Lapak Baca Literasi Banua, Lapak Baca untuk Anak-Anak Pinggiran
Tak Hanya Menyediakan Bacaan, Juga Dengar Curhatan
PROKAL.CO, Berawal dari hobi mengoleksi buku sejak duduk di bangku SMA, Rima Nur Anjani membentuk komunitas lapak baca bernama Literasi Banua. Sasarannya adalah anak-anak pinggiran.Gagasan membentuk lapak baca itu muncul tahun 2016. Selepas Ujian Nasional (UN) SMA berakhir, Rima melihat buku-buku yang ia punya menumpuk. "Daripada nggak terpakai, aku akhirnya terpikir untuk menjadikannya media belajar untuk lapak baca," kenang mahasiswi Psikologi Universitas Lambung Mangkurat kelahiran 1998 ini.
Lapak yang digagasnya ini digelar tiap hari Minggu di Taman Kamboja, Kota Banjarmasin. Setiap pukul 8 hingga 10 pagi. Di sana, ia bersama dengan tujuh orang temannya yang ada di komunitas ini, menggelar banyak buku berjenis komik dan ensiklopedia khusus untuk anak-anak. "Sasaran buku yang disodorkan Literasi Banua memang untuk anak-anak, khususnya anak-anak pinggiran Kota Banjarmasin," tuturnya.
Terkait pemilihan tempat, Rima mengungkapkan ada alasan khusus.
Dijelaskannya, Taman Kamboja merupakan sentral berkumpul anak-anak pinggiran Kota Banjarmasin. "Jadi, setelah aku amati, anak-anak dari berbagai kelurahan datang untuk berkumpul di sini. Mereka membawa embel-embel geng," ujarnya.
Sayangnya, alih-alih melakukan aksi positif, aktivitas gangster anak ini acap kali diwarnai dengan perilaku yang buruk antar anggota geng. "Tawuran sampai penyalahgunaan obat-obatan oleh anak-anak pernah aku lihat dengan sendirinya," ujarnya.
Melihat kondisi yang parah ini, Rima tergerak untuk memperbaiki perilaku anak-anak yang tergabung dalam geng tersebut. Saat kegiatan lapak baca digelar, ia mengajak mereka untuk datang membaca. Tak lupa, lantaran berlatarbelakang studi psikologi, ia juga membuka ajang curhat untuk anak-anak. "Di kegiatan lapak baca, mereka boleh bercerita apa saja," ceritanya.
Dari hasil curhat mereka, Rima akhirnya tahu, anak-anak yang tergabung dalam geng-geng itu sebenarnya menyadari bahwa perilakunya memang menyalahi aturan. "Setelah ditanya kenapa alasannya masih tetap bergabung dalam geng, ternyata faktor lingkungan dan solidaritas dalam geng yang membuat mereka sulit untuk keluar dari perkumpulan itu," jelasnya.
Lebih dalam lagi, ketika ajang curhat ia mendapati fakta bahwa anak-anak yang melakukan tindakan-tindakan negatif ini juga menginginkan adanya wadah positif yang menaungi mereka. "Ada anak geng yang cerita sama aku kalau mereka pernah ditolak bergabung dalam komunitas skateboard dan sepeda BMX padahal mereka ingin sekali bergabung dalam komunitas itu," ujarnya.
Menyadari kenyataan ini, Rima menyimpulkan bahwa anak-anak pinggiran yang acap kali melakukan aksi-aksi negatif ini harusnya tak melulu disalahkan. "Ada banyak faktor yang memengaruhi mereka. Mereka perlu wadah. Jadinya, jangan cuma menuding dari satu sisi saja," ujar Rima.
Rima juga mengajak kepada beragam pihak untuk tidak menjauhi anak-anak pinggiran. "Dalam waktu dekat aku bakal melakukan audiensi ke Pemerintah Kota Banjarmasin untuk melakukan koordinasi terkait hak-hak anak yang masih tercecer, semoga saja cepat terwujud," tandasnya.
INSPIRATIF: Rima Nur Anjani membuka lapak baca untuk anak-anak pinggiran di Banjarmasin.
Sumber Berita : http://kalsel.prokal.co/read/news/12483-lapak-baca-literasi-banua-lapak-baca-untuk-anak-anak-pinggiran.htmlRe-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/27112017/15.35Wita/Bjm