakinkan dan legitimate untuk melakukan show of force, keluar dari baraknya, merobek-robek kesombongan dan rencana besar Big Imam, bohir beserta gerombolannya.

Baliho-baliho sebanyak dan sebesar itu tak ubahnya seperti propaganda, yang hendak mencitrakan diri bahwa Big Imam adalah sosok yang suci, dicintai sekaligus dirindukan umatnya. Ada sebuah upaya sistematis untuk mempengaruhi masyarakat. Namun, sejauh mana efektivitasnya?

Indonesia tentunya bukanlah negara otoriter lagi seperti dulu, dimana orang-orang lebih mudah dipengaruhi hanya dengan spanduk-spanduk, selebaran tak jelas atau baliho-baliho segede gambreng. Akses informasi kini lebih bebas dan mudah didapatkan, termasuk “menguliti dosa-dosa” Big Imam. Sebagus apapun kubu mereka memoles junjungannya, tetap saja fakta di lapangan membuktikan bahwa Big Imam terjerat banyak kasus, serta skandal chat mesum yang teramat memalukan.

Baliho propaganda sedikit banyak memang membuatnya tetap populer, pengikutnya sampai-sampai tak malu menyembahnya. Namun karena apa yang dicitrakan dengan kenyataan yang begitu bertolak belakang, ia tak berpengaruh banyak. Malah dukungannya terus tergerus, simpati masyarakat tak didapat, antipati dan penolakan makin tak terelakkan. Parahnya lagi, baliho itu dipasang di sembarang tempat dan tak bayar pajak pula!

Kita nantikan seperti apa sepak terjang kubu mereka. Taktik apa lagi yang akan dipakai masih jadi teka-teki. Namun yang pasti, masyarakat jugalah yang ujung-ujungnya akan jadi korban. Begitulah kura-kura.

Sumber berita: https://kabar24.bisnis.com/read/20201120/15/1320468/buntut-kerumunan-massa-fpi-satgas-77-orang-positif-covid-19 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201120102631-20-572235/tni-akan-bersihkan-semua-baliho-rizieq-berisi-ajakan-revolusi

Strategi baliho dan kerumunan massa yang malah menampar balik HRS dan pendukungnya

Sumber Utama : https://seword.com/umum/strategi-baliho-dan-kerumunan-massa-yang-malah-cwIM8n6ps9

Jika Rizieq Mati

Katanya Rizieq positif terjangkit Covid-19. Namun, ada pula berita yang menulis kalau Rizieq dinyatakan negatif setelah menjalani test swab PCR oleh tim dari Mer-C dan HILMI. Bagi saya, apakah Rizieq positif atau negatif, sama saja. Tetapi tidak bagi para pengikutnya, hasil test imam besar mereka itu terkait erat dengan mati-hidup perjuangan mereka ke depan.

Tapi tidak munculnya Rizieq beberapa hari terakhir di hadapan publik, terlepas dari klaim FPI kalau Rizieq negatif, semakin menguatkan dugaan kita kalau Rizieq positif corona. Rizieq senangnya teriak-teriak sambil mencaci-maki orang-orang yang dikiranya “lawan.” Rizieq bahkan tidak segan teriak “Lonte!” dalam ceramahnya di sebuah acara kerohanian.

Seandainya ia benar-benar sehat, sudah pasti ia menebar ajaran “Rizieqisme” yang ia sebut sebagai “Revolusi Akhlak” yang sebenarnya tidak berakhlak itu. Seandainya ia benar-benar fit sudah pasti ia berceramah, sekalipun hanya lewat perangkat daring, menyuarakan kegelisahannya atas kesemena-menaan pemerintah terhadap para ulama dan habaib.

Namun, sekali lagi, Rizieq tidak muncul. Kita tidak tahu entah di mana ia sekarang. Apakah benar di rumahnya untuk sekedar beristirahat dan menenangkan diri, seraya mengisi ulang tenaganya yang sejak kepulangannya terpakai habis, atau mungkin sedang dalam perawatan intensif oleh tim medis karena virus corona yang (mungkin) menyerangnya.

Jika benar seperti yang terakhir saya sebut, maka Rizeq berpeluang mengalami dua hal. Yang pertama ia akan sembuh. Dan yang kedua ia akan mati. Dua-duanya peluangnya sama: fifty – fifty. Bisa sembuh, bisa pula mati. Jika ia sembuh, maka laskar-laskarnya akan bersorak gembira, namun jika ternyata tak tertolong dan akhirnya mati, bagaimana?

Maka para pengikutnya yang selama ini menganggapnya seperti Tuhan itu, akan meratap sejadi-jadinya. Karena imam besar mereka pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Tujuh juta pengikutnya akan berkabung. Lalu memasang bendera setengah tiang di depan rumah-rumah mereka. Bendera merah putih? Tentu tidak. Bisa jadi bendera FPI dan sangat mungkin pula bendera hitam atau putih yang acap mereka bawa setiap kali aksi.

Selanjutnya FPI kemungkinan besar akan bubar dengan sendirinya. Sebab Riziq Shihab adalah nyawa ormas radikal itu. Lihatlah ketika selama 3,5 tahun Rizieq kabur ke Saudi, FPI seperti mati segan hidup tak mau. Organisasi itu tidak berjalan dengan baik, Para laskarnya seperti anak-anak ayam kehilangan induk: meringis, kesakitan, dan satu lagi, sulit dapat nasi bungkus.

Jika Rizieq mati maka suara-suara penuh hujatan, atau cuitan-cuitan bernada kasar yang selama ini kerap dilontarkan oleh ustaz-ustaz pujaan kaum kadal gurun, seperti Tengku Zulknarnain, Maheer, Yahya Waloni, Abdul Somad, dan nama-nama jelek lainnya, lambat laun akan menghilang dan tak terdengar lagi. Sebab selama ini, mereka berani bersuara keras hanya karena didukung Rizieq. Jika ia sudah mati, maka mereka juga ikut “mati.”

Tengku Zulkarnain mungkin akan kembali ke habitat aslinya: menyabung ayam. Ia mungkin akan berkeliling dari kampung ke kampung membawa ayam jagoannya untuk dilaga demi menyambung hidupnya. Karena selama ini, ia menyambung hidupnya dari mulut joroknya. Selama ini ia hidup dari ucapan-ucapannya bernada rasis dan tak toleran itu.

Atau mungkin pula ia akan fokus ke pekerjaan sampingannya: menjual obat. Sebab ada beberapa video yang menayangkan Tengku Zulkarnain menawarkan obat. Kurang mengerti juga obat apa. Namun yang pasti ia berjualan obat. Agar lebih cepat kaya, saya sarankan agar nantinya Tengku Zul berjualan obat kuat saja. Atau bisa pula obat ayam.

Jika Rizieq mati akan berpengaruh pula ke dunia pendidikan kita. Guru-guru dan siswa radikal jumlahnya akan menurun drastis. Sebab berdasarkan hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai radikalisme pada tahun 2018 lalu, ada sebanyak 57,03 persen guru di Indonesia yang memiliki pandangan intoleran.

Hal itu senada dengan data yang dirilis oleh Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang menyebutkan bahwa ada 48,9 persen siswa di Indonesia yang mendukung adanya tindakan radikal. Fakta yang cukup memilukan. Namun jika Rizieq mati, tugas pemerintah untuk melakukan deradikalisasi terhadap guru dan siswa radikal itu akan jauh lebih mudah.

Apa lagi? kehidupan peribadatan kelompok-kelompok pemeluk agama minoritas akan jauh lebih baik. Sebab peribadatan mereka tidak akan dibubarkan paksa, rumah-rumah ibadah mereka tidak akan diganggu, ditutup, atau bahkan dibakar. Polarisasi di tengah masyarakat akibat pandangan yang salah terhadap agama dan kepercayaan sesamanya makin berkurang. Persatuan dalam kebinekaan akan benar-benar terwujud.

Apa lagi? Masih banyak lagi. Tapi nanti saja kita bahas jika akhirnya ia benar-benar mati.

Jika Rizieq Mati

Sumber Utama : https://seword.com/umum/jika-rizieq-mati-yFbmFtWvZl

Lebih Bermartabat Bu Susi Pengganti Edhy Prabowo Ketimbang Fadli Zon

Usai Menteri KKP, Edhy Prabowo yang memang sedari awal jadi menteri mengejutkan banyak pihak dan dinilai bakal gagal serta berujung reshuffle oleh berbagai kalangan, termasuk saya sendiri pernah berprediksi bahwa ini menteri tidak cocok mengemban tugas seberat itu, menjaga kelautan dan semua sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah pekerjaan berat dan hanya Ibu Susi Pudjiastuti yang mengerti, mencintai dan menjaga kelautan kita beserta isinya.

Edhy Prabowo? Ternyata memang benar hanya bisanya pelan-pelan menghancurkan kelautan kita beserta isinya. Kenapa saya katakan demikian? Karena faktanya? Apa yang telah diperjuangkan dan dijaga oleh menteri Susi, dirombak demi memperkaya dia dan kroni-kroninya. Adalah persoalan lobster yang akhirnya menyeret menteri KKP, orang yang paling dekat dengan Prabowo Subianto ini ke hotel prodeo milik KPK usai tangkap tangan dugaan korupsi benih losbter atau benih benur.

Dikabarkan, orang dekat Prabowo Subianto ini diduga menerima suap Rp 3,4 miliar dan US$ 100 ribu terkait izin benih lobster atau benih benur yang sebelumnya sangat dilarang oleh Menteri Susi demi menjaga ketahanan pangan Indonesia dan meningkatkan harga jual lobster tanah air yang menurut pengakuan bu Susi hanya ada di Indonesia.

Lobster seperti kita ketahui bersama adalah barang langka, sumber daya alam Indonesia yang unik dan tidak semua orang bisa makan lobster seenaknya, namun setelah kran ekspor bibit lobster dibuka? Maka harganya bisa murah, dan Vietnam atau Hongkong yang membesarkan bibit-bibit loster tanah air, kembali menjualnya ke Indonesia dengan harga mahal. Kan otak udang namanya itu pemirsah?

Itulah kerjaan menteri KKP sekarang yang telah ditangkap tangan oleh KPK setelah menerima suap dari perusahaan-perusahaan baru yang tentunya berlomba-lomba mendapatkan izin menteri dalam upaya ekspor bibit lobster yang harganya super mahal itu dan bernilai very renewable, artinya tidak akan pernah habis jikalau kita membudidayakan dan menjaganya demi anak cucu kita.

Namun menteri KKP membuka kran ekspor benih lobster yang tentunya oleh perusahaan-perusahaan berlomba mendapatkan tanda tangan dia agar bisa berlomba-lomba mengekspor dengan harga murah dari nelayan, dijual ke Vietnam atau Hongkong dengan harga super mahal. Padahal ketika membuka kran itu, Edhy Prabowo berjanji tidak akan memasukkan keluarga atau kroni-kroninya, perusahaan-perusahaan keluarganya dan akan bersikap adil demi kesejahteraan para nelayan.

Namun seperti itulah politikus, bicara atas nama kesejahteraan bersama – eh maksudnya –kesejahteraan segelintir orang dengan bertamengkan rakyat miskin dan nelayan, Edhy Prabowo berhasil melegalkan ekspor benih benur atau lobster tersebut. Dia berkata selagi demi kesejahteraan bersama, saya tidak perduli akan dihujat atau dikritik. Namun apa terjadi pemirsah?

Dugaan Menteri KKP menerima uang 3,4 miliar Rupiah dari pemegang PT Aero Citra Kargo Amri dan Ahmad Bahtiar melalui Ainul Faqih, staf istri Edhy dan KPK juga mencatat sekitar Mei 2020 Edhy Prabowo diduga menerima US$100.000 (setara Rp1,4 miliar) dari Direktur PT Dua Putra Perkasa Suharjito melalui Safri dan Amiril Mukminin menjadi bukti kuat bahwa Edhy tidak benar dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri KKP.

Visi dan misi dia tidak sejalan lagi dengan Visi dan Misi Presiden ketika pertamakali melantik Kabinet Indonesia Maju yang mengatakan jangan korupsi dan tidak ada visi misi menteri, yang ada visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden.

KPK juga menyebut Safri dan Andreau Misanta menerima sebesar Rp436 juta dari Ainul Faqih pada Agustus lalu. PT DPP (PT Dua Putra Perkasa) atas arahan EP (Edhy Prabowo) melalui Tim Uji Tuntas memeroleh penetapan kegiatan ekspor benih lobster dan telah melakukan sebanyak 10 kali pengiriman menggunakan perusahaan PT ACK (PT Aero Citra Kargo).

Selain Edhy, KPK juga menetapkan tersangka Staf Khusus Menteri KKP Safri, staf istri Menteri KKP Ainul Faqih, pengurus PT Aero Citra Kargo Siswadi, dan Direktur PT Dua Putra Perkasa Suharjito. Dua tersangka lainnya yang belum ditahan yakni Staf Khusus Menteri KKP Andreau Pribadi Misanta dan seorang bernama Amiril Mukminin.

Dari hasil tangkap tangan, KPK turut menyita kartu ATM atas nama Ainul Faqih. Rekening staf istri Edhy itu diduga digunakan sebagai penampung dana dari pengusaha terkait perizinan ekspor benur atau lobster. Dan sebahagian uang korupsi tersebut Dipergunakan untuk belanja barang mewah oleh EP (Edhy Prabowo) dan IRW (istri Edhy) di Honolulu pada 21-23 November 2020 sekitar Rp750 juta. Di antaranya berupa jam tangan rolex, tas Tumi, tas Louis Vuitton, dan baju Old Navy. Sungguh tidak asyik pemirsah, sehabis menghambur-hamburkan uang korupsi di Negeri Paman Sam? Tiba di Bandara Soekarno – Hatta langsung terciduk dan dibawa ke KPK.

Nah, setelah menteri Edhy Prabowo ditangkap KPK dan ditahan, siapakah penggantinya sebagai Menteri KKP yang baru? Jagad media sosial apalagi di twitter terjadi trending polling siapakah menteri selanjutnya di KKP? Ada dua nama, tiba-tiba publik menjagokan Fadli Zon tanpa K menyaingi bu Menteri Susi Pudjiastuti yang kembali dijagokan jagad media sosial pengganti eks Menteri Edhy.

Kenapa pulak si Fadli Zon tanpa K yang taunya hanya mengkritik pemerintah dan jadi jubirnya FPI alias rizieg ini dijagokan jadi menteri? Apa yang bisa dia perbuat? Yang biasanya duduk manis di DPR dan taunya hanya mencla-mencle, ngomong tanpa bibir bergetar tidak pernah kita lihat berkunjung ke pantai, ke laut dan hanya bisa buat puisi ikan buntal, eh ikan tongkol ini jadi menteri?

Akh terlalu berat buat kamu jabatan Menteri KKP Fadli Zon tanpa K, biarlah Bu Susi Pudjiastuti jadi Menteri KKP, karena setelah tidak jadi menteri, beliau tetap menerjang ombak dan selalu berkunjung ke pantai dan laut-laut Indonesia, apalagi beliau adalah orang pertama dan paling depan mengkritisi kebijakan-kebijakan Edhy Prabowo yang mengobok-obok dan mengkotak-katik kebijakan-kebijakan Menteri Susi yang menurut saya sudah cocok dalam upaya menjaga kelautan Indonesia.

Jadi pemirsah, Anda pilih Fadli Zon tanpa K atau Bu Susi Pudjiastuti jadi Menteri KKP yang baru?

Jika saya sih pasti memilih Bu Susi Pudjiastuti....begitulah kira-kira...

Lebih Bermartabat Bu Susi Pengganti Edhy Prabowo Ketimbang Fadli Zon

Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/lebih-bermartabat-bu-susi-pengganti-edhy-prabowo-Iq96u8AUva

https://seword.com/umum/dukung-novel-pa-212-laporkan-hoaks-dewi-tanjung-jZiAaQP75X

https://seword.com/umum/oknum-guru-simpatisan-rizieq-ini-mendoakan-2tWhjQh7LJ

https://seword.com/politik/terima-kasih-edhy-prabowo-ott-mu-mempermudah-X43YBqL5HN

https://seword.com/politik/menteri-kkp-di-ott-fadli-zon-yang-habis-bahkan-rODK3mm2SU

https://seword.com/politik/dog-fight-antara-gerindra-dengan-klan-jk-Jt08XIEHuw

https://seword.com/politik/edhy-terdepak-susi-siap-menggantikan-oposisi-ccolGEsysD

https://seword.com/umum/ott-menteri-kkp-kalau-bibir-fadli-zon-ga-sampai-b9S5CBaicI

https://seword.com/umum/ngapain-kpk-ngurusin-proses-hukum-korupsi-menteri-hEhKS1PhHJ

Re-post by MigoBerita / Kamis/26112020/11.25Wita/Bjm 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya