GARDU PRABOWO : Kemenangan Prabowo- Sandi Harga Mati Di Pilpres 2019
SUAKA
- KALSEL. Majunya pasangan H Prabowo Subianto - H Sandiaga Salahuddin
Uno yang sudah resmi mendaftarkan ke KPU, Jum'at (10/8/2018) sebagai
bakal calon Presiden Republik Indonesia. Mendapat dukungan penuh dari
Gerakan Rakyat Dukung (Gardu) Prabowo Kalsel.
“Gardu
Prabowo yang ada di kota/kabupaten di Kalsel siap memenangkan pasangan
Prabowo-Sandi sebagai pemimpin Republik Indonesia kedepan. Gardu Prabowo
Kalsel akan terus bergerak dan melakukan sosialisasi kesemua daerah
mendukung dan mengenalkan visi-misi Prabowo-Sandi, guna memenangkan di
Pilpres 2019 ini, "kata Ketua DPD Gardu Prabowo Kalsel H Aspihani Ideris
SAP, SH MH, didampingi Wakil Ketua H Saleh Saberan dan Anang Tony juga
dua orang Wakil Sekretaris Hilmy Hamsy SE dan Rifka Jaya S.Sos M.Si,
usai acara jumpa pers dengan wartawan media cetak dan elektronik di
Kalsel Sabtu (11/8/2018) di sebuah restaurant di Banjarmasin.
Aspihani
yang juga dosen Uniska Banjarmasin ini menjelaskan, pihaknya mendukung
Prabowo-Sandi bukan tanpa alasan, karena sosok Prabowo yang berlatar
belakang militer mantan Komandan Kopasus berpangkat jenderal dan
Sandiaga Uno sosok pengusaha muslim yang sukses diyakininya bakal mampu
membawa Indonesia menjadi lebih baik.
“Prabowo-Sandi
yang bisa menjadikan kejayaan Indonesia, karena saat ini kondisi
perekonomian Indonesia kami nilai sangat terpuruk. Nilai hutang luar
negeri meningkat, pengangguran tak terbendung. Itu semua kami nilai
sebuah kemunduran, Prabowo-Sandi lah yang mampu menjadikan Indonesia
bangsa yang mandiri dan disegani, di dunia ini” katanya.
Gardu
Prabowo Kalsel akan berjuang memperjuangkan Prabowo-Sandi menjadi
presiden dan Wakil Presiden. Intinya Gardu Prabowo harus menang,
kemenangan itu bukan hanya di Kalsel melainkan juga secara nasional,
agar Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dan kuat secara ekonomi.
“Kemenangan Prabowo-Sandi merupakan harga mati, bagi kami,” katanya
kepada puluhan wartawan yang hadir saat itu. (K@s)
Sumber Berita : http://www.suarakalimantan. com/2018/08/gardu-prabowo- kemenangan-prabowo-sandi- harga-mati-di-pilpres-2019/
Ada Yang Kecewa Dengan Pilihan Jokowi? Waspada Fenomena Ini, Pikir Baik-Baik Kalau Jokowi Tidak Dua ...
Saya
sampai hari ini pun masih merasa kurang bergairah, hahaha, gara-gara
pengumuman sosok yang menjadi calon pendamping Jokowi pada pilpres 2019.
Satu nama yang sangat tidak terduga, bukan hanya saya, tapi juga banyak
yang terkejut, syok, bahkan kecewa dan emosi. Saya paham dengan apa
yang mereka rasakan. Saya sendiri saja merasa pilpres kali ini rasanya
agak hambar, kurang lezat.
Kalau pilpres dulu
saya sangat antusias karena kinerja dan sepak terjang Jokowi sebagai
gubernur Jakarta yang ciamik, sekarang rasanya tidak seantusias dulu.
Soalnya banyak yang merasa Jokowi salah langkah, melihat koalisi
tetangga sebelah malah makin bikin tak semangat.
Tapi
ingatlah, inilah realita politik yang tak terhindarkan. Dua paslon akan
bertarung mati-matian untuk menduduki kursi RI-1 dan RI-2. Saya sendiri
sudah menjelaskan di artikel sebelumnya dengan sebaik-baiknya dan
semampu saya untuk memahami langkah yang diambil Jokowi ini.
Setidaknya
berilah kesempatan untuk membuktikan seiring berjalannya waktu. Di saat
banyak orang kecewa, saya yakin Jokowi juga pusing memikirkan ini. Saya
yakin banyak beban yang terlalu berat untuk dipikul saat menentukan
satu orang calon wakil presiden. Tentu dia paham akan konsekuensi ini,
mungkin juga dia sudah tahu bakal ada kekecewaan dari sebagian orang.
Mengambil pilihan seperti ini tentu tidak gampang, mengingat banyak
faktor lain yang kadang tidak kita ketahui karena berada di balik layar.
Tapi setidaknya berikan kesempatan kepada Jokowi untuk buktikan bahwa
pilihannya tidak salah.
Nah, sekarang kita
lanjut lagi. Saya sempat bergentayangan di media sosial. Saya penasaran
bagaimana reaksi dan komentar netizen soal pasangan Jokowi-Ma'ruf dan
Prabowo-Sandiaga Uno. Ada satu fenomena yang cukup unik, dan saya rasa
perlu diwaspadai.
Ada sedikit suara-suara yang
mulai memancing untuk golput dikarenakan langkah Jokowi ini. Kekecewaan
sebagian orang sepertinya mau dipancing agar menjadi besar dan kemudian
menjadi sebuah gerakan untuk dimanfaatkan sebagai senjata politik. Saya
tak tahu apakah ini murni terjadi secara alami atau akan dimanfaatkan
(tahu sendiri lah siapa yang akan memanfaatkan ini).
Anggap saja ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Pertama,
ini terjadi secara alami karena memang berawal dari kekecewaan terhadap
pilihan Jokowi. Untuk ini, saya hanya bisa katakan, memilih seorang
calon wakil presiden pendamping bukan semudah memilih baju yang akan
dipakai. Ada banyak faktor, belum lagi faktor luar seperti partai
pendukung dan tekanan luar lainnya, belum lagi bicarakan soal masa depan
negara. Pastinya ini cukup memusingkan dan menguras pikiran.
Kalau
memang ada yang merasa pilpres kali ini bukan diisi calon terbaik,
setidaknya ingatlah kutipan ini. Saya lupa siapa yang katakan ini, tapi
saya masih ingat. "Pemilu itu bukan hanya memilih yang terbaik tapi juga
mencegah yang terburuk berkuasa."
Melihat
koalisi sebelah, mau tak mau kita harus percaya kalau saat ini, dari
pilihan yang ada, Jokowi masih yang lebih baik kalau tidak mau katakan
yang terbaik. Ini juga demi pembangunan yang berkelanjutan. Sayang kalau
pembangunan masif Jokowi harus mangkrak karena presidennya ganti yang
baru. Itu pakai utang negara, lebih baik dipakai maksimal yang penting
ada hasilnya ketimbang menguap karena mangkrak. Silakan pilih. Yang
Jakarta sudah banyak buktinya. Yakin mau ini terjadi satu Indonesia?
Golput
bukan pilihan. Golput malah memberikan kemenangan secara tidak langsung
kepada orang lain. Coba deh pikirkan dengan baik sebaik-baiknya dengan
kepala dingin, bagaimana kalau Jokowi tidak lanjut lagi?
Kedua,
anggap saja ini ada kemungkinan bakal dimanfaatkan kelompok tertentu.
Maksudnya gerakan golput ini akan digaungkan. Maka dari itu hati-hati
dan waspada. Isu agama mungkin tak bisa dilancarkan, tapi gerakan ini
bisa jadi masalah juga di kemudian hari. Bukankah ini yang sangat
diharapkan kubu yang tidak ingin Jokowi lanjut dua periode? Seperti yang
saya katakan, satu suara sangat penting. Satu suara tidak diberikan,
maka akan mengurangi satu suara. Satu suara yang tidak ada, artinya
membuka peluang kubu lain menang. Pikirkan baik-baik apakah perkataan
saya ini benar atau tidak?
Mau emosi atau kecewa
silakan. Saya juga merasa agak kecewa, karena kombinasinya agak kurang
klop. Tapi untuk situasi saat ini, inilah pilihan terbaik. Setidaknya
Jokowi masih jadi calon presiden. Setidaknya Jokowi selama 4 tahun ini
sudah menunjukkan bukti kerjanya. Rasanya terlalu dini memojokkan
langkahnya. Mari kita tunggu saja.
Bagaimana menurut Anda?
Prabowo-Sandiaga Berencana Temui Habib Rizieq di Mekkah?
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua bidang Hukum DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, mengatakan adanya kemungkinan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk bertemu dengan tokoh Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Namun, hingga saat ini komunikasi Prabowo-Sandiaga dengan Rizieq masih terbatas melalui telepon dan utusan.
"Menurut saya, kemungkinan iya (akan bertemu), walaupun sementara lewat utusan dan lewat telepon," ujar Habiburokhman di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Ia menegaskan komunikasi Prabowo dengan Rizieq masih terjalin dengan baik, karena adanya jalur khusus yang dimiliki Ketum Partai Gerindra itu.
Terkait hasil rekomendasi cawapres Ijtima Ulama yang tidak digunakan Prabowo sendiri, dia menjelaskan hal itu telah clear.
"Semua sudah clear bahwa teman-teman ulama juga sudah bisa memahami situasi politik dan situasi batin ketika kami mengambil keputusan Prabowo-Sandiaga Uno," tukasnya.
Sebelumnya dikabarkan, Habib Rizieq Syihab meminta segera digelar Ijtima Ulama II. Hal ini merupakan reaksi atas tak dipilihnya dua nama yang direkomendasikan sebagai cawapres Prabowo Subianto.
"Beri kesempatan yang Luas & Lapang kepada para Habaib & Ulama serta Tokoh Perjuangan kita melakukan "Ijtihad Politik" melalui "Ijtima' Ulama II" untuk menjaga maslahat Agama, Bangsa & Negara demi meraih Ridho Allah SWT," kata Rizieq lewat akun Twitter-nya, Jumat (10/8/2018).
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/prabowo-sandiaga-berencana-temui-habib-rizieq-di-mekkah
Namun, hingga saat ini komunikasi Prabowo-Sandiaga dengan Rizieq masih terbatas melalui telepon dan utusan.
"Menurut saya, kemungkinan iya (akan bertemu), walaupun sementara lewat utusan dan lewat telepon," ujar Habiburokhman di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Ia menegaskan komunikasi Prabowo dengan Rizieq masih terjalin dengan baik, karena adanya jalur khusus yang dimiliki Ketum Partai Gerindra itu.
Terkait hasil rekomendasi cawapres Ijtima Ulama yang tidak digunakan Prabowo sendiri, dia menjelaskan hal itu telah clear.
"Semua sudah clear bahwa teman-teman ulama juga sudah bisa memahami situasi politik dan situasi batin ketika kami mengambil keputusan Prabowo-Sandiaga Uno," tukasnya.
Sebelumnya dikabarkan, Habib Rizieq Syihab meminta segera digelar Ijtima Ulama II. Hal ini merupakan reaksi atas tak dipilihnya dua nama yang direkomendasikan sebagai cawapres Prabowo Subianto.
"Beri kesempatan yang Luas & Lapang kepada para Habaib & Ulama serta Tokoh Perjuangan kita melakukan "Ijtihad Politik" melalui "Ijtima' Ulama II" untuk menjaga maslahat Agama, Bangsa & Negara demi meraih Ridho Allah SWT," kata Rizieq lewat akun Twitter-nya, Jumat (10/8/2018).
KOMPAS IMAGES
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab
Gaya Simpatisan Jokowi-Ma’ruf
Jakarta, (Tagar 10/8/2018) - Bentuk dukungan dari simpatisan kubu
Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan
aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8).
Para simpatisan Jokowi dengan nada lantang melakukan teriakan, sebagai tanda dukungan terhadap pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.
Hal menarik terlihat dari simpatisan komunitas "Samawa", yang mengenakan baju adat dari berbagai daerah Indonesia. Hal ini menandakan Indonesia sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika.
Oman, salah satu simpatisan yang mewakili peserta dari komunitas Samawa mengatakan, kehadiran mereka di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat saat itu untuk memberi dukungan dan semangat bagi Jokowi dan Ma’ruf Amin maju dalam Pilpres 2019.
"Kami hadir di sini untuk dukung Jokowi-Ma’ruf Amin maju di Pilpres 2019. Kami pakai baju adat ini untuk menandakan dan mewakili dari seluruh daerah di Indonesia dan mewakili setiap daerah. Indonesia satu suku bangsa," ucap Oman saat ditemui di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
Kata dia, komunitas Samawa mendukung Jokowi bukan tanpa tujuan. Tetapi dirinya juga melihat hasil kerja yang nyata dalam membangun Indonesia yang semakin baik.
"Hasil kerjanya nyata dan pembangunan dari Pulau Rote sampai Miangas juga sudah terlihat. Pak Jokowi gak basa-basi saja. Hidup Jokowi!" ujar dia.
Sementara simpatisan dari Kesatuan Muda Partai Golkar juga menunjukkan dukungannya terhadap Jokowi-Ma’ruf Amin. Simpatisan ini terlihat membawa spanduk bertuliskan "Jokowi Presiden 2019-2024 Indonesia Hebat".
Spanduk yang dibawa simpatisan ini, menurut Ketua Umum Kesatuan Muda Partai Golkar Muhammad Alexandra, pihaknya yakin nantinya Jokowi akan menjadi Presiden 2019-2024 mendatang.
"Yakin dan sangat yakin karena Jokowi dicintai rakyat dan bersama ulama dia dicintai oleh umat dan didukung oleh umat juga," ucap dia di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
"Jokowi juga telah berhasil memberikan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Jokowi berhasil memberikan kesehatan gratis buat anak-anak Indonesia. Jokowi juga berhasil membangun segala infrastruktur dan pembangunanan Indonesia," ucapnya.
"Sekitar seribu peserta yang dikerahkan saat ini," kata Muhammad Alexandra, adalah untuk menyambut dan menghantarkan Jokowi mendaftarkan diri sebagai capres dan cawapres bersama Ma’ruf Amin.
Sumber Berita : https://www.tagar.id/gaya-simpatisan-jokowimaruf
Kelahiran, Tangerang, 11 Maret 1943
Pendidikan
-Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur
-Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Karier
1. Ra’is ‘Aam PBNU (2015-2020)
2. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (2015-2020)
3. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama (2010 – 2014)
4. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama (2007-2009)
5. Anggota Koordinator Da’wah (KODI) DKI Jakarta
6. Anggota BAZIS DKI Jakarta
7. Ketua Fraksi Golongan Islam DPRD DKI Jakarta
8. Ketua Fraksi PPP DPRD DKI Jakarta
9. Pimpinan Komisi A DPRD DKI Jakarta
10. Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (pertama)
11. Anggota MPR RI dari PKB
12. Ketua Komisi VI DPR RI dari PKB
13. Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat
14. Rois Syuriah PBNU
15. Penasihat Lembaga Bahtsul Masail LBM-PBNU
16. Dosen STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta
Peta Kekuatan Parpol Pendukung Jokowi-Ma’ruf
1. PDIP (109 kursi DPR)
2. Partai Golkar (91 kursi)
3. PKB (47 kursi)
4. PPP (39 kursi)
5. Partai Nasdem (35 kursi)
6. Partai Hanura (16 kursi)
7. PSI (0 kursi)
8. Perindo (0 kursi)
9. PKPI (0 kursi)
Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.
lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969
PENDIDIKAN
-Wichita State University, Amerika Serikat,
-George Washington University, Amerika Serikat
PARTAI POLITIK
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
JABATAN
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Saat ini, Sandi Uno juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.
-PT Adaro Indonesia
-PT Indonesia Bulk Terminal
-PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
-Interra Resources Limited
-PT. iFORTE SOLUSI INFOTEK
Pada Mei 2011, membeli 51% saham Mandala Airlines.
Pada 16 April 2015, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur PT Adaro Energy Tbk.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, 10 Juni 2015, ia resmi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).
-Pendiri perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.
-Pada tahun 1993 ia bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi sekaligus di MP Holding Limited Group (mulai 1994).
-Pada tahun 1995 Executive Vice President NTI Resources Ltd, Kanada.
-Pada tahun 1997 mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors.
-pada 1998 mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.
-Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Beberapa perusahaan pun telah dijual kembali , antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.
-Pada 2005–2008, Ketua umum Himpunan pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Kadin.
-Pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta dollar AS.
-Pada tahun 2009, tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.
-Pada tahun 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia di peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta.
Peta Kekuatan Parpol Pendukung Prabowo-Sandiaga
1. Partai Gerindra (73 kursi DPR)
2. PAN (49 kursi)
3. PKS (40 kursi)
4. PBB (0 kursi)
5. Partai Berkarya (0 kursi)
6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) (0 kursi)
*Partai Demokrat (61 kursi belum menentukan arah koalisi (pas tanggal 10 Agustus 2018 baru Demokrat mendukung Prabowo-Sandiaga)
Benar atau pun tidak perihal mahar Sandiaga Uno
akan berdampak buruk kepada Demokrat, khususnya Andi Arief, dan kepada
Gerindra, khususnya Sandiaga Uno. Bagaimana tidak, jika tidak terbukti
maka Andi Arief akan diperkarakan oleh PKS dan PAN karena telah
menyebarkan hoax dan pencemaran nama baik. Tetapi jika terbukti, maka
pencalonan Sandiaga Uno akan dianulir oleh KPU. Dan dinyatakan tidak
sah. Partai Demokrat dan Gerindra akan menjadi serba salah.
Para simpatisan Jokowi dengan nada lantang melakukan teriakan, sebagai tanda dukungan terhadap pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.
Hal menarik terlihat dari simpatisan komunitas "Samawa", yang mengenakan baju adat dari berbagai daerah Indonesia. Hal ini menandakan Indonesia sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika.
Oman, salah satu simpatisan yang mewakili peserta dari komunitas Samawa mengatakan, kehadiran mereka di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat saat itu untuk memberi dukungan dan semangat bagi Jokowi dan Ma’ruf Amin maju dalam Pilpres 2019.
"Kami hadir di sini untuk dukung Jokowi-Ma’ruf Amin maju di Pilpres 2019. Kami pakai baju adat ini untuk menandakan dan mewakili dari seluruh daerah di Indonesia dan mewakili setiap daerah. Indonesia satu suku bangsa," ucap Oman saat ditemui di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
Kata dia, komunitas Samawa mendukung Jokowi bukan tanpa tujuan. Tetapi dirinya juga melihat hasil kerja yang nyata dalam membangun Indonesia yang semakin baik.
"Hasil kerjanya nyata dan pembangunan dari Pulau Rote sampai Miangas juga sudah terlihat. Pak Jokowi gak basa-basi saja. Hidup Jokowi!" ujar dia.
Sementara simpatisan dari Kesatuan Muda Partai Golkar juga menunjukkan dukungannya terhadap Jokowi-Ma’ruf Amin. Simpatisan ini terlihat membawa spanduk bertuliskan "Jokowi Presiden 2019-2024 Indonesia Hebat".
Spanduk yang dibawa simpatisan ini, menurut Ketua Umum Kesatuan Muda Partai Golkar Muhammad Alexandra, pihaknya yakin nantinya Jokowi akan menjadi Presiden 2019-2024 mendatang.
"Yakin dan sangat yakin karena Jokowi dicintai rakyat dan bersama ulama dia dicintai oleh umat dan didukung oleh umat juga," ucap dia di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
"Jokowi juga telah berhasil memberikan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Jokowi berhasil memberikan kesehatan gratis buat anak-anak Indonesia. Jokowi juga berhasil membangun segala infrastruktur dan pembangunanan Indonesia," ucapnya.
"Sekitar seribu peserta yang dikerahkan saat ini," kata Muhammad Alexandra, adalah untuk menyambut dan menghantarkan Jokowi mendaftarkan diri sebagai capres dan cawapres bersama Ma’ruf Amin.
Kekhawatiran Wury Estu Handayani Jika Suaminya Ma'ruf Amin Jadi Wakil Presiden
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Istri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, Wury Estu
Handayani (44) terlihat kompak mengenakan pakaian muslimah warna putih
dengan empat anaknya saat mendampingi suami didaftarkan sebagai cawapres
dari capres Joko Widodo di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta,
Jumat (10/8/2018) pagi.
Wury yang dikenal murah senyum terlihat terus sumringah saat melayani sejumlah perempuan yang menyelaminya.
Fisik, termasuk wajahnya yang lebih muda sempat menjadi pusat perhatian dari para awak media yang melakukan peliputan dan para pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di kantor KPU.
Yah, Wury merupakan istri Ma'ruf Amin dari pernikahan keduanya. Keduanya menikah di Masjid Sunda Kelapa Jakarta pada 31 Mei 2014 atau saat keduanya berstatus sendiri atau single.
Saat itu, Wury sudah menjanda dua tahun, sedangkan Ma'ruf Amin menduda tujuh bulan usai istri pertamanya, Siti Churiyah, meninggal dunia.
