SBY ‘WalkOut’ Deklarasi Kampanye Damai, KPU: Kami Tak Bisa Atur Diluar Karnaval
JAKARTA – Komisi Pemilihan Umum (KPU)
buka suara soal insiden Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) yang walkout dari deklarasi kampanye damai pada pagi
ini.
Menurut Ketua KPU Arief Budiman, ia
tidak bisa mengatur apa yang terjadi di luar karnaval. “Jadi begini,
sebetulnya yang sudah kami atur semua delegasi yang ada di jalur
karnaval. Di luar ini, kami tidak bisa mengatur,” ujarnya, Minggu
(23/9).
Arief mengaku tidak tahu-menahu dengan
kehadiran massa beratribut pasangan calon dan partai politik tertentu.
Tapi, ia memastikan hal itu tak terjadi dalam jalur karnaval yang
sepenuhnya telah mereka kontrol.
Lagipula, ia menilai apa yang menjadi keluhan SBY sudah terjadi di masa kampanye yang sudah dibuka mulai hari ini.
“Pertama, ini masa kampanye, orang
boleh saja kampanye sepanjang regulasinya dipatuhi. Kedua, khusus
kegiatan ini sepanjang jalur kami terkontrol siapa saja, berapa banyak
kaos kami bagikan, semua atribut, semua diperhatikan,” tutur Arief.
Komisioner KPU lainnya, Viryan
menyayangkan keputusan SBY. Ia berdalih pihaknya sudah berusaha
semaksimal mungkin menggelar rangkaian deklarasi kampanye damai di
Monas.
Namun, apa yang menjadi keluhan SBY, Viryan menilai itu berada di luar kendali KPU.
“Di area menjadi rute pawai itu
clear. Masyarakat semua melihat, tapi begitu keluar area kita ada
pendukung kedua kubu, yang di dalam karnaval anggota partai,” imbuh dia.
SBY dan keluarganya hengkang dari acara
deklarasi kampanye damai karena melihat banyak atribut partai dan
atribut kampanye berseliweran di sekitar Monas yang menjadi lokasi
penyelenggaraan acara. Padahal, keberadaan atribut kampanye di acara ini
sudah dilarang oleh KPU.
SBY bersama Ani Yudhoyono, Agus
Harimurti Yudhoyono, dan Eddy Baskoro Yudhoyono, kemudian meninggalkan
lokasi acara. Padahal, kehadiran mereka baru sekitar lima menit.
“Partai Demokrat protes keras. Pak
SBY juga turun dari barisan karena melihat banyak sekali aturan main
yang tak disepakati,” tutur Hinca.
Dari pantauan di lapangan, atribut
kampanye pasangan calon nomor urut 1 Joko Widodo – Ma’ruf Amin terlihat
jelas di sekitar area Monas. Atribut itu setidaknya terlihat dibawa oleh
dua kelompok relawan, yakni Projo dan Gojo. Mereka menyambut
iring-iringan yang mengusung Jokowi-Ma’ruf. (ARN)
Sumber: cnnindonesia.com
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/09/23/sby-walkout-deklarasi-kampanye-damai-kpu-kami-tak-bisa-atur-diluar-karnaval/
Jokowi, Prabowo Ikrar Kampanye Damai Tanpa Hoaks Tanpa Sara
JAKARTA – Pasangan Capres-Cawapres Joko
Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berikrar
menjalankan kampanye damai Pemilu serentak 2019. Ikrar tersebut ditandai
dengan pembacaan deklarasi kampanye damai yang dipandu oleh Ketua KPU
dan Ketua Bawaslu di Monas, Minggu (23/09).
Usai membacakan deklarasi, para pasangan calon kemudian melepas burung merpati sebagai simbol perdamaian.
Masing-masing pasangan calon kemudian menandatangi prasasti sebagai bentuk pakta ikrar yang telah mereka bacakan.
Berikut adalah deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 yang dibacakan oleh para peserta Pilpres 2019 di Monas.
Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Tahun 2019.
Kami peserta Pemilu Tahun 2019 berjanji:
Satu: mewujudkan Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
Dua: Melaksanakan kampanye pemilu yg aman tertub damai berintegritas tanpa hoaks, politisasi SARA, dan politik uang
Tiga: Melaksanakan kampanye berdasarkan peratuan perundang-undangan yang berlaku
Jakarta, 23 september 2018.
Keempat pasangan calon presiden dan
wakil presiden lantas memegang merpati putih usai deklarasi tersebut
dibacakan, sementara para petinggi Partai di belakangnya memegang
merpati berwarna abu-abu.
Merpati-merpati itu kemudian diterbangkan sebagai simbol deklarasi kampanye damai.
Tanpa Hoaks dan SARA
Ketua KPU Arif Budiman meminta para
peserta pemilu 2019 melakukan kampanye damai dan tidak memainkan isu
suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) serta berita hoaks.
“KPU berharap peserta pemilu dapat
memanfaatkan masa kampanye melalui kampanye damai, tertib, tidak
melakukan politisasi SARA, tidak menyebar berita hoaks, tidak melakukan
politik uang dan tidak saling menghujat,” kata Arif.
“Manfaatkan masa kampanye sebaiknya dengan menawarkan visi, miisi, dan program kampanye,” ujarnya.
Arif mengatakan deklarasi kampanye damai
bertujuan agar bisa mengedukasi, memperkenalkan sekaligus sosialisasi
peserta pemilu 2019.
“Tema yang diangkat dalam kegiatan ini
adalah kampanye damai anti hoaks untuk menjadikan pemilih berdaulat agar
negara kuat,” katanya.
Nantinya, kata dia, kampanye diharapkan
dapat memberikan pendidikan politik kepada pemilih dan dapat
meningkatkan angka partisipasi pemilih.
Arief juga melaporkan KPU telah
menetapkan 16 bisa partai politik peserta pemilu, 4 parpol lokal dan
juga pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Selain itu KPU telah menetapkan sebanyak
807 calon anggota DPD peserta pemilu, dan menetapkan daftar calon tetap
anggota DPR/DPRD Kabupaten/kota.
“Sesuai dengan tahapan pemilu 2019, masa
kampanye dimulai hari ini tanggal 23 September sampai 13 April. Selama
masa kampanye peserta pemilu dapat melakukan kegiatan kampanye sesuai
ketentuan dan perundangan berlaku,” ujarnya. (ARN)
Sumber: CNNIndonesia.com
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/09/23/jokowi-prabowo-ikrar-kampanye-damai-tanpa-hoaks-tanpa-sara/
Yusuf Muhammad: Pilpres 2019 Duet Khilafah-Teroris Vs Pancasila
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Masih ingatkah dengan aksi kader PKS
Mardani Alisera saat bersama jubir eks HTI dalam videonya yang
mengatakan, “2019 ganti Presiden, ganti sistem?”
Jika ditarik benang merahnya maka bisa
jadi pernyataan Prabowo ada benarnya bahwa pada tahun 2030 Indonesia
akan bubar, mengapa? karena negara Indonesia telah diganti dengan negara
khilafah.
Bagi saya, terlepas dari siapapun yang
akan menjadi Presiden di Republik ini maka apapun alasannya, Pancasila
harus tetap tegak. Karena ini menyangkut soal kedaulatan bangsa dan
negara, bukan skedar acara pilpres yang diadakan tiap 5 tahunan.
Menurut pengamatan saya, tahun 2019
nanti bukan hanya sebagai ajang pemilihan capres dan cawapres, namun
diluar itu ada hal yang lebih penting yaitu, bagaimana cara kita
mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara yang
mempersatukan perbedaan, bukan menghancurkan perbedaan.
Baca: HTI, PKS, Wahabi Sebarkan Isu Anti Nasionalisme-Toleransi Untuk Hancurkan NKRI
Jadi, bisa dikatakan tahun 2019 nanti
adalah pertaruhan hidup mati antara Pancasila menghadapi ISIS dan HTI
cs. Pancasila tujuannya jelas mempersatukan perbedaan, sedangkan HTI dan
ISIS cs bertujuan ingin menghancurkan perbedaan.
Waspada bahaya doktrin sesat PKS dan HTI!
PKS dan HTI ini bagaikan “hantu,” mereka
bergentayangan di berbagai lini untuk “menginjeksi virus” mereka pada
mahasiswa dan pelajar di lembaga pendidikan kampus dan sekolahan. Jadi,
jangan heran ketika kemaren melihat demo mahasiswa “cap kardus” di Riau
yang patut diduga ditunggani oleh PKS dan HTI. Jangan heran juga kemaren
waktu 17an ada pawai anak-anak TK bercadar sambil bawa ‘senjata.’
Lihat saja, demo mahasiswa di Riau sarat
akan kepentingan politik, mungkin karena BEMnya sudah menerima kardus
dari si pemilik jurus Bangau? Entahlah.. Dari sini bisa dilihat peran
mahasiswa sebagai “agent of change” telah dibelokkan untuk kepentingan
politik praktis yang murahan dan memalukan.
Mahasiswa harusnya bisa berdiri di
tengah, bukan melambai ke kiri dan ke kanan layaknya makhluk aneh yang
sering mangkal di perempatan jalan waktu tengah malam.
Mahasiswa sekarang dan dulu memang beda jauh.
Dulu mahasiswa dan aktivis 1998 turunkan
Soeharto yang berkuasa 32 tahun, kini 2018 “mahasiswa cabe-cabean”
menuntut tukang kayu mundur, padahal ia baru berkuasa 4 tahun dan
undang-undang memberi jatah berkuasa 5-10 tahun.
Baca: Denny Siregar: Bukan tentang Jokowi, Ini pertarungan NKRI Vs HTI
Dulu mahasiswa dan aktivis 1998 menuntut
Soeharto turun karena menjual hak atas kekayaan alam pada perusahaan
asing Freeport, Rio Tinto, Caltex, Inco, Newmont, Exxon dll. Kini 2018
mahasiswa dan aktivis lebay menuntut Jokowi turun, sementara Jokowi
berhasil mengambil alih Freeport, Blok Mahakam dan Blok Rokan dari
negara asing.
Woi…. Mahasiswa, Bercerminlah, ada siapa saja di belakang kalian. Jangan-jangan ada banyak “hantu” bergentayangan. (SFA)
Sumber: Akun Fanpage Yusuf MuhammadSumber Berita : http://www.salafynews.com/yusuf-muhammad-pilpres-2019-duet-khilafah-teroris-vs-pancasila.html
Eksodus Teroris ke Asia Wujudkan Proyek Khilafah Besar
MOSKOW – Kepala staf
gabungan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif Anatoly Sidorov,
pada hari Kamis (20/09), memantau pergerakan lebih dari 2.500 tentara
ISIS dari Suriah ke wilayah Afghanistan-Pakistan, seperti dilansir Almaalomah (20/09).
Baca: Sidney Jones: Pergerakan ISIS di Indonesia
“Selama setahun terakhir saja, lebih
dari 2,500 anggota teroris ISIS telah dipindahkan dari Suriah ke wilayah
Afghanistan-Pakistan,” kata Sidorov kepada wartawan.
Baca: Terungkap, JAD Dapat Dana dari ISIS Untuk Beli Senjata
“Bahaya utama disini adalah teroris
melihat Afghanistan sebagai basis belakang dengan prospek luas untuk
menyebarkan pengaruh organisasi di Asia Tengah dan Selatan sebagai
bagian dari pelaksanaan proyek Khilafah Besar.
Baca: Surat Terbuka Netizen Kepada Fans ISIS di Indonesia
“Situasi di Asia Tengah tetap sangat
tegang dan sangat mengkhawatirkan,” kata Sidorov, menekankan pada saat
yang sama bahwa ancaman utama bagi negara-negara di kawasan itu berasal
dari aktivitas organisasi teroris. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/eksodus-teroris-ke-asia-wujudkan-proyek-khilafah-besar.html
Kubu Prabowo Usul Debat Bahasa Inggris, Kubu Jokowi Tantang Pakai Bahasa Arab
JAKARTA – Kubu
Prabowo-Sandiaga menginginkan debat calon presiden dan wakil presiden
nantinya dibuat lebih berbeda. Jika biasanya menggunakan bahasa
Indonesia, kubu Prabowo menginginkan debat berbahasa Inggris.
Baca: Denny Siregar: Maraknya Kader Partai Oposisi Dukung Jokowi
Alasannya, penggunaan bahasa Inggris
penting mengingat seorang pemimpin negara akan bergaul dan berbicara di
dunia internasional.
“Karena presiden bergaul di dunia
internasional, supaya tidak ada miss komunikasi dan salah tafsir dari
lawan bicara, ya memang penting juga calon presiden matang dalam
menguasai bahasa luar, dari bahasa Indonesia itu,” ucap Ketua DPP Partai
Amanat Nasional (PAN), Yandri Susanto.
Baca: CATATAN, Jokowi Manusia ‘Langit’
Usulan kubu Prabowo ternyata sangat
didukung kubu Jokowi-Ma’ruf Amin. Namun, mereka juga menawarkan usulan
agar ada sesi bahasa Arab saat debat, dan dilakukan tes membaca Alquran.
“Mengingat bahasa Arab juga menjadi
salah satu bahasa internasional dan mayoritas rakyat Indonesia beragama
Islam maka bisa sejalan,” kata Wasekjen DPP PPP yang juga anggota Tim
Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Indra Hakim Hasibuan,” seperti dilansir
Merdeka, Jumat (14/9).
Baca: Denny Siregar: Erick Thohir Manuver Cerdas Jokowi
Agar fair dan objektif, lanjut Indra,
maka panelisnya bisa dari perwakilan ulama terkemuka ataupun syeikh dari
Saudi Arabia maupun Mesir.
“Kami juga berharap dalam materi debat
juga menyampaikan program yang konkret bukan hanya sekadar wacana.
Misalnya, setiap satu persoalan disertai solusi dan contoh penanganan.
Sehingga rakyat Indonesia bisa mengetahui detail dan memahami ide besar
ataupun gagasan dari para capres,” tegas dia. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/kubu-prabowo-usul-debat-bahasa-inggris-kubu-jokowi-tantang-pakai-bahasa-arab.html
GEGER, Prabowo Kisahkan Zulkifli Hasan Perancang Strategi Turunkan Ahok
JAKARTA – Pernyataan
mengejutkan datang dari bakal calon presiden Prabowo Subianto. Ia
mengungkapkan bahwa dirinya banyak mencuri ilmu soal strategi berpolitik
dari tokoh-tokoh Partai Amanat Nasional (PAN). Salah satunya dari Ketua
Umum PAN Zulkifli Hasan.
Baca: Manipulasi Agama dalam Pilkada DKI Jakarta
Bahkan Prabowo mencontohkan upaya
Zulkifli yang merancang strategi menurunkan Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok pada Pilkada DKI 2017 lalu. “Banyak ilmu dari beliau
(Zulkifli-red). Beliau sampaikan bagaimana merancang strategi menurunkan
Ahok,” kata Prabowo pada pembekalan calon legislatif PAN di Grand
Paragon, Jakarta, Minggu (16/9/2018).
Ia kembali menyebutkan, strategi
mengalahkan Ahok sempat disusun di rumah dinas Zulkifli. Salah satunya
adalah dengan menerjunkan tokoh-tokoh hingga tingkat RT dan RW.
Baca: Denny Siregar: Pilkada DKI Tahun Ini Terburuk Sepanjang Sejarah
“Sekarang tidak perlu rapat akbar,
tokoh-tokoh turun ke RT. Habis itu kita kembali ke DPP langsung kita
turun ke RT. Enggak usah rapat besar karena kita termasuk enggak punya
duit waktu itu,” kata Prabowo sembari tertawa.
Dari cerita itu, ia melihat PAN memiliki
strategi politik yang kuat. Oleh karena itu, ia meminta seluruh kader
PAN untuk tak takut tersaingi dengan partai lain yang memiliki logistik
kuat. Ia menegaskan, rakyat yang akan menentukan.
Baca: Isu SARA Jelang Pilkada, Ketum PBNU: Jangan Jual Nama Tuhan dalam Berpolitik
“Mari kita berjuang bersama, partai
kalian adalah partai bersejarah, partai kalian adalah partai pelopor,
saya juga akan berbuat apa yang saya bisa buat agar PAN kembali besar,”
ujarnya, (SFA/Kompas)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/geger-prabowo-kisahkan-zulkifli-hasan-perancang-strategi-turunkan-ahok.html
Eko Kuntadhi: Waspada Kebangkitan Begal Sadis DI/TII di NKRI
JAKARTA – Partai
Komunis Indonesia (PKI) bangkit lagi, kata orang. Seperti hantu yang
bangkit dari kubur. Orang-orang sibuk membicarakan hantu. Yang ada hanya
desas-desus. Semuanya bicara katanya. Tapi, saat ditanya mana hantunya,
semuanya menjawab tidak jelas, ujar Eko Kuntadhi.
Baca: Fakta Pembantain Sadis DI/TII yang Ingin Tegakkan Negara Ala Mereka
Ok, kita tidak setuju PKI, sama seperti
kita tidak setuju komunisme. Dunia juga sudah tahu, komunisme hanya
omong kosong belaka. Uni Sovyet ambruk. Tembok Berlin runtuh. RRC saat
ini lebih bergaya kapitalis dibanding komunis. Hanya Korea Utara yang
memiliki pemimpin dengan rambut cepak ngangkang yang masih setia dengan
jargon komunisme. Itu pun dibayar dengan penderitaan rakyatnya.
Di Indonesia, PKI hanya tinggal kisah
hantu. Sejak 12 Maret 1966 PKI dan ormas pendukungnya resmi dibubarkan.
Sebelumnya ribuan orang yang disangka anggota PKI mati dibunuh.
Tokoh-tokohnya ditangkapi dan diasingkan di Pulau Buru.
Baca: Kudeta Tak Berdarah Dibungkus Agama Melanda Indonesia
Bukan hanya itu. Anak cucu orang yang
disangkakan PKI atau simpatisannya juga kena imbas. Secara politik
mereka dimatikan, secara ekonomi mereka dimiskinkan, secara sosial
mereka diasingkan. Jadi, selain secara ideologi komunis sudah bangkrut,
daya penopang mereka untuk tumbuh lagi juga tidak ada. Apa belum cukup
hampir dua dasawarsa kita memberangus komunisme?
Justru yang kini paling pantas dicurigai
adalah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Jika dianggap
sama-sama pemberontak dan tidak sesuai dengan falsafah Pancasila, justru
kebangkitan DI/TII lebih nyata sekarang dibanding kebangkitan PKI.
Baca: Muhammad Zazuli: Para Pengkhianat Negeri
Dulu mereka melakukan pemberontakan di
Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan. Beberapa tokohnya
di hukum mati. Tapi tidak seperti keluarga anggota PKI yang dihabisi
baik nyawa, kesempatan ekonomi, politik dan sosial. Keluarga pemberontak
DI/TII hidup nyaman-nyaman saja. Padahal kelakuannya sama dengan PKI,
sama-sama anti-Pancasila. Sama-sama pemberontak. Sama-sama membuat
kekacauan. Sama-sama menyusahkan rakyat.
Justru kebangkitan DI/TII jauh lebih
terasa dibandingkan dengan kebangkitan PKI. Tokoh pendiri PKS, Hilmi
Aminuddin, adalah anak seorang panglima Tentara Islam Indonesia. Justru
dia sekarang asyik menjadi tokoh partai. Toh, kita semua santai-santai
saja. Meskipun, anehnya, orang-orang PKS yang paling ngotot menyebut
kebangkitan PKI, mereka tidak pernah mau menyebutkan kebangkitan DI/TII.
Padahal dosa DI/TII terhadap bangsa ini tidak kalah besar dengan dosa
PKI.
Bukan hanya itu, kebangkitan DI/TII
lebih terasa dengan hadirnya HTI dan kelompok gila khilafah. Saat ini
ketika agama dimainkan untuk kepentingan politik, justru itu
melegitimasi kebangkitan pemberontak DI/TII. Fenomena diharamkannya
upacara bendera, dilarangnya hormat bendera, semaraknya isu agama dalam
pemilu, banyaknya kekerasan atas nama agama adalah ciri-ciri kebangkitan
ideologi DI/TII.
Justru ini yang jauh lebih berbahaya
ketimbang komunisme. Kita tidak perlu takut komunis bangkit, karena dia
memang sudah ambruk. Kita perlu kuatir DI/TII muncul lagi, sebab
ideologi sejenis kini sedang merasuki dunia. Lihat Taliban, Hizbut
Tahrir, Ikhwanul Muslimin, ISIS, Al-Qaidah, Jabhat Nusrah , dan
kelompok-kelompok jihadis lainnya yang bermaksud mendirikan negara Islam
ideologi dan cara berfikirnya sama dengan DI/TII.
Kebangkitan ideologi DI/TII ini kita
rasakan dengan slogan kampanye Jakarta Bersyariah, yang saat pilkada
banyak digembar-gemborkan.
Hanya saja, meski sama-sama biadabnya
dengan PKI, isu kebangkitan DI/TII ini bisa ditutupi dengan berselimut
ayat dan slogan agama. Maklum, rakyat gampang terpukau dengan bungkus
agama yang bombastis. Semua urusan politik dibungkus agama. Ini ciri
khas DI/TII.
Padahal, kelakuannya sama dengan PKI.
Sama-sama suka memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Sama-sama
suka meneror rakyat. Sama-sama suka membuat kekacauan.
Baca: BIN: Wahabisme dan Takfirisme Sumber Radikalisme
Bedanya, kalau ideologi komunis saat ini
sudah mampus, ideologi DI/TII yang justru makin semarak. Orang-orang
berideologi DI/TII bebas berkeliaran. Anehnya, merekalah yang kini
paling gencar berteriak bangkitnya PKI. Teriakan itu kemungkinan besar
untuk menutupi agendanya sendiri. Mereka sedang membangkitkan sebuah
“pemberontakan” terhadap Indonesia.
Lalu, kita malah dibuat terlena dengan isu hantu PKI. Padahal orang-orang berideologi DI/TII sedang siap menerkam.
PKI itu sekarang sejenis hantu pocong,
yang hanya ada dalam kisah horor. Sementara saat ini kekuatan DI/TII
ibarat begal sadis. Keberadaannya nyata. Mestinya kita tahu, harus lebih
mewaspadai yang mana?. (SFA)
Sumber: www.EkoKuntadhi.comSumber Berita : http://www.salafynews.com/eko-kuntadhi-waspada-kebangkitan-begal-sadis-di-tii-di-nkri.html
Denny Siregar: PKI Lahir dari Rahim Sarekat Islam
JAKARTA – Menyambung tulisan saya bahwa “HTI adalah PKI masa kini“.
Banyak yang salah mengartikan bahwa Komunis itu adalah atheis.
“Komunisme” itu adalah ideologi yang tujuan utamanya adalah terciptanya
masyarakat dengan aturan kepemilikan bersama. Tidak ada kelas sosial,
semua rata.
Baca: Denny Siregar: PKI dan HTI Melawan Banser-Ansor
Sedangkan “Atheisme” adalah pandangan yang tidak mengakui adanya Tuhan.
Lalu kenapa komunis selalu disamakan dengan atheis?
Itu mungkin karena pernyataan Karl Marx,
bapak komunisme dunia, yang mengatakan “Agama adalah candu bagi
masyarakat”. Jadi stigma bahwa komunis adalah atheis ini berlangsung
sejak lama, kemungkinan juga bagian dari propaganda politik.
Banyak juga yang tidak tahu bahwa Partai
Komunis Indonesia atau PKI, sebenarnya lahir dari kelompok “Sarekat
Islam”. Sarekat Islam adalah organisasi besar pada masanya dimana disana
melahirkan tokoh besar pula semisal HOS Tjokroaminoto.
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Pada tahun 1920 di Yogyakarta, Sarekat
Islam mengadakan kongres. Dua kader SI, yaitu Semaoen dan Haji Agus
Salim menyusun dasar baru organisasi, yang menyepakati bahwa Kapitalisme
harus dilawan.
Semaoen ini adalah ketua umum pertama PKI. Jadi bisa disimpulkan apa agamanya dia.
Semaoen kemudian mendirikan Partai
Komunis Indonesia. Jabatan Semaoen sebagai ketua partai ini membuat
Abdul Muis, tokoh SI Bandung, marah. Dia meminta Semaoen untuk tidak
rangkap jabatan.
Akhirnya pada kongres berikutnya diputuskan bahwa mereka yang tergabung di partai komunis harus keluar dari Sarekat Islam.
Semaoen tidak terima dikeluarkan begitu
saja. Ia membentuk Sarekat Islam Merah, dan mempengaruhi kongres SI di
Madiun tahun 1923. Kongres digambarkan ribut dan saling serang.
Mirip-miriplah dengan pemilihan ketua DPR sekarang.
Baca: Denny Siregar: Ajal HTI Ditangan Jokowi
Akhirnya berpisahlah Sarekat Islam dan
PKI. SI sendiri berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII).
Dalam buku “Manuskrip Sejarah PKI (1920-1965), Busjarie Latif mengatakan
35 ribu anggota SI gabung ke dalam Partai Komunis Indonesia.
Jika melihat sejarah, anggota Partai
Komunis bukan tidak percaya Tuhan. Mereka bahkan sebagian besar beragama
Islam karena berasal dari Sarekat Islam. Masuknya mereka ke PKI karena
semangat melawan Kapitalisme, bukan karena tidak percaya Tuhan.
Jadi saya senyum-senyum saja ketika ada
seorang teman yang saya tahu dia anggota HTI berteriak, bahwa HTI tidak
mungkin PKI, karena HTI berTuhan sedangkan PKI tidak. Berarti dia belum
pernah baca sejarah terbentuknya PKI.
Lalu kenapa temanku itu tidak mampu memahami bahwa HTI itu sangat mungkin adalah PKI masa kini yang berbaju agama?
Baca: Kupas Tuntas Pemberontakan Hizbut Tahrir di Libya, Suriah dan Indonesia
Karena dia “mur kecil” dalam sebuah
organisasi besar seperti Hizbut Tahrir sehingga tidak mampu melihat visi
HTI yang sangat mirip dengan PKI dahulu, yang sama-sama ingin mengganti
Pancasila.
Mungkin juga temanku yang suka
teriak-teriak “khilafah” itu tidak paham, apa sih maksudnya khilafah
itu? Buatnya keren aja jika kelihatan revolusioner.
Kalau sudah paham bahwa anggota-amggota
PKI juga banyak yang bertauhid, lalu mau ngeles kayak gimana kalau PKI
itu sudah pasti tidak berTuhan?. Makanya sering-seringlah ngopi, biar
agak cerdas sedikit aja. (SFA)
Sumber: www.DennySiregar.comSumber Berita : http://www.salafynews.com/denny-siregar-pki-lahir-dari-rahim-sarekat-islam.html
Denny Siregar: PKI dan HTI Melawan Banser-Ansor
JAKARTA – Banyak yang marah ketika saya menulis bahwa “HTI adalah PKI masa kini“.
Mereka kemudian menolak dan memaki-maki sambil tidak lupa mengatakan
bahwa saya PKI. Saya lucu aja membacanya, ujar Denny Siregar.
Dalam melihat sesuatu, seharusnya kita
memperhatikan sebuah pola. Dan dalam suatu gerakan tentu ada rekam jejak
yang tidak bisa dihapuskan.
Baca: Ahmad Zainul Muttaqin Bongkar Kampanye Busuk HTI Dibalik Isu PKI
PKI pada masanya melakukan penyusupan ke
segala elemen, mulai pemerintahan, militer sampai dunia pendidikan.
Pola gerakan yang sama dengan yang dilakukan HTI sekarang.
PKI juga mempunyai ideologi sendiri
yaitu komunis, dan ingin menggantikan ideologi yang sudah ada yaitu
Pancasila. Pola yang sama juga dengan HTI yang mempunyai ideologi
khilafah.
Ada satu kesamaan lagi yang tidak bisa
dilupakan. Musuh bebuyutan PKI dulu adalah Ansor dan Banser NU. Mereka
saling bersitegang ketika ketemu, bahkan tidak jarang terjadi bentrokan.
Mirip sekali bukan?
Baca: Yusuf Muhammad: PKI dan HTI Pengkhianat NKRI
Jadi ketika orang-orang HTI itu
meneriaki bahwa dibelakang Jokowi ada PKI, saya ketawa lebar. Bagaimana
mungkin PKI menggandeng NU? KH Ma’ruf Amin adalah Rais Aam NU. Logika
itu sangat tidak berdasar.
Yang paling mungkin adalah PKI teriak PKI. Maling teriak maling..
Mereka teriak PKI untuk menyembunyikan
jati diri mereka. Mereka paham ideologi komunis sudah tidak laku zaman
sekarang, karena dagangan agamis lebih mampu dijual.
Dengan ideologi yang sama-sama ingin
menumbangkan Pancasila, apa bedanya PKI dan HTI sekarang? Tidak ada.
Mereka sama. Hanya jubahnya saja yang ditukar.
Baca: HTI PEMBERONTAK?
Dan PKI melihat NU seperti melihat
macan. Karena itulah mereka tidak akan mungkin berani berada dalam satu
barisan. Paling mudah meneriaki kawan NU sebagai PKI, untuk memainkan
peranan.
Jadi gak usah marah-marah pada saya
kalau melihat fakta-fakta itu. Lebih baik instropeksi diri, benarkah
ideologi anda sudah benar? Atau jangan-jangan yang teriak tidak paham
bahwa mereka sudah tercuci otak oleh PKI yang bajunya sudah berganti?
Lebih baik minum kopi. Pahitnya
menyadarkan bahwa meskipun kalian sekarang berdandan agamis, perilaku
kalian tetap tidak bisa disembunyikan dengan berwajah bengis. Seruput
dulu, kawan. (SFA)
Sumber: www.DennySiregar.comSumber Berita : http://www.salafynews.com/denny-siregar-pki-dan-hti-melawan-banser-ansor.html
Re-Post by MigoBerita / Senin/24092018/10.43Wita/Bjm