Kampung Neraka Pindah ke Alalak
Kalsel dinyatakan sebagai provinsi Darurat Narkoba. Beberapa kali pejabat tinggi di banua ini mulai dari Gubernur Kalsel, Kapolda, Kejaksaan Tingi, Kajari, BNN disaksikan pemuka agama dan praktisi hukum melakukan pemusnahan barang bukti yang diliput media beramai-ramai.
"Ini (berbagai jenis narkoba) yang membuat orang lengo,"
kata Sahbirin Noor, gubernur Kalsel, beberapa waktu lalu ketika
memimpin pemusnahan barang bukti di halaman Polda Kalsel.
Lengo adalah istilah dalam bahasa Banjar untuk orang
yang berperilaku seperti orang linglung, tidak memiliki kesadaran diri
penuh karena pengaruh overdosis obat maupun meminum obat tak sesuai
aturan dengan meramu segala macam obat (obat oplosan).
Dunia mengoplos obat dikenal berasal dari orang-orang
keturunan Arab yang mempunyai koloni di Kampung Antasan Banjarmasin.
Keterampilan ini diperoleh dari mereka yang berdagang obat di kawasan
Pasar Baru. Mayoritas pedagang obat di sana adalah warga keturunan
Arab.
Sebelum marak musim ekstasi, sabu dan zinet, jalan untuk
fly (mabuk) generasi zaman old bisa melakukannya dengan menelan
sekaligus beberapa merek obat tertentu. Lain lagi di era milineal dan
zaman now, sabu dan zinet sangat merakyat dan dikonsumsi,
diperdagangkan begitu mudah.
Jadilah sabu dan zinet kemana-mana menelusuri pelbagai
pelosok kampung. Termasuk kampung Alalak Banjarmasin yang sebelumnya
dikenal sebagai kampung yang penduduknya bersahaja, agamis dengan
pekerjaan turun temurun bertani, menjadi tukang bangunan dan pekerja
sektor informal di bidang perkayuan.
Entah dapat ilham dari mana, zinet meruyak dipakai oleh
segala umur mulai dari anak muda, orang dewasa hingga yang berstatus
kakek. Parahnya lagi, di satu SMP di Alalak beberapa siswanya sengaja
membolos cuma untuk bisa bebas memakai zinet beramai-ramai di sekitar
lingkungan sekolah.
Di antara kampung Alalak Tengah dan Selatan bahkan ada
sebuah kawasan yang mendapat label seram "Gang Neraka". Sebutan itu
karena bebasnya peredaran zinet di lingkungan yang masyarakatnya
bekerja serabutan menjual tenaga mengangkat kayu.
Menanggapi fenomena ini, salah satu pemuka masyarakat
Alalak, Guru Johan menyatakan memakai barang memabukkan adalah
melanggar larangan Tuhan.
"Sesuatu yang memabukkan dan merusak pikiran itu haram,"
tegas pengajar agama di Pesantren Tarbiyatul Islamiyah di Alalak
Tengah dan Madrasah di Alalak Utara.
Namun, Guru Johan menyatakan dirinya tak kuasa untuk
menghentikan fenomena yang mewabah itu. "Itu kewajiban orangtua yang
punya anak untuk memelihara keluarganya. Yang punya diri juga harus
sadar bahwa itu (membuat diri mabuk) salah," ingatnya.
Kalau dulu Antasan adalah satu-satunya kampung di tengah
kota yang identik dengan tindakan penyalahgunaan obat-obatan, kini
rupanya "maobat" (pekerjaan memakaijenis terlarang, membuat diri mabuk)
sudah sampai pula ke kampung pinggiran seperti Alalak.
"Kalau dulu cuma orang kampung Antasan yang kenal obat,
sekarang merata Teluk Tiram, Basirih, Kelayan, Pekauman dan Alalak jadi
sarang obat," kata Amat, warga Jalan Pahlawan. "Jangan heran ini
mungkin tanda-tanda akhir zaman sudah semakin dekat, rasa malu sudah
hilang."Sumber Berita : http://kabarbanjarmasin.com/posting/kampung-neraka-pindah-ke-alalak.html
Re-Post by http://migoberita.blogspot.com/ Senin/11062018/11.09Wita/Bjm