212 PECAH! Reuni Akbar di Tahun Politik Terancam Sepi Pendukung
JAKARTA – Sejumlah
tokoh alumni 212 satu per satu undur diri dari gerakan itu dan bergabung
dengan kubu seberang ataupun masih belum menyatakan dukungannya secara
khusus. Perpecahan ini ditengarai sebagai akibat berubahnya arah gerakan
dari yang tadinya murni syariah menjadi politik praktis.
Yang terbaru, keputusan Ketua Umum
Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam yang memilih
mundur dari jabatan Anggota Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Pria yang pernah berperan mempertemukan
alumni 212 dengan Presiden Joko Widodo, April lalu, mengaku kecewa
dengan PA 212. Ia menilai semangat membela agama yang kental pada Aksi
Bela Islam 2 Desember 2016 kini luntur. Gerakan Islam ini, katanya,
sekarang telah terkontaminasi dengan politik praktis.
Usamah yang ditemui repoter CNN
kemarin di kantornya di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, usai
menerima tamu dan meladeni beberapa permintaan wawancara dari stasiun
televisi, membeberkan api perpecahan di tubuh PA 212.
Pada awal tahun 2018, setidaknya ada
tiga organisasi kemasyarakatan yang mengatasnamakan alumni 212. Ada
Persaudaraan Alumni 212 di bawah pimpinan Slamet Ma’arif, Alumni
Presidium 212 di bawah pimpinan Aminuddin, dan Garda 212 di bawah
Ansufri Idrus Sambo.
Ketiganya memiliki arah berbeda. Bahkan mereka sempat menuding kubu lain ilegal.
“Ya kalau itu semuanya maunya
membangun semangat 212 dalam rangka persatuan umat, tapi mereka sendiri
pecah karena conflict of interest,” ungkap Usamah.
Masalah pun berlanjut di medio 2018.
Sesaat sebelum Pilpres 2019 digelar, PA 212 menggelar Ijtimak Ulama
guna mendiskusikan arah dukungan ke salah satu kandidat.
Nama Prabowo pun keluar usai dua
kali Ijtimak. Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengalahkan
nama-nama top lain, seperti Rizieq Shihab, Yusril Ihza Mahendra, dan
Zulkifli Hasan.
Usamah mengatakan hal ini kembali
menimbulkan perpecahan di internal 212. Beberapa pihak tidak setuju
karena menganggap Prabowo tidak sesuai semangat 212, mencari pemimpin
Islam kafah.
“Katanya NKRI bersyariah, pendekatannya NKRI bersyariah, muncul-munculnya Prabowo, lho?” ucapnya.
Baginya, Yusril jelas lebih kafah
karena memimpin partai Islam yang benar-benar mengamalkan syariat Islam,
atau Rizieq yang menurutnya jelas paham Islam secara sempurna.
Usamah akhirnya mengirim surat
pengunduran diri kepada Ketua PA 212 Slamet Maarif pada 11 November. Ia
resmi hengkang dari jabatan anggota penasihat.
Mundurnya Usamah bisa berdampak pada
anggota Parmusi, yang mungkin akan menggagalkan keikutsertaannya dalam
aksi-aksi 212 mendatang. Karena elite Parmusi telah ‘mematikan mesin’
dukungan.
Usamah tidak akan menggerakkan massa
secara aktif pada perhelatan 212. Dia mengatakan Parmusi membawahi
sekitar lima ribu pendakwah dan sekitar 2,5 juta kader.
Bukan yang Pertama
Usamah Hisyam bukan yang pertama
meninggalkan bahtera Persaudaraan Alumni 212. Beberapa nama elite 212
sudah lebih dulu keluar dan bahkan menyeberang ke kubu petahana.
Mei lalu, Ali Mochtar Ngabalin
meninggalkan rekan-rekannya di 212 untuk bergabung dengan Istana. Ia
didapuk sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi
Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP).
Politikus Golkar yang jadi orator
dan penggerak Aksi Bela Islam 212 ini bahkan mendapat jabatan lainnya,
Dewan Komisaris PT Angkasa Pura I. Sejak itu, Ngabalin jadi orang paling
vokal membentengi Joko Widodo dari serangan oposisi dan Alumni 212.
Sekitar dua bulan setelahnya,
pengacara Rizieq Shihab, Kapitra Ampera, juga keluar dari gerbong 212.
Kapitra secara mengejutkan merapat ke PDIP, partai yang selama ini ia
‘perangi’ bersama 212. Ia bahkan jadi salah satu caleg PDIP.
Kepada CNNIndonesia.com, Ngabalin
berujar saat ini Aksi 212 sudah keluar konteks. Ahok sebagai target
utama sudah dijebloskan ke penjara. Dia bahkan mencibir Reuni 212 nanti
hanya sekadar romantisme tanpa esensi.
“Lebih ke romantisme karena tidak
ada lagi musuh. Yang selalu digembar-gemborkan Ahok. Sekarang ada Pak
Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno sebagai cawapres. Capres ada Pak Jokowi dan
Pak Prabowo. Semua muslim taat, no problem,” ujar Ngabalin, Selasa
(27/11).
Dihubungi terpisah, Kapitra
melontarkan pernyataan bernada sama. Gerakan 212, ucapnya, sudah selesai
ketika Ahok divonis bersalah.
Ia menilai gerakan alumni 212 sudah melenceng dari semangat awalnya, yakni mengawal kasus penistaan agama oleh Ahok.
“Waktu itu kami syukuran, hukum
ditegakkan karena waktu itu, 30 November, dilimpahkan ke pengadilan.
Aksi 212 mensyukuri presiden tidak menghalang-halangi perkara,” kata
Kapitra lewat sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com.
Kapitra mencibir reuni yang bakal
digelar itu hanya merayakan kejahatan orang lain. Padahal Ahok sudah
mempertanggungjawabkan perbuatan dengan menjalani proses hukum.
Seharusnya, kata dia, umat muslim
belajar memaafkannya. Kapitra mengatakan Allah mengajarkan Islam itu
memaafkan kesalahan orang lain.
“Kok tidak ada maaf dari kita sih? Beringas betul. Tidak ada Islam mengajarkan itu,” tambah Kapitra.
Usamah pun berani mengatakan bahwa
reuni mendatang sangat mungkin tidak dihadiri tokoh-tokoh di awal masa
perjuangan. Prediksi ini ia ucapkan mengingat gerakan bela agama
tersebut sudah dicampuradukkan dengan politik praktis.
“Ulama banyak saya kira yang tidak
akan ikut lagi 212 ini. Cek saja tokoh-tokoh awal [gerakan 212] seperti
Yusuf Mansur, Bachtiar Nasir, Aa Gym, Arifin Ilham, ikut tidak mereka?”
cetusnya. [Sfa/CNN]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/11/28/212-pecah-reuni-akbar-di-tahun-politik-terancam-sepi-pendukung/
Busyro kepada Amien Rais: Jangan Menggurui di Muhammadiyah
JAKARTA – Ketua Bidang
Hukum dan Hak Asasi Manusia Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Busyro
Muqoddas menilai ancaman politikus senior Partai Amanat Nasional Amien
Rais yang hendak menjewer Ketua Umum PP Muhammadiyah jika tak bersikap
dalam pemilihan presiden 2019 adalah sikap senior kepada yuniornya.
“(Pernyataan menjewer) itu bahasa Pak Amien sebagai senior kepada Pak
Haedar sebagai yuniornya, bisa dipahami seperti itu,” ujar Busyro di
sela Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, Selasa 27 November
2018.
Amien Rais adalah ketua umum PP
Muhammadiyah jauh sebelum Haedar memimpin. Amien Rais terpilih lewat
Muktamar ke43 dan memimpin Muhammadiyah dalam periode cukup singkat dari
1995-1998 sebelum digantikan Ahmad Syafii Maarif (1998-2005), Din
Sjamsuddin (2005-2015) hingga beralih ke Haedar Nashir (2015-2020).
Busyro mengatakan sikap Haedar merespon
Amien Rais dengan menegaskan jika Muhammadiyah tak akan terlibat politik
praktis merupakan sikap resmi yang disampaikan juga dalam berbagai
pertemuan yang digelar Muhammadiyah. “Jadi sikap Pak Haedar (yang
menolak politik praktis) bukan sikap pribadi, itu sikap resmi dalam
rapat-rapat pimpinan.”
Busyro menuturkan Muhammadiyah sejak
awal selalu menegaskan diri menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas)
yang mengusung kepribadian independen. Sehingga siapapun presiden yang
terpilih, ujar Busyro, akan didukung dan dikontrol oleh Muhammadiyah.
Di tingkat pimpinan, kata Busyro,
Muhammadiyah sadar benar jika warganya sudah matang dalam berpolitik.
Oleh sebab itu, Muhammadiyah pun tak akan pernah mengeluarkan sikap
resmi kepada warganya untuk mendukung salah satu calon presiden.
“Muhammadiyah tak mau menegaskan pilih ini atau itu, itu namanya
menggurui.”
Dengan tingkat kedewasaan politik
warganya, ujar Busyro, PP Muhammadiyah tak mungkin menerapkan sistem
taklid, membabi buta menginstruksikan kepada pengurus wilayah memilih
calon presiden tertentu. “Muhammadiyah tetap jauh dari politik praktis.”
Tapi, Muhammadiyah aktif memberikan pemahaman cara memilih pemimpin
secara benar seperti agar menghindari politik uang.
Busyro menuturkan Muhammadiyah
secara tegas menginstruksikan kadernya menjauhi calon pemimpin yang
menggunakan praktek politik uang karena itu penghinaan pada demokrasi
dan spirit Muhammadiyah sendiri. “Muhammadiyah percaya, pemimpin yang
menang atas dasar percukongan tidak akan bisa diandalkan memberantas
korupsi.” [Sfa/Tempo]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/11/28/busyro-kepada-amien-rais-jangan-menggurui-di-muhammadiyah/
Dahnil Anzar Coreng Nama Baik Muhammadiyah
JAKARTA – Ketua Umum PP
Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dinilai telah mencoreng
wajah Muhammadiyah. Dahnil diminta bertanggung jawab atas dugaan
penyimpangan dana Kemah dan Apel Pemuda Islam Indonesia 2017.
“Ini pertama kali. Dan menurut saya
dia telah mencoreng Muhammadiyah dalam konteks ini. Ya, harus segera ia
selesaikan dan bertanggung jawab,” kata aktivis Muhammadiyah Ahmad Rofiq
seperti dilansir Antara, Senin, 26 November 2018.
Rofiq mengatakan organisasi di bawah
Muhammadiyah selama ini tidak pernah terlibat kasus korupsi dan perkara
pidana lain. Di Muhammadiyah, lanjut sekretaris jenderal Perindo ini,
korupsi adalah tabu dan aib yang sangat besar.
Meski belum terbukti, pengembalian
uang kegiatan Kemah Pemuda Islam Rp2 miliar ke Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) sudah merupakan indikasi. “Dia mengeluarkan uang.
Kalau dia tidak mengembalikan uang, pasti menimbulkan multitafsir.
Apakah ini kriminalisasi, apakah ini korupsi? Tetapi ketika dia
mengembalikan uang, berarti ada yang salah,” jelas Rofiq.
Rofiq juga menyarankan PP Pemuda
Muhammadiyah tidak meloloskan Ahmad Fanani sebagai kandidat ketua umum
PP Pemuda Muhammadiyah masa bakti 2018-2022. Fanani adalah ketua panitia
Kemah Pemuda Islam.
Mantan ketua umum Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) ini meminta Fanani menyelesaikan kasusnya. Menurut
dia, panitia pemilihan harus tegas dalam hal ini.
Sebelumnya, Dahnil membantah
pemberitaan yang menyebut dirinya mengembalikan uang ke Kemenpora.
Bantahan disampaikan lewat akun Twitter miliknya.
“Itu tidak benar karena saya tidak
terkait. Yang benar adalah panitia mengembalikan dana Rp2 miliar ke
Kemenpora,” cuit Dahnil, Jumat 24 November 2018.
Bantahan Dahnil ini dipicu
pernyataan Kepala Sub Direktorat Tindak Pidana Korupsi Polda Metro Jaya
AKBP Bhakti Suhendarwan. “Saat diperiksa, Dahnil (menyatakan)
mengembalikan Rp2 miliar ke Kemenpora,” kata Bhakti.
Polisi juga menemukan adanya data
fiktif dalam laporan pertanggungjawaban kegiatan Kemah dan Apel Pemuda
Islam Indonesia. “Dari hasil pemeriksaan awal memang diduga ada anggaran
dana sekitar Rp2 miliar yang tidak dihabiskan penuh, yang diduga kurang
dari separuh. Ada data fiktif dalam penggunaannya,” kata Kabid Humas
Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono. [Sfa]
Tamparan Keras Haedar Nasir untuk Amien Rais Sebelum Menjewernya
YOGYAKARTA – Ketua Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat menghadiri Muktamar
Pemuda Muhammadiyah ke XVII di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Senin
26 November 2018. Kembali menyatakan pernyataan yang barangkali dapat
menjadi jawaban atas ultimatum Amien Rais yang meminta Muhammadiyah
memberikan sikap politiknya dalam Pilres 2019.
“Tidak ada yang berubah dari
Muhammadiyah dan tidak akan pernah berubah. Muhammadiyah tetap berdiri
dengan kepribadian dan khittahnya, Setiap periode, sejak mulai didirikan
oleh Kiai Dahlan sampai kapan pun, Muhammadiyah akan selalu mengambil
jarak dari pergumulan politik praktis, itu sudah prinsip yang tak akan
berubah” kata Haedar Nasir dalam Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke XVII di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin, 26 November 2018.
Dalam penjelasan yang disampaikan di
depan tokoh yang hadir seperti Wakil Presiden RI M.Jusuf Kalla, Gubernur
DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Juga terdapat Ketua MPR RI Zulkifli
Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri
Komunikasi dan Informasi Rudiantara, dan Dahnil Anzar.
Haedar Nashir menyebutkan, bahwa
Muhammadiyah sejak di bentuk tahun 1912 di Yogyakarta oleh Kiai Haji
Ahmad Dahlan, tidak pernah terlibat dalam politik praktis. Oleh karena
itu, Haedar berkomitmen untuk tetap menjaga Muhammadiyah sebagai
organisasi netral dan tidak terikat dengan politik praktis.
Sebelumnya, Amien Rais mengatakan
akan menjewer Haedar Nashir jika Muhammadiyah tak bersikap dalam
pemilihan presiden 2019. Menurut Amien Rais, Muhammadiyah tidak boleh
diam saja atau tidak jelas sikapnya dalam menentukan pemimpin bangsa ini
untuk periode 2019-2024. [Sfa]
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/2018/11/27/tamparan-keras-haedar-nasir-untuk-amien-rais-sebelum-menjewernya/
Sebut Jokowi Banci dan Pengkhianat Negara, Bahar bin Smith Dipolisikan
Islam dan Nabi tidak Mengajarkan Dakwah dengan ujaran kebencian
JAKARTA – Sejumlah
orang yang mengatasnamakan diri ‘Jokowi Mania’ melaporkan Bahar bin Ali
bin Smith ke Polda Metro Jaya terkait dugaan penghinaan terhadap simbol
negara. Bahar Smith melontarkan pernyataan soal Jokowi dan tersebar di
media sosial dalam bentuk video.
“Intinya reaksi kami sebagai warga
Indonesia melihat video yang buat saya itu menghina simbol negera,” ujar
Ketua Jokowi Mania Rahmat, saat dihubungi Wartawan, Rabu (28/11).
Baca: Pria Bangil Hina Jokowi Diancam 3 Pasal Sekaligus
Rahmat juga membawa sejumlah barang
bukti berupa video, link video, dan akun YouTube yang mengunggah video
yang dianggapnya menghina Presiden Joko Widodo.
“Kalau barang bukti ada beberapa video, ada link akun akun Youtube, ada beberapa,” ujar Rahmat.
Dalam video yang berdurasi 60 detik itu,
Habib Smith menyebut Jokowi sebagai pengkhianat negara dan rakyat. Ia
juga menyebut Jokowi sebagai seorang banci dan menyerukan untuk membuka
celananya.
Baca: Polisi Tangkap Penyebar Hoaks Jokowi dan Panglima TNI Adalah PKI
Isi ceramah habib Bahar yang menghina presiden Jokowi berdurasi 60 detik, perhatikan detik ke 00.07-00.15 nya:
Pada menit: 00.00-00.06
PENGKHIANAT BANGSA, PENGKHIANAT NEGARA, PENGKHIANAT RAKYAT KAMU JOKOWI.
Pada menit: 00.07-00.15
KAMU KALAU KETEMU JOKOWI, KALAU KETEMU JOKOWI,KAMU BUKA CELANANYA ITU, JANGAN-JANGAN HAID JOKOWI ITU,,, KAYAKNYA BANCI ITU.
Pada menit: 00.16 – 00.23
KALAU ADA KAMU DISINI YANG KEMARIN PILIH
DIA, TANGGUNG JAWAB DUNIA AKHIRAT KAMU, TUKANG MEUBEL KAMU PILIH JADI
PRESIDEN BEGITU JADINYA TUH.
Baca: Muhammad Zazuli: Kenapa Jokowi dan Ahok Dibenci Kelompok Radikal?
Pada menit: 00.24-00.60
KAMU BERJANJI DULU SEBELUM JADI, SAYA
BERJANJI MEMAKMURKAN RAKYAT, MENSEJAHTERAKAN RAKYAT, SAYA JANJI
MEMAKMURKAN, MENSEJAHTERAKAN RAKYAT, SETELAH JADI, RAKYAT MANA YANG
MAKMUR, RAKYAT MANA YANG SEJAHTERA?.
SAYA TANYA KAMU SUDAH MAKMUR? (AUDIENCE: BELUM)
KAMU SUDAH SEJAHTERA? (AUDIENCE: BELUM)
YANG MAKMUR BUKAN RAKYAT, YANG SEJAHTERA
BUKAN RAKYAT, YANG MAKMUR CINA, YANG MAKMUR PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
ASING, YANG MAKMUR ORANG-ORANG KAFIR, YANG MAKMUR PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
BARAT, KITA PRIBIMU INDONESIA, KITA PRIBUMI INDONESIA MENJADI BUDAK DI
NEGERI KITA SENDIRI, MENJADI BUDAK DI NEGERI KITA… KELAPARAN…
Video itu, kata Rahmat direkam saat
perayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W 17 November 2018 lalu di daerah Batu
Ceper, Tangerang, Banten.
“Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau ketemu
Jokowi, kamu buka celananya jangan-jangan haid Jokowi itu, kayaknya
banci itu,” ucap Habib Smith dalam video yang diunggah ke YouTube pada
Selasa (27/11).
Hingga berita ini diturunkan, proses
laporan masih berlangsung. Rahmat berharap agar laporan tersebut segera
ditindaklanjuti oleh polisi.
Menurut dia siapapun yang menghina
simbol negara harus ditindak tegas sesuai hukum. “Siapapun mereka kita
wajib laporkan dan berharap polisi memproses,” ujarnya. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/11/28/sebut-jokowi-banci-dan-pengkhianat-negara-bahar-bin-smith-dipolisikan/
Jokowi: Ojek Online ‘Ojol’ Adalah Pekerjaan yang Sangat Mulia
BOGOR – Calon presiden (Capres) dengan nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) memuji pengemudi ojek online sebagai pekerjaan yang mulia.
“Ojek online itu pekerjaan yang sangat
mulia,” kata Jokowi saat bertemu relawan Posko Perjuangan Rakyat
(Pospera) di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/11/2018).
Baca: Sindiran Pedas Denny Siregar kepada Prabowo Soal Ojek Online
Pujian ke profesi ojek online tersebut
dilontarkan ketika Jokowi mendengar sambutan pembina Pospera yang juga
politikus PDIP Adian Napitupulu, dengan menyebut massa yang hadir
berasal dari berbagai profesi.
Menurut Adian Napitupulu, massa yang hadir rela tidak dibayar untuk menjadi relawan Jokowi dalam Pilpres 2019.
Baca: Nekat, Tukang Ojek Online Papua Terobos Pampres dan Rombongan Jokowi
“Saya sangat senang sekali pada sore
hari ini bisa berkumpul dengan teman-teman saya, sahabat saya, baik dari
kelompok petani, pedagang kaki lima, sopir, ojek,” kata Jokowi.
“Ada yang ojek online di sini?” tanya Jokowi.
Pertanyaan calon petahana tersebut disambut riuh massa dan beberapa mengacungkan jarinya.
Banyaknya pengemudi ojek online membuat
mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun memuji pekerjaan tersebut merupakan
pekerjaan yang mulia. (ARN/TribunNews)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/11/28/jokowi-ojek-online-ojol-adalah-pekerjaan-yang-sangat-mulia/
Inilah SMS yang beredar dari KALSEL DAMAI :
Pengirim : KALSELDAMAI
Reuni 212 di Tugu Monas Jakarta hanya bersifat politis dan merupakan bentuk perlawanan kelompok radikal kepada Pemerintah atas
pembubaran organisasi HTI
Pengirim : KALSEL DAMAI
Tgl :
28:11:2018
Waktu :
16:14
"Sudah sejak 2013 kami temukan ada keterkaitan UAS dengan HTI," kata Yaqut kepada CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (4/9).
Pihaknya menemukan keterkaitan itu melalui isi ceramah yang disampaikan oleh UAS. Berdasarkan penelusurannya, beberapa ceramah UAS berisi ajakan jemaah berbaiat kepada khilafah. Bahkan menuding Nabi Muhammad SAW tak mampu menciptakan suasana yang rahmatan lil alamin.
Menurut Yaqut, hal tersebut bahkan bisa ditemukan melalui jejak digital yang ditinggalkan oleh UAS di akun media sosial pribadinya.
"Dia pernah ajak berbaiat kepada khilafah, melakukan fitnah di media sosial, menyebut kalau Nabi Muhammad tidak mampu wujudkan Islam yang rahmatan lil alamin," kata dia.
"Cari saja ceramahnya di Youtube, ceramah dia banyak yang isinya begitu," lanjutnya.
Yaqut
membantah terkait informasi yang menyebar tentang larangan UAS
berceramah di Jepara. Dia menyatakan pihaknya tak pernah melarang.
Hanya saja keadaannya saat itu Anshor mengirim surat kepada kepolisian untuk meninjau ulang kegiatan ceramah yang dilakukan UAS tersebut.
Sebab berbarengan dengan kegiatan itu, pihaknya menemukan banyak bendera serta simbol-simbol HTI di Jepara.
"Tak pernah melarang, silakan kalau mau ceramah. Kami hanya minta polisi tinjau ulang isi ceramahnya karena saat dia mau ceramah, kok banyak muncul simbol-simbol HTI," kata dia.
Beberapa
pihak menilai isi ceramah UAS sudah mengarah pada Pancasila dan NKRI.
Namun Yaqut minta pihak yang menyebut hal itu agar melihat semua isi
ceramah UAS.
Sebab menurutnya, beberapa kali pihaknya masih menemukan isi ceramah UAS tak berpihak pada NKRI.
"Kata pejabat di MPR dia sudah lebih Pancasilais, itu karena dia ceramah di MPR isinya begitu. Coba lihat ceramah di tempat lain, sama tidak? Jangan sampai dia berlagak beda, di MPR ceramah NKRI, di tempat lain beda, itu saja," kata Yaqut.
Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku menerima ancaman dan intimidasi di sejumlah daerah sebelum mengisi tausiyah. Karena itu, ia memilih untuk membatalkan beberapa janji untuk memberikan ceramahnya.
Hal ini diungkapkan Somad dalam akun media Instagram dan Facebooknya, @ustadzabdulsomad yang sudah terverifikasi.
"Beberapa ancamam, intimidasi, pembatalan dan lain-lain terhadap tausiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang," kata Somad.
Sementara Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlathul Ulama (PBNU) Maman Imanulhaq Faqih meminta UAS memberikan klarifikasi soal ancaman yang dialaminya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Setelah ada klarifikasi, kata Maman, UAS dan manajemennya perlu segera melaporkan pengancam agar segera ditindak aparat kepolisian. (pmg)
Selama ini Ust Abdul Somad yg suka monyong-monyongin mulutnya, melakukan strategi syiah, “taqiyyah”, menyembunyikan diri dan menyusup.
Ini bukti Abdul Somad Pengurus HTI Riau.
https://drive.google.com/file/d/0ByCpKHbL9CpBQ1E5RFNlWlZhazQ/view
Hal 11, Provinsi Riau, ada nama Abdul Somad sbg pengurus HTI
https://www.facebook.com/wargaKBGD/posts/10155859175620690
(suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/terbongkar-ust-abdul-somad-ternyata-pengurus-hizbut-tahrir-hti-riau/
Pertama khilafah kenabian yang terjadi pada masa nabi, kedua masa kekhilafahan khulafa’ur ryasidun, ketiga masa mulkan addhan (kerajaan yang menggigit), keempat mulkan jabariyyah (kerajaan diktator), dan yang terakhir kembali ke khilafah kenabian.
Hadis ini cukup populer di kalangan umat muslim khususnya para aktivis khilafah.
Meskipun Hizbut Tahrir Indonesia sudah dibubarkan oleh pemerintah Indonesia, namun ranah akademik boleh terus berjalan. Apalagi, meskipun organisasinya sudah bubar, namun ideologi mereka masih cukup kuat menumbuhkan bibit-bibit aktivis pejuang khilafah.
Dari sembilan kitab hadis ternama (kutubus tis’ah) hanya Imam Ahmad yang meriwayatkan adanya hadis tentang kembalinya khilafah kenabian ini.
Seperti yang pernah dipaparkan oleh Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), hadis-hadis yang berbau politik seperti ini harus diseleksi lebih mendalam, karena akan besar kemungkinan hadis-hadis politik dipengaruhi oleh unsur yang politis pula.
Dua kitab hadis utama, sahih Bukhari dan sahih Muslim tidak meriwayatkan hadis ini. Dengan demikian secara eksplisit hadis ini bukan merupakan hadis sahih (meskipun hadis sahih bukan hanya Bukhari, Muslim saja), paling tidak hadis ini tidak ditemukan dalam dua kitab hadis yang paling dipercaya di muka bumi ini.
Oleh sebab itu, merupakan ketergesa-gesaan jika Hizbut Tahrir (HT) mewajibkan berdirinya Negara khilafah (satu Negara Islam) dalam dunia ini. Bukan saja karena landasan aqli-nya tidak kuat, landasan naqli-nya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ironi terjadi ketika pendiri sekaligus amir HT pertama dalam kitab Al-Syakshiyyah Al-Islamiyyah menolak adanya hadis yang tidak mutawatir untuk dijadikan pedoman (Ainur Rofiq Al-Amin; 2017), sedangkan satu-satunya hadis yang sering digadang-digadang HT sekaligus sebagai landasan utama normatifnya mengkampanyekan khilafah merupakan Hadis Ahad atau hadis yang tidak mutawatir.
Dengan demikian, sedari awal syeikh Taqiyuddin sudah tidak konsisten dengan apa yang menjadi metode pemahaman nash dengan apa yang menjadi pilar utama adanya gerakan ini. Selain Hadis riwayat Ahmad tersebut tidak kuat secara sanad, ada hadis lain yang bertentangan dengan apa yang ada dalam hadis lima masa khilafah tersebut. Hadis ini terdapat dalam kitab Tarikh al-Khulafa’.
Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab tersebut meriwayatkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa masa khilafah hanya berlangsung selama 30 tahun, yakni pada masa Khulafa’ur Ryasidin yang terjadi pada tahun 11 Hijriah sampai 40 Hijriah. الخلافة ثلاثون عاما ثم يكون بعد ذلك الملك masa khilafah itu tiga puluh tahun, dan sesudah itu adalah masa kerajaan.
Di lain tempat dengan redaksi hadis yang hampir sama, Imam Tirmizi juga meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Khilafah umatku selama tiga puluh tahun, dan setelah itu adalah kerajaan. Bahkan bagian akhir hadis ini menceritakan tentang kerajaan Bani Umayyah adalah seburuk-seburuk kerajaan, sangat politis bukan? (Sunan at-Tirmizi vol. 4-lihat Ainur Rofiq al-Amin, HTI Dalam Timbangan).
Oleh sebab itu wajib hukumnya bagi para ulama untuk meneliti lebih mendalam terkait hadis-hadis yang berbau politik, karena sejak Nabi wafat pun keadaan politik sudah memanas terkait suksesi kepemimpinan pengganti Nabi.
Ustaz Somad menjawab lewat hadis ini pula ketika ia ditanya tentang hadis khilafah. Namun sayang, ia tidak menjelaskan status hadiss atau makna dari hadis, atau pun bagaimana komentar para ulama hadis mengenai hadis tersebut. Ini menjadi bahaya ketika orang awam menangkap hadis tersebut secara cuma-cuma dan langsng ikut-ikutan menjadi simpatisan khilafah atau bahkan bisa jadi menjadi kader gerakan pengusung khilafah ini.
Status hadis yang lemah, bahkan hanya terdapat satu redaksi dari sembilan kitab hadis yang ada menjadi alasan utama mengapa hadis ini harus ditolak. Jika pun diterima secara terpaksa, maka harus ada interpretasi alternatif agar hadis ini tidak bertentangan dengan hadis-hadiss yang lain (seperti hadis khilafah 30 tahun).
Salah satu interpretasi yang paling memungkinkan adalah Hadis ini dipahami sebagai tanda kejayaan umat Islam di akhir zaman, yakni ketika al-Mahdi turun ke bumi memimpin umat Islam untuk merebut kembali al-Quds dan setelah al-Quds sudah terkuasai kembali, itulah yang disebut dengan khilafah ala manhajin nubuwwah.
Jadi khilafah ala manhajin nubuwwah (kalaupun terpaksa menerima Hadis) bukan khilafah ala-ala HT yang dalam wacana sistemnya pun masih rancu, meskipun mereka mengaku khilafah yang mereka usung yang paling mirip dengan khilafah di era Nabi Muhammad SAW.
Doktrin-doktrin HT yang berjualan dengan iming-iming seperti “khilafah pasti berdiri” atau “khilafah akan tegak kembali” cukup meyakinkan bagi orang awam yang baru berhasrat belajar Islam. “Yang penting ada hadisnya”, kata mereka tanpa menimbang kembali melalui ranah nalar akademik tentang kehujjahan hadis khilafah tersebut. Doktrin ini cukup terbukti berhasil mencuci otak para remaja labil yang haus akan ilmu agama.
Saya sendiri pernah berdebat dengan aktivis HT (HTI) tentang kehujjahan hadis ini, namun yang didapat justru pemuda tersebut justru marah-marah setelah mengetahui bahwa kualitas hadis yang dijadikan oleh HT merupakan hadis lemah yang tidak dapat dijadikan hujjah. Ia tetap saja bergeming bahwa khilafah akan tegak. Sesuatu yang kadang-kadang membuat saya tertawa sendiri.
Menjadikan hadis lemah sebagai landasan mewajibkan mendirikan khilafah adalah tindakan yang tergesa-gesa-kalau enggan dikata konyol-, apalagi mendosa-besarkan yang tidak setuju dengan gerakan khilafah ini seperti apa yang dilakukan oleh HT.
Bagi mereka, Muslim yang menolak adanya Negara khilafah berdosa besar, mungkin ini alasan mengapa mereka begitu keras dalam urusan khilafah ini. Karena sedari awal mereka sudah terdoktrin memandang saudara-saudara muslimnya sebagai orang-orang yang berdosa besar.
Ustaz kondang yang banyak pengikutnya seperti ustaz Somad sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam berceramah, apalagi yang berkaitan dengan fatwa, karena para jama’ahnya besar kemungkinan mengikuti apa yang menjadi petuah dari sang ustaz, tanpa memilah dan mencerna apakah petuah itu benar atau salah.
Mengenai pandangan ustaz Somad yang mengatakan HTI tidak salah (dalam konteks NKRI) saya tidak akan menuliskan panjang lebar di sini. Yang jelas bagi saya itu merupakan pandangan yang keliru, karena ustaz yang lahir dari rahim NU ini seyogianya mengikuti fatwa dan pendapat ulama-ulama sepuh NU yang menyatakan bahwa NKRI sudah final dan tidak dapat diganggu gugat.
Oleh sebab itu dalam konteks ini, HTI bukan saja salah namun juga melanggar kesepakatan bernegara yang telah dicetuskan oleh para pendiri bangsa, dan ini merupakan penghianatan.
Terakhir, untuk kader-kader HT saudara-saudaraku sesama Muslim, mari kembali ke jalan yang benar, mari mengikuti ulama-ulama yang sudah teruji kealimannya, dan mari kembali kepada pangkuan ibu pertiwi.
Sumber Berita : https://geotimes.co.id/opini/ustaz-somad-gus-nadir-dan-kritik-nalar-hadis-khilafah-ala-hizbut-tahrir/
Dalam sebuah kesempatan Somad melontarkan omongan. Nabi Muhammad gagal menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin. Hanya khilafah yang mampu menegakkan itu. Kata Somad dalam ceramahnya di depan anggota HTI, Rasulullah SAW hanya rahmatan lil alamin untuk dirinya dan keluarganya saja.
Orang-orang protes dengan pernyataan itu. Tapi tidak ada penjelasan berarti dari Somad. Isu berlalu begitu saja. Dan orang percaya bahwa Somad adalah seorang dai.
Baca: Na’udzubillah, Abdul Somad Fitnah KH Ishomuddin Belum Sunnat, Tujuannya Apa Ya?
Pada kesempatan lain, Somad juga bicara bahwa penganut Islam bermazhab Syiah pantas diusir dari masjid. Dia memprovokasi orang untuk melakukan tindakan buruk kepada saudaranya sesama muslim. Padahal sejak dulu jutaan jamaah haji dari berbagai mazhab dalam Islam bebas memasuki dan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tidak pernah ada larangan untuk penganut mazhab manapun untuk bertamu ke rumah Allah dan bersimpuh di masjid Nabi. Tapi Somad rupanya merasa dirinya lebih dari para ulama besar dunia. Dia menyerukan sebaliknya. Dan ada orang yang lebih mengikuti anjuran Somad ketimbang mengkuti anjuran ulama-ulama besar agar umat Islam menjalin persatuan dan ukhuwah dengan berbagai mazhab pemikiran.
Baca: Viral, Foto Abdul Somad bersama Politisi PKS, Hidayat Nur Wahid, Ini Kata Netizen
Ketika para ulama besar sedang menyerukan suara persatuan dan ukhuwah, Somad datang menyerukan pengusiran. Pada kesempatan lain, Somad bicara soal Bashar Assad. Katanya Assad adalah rezim yang membunuhi rakyatnya. Dia menuding Asaad dengan keji, seolah paling memahami kondisi Suriah.
Sebetulnya gak aneh. Tudingan Somad senada dengan tudingan Israel soal Assad. Senada dengan tudingan AS. Senada dengan tudingan Saudi Arabia. Bahkan senada dengan tudingan kaum teroris yang menghancurkan kehidupan rakyat Suriah dari segala penjuru.
Tentu saja banyak orang gerah dengan tudingan itu. Kemarin (07/03/2018) para alumnus lulusan Suriah menggelar pertemuan. Mereka bermaksud mengundang Somad. Tujuannya agar Somad mau mengklarifikasi pernyataan Somad mengenai kondisi Suriah dan peran Assad.
Undangan disampaikan secara resmi. Tapi tampaknya tidak ada reaksi positif dari Somad. Sampai pertemuan berakhir tidak ada kabar bahwa Somad bersedia hadir.
Baca: Subhanallah! Begini Jawaban Bijak KH Ishomuddin atas Tuduhan Abdul Somad
Lalu siapakah yang sudah mendengar dan membaca tulisan Somad? Saya rasa banyak banget. Jikapun tabayyun itu didatangi Somad, rasanya belum tentu bisa mengikis habis informasi melenceng tentang Suriah yang sudah terlanjur dilontarkan. Apalagi jika tanpa tabayun.
Betapa ruwetnya hidup dijaman ini. Ketika sebuah informasi dilemparkan begitu saja dan orang malas mencari fakta. Akibatnya yang mereka percayai adalah kekacauan. Informasi mempengaruhi pandangan. Pandangan mempengaruhi sikap. Sikap terefleksi dalam perbuatan.
Dengan segala tingkah lakunya yang sembarangan mengobral informasi, plus tidak ada niat tulus untuk mengkoreksi ketika salah, Somad berisiko ikut membodohi publik.
Dalam ilmu logika, akan ada kesalahan berfikir di masyarakat. Sebab orang cenderung mempercayai kebenaran melihat dari siapa yang mengatakan bukan dari apa yang dikatakannya.
Istilahnya argumentum ad authority.
Kalau yang ngomong dai kondang, isinya pasti paten. Padahal dainya sendiri malas tabayun. Kacau, kan?
Kalau belakangan terjadi kekacauan cara berfikir umat, saya rasa, salah satunya disumbang oleh para dai yang asal njeplak kayak gini. (SFA)
Sumber: www.ekokuntadhi.com
(salafynews/suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/kritikan-pedas-netizen-kepada-abdul-somad-dai-asal-jeplak/
Pada 30 Juli 2018, saya mendengar kabar bahwa Ustadz Abdul Somad (UAS) akan datang ke Jepara. Bukan ke Mayong pada 1 September 2018, tapi ke Ngabul, 28 Agustus 2018. Saya mendengar kabar itu dari senior Ansor Ranting Ngabul saat ada reformasi ketua Ansor NU Ranting, di Masjid Jokosari.
Saya menebak, sebentar lagi pasti ada yang ngontak ketua Ansor yang baru. Betul saja, tanggal 7 Agustus 2018, dua orang yang saya ketahui sebagai panitia pengajian akbar, datang dengan maksud minta bantuan pengawalan Banser untuk acara UAS di Masjid berinisial B.
Dua jam perbincangan terjadi antara ketua Ansor, panitia dan saya, di rumah ketua Ansor terpilih. Intinya, mereka datang karena panitia dilanda kekalutan sejak nama UAS disebut sebagai pembicara dalam pengajian yang disusun dalam rangka pengumpulan dana renovasi masjid. UAS dianggap bisa menarik massa hingga ribuan.
Mereka mengaku tidak bisa tidur nyenyak karena sosok UAS yang kontroversial di beberapa daerah. Di Kudus saja sempat ada masyayikh kiai NU yang menyatakan tegas “tidak akan menginjakkan kaki ke Gedung JHK” jika UAS jadi dihadirkan oleh panitia. Bagaimana kalau Jepara?
Ternyata, panitia pembangunan masjid yang hendak mendatangkan UAS itu sama sekali belum pernah menonton ceramah UAS di Youtube maupun berita terkait lainnya.
Dia kaget ketika saya menerangkan track-record UAS, sebagai, yang:
1. Pernah menggunjing PBNU bahwa rujukan NU yang menurutnya benar adalah Luthfi Bashori, Buya Yahya dan Idrus Romli (tokoh NU Garis Lurus). Dia tidak menyebut agar warga NU merujuk Ketum KH Said Aqil Siraj, Habib Luthfi, Mbah Moen atau KH Ma’ruf Amin. Padahal, NU Garis Lurus hanyalah wadah digital pengumpul provokasi terhadap PBNU dan banyak terbukti hoax-nya. Dan, sekarang situsnya sudah tumbang. Page Facebooknya juga runtuh.
2. Pernah menfitnah salah satu Syuriah PBNU, KH Ishomuddin (Lampung), sebagai orang yang ngaku-ngaku bergelar doktor dan dihina oleh UAS pula dengan sebutan “haji ola ulun”. Komentar UAS sempat viral dan akhirnya terbukti bahwa Kiai Ishomuddin tidak pernah mengaku sebagai doktor karena memang belum bergelar doktor. Artinya, ucapan UAS soal Kiai Ishomuddin adalah hoax dan provokasi. Minim informasi tapi berani mengeluarkan statement.
3. Karakter mudah mengeluarkan statement walau minim informasi juga pernah membuat UAS harus berurusan dengan mahasiswa alumni Syiria ketika ia menyebut konflik di negeri Bahsar Al-Ashad, -yang disebut UAS manusia terlaknat itu,- sebagai konflik Sunni-Syiah. UAS yang diminta klarifikasi oleh alumni Syiria pun bungkam.
4. Yang paling fenomenal adalah tuduhan UAS kepada Kanjeng Nabi Muhammad yang dianggapnya tidak bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin sebelum diutus menjadi Nabi. Dan akhirnya dia menyimpulkan, tanpa khilafah, Kanjeng Nabi tidak bisa menjadi utusan yang rahmatan lil alamin.
http://www.badriologi.com/2018/08/alhamdulillah-ustadz-abdul-somad-batal-ke-jepara.html
5. Untuk soal khilafah, UAS adalah tokoh kontroversial di luar struktur kepengurusan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berani mengajak kepada masyarakat luas dalam sebuah ceramah di Riau tahun 2013 agar anak-anak muda berbaiat kepada khilafah. Yang tidak baiat mati jahiliyyah.
6. Saya juga sempat mengutarakan kontroversi UAS soal halal-nya bom bunuh diri dengan mengutip dawuh Syeikh Al-Albani (tokoh terkemuka wahabi Saudi). Namun dibantah oleh Ali Musri, dosen STDI Jember. Tidak sempat saya sebut nama Ali Musri di forum itu. Lupa. Dalam bantahan tersebut (ada videonya di file drive), UAS terbukti sangat minim pengetahuan dan asal comot.
7. Mengharamkan Peringatan Hari Ibu hanya dengan dalil tasyabbuh, yang jelas-jelas tidak sesuai dengan tafsir dan fakta di lapangan. Pasalnya, Hari Ibu disebut UAS adalah tradisi kafir Barat.
Saya tidak sampai membahas detail kontroversi UAS lainnya, misalnya cara dia menggunakan sosok artis sebagai bahan bercandaan yang kelewat sekali kalimat ejekannya: Rina Rose. Lalu soal pendapat UAS tentang terorisme yang menurutnya hanya untuk mencitrakan buruk umat Islam. Saya juga belum mengungkapkan pula bagaimana penerimaan warga Nahdliyyin dan elite serta tokoh NU yang selama ini merasa dirugikan.
Panitia meminta saya mengirimkan bukti-bukti video tersebut. Saya kirim puluhan video. Baik yang editan saya sendiri maupun yang asli download Youtube. Kok bisa mendatangkan UAS tanpa pernah tahu dan menonton ceramahnya sih?
Begini ceritanya:
Awal mula, UAS dianggap sebagai penceramah biasa yang membancang keluarga sakinah, akhlak umat Islam atau hal-hal ubudiyah-amaliyah lain yang mencerahkan. Jadi, ia disepadankan kiai NU lokal muda-muda yang hanya berperan sebagai penjaga akhlak umat Islam.
Dikiranya UAS selamat dari ujaran kebencian di media sosial. Maka, tawaran untuk mendatangkan UAS dari ustadz dosen dari Riau, di-iyakan. Katanya, yang menawari UAS datang ke Jepara itu dulu adalah guru-nya UAS. Tawaran disampaikan, penitia dibentuk. Tanggal sudah ada dari sononya.
Jadi, misi UAS ke Jepara tidak berbarengan dengan misi panitia di Jepara. Intinya, UAS ingin didatangkan ke Jepara. Untuk apa, terserah. Niat mendatangkan UAS untuk menarik massa dalam rangka pembangunan masjid akhirnya saya sebut sebagai “illat aridly” (alasan teko kari/alasan belakangan).
Surat undangan sudah jadi. Mau disebar. Tapi ternyata NU Ranting tidak akan bersikap jika PCNU Jepara tidak memberikan arahan. Selasa sore, 7 Agustus 2018, NU Ranting Ngabul merapat di gedung NU Jepara, Jl. Pemuda. Unsur ranting menfhadap lengkap ke PCNU, ada musytasyar, syuriah, ketua, hingga Ansor dan MUI kecamatan. Tak lupa panitia acara.
“Ini surat acara pengajian sudah jadi, kok datang ke PCNU?” Demikian Syuriah PCNU, Kiai Ubaidillah Noor Umar, bertanya. Dalam diskusi konsultasi, intinya, panitia meminta masukan walau surat sudah jadi. Inilah yang membuat sesepuh desa merasa tidak “diuwongke”. Surat jadi kok baru konsultasi.
Apalagi terdengar cerita shahih kalau biaya kedatangan UAS akan disokong dana talangan sekitar 40 juta. Artinya, ada yang membiayai UAS datang dengan hutang, yang artinya, panitia harus mengembalikan biaya kedatangan UAS, diambil dari sumbangan.
Telinga saya tersayat mendengar keterangan ketua pengurus masjid B tersebut. “Kok pengajian koyo nanggap orkesan, niat-e benere opo?” Batin saya. Saya gebrak meja, lalu walk-out dari forum konsultasi yang dihadiri segenap ketua lembaga dan banom NU sore itu.
Kiai Hayatun, Ketua PCNU Jepara pada saat sampai keluar dawuh, “pengajian iku ojo gawe golek duit, tapi duit sing gawe pengajian,” ujarnya, saya ingat betul. Cuma soal UAS di Mayong 1 September 2018, saya belum mendengar sabda apapun dari Ketua PCNU.
Batal ke Ngabul, panggung UAS di Mayong dapat sengkuyungan dari elite kontraktor, polisi hingga FPI, yang katanya ikut datang dengan berbis-bis untuk pengamanan (kalau jadi). Tanggal 29 Agustus akan ada gladi resik pengamanan di lapangan desa Mayong.
Yang ikut ngamanin, silakan. Satu orang saja bikin resah, bagaimana kalau jamaah yang datang 7 juta, kayak di Monas itu. Polisi wajar ngamanin, karena menurutnya, UAS itu aman. Aman kok sampai ngalor-ngidul minta masukan masyarakat, yah? []
Sumber: https://facebook.com/story.php?story_fbid=10214475057362820&id=1011202857
(suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/wow-kader-nu-jepara-membongkar-kebusukan-abdul-somad-akhirnya-somad-tidak-berani-datang-jepara/
Dalam pidatonya di Muktamar HTI Riau Ust. Abdul Shomad mengatakan bahwa Rasulullah Saw selama 40 tahun sebelum beliau menerima risalah nubuwah, beliau belum berhasil mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamien dan setelah menerima Risalah nubuwwah pun hingga wafatnya beliau belum berhasil mewujudkan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamien.
Baru setelah beliau wafat dan digantikan oleh khulafa Al-Rasyidin Islam Rahmatan Lil’alamien bisa terwujud.
Astaghfirullahal’adziem…
Ini adalah subhat terbesar yang disebarkan oleh lisan orang zindiq.
Tapi anehnya kenapa justru Sang “Ustadz” malah mendapat pujian bahwa beliau orang Alim?
Penghinaan Ust. Abdul Shomad terhadap Rasulullah Saw sudah termasuk kategori perbuatan Zindiq yang dimana pelakunya harus segera bertaubat.
Pemahaman Ust. Abdul Shomad tentang perwujudan Islam Rahmatan Lil’alamien seperti yg dikatakannya dalam pidato Muktamar HTI di Riau adalah pemahaman yang sangat fatal kesalahannya, ia tidak paha m dengan yg dimaksud Rahmatan Lil’alamien. Orang yang di beri kesitimewaan berupa Syafa’atul Udzhma oleh Gusti Allah SWT disebutnya sebagai orang yang tidak berhasil mewujudkan Rahmatan Lil’alamien.
Orang yang dirinya disebut Oleh Tuhannya sebagai manifestasi dari Rahmatan Lil’alamien itu sendiri malah disebut oleh Abdul Shomad sebagai Orang yang tidak berhasil mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamien.
Apakah Sang Ustadz tidak paham tentang makna Universal dari Syafa’at al-‘Udzhma?.
Sumber Youtube : https://youtu.be/x11JVFs-dKk
ngerriiiiiiii
Iik Fikri Mubarok
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=997048863782139&id=147701772050190
(suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/bukti-abdul-somad-tokoh-hti-hina-nabi/
Inilah SMS yang beredar dari KALSEL DAMAI :
Pengirim : KALSELDAMAI
Reuni 212 di Tugu Monas Jakarta hanya bersifat politis dan merupakan bentuk perlawanan kelompok radikal kepada Pemerintah atas
pembubaran organisasi HTI
Pengirim : KALSEL DAMAI
Tgl :
28:11:2018
Waktu :
16:14
GP Ansor Klaim Punya Bukti Ceramah Abdul Somad Terkait HTI
Tiara Sutari, CNN Indonesia | Selasa, 04/09/2018 15:24 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan pihaknya tak melarang Ustaz Abdul Somad (UAS) ceramah. Namun pihaknya menemukan keterkaitan UAS dengan Hizbut Tharir Indonesia (HTI) sejak 2013."Sudah sejak 2013 kami temukan ada keterkaitan UAS dengan HTI," kata Yaqut kepada CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (4/9).
Pihaknya menemukan keterkaitan itu melalui isi ceramah yang disampaikan oleh UAS. Berdasarkan penelusurannya, beberapa ceramah UAS berisi ajakan jemaah berbaiat kepada khilafah. Bahkan menuding Nabi Muhammad SAW tak mampu menciptakan suasana yang rahmatan lil alamin.
Menurut Yaqut, hal tersebut bahkan bisa ditemukan melalui jejak digital yang ditinggalkan oleh UAS di akun media sosial pribadinya.
"Dia pernah ajak berbaiat kepada khilafah, melakukan fitnah di media sosial, menyebut kalau Nabi Muhammad tidak mampu wujudkan Islam yang rahmatan lil alamin," kata dia.
"Cari saja ceramahnya di Youtube, ceramah dia banyak yang isinya begitu," lanjutnya.
Ustaz Abdul Somad saat berdakwah. (Dok. Biro Pers Setwapres)
|
Hanya saja keadaannya saat itu Anshor mengirim surat kepada kepolisian untuk meninjau ulang kegiatan ceramah yang dilakukan UAS tersebut.
Sebab berbarengan dengan kegiatan itu, pihaknya menemukan banyak bendera serta simbol-simbol HTI di Jepara.
"Tak pernah melarang, silakan kalau mau ceramah. Kami hanya minta polisi tinjau ulang isi ceramahnya karena saat dia mau ceramah, kok banyak muncul simbol-simbol HTI," kata dia.
Sebab menurutnya, beberapa kali pihaknya masih menemukan isi ceramah UAS tak berpihak pada NKRI.
"Kata pejabat di MPR dia sudah lebih Pancasilais, itu karena dia ceramah di MPR isinya begitu. Coba lihat ceramah di tempat lain, sama tidak? Jangan sampai dia berlagak beda, di MPR ceramah NKRI, di tempat lain beda, itu saja," kata Yaqut.
Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku menerima ancaman dan intimidasi di sejumlah daerah sebelum mengisi tausiyah. Karena itu, ia memilih untuk membatalkan beberapa janji untuk memberikan ceramahnya.
"Beberapa ancamam, intimidasi, pembatalan dan lain-lain terhadap tausiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang," kata Somad.
Sementara Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlathul Ulama (PBNU) Maman Imanulhaq Faqih meminta UAS memberikan klarifikasi soal ancaman yang dialaminya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Setelah ada klarifikasi, kata Maman, UAS dan manajemennya perlu segera melaporkan pengancam agar segera ditindak aparat kepolisian. (pmg)
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (kanan). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Sumber Berita : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180904141838-20-327513/gp-ansor-klaim-punya-bukti-ceramah-abdul-somad-terkait-htiTerbongkar! Ust Abdul Somad Ternyata Pengurus Hizbut Tahrir (HTI) Riau
Ustad yang kondang melalui media sosial, Abdul Somad ternyata Pengurus Hizbut Tahrir (HTI) Riau!!!Selama ini Ust Abdul Somad yg suka monyong-monyongin mulutnya, melakukan strategi syiah, “taqiyyah”, menyembunyikan diri dan menyusup.
Ini bukti Abdul Somad Pengurus HTI Riau.
https://drive.google.com/file/d/0ByCpKHbL9CpBQ1E5RFNlWlZhazQ/view
Hal 11, Provinsi Riau, ada nama Abdul Somad sbg pengurus HTI
https://www.facebook.com/wargaKBGD/posts/10155859175620690
(suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/terbongkar-ust-abdul-somad-ternyata-pengurus-hizbut-tahrir-hti-riau/
Ustaz Somad, Gus Nadir, dan Kritik Nalar Hadis Khilafah Ala Hizbut Tahrir
Dalam sebuah potongan video ceramah yang beredar di media sosial, suatu ketika Ustaz Somad ditanya tentang adanya hadis tentang khilafah ala manhajin nubuwwah (khilafah berdasarkan metode kenabian). Kemudian Ustaz Somad menyitir sebuah hadis riwayat Imam Ahmad yang membagi masa khilafah menjadi lima periode.Pertama khilafah kenabian yang terjadi pada masa nabi, kedua masa kekhilafahan khulafa’ur ryasidun, ketiga masa mulkan addhan (kerajaan yang menggigit), keempat mulkan jabariyyah (kerajaan diktator), dan yang terakhir kembali ke khilafah kenabian.
Hadis ini cukup populer di kalangan umat muslim khususnya para aktivis khilafah.
Meskipun Hizbut Tahrir Indonesia sudah dibubarkan oleh pemerintah Indonesia, namun ranah akademik boleh terus berjalan. Apalagi, meskipun organisasinya sudah bubar, namun ideologi mereka masih cukup kuat menumbuhkan bibit-bibit aktivis pejuang khilafah.
Dari sembilan kitab hadis ternama (kutubus tis’ah) hanya Imam Ahmad yang meriwayatkan adanya hadis tentang kembalinya khilafah kenabian ini.
Seperti yang pernah dipaparkan oleh Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), hadis-hadis yang berbau politik seperti ini harus diseleksi lebih mendalam, karena akan besar kemungkinan hadis-hadis politik dipengaruhi oleh unsur yang politis pula.
Dua kitab hadis utama, sahih Bukhari dan sahih Muslim tidak meriwayatkan hadis ini. Dengan demikian secara eksplisit hadis ini bukan merupakan hadis sahih (meskipun hadis sahih bukan hanya Bukhari, Muslim saja), paling tidak hadis ini tidak ditemukan dalam dua kitab hadis yang paling dipercaya di muka bumi ini.
Oleh sebab itu, merupakan ketergesa-gesaan jika Hizbut Tahrir (HT) mewajibkan berdirinya Negara khilafah (satu Negara Islam) dalam dunia ini. Bukan saja karena landasan aqli-nya tidak kuat, landasan naqli-nya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ironi terjadi ketika pendiri sekaligus amir HT pertama dalam kitab Al-Syakshiyyah Al-Islamiyyah menolak adanya hadis yang tidak mutawatir untuk dijadikan pedoman (Ainur Rofiq Al-Amin; 2017), sedangkan satu-satunya hadis yang sering digadang-digadang HT sekaligus sebagai landasan utama normatifnya mengkampanyekan khilafah merupakan Hadis Ahad atau hadis yang tidak mutawatir.
Dengan demikian, sedari awal syeikh Taqiyuddin sudah tidak konsisten dengan apa yang menjadi metode pemahaman nash dengan apa yang menjadi pilar utama adanya gerakan ini. Selain Hadis riwayat Ahmad tersebut tidak kuat secara sanad, ada hadis lain yang bertentangan dengan apa yang ada dalam hadis lima masa khilafah tersebut. Hadis ini terdapat dalam kitab Tarikh al-Khulafa’.
Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab tersebut meriwayatkan sebuah hadis yang menyatakan bahwa masa khilafah hanya berlangsung selama 30 tahun, yakni pada masa Khulafa’ur Ryasidin yang terjadi pada tahun 11 Hijriah sampai 40 Hijriah. الخلافة ثلاثون عاما ثم يكون بعد ذلك الملك masa khilafah itu tiga puluh tahun, dan sesudah itu adalah masa kerajaan.
Di lain tempat dengan redaksi hadis yang hampir sama, Imam Tirmizi juga meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Khilafah umatku selama tiga puluh tahun, dan setelah itu adalah kerajaan. Bahkan bagian akhir hadis ini menceritakan tentang kerajaan Bani Umayyah adalah seburuk-seburuk kerajaan, sangat politis bukan? (Sunan at-Tirmizi vol. 4-lihat Ainur Rofiq al-Amin, HTI Dalam Timbangan).
Oleh sebab itu wajib hukumnya bagi para ulama untuk meneliti lebih mendalam terkait hadis-hadis yang berbau politik, karena sejak Nabi wafat pun keadaan politik sudah memanas terkait suksesi kepemimpinan pengganti Nabi.
Ustaz Somad menjawab lewat hadis ini pula ketika ia ditanya tentang hadis khilafah. Namun sayang, ia tidak menjelaskan status hadiss atau makna dari hadis, atau pun bagaimana komentar para ulama hadis mengenai hadis tersebut. Ini menjadi bahaya ketika orang awam menangkap hadis tersebut secara cuma-cuma dan langsng ikut-ikutan menjadi simpatisan khilafah atau bahkan bisa jadi menjadi kader gerakan pengusung khilafah ini.
Status hadis yang lemah, bahkan hanya terdapat satu redaksi dari sembilan kitab hadis yang ada menjadi alasan utama mengapa hadis ini harus ditolak. Jika pun diterima secara terpaksa, maka harus ada interpretasi alternatif agar hadis ini tidak bertentangan dengan hadis-hadiss yang lain (seperti hadis khilafah 30 tahun).
Salah satu interpretasi yang paling memungkinkan adalah Hadis ini dipahami sebagai tanda kejayaan umat Islam di akhir zaman, yakni ketika al-Mahdi turun ke bumi memimpin umat Islam untuk merebut kembali al-Quds dan setelah al-Quds sudah terkuasai kembali, itulah yang disebut dengan khilafah ala manhajin nubuwwah.
Jadi khilafah ala manhajin nubuwwah (kalaupun terpaksa menerima Hadis) bukan khilafah ala-ala HT yang dalam wacana sistemnya pun masih rancu, meskipun mereka mengaku khilafah yang mereka usung yang paling mirip dengan khilafah di era Nabi Muhammad SAW.
Doktrin-doktrin HT yang berjualan dengan iming-iming seperti “khilafah pasti berdiri” atau “khilafah akan tegak kembali” cukup meyakinkan bagi orang awam yang baru berhasrat belajar Islam. “Yang penting ada hadisnya”, kata mereka tanpa menimbang kembali melalui ranah nalar akademik tentang kehujjahan hadis khilafah tersebut. Doktrin ini cukup terbukti berhasil mencuci otak para remaja labil yang haus akan ilmu agama.
Saya sendiri pernah berdebat dengan aktivis HT (HTI) tentang kehujjahan hadis ini, namun yang didapat justru pemuda tersebut justru marah-marah setelah mengetahui bahwa kualitas hadis yang dijadikan oleh HT merupakan hadis lemah yang tidak dapat dijadikan hujjah. Ia tetap saja bergeming bahwa khilafah akan tegak. Sesuatu yang kadang-kadang membuat saya tertawa sendiri.
Menjadikan hadis lemah sebagai landasan mewajibkan mendirikan khilafah adalah tindakan yang tergesa-gesa-kalau enggan dikata konyol-, apalagi mendosa-besarkan yang tidak setuju dengan gerakan khilafah ini seperti apa yang dilakukan oleh HT.
Bagi mereka, Muslim yang menolak adanya Negara khilafah berdosa besar, mungkin ini alasan mengapa mereka begitu keras dalam urusan khilafah ini. Karena sedari awal mereka sudah terdoktrin memandang saudara-saudara muslimnya sebagai orang-orang yang berdosa besar.
Ustaz kondang yang banyak pengikutnya seperti ustaz Somad sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam berceramah, apalagi yang berkaitan dengan fatwa, karena para jama’ahnya besar kemungkinan mengikuti apa yang menjadi petuah dari sang ustaz, tanpa memilah dan mencerna apakah petuah itu benar atau salah.
Mengenai pandangan ustaz Somad yang mengatakan HTI tidak salah (dalam konteks NKRI) saya tidak akan menuliskan panjang lebar di sini. Yang jelas bagi saya itu merupakan pandangan yang keliru, karena ustaz yang lahir dari rahim NU ini seyogianya mengikuti fatwa dan pendapat ulama-ulama sepuh NU yang menyatakan bahwa NKRI sudah final dan tidak dapat diganggu gugat.
Oleh sebab itu dalam konteks ini, HTI bukan saja salah namun juga melanggar kesepakatan bernegara yang telah dicetuskan oleh para pendiri bangsa, dan ini merupakan penghianatan.
Terakhir, untuk kader-kader HT saudara-saudaraku sesama Muslim, mari kembali ke jalan yang benar, mari mengikuti ulama-ulama yang sudah teruji kealimannya, dan mari kembali kepada pangkuan ibu pertiwi.
Sumber Berita : https://geotimes.co.id/opini/ustaz-somad-gus-nadir-dan-kritik-nalar-hadis-khilafah-ala-hizbut-tahrir/
Kritikan Pedas Netizen kepada Abdul Somad, Da’i Asal Jeplak
Kritikan pedas salah satu Netizen dan juga pegiat media sosial, Eko Kuntadhi kepada “Dai Asal Jeplak”, berikut ulasannya:Dalam sebuah kesempatan Somad melontarkan omongan. Nabi Muhammad gagal menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin. Hanya khilafah yang mampu menegakkan itu. Kata Somad dalam ceramahnya di depan anggota HTI, Rasulullah SAW hanya rahmatan lil alamin untuk dirinya dan keluarganya saja.
Orang-orang protes dengan pernyataan itu. Tapi tidak ada penjelasan berarti dari Somad. Isu berlalu begitu saja. Dan orang percaya bahwa Somad adalah seorang dai.
Baca: Na’udzubillah, Abdul Somad Fitnah KH Ishomuddin Belum Sunnat, Tujuannya Apa Ya?
Pada kesempatan lain, Somad juga bicara bahwa penganut Islam bermazhab Syiah pantas diusir dari masjid. Dia memprovokasi orang untuk melakukan tindakan buruk kepada saudaranya sesama muslim. Padahal sejak dulu jutaan jamaah haji dari berbagai mazhab dalam Islam bebas memasuki dan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tidak pernah ada larangan untuk penganut mazhab manapun untuk bertamu ke rumah Allah dan bersimpuh di masjid Nabi. Tapi Somad rupanya merasa dirinya lebih dari para ulama besar dunia. Dia menyerukan sebaliknya. Dan ada orang yang lebih mengikuti anjuran Somad ketimbang mengkuti anjuran ulama-ulama besar agar umat Islam menjalin persatuan dan ukhuwah dengan berbagai mazhab pemikiran.
Baca: Viral, Foto Abdul Somad bersama Politisi PKS, Hidayat Nur Wahid, Ini Kata Netizen
Ketika para ulama besar sedang menyerukan suara persatuan dan ukhuwah, Somad datang menyerukan pengusiran. Pada kesempatan lain, Somad bicara soal Bashar Assad. Katanya Assad adalah rezim yang membunuhi rakyatnya. Dia menuding Asaad dengan keji, seolah paling memahami kondisi Suriah.
Sebetulnya gak aneh. Tudingan Somad senada dengan tudingan Israel soal Assad. Senada dengan tudingan AS. Senada dengan tudingan Saudi Arabia. Bahkan senada dengan tudingan kaum teroris yang menghancurkan kehidupan rakyat Suriah dari segala penjuru.
Tentu saja banyak orang gerah dengan tudingan itu. Kemarin (07/03/2018) para alumnus lulusan Suriah menggelar pertemuan. Mereka bermaksud mengundang Somad. Tujuannya agar Somad mau mengklarifikasi pernyataan Somad mengenai kondisi Suriah dan peran Assad.
Undangan disampaikan secara resmi. Tapi tampaknya tidak ada reaksi positif dari Somad. Sampai pertemuan berakhir tidak ada kabar bahwa Somad bersedia hadir.
Baca: Subhanallah! Begini Jawaban Bijak KH Ishomuddin atas Tuduhan Abdul Somad
Lalu siapakah yang sudah mendengar dan membaca tulisan Somad? Saya rasa banyak banget. Jikapun tabayyun itu didatangi Somad, rasanya belum tentu bisa mengikis habis informasi melenceng tentang Suriah yang sudah terlanjur dilontarkan. Apalagi jika tanpa tabayun.
Betapa ruwetnya hidup dijaman ini. Ketika sebuah informasi dilemparkan begitu saja dan orang malas mencari fakta. Akibatnya yang mereka percayai adalah kekacauan. Informasi mempengaruhi pandangan. Pandangan mempengaruhi sikap. Sikap terefleksi dalam perbuatan.
Dengan segala tingkah lakunya yang sembarangan mengobral informasi, plus tidak ada niat tulus untuk mengkoreksi ketika salah, Somad berisiko ikut membodohi publik.
Dalam ilmu logika, akan ada kesalahan berfikir di masyarakat. Sebab orang cenderung mempercayai kebenaran melihat dari siapa yang mengatakan bukan dari apa yang dikatakannya.
Istilahnya argumentum ad authority.
Kalau yang ngomong dai kondang, isinya pasti paten. Padahal dainya sendiri malas tabayun. Kacau, kan?
Kalau belakangan terjadi kekacauan cara berfikir umat, saya rasa, salah satunya disumbang oleh para dai yang asal njeplak kayak gini. (SFA)
Sumber: www.ekokuntadhi.com
(salafynews/suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/kritikan-pedas-netizen-kepada-abdul-somad-dai-asal-jeplak/
Wow! Kader NU Jepara Ini Membongkar Kebusukan Abdul Somad, Akhirnya Somad Tidak Berani Datang ke Jepara
Alhamdulillah UAS batal ke Jepara.Pada 30 Juli 2018, saya mendengar kabar bahwa Ustadz Abdul Somad (UAS) akan datang ke Jepara. Bukan ke Mayong pada 1 September 2018, tapi ke Ngabul, 28 Agustus 2018. Saya mendengar kabar itu dari senior Ansor Ranting Ngabul saat ada reformasi ketua Ansor NU Ranting, di Masjid Jokosari.
Saya menebak, sebentar lagi pasti ada yang ngontak ketua Ansor yang baru. Betul saja, tanggal 7 Agustus 2018, dua orang yang saya ketahui sebagai panitia pengajian akbar, datang dengan maksud minta bantuan pengawalan Banser untuk acara UAS di Masjid berinisial B.
Dua jam perbincangan terjadi antara ketua Ansor, panitia dan saya, di rumah ketua Ansor terpilih. Intinya, mereka datang karena panitia dilanda kekalutan sejak nama UAS disebut sebagai pembicara dalam pengajian yang disusun dalam rangka pengumpulan dana renovasi masjid. UAS dianggap bisa menarik massa hingga ribuan.
Mereka mengaku tidak bisa tidur nyenyak karena sosok UAS yang kontroversial di beberapa daerah. Di Kudus saja sempat ada masyayikh kiai NU yang menyatakan tegas “tidak akan menginjakkan kaki ke Gedung JHK” jika UAS jadi dihadirkan oleh panitia. Bagaimana kalau Jepara?
Ternyata, panitia pembangunan masjid yang hendak mendatangkan UAS itu sama sekali belum pernah menonton ceramah UAS di Youtube maupun berita terkait lainnya.
Dia kaget ketika saya menerangkan track-record UAS, sebagai, yang:
1. Pernah menggunjing PBNU bahwa rujukan NU yang menurutnya benar adalah Luthfi Bashori, Buya Yahya dan Idrus Romli (tokoh NU Garis Lurus). Dia tidak menyebut agar warga NU merujuk Ketum KH Said Aqil Siraj, Habib Luthfi, Mbah Moen atau KH Ma’ruf Amin. Padahal, NU Garis Lurus hanyalah wadah digital pengumpul provokasi terhadap PBNU dan banyak terbukti hoax-nya. Dan, sekarang situsnya sudah tumbang. Page Facebooknya juga runtuh.
2. Pernah menfitnah salah satu Syuriah PBNU, KH Ishomuddin (Lampung), sebagai orang yang ngaku-ngaku bergelar doktor dan dihina oleh UAS pula dengan sebutan “haji ola ulun”. Komentar UAS sempat viral dan akhirnya terbukti bahwa Kiai Ishomuddin tidak pernah mengaku sebagai doktor karena memang belum bergelar doktor. Artinya, ucapan UAS soal Kiai Ishomuddin adalah hoax dan provokasi. Minim informasi tapi berani mengeluarkan statement.
3. Karakter mudah mengeluarkan statement walau minim informasi juga pernah membuat UAS harus berurusan dengan mahasiswa alumni Syiria ketika ia menyebut konflik di negeri Bahsar Al-Ashad, -yang disebut UAS manusia terlaknat itu,- sebagai konflik Sunni-Syiah. UAS yang diminta klarifikasi oleh alumni Syiria pun bungkam.
4. Yang paling fenomenal adalah tuduhan UAS kepada Kanjeng Nabi Muhammad yang dianggapnya tidak bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin sebelum diutus menjadi Nabi. Dan akhirnya dia menyimpulkan, tanpa khilafah, Kanjeng Nabi tidak bisa menjadi utusan yang rahmatan lil alamin.
http://www.badriologi.com/2018/08/alhamdulillah-ustadz-abdul-somad-batal-ke-jepara.html
5. Untuk soal khilafah, UAS adalah tokoh kontroversial di luar struktur kepengurusan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berani mengajak kepada masyarakat luas dalam sebuah ceramah di Riau tahun 2013 agar anak-anak muda berbaiat kepada khilafah. Yang tidak baiat mati jahiliyyah.
6. Saya juga sempat mengutarakan kontroversi UAS soal halal-nya bom bunuh diri dengan mengutip dawuh Syeikh Al-Albani (tokoh terkemuka wahabi Saudi). Namun dibantah oleh Ali Musri, dosen STDI Jember. Tidak sempat saya sebut nama Ali Musri di forum itu. Lupa. Dalam bantahan tersebut (ada videonya di file drive), UAS terbukti sangat minim pengetahuan dan asal comot.
7. Mengharamkan Peringatan Hari Ibu hanya dengan dalil tasyabbuh, yang jelas-jelas tidak sesuai dengan tafsir dan fakta di lapangan. Pasalnya, Hari Ibu disebut UAS adalah tradisi kafir Barat.
Saya tidak sampai membahas detail kontroversi UAS lainnya, misalnya cara dia menggunakan sosok artis sebagai bahan bercandaan yang kelewat sekali kalimat ejekannya: Rina Rose. Lalu soal pendapat UAS tentang terorisme yang menurutnya hanya untuk mencitrakan buruk umat Islam. Saya juga belum mengungkapkan pula bagaimana penerimaan warga Nahdliyyin dan elite serta tokoh NU yang selama ini merasa dirugikan.
Panitia meminta saya mengirimkan bukti-bukti video tersebut. Saya kirim puluhan video. Baik yang editan saya sendiri maupun yang asli download Youtube. Kok bisa mendatangkan UAS tanpa pernah tahu dan menonton ceramahnya sih?
Begini ceritanya:
Awal mula, UAS dianggap sebagai penceramah biasa yang membancang keluarga sakinah, akhlak umat Islam atau hal-hal ubudiyah-amaliyah lain yang mencerahkan. Jadi, ia disepadankan kiai NU lokal muda-muda yang hanya berperan sebagai penjaga akhlak umat Islam.
Dikiranya UAS selamat dari ujaran kebencian di media sosial. Maka, tawaran untuk mendatangkan UAS dari ustadz dosen dari Riau, di-iyakan. Katanya, yang menawari UAS datang ke Jepara itu dulu adalah guru-nya UAS. Tawaran disampaikan, penitia dibentuk. Tanggal sudah ada dari sononya.
Jadi, misi UAS ke Jepara tidak berbarengan dengan misi panitia di Jepara. Intinya, UAS ingin didatangkan ke Jepara. Untuk apa, terserah. Niat mendatangkan UAS untuk menarik massa dalam rangka pembangunan masjid akhirnya saya sebut sebagai “illat aridly” (alasan teko kari/alasan belakangan).
Surat undangan sudah jadi. Mau disebar. Tapi ternyata NU Ranting tidak akan bersikap jika PCNU Jepara tidak memberikan arahan. Selasa sore, 7 Agustus 2018, NU Ranting Ngabul merapat di gedung NU Jepara, Jl. Pemuda. Unsur ranting menfhadap lengkap ke PCNU, ada musytasyar, syuriah, ketua, hingga Ansor dan MUI kecamatan. Tak lupa panitia acara.
“Ini surat acara pengajian sudah jadi, kok datang ke PCNU?” Demikian Syuriah PCNU, Kiai Ubaidillah Noor Umar, bertanya. Dalam diskusi konsultasi, intinya, panitia meminta masukan walau surat sudah jadi. Inilah yang membuat sesepuh desa merasa tidak “diuwongke”. Surat jadi kok baru konsultasi.
Apalagi terdengar cerita shahih kalau biaya kedatangan UAS akan disokong dana talangan sekitar 40 juta. Artinya, ada yang membiayai UAS datang dengan hutang, yang artinya, panitia harus mengembalikan biaya kedatangan UAS, diambil dari sumbangan.
Telinga saya tersayat mendengar keterangan ketua pengurus masjid B tersebut. “Kok pengajian koyo nanggap orkesan, niat-e benere opo?” Batin saya. Saya gebrak meja, lalu walk-out dari forum konsultasi yang dihadiri segenap ketua lembaga dan banom NU sore itu.
Kiai Hayatun, Ketua PCNU Jepara pada saat sampai keluar dawuh, “pengajian iku ojo gawe golek duit, tapi duit sing gawe pengajian,” ujarnya, saya ingat betul. Cuma soal UAS di Mayong 1 September 2018, saya belum mendengar sabda apapun dari Ketua PCNU.
Batal ke Ngabul, panggung UAS di Mayong dapat sengkuyungan dari elite kontraktor, polisi hingga FPI, yang katanya ikut datang dengan berbis-bis untuk pengamanan (kalau jadi). Tanggal 29 Agustus akan ada gladi resik pengamanan di lapangan desa Mayong.
Yang ikut ngamanin, silakan. Satu orang saja bikin resah, bagaimana kalau jamaah yang datang 7 juta, kayak di Monas itu. Polisi wajar ngamanin, karena menurutnya, UAS itu aman. Aman kok sampai ngalor-ngidul minta masukan masyarakat, yah? []
Sumber: https://facebook.com/story.php?story_fbid=10214475057362820&id=1011202857
(suaraislam)
Sumber Berita : http://www.suaraislam.co/wow-kader-nu-jepara-membongkar-kebusukan-abdul-somad-akhirnya-somad-tidak-berani-datang-jepara/
Ini Bukti, Abdul Somad Tokoh HTI Hina Nabi
Dalam pidatonya di Muktamar HTI Riau Ust. Abdul Shomad mengatakan bahwa Rasulullah Saw selama 40 tahun sebelum beliau menerima risalah nubuwah, beliau belum berhasil mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamien dan setelah menerima Risalah nubuwwah pun hingga wafatnya beliau belum berhasil mewujudkan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamien.
Baru setelah beliau wafat dan digantikan oleh khulafa Al-Rasyidin Islam Rahmatan Lil’alamien bisa terwujud.
Astaghfirullahal’adziem…
Ini adalah subhat terbesar yang disebarkan oleh lisan orang zindiq.
Tapi anehnya kenapa justru Sang “Ustadz” malah mendapat pujian bahwa beliau orang Alim?
Penghinaan Ust. Abdul Shomad terhadap Rasulullah Saw sudah termasuk kategori perbuatan Zindiq yang dimana pelakunya harus segera bertaubat.
Pemahaman Ust. Abdul Shomad tentang perwujudan Islam Rahmatan Lil’alamien seperti yg dikatakannya dalam pidato Muktamar HTI di Riau adalah pemahaman yang sangat fatal kesalahannya, ia tidak paha m dengan yg dimaksud Rahmatan Lil’alamien. Orang yang di beri kesitimewaan berupa Syafa’atul Udzhma oleh Gusti Allah SWT disebutnya sebagai orang yang tidak berhasil mewujudkan Rahmatan Lil’alamien.
Orang yang dirinya disebut Oleh Tuhannya sebagai manifestasi dari Rahmatan Lil’alamien itu sendiri malah disebut oleh Abdul Shomad sebagai Orang yang tidak berhasil mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamien.
Apakah Sang Ustadz tidak paham tentang makna Universal dari Syafa’at al-‘Udzhma?.
ngerriiiiiiii
Iik Fikri Mubarok
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=997048863782139&id=147701772050190
(suaraislam)
Re-Post by MigoBerita / Rabu/28112018/17.32Wita/Bjm