» » » » » » Mengurai Macet di Sungai Lulut dan Kayu Tangi

Mengurai Macet di Sungai Lulut dan Kayu Tangi

Penulis By on Kamis, 11 Oktober 2018 | No comments

Solusi Mengurai Macet Jalan Brigjen Hasan Basry, Kayutangi

KOTA Banjarmasin saat ini, tepatnya di tahun 2018 sudah memasuki tahun ke-492. Sngguh capaian usia yang begitu lama, bahkan begitu berpengalaman. Bertumbuh dan berkembangnya usia juga semakin bertumbuh dan berkembangnya di segala bidang. Terrutama, warganya sendiri yang tidak kalah banyaknya dengan capaian umurnya.
SEBAGAI ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. dan juga sekarang merambah ke kota metropolitan, Banjarmasin juga menjadi kota transit bagi sebagian orang yang ingin ke Kalimantan Tengah atau ke kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Seiring itu pula, Banjarmasin mengalami permasalahan atau problema kota. Salah satu yang disoroti adalah mulai macetnya di daerah titik-titik padat penduduk di waktu-waktu tertentu. Baik pada pagi hari, saat jam orang pergi untuk mengenyam pendidikan dari sekolah hingga perguruan tinggi. Termasuk pula, warga yang mencari nafkah dalam hal ini bekerja. Bahkan siang hari, beberapa titik jalanan mengalami kemacetan dari intensitas ringan hingga berat.


Sore dan malam hari juga tidak kalahnya, apabila lokasi tersebut merupakan lokasi padat penduduk. Tak salah memang, akhirnya menjadi lokasi pusat kemacetan.
Kemacetan itu pun juga terjadi dan sering, bahkan tiap hari adanya di lingkungan Jalan Brigjen H Hasan Basry, tepatnya di sekitaran komplek kampus Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) atau sekarang dikenal dengan akronim ULM, hingga di depan kawan kampus STIE Indonesia. Dua kawasan yang berada di wilayah Kayutangi ini, mulai padat arus perjalanan kendaraan bermotor.
Begitu menumpuknya perjalanan di sekitar kawasan ini, bisa di pagi hari, siang hari jam istirahat kerja atau sebagian orang pulang sekolah atau pulang kuliah, bahkan sore hari. Pemandangan penumpukan kendaraan bermotor dan memicu kemacetan jadi hal biasa sepertinya.
Sebab, pada saat jam pulang kerja, bahkan sebagian pulang kuliah baik dari ULM maupun kampus sekitarnya. Parahnya lagi, saat itu, jam pulang sekolah juga berbarengan, saat atau setelah pukul 16.00 atau 04.00 sore, sekolah terdekat seperti SMK Negeri 4 Banjarmasin dan SMK Negeri 2 Banjarmasin.
Walhasil, akhirnya semua berbondong-bondong melewati Jalan Brigjen H Hasan Basry tersebut. Apalagi, ditambah banyak orangtua yang menunggu anaknya keluar sekolah di pinggir jalan, hal ini turut menambah perjalanan menjadi melambat. Bahkan, lebar jalan kawasan Kayutangi ini mengalami penyempitan.
Volume mahasiswa-mahasiswi Unlam juga begitu banyak keluar dan masuk di jam tersebut, menambah kepadatan jalan berkali lipat. Jujur saja, karena lingkungan Jalan Brigjen H Hasan Basry begitu banyaknya sekolah. Sebut saja, ada SMKN 4 Banjarmasin, SMKN 2 Banjarmasin, Sekolah Farmasi maupun kampus  Unlam, STIE Indonesia, Akademi Farmasi, ataupun masih ada lagi Uniska, hingga Akademi Kebidanan.
Termasuk pula, beberapa perkantoran baik swasta dan negeri berada di sana. Jadi, intensitas pemakaian kendaraan bermotor itu tidak kalah banyaknya. Jauh lebih besar dibandingkan volume jalan Kayutangi.
Hal ini tentu harus ada solusi yang bisa diterapkan di lapangan. Terutama, ketika akses keluar para pengendara dari sekolah atau kampus dalam satu waktu bersamaan.
Saya menyarankan semua U-Turn ditutup baik depan SMKN 4 Banjarmasin dan juga depan Kantor Balai PU. Bagi pengenara  dari Jembatan Kayutangi Banjarmasin, apabila ingin putar balik, maka opsi pertama putar balik di depan U-Turn Gedung Wanita.  Atau, bisa menuju Lampu Merah Simpang 3 Cemara Raya atau juga di Bundaran Kayutangi Banjarmasin.
Bagi pengendara dari Bundaran Kayutangi/Rumah Banjar ingin putar balik bisa di depan Gedung Wanita atau depan Kampus STIE Indonesia, ataupun difokuskan di Jalan  S Parman depan Gereja Eben Ezer.
Opsi selanjutnya bagi orangtua ataupun keluarga yang mengantar dan menjemput anaknya di SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 2 Banjarmasin untuk menunggu, sebaiknya masuk di halaman sekolah atau berada di lingkungan sekolah, bukan di tepi jalan.
Opsi yang saya tawarkan kembali, khusus untuk SMK Negeri 2 Banjarmasin dan SMK Negeri 4 Banjarmasin, agar pulang sekolah lebih cepat dari jadwal biasa. Hal ini untuk menghindari kepadatan jalan atau kemacetan yang terjadi di depan sekolah tersebut. Semoga ulasan ini bisa menjadi pertimbangan pihak terkait.



Penulis adalah Alumni Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM)
Oleh : Muhammad Reza Hikmatullah 
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/10/11/solusi-mengurai-macet-jalan-brigjen-hasan-basry-kayutangi/

Sepakat, Dinas PUPR Kalsel-Pemkot Banjarmasin Bangun Tiga Jembatan Baru

MACET tahunan sudah dirasakan warga Sungai Lulut dan sekitarnya saat melintas di Jembatan Sungai Gardu, serta jembatan lainnya. Padahal, jembatan itu menjadi satu-satu akses penghubung Jalan Veteran, Banjarmasin hingga Jalan Martapura Lama, Kabupaten Banjar.
MENJAWAB keluhan itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Kalsel dan Pemkot Banjarmasin melalui Dinas PUPR Bidang Cipta Karya dan Pemukiman sepakat untuk segera membangun jembatan dan memperlebar Jalan Veteran ke arah Sungai Lulut dan Sungai Tabuk.
Jembatan Sungai Gardu dan dua jembatan di Sungai Lulut akan segera dibangun. Sebelum merealisasikan itu, para pejabat Dinas PUPR Kalsel dan Dinas PUPR Banjarmasin meninjau lokasi.
Tahap awal peninjauan lokasi untuk merencanakan pembangunan sekaligus mereview kembali desain jembatan dan jalan sesuai perkembangan dan fakta baru di lapangan.
Kabid Bina Marga Dinas PUPR Kalsel Yasir Toyip mengungkapkan  pembangunan tiga jembatan berikut pelebaran jalan yang direncanakan baru bisa terealisasi pada 2019.
Bersama Kepala Bidang Jembatan Dinas PUPR Kota Banjarmasin, HM Rustam dan perwakilan Dinas Cipta Karya dan Perumahan Kota Banjarmasin, Muhammad Rusni dan Lurah Sungai Lulut Umar Rahmani beserta tim pembebasan lainnya, mengecek langsung kondisi di lapangan.
“Jadi, tahap awal untuk melakukan perbaikan desain dengan mengecek lokasi yang ada di lapangan,” ucap Yasir Toyip kepada wartawan, Rabu (10/10/2018).
Sementara itu, Muhammad Rusni dari Dinas Cipta Karya dan Perumahan Banjarmasin mengakui masa penggarapan pelebaran jalan berikut pembangunan tiga jembatan akan dimulai pada 2019. “Tahun depan masih dalam perencanaan untuk pembebasan lahan. Cepat atau tidaknya pembangunan, tergantung hasil negosiasi (pembebasan lahan) di lapangan,” kata Rusni.
Ia mengungkapkan dari hasil survei di lapangan, pelebaran jembatan di Sungai Gardu dari perbatasan Kelurahan Pangambangan dan Sungai Lulut sebanyak 23 rumah. Kemudian pada dua jembatan di Sungai Lulut, terdata 20 rumah yang harus dibebaskan.
“Saat ini, kami masih menyosialisasikan dengan harapan bisa berkoordinasi dengan baik dan pelaksanaan pembangunan lancar dan aman,” katanya.
Lurah Sungai Lulut Umar Rahmani menyambut gembira rencana pembangunan jembatan dan pelebaran jalan. Meski diawali survei, Umar Rahmani tetap berharap pembebasan lokasi pelebaran jalan dan oprit jembatan bisa segera dilakukan.
“Sebab, warga selama ini sering mengeluhkan kemacetan yang terjadi di jembatan ini. Ini mengingat ada tiga jembatan yang rawan macet, berada di perbatasan Banjarmasin dan Kabupaten Banjar,” kata Umar Rahmani.


Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/10/11/sepakat-dinas-pupr-kalsel-pemkot-banjarmasin-bangun-tiga-jembatan-baru/

Re-Post by MigoBerita / Kamis/11102018/15.35Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya