Mungkin pertanyaan-pertanyaan sejenis menggelayut dihati para Pembaca, untuk ringkasan alasannya mungkin ini sebagian yang bisa Migo Berita lampirkan dari sumber pemberitaan yang terpercaya dan independen menurut kami. Mungkin ada yang tidak terpuaskan dengan artikel pemberitaan yang kami sajikan, tapi paling tidak dapat menjadi seteguk dahaga ditengah Umat Islam Dunia yang selalu bisa dipecah-belah oleh Orang Luar dan bahkan didalam komunitas muslim sendiri, bahkan meminjam bahasa para Penulis Terdahulu (Google), bahwa untuk melihat Islam saat ini kita harus mengetahui sumbernya, yaitu ketika ingin mengetahui Islam Sunni sesungguhnya lihatlah Republik Indonesia, untuk mengetahui Islam Syiah maka lihatlah Republik Islam Iran, sedangkan untuk mengetahui Islam Wahabi maka lihatlah lebih dekat atas Islam Kerajaan Arab Saudi.
Kembali kepertanyaan dari artikel-artikel yang kami rangkum, Mengapa Republik Islam Iran "BERANI" dengan Amerika dan Inggris serta sekutunya??? inilah artikel-artikel yang layak Pembaca Migo Berita baca :
Dalam pertemuan tersebut, yang diadakan di Caracas pada Sabtu malam (21/07/19) (waktu setempat), diplomat top Iran dan presiden Venezuela itu bertukar pandangan tentang masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Kedua belah pihak membahas hubungan bilateral antara Republik Islam dan negara Amerika Latin di berbagai bidang dan perkembangan regional dan internasional terbaru.
Zarif mengunjungi Venezuela untuk pertemuan Gerakan Non-Blok (NAM) setelah perjalanan ke New York dan akan menghadiri konferensi di PBB.
Di Caracas, Zarif berbicara pada Pertemuan Tingkat Menteri Biro Koordinasi Gerakan Non-Blok.
Menteri luar negeri Iran juga berencana mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza, ketua Parlemen Venezuela, serta rekan-rekan asingnya yang ambil bagian dalam konferensi GNB.
Zarif juga akan mengunjungi Nikaragua dan Bolivia selama turnya ke Amerika Latin. [IT]
Pantai Gading Perluas Kerjasama Perdagangan dengan Iran
Delegasi beranggotakan 12 orang itu bertemu dengan pejabat Iran dan perwakilan sektor swasta negara itu di tempat Kamar Dagang, Industri, Tambang dan Pertanian Iran pada hari Rabu, demikian portal ICCIMA melaporkan pada Kamis, 09/05/19.
Dalam kunjungan ke Provinsi Qazvin di Iran barat, delegasi ICCIMA melihat kapasitas ekonomi provinsi itu dalam bidang investasi.
Pejabat kedua negara mengadakan pertemuan dengan anggota kamar dagang, industri, tambang dan pertanian provinsi itu.
Industri yang terkait dengan mobil, peralatan medis, teknologi informasi dan komunikasi, pertanian, minyak dan petrokimia, peralatan rumah sakit, bahan bangunan, listrik, tambang dan higienis dan kosmetik adalah topik pembicaraan pejabat kedua negara.
Provinsi Qazvin Iran dengan 3.500 unit industri adalah salah satu pusat industri terbesar Iran. [IT]
Sumber Berita : https://www.islamtimes.org/id/news/793470/pantai-gading-perluas-kerjasama-perdagangan-dengan-iran
Putra Sheikh Zakzaky: Kondisi Ibrahim Zakzaky Sangat Memprihatinkan
Pada hari Sabtu, 06/07/19, putranya, Mohammad Zakzaky, mengatakan bahwa ia terkejut dengan kondisi medis ayahnya yang semakin memburuk setelah mengunjunginya, dan menekankan ayahnya perlu segera dirawat di rumah sakit karena "sejumlah besar timah dan kadmium yang berbahaya telah ditemukan dalam darahnya.
Mohammad mengatakan, pihak berwenang Nigeria belum mengambil tindakan apa pun sejauh ini, dan mereka berniat untuk membunuh ayahnya, menurut laporan Press TV.
Sebelumnya pada hari Jumat, Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC) yang berbasis di Inggris telah menerima laporan tentang kondisi kesehatan Zakzaky yang semakin memburuk.
IHRC - yang telah mengirim tim medis ke Nigeria pada bulan April untuk memeriksa kondisi kesehatan Sheikh Zakzaky dan istrinya - dalam sebuah pernyataan mengatakan perawatan spesialis yang mereka butuhkan hanya dapat diakses sepenuhnya di luar negara Afrika.
Secara terpisah, anggota Gerakan Islam di Nigeria (IMN) juga mengatakan minggu lalu bahwa ulama itu telah diracuni di penjara dan membutuhkan perawatan medis mendesak di luar negeri.
Pada hari Kamis, IMN juga mengatakan dalam sebuah pernyataan, para pemimpin kelompok akan meminta pertanggungjawaban Presiden Nigeria Buhari Muhammadu jika sesuatu terjadi pada Zakzaky atau istrinya dalam tahanan.
"Status kesehatan mereka sangat penting bagi kita semua dan Buhari harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Sheikh atau istrinya," kata IMN.
"Kami sekali lagi menyerukan pembebasan segera pemimpin kami dan istrinya, yang situasi kesehatannya tampaknya memburuk dengan sangat cepat, terutama mengingat keracunan yang dilaporkan, yang mereka alami dalam penahanan," bunyi pernyataan itu lebih lanjut.
Zakzaky, pemimpin Gerakan Islam di Nigeria, telah ditahan sejak Desember 2015 setelah kediamannya di kota Zaria digerebek oleh pasukan Nigeria, di mana ia dipukuli dan kehilangan mata kirinya.
Selama penumpasan brutal, tiga putranya kehilangan nyawa, istrinya menderita luka serius dan lebih dari 300 pengikutnya tewas.
Zakzaky didakwa pada April 2018 dengan pembunuhan, pembunuhan karena kesalahan, majelis yang melanggar hukum, menggangu perdamaian publik dan tuduhan lainnya. Dia mengaku tidak bersalah, dan keras menolak semua tuduhan yang diajukan kepadanya oleh otoritas negaranya.
Pada 2016, pengadilan tinggi federal Nigeria memerintahkan Zakzaky dibebaskan tanpa syarat dari penjara setelah persidangan, tetapi pemerintah sejauh ini menolak untuk membebaskannya. [IT]
Netanyahu dan Trump Diskusi Soal Tindakan "Fitnah" Iran
Pernyataan Gedung Putih itu diutarakan ketika meningkatnya ketegangan antara Tehran dan Washington terkait dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) 2015.
"Kedua pemimpin itu membahas kerja sama antara Amerika Serikat dan Israel dalam memajukan kepentingan keamanan nasional bersama, termasuk upaya untuk mencegah tindakan memfitnah Iran di kawasan itu," kata Wakil Sekretaris Pers Judd Deere dalam sebuah pernyataan. [IT]
Pemimpin Mojahedin Khalq (MKO) Bertemu dengan Netanyahu di Tel Aviv
"Saya terkejut hari ini oleh berita yang diterima dari seorang mantan kolega yang bekerja dengan saya di Tehran; Maryam Rajavi, co-leader People's Mojahedin Organization of Iran (PMOI), mengunjungi Israel," cuitnya pada 17 Juli 2019.
"Pada 17 Juli, nyonya Rajavi meninggalkan Tirana untuk bergabung dengan Tel Aviv. Perjalanan ini diatur melalui Rudy Giuliani, penasihat pribadi Presiden Trump dan Boaz Rodkin, Duta Besar Israel untuk Albania," tambahnya.
"Nyonya Rajavi kemungkinan akan bertemu dengan Yossi Cohen, direktur Mossad yang telah bekerja sama dengan "Mujahidin" dalam masalah nuklir Iran. Selama perjalanannya ke Tel Aviv, nyonya Rajavi juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel," tulis diplomat Prancis itu pada hari yang sama.
"Nyonya Rajavi memegang gelar Pengungsi Politik di Prancis. Pembicaraannya dengan Negara Yahudi belum disahkan oleh Kanselir Prancis di Israel.
"Bapak Netanyahu mengumumkan beberapa hari yang lalu bahwa ia akan segera mengungkap berita tentang kegiatan nuklir Republik Islam," lanjut Cochard.
Yang disebut oleh Cochard sebagai People's Mojahedin Organization of Iran (PMOI) adalah Organisasi teroris Mojahedin Khalq (MKO), yang mengubah manusia menjadi robot yang patuh, berbalik melawan Iran setelah Revolusi 1979 dan telah melakukan beberapa serangan teroris dengan membunuh pejabat senior di Iran. Namun Barat mengatakan mendukung kelompok teroris ini secara resmi.
Setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, MKO mulai bermusuhan dengan Iran dan melakukan berbagai jenis pembunuhan dan kegiatan teroris.
Maryam Rajavi menjadi pemimpin kelompok teroris ini selama lebih dari 25 tahun. Kelompok ini juga diperintah melalui pengaturan diktator dan jauh dari mekanisme demokrasi. Beberapa anggotanya beberapa kali bersuaha melarikan diri dari Kamp Liberty, dan umumnya menghadapi kegagalan, dan melakukan bunuh diri.
Baru-baru ini banyak laporan mengungkap kerja sama erat antara Saudi dan para pejabat MKO. [IT/Onh]
Israel Brutal, Terus Hancurkan Rumah Warga Palestina
Penghancuran rumah-rumah itu dimulai pada Senin, 22/07/19, pagi waktu setempat itu, sementara protes dari Palestina dan dikritik komunitas internasional tak dihiraukan oleh rezim penjajah.
Sebuah buldoser dan ratusan polisi meratakan bangunan-bangunan tersebut, dimulai dengan sebuah bangunan berlantai dua yang baru separuh dibangun. Para wartawan dicegah untuk mencapai area tersebut saat warga diusir dari rumah-rumah tersebut.
Palestina mengecam penghancuran rumah di Sur Baher, di ujung Yerusalem timur itu dan akan mengajukan keluhan ke Mahkamah Kejahatan Internasional atas langkah Israel tersebut.
Penduduk Palestina mengatakan mereka mendapat izin untuk membangun oleh Otorita Palestina dan Israel berupaya merebut tanah di Tepi Barat. Namun Mahkamah Agung Israel menyatakan rumah-rumah itu merupakan ancaman keamanan.
Sekitar 700 polisi dan 200 tentara Israel dilibatkan dalam operasi penghancuran rumah-rumah di desa Wadi Hummus, di kawasan Sur Baher tersebut. Mereka membawa alat-alat berat termasuk buldoser dan menghancurkan bangunan rumah penduduk setempat. [IT/Onh/Ass]
Yaum al-Quds: Kiblat Perlawanan Umat untuk Pembebasan dan Kemanusiaan
Kota al-Quds atau Yerusalem merupakan salah satu kota tertua dan lama di dunia, terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Kota ini dianggap suci dalam tiga agama Abrahamik, Yudais (Yahudi), Kristen, dan Islam.
Sepanjang sejarah, al-Quds pernah dihancurkan setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan direbut serta direbut-kembali selama 44 kali. Bagian tertua kota ini menjadi tempat permukiman pada milenium ke-4 SM dan pada tahun 1538 dibangunlah tembok di sekitar al-Quds oleh pemerintahan Suleiman I, salah satu kesultanan Turki Utsmaniyah. Saat ini tembok tersebut mengelilingi Kota Lama, yang secara tradisi terbagi menjadi empat bagian sejak awal abad ke-19 yang dikenal sebagai kawasan Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim. Kota ini menjadi sebuah situs warisan dunia pada tahun 1981, dan termasuk dalam daftar situs warisan dunia yang dalam kondisi bahaya. Untuk saat ini, al-Quds modern telah berkembang jauh melampaui batas-batas dalam pemerintahan kesultanan Suleiman.
Dalam pandangan Islam, kota al-Quds merupakan jantung gerakan Islam. Disana berdiri sebuah masjid al-Aqsa yang dalam versi Islam dianggap sebagai kiblat pertama umat Islam dan salah satu tempat suci umat Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di kawasan Bait al-Maqdis, kota al-Quds Timur. Di depan bangunan masjid yang masih di kompleks Bait al-Maqdis, terdapat bangunan kubah warna hijau yang dikenal sebagai Qubat al-Sakhra atau Dome of Rock. Bangunan kubah ini untuk melindungi batu hitam Sakhra al-Muqaddasah yang menjadi pijakan Rasulullah saat menuju Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra dan Miraj.
Berdasarkan nilai sejarah, Masjid al-Aqsa menjadi tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid al-Aqsa juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam, sebelum datang perintah dari Allah Swt melalui wahyu-Nya kepada Rasulullah Saw untuk mengubah kiblatnya ke Baitullah (Kabah) di Masjid al-Haram.
Berdasarkan sejarah, umat Islam mengambil kepemilikan Masjid al-Aqsa dan Palestina pada tahun kelima belas Hijriah, dan tetap -,kecuali untuk periode singkat ketika Tentara Salib mendudukinya antara tahun 1099 dan 1187 SM,- di bawah kendali umat Islam sampai datang kolonialis Inggris di jantung Islam pada tahun 1918.
Dengan intrik politik, dan dalam suasana perselisihan dengan para kepala suku Arab, Inggris merancang kekalahan kesultanan Ustmaniyah, yang menyebabkan perpecahan dan pengkotakan umat menjadi beberapa negara dan bangsa kecil dan lemah. Ketika kolonialis Inggris akhirnya pergi, Palestina kemudian diserahkan kepada kolonialis Zionis yang didatangkan dari Eropa.
Selama pemerintahan Islam, di kota al-Quds, baik warga Yahudi dan Kristen menikmati kebebasan beragama dengan lengkap, termasuk tempat ibadah mereka dihormati dan dilindungi. Ketika Tentara Salib datang, sejak itu mereka tidak mengizinkan warga Muslim atau Yahudi untuk mendapatkan kebebasan semacam itu. Warga Yahudi, bahkan tidak diizinkan untuk memasuki al-Quds. Sejak pendudukan zionis Palestina dan al-Quds, penganiayaan agama dan penodaan terhadap tempat-tempat ibadah menjadi norma, adab dan budaya hingga sekarang ini. Baik umat Islam maupun Kristen menderita kebrutalan dan penganiayaan para penganut Zionisme ini.
Sekarang, penting bagi kita, untuk menengok kembali bagaimana umat Islam berakhir dalam kondisi yang menyedihkan ini. Mungkin pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengungkap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Zionis.
Pendudukan Zionis atas Palestina didahului bukan hanya melalui strategi pecah belah dan pengkotakan terhadap umat, tetapi juga dengan memberikan suntikan toxin nasionalisme Arab, sebuah konsep yang benar-benar asing bagi konsep al-Quran mengenai konsep umat dan agama ke dalam tubuh politik Islam.
Itu adalah ideologi nasionalisme yang menyimpang-, nasionalisme Arab tepatnya,- yang tujuannya adalah memecah belah umat Islam ketika mereka dihadapkan dengan nasionalisme Zionis dalam konflik atas kendali Palestina. Konflik ini akhirnya tidak bisa dihindari, nasionalisme Arab sangat asing bagi etos umat Islam. Umat Islam hanya dapat dimobilisasi berdasarkan Islam, bukan atas dasar ideologi asing yang diimpor dari Barat. Nasionalisme Zionis, di sisi lain, hanyalah kedok yang nyaman untuk mempertahankan kontrol imperial Barat atas bagian penting dari jantung Islam. Karena itu mengapa Zionisme terus menikmati dukungan penuh dari kekuatan kolonial.
Kekuatan Barat selalu mengejar strategi jangka panjang, sebagai modusnya, mereka pertama kali mengalahkan Kesultanan Ustmaniyah, dan kemudian menanamkan agen-agen mereka di dalam tubuh umat Islam yang terfragmentasi di Timur Tengah yang berakhir dengan para penguasa seperti Abdul Aziz bin Saud di jazirah Arab (Saudi Arabia), Abdullah bin Husain di Yordania dan, Faisal bin Husain pertama di Suriah dan kemudian di Irak.
Para pengkhianat ini dibesarkan oleh kekuatan kolonialis, dan karena itu mereka tetap setia kepada penjajah, disokong penuh untuk membantu menghancurkan umat hingga hari ini. Ketika kediktatoran ini diciptakan, tujuan utama kolonialisme adalah -,sebagaimana yang berjalan sampai hari ini,- untuk melindungi "negara" palsu Zionis Israel yang didirikan di Palestina. David Ben Gurion, Perdana Menteri pertama Israel, secara terbuka mengakui bahwa rezim Arab adalah garis pertahanan pertama Israel. Rezim-rezim ini terus menerus menekan gerakan-gerakan Islam. Dan mereka menyuguhkan langkah strategis bahwa satu-satunya kendaraan yang mampu memobilisasi dan mendorong umat melawan penjajah asing adalah nasionalisme Arab dengan dalih menjaga Islam di kawasan. Sikap subversif Barat ini merupakan kebijakan sangat mendasar bagi semua rezim-rezim Arab.
Dalam situasi yang suram, kemudian muncul Revolusi Islam yang berhasil di Iran pada tahun 1979. Sejak itu, Imam Khomeini dianggap sebagai pemimpin dan Bapak Revolusi Islam pertama yang muncul di tengah umat Islam pada periode kolonial. Imam Khomeini mengambil sejumlah langkah-langkah strategis dan penting yang jangkauannya sangat luas untuk masa depan umat. Implikasi dari strategi itu, kaum Zionis Israel yang pernah mendirikan kedutaan di Tehran selama rezim Shah, dan memiliki hubungan erat dengan institusi represif Shah, terusir dari Iran. Setelah itu, negara-negara Islam berbondong-bondong ikut memutuskan semua hubungan diplomatik dengan "negara" Zionis, dan menyerahkan semua properti yang sebelumnya ditempati oleh kaum zionis kepada Palestina.
Imam Khomeini kemudian menyatakan bahwa hanya dengan cara mobilisasi massa umat yang mampu membebaskan kiblat pertama Islam (al-Quds) dari cengkeraman Zionisme. Pada posisi ini, Imam Khomeini kemudian mentasbihkan bahwa hari Jumat terakhir bulan Ramadan ditandai sebagai Yaum al-Quds atau Hari al-Quds. Dari sisi ini, umat Islam di seluruh dunia kemudian tergugah mata hatinya, dan menegaskan kembali tekad dan komitmen mereka untuk mengakhiri pendudukan al-Quds dan Palestina dari cengkeraman para penjajah Zionis dukungan rezim arab dan kolonialisme Barat.
Dalam menerapkan strategi itu, Imam Khomeini tidak pernah meminta kepada orang Palestina untuk bangkit atas dasar nasionalisme Arab atau nasionalisme Palestina, Imam juga tidak menyerukan kepada seluruh rezim di dunia Islam untuk mengumpulkan sumber dayanya untuk membebaskan al-Quds. Imam Khomeini punya logika sendiri, dan menemukan rumusan perjuangan umat Islam harus berasal dari akar Islam itu sendiri. Menurut Imam, bulan Ramadan yang juga dianggap sebagai bulan Nuzulul Quran, adalah bulan penentangan umat terhadap penjajah Zionis dan bulan pembebasan al-Quds.
Secara filosofis, bulan Ramadan merupakan bulan perjuangan, sebab di bulan ini kaum muslimin pernah berjuang dalam pertempuran pertama mereka, yakni dalam perang Badr yang puncaknya adalah kemenangan gemilang umat Islam. Selain itu, di bulan Ramadhan, kota suci Makkah berhasil dibebaskan dari cengkeraman kaum musrikin Quraish. Karena itu sangat tepat ketika Imam Khomeini menempatkan dan mentasbihkan simbol perjuangan untuk pembebasan Palestina dan al-Quds di bulan Ramadhan ini.
Sejak Yaum al-Quds pertama kali diproklamasikan, umat Islam di seluruh dunia terus memperhatikan geliat gerakan Yaum al-Quds. Semua mata dunia menaruh perhatian penuh terhadap penistaan vandalisme zionis dan penodaan kiblat pertama Islam, serta penjajahan terhadap Palestina dan penindasan terhadap rakyat Palestina.
Dus, dengan mencermati gerakan Yaum al-Quds ini, umat Islam sekarang ini tidak hanya sudah memahami urgensitas dirinya, tapi juga memahami kewajiban politiknya dan pengakuan terhadap kewajiban agamanya.
Perlindungan terhadap tempat-tempat suci adalah kewajiban yang berlaku bagi semua orang. Selama al-Quds yang suci, tetap dalam cengkeraman Zionisme, maka tugas ini tetap menjadi kewajiban, dan memobilisasi tidak saja umat Islam untuk menuju tujuan ini selain kewajiban agama juga kewajiban kemanusiaan universal. Karena itu, Yaum al-Quds adalah simbol gerakan dan kiblat perlawanan umat Islam dan dunia untuk pembebasan dan kemanusiaan. [IT]
Ayatullah Khamenei dan Hari Quds Sedunia
• “Yang terpenting adalah dunia Islam tidak melupakan masalah Palestina… Amerika, negara-negara yang angkuh dan pendukung setia Zionis memaksakan kaum Muslimin supaya melupakan masalah Palestina, namun masyarakat Islam dan Iran tidak boleh melupakan masalah Palestina.”
• “Di Palestina sendiri, api suci perlawanan tidak boleh padam. Para pemuda dan kaum wanitanya berjuang di negara mereka dalam menghadapi rezim Zionis. Tentang perundingan lembaga-lembaga Internasional yang diadakan dalam upaya untuk mencapai perdamaian Palestina atau atas nama Palestina dengan membuat tribun-tribun maka hal itu tidaklah akan menyelesaikan masalah. Dukungan masyarakat dunia Islam dari perlawanan secara nyata dan khusus rakyat Palestina didalam negeri, keduanya akan menyelesaikan masalah dan kepala musuh utama Palestina akan terjungkal ke tanah.”
• “Peringatilah hari al-Quds dan jika publikasi dunia memberitakannya, mereka yang berada di penjara Palestina akan memahami niat tulus dan jujur Anda sehingga mereka akan memiliki kekuatan untuk bertahan. Orang-orang yang berada dibalik jeruji tahanan Palestina tidak boleh merasa sendirian dan harus bertahan. Para wanita dan laki-laki yang berada di jalur Gaza tempat pendudukan dan selalu diusik oleh pihak Zionis harus merasakan dukungan Anda sehingga mereka akan mampu bertahan. Pemerintah tentu saja memiliki tanggung jawab tersendiri dalam hal ini.”
• “Terus terang saya mengumumkan bahwa setiap pemuda Palestina yang dibantai dan setiap keluarga Palestina yang kehilangan pelindungnya dan syahid, maka sesungguhnya Presiden dan pemerintahan Amerika terlibat langsung dengan pembantaian ini.”
