Pelaku Penebar Ujaran Kebencian Diringkus Unit Siber Ditreskrimsus Polda Kalsel
UNIT Siber Subdit 2 Direktorat Reserse Kriminal Khusus
(Ditreskrimsus) Polda Kalsel langsung bergerak mengamankan pelaku
penyebar ujaran kebencian yang menghina ulama, agama Islam, kepala
negara dan lembaga pemerintahan pada Selasa (30/10/2018) sekitar pukul
19.25 Wita. PELAKU diduga membuat akun instagram
@rezahardiansyah7071 dan pembuat akun palsu @humaspolresbanjar. Sang
pelaku diketahui bernama Mohammad Sadikin (21 tahun), warga Jalan Biduri
RT 21 RW 009, Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Banjarbaru Utara,
Kota Banjarbaru.
Sodikin ditangkap Unit Siber Subdit 2/PPUKDM Ditreskrimsus Polda
Kalsel di Jalan Panglima Batur Gang Kancil Nomor 63, Loktabat
Banjarmasin. Dari tangan pelaku disita jadi barang bukti berupa laptop
merek Toshiba C640 warna hitam, satu modem HP merk Evercross U50A Plus
warna kuning, HP Evercross S55 Elevate Y2 Power, serta akun
@reza_hardiansyah_7071.
Dari keterangan yang dikantongi petugas, motif pelaku yang membuat
akun palsu karena marah dengan teman satu kelasnya. Hingga temannya itu
takut karena pacarnya akan ditangkap polisi.
Aksi Sodikin ini juga memancing amarah sang presenter Hitam Putih
Deddy Corbozer yang menggunggah v-log, mengecam tindakan yang
bersangkutan.
Tindak kejahatan siber yang dilakukan Sodikin seperti membuat dua
buah akun palsu dengan nama @rezahardiansyah7071 dan
@reza_hardiansyah_7071 dengan menggunakan laptop miliknya.
Kemudian, pelaku juga membuat akun tersebut awalnya melalui media
sosial facebook dengan nama “Reza Hardiansyah” dan mengarahkan netizen
untuk melihat akun instagram @rezahardiansyah7071 yang dibuatnya.
Pelaku juga mengambil foto korban atas nama Agus Prasetiawan alias
Reza Arbain melalui akun Facebook “Putri aja Puput” dan “Eneng Eneng”.
Sodikin juga mengambil foto ulama Guru Sekumpul dan Guru Zuhdi dari
Google, untuk nomor-nomor yang diunggah di akun. @rezahardiansyah7071
diambil dari media sosial Intagram seperti dari akun Deddy Corbuzier,
Gen Halilintar, Polda Kalsel, Lambe Turah.
Lalu, pelaku membuat akun @rezahardiansyah7071 sekitar hari Minggu
(28/10/2018). Sedangkan, akun @reza_hardiansyah_7071 pada 30 Oktober
2018.
Kemudian, akun @rezahardiansyah7071 username: rezahardiansyah7071
password: **, namun setelah dihapus oleh instagram pelaku kembali
membuat akun palsu @reza_hardiansyah_7071 dengan username:
reza_hardiansyah_7071 password: ***
Celakanya, pelaku juga membuat akun palsu di media sosial Intagram
dengan nama @humaspolresbanjar_” dengan username: humaspolresbanjar_ dan
password: huruf acak (seperti ***) untuk mengetahui apakah akun yg
dibuatnya tersebut viral atau tidak. Setelah viral ternyata ada
permintaan konfirmasi dari Instagram namun karena pelaku lupa
passwordnya maka tidak bisa dibuka lagi dan akun tersebut kemudian
dihapus oleh Instagram.
Dikonfirmasi jejakrekam.com,
Rabu (31/10/20180, Kapolres Banjarbaru, AKBP Kelana Jaya membenarnya
adanya penangkapan pelaku yang membuat akun palsu serta menyebar ujaran
kebencian. Namun, Kelana Jaya enggan membeberkan secara rinci, karena
kasus itu telah ditangani langsung Ditreskrimsus Polda Kalsel.
Informasi yang dihimpun jejakrekam.com,
pelaku akan dikenakan Pasal 51 ayat (1) jo pasal 35 UU Nomor 11 tahun
2008 sebagaimana telah diubah menjadi UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE
dan pasal 45A ayat (2) UU No. 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU
ITE.
Nomor Manajemennya Dicatut Akun Bodong, Deddy Corbuzier Marah Besar
Jakarta - Deddy Corbuzier
marah-marah di channel YouTube terbarunya. Sang presenter yang dulunya
pesulap itu kesal karena ada akun Instagram yang mencatut nomor
manajemennya. Akun @rezahardiansyah7071 yang membuat marah Deddy
ini memang menjadi bahan perbincangan di media sosial. Sebab, isi
postingan dalam Instagramnya berupa video penghinaan terhadap agama
Islam. Ada beberapa rekaman menginjak Al Quran dan lain sebagainya. "Yang
anda lihat di sini adalah sebuah akun Instagram yang dimiliki oleh
oranng gila yang mengaku namanya Reza Hardiansyah. Foto ini palsu.
Isinya adalah penghinaan terhadap saudara-saudara saya. Penghinaan
terhadap umat Islam yang ada di Indonesia," ujar Deddy Corbuzier dalam
vlog-nya, saat dikutip detikHOT, Rabu (31/10/2018). "Kalau anda
lihat ini ada penginjakan Alquran di sini dan ini bukan hanya satu tapi
banyak. Banyak sekali foto-foto di sini yang ditaruh sama dia. Isinya
menghina polisi, menghina saudara-saudara saya semua yang ada di
Indonesia. Gila ini orang," lanjutnya.
Yang
bikin Deddy berang ketika akun bodong itu menaruh nomor telepon
manajemennya. Karena hal itu, tim manajemennya banyak mendapat ribuan
makian dari orang, yang sebenarnya tak tahu kalau telah dibohongi oleh
pemilik akun tersebut. "Bukan hanya itu dan kemarin orang ini
menaruh nomor telepon manajemen saya di profil dia. Sehingga kemarin
manajemen saya mendapat ribuan telepon, ribuan WhatsApp yang isinya
maki-maki karena orang tolol ini sudah menghina saudara-saudara saya
umat Islam yang ada di Indonesia," kata Deddy Corbuzier. Dicatut nomor telepon manajemennya pun membuat Deddy merugi. Bapak satu anak itu sangat kesal dengan akun bodong tersebut. "Anda sudah merugikan pekerjaan saya karena anda sudah menggunakan nomor telepon saya," tandas Deddy Corbuzier. Kini
pemilik akun bodong itu dikabarkan sudah diamankan polisi. Ada beberapa
foto beredar di media sosial yang memperlihatkan orang di balik akun
itu.
Banjarhits.id, Banjarbaru – Elemen masyarakat Kalimantan Selatan menggalang gerakan anti hoax bertajuk ‘Kalimantan Selatan Anti Hoax Bijak dan Cerdas Dalam Bermedsos’ di Lapangan Mako Brimob Polda Kalsel, Kota Banjarbaru, Jumat (16/3/2018). Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, mengajak seluruh lapisan masyarakat menolak kabar bohon (hoax) karena merusak kehidupan sosial.
Menurut dia, masyarakat mesti memanfaatkan secara positif perkembangan informasi teknologi di era milenial. Sahbirin menuturkan aparat hukum mesti tegas menindak penyebar hoax di media sosial. “Kita bisa, kita mampu,” kata Sahbirin Noor ketika Deklarasi Masyarakat Kalsel Anti Hoax.
Adapun Kepala Polda Kalsel, Brigjen Rachmat Mulyana, mengatakan masih ada beberapa gelintir orang yang memanfaatkan medsos untuk tujuan negatif, seperti membenci, menghujat, mengadu domba, provokasi, dan segala macam yang ingin menciptakan gaduh. Ia mengingatkan penyebar hoax bisa dijerat pidana. Itu sebabnya, dia mengimbau masyarakat memakai media sosial dengan santun dan positif.
“Tidak menebar kebencian. Kita justru mempererat persatuan dan kesatuan untuk NKRI,” kata Brigjen Rachmat. Deklarasi anti hoax ini selepas senam Jumat pagi yang melibatkan Polri, TNI, dan warga sipil. Kegiatan juga dirangkai aksi tanda tangan di atas baleho dan ikrar anti hoax. Selain Kapolda Kalsel dan Gubernur Kalsel, deklarasi turut dihadiri oleh Danrem 101/Antasari, forkopimda Kalsel, wartawan, dan warga sipil lainnya. (Anang Fadhilah)
Kapolda Kalsel Buka Gelar Operasi Zebra Intan 2018
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Jajaran Direktorat Lalulintas Polda Kalsel melaksanakan apel pasukan Operasi Zebra Intan 2018, di halaman Mapolresta Banjarmasin, Selasa (30/10/2018) pagi.
Bertindak sebagai Inspektur Upacara Kapolda Kalsel Irjen Pol Yazid Panani.
Hadir juga Gubernur Kalsel H Sahbirin Nor, Danrem 101/Antasari,
Komandan Lanal Banjarmasin, Dandim Banjarmasin serta Kapolresta
Banjarmasin Kombes Pol Sumarto.
Anggota yang dilibatkan dalam kegiatan Operasi Zebra Intan sekitar 511 orang dengan rincian, tingkat Polda Kalsel 79 orang dan tingkat kewilayahan 432 orang.
Kapolda Kalsel Irjen Yazid Panani antara lain mengatakan, target
operasi seperti pengendara atau pengemudi mobil yang menggunakan
handphone.
Kemudianpengemudi/penumpang mobil yang tidak
menggunakan sabuk pengaman, pengendara roda empat dan dua yang dalam
keadaan mabuk alkohol serta pengendara motor di bawah umur.
banjarmasinpost.co.id/jumadi
Kapolda Kalsel Buka Gelar Operasi Zebra Intan 2018
Usai di Lingkar Selatan, Kini Giliran Kayutangi Dirazia Petugas Gabungan
MEMANFAATKAN dua pekan operasi Zebra Intan 2018, Dinas
Perhubungan Kota Banjarmasin pun menggelar razia di beberapa ruas jalan.
Terutama, daerah perbatasan Banjarmasin dengan Kabupaten Banjar dan
Kabupaten Barito Kuala (Batola). JIKA sebelumnya pada Selasa (30/10/2018), puluhan
angkutan umum dan mobil pribadi dihentikan petugas Dishub Banjarmasin di
Jalan Gubernur Subarjo, Lingkar Selatan, kini giliran Jalan Brigjen H
Hasan Basry Banjarmasin, ditempatkan puluhan petugas gabungan.
Petugas Dishub Banjarmasin bersama Satuan Lalu Lintas Polresta
Banjarmasin memeriksa satu per satu angkutan umum dan mobil pribadi.
Para sopir pun dihentikan di tepi Jalan Brigjen H Hasan Basry, baik
dari arah dalam kota maupun menuju luar kota arah Handil Bakti,
Kecamatan Alalak, Kabupaten Batola.
Razia gabungan ini menjadi bagian dari operasi Zebra Intan 2018. Para
pengendara pun harus menyerahkan bukti surat menyurat kelengkapan
kendaraan yang diperiksa petugas. Ketika dokumen tak lengkap, para
pengendara pun langsung diarahkan ke meja kepengurusan yang disiapkan
Dishub Banjarmasin dan Satlantas Polresta Banjarmasin.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Dishub Banjarmasin,
M Yunus mengungkapkan dalam razia di kawasan Lingkar Selatan didapat 20
buah kendaraan yang tak dilengkapi surat menyurat serta tidak memenuhi
laik jalan.
“Dalam razia di Kayutangi kali ini, kami juga dibantu jajaran
Satlantas Polresta Banjarmasin. Memang, hanya satu mobil yang kami
tilang, karena kendaraannya tidak memiliki izin mengangkut barang serta
surat kirnya mati,” kata Yunus kepada jejakrekam.com, Rabu (31/10/2018).
Ia menjelaskan setiap mobil angkutan harus melakukan uji kir setiap enam bulan sekali guna mengetahui kelaikan jalannya.
Yunus juga mengungkapkan dalam aksi gabungan bersandikan Zebra Intan
2018 ini, sasaran kendaraan bermotor yang dirazia adalah kendaraan yang
melanggar batas muatan (overload), pengendara yang tak dilengkapi surat
kendaraan bermotor baik SIM dan STNK, serta kendaraan yang memasang
lampu isyarat lalu lintas seperti rotator, lampu blitz, dan sirene.
Termasuk, kendaraan bak terbuka yang mengangkut orang, serta
kendaraan yang tidak laik jalan, serta kendaraan derek tanpa izin
operasional atau liar.
MARTAPURA, Polres Banjar beberkan tujuh poin penting
sasaran utama Operasi Zebra Intan 2018 yang berlangsung 30 Oktober
hingga 12 November 2018 mendatang.
Kasat Lantas Polres Banjar AKP Indra Agung Perdana Putra mengimbau
dalam pelaksanaannya Operasi Zebra Intan 2018 agar masyarakat selalu
mematuhi peraturan lalu lintas serta melengkapi surat menyurat kendaraan
bermotor.
“Kami imbau masyarakat agar selalu tertib berlalulintas, serta selalu
membawa SIM, STNK dan menggunakan kelengkapan berkendara guna membantu
mensukseskan kegiatan Operasi Zebra Intan 2018,” ujarnya.
Dijelaskan Indra, ada tujuh poin penting yang menjadi sasaran utama
Operasi Zebra Intan 2018 diantaranya pengendara motor yang tidak
menggunakan helm, pengendara mobil yang tidak memakai sabuk pengaman,
pengendara mobil yang mengemudi di atas kecepatan normal
mengemudi dalam keadaan mabuk (pengaruh narkoba/miras). Menggunakan
handphone saat mengemudi kendaraan bermotor, pengendara yang belum
memiliki SIM (dibawah umur), pengendara yang melawan arus.
Indra berharap dengan pelaksanaan Operasi Zebra Intan 2018 ini
semakin membuat masyarakat sadar dan mengerti akan pentingnya budaya
tertib berlalulintas. Karena menurutnya, banyaknya kejadian kecelakaan
lalulintas disebabkan oleh faktor pelanggaran lalu lintas.
“Semoga kegiatan ini nantinya dapat menciptakan budaya tertib
lalulintas masyarakat, sehingga angka kecelakaan lalulintas di Kabupaten
Banjar dapat diminimalisir,” tandas Kasat Lantas Polres Banjar. (rendy)
Prajurit TNI Dilibatkan dalam Operasi Zebra Intan 2018
PRAJURIT TNI dari Kodim 1006/Martapura – Korem 101/Antasari
tergabung dalam gelar pasukan dalam rangka Operasi Kepolisian Terpusat
dengan sandi Operasi Zebra Intan 2018, di Mapolres Banjar, Senin
(30/10/2018). OPERASI tersebut serentak dilaksanakan di seluruh
wilayah Polda Kalsel pada 30 Oktober hingga 12 November 2018. Gelar
pasukan dipimpin Kapolres Banjar AKBP Takdir Matanette.
Dandim 1006/Martapura Letkol Inf Muchammad Ghoffar Ngismangil
mengatakan, sejumlah prajurit TNI ikut serta dalam mendukung Operasi
Zebra Intan 2018 yang digelar kepolisian.
“Ketentuan dan aturan yang sudah ditetapkan oleh kepolisian, kami selaku prajurit akan mentaatinya
dan hormat pada peraturan. Tidak bawa kelengkapan surat kendaraan,
bahkan motor tidak layak pakai saat terjaring Operasi Zebra, kami
persilakan tilang,” katanya.
Kapolres Banjar AKBP Takdir Matanette menyampikan, kesiapan personil
maupun sarana pendukung lainya sehingga kegiatan operasi dapat berjalan
dengan optimal dan dapat berhasil dengan tujuan, serta sasaran yang
telah ditetapkan bersama data kecelakaan lalu lintas
Operasi Zebra Intan akan digelar selama dua pekan, dan ini akan
diberlakukan sanksi tegas. “Hal ini untuk menekan angka kecelakaan serta
sebagai upaya untuk menciptakan Kamseltibcarlantas dengan memperdayakan
seluruh stakeholders supaya dapat diambil langkah yang komprehensif
dalam menyelesaikan permasalahan berlalulintas,” bebernya.
Mengapa Pembunuhan Khashoggi Jadi Perhatian Global, Bukan Kejahatan Saudi di Yaman?
YAMAN – Pembunuhan
seorang jurnalis anti rezim Saudi memiliki dampak lebih global daripada
agresi Saudi yang tak terkendali di Yaman. Pembunuhan mantan orang dalam
istana, jurnalis Jamal Khashoggi, benar-benar telah memicu krisis
diplomatik Arab Saudi, tetapi tampaknya tidak membahayakan kesepakatan
senjata bernilai miliaran dolar antara AS, Inggris dan House of Saud.
Sementara di Yaman, Arab Saudi bersama
koalisinya masih terus melakukan pembantaian terhadap warga sipil dengan
pengeboman di berbagai wilayah dan penerapan blokade laut, udara dan
darat. Anehnya, tidak ada satupun media barat yang memberikan perhatian
khusus terhadap kejahatan Saudi di Yaman. [ARN]
Saudi Tolak Tuntutan Erdogan untuk Mengekstradisi 18 Tersangka Pembunuhan Khashoggi ke Turki
RIYADH – Arab Saudi
tidak akan mengekstradisi 18 tersangka yang diminta oleh Turki
sehubungan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tanggal 2
Oktober.
Selama konferensi persnya di ibu kota
Bahrain pada Sabtu pagi, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Jubeir
mengatakan bahwa kerajaan tidak akan memenuhi tuntutan dari Presiden
Turki Recep Tayyip Erdogan.
“Para tersangka adalah warga negara
Saudi. Mereka ditahan di Arab Saudi, investigasi dilakukan di Arab
Saudi, dan mereka akan dituntut di Arab Saudi,” kata Jubeir.
Menteri Luar Negeri Saudi kemudian
mengkritik liputan terus-menerus media internasional atas pembunuhan
Khashoggi, yang ia anggap berlebihan. [ARN]
Ankara, LiputanIslam.com – Menteri
Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa Jaksa Agung Arab
Saudi Saud bin Abdullah bin Mubarak al-Mujib dalam pertemuan dengan
sejawatnya di Istanbul, Turki, mengakui bahwa pembantaian terhadap
jurnalis Saudi Jamal Khashoggi “telah dipersiapkan sebelumnya.”
Dalam konferensi pers bersama sejawatnya dari Georgia dan Azerbaijan,
Senin (29/10/2018), Cavusoglu mengatakan, “Pertukaran informasi antara
Jaksa Agung Saudi dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi akan
bermanfaat.”
Dia berharap, “Saudi akan menuntaskan penyelidikan pembunuhan Khashoggi dalam tempo secepatnya.”
Cavusoglu melanjutkan, “Kunjungan Jaksa Agung Saudi sangat penting
dan dilakukan atas permintaan Riyadh. Kerjasama antara Jaksa Agung Saudi
dan sejawatnya di Turki dalam kasus Khashoggi hendaknya dilanjutkan
tanpa membuang waktu.”
Saud al-Mujib telah tiba di Turki, Senin, dan dijadwalkan mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul untuk penyelidikan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 26 Oktober lalu mengatakan
bahwa Turki memiliki banyak fakta baru mengenai pembunuhan jurnalis
Saudi, Jamal Khashoggi, namun Turki menganggap masih terlalu dini untuk
memublikasikan semua informasi yang ada.
Erdogan mencatat bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi bukanlah kejahatan
biasa, dan bahwa 18 orang telah dicurigai sebagai pelaku pembunuhan, dan
pihak berwenang Saudi harus menyelidiki kasus ini.
Khashoggi yang dikenal karena kritis terhadap kebijakan Riyadh
menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober
lalu. Beberapa hari kemudian, polisi Turki memulai penyelidikan, dan
pada 20 Oktober otoritas Saudi mengakui keterbunuhan Khashoggi, namun
bukan dengan pembunuhan terencana, melainkan akibat “perkelahian”.
Jaksa Agung Saudi Saud al-Mujib mengatakan 18 warganegaranya itu masih diselidiki dan identitasnya belum diungkap.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan para pembunuh Khashoggi harus diadili di Turki.
“Meskipun Khashoggi tewas di konsulat Saudi, kejahatan itu dilakukan
di Turki, yang membuat Ankara lebih memperhatikan ini… Menimbang bahwa
Khashoggi dibunuh secara brutal, Saudi harus melakukan segala
kemungkinan untuk menemukan dan menghukum para penjahat,” desaknya.
Erdogan menyebutkan bahwa Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada seseorang di Turki.
“Jika Arab Saudi mengklaim mayat Khashoggi telah diserahkan kepada
seseorang, maka nama orang itu harus diungkapkan,” kata Erdogan. (mm/rt/trend)
Sumber Berita : http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/arab-saudi-akui-pembunuhan-khashoggi-terencana/
Paris, LiputanIslam.com – Menteri
Pertahanan Prancis Florence Parly menyerukan penghentian perang Yaman,
menyusul beredarnya foto-foto anak Yaman yang kelaparan hingga memicu
kemarahan masyarakat dunia.
“Sudah lebih dari sekali bahwa perang ini berakhir, dan penting pula –
bahkan prioritas bagi Prancis – bahwa situasi kemanusiaan harus
ditingkatkan dan bantuan kemanusiaan dapat melintas… Situasi militer ini
adalah kematian yang feketif sehingga perang ini harus dihentikan. Itu
prioritas, ” kata Parly kepada televisi BFM dan radio RMC, Selasa (30/10/2018).
Lebih dari 22 juta atau tiga perempat penduduk Yaman membutuhkan
bantuan kemanusiaan di tengah konflik yang berkecamuk sejak tahun 2015,
ketika Arab Saudi dan sekutunya mulai menginvasi Yaman dengan dalih
menumpah gerakan Ansarullah (Houthi).
Sebagaimana negara-negara Barat lainnya, Prancis semakin mendapat
tekanan terkait dengan pasokan persenjataannya kepada Saudi sejak
terjadi heboh kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di dalam
konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Presiden Perancis Emmanuel Macron pekan lalu bersikeras bahwa
penjualan senjata ke Saudi yang notabene pelanggan terbesar kedua
Prancis setelah India “tidak ada hubungannya dengan Khashoggi”.
“Kita tidak harus mencampuradukkan semuanya,” kata Macron, sembari
menyebut seruan penghentian penjualan senjata menyusul kasus pembunuhan
itu sebagai “penghasutan murni”.
“Saya bisa memahami hubungan dengan Yaman, tetapi tidak ada hubungannya dengan Khashoggi,” tambahnya.
Parly kembali mengklaim bahwa senjata buatan negaranya tidak digunakan terhadap warga sipil di Yaman.
“Sepengetahuan saya, senjata yang kami jual baru-baru ini belum digunakan untuk melawan warga sipil,” ujarnya.
Dia membela ekspor senjata “relatif sederhana” Prancis ke Arab Saudi, dan menilai Saudi tunduk pada pembatasan ketat.
“Kami tidak menjual senjata seolah roti baguette,” katanya.
Dia juga mengaku pihaknya melakukan “tekanan tanpa henti” melalui PBB untuk penyelesaian politik di Yaman.
Perang Yaman telah menewaskan sekira 10.000 orang sejak pasukan
koalisi pimpinan Saudi campur tangan, dan bahkan telah menyebabkan apa
yang disebut PBB “krisis kemanusiaan terburuk di dunia.”
PBB pekan lalu juga memperingatkan bahwa 14 juta orang di Yaman sekarang terancam kelaparan yang serius. (mm/thenews)
Sumber Berita :http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/menyusul-kasus-pembunuhan-khashoggi-perancis-serukan-penghentian-perang-yaman/
Aden, LiputanIslam.com – Pasukan
koalisi pimpinan Arab Saudi telah mengirim 10.000 pasukan ke provinsi
Hudaydah, Yaman, untuk melancarkan lagi serangan besar-besaran terhadap
kota pelabuhan Hudaydah yang terblokade, demikian diungkap oleh sebuah
laporan, Senin (30/10/2018).
Memimpin koalisi sekutunya, termasuk Uni Emirat Arab dan Sudan, Arab
Saudi menginvasi Yaman pada Maret 2015 dengan dalih memulihkan
pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi, yang sejatinya telah mengundurkan
diri di tengah gelombang protes, dan kemudian melarikan diri ke Saudi.
Sejak dimulainya perang yang dipaksakan, tentara Yaman yang didukung
oleh pejuang gerakan Ansarullah Houthi melawan invasi Saudi dan
sekutunya yang juga berambisi menghancurkan Ansarullah.
Kini sudah lebih dari tiga setengah tahun perang itu berlangsung
tanpa ada pertanda bahwa Arab Saudi akan dapat mencapai tujuannya,
padahal di awal invasinya telah bersumbar bahwa perang hanya akan
memakan waktu tidak lebih dari beberapa minggu.
Pada Juni lalu pasukan koalisi Arab yang didukung oleh milisi loyalis
Hadi melancarkan serangan besar-besaran ke Hudaydah, namun gagal
mencapai tujuannya menduduki pelabuhan vital Hudaydah dan mengalahkan
para pejuang Ansarullah di sana.
Mengutip keterangan seorang pejabat militer anonim pemerintah Hadi, AFP,
Selasa, melaporkan bahwa koalisi pro-Hadi akan mengerahkan bala bantuan
ke pantai Laut Merah menjelang serangan baru di Hudaydah “dalam
beberapa hari ke depan.”
Pejabat itu mengklaim bahwa mereka akan “mengamankan wilayah yang
dibebaskan” dari pejuang Houthi, dan bahwa pasukan Sudan telah beralih
ke status “pengamanan” daerah di sekitar Hudaydah. (mm/presstv)
Sumber Berita :http://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pasukan-koalisi-arab-kerahkan-10000-pasukan-ke-hudaydah-yaman/
Riyadh,LiputanIslam.com—Hatice
Cengiz, tunangan jurnalis asal Arab Saudi yang terbunuh Jamal
Khashoggi, mengatakan bahwa dia yakin penguasa Saudi tahu lokasi jenazah
calon suaminya. “Saya
yakin rezim Saudi tahu di mana tubuhnya berada. Mereka harus menjawab
permintaan saya karena ini bukan hanya permintaan seorang tunangan,
tetapi juga seorang manusia dan seorang Muslim. Saya ingin mereka yang
membunuh Jamal kesayangan saya dan mereka yang memerintahkan [pembunuhan] untuk diadili, “kata Cengiz, berbicara pada acara peringatan meninggalnya Jamal Khashoggi yang diadakan di Westminster. Cengiz menyesalkan bahwa dia tidak memasuki konsulat Saudi di Istanbul bersama dengan calon suaminya itu. “Kalau saja aku tahu apa yang akan terjadi, aku akan memasuki konsulat sendiri,” dia menekankan. Khashoggi,
kolumnis Washington Post yang terkenal karena kritiknya terhadap
kebijakan Saudi, terakhir terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul
pada 2 Oktober. Pada 19 Oktober, Arab Saudi mengakui bahwa jurnalis tersebut telah meninggal di dalam konsulat. Otoritas Riyadh mengatakan, 18 orang telah ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam insiden tersebut.(fd/Sputnik) Sumber Berita : http://liputanislam.com/berita/tunangan-khashoggi-otoritas-saudi-tahu-lokasi-jenazah-khashoggi/
Washington, LiputanIslam.com–Media AS New York Times merilis
sebuah artikel mengenai konflik dan kelaparan di Yaman. Namun, beberapa
jam setelahnya, Facebook menghapus unggahan tersebut yang telah
dibagikan oleh ribuan pembaca di laman mereka.
Dalam artikel itu, New York Times memasang sejumlah foto
anak Yaman yang kurus kering karena kelaparan. Beberapa anak terlihat
menangis. Beberapa lainnya terlihat lesu.
Salah satu foto memperlihatkan seorang anak perempuan berusia 7 tahun
bernama Amal. Wajahnya menatap ke samping, daging tubuhnya sangat tipis
sehingga tulang-tulangnya terlihat menonjol.
Puluhan ribu pembaca membagikan artikel itu di Facebook, namun
beberapa dari mereka mendapat pesan peringatan bahwa unggahan itu tidak
sesuai dengan standar komunitas Facebook. Unggahan itu pun dihapus
selama beberapa jam.
Pada Jumat (26/10/18), pihak Facebook memberikan penjelasan atas isu ini.
“Seperti penjelasan standar komunitas kami, kami tidak mengizinkan
foto anak telanjang di Facebook, tetapi kami tahu ini adalah foto
penting yang bermakna secara global,” kata jubir Facebook dalam sebuah
pernyataan.
“Atas dasar ini, kami mengembalikan unggahan yang kami hapus,” tambahnya.
Kolumnis dan pengamat politik Mike Shedlock pun mengkritik standar
penyensoran Facebook. Ia menyayangkan betapa media raksasa ini butuh
waktu berjam-jam untuk menyadari kesalahan mereka dalam menghapus foto
penting tentang dampak perang di Yaman.
Menurut Shedlock, foto-foto ini mengungkap hipokritas AS yang menyokong rezim Arab Saudi dalam agresi militer di Yaman.
Facebook seharusnya mendukung dan mempromosikan foto itu, alih-alih melarangnya.
“[Kali ini] kita mendapat sensor sementara. Lain kali, [penyensoran] bisa jadi tidak sementara,” imbuhnya. (ra/mintpress)
Kronologi Tuti Tursilawati TKI Majalengka Dieskekusi Mati Pemerintah Arab Saudi Tanpa Pemberitahuan
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Tuti Tursilawati dieksekusi mati
oleh pemerintah Arab Saudi tanpa pemberitahuan kepada pemerintah
Indonesia.
Tuti Tursilawati, wanita asal Majalengka, Jawa Barat itu dieksekusi mati pemerintah Arab Saudi atas tuduhan pembunuhan terhadap majikannya.
Anehnya, pelaksanaan eksekusi mati Tuti Tursilawati tersebut tanpa pemberitahuan kepada Pemerintah Indonesia.
Kabar ini bermula dari akun @wahyususilo yang mengunggah sebuah postingan pada Selasa (30/10/2018).
"Khashoggie dimutilasi, Tuti Tursilawati dieksekusi," tulis @wahyususilo.
Dalam postingan tersebut ia juga mengunggah sebuah foto wanita dalam latar hitam putih.
"R.I.P Tuty Tursilawati Dieksekusi mati 29 Oktober 2018 di Arab
Saudi, tanpa notifikasi kepada Pemerintah Indonesia," isi tulisan dalam
foto tersebut.
Kronologis
- Pada tanggal 12 Mei 2010 Tuti Tursilawati ditangkap oleh kepolisian
atas tuduhan membunuh ayah majikannya WN Saudi, atas nama Suud Mulhaq
AI-Utaibi.
- Tuti Tursilawati ditangkap sehari setelah peristiwa kejadian pembunuhan yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2010.
- Tuti telah bekerja selama 8 bulan dengan sisa gaji tak dibayar 6 bulan. Setelah
membunuh korban, Tuti Tursilawati kemudian kabur ke Kota Mekkah dengan
membawa perhiasan dan uang SR 31,500 milik majikannya.
- Namun dalam perjalanan kabur ke Kota Mekkah, Tuti diperkosa oleh 9
orang pemuda Arab Saudi dan mereka mengambil semua barang curian
tersebut.
- Sembilan orang pemuda itu ditangkap dan telah dihukum sesuai dengan ketentuan hukum Arab Saudi.
- Sejak ditangkap dan ditahan oleh pihak Kepolisian, KJRI Jeddah
melalui satgasnya di Thaif, Said Barawwas telah memberikan pendampingan
dalam proses investigasi awal di kepolisian dan investigasi lanjutan di
Badan Investigasi.
- Selama proses investigasi, Tuti Tursilawati mengakui telah membunuh
ayah majikan dengan alasan sering mendapatkan pelecehan seksual.
Langkah Hukum
- KJRI Jeddah mendampingi proses investigasi di kepolisian dan Badan Investigasi : 3 kali
- Menghadiri persidangan di pengadilan : 10 kali
- KJRI Jeddah menunjuk pengacara Abdurahim M. AI-Hindi (2011),
Khudran AI-Zahrani (2013) dan Mazen AI-Kurdi (2017 hingga sekarang)
- KJRI Jeddah melakukan penelusuran secara langsung ke aparat hukum
terkait lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan: 20 kali
- Penyampaian memori banding: 3 kali. Peninjauan Kembali (PK): 1 kali. (PK sudah diterima namun masih dipelajari majelis hakim)
- Pada tanggal 4 Februari 2018, Pengacara Mazin Kurdi telah
menyerahkan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Jazaiyah di Thaif atas
keputusan hukum Had Ghilah yang dikuatkan oleh Mahkamah Ulya Riyadh.
Langkah Diplomatik Pemerintah Indonesia
- Mengirimkan nota diplomatik kepada Kemlu Arab Saudi: 19 kali
- Mengirimkan Surat Pribadi Dubes RI Riyadh dan Konjen RI Jeddah
kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman dan Putra MahkotalWakii
PM Arab Saudi: 4 kali
- Surat Presiden RI kepada Raja Arab Saudi: 1 kali (Presiden SBY (2011)
- Pada 25 Desember 2011, Presiden ke-3 BJ Habibie bertemu dengan
Pangeran Waleed Bin Talal dalam upaya mengusahakan pemaafan dari ahli
waris korban.
Langkah Informal dan Bantuan Sosial
- Melakukan pendekatan dengan keluarga korban melalui Lembaga Pemaafan dan Rekonsiliasi: 5 kali
-
Melakukan pendekatan dengan Kantor Gubernur Mekkah dan Kantor Wali Kota
Thaif guna menjajaki kemungkinan bantuan mediasi serta rekomendasi
tokoh terpandang yang kiranya dapat membantu proses mediasi dengan ahli
waris korban: 4 kali
- Guna memberikan dukungan moril, termasuk menyampaikan perkembangan
kasus serta mengatur strategi pembelaan, KJRI Jeddah secara rutin
mengunjungi Tuti Tursilawati di Penjara Thaif:
- Kunjungan oleh staf KJRI Jeddah: 20 kali
- Kunjungan oleh Dubes RI dan Konjen RI: masing-masing 10 kali
- Kunjungan pejabat tinggi pusat : 2 kali
tribuntimur.com
TKI Tuti Tursilawati dieksekusi mati oleh pemerintah Arab Saudi tanpa pemberitahuan
Media Barat, Antara Tindakan mematikan Khashoggi dan Genosida Yaman
RIYADH – Jamal
Khashoggi masuk konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober; dan ia
lantas menghilang semenjak waktu itu. Beberapa yang menduga bahwa
jurnalis Washington Post dan kritikus Inti putra mahkota Saudi itu sudah
meninggal dibunuh atas perintah sang putra Mahkota, Mohammed bin
Salman.
Bukan rahasia lagi bahwa
bagaimanapun Arab Saudi ialah pemerintahan diktator dan pembunuh yang
brutal. Selama bertahun-tahun mereka sudah menghabisi penduduk sipil
Yaman (termasuk bocah kecil), dan mengeksekusi beberapa aktivis hak
asasi manusia. Tetapi bagi beberapa orang di dalam media dan lingkaran
politik Barat, kemungkinan tindakan mematikan Khashoggi tampaknya ialah
batas toleransi mereka. Baru sekarang mereka berkata saatnya untuk
berhadapan dengan Arab Saudi.
Singkatnya, sementara kemungkinan
sungguh tindakan mematikan Khashoggi sudah terjadi dengan tragis,
kejadian ini terang mempertunjukkan sikap tebang pilih media-media Barat
soal siapa saja yang patut atau tidak patut mereka anggap selaku
korban.
Batas toleransi Washington Post
sebelum ini Washington Post terus
menuangkan puja dan puji untuk Arab Saudi atas apa yang mereka menyebut
selaku ‘reformasi’. Pada April 2017, jurnalis David Ignatius mengakui
bahwa bin Salman ialah “Konsep Baru Arab Saudi”, menjelaskan bahwa
“planning reformasi tampak perlahan bergerak maju tapi pasti”.
Ironisnya, setahun lantas bermacam
laporan mengungkap bahwa kerajaan konservatif itu sudah mengesahkan “48
eksekuti mati dalam 4 bulan ke-1 di tahun 2018” dimana setengahnya ialah
hukuman mati untuk tudingan tanpa aksi anarkis.
Baca: Washington Post Cetak Kolom Kosong bentuk Solidaritas atas Hilangnya Khashoggi
Pemilik Washington Post dan orang
terkaya di dunia Jeff Bezos, waktu itu, tampaknya berlebihan sibuk
bersekongkol dengan Muhamad bin Salman daripada memberi perhatian atas
hal ini.
Pada Maret 2018, senator AS Bernie
Sanders, Mike Lee, dan Chris Murphy mengusulkan undang-undang untuk
mengakhiri sokongan AS atas perang menghancur-leburkan Arab Saudi kepada
Yaman. Senat AS Tidak mau RUU itu, lantas penolakan ini secara tidak
langsung memperoleh sokongan beberapa suratkabar seperti Washington
Post, yang dewan editorialnya pada bulan yang sama mecatat bahwa
“pendekatan lebih baik akan mengkondisikan kelanjutan sokongan angkatan
bersenjata Amerika sejalan dengan langkah-langkah sokongan kemanusiaan”.
Lantas pada 11 Oktober, Ben Cardin
dari Washington Post mecatat soal kemungkinan tindakan mematikan
Khashoggi dengan menjelaskan bahwa “Amerika Serikat tidak mampu diam
atau tidak boleh diam dalam berhadapan dengan serbuan berbahaya kepada
nilai-nilai universal”.
Singkatnya, sementara serbuan kepada
nilai-nilai universal bukanlah hal yang baru bagi Arab Saudi, kebencian
semua media Barat pada mereka tampaknya baru waktu ini sungguh-sungguh
terjadi.
Batas toleransi New York Times
Semenjak tahun 1950-an, New York Times secara konsisten mendeskripsikan Famili Saudi dengan bermacam ‘kemajuannya’.
Kolumnis Times, Thomas Friedman, sempat
berhadapan dengan tudingan sebab seringnya ia menggambarkan bin Salman
dan rezim Saudi dengan hal-hal yang baik. Pada bulan November 2017,
misalnya, Friedman mecatat:
“Putra mahkota mempunyai planning besar untuk mengembalikan tingkat toleransi untuk masyarakatnya.”
Baca: Para Pejabat Turki Punya Bukti Tindakan mematikan Khashoggi di Konsulat Saudi
Tetapi kemarin, terkait Khashoggi, pada 8
Oktober 2018, Friedman mecatat bahwa, kalau Arab Saudi benar sudah
menghabisi Jamal Khashoggi, “itu akan jadi bencana bagi rezim Muhammad
bin Salman”.
sebelum ini, waktu Arab Saudi
menciptakan krisis kemanusiaan terburuk dunia di Yaman, Times
menampilkan bin Salman selaku seorang reformis. Tetapi sekarang sesudah
tindakan mematikan atas Khashoggi, beberapa kontributor Times
mengutarakan bahwa tindakan mematikan Khashoggi ialah langkah Bin Salman
yang berlebihan jauh.
Untuk pemerintah AS, apakah ada batas toleransi?
Pada tanggal 11 Oktober, Donald Trump
merespon kemungkinan tindakan mematikan Khashoggi, menjelaskan bahwa
“kami tidak menyukainya bahkan sedikit pun”. Namun apa yang ia katakan
dan yang pemerintahan AS lakukan tidak lain tidak bukan hanyalah untuk
mampu memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari penjualan senjata.
“Soal apakah kita mesti menghentikan
perjanjian 110 miliar dolar dari Saudi yang dihabiskan di negara ini
(untuk senjata), Penting diketahui bahwa mereka mempunyai 4 atau 5
alternatif …, itu tidak akan mampu saya terima,” kata Trump waktu
menyampaikan penolakan atas tuntutan menghentikan penjuaan senjata ke
Saudi.
Baca: Produsen Senjata AS Kuatir Kontrak dengan Saudi Dicancel Pasca Perkara Khashoggi
Bagian pendiri Gabungan Demokrat, Scott
Dworkin, mendesak Trump untuk melaksanakan apa yang semestinya
dilaksanakan seorang presiden Amerika sejati.
“Hadapi Arab Saudi atas tindakan mematikan kejam kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi,” katanya.
Namun sejatinya Trump telah berbuat jauh
lebih beberapa dari presiden-presiden AS sebelumnya. Sebab kebijakannya
di Arab Saudi sedikit tak sama dengan keputusan strategi Barack Obama
atau dari presiden-presiden AS lainnya, ia behasil menjadikan Arab Saudi
selaku sapi perah AS.
Seperti yang dikatakan awak media Glenn Greenwald:
Kita mesti, tentu saja, menyambut
keadaan sebenarnya bahwa beberapa orang di AS sekarang mengkritik rezim
Saudi. Tetapi bagi berlebihan beberapa penduduk sipil yang tidak
bersalah di Yaman, seluruh itu berlebihan sedikit, dan terlambat.
(ARN/theCanary.co)
Hah? Israel dan Arab Saudi Bersekongkol Serang Yaman?
Submitted by redaksi1 on Jumat, 3 Apr 2015 - 08:49
KONFRONTASI - Terkuak hubungan antara Arab Saudi dan Irael,
menyangkut serangan Arab Saudi Cs terhadap negara tetangganya, Yaman.
Dalam serangan udara pasukan militer Saudi pada Kamis lalu ke Yaman,
disebut-sebut jet tempur Israel ikut serta dalam penyerangan itu.
"Ini pertama kalinya pasukan Zionis bergabung dengan koalisi negara
Arab," ujar Sekretaris Jenderal Partai Politik Al-Haq, Yaman, Hassa Zayd
dalam akun jejaring sosial Facebook, seperti dilansir Global Search, Ahad (29/3).
Dia mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah
memerintahkan langsung Angkatan Udara Israel mengerahkan jet-jet tempur
mereka buat mendukung serangan Saudi ke Yaman.
November lalu, Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi menyatakan kesediannya menjual minyak ke Israel.
"Yang Dipertuan Agung Raja Abdullah (ketika itu) selalu menjadi
contoh tentang hubungan baik antara Saudi dengan negara lain," kata
Naimi kepada wartawan di Wina. "Dan negara Yahudi juga tanpa kecuali."
Beberapa bulan sebelumnya, mantan kepala intelijen Saudi Pangeran
Turki al-Faisal menulis opini di koran Israel Haaretz tentang posisi
Liga Arab dalam proses perdamaian antara Israel dengan Palestina.
Pejabat Uni Eropa di Brussels, Belgia, Februari lalu mengatakan
kepada stasiun televisi Israel Channel 2, Arab Saudi sudah menawarkan
wilayah udaranya untuk dilintasi pesawat-pesawat jet tempur Israel guna
menyerang Iran jika diperlukan.
Langkah itu sebagai balas budi buat Israel yang meningkatkan pembicaraan damai dengan Palestina.
"Pihak berwenang Saudi sudah berkoordinasi penuh dengan pejabat
Israel dalam soal Iran," kata pejabat Eropa itu, seperti dilansir
Sputnik News, Kamis (26/2).
Jika jet-jet tempur Israel bisa melintasi wilayah udara Arab Saudi
maka Negeri Bintang Daud itu bisa menyerang Teheran kapan saja tanpa
perlu mengitari Teluk Persia.
Channel 2 juga mengungkapkan pasukan intelijen Israel dan negara Arab juga sudah berbagi informasi soal program nuklir Iran.
Surat kabar asal Inggris The Sunday Times menerbitkan laporan mengejutkan November 2013 lalu.
Saudi akan mengizinkan Israel melintasi wilayah udara negeri itu
untuk menyerang Iran. Tak hanya itu, Saudi juga akan menyediakan pesawat
tanpa awak, helikopter penyelamat, dan pesawat tanker.
Penyerangan itu merupakan langkah antisipasi jika pembicaraan di
Jenewa, Swiss, antara Negara Barat dan Iran pekan ini gagal memaksa Iran
menghentikan program nuklirnya, seperti dilansir surat kabar Haaretz,
Ahad (17/11/2013).
"Ketika perjanjian Jenewa ditandatangani maka pilihan untuk
melancarkan serangan militer akan kembali dipertimbangkan. Pihak Saudi
sangat marah dan bersedia mendukung penuh Israel," ujar Times mengutip
sejumlah sumber.
Pada November 2013, menurut radio Israel, Wakil Menteri Pertahanan
Arab Saudi Amir Salman bin-Sultan dan dua pejabat lainnya diam-diam
mengunjungi Negeri Bintang Daud itu.(Juft/HT)
Sayap Nahdlatul Ulama (NU), Barisan Ansor Serbaguna (Banser), sedang
disorot. Hal itu terjadi karena anggotanya membakar bendera bertulis
aksara Arab yang diduga bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Sontak
saja insiden itu memicu kontroversi. Sejumlah kelompok masyarakat pun
menggelar aksi di daerah, termasuk Jakarta. Mereka menuntut Banser
dibubarkan. Lainnya, mereka mendesak proses hukum berjalan terhadap
pelaku, termasuk yang paling bertanggung jawab atas Banser: Gus Yaqut.
“Saya
akan ikuti proses hukum jika dilaporkan, saya akan hadapi,” kata Ketua
Umum PP Gerakan Pemuda Ansor itu kepada Heru Triyono dan fotografer
Wisnu Agung saat ditemui di kawasan Condongcatur, Sleman, Yogyakarta,
Kamis (25/9/2018).
Banser merupakan badan otonom di bawah GP
Ansor. Gerakan ini berawal dari organisasi bernama Syubbanul Wathan
(Pemuda Tanah Air) yang berdiri pada 1924. Wadah itu didirikan KH Abdul
Wahab bersama para pendukungnya. Organisasi itu yang kemudian menjadi GP
Ansor sekarang.
Sore itu, kami bicara di sebuah warung
kecil, mengambil tempat di meja paling pojok dekat jendela. Idenya
adalah bersantai-santai sambil minum kopi. Tapi Gus Yaqut lebih memilih
teh panas. “Kita ini enggak takut, mereka berapa biji sih,” ujar pria
berusia 43 bernama tulen Yaqut Cholil Qoumas ini—merespons tekanan
terhadap organisasinya.
Saat wawancara, Yaqut tidak mencincang
kata-katanya ketika tidak suka akan sesuatu. Alisnya yang tebal
langsung bergerak naik saat bicara gagasan khilafah, apalagi HTI.
Meski tampak serius, ia kadang bergurau di depan teman-teman Banser
yang mengelilinginya. Terkadang suara tawa pecah sekaligus membersihkan
suasana dari ketegangan.
Gerakan Pemuda Ansor memang sedang
mengikuti acara The 2nd Global Unity Forum di Hotel Marriot, Yogyakarta.
Hotel itu tidak jauh dari warung tempat kami wawancara. Selama satu jam
lebih, saya menghujani Yaqut pertanyaan soal detail peristiwa
pembakaran itu dan arah politik Banser.
Berikut tanya jawabnya: Setelah insiden pembakaran itu, kini muncul petisi bubarkan Banser, bagaimana?Petisi
itu dimainkan kelompok tertentu. Kita enggak mau menanggapi. Pembubaran
organisasi ada aturan main, enggak bisa dengan petisi. Kalau layak
dibubarkan menurut negara, ya bubarkan saja. Apakah insiden itu memiliki dampak besar untuk citra Banser?Tentu.
Sebagian publik akan menilai kita dengan isu yang sedang dimainkan,
yaitu menistakan agama. Padahal kan tidak. Tidak ada niat sama sekali ke
arah sana. Karena insiden ini, puncak acara Kirab Satu Negeri GP Ansor sampai ditunda, ada kekhawatiran apa?Rencananya,
Jumat (26/10/2018) nanti memang ada apel 70 ribu Banser di Yogya.
Akhirnya mundur. Sebagai pimpinan saya khawatir. Bukan takut diserang,
kita enggak takut, mereka berapa biji sih? Kita pasti menang lah.
Tapi saya khawatir timbul suasana chaotic.
Bayangkan, satu Banser diprovokasi saja dari bus menuju stadion, maka
bisa muncul masalah yang tidak perlu. Kita lebih cinta negeri ini
ketimbang sekadar ego. Seperti apa memangnya suasana di internal Banser?Ya
tadi, kalau ngomong egoisme, kita ingin tarung sebenarnya. Karena kita
tahu, kita jauh lebih besar dibanding mereka. Kader Ansor itu 4,7 juta.
Itu yang terdaftar dalam database kami.
Mereka itu berapa
orang sih? Kalau melihat aksinya kan cuma segitu-gitu saja. Kalau kita
gerakkan semua Banser, jadi malapetaka buat Indonesia. Kalau enggak
mampu mengendalikan amarah, pasti buyar semua. Begitu susah mengendalikan Banser?Solidaritas
kita ini kuat. Satu teman dipukul, yang lain akan membela. Kita
berhitung betul, meski acara (Kirab Satu Negeri) banyak yang mendesak
jalan terus, saya putuskan untuk mundur. Saya enggak mau ada kerusuhan
melibatkan Banser. Ya saat ini ada masyarakat yang menilai
Banser begitu anarkis, padahal dulu diapresiasi, karena menjaga gereja
saat natal dan sebagainya…Untuk jawab itu kita harus bicara background. Hari
santri itu identik dengan NU. Banser ini jadi ujung tombak perlawanan
NU terhadap HTI, perlawanan yang amat panjang, sejak 2003.
Nah di
tengah hari santri tiba-tiba ada yang mengibarkan bendera HTI. Tentu
dong teman-teman emosi--karena sekian tahun kita didik, latih dan
diajarkan siapa kawan, siapa lawan. Apalagi ada kesepakatan tak boleh
ada pengibaran bendera apapun selain merah putih. Cara provokasinya
begitu sistematis. Ada bukti bahwa ini sistematis?Soalnya
di 11 titik ada bendera HTI. Polanya ini persis teori perang kota. Kita
cari matrik-matriknya dan cocok. Kita tahu siapa ahlinya, tapi
sudahlah.
Di Garut kita kecolongan. Untungnya di 10 tempat yang
lain kita lebih tertib dan sesuai protap. Protapnya itu, bendera HTI
bukan dibakar, melainkan didokumentasikan, dilipat yang baik dan
diserahkan ke polisi. Artinya anggota Banser tetap salah meski
alasan mereka bakar bendera itu bukan melecehkan, tapi untuk
menyelamatkan kalimat tauhid. Begitu kan yang beredar di media-media…Karena
begini, ketika mengaji di pesantren, memang diajarkan begitu. Kenapa
dibakar? Karena dikhawatirkan kalimat tauhid itu akan menjadi sampah.
Kalau menemukan potongan ayat Alquran, ya diajari untuk memusnahkan
dengan cara disobek-sobek kecil, dikubur atau dibakar—untuk
menyelamatkannya. Tapi ada masyarakat yang tidak sepakat dengan membakarnya dan ini menimbulkan kegaduhan?Masih debatable
soal itu. Makanya kalau mau jadi diskursus agama, mari berdiskusi, tapi
jangan jadi diskursus politik. Kalau politik ya ribut terus, enggak
akan selesai. Kami meyakini itu bendera HTI dengan bukti-bukti. Kita
bisa tunjukkan bahwa itu adalah bendera HTI. HTI sudah membantah bahwa bendera itu bukanlah milik mereka?Dalam
AD/ART mereka ada bendera itu, kenapa mereka ingkari. Ini khas HTI,
yaitu memanipulasi kesadaran publik. Seperti ketika mereka membawa
orang-orang untuk datang ke acara mereka.
Mereka bilang ke warga NU yang diundang untuk ziarah Wali Songo, padahal acaranya adalah acara HTI. Nah ini manipulasi namanya. Meski Anda bilang manipulatif, tapi semakin lama HTI semakin besar pengaruhnya, sebelum dibubarkan, kenapa?Karena
manipulatif itu. Orang tidak sadar mereka dimanipulasi. Maka,
perlawanan-perlawanan yang kita lakukan salah satu targetnya menyadarkan
orang-orang yang termanipulasi HTI selama ini.
Banyak kok
contohnya yang kemudian kembali. Misalnya Ustaz Ainur Rofiq al-Amin,
aktivis HTI, yang sadar ada penyimpangan di dalam HTI dan kemudian
keluar. Perlawanannya seperti terlambat ya, karena HTI terbukti berhasil merebut masjid-masjid NU dan kampus-kampus…Soal
terlambat atau tidak itu soal lain. Bahwa kami merespons dan kemudian
menarik kembali kader dan masjid kami, itu juga harus dilihat sebagai
hal wajar. Kita tidak menggunakan kekerasan. Hanya memberikan demarkasi
terhadap ruang gerak HTI dan memberi penyadaran-penyadaran.
Hikmah
peristiwa Garut itu semakin banyak publik yang sadar bahwa itu bukan
bendera tauhid, melainkan bendera HTI. Semakin banyak yang tercerahkan
juga kan. HTI menyebut yang dibakar itu bendera Rasullah SAW, yang disebut Ar-Rayah. HTI mengaku tak punya bendera…Khat
atau cara penulisan Arab di bendera HTI itu sudah bagus banget. Saat
zaman nabi mana ada khat bagus begitu, enggak ada. Enggak bisa dong itu
dibilang sebagai bendera Rasul. Pada zaman Rasul belum ada penulisan
modern. Ar-Rayah bisa dilihat di salah satu museum Turki. Apa sebenarnya yang dikhawatirkan Anda dari HTI?Karena cita-cita mereka ingin mengubah negara ini menjadi Khilafah Islamiyah, itu saja. Cita-cita ini yang kita tolak. Caranya bagaimana mewujudkan cita-cita itu, mereka punya senjata?Untuk merebut enggak harus punya senjata. Mereka bisa melakukan infiltrasi ke pemilik senjata. Itu metodenya.
Merebut
itu kan tidak harus dengan jalan perang hari ini. Kita lihat perang
dagang yang sering kita dengar antara Amerika dan Cina, apakah pakai
senjata? Bukan. Pada akhirnya siapa yang kalah akan tunduk juga. Yang jadi pertanyaan, kalau benar ingin dirikan khilafah, kenapa orang Indonesia banyak yang tertarik, termasuk warga NU?Ya
mereka memakai cara manipulatif. Itu saya jelaskan tadi. Memang jemaah
NU banyak diambil mereka. Kenapa bisa begitu? Pada lain sisi kita lalai
dalam merawat jemaah. Sehingga berjarak, dan diambil oleh mereka. Apakah insiden pembakaran bendera seperti akan menjadi yang terakhir?Insya Allah ini yang terakhir. Tidak boleh ada kejadian seperti di Garut lagi. Kalau ada pembakaran lagi, pasti mainan orang. Susah ya mengawasi anggota Banser?Susah,
kan teman-teman bajunya itu beli sendiri. Kita tidak memberikan. Kita
hanya memberikan pelatihan dan baiat kesetiaan. Artinya dengan baju-baju
Banser itu sangat mungkin orang menyusup. Kita sadar betul itu. Apa komentar para kiai sepuh NU soal insiden pembakaran ini?Saya
terakhir bertemu dengan Kiai Attabik Ali, pengasuh pesantren Krapyak.
Beliau menangis karena Banser jadi objek caci maki. Kiai sepuh tahu apa
yang kita lakukan itu menjaga negeri. Kalau Gus Mus meminta saya sabar
dan cooling down. Ada arahan dari Pemerintah kepada Banser?Kita
komunikasi dengan polisi dan Pemerintah. Mereka meminta Kirab Satu
Negeri ditunda sampai suasana kondusif. Saya awalnya belum memutuskan
menunda atau enggak. Saya bilang, dengan atau tanpa Presiden kami akan
jalan terus, kecuali ada pertimbangan keamanan. Akhirnya kita putuskan
ditunda. Kira-kira dua minggu. Banser itu dekat ya dengan Pemerintah?Nah itu yang sering dituduhkan ke kita. Bahwa kita ini netek ke
Pemerintah. Kita ini enggak pernah dibantu sama Pemerintah. Orang
menyangka, karena kita kelihatan membela Pemerintah, kita dapat
privilese. Enggak. Dapat apa kita. Mana ada. Yang ada, kita kritik
Pemerintah. Misalnya soal restrukturisasi atas BUMN-BUMN. Jadi, sebenarnya arah politik Banser itu bagaimana?Kita
ini organisasi non partisan, bukan organisasi politik. Maka kita tidak
akan pernah secara institusi berpolitik. Kita tidak berpihak pada
siapapun. Baik itu Jokowi atau Prabowo. Tapi secara individual,
kader-kader dibebaskan. Di Banser itu ada banyak orang partai, di
antaranya PAN dan Gerindra. PKS?Enggak ada. Enggak
boleh sih, bukan enggak ada. Kalau ada yang PKS akan kita suruh pilih,
mau PKS atau Ansor. Karena secara ideologi kita berbeda. Kenapa ya ada beberapa pemberitaan Banser itu ditolak di beberapa tempat?Kapan itu? Kita enggak pernah merasakan ditolak. Memang ada kejadian-kejadian di Sumatra. Tapi berakhir dengan tabayun. Ramai di media sosial juga tentang MUI Sumatera Barat menolak konsep Islam Nusantara yang kerap digaungkan Banser?Itu yang kemudian kita jelaskan. Islam Nusantara kan bukan paham baru. Melainkan Islam yang adaptif dengan budaya lokal.
Agama
Islam kan menyempurnakan akhlak. Ada akhlak Jawa, Sunda, Melayu dan
seterusnya. Misalnya, orang dulu kalau ada kematian kumpul-kumpul bakar
kemenyan. Setelah Islam datang, tetap ada kumpul-kumpul, tapi
disempurnakan dengan membaca kalimat tahlil. Ada ancaman untuk Anda karena insiden pembakaran bendera itu?Banyak.
Mereka sudah mulai menyasar wilayah privat. Misalnya keluarga. Tapi
kita enggak khawatir. Ada info saya dikabarkan dikawal ke mana-mana,
bahkan kamar mandi. Saya ketawa saja. Jaringan teroris juga tidak
menyorot insiden ini. Saya dapat info itu. Itu juga yang dikhawatirkan ya, teroris yang tersinggung atas insiden tersebut…Begini.
Ada cerita dari saya. Sehari sebelum pembubaran HTI, saya dipanggil
petinggi dan dapat bocoran bahwa HTI akan dibubarkan.
Saya enggak
setuju dengan kebijakan itu. Kalau bubar malah makin sulit
diidentifikasi. Mereka akan jadi sel bebas. Dan itu terjadi sekarang
kan, ketika dibubarkan, kita semakin tidak tahu, siapa HTI dan siapa
bukan. Ketika PKI dibubarkan dan dilarang, mereka tidak muncul lagi kan, kenapa enggak setuju?PKI
bukan hanya dibubarkan dan dilarang, tetapi dibunuh dan dipenjara.
Apakah ini akan diterapkan sama terhadap HTI? Enggak bisa. Saya ini
muslim, enggak mau sesama muslim diadu. Cara menangani HTI itu yang
menurut saya kurang tepat. Tapi cara Pemerintah sudah tepat dalam penanganan kasus bendera ini?Ini
bukan khas negara. Negara enggak usah jumpa pers. Jumpa pers itu cara
politisi. Melarang itu bukan dengan cara menghancurkan, tapi mengajak
kembali ke pangkuan, begitu lho harusnya. Ayo kembali ke merah putih. Bukan menyerang. Cara itu malah jadi panggung untuk HTI?Itu dia. Malah jadi pemberitaan.
Bagi sebagian umat Islam, retorika Hizbut Tahrir tentang mengembalikan
kejayaan Islam melalui sistem kepemimpinan Khilafah mungkin terkesan
menarik. Namun kalau dipelajari, sistem pemerintahan yang ditawarkan
sebenarnya mengandung banyak persoalan serius.
Berikut sejumlah cacat pikir sistem Khilafah yang ditawarkan HT.
Pertama,
HT memutlakkan konsep Khilafah sebagai satu-satunya model pemerintahan
dalam Islam. Dalam konsep ini, HT tidak percaya bahwa Indonesia boleh
berdiri independen sebagai sebuah negara bangsa. HT percaya bahwa kaum
muslim Indonesia harus tunduk pada pemerintahan Khilafah dunia Islam di
bawah seorang Khalifah yang mungkin saja berada di negara lain (misalnya
di Arab Saudi atau di Iraq atau di tempat lain). Pemimpin pemerintahan
di Indonesia harus tunduk pada Khalifah itu. Kedua, sebagai
konsekuensi dari pandangan pertama, HT tidak percaya pada konsep Negara
Kesatuan RI yang berdaulat. Indonesia adalah bagian dari Khilafah Islam.
Indonesia adalah semacam ‘negara bagian’ dari Khilafah. Bila Indonesia
menolak keputusan Khalifah, pemimpin di Indonesia bisa diganti. Lebih
buruk lagi, bila Indonesia tetap menolak setelah ada ancaman sanksi oleh
Khalifah, Indonesia bisa diperangi.
Ketiga, HT tidak percaya
pada Pancasila, pada UUD 45 dan segenap rujukan konstitusi negara
Indonesia. HT tidak percaya pada demokrasi, tidak percaya pada pemilu.
Bila saat ini HT menerimanya, itu hanya untuk sementara. Dalam bayangan
HT, suatu saat nanti Indonesia harus diubah menjadi menjadi bagian dari
Khilafah Islam. Keempat, HT menomorduakan warga non-Islam. Dengan
kata lain, HT diskriminatif. Dalam konsep Khilafah Islam yang
dibayangkan HT, kaum, non-Islam adalah warga kelas dua. Melalui jargon
izzul Islam wal muslimin (kejayaan Islam dan orang-orang Islam), HT
menganakemaskan kelompok Muslim seraya menganaktirikan kelompok yang
lain. Ini tidak berarti warga non-Islam tidak mendapat pelayanan
pendidikan, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Tapi kaum non-muslim tidak
memiliki hak politik yang sama, misalnya dalam hal memilih pemimpin.
Kelima,
dalam Khilafah yang dibayangkan HT, kalaulah ada partai politik, maka
partai politik itu haruslah berupa partai politik Islam. Kalaulah ada
pemilu, pemilu tersebut hanya boleh diikuti umat Islam. Keenam,
pemilu pada dasarnya hanyalah pilihan terakhir. Yang ideal dalam pola
pemilihan pemimpin adalah pemilihan melalui keputusan organisasi semacam
majelis alim-ulama yang mempersatukan para ulama dan cerdik pandai.
Dalam hal ini setiap negara yang menjadi bagian dari Khilafah (misalnya
saja Indonesia, Malaysia, Brunei, Iraq dan seterusnya) akan mengajukan
nama para calonnya yang akan ditetapkan semacam Majelis Sentral Alim
Ulama di pusat Khilafah.
Ketujuh, HT tidak percaya pada parlemen
yang mengendalikan Khalifah dan pemerintah. Dalam konsep HT, begitu
seorang pemimpin terpilih dan dibaiat (disumpah), seluruh rakyat dalam
Khilafah harus tunduk dan percaya padanya. Si pemimpin kemudian harus
menjalankan kepemimpinan dengan senantiasa merujuk pada Syariah. Ia lah
yang menunjuk para pembantunya, termasuk menunjuk pemimpin di setiap
daerah yang menjadi bagian dari Khilafah. Kedelapan, dalam konsep
ini seorang Khalifah tidak memiliki batas waktu kepemimpinan. Dia baru
diganti kalau wafat, tidak lagi melandaskan kepemimpinannya pada Syariah
atau memimpin dengan cara yang zalim. Bila ia melanggar Syariah, ia
boleh ditumbangkan dengan kekerasan.
Kesembilan, selama ia masih
memimpin berdasarkan Syariah, keputusan Khalifah tidak boleh tidak
dituruti. Rakyat dan para alim ulama, kaum cerdik pandai, bisa saja
memberi masukan, namun keputusan terakhir da di tangan Khalifah. Mereka
yang berani tidak taat akan dianggap sebagai melakukan pembangkangan.
Dan mereka yang membangkang bisa dihukum mati. Kesepuluh, HT
anti-keragaman hukum. HT menganggap tidak perlu ada UU yang dibuat oleh
para wakil rakyat. HT percaya Syariah saja sudah cukup. Namun bila
memang ada kebutuhan untuk mengeluarkan peraturan, Khalifah dan
pembantu-pembantunya dapat saja membuat peraturan yang mengikat seluruh
warga.
Itulah setidaknya sepuluh persoalan serius dalam tawaran
konsep Khilafah menurut HT yang jelas-jelas bertentangan dengan gagasan
NKRI dan demokrasi. Masih ada yang tertarik?
Bendera Hitam Ialah Bendera Perang, Bukan Bendera “Ummat”
Semenjak kejadian pembakaran bendera tauhid di Garut beberapa hari
lalu, saya tertarik untuk menelusuri lebih dalam mengenai hal bendera
hitam dalam kitab-kitab Hadits dan Syamail. Prof.Nadirsyah Hosen
sejatinya telah punya tulisan Soal problem ini, tapi kurang mantap
rasanya kalau tidak ber-ijtihad sendiri dan cuma mengandalkan tulisan
orang. Lagi pula kesimpulan Prof Nadir bahwa seluruh hadits yang
berhubungan dengan panji hitam ialah hadits-hadits lemah saya rasa
kurang pas.
Saya juga menelusuri apakah pembakaran bendera tauhid di dunia ini
baru dilaksanakan di Indonesia oleh Banser beberapa hari yang lalu?
Bagaimana dengan Yaman Utara tempat dimana bendera-bendera hitam
bertuliskan kalimat tauhid itu juga beberapa tersebar selaku atribut
Al-Qaeda ?
Berikut point-point yang mampu saya simpulkan : 1. Kelir Bendera Rasulullah Saw
Semasa hidupnya, Rasulullah Saw mempunyai beberapa bendera, yang
terdiri dari beberapa bendera besar (Ar-Rayah) dan bendera kecil
(Al-Liwa’). Syaikh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani dalam kitab Syamail-nya
menyebutkan كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء و لواءه ابيض
” bendera besar (Rayah) Rasulullah Saw berkelir hitam, sedangkan bendera kecilnya (liwa’) berkelir putih ”
Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Tarikhul Hawadits berkata : و كانت له راية سوداء يقال لها العقاب و أخرى صفراء كما في سنن أبي داود و أخرى بيضاء يقال لها الزينة
” Rasulullah Saw mempunyai bendera hitam yang dinamakan “Al-Uqob”,
beliau juga mempunyai bendera berkelir kuning seperti Penjelasan dalam
Sunan Abu Dawud, 1 lagi bendera beliau yaitu panji berkelir putih yang
dinamakan “Az-Zinah” . ”
Dari sini mampu kita ketahui bahwa Rasulullah Saw mempunyai beberapa
bendera dengan kelir yang berbeda-beda, bukan melulu hitam saja. Menurut
Al-Hafidz Ibnu Hajar bendera-bendera itu dipakai dalam waktu yang
berlainan.
(entah kenapa gerombolan radikal seperti ISIS, Al-Qaeda dll lebih
memilih kelir hitam dari pada kelir Royah Rasulullah lainnya ? kuning
misalnya- ? Mungkin sebab kelir hitam tampak lebih galak, seram dan
sangar.. )
Hadits-Hadits mengenai hal kelir Royah dan Liwa’ mempunyai derajat
yang tidak sama, ada pula 1 hadits yang diriwayatkan dengan sanad yang
berlainan. Hadits Riwayat Al-Hakim yang disebut An-Nabhani diatas
sungguh lemah, bahkan ada yang menyebutnya selaku hadits Munkar, cuma
saja itu tidak menafikan adanya hadits-hadits lain yang berderajat hasan
seperti riwayat Imam Tirmidzi : كانت راية رسول الله سوداء مربعة من نمرة قال سألت محمدا يعني البخاري فقال حديث حسن
2. Tulisan dalam bendera Rasulullah Saw
Cuma ada 1 hadits yang mengumumkan panji hitam Rasulullah Saw
bertuliskan kalimat tauhid, yaitu hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan
Al-Thabrani dalam kitab Al-Kabir, Abu Assyaikh dalam kitab Al-Akhlaq
(153), dan Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid (5/321). yang berbunyi : كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء مكتوب عليها لا إله إلا الله محمد رسول الله
” Royah Rasulullah Saw berkelir hitam bertuliskan La Ilaha Ilallah Muhammadun Rasulullah ”
Hadits yang diriwayatkan Abu Assyaikh dinyatakan lemah sanadnya oleh
Ibnu Hajar, sedangkan Al-Haitsami mengomentari hadits yang
diriwayatkannya : ” seluruh perawi-nya shahih kecuali Hayyan Bin
Abdillah ”
Jadi bisa disimpulkan tidak seluruh panji Rasulullah Saw bertuliskan
kalimat tauhid, cuma 1 bendera berkelir hitam saja, itupun ulama sekelas
Ibnu Hajar masih meragukan adanya kalimat tauhid dalam bendera
Rasulullah Saw tersebut.
3. Fungsi Bendera (Ar-Rayah dan Al-Liwa’) di zaman Rasulullah Saw.
Anggap saja kelir dan bentuk bendera Rasulullah Saw sungguh seperti
itu, kita juga wajib mengetahui fungsi dan kegunaan bendera Royah dan
Liwa’ di masa Rasulullah Saw. Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari-nya : الراية و اللواء : العلم الذي يحمل في الحرب يعرف به موضع صاحب الجيش و
قد يحمله أمير الجيش و قد يدفع لمقدم العسكر و كان الاصل ان يمسكها رئيش
الجيش ثم صارت تحمل على رأسه
“Royah dan Liwa’ ialah bendera yang dipakai dalam Pertempuran dan
jadi tanda dimana posisi pemimpin perang. Bendera ini cuma dibawa oleh
komandan perang dan terkadang juga diberikan pada Tentara yang Ada di
barisan paling depan.. ”
Syaikh Abdullah Said Al-Lahji dalam Muntaha As-Suul berkata : فالراية هي التي يتولاها صاحب الحرب و يقاتل عليه و إليها تميل المقاتلة
” Royah ialah bendera yang dikuasai pemimpin perang dan ia bertugas
untuk mempertahankannya. Pertempuran berpusat ke mana arah bendera
tersebut. ”
Jadi fungsi asli dari Royah dan Liwa’ ialah selaku bendera perang,
oleh sebab itu bendera Royah juga dijuluki selaku “Ummul Harb” atau
induk perang. jangan heran kalau Imam Bukhori memasukkan pembicaraan
Liwa’ dan Royah ini dalam kitabul Jihad. Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam Zad
Al-Ma’ad, Syaikh Yusuf An-Nabhani dalam Wasail Al-Wushul, dan Sayyid
Muhammad Al-Maliki dalam Tarikh Al-Hawadits, mereka seluruh setuju
menaruh pembicaraan bendera ini dalam Babu Silahi Rasulillah Saw : Bab
Senjata perang yang dipunyai Rasulullah Saw. Kesimpulannya : Bendera Royah dan Liwa’ ialah atirbut perang. jadi
terlalu gak nyambung dan gak relevan kalau di zaman now ini
bendera-bendera itu malah dikibarkan dalam kondisi tenang, aman dan
damai. Bendera-bendera itu tidak patut dibawa dalam majlis-majlis,
demo-demo atau acara-acara keagamaan, Apalagi dikibarkan dalam acara
hari santri nasional ? Terang-jelas itu ialah sebuah kedhaliman, wadh’u
Assyai fi ghoir mahallihi, memposisikan sesuatu tidak pada tempatnya.
pada zaman Rasul Saw Bendera-bendera ini Adalah atribut spesial yang
cuma boleh dipegang oleh pemimpin perang, bahkan para Tentara pun
dicegah asal membawa bendera kategori ini.
( tapi Sekarang bendera hitam ini malah seenaknya saja dibawa oleh
bocah- bocah dan ibu-ibu dalam demo-demo , majlis-majlis dan acara-acara
lainnya )
oleh sebab itu Ibnu Hajar mengumumkan bahwa bendera Royah dan Liwa’
cuma dianjurkan untuk dikibarkan dalam waktu perang, itupun yang boleh
membawanya cuma komandan perang atau prajurit yang dipercayainya. Dawuh
beliau dalam Fathul Bari : و في الأحاديث استحباب اتخاذ الأولية في الحروب و أن اللواء يكون مع الأمير او من يقيمه لذلك عند الحرب
Ini terang Tidak mau anggapan mereka yang berfikir bahwa dulu pada
zaman Rasulullah Saw, bendera-bendera hitam ini ialah panji-panji Islam
yang dengan indahnya berkibar di jalanan kota makkah-madinah, di depan
Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, dan dibawa para Sabahat dalam saban
perkumpulan atau acara keagamaan.
Sekali lagi bendera ini ialah bendera perang, bukan bendera “ummat”.
Jangan kaget kalau panji-panji hitam ini sekarang jadi simbol legal
golongan yang bawaannya pengen perang dan berantem mulu seperti ISIS,
Al-Qaeda, Jabhat Nushra dan jama’ah-jama’ah radikal lainnya.
Pada Intinya Bendera-bendera ini sama sekali tidak disunnahkan
dikibarkan pada selain waktu perang. Bahkan untuk sekarang ini, tatkala
panji-panji hitam ini (Royah Suud) jadi simbol yang indentik dengan
golongan radikal dan mampu memicu fitnah, kekuatiran dan kekacauan.
Hukum membawa bendera ini mampu mencapai taraf “haram” : Saddan Lid
Dzariah..
4. Problem pembakaran bendera
Terlepas dari hukum membakar bendera hitam yang telah beberapa dikaji
dimana-mana, sebenarnya dari awal saya terlalu menyesalkan insiden
pembakaran bendera hitam di Garut itu. Sebab selain mampu menimbulkan
fitnah dan polemik berkepanjangan seperti waktu ini, ada cara lain yang
tentunya lebih halus dan kalem daripada membakar. menyitanya saja saya
rasa telah terlalu cukup. Kita seluruh pasti tau, dari dulu kalimat
“bakar !” – selain bakar ayam, ikan atau jagung- senantiasa identik
dengan ke-bringasan dan kebrutalan, sedangkan NU dari dulu dikenal
selaku penyebar Islam teduh dan damai. kalau sungguh hal ini mampu
memicu api fitnah dan nantinya kita wajib membikin pembelaan
disana-sini, kenapa tidak dihindari dari awal ? Al-Daf’u awla min
Ar-Raf’i, menangkal lebih baik daripada mengobati, Bukankah begitu dalam
Qoidah fiqihnya ?
Terang tidak benar kalau Banser dituduh selaku ormas anti kalimat
Tauhid gara-gara kejadian ini, sebagaimana terlalu naif kalau kita
serampangan menuding saban orang yang tidak setuju dengan pembakaran ini
selaku simpatisan HTI atau orang-orang yang terpengaruh dengan ideologi
mereka..
Menutup “pintu” fitnah itu penting, sama seperti saat Rasulullah Saw
menahan diri untuk memerangi kaum munafikin supaya tidak menimbulkan
fitnah dan asumsi-asumsi sesat ditengah warga. toh padahal mereka telah
beberapa kali merencanakan makar-makar jahat kepada Rasulullah Saw.
” saya tidak ingin orang-orang berkata bahwa Muhammad memerangi sahabat-nya sendiri ” begitu sabda Rasulullah Saw waktu itu..
Bukan hal yang mengherankan kalau pembakaran bendera tauhid itu
meledakkan kegaduhan dan kehebohan di tengah warga, sebab sungguh
insiden ini -mungkin- ialah yang ke-1 dan baru kali ini terjadi di bumi
Indonesia.
Kemarin saya mendiskusikan problem ini dengan seorang sahabat asal
Hudaidah, bagian kota di Yaman Utara yang sampai sekarang dilanda
konflik tiada henti. di daerah-daerah konflik disana bendera hitam
bertuliskan kalimat tauhid juga beberapa tersebar, cuma saja disana
panji hitam bukan jadi bendera HTI, melainkan bendera Al-Qaeda.
” Al-Qaeda di Syimal-Yaman Utara- bukankah juga mempunyai bendera ? ”
” Iya punya.. Bendera Hitam bertuliskan La ilaha Illallah ”
Saya lalu menceritakan kepadanya kehebohan di Indonesia akibat
pembakaran bendera tauhid tempo hari lalu, tanggapanya sungguh-sungguh
diluar Sangkaan..
” Aadii.. (Biasa saja)” ucapnya santai. ” di Aden atau di Hudaidah
pembakaran bendera-bendera hitam seperti itu telah biasa terjadi. mereka
menyita dan mengumpulkan bendera-bendera itu dalam suatu tempat,
menyiramnya dengan bensin lalu membakarnya.. ”
” siapa yang melakukannya..? ”
” pemerintah.. Warga juga Ikut andil, bahkan di daerahku sebagian masyaikh juga melaksanakan itu.. ”
” mereka yang membakar juga ahlussunnah.. ? ”
” iya.. ”
” Maa had takallam ? ( tidak ada yang Memberi komentar atas pembakaran itu..) ?”
” gak ada.. Biasa aja, bendera-bendera itu ialah penyebab fitnah,
jadi telah semestinya dilenyapkan, kami mengqiyaskannya dengan Masjid
Dhiror ” begitu pendapatnya..
Saya juga menceritakan problem ini untuk murid-murid saya yang
berasal dari Yaman Utara. bagian dari mereka bernama Ahmad, berasal dari
kota Mahwith. iya tampak terkejut saat menguping cerita saya, tapi
bukan sebab kecelakaan pembakaran bendera (sebab menurut dia, pembakaran
bendera hitam di daerahnya telah lumrah dan biasa). Ia malah terkejut
sebab 1 hal : Kok mampu bendera seperti itu ada di Indonesia ?
sesudah kami bertukar cerita panjang lebar, dengan raut muka sedih ia berkata :
” Allah Yarhamkum ya ustadz.. Semoga Allah mengasihani Anda semua para warga Indonesia ustadz..
Wallah..Kalau bendera-bendera hitam itu mulai tersebar di negara Anda semua, itu pertanda awal dari seluruh kekacauan..”
Saya mengamini doa tulusnya itu.. Ia benar.. Ditengah badai fitnah,
kegaduhan, dan perpecahan yang berkecamuk diantara kita waktu ini..
betapa butuhnya kita akan pertolongan, kasih sayang dan belas kasih
Allah untuk kita..
Irhamna Ya Rabb Ya Rahiim Ya Rahmaan..
** cuma tulisan pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan ormas, Famili besar, atau lembaga dimana saya bernaung..
* Ismael Amin Kholil, 24 Oktober, 2018.
sumber: FB Muhammad Ismael Al Kholilie
(suaraislam)
Bendera Hitam Ialah Bendera Perang, Bukan Bendera “Ummat” (bendera Al-Qaeda, isis dan hti)
Terkuak, Pemilik Rumah Warna Jogja Pro HTI, Sering Undang dan Posting Pembicara Radikal
Tipu-tipu
ala HTI itu terus bergerak dan secara masif masuk ke Yogyakarta salah
satunya adalah melalui pintu Rumah Warna, toko asesori pakaian serta
pernak-pernik yang populer di Yogyakarta. Pendirinya Nanang secara
agresif terus mengundang pembicara radikal dan memposting ulama radikal
sehingga perlahan tapi pasti dan secara senyap ideologi HTI masuk ke
warga Yogyakarta.
Beredar viral poster pembukaan
pameran KHAT dan RUMAH WARNA dan pengumuman hasil kompetisi seni BAR
BUBART 2030 dengan mengundang pembicara yaitu Felix Siauw. Ini bukan
untuk pertama kalinya pemilik rumah warna bernama Nanang Syaifurrozi
mengundang Felix Siauw.
Tema
yang dibawakan oleh Felix juga agak aneh alias absurd yaitu “Orasi Seni
dan Peradaban”. Nggak ada hubungan dengan orasi, dipaksakan, wkwk. Nanag
juga membuat live di Facebook acara dan orasi si Felix. Dari jejak
digital menunjukkan Nanang juga pernah mengundang Somad untuk menjadi
penceramah.
Sang pemilik Rumah Warna memposting
secara terbuka di media sosialnya bahwa karya pameran yang terjual akan
didonasikan untuk warga Palestina dan Suriah dalam program #ArtForSyam.
Wow, kepedulian yang sangat tinggi ke warga luar rupanya.
Postingan
Nanang itu sering menampilkan aksi bela Palestina serta mendukung
bazaar dan donasi untuk Palestina. Luar biasa ya kepeduliannya sangat
tinggi, kenapa nggak sekalian buka toko dan jualan saja di Palestina?
Tapi itu bukan hal yang mencurigakan.
Hal yang
paling menyolok adalah Nanang sering mengundang pembicara radikal
seperti Felix dan Somad serta memposting artikel atau poster dari Zakir
Naik, seorang ulama radikal dan kontroversial juga. Jadi dari
kecenderungannya sudah terlihat dia bersimpati dengan ajaran dan gerakan
radikal.
Yang paling menyolok adalah dirinya
memposting bendera yang disebut sebagai Panji Rasullulah. Dengan bangga
bersama anaknya dan anak-anak yang lain dalam beberapa pose si Nanang
menampilkan anak-anak yang dengan bangganya memasang bendera bertuliskan
huruf Arab tersebut.
Sebenarnya itu adalah
ciri khas bendera HTI. Dalam setiap aksi demo, HTI selalu menggunakan
bendera hitam dengan klaim bahwa itu adalah bendera tauhid dan Panji
Rasulullah. Benarkah bendera hitam itu Panji Rasulullah ?
Penulis
mencari referensi dari seorang pakar tentunya dan mendapati ada tulisan
yang tajam dan menarik dari Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD,
alias Gus Nadir. Rois Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New
Zealand serta Dosen Senior Monash Law School ini memberikan catatan
menarik tentang panji yang diklaim HTI sebagai bendera Nabi tersebut,
seperti dilansir di http://ltnnujabar.or.id/soal-bendera-rasulullah-gusnadir-jangan-mau-dibohongi-hti-dan-isis/
Menurutnya,
umat Islam jangan mau dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini.
Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka
miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah.
“Kalau
klaim mereka itu benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan
khat tulisan arabnya?” demikian catatan Gus Nadir sebagaimana yang
sampai kepada duta.co Sabtu (1/4/2017).
“Dalam
sejarah Islam juga beda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai
bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai warna hitam, dan pernah juga
putih. Yang jelas dalam konteks bendera dan panji, Rasul menggunakan
sewaktu perang hanya untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan
dipakai sebagai bendera negara,” jelasnya.
Jadi?
Kalau ISIS dan HTI yang setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah
mereka mau perang terus? Kok ke mana-mana mengibarkan bendera perang?
“Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah
punya bendera Merah Putih. Masak ada negara dalam negara? Kalau itu
terjadi, berarti makar!” tegasnya.
Nah, dari
sini terlihat orang-orang HTI itu sesungguhnya tidak paham hadis. Mereka
dengan cara yang halus berusaha untuk memaksakan konsep dan ideologi
mereka dan menarik orang untuk bersimpati pada gerakan mereka salah
satunya dengan mengusung Panji Rasullulah agar aksi mereka itu kelihatan
lebih powerful.
Nanang bersama itustrinya yang
diketahui juga ternyata ikut aksi 411 sangat militan dalam menggalang
dana ke luar. Patut dicek apakah sumbangan atau donasi itu sampai ke
Palestina dan Suriah atau malah justru bisa diselewengkan.
Pemerintah
patut menaruh perhatian terutama Kepolisian agar mengecek sepak terjang
dan aksi dari si Nanang ini yang secara santun menyusupkan ideologi HTI
ke warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Sayyidina Ali berkata: “Jika kalian melihat bendera hitam,
maka bertahanlah di bumi. Jangan gerakkan tangan dan kaki kalian.
Kemudian akan muncul kaum lemah yang lemah tidak dihiraukan (hingga
gampang terpengaruh). Hati mereka seperti batangan baja (kaku, keras).
Mereka (mengaku) pemegang daulah (Islamiyyah). Namun mereka tidak
menepati janji dan kesepakatan bersama umat Islam. Mereka mengajak
kepada kebenaran sedangkan mereka bukan orang yang benar. Nama mereka
menggunakan kunyah dan nisbat mereka menggunakan nama daerah. Rambut
mereka terurai seperti wanita, hingga mereka berselisih di antara
mereka. Kemudian Allah mendatangkan kebenaran kepada yang Allah
kehendaki.” (Riwayat Abu Nuaim, Kanzul Ummal 11/31530).
Bagaimana Hizbut Tahrir (HTI) Menipu dan Memecah Belah Umat Islam?
Hizbut Tahrir (HTI) adalah partai politik (hizbun siyasiyyun). Hizbut
Tahrir (HTI) adalah gerakan kekuasaan. Mereka punya tujuan, mendirikan
Negara Khilafah versi mereka. Membangun Negara Islam yang sesuai selera
mereka.
Hizbut Tahrir Tidak Peduli Pengabdian pada Umat Islam
Hizbur Tahrir (HTI) tidak pernah peduli akan dakwah Islam dan
tegaknya agama Islam, yang mereka pedulikan hanyalah tegaknya sistem
kekuasan mereka.
Hizbut Tahrir (HTI) tidak peduli mengabdi kepada umat Islam, makanya
mereka tidak pernah membangun madrasah, pesantren, universitas, masola,
masjid, yayasan sosial dan kegiatan amal lainnya.
Islam bagi Hizbut Tahrir (HTI) bukan ladang pengabdian tapi sekadar alat kekuasaan.
Ini fakta yang tidak bisa mereka bantah.
Modus Penipuan Hizbut Tahrir
Lantas bagaimana mungkin tujuan mereka berhasil tanpa mengabdi terlebih dahulu kepada umat Islam?
Mereka menggunakan strategi penipuan. Modus penipuan adalah melakukan
kebohongan untuk memperoleh keuntungan pribadi tapi dengan merugikan
kelompok lain.
Siapa yang dirugikan di sini oleh Hizbut Tahrir? Islam dan umat Islam.
Islam dirugikan karena Hizbut Tahrir menjalankan strategi penipuan menggunakan ajaran dan simbol Islam sebagai modus penipuan.
Hizbut Tahrir menggunakan istilah: khilafah, negara Islam, syariat
Islam, bendera Rasulullah, Kalimat Tauhid namun tujuan mereka yang
sesungguhnya adalah meraih keuntungan dengan tegaknya sistem kekuasaan
yang mereka inginkan, yakni: sistem khilafah versi mereka yang
direncanakan oleh Taqiyuddin An-Nabhani, sejak tahun 1953, bukan sistem
khilafah yang dikenal dalam sejarah Islam.
Kita harus membedakan antara Sistem Khilafah yang dikenal dalam
sejarah Islam dengan sistem khilafah yang dirancang oleh Taqiyuddin
An-Nabhani tahun 1953. Nama bisa disama-samakan, tapi sistem dan isi
jelas berbeda. Nah menyamakan sistem khilafah yang dirancang oleh
Taqiyuddin tahun 1953 tapi disamakan dengan khilafah dalam sejarah Islam
adalah salah satu modus penipuan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir
(HTI).
Umat Islam dirugikan oleh Hizbut Tahrir karena ajaran dan simbol
Islam dipakai sebagai alat menipu untuk kepentingan kekuasaan mereka.
Hizbut Tahrir juga membuat kekacauan (fitnah), perpecahan dan adu
domba antar umat Islam. Saat mereka membajak kalimat tauhid untuk
bendera politik mereka, yang tujuan mereka melakukan politik makar,
kemudian ada reaksi pelarangan, Hizbut Tahrir pun menyebar kebohongan
dan fitnah: Islam telah dilarang, kalimat tauhid telah dilarang.
Padahal yang menolak Hizbut Tahrir justeru mayoritas umat Islam.
Mayoritas umat Islam bukan menolak Islam dan Tauhidnya yang dibajak oleh
Hizbut Tahrir tapi menolak politik makar mereka.
Tetapi kalangan umat Islam yang awam dan lugu yang terpancing dan
menelan fitnah dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI) bereaksi berdasarkan
kebohongan dan fitnah Hizbut Tahrir (HTI): Islam dilarang, Tauhid
dilarang, padahal sekali lagi, yang dilarang adalah politik makar Hizbut
Tahrir (HTI) dan pembajakan mereka atas ajaran dan simbol Islam untuk
tujuan politik makar.
Akhirnya, Hizbut Tahrir (HTI) pun berhasil memantik perselisihan dan
perpecahan di kalangan umat Islam, berdasarkan kebohongan dan fitnah
yang mereka sebarkan. Persis kelakuan kaum Munafiq di zaman Rasulullah
Saw yang mempengaruhi dan membuat perselisihan di kalangan umat Islam.
Di zaman Rasulullah Saw saja strategi kaum Munafiq ini bisa berhasil
(meskipun selanjutnya terbongkar dan gagal), apalagi di zaman kita ini.
Semestinya kalau kita sadar akan hakikat dan tujuan Hizbut Tahrir ini
yang menurut pengakuan mereka sendiri sebagai organisasi/partai politik
(hizbun siyasiyyun) yang bertujuan kekuasaan, dan tidak pernah
melakukan kerja-kerja pengabdian pada umat Islam (tidak bangun madrasah,
pesantren, sekolah dll), harusnya kita sudah mengeluarkan Hizbut Tahrir
dari kategori organisasi kemasyarakatan Islam.
Kerja-kerja Hizbut Tahrir pada umat Islam bukan pengabdian, pelayanan
dan khidmah (mereka tidak pernah mengajari mengaji, tidak peduli pada
pendidikan, pelayanan sosial dll) tapi kerja Hizbut Tahrir adalah
memprovokasi umat Islam untuk demo, membentuk opini dan propaganda,
indoktrinasi politik dan ideologi mereka.
Bangsa Arab Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir
Di tanah Arab dan di bangsa Arab serta di semua negara-negara Arab,
Hizbut Tahrir sudah dilarang, karena mereka tidak bisa menipu bangsa
Arab, yang mengerti bahasa Arab, mengerti Islam, baik ajaran dan
sejarahnya, sehingga tidak termakan kebohongan, fitnah dan penipuan
Hizbut Tahrir (HTI).
Hizbut Tahrir gagal mengasong dagangan kekuasan mereka yang dibungkus
istilah-istilah Arab dan klaim-klaim keislaman di bangsa Arab. Hizbut
Tahrir adalah organisasi politik yang bertujuan politik makar, tapi
menggunakan penipuan atasnama Islam sebagai modus operandinya. Bangsa
Arab tidak tertipu. Mereka marah atas kebohongan dan penipuan Hizbut
Tahrir dan melarang keras.
Kaum Santri Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI)
Di negeri kita yang tercinta ini, Hizbut Tahrir (HTI) tidak bisa
menipu kaum santri khususnya yang memiliki pengetahuan keislaman dan
bahasa Arab yang mendalam. Ibaratnya mereka buka kursus berenang untuk
ikan, atau buka kursus terbang untuk burung.
Para santri tidak terkecoh dan bisa ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI)
yang sudah mengaku sebagai partai politik (hizbun siyasiyyun) yang
bertujuan kekuasaan meskipun menggunakan ajaran dan simbol sebagai
kedok. Justeru kaum santri pula yang membongkar kedok dan kebohongan
propaganda Hizbut Tahrir (HTI). Ibaratnya Hizbut Tahrir (HTI) mau
menjual sirup gula yang diberi cap “madu asli” kepada petani dan ahli
madu. Kebohongan dan penipuan pun terbongkar!
Bagaimana mungkin Hizbut Tahrir (HTI) bisa mengaku paling cinta
tauhid hanya dengan menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera yang cuma
ditenteng-tenteng, dipajang dan diarak waktu demo pada kalangan santri
yang menegakkan kalimat tauhid di pesantren, madrasah, masjid, musola,
majelis zikir, majelis sholawat, pengajian, tahlilan dan lain-lain
sebagainya. Ibarat anak yang mengaku paling mengabdi pada orang tua tapi
cuma memegang fotonya saja.
Semoga Allah Swt melindungi negeri kita dan umat Islam dari tipu daya dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI). Amin
Mohamad Guntur Romli
Kalimat Tauhid dan Penggunaannya dalam Sejarah Islam
Jakarta, (Tagar 24/10/2018) - Insiden pembakaran bendera berkalimat
tauhid saat Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10)
menuai protes dan pembicaraan publik. Pasalnya, dilakukan oleh Barisan
Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama yang beralasan, membakar
bendera yang selama ini identik dengan bendera organisasi terlarang
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bukan bermaksud untuk membakar kalimat
tauhidnya.
Wakil Sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Masduki Baidlowi menjelaskan, keidentikan kalimat tauhid dengan bendera
organisasi terlarang HTI sebenarnya tidak boleh dilakukan. Sebab,
lanjutnya, hal tersebut bisa menimbulkan masalah baik kini, maupun di
kemudian hari.
"Menjadi masalah ketika misalnya terjadi kondisi
yang sifatnya emosional. Misalnya, bendera itu jatuh, terinjak, lalu
kemudian yang lain dianggap bukan menginjak bendera kelompok tertentu,
malah dianggap menginjak kalimat tauhid," terangnya saat dihubungi Tagar News, di Jakarta, Selasa (24/10). Baca juga: Bendera Tauhid Jangan Digoreng, Apalagi Buat Gerakan Seperti 212, Imbau Wagub Jabar
Ia
mengibaratkan klaim organisasi tertentu dengan bendera berkalimat
tauhid, seperti insiden pembakaran yang dilakukan oleh Banser.
"Kan maksudnya yang dia mau bakar itu bendera HTI, kan tidak mungkin dia seorang muslim membakar kalimat tauhid. Maksud dia itu membakar HTI, karena HTI itu kan selama ini mengklaim diri seakan-akan itu benderanya HTI," jelas Masduki.
Bolehkah Kalimat Tauhid Digunakan? Bendera berkalimat tauhid yang digunakan HTI. (Foto: Tagar/ Gemilang Isromi Nuari)
Bendera
berkalimat tauhid menurut Masduki boleh saja dipergunakan. Dengan
catatan, tidak dijadikan klaim oleh organisasi tertentu atau negara
tertentu bahwa itu miliknya. Sebab, kalimat tauhid adalah milik seluruh
umat Islam, bukan milik HTI maupun ISIS yang jelas merupakan organsisasi
Islam terlarang.
"Menjadi kontroversial kalau kemudian bendera
Rasullulah itu diklaim oleh sekelompok orang, misalnya ISIS itu, HTI
juga menggunakan bendera itu, itu menjadi masalah," jelas Masduki yang
juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Kominfo itu.
Seluruh
organisasi maupun negara Islam di dunia, lanjutnya, bisa menggunakan
kalimat tauhid di benderanya jika mau, karena bukan simbol organisasi
tertentu.
"Itu bisa digunakan oleh Ansor, oleh Muhammadiyah, oleh siapa saja. Kalau sekarang kan
seakan-akan bendera dengan kalimat tauhid itu milik satu golongan yang
namanya HTI. Dari mana dia mendapatkan mandat begitu?" jelasnya lagi.
Ia
mencontohkan, penggunaan kalimat tauhid sebenarnya pun digunakan
sebagai bendera negara oleh Arab Saudi. Akan tetapi, penggunaannya
mengikuti simbol negara, tak hanya kalimat tauhid saja.
"Kalau mau menggunakan kalimat tauhid misalnya, boleh saja tapi ada simbol tertentu contoh misalnya bendera Arab Saudi kan
juga menggunakan kalimat tauhid hijau, tetapi di bawahnya ada pedang,
itu simbol negaranya, pedang terhunus khas arab," urai Masduki.
"Dengan sendirinya itu maka ya bukan kalimat tauhidnya yang menjadi soal, tetapi simbol secara keseluruhan Arab Saudi kan gitu. Jadi, tidak bisa kalau sifatnya umum, lalu diklaim atas nama golongan tertentu," lanjutnya menguraikan.
Sejarah Bendera Tauhid Ilustrasi Perang Badar. (Foto: muslimobsession.com)
Masduki
menjelaskan, kalimat tauhid sebagai simbol dari bendera sesungguhnya
memang pernah dijadikan simbol bendera pada zaman Nabi terakhir umat
Islam, yakni Rasulullah SAW. Penggunaannya pun ketika berperang dengan
musuh kala itu.
"Jadi memang ada bendera kalau dalam sejarah itu,
kalimat tauhid itu adalah bendera yang pernah dibawa Rasulullah. Ada
bendera yang besar ada bendera yang kecil, bendera yang kecil itu
biasanya dibawa untuk kelompok ketika berhadapan dengan musuh dalam
peperangan," tutur Masduki.
"Karena pada zaman itu, pihak lawan
pasti juga menggunakan bendera-bendera yang lain. Sehingga dia tak
terhindarkan harus menggunakan bendera," sambungnya.
Tidak ada
yang spesifik mengenai warna, maupun bentuk tulisan yang digunakan saat
itu. Menurut hadis, Rasulullah memang tidak menetapkan warna apa yang
digunakan untuk bendera berkalimat tauhid tersebut.
"Banyak macam riwayat cerita
mengenai warna dari bendera itu. Tulisannya juga masih sederhana, belum
tulisan kaligrafi. Warnanya juga ada yang menyatakan kadang-kadang
merah, kuning, hitam, putih. Memang kalau direkonstruksi itu,
Rasullullah tidak menetapkan warnanya," jelasnya.
Selain pada
zaman Rasulullah, menurutnya bendera dengan kalimat tauhid juga dipakai
di era kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, khalifah kedua Islam
yang berkuasa di Baghdad dan juga dinasti Umayyah yang didirikan pada
661 M oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan.
"Dalam sejarahnya bendera ini
juga dipakai oleh kerajaan-kerajaan atau pun dinasti-dinasti Islam
setelah itu. Tetapi dengan simbol dan variasi ornamen, warna, dan
macam-macam," kata dia menceritakan.
"Misalnya dinasti Abbasiyah
menggunakan bendera kalimat tauhid dengan latar belakng hitam, dinasti
Umayyah 90 tahun berkuasa itu putih, dan tidak tetap, bisa berubah-ubah
juga," lanjutnya.
Konteksnya itu, menurut Masduki ada dua. Pertama
bendera tauhid dipakai ketika perang, kedua ketika dijadikan semacam
bendera resmi tapi bukan bendera negara.
"Karena saat itu belum
sampai ke situ ya, dan itu sebagai tanda untuk kelompok barisan. Jadi
begitulah, sejarah dari bendera bertuliskan kalimat tauhid," tukasnya.
Solusi Penggunaan Kalimat Tauhid Lambang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Foto: nu.or.id)
Untuk
mencegah terjadinya klaim suatu organisasi dan berujung pada sebuah
insiden, Masduki menjelaskan, PBNU akan berbicara dengan organisasi
Islam, juga Majelis Ulama Indonesia, untuk membahas aturan mengenai
sifat penggunaan kalimat tauhid secara umum.
"Kalau kami ke MUI
akan diusulkan ke Rabithah Alam Islami (organisasi Islam Internasional)
supaya ada aturan yang jelas mengenai penggunakan bendera kalimat
tauhid. Tidak bisa diklaim oleh pihak tertentu," ungkapnya.
Karena,
ia sadar bahwa klaim suatu organisasi bisa membuat perpecahan
antar-umat Islam sendiri. Klaim-klaim yang sebenarnya kurang elok, bisa
membuat perpecahan, apalagi orang-orang yang mudah tersulut tanpa
mengerti duduk perkaranya, jelasnya.
"Karena di satu pihak seakan-akan ketika mengalami kesalahan, diartikan sebagai hinaan terhadap kalimat tauhid. Itu kan sama dengan mengadu domba antara Ansor atau Banser, dengan umat Islam. Seakan-akan berhadapan dengan umat Islam. Padahal kan tidak begitu maksudnya. Kalau orangnya tidak mengerti dianggap menghina agama kan. Tersulut kan," jelasnya.
Menurutnya,
para Banser maupun kelompok lain juga seharusnya bisa mengidentifikasi
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan tertentu. Alih-alih membakar
bendera sendiri, Masduki menyarankan untuk melaporkannya ke pihak yang
berwajib.
"Saya kira kalau ada bendera kalimat tauhid itu dia
identik dengan apa dulu. Identifikasi dulu, dia bendera siapa, kalau
sudah benderanya siapa, jelas ormas tertentu, ya sudah laporkan ke
polisi," tegas dia.
Meskipun menurutnya tindakan pembakaran yang
dilakukan Banser itu tidak bagus, ia menegaskan bahwa Banser adalah umat
Islam yang menghormati kalimat tauhid.
"Mana mungkin seorang
Banser menghina kalimat tauhid. Ini semua orang terprovokasi pihak
ketiga, tidak tahu siapa yang mengadu domba, agar antar-umat satu dengan
lainnya itu bentrok, ini yang terjadi sebenarnya saat ini," pungkasnya.
[]
Bendera berkalimat tauhid yang digunakan
organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). (Foto: Tagar/
Gemilang Isromi Nuari)
Masyarakat Jangan Terprovokasi Bendera dengan Tulisan Arab
Garut, (Tagar 24/10/2018) - Kepala Kepolisian Resor Garut AKBP Budi
Satria Wiguna mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bijaksana dalam
menanggapi persoalan kasus dugaan pembakaran bendera yang terdapat
tulisan Arab di Kabupaten Garut, Jawa Barat, agar situasi dan kondisi
keamanan tetap terjaga dengan baik.
"Berpikirlah sedikit
bijaksana, lebih bagus melaporkan kepada pihak yang berwajib kalau
menemukan hal-hal ganjil," kata Budi kepada wartawan di Garut, Selasa
(23/10) mengutip kantor berita Antara.
Ia menuturkan,
Kepolisian Garut sudah maksimal menangani kasus dugaan pembakaran
bendera yang ada tulisan Arab oleh kelompok orang saat peringatan Hari
Santri di Limbangan Garut, Senin (22/10).
Polisi, lanjut dia,
langsung bertindak cepat dan mengamankan sejumlah saksi untuk dimintai
keterangan terkait aksi pembakaran tersebut. Baca juga: HTI dan Tipu-tipu Bendera Tauhid
"Kami
godok dulu, ini ada para senior, ada dari Mabes ada dari Polda ada,
kita konstruksi kalau memang ada unsur pidananya," katanya.
Kapolres
mengimbau, masyarakat untuk tidak terprovokasi dalam menanggapi kasus
tersebut, karena khawatir ada pihak tertentu yang ingin menciptakan
Kabupaten Garut rusuh atau tidak aman.
Ia berharap, tidak ada pihak yang memanfaatkan kasus pembakaran tersebut untuk menjadikan Kabupaten Garut tidak aman.
"Mengimbau jangan mudah terprovokasi," katanya.
Jangan Sebar Video
Budi
Satria Wiguna juga meminta masyarakat agar video tentang dugaan
pembakaran bendera dengan tulisan Arab di Kabupaten Garut, Jawa Barat
tidak disebar lagi karena dikhawatirkan menimbulkan keresahan masyarakat
luas.
"Jangan menyebarkan konten-konten yang sifatnya seperti video pembakaran bendera itu lagi," kata Budi.
Ia
menuturkan, Kepolisian Resor Garut sudah menindaklanjuti adanya dugaan
pembakaran bendera bertuliskan Arab, berikut mengamankan sejumlah saksi
untuk dimintai keterangan.
Aksi yang terekam video itu, Budi
berharap, tidak disebarluaskan lagi oleh masyarakat, karena khawatir
akan semakin memperburuk kondisi dan situasi keamanan di Kabupaten
Garut.
"Jangan, sudah 'clear' semua," katanya pula.
Jika ada pihak yang menyebarkan video tersebut, kata dia, maka akan ditindaklanjuti oleh kepolisian. "Kita kejar lagi," katanya.
Dia
berharap masyarakat memahami situasi kasus pembakaran tersebut, agar
tidak mudah terbawa arus yang akhirnya memiliki asumsi sendiri.
Sejak
muncul laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh kepolisian, kata
dia, kondisi keamanan di Kabupaten Garut tetap terjaga dan terkendali.
"Sampai detik ini saya nyatakan Garut aman," katanya pula.
Penyebar Pertama Video Dikejar
Pada
hari yang sama, Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) juga
mengimbau kepada masyarakat untuk tidak kembali menyebarluaskan video
pembakaran bendera HTI yang terjadi di Garut saat peringatan Hari Santri
Nasional 2018.
"Jangan dishare (disebarkan) lagi," ujar Kapolda Jabar, Irjen Pol Agung Budi Maryoto, di Mapolda Jabar, Selasa.
Agung
mengatakan, imbauan tersebut dimaksudkan agar situasi di masyarakat
kembali kondusif dan tidak terpancing kepada hal-hal yang dapat
merugikan seluruh pihak.
Ia juga berjanji akan mencari pengunggah
pertama serta penyebar video pembakaran bendera tersebut guna dimintai
keterangan secara mendalam.
"Kita selidiki yang merekam dan mengupload," kata dia.
Video
pembakaran tersebut menjadi viral di media sosial dan memancing beragam
reaksi di warganet. Ada yang mengutuk keras bahkan tak sedikit yang
mendukung dengan alasan bendera tersebut simbol HTI, organisasi yang
telah dibubarkan pemerintah.
Maka dari itu, Polda Jabar juga
sekaligus akan mengusut orang yang membawa bendera HTI itu. Agung
menegaskan, dalam penyelesaian perkara ini, Polda akan menyelidiki
secara profesional dengan mengundang para ahli.
"Kita profesional akan undang ahli untuk gelar perkara. Nanti ahli menentukan, sekarang ini sedang pra penyelidikan," katanya.
Waspada Upaya Adu Domba Umat Islam
Sebelumnya
di Jakarta pada Senin (22/10) Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga
mengimbau masyarakat agar jangan terprovokasi atas tersebarnya video
mirip Banser yang membakar bendera mirip lambang Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI).
"Tidak perlu dibesar-besarkan dan dijadikan polemik karena
hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memicu gesekan," ujar
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi.
Menurut
dia, hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan apalagi ditanggapi secara
emosional dengan menggunakan kata-kata kasar seperti melaknat,
mengatakan biadab dan menuduh seperti PKI.
Bagi Banser dan semua
pihak, ia meminta untuk berhati-hati dan tidak gegabah melakukan
tindakan yang dapat memancing emosi umat Islam.
Tindakan
pembakaran bendera dan respon berlebihan, tambahnya dapat menimbulkan
ketersinggungan kelompok yang dapat memicu konflik internal umat
beragama.
Mengutip pernyataan Ketua Umum GP Ansor, dia mengatakan
organisasi induk Banser telah memberikan penjelasan alasan pembakaran
bendera yang bertuliskan kalimat tauhid oleh anggotanya.
Persoalan
itu, ujarnya semata untuk menghormati dan menjaga agar tidak
terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya.
"Hal
tersebut disamakan dengan perlakuan kita ketika menemukan potongan
sobekan mushaf Al Quran yang dianjurkan untuk dibakar, jika kita tidak
dapat menjaga atau menyimpannya dengan baik," lanjut dia.
Dia
meminta kepada semua pihak untuk dapat menahan diri, tidak terpancing
dan terprovokasi pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecah-belah
bangsa Indonesia. []
Kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto: moneter.co.id)
Hati-hati Memondokkan Anak! Inilah Daftar Pesantren Wahabi yang Perlu Dihindari
ISLAMNUSANTARA.COM – Hati-hati!! Jika kalian ingin
memasukkan anak kalian ke pesantren, maka kalian jangan sampai salah
pilih pesantren/sekolah, karena banyak pesantren yang berpaham
wahabi/salafi/takfiri atau cingkrang.
Terbukti banyak alumni pesantren yang setelah pulang hanya fasih
berbahasa “akhie.. ukhti.. ana.. antum,” tapi anehnya mereka mudah
berkata syirik dan bahkan mengkafirkan saudara kita. Orang tuanya
sendiri pun disyirikkan. Naudzubillahi mindzalik!
Mereka kerap kali bergaya paling kritis dan berpenampilan paling
aduhai Islaminya. Saking kritisnya, mereka berani melawan arus dan
kebiasaan adat masyarakat. Dan tidak jarang menuduh aduhai umat Islam
yang berpaham Sunni sekaligus Sufi.
Tawassul, Ziarah Kubur, Tahlilan, memperingati Maulid, Istighosah
berjamaah yang merupakan kebiasaan rutin dilakukan oleh masyarakat
Indonesia khususnya owarga Nahdliyin mereka sering tuduh syirik, bahkan
tidak sungkan pula mengafirkannnya.
Apa anak Anda yang sejatinya ingin dipesantrenkan dan ingin menjadi
sholeh mendapatkan ajaran yang penuh caci maki dan paling aduhai bener
sendiri? Jika tidak, maka, silakan share daftar pesantren wahabi di
Indonesia ini, yang dirangkum Dutaislam.com dari kiriman salah satu
anggota Pengurus Pusat Rabhitatul Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) Nahdlatul
Ulama (NU).
Di bawah ini adalah daftar pondok pesantren, ma’had, yayasan
pendidikan yang dikelola orang-orang berpaham bukan Sunni-Sufi (Aswaja)
alias orang-orang salafi, wahabi atau komunitas takfiri. Untuk menarik
minat peserta didik, mereka biasanya mengiming-imingi beasiswa khusus,
gratis biaya pembelajaran selama beberapa tahun, atau tawaran lainnya.
Peserta yang kena jaring razia mereka, akan didoktrin sesuai
pemahaman mereka yang suka mengafirkan. Berikut hasil penelitian santri
Nahdliyin terhadap mereka. Pesantren wahabi yang beredar di Indonesia:
Ma’had Imam Bukhori – Solo
Ma’had Al-Ukhuwah – Sukoharjo
Ma’had Ibnu Abbas – Sragen
Ponpes Islam Al-Irsyad – Semarang
Ma’had Al-Furqon – Gresik
Ma’had Ali bin Abi Thalib – Surabaya
Sekolah Dirosah Islamiyah – Sumbersari
Ma’had Al-Qudwah – Kediri
Ma’had Abu Huroiroh – Mataram
Ma’had Al-Furqon – Pekanbaru
Ponpes Salman Al-Farisi – Kediri
Ma’had Imam Syafi’i – Banyuwangi
Ma’had Minhajul Sunnah – Bogor
Yatim Ibnu Taimiyah – Bogor
Ma’had Hidayatunnajah – Bekasi
Ma’had Ibnu Hajar – Jakarta Timur
Ma’had Ibnu Qayyim Al Jauziyah – Balikpapan
Ma’had Ummahatul Mu’minin – Jakarta Pusat
Ma’had Riyadusholihin – Pandeglang
Ma’had Al-Ma’tuq – Sukabumi
Ma’had Rahmatika Al-Atsary – Subang
Ma’had Assunah – Cirebon
Pnpes Annajiyah – Bandung
Ma’had Assunnah – Tasikmalaya
Ma’had Ali Imam Syafi’i – Cilacap
Islamic Center Ibnu bin Baz – Bantul
Ma’had Jamilurrohman – Bantul
Ma’had Madinatul Qur’an – bogor
Pondok Al Umm – Malang
Pondok Pesantren Imam Syafi’i – Aceh
Pondok Pesantren Ibnu Katsir – Jember
Sekolah Tinggi Dirasah Islamiyah Imam Syafi’i – Jember
Arrahmah – Semanding, Malang
Jika Anda tidak percaya, silakan cek langsung, apa kurikulum yang
diajarkan? Aqidahnya ikut imam siapa? Fiqih nya bermadhab apa? Apakah
mereka setuju dengan konsep tasawwuf nya Imam Ghazali atau Imam Junaidi?
Apakah pesantren mereka mempraktekkan ziarah ke makam auliya, terutama
tiap Jumat sebagaimana pesantren Aswaja lainnya?
Apakah mereka juga mempercayai karomah wali Allah yang telah wafat?
Ataukah pesantren mereka suka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw tiap
tahun? Masihkah ustadz mereka bertawasul sebelum berdoa?
Jika tidak, dapat dipastikan mereka adalah kelompok wahabi/salafi
takfiri “yang suka mensyirikkan bahkan mengkafirkan amaliah Ahlussunnah
wal Jamaah (Nahdlatul Ulama). Jangan tergiur dengan metode atau sistem
pendidikan dan tawaran beasiswanya sebelum Anda cek manhaj ta’lim nya
sesuai Aswaja atau tidak.
Masih banyak pondok pesantren yang jauh lebih berkualitas daripada
yang tersebut di atas, dan sesuai dengan ajaran Sunni-sufi Ahlusunnah
Wal Jamaah (Nadlatul Ulama), paham yang selama ini makin paling dibenci
oleh kalangan mereka.
Carilah daftar pesantren/ma ‘had/yayasan pendidikan selain mereka
dengan banyak program unggulan. baik dalam bentuk Program Pesantren
Modern Terpadu ataupun Ma’had dengan Program Hafiz “Menghafal Al-quran”.
Ada juga ponpes Aswaja yang memiliki Program Qiroah sab’ah dan bersanad
hingga Rasulullah.
Banyak pula pesantren yang mengajarkan takhasus salafiyah “Murni
Mengkaji Kitab Kuning” hingga ke jenjang Ma’had Aly Setara S1 yang sudah
diakui oleh menteri agama. Konsultasi ke tim AyoMondok RMI PBNU sangat
diperlukan jika Anda kebingungan mencarikan pesantren ke anak-anak Anda.
Terakhir, jika Anda ingin memasukkan daftar pesantren wahabi lainnya
ke dalam list Dutaislam.com di atas, silakan komentar di kotak yang ada
di bawah ini! Mohon maaf jika ada yang salah list. Silakan juga
dikoreksi! (ISNU)
Sumber: Dutaislam
Ini Penjelasan Hadis Nabi dan Bendera Tauhid HTI-ISIS
ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan rayah-nya
Rasulullah. Benarkah? enggak! Kalau klaim mereka benar, kenapa bendera
ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya? Ayoooo
Secara umum hadis-hadis yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi
tulisannya itu tidak berkualitas shahih. Riwayatnya pun berbeda-beda:
ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja, ada riwayat yang
bilang hitam dan putih, malah ada yang bilang merah dan juga kuning.
Riwayat lain, bendera tersebut tidak ada tulisan apa-apa. Jadi tidak
ada tulisan tauhidnya, cuma kosong saja. Riwayat lain bilang ada tulisan
tauhidnya. Riwayat seputar ini banyak sekali, dan para ulama sudah
memberikan penilaian. Secara umum tidak berkualitas sahih.
Dalam sejarah Islam juga kita temukan fakta yang berbeda lagi. Ada yg
bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai
hitam, dan pernah juga berwarna putih. Apa mau bilang para Khalifah ini
tidak mengikuti bendera Rasul? Ribet kan!
Jadi yang mana bendera khilafah? Yah tergantung anda mau merujuk ke
Khilafah Umayyah atau Abbasiyah? Gak ada hal yang baku soal bendera ini.
Coba saja buka kitab Ahkamus Sulthaniyah karya Imam Mawardi,
apa ada pembahasan soal bendera negara Khilafah? Enggak ada! Kenapa yang
tidak ada mau diada-adakan, seolah menjadi urusan syariat? Mau bilang
Imam al-Mawardi tidak faham soal ini? Nah, tambah ribet, kan!
Konteks bendera dan panji yang dipakai Rasul itu sewaktu perang untuk
membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera
negara. Jadi kalau ISIS dan HTI tiap saat mengibarkan liwa dan rayah, emangnya kalian mau perang terus? Kok kemana-mana mengibarkan bendera perang?
Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah
punya bendera merah putih. Masak ada negara dalam negara?! Ini namanya
makar! Bahkan ada tokoh HTI yang mempertanyakan apa ada haditsnya
bendera RI yang berwarna merah-putih? Nah kan, kelihatan makarnya, sudah
mereka tidak mau menerima Pancasila dan UID 1945, sekarang mereka juga
menolak bendera merah-putih. Jadi, yang syar’i itu bendera HTI, begitu
maunya mereka, padahal urusan bendera ini bukan urusan syari’at.
Sekarang bagaimana status hadis soal bendera ini? Kita bahas singkat saja biar gak makin ribet membacanya.
Hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yg bilang bendera Rasul hitam
dan panjinya putih itu dhaif. Mengapa demikian? Riwayat Thabrani ini
dhaif karena ada rawi yg dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin.
Bahkan kata Imam Dzahabi, dia pemalsu hadits.
Riwayat Abu Syeikh dari Abu Hurairah itu dhaif karena kata Imam Bukhari rawi yg namanya Muhammad bin Abi Humaid itu munkar. Riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas menurut Ibn Hajar dalam kitabnya Fathul Bari, sanadnya lemah sekali.
وجنح الترمذي إلى التفرقة فترجم بالألوية
وأورد حديث جابر ” أن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخل مكة ولواؤه أبيض ”
ثم ترجم
للرايات وأورد حديث البراء ” أن راية رسول الله صلى الله عليه وسلم
كانت سوداء مربعة من نمرة ” وحديث ابن عباس ” كانت رايته سوداء ولواؤه
أبيض ” أخرجه الترمذي وابن ماجه ، وأخرج الحديث أبو داود ، والنسائي أيضا ،
ومثله لابن عدي من حديث أبي هريرة ، ولأبي يعلى من حديث بريدة ، وروى أبو
داود من طريق سماك عن رجل من قومه عن آخر منهم ” رأيت راية رسول الله صلى
الله عليه وسلم صفراء ” ويجمع بينها باختلاف الأوقات ، وروى أبو يعلى عن
أنس رفعه ” أن الله أكرم أمتي بالألوية ” إسناده ضعيف ، ولأبي الشيخ من
حديث ابن عباس ” كان مكتوبا على رايته : لا إله إلا الله محمد رسول الله ”
وسنده واه
Kalau sudah Ibn Hajar yang komentar soal hadits, HTI dan ISIS mau
ngeles apa lagi?
Jangan marah sama saya, saya hanya mengutip pendapat
Ibn Hajar yang otoritasnya dalam ilmu Hadits sangat diakui dalam dunia
Islam. Kalau ada ulama yg menyatakan hadits Abu Syeikh ini sahih, ya
silakan saja. Saya lebih percaya dengan Ibn Hajar daripada dengan ulama
HTI.
Komentar Ibn Hajar di atas itu telak sekali. Semoga ini membuka mata
para kader HTI, yang sudah dibubarkan pemerintah itu. Bendera HTI dan
juga ISIS tidak memliki landasan yang kuat. Tidak ada perintah
Rasulullah untuk kita mengangkat bendera semacam itu; tidak ada
kesepakatan mengenai warnanya, dan apa ada tulisan atau kosong saja, dan
tidak ada kesepakatan dalam praktek khilafah jaman dulu, serta para
ahli Hadits seperti Ibn Hajar menganggap riwayatnya tidak sahih.
Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu berbeda
dengan di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul, tulisan al-Qur’an belum
ada titik, dan khatnya masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya meski
mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kenapa ayo? Kan sama2
mengklaim bendera Islam? Itu karena tulisan khat-nya rekaan mereka saja.
Gak ada contoh yg otentik dan sahih bendera Rasul itu seperti apa. Itu
rekaan alias imajinasi orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan
hadits-hadits yg tidak sahih
Jadi jangan mau dibohongin yah sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS.
Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati. Gak
usah ragu menurunkan bendera HTI dan ISIS. Itu bukan bendera Islam,
bukan bendera Tauhid.
Tapi ada tulisan tauhidnya? Masak kita alergi dengan kalimat tauhid?
Itu hanya akal-akalan mereka saja. Untuk mengujinya gampang saja, kenapa
HTI gak mau mengangkat bendera ISIS dan kenapa orang ISIS tidak mau
mengibarkan bendera HTI padahal sama-sama ada kalimat Tauhid-nya? Itu
karena sifat sebuah bendera di masa modern ini sudah merupakan ciri khas
perangkat dan simbol negara. Misalnya warga Indonesia tidak mau
mengangkat bendera Belanda atau lainnya. Bukan karena benci dengan
pilihan warna bendera mereka, tapi karena itu bukan bendera negara kita.
Bendera itu merupakan ciri khas sebuah negara. Apa HTI dan ISIS mau
mengangkat bendera berisikan kalimat Tauhid yang khat dan layout-nya
berbeda dengan ciri khas milik mereka? Atau angkat saja deh bendera Arab
Saudi yang juga ada kalimat Tauhidnya. Gimana? Gak bakalan mau kan.
Karena bendera sudah menjadi bagian dari gerakan mereka. Maka jelas
bendera ISIS dan HTI bukan bendera Islam, bukan bendera Rasul, tapi
bendera ISIS dan HTI.
Itu sebabnya Habib Luthfi bin Yahya dengan tegas meminta bendera HTI
diturunkan dalam sebuah acara. Mursyid yang juga keturunan Rasulullah
ini paham benar dengan sejarah dan status hadits soal bendera ini.
Saya ikut pendapatnya Imam Ibn Hajar dan ikut sikap Habib Luthfi.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Istighasah Kubro di Sidoarjo Dibanjiri Ratusan Ribu Warga Nahdliyin
SIDOARJO – Ratusan ribu
warga Nahdlatul Ulama (NU) memadati Stadion GOR Delta Sidoarjo. Mereka
mengikuti Istighasah Kubro 2018 yang digelar Pimpinan Wilayah Nahdlatul
Ulama (PWNU) Jawa Timur, Minggu (28/10/2018). Sekitar pukul 06.00 WIB,
semua sektor tribun stadion berkapasitas 46.000 sudah penuh.
Bahkan, lapangan bola menjadi lautan
warga nahdliyin yang didominasi warna putih. Tidak cuman itu, area di
luar stadion juga penuh dengan warga nahdliyin. Bapak, ibu, pemuda dan
anak-anak ikut serta. “Di dalam penuh. Mangkanya kami memilih di luar
stadion,” aku M Tajudin (36) warga Madiun.
Istighasah Kubro di Sidoarjo Diikuti Ratusan Ribu Warga Nahdliyin
Selepas salat Subuh, saat warga
nahdliyin masuk ke stadion, diajak melantunkan sholawat. Kemudian
dilanjutkan iringan musik qosidah subbanul Muslimin dari Probolinggo.
Hadir di antaranya; Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Rois Syuriah PW NU Jatim
KH Ma’ruf Mansur, KH Agus Ali Masyhuri dan lainnya.
Hadir juga Menteri Pertanian Andi Amran
Sulaiman, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, Menakertrans, Hanif
Dhakiri dan Menristek Dikti M Nasir. Gubernur Jatim, Soekarwo, Kapolda
Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dan Pangdam Brawijaya Mayor Jenderal Arif
Rahman. “Tepat pukul 06.15 WIB acara kita mulai dengan pembacaan ayat
suci Alquran,” ujar pembawa acara. [ARN/Sindo]
Politisasi Agama, Cara HTI dan Khawarij Hancurkan Negara
Waspada Bahaya Neo Khawarij
JAKARTA – Saat Sayidina
Ali bin Abi Thalib mendengar kelompok Khawarij meneriakkan slogan
“Tidak ada hukum kecuali dari Allah”, beliau langsung berkata,
“Kalimatnya benar, tetapi tujuannya batil (buruk).” Bahkan, tak lama
berselang beliau pun dibunuh oleh kaum Khawarij dengan mengatasnamakan
slogan tersebut. Dari peristiwa ini setidaknya bisa diambil hikmah bahwa
ada orang-orang yang tulus menghormati kalimat suci dan ada pula
orang-orang yang hanya mempolitisasinya.
Politisasi agama semacam ini juga pernah
disinggung oleh Gustave Le Bon dalam bukunya “The Crowd” (1895). Ia
mengungkap bahwa massa kerumunan bisa dibentuk oleh figur agamawan,
dimana mereka dipersatukan oleh ide-ide sederhana dan dangkal. Sang
agamawan menganggap dirinya dewa, sedangkan para pengikutnya tunduk
dalam ketaatan buta. Mereka laksana zombie yang dengan mudah digiring
menuju intoleransi dan kekerasan.
Hizbut Tahrir
(HTI) jelas bukan organisasi kemarin sore. Mereka tahu betul bagaimana
mempolitisasi simbol-simbol agama, demi menciptakan massa dan opini
publik. Pada peristiwa Garut misalnya, HTI seketika menggorengnya
menjadi isu pembakaran bendera Tauhid. Umat Islam di negeri ini sejenak
dibuat kaget oleh stigma tersebut yang semakin dikobarkan oleh kubu
oposisi. Massapun dikerahkan untuk berdemonstrasi dengan tajuk “Aksi
Bela Tauhid” dan sekaligus menyisipkan pesan politik “Ganti Presiden”.
Banser NU selama ini memang dianggap
penghalang besar bagi kelompok-kelompok radikal intoleran di negeri ini
dalam mewujudkan agenda khilafah mereka. Karena itu, cara yang paling
ampuh untuk melumpuhkan Banser adalah membunuh karakternya dan
membenturkannya dengan umat Islam. Oleh sebab itu, provokasi sistematis
kerap dilakukan oleh HTI
di acara-acara NU, seperti acara pengajian Habib Lutfi bin Yahya
sebulan yang lalu dan puncaknya di momen besar Hari Santri Nasional.
Saya rasa, Banser adalah langkah awal, tujuan utamanya adalah pelumpuhan
NU.
Dengan demikian, para kader Banser dan
NU mesti bermain cantik dan cerdik dalam menghadapi provokasi tersebut.
Jangan sampai terjerat emosi dan masuk ke dalam jebakan HTI dan
kroni-kroninya. Namun demikian, terlepas dari itu semua, ada hikmah lain
dibalik peristiwa Garut tersebut. Para pentolan dan kader HTI
beserta kelompok-kelompok sejawatnya, yang selama ini aman bersembunyi,
kini menjadi terbongkar identitasnya melalui aksi-aksi mereka sendiri.
Foto dan video mereka telah tersebar dalam media sosial. Ini tentu
memudahkan pihak Kepolisian untuk mengawasi dan menindak mereka. (ARN)