» » » » » » » » #22MeiJanganMauDiaduDomba : Ayo NKRI Bersatu untuk Indonesia Lebih Maju...!!!

#22MeiJanganMauDiaduDomba : Ayo NKRI Bersatu untuk Indonesia Lebih Maju...!!!

Penulis By on Selasa, 21 Mei 2019 | No comments

SKENARIO INDONESIA RUSUH

Keterlibatan seorang mantan Danjen Kopassus dalam aksi demo 22 Mei ini menunjukkan bahwa ada rencana berbahaya yang sedang disusun untuk Indonesia..
Penyelundupan senjata jenis sniper yang dibongkar gabungan aparat kepolisian dan TNI, membongkar tabir apa yang ingin mereka perbuat. Sniper itu digunakan untuk membuat kekacauan, tembakan jarak jauh menyasar ke arah demonstran atau petugas dengan niat mengadu domba.
Ini mirip dengan peristiwa Mei 98, dimana tiba-tiba ada tembakan dari sniper yang tidak diketahui dari mana arahnya dan siapa penembaknya.
Sesudah satu atau dua korban jatuh dari kedua pihak, maka narasi selanjutnya adalah menyalahkan pemerintah.
Dan kemarahan rakyat ini akan dimobilisasi dengan kekuatan penuh melalui massa yang didatangkan dari daerah dengan membawa bom molotov sampai senjata tajam. Butuh korban jiwa untuk memperbesar api makar.

Selanjutnya, ketika jatuh korban, maka foto-foto dan video propaganda menyebar sampai ke dunia luar untuk membangkitkan kemarahan publik dunia. Dan diharapkan dari sana akan datang bantuan internasional dengan bahasa "menjaga keamanan" padahal akan memperkeruh suasana.
Itulah kenapa saya mempertanyakan sebuah organisasi berbaju kemanusiaan yang tiba-tiba sudah siap disana dengan alasan "kemanusiaan".
Organisasi yang sibuk mengumpulkan donasi buat negara konflik ini, jejak digitalnya ternyata adalah penyuplai bantuan untuk para pemberontak Suriah. Dan mereka juga pendukung kubu salah satu Capres dengan membawa narasi agama.
Mereka sudah mempersiapkan banyak skenario untuk melakukan kudeta terhadap Presiden yang terpilih secara konstitusional. Kudeta ini penting bagi mereka, karena ini momen terakhir sebelum Jokowi akhirnya tanpa ampun membasmi akar-akar kejahatan mereka.
Siapa "mereka" itu?
Banyak. Dan disatukan oleh kepentingan bersama. Ada para pengemplang pajak yang dananya di luar negeri sampai ribuan triliun rupiah. Ada kelompok mafia pangan sampai migas yang dulu kaya. Ada kelompok ormas yang tidak lagi mendapat dana bantuan sosial.
Dan diatas mereka semua, ada organisasi internasional bernama Hizbut Thahrir yang mengumpulkan semua kekuatan dana dan umat, kemudian berselingkuh dengan mantan militer, untuk membuat rusuh di negeri ini.
Untung polisi dan TNI sigap. Kekuatan aparat digabungkan membentuk benteng kokoh untuk menjaga negeri ini tetap ada.
Sejak sekarang, pemerintah seharusnya sadar bahwa gerakan makar atau kudeta ini tidak bisa dianggap main-main. Penggerak utamanya harus dihukum mati, karena dia berpotensi mengorbankan jiwa banyak orang demi ambisi.
Jangan korbankan demokrasi negeri ini. Jika kita lembek, kelak di Pemilu 2024 kita akan mengalami situasi yang bisa jadi lebih ngeri lagi, karena mereka merasa tidak mendapat hukuman keras dan punya potensi mengulangi.
Pakde Jokowi, hati-hati. Salam seruput kopi..
22 Mei
Kapolri dan Panglima TNI

HATI-HATI AKSI 22 MEI, AWAL HANCURNYA INDONESIA

Ketika Suriah sedang dilanda perang, banyak organisasi berbaju kemanusiaan dari seluruh negara datang kesana..
Tapi tidak semua datang melalui pemerintahan yang sah. Banyak juga yang datang untuk membantu para pemberontak dengan mengatas-namakan kemanusiaan.
Apa saja tugas mereka disana? Ya, mengkoordinir bantuan pangan dan obat-obatan seperti biasanya, termasuk mengirimkan dokter dan merawat yang terluka. Tapi itu kedok depannya. Yang terjadi dibelakang ternyata berbeda..
Sebagai contoh White Helmets, organisasi berbaju kemanusiaan yang didirikan di Istanbul Turki dan dikomandani mantan intelijen Inggris.
"Helm putih" ini sejatinya adalah bagian dari terorisme. Tugas mereka adalah merekayasa kejadian, seolah-olah membantu korban dan - ini yang berbahaya - mereka melakukan propaganda dengan film seolah-olah pemerintah Bashar Assad adalah Presiden yang kejam.
Salah satu karya besar mereka adalah foto dan video "anak kecil di kursi oranye", yang membuat kemarahan dunia kepada Rusia karena WH melakukan propaganda bahwa anak itu korban bom Rusia. Padahal itu kejadian yang direkayasa White Helmet sendiri.
Dari Indonesia pun tidak kurang-kurang organisasi berbaju kemanusiaan seperti White Helmets. Ada MerC, ada Aksi Cepat Tanggap (ACT), ada Indonesian Humaniterian Relief atau IHR. IHR ini adalah badan berbaju kemanusiaan bentukan Bachtiar Nasir, salah satu pentolan HTI yang sekarang kabur ke Saudi.
Bachtiar Nasir dijadikan tersangka atas kasus pencucian uang dengan mengambil dana dr masyarakat melalui donasi, kemudian mengirimkan bantuan ke salah satu kelompok teroris, Jaysh Al-Islam di Aleppo, Suriah.
Nah, mendekati aksi 22 Mei kelompok pendukung Prabowo menolak hasil Pilpres 2019, salah satu badan yang sering terlibat dalam urusan bantuan konflik internasional seperti ACT, tiba-tiba sudah siap dengan berbagai bantuan untuk para demonstran.
Pertanyaannya, ada apa ini?
Seolah-olah ACT mengetahui akan ada masalah kerusuhan disana. Mereka sudah siap dengan segala perangkat dengan bahasa seram "mengantisipasi risiko krisis kemanusiaan".
Krisis kemanusiaan apanya? Jangan-jangan ACT mau bikin narasi krisis sendiri seperti White Helmets yang berbeda dengan narasi pemerintah.
Kalau ACT ingin berbuat untuk kemanusiaan, seharusnya fokus pada korban bencana alam, bukannya malah terjun ke dunia politik, seperti pada mobilisasi massa menolak hasil Pilpres 2019. Kehadiran ACT disana malah menguatkan sinyal bahwa akan terjadi kerusuhan dan ACT akan muncul sebagai "dewa penolong".
Biarkan urusan Pilpres menjadi urusan Polisi dan TNI yang bertanggung-jawab terhadap situasi disana. Dua institusi pemerintah itu juga punya perangkat yang dimiliki oleh ACT. Tidak perlu ada badan berbaju kemanusiaan yang ikt campur masalah politik di Indonesia, seperti ACT, IHR, MerC apalagi White Helmets...
Sudah selayaknya ACT diusir dari lokasi demo, karena keberadaannya tidak diperlukan. Jangan politisasi situasi dengan baju kemanusiaan seperti yang sudah pernah terjadi di Suriah. Kita belajar banyak, bahwa serigala bisa berbaju apa saja, bukan hanya berbaju domba. Tergantung siapa yang akan dimangsa.
Saya hanya mengingatkan, bahwa apa yang terjadi di Suriah, bisa dijadikan pembelajaran berharga untuk Indonesia. Sebelum semuanya hancur berantakan..
Seruput kopinya.
Aksi Cepat Tanggap
ACT
DutaIslam.Com - Pagi hari (Rabu, 22/05/2019) setelah demo ricuh di sekitar kantor Bawaslu, hashtag #TangkapPRABOWO berada di puncak trending topic Twitter.
Netizen menilai, Prabowo dan Sandiaga Uno semestinya bertanggungjawab atas aksi ricuh tersebut. Sebagian menilai Prabowo musuh demokrasi dan pengacau.
"Woooooooy Prabowo Uno kalian bener2 mau benturkan rakyat dan aparat kepolisian, kalian tidak manusiawi.tidak mencerminkan anak bangsa yang baik, hanya nafsu kekuasaan,trus kalo sudah begini siapa yang tanggung jawab #TangkapPRABOWO," tulis akun @ArdiansyahNu sambil membagikan video kericuhan yang terjadi.
"Prabowo kurang ajar! Musuh demokrasi! Dengan kejadian malam ini tak ada lagi respect terhadap Prabowo!  Tangkap dan adili pengacau ini!  #TangkapPRABOWO !!," kata akun @PartaiSocmed.
Akun @Sri_kandie mempertanyakan jargon aksi damai yang sebelumnya selalu di gaungkan Prabowo dkk dan pendukungnya.
"Aksi Damai..?? Ternyata kel perusuh yg mbawa bom molotov, petasan, batu2..mrk mlempari aparat hingga pukul 03.30 blm bubar, Spertinya  sngaja dirancang untk Mbuat kerusuhan di Jakarta. ! Ibukota hrs STERIL dari perusuh, Tangkap pengacau ini.! #TangkapPRABOWO," tulisnya.
Pantauan Dutaislam.com, hingga pukul 05.22 WIB hashtag tersebut masih di puncak trending topic. [dutaislam.com/gg]
Foto yang dibagikan akun @_cengkehnastar ketika membuat hashtag #TangkapPRABOWO.

DutaIslam.Com - Wasekjen MUI Ustaz Tengku Zulkarnain terlihat marah (ngamuk) karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengumumkan hasil Pemilu 2019 sebelum tanggal 22 Mei.
Dia menyebut KPU telah berbohong karena berjanji mengumumkan tanggal 22 Mei.
"Astaghfirullah... KPU Telah BERBOHONG Janji Pengumuman Tanggal 22 Mei 2019 Ternyata Tanggal 21 Sudah Pengumuman dan Dini Hari Pukul 02 Pula... Jika Pemilu Ini Curang, Kutuklah Dunia Akhirat Seluruh Pelakunya dgn Keberkatan Bulan Ramadhan Ini ya Jabbar... Pandanglah Kami ya Allah," tulis Tengku melalui akun Twitter @ustadtengkuzul, Selasa (21/05/2019).
"ya Allah Jika Pemilu 2019 Jujur dan Adil Rahmati Seluruh Para Penyelenggaranya. Dan Jika Pemilu Ini Dirancang Curang, Laknatlah Seluruh Mereka yg Terlibat dan Perlihatkan kepada Kami dan Seluruh Dunia Azab yg Engkau Jatuhkan Itu, Sehingga Kami Melihat Azab Itu dgn Nyata ya Jabbar," ujar dia lagi.


Tengku pun masih tak terima KPU mengumumkan tanggal 21 Mei, apalagi pukul 02 dini hari. Dia menyebut, jam segitu yang mendengarkan Jin dan Syaitan.
"Yang Namanya PENGUMUMAN Itu Supaya Didengar Banyak Orang. Lha Jika PENGUMUMAN Dilakukan Jam 02 Dini Hari, maka yang Dengar Bukan Banyak Orang. Tapi Banyak Jin dan Syaitan. Pemilu Itu untuk Orang atau Jin dan Syaitan...? Ya Allah Azablah Para Pelaku Keculasan dan Bantu Kejujuran," kata dia.
Meskipun demikian, Tengku tetap berharap, demo pada 22 Mei mendatang tetap berjalan lancar sesuai harapannya.
"Semoga saja pengumuman Pilpres dipercepat tgl 21 Mei dini hari oleh KPU tidak dimaksudkan untuk menjadikan acara demo damai tgl 22 Mei bisa dianggap MAKAR. Sehingga akan terjadi penangkapan massal para tokoh dan ulama yang berjuang secara KONSTITUSIONAL dituduh INKONSTITUSIONAL," ujar Tengku.
Sebelumnya, KPU RI membuka peluang untuk mengumumkan hasil perolehan suara Pemilu 2019 lebih cepat dari batas waktu maksimal, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2019. KPU bisa saja mengumumkan perolehan suara Pemilu 2019, pada Senin (20/5/2019).
"Bisa (diumumkan hari ini)," kata Ketua KPU Arief Budiman ditemui di kantor KPU, Jakarta, Senin (20/05/2019), sebagaimana dilansir JPNN. [dutaislam.com/gg]
Tengku Zulkarnain. (Foto: istimewa)
Dutaislam.com - Mahmud, salah satu lulusan Ma'had Aly Darussalam Martapura Kalimantan Selatan menantang KH. Ma'ruf Amin untuk membaca kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Ghazali. Tantangan itu ia lontarkan pada Jumat (17/05/2019) di wall komentar Facebooknya.


Tantangan Mahmud itu bermula dari statusnya tentang kutipan Ihya dari Imam Ghazali yang digunakan untuk menyerang pemimpin yang dianggap lalim, sehingga menimbulkan salah tafsir fatal. Selengkapnya, baca: Comot Kitab Ihya' Tidak Utuh, Mahmud Ngomong Jihad Mati Syahid Lawan Pemerintah yang Dzolim.
Dalam statusnya ditulis redaksi Dutaislam.com tersebut, dia menafsirkan secara serampangan bahwa jihad melawan Jokowi adalah jihad syahid.
Tak terima dibully warganet, Mahmud menantang siapapun untuk membuktikan kemahabenaran dirinya. Sampailah kepada ujaran kebencian hingga berani menantang KH. Ma'ruf Amin untuk datang ke Martapura lawan dia membaca Ihya'.
"atau kh.ma'ruf amin kh suruh datang membahas ihya lwn aku,hehe," tulisnya.
Sebelumnya Mahmud juga menulis ujaran kebencian dengan memposting foto Gus A'un, dengan kalimat yang sama sekali tidak mungkin diyakini dari lulusan Ma'had Aly, berikut ini.

gus aun ansor

Banyak netizen mempertanyakan kualitas lulusan Ma'had Aly Martapura jika bentuknya seperti Mahmud oh Mahmud itu.

Baca: Pernikahan Abah Guru Sekumpul yang Direstui Rasulullah SAW

"Dia kerja cari panggung buat tausiah kemana saja dengan kajian tingkat tinggi (misal kitab fiqih kelas atas, dll) di kalangan masyarakat awam," tutur Falah kepada Dutaislam.com, Sabtu (18/05/2019). [dutaislam.com/ab]
Mahmud oh Mahmud bangga kontroversinya dimuat situs Duta Islam.

Oleh M Kholid Syeirazi*
DutaIslam.Com - Setelah melalui kontestasi yang melelahkan, saya bersyukur Jokowi-KMA akhirnya menang melawan narasi politik identitas. Unggul 55 persen boleh dibilang tidak setimpal dibandingkan dengan apa yang sudah dicapai Jokowi selama 4 setengah tahun. Bandingkan dengan kemenangan SBY di periode kedua yang menyentuh angka 66 persen.

Baca juga: Beredar Ucapan Selamat ke Prabowo Telah 'Meraih Medali Perak'

Kerja-kerja nyata Jokowi, yang secara teori adalah aset paling tangible untuk dibarter dengan dukungan elektoral seperti pembangunan infrastruktur yg massif, bagi-bagi sertifikat, segala jenis Kartu Indonesia Sejahtera, dll ternyata sama sekali tdk dibeli oleh rakyat Indonesia. Jokowi menang bukan karena itu semua. Bahkan fakta bahwa Jokowi berhasil menyingkirkan keluarganya dari arena kekuasaan, sesuatu yg sering menjadi titik lemah dari seorang pemimpin, kalah digilas oleh isu-isu edan tentang asal-usul keturunannya.
Jokowi menang di tengah politik pasca kebenaran yang basisnya bukan data dan fakta, tetapi rumor dan opini yang yang diracik dengan bumbu-bumbu agama. Bagi saya kinerja Jokowi patut diapresiasi, meski tidak sempurna, tetapi Jokowi tidak dipilih lagi karena prestasinya. Jokowi dipilih lagi karena dia adalah lawan dari politik identitas yang kental di kubu lawannya.
Dan di titik ini, pilihan Jokowi menggandeng KMA adalah pilihan terbaik. Saya merasa pilihan itu tidak lahir dari kalkulasi politik an sich, tetapi dari firasat, insting, krenthek atau khatharat yang dibimbing dari ketajaman visi seorang pemain politik ulung. Andaikata bukan KMA, sebelum dipinang sebagai Cawapres adalah simbol tertinggi kepemimpinan NU, saya tidak bisa membayangkan Jokowi bisa bertahan dari bulan-bulanan agresi politik identitas yang mengerikan.
Jokowi menang karena keunggulan di dua basis wilayah gemuk di mana NU dan kelompok nasionalis kuat yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setahu saya, baru kali ini NU nyaris solid dalam kontestasi Pilpres. Nahdliyin yg terafiliasi dengan partai pendukung Paslon 02 mungkin pengecualian. Kita juga tidak menutup mata adanya sejumlah Kiai dan Gus yang sejak lama berteman dan mendukung Prabowo. Ada juga petualang politik yang hobi dengan bola-bola pendek. Tetapi, menurut saya, jumlah mereka relatif kecil. Jumhur (mayoritas) Nahdliyin, elit dan massanya, bukan hanya mendukung, tetapi aktif mengajak orang untuk memenangkan Paslon 01.

Baca juga: Tengku Zulkarnain Ngamuk-ngamuk KPU Umumkan Hasil Pemilu Sebelum 22 Mei

Faktor bahwa Jokowi menggandeng KMA, bekas simbol tertinggi organisasi NU, adalah hal penting. Tetapi, yang lebih penting lagi, NU bergerak karena adanya ancaman terhadap narasi kebangsaan yang selama ini menjadi misi kembar NU, yaitu mas´uliyah diniyah (tanggung jawab keagamaan) dan mas´uliyah wathaniyah (tanggung jawab kebangsaan). Faksi dan narasi kubu sebelah adalah reinkarnasi gerakan 212 yang dianggap bertolak belakang dengan dua misi ganda NU, karena itu Nahdliyin aktif di seluruh tingkat melawan arus mereka.
Saya tahu ada pihak yang mengecilkan faktor NU dalam kemenangan Jokowi dengan mencuplik data parsial untuk menjustifikasi klaimnya itu. Tujuannya jelas, agar NU tidak terlalu ikut mengatur pemerintahan. Saya kira anggapan itu salah. NU adalah kekuatan civil society. Tugas NU mengantarkan kepemimpinan nasional ke tangan orang yang tepat, yang kompatibel dengan misi keagamaan dan kebangsaan NU. Setelah itu NU balik kandang, melakukan fungsi sosial keagamaan dan kekuatan sipil yang mengontrol dan mengawasi pemerintahan.

Baca juga: Beredar Pamflet Jihad 22 Mei Ajak Sholat Jum'at, Hari Apa Bos?

NU tidak perlu pengakuan karena semua orang mengakui NU sebagai organisasi besar yang setia mengawal NKRI. Andaikata NU diam, jarak Indonesia dengan Suriah dalam hal nasib mungkin tinggal sekian senti di tengah meruyaknya pekik-pekik takbir. Di titik ini saya tidak terlalu kaget. Seorang sangat senior di kantor saya, seorang pemeluk Katolik, tiba-tiba menyalami saya dengan cara membungkukkan badan dalam-dalam.
Saya terkejut karena nyaris mencium tangan saya. Tentu saja ini tidak patut. Dia mengucapkan selamat dan terima kasih. Andaikata bukan karena NU yang berjibaku dan pasang badan, ´saya tidak tahu bagaimana dengan nasib Jokowi,´ katanya. Saya lebih percaya pengakuan jujur masyarakat umum seperti ini ketimbang persepsi tendensius seorang partisan atau pengamat. NU mungkin bukan penentu kemenangan Jokowi-anggap saja kita ikut dawuh pengamat itu-tetapi tanpa NU, Jokowi akan tumbang digilas politik pasca kebenaran. [dutaislam.com/pin]
Jokowi-Ma'ruf Amin. Foto: Istimewa.

DutaIslam.Com - Sejumlah Kiai Pendukung Prabowo dari Jawa Timur datang ke Jakarta untuk mengikuti aksi 22 Mei. Agar tidak ketahuan petugas, mereka menyamar menggunakan kaus.
Sekjen Barisan Kiai Santri Nahdliyin (BKSN) Abdul Rozak mengungkapkan, para kiai pendukung Prabowo Jakarta menggunakan pesawat. Mereka tak berangkat secara rombongan dan menyamar agar bisa mengelabui petugas.
"Soalnya orang-orang lagi nyamar. Kita ini takutnya banyak razia itu. Ya kita gak pakai atribut. Pakai kaus semua," kata Rozak, Selasa (21/5/2019) dikutip dari Detik.com.

Adapun jumlah kiai yang berangkat ke Jakarta, diungkapkan Rozak sebanyak 24 orang. Rozak menyampaikan nama-nama kiai tersebut kepada Detik.com.

1. KH Ahmad Fauzi Afandi-Surabaya
2. Gus Sholachul Aam-Jombang
3. Habib Ali Zaenal Abdiin-Malang
4. KH Abdul Malik-Sidoarjo
5. KH Mahfudz Shomad-Sidoarjo
6. KH Rozy Shihab-Pasuruan
7. KH Zainuddin Husni SH MH-Surabaya
8. KH Hamdan AlibKaror-Madura
9. Habib Muhammad bin Smiet SH- Surabaya
10. KH Hamim Badeuzaman
11. KH Muhammad anshori Al Qadiriah
12. KH Jaiz Badri-Situbondo
13. KH Makshum Tirmidzi-Bondowoso
14. KH suyuti Thoha-Banyuwangi
15. KH iShaq Masykuri Leteh-Rembang
16. KH ghozy Wahab-Yogyakarta
17. Gus Abdul Razaq-Sidoarjo
18. Gus Wachid MunIm-Sidoarjo.
19. KH Yahya Romli-Tuban
20. KH AlibAkror-Madura
21. KH Fauraq Sumenep-Madura
22.Prof Dr Ahmad Zahro-Surabaya
23 KH Masrur Nurul Qodim-Probolinggo
24 KH Hilmi Ampel-Surabaya

Itulah daftar nama kiai pendukung Prabowo yang berangkat ke Jakarta untuk megikuti aksi 22 Mei 2019. [dutaislam.com/pin]
Kiai Pendukung Prabowo di Jatim ke Jakarta untuk Demo 22 Mei 2019. Foto: detik.com.

Dutaislam.com - Meskipun salah satu tim BPN, Dahnil menyatakan bahwa foto Prabowo Subianto ke Brunei sudah lama, 2 tahun lalu, akhirnya publik mendapatkan jawaban langsung dari pihak imigrasi yang membenarkan Prabowo dkk. bertolak ke Brunei pada 16 Mei 2019 lalu.

Baca: Prabowo dkk Mendadak "Kabur Umroh" ke Brunei?

Siapa saja yang ikut dalam rombongan Prabowo yang disebut-sebut menggunakan pesawat pribadi tersebut? Dutaislam.com mendapatkan daftar 11 nama rombongan (selain Prabowo), seperti berikut ini:

  1. Prabowo Subianto
  2. Muhammad Harrifar Syafar
  3. Mohamad Rizki Irmansyah
  4. Alvano Armi Sundah Kalalo
  5. Sugiono
  6. Wedi Kamaludin
  7. Julius Indra Kurniawan
  8. Julando Richard Mandey
  9. Simon Aloysius Mantiri
  10. Frangel Hendra Pantouw
  11. Ansfuri Id Sambo
  12. Amien Rais

Seperti tampak pada gambar di bawah ini, mereka bertolak ke Bandar Sri Begawan pada 16 Mei 2019, bukan 16 Mei 2017 (2 tahun lalu).
amin rais ikut dalam rombongan prabowo ke brunei


biografi wedi kamaludin pertamina

Dari daftar di atas, selain Ansfuri Id Sambo yang disorot publik karena dia diakui sebagai ustadz ngajinya Prabowo, ada satu nama lain yang ikut disorot, yakni Wedi Kamaludin, yang di Pertamina dia menjabat Manager Fuel Industri & Marine Region III (2013-2015 dan Aviation Marketing Manager kantor pusat Pertamina sejak tahun 2015 (link). [dutaislam.com/ab]
rombongan prabowo ke brunei darussalam bandar sri begawan

DutaIslam.Com - Tidak ada media yang memberitakan cukup jelas apa yang dilakukan Prabowo dkk ketika berkunjung ke Brunei Darussalam.
Keterangan yang ada hanya dilontarkan oleh Jubir BPN Dahnil Anzar Simanjuntak, bahwa Prabowo menemui Sultan Brunei hanya sehari. Itu saja.

"Pak @prabowo ke Brunei pada tanggal 16/05/19 hanya satu hari pulang pergi tidak menginap, untuk bersilaturahmi dengan Sultan Brunei Darussalam," kata Dahnil melalui akun Twitternya, @DahnilAnzar pada Sabtu, 18 Mei 2019.

Pasca kepergian Prabowo dan kembalinya ke Indonesia, beredar rumor di grup WA berupa keterangan tentang apa yang terjadi di Brunei ketika Prabowo ke sana. Pasalnya, memang kunjungan tersebut sepi pemberitaan.
Menurut rumor yang beredar itu, memang Prabowo dkk berniat menemui sultan Brunei, tapi apesnya, Sultan Brunei malah marah dan menolak kunjungan Prabowo.
"Kedatangan prabowo ke Brunei pada 16 mei 2019 menimbulkan kemarahan Sultan Brunei dan menolak bertemu prabowo. Rombongan prabowo ditolak saat akan masuk ke istana raja. Itulah sebabnya tidak ada satu pun media Brunei yang memberitakan kedatangan prabowo," tulis keterangan yang beredar itu, dikutip Dutaislam.com, Selasa (21/05/2019).
Menurut keterangan tersebut, Prabowo ditolak karena misi kedatangan prabowo membawa maksud buruk. "Yaitu minta suaka politik dan menjelekkan indonesia. Prabowo juga mencoba membujuk raja brunei mengakui kemenangan prabowo pada pilpres 2019," lanjutnya.
Tak hanya itu, Raja memerintahkan prabowo dan rombongannya segera pulang ke indonesia. "Karena provokasi prabowo akan merusak persahabatan indonesia-Brunei," ungkap keterangan itu.
"Itulah sebabnya rombongan prabowo pulang lebih awal daripada jadwal semula. Rombongan prabowo hanya tinggal beberapa jam di Brunei. Tidak ada satu pun pejabat brunei yang mengantar kedatangan dan kepulangan prabowo dan rombongan," pungkasnya.
Redaksi Dutaislam.com pun sempat mencari-cari sumber keterangan tersebut tapi tidak menemukan. Yang ada cuma keterangan Dahnil di atas. Benarkah demikian? [dutaislam.com/gg]
Prabowo dkk ketika ke Brunei. (Foto: istimewa)

Wawancara – Tawfiq Ramadan al-Bouti: Jangan Biarkan Ekstremisme Membesar (1)

islamindonesia.id – Tawfiq Ramadan al-Bouti: Jangan Biarkan Ekstremisme Membesar (1)
Tawfiq Ramadan al-Bouti (70), Ketua Umum Persatuan Ulama Bilad Syam (Suriah), mengunjungi Indonesia. Dia menceritakan bagaimana negerinya berantakan akibat perang. Indonesia diharapkan terus menjaga perdamaian dan tidak dilanda konflik. “Jangan biarkan paham ekstremisme merasuki kaum muda,” pesannya.
Kami menemui Tawfiq di satu hotel di Jakarta, Minggu (3/3/2019). Dia mengenakan setelan jas dan peci gelap khas Nusantara. Di luar, hujan mengguyur deras. Di dalam kamar hotel, tempat kami ngobrol, suasana hangat. Guru Besar Damascus University itu ramah. Wajahnya teduh, suaranya lembut.
Tawfiq sering mengunjungi Indonesia. Pertama kali melihat Indonesia secara langsung 15 tahun silam, dan setelah itu, dia kerap datang ke negeri ini. Bukan hanya Pulau Jawa, dia juga sempat menyambangi pulau-pulau lain di Nusantara. “Bagi saya, Indonesia adalah negara kedua. Saya memuji kepada Allah SWT karena saya serasa di negara sendiri,” katanya.
Akhir Februari 2019, dia diundang untuk menghadiri Munas Alim Ulama oleh Nahdlatul Ulama (NU) di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat. Lepas dari acara itu, dia berceramah di beberapa tempat lain. Dia kerap menceritakan perang di Suriah dengan harapan agar negara-negara lain tak mengalami hal serupa.
Bagaimana awal mula perang di Suriah?
Dulu, kami punya pengalaman hidup bersama, berwarna-warni, dari kelompok beragam. Di salah satu distrik di Damaskus, ada kelompok Suni, Syiah, Yahudi, Kristen Orthodox, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang hidup dalam satu flat. Kami tidak merasakan gesekan.
Di samping distrik kami, Ruknuddin, terdapat distrik bernama Zainal Abidin (yang dihuni kelompok Syiah). Mereka hidup bersama kami, bahkan kadang terjadi hubungan pernikahan. Di Damaskus terdapat distrik bernama Al-Amin yang dihuni orang-orang Syiah. Juga di wilayah al-Midan ada distrik bernama Al-Jorah.
Persentase Syiah sedikit, tapi mereka benar-benar ada dan hidup bersama kita. Kita juga sering berbisnis atau membuat proyek bersama. Itu adalah hal yang lumrah.
Kemudian, tahun 2000, Bashar al-Assad dilantik menjadi presiden (Suriah). Dia membuat terobosan ekonomi dan membuka kampus-kampus swasta. Ini keterbukaan yang positif.
Namun, wilayah regional mengalami krisis, dipertaruhkan dari intervensi internasional. Ada perang Ghaza, perang di Lebanon Selatan, dan perang Irak. Rakyat Libya berperang antar-sesama, kekayaan negerinya dikuasai Eropa. Tunisia berusaha menjadi negara bebas, tetapi malah tidak terkontrol. Mesir hampir saja dilanda perang saudara saat transisi antara Presiden Al-Sisi dan Al-Mursi. Yaman sekarang tidak seperti dulu.
Suriah menjadi target berikutnya karena berbatasan langsung dan mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Mereka ingin memecah Suriah sehingga memudahkan dominasi Israel.
Apa pemicu perang?
Perang diawali dari fitnah yang membenturkan antara Alawiyah dan Suni, antara Syiah dan Suni, antara Muslim dan Kristiani. Masyarakat diprovokasi agar menuntut perbaikan, kebebasan, kemudian menurunkan rezim. Kelompok Kurdi juga didorong untuk memberontak.
Lalu, milisi asing dari semua belahan dunia masuk ke Suriah. Ada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dan Jabhah al-Nusra yang terkait dengan Al Qaeda, ciptaan Amerika Serikat. Hillary Clinton pernah mengakui bahwa Amerika-lah yang menciptakan Al Qaeda. Al-Nusra mendapat sokongan senjata dari Israel.
Banyak negara mengirimkan dana dan senjata ke Suriah. Negeri kami menjadi medan latihan tempur. Damaskus dikepung dari berbagai sisi.
Ini jelas upaya Amerika dan Israel untuk memecah belah negeri kami. Di Irak, mereka mampu mewujudkan rencana itu, tetapi di Suriah mereka tidak mungkin bisa melakukan hal serupa.
Peta diolah oleh Harian Kompas.
Peta diolah oleh Harian Kompas.

Banyak kelompok Muslim ke Suriah untuk perang yang diklaim atas nama Islam. Benarkah demikian?
Mereka yang datang itu tidak mengerti Islam. Banyak perempuan asing ke Suriah untuk menjadi istri para mujahid dan menganggap tindakan itu berpahala. Satu orang menggaulinya, lalu satu lagi, lalu satu lagi, apakah itu bagian dari ajaran Islam? Tentu bukan.
Sebagian besar mereka akhirnya menyadari kesalahannya. Banyak anggota NIIS sadar, pergi ke Turki, dan meninggalkan senjata. Mereka korban penipuan, seolah jihad di Suriah akan membawa mereka masuk surga.

Wawancara – Tawfiq Ramadan al-Bouti: Jangan Biarkan Ekstremisme Membesar (2)

islamindonesia.id – Tawfiq Ramadan al-Bouti: Jangan Biarkan Ekstremisme Membesar (2)
Ayah Anda, M Said Ramadan al-Bouti, dibunuh saat perang (tahun 2013). Bagaimana sikap Anda?
Dia meninggal dalam syahid, spiritnya hidup. Dia menyerukan penghentian fitnah, pertumpahan darah, dan meletupkan senjata di antara militer dan milisi bersenjata. Diingatkan, negara tanpa pemerintah akan hancur. Pesan itu berpengaruh positif.
Dia ilmuwan dan ulama bereputasi internasional yang bisa berbicara dengan semua kelompok. Seruan perdamaian Al-Bouti dianggap mengganggu skenario perang sehingga dia dibunuh.
Beliau tidak hanya mempunyai peran dalam meredam konflik Suriah, tetapi juga memadamkan api konflik di Aljazair. Karena itu, beliau merupakan ancaman nyata atas kesuksesan skenario musuh. Al-Bouti sangat disegani, bahkan menjadi rujukan utama dalam dunia Islam, karena memiliki ilmu yang dalam dan luas.
Al-Bouti menempatkan dialog untuk menjembatani beliau dengan orang-orang yang tidak sependapat dari berbagai kalangan. Kata Al-Bouti, dengarkan apa yang akan aku katakan dan aku akan mendengarkan apa yang akan kamu katakan.
Ini jelas-jelas sangat berbahaya menurut kacamata penulis skenario konflik. Mereka tidak ingin terjadi dialog yang mengedepankan akal sehat. Akal sehat tidak punya tempat dalam konflik Suriah saat itu.

Menyuarakan hal serupa, apakah Anda juga terancam?
Ya, mereka juga mengincar saya, tapi kandas.

Sumber: Harian Kompas
Sumber: Harian Kompas
Bagaimana kondisi Suriah sekarang?
Suriah membaik. Masih ada kelompok-kelompok musuh dengan persenjataan di Idlib (Suriah barat laut). Tapi, kekuatan mereka akan berakhir. Banyak tantangan, tapi stabilitas keamanan membaik. Para mahasiswa belajar lebih tenang, masyarakat mulai kembali hidup normal.
Kami menyadari, ekstremisme tidak memberikan manfaat apa-apa, kecuali kehancuran. Kami membangun kembali negeri kami, rumah-rumah yang hancur, dan sumber daya manusia.
Pelajaran dari perang
Tawfiq menyaksikan perang mereproduksi kekerasan yang merusak. Aleppo (salah satu kota di Suriah), misalnya, dibombardir oleh kebrutalan para teroris. Semua hal di kota itu dihancurkan, seperti masjid, pasar, bahkan Benteng Aleppo yang bersejarah. Penduduk melarikan diri.
Belajar dari perang di Suriah, apa pesan Anda untuk bangsa Indonesia agar bisa mencegah konflik serupa?
Pertama, jangan biarkan paham ekstremisme merasuki kaum muda. Kelompok ekstremis berusaha menularkan gagasannya kepada masyarakat. Kita mesti mengembangkan ajaran Islam yang benar dan sesuai pesan Allah, umat Islam yang moderat. Gunakan dialog, bertukar argumentasi. Jangan ambil jalan kekerasan.
Kedua, jangan berlebih-lebihan dalam beragama. Ketiga, jika kita mempelajari keilmuan Islam secara benar, tidak mungkin terjadi perpecahan. Jadi, masyarakat disadarkan akan pemahaman yang benar, persatuan, keadilan, dan menjauhi ekstremisme dan berlebihan dalam beragama.
Apa tanda paham ekstremisme itu?
Mereka menginginkan kelompok di luar Islam dibunuh. Padahal, di Madinah, Nabi Muhammad melindungi semua kelompok, termasuk non-Muslim. Jika kelompok mereka tidak memerangi kita, boleh berhubungan baik dengannya. Perang untuk membela diri dari kelompok penyerang.
Nabi tidak memaksa orang masuk Islam. Penerimaan agama itu terkait akal dan hati. Paksaan hanya menciptakan bom waktu.
Bangun masyarakat melalui pendidikan. Orangtua, guru, dan ulama punya tanggung jawab untuk mendakwahkan Islam dengan kebajikan, pesan santun, dan bertukar argumentasi dengan baik.
Moderasi Islam di Indonesia
Hubungan antara Indonesia dan Suriah sudah lama terjalin. Banyak mahasiswa Indonesia menimba ilmu di negeri itu. Kehadiran mereka disambut hangat. Banyak alumnus Damascus University (yang sebagian menjadi murid Tawfiq) di Indonesia. Beberapa di antaranya turut mendampingi saat wawancara.
Bagaimana Anda melihat kondisi Islam di Indonesia?
Indonesia adalah negara Muslim dan identitas keislamannya yang terang. Ada beberapa masalah, tetapi Indonesia bisa menjadi model negara yang berkembang menuju kemajuan. Terlihat pembangunan nyata. Islam di sini fitri dan mengalir dalam darah penduduk.
Penduduk Indonesia memeluk Islam secara sukarela tanpa penaklukan militer. Indonesia pernah dijajah Belanda dan Jepang, tetapi masyarakat tetap memegang Islam seakan sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari bangsa ini.
Anda melihat moderatisme Islam tumbuh di sini?
Keagamaan masyarakat Indonesia berkarakter damai dan moderat. Radikalisme dan ekstremisme bukan watak asli bangsa ini, melainkan datang dari luar dan bukan ajaran yang dipelajari.
Islam di sini dibangun di atas ilmu pengetahuan. Buktinya banyak sekolah dan pesantren mengajarkan Islam dengan baik. Ilmu membentengi bangsa ini dari radikalisme, sikap berlebihan dalam beragama, dan menjaga bangsa ini agar tidak lepas kontrol dari agama.
Sekarang kita sedang menghadapi perang budaya lewat televisi, internet, dan media sosial yang rentan memberikan efek negatif. Namun, identitas Islam di masyarakat tetap dominan. Kemajuan peradaban dan praktik keagamaan berjalan beriringan. Ini jelas preseden baik dan saya yakin tidak ada tempat untuk radikalisme di Indonesia.
Selesai.

Rabithah Alawiyah Enggan Terlibat Saling Hujat Sesama Anak Bangsa

islamindonesia.id-Rabithah Alawiyah Enggan Terlibat Saling Hujat Sesama Anak Bangsa
Perkumpulan habaib se-Indonesia, Rabithah Alawiyah, mengeluarkan maklumat untuk anggotanya jelang penetapan hasil resmi pemilihan umum pada 22 Mei. Salah satu maklumatnya, Rabithah meminta agar setiap anggotanya berupaya menghindari aktivitas saling menyalahkan sesama muslimin dan anak bangsa.
Maklumat ini dirilis pada 20 Mei atau dua hari jelang penetapan putusan resmi Komisi Pemilihan Umum. Apapun hasil putusannya, Rabithah beraharap,  bangsa ini mendapatkan takdir yang terbaik sehingga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga.
Karena itu, organisasi ini mengarapkan kepada setiap cabangnya di berbagai daerah untuk  ikut menenteramkan anggota-anggotanya. “Hal ini agar terhindar dari kemungkinan kekacauan yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi umat, bangsa dan negara,” demikian potongan maklumatnya.
Tanpa ingin mengintervensi aspirasi politik setiap anggotanya, Rabithah berharap kepada mereka agar menjunjung tinggi aturan yang berlaku serta menggunakan saluran-saluran resmi. Selain itu, Rabithah ingin masalah yang dihadapi setiap kubu dapat diselesaikan secara jujur dan berkeadilan.
Seperti diketahui, organisasi ini berdiri pada tahun 1346 H bertepatan dengan tanggal 27 Desember 1928 masehi. Dalam pembentukan awalnya, organisasi bernama “Perkoempoelan Arrabitatoel-Alawijah”
Tujuan awal dari perkumpulan ini untuk menguatkan tali persaudaraan antara golongan sayyid dan orang Arab Hadrami. Selain itu, organisasi bertujuan memberikan kontribusi sosial seperti mendidik anak piatu, menolong janda dan fakir miskin. []
YS/Islamindonesia

Quraish Shihab: Agama Menghendaki Taat pada Penguasa

islamindonesia.id – Quraish Shihab: Agama Menghendaki Taat pada Penguasa
Quraish Shihab, penulis Kitab Tafsir Al-Mishbah, menilai masyarakat tak perlu ikut aksi 22 Mei mendatang sebagai bentuk protes terhadap hasil Pemilu 2019. Quraish mengatakan, Islam telah mengajarkan bahwa rakyat harus taat pada siapapun pemimpin yang berkuasa. 
“Agama menghendaki taat pada penguasa, walaupun tidak setuju kepadanya. Harus taat demi mencapai, menciptakan kedamaian,” ujar Quraish saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin (20/5), sebagaimana dilansir dari CNN. 
Dia menilai massa yang keberatan mestinya dapat menempuh jalur resmi sesuai konstitusi. Terlepas dari hal tersebut, Quraish berharap aksi 22 Mei yang dilabeli sebagian pihak sebagai jihad itu dapat berjalan aman tanpa menimbulkan korban. 
“Sebenarnya tidak perlu lagi karena aspirasinya sudah terdengar dan ada jalan keluar yang disiapkan UU. Tapi kita berdoa dan mengharapkan semua berjalan aman,” kata dia. 
Sebelumnya, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra bahkan menilai hanya ulama partisan yang mengajak aksi jihad 22 Mei mendatang. Menurut dia, ulama mestinya mampu menenangkan umat.
“Kalau ada yang bilang 22 Mei itu jihad saya kira itu ulama yang partisan ke pihak tertentu. Itu sikap yang enggak bijak,” ujar Azyumardi saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin (20/5).
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, aksi turun ke jalan pada 22 Mei tak lebih dari ekspresi hawa nafsu. Padahal esensi dari bulan Ramadan adalah menahan hawa nafsu.
Sesuai jadwal Pemilu 2019, KPU akan menyelesaikan dan menetapkan perhitungan suara tingkat nasional pada 22 Mei mendatang. Menyikapi agenda tersebut, sejumlah pihak yang terkait dengan Pilpres 2019 ingin menggelar aksi pada hari itu.
PH/IslamIndonesia 

Shinta Nuriyah: Ruang Kebangsaan adalah Kebersamaan dalam Perbedaan

islamindonesia.id – Shinta Nuriyah: Ruang Kebangsaan adalah Kebersamaan dalam Perbedaan
Dalam acara sahur bersama petani tembakau di Temanggung, Istri mendiang KH. Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah, berpesan kepada masyarakat untuk tidak terpecah belah dalam kehidupan berbangsa,  karena ruang kebangsaan adalah ruang kebersamaan dalam perbedaan.
“Kalau berbeda, berarti kita saudara. Bukan berbeda kemudian kita terpisah dan memisahkan diri. Kita bersatu dan bersaudara dalam perbedaan,” katanya di Dusun Tempuran, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jumat (17/5), seperti dilansir Antara.
Termasuk perbedaan dalam berpolitik, katanya, juga harus disikapi secara arif. Perbedaan dimaknai sebagai ruang perjumpaan untuk mempererat persaudaraan.
“Kita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan itu. Kita satu bangsa yang berbeda-beda tetapi tetap satu,” lanjutnya.
Shinta berpesan, agar puasanya berarti tidak sekedar lapar dan haus, maka harus melatih diri untuk bersabar dan menghormati perbedaan, baik antar umat beragama maupun pilihan politik.
“Jangan sampai puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja karena kita tidak memahami dengan baik makna puasa. Di antaranya itu, saling menghormati dan menghargai,” tegasnya.
MUH/IslamIndonesia/Foto Fitur: Antara

Di Malang, Ulama dan Habaib Serukan Jaga Kesucian Ramadan Terima Hasil Pemilu

islamindonesia.id – Di Malang, Ulama dan Habaib Serukan Jaga Kesucian Ramadan Terima Hasil Pemilu
Di Malang Jawa Timur, para ulama dan habaib mengadakan Multaqo ulama pada Jumat (17/5/2019). Pertemuan yang diselenggrakan di Ponpes Annur Kabupaten Malang itu dihadiri sekitar 250 ulama  dan habaib. Mereka berseru agar masyarakat dapat menjaga kesucian bulan Ramadan dan menerima keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil Pemilu 2019.
“Ini sudah tidak baik, kita semestinya bisa menerima takdir, siapapun yang jadi presiden itulah keputusan yang harusnya dihormati dan diikuti,” kata Ketua Umum Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) KH Ahmad Fahrur Rozi, seperti dilansir detik
Menurut Gus Fahrur, indikasi gejala untuk menentang hasil Pemilu sudah ada, bahkan ada yang menghubungi pihaknya dan mengajak untuk melawan hasil Pemilu.
“Ini tidak benar, rakyat sudah menjatuhkan pilihannya dalam pelaksanaan Pemilu kemarin. Menolak hasil Pemilu sama halnya menolak proses demokrasi. Apalagi membangun gerakan bila ada kecurangan pada proses Pemilu,” kata pengasuh Ponpes Annur itu.
Sebagai pengikut AhlusSunah wal Jamaah, katanya, memiliki kewajiban penuh dalam menjaga keamanan negara dan bangsa.
“Untuk mengukuhkan kesepakatan para pendiri bangsa dan para alim ulama bahwa bentuk NKRI adalah final, karena telah sesuai dengan konsep Islam rahmatan lil alamin di Indonesia,” pungkasnya.

Berikut lima hasil rumusan Multaqo Ulama di Malang: 

1. Menegaskan kembali kesepakatan para pendiri bangsa dan alim ulama bahwa bentuk NKRI adalah final dan telah sesuai dengan konsep Islam rahmatan lilalamin di Indonesia dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah bangsa.

2. Mengajak umat Islam untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah, menjalin silaturahmi, menghindari fitnah dan tindakan melawan hukum (Inkonstitusional), berkonsentrasi menjalankan ibadah Ramadan dengan sebaik- baiknya dan berharap mendapatkan ampunan Allah dan kemenangan di Hari Raya Idul Fitri.

3. Menghimbau umat Islam untuk bersama-sama mewujudkan stabilitas keamanan yang kondusif mengedepankan persamaan di atas perbedaan. 
4. Mengajak umat Islam menangkal aksi-aksi provokasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, senantiasa mentaati peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku, serta tidak terpancing ikut melakukan aksi inkonstitusional seperti people power untuk menolak hasil pemilu yang sah. 
5. Menerima keputusan KPU untuk menetapkan siapapun presiden dan wakil presiden terpilih sesuai aturan undang-undang yang berlaku.
MUH/IslamIndonesia/Foto Fitur: Beritajatim
Re-Post by MigoBerita / Rabu/22052019/14.33Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya