Wewenang Pemerintah Pusat, Inilah 8 Tuntutan Aliansi Mahasiswa Kalsel
AKSI demonstrasi yang dilancarkan mahasiswa tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan, menjadi bagian dari gerakan nasional para intelektual kampus seluruh Indonesia. Saat menggelar unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kalsel, Kamis (20/9/2018), ada delapan tuntutan yang diusung.ADAPUN pernyataan sikap mahasiswa lintas kampus di Kalsel adalah menuntut agar pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pemerintah didedak untuk segera meningkatkan ekspor dan mengurangi impor.
Mahasiswa se-Kalsel juga mendesak pemerintah untuk menggalakkan ekonomi kerakyatan. Pemerintah juga dituntut agar segera menstabilkan harga pangan dalam negeri, termasuk bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar gas (BBG), tarif dasar listrik (TDL) dan lainnya.
Mahasiswa dari berbagai organisasi intra kampus ini juga mendesak pemerintah menasionalisasi aset negara yang dikelola pihak asing secara tegas. Serta, pemerintah harus memenuhi janji untuk mewujudkan kemandirian ekonomi.
Para pengunjuk rasa juga mendesak agar pemerintah segera menghapus Perpres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing (TKA), dan mendorong media lokal dan nasional untuk berpropaganda secara netral apa adanya dan mengutamakan kualitas demokrasi atas kepentingan rakyat.
Wakil Presiden BEM Uniska Banjarmasin, M Toha Rettob yang menjadi perwakilan massa pendemo mengatakan ujung tombak pertumbuhan ekonomi nasional itu dilihat dari stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing sebagai salah satu variabel ekonomi makro yang fundamental.
“Sebab, pergerakan nilai kurs dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian Indonesia. Jika rupiah terus merosot, maka beban utang pemerintah akan bertambah karena sebagian utang Indonesia dalam bentuk mata uang asing,” paparnya.
Atas nama Aliansi Mahasiswa se-Kalsel, Toha mengatakan anjloknya nilai rupiah merupakan tamparan keras bagi perekonomian Indonesia terhadap sentimen global yang semakin sulit diprediksi.
“Pemerintah harus menemukan formulasi yang tepat dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Fenomena ini yang sangat alamiah sekaligus mengkhawatirkan,” cetusnya.
Menanggapi aksi unjuk rasa dan tuntutan mahasiswa, Ketua DPRD Kalimantan Selatan H Burhanuddin mengatakan penolakan dewan tak mengizinkan pendemo masuk ke Rumah Banjar, akibat insiden pengrusakan pada Jumat (14/9/2018) lalu.
“Untuk tuntutan yang diajukan mahasiswa se-Kalsel akan diajukan ke pemerintah pusat. Sebab, tuntutan ini menyangkut kewenangan pemerintah pusat dalam mengatasi masalah perekonomian nasional,” ucap legislator Partai Golkar ini.
Senada itu, Ketua Komisi II DPRD Kalsel Suwardi Sarlan memastikan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa akan segera disalurkan ke pemerintah pusat. “Tuntutan mahasiswa sudah kami bahas dan selanjutnya diserahkan ke pemerintah pusat,” katanya.
Begitu mendengar tuntutannya didengar, puluhan mahasiswa yang mengenakan baju almamater kampusnya membubarkan diri sekitar pukul 14.30 Wita, dengan pengawalan ketat polisi, menuju titik kumpul awal di kawasan parkir Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Jalan RP Soeprapto.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/20/wewenang-pemerintah-pusat-inilah-8-tuntutan-aliansi-mahasiswa-kalsel/
Dikawal Ketat Polisi, Mahasiswa Gelar Shalat Zuhur Berjamaah di Jalan Raya
BEGITU mendengar suara azan Zuhur, mahasiswa lintas kampus yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan, menghentikan sejenak aksi unjuk rasanya. Mereka serentak mengambil wudhu, sebagian lagi memilih bertayamun untuk menunaikan shalat Zuhur berjamaah di Jalan Lambung Mangkurat, Kamis (20/9/2018).SALAH satu pendemo melalui pelantang suara, mengumandangkan azan. Dipimpin peserta demo asal UIN Antasari, di atas poster dan spanduk berisi tuntutan aksi dijadikan alas sajadah. Mahasiswa pun shalat berjamaah, sembari menunggu kedatangan anggota DPRD Kalsel menemui mereka.
Puluhan mahasiswa ini shalat dengan dikawal ketat aparat kepolisian gabungan dari Polda Kalsel, Satuan Brimob, Polresta Banjarmasin dan Polsek Banjarmasin Tengah yang membentuk pagar betis.
Wakil Presiden BEM Uniska Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, M Toha Rettob mengatakan aksi demo yang digelar untuk menyampaikan keresahan rakyat atas kondisi perekonomian nasional. Sedikitnya, ada delapan tuntutan yang diusung Aliansi Mahasiswa Kalsel, yakni masalah kenaikan nilai tukar dollar AS dan melemahnya rupiah, membanjirnya tenaga kerja asing, serta menuntut janji Presiden Joko Widodo agar direalisasikan dalam skema perbaikan ekonomi nasional.
Mahasiswa pun ingin menunjukkan dalam aksi kali ini, berlangsung tertib dan tak anarkis. Meski kedatangan mereka juga diadang ratusan personel kepolisian. Gesekan antara mahasiswa dan polisi tak terhindarkan.
Begitu usai shalat Zuhur berjamaah di jalan, kembali para pentolan mahasiswa menggelorakan tuntutannya. Hingga dimediasi aparat kepolisian untuk bertemu wakil rakyat guna menyampaikan aspirasinya.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/20/dikawal-ketat-polisi-mahasiswa-gelar-shalat-zuhur-berjamaah-di-jalan-raya/
Sempat Saling Dorong, Aksi Demo Mahasiswa Diadang Pagar Betis Polisi
MAHASISWA lintas kampus dan organisasi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan kembali menggelar aksi unjuk rasa. Mereka tetap mengusung tuntutan soal perbaikan ekonomi nasional saat menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat, Kamis (20/9/2018).AKSI mahasiswa yang berasal dari LSISK, Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Syariah dan Dema Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Antasari, BEM Universitas Lambung Mangkurat (ULM), BEM Uniska, BEM Universitas Ahmad Yani, BEM Universitas STIH Sultan Adam, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, STIMIK dan lainnya, sempat berlangsung ricuh. Ini karena penjagaan ketat diterapkan aparat kepolisian gabungan dari Polda Kalsel, Polresta Banjarmasin dan Polsek Banjarmasin Tengah, termasuk Satuan Brimob.
Pagar betis ini, membuat para mahasiswa terpicu emosinya. Saling dorong antara mahasiswa dan kepolisian terjadi. Perdebatan sengit pun terjadi. Aparat kepolisian melarang mahasiswa untuk memasuki Rumah Banjar, tempat para wakil rakyat Kalsel berkantor.
“Kami ingin masuk ke rumah rakyat, kenapa bapak-bapak polisi melarang kami? Kami ingin berdialog dengan dewan yang kami pilih untuk menyampaikan aspirasi,” ucap salah satu korlap Taho Retop, dengan pelantang suara.
Namun, Kabag Ops Polresta Banjarmasin Kompol Awilzan tetak bersikukuh tak mengizinkan. Ini dikarenakan pengalaman aksi sebelumnya yang berbuah tindakan pengrusakan properti di ruang paripurna DPRD Kalsel. Perdebatan sengit ini makin panas. Hingga terjadi aksi saling dorong.
Di tengah suasana yang kian tak terkendali, baru muncul Ketua Komisi II DPRD Kalsel Suwardi Sarlan dan Ketua Komisi III DPRD Supian HK, didampingi perwakilan dari Bank Indonesia (BI) dan Setdaprov Kalsel.
Mereka keluar pagar gedung dewan untuk menemui para pendemo. Namun, kedatangan para wakil rakyat ditolak mahasiswa. Mereka menginginkan dialog di dalam ruangan, bukan di jalan raya.
“Kami tak mau mengganggu pengguna jalan. Sebab, arus lalu lintas harus dialihkan ke Jalan Hasanuddin HM,” ucap mahasiswa.
Permintaan ini diakomodir dewan. Ada 10 perwakilan mahasiswa yang diminta masuk ke ruangan. Namun, mereka menolak. Tuntutan sama, berdialog dengan semua massa. “Izinkan kami masuk. Kami tidak akan anarkis. Kami siap ditahan semua hidup, kalau berbuat anarkis,” seru Andreas, salah satu korlap.
Hingga pukul 12.30 Wita, pengunjuk rasa tetap bertahan di tengah pagar betis, sejajar antara Gedung BCA dan kediaman dinas Danrem 101/Antasari. “Kami siap berdialog dengan Anda,” sahut Ketua Komisi III DPRD Kalsel, Suwardi Sarlan.
Ia menerangkan sesuai standar operasional prosedur, jumlah pengunjuk rasa yang bisa ditampung hanya 40 orang. “Saat ini, tuntutan para mahasiswa tengah digodok dan akan disampaikan ke pemerintah pusat,” tegas Suwardi Sarlan.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/20/sempat-saling-dorong-aksi-demo-mahasiswa-diadang-pagar-betis-polisi/
Hizbut Tahrir adalah PKI Masa Kini
Anda tahu bagaimana PKI beraksi
dulu?
Pada saat euforia politik terjadi
di Indonesia, terbentuklah yang namanya Partai Komunis Indonesia. PKI ini
memang kepanjangan tangan negara komunis di dunia waktu itu, yaitu Rusia (dulu
namanya Uni Soviet) dan China.
Seperti kita tahu, pada masa itu
terjadi perebutan wilayah ideologi komunis yang diwakili Rusia dan China, dan
wilayah ideologi Kapitalis yang diwakili Amerika dan negara-negara barat
sekutunya. Jerman terbagi dua. Korea dan Vietnam juga. Dan sekarang gelombang
itu menuju Indonesia.
Dengan sistem yang legal, PKI
menyusup ke pemerintahan, militer sampai dunia pendidikan. Orangnya di
mana-mana. Jaringannya solid dan besar. Dan mereka bergerak dengan sabar.
Hingga pada waktunya mereka
bergerak untuk menguasai negara, terjadilah pemberontakan yang luas di
Indonesia. Dan pada waktu itu, menghancurkan PKI yang sudah bercokol di
mana-mana sangat tidak mudah. Militer terpecah dan hampir saja negeri ini
menjadi negeri komunis.
Meskipun negeri akhirnya memakai
konsep kapitalis seperti yang kita pakai sekarang ini hasil Mbah Harto
negosiasi dengan Amerika, kita terhindar dari paham Komunis. Negeri ini
akhirnya memilih yang terburuk dari yang paling buruk.
Nah, pola penyusupan yang sama
dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI.
Gerakan transnasional yang tidak
terbatasi oleh batas negara ini, mengulang kembali sistem yang pernah dipakai
PKI. HTI masuk melalui jalur pemerintahan, militer dan mengusasi dunia
pendidikan.
Polanya sama meski
"jubahnya" berbeda. Dulu tahun 1965 pakai jubah "Komunis"
karena tren ideologi saat itu. Sekarang pakai baju "Agamis" karena
memang kekinian. Sekarang orang kalau dianggap religius, duh senangnya. Sama
seperti ketika masa PKI, dianggap keren karena revolusioner.
Musuhnya ya sama, yaitu Nahdlatul
Ulama atau NU. Dulu PKI musuh bebuyutan dengan Banser NU. Mereka bisa saling
bantai jika bertemu. Hingga akhirnya PKI kalah karena NU dibantu oleh
pemerintah.
Sekarang pun HTI dicegat di
mana-mana oleh Banser NU. Penyebaran virus ideologi khilafahnya itulah yang
harus diredam, dihajar bila perlu. Karena jika HTI berkuasa nanti, NU lah yang
dikerdilkan oleh mereka.
HTI dan PKI sama-sama ingin
mengganti Pancasila. Jadi benar bahwa tagar #2019GantiPresiden waktu itu
berpotensi makar. Karena kata "Ganti" yang dipakai HTI dengan
menunggangi oposisi bermakna bukan hanya mengganti seorang Presiden saja,
tetapi lebih luas lagi menjadi ganti sistem khilafah dengan khalifahnya dari
mereka.
Jadi kalau ada yang tanya,
"PKI dan HTI itu lebih berbahaya mana?" Jawab aja, sama berbahayanya.
Wong modelnya ya gitu-gitu juga. Cuman sekarang pakaiannya ganti, biar lebih
relijius dan diterima.
Nah, sekarang sudah di bulan
September mereka akan teriak-teriak "Ganyang PKI, ganyang PKI!".
Supaya apa? Supaya PKI terkubur
dan HTI -dengan menunggangi partai dan ormas- tampak menjadi seperti penyelamat
negeri ini.
KUDETA-KUDETA HIZBUT TAHRIR
"Lu gak usah nakut-nakutin
orang. HTI gak mungkin kudeta di negeri ini. Apa buktinya?". Sebuah pesan mampir ke kotak
inbox saya. Kemungkinan dia anggota Hizbut Tahrir Indonesia dan marah karena
saya selalu memberitakan tentang bahayanya organisasi HTI di Indonesia.
Hizbut Tahrir sejatinya adalah
sebuah gerakan transnasional. Ia bukan lagi sebuah organisasi yang terbatas
pada batas-batas negara. Ia adalah ideologi lintas negara yang mempunyai konsep
bahwa dunia ini satu saat akan menyatu dibawah kepemimpinan satu orang, yaitu
khalifah.
Maka itu, pemimpin HTI di
Indonesia tidak bakalan ada. Yang ada hanya juru bicara, diwakili Ismail
Yusanto. Karena mereka masih menunggu perintah dari antah berantah siapa
khalifah sesungguhnya.
Pola-pola Hizbut Tahrir dalam
merebut kekuasaan tidak dengan pemberontakan langsung, tetapi melakukan
penyusupan atau infiltrasi ke tubuh pemerintahan dan militer. Ini yang
berbahaya.
Mereka adalah gerakan intelektual
yang sangat sistematis dan terencana dengan baik. Tidak mudah mengidentifikasi
siapa mereka, tetapi gerakannya terlihat jelas, terutama di Indonesia karena
mereka masih menggunakan simbol-simbol yang menunjukkan keberadaannya, seperti
dengan bendera yang mereka sebut "bendera tauhid".
Bayangkan ketika HTI menyusup ke
dalam tubuh militer. Mereka akan mencuci otak para tentara untuk satu waktu
mengangkat senjata melawan pemerintahan yang sah dan memproklamirkan berdirinya
negara khilafah.
"Alahh.. itu kan cuma
bayangan ketakutan lu aja.."
Hehe, tidak. Ini berdasarkan
pengalaman yang terjadi di beberapa negara. Pengalaman adalah guru yang
terbaik, bukan ?
Tahun 1974, kelompok bernama
Shabab Muhammad menyerang sekolah militer di Kairo Mesir, untuk melakukan
kudeta dan usaha membunuh Anwar Sadat, Presiden Mesir kala itu. Para pelaku
mengumumkan berdirinya negara Islam dibawah kepemimpinan Hizbut Tahrir. Kudeta
itu gagal dan semua pelakunya dihukum mati.
Di Bangladesh Pakistan, tahun
2012, Hizbut Tahrir melakukan percobaan kudeta yang juga gagal melibatkan
purnawirawan dan perwira militer aktif.
Di Yordania, mereka juga
melakukan penyusupan di militer dan melakukan kudeta yang gagal tahun 1969.
Begitu juga yang terjadi di Irak dan Suriah, tahun 1972 dan 1976.
Dengan rekam jejak seperti ini,
sudah benar banyak negara yang melarang keberadaan Hizbut Tahrir yang berarti
Partai Pembebasan itu. Mereka sangat berbahaya, dengan kemampuan penyusupannya
bahkan mereka bisa menciptakan perang antar negara, dimana sejatinya mereka
berada di kedua belah pihak.
Tujuan utamanya tentu
negara-negara itu hancur, sehingga Hizbut Tahrir bisa mendirikan kepemimpinan
khalifah Islam diantara kehancuran itu.
Bagaimana Indonesia?
Tentu sama. Lihat saja, ketika
Jokowi membubarkan HTI tahun 2017 lalu, serentak kepala-kepala ular HTI keluar
semak. Mereka ada yang Guru Besar di sebuah Universitas Negeri terkenal juga
rektor dan dosennya. Mantan kepala BIN As'ad Said Ali malah mengatakan, ia
mengantungi nama oknum-oknum PNS, purnawirawan dan tokoh militer yang terlibat
dalam keanggotaan HTI.
Jadi, masih menganggap bahwa
Hizbut Tahrir adalah organisasi yang biasa-biasa saja ?
Tentu HTI tidak ingin gerakan
senyap mereka ini ketahuan pihak luar, supaya mereka bisa semakin masuk ke
dalam. Tapi sayangnya, di Indonesia, bahkan Presiden Jokowi sendiri membubarkan
mereka.
Dan HTI sekarang ingin bangkit
kembali. Tentu mereka ingin balas dendam kepada orang yang membubarkan kegiatan
mereka. Jalan terbaik bagi HTI adalah menumpang di lawan politik orang itu,
meskipun HTI juga tidak bersahabat dengan yang ditumpanginya.
"Enemy of my enemy is my
friend.." begitu prinsip HTI.
HTI bahkan berencana untuk
membuat kedua kubu saling menghancurkan karena mereka akan menawarkan sistem
kekhalifahan diatas puing-puingnya. "Ganti sistem.." kata Ismail
Yusanto dengan percaya dirinya.
Menghancurkan ideologi HTI dan
penyusupan yang sudah dilakukannya selama puluhan tahun, tidak cukup dengan
seruput secangkir kopi saja. Tetapi membutuhkan bercangkir-cangkir kopi hanya
untuk mengetahui keberadaannya saja..Prabowo dan Khilafah di Belakangnya
Ketika berkunjung ke kediaman Bu Shinta Nuriyah Wahid, istri almarhum Gus
Dur, Prabowo ditanya satu hal penting.
"Apakah mendukung pengubahan Pancasila menjadi sistem Khilafah?"
Sontak Prabowo menjawab, "Masalah khilafah itu adalah propaganda yang
sebetulnya picik, tapi berbahaya karena rakyat bisa terpengaruh." Prabowo
juga bercerita bahwa ia mempertaruhkan nyawanya untuk NKRI, jadi tidak mungkin
akan keluar dari sistem Pancasila dan NKRI.
Sebuah pernyataan yang sangat nasionalis dari seorang Prabowo. Tapi
benarkah kenyataannya begitu?
Ketika Hizbut Tahrir Indonesia dibubarkan oleh Jokowi pada bulan Juli
2017, tidak terdengar sedikit pun suara
dukungan dari Prabowo maupun partainya terhadap pembubaran kelompok pro
khilafah itu. Bahkan pada Mei 2018, Gerindra, PAN dan PKS mendukung HTI
mengajukan banding atas pembubaran itu.
Ini tentu bertentangan dengan pernyataan Prabowo bahwa ia tidak mendukung
khilafah, toh bukti di lapangan terlihat jelas partainya mendukung keberadaan
HTI.
Prabowo juga mengetahui bahwa gerakan #2019GantiPresiden ditunggangi oleh
HTI.
Bukti itu jelas dan nyata dari video yang viral yang menampilkan Mardani
Ali Sera dari PKS dan Ismail Yusanto Jubir HTI yang mengeluarkan statemen,
"ganti sistem". Gerakan "ganti Presiden" ini didukung penuh
oleh Gerindra, dimana Fadli Zon, Waketum Gerindra, tampak aktif melindungi para
penggerak gerakan ini.
Jika Prabowo memang berjiwa nasionalis, kenapa ia tidak melarang gerakan
yang jelas-jelas ditunggangi HTI?
Prabowo sendiri dikabarkan dekat dengan Yordania, karena ia sempat
menghabiskan waktu selama 2 tahun di sana, pasca-kejadian 1998. Dan seharusnya
ia tahu, bahwa Yordania sudah melarang keberadaan Hizbut Tahrir sejak tahun
1969 karena percobaan kudeta yang gagal, dimana Hizbut Tahrir menyusup ke dalam
tubuh militer.
Tapi kenapa Prabowo tidak mengikuti jejak negeri sahabatnya, ikut berseru
melarang keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia?
Perlu berapa lagi bukti bahwa Prabowo sendiri membiarkan bahwa dirinya dan
partainya secara nyata mendukung keberadaan HTI?
Jadi jelas bahwa kedekatan Prabowo dan HTI bukan propaganda yang picik,
karena bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.
Prabowo mungkin nasionalis, ia mungkin merasa dirinyalah yang menunggangi
HTI, bukan sebaliknya. Dan mungkin ia bercita-cita bahwa jika kelak ia
berkuasa, HTI tidak akan mampu mengubah Pancasila menjadi negara khilafah.
Tapi Prabowo lupa, bahwa HTI itu adalah gerakan transnasional, yang tidak
terbatas pada batas negara. Ia gerakan ideologi.
Keberadaannya sendiri akan merusak sendi-sendi suatu negara jika ia
dibiarkan berkembang biak. Hizbut Tahrir tidak bisa dijadikan teman, karena ia
mampu menyusup ke elemen pemerintahan sampai aparat sebelum melakukan kudeta
yang merugikan. Melarang keberadaannya jauh lebih berguna daripada
membiarkannya berkembang.
Jika Hizbut Tahrir mudah ditunggangi, lalu kenapa belasan negara melarang
keberadaannya? Apakah Prabowo lebih perkasa dari belasan negara yang melarang
keberadaan gerakan ideologis itu?
Prabowo mungkin tidak ingin mengubah Pancasila menjadi sistem khilafah,
tetapi membiarkan pendukung khilafah di dalam negara berasas Pancasila tentu
akan menggerogoti sistem itu sendiri.
Dari berbagai kejadian di beberapa negara yang melarang keberadaan HTI,
pola mereka sama, melakukan infiltrasi di tubuh militer dan pemerintahan,
sebelum menguasainya dengan kudeta untuk mewujudkan konsep khilafah.
Pada waktu Asian Games 2018, Prabowo menyatakan dengan nasionalisme yang
sama, bahwa "Beda pendapat boleh, tapi untuk kepentingan nasional kita
satu."
Tapi itu sepertinya tidak berlaku bagi pembubaran HTI yang dilakukan demi
kepentingan nasional, karena ada 2 juta suara anggota HTI yang dendam pada
Jokowi, yang bisa dimanfaatkan untuk mendapat kekuasaan.Ijtimak Para Ulama Politik
Entah apa yang diinginkan pihak
oposisi dengan konsep ijtimak ulama itu. Ijtimak ulama kedua yang baru
saja diselenggarakan itu akhirnya memilih Prabowo-Sandi sebagai Capres dan
Cawapres.
Mungkin baru kali ini yang
namanya ulama berijtimak atau bertemu dengan menghasilkan keputusan (atau ijma)
berdasarkan politik praktis, memilih siapa Presiden dan wakilnya.
Biasanya ijtimak ulama digunakan
untuk hal-hal yang bersifat untuk kemaslahatan umatnya.
Seperti contohnya NU mengadakan
pertemuan (ijtimak) untuk menentukan kapan Ramadhan dimulai. Ini berkaitan
dengan kebutuhan umat akan penentuan kapan memulai puasa. Ada nilai kebutuhan
di situ yang diselesaikan dengan pertemuan para ulama yang menghasilkan
keputusan (fatwa) demi kepentingan bersama.
Dan ulama yang mengadakan
pertemuan tentu bukan sembarang ulama. Seperti contoh pemerintah mengumpulkan
65 ulama ahli falak (astronomi) untuk menentukan hari pertama bulan suci
Ramadan. Catat ya, ulama ahli falak. Jadi mereka sudah diidentifikasi sebagai
orang yang ahli dalam bidang astronomi.
Nah, ijtimak ulama yang
diselenggarakan untuk memilih Prabowo-Sandi itu ahli apa ya? Ulama ahli
politik? Memang ada ya ulama yang ahli politik di negeri ini?
Permasalahan di Indonesia
sekarang ini adalah ada sekelompok orang yang dengan entengnya mengatas-namakan
Islam, mencatut gelar ustaz dan mengambil brand ulama untuk kepentingan mereka
sendiri. Mereka sendiri tidak jelas berasal dari kelompok mana, hanya kumpulan
orang-orang yang menggelari diri mereka sendiri sebagai ulama.
Mereka rapat-rapat sendiri,
ambil-ambil keputusan sendiri, umum-umumkan sendiri, dengan tidak lupa membawa
nama Tuhan sebagai pemanis bibir. Sungguh mengibakan.
Ini sebenarnya alarm bagi rakyat
Indonesia. Situasi akan semakin berbahaya manakala mereka kelak berkuasa atas
negeri ini.
Mereka dengan mudahnya akan
mengatasnamakan agama, ulama dan Tuhan demi kepentingan kelompok yang mereka
bela. Dan ini akan mengakibatkan perpecahan di seluruh negeri, dimana keputusan
mereka yang mengatasnamakan ulama ini didasarkan pada kepentingan pribadi,
dengan membawa-bawa umat mayoritas.
"Ulama-ulama" politik
inilah yang akan merusak tatanan berdemokrasi, dimana nanti keputusan politik
akan terus didasari hasil pertimbangan ulama. Sekali mereka berhasil, maka
mereka akan kecanduan untuk melakukan hal yang sama. Mereka akan menguasai
ruang-ruang keputusan pemerintahan dan berasumsi bahwa ini adalah kehendak umat
agama mayoritas.
Kasihan sebenarnya ulama beneran
yang sungguh-sungguh berbuat untuk umatnya. Mereka terfitnah dengan model-model
ulama politik seperti ini, yang nafsu berkuasanya masih sangat kental dan
cenderung menghalalkan segala cara untuk kepentingan dunianya.
Semoga kita semua dihindarkan
dari ulama-ulama jenis ini dan ditemukan dengan ulama-ulama benar dalam
perjalanan kita di dunia.Ijtima Ulama II
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/09/ijtima-ulama-ii-entah-apa-yang.html
HTI DALAM TUBUH MILITER?
Saya pertama berbaik sangka mengira ini karnaval dan yang pawai sipil
berbaju tentara..
Tapi menurut informasi dari portalnya kampret www.portal-islam id ini
memang pawai oleh TNI kita hari ini. Pertama kali diunggah oleh Ketua LDK
Al-Fatih Universitas Tompotika Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah.
"Tentara saja tidak takut dengan bendera tauhid, kalian para cebong
masih mempertanyakan kesetiaan mereka terhadap NKRI ?" kata dia di
statusnya.
Bendera yang dipercaya sebagai Panji Rasulullah ini diragukan sejarahnya, tetapi
selalu dijadikan simbol oleh ormas terlarang HTI Hizbut Thahrir Indonesia. Dan
sekarang tentara pun ikut membawanya dengan bangga, mungkin karena
ketidaktahuannya..
Semoga TNI bisa mengusut siapa dibalik ini, karena berbahaya sekali jika
benar ormas terlarang itu masuk ke dalam tubuh militer..
Pahit kopinya, sodara.
KRIK KRIK KRIK, Dolar Jinak
Krik krik krik.. Suasana begitu
hening dan damai. Para kampret ngintip dari dalam goa, pengen keluar tapi kok
gada gorengan..
Krik krik krik.. dolar jinak?
"Emang harimau.." kata mereka lirih di tengah kepercayaan diri dari
pengusaha yang semakin tinggi. "Gak mungkin, inu gak mungkin. Trus dimana
kita harus cari lagi salah Jokowi ??" Tanya seseorang dengan airmata
pedih.
"Kata Prabowo harga ikan
asin naik tinggi.." seorang lagi berusaha membuka celah.
"Kemaren telor, sekarang
ikan asin. Ntar kita sudah provokasi, eh ternyata hoaks lagi.." seorang
kampret milenial yang kemaren ikut demo bakar2 keranda di Riau, tertunduk
resah. Dia tergabung dalam BEK, Badan Eksekutif Kampret, yang kerjaannya cari-cari
masalah tapi solusi gak ada.
Krik krik krik. Suasana diluar
tenang dan damai, tapi para kampret gelisah. Buat mereka keriuhan itu indah,
karena disanalah makanan mereka berada. "Ngaca!" kata seorang
kampret ketika temannya bilang kalau wajahnya jika lama dilihat mirip Iko
Uwais, aktor laga.
Krik krik krik... Di kejauhan,
dipinggir kolam, para cebong sedang bernyanyi gembira. "Masak ada kampret
yang bilang kalau dia sama singa itu apple to apple?" Seorang cebong
cerita dan cebong yang lain tertawa.
Krik krik krik, seekor jangkrik
terus mengerik. Dia dulu adalah cebong tapi berubah ingin golput aja. Tapi
sendirian itu tidak enak ternyata. "Apakah aku harus kembali jadi cebong
aja biar bisa ikut gembira ?" Tanya dalam hatinya
Sementara itu secangkir kopi
panas terhidang. Nikmatnya suasana, jika kampret terbungkam..
Lawan Radikalisme Bersama Banser dan Ansor
Tanpa banyak orang sadar, situasi
politik sekarang ini sedang menuju ke arah perpecahan negeri. Ada kelompok-kelompok yang sedang
memainkan propaganda "mayoritas dan minoritas" untuk kepentingan
politik mereka. Dan yang mereka mainkan tentu agama Islam, sebagai agama
mayoritas disini untuk menekan siapa yang mereka sebut sebagai kaum minoritas,
atau non muslim tepatnya..
Kasus Meiliana adalah contoh
buruk yang masih kita ingat, dimana hanya karena ia meminta supaya toa
dikecilkan, ia malah dihukum penjara 1,5 tahun lamanya karena dianggap
"menyinggung" si mayoritas..
Barisan Pemuda Ansor dan Banser
yang pertama menyuarakan kegelisahan ini. Mereka merasa bahwa situasi akan
berjalan ke arah yang lebih buruk jika ini dibiarkan..
Hari ini, tanggal 16 September,
Ansor dan Banser sedang memulai perjalanan dari titik-titik ujung negeri dengan
tema "Kirab Satu Negeri".
Mereka berjalan selama dua pekan,
dengan start mulai dari Sabang, Miangas, Rote dan Merauke. Mereka membawa
lambang-lambang Pancasila dalam perjalanan dan bendera Merah putih sebagai
pengikat kesatuan.
Di tempat yang mereka kunjungi,
Banser dan Ansor akan bekerjasama dengan mereka yang berlainan suku, agama dan
ras untuk melakukan kegiatan kemanusiaan. Mulai dari membersihkan pantai sampai
membentangkan bendera sepanjang 1.500 meter akan mereka lakukan.
Slogan yang mereka bawakan adalah
#KitaIniSama.
Ini adalah sebuah pesan, bahwa di
negeri ini kita semua sama, sama dalam kedudukan hak dan kewajiban sebagai anak
bangsa. Tidak boleh ada yang mengklaim bahwa sukunya dan agamanya mempunyai hak
yang lebih dari yang lainnya..
Dan titik berkumpul Banser dan
Ansor adalah tanggal 26 Oktober di Yogyakarta, mendekati hari Sumpah Pemuda.
Dipilihnya tanggal itu tentu untuk mengingatkan kita semua kembali, bahwa dulu
pernah ada sekelompok pemuda yang menyuarakan kesatuan, Satu Nusa, Satu Bangsa
dan Satu Bahasa. Mereka para pemuda yang berlainan suku dan agama,
mengumandangkan persamaan..
Saya berharap kita semua bisa
hadir di Jogja pada tanggal itu bersama ribuan anggota Banser dan Ansor.
Menyuarakan kegelisahan bersama, melangkah bersama, dan mendeklarasikan kembali
Sumpah Pemuda bersama. Kita bisa jadikan momen itu sebagai momen deklarasi
terbesar sumpah pemuda Indonesia.
Jangan biarkan Banser dan Ansor
sendirian. Kita iringi langkah mereka dan kita serukan bahwa kita bersama
mereka. Melawan radikalisme yang sudah pada tahap sewenang-wenang..
Mari angkat cangkir kopinya!
#kitainisama
Re-Post by MigoBerita / Jum'at/21092018/10.10Wita/Bjm