Kenapa Jokowi Selalu Dituding PKI?
Sebentar lagi kita masuk akhir bulan September. Dan seperti biasa di bulan September, sudah 3 tahunan ini sejak dilantiknya Jokowi sebagai Presiden, berbagai tudingan PKI selalu mengarah padanya. Entah dari mana asal muasalnya tudingan itu, tetapi masif sekali.
Bahkan ada seorang bernama
Bambang Tri dengan berani membuat buku dengan judul "Jokowi
Undercover" yang isinya tentang fitnah hubungan Jokowi dan PKI.
Ini lumayan mengherankan.
Tiba-tiba isu PKI bangkit lagi. Sedangkan 10 tahun pemerintahan SBY, ia tidak
pernah sekalipun dituding PKI dan tidak pernah dituntut untuk memutar kembali
film G30S/PKI. Pada masa itu semua tenang seolah-olah PKI tidur nyenyak pada
masa SBY dan mulai mengamuk di masa Jokowi.
Dari mana asal tudingan itu sebenarnya
?
Tentu dari pihak-pihak yang
selama ini dengan tenang merampok kekayaan negara.
Jika kita flash back kembali masa
awal pemerintahan Jokowi, kita baru sadar bahwa ternyata ada bisnis triliunan
rupiah di bidang migas yang selama ini dikuasai anak usaha Pertamina bernama
Petral.
Petral pernah mau dibubarkan oleh
Dahlan Iskan, Menteri BUMN pada masa pemerintahan SBY. Tetapi Dahlan terpental,
karena ada "kekuatan langit ketujuh" kata ekonom Faisal Basri. Dan
pada masa pemerintahan Jokowi, tempat pesta itu bubar seketika.
Selain itu, Jokowi juga
menugaskan Susi Pujiastuti untuk mengamankan ribuan triliun rupiah laut
Indonesia dari pencurian. Gerakan Susi ini membuat banyak pengusaha dan aparat
yang selama ini menjadi beking kapal pencuri ikan asing, mendadak kelaparan.
Periuk nasi mereka ditutup seketika. Bahkan dikabarkan, Bu Susi ditawari uang 5
triliun rupiah untuk mundur dari jabatan Menteri.
Mafia pangan yang bermain dengan
kuota impor juga digasak habis. Permainan harga BBM di Papua dan beberapa
daerah yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah per liternya, dipangkas dengan
konsep BBM satu harga.
Kekuatan pemilik modal yang
merasakan hidup enak di zaman SBY ini tidak bisa diremehkan. Mereka sudah kaya
raya dengan tabungan mencapai triliunan rupiah dengan merampok negara. Dan
mereka jelas dendam karena Jokowi ternyata tidak bisa mereka perintah.
Jalan satu-satunya ketika lobi
dan diplomasi tidak lagi berarti adalah fitnah. Mereka mengeluarkan modal untuk
membunuh karakter Jokowi dengan isu PKI, hantu yang dipelihara Orde Baru untuk
mewujudkan stabilitas di masa pemerintahan mereka.
Dan banyak masyarakat awam yang
percaya, terutama ketika aliran modal itu masuk ke pesantren, majelis bahkan
tempat ibadah untuk membangun stigma negatif terhadap Jokowi melalui isu PKI.
Mereka bahkan menuntut hal yang
tak masuk akal, seperti meminta Jokowi tes DNA untuk membuktikan ia tidak
terlibat PKI. Bagaimana mungkin tes DNA bisa membuktikan ideologi seseorang?
Kebodohan seperti ini disiarkan berulang-ulang sehingga masyarakat awam banyak
yang percaya bahwa berita itu benar.
Isu PKI akan kembali menghangat
di September 2018 ini, sehubungan tahun politik.
Dan dana-dana ratusan miliar dari
para pemilik modal yang sempat merasakan kejayaan di era sebelum Jokowi, akan
keluar deras hanya supaya semakin banyak orang percaya bahwa Jokowi adalah PKI.
Tujuannya, Jokowi tidak bisa memenangkan Pilpres ini.
Sudah paham kan?
Mari kita angkat cangkir kopinya
sambil menikmati dendang kaset rusak yang diputar berulang-ulang.
Sandiaga Uno dari Status Receh Satu ke Status Receh Lainnya
Oleh: Eko Kuntadhi*
Ketika Pilkada Jakarta 2016 lalu, Sandiaga Uno membawa sosok Bi Narti dalam wacana perdebatan. Kata Sandiaga, Bi Narti ini, adalah pedagang kecil yang hidupnya makin susah di Jakarta. Lalu dari kisah Bi Narti, Sandiaga mendesakkan program OK-OCE.
Dengan OK-OCE katanya pengusaha kecil seperti Bi Narti akan diberi pelatihan, dicarikan pasar, diberi modal. Pokoknya tinggal nyatakan sebagai pengusaha semuanya disiapkan Pemda.
Lalu Sandi menduduki kursi Wagub. Lalu program OK-OCE dijalankan. Lalu beberapa pengusaha kecil ikut pelatihan. Ternyata hanya diceramahi oleh anak muda yang sama sekali tidak punya pengalaman bisnis. Sedangkan permodalan tidak ada bantuan. Mengikuti pelatihan itu, seperti membuang-buang waktu saja.
Pengusaha lain yang mewujudkan OK-OCE mart babak belur. Tokonya sepi. Beberapa malah bangkrut. Rak-rak dagangannya kosong melompong. Seorang teman menemukan selisih harga yang jauh lebih mahal di OK-OCE mart ketimbang di Indomaret atau Alfamart. Kalau sudah begitu, mana ada konsumen mau membeli di gerai tersebut.
Bahkan di OK-OCE Kalibata, sebelum bangkrut, karyawannya pernah dua bulan belum menerima gaji.
OK-OCE adalah program yang ditawarkan Sandiaga ketika hendak maju sebagai Cawagub, nyatanya tidak bisa dijalankan sama sekali. Banyak hambatan ditemui di lapangan. Banyak persoalan teknis yang tidak dipahami penggagas programnya. Bagaimana misalnya memindahkan dana APBD menjadi milik perseorangan dalam bentuk pinjaman. Berbeda dengan Ahok ketika membantu nelayan Pulau Seribu dengan siatem bagi hasil. Semuanya sudah dipikirkan dengan baik, hingga program itu bisa direalisasikan. Dengan kata lain boleh dibilang, tidak ada pengusaha yang dibantu menjadi lebih sukses karena program OK-OCE ini.
Entah ke mana sosok Bi Narti sekarang. Yang pasti tenggelam pascakampanye Pilkada.
Lalu Sandiaga maju sebagai Cawapres. Apa yang mula-mula digebrak? Seperti ketika Pilkada, Sandiaga membawa sosok lain. Kali ini namanya Bu Lia. Katanya Bu Lia ini seorang ibu rumah tangga di Riau. Menurut Sandiaga, Bu Lia berantem dengan suaminya gara-gara harga makin mahal. Dikasih uang belanja Rp100 ribu, yabg didapat Bu Lia hanya cabai dan bawang doang.
Sama seperti sosok Bi Narti yang dipinjam Sandi pada Pilkada Jakarta, dengan Bu Lia, Sandi ingin memberikan gambaran bahwa harga-harga makin mahal. Hidup makin susah. Dan Sandiaga akan datang seperti dewa penolong.
Tapi rupanya kali ini kebablasan. Entah Sandiaga yang ditipu Bu Lia dengan kisah bohongnya. Atau memang Sandiaga yang tidak pernah tahu harga di pasar, sehingga mengarang kisah yang jauh dari realita.
Emak-emak bereaksi atas kebohongan itu. Mereka merekam aktivitasnya ketika belanja di pasar. Uang Rp 100 ribu yang kata Sandi hanya dapat cabai dan bawang, di tangan emak-emak lain bisa membeli bahan makanan full. Ada sayur, ayam, tahu tempe, bahkan buah. Sandi ingin bilang harga-harga naik, emak-emak yang sering ke pasar membantahnya. Langsung membuktikan kebohongan itu.
Omongan ekonomi sedang susah memang akan jadi bahan kampanye yang dimainkan Sandiaga. Ketika inflasi menggambarkan angka 3,8 persen misalnya, bukan mengakui harga-harga stabil. Sandi malah menuding data BPS bisa diakali. Sebuah tudingan yang kacau dan serius. Sebab BPS itu independen, jika dituding bisa diakali maka Sandi sedang meragukan seluruh argumen penelitian sosial yang berbasis pada data BPS. Padahal semua kengacoan itu hanya untuk membungkus persepsi bahwa ekonomi sulit.
Jadi ada satu pola yang selalu disampaikannya. Pertama, program kampanye tidak harus bisa direalisasikan. Program adalah bahan bualan, tidak penting bisa diwujudkan atau tidak. Makanya di Jakarta OK-OCE cuma jadi slogan saja dengan eksekusi yang kacau.
Yang kedua, ketika bicara mengkritik keadaan tidak perlu keadaan itu benar terjadi atau cuma bualan. Mereka akan bicara ekonomi sulit, walaupun kehidupan ekonomi biasa saja. Mereka akan bicara harga-harga naik, kalaupun di pasar harga-harga stabil. Mereka akan bicara BBM naik, walaupun harga premium gak naik. Kalau harga Pertamax naik, memang sejak dulu harga Pertamax mengikuti pasaran. Kadang naik kadang turun.
Jadi antara omongan dengan kenyataan tidak perlu sesuai. Mereka gak peduli bahwa rakyat juga beli bensin dan tidak mendapatkan kenaikan premium. Kenyataan adalah sebuah hal, omongan kampanye adalah hal yang berbeda.
Bagaimana melawan kedegilan ini? Dengan menampilkan kenyataan di mana-mana. Mengungkapkan kenyataan sehari-hari ke ruang publik. Agar kebohongan tidak mendomonasi.
Misalnya, tidak ada salahnya di status media sosial kita unggah lagi hal-hal sederhana tentang kehidupan kita sehari-hari. Berapa banyak kita belanja ke pasar hari ini dan dapat apa saja. Harga bahan makanan apa yang naik, mana yang turun. Tunjukkan bahwa hidup tidak seperti yang digambarkan Sandiaga atau Prabowo. Hidup di Indonesia ini jauh lebih murah dan nyaman dibanding di luar negeri.
Posting juga hal-hal receh lainnya seperti harga BBM yang biasa saja. Atau hal-hal menggembirakan lainnya. Bukan karena kita ingin mendukung salah satu pasangan calon. Tetapi karena kita tidak bisa mendiamkam ruang publik diisi oleh informasi palsu yang terus menerus didesakkan.
Dengan kata lain, untuk melawan berbagai informasi palsu dalam musim kampanye ini sudah saatnya kita melawannya dengan hal-hal receh. Sampaikan bahwa kehidupan berjalan biasa saja. Bukan seperti ketakutan yang sering mereka sebarkan.
Sebab kita yakin tidak ada kebaikan yang bisa dijalankan bila didasari dari kebohongan. []
*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial
Sumber Berita : https://www.tagar.id/sandiaga-uno-dari-status-receh-satu-ke-status-receh-lainnya
"Nanti saya bertemu mereka secara khusus. Kalau secara umum di berbagai forum, biasa. Perlu ada pertemuan khusus," kata Ma'ruf di rumah Jalan Situbondo No.12, Jakarta, Senin (24/9), mengutip Antara.
Ma'ruf menyatakan keinginan tersebut setelah menerima kunjungan inisiator Relawan Nusantara pendukung Ahok, Nusron Wahid, Senin pagi.
Ma'ruf mengatakan, dari pertemuannya dengan Nusron diketahui ada dugaan bahwa relawan pendukung Ahok melihat masa lalu Ma'ruf sebagai mantan Ketua MUI. Saat menjabat Ketua MUI, Ma'ruf menilai Ahok menista agama.
"Ada dugaan bahwa pernah melihat masa lalu saya sebagai Ketua Umum MUI. Katanya relawan Ahok agak gimana, rasanya seperti apa. Buat saya tidak ada salah, buat saya siapapun harus bergaul dengan semua pihak untuk keutuhan bangsa. Keutuhan bangsa harus dinomorsatukan. Saya mau ketemu mereka secara khusus. Saya sangat gembira. Juga semua kalangan mau saya datangi," ujarnya. []
Sumber Berita : https://www.tagar.id/maruf-amin-ingin-ketemu-pendukung-ahok-secara-khusus
“Ketika terpilih diharapkan dalam kabinet kerja nanti ada salah seorang putra daerah asal Kalteng diberikan posisi menteri,” kata Sugianto Sabran.
Penegasan itu disampaikan Sugianto dalam rangkaian acara pemberian dukungan Bupati dan Wali Kota se-Kalteng kepada pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang berlangsung di Bundaran Besar Kota Palangka Raya, Minggu (23/9).
Sugianto mengatakan, tuntutan tersebut karena yakin kondisi Provinsi Kalteng akan semakin diperhatikan, dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat semakin kuat. "Kita tidak main-main memberikan dukungan. Kita minta juga minta kursi kabinet kerja Pak Joko Widodo ke depannya" ujarnya.
Sebelumnya, Bupati terpilih Barito Utara Nadalsyah yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Tengah, mewakili seluruh Kepala Daerah se-Kalteng membacakan surat pernyataan dukungan terhadap Capres Jokowi-Ma'ruf.
Pernyataan dukungan tersebut turut disaksikan langsung oleh Gubernur Sugianto Sabran, serta sejumlah pimpinan partai politik di wilayah Kalteng.
"Sehubungan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019, dengan ini kami Kepala Daerah se-Provinsi Kalteng menyatakan mendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Ir H Joko Widodo dan Profesor Dr Kiai H Ma'ruf Amin," ucap Nadalsyah.
Surat pernyataan dukungan itu pun kemudian diserahkan Nadalsyah kepada Agustiar Sabran selaku Ketua Tim Kampanye Daerah Capres nomor urut satu, untuk diserahkan kepada Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf.
Adapun Kepala Daerah di Kalteng yang menyatakan dukungannya kepada Jokowi-Ma’ruf, yakni Gubernur Sugianto Sabran, Bupati Gunung Mas Arthon S Dohong, Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi, Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah, Bupati Barito Selatan Eddy Raya Samsuri, Wali Kota Palang Raya terpilih Fairid Naparin, Bupati terpilih Katingan Sakariyas.
Berikutnya Bupati terpilih Seruyan Sakariyas, Bupati terpilih Lamandau Hendra Lesmana, Bupati terpilih Sukamara H Windu Subagio, Bupati terpilih Murung Raya Perdie, Bupati Barito Utara terpilih Nadalsyah, Bupati terpilih Barito Timur Ampera AY Menas, Bupati terpilih Pulang Pisau Edy Pratowo, Bupati terpilih Kapuas Ben Brahim S Bahat.
Siap Tanggung Risiko
Nadalsyah sendiri secara pribadi menyatakan, dukungannya kepada capres yang bukan diusung Partai Demokrat bukan tanpa pertimbangan. “Saya siap menanggung berbagai risiko,” kata Nadalsyah.
"Saya pastikan, dukungan ini bukan atas nama partai, melainkan atas nama pribadi, nama kedinasan. Dukungan itu bukan atas nama partai, sehingga tidak perlu melakukan konsultasi dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat," tambah Nadalsyah.
Nadalsyah menegaskan, pemberian dukungan tersebut juga merupakan arahan dari Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran. Untuk itu, sebagai Bupati terpilih Barito Utara kedua kalinya, sudah selayaknya secara sukarela mengikutinya.
Apalagi, lanjut dia seperti dikutip Antaranews, sebelumnya Ketua DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengeluarkan pernyataan yang seakan memberi ruang untuk memberi dukungan pada pihak manapun dalam Pilpres 2019.
"Pak SBY juga pernah bilang, kalau atasan kami selaku kepala daerah adalah Presiden, tetapi atasan sebagai ketua partai adalah ketua umum partai. Itu saja yang saya kutip dari Ketua DPP," kata Nadalsyah. []
Ketika Pilkada Jakarta 2016 lalu, Sandiaga Uno membawa sosok Bi Narti dalam wacana perdebatan. Kata Sandiaga, Bi Narti ini, adalah pedagang kecil yang hidupnya makin susah di Jakarta. Lalu dari kisah Bi Narti, Sandiaga mendesakkan program OK-OCE.
Dengan OK-OCE katanya pengusaha kecil seperti Bi Narti akan diberi pelatihan, dicarikan pasar, diberi modal. Pokoknya tinggal nyatakan sebagai pengusaha semuanya disiapkan Pemda.
Lalu Sandi menduduki kursi Wagub. Lalu program OK-OCE dijalankan. Lalu beberapa pengusaha kecil ikut pelatihan. Ternyata hanya diceramahi oleh anak muda yang sama sekali tidak punya pengalaman bisnis. Sedangkan permodalan tidak ada bantuan. Mengikuti pelatihan itu, seperti membuang-buang waktu saja.
Pengusaha lain yang mewujudkan OK-OCE mart babak belur. Tokonya sepi. Beberapa malah bangkrut. Rak-rak dagangannya kosong melompong. Seorang teman menemukan selisih harga yang jauh lebih mahal di OK-OCE mart ketimbang di Indomaret atau Alfamart. Kalau sudah begitu, mana ada konsumen mau membeli di gerai tersebut.
Bahkan di OK-OCE Kalibata, sebelum bangkrut, karyawannya pernah dua bulan belum menerima gaji.
OK-OCE adalah program yang ditawarkan Sandiaga ketika hendak maju sebagai Cawagub, nyatanya tidak bisa dijalankan sama sekali. Banyak hambatan ditemui di lapangan. Banyak persoalan teknis yang tidak dipahami penggagas programnya. Bagaimana misalnya memindahkan dana APBD menjadi milik perseorangan dalam bentuk pinjaman. Berbeda dengan Ahok ketika membantu nelayan Pulau Seribu dengan siatem bagi hasil. Semuanya sudah dipikirkan dengan baik, hingga program itu bisa direalisasikan. Dengan kata lain boleh dibilang, tidak ada pengusaha yang dibantu menjadi lebih sukses karena program OK-OCE ini.
Entah ke mana sosok Bi Narti sekarang. Yang pasti tenggelam pascakampanye Pilkada.
Lalu Sandiaga maju sebagai Cawapres. Apa yang mula-mula digebrak? Seperti ketika Pilkada, Sandiaga membawa sosok lain. Kali ini namanya Bu Lia. Katanya Bu Lia ini seorang ibu rumah tangga di Riau. Menurut Sandiaga, Bu Lia berantem dengan suaminya gara-gara harga makin mahal. Dikasih uang belanja Rp100 ribu, yabg didapat Bu Lia hanya cabai dan bawang doang.
Sama seperti sosok Bi Narti yang dipinjam Sandi pada Pilkada Jakarta, dengan Bu Lia, Sandi ingin memberikan gambaran bahwa harga-harga makin mahal. Hidup makin susah. Dan Sandiaga akan datang seperti dewa penolong.
Tapi rupanya kali ini kebablasan. Entah Sandiaga yang ditipu Bu Lia dengan kisah bohongnya. Atau memang Sandiaga yang tidak pernah tahu harga di pasar, sehingga mengarang kisah yang jauh dari realita.
Emak-emak bereaksi atas kebohongan itu. Mereka merekam aktivitasnya ketika belanja di pasar. Uang Rp 100 ribu yang kata Sandi hanya dapat cabai dan bawang, di tangan emak-emak lain bisa membeli bahan makanan full. Ada sayur, ayam, tahu tempe, bahkan buah. Sandi ingin bilang harga-harga naik, emak-emak yang sering ke pasar membantahnya. Langsung membuktikan kebohongan itu.
Omongan ekonomi sedang susah memang akan jadi bahan kampanye yang dimainkan Sandiaga. Ketika inflasi menggambarkan angka 3,8 persen misalnya, bukan mengakui harga-harga stabil. Sandi malah menuding data BPS bisa diakali. Sebuah tudingan yang kacau dan serius. Sebab BPS itu independen, jika dituding bisa diakali maka Sandi sedang meragukan seluruh argumen penelitian sosial yang berbasis pada data BPS. Padahal semua kengacoan itu hanya untuk membungkus persepsi bahwa ekonomi sulit.
Jadi ada satu pola yang selalu disampaikannya. Pertama, program kampanye tidak harus bisa direalisasikan. Program adalah bahan bualan, tidak penting bisa diwujudkan atau tidak. Makanya di Jakarta OK-OCE cuma jadi slogan saja dengan eksekusi yang kacau.
Yang kedua, ketika bicara mengkritik keadaan tidak perlu keadaan itu benar terjadi atau cuma bualan. Mereka akan bicara ekonomi sulit, walaupun kehidupan ekonomi biasa saja. Mereka akan bicara harga-harga naik, kalaupun di pasar harga-harga stabil. Mereka akan bicara BBM naik, walaupun harga premium gak naik. Kalau harga Pertamax naik, memang sejak dulu harga Pertamax mengikuti pasaran. Kadang naik kadang turun.
Jadi antara omongan dengan kenyataan tidak perlu sesuai. Mereka gak peduli bahwa rakyat juga beli bensin dan tidak mendapatkan kenaikan premium. Kenyataan adalah sebuah hal, omongan kampanye adalah hal yang berbeda.
Bagaimana melawan kedegilan ini? Dengan menampilkan kenyataan di mana-mana. Mengungkapkan kenyataan sehari-hari ke ruang publik. Agar kebohongan tidak mendomonasi.
Misalnya, tidak ada salahnya di status media sosial kita unggah lagi hal-hal sederhana tentang kehidupan kita sehari-hari. Berapa banyak kita belanja ke pasar hari ini dan dapat apa saja. Harga bahan makanan apa yang naik, mana yang turun. Tunjukkan bahwa hidup tidak seperti yang digambarkan Sandiaga atau Prabowo. Hidup di Indonesia ini jauh lebih murah dan nyaman dibanding di luar negeri.
Posting juga hal-hal receh lainnya seperti harga BBM yang biasa saja. Atau hal-hal menggembirakan lainnya. Bukan karena kita ingin mendukung salah satu pasangan calon. Tetapi karena kita tidak bisa mendiamkam ruang publik diisi oleh informasi palsu yang terus menerus didesakkan.
Dengan kata lain, untuk melawan berbagai informasi palsu dalam musim kampanye ini sudah saatnya kita melawannya dengan hal-hal receh. Sampaikan bahwa kehidupan berjalan biasa saja. Bukan seperti ketakutan yang sering mereka sebarkan.
Sebab kita yakin tidak ada kebaikan yang bisa dijalankan bila didasari dari kebohongan. []
*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial
Ma'ruf Amin Ingin Ketemu Pendukung Ahok Secara Khusus
Jakarta, (Tagar 24/9/2018) - Calon Wakil Presiden RI nomor urut 01 Ma'ruf Amin mengaku ingin bertemu dengan para pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sebuah kesempatan khusus, untuk bersilaturahmi."Nanti saya bertemu mereka secara khusus. Kalau secara umum di berbagai forum, biasa. Perlu ada pertemuan khusus," kata Ma'ruf di rumah Jalan Situbondo No.12, Jakarta, Senin (24/9), mengutip Antara.
Ma'ruf menyatakan keinginan tersebut setelah menerima kunjungan inisiator Relawan Nusantara pendukung Ahok, Nusron Wahid, Senin pagi.
Ma'ruf mengatakan, dari pertemuannya dengan Nusron diketahui ada dugaan bahwa relawan pendukung Ahok melihat masa lalu Ma'ruf sebagai mantan Ketua MUI. Saat menjabat Ketua MUI, Ma'ruf menilai Ahok menista agama.
"Ada dugaan bahwa pernah melihat masa lalu saya sebagai Ketua Umum MUI. Katanya relawan Ahok agak gimana, rasanya seperti apa. Buat saya tidak ada salah, buat saya siapapun harus bergaul dengan semua pihak untuk keutuhan bangsa. Keutuhan bangsa harus dinomorsatukan. Saya mau ketemu mereka secara khusus. Saya sangat gembira. Juga semua kalangan mau saya datangi," ujarnya. []
Gubernur Kalteng: Capres Nomor Urut Satu Harus ‘Bayar’
Palangkaraya, (Tagar 23/9/2018) - Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran menyatakan, dukungan dari semua Bupati dan Wali Kota se-Kalteng harus 'dibayar' oleh capres nomor urut satu.“Ketika terpilih diharapkan dalam kabinet kerja nanti ada salah seorang putra daerah asal Kalteng diberikan posisi menteri,” kata Sugianto Sabran.
Penegasan itu disampaikan Sugianto dalam rangkaian acara pemberian dukungan Bupati dan Wali Kota se-Kalteng kepada pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang berlangsung di Bundaran Besar Kota Palangka Raya, Minggu (23/9).
Sugianto mengatakan, tuntutan tersebut karena yakin kondisi Provinsi Kalteng akan semakin diperhatikan, dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat semakin kuat. "Kita tidak main-main memberikan dukungan. Kita minta juga minta kursi kabinet kerja Pak Joko Widodo ke depannya" ujarnya.
Sebelumnya, Bupati terpilih Barito Utara Nadalsyah yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Tengah, mewakili seluruh Kepala Daerah se-Kalteng membacakan surat pernyataan dukungan terhadap Capres Jokowi-Ma'ruf.
Pernyataan dukungan tersebut turut disaksikan langsung oleh Gubernur Sugianto Sabran, serta sejumlah pimpinan partai politik di wilayah Kalteng.
"Sehubungan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019, dengan ini kami Kepala Daerah se-Provinsi Kalteng menyatakan mendukung pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Ir H Joko Widodo dan Profesor Dr Kiai H Ma'ruf Amin," ucap Nadalsyah.
Surat pernyataan dukungan itu pun kemudian diserahkan Nadalsyah kepada Agustiar Sabran selaku Ketua Tim Kampanye Daerah Capres nomor urut satu, untuk diserahkan kepada Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf.
Adapun Kepala Daerah di Kalteng yang menyatakan dukungannya kepada Jokowi-Ma’ruf, yakni Gubernur Sugianto Sabran, Bupati Gunung Mas Arthon S Dohong, Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi, Bupati Kotawaringin Barat Hj Nurhidayah, Bupati Barito Selatan Eddy Raya Samsuri, Wali Kota Palang Raya terpilih Fairid Naparin, Bupati terpilih Katingan Sakariyas.
Berikutnya Bupati terpilih Seruyan Sakariyas, Bupati terpilih Lamandau Hendra Lesmana, Bupati terpilih Sukamara H Windu Subagio, Bupati terpilih Murung Raya Perdie, Bupati Barito Utara terpilih Nadalsyah, Bupati terpilih Barito Timur Ampera AY Menas, Bupati terpilih Pulang Pisau Edy Pratowo, Bupati terpilih Kapuas Ben Brahim S Bahat.
Siap Tanggung Risiko
Nadalsyah sendiri secara pribadi menyatakan, dukungannya kepada capres yang bukan diusung Partai Demokrat bukan tanpa pertimbangan. “Saya siap menanggung berbagai risiko,” kata Nadalsyah.
"Saya pastikan, dukungan ini bukan atas nama partai, melainkan atas nama pribadi, nama kedinasan. Dukungan itu bukan atas nama partai, sehingga tidak perlu melakukan konsultasi dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat," tambah Nadalsyah.
Nadalsyah menegaskan, pemberian dukungan tersebut juga merupakan arahan dari Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran. Untuk itu, sebagai Bupati terpilih Barito Utara kedua kalinya, sudah selayaknya secara sukarela mengikutinya.
Apalagi, lanjut dia seperti dikutip Antaranews, sebelumnya Ketua DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengeluarkan pernyataan yang seakan memberi ruang untuk memberi dukungan pada pihak manapun dalam Pilpres 2019.
"Pak SBY juga pernah bilang, kalau atasan kami selaku kepala daerah adalah Presiden, tetapi atasan sebagai ketua partai adalah ketua umum partai. Itu saja yang saya kutip dari Ketua DPP," kata Nadalsyah. []
Sumber Berita : https://www.tagar.id/gubernur-kalteng-capres-nomor-urut-satu-harus-bayar
"Jadi ini ada kekacauan cara kita, semua, berpikir ya, karena tersudut oleh merek-merek gitu, bahwa harus ulama, harus tidak," kata Fahri Rabu (19/9/2018), dilansir dutaislam.com dari detik.com.
Makna kata 'ulama' menurut Fahri adalah ilmuwan. Sementara Sandiaga Uno dikategorikan Fahri sebagai pedagang, bukan ulama.
"Ilmuwan itu ya ilmuwan, bukan apa namanya... pedagang, gitu. Sandi itu pedagang, namanya tajir kalau di dalam bahasa orang kampung kita itu, tajir. Ya bukan ulamalah," katanya.
Fahri mengatakan, ulama adalah orang yang bersekolah agama, hafal Al-Quran, hafal hadis, dan sebagainya. Fahri menegaskan, Sanditak termasuk golongan ulama.
"Lah pedagang seperti Sandi disebut ulama kan nanti jadi repot," ucapnya.
Soal penyebutan Sandi sebagai santri, Fahri Hamzah masih setuju. Karena mungkin Sandi pernah menjadi santri. Fahri menyayangkan, karena gelar ulama kepada Sandi muncul setelah Kiai Ma’ruf Amin menjadi Calon Wakil Presiden Jokowi.
"Kalau santri iya, mungkin dia lagi belajar lagi nyantri. Cuma ini kan karena orang itu tertuduh gitu loh. Jadi karena KH Ma'ruf ulama, Sandi ulama juga? Ya nggak bisa begitu. Ada ketegorisasinya," ucapnya. [dutaislam.com/pin]
Terang-Terangan Fahri Kritik Gelar Ulama Sandiaga Uno
DutaIslam.Com – Elit PKS Fahri Hamzah tak sepakat dengan gelar ulama yang sandangkan kepada Sandiaga Uno oleh Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid. Fahri Hamzah menyebut gelar tersebut sebagai produk kekacauan cara berpikir."Jadi ini ada kekacauan cara kita, semua, berpikir ya, karena tersudut oleh merek-merek gitu, bahwa harus ulama, harus tidak," kata Fahri Rabu (19/9/2018), dilansir dutaislam.com dari detik.com.
Makna kata 'ulama' menurut Fahri adalah ilmuwan. Sementara Sandiaga Uno dikategorikan Fahri sebagai pedagang, bukan ulama.
"Ilmuwan itu ya ilmuwan, bukan apa namanya... pedagang, gitu. Sandi itu pedagang, namanya tajir kalau di dalam bahasa orang kampung kita itu, tajir. Ya bukan ulamalah," katanya.
Fahri mengatakan, ulama adalah orang yang bersekolah agama, hafal Al-Quran, hafal hadis, dan sebagainya. Fahri menegaskan, Sanditak termasuk golongan ulama.
"Lah pedagang seperti Sandi disebut ulama kan nanti jadi repot," ucapnya.
Soal penyebutan Sandi sebagai santri, Fahri Hamzah masih setuju. Karena mungkin Sandi pernah menjadi santri. Fahri menyayangkan, karena gelar ulama kepada Sandi muncul setelah Kiai Ma’ruf Amin menjadi Calon Wakil Presiden Jokowi.
"Kalau santri iya, mungkin dia lagi belajar lagi nyantri. Cuma ini kan karena orang itu tertuduh gitu loh. Jadi karena KH Ma'ruf ulama, Sandi ulama juga? Ya nggak bisa begitu. Ada ketegorisasinya," ucapnya. [dutaislam.com/pin]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/09/terang-terangan-fahri-kritik-gelar-ulama-sandiaga-uno.html
“Kalau ada yang mengafir-ngafirkan NKRI, maka ulama di NU dan habaib yang pertama kali tidak terima dan akan melawan,” kata Ustadz Ahmad Muntaha AM, Ahad (23/9).
Pernyataan tersebut disampaikan anggota Tim Bahtsul Masail Himasal (Himpunan Alumni dan Santri Lirboyo) ini pada bedah buku Fikih Kebangsaan. Kegiatan juga dalam rangkaian acara haul pendiri Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat.
Menurutnya, hal itu dikarenakan sejak dulu kiai NU dan kalangan habaib kompak tidak hanya dalam dakwah, juga membangun pondasi kebangsaan. “Yang menjadi rujukan kiai NU untuk menentukan Indonesia sebagai negeri Islam sesuai keputusan Muktamar ke-11 NU di Banjarmasin tahun 1936,” kata alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini.
Pada kesempatan tersebut adalah fatwa habib asal Hadramaut yang juga lama melakukan lawatan dakwah ke Nusantara. “Beliaulah Habib berinisial huruf ya’, yaitu As-Sayyid Al-Habib Al-‘Alim Abdullah bin Umar bin Abi Bakr bin Yahya, penulis kitab Safinatus Shalah yang juga jadi pelajaran utama di pesantren Nusantara,” urai Ustadz Muntaha.
Lebih tegas, alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini mengemukakan betapa besar sumbangsih para kiai dan habaib dalam beragama dan berbangsa. “Berarti jelas, kita bisa shalat itu karena kiai NU dan habaib. Kita berbangsa dan bernegara juga karena mereka. Bila demikian, masihkah kita tertipu dengan berbagai propaganda anti NKRI?” katanya.
Selain Ustadz Muntaha, hadir pula pada acara ini sebagai pembanding, H Marsudi Syuhud yang juga Ketua PBNU. Juga KH Munawir Abdurrahim selaku sesepuh Pesantren Citangkolo beserta segenap kiai lain, serta ratusan santri yang serius mengikuti bedah buku ini. (ISNU)
Sumber: NU Online
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/ulama-nu-dan-habaib-yang-akan-pertama-kali-melawan-jika-nkri-dikafirkan/
Re-Post by MigoBerita / Senin/24092018/17.11Wita/Bjm
Ulama NU dan Habaib yang Akan Pertama Kali Melawan Jika NKRI Dikafirkan
ISLAMNUSANTARA.COM, Kota Banjar – Kebersamaan para kiai di Nahdlatul Ulama (NU) dan juga kalangan habaib dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI terus menguat. Hal tersebut dibuktikan dalam sejarah, dan akan terus terjaga kendati menghadapi sejumlah tantangan. Bahkan upaya sejumlah kalangan yang mengafirkan negeri ini akan terus ditentang.“Kalau ada yang mengafir-ngafirkan NKRI, maka ulama di NU dan habaib yang pertama kali tidak terima dan akan melawan,” kata Ustadz Ahmad Muntaha AM, Ahad (23/9).
Pernyataan tersebut disampaikan anggota Tim Bahtsul Masail Himasal (Himpunan Alumni dan Santri Lirboyo) ini pada bedah buku Fikih Kebangsaan. Kegiatan juga dalam rangkaian acara haul pendiri Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat.
Menurutnya, hal itu dikarenakan sejak dulu kiai NU dan kalangan habaib kompak tidak hanya dalam dakwah, juga membangun pondasi kebangsaan. “Yang menjadi rujukan kiai NU untuk menentukan Indonesia sebagai negeri Islam sesuai keputusan Muktamar ke-11 NU di Banjarmasin tahun 1936,” kata alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini.
Pada kesempatan tersebut adalah fatwa habib asal Hadramaut yang juga lama melakukan lawatan dakwah ke Nusantara. “Beliaulah Habib berinisial huruf ya’, yaitu As-Sayyid Al-Habib Al-‘Alim Abdullah bin Umar bin Abi Bakr bin Yahya, penulis kitab Safinatus Shalah yang juga jadi pelajaran utama di pesantren Nusantara,” urai Ustadz Muntaha.
Lebih tegas, alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini mengemukakan betapa besar sumbangsih para kiai dan habaib dalam beragama dan berbangsa. “Berarti jelas, kita bisa shalat itu karena kiai NU dan habaib. Kita berbangsa dan bernegara juga karena mereka. Bila demikian, masihkah kita tertipu dengan berbagai propaganda anti NKRI?” katanya.
Selain Ustadz Muntaha, hadir pula pada acara ini sebagai pembanding, H Marsudi Syuhud yang juga Ketua PBNU. Juga KH Munawir Abdurrahim selaku sesepuh Pesantren Citangkolo beserta segenap kiai lain, serta ratusan santri yang serius mengikuti bedah buku ini. (ISNU)
Sumber: NU Online
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/ulama-nu-dan-habaib-yang-akan-pertama-kali-melawan-jika-nkri-dikafirkan/
Islam Agama Penuh Perdamaian
ISLAMNUSANTARA.COM – Islam merupakan agama yang rahmatan lil‘alamin,
itu artinya agama Islam bukan hanya untuk orang Islam tetapi untuk
seluruh alam. Agama Islam mengajarkan rasa kasih sayang terhadap sesama
dan terhadap semua hal. Oleh kareta itu Islam mengaturnya menjadi tiga
bagian, yang pertama mengatur hubungan orang Islam dengan tuhannya, atau
yang sering kita dengar dengan istilah Hablum Minallah. Yang kedua mengatur hubungan manusia dengan manusia, atau yang sering kita kenal dengan istilah Hablum Minannas,
dan yang ketiga Islam mengatur hubungan antar manusia dengan alam.
Itulah Islam yang kaffah, Islam yang sempurna. Tiada hal yang tidak ada
aturanya dan pembahasanya dalam Islam. Oleh karena itu Islam itu indah,
Islam itu damai.
Kalau kita pahami Islam dengan cara pandang logika
tanpa unsur politik dan kekuasaan bahwa setiap agama itu mengajarkan
kasih sayang terhadap sesama, tiada agama yang mengajarkan untuk berbuat
kejahatan atau mengajarkan teroris. Begitupun dengan Islam agama selalu
mengajarkan kasih sayang terhadap sesama bukan agama yang mengajarkan
teroris atau apapun itu yang berkonotasi dengan kejahatan. Islam adalah
agama yang paling sempurna dalam konsep dan aturanya untuk mencapai
kebahagiaan dan kesuksesan. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah kenapa
banyak negara Islam yang terkesan jauh tertinggal dari pada negara
barat..? jawabanya adalah satu karena umat Islam kurang bisa
mengaplikasikan konsep Islam yang sudah sangat sempurna sedangkan negara
barat yang bukan Islam malah dengan jelas mengaplikasikan konsep Islam
yang sudah sempurna itulah yang membuat agama Islam terkesan tertinggal
dari negara barat. Hal ini sesuai dengan global economy journal vol 10 issue 2 tahun 2010 yang
menyatakan bahwa enam puluh dua urutan teratas dari negara dunia yang
mengaplikasikan konsep Islam malah bukan dari negara Islam melainkan
dari negara barat kecuali negara malaysia dan kuwait yang menemapati
urutan ke tiga puluh delapan dan empat puluh delapan. Dari sini sudah
jelas bahwa negara maju banyak yang mengaplikasikan konsep Islam yang
sangat sempurna.
Dan kalaupun kita pahami Islam dengan cara politik
dan kekuasaan Islam adalah agama yang selalu menerapkan keadilan, selalu
mengedapankan cara damai dan tiada cara kekerasan dalam berinteraksi.
sebagai dengan jelas termaktub dalam bukunya ilmuan Islam yaitu Imam
Mawardi yang berjudul Al Ahkam Assultoniyah. Sebagaimana contoh
ilmuan Indonesia yang ‘alim dan jenius yaitu Imam Nawawi Al Bantani
setelah kepulangannya dari Negeri Hijaz ingin menyebarkan agama Islam
kampung halamanya, yaitu Banten. beliau mengajarkan Islam dengan carai
damai tapi apa, kaum kompeni merasa terusik dengan cara Imam Nawawi
mengajarkan Islam. Cara damai aja terusik. Kemudian utusan dari kompeni
meminta Imam Nawawi untuk berdakwah dibawah kekuasaan kompeni. Tetapi
beliau menolak permintaan itu. Karena beliau ingin berdakwah dan
menyebarkan agama Islam itu secara kaffah tanpa bayang-bayang kekuasaan.
Bagaimanapun Islam harus diajarkan secara kaffah tanpa bayang-bayang
kekuasaan kompeni itulah pemikiran Imam Nawawi. Alhasil beliau
meninggalkan kota Banten dan bertolak menuju Negeri Hijaz. Dengan
tinggal disana beliau malah bisa mengajarkan agama Islam secara kaffah
dan mengkader ilmuan nusantara untuk menyebarkan Islam dinusantara
secara masih dan terstruktur.
Keberadaan Imam Nawawi di Negeri Hijaz yang mempunyai
pengaruh kuatpun membuat para kaum kompeni merasa terusik, oleh karena
itu kaum kompeni mengutus seorang orientalis untuk pergi ke Negeri Hijaz
dia adalah C. Snouch Hurgronje untuk mengawasi pergerakan Imam Nawawi
dan memata-matai ilmuan nusantara di Negeri Hijaz. Untuk memudahkan
misinya C. Snouch Hurgronje pura-pura masuk Islam dan mengganti namanya
menjadi Abdul Ghoffar.
Mungkin C Snouch Hurgronje lah yang membuat citra
Islam seakan-akan sebagai negara teroris bukan sebagai negara yang
damai. C. Snouch Hurgronje selalu menggencarkan pemikiran pemikiran
yang memojokan Islam. Hal ini termaktub dalam bukunya Nederland En De Islam. C.
Snouch Hurgronje menyatakan “opvoeding en onderwijs zijn in staat de
moslems van het islamstesel te emanciperen” artinya pendidikan dan
pelajaran dapat melepaskan kaum muslim dari genggaman Islam. Itulah
sebabnya para kaum orientalis dan kompeni selalu mengaburkan dan memutar
balikan informasi sejarah bangsa indonesia dan juga memalsukan
buku-buku para ilmuan muslim sehingga pemahaman orang muslim sesuai
dengan pemikiran para kompeni dan pada akhirnya lepas dari genggaman
Islam.
Diceritakan bahwa C Snouch Hurgronje mempunyai kawan
dinegeri belanda yang merupakan direktur pengajaran kementrian
pengajaran dan kerajinan belanda yaitu Mr. J.H Abendanon. Ia adalah
lawan diskusi R.A Kartini melalui korespondensi. Dalam korespondensinya
ia bercerita bahwa Islam adalah negara yang memandang rendah kaum
wanita, negara yang penuh dengan peperangan dan kekerasan tiada
kedamaian dalam islam. Sedangkan eropa adalah sebuah benua yang penuh
dengan kedamaian dan penuh dengan keindahan. Pada awalnya R.A Kartini
sempat terbawa dengan pemikiran Mr. J.H Abendanon makanya ia sempat
tergiur untuk hidup dieropa. Namun lain halnya ketika R.A Kartini
mendengarkan ceramah tentang tafsir surat al fatihah yang disampaikan
oleh sahabatnya Imam Nawawi Al Bantani yaitu KH Sholeh Darat dari
Semarang. akhirnya R.A Kartini mendapat pencerahan tentang Islam dan
pada akhirnya lahirlah kata-kata indah dari beliau HABIS GELAP TERBITLAH
TERANG yang terinspirasi dari surat Al Baqoroh ayat 257 yang ia
pelajari melalui buku tafsir alquran karangan KH Sholeh darat yang
berjudul Faidhur Rahman.
Dari beberapa contoh kejadian diatas kita bisa menarik
kesimpulan bahwa: (1) Islam adalah agama yang damai tapi para orientalis
dan kompenilah yang merekayasa informasi dan berita untuk memojokan
islam.. (2) Banyak para orientalis yang mengadu domba umat islam untuk
menguasi ekonomi dan politik dunia, (3) Banyak negara barat yang maju
karena mengaplikasikan konsep islam, (4) Banyak pengaburan dan rekayasa
sejarah yang dibuat oleh para kaum orientalis supaya para generasi
mendatang tidak tau bagaimana sejarah negaranya. (ISNU)
Sumber: Harakatuna
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/islam-agama-penuh-perdamaian-2/
Re-Post by MigoBerita / Senin/24092018/17.11Wita/Bjm