Saat menikah dengan KH Ma'ruf Amin, Wury masih berusia 40 tahun atau terpaut 30 tahun.
Wury yang pernah menjadi perawat gigi di sebuah puskesmas tampak tidak kikuk saat terus menemani Ma'ruf Amin sejak melakukan kegiatan di Gedung joang, di kantor KPU hingga di sejumlah kantor partai pengusung.
Empat anak dari istri Ma'ruf Amin juga turut mendampingi.
Empat orang anak perempuan yang menemaninya tersebut diketahui berasal dari istri pertama Ma'ruf, Hj Siti Churiyah.
Mereka adalah Siti Ma'rifah, Siti Mahmudah, Siti Hannah dan si bungsu Siti Haniatunisa.
Ditemui di kantor DPP Partai Golkar, Wury mengatakan jika dirinya dan semua anak-anak Ma'ruf merasa senang atas terpilihnya Ma'ruf sebagai cawapres dari capres petahana Jokowi.
"Ya senang, bersyukur, alhamdulillah anak-anak semuanya mendukung, semua senang," ucap Wury dengan wajah sumringah.
Meski senang dan mendukung, namun Wury tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ia mengaku ada kekhawatiran di dirinya terhadap kesehatan seorang Ma'ruf Amin.
Apalagi, Ma'ruf Amin genap berusia 75 tahun pada 11 Maret lalu.
"Ya jelas khawatir," ujarnya.
Ia berharap dirinya selaku istri dan seluruh anak bisa menjaga diri dan memberikan yang terbaik jika kelak Ma'ruf Amin menjadi seorang wakil presiden.
"Tapi, ya mudah-mudahan kita bisa solid menjaga nama baik semua, mudah-mudahan ke depannya bisa lebih baik lagi," tuturnya.
Dia meminta doa dan dukungan dari masyarakat agar Ma'ruf Amin diberikan kesehatan dan kemenangan dari Pilpres 2019 mendatang.
Satu harapannya, agar kepemimpinan Jokowi dan Maruf Amin kelak bisa menjaga dan membawa Indonesia yang damai dan tentram.
Wury menceritakan, kali pertama mengetahui kabar suaminya dipilih menjadi cawapres untuk Jokowi dari tayangan berita di televisi.
Selain itu, ada pula ajudan Ma'ruf yang memberikan kabar kepadanya.
"Saat tau itu, saya bersyukur dan memohon mudah-mudahan Allah memudahkan semuanya, berdoa mudah-mudahan dilancarkan ke depannya," ujarnya.
Setelah seharian bersama anak-anak menemani suami melakukan kegiatan politik tersebut, Wury memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya di Koja, Jakarta Utara.
Ia mengaku lelah dan hendak beristirahat.
Wury dan ketiga anaknya terlihat lebih dulu masuk ke dalam mobil Toyota Alphard hitam.
Kemudian menyusul anak bungsu Ma'ruf, Siti Haniatunisa yang menggandeng Ma'ruf ke dalam mobil berpelat B 5 MRF itu.
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/kekhawatiran-wury-estu-handayani-jika-suaminya-maruf-amin-jadi-wakil-presiden?page=all
Wury yang dikenal murah senyum terlihat terus sumringah saat melayani sejumlah perempuan yang menyelaminya.
Fisik, termasuk wajahnya yang lebih muda sempat menjadi pusat perhatian dari para awak media yang melakukan peliputan dan para pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di kantor KPU.
Yah, Wury merupakan istri Ma'ruf Amin dari pernikahan keduanya. Keduanya menikah di Masjid Sunda Kelapa Jakarta pada 31 Mei 2014 atau saat keduanya berstatus sendiri atau single.
Saat itu, Wury sudah menjanda dua tahun, sedangkan Ma'ruf Amin menduda tujuh bulan usai istri pertamanya, Siti Churiyah, meninggal dunia.
Saat menikah dengan KH Ma'ruf Amin, Wury masih berusia 40 tahun atau terpaut 30 tahun.
Wury yang pernah menjadi perawat gigi di sebuah puskesmas tampak tidak kikuk saat terus menemani Ma'ruf Amin sejak melakukan kegiatan di Gedung joang, di kantor KPU hingga di sejumlah kantor partai pengusung.
Empat anak dari istri Ma'ruf Amin juga turut mendampingi.
Empat orang anak perempuan yang menemaninya tersebut diketahui berasal dari istri pertama Ma'ruf, Hj Siti Churiyah.
Mereka adalah Siti Ma'rifah, Siti Mahmudah, Siti Hannah dan si bungsu Siti Haniatunisa.
Ditemui di kantor DPP Partai Golkar, Wury mengatakan jika dirinya dan semua anak-anak Ma'ruf merasa senang atas terpilihnya Ma'ruf sebagai cawapres dari capres petahana Jokowi.
"Ya senang, bersyukur, alhamdulillah anak-anak semuanya mendukung, semua senang," ucap Wury dengan wajah sumringah.
Meski senang dan mendukung, namun Wury tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ia mengaku ada kekhawatiran di dirinya terhadap kesehatan seorang Ma'ruf Amin.
Apalagi, Ma'ruf Amin genap berusia 75 tahun pada 11 Maret lalu.
"Ya jelas khawatir," ujarnya.
Ia berharap dirinya selaku istri dan seluruh anak bisa menjaga diri dan memberikan yang terbaik jika kelak Ma'ruf Amin menjadi seorang wakil presiden.
"Tapi, ya mudah-mudahan kita bisa solid menjaga nama baik semua, mudah-mudahan ke depannya bisa lebih baik lagi," tuturnya.
Dia meminta doa dan dukungan dari masyarakat agar Ma'ruf Amin diberikan kesehatan dan kemenangan dari Pilpres 2019 mendatang.
Satu harapannya, agar kepemimpinan Jokowi dan Maruf Amin kelak bisa menjaga dan membawa Indonesia yang damai dan tentram.
Wury menceritakan, kali pertama mengetahui kabar suaminya dipilih menjadi cawapres untuk Jokowi dari tayangan berita di televisi.
Selain itu, ada pula ajudan Ma'ruf yang memberikan kabar kepadanya.
"Saat tau itu, saya bersyukur dan memohon mudah-mudahan Allah memudahkan semuanya, berdoa mudah-mudahan dilancarkan ke depannya," ujarnya.
Setelah seharian bersama anak-anak menemani suami melakukan kegiatan politik tersebut, Wury memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya di Koja, Jakarta Utara.
Ia mengaku lelah dan hendak beristirahat.
Wury dan ketiga anaknya terlihat lebih dulu masuk ke dalam mobil Toyota Alphard hitam.
Kemudian menyusul anak bungsu Ma'ruf, Siti Haniatunisa yang menggandeng Ma'ruf ke dalam mobil berpelat B 5 MRF itu.
Kolase/Tribunnews/Facebook//Wury Estu Handayani
Ma'ruf Amin, Joko Widodo, dan Wury Estu Handayani
Daftar Kelemahan Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi
Dua pasangan Calon Presiden (Capres) dan
Calon Wakil Presiden (Cawapres) sudah resmi mendaftar ke Komisi
Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (10/8) siang tadi. Tentu, baik pasangan
Joko Widodo-KH. Ma’ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menurut peneliti Surabaya Survey Center
(SSC), Surokim Abdussalam, kelemahan yang dimiliki pasangan
Jokowi-Ma’ruf ada pada sosok KH. Ma’ruf Amin yang usianya sudah cukup
tua dan kurang lincah. Hal itu, tentu nantinya akan berdampak pada
proses kampanye yang betul-betul membutuhkan tenaga ekstra.
“Usia Ma’ruf bukan usia produktif. Yang
ideal itu bisa bergerak lincah terutama dalam mencari dukungan,” kata
Surokim kepada JawaPos, Jumat (10/8).
Selain itu, duet pasangan Jokowi-Ma’ruf
ini diyakini tidak akan maksimal menggiring pemilihan milenial. Terutama
sosok Ma’ruf Amin yang sudah tua. Bahkan, banyak pemilih pemula yang
masih belum mengetahui sosok Ketua MUI itu.
“Sulit mengidentifikasi diri pada
pemilih milinial mengingat pemilih muda biasanya lebih welcome terhadap
identitikasi pada generasi yang sama. Mereka cenderung lebih ekpresif
inovatif untuk akomodasi pemilih yang sama-sama segenerasi milineal,”
terangnya.
Sementara kelemahan yang dimiliki
pasangan Prabowo-Sandi, yakni ancaman melemahnya mesin partai koalisi.
Meski Sandiaga sudah dipaksa mundur dari Gerindra, tentu tidak secara
otomatis akan merubah persepsi parpol koalisi lainnya. Terutama partai
Demokrat.
“Keduanya ini berasal dari satu partai. Jadi agak sulit bisa mengerakkan mesin partai koalisi secara maksimal,” imbuhnya.
Sementara kelemahan lain yang dimiliki
pasangan Prabowo-Sandi itu disebabkan oleh latar belakangnya keduanya.
Prabowo yang dari militer dan Sandiaga yang berlatarbelakang pengusaha
diyakni tidak akan maksimal meraih dukungan umat Islam. Apalagi,
rekomendasi Ijtima’ Ulama tidak diterima oleh Prabowo.
Posisi tersebut tentu akan berdampak pada suara umat Islam terutama dari kalangan Nahdliyin yang lebih mendukung Jokowi-Ma’ruf.
“Afiliasi kelompok islam majority-nya
kurang karena latar belakang militer dan pengusaha sementara fakta
sosial kalangan agamis masih jadi modal sumbolik,” pungkasnya.
(mkd/JPC)
Sumber Berita : https://radarsukabumi.com/2018/08/10/daftar-kelemahan-jokowi-maruf-dan-prabowo-sandi/
2014 Menangkan Prabowo, TGB Kini Siap Menangkan Jokowi di NTB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi pada kontestasi pemilihan presiden 2019-2024, akan membantu calon presiden Joko Widodo untuk menang di Provinsi NTB.
Hal tersebut akan dilakukan TGB, mengingat dirinya telah menyatakan dukungannya kepada capres Jokowi dan cawapres Ma'ruf Amin, meski saat ini dirinya belum ditawari menjadi tim pemenangan pasangan tersebut.
"Enggak ada tawar-tawarin apa, tapi komitmen saya seperti yang saya sampaikan, bahwa untuk keberlanjutan kemaslahatan kita semua, ya menurut saya Bapak Jokowi harus menuntaskan di periode kedua," ujar TGB di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Diketahui saat kontestasi Pilpres 2014, TGB merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan mampu memenangkan mereka di NTB dengan memperoleh suara 1.844.178 atau 72,45 persen.
Sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla waktu itu, hanya mendulang suara 701.238 atau 27,54 persen.
Keputusan Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin pun diapresiasi oleh TGB, dimana dirinya melihat sosok Ketua MUI itu merupakan orang yang tepat.
"Guru saya (Ma'ruf Amin), kalau guru, ya murid pasti berbakti, berkhidmat pada gurunya," ucap TGB.
TGB pun mencontohkan keberhasilan Jokowi dalam membangun infrastruktur di NTB, sehingga patut masyarakat di sana mendukung Jokowi-Ma'ruf untuk melanjutkan program-program pemerintah menjadi dua periode.
"Di NTB itu bisa agak cepat menanganai tanggap darurat, karena infrastruktur di NTB itu diguncang dengan 7,0 SR relatif kuat, kenapa kuat karena dalam 10 tahun terakhir kita menyiapkan infrastruktur transportasi yang kokoh," papar TGB.
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/2014-menangkan-prabowo-tgb-kini-siap-menangkan-jokowi-di-ntb
Hal tersebut akan dilakukan TGB, mengingat dirinya telah menyatakan dukungannya kepada capres Jokowi dan cawapres Ma'ruf Amin, meski saat ini dirinya belum ditawari menjadi tim pemenangan pasangan tersebut.
"Enggak ada tawar-tawarin apa, tapi komitmen saya seperti yang saya sampaikan, bahwa untuk keberlanjutan kemaslahatan kita semua, ya menurut saya Bapak Jokowi harus menuntaskan di periode kedua," ujar TGB di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Diketahui saat kontestasi Pilpres 2014, TGB merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan mampu memenangkan mereka di NTB dengan memperoleh suara 1.844.178 atau 72,45 persen.
Sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla waktu itu, hanya mendulang suara 701.238 atau 27,54 persen.
Keputusan Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin pun diapresiasi oleh TGB, dimana dirinya melihat sosok Ketua MUI itu merupakan orang yang tepat.
"Guru saya (Ma'ruf Amin), kalau guru, ya murid pasti berbakti, berkhidmat pada gurunya," ucap TGB.
TGB pun mencontohkan keberhasilan Jokowi dalam membangun infrastruktur di NTB, sehingga patut masyarakat di sana mendukung Jokowi-Ma'ruf untuk melanjutkan program-program pemerintah menjadi dua periode.
"Di NTB itu bisa agak cepat menanganai tanggap darurat, karena infrastruktur di NTB itu diguncang dengan 7,0 SR relatif kuat, kenapa kuat karena dalam 10 tahun terakhir kita menyiapkan infrastruktur transportasi yang kokoh," papar TGB.
TRIBUN/DANY PERMANA
Gubernur
Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi yang bergelar Tuan Guru
Bajang berbincang dengan awak Tribunnews.com di kantor Tribun Network,
Palmerah, Jakarta, Kamis (12/7/2018). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Rematch Prabowo-Jokowi
JAKARTA–Presiden Joko
Widodo (Jokowi) memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH
Ma’ruf Amin sebagai cawapresnya. Sementara Prabowo Subianto berduet
dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Bagaimana peta kekuatan
kedua pasangan jika bertarung di Pilpres 2019?
Jokowi resmi menunjuk Ma’ruf Amin sebagai
pendampingnya di Pilpres mendatang. Ada beberapa alasan mantan gubernur
DKI Jakarta itu menujuk kiai yang kini sudah berumur 75 tahun.
Diungkapkan Jokowi, alasan dirinya memilih Rais Aam Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) itu karena dia adalah tokoh agama dengan segudang
pengalaman di pemerintahan dan juga sebagai pernah menjadi anggota
dewan.
“Ma’ruf Amin adalah sosok utuh sebagai
tokoh agama yang bijaksana. Pernah duduk di legislator sebagai anggota
DPRD, DPR, MPR dan Wantimpres, Rais Amma PBNU, dan juga Ketua MUI, juga
saat ini menjabat sebagai dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP),” ujar Jokowi dalam konfrensi pers di Resto Pelataran,
Menteng, Jakarta, Kamis (9/8).
Jokowi juga mengatakan, sosok dirinya dan
Ma’ruf Amin adalah perpaduan nasionalis dan religius. Sehingga target
merebut hati rakyat Indonesia sebanyak-banyaknya bakal ia lakukan. “Kami
saling melengkapi nasionalis-religius, (targetnya) seluruh rakyat
Indonesi?a dari Sabang sampai Merauke,” kata Jokowi yang sebelumnya
ramai dibicarakan bakal berdampingan dengan Mahfud MD.
Jokowi mengaku dalam memilih Ma’ruf Amin
sudah melalui proses yang panjang. Misalnya, meminta masukan dari elemen
masyarakat dan dari partai-partai koalisi pendukungnya di Pilpres 2019
mendatang.Selanjutnya pada hari ini, Jumat (9/8), Jokowi bersama dengan
Ma’ruf Amin berkunjung ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendaftarkan
capres dan cawapres.
“Jam 09.00 WIB akan daftarkan ke KPU,
berangkat dari Gedung Joang 45 menuju ke KPU beserta para ketum, sekjen,
dan seluruh relawan,” pungkasnya.Sementara kubu Prabowo pukul 23.30 WIB
(9/8) mengumumkan Sandiaga Uno sebagai cawapres mendampingi Prabowo
melawan Jokowi-Ma’ruf.
Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil
Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno mendeklarasikan diri jadi
capres-cawapres yang digelar di kediaman Prabowo, Kertanegara, Kebayoran
Baru, Jaksel, Kamis (9/8). Elite PAN dan PKS menyaksikan deklarasi
itu.”Gerindra, PKS, dan PAN telah memberi kepercayaan kepada saya dan
Saudara Sandiaga Uno untuk maju sebagai calon presiden dan calon wakil
presiden Republik Indonesia,” ujar Prabowo.
Koalisi Gerindra-PAN-PKS akan membawa
Prabowo-Sandiaga ke Pilpres 2019. Rematch Prabowo-Jokowi jadi kenyataan.
Sementara itu, Partai Demokrat (PD) menolak Sandiaga jadi duet Prabowo.
PD baru akan membuat keputusan hari ini (10/8). PD jadi satu-satunya
partai parlemen yang belum membuat keputusan soal Pilpres 2019.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno
menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di
Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) malam.Saat tiba di depan
kediaman Prabowo, Sandi tidak berbicara banyak. Memakai baju polo
abu-abu, Sandi hanya menyampaikan selamat atas terpilihnya Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin sebagai cawapres pendamping
Joko Widodo.
“Selamat Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma’ruf Amin,” kata Sandi.
“Selamat Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma’ruf Amin,” kata Sandi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
menanggapi kabar tersebut. Tanpa raut wajah terkejut, Anies mengaku
sudah mengetahui cerita di balik jelang hari terakhir pendaftaran capres
dan cawapres sejumlah partai politik.“Tapi kalau saya ditanya apakah
tahu, saya tahu, saya tahu persis,” ujar Anies di Balai Kota DKI
Jakarta, Kamis (9/8).
Namun, dia belum ingin membeberkan lebih
lanjut mengingat saat ini suasana politik tengah bergejolak. Mantan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu berjanji akan
mengungkapnya jika proses telah selesai.“Jadi nanti ini biar
diselesaikan semuanya, nanti saya baru bercerita. Sekarang sedang ada
proses, saya tidak ingin ikut komentar sampai semuanya selesai baru saya
bicara,” tutur dia.
PAN pun sudah mengetok keputusan untuk
mengusung Prabowo. Sedangkan untuk calon wakil presiden (cawapres), PAN
mengusung Zukifli dan Ustas Abdul Somad alias UAS. Pengamat politik dari
Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mengatakan, kedua
pasangan berpeluang untuk memenangkan kontestasi. Pasalnya, kedua
paslon tersebut memiliki basis dukungan yang konkret.
“Peluangnya bisa saling mengalahkan.
Jokowi-Ma’ruf basis suara dari kalangan Nahdlatul Ulama dan
Prabowo-Sandi dari kalangan Islam kelompok GNPF,” kata Ujang kepada
wartawan (9/8).
Ir. H. Joko Widodo
lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961
lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961
PENDIDIKAN
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM)
JABATAN
Presiden RI ke-7, 20 Oktober 2014-2019
Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia
yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Menjadi Gubernur DKI Jakarta
sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2014. Sebelumnya menjadi
Walikota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober
2012. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Walikota Solo, Jokowi
ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P),
untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada 20 September 2012, Jokowi berhasil
memenangi Pilgub Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan
dukungan populer untuk seorang pemimpin yang “muda” dan “bersih”.
Semenjak terpilih sebagai gubernur,
popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media. Akibatnya,
muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk Pilpres 2014.
Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama Jokowi terus unggul. Pada
14 Maret 2014, Jokowi menerima mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Sukarnoputri untuk maju sebagai calon presiden.
KH Ma’ruf AminKelahiran, Tangerang, 11 Maret 1943
Pendidikan
-Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur
-Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Karier
1. Ra’is ‘Aam PBNU (2015-2020)
2. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (2015-2020)
3. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama (2010 – 2014)
4. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama (2007-2009)
5. Anggota Koordinator Da’wah (KODI) DKI Jakarta
6. Anggota BAZIS DKI Jakarta
7. Ketua Fraksi Golongan Islam DPRD DKI Jakarta
8. Ketua Fraksi PPP DPRD DKI Jakarta
9. Pimpinan Komisi A DPRD DKI Jakarta
10. Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (pertama)
11. Anggota MPR RI dari PKB
12. Ketua Komisi VI DPR RI dari PKB
13. Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat
14. Rois Syuriah PBNU
15. Penasihat Lembaga Bahtsul Masail LBM-PBNU
16. Dosen STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta
Peta Kekuatan Parpol Pendukung Jokowi-Ma’ruf
1. PDIP (109 kursi DPR)
2. Partai Golkar (91 kursi)
3. PKB (47 kursi)
4. PPP (39 kursi)
5. Partai Nasdem (35 kursi)
6. Partai Hanura (16 kursi)
7. PSI (0 kursi)
8. Perindo (0 kursi)
9. PKPI (0 kursi)
H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo
lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951
Prabowo adalah seorang pengusaha,
politisi, dan mantan perwira TNI Angkatan Darat. Ia menempuh pendidikan
dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung dalam
bisnis dan politik. Bersama Hatta Rajasa, ia maju sebagai calon Presiden
Indonesia ke-7 di Pilpres 2014.
Masuk Akademi Militer Magelang pada tahun
1970 dan lulus pada tahun 1974 sebagai letnan dua. Prabowo mencatatkan
diri sebagai komandan termuda saat mengikuti operasi Tim Nanggala di
Timor Timur. Kariernya melejit setelah menjabat Wakil Detasemen
Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1983.
Merengkuh jabatan Komandan Kopassus pada 1995, selang setahun ia
dipromosikan sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Pangkat terakhir di
militer, Letnan Jenderal (Letjen).
Setelah tidak aktif di militer, Prabowo
menghabiskan waktu di Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni
dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha
minyak. Bisnis Prabowo meliputi sedikitnya 27 perusahaan yang bergerak
di sektor berbeda. Kembali ke Tanah Air, ia berkecimpung di politik.
Pada 2008, mengukuhkan pembentukan Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Lewat jalur perhimpunan, Prabowo merangkul petani, pedagang
pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua
periode, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sejak
2004.
Jabatan militer
Tahun Jabatan
1976 Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha
1977 Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha
1983-1985 Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus
1985-1987 Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1987-1991 Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1991-1993 Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
1993-1994 Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
1994 Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus
1995-1996 Komandan Komando Pasukan Khusus
1996-1998 Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
1998 Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat
1998 Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI
1977 Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha
1983-1985 Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus
1985-1987 Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1987-1991 Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1991-1993 Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
1993-1994 Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
1994 Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus
1995-1996 Komandan Komando Pasukan Khusus
1996-1998 Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
1998 Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat
1998 Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI
lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969
PENDIDIKAN
-Wichita State University, Amerika Serikat,
-George Washington University, Amerika Serikat
PARTAI POLITIK
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
JABATAN
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Saat ini, Sandi Uno juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.
-PT Adaro Indonesia
-PT Indonesia Bulk Terminal
-PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
-Interra Resources Limited
-PT. iFORTE SOLUSI INFOTEK
Pada Mei 2011, membeli 51% saham Mandala Airlines.
Pada 16 April 2015, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur PT Adaro Energy Tbk.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, 10 Juni 2015, ia resmi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).
-Pendiri perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.
-Pada tahun 1993 ia bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi sekaligus di MP Holding Limited Group (mulai 1994).
-Pada tahun 1995 Executive Vice President NTI Resources Ltd, Kanada.
-Pada tahun 1997 mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors.
-pada 1998 mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.
-Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Beberapa perusahaan pun telah dijual kembali , antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.
-Pada 2005–2008, Ketua umum Himpunan pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Kadin.
-Pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta dollar AS.
-Pada tahun 2009, tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.
-Pada tahun 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia di peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta.
Peta Kekuatan Parpol Pendukung Prabowo-Sandiaga
1. Partai Gerindra (73 kursi DPR)
2. PAN (49 kursi)
3. PKS (40 kursi)
4. PBB (0 kursi)
5. Partai Berkarya (0 kursi)
6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) (0 kursi)
*Partai Demokrat (61 kursi belum menentukan arah koalisi (pas tanggal 10 Agustus 2018 baru Demokrat mendukung Prabowo-Sandiaga)
Sumber Berita : https://radarsukabumi.com/2018/08/10/rematch-prabowo-jokowi/
Guntur Romli Sebut Mahar Rp 500 M Merusak Politik Bersih: Ini Harus Jelas
TRIBUNNEWS.COM - Politisi
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli ikut
mengomentari tuduhan mengenai mahar Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS
senilai Rp 500 miliar.
Dilansir TribunWow.com, akun Twitter Mohamad Guntur Romli @GunRomli, Ia menyampaikan bahwa uang Rp 500 miliar telah merusak politik yang bersih.
Menurutnya, harus ada penjelasan mengenai hal tersebut karena menyangkut nama dan partai yang telah disebut secara publik.
Pilpres 2019 harus menjadi kompetisi yang fair dan jauh dari politik uang.
"500 M merusak politik bersih, ini harus jelas, apalagi ada partai2 & nama2 yg sdah disebut scara publik, pilpres 2019 hrus kompetisi yg fair, hrus jauh dr politik uang," tulis Mohamad Guntur Romli dalam akun Twitternya @GunRomli.
Sebelumnya Romli juga mengomentari postingan Andi Arief yang membahas mengenai mahar Rp 500 miliar tersebut.
Koalisi yang disebut sebut sebagai 'Koalisi Kardus' masih mempeributkan masalah uang Rp 500 miliar.
Guntur Romli berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Polri proaktif untuk menyelidiki kasus tersebut.
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/guntur-romli-sebut-mahar-rp-500-m-merusak-politik-bersih-ini-harus-jelas
Dilansir TribunWow.com, akun Twitter Mohamad Guntur Romli @GunRomli, Ia menyampaikan bahwa uang Rp 500 miliar telah merusak politik yang bersih.
Menurutnya, harus ada penjelasan mengenai hal tersebut karena menyangkut nama dan partai yang telah disebut secara publik.
Pilpres 2019 harus menjadi kompetisi yang fair dan jauh dari politik uang.
"500 M merusak politik bersih, ini harus jelas, apalagi ada partai2 & nama2 yg sdah disebut scara publik, pilpres 2019 hrus kompetisi yg fair, hrus jauh dr politik uang," tulis Mohamad Guntur Romli dalam akun Twitternya @GunRomli.
Koalisi yang disebut sebut sebagai 'Koalisi Kardus' masih mempeributkan masalah uang Rp 500 miliar.
Guntur Romli berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Polri proaktif untuk menyelidiki kasus tersebut.
Twitter
Mohamad Guntur Romli
Makin Panas! Saling Tuduh Mahar 500 Miliar Sandiaga Uno
Ketika
Partai Demokrat kecewa Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno daripada Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY), tersiar kabar bahwa Saniaga Uno telah
memberikan mahar kepada PKS dan PAN sebesar Rp.500 miliar agar dirinya
dapat menjadi cawapres Prabowo. Kabar ini dicuitkan oleh Andi Arief,
Wasekjen Demokrat. Akibat mahar Rp.500 miliar inilah, akhirnya Prabowo
tidak menjadikan AHY sebagai cawapres, tetapi malah sebaliknya mengambil
Sandiaga Uno sebagai pendampingnya. Yang mana Sandiaga Uno ini dari
semula tidak pernah diusulkan menjadi cawapres Prabowo.
Kekecewaan
Andi Arief karena AHY tidak menjadi cawapres Prabowo membuat Andi Arief
menuduh Prabowo sebagai ‘Jenderal Kardus’ yang akan menyerah ketika ada
yang menyodorkan uang. Kicauan Andi Arief ini disertai dengan
keterangan bahwa PKS dan PAN menerima uang sebesar Rp.500 miliar dari
Sandiaga Uno. Yang membuat PAN dan PKS bersedia menerima Sandiaga Uno
sebagai cawapres Prabowo.
Padahal
sebelumnya PKS tetap ngotot bahwa kadernyalah yang akan menjadi
cawapres Prabowo. Sedangkan PAN tetap pada pendiriannya juga bahwa
kadernya Zulkifli Hasan atau UAS yang harus menjadi cawapres Prabowo.
Dan mereka tidak setuju jika Prabowo mengambil AHY sebagai cawapres
seperti yang dikehendaki oleh Partai Demokrat. Karena ada tentangan dari
PKS dan PAN inilah membuat penentuan cawapres Prabowo menjadi molor.
Karena masing-masing partai pendukung tidak mau mengalah. Bahkan ketika
Prabowo mendeklarasikan Sandiaga Uno sebagai cawapres pun Partai
Demokrat masih tidak legowo. Bahkan tak satu pun perwakilan Partai
Demokrat yang hadir pada deklarasi tersebut.
Barulah
pada keesokan harinya Partai Demokrat bersedia mendukung Prabowo-Sandi
karena sudah tertutup pintu bagi Partai Demokrat di koalisi Jokowi.
Daripada pada tahun 2024 nanti Partai Demokrat tidak bisa mengajukan
capres-cawapres mending ikut dengan gerbong Prabowo meski pun tidak
sepenuh hati. Dan saya yakin, Partai Demokrat tidak akan allout
mendukung Prabowo. Meskipun ada politisi Demokrat yang mengatakan akan
berusaha dengan keras memenangkan Prabowo-Sandi. Untuk apa memenangkan
Prabowo-Sandi, sedangkan Partai Demokrat tidak mendapatkan apa yang
diharapkannya?
Bahkan kini tuduhan serius dari
Andi Arief kepada Sandiaga Uno yang memberikan mahar kepada PKS dan PAN
agar dapat menjadi cawapres Prabowo menjadi bola panas. Sepertinya
perseteruan antara PKS dan PAN melawan Partai Demokrat akan terus
berlanjut, meski pun mereka dalam satu koalisi. Bahkan sekali pun Partai
Demokrat mengatakan bahwa cuitan Andi Arief adalah urusan pribadi,
tetapi bagaimana pun juga Andi Arief adalah Wasekjen Partai Demokrat dan
ketika mencuitkan perihal mahar dari Sandiaga Uno, Andi Arief sebagai
kapasitas politisi Demokrat.
Dan ketika PKS
menuntut Andi Arief membuktikan ada mahar dari Sandiaga Uno ke
partainya, Andi Arief justru menyeret Fadli Zon dan kawan-kawan ke dalam
pusaran gejolak mahar Sandiaga Uno. Andi Arief secara terbuka bahwa
informasi tersebut didapatkan dari tim kecil Partai Gerindra yang
terdiri dari Fadli Zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier pada tanggal 8
Agustus 2018, pukul 16.00. Jika benar informasi tersebut didapatkan
dari Fadli Zon dan kawan-kawan, maka dapat dipastikan bahwa pencalonan
Sanidaga Uno bisa dibatalkan. Dan tak mungkin Andi Arief berani
sembarangan berbicara jika tidak ada bukti yang valid bukan? Dan saya
kira juga bukan sebuah candaan dari tim kecil Gerindra, karena mereka
saat itu sedang membicarakan masalah yang sangat serius. Masalah
cawapres Prabowo.
Berikut adalah kicauan Andi Arief mengenai informasi mahar Sandiaga Uno dari Tim Kecil Gerindra.
Soal Mahar ke PKS dan PAN maaing2 500 M ini penjelasan Saya: Sekjen Hinca, Waketum Syarief Hasan dan sekrt Majelis tinggi partai Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu langsung dari tim kecil Gerindra Fadli zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier 8 Agustus 2018 pk 16.00 .— andi arief (@AndiArief__) 11 Agustus 2018
Sumber Opini : https://seword.com/politik/makin-panas-saling-tuduh-mahar-500-miliar-sandiaga-uno-L5JVbYEvq
Startegi Jokowi Untuk Ahok
Banyak
orang berpikir kalau Jokowi tidak peduli pada Ahok. Atau kubu lawan
yang membangun opini kalau Jokowi tidak peduli pada Ahok.
Pertama,
ketika pengadilan memutuskan vonis hukuman lebih lama dari yang
dituntutkan oleh Jaksa. Dan Ahok langsung masuk penjara tanpa diberi
kesempatan untuk mengatakan salam perpisahan pada pendukung dan
keluarga. Kita semua sontak terhentak. Bahkan dunia internasional pun
mengecam keras keputusan hakim atas diri Ahok. Kubu lawan berpesta pora,
mereka semangat membangun narasi dan opini kalau Jokowi tak peduli pada
sahabat sejati. Apalagi kemudian, hakim yang membuat keputusan atas
hukuman Ahok, mendapatkan promosi jabatan.
Bayangkan
!! Bagaimana kondisi mental para pendukung Ahok menerima kenyataan
ini??? Perih ! Pedih ! Sedih ! Beribu-ribu lilin dinyalakan di hampir
seluruh kota besar di Indonesia. Hingga keberanian seorang gadis
pendukung Ahok di Padang yang menyalakan lilin dukungannya sendirian
menjadi begitu viral !!
Tapi dari balik jeruji
tahanan, Ahok tetap menularkan semangatnya dan menyerukan pada
pendukungnya untuk tetap mendukung Jokowi !!
Surat-surat kecil tulisan
tangan Ahok betebaran di dunia maya, di media sosial. Perintah dan
seruan Ahok kepada pendukungnya untuk tidak mengurangi dukungannya pada
Jokowi walaupun hanya sedikit.
Ahok meminta pendukungnya untuk selalu
percaya dan meyakini apapun keputusan Jokowi.
Ahok
sekarang menjadi simbol kekuatan, kebenaran, kejantanan, kerja nyata,
kekonsistenan dan kesetiaan yang mampu mengobrak-abrik usaha-usaha lawan
untuk memisahkan dirinya dari sosok Jokowi.
Begitu menakutkan pihak
lawan jika Ahok kembali bersama-sama, berdampingan, kerja bareng dengan
Jokowi.
Semua usaha pengadu-dombaan lawan pasca
hukuman bagi Ahok dijatuhkan mengalami kegagalan total. Ahok tidak
sedikitpun mengurangi dukungan dan kepercayaan dirinya pada Jokowi. Ahok
sangat memahami arti hukuman 2 tahun penjara yang dijatuhkan padanya.
Dua
tahun memenjarakan fisik Ahok itu sedikit, bahkan kalau ditambah
kehancuran pernikahannya, tetap masih belum seberapa dibandingkan
kehancuran dan kerugian bangsa dan negara Indonesia, jika Ahok saat itu
diibebaskan karena Jokowi turun tangan, menggunakan kekuasaannya sebagai
Presiden Indonesia untuk membebaskan Ahok dari tuntutan massa 212.
Atau
misalnya Jokowi menginstruksikan jajaran peradilan untuk lebih
menegakkan hukum yang kemudian berakhir dengan putusan kebebasan Ahok
dari hukuman.
Itu massa 212 yang diklaim
sebanyak 7 juta, yang hanya menuntut Ahok dipenjara, mungkin akan
langsung ngamuk menggasak Istana, merangsak kota Jakarta, dan ngamuk
membabi buta di kota-kota lain di Indonesia, kalau tuntutan mereka tidak
tercapai.
Sampai akhirnya Jokowi harus menurunkan tentara untuk
melakukan pengamanan negara. Dan mungkin tidak hanya akan berhenti
disana, mungkin massa yang sudah disusupi ISIS, paham radikal, dan
pengusung khilafah (semacam HTI Hizbut Tahrir Indonesia yang merupakan organisasi terlarang di Indonesia), dengan alasan negara/pemerintah Jokowi sudah
membebaskan si penista agama, mereka bisa saja terus melebarkan huru
hara, menghasut rakyat yang over dosis agama untuk berperang mengangkat
senjata yang datangnya entah dari mana.
Bener
kan bayangan saya kalau saat itu Jokowi lebih mendengarkan rintihan
pendukung Ahok ???
Karena itulah agenda mereka terhadap Indonesia.
Saya
yakin, keputusan Ma'ruf Amin atau MUI mengeluarkan Fatwa atas Ahok yang
sudah menistakan agama Islam adalah BUKAN keputusan dia pribadi. Tidak !
Saya yakin, ada oknum ditubuh MUI yang begitu rajin merayu dan
meyakinkan Ma'ruf Amin untuk mengeluarkan Fatwa. Karena rentang waktu
antara Fatwa itu dibuat dengan terbentuknya Gerakan Nasional Pengawal
Fatwa MUI (GNPF MUI) begitu sangat dekat !!
MUI
dan Ma'ruf Amin terkena jebakan mereka. Karena jika Fatwa itu bukan
dari hasil jebakan, sampai hari ini, nama GNPF-MUI TIDAK AKAN BERUBAH
MENJADI GNPF-U !! Ma'ruf Amin, hanya karena posisi dia sebagai Ketua
MUI, juga dikorbankan. Karena jelas bahwa keputusan sikap keagamaan
dikaji oleh 4 komisi yang ada di dalam tubuh MUI (https://news.detik.com/berita/3409988/maruf-amin-gnpf-bukan-bagian-mui).
Yang
pasti, apapun keterangan yang diberikan oleh Ma'ruf Amin di pengadilan,
saya yakin, ini tidak akan merubah keputusan hukuman yang sudah
direncanakan akan dijatuhkan pada Ahok, yaitu 2 tahun penjara.
Justru
jika saat itu Ma'ruf Amin meralat penyataan sikap keagamaan MUI dan
katakan Ma'ruf Amin mencabut Fatwanya langsung di depan pengadilan, ini
kemudian akan merontokkan peran GNPF MUI dan meng'haram'kan aksi unjuk
rasa 212. Tapi, jangan salah, justru langkah ini yang sebenarnya mereka
harapkan. Karena membenturkan ulama vs ulama, membenturkan umat Islam vs
umat Islam, akan memiliki efek yang jauh lebih dahsyat ketimbang
membenturkan pemerintah vs ulama.
Jika rakyat berbenturan dengan rakyat,
lalu posisi tentara dan pemerintah harus dimana? Harus membela rakyat
yang mana??
Ma'ruf Amin saat dipengadilan,
mungkin masih belum sadar bahwa dirinya sudah masuk dalam jebakan. Dia
menyampaikan pernyataan karena dasar dari hasil musyawarah 4 komisi MUI.
Yang pasti, keputusan hakim 2 tahun penjara diatas tuntutan Jaksa mampu
memukul telak strategi mereka membuat kekacauan di Indonesia walaupun
membuat pendukung Ahok merintih sedih.
Agenda
aksi unjuk rasa berjilid-jilid itu sudah jelas. Mereka tidak mau tahu,
salah atau tidak salah Ahok dalam kasus penistaan agama ini. Yang mereka
targetkan adalah merontokkan Jokowi melalui Ahok dan mengambil alih
kekuasaan di Indonesia tanpa harus melalui peperangan seperti di Suriah.
Sekarang Jokowi memilih Ma'ruf Amin menjadi
calon wakil presidennya untuk Pilpres 2019 !!
Kembali narasi tentang
Jokowi yang tidak peduli pada perasaan sahabat sejati digaungkan.
Lihat
di group-group whatsapp, apa yang sekarang menjadi narasi mereka pasca
Jokowi mengumumkan Ma'ruf Amin menjadi cawapres dia??? Mereka langsung
membuat narasi-narasi yang tujuannya tetap membenturkan rakyat.
Membenturkan kampret dan kecebong, membenturkan kecebong dan kecebong.
Tetap masih menggunakan sentimen agama pada narasi mereka.
Kalau
sudah begini, siapa sebenarnya musuh para kecebong??? Apakah para
Kampret?? Jawabannya BUKAN !! Kampret bukan musuh kecebong, kampret itu
masih saudara kita, masih rakyat Indonesia yang masuk ke dalam jebakan
mereka. Lalu siapa mereka itu?? Mereka itu adalah para ONTA ISIS, Onta
radikal dan Onta Khilafah. Yang melihat Indonesia bisa dijadikan basis
baru untuk perjuangan ga jelas mereka.
Para
Onta ini yang sebenarnya menanamkan stempel "penista agama" di jidat
Ahok dengan cara meminjam stempel halal pada MUI dan memakai tangan FPI.
Tapi Jokowi untungnya lebih pintar dari para Onta ini. Dengan
mengantongi stempel dan penghapus tinta, cap yang sudah ditanamkan oleh
Onta di jidat Ahok akan terhapus juga.
Pada
pidato Jokowi setelah melakukan pendaftaran capres dan cawapres, Jokowi
dengan jelas mengatakan bahwa Prabowo dan Sandiaga Uno adalah juga
putra-putra terbaik bangsa yang juga berkeinginan memperjuangkan
Indonesia. Ini sebenarnya adalah pesan yang Jokowi sampaikan untuk para
Onta yang sekarang berdiri di belakang punggung Prabowo dan Sandiaga
Uno. Tapi ga berani untuk tampil ke depan !!
Ketika Sandi Jadi Perahan Doang Dalam Pilpres 2019, Sekarang Ramai-Ramai Bajak Jakarta
Tentu
Prabowo sangat piawai dalam menentukan dan mengkalkulasi
kekuatan-kekuatan yang dia punyai. Termasuk dalam memilih dan menjagokan
orang untuk masuk bersaing dalam arus pertandingan pemilihan.
Pemilihan
Presiden 2019 sebenarnya adalah menjadi ajang pertarungan terakhir bagi
Prabowo sendiri. Disamping karena alasan usia yang sudah cukup sepuh
dan tidak akan produktif lagi dalam memimpin bangsa ini, beliau juga
tentu sudah terhitung tiga kali mengalami kekalahan sejak pertarungan
pilpres di dua periode lalu, yakni tahun 2009 dan tahun 2014.
Silih
berganti dalam memilih pasangan. Diawali sebagai cawapresnya Megawati,
kemudian sebagai Capres bersama dengan Hatta dari PAN dan terakhir
menjadi Capres juga bersama dengan Sandi, yang juga kadernya sendiri.
Tapi akhirnya selalu menelan pil pahit kekalahan di Pilpres.
Tapi
peruntungan Prabowo untuk mengorbitkan orang untuk maju dalam pilkada
terbilang cukup berhasil. Buktinya berhasil mengangkat kadernya sendiri
sebelum akhirnya keluar, yakni Ahok, kemudian berhasil mendudukkan
Anies-Sandi dan memenangi pilgub DKI sendiri.
Akankah
sama peruntungan beliau di DKI dengan peruntungan kali ketiga dalam
pemilihan Presiden di tahun 2019? Dimana Prabowo ternyata sudah melirik
terlebih dahulu Anies Baswedan untuk bisa mendampinginya, seperti yang
dilansir CNN.com (9/8/2018).
Tapi
karena pendirian Anies yang tetap ingin berkarya dulu di DKI sebagai
ajang pembuktian bagi dirinya bahwa dirinya sanggup mengubah Jakarta,
yang entah akan jadi apa di tahun 2022, akhirnya Prabowo melirik
Sandiaga Uno, si anak emasnya Prabowo.
Tapi
betulkah si Sandi menjadi anak emas-nya Prabowo, atau justru jadi sumber
perahan susu bagi pemenuhan biaya pertarungan pilpres kali ini? Dimana
ketika pilgub DKI kemarin, Sandi rela dan bahkan mau untuk menanggung
biaya pilgud DKI lalu hingga 90 persen lebih. Dan untuk pilpres 2019,
tentu biayanya akan jauh melebihi biaya pilgub kemarin.
Diawali
komitmen fee kepada para koalisi pendukung, masing-masing sebesar
Rp.500 miliar, yang berarti total Rp.1 Triliun. Belum lagi biaya
pemenuhan kampanye yang mungkin lebih dari yang sudah dikeluarkan di
awal. Tentu akan bisa menguras setengah hartanya Sandiaga Uno sekarang
ini. Dimana seperti yang dilansir kompas.id (10/8/2018) bahwa harta
Sandiaga Uno berdasarkan Laporan Harta Kekayaan di tahun 2016 sebesar
Rp.3,86 triliun.
Baru setengah yang habis,
Sandiaga belum bangkrut-bangkrut amat meskipun akhirnya kalah dalam
pilpres 2019. Tapi jika seandainya menang, wah pasti akan sangat senang
luar biasa. Bukan hanya balik modal, surplus hingga berkali-kali
lipat-pun akan memungkinkan terjadi.
Sekarang,
setelah PKS merelakan kursi cawapres kembali direbut oleh Gerindra,
artinya Gerindra menyapu bersih posisi strategis di pemerintahan pusat.
Padahal syarat yang ditetapkan PKS amat berat dan juga sudah persiapkan 9
nama yang bakal maju dan mengultimatum, jika bukan dari kami cawapres,
mereka akan mundur. Kemudian PAN-pun bersikap hampir sama. Tapi untuk
saat ini, PKS dan PAN akan dapat apa setelah posisi cawapres bukan dari
mereka?
Tentu yang disasar oleh PKS adalah posisi yang ditinggalkan oleh Sandiaga Uno. Dimana seperti yang dilansir tabloid.bintang.com
(11/8/2018), PKS berusaha mendominasi kekuasaan yang ada di DKI dan
menekan Gerindra supaya posisi itu diserahkan kepada mereka. Akankah
Gerindra rela?
Setelah PKS menuntut posisi
jabatan di DKI, apakah PAN juga rela tidak akan dapat apa-apa dari
koalisi yang telah mereka lakukan? Tentu tidak, selain mendapatkan uang
tebusan atau mahar yang sempat dituding oleh Demokrat, tentu PAN akan
minta jatah sekarang ini di DKI. Posisi strategis yang sama dengan PKS
yang bisa diperoleh oleh PAN di DKI juga. Mungkin kursi Sekda, dimana
saat ini ditempatin oleh Saefullah.
Inilah
budaya bagi-bagi kekuasaan di tanah air kita. Miris memang, seharusnya
yang dipikirkan itu adalah masyarakatnya, tapi yang lebih utama itu
dalam pemikiran para politisi kita adalah kekuasaan dan kekuasaan. Dan
sepertinya hampir tidak ada para politisi kita yang berubah statusnya
menjadi seorang negarawan. Sebab dalam otaknya yang ada adalah aku
gabung, aku dapat apa.
Selamat buat koalisi yang
terbentuk. Selamat juga buat bagi-bagi kue kekuasaan. Kami rakyat hanya
akan jadi penonton yang sejati. Melihat bagaimana kalian terus berusaha
untuk merebut kekuasaan? Tapi sayangnya kami tidak bodoh lagi. Dan
tentu tahu mana yang jujur mana yang bohongan semata.
Mari ramai-ramai membajak Jakarta, mari habisin budget atau anggaran yang ada. Mumpung kue-nya masih banyak.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/ketika-sandi-jadi-perahan-doang-dalam-pilpres-2019-sekarang-ramairamai-bajak-jakarta-bg2pln1Qz
Buat yang baper sama pilihan Jokowi
Beberapa
minggu yang lalu saya dan seorang teman melakukan apa yang dilakukan
sekian juta rakyat Indonesia lainnya ketika mereka merasa nyaman satu
sama lainnya. Jangan pikir jorok dulu. Kami cuman sesama cebong yang
sedang diskusi politik. Temanya tentu saja yang hangat-hangat sedap,
yaitu: Sapa yang bakal jadi wakilnya Pakde.
Ini
kejadian beberapa minggu lalu. Teman saya ini cebong garis keras,
radikal. Apalah sebutannya itu. Kalau saya, saya hanya seorang cewek
sederhana yang demen politik. (Dan ternyata saya salah, nanti saya
jelaskan.)
“Menurut kamu sapa yang bakal jadi wakilnya?” Saya tanya sambil ngaku
geregetan gak tahan pingin tahu. Ini lebih seru dari nonton filem
blockbuster kayak Avengers.
Dia diem
mikir-mikir. Temen saya ini pinter banget, ngerti politik dan sejarah.
Tahu segala macem tokoh dan intrik. Setelah mikir agak lama dia bilang,
“Paling mungkin Mahfud MD, secara dia gada partai jadi bukan titipan,
kyai, dan secara electoral paling tinggi ratingnya diantara yang lain.”
Saya diem aja karena gak kenal nama itu tapi gak mau keliatan cupu.
“Menurut kamu sapa?” Dia tanya.
Gak mau keliatan bego, ya saya puter otaklah sebisanya. Dengan bekal
sebagai penggemar novel detektif sejak kecil dan keinginan mendalam yang
terlalu kuat untuk memecahkan teka-teki apa saja yang disodorkan ke
saya, saya terdiam menerawang. Sebenernya sih gak ketemu apa-apa karena
saya jadi sadar betapa gak tahunya saya sama sama tokoh politik yang
penting-penting. Tapi again, if you can’t make it good, at least make it
look good.
“Kalau saya jadi Jokowi,” Kata saya dengan tenang dan wibawa, “Saya akan milih wakil yang gak bikin repot.”
“Maksudnya?”
“Gini, Jokowi kan sering diserang-serang soal isu agama. Itu-itu lagi
yang bawa-bawa karena yang paling makjleb. Lembaga atau organisasi Islam
apa yang paling banyak pengikutnya?” Saya tanya. Toh dia yang muslim.
Seharusnya dia tau.
“NU. Muhammadiyah. Dan lain-lain,”
“Ok. Anggep deh NU. Pengikutnya berapa banyak?”
Teman saya mikir-mikir lalu jawab, “Delapan puluh jutaan ada kali.”
“Okay, kalo saya jadi Jokowi saya akan pilih ketua NU untuk jadi wakil
saya. Otomatis yang delapan puluh juta itu mayoritas akan milih ketuanya
di pilpres dong. Keren banget kan kalo pimpinan agama kamu jadi
Wapres.” Kata saya dengan pede. “Sapa ketuanya?”
Agak malu juga sih nanya siapa ketua NU. Maklumin dulu yah. Ini salah
satu bagian dari kesalahan saya yang akan saya jelaskan nanti
belakangan.
“KH Said Aqil Siradj. “
“Doi umur berapa?”
“Hush. Gak sopan lu. Udah sepuh tahu. Enam puluh limaan kayaknya.”
“Nahh,
perfect tu. Pas. Bisa bawa puluhan juta pemilih, seorang ulama sepuh
dan sukur-sukur gak macem-macem karena sudah selesai dengan dirinya
sendiri. Gak banyak kepentingan.”
Temanku diam saja. “Gak mungkin.” Katanya. “Sudah terlalu berumur.”
“Temanku tersayang,” Kataku sok tahu, “Bayangin kamu jadi Jokowi, gak
bisa makro ekonomi, ada Sri Mulyani, gak ngerti infrastruktur ada
Archandra sama Jonan, gak paham Geopolitik ada Luhut. Apapun yang Pakde
butuhin semua udah ada dijajaran bawahan yang bisa diperintah, copot
pasang sesuka hati. Ibarat onderdil, pakde ini lengkap pilihannya. Nah,
bayangin kamu jadi pakde. Superman. Ngapain pilih wakil yang bikin ribet
dan banyak kepentingan? Ntar dah menang jalan sendiri-sendiri kayak
sekarang, eh maaf, maksudnya kayak sapa deh gitu.”
Masih bagus kalau jalan sendiri-sendiri tapi tujuannya sama. Nah kalo
beda? Ibarat bisnis, punya partner yang sama sahamnya tapi gak sama visi
misinya? Pecah kongsi nanti. (Ntar H-2 bisa-bisa twitwar.)
“Hmm…” Kata temanku masih gak percaya. Kita gak lanjutin lagi
obrolannya dan terus terang saya juga lupa sampai ketika teman saya
literally melongo lama banget denger Pakde umumin KH Prof Ma’aruf Amin
sebagai wakil.
Teman saya gak habis pikir. Di
luar prediksi semua orang, katanya. Saya gak ngerti kenapa. (Dengan
bodohnya saya sempat mikir KH Ma’aruf Amin dan KH Mahfud MD adalah orang
yang sama.) Aduh malu. Sampai saya google-an.
Umur 75 tahun. Pemimpin lembaga terbesar yang mewadahi ulama dan cendekiawan Islam.
“Tuh kan, mayan mirip sama analisa saya.” Kata saya nyombong.
“Kaga ah, meleset orangnya.” Kata dia masih sedikit kecewa jagoannya gak kepilih. “Jadi males nyoblos.”
Saya
yakin teman saya ini bukan satu-satunya cebong yang kecewa. Actually,
sebenarnya banyak. Tapi ya sutralah teman-teman. Kalau ada satu hal yang
pasti dari Pak Jokowi itu adalah beliau unpredictable. Kita gak akan
tahu strategi dan cara pikirnya. (kecuali saya. Kikikik…)
Minimal
sekarang kalau mau diserang pakai jargon pamungkas ‘Anti-ulama’ sudah
gak mempan, wong wakilnya ketua Ulama. Situ yang ngaku bela ulama
wakilnya kog bukan ulama? Rasanya pengen teriak: makan tuh yang nyinyir
Pakde anti-ulama. 2019 Ganti Otak aja.
Diluar
itu saya gak ngerti. Saya pikir saya suka politik. Tapi itu salah.
Setelah sadar betapa gak tahunya saya tentang politik ujung-ujungnya
saya sadar saya gak suka politik. Saya cuman suka ngikutin politik
karena ada manusia-manusia yang sekarang menjabat dengan kualitas yang
merepresentasikan segala sesuatu yang baik dan terpuji. Kejujuran, kerja
keras dan amanah.
Simple aja. Siapapun
orangnya, asal sifatnya seperti itu saya yakin pasti akan didukung orang
banyak. Saya rasa itu adalah suatu hukum yang universal. Orang yang
berlogika sehat akan suka pemimpin yang jujur, kerja keras dan amanah.
Siapapun itu tak peduli orangnya cungkring atau gagah, milenial atau
babyboomer, coklat atau putih, gak masalah bibitnya yang penting
bobotnya. Jadi buat yang mendadak kecewa dan gak mau dukung Pakde, mbok
ya jangan gegabah kalau bisa. Pikir-pikir ulang kenapa anda mendukung
pakde dari pertama. Orangnya atau sifatnya.
“Trus jadi kamu kamu nyoblos sapa?” Tanya saya ke temen saya yang masih baper.
“Poros ketiga aja. Sapa tau jadi nyalon.”
“Heh,” Kataku, “poros ketiga itu yang nyalon istri n emaknya. Saban hari. Dah lupain aja.”
BALADA SI SOMAD
Pernah nonton acara
"Termehek-mehek"?
Itu drama yang dikemas dengan
konsep reality show. Kejadian seolah-olah nyata tapi sebenarnya semua settingan
belaka, mulai kejadian sampai artisnya segala.
Nah kalau pernah nonton, berarti
kalian sekarang sedang menonton acara Termehek-mehek versi Politiknya.
Judulnya, "Balada si Somad".
Somad si ustad hiburan ini,
memang penggemarnya banyak meski gak sampe ratusan juta seperti kata si ibuk
yang mengeluarkan airmata di acara ILC tadi malam. Terutama penggemarnya ada di
kalangan emak-emak.
Singkat cerita, diangkatlah nama
Somad ke permukaan sebagai calon Wakil Presiden alternatif Prabowo.
Proses kemunculannya juga
dramatis, ia digambarkan mirip dengan Panglima Besar Sudirman, meski saya gak
tahu, dimana yaaaa miripnya. Pokoknya harus ada kata "Besar"nya untuk
mendampingi si Imam yang "Besar" juga.
Mereka emang suka gitu, kalau gak
pake kata "Besar" pasti kata "Juta" untuk menggambarkan
kedahsyatan versi mereka.
Nah "dipanggil-panggillah"
si Somad dengan bahasa lebay, "NKRI memanggil Abdul Somad.."
Seakan-akan negara membutuhkan seorang Somad untuk menyelesaikan semua masalah
di Indonesia.
Kalau bisa, rombongan Malaikat
pun turun untuk menyambut kedatangannya. Harus dramatis dong, namanya
sinetroooon.
Somad gak mau ketinggalan. Dia
kemudian berkata, "Izinkan saya memohon petunjuk Tuhan dulu..". Dan
ia pun seperti menghilang sejenak dari keramaian untuk bertapa mencari kesucian
diri. Lalu ia keluar dari pertapaan dan berkata lirih, "Saya tidak
bisa..".
Maka menangislah seluruh umat
(umat kampret tepatnya), dengan ketidakbersediaan Somad memanggul
"amanah" yang berat.
Kemudian muncullah sebuah
pembenaran, "Dia memang rendah hati, sudah tidak tertarik lagi pada
dunia.."
Udah mulai geli, kan? Jangan
ngakak dulu...
Diperbuaslah drama itu dengan
acara ILC. Ada seorang ibuk berurai airmata, meminta Somad untuk bersedia
menjawab panggilan hati mereka. Harus ada airmatanya, kalau gak bukan sinetron
namanya...
"Memangnya kenapa harus
disetting begitu sih, bang?'.
Ya, untuk ngangkat nama Prabowo.
Disaat masa statis ini, dimana dia belum deklarasi Capres, harus ada drama dulu
supaya namanya tetap eksis di pemberitaan. Selain itu, supaya fans Somad, para
ibuk-ibuk dan bapak-bapak berkumis yang lebay, nanti akan teringat dan memilihnya.
Dunia politik juga adalah dunia
entertain. Artis banyak yang mau jadi anggota DPR, jadi wajar kalau ustad juga
bermain sinetron.
Apakah Somad punya kemungkinan
besar jadi Cawapres Prabowo?
Pilpres itu butuh logistik besar,
brad. Prabowo sudah tidak punya, masak Somad disuruh bayarin dananya? Makin
kurus dia entar.
Dan itu lumrah, selumrah acara
Termehek-mehek yang masih tetap tayang karena tinggi ratingnya. Ada penonton,
tentu ada tontonan.
Jadi, gak usah terlalu serius,
apalagi ikut termehek. Mending ngopi aja melihat sinetron oposisi yang makin lama
makin baper dan lebay ini.
Seruput dulu ah.
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/08/balada-si-somad.html
JANGAN SALAHKAN JOKOWI
"Kenapa Jokowi pilih Maruf
Amin, bang?".
Lepas dari banyaknya teori
konspirasi strategi catur Jokowi yang hebat-hebat yang ditulis teman-teman,
sebenarnya permasalahan "Kenapa Maruf Amin?" itu sederhana saja.
Sekitar dua jam sebelum deklarasi,
Jokowi masih mengantongi nama Mahfud MD sebagai pendampingnya. Dan saya sudah
melakukan banyak konfirmasi terhadap itu ke banyak pihak yang kompeten. Dan
Mahfud MD pun sudah ada disana, di dekat tempat deklarasi acara.
Tapi tiba-tiba semua berubah,
ketika beberapa partai memaksakan supaya jangan Mahfud MD. Pertanyaannya,
"Kenapa?" Jawabannya, "Karena berbahaya untuk Pilpres 2024
nanti.."
Pilpres 2024, masing-masing
partai koalisi sudah punya jago. Mereka semua mengalah di tahun 2019, karena
ini memang tahunnya Jokowi. Tetapi 2024 nanti dianggap tahun kosong, dimana
semua mempunyai peluang yang sama untuk bertarung karena tidak ada petahana.
Nah, kondisi ini akan dirusak
jika ada Mahfud MD disana. Jika Mahfud menjadi Wapres, maka diperkirakan ia
akan membangun citra sehingga malah bisa menjadi lawan nantinya.
Jadi ini sebenarnya bukan masalah
Mahfud MD saja. Seandainya Moeldoko atau CT atau Sri Mulyani yang ada di posisi
Mahfud pun akan mengalami hal yang sama. Mereka akan disingkirkan juga.
Dan para petinggi partai mendesak
supaya Mahfud tidak jadi Wapres pada menit-menit terakhir. Mereka tahu, kalau
Jokowi didesak pada waktu awal, Jokowi bisa berkelit. Dan disana Jokowi
jagonya. Sedangkan Jokowi sebenarnya tidak terlalu penting siapa wakilnya, karena
toh ini periode terakhirnya.
Desakan itu termasuk
"ancaman" untuk mogok atau membentuk poros ketiga, jika Jokowi sampai
memaksa supaya Mahfud MD menjadi Cawapresnya. Dan disanalah Jokowi tersandera,
melihat situasi berbahaya koalisi yang dia bangun berpotensi rusak dan tidak
solid.
Jadi keputusan memilih Maruf
Amin, bukan sepenuhnya keinginan Jokowi, tetapi demi soliditas koalisi. Jokowi
tidak akan bisa menang tanpa koalisi, begitu juga sebaliknya.
Pilihan terbaik untuk itu jelas
Maruf Amin. Awalnya ada JK, dan semua partai setuju. Tapi karena JK terbentur
di peraturan MK, maka persetujuan itu menjadi masalah. JK disetujui semua
partai koalisi, karena 2024 gak mungkin nyalon lagi.
Sesederhana itu, bukan sesuatu
yang aneh dengan gerakan strategi yang tampak rumit. Semua pragmatis, ada
kepentingan yang berbenturan, karena begitulah politik kita yang harus
mengakomodir kepentingan banyak orang.
Lalu, seandainya anda jadi Jokowi,
apa yang harus anda lakukan? Memaksa dengan keras kepala, "Pokoknya gua
pilih ini. Titik!" Begitu, ya?
Ya gak bisa. Karena kalau koalisi
rusak dan pecah, pihak lawan akan bersorak dan mereka berpotensi menang.
Jokowi mengambil keputusan itu
juga bukan senang, karena ia pasti berfikir lebih luas dari sekedar siapa
"nama" pendampingnya. Ada saatnya kompromi demi soliditas, toh nanti
dia juga yang kerja, kerja, kerja.
Saya juga termasuk yang kecewa,
bukan karena Mahfud gak jadi, toh saya juga gak dapat apa-apa, apalagi
dijanjikan Komisaris seperti kata kampret yang durhaka. Saya kecewa karena Ma’ruf
Amin yang bagi saya pribadi banyak keputusannya yang tidak saya setujui.
Cuma yang saya pahami, ini bukan
sepenuhnya kesalahan Jokowi. Saya juga akan mengambil langkah yang sama ketika
melihat alasan yang kuat seperti itu.
'Lalu kita Golput, bang?"
Tanya seorang teman.
Golput? Apa itu??
Sejak awal saya sudah
mendeklarasikan berperang melawan kaum radikal yang nangkring di kubu sebelah,
para kampret berbaju agama. Kalau golput, berarti saya membiarkan mereka menang
dan berkuasa di negeri ini dong??
Nehi!! Saya akan tetap mendukung
Jokowi karena dia saya anggap sebagai simbol perlawanan terhadap para kampret
yang durjana.
Ini bukan masalah Jokowi atau
Mahfud atau Ma’ruf Amin atau siapapun juga. Ini masalah NKRI versus HTI, PKS
dan kelompok khilafah yang mencoba menunggangi politik dengan berada di kubu
sebelah.
Membiarkan mereka menang, sama
saja dengan membiarkan negara ini hancur pelan-pelan.
Jadi seandainya Jokowi pasangan
ma secangkir kopi pun, saya akan tetap kawal dia, pilih dia dan membela dia.
Karena dia adalah simbol perang saya terhadap kampret yang wajahnya sudah
mirip-mirip unta.
Meski agak kecewa, tetap seruput
kopinya.. glek glek glek... Secangkir-cangkirnya.. krauk krauk kraukkk..
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/11082018/17.04Wita/Bjm