» » » » » » BRAVO TNI dan POLRI SIKAT Habis Ormas Radikal, Rakyat NKRI Mendukung Kalian

BRAVO TNI dan POLRI SIKAT Habis Ormas Radikal, Rakyat NKRI Mendukung Kalian

Penulis By on Senin, 07 Desember 2020 | No comments

 

Migo Berita - Banjarmasin - BRAVO TNI dan POLRI SIKAT Habis Ormas Radikal, Rakyat NKRI Mendukung Kalian. Kejadian di Jakarta, dimana Imam Besar FPI menggaungkan untuk Revolusi AKHLAK, akan tetapi ternyata Sang Imam Besar tidak kunjung datang kekantor polisi untuk "sekedar" dimintai keterangan, hingga mengakibatkan pengikutnya yang sudah "bertaklid Buta"pun tewas karena "menyerang" Aparat POLISI NKRI. Seandainya jika Sang Imam Besar bersedia seperti AHOK yang tidak perlu dipanggil berkali-kali dan beliau langsung datang kekantor polisi ketika dimintai keterangan, maka pengikut Sang Imam Besar tidak mungkin Tewas ditangan Aparat. Begitulah mata orang Indonesia dibuka kan oleh Tuhan Yang Maha Esa agar melihat dengan terang benderang bagaimana Revolusi AKHLAK versi Sang Imam Besar. Jujur, Tim Migo Berita pun sebenarnya sudah beberapa kali menayangkan beberapa artikel mengenai sepak terjang Ormas FPI yang sekarang tidak mempunyai Legalitas dari pemerintah Republik Indonesia di Banua Banjar atau di Kalimantan Selatan. Bahkan status wa pun ada yang menampilkan PIC ini : (Untuk nomor wa sudah dikantongi Tim Migo Berita)


 

 

Sekedar mengingatkan kembali , silahkan para pembaca Migo Berita untuk mengklik link yang kami berikan dibawah ini : 

1).Ormas FPI (Front Pembela Islam) "Bermasalah" atau "Tidak", WARNING buat KALSEL

2). IMAM BESAR atau Masalah Besar ...

3). FPI ingin "kuasai" Indonesia lewat Masjid dan Mantan Pentolan HTI Al Khaththath deklarasikan Gerakan Indonesia Salat Subuh (GISS)...hemmmmm...!!!! (Semoga Islam tidak dijadikan mereka hanya cesing belaka namun dihati punya niat yang lain.. yaitu Ganti NKRI dengan KHILAFAH)... Waspadalah...waspadalah.... waspadalah....!!!!!

Untuk berbagai artikel lainnya, Tim Migo Berita telah kumpulkan untuk para pembaca setia, silahkan dibaca hingga tuntas agar tidak gagal paham

Bersatu Dalam Rampak Barisan Mencegah Radikalisme

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah merebaknya aksi terorisme yang seakan tidak pernah berhenti setidaknya dalam empat tahun terakhir. Diawali dengan aksi pengeboman dan baku tembak di Plasa Sarinah pada tahun 2016, peledakan bom di beberapa gereja seperti Gereja Katholik Santo Yosep di Medan dan Gereja Oikumene di Samarinda, bom bunuh diri di Gereja di Surabaya, penyerangan beberapa markas Kepolisian di Surakarta, Surabaya, Riau dan Kalimantan Selatan, tragedi kerusuhan berdarah di Mako Brimob, penusukan Menkopolhukam di Pandeglang, sampai yang terbaru yaitu pemenggalan 4 orang anggota gereja di Sigi Sulawesi Selatan. Ya dipenggal dalam arti harafiah, yaitu dipisahkan kepala dari badannya di tengah beberapa orang yang menyaksikan. Jelas ini adalah sebuah kebiadaban yang sulit diterima oleh akal sehat.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang paling efektif untuk menghentikan semua ini. Untuk bisa menjawabnya tentu kita perlu menelusuri lebih dahulu akar permasalahan yang ada.

Radikalisme berawal dari faham fundamentalisme yang menganut konsep kebenaran tunggal. Ini muncul akibat adanya sekelompok orang yang kehilangan daya nalar yang kemudian memonopoli arti kebenaran dan menghakimisemua orang yang tidak sepaham dengan aliran pemikiran mereka yang monolitik. Jika sekedar merasa yang paling benar dan tanpa menghukum pihak lain, sebenarnya tidak terlalu berbahaya. Bahaya baru akan muncul bilamana ada orang yang mengatasnamakan Tuhan, bahkan bertindak melebihi Tuhan itu sendiri, lalu merasa berhak untuk menghukum dan membinasakan orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di negeri seperti Amerikapun fundamentalisme bisa tumbuh dan berkembang.

Dalam banyak kasus, fundamentalisme juga sering muncul akibat kegagalan sekelompok orang dalam menghadapi arus modernitas dan globalisasi yang dinilai malahan menyudutkan kehidupan mereka. Ketidak berdayaan ini membuat mereka mencari dalil untuk “menghibur diri” dalam sebuah “dunia” yang dibayangkan belum tercemar. Lalu mereka menyusun kekuatan politik dan sosial untuk melawan modernitas dan globalisasi itu melalui berbagai cara, termasuk menggunakan kekerasan yang sering melewati batas-batas kemanusiaan. Untuk membenarkan tindakannya mereka biasanya mengangkat semangat “senasib sependeritaan” dengan penduduk di belahan dunia lain, yang memang sedang menghadapi ketidak adilan dalam kehidupan mereka. Atas nama kesetiakawanan global mereka melegitimasi kekerasan sebagai bentuk perlawanan. Padahal jelas bahwa kesetiakawanan terhadap penderitaan di Palestina, Afganistan, Khasmir dan Irak sebenarnya bukan monopoli milik mereka. Yang membedakan adalah pilihan tindakannya yang keluar dari nalar manusia, dibandingkan dengan orang-orang lainyang lebih mengedepankan perdamaian dan menghindari kekerasan.

Idiologi yang dianut para radikalis adalah idiologi kematian. Bagi mereka kematian adalah sebuah kemenangan. Kematian juga satu-satunya jalan untuk mencapai tujuanmereka. Ini yang harus dipahami oleh semua pihak bahwa persoalan hakiki dalam radikalisme dan terorisme bukan masalah sosial dan ekonomi semata, tetapi lebih pada sesat idiologi yang mereka anut. Maka dalam memerangi radikalisme dan terorisme seluruh elit politik negeri ini harus memiliki visi yang sama, semangat yang sama dan tafsir yang sama tentang gerakan terorisme ini. Di satu sisi negara tidak boleh kalah oleh kekuatan apapun, tetapi pilihan tindakannya harus tetap terukur dan sistematis. Jika tidak maka mereka akan dengan mudah memanipulasi kebenaran dan kemanusiaan ketika dihadapkan pada kekuatan bersenjata semata.Bahkan hal ini akan menimbulkan dendam dan pembenaran atas langkah balas dendam yang mereka usung. Diperlukan pola pendekatan yang berbeda, sistematik dan holistik untuk menghentikan kekerasan dengan mengedepankan budaya pengampunan, persaudaraan dan rekonsiliasi.

Cara yang terbaik untuk menumpas radikalisme dan terorisme sampai ke akar-akarnya adalah dengan membatasi ruang gerak mereka, baik di media maupun dalam kehidupan kekerabatan dalam masyarakat. Peranan media massa menjadi sangatvital. Media massa harus mampu mengajak masyarakat untuk memerangi terorisme melalui cara berpikir dan pendidikan yang kritis. Media massa tidak boleh menampilkan mereka dalam ruang-ruang publik. Media sosial juga harus mampu dikendalikan oleh negarapadabatas tertentu. Ujaran kebencian di media sosial harus segera dihentikan. Penyebaran berita hoax yang sistematis harus diberantas lewat penelusuran sumber pendanaan yang menopang kegiatan mereka. Tokoh-tokoh yang sengaja terlibat dalam pendanaan harus dihadapkan di muka hukum untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Para pemuka agama harus berperan mengajarkan damai,cinta persaudaraan dan bukan menebarkan kebencian, ketakutan dan kecemasan. Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yangterbesar di Indonesia harus lebih diberdayakan sebagai pilar utama agama Islam yang cinta damai, ramah dan menerima kebhinnekaan sebagai sebuah keniscayaan. Organisasi keagamaan lain harus juga mengabarkan kedamaian, bukan mengobarkan kebencian dan balas dendam. Terorisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama apapun dan terorisme adalah musuh semua agama. Bahkan terorisme adalah musuh bangsa karena melanggar peri kemanusiaan.

Para politisi juga harus mampu mengekang ego politiknya, demi keutuhan bangsa dan negara. Politik itu bukan semata perebutan kekuasaan belaka, tetapi politik juga harus mampu membangun peradaban. Para politisi harus memiliki jiwa kenegarawanan dan etikat baik untuk bukan hanya menggolkan payung hukum yang lebih tegas bagi aparat kepolisian untuk bisa melakukan langkah-langkah preventif guna mempersempit ruang gerak para teroris, tetapi memberikan dukungan politikkepada pemerintah demi keutuhan negeri. Payung hukum dan dukungan politik ini diharapkan menjadi senjata yang ampuh untuk mencegah aksi-aksi terorisme yang memang bertujuan menghancurkan negeri.

Inilah saatnya seluruh komponen bangsa bersatu, bergerak dalam satu rampak barisan dalam memerangi terorisme. Kita nyalakan suluh perjuangan demi mencapai kesejahteraan rakyat dan mempertahankan keutuhan negeri. Mari kita patahkan idiologi terorisme denganbahasa persaudaraan dan pengampunan, yang hormat terhadap martabat manusia dan kemanusiaan, demi mematahkan idiologi kematian yang diusung teroris. Jiwa-jiwa yang merdeka tak akan pernah tunduk dan takut bila kita tetap setia dan bersatu di bawah panji-panji Pancasila. Kita harus bersatu karena persatuan itu adalah hakekat dari kemanusiaan, seperti yang dikatakan oleh Bung Karno. Persatuan itu juga sebagai manifestasi dari wujud kecintaan kita pada bangsa dan negara. Negara tidak akan kalah oleh radikalisme dan terorisme. Merdeka!

Bersatu Dalam Rampak Barisan Mencegah Radikalisme

Sumber Utama : https://seword.com/politik/bersatu-dalam-rampak-barisan-mencegah-radikalisme-QWMBMeIKKj

PERNYATAAN PERS TERKAIT PERISTIWA DI TOL DAN POSISI IB HRS

Bahwa benar ada peristiwa penghadangan, penembakan terhadap rombongan IB HRS dan keluarga serta penculikan terhadap 6 orang laskar pengawal IB. Peristiwa terjadi di dekat pintu Tol Kerawang Timur.

Bahwa semalam IB dengan keluarga termasuk cucu yg masih balita, akan menuju tempat acara pengajian subuh keluarga, sambil memulihkan kondisi. 

Sekali lagi ini pengajian Subuh internal khusus keluarga inti.

Dalam perjalanan menuju lokasi pengajian Subuh keluarga tersebut, rombongan dihadang oleh preman OTK (yang kami duga kuat bagian dari operasi penguntitan dan untuk mencelakakan IB).

Para preman OTK yang bertugas operasi tersebut menghadang dan mengeluarkan tembakan kepada laskar pengawal keluarga.

Hingga saat ini para penghadang berhasil melakukan penembakan dan 1 mobil berisi 6 orang laskar masih hilang diculik oleh para preman OTK bertugas operasi.

Kami mohon do'a agar 1 mobil yg tertembak berisi 6 orang laskar yang diculik agar diberi keselamatan.

Dan mohon do'a juga IB HRS. 

Untuk lokasi IB HRS, demi alasan keamanan dan keselamatan beliau beserta keluarga, maka kami tidak bisa sebutkan.

Karena semalam jelas ada upaya penembakan terhadap rombongan beliau dan sampai saat ini masih 6 orang laskar yang hilang diculik.

Demikian pernyataan ini kami buat

Jakarta, 22 Rabiul Akhir 1442 H / 7 Desember 2020 M

Dewan Pimpinan Pusat – Front Pembela Islam

KH. Ahmad Shabri Lubis, S.Pd.I 
Ketua Umum

H. Munarman, SH
Sekretaris Umum


Siapa H.Munarman,SH Sekretaris Umum, untuk mengingatkan ulang silahkan klik link youtube dibawah ini : 

Jubir FPI Siram Tamrin Tomagola :  https://www.youtube.com/watch?v=b8LZGeiYgQQ
 

 
Disiram Jubir FPI Sosiolog UI Saya Tak Mau Layani Preman : https://www.youtube.com/watch?v=JFlbtNSfIl8
 

 
Perjalanan Jerat Kasus Pimpinan FPI, Rizieq Shihab & Munarman : https://www.youtube.com/watch?v=Ap5UDcn1HEw

Seperti Teroris, FPI Mulai Gunakan Senjata Api Menyerang Polisi!!

Gila!! Pengikut Rizieq Shihab meyerang polisi DENGAN SENJATA TAJAM DAN SENJATA API!!

Catat kawan-kawan! Yang membedakan FPI dan kelompok teroris seperti Mujahidin Indonesia Timur atau MIT adalah karena FPI selama ini cuma pake bacot dalam menyerang pemerintah, sementara MIT sudah pake cara bacok. Sebuah kelompok tak bisa disebut sebagai Teroris ketika tindakan mereka tak menggunakan senjata. Itu sebabnya, selama ini saya hanya menyematkan gelar pada kelompok FPI ini sebagai perusuh, penggaduh, pembuat keonaran, penjual jasa unjuk rasa dan istilah-istilah lain di luar istilah teroris, walaupun kadang tindakan FPI, seperti persekusi ke rumah-rumah penduduk atau pemalakan ke tempat-tempat hiburan, juga merupakan tindakan meneror. Tapi hari ini, Pengikut FPI sudah mulai menggunakan senjata api dan menyerang aparat negara!!

Kita harus dan bahkan wajib untuk berhati-hati, sekarang FPI SUDAH BERUBAH WAJAH MENJADI TERORIS! Karena mereka sudah mulai berani menggunakan senjata api!

Kejadian penyerangan aparat kepolisian dengan senjata api oleh pengikut Rizieq Shihab, menegaskan bahwa FPI sudah berani bertindak di luar batas ke-ormas-an. Penggunaan senjata api ini menegaskan lagi bahwa Polisi dan TNI sudah bisa memperlakukan FPI sama seperti kelompok teroris lain seperti MIT.

Jadi, kalau dari kemaren ada yang nyesek mendesak dan memaksa aparat untuk membunuh pegikut Rizieq Shihab, kalian harus paham dulu perbedaan tindakan atas ormas dan teroris. Dan kejadian ini merupakan contoh bagus untuk dipahami bahwa ketika FPI sudah bertindak sama seperti kelompok teroris, yaitu menyerang dengan senjata api, maka aparat pun menindak mereka sama dengan ketika aparat berhadapan dengan kelompok MIT. Tembak ditempat! Karena telah membahayakan nyawa aparat negara.

Lanjut....

Antara FPI dan pihak Kepolisian seperti berlomba mengeluarkan pernyataan. Namun, fakta lapangan menyatakan bahwa kejadian di jalan tol Jakarta-Cikampek itu terjadi pada jam 00.30 dini hari. Fakta ini, jelas mematahkan pernyataan pihak FPI yang mengklaim bahwa telah terjadi penghadangan rombongan keluarga Rizieq Shihab, termasuk cucu yang masih balita, yang akan menuju tempat acara pengajian subuh keluarga.

Logikanya dimana?? Acara pengajian subuh, lalu ngapain perginya dini hari jam 00.30? Pake acara bawa cucu yang masih balita lagi!! Ini mau ngaji apa mau kabur lagi malam-malam, bawa seluruh anggota keluarga? Mau kabur menghindari pemeriksaan hari Senin ini jam 10 pagi, mereka pergi jam 00.00 dari rumah. Terhadang petugas kepolisian jam 00.30 di tol Cikampek.

Dari masalah keterangan tentang tujuan perginya keluarga Rizieq Shihab jam 00.30 di Cikampek saja, sudah menjelaskan Rizieq Shihab pergi dari rumah sebelum jam 00.00 untuk acara pengajian subuh keluarga. Itu mau ngaji dimana sampai perlu 5 jam berkendaraan untuk mengaji?

Lebih sialnya lagi, pihak FPI menyatakan 6 anggota laskar FPI menghilang dan belum ditemukan. Sementara pihak kepolisian, disertai bukti 2 senjata api, pedang dan clurit, menyatakan 6 orang laskar FPI tersebut tewas ditembak petugas karena mereka berusaha menyerang petugas dengan senjata api. Bukti lain yang diungkapkan pihak kepolisian adalah adanya bekas tembakan di kendaraan aparat polisi. Artinya senjata api milik laskar FPI sudah ditembakkan dan mengenai kendaraan aparat.

Pada keterangannya, pihak FPI tak berani menyebutkan bahwa penyerang rombongan keluarga Rizieq Shihab itu adalah anggota kepolisian. Mereka menyebutkan sebagai "kelompok preman Orang Tak Dikenal". Mereka hanya menyatakan bahwa 1 mobil dan 6 laskar FPI hilang dan diculik. Kok bisa jumlah laskar yang tewas ditembak oleh aparat polisi, sama dengan jumlah laskar yang dinyatakan hilang diculik. Apa polisi perlu menyiarkan jasad keenam orang laskar FPI yang ditembak, biar keluarganya bisa menjemput jenazah mereka?

FPI benar-benar sudah kehabisan akal untuk menyelamatkan Rizeqi Shihab dari kasus pidana baru yang membelitnya. Pernyataan yang dibuatnya justru berbalik menjadi bumerang yang membuat posisi FPI semakin tersudutkan.

Jika harapan FPI bahwa pernyataan yang dikeluarkan akan mampu menghasut dan membakar semangat laskar FPI lain untuk ikut turun ke jalan dan menyerang aparat kepolisian secara pisik, apalagi kalau menggunakan senjata api seperti para teroris, maka ini akan semakin memudahkan Negara untuk menindak tegas mereka, seperti yang diharapkan rakyat Indonesia.

Pertanyaannya, padan ga sih anggota laskar pasang badan buat Rizieq Shihab sampai harus kehilangan nyawa? Berapa pertanggungan jiwa yang dijanjikan oleh pihak FPI pada keluarga laskar jika mereka mati terkapar? Atau iming-iming surga yang dijanjikan karena mati dianggap jihad dan sahid?.

Yang pasti, iring-iringan seluruh keluarga Rizieq Shihab dini hari, hingga terjadi baku tembak di tol Cikampek jam 00.30, lebih menyerupai upaya Rizieq Shihab kabur ketibang mau pergi ke acara pengajian SUBUH keluarga. Karena yang disebut SUBUH itu waktunya sudah ditentukan, yaitu dari jam 00.40 sampai jam 05.30. Tapi kaburnya ketahuan oleh polisi, makanya mereka menyerang polisi. Ini jauh lebih masuk akal ketibang pernyataan Kuasa Hukum FPI.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/seperti-teroris-fpi-mulai-gunakan-senjata-api-ygEPbv3w8h

Masyarakat Senang 6 Orang FPI Mati Ditembak, Kenapa?

Hari ini kita mendapat berita mengejutkan. 6 orang FPI mati ditembak polisi. Jasad-jasad korban terbujur kaku dengan tembakan peluru.

Sebagai sesama manusia, saya ikut berduka. Tapi sebagai warga negara Indonesia, saya bersyukur akhirnya ada anggota FPI yang mati ditembak polisi.

Arogansi dan tindakan FPI selama ini sudah luar biasa semena-mena. Mereka lakukan sweeping. Tangkap dan persekusi lawannya. Bahkan yang terbaru menghalang-halangi polisi dalam menyampaikan surat panggilan untuk Rizieq.

Maka ketika ada anggota FPI yang coba melawan polisi dengan senjata tajam, lalu direspon dengan tembakan mematikan, itu jelas kabar gembira bagi kita semua. Karena masyarakat sudah jengah dengan FPI ini.

Bagi saya, kematian 6 orang FPI itu sama seperti kematian para teroris. Sama-sama melawan polisi, sama-sama mengancam pembunuhan. Jadi kalau ada yang bilang 6 orang FPI itu bukan teroris, jelas mereka kurang referensi bacaan. FPI itu jelas teroris. Kalau tak percaya, silahkan posting foto Rizieq di sosial media kalian, pasti langsung dihapus oleh sistem.

Jadi jangan heran kalau masyarakat senang dan bahagia mendengar berita 6 orang FPI mati.

Bahwa kemudian Fadli Zon dengan congor busuknya bertanya kenapa sampai tembak mati? Memangnya mereka teroris? Ya biarkan saja. Fadli Zon sedang pura-pura tidak tahu, kalau resiko dari penembakan ya mati. Sebab ini tembakan beneran, bukan tembakan pistol air.

DPR silahkan saja membuat tim pencari fakta. Silahkan gabungkan semua elemen untuk mencari tahu. Silahkan saja. Syaratnya hanya satu, yakinkan masyarakat bahwa yang kalian sampaikan adalah kebenaran. Bukan cerita rekayasa untuk menyudutkan pemerintah.

Anggota DPR yang katanya merupakan perwakilan mestinya peka dengan kasus ini. Bukan malah bersikap seolah polisi harus salah.

Ya memang, ada kematian. Sebaiknya tidak sampai terjadi. Tapi apa saran terbaik kalian kalau dalam diancam dengan senjata tajam? Ngajak salaman? Kan ga mungkin.

Konsekuensi dua kubu yang memegang senjata adalah kematian. Itu logis sekali. Jangankan polisi, orang biasa pun, kalau rumahnya dimasuki maling lalu diancam dengan senjata, masyarakat awam boleh melawan sampai membunuh dengan alasan membela diri.

Kalau ada yang membuat narasi, dan bertanya, kenapa polisi tidak ada yang mati? Ini jelas pertanyaan orang kebanyakan nonton film. Dalam sebuah pertarungan, tak perlu harus ada perwakilan yang mati. Lebih jelasnya, itu pasti karena FPI tak punya kemampuan memegang senjata api. Hanya preman kampung yang baru berlatih sekali dua kali.

Sementara lawannya adalah polisi terlatih, yang memang rutin latihan menembak. Ya jelas beda efeknya. Seperti dalam sepak bola, skor tidak harus 1-6, boleh juga 0-6.

FPI mesti sadar diri. Bahwa mereka hanyalah manusia kelas menengah bawah tanpa keahlian apa-apa.

Mungkin kalian bisa dengan angkuh meneror nenek-nenek atau ibu dari Mahfud MD. Membawa ratusan orang laskar sambil mengancam pembunuhan. Ya tapi ingat, yang kalian teror itu nenek-nenek. Konsekuensi terburuk dari ancaman itu paling hanya penjara.

Tapi kalau yang kalian ancam adalah polisi bersenjata dan terlatih, jangan nangis kalau dilawan dan ditembak. Mati adalah konsekuensi.

Jadi simpan saja cerita sedih dan dukamu. Karena sejatinya masyarakat Indonesia tak bersimpati. Justru mensyukuri kematian kalian. Biar ga arogan dan sok-soan.

Semakin kalian bercerita tentang kesedihan, atau menganggap para korban sebagai pejuang, semakin kita yakin bahwa kalian memang teroris sejati. Tak lebih buruk dari pengebom bunuh diri. Dan memang, sudah selayaknya mati.

Dan kepada Polisi, jangan pernah ragu untuk melawan dan kembali menumpas para pengacau ini. Pistol yang disediakan oleh negara itu memang perlu sesekali kalian gunakan. Ya apa gunanya bawa pistol kalau ga dipakai?

Mungkin setelah ini akan ada serangan balasan dari sel-sel tidur dan pengikut FPI. Tak masalah. Terus maju dan jaga negeri ini. Jika memang ada sepuluh dua puluh orang lagi yang perlu ditembak mati, tembak saja. Karena kami masyarakat Indonesia sudah jengah dengan reuni-reunian, aksi-aksian, dan serangkaian arogansi yang mereka pertontonkan.

Sekali lagi, masyarakat senang dengan penembakan ini. Dan akan terus mendukung TNI Polri dalam bertindak tegas terhadap ormas-ormas teroris di Indonesia.
Masyarakat Senang 6 Orang FPI Mati Ditembak, Kenapa?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/masyarakat-senang-6-orang-fpi-mati-ditembak-ZXslesGcbB 

POLRI Punya Banyak Bukti, FPI Hanya Modal Narasi!

Insiden penyerangan aparat kepolisian oleh pengikut Rizieq kemarin membuka lembaran baru pasca kepulangan Rizieq. Soal perilaku yang radikal, demen kekerasan, ngegas, dan garang memang sudah jadi label yang melekat pada FPI dan pengikut Rizieq. Hobinya marah dan menggeruduk. Polisi datang mau menyerahkan surat panggilan, disambut dengan kemarahan. Awak media yang datang meliput juga kena marah. Nikita dan ibunda Menteri Mahfud MD kena geruduk. Bahkan rumah tempat tinggal ibunda Mahfud MD yang sudah berusia 90 tahun itu diancam mau dibakar. Lalu beredar video di mana lafaz azan diganti dengan ajakan jihad. Sudah garang, ngaco pula dalam beribadah. Seakan pengikut Rizieq ini bikin aliran baru di dalam Islam, aliran garis keras.

Pamer senjata tajam (sajam), sepertinya sudah biasa. Nah itu di video lafaz azan jihad kan ada yang bawa-bawa sajam, seperti foto di bawah itu. Beberapa jejak digital juga menunjukkan keakraban anggota FPI dengan sajam. Seperti yang dikompilasi oleh Guntur Romli berikut ini.

Article

Article

Jadi ketika pihak FPI mengumpulkan awak media. Iya, awak media yang pernah mereka amuk dan usir dari Petamburan ketika mau meliput aparat menyerahkan surat. Nah, ketika pihak FPI, diwakili oleh Munarman, mengumpulkan awak media dan memaparkan versi mereka. Siapa yang percaya? Sebelumnya juga sudah beredar rilis media dari FPI. Itu lho yang isinya menerangkan bahwa Rizieq sekeluarga sedang menuju lokasi pengajian, bawa cucu yang masih balita, dihadang preman orang tidak dikenal (OTK), dan 6 laskar diculik. Kemudian Munarman di depan media menyebut bahwa mereka yang diculik itu dibunuh di lokasi lain. Jangan lupa, dilansir okezone.com, Munarman mengumumkan kematian 6 laskar FPI itu dengan ”suara bergetar” Sumber. Ini Munarman atau Anies ya? Kalau pembaca masih ingat, taktik “suara bergetar” adalah milik Anies. Yang waktu itu dibongkar ramai-ramai oleh para netizen. Gara-gara adanya keseragaman judul berita berbagai media yang meliput Anies waktu itu. Jadi apakah FPI meng-copas taktik Anies?

Iya, saya kira ini semua hanyalah taktik. Hanyalah narasi. Mana buktinya kalau Rizieq sekeluarga mau ke pengajian? Pengajian di mana? Mana fotonya kalau waktu itu membawa cucu yang masih balita? Mana buktinya kalau 6 laskar itu diculik dan dibunuh di lokasi berbeda? Dan kalau Rizieq jadi bagian dari rombongan mobil yang katanya dihadang preman OTK, mana kesaksian Rizieq? Yang ada adalah narasi yang sudah ditebak oleh publik. Bahwa Rizieq sekarang tidak diketahui keberadaannya, dengan alasan sedang merasa terancam. Halaaah…. Mau ngeles supaya nggak datang memenuhi panggilan Polda Metro Jaya yaaa?

Semua yang dikatakan oleh FPI hanyalah narasi. Tanpa bukti. Sementara di sisi lain, pihak kepolisian sudah memberikan banyak bukti. Di antaranya sajam dan senjata api (senpi) yang dipakai oleh para pengikut Rizieq untuk menyerang aparat polisi. Kemarin sudah dipaparkan di depan media. Kronologi pun sudah jelas. Hanya itu kah bukti dari Polri? Ooh ya enggak dong hehehe…

Polri yang pernah membongkar hoaks Ratna Sarumpaet, yang katanya jadi korban penganiayaan orang tak dikenal, padahal hasil tindakan medis buat mempercantik diri. Polri yang pernah membongkar ancaman pembunuhan terhadap beberapa tokoh nasional termasuk Yunarto Wijaya. Masih ingat kan, betapa banyaknya bukti yang bisa dikemukakan oleh pihak kepolisian waktu itu.

Artinya, sekarang pun pasti pihak Polri punya bukti segunung. Tapi tidak diungkap langsung dong. Buka dikit dulu, terus lihat reaksi FPI. Kan gitu. Pihak kepolisian pun sudah memberikan petunjuk, apa saja bukti yang mereka punya. Pertama adalah rekaman suara (voice note) yang menggambarkan adanya perencanaan dari laskar FPI untuk menyerang polisi. Pihak FPI disebut sudah mengetahui bahwa pihak yang mengikuti mereka adalah polisi. Dan tetap saja, akhirnya laskar FPI itu tetap melakukan penyerangan terhadap aparat kepolisian. “Itu nyata dan tidak dikarang dan terdengar di dalam VN itu. Itu fakta-faktanya,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat Sumber.

Rekaman suara ini sudah ada yang beredar bebas dari media maupun di media sosial. Pastinya sudah beredar luas lewat WA grup dong. Apakah itu rekaman yang lengkap yang dimiliki oleh pihak kepolisian? Bisa jadi lengkap, bisa jadi belum lengkap kan? Bisa jadi masih ada bagian yang disimpan oleh pihak kepolisian. Bagian yang penting-penting.

Nah, yang kedua adalah rekaman CCTV. Dilansir mediaindonesia.com, pihak kepolisian juga sudah memiliki hasil rekaman CCTV di lokasi penyerangan. Rekaman itu sedang dipelajari dan tidak hanya dari satu kamera. Rencananya, rekaman CCTV ini akan diungkap hari ini Sumber. Saya juga lagi nunggu nih. Saya yakin pihak FPI juga panas dingin menunggu konferensi pers Polri hari ini. Kan sudah melempar narasi macem-macem. Narasi yang pasti akan dipatahkan oleh bukti-bukti lain yang sudah dimiliki oleh pihak kepolisian. Pastinya akan makin seru nih. Kita sama-sama menunggu rekaman CCTV ini ya.
POLRI Punya Banyak Bukti, FPI Hanya Modal Narasi!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/polri-punya-banyak-bukti-fpi-hanya-modal-narasi-s8Q4Dis4tm

Rakyat Sudah Cerdas, Semakin Ngotot Mengelak, FPI Ternyata Makin Terjepit

FPI terus melawan dan melakukan pembelaan habis-habisan terkait insiden penembakan terhadap 6 laskar pengawal Rizieq. Sehingga terjadi saling bantah antara polisi dengan FPI.

Kalau mau dipersingkat, sudah tidak ada yang percaya lagi dengan perkataan FPI. Dari dulu, mereka selalu membuat sensasi yang menimbulkan misteri yang tak terjawab. Anggap saja ingin menutupi jejak, tapi masyarakat sudah paham gerombolan ini bekerja.

Kita flashback sejenak. Biang keroknya adalah kepulangan Rizieq ke Indonesia. Kalau dia tidak pulang, tidak akan terjadi banyak masalah hingga sampai sebesar ini.

Kata kunci berikutnya adalah kerumunan. Bukan hanya satu kali saat penjemputan di Bandara Soekarno-Hatta, tapi juga kerumunan di Tebet dan Megamendung, lalu acara Maulid dan pernikahan di Petamburan.

Banyak yang protes dan gerah, seolah Rizieq dan FPI bisa seenaknya melanggar aturan. Dan satu per satu dipanggil oleh penyidik, termasuk Anies Baswedan.

Hasil penyelidikan ini akan memunculkan tersangka. Belum diketahui, tapi akan ada tersangka. Nah, pasti ada yang panik, kan?

Lucunya, saat akan dilakukan pemanggilan terhadap Rizieq, kejanggalan demi kejanggalan pun terjadi. Salah satunya saat mau dipanggil, alasannya kurang sehat. Kemudian beredar kabar dia dirawat di rumah sakit UMMI. Otomatis, orang mulai curiga.

Publik bertanya-tanya, apakah Rizieq sudah dites? Awalnya pengikut Rizieq mengatakan Rizieq negatif Covid-19. Kondisinya sehat-sehat saja. Lalu muncul surat hasil tes yang menyebut Rizieq positif Covid-19, dibantah FPI kalau itu adalah hoax. Tapi lucunya, mereka tidak mau tunjukkan hasil tes yang asli, dengan alasan takut dipolitisasi.

Tidak lama kemudian, Rizieq keluar dari rumah sakit dari pintu belakang, lewat gudang obat. Hebat yah? Hahaha.

Dari sini saja sudah jelas ada sesuatu yang janggal dan disembunyikan rapat-rapat.

Penyidik ingin melayangkan panggilan kedua kalinya, karena mangkir di panggilan pertama. Itu pun susah, karena dihadang, terpaksa kerahkan personel Brimob.

Ini membuktikan kalau Rizieq tidak ada itikad baik untuk kooperatif, kan?

Ketika Rizieq dijadwalkan hadir pada hari Senin pagi, terjadi insiden pada dini hari. 6 anggota pengawal ditembak mati karena menyerang polisi. 4 lainnya selamat dan berhasil kabur. Kelanjutannya, gampang ditebak, Rizieq disembunyikan dengan alasan keselamatan dan keamanan.

Dengan demikian, Rizieq tidak jadi hadir memenuhi panggilan polisi untuk kedua kalinya.

FPI berusaha membela diri dan memberikan bantahan yang berbeda. Statement mereka, bikin kepala saya pusing. Tapi logikanya tidak masuk di kepala saya. Coba cek artikel saya sebelumnya biar lebih jelas.

Yang terbaru, muncul rekaman yang semakin menyudutkan FPI. Tapi ada yang bilang bisa saja itu buatan. Orang ini tak paham sekarang ini zaman apa. Percakapan begini, bisa dengah mudah terlacak polisi. Tinggal direkam aja.

Selain mengejar 4 orang yang kabur, Polda Metro Jaya masih melakukan penyidikan terkait kasus ini. Mereka sedang menelusuri asal senjata api yang digunakan oleh pengawal Rizieq.

"Tentang senjata api itu masih kita selidiki, dan kita akan jelas sudah banyak senjata api kita akan cari tahu siapa pemiliknya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat.

"Penyidikan tidak selesai sampai di sini. Kita akan telusuri siapa pemilik senjata api, bagaimana cara memperolehnya dan lain sebagainya, dikaitkan yang terlibat di dalamnya dalam peristiwa tersebut," kata Tubagus.

Jadi silakan nilai sendiri mana penjelasan yang lebih bisa dipercaya. Apakah perkataan kelompok sebelah bisa dipercaya? Dari awal saja sudah banyak rahasia yang disembunyikan. Rizieq main petak umpet, disimpan dan disembunyikan rapat-rapat seolah emas berharga.

Padahal, Rizieq dipanggil sebatas saksi. Bukan tersangka. Tapi caranya mengelak dan bikin drama membuat masyarakat sadar. FPI mau ngelak gimana pun, masyarakat makin muak dan makin tidak percaya. Pada akhirnya FPI makin terjepit. Mereka mungkin akan bermain play victim, tapi makin tidak dapat simpati. Yang ada malah makin dihujat dan dicaci.

Tindakan mereka sudah kelewat batas. Tidak boleh ada ampunan lagi. Negara ini tidak boleh diobok-obok oleh sekelompok orang yang ingin mengacau dan merasa berkuasa dan ingin melangkahi aturan seenaknya. Kalau dipanggil aja banyak tetek bengek, ini tandanya menantang secara halus. Kalau menembak polisi itu menantang secara kasar.

Bagaimana menurut Anda?

Rakyat Sudah Cerdas, Semakin Ngotot Mengelak, FPI Ternyata Makin Terjepit

Sumber Utama : https://seword.com/politik/rakyat-sudah-cerdas-semakin-ngotot-mengelak-fpi-PQqOO5v93J

Menyikapi Tewasnya 6 Pengikut Rizieq

Tewasnya 6 pengikut Rizieq Shihab (RS) di tol menjadi pro kontra di tengah publik. Ada yang mengecam tindakan polisi yang menewaskan 6 pengikut RS. Sementara ada juga yang mendukung tindakan kepolisian.

Yang pro polisi menganggap bahwa tindakan menembak penyerang kepolisian adalah tindakan tegas. Apalagi jika penyerang itu menggunakan senjata api dan senjata tajam.

Kelompok ini sebenarnya terbagi dua. Yang satu mendukung kepolisian dengan alasan-alasan yang masuk akal, sesuai dengan fakta hukum, dan selama kepolisian bertindak dalam koridor hukum yang berlaku. Jadi mereka ini tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak suka terhadap suatu kelompok. Mereka murni mendukung penegakan hukum.

Yang satunya lagi mendukung kepolisian atas dasar rasa tidak suka terhadap RS dan pengikutnya. Walaupun mereka ini masih mengandalkan fakta-fakta hukum dan mengedepankan prosedur yang berlaku, tetapi lebih dari pada itu dukungan mereka lebih didorong oleh rasa tidak suka. Tidak entah karena tindak tanduk RS dan pengikutnya, entah karena perbedaan politis dan sosial.

Sementara itu, yang kontra menganggap kepolisian bertindak semen-mena. Bahkan ada yang mengatakan tindakan kepolisian itu adalah pembunuhan terhadap rakyat biasa dan tidak bisa dibenarkan.

Kelompok ini sedikit berbeda, terdiri dari tiga jenis.  

Pertama, pengikut dan simpatisan RS. Mereka punya kronologi kejadian tersendiri selain 6 orang yang tewas itu adalah anggota kelompok sendiri. Sudah menjadi kebiasaan kelompok ini untuk membela anggota kelompoknya apa pun fakta hukum yang ada bahwa mereka di pihak yang benar. Pokoknya mereka selalu benar.

Demikian juga dengan kejadian ini. Mereka melakukan konferensi pers bahwa anggota mereka disekap, diculik dan diserang orang tak dikenal. Sangat berbeda dengan kronologi kejadian yang disampaikan kepolisian. Siapa yang benar, mereka pasti mengatakan merekalah yang benar sekalipun faktanya 6 orang yang disebut disekap itu sudah tidak bernyawa lagi.

Kedua, politisi oposisi yang mencoba menabung pundi-pundi suara dari kelompok RS. Mereka ini menganggap bahwa Tewasnya 6 orang tersebut adalah pembunuhan terhadap warga sipil. Bagi mereka, tidak seharusnya ada korban jiwa. Polisi seharusnya mampu menghadapi penyerang tanpa harus menembak sampai mati.

Ketiga, SJW dan kelompok hamburger. Seperti biasa, mereka ini akan selalu berada berlawanan dengan kepolisian dengan mencoba mencari celah kelemahan kepolisian. Bagi mereka, tidak ada alasan apa pun yang pantas polisi melakukan penembakan sampai menewaskan pelaku penyerang. Misalnya, kenapa polisi bukannya melumpuhkan saja, malah menembak mati? Apakah barang bukti dapat dipertanggungjawabkan atau tidak? Dan lain sebagainya.

Bagaimana seharusnya publik menyikapi peristiwa ini? Pertama, kedepankan prosedur hukum yang berlaku. Kalau tidak yakin dengan fakta dan bukti hukum dari kepolisian, ada lembaga lain yang mengawal proses hukumnya. Yang perlu kita ketahui, sudah terbukti kepolisian tidak pernah menindak pelaku penyerangan aparat tanpa ada alasan yang krusial. Kalaupun ada kesalahan kepolisian, selama ini kita lihat diproses hukum sebagaimana mestinya. Apalagi kalau berhadapan dengan kelompok RS, terlalu berbahaya citra kepolisian kalau sampai merekayasa kasus hukum. Bisa-bisa kepolisian jadi bulan-bulanan sepanjang abad.

Mendorong kepolisian untuk melakukan proses hukum terhadap kejadian ini. Polisi harus mempertanggung jawabkan kematian 6 orang pengikut RS. Misalnya, senjata api milik siapa? Pelurunya dapat dari mana? Apa yang terjadi sampai tembak mati di tempat? Penyerangan seperti apa yang dilakukan sampai tembak mati?

Adalah sangat tidak dapat diterima jika tindakan itu atas dasar kesalahan atau kesewenang-wenangan polisi. Akan sangat berbahaya. Jangan-jangan saya dan Anda adalah korban penembakan berikutnya?

Kedua, mengedepankan rasa kemanusiaan. Nyawa 6 pengikut RS itu tetap berharga sebagai manusia. Sekalipun Anda mungkin tidak suka dengan kelompok tersebut, janganlah kiranya kita seolah berbahagia sekali atas kematian mereka. Kita harus tetap mendorong kepolisian untuk membuktikan apakah kematian 6 orang tersebut akibat dari ulah mereka sendiri atau kelalaian kepolisian. Jangan sampai karena kebencian terhadap orang lain, kita melupakan kemanusiaan.

Ketiga, tetap tenang dan sabar menunggu proses hukum. Saya sendiri masih menunggu hasil dari proses ini. Semuanya harus jelas. Masih banyak juga pertanyaan yang belum polisi jawab. Dan masih banyak juga bukti-bukti yang harus polisi berikan ke publik untuk menjadikan semuanya jelas. Jangan terlalu bergembira bagi yang pro kepolisian dan jangan terlalu gampang menganggap 6 orang tersebut sebagai syuhada bagi yang kontra kepolisian.

Menyikapi Tewasnya 6 Pengikut Rizieq

Sumber Utama : https://seword.com/umum/menyikapi-tewasnya-6-pengikut-rizieq-yTLGqf4veI

FPI Mendapatkan Perangnya?

Bukan FPI kalau tidak pandai ngeles. Apapun itu, jika dirasa merugikan pihak mereka, akan mereka pelintir dengan tujuan memengaruhi opini massa, dan mengharapkan publik akan mendukung mereka.

Namun nama dan sosok ormas tak berizin ini sudah sedemikian minus di mata publik. Kalaupun ada yang percaya, itu hanya sebatas simpatisan yang bisa digerakkan untuk ngumpul bareng, melakukan aksi demo atau reuni, dan yang terakhir menjemput imam besar mereka di bandara.

Peristiwa terbaru adalah soal tewasnya enam anggota ormas ini di jalan tol Cikampek pada dini hari Senin 7 Desember 2020, karena bentrok dengan petugas yang sedang berpatroli. Menurut keterangan polisi, kawanan ini menyerang dan membahayakan keselamatan petugas. Tak ada opsi lain, petugas pun melepaskan tembakan. Enam orang ambruk dan tewas, empat lainnya melarikan diri.

Soal tewasnya enam orang anggota mereka di ujung senjata aparat pun tak luput dari upaya pelintiran, seperti dengan mengatakan bahwa polisi yang lebih dahulu menyerang. Cerita pun dikarang sedemikian rupa supaya masyarakat luas terbuai.

Menurut Munarman, petinggi FPI, pada subuh itu rombongan keluarga Habib Rizieq berangkat dari Sentul, hendak menuju tempat acara pengajian keluarga subuh. Bersama rombongan imam besar itu turut juga cucu yang masih orok. Dan di kilometer 50 mereka diserang yang menyebabkan tewasnya enam orang pengawal rombongan.

Demikian garis besar dugaan pemelintiran itu. Tapi masyarakat pasti bertanya-tanya, untuk apa sekeluarga tengah malam hingga subuh berkeluyuran sambil membawa-bawa bayi? Apalagi saat itu Rizieq katanya sedang kurang sehat dan perlu istirahat. Dan yang perlu dicatat adalah bahwa hari itu adalah jadwal pemeriksaan Rizieq Shihab oleh pihak kepolisian setelah sekian kali yang bersangkutan mangkir dari pemanggilan.

Sementara menurut keterangan polisi yang didukung pula oleh banyak hal seperti rekaman CCTV di sepanjang Jalan Cikampek dan voice note atau rekaman percakapan antar-anggota ormas itu, justru gerombolan itulah yang memulai perseteruan itu. Sedangkan polisi kan memang tugasnya untuk mengamankan segala sesuatu supaya situasi kondusif.

Pada hari pemeriksaan Rizieq Shihab itu, polisi memang harus melakukan antisipasi dini, karena disebut-sebut bahwa massa Rizieq akan memenuhi Polda Metro Jaya untuk "mengawal" junjungan mereka yang akan dijemput oleh pihak kepolisian.

Itulah sebabnya petugas yang berpatroli di ruas jalan tol Cikampek itu lalu mengamati serombongan kendaraan yang diperkirakan sebagai pengikut Rizieq yang sedang menuju Jakarta. Namun menurut polisi, yang diperkuat beberapa bukti, gerombolan ituw yang mulai menyerang. Merasa terancam, petugas pun melumpuhkan penyerang. Enam tewas, empat melarikan diri.

Tentu saja kita lebih percaya pada pihak kepolisian, apalagi kemudian mereka memperlihatkan sejumlah bukti yang diangkut bersama korban itu. Barang bukti itu adalah celurit, samurai, dua pucuk pistol.

Keberadan pistol ini pun dimanfaatkan Munarman untuk mengeles dengan kata-kata bahwa FPI tidak punya akses ke senjata api. Tapi dia tidak berkomentar tentang senjata tajam lainnya. Kepalang tanggung, kenapa dia tidak sekalian membantah soal keberadaan senjata tajam itu sebagai milik anggotanya?

Dalam undang-undang sudah jelas bahwa orang yang kedapatan membawa membawa senjata tajam tanpa izin itu suatu pelanggaran berat. Lalu untuk apa kawanan itu membawa-bawa senjata tajam yang wujudnya saja sudah mengerikan itu?

Kalau rombongan itu tidak punya niat lain, selain mengawal junjungannya yang hendak menuju tempat acara keagamaan, untuk apa melengkapi diri dengan senjata tajam berupa celurit dan samurai? Apalagi yang dikawal, katanya seorang adalah seorang ulama, pemuka agama yang tugas dan kewajibannya menyerukan damai dan kasih di antara sesama manusia.

Maka sangat layak dipertanyakan apakah seorang ulama perlu dikawal sedemikian rupa, padahal secara logika, orang baik tidak memiliki musuh atau lawan? Orang baik, yang dikenal suka menyebarkan damai dan rahmat ke seluruh alam, pasti tidak akan punya musuh. Jiwanya tidak akan pernah terancam. Sebab orang semacam ini selalu dalam lindungan Tuhan, Kalaupun akhirnya sesuatu menimpa dirinya, maka sebagai orang yang beragama, pasti yakin bahwa dirinya akan diterima di surga.

Tapi ketika ada ulama yang merasa perlu dikawal sedemikian ketat oleh pengawal yang dilengkapi senjata api dan senjata tajam, kita lantas bertanya-tanya ada apa gerangan? Apakah orang ini benar-benar ulama sejati, yang tugasnya menyebarkan kedamaian untuk seluruh orang? Kalau iya, untuk apa dikawal dengan senjata, sementara kondisi negeri pun tidak dalam kondisi perang?

Bicara soal perang, kita pun pasti teringat dengan beberapa statemen yang pernah terlontar dari mulut Sobri Lubis, ketua umum FPI. Yang terbaru, ketika berlangsung pembakaran poster Rizieq Shihab di depan Gedung DPR/MPR oleh sekelompok massa menolak khilafah, Sobri Lubis merespons keras dengan seruan perang. “Kita siap perang, perang dimulai,” kata Sobri Lubis, Senin (28/7/2020).

Orang atau organisasi yang merasa sudah siap berperang, tentu saja sudah memiliki persiapan. Selain massa atau pasukan, tentu saja peralatan berupa senjata. Dan senjata yang umum digunakan itu berupa senjata tajam dalam berbagai jenisnya. Dan yang tak boleh diabaikan adalah senjata api berupa pistol.

Nah, dalam aksi penyerangan terhadap petugas itu, ditemukan dua pucuk senjata api dan senjata tajam. Tapi pihak FPI lewat Munarman membantah soal kepemilikan senjata api tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki akses senjata api.

Sudah terlalu banyak hal yang dipelintir oleh kelompok ini. Entah siapa orang yang masih percaya pada omongan mereka. Para petugas jangan pernah lengah dan lalai dengan manuver gerombolan yang sudah terbiasa melakukan segala cara untuk meraih tujuan. Maka ini saat yang tepat untuk memerangi habis mereka.

FPI Mendapatkan Perangnya?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/perang-terhadap-radikalis-dimulai-MSkazltqHT

Rizieq Tak Mau Temui Petugas Polisi, Khawatir Positif Covid?

Entah karena depresi atau barangkali panik, HRS menolak menemui pejabat Kepolisian yang menemuinya di rumah. Hal ini terjadi Sabtu malam tanggal 21 Nopember 2020, hal mana petugas ingin memastikan kondisi sang Imam sehingga mengharuskan yang bersangkutan bertandang ke rumah pribadinya. Article

Kondisi kesehatan HRS tak pelak telah menimbulkan spekulasi, apakah dia hanya sakit biasa atau lebih parah dari itu? Kita tahu agenda kegiatan sang pemimpin demikian padat, bahkan sejak turun dari pesawat yang membawanya dari Arab Saudi, para penyambut bagaikan bergelombang bahkan sampai membuat kawasan bandara lumpuh total.

Sebagaimana disanggupi oleh penerima tamu, keluarga siap melakukan swab test seperti yang disarankan. Namun tampaknya ada keengganan dari pihak mereka, tentu saja alasannya sangat politis. Bayangkan saja, jika sang habib nanti melakukan tes usap, lalu hasilnya tidak memuaskan dan terbukti terpapar covid19, betapa runtuhnya kredibilitas dia sebagai orang nomor satu di FPI.

Analisis awal, rasanya sulit bagi Rizieq untuk meluluskan usulan petugas keamanan, meskipun hasil pemeriksaan kepada pengunjung yang mengikuti ceramahnya di beberapa tempat, menunjukkan kenyataan yang membuatnya tersudut.

Dapat kita bayangkan betapa akan hebohnya jagat nusantara, seandainya HRS dinyatakan positif covid. Barangkali di kalangan pendukung sang habib, akan terjadi penurunan moril dan semangat mereka, karena ikon yang sangat mereka junjung akhirnya tumbang juga.

Di samping pertimbangan politis, kalau saja HRS diketahui positif terpapar covid, akan merugikan banyak pihak secara finansial. Sang bandar yang membiayai kepulangannya ke tanah air, niscaya tak suka dengan situasi yang sangat mengkhawatirkan itu. Maka satu-satunya cara menghindari kesan terburuk, HRS harus menyembunyikan diri, terlepas apakah dia segar bugar, atau memang sedang sakit.

Kalaupun dia ternyata tidak sakit, ada situasi yang tidak menguntungkan di luar sana. Pemanggilan pihak keamanan yang tentu sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan dalam rangka klarifikasi, akan membuatnya semakin tersudut.

Situasinya serba dilematis bagi HRS, maka kalimat yang keluar dari perwakilan, adalah alasan sedang beristirahat, sehingga sang imam tidak bersedia menemui petugas yang datang.

Dugaan liar pun tentu akan bermunculan, bahwa imam besar itu sedang ciut menghadapi perkembangan terakhir, terbukti Panglima Kodam mengejutkannya dan bahkan mendapat dukungan dari Kapolda Metrojaya. Barangkali ada shock therapy yang berhasil membuat HRS mengalami penurunan moril.

Pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, dalam sebuah wawancara televisi ditanya tentang kewenangan militer untuk menertibkan baliho. Jawabannya cukup telak, menurut undang-undang pertahanan, kewenangan militer cukup luas, termasuk membantu Pemda menjaga ketertiban dan kebersihan di setiap wilayah. Kesimpulannya, penertiban baliho yang tidak mudah dilakukan oleh petugas Satpol PP, termasuk dalam lingkup kewenangan militer.

Sangat menggelikan jika kita mencermati pernyataan seorang anggota Komisi II yang membawahi pertahanan, tak lain adalah Fadli Zon, bahwa penertiban baliho oleh militer benar-benar mencederai demokrasi. Pertanyaannya, kalau tidak dilakukan oleh militer, apakah tugas Satpol PP yang selalu dirongrong oleh laskar pendukung Rizieq itu, bisa diwakili oleh Fadli Zon sendiri?

Menjadi catatan penting bagi publik, seandainya petugas Pemda atau Pemprov, yang berwenang menertibkan baliho, namun selalu dihalang-halangi oleh kelompok liar, tentu akan menurunkan wibawa pemerintah secara keseluruhan. Tugas militer lah yang mampu memback up sehingga penertiban itu bisa dijalankan dengan lancar.

Sama lucunya dengan Fadli Zon, mantan Panglima TNI yang seharusnya memahami bunyi undang-undang pertahanan dari kalimat awal hingga akhir, ternyata sama zonk-nya. Bahkan lebih keji lagi, Gatot Nurmantyo menyebut Pimpinan TNI yang masuk ke wilayah sipil, sebagaimana dilakukan Pangdam Jaya, adalah pengkhianat TNI.

Namun tentu saja pihak militer maupun Polda akan mendapat dukungan jauh lebih luas dibanding serangan verbal dari segelintir oknum. Ibarat anjing menggonggong, kafilah berlalu, demikianlah sikap yang harus ditunjukkan oleh para pemilik otoritas keamanan. Gatot Nurmantyo ataupun Fadli Zon, yang notabene menyandang predikat mentereng, ternyata isi kepalanya tak lebih dari pengais receh di jalanan, wawasannya benar-benar nol.

Jika situasi sudah masuk kategori mengancam, siapa pun yang merasa menjadi bagian dari NKRI, harus bangkit bersatu untuk menetralisir keadaan. Apa lagi bagi militer yang tugasnya memang untuk mempertahankan NKRI secara institusional.

Rizieq Tak Mau Temui Petugas Polisi, Khawatir Positif Covid?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/rizieq-tak-mau-temui-petugas-polisi-khawatir-wmCyEYzxmA

Sotoy, Sebut “Ekstra Judicial Killing”, FPI Kurang Gaul

Sotoy, Munarman Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) mengatakan insiden bentrok dengan polisi pada subuh Senin, 7 Desember sebagai extra judicial killing atau pembantaian.

"Itu adalah pembantaian, dalam bahasa hak asasi manusia itu disebut extra judicial killing," kata Munarman saat konferensi pers di Markas FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Senin (7/12). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Hahahaha….pembantaian? Weleh…weleh…,bahkan menurut Munarman harus ada yang bertanggungjawab atas kejadian tersebut?

Ehhhmmm…sebenarnya sih, kalau bicara tanggungjawab, yah harusnya Rizieq Shihab dong yang bertanggungjawab. Simpel saja, kalau Rizieq tidak mempersulit diri, langsung memenuhi panggilan Polda Metro Jaya, maka tidak perlu Polisi memantau gerak-gerik Rizieq selama ini.

Dikatakan oleh Irjen Fadil Imran Kapolda Metro Jaya, bahwa laskar khusus yang menyerang polisi ini adalah yang selama ini mempersulit penyidikan.

"Laskar khusus yang selama ini menghalang-halangi proses penyidikan," ucap Fadil di Polda Metro Jaya, Senin (7/12). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Jejak digital mencatat lengkap, kelakuan “ulama berakhlak” yang tidak menunjukkan akhlaknya ini. Menolak lupa, Rizieq khan pernah kabur umroh di Saudi ketika kasus chat pornografinya diusut. Kemudian, sekembalinya setelah “diusir” Saudi, beberapa kali ketahuan Rizieq kabur dari kewajibannya memenuhi panggilan polisi dalam kaitannya kasus kerumunan. Mikir deh, jika mengaku dirinya ulama yang berakhlak, apakah seperti ini pantas disebut akhlak? Bukannya berani bertanggungjawab juga bagian dari akhlak?

Kembali kepada istilah bombastis FPI, pembantaian atau extra judicial killing. Heheh...baper banget itu istilahnya! Padahal jika mengacu kepada bukti voice note dan CCTV yang dimiliki kepolisian, maka cerita akan berbeda. Mikirlah, ada urusan apa mobil polisi dipepet? Kalau polisi jelas membuntuti Rizieq untuk memastikan tidak hilang seperti Toyib. Sekarang, tinggal kembali kepada orang yang waras saja, percaya karena mendengarkan versi cerita atau percaya karena ada buktinya. Nah, apakah FPI punya bukti? Mikir!

Sebagai tambahan ilmu juga yah, bahwa yang dilakukan pihak kepolisian bukanlah pelanggaran, dan bukan juga kejahatan! Paham?

Menurut Amnesty International Indonesia (AII), tindakan kepolisian ini berpotensi sebagai unlawful killing, alias pembunuhan yang terjadi di luar hukum.

"Polisi seharusnya hanya dibolehkan untuk menggunakan kekuatan atau kekerasan, terutama dengan senjata api, sebagai upaya terakhir. Itu pun harus merupakan situasi luar biasa untuk melindungi keselamatan dirinya dan atau orang lain. Jika tidak, maka tindakan itu bisa tergolong unlawful killing," kata Direktur Eksekutif AII Usman Hamid melalui keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (7/12). Dikutip dari: cnnindonesia.com

Dilansir dari cnnindonesia.com dikatakan peraturan Polisi tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian Nomor 1 Tahun 2009 juga berisi bunyi yang menyatakan bahwa penggunaan senjata api hanya diperbolehkan jika sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa manusia dan penggunaan kekuatan secara umum harus diatur dengan prinsip-prinsip legalitas, kebutuhan, proporsionalitas, kewajaran dan mengutamakan tindakan pencegahan.

Lebaynya bahasa FPI mengatakan 6 tewas sebagai pembantaian. Sekarang, mari dengar pendapat mantan komisioner Kompolnas, Irjen (Purn) Bekto Suprapto bahwa polisi juga dapat melakukan tembakan tanpa tembakan peringatan jika di kondisi ekstrem

"Dalam keadaan ekstrem dan membahayakan nyawa anggota, menggunakan senjata api tidak perlu dengan peringatan dan langsung tembak, sudah sesuai Prinsip HAM PBB bagi penegak hukum dan berlaku di seluruh dunia," kata Bekto. Dikutip dari: detik.com

Hehehe…kesimpulannya, nggak perlulah FPI memainkan narasi kebodohan lagi. Berpikir warasnya saja, untuk apa kepolisian melakukan penyerangan, kalau bukan kondisi terpaksa membela diri.

Harus diingat juga, polisi itu aparat negara yang segala gerakkannya dilakukan atas dasar hukum. Kewajiban polisi untuk membela dan menegakkan hukum di negeri ini. Artinya, insiden di jalan tol sangat bisa dipertanggungjawabkan oleh kepolisian atas nama hukum. Berbanding bak langit dan dasar sumur dengan laskar FPI yang melawan hukum karena menyerang aparat, dan memiliki senjata illegal.

Terserah FPI teriak senjata tersebut bukan miliknya. Kenyataannya, senjata api dan senjata tajam itu dipakai untuk menyerang polisi. Itu faktanya, dan sangat bisa dilihat di CCTV ataupun berdasarkan voice note.

Ngerti yah sekarang. Patuhilah hukum di negeri ini supaya nggak gagal paham terus. Jadi, kalau mau minta tanggungjawab, silahkan minta ke HRS saja.

Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201207174707-12-579047/munarman-fpi-soal-6-laskar-tewas-itu-extra-judicial-killing https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201207194415-12-579096/amnesty-polisi-tembak-6-laskar-bisa-jadi-unlawful-killing https://news.detik.com/berita/d-5285839/tembakan-tanpa-peringatan-di-saat-ekstrem-dinilai-boleh-dalam-prinsip-ham-pbb

Ilustrasi: Imgur

Sotoy, Sebut “Ekstra Judicial Killing”, FPI Kurang Gaul

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sotoy-sebut-ekstra-judicial-killing-fpi-kurang-WJJhq6sXzU

Dulu FPI Persetan HAM dan Tai Kucing HAM, Sekarang Lapor Komnas HAM

Seru sekali membaca berita penembakan 6 laskar FPI oleh kepolisian, sampai keluar dua versi cerita yang berbeda antara kepolisian dan FPI. Di sini penulis tidak akan membuat dulu kesimpulan versi siapa yang benar, walaupun sudah memiliki keyakinan siapa yang benar, tapi penulis tidak ingin memyimpulkan terlalu dini hanya untuk mempengaruhi pendapat publik.

Penulis yakin publik sudah pintar dan bisa menilai semuanya. Kebenaran akan terbuka dengan sendirinya, karena penulis percaya pada pepatah "biarkanlah pembual terus membual, hingga menyangkal bualannya sendiri". Kebenaran yang sejati adalah kebenaran yang konsisten.

Berbicara konsistensi, andaikan benar anggota FPI menyerang kepolisian, maka penulis tidak kaget. 

Pertama, FPI sudah berani melakukan pengusiran ketika polisi mengirimkan surat panggilan kepada Bibib. Kedua, FPI sudah menyerukan seruan jihad lewan adzan yang diubah dan dilakukan oleh murid ideologis Bahar Smith bernama Habib Rehan Al Qadri.

Ketiga, jejak digital FPI membuktikan kalau bagi mereka membunuh tidak salah jika yang dibunuh adalah yang mereka anggap musuh. Salah satu jejak digital yang penulis temukan adalah Fatwa Wakil Ketua FPI terkait Ahmadiyah. Silakan tonton videonya di sumber berikut ini.

Di sana dengan jelas wakil ketua FPI berkata kalau halal membunuh Ahmadiyah. Bukan cuma halal melainkan sudah holol katanya. Lalu beliau juga melanjutkan dengan perkataan persetan dengan HAM dan tai kucing soal HAM.

Dari ketiga fakta di atas, semuanya konsisten sambung menyambung menjadi satu. Itulah kebenaran sejati, kebenaran yang konsisten!! Jika penulis atau siapapun yang bercerita namun tidak konsisten, maka jangan pernah dengarkan!!

Ketiga fakta di atas belum ditambahkan dengan perkataan Tengku Zulkarnaen yang berkata "membunuh atau dibunuh itu kesenangan kami".

Penulis masih berfikiran baik bahwa Tengku Zulkarnaen tidak terlibat dalam kasus ini. Tapi bagi yang mau melihat video ucapan Tengku Zulkarnaen tersebut, silakan klik sumber berikut ini..

Di akhir sumber tersebut ada video yang mengarah ke youtube, dan di video youtube tersebut ucapan Tengku Zulkarnaen ada di sekitar menit ke 2 dan menit ke 3.

Setelah penulis membahas soal contoh pernyataan-pernyataan yang konsisten. Maka saatnya sekarang penulis membahas soal contoh pernyataan yang tidak konsisten.

Sebelumnya penulis sudah jelaskan bahwa sebelumnya FPI lewat wakil ketuanya mengatakan bahwa persetan dan tai kucing dengan HAM. Ucapan wakil ketua FPI diamini oleh jemaat yang datang saat itu dan berteriak dengan nyaring ketika mendengar ucapan wakil ketua FPI.

Lalu sekarang setelah terjadi penembakan terhadap 6 orang anggota FPI mereka teriak-teriak soal HAM dan meminta bantuan komnas HAM? Berikut pernyataan juru bicara FPI Munarman, dilansir dari inews.com :

"Penjahat sekalipun tidak dibenarkan dengan ekstra jucial killing seperti itu. Ini pelanggaran HAM berat mereka yang melakukan proses pembunuhan di luar hukum," ujar Munarman dalam konferensi pers DPP FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, Senin (7/12/2020).

Komentar penulis : menembak mati seseorang terduga pelaku tindak pidana dapat dibenarkan apabila dilakukan dalam rangka menjalankan tugas (ex: penangkapan) dan dilakukan dalam keadaan terpaksa atau pembelaan terpaksa.

Pembelaan terpaksa tersebut harus sesuai Pasal 49 KUHP, yaitu pembelaan terpaksa tersebut dilakukan untuk diri sendiri maupun orang lain, kehormataan kesusilaan, atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum. Sumber.

Secara hukum maka silakan FPI membuktikan di pegadilan kalau anggotanya tidak berusaha menembak dan membahayakan keselamatan polisi. Membawa senjata api dan senjata tajam, lalu menyerang polisi maka bisa dikenakan UU Terorisme.

Silakan saja untuk proses hukum penulis tidak akan terlalu mencampuri, adu bukti saja biar tidak ada dusta diantara kita. Tapi bagi penulis sangat menggelikan ketika ada kelompok yang teriak-teriak persetan HAM, tapi sekarang mewek-mewek mengadu ke komnas HAM.

Apalagi HAM ini adalah produk penemuan dari orang-orang yang sering dianggap kafir oleh FPI. Terakhir, bukankah katanya mau jihad, kok dibantu dalam berjihad malah teriak-teriak HAM?

Ini adalah bukti FPI tidak konsisten, dan konsistensi ini bagi penulis sangat penting, karena kebenaran sejati adalah kebenaran yang konsisten.

Masih banyak sebenarnya ucapan tidak konsisten Munarman ini, tapi karena fokus artikel kali ini adalah masalah HAM, maka penulis cukupkan dulu sampai di sini sambil menunggu perkembangan selanjutnya.

Begitulah Kura-Kura.

Sumber : https://www.inews.id/news/nasional/fpi-akan-lapor-komnas-ham-usut-penembakan-pendukung-habib-rizieq

Dulu FPI Persetan HAM dan Tai Kucing HAM, Sekarang Lapor Komnas HAM

Sumber Utama : https://seword.com/politik/dulu-fpi-persetan-ham-dan-tai-kucing-ham-sekarang-HKa7XFgVnU

Hikss…hiks…Ada Voice Note dan CCTV, FPI Tak Bisa Berdusta

Dodol…dodol… kepojok ketahuan bohong, ketahuan mau ngabur, dan ketahuan segalanya, masih saja FPI ngeles nggak ngaku. Kocaknya lagi, halu merasa dalam beberapa hari ini ada yang mengintai HRS. Hehhe..apakah maksudnya, mau mengatakan 10 orang yang menyerang Polisi berujung kematian 6 orang itu nggak dikenal mereka? Hehehhe…nggak kenal kok mau dijemput jenazahnya.

"Jadi pertama-tama saya mau sampaikan bahwa kami--sebelum ada pengumuman dari pihak Polda yang tadi itu pun kita dapatnya dari televisi--sebelum kita mendengarkan dari pihak Polda itu kita masih menganggap keenamnya dalam status hilang. Makanya pernyataan kita pertama keluar itu adalah pernyataan statusnya dalam keadaan hilang kita sebutkan, karena itu pernyataan dibuat pagi hari sebelum kita mendengar kabar bahwa keenamnya sudah syahid," jelas Sekretaris Umum Front Pembela Islam (Sekum FPI) Munarman dalam konferensi pers di Sekretariat FPI, Jl Petamburan III, Jakarta Pusat, sore tadi.

Iya…iya…terserah deh, mau ngarang bebas bagaimana, yang pasti FPI kalah start karena Kepolisian sudah duluan membuat pernyataan. Heheh… Tetapi, intinya juga Kepolisian punya bukti kuat kalau aksi penyerangan subuh tadi berasal dari laskar FPI! Catat!

Gokil memang kalau orang sudah mulai ribet dengan kebohongannya sendiri. Seperti para pemuja HRS, halu merasa ada yang mengintai. Wait! Mari kita luruskan bahwa perasaan ada yang mengintai itu bukan gaib yah. Tetapi, sangat mungkin karena ketakutannya sendiri! Takut dikejar dosa, karena kebanyakan ngarang dan lari dari tanggungjawab!

Nah, kalau yang kejadian subuh tadi itu, Polisi bukannya kurang kerjaan mengintai HRS, tetapi karena ada berita akan ada pengerahan massa saat yang seharusnya Senin, 7 Desember 2020 pukul 10.00 WIB HRS datang memenuhi panggilan Polda Metro Jaya.

Mikir deh, ngapain subuh-subuh serombongan, dan (maaf) hingga katanya ada balita segala ngendap-ngendap meninggalkan rumah? Iya, pembelaannya ada pengajian internal keluarga. Nah, heran dong, katanya lagi sakit makanya nggak bisa kasih jawaban hadir atau tidaknya memenuhi panggilan. Tapi kok kelayapan subuh-subuh pula? Terus, ngapain juga sampai sebegitunya ada pasukan khusus yang menjaga? Mau tamasya yah?

Mau ngeles, bukan pihak laskar khususnya yang menyerang Polisi? Hahah…hari gini, semua dengan mudahnya bisa dilacak kawan! Tuh, bukti pertama yang jelas sudah diketahui masyarakat adalah voice note berdurasi kurang lebih 19 menit.

Yup, seperti yang dikatakan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat bahwa rombongan simpatisan HRS sudah menyadari ada mobil polisi yang mengikuti. Ini terbukti dari voice note yang transkripnya sudah beredar di media. Link: https://www.liputan6.com/news/read/4427844/berikut-rekaman-lengkap-percakapan-diduga-pengikut-rizieq-shihab

"Dari voice note yang nanti mungkin ada di antara barang bukti yang sudah kita angkat, itu nyata sekali bagaimana perencanaannya, bagaimana yang bersangkutan sudah tahu itu mobil polisi, kemudian bagaimana dipancing, dan dipepet," kata Tubagus di Polda Metro Jaya, Senin (7/12/2020) sore. Dikutip dari: kompas.com

Apa sih voice note?

Supaya makin pintar yah untuk pemuja HRS, voice note itu fitur yang ada di aplikasi WhatsApp yang memungkinkan mengirimkan pesan dengan menggunakan suara. Seperti juga mengirim pesan tertulis, maka voice note juga menampilkan nama pengirim dan garis berisi pesan suara, tinggal di klik saja. Nah, artinya nggak mungkin dong Polisi bersandiwara atau halu seperti kebiasaan FPI.

Selain voice note, Kepolisian juga mempunyai CCTV terkait pengintaian di Tol Jakarta-Cikampek.

"(Bukti CCTV) ada, ini kan lagi kita bongkar. CCTV ada beberapa tapi masih dikumpulkan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus saat dihubungi wartawan, Senin (7/12/2020). Dikutip dari: detik.com

Paham yah untuk FPI, sebaiknya jangan ada dusta diantara kitalah. Ujungnya jadi terlihat kebangetan konyol!

Selain voice note dan CCTV mari juga kita bermain logika, ngapain sebenarnya HRS tadi subuh? Inilah beberapa fakta ternyata ada yang coba-coba main api, yaitu:

  1. Jadwal pemanggilan HRS, Senin 7 Desember
  2. Jika berniat pergi ke pengajian, ngapain juga menyerang Polisi
  3. Sembilan mobil pengikut HRS, diikuti oleh 1 mobil Kepolisian, terus nyerang gitu Polisinya?
  4. Penyerangan Polisi dilakukan dengan senjata api dan senjata tajam. Sementara FPI ngakunya pasukannya tidak memiliki senjata. Tetapi, terbukti 6 jenazah di RS Polri akan dijemput oleh FPI. Mikir, nyambung nggak?

Wokeh, bagaimana kira-kira? Enam pemain sudah menemui bidadarinya. Lalu, bagaimana kelanjutan episode sinetron kejar tayang FPI berikutnya. Mudah-mudahan sih tidak berakhir antiklimaks, seperti Toyib yang nggak pulang 3 kali lebaran. Wkwkwk…

Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy

Sumber https://news.detik.com/berita/d-5285795/fpi-hendak-ke-rs-polri-jemput-jenazah-6-pengikut-habib-rizieq https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/07/19152471/polda-metro-ada-bukti-laskar-fpi-sudah-tahu-diikuti-polisi-lalu-menyerang https://news.detik.com/berita/d-5285815/soal-penembakan-pengikut-hrs-di-tol-polisi-cctv-lagi-kita-bongkar?tag_from=news_beritaTerkait

Ilustrasi: Imgur

Hikss…hiks…Ada Voice Note dan CCTV, FPI Tak Bisa Berdusta

Sumber Utama : https://seword.com/politik/hiksshiksada-voice-note-dan-cctv-fpi-tak-bisa-aW5LCVnVyO

Takbir! Bravo Kapolri dan Polri, Pasca Sikat 6 Laskar Khusus FPI, Kini Giliran Jumbo?

Kabar kematian para pengikut FPI di jalan tol dini hari membuka harapan baru untuk pembasmian ormas preman di negeri ini. Nyatanya mereka bukanlah ormas bergama dan berakhlak, tapi sekelompok preman brutal dengan embel-embel islam. Kalau tidak percaya, kenapa ditemukan 2 pistol dan beberapa senjata tajam termasuk pedang. Begitu mengerikannya pengawal si jumbo hingga memiliki senjata berbahaya yang tak patut dimiliki masyarakat sipil.

Alih-alih memenuhi panggilan polisi secara kesatria, si buron cabul lebih memilih menumbalkan para pengikutnya. Begitulah kalau orang sudah dicuci otaknya, di saat pemimpinnya enak-enakan pesta dan menikahkan anaknya, mereka malah mati tragis di jalanan. Kalau saat kematian bisa direkam, pasti kini mereka tengah berteriak kesakitan atas siksaan malaikat. Perbuatan melawan aparat dan mati dalam keadaan dibunuh sebagai musuh negara benar-benar menjadi siksa kubur bagi mereka. Tak ada bidadari surga seperti yang dijanjikan buron cabul.

Sebaliknya jika dalam bentrok aparat dan TNI yang jatuh korban dari pihak aparat, maka jelas mereka mati syahid karena menjaga keamanan negara. Merekalah yang berani menegakkan hukum pada kelompok preman yang menjual agama. Tak peduli laskar khusus atau badan intel FPI seperti yang diungkap @digeeembok, para aparat sudah menunjukkan nyalinya yang tak main-main. Kali ini kita harus mengapresiasi setinggi-tingginya kinerja Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan anggota Polri lain yang bertugas di lapangan.

Seperti diberitakan beritasatu.com, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Fadil Imran mengungkapkan, enam orang diduga pengikut petinggi FPI Muhammad Rizieq Syihab yang tewas ditembak polisi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, merupakan laskar khusus yang menghalangi petugas melakukan penyelidikan dan penyidikan.

"Jadi dari hasil penyelidikan awal, kelompok yang menyerang anggota ini identitasnya sebagai laskar khusus yang selama ini menghalang-halangi proses penyelidikan," ujar Fadil, di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/12/2020).

Dikatakan Fadil, tidak ada anggota yang terluka dalam peristiwa itu. Petugas hanya mengalami kerugian materi, mobil rusak dipepet dan ditembak kelompok penyerang itu.

"Asli (senjata apinya). Ini sudah ada tiga (peluru) yang ditembakkan," ungkapnya.

Sebelumnya diketahui, sekitar 10 orang yang diduga pengikut Rizieq Syihab, melakukan penyerangan kepada anggota polisi, di Kilometer 50 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, sekitar pukul 00.30 WIB dini hari. Ketika itu, enam orang penyidik sedang melakukan penyelidikan terkait informasi adanya pengerahan massa untuk mengawal pemeriksaan Rizieq, di Mapolda Metro Jaya.

Pada saat anggota Polda Metro Jaya sedang mengikuti kendaraan yang diduga pengikut Rizieq Syihab, tiba-tiba mobil petugas dipepet dan diserang menggunakan senjata api.

Merasa terancam keselamatan jiwanya, anggota melakukan tindakan tegas dan terukur dengan melepaskan tembakan balasan sehingga menyebabkan enam orang pengikut Rizieq tewas. Sementara, empat lainnya melarikan diri.

Kini setelah ramai beredar berita ini, ada 2 kubu di masyarakat, di mana yang satu mendukung kinerja aparat dan lainnya membela FPI. Fadli Zon beserta komisi 3 kabarnya mengecam kepolisian atas peristiwa penembakan. Kalau berita sebaliknya jika aparat yang tertembak, maka orang seperti Zon akan mingkem seribu bahasa. Sama halnya ketika kawannya Edhy Prabowo tertangkap KPK. Zon juga bisanya hanya diam melihat Rizieq kabur dari penyelidikan meski banyak melanggar aturan protokol kesehatan.

Semoga tak ada hoaks-hoaks yang menyudutkan aparat atau negara. Pastinya para preman FPI tak terima kawan dan laskar khususnya tumbang. Untuk itu TNI-Polri harus terus bersatu di bawah komando panglima TNI dan Kapolri. Sebagai penulis di sini kita juga harus menghimbau masyarakat agar tak terbawa hoaks yang menyudutkan aparat. Sudah benar tindakan kepolisian yang membela diri saat mobilnya ditembaki laskar khusus FPI.

Setelah ini aparat tinggal mencari Rizieq dan menyeretnya ke muka hukum. Kalau dia masih memprovokasi dan bentrok dengan aparat, tinggal lenyapkan saja dia dan para pengikutnya. Indonesia tak butuh ormas preman. Kita sudah damai dengan NU dan Muhammadiyah dari dulu. Kita tak perlu pembela agama, tapi nyatanya membela si buron cabul. Semoga persitiwa ini menjadi awal bagi pemerintah untuk bertindak lebih tegas lagi. Bubarkan FPI, tetapkan sebagai ormas teroris dan terlarang, lalu tangkap semua pentolan dan pengikutnya yang berontak.

Begitulah kura-kura

Referensi:

https://www.google.com/amp/s/www.beritasatu.com/amp/iman-rahman-cahyadi/megapolitan/706903/6-pengikut-rizieq-yang-tewas-ditembak-merupakan-laskar-khusus

Takbir! Bravo Kapolri dan Polri, Pasca Sikat 6 Laskar Khusus FPI, Kini Giliran Jumbo?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/takbir-bravo-kapolri-dan-polri-pasca-sikat-6-m2hKMrPQAV

Ayik Heriansyah: Ambisi HTI di atas Ayat Konstitusi dan Ayat Suci

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM “Menggerakkan gunung dengan jari lebih mudah daripada menghilangkan hasrat nafsu yang telah kuat.”

Anggaplah resiko perjuangan, beberapa kader Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) harus kehilangan posisi jabatan fungsional di kampus tempat mereka mengajar karena terbukti mengadopsi dan memperjuangkan ideologi Khilafah Tahririyah.

Di Kendari, seorang mahasiswa kader HTI dikeluarkan dari kampus. Di Mojokerto, pengurus HTI Jawa Timur mendekam di penjara karena menyebarkan ujaran kebencian terhadap Banser di media sosial. Di Banjar, seorang syabab HTI divonis penjara karena menyebarkan paham HTI di media sosial.

Hidup ada pilihan. Mau tetap istiqamah bersama HTI atau tidak, itu pilihan. Tidak seorang pun yang memaksa. Oleh sebab itu, semua resiko perjuangan menegakkan Khilafah Tahririyah menjadi tanggung jawab kader HTI sendiri. Jangan pernah menyalahkan siapa-siapa. Kalau pun, ada yang mau disalahkan, salahkan Amir Hizbut Tahrir, karena dialah yang punya gawe di balik semua aktivitas HTI.

Cuman, orang di luar HTI melihat mereka sekelompok orang-orang yang bodoh. Mereka memperjuangkan perkara yang jangan kan wajib, sunnah pun tidak. Syaikh Ibnu ‘Athaillah mengatakan: “Di antara tanda-tanda mengikuti hawa nafsu adalah bersegera melakukan amal sunnah, dan bermalas-malasan mengerjakan amal wajib.”

Khilafah Tahririyah pendapat fiqih yang diadopsi HTI. Memang setiap orang harus mengambil suatu pendapat fiqih agar bisa beramal. Mayoritas umat Islam di Indonesia, telah mengadopsi NKRI sebagai pendapat fiqih yang mereka yakini lebih mendekati kebenaran. Dengan NKRI mereka beramal. Terlepas, ketidaksetujuan HTI terhadap pendapat fiqih ini, HTI tetap wajib menghargainya (toleransi).

Secara teoritis, pendapat fiqih HTI seputar Khilafah Tahririyah, sah-sah saja untuk didiskusikan. Mengadopsinya adalah pilihan (mubah), bukan tuntutan (fardlu) maupun anjuran (sunnah). Namun tidak bisa diamalkan karena Khilafah Tahririyah membutuhkan pemerintahan, wilayah, penduduk dan konstitusi yang baru.

Sedangkan di Indonesia sudah ada pemerintahan, wilayah, penduduk dan konstitusinya, yang absah secara syar’i. Jika mau, HTI bisa mencari wilayah kosong yang belum ada pemerintahan, penduduk dan konstitusinya.

Doktrin thalabun nushrah (kudeta) dan istilamul hukmi (peralihan kekuasaan) memastikan bahwa Khilafah Tahririyah tegak dengan kekerasan bukan sekedar teori. HTI ibarat ingin membangun rumah di atas tanah rumah orang lain dengan cara menghancurkan rumah itu terkebih dahulu.

Atau HTI mau membangun masjid di atas masjid orang lain. Konsekuensi hukumnya, yang asalnya secara teoritis Khilafah Tahririyah, mubah, berubah menjadi haram.

Akan tetapi anehnya, kader-kader HTI merasa ringan-ringan saja, tetap semangat dan istiqamah. Sesungguhnya itu pertanda aktivitas mereka mendirikan Khilafah Tahririyah selaras dan serasi dengan hawa nafsu.

Kata Syaikh Ibnu ‘Athaillah: “Jika ada dua perkara yang membuatmu ragu, maka lihatlah mana yang berat bagi nafsu, lalu ikutilah. Sesungguhnya tidaklah nafsu merasa berat kecuali jika itu benar.”

Syaikh Zarruq menerangkan, dorongan nafsu adalah kecenderungan untuk meraih tujuan-tujuan yang diinginkan nafsu. Mengikutinya berarti melalukan berbagai hal yang dikehendaki nafsu. Mengikuti dorongan berarti menghadap dan berpaling tanpa memperdulikan syariat.

Menyibukkan diri berjuang mendirikan Khilafah Tahririyah yang hukumnya haram, pada saat bersamaan melalaikan kewajiban-kewajiban agama yang lain, bukti terang benderang bahwa perjuangan HTI tidak lebih dari dorongan nafsu belaka. Diperkuat dengan perilaku kader HTI yang tidak mengindahkan adab, akhlak, syariat dan konstitusi.

Ambisi HTI, ternyata di atas ayat konstitusi dan ayat suci. (ARN)

Penulis: Ayik Heriansyah, Pengurus LD PWNU Jabar. 

Ayik Heriansyah: Ambisi HTI di atas Ayat Konstitusi dan Ayat Suci

Sumber Utama :https://arrahmahnews.com/2020/11/24/ayik-heriansyah-ambisi-hti-di-atas-ayat-konstitusi-dan-ayat-suci/

PKB Dukung Polri Bertindak Tegas dan Minta Habib Rizieq Kooperatif

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Insiden penembakan enam pendukung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) , Habib Rizieq Shihab (HRS) oleh polisi di Jalan Tol Cikampek cukup menggemparkan publik. Polisi dalam keterangan resminya mengungkapkan langkah tegas itu diambil karena mereka melawan petugas.

Saat itu, polisi mengaku sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus HRS. Peristiwa ini terjadi di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) sekitar pukul 00.30 WIB.

Terkait hal ini, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKB, Luqman Hakim mendukung penuh langkah polisi menegakkan hukum tanpa pandang bulu agar tercipta keadilan dan rasa aman bagi masyarakat.

“Jika ada pihak-pihak melakukan perlawanan kepada polisi yang sedang melakukan penegakan hukum dan perlawanan itu membahayakan keselamatan jiwa polisi maka sesuai prosedur, polisi harus mengambil tindakan tegas agar situasi terkendali,” ujarnya kepada wartawan, Senin (7/12/2020).

Luqman menjelaskan jika polisi tidak berani bertindak tegas sehingga ada anggota polisi yang menjadi korban tentu akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Kalau polisi saja tidak mampu melindungi dirinya sendiri, kepada siapa lagi masyarakat akan mencari perlindungan.

“Tindakan tegas polisi yang menyebabkan 6 orang pengawal Muhammad Rizieq Shihab tewas, saya percaya dilakukan sudah sesuai prosedur dan bertujuan melindungi keselamatan jiwa anggota polisi dari serangan senjata api dan senjata tajam. Serangan bersenjata kepada aparat negara, menurut saya termasuk tindakan terorisme,” jelasnya.

Dan agar tidak jatuh korban lagi, Luqman mengimbau kepada Habib Rizieq Shihab untuk bersikap kooperatif dan mematuhi hukum yang sah berlaku di negara ini. Sama sekali tidak ada manfaatnya mengorbankan nyawa umat, apalagi hanya untuk melawan hukum. Belajarlah dari Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang rela menanggalkan jabatan Presiden demi menghindari pertumpahan darah umat.

“Apabila Saudara Muhammad Rizieq Shihab terus melakukan perlawanan terhadap hukum, apalagi dengan jalan kekerasan, saya dukung penuh sikap tegas Polri dan TNI untuk mengambil langkang-langkah yang diperlukan guna menjamin tegaknya hukum dan tertib sipil serta menjamin rasa aman masyarakat,” tegasnya.

Politikus PKB ini juga meminta polisi untuk menyelidiki dari mana asal beberapa senjata api yang digunakan pengikut Habib Rizieq. Pengusutan ini penting agar dapat diketahui dan ditangkap siapa saja pihak-pihak yang terlibat menyokong serangan kepada aparat negara ini.

“Saya curiga ada pihak tertentu berusaha menunggangi kelompok Muhammad Rizieq Shihab yang bertujuan menciptakan kekacauan sosial-politik, konflik horizontal dan merobek-robek persatuan dan kesatuan NKRI. Tentu ini harus dicegah!” pungkasnya. (ARN)

 
SP/Ruht Semiono Sidang Tahunan MPR DPR DPD RI 2019 - Suasana Sidang Tahunan MPR DPR DPD RI 2019, di Jakarta, Jumat (16/8/2019). Rangkaian sidang tahunan tersebut terdiri dari tiga agenda yakni Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD RI, dan Sidang penyampaian RAPBN Tahun 2020.

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2020/12/08/pkb-dukung-polri-bertindak-tegas-dan-minta-habib-rizieq-kooperatif/

PWNU DKI Dukung Sikap Tegas Polri dalam Upaya Penegakan Hukum

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Aksi baku tembak terjadi antara anggota Polri dan kelompok laskar khusus Front Pembela Islam (FPI) yang menyebabkan 6 orang tewas. Hal ini di karenakan kelompok FPI memepet mobil polisi dan menodongkan senjata api dan senjata tajam, berupa celurit, dan pedang.

Mengenai hal itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Samsul Ma’arif menyatakan dukungannya atas tindakan Polri. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu bentuk tindak tegas yang harus dilakukan karena menyangkut hilangnya nyawa.

’’Mendukung Sikap tegas Polri dalam hal ini yang dilakukan oleh Kapolda Metro Jaya beserta jajarannya dalam penindakan terhadap siapapun dalam upaya penegakan hukum di Indonesia dengan tetap berpedoman pada prinsip justice before the law,’’ jelasnya melalui siaran pers, Senin (7/12).

Dia juga menyatakan kecamannya terhadap aktivitas premanisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas), khususnya seperti yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek. Hal tersebut menimbulkan bentrokan yang tidak bisa dihindari dan akhirnya menelan korban.

Dia pun berpesan kepada seluruh tokoh masyarakat untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif. Jangan ada perpecahan antar masyarakat akibat terprovokasi. ’’Kepada semua stakeholder dan semua elemen bangsa terutama para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jakarta, agar dapat menciptakan suasana yang kondusif dan tidak terprovokasi dan memprovokasi umat,’’ imbuh dia.

Mengingat di situasi pandemi Covid-19, ia berharap agar masyarakat sadar untuk patuhi protokol kesehatan dan menghindai segala bentuk kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa. ’’Kami menghimbau semua elemen masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan selama pandemi covid-19 dan terus berdoa demi kebaikan bangsa khususnya keamanan dan kedamaian di Ibukota Jakarta,’’ tutupnya. (ARN)


Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2020/12/08/pwnu-dki-dukung-sikap-tegas-polri-dalam-upaya-penegakan-hukum/

Ini Profil Laskar Khusus FPI yang Serang Polisi di Tol Cikampek

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM Laskar Khusus Front Pembela Islam (FPI) pertama kali diungkapkan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran. Kapolda menyebutkan Laskar Khusus FPI yang melakukan penyerangan terhadap anggota polisi saat bertugas melakukan pengintaian di Jalan Tol Jakarta Cikampek KM 50.

Laskar Khusus Front Pembela Islam adalah pasukan khusus dari Laskar FPI yang selama ini melakukan penjagaan bila ada kegiatan yang dilaksanakan oleh FPI. Dari informasi yang di himpun SINDOmedia, Laskar Khusus FPI adalah para militer yang dimiliki oleh FPI.

Tugas dari Laskar Khusus ini berbeda dengan laskar Pembela Islam (LPI). Kalau LPI hanya bertugas mengamankan acara dan mengatur lalulintas. Para Laskar Khusus memiliki pelatihan sendiri dan ditugas mengawal pimpinan FPI seperti Habib Muhammad Rizieq Shihab (MRS) atau pimpinan lainnya. “Sebagai pengawal buat MRS,” kata Kapolda Irjen Pol Fadil Imran, Senin (7/12/2020).

Selain itu, kebanyakan dari Laskar Khusus juga dibekali bela diri yang mumpuni. Bahkan, dari penangkapan tadi malam diketahui ternyata Laskar Khusus juga dibekali senjata api serta senjata tajam guna mengawal Habib Rizieq Shihab.

Sampai saat ini belum diketahui berapa jumlah dari Laskar Khusus yang dimiliki oleh FPI. Begitu juga di mana mereka melatih secara khusus para militernya terse but. Selain mengawal petinggi FPI Laskar Khusus juga ditempatkan di kediaman pimpinan FPI guna menjaga dan melindungi para pimpinan FPI dari berbagai gangguan. (ARN)

Ini Profil Laskar Khusus FPI yang Serang Polisi di Tol Cikampek  
Konpers Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2020/12/07/ini-profil-laskar-khusus-fpi-yang-serang-polisi-di-tol-cikampek/

PKB Dukung Polri Bertindak Tegas dan Minta Habib Rizieq Kooperatif

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Insiden penembakan enam pendukung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) , Habib Rizieq Shihab (HRS) oleh polisi di Jalan Tol Cikampek cukup menggemparkan publik. Polisi dalam keterangan resminya mengungkapkan langkah tegas itu diambil karena mereka melawan petugas.

Saat itu, polisi mengaku sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus HRS. Peristiwa ini terjadi di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) sekitar pukul 00.30 WIB.

Terkait hal ini, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKB, Luqman Hakim mendukung penuh langkah polisi menegakkan hukum tanpa pandang bulu agar tercipta keadilan dan rasa aman bagi masyarakat.

“Jika ada pihak-pihak melakukan perlawanan kepada polisi yang sedang melakukan penegakan hukum dan perlawanan itu membahayakan keselamatan jiwa polisi maka sesuai prosedur, polisi harus mengambil tindakan tegas agar situasi terkendali,” ujarnya kepada wartawan, Senin (7/12/2020).

Luqman menjelaskan jika polisi tidak berani bertindak tegas sehingga ada anggota polisi yang menjadi korban tentu akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Kalau polisi saja tidak mampu melindungi dirinya sendiri, kepada siapa lagi masyarakat akan mencari perlindungan.

“Tindakan tegas polisi yang menyebabkan 6 orang pengawal Muhammad Rizieq Shihab tewas, saya percaya dilakukan sudah sesuai prosedur dan bertujuan melindungi keselamatan jiwa anggota polisi dari serangan senjata api dan senjata tajam. Serangan bersenjata kepada aparat negara, menurut saya termasuk tindakan terorisme,” jelasnya.

Dan agar tidak jatuh korban lagi, Luqman mengimbau kepada Habib Rizieq Shihab untuk bersikap kooperatif dan mematuhi hukum yang sah berlaku di negara ini. Sama sekali tidak ada manfaatnya mengorbankan nyawa umat, apalagi hanya untuk melawan hukum. Belajarlah dari Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang rela menanggalkan jabatan Presiden demi menghindari pertumpahan darah umat.

“Apabila Saudara Muhammad Rizieq Shihab terus melakukan perlawanan terhadap hukum, apalagi dengan jalan kekerasan, saya dukung penuh sikap tegas Polri dan TNI untuk mengambil langkang-langkah yang diperlukan guna menjamin tegaknya hukum dan tertib sipil serta menjamin rasa aman masyarakat,” tegasnya.

Politikus PKB ini juga meminta polisi untuk menyelidiki dari mana asal beberapa senjata api yang digunakan pengikut Habib Rizieq. Pengusutan ini penting agar dapat diketahui dan ditangkap siapa saja pihak-pihak yang terlibat menyokong serangan kepada aparat negara ini.

“Saya curiga ada pihak tertentu berusaha menunggangi kelompok Muhammad Rizieq Shihab yang bertujuan menciptakan kekacauan sosial-politik, konflik horizontal dan merobek-robek persatuan dan kesatuan NKRI. Tentu ini harus dicegah!” pungkasnya. (ARN)

 
SP/Ruht Semiono Sidang Tahunan MPR DPR DPD RI 2019 - Suasana Sidang Tahunan MPR DPR DPD RI 2019, di Jakarta, Jumat (16/8/2019). Rangkaian sidang tahunan tersebut terdiri dari tiga agenda yakni Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD RI, dan Sidang penyampaian RAPBN Tahun 2020.

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2020/12/08/pkb-dukung-polri-bertindak-tegas-dan-minta-habib-rizieq-kooperatif/

Pangdam Jaya Dukung Langkah Tegas Kapolda Metro

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mayjen Dudung Abdurachman mendukung langkah tegas yang diambil Kapolda Metro Irjen Pol Fadil Imran untuk penegakan hukum demi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah ibu kota.

Hal itu disampaikan Dudung dalam konferensi pers yang digelar di Polda Metro Jaya berkaitan penembakan enam orang diduga anggota Laskar Khusus Rizieq Syihab karena menyerang polisi yang sedang bertugas penyelidikan.

“Kodam Jayakarta mengikuti sesuai Undang-Undang yang mengatur akan memberikan perbantuan untuk kamtibmas dan penegakan hukum seperti yang disampaikan Kapolda,” ujar Dudung di Polda Metro Jaya, Senin (7/12).

Dudung mengatakan seluruh pasukan Kodam Jaya mendukung sepenuhnya setiap kegiatan yang dilakukan Polda Metro Jaya. Dia berkomitmen membantu menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat di Jakarta.

“Kodam Jaya akan mendukung penuh kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya, kami solid,” tegas Dudung.

Dudung juga mengimbau Rizieq Syihab agar mengikuti aturan hukum yang berlaku. Salah satunya memenuhi panggilan penyidikan dari Polda Metro Jaya.

“Saya minta yang disebutkan tadi MRS segera mengikuti aturan-aturan dan hukum yang berlaku, kami akan tegakkan bersama-sama dengan Polda Metro Jaya,” tutup Dudung. (ARN)
Pangdam Jaya Dukung Langkah Tegas Kapolda Metro  
Konpers Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya Tunjukkan Senp dan sajam pengikut HRS

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya