Ini Sosok Profesor Sadis yang Diduga Pemutilasi Khashoggi
ANKARA – Nama Salah Muhammad al-Tubaigy menjadi sorotan dunia internasional setelah dikaitkan dengan hilangnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Dalam rekaman yang beredar, ia disebut menjadi sosok penting pelaku mutilasi Khashoggi.
Sumber Middle East Eye yang mendengar
rekaman itu mengatakan, al-Tubaigy melakukan aksi kejinya sambil
mendengarkan musik memakai earphone. Ia pun meminta teman-temannya yang
lain untuk melakukan hal sama.
Baca: Guardian: Pasca Pembunuhan Khashoggi, Dunia Tak Bisa Abaikan Kejahatan Saudi
“Ketika saya melakukan pekerjaan ini,
saya mendengarkan musik, kalian harus melakukannya juga,” ujar Tubaigy
yang melakukan aksinya itu di gedung Konsulat Saudi.
Rekaman itu belum bisa terkonfirmasi
kebenarannya. Namun Pejabat Saudi telah berulangkali membantah ada
pembunuhan di gedung konsulat.
Lantas siapakah Tubaigy?
Sumber Turki mengatakan kepada New York
Times bahwa Tubaigy dilengkapi dengan alat gergaji tulang saat menjalan
aksinya. Ia terdaftar sebagai Presiden Perhimpunan Patologi Forensik
Saudi. Ia juga anggota dari Asosiasi Forensik Patologi Saudi.
Pada 2014, surat kabar Saudi berbasis di
London, Asharag al-Awsat mewawancarai Tubaigy tentang ‘klinik berjalan’
yang memungkinkan koroner bisa melakukan autopsi dalam waktu tujuh
menit untuk mengetahui penyebab kematian jamaah haji.
Surat kabar itu menyebut, ‘klinik berjalan’ itu didesain oleh Tubaigy dan bisa dipakai untuk alasan keamanan.
Baca: Protes Pembunuhan Khashoggi, 5 Pangeran Saudi Hilang Misterius
Tubaigy (47 tahun), juga merupakan
profesor di bidang barang bukti kejahatan di Universitas Naif Arab di
Bidang Ilmu Keamanan. Ia memimpin kelas master untuk mengidentifikasi
tulang lewat analisis DNA.
ABC News melaporkan, Tubaigy juga
mendapat pelatihan di Victorian Institute of Forensic Medicine di
Melbourne pada 2015 atas sponsor dari Pemerintah Saudi.
Al-Tubaigy kini disebut menjabat sebagai
kepala forensik di departemen keamanan publik Saudi. Ia merupakan satu
dari 15 personel Saudi yang tiba di Ankara bersamaan dengan hilangnya
Khashoggi. Tubaigy datang ke Turki menggunakan pesawat jet pribadi.
Belum ada konfirmasi resmi dari Tubaigy
ihwal tudingan ini. Wartawan Washington Post mencoba untuk
menghubunginya tetapi belum ada jawaban.
Sementara, Media Yeni Safak dalam
laporannya pada Rabu (17/10), juga mengutip rekaman audio dari
pembunuhan Khashoggi. Menurut media itu, kolumnis Washington Post
tersebut disiksa sebelum kematiannya.
Baca: Teman Khashoggi Tuduh Putra Mahkota Saudi ‘Pembunuh’
Surat kabar itu mengatakan, suara Konsul
Jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi terdengar di rekaman tersebut. Ia
menyuruh pelaku yang diduga menyiksa Khashoggi untuk tidak melakukan
tindakannya di gedung konsulat. “Lakukan ini di luar, Anda akan membuat
saya mendapat masalah,” ujarnya.
Salah satu warga Saudi yang diduga
menyiksa Khashoggi menjawab perintah al-Otaibi dengan ancaman. “Diam
jika Anda ingin hidup ketika Anda kembali ke Saudi (Saudi),” katanya.
Otaibi membantah mengetahui tentang pembunuhan tersebut. Ia pun telah
balik ke Riyadh.
Otoritas Turki sejak awal telah meyakini
Khashoggi dibunuh di dalam Konsulat Saudi di Istanbul. Khashoggi tak
lagi terlihat setelah memasuki gedung konsulat pada 2 Oktober. Tunangan
Khashoggi telah menunggu lebih dari tiga jam di luar gedung konsulat.
Namun, Khashoggi tak kunjung keluar.
Tak hanya itu, otoritas Turki pun
mengaku memiliki bukti rekaman yang menunjukkan Khashoggi dibunuh.
Bocoran rekaman inilah yang kemudian satu per satu disampaikan ke media.
Pada Selasa (16/10), tim penyidik Turki
mulai melakukan penggeledahan dan menyisir Konsulat Saudi di Istanbul.
Polisi yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, petugas berhasil
menemukan bukti di dalam konsulat. Ia tak menjelaskan secara detail
bukti yang dimaksud.
Namun, Presiden Turki Recey Tayyip
Erdogan mengungkapkan, sejumlah material di dalam konsulat terlihat
sudah dicat ulang. Petugas juga menemukan bukti material beracun.
“Harapan saya kita akan mendapatkan kesimpulan yang mengarahkan kita ke
pendapat masuk akal sesegera mungkin. Karena, investigasi ini mencari
berbagai macam hal seperti material beracun dan ada material yang telah
dihilangkan dengan cara mengecatnya,” ujar Erdogan seperti dilansir the
Guardian. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/ini-sosok-profesor-sadis-yang-diduga-pemutilasi-khashoggi.html
Guardian: Pasca Pembunuhan Khashoggi, Dunia Tak Bisa Abaikan Kejahatan Saudi
LONDON – Dunia tidak
bisa mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia di Arab Saudi setelah
pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi, Istanbul,
Turki, ungkap surat kabar The Guardian pada hari Selasa (16/10/2018),
seperti dikutip Almaalomah.
“Setelah hilangnya Jamal Khashoggi,
sudah waktunya untuk menghentikan kepalsuan bahwa pemenjaraan para
pembangkang adalah normal”, kata surat kabar tersebut dalam sebuah
laporan yang diterbitkan oleh BBC.
Baca: Protes Pembunuhan Khashoggi, 5 Pangeran Saudi Hilang Misterius
The Guardian menambahkan bahwa “setelah
puluhan perempuan dan aktivis ditangkap di Arab Saudi tahun lalu, serta
hilangnya Khashoggi pekan lalu dari konsulat negaranya di Turki bukanlah
sesuatu yang mengejutkan,” menunjukkan bahwa “langkah keras pemerintah
Saudi untuk membungkam lawan-lawannya telah meningkat sejak tampuk
pimpinan dipegang oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman di tahun 2017”.
Baca: Mohammed bin Salman Semakin ‘Menggila’ di Kerajaan Arab Saudi
Hilangnya Khashoggi, muncul harapan
bahwa komunitas internasional akan membuat keputusan untuk menghentikan
kampanye Saudi dalam menyingkirkan setiap pembangkang”. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/guardian-pasca-pembunuhan-khashoggi-dunia-tak-bisa-abaikan-kejahatan-saudi.html
Media Inggris: Ketergantungan AS kepada Saudi Terancam
LONDON – Ketergantungan Amerika Serikat pada Arab Saudi
akan menjadi “terancam”, ungkap Financial Times pada hari Selasa,
seperti dilansir Almaalomah (16/10).
Surat kabar itu dalam sebuah artikel
yang diterbitkan BBC mengatakan bahwa “hilangnya wartawan oposisi Saudi
Jamal Khashoggi yang mungkin telah terbunuh adalah tragedi dan sebuah
misteri membingungkan,” menyatakan bahwa “itu juga merupakan pukulan
serius bagi kebijakan AS di Timur Tengah”.
Baca: Analis: Perseteruan di Timur Tengah Antara Iran VS Saudi, atau Iran VS Amerika Serikat?
Financial Times menambahkan “Putra
mahkota Saudi dipandang sebagai orang yang akan memimpin koalisi melawan
Iran, dan saat ini normalisasi perjanjian damai dengan Israel,
melemahkan kontrol ulama di negaranya, dan akan menghancurkan ISIS di
tanah airnya dan di luar negeri. Menurut Mohammad bin Salman, dirinya
ingin meliberalisasi masyarakat Saudi dan mengubah struktur ekonominya
dengan menarik penawaran menguntungkan dari perusahaan-perusahaan
terbesar Amerika”.
Baca: Inilah Serangan Paling Brutal dan Biadab Saudi-Amerika di Yaman
“Persahabatan telah berkembang cepat
antara pangeran Saudi dan menantu presiden Amerika, Jared Kushner.
Keduanya berada di usia tiga puluhan dan bersama-sama berencana untuk
mengubah geopolitik Timur Tengah”.
Baca: Houthi: Makar Saudi, Amerika Serta Israel di Libanon dan Yaman Gagal Total
Surat kabar tersebut melanjutkan
“pangeran Saudi itu dianggap berbahaya sejak awal, dan ada banyak bukti
untuk mengkonfirmasi hal tersebut, termasuk perang di Yaman, yang telah
menyebabkan bencana kemanusiaan, permusuhan pahit dengan Qatar,
penahanan sementara Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, pemerasan
terhadap miliarder Saudi, memenjarakan banyak jurnalis dan aktivis hak
asasi manusia, termasuk jurnalis Jamal Khashoggi yang pernah tinggal di
pengasingan di Amerika Serikat”. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/media-inggris-ketergantungan-as-kepada-saudi-terancam.html
Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem, Jokowi Kontak Menlu Australia
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera
berkomunikasi dengan Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison untuk
mengklarifikasi terkait rencana Negeri Kanguru memindahkan kedutaan
besarnya ke Yerusalem. Sebab, jika rencana itu terjadi, Australia akan
mengikuti langkah Amerika Serikat yang lebih dulu mengakui Yerusalem
sebagai Ibu Kota Israel.
Baca: Jokowi Dongkol, Palestina Harus Merdeka, Itu Harga Mati
“PM Australia juga sudah berkomunikasi
dengan Presiden (Jokowi) karena ini salah satu isu yang sangat penting
dan serius bagi Indonesia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI
Arrmanatha Nasir usai mendampingi Retno melakukan pertemuan bilateral
dengan Menlu Palestina RIad Al Malki di Kementerian Luar Negeri RI,
Selasa (16/10).
Bukan cuma Jokowi, Arrmanatha juga
mengungkap bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun sudah
berkomunikasi dengan Menlu Australia. Langkah ini diambil setelah
Australia mengumumkan tengah mempertimbangkan keputusan untuk
memindahkan kedubesnya untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Bagi Indonesia, langkah Australia ini
dianggap menyalahi hukum internasional. Retno mengatakan bahwa pihaknya
mempertanyakan sekaligus mengungkapkan keprihatinan terkait rencana
Australia tersebut.
Baca: WOW! Di Depan Sekjen PBB Presiden Jokowi Serukan Kemerdekaan Palestina
“Indonesia menyatakan keprihatinan yang
sangat serius terkait pengumuman (Australia) dan mempertanyakan
kepatutan dari langkah (Australia) tersebut,” kata Retno dalam pidatonya
dihadapan Riad usai melakukan pertemuan bilateral.
Dalam kesempatan itu, Retno juga meminta
Australia dan negara lain untuk terus mendorong proses damai
Palestina-Israel sesuai dengan kesepakatan hukum internasional.
Baca: Jokowi: Perjuangan Rakyat Palestina Adalah Perjuangan Kita Semua
“Kami juga meminta Australia dan negara
lain tidak mengambil langkah yang dapat mengancam proses perdamaian dan
stabilitas keamanan dunia.”
Di Canberra, Morrison menyatakan bahwa
pertimbangan negaranya untuk memindahkan kedutaan karena perdamaian
antara Israel dan Palestina tak kunjung usai. Kedua negara masih
berseteru dengan salah satu isu utama perebutan Yerusalem sebagai ibu
kota mereka. (SFA/CNN)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/pindahkan-kedutaan-ke-yerusalem-jokowi-kontak-menlu-australia.html
Masalah Khashoggi Makin Ruwet, Saudi Berikan 100 Juta Dolar ke AS
RIYADH – Arab Saudi telah menyerahkan uang senilai 100
juta dolar yang sebelumnya dijanjikan kepada Amerika Serikat ketika
Sekretaris Negara Mike Pompeo mendarat di Riyadh untuk membahas nasib
jurnalis Jamal Khashoggi, yang hilang setelah mengunjungi konsulat
kerajaan di kota Istanbul, Turki lebih dari dua minggu lalu.
Menurut laporan New York Times, uang itu diterima di rekening
Amerika pada hari Selasa lalu, sebagai biaya untuk apa yang diklaim
Amerika sebagai upaya untuk menstabilkan daerah-daerah di Suriah yang
dibebaskan dari cengkeraman kelompok teroris Takfiri Daesh/ISIS.Waktu pembayaran uang dengan nilai besar tersebut, yang sebelumnya dijanjikan rezim Riyadh kepada pemerintahan Trump untuk diberikan di musim panas, menimbulkan banyak kecurigaan dikalangan para pakar.
“Waktu (pemberian) ini bukan kebetulan,” ujar seorang pejabat Amerika yang terlibat dalam kebijakan Suriah yang tidak mau disebutkan namanya.
Pompeo mengunjungi Arab Saudi pada hari Selasa, untuk kemudian menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Luar Negerinya Mevlut Cavusoglu pada hari berikutnya. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/18/masalah-khashoggi-makin-ruwet-saudi-berikan-100-juta-dolar-ke-as/
7 dari 15 Pembunuh Khashoggi adalah Pengawal Pribadi Mohammed Bin Salman
RIYADH – Tujuh dari 15 orang yang dicurigai terlibat
dalam operasi pembunuhan sadis terhadap jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi,
merupakan bagian dari para penjaga keamanan dan perlindungan pribadi
Pangeran Mahkota kerajaan, Mohammad bin Salman.
Menurut laporan eksklusif oleh Middle East Eye, para tersangka
itu pergi dan makan malam di kediaman konsul jenderal Saudi setelah
membunuh dan memotong-motong Khashoggi di dalam konsulat.Sumber di kantor Kejaksaan Agung mengatakan hal ini kepada MEE pada hari Rabu ketika polisi Turki akhirnya memperoleh akses ke gedung itu pada hari Rabu.
Sebagian besar dari mereka adalah perwira tinggi yang menemani putra mahkota pada kunjungan diplomatik ke Inggris dan Perancis awal tahun ini.
MEE telah memperoleh dokumen dari Kementerian Dalam Negeri Saudi yang merinci siapa saja mereka, tanggal lahir, paspor dan nomor telepon dan ketika mereka menemani bin Salman dalam perjalanan ke luar negeri.
Untuk saat ini MEE tidak mempublikasikan dokumen tersebut untuk melindungi keamanan sumbernya.
Konfirmasi bahwa ketujuh anggota ini adalah anggota tinggi dari tim perlindungan yang dekat dengan putra mahkota dan selalu menemaninya dalam berbagai kunjungan penting dari waktu ke waktu akan menyulitkan upaya yang saat ini sedang dilakukan Saudi untuk menjauhkan bin Salman dari investigasi pembunuhan Khashoggi di Istanbul.
Tiga tersangka pernah mengunjungi Inggris
Setidaknya tiga dari mereka yang terlibat itu pernah menemani bin Salman pada kunjungannya ke Inggris pada bulan Maret. Mereka adalah Letnan Pertama Dhaar Ghalib Dhaar Al-Harbi, Sersan Mayor Walid Abdullah Al-Shihri, dan Abdul Aziz Muhammad Musa Al-Hawsawi.
Dua dari mereka juga menemani putra mahkota ke Prancis pada bulan April. Mereka adalah Mayor Jenderal Mahir Abdul Aziz Muhammad Mutrib dan Kolonel Badr Lafi Muhammad Al-Oteibi. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/18/7-dari-15-pembunuh-khashoggi-adalah-pengawal-pribadi-mohammed-bin-salman/
Guardian: Raja Salman dan Putra Mahkota Akan Berakhir Seperti Shah Iran
LONDON – Surat kabar Guardian memperingatkan Raja Salman bin Abdul Aziz dan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, tentang nasib yang mirip dengan Shah Iran, dan menekankan bahwa MBS lebih otoriter dari pendahulunya.
“Pangeran Mahkota Saudi lebih otoriter
dari pendahulunya, sehingga peristiwa misterius seputar menghilangnya
jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, tidak mengejutkan seperti yang kami
rasakan,” kata surat kabar itu dalam laporan yang diterbitkan oleh BBC.
Guardian menambahkan bahwa “pada musim
panas 2017, pangeran muda itu memenjarakan sekitar 30 ulama, penulis,
dan intelektual Saudi hanya karena mereka mengekspresikan penentangan
mereka terhadap kebijakan represip kerajaan.”
“Khashoggi, dalam artikelnya yang
diterbitkan di Washington Post, mengkritik blokade yang diberlakukan
oleh Saudi Cs terhadap Qatar dan memaksa perdana menteri Lebanon
mengundurkan diri serta menekan para pembangkang dan media,” bunyi
laporan itu.
Raja Salman harus ingat apa yang terjadi dengan Shah Iran, dan kali ini ia bersama putra melakukan hal yang sama. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/18/guardian-raja-salman-dan-putra-mahkota-akan-berakhir-seperti-shah-iran/
Lembaga-lembaga HAM Desak PBB Turun Tangan dalam Kasus Khashoggi
ISTANBUL – Empat kelompok hak asasi manusia dan kebebasan pers terkemuka telah mendesak Turki untuk menyerukan penyelidikan PBB terhadap kemungkinan pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, demi mencegah kasus dugaan kejahatan ini nantinya ditutup begitu saja.Human Rights Watch, Amnesty International, Komite Perlindungan Wartawan, dan Reporters Without Borders mengatakan pada hari Kamis (18/10) bahwa penyelidikan yang dibentuk oleh pemimpin PBB Antonio Guterres itu nantinya akan menjelaskan nasib jurnalis terkemuka itu dan mencegah “cuci tangan” pihak pihak yang bertanggung jawab atas hal ini.
“Turki harus meminta PBB untuk memulai penyelidikan yang tepat waktu, kredibel, dan transparan,” kata Robert Mahoney, wakil direktur eksekutif Komite untuk Perlindungan Wartawan.
“Keterlibatan PBB adalah jaminan terbaik terhadap upaya cuci tangan Saudi atau upaya oleh pemerintah lain untuk mengendapkan masalah ini demi untuk mempertahankan hubungan bisnis yang menguntungkan dengan Riyadh,” tambahnya.
“Penjelasan parsial dan penyelidikan sepihak oleh Arab Saudi, yang dicurigai terlibat, tidak cukup baik. Hanya PBB yang memiliki kredibilitas dan kemandirian yang diperlukan untuk mengungkap dalang di balik penghilangan paksa Khashoggi dan menuntut para pelaku untuk bertanggung jawab,” ujarnya.
Namun, Duta Besar Inggris Karen Pierce mengatakan bahwa PBB hanya akan turun tangan untuk menyelidiki kasus ini jika menerima permintaan, ia menambahkan bahwa tidak mungkin pemerintah Saudi akan mengambil langkah seperti itu.
Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Laporan media mengutip para pejabat Turki mengatakan Khashoggi dibunuh oleh agen Saudi dalam beberapa menit setelah memasuki konsulat dan bahwa tubuhnya dipotong-potong. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/19/lembaga-lembaga-ham-desak-pbb-turun-tangan-dalam-kasus-khashoggi/
Trump: Jamal Khashoggi Telah Tewas
WASHINGTON – Presiden AS Donald Trump mengatakan ia yakin bahwa jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, telah tewas, dan konsekuensinya harus berat bagi mereka yang melakukan pembunuhan itu.Dalam sebuah wawancara dengan wartawan dari The New York Times di Gedung Putih pada hari Kamis (18/10), Trump tidak mengatakan bahwa Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi, tetapi ia mengakui bahwa tuduhan keterlibatan Saudi dalam kekejaman ini telah menciptakan krisis serius dalam kebijakan luar negeri dimasa kepresidenannya.
“Masalah ini, sayangnya telah menarik imajinasi suruh dunia,” kata Trump kepada para wartawan. “Ini tidak positif. Tidak positif,” tambahnya.
“Kecuali terjadi mukjizat dari semua mukjizat, saya akan mengakui bahwa dia sudah mati,” kata Trump.
Beberapa waktu kemudian, Trump mengatakan kepada wartawan di Pangkalan Angkatan Udara Andrews ketika ditanya apakah Khashoggi telah mati, “Hal ini jelas terlihat seperti itu bagi saya. Sangat menyedihkan.”
Khashoggi, yang juga pemegang kartu hijau AS, memasuki misi Saudi pada 2 Oktober untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan guna menikahi tunangannya. Itulah dimana terakhir kali dia terlihat.
Menurut The Washington Post, di mana Khashoggi adalah seorang kontributornya, intersepsi intelijen AS sudah membuktikan bahwa ia dibunuh dan dipotong-potong oleh agen Saudi dalam sebuah pekerjaan yang diperintahkan langsung oleh bin Salman. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/10/19/trump-jamal-khashoggi-telah-tewas/
Re-Post by MigoBerita / Jum'at/19102018/10.15Wita/Bjm