4 Presiden Indonesia Lahir Juni, Jokowi Ulang Tahun Hari Ini
POJOKSATU.id, JAKARTA – Juni menjadi bulan istimewa bagi Presiden Jokowi dan tiga Presiden RI sebelumnya. Ya, empat presiden dan mantan presiden ini lahir pada Juni.Presiden Jokowi lahir dan ulang tahun pada 21 Juni. Jokowi ulang tahun ke-57 hari ini, Kamis 21 Juni 2018. Ulang tahun Jokowi juga dirayakan sejumlah relawan di Taman Padang Monumen Nasional.
Perayaan ulang tahun Jokowi yang digelar pada Kamis (21/6) itu membuat
Reza Supriadi jadi bintang. Para relawan antre berfoto dengan pria 47 tahun tersebut.
Reza Supriadi terkenal karena memiliki wajah yang mirip dengan Presiden Jokowi. Hal itu pula yang membuatnya dikenal banyak orang.
“Karena mirip Pak Jokowi, memang banyak orang yang meminta foto dengan saya,” kata Reza.
Reza mengatakan, permintaan foto bersama juga pernah dialami saat dirinya mengikuti open house Presiden Jokowi saat lebaran di Istana Negara. Reza melayani puluhan orang yang meminta berswafoto karena mereka tidak mempunyai kesempatan untuk foto langsung bersama Jokowi.
“Saya jadi sasaran orang yang tidak bisa foto langsung dengan Pak Jokowi,” ujar tambah Reza.
Reza mengaku beruntung mempunyai wajah mirip dengan presiden. Soalnya, dia pernah menjadi bintang iklan karena wajahnya mirip Jokowi.
“Saya kecipratan juga rezeki Pak Jokowi. Sampai membintangi iklan sebagai Jokowi KW,” pungkas Reza.
Berikut 4 Presiden RI yang lahir pada Juni :
1. Jokowi Ulang Tahun 21 Juni
Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961. Jokowi adalah putra sulung dari pasangan Noto Mohardjo dan Sujiatmi.
Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Jokowi terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014.
Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai wakil gubernur.
Sebelumnya, dia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota.
2. BJ Habibie Ulang Tahun 25 Juni
Presiden ketiga, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie dilahirkan pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Habibie menggantikan Seoharto yang mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI pada 21 Mei 1998.
BJ Habibie menjabat selama dua bulan dan tujuh hari sebagai wakil presiden, dan hanya satu tahun dan lima bulan sebagai presiden. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia RI dengan masa jabatan terpendek.
Habibie memiliki latar belakang sebagai sebagai pakar teknik penerbangan. Bahkan Habibie dikenal sebagai ‘Mr Crack’ karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Habibie pernah menjabat Menteri Negara Riset, dan Teknologi, di Era Presiden Soeharto. Ia menduduki jabatan itu sejak 19 Maret 1983 hingga 11 Maret 1998.
3. Soeharto Ulang Tahun 8 Juni
Presiden kedua, Soeharto pun lahir di bulan Juni. Tepatnya, 8 Juni 1921 di Desa Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Soeharto adalah anak petani yang merintis karirnya di militer.
Soeharto menjadi presiden terlama Indonesia dengan masa jabatan 32 tahun. Ia menduduki jabatan presiden sejak 1967 hingga 1998. Soeharto yang mendapat julukan The Smiling General ini berkali-kali dipilih oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Soeharto meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008, pada umur 86 tahun dan dimakamkan di Astana Giri Bangun, Surakarta.
4. Soekarno Ulang Tahun 6 Juni
Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901. Pria bernama kecil Koesno Sosrodihardjo ini kemudian menjadi salah seorang deklarator Proklamasi, dan menjadi presiden Indonesia mulai 1945 – 1966.
Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada tahun 1967. Ia diberhentikan setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak.
Pencetus dasar negara Pancasila ini adalah ayah dari Presiden ke-5 RI yang juga ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Bung Karno meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Sumber Berita : http://pojoksatu.id/news/berita-nasional/2018/06/21/4-presiden-indonesia-lahir-juni-jokowi-ulang-tahun-hari-ini/
Benarkah Jokowi Diktator?
.... Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya kita bersama." (Pidato pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI, 20 Oktober 2014)
Terpilihnya Joko Widodo menjadi Presiden RI mungkin tak pernah dibayangkan orang sepuluh tahun lalu. Ia bukan bagian dari trah elit kekuasaan di Indonesia sebelumnya. Tetapi tanpa disangka ia sekarang menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Karir politik Jokowi dibangun dari bawah. Sebelum masuk ke politik, Jokowi adalah pengusaha tingkat Kotamadya. Kemudian ia terpilih menjadi walikota Solo. Di periode pertama, ia sukses membangun kota Solo. Kemudian maju kembali untuk periode kedua. Menariknya di periode kedua tersebut, perolehan suaranya sangat fantastis yaitu 90,09 persen.Artinya, hampir 100% warga Solo memilihnya dan percaya padanya untuk memimpin Kota Budaya itu.
Sukses di Solo, Ia dicalonkan sebagai Gubernur di Jakarta. Sebagai calon kuda hitam yang berpasangan dengan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok ia awalnya tak diperhitungkan. Tapi di akhir pemilihan, ia menjungkir balikan calon petahana. Ia sukses terpilih sebagai Gubernur Jakarta.
Dan, dua tahun kemudian ia menjadi Presiden.
Apa yang dilakukan Jokowi merombak pandangan awam soal kekuasaan di Indonesia. Bahwa orang biasa saja dengan kerja keras dan prestasi, bisa menjadi walikota, gubernur, dan Presiden. Ia membuktikan sendiri bahwa semua orang itu sama di hadapan konstitusi Negara.
Seperti ungkapannya kemarin (09/08), "Dalam negara konstitusi, tidak ada warga negara kelas satu ataupun kelas dua. Namun yang ada adalah warga negara Republik Indonesia."
Dalam ucapannya itu, ia sebenarnya telah membuktikannya. Semua orang harus punya kesempatan yang sama. Karena itu, ruang diskriminasi atas nama perbedaan apapun harus dihapuskan. Konstitusi neggara kita menjamin itu.
Meskipun demikian, naiknya Jokowi sebagai Presiden tidak hanya diiringi pujian, tapi juga kritik dan cacian padanya. Banyak orang menuduhnya sebagai Presiden Ndeso, kurang wibawa, bahkan tak sedikit juga yang menyebutnya klemar-klemer. Ternyata tuduhan itu meleset.
Langkah politik Jokowi justru membuktikan sebaliknya. Banyak hal ia bersikap tegas dan keras, seperti soal radikalisme agama dan penegakan UU yang tak pandang bulu. Tetapi saat ia bersikap tegas, tuduhan sebaliknya mampir padanya. Ia dituduh Diktator dan Otoriter.
Kritik dan cacian seperti tak ada habisnya. Itu yang membuat Jokowi bingung. "Ada yang menyampaikan, Presiden ndeso, Presiden klemar-klemer, tidak tegas. Eh begitu kita menegakkan UU balik lagi, loncat menjadi otoriter, menjadi diktator. Yang benar yang mana?," kata Jokowi.
Tetapi terlepas dari itu, Jokowi sejauh ini masih tunduk pada Konstitusi, sebagaimana yang Ia sampaikan saat pelantikannya. Ia tidak bertindak sewenang-wenang sebagai pemimpin negara. Dan tak ada kekuasaan yang absolut di tangannya.
Itu ditegaskan sendiri oleh Presiden dan bisa kita buktikan sendiri saat ini. "Perlu saya sampaikan bahwa saat ini tidak ada kekuasaan absolut atau kekuasaan mutlak, kan ada pers, ada media, ada juga LSM, ada juga yang mengawasi di DPR, pengawasannya kan dari mana-mana, rakyat juga bisa mengawasi langsung," kata Presiden Jokowi.
Meskipun masih banyak PR yang harus dibenahi saat ini, tetapi apa yang dikerjakan pemerintahan Jokowi telah menunjukan banyak perubahan. Kita wajib dukung. Kritik sangat diperbolehkan, tapi tidak dengan ujaran kebencian yang membabi buta.
Sumber Berita : https://kumparan.com/nanda-aria/benarkah-jokowi-diktator
SURAT DARI ANAK NEGERI
Kalau harus saya buka
ancaman-ancaman kepada saya, pasti kalian ngeri..
Mulai dari bunuh, penggal,
darahnya halal bersaing dengan tudingan syiah, liberal, kafir, penjilat dan
segala macam makian dari mereka yang profile picturenya sangat agamis dan
ketika menshare status tentang Tuhan membuat banyak orang menangis..
Inilah orang-orang yang kelak
akan melakukan persekusi secara fisik ketika menguasai negeri ini. Inilah
orang-orang yang akan mengintimidasi orang per orang yang berbeda pandangan
dengan datang bergerombol dan menebarkan ancaman-ancaman bahkan kepada
pasangan, orangtua dan anak-anak di rumah hanya supaya kita diam..
Pada bulan Februari 2011,
orang-orang yang merasa menjadi Tuhan ini menyerang rumah yang diduga penganut
Ahmadiyah di Cikeusik Banten. Mereka membakar rumah dan membunuh tiga orang
yang mereka anggap kafir itu.
Videonya bahkan disebarkan dan
membuat hati miris melihat seonggok tubuh yang terbaring dihajar habis-habisan,
dipukul dengan kayu bahkan kepalanya dilempari batu besar. Mereka merasa sudah
berbuat benar dengan menghilangkan nyawa orang..
Apakah model-model orang seperti
ini yang kita serahkan diri kita untuk menguasai negeri ini ?
Saya, kamu, saudaramu,
pasanganmu, anak-anakmu akan menjadi korban-korban berikutnya karena berbeda
pandangan dengan mereka. Mereka akan tumbuh besar dimana-mana dan berkuasa atas
nama agama.
Jangan bicara keberanian melawan
kaum radikalis kalau belum berani membubarkan HTI. Dan organisasi seperti ini
akan tumbuh lagi seperti jamur di musim hujan, ketika mereka mempunyai pemimpin
negeri yang memelihara dan tunduk pada kemauan kaum konservatif yang selalu
mengklaim agama dan ulama milik mereka.
Tidak pernah ada niat saya
sedikitpun untuk golput di Pilpres tahun depan. Kalaupun saya pernah menulis
sebuah desakan untuk menarik suara jika penyidikan dihentikan, itu sekedar
sebuah motivasi supaya aparat dan pemerintah jangan takut melawan mereka karena
tekanan.
Golput buat saya adalah
kekalahan. Memilih diam saat suara kita dibutuhkan supaya negeri ini tetap
seperti sekarang ini adalah kepengecutan. Seberapa besarpun alasan..
Maukah kalian ketika orang-orang
pengancam dan pencaci maki itu tumbuh besar di negeri ini ? Apakah itu yang
kalian harapkan ?? Jangan bilang berjuang kalau baru kena pukul sekali saja
lalu mengkerut seperti kolor kepanasan.
Kamu, kamu dan kamu, yang bicara
Golput akan menyesal satu waktu karena sudah membiarkan anarkisme tumbuh
berkembang. Kalian tidak disuruh berjuang dengan mempertaruhkan nyawa, tapi
cukup dengan satu suara. Begitu sulitkah ?
Memilih pemimpin yang benar
adalah sebuah keharusan. Kita beri kesempatan kepada para pemberani untuk
kembali memimpin negeri ini supaya mereka menuntaskan semua pekerjaan. Kita
kawal semua visi mereka untuk membangun bangsa dengan suara.
Jika ingin melawan radikalisme,
jangan pilih orang yang mengayomi mereka. Tapi lawanlah dengan memilih orang
yang melawan mereka.
Dan sampai sekarang, buat saya,
hanya Jokowi yang bisa menahan mereka, dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
Jangan ngaku Pancasila, kalau
baperan. Karena Pancasila dibangun diatas darah dan airmata para pejuang yang
lebih sering kalah karena persenjataan dari penjajah, daripada menang.
Tapi mereka tidak pernah mundur,
karena keyakinan. Bahwa suatu saat, kita akan hidup dengan damai dan
bergandengan dan menjadi bangsa yang besar dengan penuh kebanggaan.
Dan saat itu pasti akan datang..
Saya anak negeri yang sejak lama
resah dengan situasi ini. Dan ketika ada pemimpin yang berani melawan dan
membawa perubahan, saya akan berada di belakang dia, militan, tanpa sedikitpun
keraguan.
Angkat secangkir kopi, jika kita
sehati..
JOKOWI PENJARAKAN AHOK?
Benarkah Jokowi yang penjarakan Ahok ?
Entah kenapa kabar ini yang beredar di kalangan Ahoker dan dipercayai seperti mempercayai sebuah agama. Padahal kabar bahwa Jokowi sengaja melepas Ahok ke pengadilan adalah kabar burung dari hasil menduga-duga.
Saya sendiri ketemu Ahok di penjara, dua kali, dan tidak pernah dia bicara bahwa Jokowilah yang memenjarakannya. Bahkan ia sendiri yang menyarankan untuk jangan Golput, jika kita tidak ingin kalah dari kelompok ormas berbaju agama.
Dan dari mulut Ahok sendirilah saya mendengarkan bahwa Jokowi sahabatnya. Hanya ia tidak ingin menuliskan namanya karena ingin melindungi sahabatnya itu supaya jangan jadi sasaran..
Jadi, mana kabar yang lebih bisa dipercaya ? Dari saya yang pernah bertemu langsung dengannya atau dari mereka yang lebih percaya teori konspirasi seperti yang disukainya ?
Kenapa mereka menyalahkan Jokowi ?
Kenapa mereka tidak pernah berfikir bahwa di Kepolisian sendiri terbelah dalam menyikapi situasi itu ? Ada yang setuju menjadikan Ahok tersangka dan ada yang tidak.
Kenapa mereka juga tidak pernah berfikir bahwa di majelis hakim juga terbelah ? Bahwa yang percaya Ahok menista agama lebih banyak dari yang tidak.
Dan kemenangan dengan memenjarakan Ahok adalah kemenangan organisasi seperti HTI yang waktu itu belum dibubarkan tapi ideologinya sudah kemana-mana, bahkan di kalangan aparat dan institusi pengadilan.
Jangankan mereka, bahkan MUI saja terbelah..
Lalu kenapa banyak yang berfikir bahwa Jokowilah yang memerintahkan, Jokowi yang punya peranan, Jokowi ini, Jokowi itu, seakan2 Jokowi itu Superman yang bisa menguasai apa saja ?
Berfikirlah luas dan dalam, jangan sempit dan cepat mengambil kesimpulan. Genderang "Semua Salah Jokowi" itu genderang lawan. Kalian yang selalu mengejek2 kampret Salawi, Salawi, tapi kalian juga yang menyalahkan Jokowi atas segala kejadian. Ironis, bukan ?
Kesalahan Jokowi itu jelas, dia tidak mau campur tangan dalam urusan hukum. Hukum biar hukum yang menjawabnya. Jika hukum akhirnya tidak berpihak sesuai keinginan, Jokowi lagi kah yang salah ? Padahal dia sudah benar dengan tidak mengintervensi keputusan pengadilan..
Jokowi bukan diktator, dan tidak mau menjadi diktator. Ia tidak ingin mengajari siapapun menggunakan tangan besi ketika berada pada puncak kekuasaan..
Baru masalah SP3, kalian tutup mata terhadap semua prestasi Jokowi yang kalian nikmati juga. Begitukah caranya berterimakasih kepada orang yang sudah membubarkan HTI, organisasi ganas yang anggotanya ratusan ribu orang ?
Minum kopi dulu, kecerdasan itu mahal harganya. Jika pahlawan kita dulu dikit-dikit ngambekan kalau kalah, terus kapan kita menang perangnya ??
Ulululululu... Coba tanyakan pada kerang ajaib jawabannya.
Entah kenapa kabar ini yang beredar di kalangan Ahoker dan dipercayai seperti mempercayai sebuah agama. Padahal kabar bahwa Jokowi sengaja melepas Ahok ke pengadilan adalah kabar burung dari hasil menduga-duga.
Saya sendiri ketemu Ahok di penjara, dua kali, dan tidak pernah dia bicara bahwa Jokowilah yang memenjarakannya. Bahkan ia sendiri yang menyarankan untuk jangan Golput, jika kita tidak ingin kalah dari kelompok ormas berbaju agama.
Dan dari mulut Ahok sendirilah saya mendengarkan bahwa Jokowi sahabatnya. Hanya ia tidak ingin menuliskan namanya karena ingin melindungi sahabatnya itu supaya jangan jadi sasaran..
Jadi, mana kabar yang lebih bisa dipercaya ? Dari saya yang pernah bertemu langsung dengannya atau dari mereka yang lebih percaya teori konspirasi seperti yang disukainya ?
Kenapa mereka menyalahkan Jokowi ?
Kenapa mereka tidak pernah berfikir bahwa di Kepolisian sendiri terbelah dalam menyikapi situasi itu ? Ada yang setuju menjadikan Ahok tersangka dan ada yang tidak.
Kenapa mereka juga tidak pernah berfikir bahwa di majelis hakim juga terbelah ? Bahwa yang percaya Ahok menista agama lebih banyak dari yang tidak.
Dan kemenangan dengan memenjarakan Ahok adalah kemenangan organisasi seperti HTI yang waktu itu belum dibubarkan tapi ideologinya sudah kemana-mana, bahkan di kalangan aparat dan institusi pengadilan.
Jangankan mereka, bahkan MUI saja terbelah..
Lalu kenapa banyak yang berfikir bahwa Jokowilah yang memerintahkan, Jokowi yang punya peranan, Jokowi ini, Jokowi itu, seakan2 Jokowi itu Superman yang bisa menguasai apa saja ?
Berfikirlah luas dan dalam, jangan sempit dan cepat mengambil kesimpulan. Genderang "Semua Salah Jokowi" itu genderang lawan. Kalian yang selalu mengejek2 kampret Salawi, Salawi, tapi kalian juga yang menyalahkan Jokowi atas segala kejadian. Ironis, bukan ?
Kesalahan Jokowi itu jelas, dia tidak mau campur tangan dalam urusan hukum. Hukum biar hukum yang menjawabnya. Jika hukum akhirnya tidak berpihak sesuai keinginan, Jokowi lagi kah yang salah ? Padahal dia sudah benar dengan tidak mengintervensi keputusan pengadilan..
Jokowi bukan diktator, dan tidak mau menjadi diktator. Ia tidak ingin mengajari siapapun menggunakan tangan besi ketika berada pada puncak kekuasaan..
Baru masalah SP3, kalian tutup mata terhadap semua prestasi Jokowi yang kalian nikmati juga. Begitukah caranya berterimakasih kepada orang yang sudah membubarkan HTI, organisasi ganas yang anggotanya ratusan ribu orang ?
Minum kopi dulu, kecerdasan itu mahal harganya. Jika pahlawan kita dulu dikit-dikit ngambekan kalau kalah, terus kapan kita menang perangnya ??
Ulululululu... Coba tanyakan pada kerang ajaib jawabannya.
Denny Siregar
INTRIK & POLITIK DI ISTANA
Pernah nonton film "The Sum
of All Fears ?"
Film yang dibintangi Ben Affleck
dan Morgan Freeman berdasarkan novel Tom Clancy ini, bercerita tentang
bagaimana sekelompok orang yang tergabung dalam Neo Nazi berusaha mengadu domba
AS dan Rusia untuk perang nuklir.
Caranya, mereka bekerjasama
dengan beberapa pejabat tinggi militer Rusia untuk membom Cechnya - sekutu AS
waktu itu - sehingga AS pun langsung menyiapkan pasukannya.
Dan pemboman Cechnya itu bukan
perintah Presiden Rusia, tapi gerakan dari beberapa petinggi tinggi militer
Rusia yang memang sengaja ingin membangun sikap bermusuhan dengan AS untuk
menimbulkan reaksi mereka.
Yang menarik adalah reaksi dari
Presiden Rusia, Alexander Nemerov. Presiden yang digambarkan di media-media AS
- dalam film itu - sebagai pribadi yang keras, langsung mengumumkan ke publik
bahwa ia bertanggung jawab terhadap pemboman Cechnya.
Sesudah konferensi pers, orang
kepercayaannya bertanya ketika mereka sedang berdua, "Kenapa kamu mengaku
bertanggung jawab, sedangkan kamu tidak melakukan pemboman itu ?"
Jawaban Presiden Rusia itu masih
melekat di benak saya, "Lebih baik terlihat keras dihadapan AS, daripada
harus terlihat lemah karena mereka melihat saya tidak mampu mengatur angkatan
bersenjata.."
Menjadi Presiden itu tidak mudah,
itu yang saya pelajari. Ia harus mampu berhitung sekian langkah ke depan untuk
mengambil keputusan. Dan keputusan itu belum tentu popular atau menyenangkan
banyak orang.
Terkadang ada yang disembunyikan
dan tidak ditampakkan ke publik. Seperti misalnya, ada dari jajarannya yang
bermain politik di belakang tanpa sepengetahuannya. Orang-orang yang mempunyai
kedudukan tinggi, tapi membangkang bahkan berusaha menjatuhkan nama Presiden
dengan gerakannya.
Tentu tidak bisa seorang Presiden
berkata ke publik, "Ada beberapa pejabat yang membangkang dari perintah
saya.." Karena itu akan menjadi preseden buruk dan membangun blunder
blunder baru yang sulit dia tahan.
Terkadang seorang pemimpin harus
mengambil tanggung jawab - meski itu buruk dan bukan perintahnya - demi
keamanan nasional. Karena ia harus berfikir lebih luas untuk menjaga
stabilitas.
Menonton film The Sum of All
Fears, kita jadi memahami betapa berat tugas Jokowi. Ia bukan saja menghadapi
musuh-musuh politik di depan, tapi bisa saja musuh dalam selimut di dalam
jajarannya yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini.
Apa yang terjadi dan kita dengar
juga baca di media, belum tentu adalah kejadian sesungguhnya. Mungkin saja
kejadian di belakang layar lebih parah, tetapi seorang pemimpin harus bisa
menutupinya.
Tapi seperti layaknya penonton
sepakbola, kita seakan2 lebih tahu situasi disana dengan komentar-komentar yang
berdasarkan dari, "Kata orang itu begini. Ini info A1.."
Ini tahun politik, menuju
Pilpres, apapun bisa terjadi. Termasuk gerakan-gerakan dari dalam untuk
menjatuhkan nama Jokowi, disaat dia adalah calon yang surveynya tinggi,
sedangkan lawannya belum punya nama.
Menghakiminya bahwa, "Dia
lemah, tidak tegas.." adalah sebuah kesalahan. Rekam jejaknya dari
membubarkan HTI adalah bukti keberanian dimana sekian Presiden sebelumnya tidak
mampu melakukannya...
Kembali ke film Sum of All Fears,
atau Puncak dari segala ketakutan..
Meski mengambil tanggung jawab
sebagai pelaku pemboman di depan publik, di belakang Presiden Nemerov melakukan
penyelidikan, "Siapa dibalik semua ini ?"
Dan ketika ia akhirnya tahu bahwa
ternyata pelakunya adalah pejabat militer di belakangnya, tanpa ampun ia
menyikat mereka dengan senyap dan tidak dengan tangannya..
Intrik dan politik di istana,
jauh lebih ganas dari apa yang kita ketahui dari luar sini...
Mending diam dan amati, sambil
seruput secangkir kopi, kemana kita semua dibawa sekarang ini.
Dan seperti biasa, ular beludak
akan muncul kepalanya di akhir permainan sehingga apa yang tadinya kita anggap
sebagai kawan, ternyata adalah musuh sesungguhnya.
MEMECAH BARISAN JOKOWI
Bagaimana mengalahkan Jokowi?
Ini yang selalu ada dalam pikiran
lawan politiknya. Survey-survey setiap waktu menunjukkan popularitas dan
elektabilitas Jokowi terus meninggi. Sedangkan Prabowo, lawan terkuatnya, tetap
jauh berada di bawahnya.
Dalam waktu 2 bulan lagi,
Agustus, sudah harus ada penetapan Calon Presiden. Sedangkan lawan politik
Jokowi belum ada satu calonpun yang diajukan. Mereka sibuk #gantiPresiden tapi
tagar itupun semakin melemah karena sudah mencapai titik jenuhnya.
Mulai isu anti Islam dan musuh
ulama, isu PKI sampai tenaga kerja China ternyata tidak efektif menurunkan
hasil survey. Orang sudah tidak percaya dengan isu-isu itu karena tidak
terbukti. Head to head dengan Jokowi dalam keadaan seperti ini berbahaya, sudah
pasti kalah.
Lalu apa yang harus dilakukan ?
Perang Siffin adalah sebuah
sejarah dalam Islam yang bisa dipelajari bagaimana cara mengalahkan musuh yang
terkuat.
Perang Siffin adalah perang
antara Muawwiyah dan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Muawwiyah yang ingin mengambil
alih kekhalifahan dari tangan Imam Ali terus menerus menyerbu dengan armada
pasukannya.
Tetapi ia sulit menembus benteng
pertahanan lawannya. Bahkan pasukan Imam Ali berhasil memojokkan Muawwiyah dan
tinggal satu pukulan lagi, maka selesai semua.
Muawwiyah yang cerdik dan licik,
memutar otak bagaimana cara lolos dari kekalahan ? Ia mulai sadar bahwa
menyerang dari depan dan berhadapan jelas kalahnya. Yang harus dia lakukan
adalah memecah dari dalam.
Muawwiyah mempelajari, bahwa di
dalam pasukan Ali bin Thalib ada kelompok "agama baperan". Mereka
yang fasih dalam beragama tapi kurang berakal. Maka Muawwiyah menggunakan isu
agama untuk memecah belah. Ia lalu menancapkan Alquran diatas tombak, dan
berkata, "Kami menyerah..".
Karena ada Alquran itulah,
sekelompok pasukan - yang kelak dinamakan khawarij atau pembangkang ini -
kemudian mendesak Imam Ali untuk menerima penyerahan diri Muawwiyah. Imam Ali
berkata, "Itu siasat belaka. Kita sudah hampir menang. Mereka ingin
memecah belah kita.." Tapi pasukan Khawarij tidak perduli. Buat mereka
"orang yang menjunjung Alquran adalah segalanya".
Disinilah titik pecahnya pasukan
Imam Ali dan kemenangan Muawwiyah. Kelompok khawarij ini juga yang akhirnya
dipakai Muawwiyah untuk memerangi Imam Ali dan terkenal dengan nama perang
Nahrawan.
Sejarah selalu mengalami
pengulangan dan bagi beberapa orang banyak dijadikan rujukan. Jika tak mampu
memukul dari luar, maka pecahkan dari dalam. Biar kerusakannya menyebar dan
barisan bubar.
Memahami politik itu harus
melihat dari perspektif luas. Bahwa tidak semua orang-orang disekitar Jokowi
itu satu tujuan. Banyak diantara mereka yang punya agenda-agenda tersendiri,
yang baru ketahuan disaat mereka kemudian ada diluar barisan.
Kemaren banyak yang memuji-muji
sang Menteri, dan ketika ia dipecat banyak yang menyesalkan. Tapi semakin lama
semakin ketahuan bahwa musuh paling berbahaya bukan musuh yang kelihatan,
tetapi justru mereka yang terlihat sebagai teman.
"Dekati temanmu, tapi lebih
dekatlah pada musuhmu.." Strategi Tsun Zu ini tidak hanya dipakai Jokowi,
tapi juga pihak lawan.
"Jokowi harus digerus
elektabilitasnya. Bikin dia tampak lemah dan tidak tegas, terutama di masalah
hukum. Karena menyerang dia di masalah pencapaian ekonomi akan sia-sia.
Pecah barisannya, serang juga
lawannya, dan poros ketiga akan menguat. Kita munculkan alternatif baru yang
diterima oleh banyak orang..." Begitu kata seorang teman.
Dan secangkir kopi ternyata tidak
cukup menemani cerita-cerita ini yang semakin lama semakin seru dan
mengasyikkan..
Samakan Jokowi dengan Raja Louis XIV, Ngabalin ‘Semprot’ Wasekjen Demokrat
JAKARTA – Lagi-lagi
kader partai Demokrat berulah dan menyerang Jokowi. Wasekjen Partai
Demokrat Rachland Nasidik menyamakan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
dengan Raja Louis XIV dari Prancis, yang menggunakan negara untuk
kepentingan pribadi. Mendengar hal tersebut, pihak istana menegaskan
Jokowi bukan sosok seperti yang dituduhkan itu.
Salah satu yang menjadi alasan pihak
istana membantah tudingan itu adalah pekerjaan anak-anak Jokowi. Menurut
pihak istana, anak-anak Jokowi sama sekali tak terlibat kegiatan
politik.
Baca: Sebut Jokowi Lengser, Ngabalin ‘Semprot’ Amien Rais
“Kepentingan apa? Anaknya tidak main
politik. Bagaimana dia mau negara untuk kepentingan
prIbadinya?Anak-anaknya tidak pernah pakai akses negara untuk bedagang,”
pungkas Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali
Mochtar Ngabalin kepada detikcom, Rabu (20/6/2018).
“Anaknya (Jokowi) yang satu penjual
martabak, satu jual pisang. Nggak ada yang main proyek, anaknya tidak
mengunakan. Sisi mana, di mana dipakai?” sambung Ngabalin.
Ngabalin juga menceritakan kesederhanaan
Ibu Negara Iriana Jokowi yang pulang ke kampung halaman, Solo,
menggunakan maskapai komersil dan duduk di bangku kelas ekonomi.
“Istrinya pulang ke Solo dengan satu ajudan laki-laki dan perempuan,
naik Batik Air, yang ekonomi.” ujar Ngabalin.
Baca: Denny Siregar: Tiru Khawarij, Cara Lawan Politik Serang Jokowi
Ngabalin lalu mengaku kehabisan
kata-kata dengan pihak yang menganggap Jokowi seperti Raja Louis XIV.
Dia mengangap persamaan antara Jokowi dengan Louis XIV adalah pikiran
orang yang tidak punya pengetahuan.
“Jadi saya sekali lagi dengan segala
permohonan maaf, saya tidak tahu cara berkomunikasi dengan manusia yang
tidak punya pengetahuan, tidak punya pengetahuan yang cukup tentang ini.
Dungu pengetahuan kalau atau mau cari tenar?” tandas Ngabalin.
“Hanya orang dungu yang punya pandangan
begitu. Itu kan pernyataan orang yang tidak punya pengetahuan lebih
tentang Pak Jokowi,” tutup dia.
Sebelumnya, Rachland menyebut Jokowi
bisa dinilai sedang membangun ‘negara polisi’ hanya demi tujuan politik.
Dia lalu menyamakan Jokowi dengan Raja Louis XIV dari Prancis.
Baca: Denny Siregar: Jokowi ‘Presiden Sandal Butut’
“Presiden Jokowi seperti menganggap
dirinya Louis XIV yang meyakini ‘negara adalah saya’ (l’etat, c’est
moi). Atau sekurangnya, membuat negara ini menjadi negara yang melayani
kepentingannya sendiri (a state for its own), bukan lagi melayani
kepentingan rakyat seperti seharusnya,” ungkapnya.
Tudingan Rachland tentang Jokowi
menggunakan kewenangannya untuk membangun ‘negara polisi’ terkait dengan
pengangkatan Komjen M Iriawann sebagai Pj Gubernur Jawa Barat.
(SFA/DetikNews)
Re-Post by http://migoberita.blogspot.com/ Kamis/21062018/12.54Wita/Bjm