• “Masalah Palestina tidak memiliki solusi kecuali satu dan hal itu adalah pembentukan negara Palestina di seluruh tanah Palestina.”
• “Setiap inci dari tanah Palestina adalah satu jengkal dari rumah Kaum Muslimin. Kedaulatan dari yang bukan kedaulatan Palestina dan bukan kedaulatan Palestina dan kedaulatan kaum Muslimin atas negara Palestina, kedaulatan Zionis. Perkataan kami sama dengan apa yang dikatakan oleh Imam Khomeini: ‘Israel harus dihapus dari peta dunia’, perkara ini bukan perkara sentimen memerangi Yahudi, perkara ini adalah perkara pencaplokan rumah-rumah Kaum Muslimin.
Pesan Haji Imam Khamenei 1438 H: Bela dan Bebaskan Palestina Tugas Pasti Umat Islam
Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, dalam Pesan Haji Dzul Hijjah 1438 H yang dibacakan, Kamis (31/8) pagi oleh wakil beliau dalam urusan haji dan ziarah Hujjatul Islam Qadhi Askar di padang Arafah, mengisyaratkan pada politik perpecahan Sistem Hegemoni terhadap Umat Islam dan menegaskan tugas para pemimpin negara-negara Islam dan para tokoh Dunia Islam adalah menciptakan persatuan, menyadarkan bangsa-bangsa, dan menghentikan secara mendesak semua tragedi yang sedang menimpa negara-negara Islam. Beliau mengatakan bahwa “Bela Palestina dan solidaritas bersama bangsa yang hampir 70 tahun berjuang demi negaranya yang dijajah adalah tugas kita semua.
Redaksi lengkap pesan haji beliau sebagai berikut:
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puja dan puji kehadirat Allah Tuhan Alam Semesta. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad penutup para nabi serta keluarga suci dan sahabat mulia beliau.
Puji-syukur kehadirat Allah Swt yang tahun ini juga menganugerahi ibadah haji kepada sejumlah besar orang-orang mukmin dari seluruh penjuru dunia. Sehingga mereka mendapat keutamaan dari muara segar yang dermawan ini, dan dapat beribadah khusyuk, berzikir, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt di samping rumah agung-Nya dan di waktu-waktu istimewa ibadah; di hari-hari dan malam-malam yang setiap saatnya berharga dan diberkati, seperti elixir mukjizat yang mampu merevolusi hati, menyucikan jiwa, dan menghiasi diri.
Haji, ibadah penuh misteri dan rahasia. Baitul Haram yang mulia, tempat berlimpah berkah Ilahi dan manivestasi ayat-ayat dan bayinat tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Haq dan Mahatinggi. Haji mampu mengantarkan hamba mukmin dan ahli khusyuk serta tadabur kepada jenjang-jenjang spiritual serta menjadikannya insan mulia yang bersinar. Haji juga mampu membuatnya jadi unsur yang berbasirah tajam, pemberani, aktif dan pejuang. Dua sisi spiritual dan politik, individual dan sosial sama-sama tampak menonjol sekali dalam fardu yang tiada duanya ini. Dan umat Islam sekarang sangat membutuhkan dua sisi tersebut.
Di satu sisi, sihir Materialisme, dengan mengerahkan sarana dan prasarana canggih, sedang terus menerus menyesatkan dan membinasakan. Sedangkan dari sisi lain, politik Sistem Hegemoni giat membuat fitnah dan mengobarkan perang di tengah Muslimin serta mengubah negara-negara Islam menjadi neraka ketidakamanan dan perselisihan.
Haji merupakan obat manjur bagi dua bencana besar Umat Islam ini. Membersihkan hati mereka dari karat dan mengilaukannya dengan cahaya takwa serta makrifat, membuka mata mereka kepada berbagai fakta pahit Dunia Islam, membulatkan tekad mereka untuk menanggulanginya, mengukuhkan langkah mereka, dan menyiapkan tangan serta benak mereka.
Sekarang, Dunia Islam mengalami ketidakamanan. Ketidakamanan moral dan spiritual, begitu pula ketidakamanan politik. Faktor utamanya, kelalaian kita dan serangan kejam musuh. Kita belum menjalankan tugas keagamaan dan rasional kita sendiri terhadap serangan musuh-musuh jahat. Kita melupakan “Asyidda’ ‘alal kuffar” (Keras terhadap orang-orang kafir.), dan juga melupakan “Ruhama’ bainahum” (Pengasih-sayang sesama mereka.). Akibatnya, musuh zionis senantiasa membuat fitnah di jantung geografi Dunia Islam, sementara kita selalu lalai akan tugas pasti “Selamatkan Palestina”, kita disibukkan dengan perang internal di Suriah, Irak, Yaman, Libia, dan Bahrain serta melawan teroris di Afganistan, Pakistan, dan lain-lain.
Para pemimpin negara-negara Islam dan tokoh-tokoh politik, agama, serta budaya di Dunia Islam punya tugas dan tanggungjawab berat:
• Tugas menciptakan persatuan dan memperingatkan masyarakat dari bahaya permusuhan antar etnik atau mazhab,
• Tugas menyadarkan bangsa-bangsa tentang cara-cara musuh dan pengkhianatan arogansi istikbar serta zionisme,
• Tugas membekali semua orang untuk menghadapi musuh di berbagai medan perang lunak dan kasar,
• Tugas menghentikan secara mendesak semua peristiwa menyedihkan di tengah negara-negara Islam, yang mana contoh-contoh pahitnya sekarang seperti tragedi Yaman, telah mengundang duka dan protes di seluruh penjuru dunia,
• Tugas membela secara tegas kelompok-kelompok minoritas muslim yang tertindas, seperti di Myanmar dan lain-lain,
• Dan yang lebih penting dari semua itu, tugas membela Palestina dan bekerjasama serta bersolidaritas tanpa tawar-menawar dengan bangsa yang hampir tujuh puluh tahun berjuang demi negaranya yang terjajah.
Inilah tugas-tugas penting dan tanggungjawab kita semua. Bangsa-bangsa harus menuntutnya dari pemerintah mereka. Para tokoh harus bekerja keras di jalan ini dengan tekad bulat dan niat tulus. Pekerjaan-pekerjaan ini merupakan bentuk nyata dari menolong agama Allah Swt yang sudah barang tentu, dan berdasarkan janji Ilahi, akan disertai oleh pertolongan-Nya Swt.
Inilah sebagian dari pelajaran Haji. Dan semoga kita memahami dan mengamalkannya.
Saya berdoa kepada Allah Swt agar ibadah haji kalian semua diterima di sisi-Nya. Begitu pula saya memperingati Syuhada Mina dan Masjidul Haram, semoga Allah Swt Yang Maha Pengasih dan Maha Mulia meninggikan derajat mereka.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sayid Ali Khamenei
7 Syahriwar 1396 Hs (27 Agustus 2017)
[IT/r/Walifaqih]
Houthi Minta Koalisi Pimpinan Saudi Segera Tarik Pasukan dari Yaman
"Kami menyerukan negara-negara agresi untuk menyatakan penarikan dari Yaman. Republik Yaman menolak agresi, pengepungan dan embargo udara," kata Mohammed Ali al-Houthi, ketua Komite Revolusi Tertinggi Yaman, dalam sebuah posting yang diterbitkan pada halaman Twitter resminya pada Selasa, 09/07/19.
"Penarikan dari Yaman adalah keputusan ideal yang harus diambil pada waktu khusus ini. Cukup baik bagi negara-negara agresi untuk menggunakan Yaman sebagai ladang uji coba senjata Eropa dan Amerika selama lima tahun, dan membuktikan keburukan dari kejahatan mereka terhadap dunia", tulisnya.
Sebelumnya pejabat senior Emirat yang tidak disebutkan namanya pada Senin, 09/07/19, kepada wartawan mengatakan negaranya merencanakan penarikan pasukan dari Yaman sebagai pergeseran dari strategi militer ke rencana "perdamaian" sebagai gantinya.
"Kami memiliki tingkat pasukan yang turun karena alasan yang strategis di (kota Laut Merah) Hudaydah dan alasan yang taktis" di bagian lain negara itu.
"Ini sangat berkaitan dengan perpindahan dari apa yang saya sebut strategi pertama militer ke strategi pertama yang damai, dan inilah yang saya pikir dan apa yang kita lakukan," kata pejabat Emirat itu.
Pada akhir Juni, sumber-sumber diplomatik Barat mengatakan, UEA mempertimbangkan kembali upaya militernya dalam perang di Yaman untuk fokus pada ancaman yang ditimbulkan oleh meningkatnya ketegangan AS-Iran. [IT]
Ansarullah Konfirmasi Uni Emirat Arab (UEA) Mulai Tarik Pasukan dari Yaman
Dalam sebuah wawancara dengan TV berbahasa Arab, al-Alam yang disiarkan pada Jumat, 12/07/19, Mohamed al-Bukhaiti, anggota biro politik Ansarullah, mengatakan pemantauan situasi menunjukkan bahwa UEA telah menarik pasukannya keluar dari daerah-daerah tertentu di Yaman, meskipun pemerintah Abu Dhabi sejauh ini tidak menerapkan sikap formal atau kejelasan tentang masalah ini.
Tidak jelas apakah penarikan Uni Emirat dari Yaman secara parsial atau lengkap, tambahnya.
Ansarullah secara dekat memantau setiap situasi, drone dan rudal Yaman juga siap untuk menanggapi setiap intensifikasi sikap UEA, tegas Bukhaiti.
Dia juga mencatat, Ansarullah meminta penarikan penuh semua pasukan asing dari Yaman, dan menganggap setiap pasukan asing yang tersisa di tanah Yaman sebagai agresor dan penjajah.
"Ansarullah dengan tegas menyerukan perdamaian berkelanjutan yang akan menjamin keamanan dan martabat semua negara kawasan, dan mendesak untuk menghormati terhadap kedaulatan dan kemerdekaan Yaman dan negara-negara lain, tegas Bukhaiti.
Rakyat Yaman yang tidak berdaya telah diserang secara besar-besaran oleh koalisi yang dipimpin oleh rezim Saudi selama lebih dari empat tahun, tetapi Riyadh belum mencapai satu pun tujuannya di Yaman sejauh ini.
Sejak Maret 2015, Arab Saudi dan beberapa sekutu Arab telah melakukan serangan udara mematikan terhadap gerakan Houthi Ansarullah dalam upaya mengembalikan kekuasaan mantan presiden buron Abd Rabbuh Mansour Hadi, sekutu dekat Riyadh.
Angka resmi PBB mengatakan, lebih dari 15.000 orang terbunuh di Yaman sejak kampanye pemboman yang dipimpin Saudi dimulai.
Perang Saudi juga berdampak pada lebih dari tujuh juta anak-anak di Yaman yang kini menghadapi ancaman kelaparan serius, menurut angka-angka UNICEF.
Lebih dari 6.000 anak terbunuh atau menderita luka serius sejak 2015, kata badan anak-anak PBB. Situasi kemanusiaan di negara ini juga telah diperburuk oleh wabah kolera, polio, dan campak. [IT]
Rusia, Prancis dan Jerman Desak De-Eskalasi Kawasan Setelah Iran Tangkap Tanker Inggris
Ketua Komite Urusan Internasional Dewan Federasi Rusia Konstantin Kosachev mengatakan, "Kami berharap untuk pendekatan berkepala dingin dari kedua belah pihak tetapi itu tergantung pada rencana apa yang dimiliki masing-masing pihak", katanya pada Sabtu, 20/07/19.
"Jelas bahwa Inggris tidak akan pernah mengakui hak negara lain untuk memperlakukannya dengan cara yang sama seperti memperlakukan mereka".
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Eropa dan Luar Negeri Perancis mengatakan ia mengikuti perkembangan dengan keprihatinan, dan mengatakan, "Tindakan semacam itu merusak dan meningkatkan ketegangan di wilayah Teluk (Persia)".
Kantor Luar Negeri Jerman juga menggemakan pernyataan itu, dan mengatakan, tindakan Iran "memperburuk situasi yang sudah tegang."
"Eskalasi regional lain akan sangat berbahaya. Ini juga akan merusak semua upaya berkelanjutan untuk menemukan jalan keluar dari krisis saat ini".
Departemen Hubungan Masyarakat IRGC dalam sebuah pernyataan pada Jumat, 19/07/19, mengatakan, kapal bernama "Stena Impero" disita "atas permintaan Pelabuhan Hormozgan dan Organisasi Maritim ketika melewati Selat Hormuz, karena gagal menghormati aturan-aturan maritim internasional.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga mengatakan pasukan militer negara itu menangkap kapal tanker minyak berbendera Inggris untuk "menegakkan aturan maritim internasional".
Kapal itu mematikan lokasi GPS-nya dan bertentangan dengan peraturan internasional, dan berlayar ke selat dengan pola lalu lintas yang salah.
Kapal juga memasuki selat dari rute selatan, yang merupakan jalan keluar yang sangat meningkatkan risiko kecelakaan
Selain itu, Stena Impero tidak mengindahkan peringatan dari Organisasi Pelabuhan dan Maritim Iran.
Sebuah sumber informasi mengatakan kapal tanker minyak Inggris juga mencemari perairan Teluk Persia dengan membuang residu (limbah kimia) minyak mentah. [IT]
Gencar Beritakan Kebohongan Otoritas AS dan Inggris, Twitter Blokir Akun Media Iran
Namun, beberapa media yang terkena dampak pemblokiran menyebutkan bahwa pemblokiran tersebut terkait erat dengan liputan mereka soal penyitaan kapal tanker Inggris oleh Iran pada Jumat di Selat Hormuz, dan sama sekali tidak terkait dengan pelecehan pengikut sekte Bahaai.
Beberapa akun media yang ditanggguhkan diantaranya adalah, Mehrnews, Young Journalists Club (YJC) dan IRNA.
Menurut kantor berita Mehr, akun berbahasa Farsi-nya diblokir pada Jumat malam setelah laporannya mengenai penyitaan kapal tanker Stena Impero di Selat Hormuz yang strategis.
Halaman Twitter berbahasa Farsi Mehr tidak dapat diakses pada Sabtu, 19/07/19, menyusul kemudian kantor berita IRNA dan Young Journalists Club (YJC).
"Sejak tadi malam (Sabtu) dan setelah pemberitaan mengenai penagkapan sebuah kapal tanker Inggris di Selat Hormuz, akun Young Journalists Club (YJC) dan beberapa pengguna lainnya telah ditangguhkan," kata YJC di situs resminya.
Mehr mencatat, akun Diplomasi Mehr, yang menerbitkan analisis dan wawancara tentang kebijakan luar negeri, juga diblokir secara sepihak oleh Twitter.
Outlet media Iran baru-baru ini gencar dan memainkan peran sentral dalam membuktikan kesalahan otoritas AS dan Inggris.
Ketika Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengklaim bahwa kapal perang AS telah menembak jatuh sebuah pesawat tanpa awak Iran di atas Selat Hormuz, IRGC merilis rekaman kendaraan udara tak berawak yang merekam aktivitas kapal Amerika dengan aman kembali ke pangkalannya.
Sementara pada Sabtu, IRGC memposting sebuah video online yang menunjukkan speedboat berhenti di samping Stena Impero dan pasukan IRGC yang mengenakan topeng ski dan membawa senapan mesin turun ke geladaknya dari sebuah helikopter.
Komunikasi radio mengungkap percakapan komunikasi antara kapal perang Inggris dan IRGC Iran pada hari Minggu menunjukkan bahwa angkatan laut Inggris berusaha mencegah perebutan kapal tankernya di Selat Hormuz ketika pasukan IRGC mendekat. [IT/ONH]
Seruan Inggris dan AS untuk Koalisi Maritim di Teluk Persia Ditentang Iran
"Tidak perlu membentuk koalisi karena koalisi macam ini dan kehadiran orang asing di kawasan itu sendiri menciptakan rasa tidak aman," kata Jahangiri. "Dan selain meningkatkan rasa tidak aman, itu tidak akan mencapai sesuatu."
Sebelumnya, Inggris pada Senin menyerukan misi angkatan laut yang dipimpin Eropa untuk memastikan pengiriman yang aman melalui Selat Hormuz. Seruan Inggris itu setelah beberapa hari Iran menyita sebuah kapal tanker berbendera Inggris dalam apa yang digambarkan London sebagai tindakan "pembajakan negara" di jalur air strategis.
Inggris menyebut penyitaan tanker Stena Impero pada Jumat lalu oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) sebagai kesalahan besar setelah pemerintah Inggris menahan sebuah kapal supertanker yang membawa minyak Iran pada 4 Juli di Mediterania dengan dugaan pengiriman minyak mentah ke Suriah dan melanggar sanksi Uni Eropa.
Namun Iran mengatakan itu bukan tindakan pembalasan, dan menekankan bahwa kapal itu telah melanggar hukum maritim internasional. [IT/Onh]
Jerman Tolak Beri Tekanan Maksimum pada Iran
Sebaliknya Jerman akan memprioritaskan de-eskalasi melalui diplomasi.
Menurut Associated Press (AP), pada Senin, 22/07/19, Maas saat berada di Paris hari ini (22/07/19) mengatakan, Jerman tidak ingin bergabung dalam strategi tekanan maksimum AS.
Menyusul diskusi dengan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt kemarin dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian hari ini, diplomat Jerman itu menegaskan bahwa Eropa akan terus memainkan "kartu diplomatik".
Diplomat top Jerman menambahkan, "Yang kita butuhkan adalah de-eskalasi, dan kolega saya, Inggris dan Prancis memiliki pendapat yang sama", tandasnya. [IT/Onh]
Rusia Benarkan Argumen Penangkapan Kapal Tanker Inggris oleh Iran
"Argumen yang dikutip oleh pihak Iran untuk menjelaskan tindakannya jauh lebih meyakinkan daripada referensi yang tidak jelas tentang undang-undang sanksi Uni Eropa yang digunakan oleh otoritas Gibraltar dengan dukungan Inggris pada saat penangkapan sebuah kapal tanker berbendera Panama yang membawa minyak Iran," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov pada Senin, 22/07/19.
"Argumen Iran jauh lebih benar daripada argumen dari Gibraltar dan London yang terlibat dalam pembajakan," lanjutnya. "Iran menjaga ekologi di Selat Hormuz."
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC)dalam sebuah pernyataan Jumat, mengatakan, kapal Inggris yang bernama "Stena Impero" telah ditahan "atas permintaan Pelabuhan Hormozgan dan Organisasi Maritim ketika melewati Selat Hormuz, karena gagal menghormati maritim internasional aturan. [IT/Onh]
Duta: Kontribusi Iran Diperlukan untuk Membangun Kembali Irak setelah Daesh
"Kerusakan besar menimpa Irak selama masa Daesh dan kami membutuhkan kontribusi Iran untuk membenahi kerusakan," kata Sa'ad Jawad Qandil saat berpidato di sebuah konferensi perdagangan di Tehran pada hari Sabtu (6/7).
Qandil mengatakan sanksi ekonomi AS terhadap Iran tidak akan menghalangi Irak dan upayanya untuk mengkonsolidasikan hubungan perdagangan dan bisnis dengan Irannya, bersikeras kedua negara tetangga itu "bertekad untuk menghadapi krisis".
Dia mengatakan penolakan Irak untuk mematuhi sanksi AS terhadap Iran dimaksudkan untuk mengkompensasi dukungan Iran untuk Irak yang bertahan sampai dua tahun lalu ketika negara Arab itu membersihkan teroris Daesh dari wilayahnya.
"Karena Iran berada di samping Irak pada saat pemberontakan Daesh, sekarang Irak akan berdiri di dekat negara sahabat dan tetangganya selama sanksi," kata duta besar Irak.[IT/r]
Boris Johnson Terpilih Jadi Perdana Menteri Baru Inggris
Kemenangannya ini sekaligus menjadikan mantan Wali Kota London itu sebagai Perdana Menteri baru, menggantikan Theresa May yang mengundurkan diri dari jabatannya pada 7 Juni lalu.
Seperti dilansir CNBC.com, Rabu (23/7/2019), Johnson meraih 92.153 suara, sedangkan rivalnya, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt meraih 46.656 suara. Johnson akan dilantik menjadi PM baru Inggris pada Rabu (24/7) besok.
Berbicara di depan para anggota partainya usai pengumuman kemenangannya, Johnson mengatakan bahwa dirinya akan menyatukan Inggris.
"Seperti beberapa raksasa yang tertidur, kita akan bangkit dan menyingkirkan keraguan diri dan negativitas dengan pendidikan yang lebih baik, infrastruktur yang lebih baik, lebih banyak polisi... Kami akan menyatukan negara yang menakjubkan ini dan kami akan membawanya maju," cetus Johnson.
Johnson dan Hunt merupakan dua dari 10 politikus yang lolos dari lima putaran penyisihan kandidat PM yang dipilih oleh 313 anggota parlemen Partai Konservatif. Dalam tahap terakhir pemilihan ini, sebanyak 160 ribu anggota Partai Konservatif ikut serta dalam pemungutan suara.
Johnson langsung dihadapkan pada tantangan berat untuk menyelesaikan proses Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit sebelum tenggat waktu berakhir pada 31 Oktober mendatang. Johnson sendiri telah berjanji untuk mengatasi isu Brexit dengan atau tanpa perjanjian pada akhir bulan Oktober.
Sejumlah menteri termasuk Menteri Keuangan, Philip Hammond, telah mengatakan akan mundur sebagai protes bila Johnson menang, salah satu petunjuk bahwa terjadi perpecahan di internal Partai Konservatif.
Berdasarkan ketentuan, Theresa May akan mengajukan pengunduran diri secara resmi kepada Ratu Elizabeth pada Rabu (24/7) dan Johnson akan secara resmi melakukan audisi dengan Ratu Inggris itu di Istana Buckingham. [IT/CBNC]
Blok Hizbullah: Sanksi AS Tidak akan Mengubah Ideologi
Sebelumnya, Departemen Keuangan AS telah menargetkan dua anggota parlemen Hizbullah dan seorang pejabat keamanan yang dicurigai menggunakan posisi untuk memajukan tujuan kelompok itu dan "kegiatan memfitnah" Tehran.
AS telah meningkatkan tekanan pada kelompok Hizbullah, namun hal itu adalah yang pertama kalinya AS menargetkan anggota parlemen.
Hizbullah mendapatkan kursi di parlemen Lebanon sejak 1992. Kelompok Hizbullah memenangkan mayoritas dalam pemilihan 2018 sementara Hizbullah mendapatkan tiga kursi Kabinet, jumlah terbesar yang pernah dikontrolnya.
Blok itu lebih tegas mengatakan, menargetkan Mohammed Raad dan anggota parlemen Amin Sherri dengan sanksi adalah "serangan terus-menerus terhadap Lebanon, rakyat dan pilihan rakyat". [IT]
Wawancara Sekjen Hizbullah: "Amerika Tak akan Lancarkan Perang terhadap Iran"
Tanggal 12 Juli adalah peringatan 13 tahun dimulainya perang Israel 33 hari di Lebanon yang oleh kelompok perlawanannya, Hizbullah, berhasil mengalahkan musuh Zionis dengan mencegahnya mencapai salah satu targetnya.
Berikut petikan wawancara Sayyid Hassan Nasrallah dengan TV al-Manar Lebanon.
Terkait kehidupan di Lebanon, Hassan Nasrallah mengatakan, masyarakat Lebonon hidup aman sejak 2006 karena prestasi perang 2006, dan hal ini telah mencegah Israel menyerang Lebanon.
"Kami memiliki pasukan infanteri yang memiliki kemampuan khusus. Perlawanan lebih kuat dari sebelumnya meskipun ada sanksi dan itu meningkatkan kemampuannya selama 13 tahun terakhir, dan ini telah diakui oleh Israel", kata Nasrallah.
Nasrallah menanggapi pertanyaan mengenai kepemilikan rudal, dikatakannya; "Siapa yang mengatakan bahwa kami tidak memiliki rudal anti-pesawat, dan siapa yang mengatakan kami memilikinya? Kami mengikuti kebijakan ambiguitas konstruktif dalam hal ini.
"Perlawanan sekarang lebih kuat dari sebelumnya dalam hal kemampuannya untuk menargetkan front domestik musuh".
Sayyid Hassan menolak pandangan soal pengembalian Lebanon ke zaman batu dan meremehkan kemampuan Lebanon.
"Perlawanan dapat menargetkan seluruh Israel dengan daya tembaknya. Kami tidak akan menargetkan Israel selatan selama perang apa pun, melainkan pantai utara yang padat penduduk.
"Saya mengesampingkan perang Israel di Lebanon karena kekuatan pencegahan", katanya.
Mengenai kemunkinan perang dimasa mendatang dengan Israel, Hassan Nasrallah mengatakan, "Setiap perang akan lebih besar dari perang 2006 untuk Israel, dan itu akan menempatkannya di ambang kepunahan.
"Saya yakin bahwa kita dapat meraih kemenangan dalam konfrontasi yang akan datang. Dan saya memiliki harapan besar bahwa saya secara pribadi akan berdoa di Yerusalem (al-Quds)".
Ketika ditanya mengenai Kesepakatan Abad Ini yang digagasan Donald Trump, Sayyid Hassan mengatakan, "Kami yakin bahwa "kesepakatan abad ini" akan gagal".
Mengenai pengiriman pasukan Hizbullah ke Suriah dan penarikannya, dikatakannya, "Kami telah mengerahkan dan menurunkan pasukan kami di Suriah karena membaiknya situasi keamanan. Saat ini belum saatnya penarikan penuh Hizbullah dari Suriah".
Mengenai serangan Israel jet-jet tempur Israel di Suriah, dikatakannya, "Serangan Israel terbaru di Suriah tidak menargetkan sasaran penting. Dan serangan Israel tidak akan menyebabkan diusirnya Iran dari Suriah, dan mereka berisiko bagi Israel. Iran tidak akan menarik diri dari Suriah".
"Hizbullah bukan pemimpin pertempuran di Suriah dan Iran juga tidak", tandasnya.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan serangan Iran terhadap AS, Hassan Nasrallah mengatakan, "Iran tidak akan memulai perang melawan siapa pun. Saya sangat mengesampingkan bahwa Amerika mungkin akan melancarkan perang terhadap Iran. Trump bertaruh pada file ekonomi", tandasnya.
Terkait dengan ketegangan antara Iran dan AS, "serangan dan serangan balasan mungkin terjadi, tetapi kedua belah pihak akan berusaha untuk mengatasi situasi tersebut".
Terkait kronologis penembakan drone AS di Selat Hormuz, Hassan Nasrallah mengatakan, "Iran mengirim pesan melalui negara ketiga pada hari drone itu jatuh, dan mengatakan mereka akan membalas terhadap target AS dalam hal serangan AS".
Mengenai dukungan terhadap Iran, "Tidak seorang pun akan dapat memisahkan diri dari perang melawan Iran di wilayah tersebut. UEA tidak akan tetap aman jika terjadi perang terhadap Iran.
"Jika UEA dan Arab Saudi hancur, apakah itu demi kepentingan rakyat dan pemimpin mereka?", tanya Nasrallah.
"Wilayah ini akan terbakar jika terjadi perang terhadap Iran. Arab Saudi dan Israel akan membayar harga terberat, mengingat UEA telah mulai mengamankan posisinya", katanya.
"Iran akan mengebom Israel jika terjadi perang di wilayah tersebut. Ancaman untuk menghancurkan Arab Saudi dan UEA tidak dapat menghalangi AS untuk melancarkan perang terhadap Iran, melainkan ancaman untuk menyerang pasukannya di kawasan dan Israel".
Terkait dengan usaha AS mencari kontak dengan Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan, "Pemerintahan Trump mencari saluran komunikasi dengan Hizbullah. Sejak saat-saat pertama setelah insiden Kabrshmoun, kami memulai kontak untuk menenangkan situasi. stabilitas di Libanon adalah kepentingan kami," tegasnya. [IT]
MP Raad: Sanksi AS untuk Hizbullah Tidak Akan Berhasil
MP Raad menekankan bahwa AS, yang menyerang negara-negara, tidak mempertimbangkan perwakilan rakyat dari para anggota parlemen untuk dijatuhi sanksi.
Departemen Keuangan AS pada hari Selasa (9/7) menempatkan dua anggota Hizbullah di parlemen Libanon dalam daftar hitam sanksi, pertama kalinya Washington membidik politisi terpilih partai tersebut.
Departemen Keuangan menyebut kepala blok parlemen Loyalitas untuk Perlawanan Haji Mohammad Raad dan anggota parlemen Amin Sherri ke daftar hitam "terkait teror", mengklaim bahwa Hezbollah menggunakan kekuatan parlementernya untuk memajukan kegiatan yang diduga 'keras'.
Juga dimasukkan dalam daftar hitam adalah Haji Wafiq Safa, pejabat keamanan tertinggi Hizbullah.[IT/r]
Sayyid Hassan Nasrallah: "Kami Percaya, Kami akan Shalat di al-Quds!"
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan TV al-Manar, Sayyid Nasrallah meminta para pejabat Zionis Israel untuk tidak ‘membesarkan’ perkataan mereka yang akan "mengembalikan Lebanon ke Zaman Batu".
Pernyataan itu diutarakan Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hasan Nasrallah dalam sebuah wawancara dengan TV al-Manar pada Jumat, 12 Juli, 2019, pukul 09:30 malam (waktu setempat), menangani perkembangan terbaru di Lebanon dan wilayah sekitar.
Tanggal 12 Juli adalah peringatan 13 tahun dimulainya perang Israel 33 hari di Lebanon yang oleh kelompok perlawanannya, Hizbullah, berhasil mengalahkan musuh Zionis dengan mencegahnya mencapai salah satu targetnya.
Pada peringatan ketiga belas perang Juli 2006, Sayyid Nasrallah menekankan bahwa perlawanan hari ini lebih kuat dari sebelumnya dan menghadirkan kemampuannya yang dikembangkan yang akan membawa entitas Zionis ke "ambang kelenyapan".
Mengulangi perkataannya yang terkenal bahwa Zionis 'Israel' lebih lemah dari jaring laba-laba, Sayyid Nasrallah mengatakan, musuh Israel telah gagal membangun kembali kepercayaan pada kemampuan militernya, dan komandan Israel takut akan perlawanan dan tidak berani memulai perang dengan Lebanon.
Sayyid Nasrallah menyajikan peta Palestina yang diduduki. Peta itu menunjukkan lusinan sasaran Israel yang akan dihantam Hizbullah dalam perang di masa depan.
Dijelaskannya, pantai Israel yang mencakup banyak situs strategis berada di bawah target Hizbullah.
"Hizbullah setidaknya mampu menimbulkan kehancuran besar pada entitas Zionis."
Sayyid Nasrallah menegaskan para pejuang Hizbullah sudah menjadi ahli dan siap untuk invasi Galilea, dan mencatat, kepemimpinan perlawanan telah menyiapkan beberapa skenario untuk langkah tersebut.
Di sisi lain, ia menggambarkan kegagalan KTT yang berlangsung di Bahrain bulan lalu, dan menyebut bawah "kesepakatan abad ini" oleh Presiden AS Donald Trump ditakdirkan untuk gagal.
Dalam konteks ini, Sayyid Nasrallah mencatat, para pengungsi Palestina menolak menyerahkan tanah mereka atau dinaturalisasi.
Mengenai demarkasi perbatasan Lebanon, Sayyid Nasrallah menekankan, masalah ini adalah tanggung jawab negara Lebanon, dan menyuarakan dukungan kepada pemerintah dalam pertempuran dengan entitas Zionis.
Beliau menggambarkan apa yang terjadi di Suriah sampai sekarang sebagai kemenangan besar, dan negara Suriah pulih, meski masih ada masalah lain yang masih belum terpecahkan.
Mengenai kehadiran Hizbullah di Suriah, Sayyid Nasrallah mengatakan bahwa gerakan perlawanan telah mengurangi kehadiran pasukannya, dan pengerahan dapat dilakukan ketika dibutuhkan.
Mengesampingkan konfrontasi antara Iran dan AS, Hassan Nasrallah mencatat bahwa Washington tahu betul bahwa perang dengan Republik Islam sangat mahal.
Sayyid Nasrallah juga memperingatkan, perang antara Iran dan AS akan memiliki dampak berbahaya pada seluruh wilayah, termasuk Arab Saudi, UEA dan entitas Zionis.
Mengungkap gerakan revolusioner Ansarullah yang mampu memproses rudal yang dapat mencapai seluruh wilayah Saudi dan Emirat, dikatakannya, kelompok Yaman hanya ingin perang dihentikan.
Pada perkembangan lokal Lebanon, Sayyid Nasrallah mengulangi seruan Hizbullah untuk tenang, merujuk pada penembakan yang menargetkan konvoi seorang menteri Lebanon di Gunung Lebanon awal bulan ini.
Sayyid Nasrallah juga mengatakan bahwa Hizbullah akan melanjutkan kampanye anti korupsi.
Dan menekankan bahwa dalam menghadapi sanksi AS dan daftar hitam anggota parlemen dan pejabat Hizbullah, satu-satunya pilihan perlawanan adalah ketabahan.
‘Keseimbangan Pertahanan’
Sayyid Nasrallah memulai wawancara dengan memberi selamat kepada mereka yang berkontribusi pada kemenangan ilahi "yang di atasnya adalah keluarga para martir, mereka yang terluka dan semua elemen dari tripartit emas: tentara, perlawanan dan rakyat."
Beliau mengatakan bahwa persamaan pencegahan yang ditetapkan oleh perlawanan dengan entitas Zionis sejak perang Juli 2006 telah dikonsolidasikan, dan "keamanan yang kita saksikan di Lebanon saat ini dibuat oleh rakyat Lebanon sendiri, berkat persatuan mereka."
Sayyid Nasrallah mengatakan, selama 13 tahun dan terlepas dari semua tekanan pada perlawanan, Hizbullah berhasil mengembangkan kemampuannya dengan segala cara.
"Kami memiliki senjata ofensif pengubah permainan, bersama dengan kemampuan manusia yang diwakili oleh Radwan Force dan Brigade al-Abbas (pasukan elit)."
"Senjata kami telah dikembangkan dalam kualitas dan kuantitas, kami memiliki rudal dan drone presisi," katanya dan menekankan bahwa komandan Zionis Israel takut akan kemampuan seperti itu.
Pemimpin perlawanan itu tidak memberikan jawaban yang jelas jika Hizbullah memiliki rudal anti-pesawat.
"Siapa bilang kita punya (senjata semacam itu) dan siapa bilang kita tidak punya, dalam hal ini kita mengadopsi kebijakan berdasarkan ambiguitas konstruktif."
'Front Pertahanan Zionis Israel Rentan'
Berbicara tentang titik lemah Zionis Israel, Sayyid Nasrallah mengatakan bahwa komandan Zionis Israel gagal menemukan solusi untuk masalah kerentanan bagian depan dalam negerinya.
“Front ini terlepas dari perang apa pun. Namun, perang Juli membawa pertempuran ke front dalam negeri Israel. Perlawanan lebih mampu hari ini untuk menargetkan dan menimbulkan kerugian pada front dalam negeri Zionis Israel. "
Semua upaya Zionis Israel untuk membangun kembali kepercayaan di front dalam negeri Zionis telah gagal. Militer Israel telah melakukan beberapa tahun terakhir dalam latihan terakhir.
"Tetapi Zionis Israel mengakui bahwa kemampuan manusianya telah memburuk, dan semua tahu bahwa angkatan udara Zionis Israel tidak dapat melakukannya sendirian dalam perang apa pun."
Kehebatannya merujuk pada ancaman Israel untuk 'mengembalikan Libanon ke Zaman Batu'.
"Saya menyarankan para komandan ZIonis Israel untuk menghindari retorika perang karena retorika seperti itu meremehkan Lebanon."
Dalam konteks ini, Sayyid Nasrallah mengulangi perkataannya yang terkenal yang pernah diumumkan di selatan kota Bint Jbeil pada tahun 2000: 'Israel' lebih lemah daripada jaring laba-laba. '
"Hari ini saya lebih percaya pada perkataan ini," tegasnya.
Peta
Menjawab pertanyaan tentang target Zionis Israel yang akan terkena dalam perang yang akan datang, Sayyid Nasrallah memegang peta yang menunjukkan wilayah Palestina yang diduduki.
"Seluruh Zionis 'Israel' utara berada di bawah (jangakau) tembakan perlawanan dan area paling strategis adalah pantai Zionis 'Israel'," katanya.
"Pantai Zionis 'Israel' sepanjang 70 km yang dimulai dari Netanya dan diakhiri oleh Ashdod berada di bawah serangan perlawanan, daerah ini termasuk situs Zionis Israel yang paling strategis (bandara Ben Gurion, gudang senjata, pabrik petrokimia, pelabuhan Tel Aviv dan pelabuhan Ashdod)," dia menjelaskan.
Dalam konteks ini, Sayyid Nasrallah menegaskan, Zionis Israel hari ini tidak berani melakukan serangan terhadap Lebanon.
"Hizbullah setidaknya mampu menimbulkan kehancuran besar pada entitas Zionis. Pejuang kami telah menjadi ahli dan siap untuk invasi Galilea, kami memiliki beberapa skenario dalam hal ini.
Di sisi lain Sayyid Nasrallah mengesampingkan perang dengan entitas Zionis dalam waktu dekat: "Perang semacam itu akan menempatkan Zionis Israel di ambang kelenyapan."
‘Kita akan Shalat di al-Quds’
Ditanya apakah dia yakin akan kemenangan dalam setiap perang yang akan datang dengan entitas Zionis, Sayyid Nasrallah berkata: "Saya yakin akan kemenangan itu, Tuhan bersama kami."
Ketika ditanya apakah dia percaya bahwa pembebasan Palestina akan dicapai oleh generasinya, generasi anak-anaknya atau oleh generasi cucu.
Sayyid Nasrallah menegaskan: "Zamannya ada di tangan Allah, tetapi berdasarkan logika, saya memiliki harapan besar bahwa kita akan shalat di al-Quds."[IT/r]
John Bolton: Iran dan Hizbullah Ancaman Keamanan Negara Belahan Barat
"Iran dan Hizbullah mendukung alat penindasan, penyiksaan, & pembunuhan para diktator Venezuela yang tidak bersalah, dan secara langsung mengancam keamanan kawasan itu," tulis Bolton dalam sebuah tweet.
"Kami akan terus mengekspos teman-teman tidur Maduro dan upaya Iran untuk beroperasi di Belahan Barat," tambahnya. [IT/Onh]
Tolak Agennya Ditangkap, Trump Tuduh Ekonomi Iran Sudah Mati
"Laporan Iran yang menangkap mata-mata CIA benar-benar salah. Tidak ada kebenaran," cuit Trump dalam akun Twitter seperti dilansir, AFP, Senin, 22/07/19.
"Hanya lebih banyak kebohongan dan propaganda (seperti drone yang ditembakkan) yang dikeluarkan oleh rezim religius yang gagal dan tidak tahu harus berbuat apa," lanjutnya.
Trump kembali menyinggung ekonomi Iran yang sudah mati dan akan lebih buruk. "Ekonomi mereka sudah mati, dan akan menjadi jauh lebih buruk. Iran benar-benar berantakan!" tulis Trump menambahkan.
Sebelumnya, otoritas Iran dalam sebuah laporan menahan 17 orang yang terseret kasus spionase. Belasan orang itu menjadi mata-mata bagi badan intelijen pusat Amerika Serikat atau CIA.
Kementerian Intelijen Iran dalam rilis video pada Senin, 22/07/19, tengah mengintrogasi salah satu agen yang berkebangsaan asing.
Kementerian Intelijen menyebut, sedikitnya 17 tersangka ditangkap terkait jaringan mata-mata tersebut. Para tersangka itu telah mengakui bahwa mereka menjadi mata-mata untuk CIA.
"Para tertuduh yang menjalani hukuman di penjara menyebutkan janji-janji menggoda dari agen-agen CIA termasuk emigrasi ke AS, pekerjaan yang layak di Amerika dan uang," demikian lapor Kementerian Intelijen Iran seperti dilansir oleh Mehrnwes.
Pejabat Senior Hizbullah: Sanksi dan Tekanan AS Membuat Kami Lebih Kuat
“Penargetan wakil kita (anggota parlemen) oleh sanksi ekonomi adalah serangan terhadap perwakilan rakyat kita. Mereka menggunakan sanksi ekonomi terhadap kita, dan ini adalah tindakan agresi yang nyata. Mereka juga menggunakan agresi politik,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem pada sebuah upacara di kota selatan Libanon, Humin al-Tahta, Minggu (14/7).
Dia menambahkan, “Apakah Anda ingin memaksakan pendapat Anda pada kami? Jika Anda menambahkan wakil, pejabat, partai politik atau apa pun ke daftar sanksi, ini akan meningkatkan tekad kami dan akan membuat kami berpikir bagaimana memenangkan pertempuran ini dan agresi ini. Anda melakukan ini dalam upaya untuk menekan perlawanan dan publik."[IT/r]
Sekjen Hizbullah: "Zionis, Makhluk Paling Irasional di Bumi"
Pernyataan itu diutarakannya dalam pertemuan dengan Hussein Amir-Abollahian, seorang pembantu khusus untuk pembicara parlemen Iran, di Beirut pada Sabtu, 20/07/19. "Seperti yang dikatakan Pemimpin, Amerika tidak dapat memaksakan perang terhadap Iran.
"Gedung Putih tahu bahwa jika perang pecah dengan Iran, seluruh wilayah akan dilibatkan, dan bukan Amerika yang akan mengakhiri perang itu," katanya.
Berbicara tentang Palestina, pemimpin Hizbullah mengatakan perlawanan adalah satu-satunya cara ampuh untuk melawan kejahatan Zionis.
Mengenai "kesepakatan abad" yang diusulkan Amerika, dikatakannya, "Kami tidak memiliki masalah dengan orang Yahudi. Tetapi Zionis adalah akar penyebab korupsi dan ketidakamanan di wilayah tersebut. Orang Yahudi seharusnya tidak jatuh dalam kebijakan Zionis ekspansionis.
"Namun Zionis pendudukan, adalah makhluk paling irasional di bumi, dan tidak mengerti apa pun selain wacana perlawanan," tambah kepala Hizbullah itu.
Nasrallah mengatakan bahwa front perlawanan anti-Israel sekarang dalam bentuk terbaiknya meskipun AS dan rezim pendudukan Israel terus melanjutkan gerakan jahat mereka di wilayah tersebut.
"Amerika berusaha menghalangi pembersihan sisa-sisa terakhir teroris di Suriah, dan memperpanjang krisis melalui berbagai cara dalam upaya untuk mencegah kembalinya pengungsi Suriah ke tanah air mereka, tetapi mereka akan gagal dalam kebijakan intervensinya di wilayah", tandasnya. [IT]
Opsi Iran Berikutnya, Pengayaan Uranium Hingga 20 Persen
Pernyataan itu dibuat oleh juru bicara badan nuklir Tehran, dan menegaskan akan jauh melampaui langkah-langkah kecil yang telah diambil Iran dalam sepekan terakhir untuk memenuhi stok bahan fisil tepat di luar batas dalam pakta.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, mengkonfirmasi bahwa Tehran telah memperkaya uranium di luar batas kesepakatan kemurnian 3,67%, melewati 4,5%.
Hal itu dilakukan menyusul pengumuman pekan lalu bahwa ia telah memperkaya uranium dalam jumlah lebih besar daripada yang ditentukan oleh Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan, sejauh ini masih memverifikasi apakah Iran telah melampaui batas 3,67%.
Iran lebih lanjut akan mengambil langkah ketiga dari perjanjian dalam 60 hari.
Kamalvandi mengatakan opsi itu termasuk pengayaan uranium hingga 20% kemurnian atau lebih, dan memulai kembali sentrifugal IR-2 M yang dibongkar berdasarkan kesepakatan.
"Dua puluh persen tidak diperlukan sekarang, tetapi jika kita mau kita akan memproduksinya. Ketika kita menyisihkan pengayaan 3,67% kita tidak memiliki hambatan atau masalah dengan tindakan ini," kata Kamalvandi.
Opsi untuk memperkaya di tingkat yang lebih tinggi telah dibahas dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, kata juru bicara itu.
"Ada opsi 20% dan ada opsi bahkan lebih tinggi dari itu tetapi masing-masing di tempatnya sendiri. Hari ini jika kebutuhan negara kita adalah satu hal, kita tidak akan mengejar sesuatu yang lain hanya untuk menakut-nakuti pihak lain. Tetapi mereka tahu itu tren yang terus naik," katanya.
Pengumuman Kamalvandi itu sejalan setelah Presiden Trump AS memperingatkan Tehran pada hari Minggu bahwa "Iran sebaiknya berhati-hati". Namun Trump, tidak menguraikan tindakan apa yang mungkin dipertimbangkan AS, tetapi Trump kepada wartawan mengatakan, "Iran melakukan banyak hal buruk."
Memperkaya uranium hingga kemurnian 20% adalah tingkat yang dicapai Iran sebelum kesepakatan.
Salah satu konsekuensi dari kesepakatan itu adalah kesepakatan Iran untuk membongkar sentrifugal IR-2M canggih, yang digunakan untuk memurnikan uranium. Iran memiliki 1.000 di antaranya dipasang di situs pengayaan Natanz sebelum kesepakatan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran hanya diperbolehkan mengoperasikan hingga dua untuk pengujian.
Negara-negara Eropa tidak secara langsung mendukung sanksi AS, tetapi tidak dapat menemukan cara yang memungkinkan Iran untuk menghindarinya.
Iran mengatakan kesepakatan itu memungkinkannya untuk menanggapi pelanggaran AS dengan mengurangi kepatuhannya, dan akan melakukannya setiap 60 hari.
"Jika para penandatangan kesepakatan, terutama Eropa, gagal memenuhi komitmen mereka dengan cara yang serius, langkah ketiga akan lebih kuat, lebih tegas dan sedikit mengejutkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi, Senin.
Menteri Luar Negeri Muhammad Javad Zarif dalam tweetednya mengatakan bahwa kekuatan dunia tidak akan dapat menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik daripada kesepakatan nuklir 2015.
"#B_Team menjual @realDonaldTrump dengan kebodohan bahwa membunuh #JCPOA melalui #EconomicTerrorism dapat membuatnya mendapatkan kesepakatan yang lebih baik," tulis Zarif.
"Karena semakin jelas bahwa tidak akan ada kesepakatan yang lebih baik, mereka secara aneh mendesak kepatuhan penuh Iran. Ada jalan keluar, tetapi tidak dengan #B_Team yang bertanggung jawab."
Sementara Uni Eropa mengatakan "sangat prihatin" dengan perkembangan itu dan meminta Iran untuk "membalikkan semua kegiatan" tidak konsisten dengan komitmen kesepakatannya.
Tetapi Mousavi memperingatkan agar tidak ada respons yang meningkat. Jika Eropa "melakukan tindakan aneh tertentu maka kita akan melewatkan semua langkah selanjutnya (dalam rencana untuk mengurangi komitmen) dan menerapkan yang terakhir," katanya.
Dia tidak merinci langkah akhir apa yang akan diambil, tetapi Presiden Iran Hassan Rouhani telah memperingatkan sebelumnya bahwa Iran dapat meninggalkan perjanjian nuklir.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dalam sebuah tweeted Sunday menulis, Iran akan menghadapi "isolasi dan sanksi lebih lanjut".
Cina dan Rusia sama-sama menyalahkan Amerika Serikat atas langkah terbaru Iran.
Beijing menuduh Washington "melakukan intimidasi sepihak", sementara Moskow mengatakan pengesahan penutupan itu adalah salah satu "konsekuensi" dari Gedung Putih yang mengabaikan kesepakatan itu.
"Fakta menunjukkan bahwa intimidasi sepihak telah menjadi tumor yang semakin memburuk," kata juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang pada konferensi pers di Beijing, Senin.
"Tekanan maksimum yang diberikan AS terhadap Iran adalah akar penyebab krisis nuklir Iran," kata Geng.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi pada hari Minggu memilih menurunkan penjualan minyak dan efek sanksi keuangan sebagai masalah utama yang perlu dipecahkan, atau Tehran akan semakin mundur dari komitmen nuklirnya.
"Kami berharap kami dapat mencapai solusi, jika tidak setelah 60 hari kami akan mengambil langkah ketiga juga," katanya, dan menambahkan bahwa Tehran akan memberikan rincian lebih lanjut tentang itu pada "saat yang tepat".
Iran mengatakan bahwa mereka tidak melanggar kesepakatan itu, dengan mengutip ketentuan perjanjian yang memungkinkan satu pihak untuk sementara waktu meninggalkan beberapa komitmen jika pihak lain menganggap tidak menghargai bagian dari perjanjian tersebut. [IT]
Sambutan Hangat dan Senyum Merekah Trump Kepada Emir Qatar di Gedung Putih
Dalam sambutannya di Gedung Putih Trump sambil menggandeng tangan emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, dan memanggilnya sebagai teman, menyebut angka-angka kemitraan militer luas antara Qatar dengan AS dan pembelian miliaran dolar termasuk senjata dari perusahaan-perusahaan Amerika.
"Mereka berinvestasi sangat banyak di negara kita," kata Trump. "Mereka menciptakan banyak pekerjaan. Mereka membeli peralatan militer dalam jumlah yang luar biasa, termasuk pesawat," kata Trump sambel melempar senyum.
Lima perjanjian komersial telah ditandatangani. Qatar Airways membeli lima Boeing 777 Freighters dan pesawat kabin besar dari perusahaan raksasa Gulfstream Aerospace dan berencana menggunakan mesin jet General Electric Co. untuk menggerakkan pesawat Boeing.
Gulfstream Aerospace Corporation adalah produsen model pesawat jet. Gulfstream telah menjadi unit General Dynamics sejak tahun 2001. Perusahaan ini telah menghasilkan lebih dari 1.500 pesawat unuk pemerintah, perusahaan, swasta, dan pelanggan militer di seluruh dunia. Lebih dari seperempat dari perusahaan Fortune 500 mengoperasikan pesawat Gulfstream.
Gedung Putih via kementerian pertahanan Qatar juga akan membeli sistem pertahanan rudal dari perusahaan Raytheon. Selain itu, Chevron Phillips Chemical dan Qatar Petroleum telah sepakat untuk bersama-sama mengembangkan pabrik petrokimia senilai $ 8 miliar di Gulf Coast AS.
Raytheon Company NYSE atau RTN adalah kontraktor militer utama Amerika Serikat yang berbasis di Waltham, Massachusetts. Lebih dari 90% pendapatan Raytheon diperoleh dari kontrak pertahanan, dan pada 2005, Raytheon merupakan kontraktor militer terbesar ke-5 di dunia. William H. Swanson adalah Chairman dan CEO. Richard Armitage, mantan Wakil Sekretaris Negara AS bekerja di Raytheon sebagai konsultan.
Label harga pada transaksi lain - termasuk beberapa yang telah diumumkan sebelumnya - tidak diungkapkan, tetapi mereka yang akrab dengan transaksi mengatakan jumlahnya mencapai puluhan miliar dolar.
Kunjungan emir datang pada saat Trump menghadapi keputusan kritis di Timur Tengah.
Empat negara Arab sekutu utama Amerika Serikat - Bahrain, Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab - telah memboikot Qatar, mengklaim negara itu mendukung kelompok-kelompok ekstremis di kawasan itu. Negara-negara itu telah menghentikan wilayah udara mereka untuk penerbangan Qatar Airways, menutup perbatasan darat satu-satunya negara kecil itu dengan Arab Saudi dan memblokir kapal-kapalnya untuk menggunakan pelabuhan mereka.
Di masa lalu, Trump juga menuduh Doha mendanai kelompok-kelompok teror. Qatar membantah tuduhan itu dan pada makan malam Senin malam di Gedung Putih, dihadapan delegasi pejabat elit Qatar, Menteri Keuangan Steven Mnuchin memuji emir atas bantuannya dalam memerangi pendanaan teroris.
Ketika keempat negara Arab yang dulu bersekutu dengan Qatar berpaling darinya, emir Qatar justru menunjukkan hubungan dekat Doha dengan Iran. Qatar bahkan memulihkan kembali hubungan diplomatik penuh ke Iran di tengah perselisihan dengan negara tetangganya itu.
Upaya AS dan kekuatan Barat untuk memperbaiki perpecahan mereka tidak berhasil.
Salah satu cara yang dilakukan AS adalah dengan menemukan cara untuk melawan Iran dan itu menjadi prioritas utama ketika Menteri Luar Negeri Mike Pompeo bertemu dengan amir pada hari Rabu, 11/07/19.
Sisi lain, Qatar adalah rumah bagi markas besar Komando Pusat militer AS, termasuk Pangkalan Udara al-Udeid yang luas adalah rumah bagi sekitar 10.000 tentara Amerika. Bulan lalu, sekitar selusin pesawat tempur jenis F-22 Angkatan Udara AS dikerahkan di sana sebagai tanggapan terhadap laporan intelijen tentang ancaman Iran yang tidak ditentukan terhadap pasukan Amerika di wilayah tersebut. Pesawat tempur R-22 Raptors dikirim ke pangkalan, yang merupakan pusat operasi udara AS di Timur Tengah.
Pangkalan tersebut menjadi pusat penyimpanan cadangan amunisi dan perlengkapan, serta tempat peluncuran pesawat tempur untuk misi pertempuran yang katanya untuk melawan kelompok teroris ISIS. Lokasinya yang strategis, yang berada sekitar 35 kilometer dari Doha, menjadikan al-Udeid juga sebagai markas bagi pasukan koalisi pimpinan AS dalam melawan ISIS di Irak maupun Suriah. Menurut QNA, proyek perluasan pangkalan udara al-Udeid merupakan bukti komitmen Qatar untuk memperdalam hubungan strategis militernya dengan AS. Qatar bersama AS sebagai sekutu strategisnya bekerja sama membangun rencana untuk hubungan bilateral di masa depan, termasuk menambahkan Pangkalan Udara al-Udeid ke dalam daftar markas militer permanen AS.
"Mereka membangun salah satu pangkalan militer besar yang akan saya katakan di mana saja di dunia," kata Trump. "Itu baru saja diperluas dengan landasan pacu dan yang lainnya", kata Trump.
Qatar, yang memiliki salah satu pendapatan per kapita tertinggi di dunia karena cadangan gas alamnya, telah bekerja untuk membuka jalan pendapatan lain untuk mengimbangi dampak boikot tersebut.
"Kami memiliki banyak investasi di AS," kata emir itu, "Kami mempercayai ekonomi di sini. Kami melakukan banyak hal pada infrastruktur dan kami berencana untuk melakukan lebih banyak investasi", tegasnya dihadapan wartawan bersama Trump.
Qatar juga telah membayar jutaan dolar kepada para pelobi Washington untuk membantu memperindah citranya dan memberikan hadiah mewah untuk universitas-universitas terbaik di AS, termasuk Universitas Georgetown dan Texas A&M, sementara Departemen Pendidikan sedang dalam proses pemberian hadiah. [IT]
Jack Straw: Orang Iran Punya Alasan Baik untuk Menyebut Inggris Licik dan Rubah Kolonial
Pada 1997—2001 ia menjabat sebagai menteri dalam negeri, 2001—2006 menteri luar negeri, ketua Majelis Rendah 2006—2007, dan 28 Juni 2007 Jack Straw diangkat oleh Gordon Brown sebagai menteri peradilan.
Dalam sebuah artikel berjudul, "My ruined holiday and why Iranians will never trust us Britons" yang dimuat di Daily Mail pada Ahad, 22/07/19, Jack Straw memberi alasan logis mengenai mengapa orang Iran tidak akan pernah mempercayai orang Inggris. Menurutnya, orang Iran memiliki alasan yang baik untuk marah terhadap Inggris dan menyebut orang Inggris sebagai rubah kolonial yang licik. ( https://www.dailymail.co.uk/news/article-7268665/JACK-STRAW-Iran-never-trust-Britons.html )
Berikut ini adalah teks artikel yang dimuat dalam Daily Mail:
Pada Oktober 2015, saya dan istri saya Alice mengunjungi Iran untuk berlibur bersama teman-teman. Jarang dilihat oleh wisatawan Barat, negara ini menawarkan pemandangan dramatis dan situs budaya yang indah. Kami menyewa seorang juru bahasa dan sopir, dan pada hari keenam perjalanan, kami telah mengunjungi ibukota yang sibuk, Tehran dan Yazd, sebuah kota terpencil di selatan.
Kemudian, dalam perjalanan kami ke Shiraz, jantung budaya Persia yang kaya di negara itu, kami berhenti di tengah jalan untuk melihat pohon cemara berumur 4.000 tahun yang terkenal, Sarv-e Abarkuh.
Saat itulah kami bertemu Basij, milisi sukarelawan yang terikat pada Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Para pria muda berpakaian hitam sedang menunggu kami, siap dengan petisi dua halaman.
"Meskipun sudah menjadi tradisi kami sebagai orang Iran untuk menyambut tamu, dengan sikap "selamat datang", ini tidak berlaku untuk Anda!" ‘Orang-orang Iran tidak memiliki ingatan yang baik tentang Anda dan rezim Inggris ... "Anda tahu lebih baik dari kami tentang kejahatan dan plot yang banyak yang dirancang oleh negara Anda terhadap rakyat di tanah ini".
Dokumen itu kemudian menjabarkan secara terperinci semua hal mengerikan yang telah dilakukan Inggris terhadap Iran, kembali ke Perjanjian Paris tahun 1857 dan perang Inggris-Persia.
Pertemuan ini adalah awal dari kampanye berkelanjutan untuk membuat perjalanan kami sesulit mungkin. Pada satu titik, kami takut akan diculik.
Ternyata orang-orang tahu rencana perjalanan kami dari IRGC, yang telah menyadap kendaraan kami, mencegat ponsel juru bahasa kami dan menyuap pengemudi kami. Mereka tahu persis siapa saya. Begitu serius risikonya, sehingga kami diberi perlindungan polisi -,bukan terhadap penjahat atau teroris, tetapi terhadap Basij dan agen-agen lain di negara Iran,-. Pada akhirnya, garis keras menang dan kami merasa berkewajiban pergi empat hari lebih awal.
Namun saya masih memiliki kasih sayang yang besar kepada orang-orang Iran. Saya telah kembali sejak itu dan sekarang telah menulis sebuah buku tentang mengapa Iran begitu tidak mempercayai Barat dan Inggris pada khususnya.
Jika kita ingin menyelesaikan krisis Teluk saat ini di Selat Hormuz, maka penting untuk memahami sejarah kita bersama dan mengapa Iran saat ini berperilaku seperti itu.
Buku itu disebut The English Job, misalnya, karena frasa di mana-mana dalam bahasa Persia -,"itu selalu pekerjaan Inggris",- yang digunakan orang Iran ketika ada yang salah.
Mereka memiliki alasan yang baik untuk membenci ‘rubah kolonial yang licik’, persis sebagaimana mereka menggambarkan kita. Iran tidak pernah menjadi koloni Inggris tetapi itu tidak menghentikan kita untuk mengeksploitasi negara dari harta dan kekuasaan.
Setidaknya koloni kami mendapat jalan, selokan dan kereta api. Justru sebaliknya terjadi di Iran. Inggris dan Rusia, setelah saling bersaing untuk menguasai negara itu, akhirnya mencapai kesepakatan yang menghentikan semua pembangunan kereta api hingga tahun 1920-an.
Kami menyuap dan membujuk Iran untuk melakukan kehendak kami sepanjang abad ke-19, dan awal abad ke-20 dan, jika itu tidak berhasil, kami mendaratkan pasukan.
Kami menginvasi Iran dalam Perang Dunia Pertama, dalam prosesnya membantu menyebabkan bencana kelaparan. Dalam Perang Dunia Kedua, dengan Rusia, kami bersama-sama menduduki negara itu selama lima tahun dari 1941-6.
Kami menggulingkan Shah pada tahun 1941 dan memasang anaknya yang lebih lemah dan lebih patuh.
Ketika parlemen Iran melancarkan perjuangan delapan tahun untuk menasionalisasi kilang besar BP dan jaringan sumur minyak yang besar, MI6 dan CIA menanggapi dengan mengorganisir kudeta yang berhasil terhadap perdana menteri terpilih, Mohammad Mossadegh, pada Agustus 1953.
Kami membantu menopang Shah pada pertengahan dan akhir 1970-an, bahkan saat jelas, ia kehilangan dukungan rakyat. Sungguh serempak, sebenarnya. Pada tahun 1979, Mohammad Reza Pahlavi digulingkan dalam revolusi yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini dan, pada gilirannya, mengarah langsung ke awal Republik Islam Iran.
Tetapi yang terburuk adalah pada 1980, ketika presiden baru Irak, Saddam Hussein, memutuskan, tanpa alasan apa pun, untuk menyerang Iran. Jutaan orang di kedua belah pihak kehilangan nyawa dalam perang berdarah yang terjadi kemudian.
Seluruh Barat -,Amerika, Prancis, Inggris dan Rusia,- mendukung Irak (dengan Israel yang tidak mungkin mendukung Iran). Selama delapan tahun, Iran secara efektif sendirian. Itu berhasil menghindari kekalahan yang hina, tetapi pengalaman yang membakar ini telah menentukan segala yang telah terjadi sejak itu dan membentuk sikap mereka yang berkuasa saat ini.
Pemimpin Tertinggi Iran sejak 1989, Ali Khamenei, tidak pernah berhenti untuk berkhotbah bahwa Barat tidak dapat dipercaya. Pada tahun 1980, ia nyaris dibunuh oleh kelompok teroris Iran, Mujahedin-e Khalq (MKO)- yang pernah didukung oleh Saddam dan sekarang oleh John Bolton, penasihat keamanan nasional Presiden Trump - dan kehilangan penggunaan lengan kanannya.
Tokoh militer paling kuat di Iran adalah Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Pengawal Revolusi, orang di belakang perebutan kapal tanker berbendera Inggris. Pandangan dunianya juga ditempa dalam wadah perang dengan Saddam.
Adalah Khamenei dan Soleimani yang sekarang memanggil tembakan, baik secara harfiah maupun kiasan. Iran, dalam pandangan mereka, berjuang untuk kelangsungan hidupnya.
Bolton menghitung bahwa dengan mencekik Iran melalui sanksi, rezim revolusioner Islam akan runtuh dan pemerintah, yang dipimpin oleh Presiden Rouhani, akan datang memohon kesepakatan.
Pendekatan ini tidak akan berhasil. Ini didasarkan pada kesalahpahaman total tentang jiwa Iran. Sudah, tekanan Amerika telah memperkuat garis keras ... dan melemahkan orang-orang moderat .... Populasi yang sering tidak puas telah disatukan. Setelah dua abad penghinaan, yang paling dicari Iran adalah rasa hormat dan pengakuan.
Yang saya tahu, yang telah terlibat selama tiga tahun dalam negosiasi tahap pertama perundingan nuklir dengan Iran (2003-6), jika Iran ditunjukkan rasa hormat itu, kesepakatan itu mungkin terjadi.
Tanpa itu, permainan kucing dan tikus di Teluk dan ketidakstabilan yang berkelanjutan di Timur Tengah yang lebih luas akan terus berlanjut.
Kita mungkin tidak suka cara Iran berperilaku, tetapi memahami mengapa mereka begitu, bisa membuktikan kritis. [IT/Onh]
Dihadapan Delegasi Hamas, Imam Ali Khamenei Tegaskan Dukungan Pada Palestina adalah Masalah Agama
Berbicara pada pertemuan dengan delegasi tingkat tinggi dari Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, di Tehran pada Senin, 22/07/19, Ayatullah Khamenei menggambarkan masalah Palestina sebagai "masalah pertama dan terpenting dari dunia Muslim" dan memuji perlawanan rakyat Palestina serta kelompok-kelompok politik, termasuk Hamas, sebagai "luar biasa".
"Kemenangan tidak akan tercapai tanpa perlawanan dan perjuangan dan, berdasarkan pada janji ilahi yang pasti, kami percaya bahwa masalah Palestina pasti akan berakhir menguntungkan orang-orang Palestina dan dunia Islam," kata Pemimpin.
"Republik Islam Iran tidak berdiri seremonial dengan negara mana pun di dunia ketika datang ke Palestina," tegas Ayatullah Khamenei.
"Kami selalu menyatakan pandangan kami tentang Palestina secara jelas dan transparan.
"Bahkan di arena internasional, negara-negara sahabat kita, dengan siapa kita memiliki perbedaan pendapat dalam hal ini, tahu bahwa Republik Islam benar-benar serius dalam masalah Palestina," tandasnya.
"Salah satu penyebab utama permusuhan terhadap Republik Islam Iran adalah masalah Palestina, tetapi permusuhan dan tekanan ini tidak akan membuat Iran mundur dari sikapnya terhadap masalah tersebut karena dukungan untuk Palestina adalah masalah agama," kata Ayatollah Khamenei.
"Jika dunia Islam bersatu padu sehubungan dengan masalah Palestina, sekarang kondisinya akan lebih baik," lanjut pemimpin itu.
Langkah negara-negara yang mengikuti garis Amerika Serikat, seperti Arab Saudi, yang menjauhkan diri dari masalah Palestina adalah “tidak masuk akal”, karena jika mereka mendukung Palestina, mereka dapat memenangkan konsesi besar dari Amerika Serikat, terang Ayatullah Khamenei.
Mengecam konspirasi AS untuk kesepakatan abad ini, Pemimpin mengatakan, pengkhianatan terhadap Palestina oleh beberapa negara Muslim, termasuk Bahrain dan Arab Saudi, telah memberikan alasan untuk "plot jahat".
Kesepakatan abad ini tidak akan pernah terwujud, kata Ayatollah Khamenei dan menyatakan terima kasih kepada beberapa negara Arab dan kelompok-kelompok Palestina yang telah menyuarakan oposisi mereka terhadap kesepakatan itu.
Kesepakatan taktik abad ini, yang digawangi oleh menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner, ditolak oleh Palestina, yang mengatakan kebijakan Gedung Putih secara terang-terangan bias dalam mendukung Israel.
Palestina memutuskan semua kontak dengan pemerintahan Trump sejak presiden memutuskan dengan dekade kebijakan bipartisan untuk mengakui al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota Israel pada bulan Desember 2017.
Sementara itu, Bahrain menjadi tuan rumah konferensi pada bulan Juni untuk mendorong apa yang disebutnya sebagai investasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai bagian dari rencana Trump untuk Palestina.
Lokakarya ekonomi yang disebut “Perdamaian untuk Kesejahteraan”, yang diadakan pada 25 dan 26 Juni bekerja sama dengan Washington, ditolak oleh para pejabat Palestina dan para pemimpin bisnis. [IT/Onh]
Menhan Iran: Kekuatan Iran Mampu Jawab Ancaman Apapun
"Ketika mereka [Inggris] secara keliru menyita sebuah kapal tanker yang sarat dengan minyak Republik Islam, kami segera menghadapi tindakan ilegal mereka di Teluk Persia dan ini berarti bahwa kami memiliki tekad dan kekuatan yang diperlukan untuk menanggapi ancaman apa pun," katanya, Senin, 22/07/19, dalam acara lokal di Tehran.
Atas permintaan Pelabuhan dan Organisasi Maritim Iran, IRGC menangkap tanker Stena Impero yang berbendera Inggris pada hari Jumat lalu di Selat Hormuz karena kapal telah mematikan transpondernya dan bergerak ke arah yang salah dan meningkatkan risiko tabrakan dengan kapal lain.
Angkatan Bersenjata Iran mampu menghasilkan sistem radar canggih dan senjata pintar, katanya, menyoroti bahwa jatuhnya drone AS yang mengganggu memperlihatkan sebagian kecil kewaspadaan dan kesiapan pasukan Iran. [IT/Onh]
Iran: Kapal Tanker Inggris Ditahan untuk Keamanan Selat Hormuz
Kapal tanker minyak Inggris mematikan pelacak GPS-nya yang bertentangan dengan peraturan internasional dan berlayar ke selat dengan pola lalu lintas yang salah [dari rute selatan yang merupakan jalur keluar] meningkatkan risiko kecelakaan dengan kapal lain dan sebagai ancaman bagi lingkungan, katanya kepada wartawan dalam konferensi pers.
Ditegaskannya, tindakan Iran bukan tindakan pembalasan tetapi tindakan hukum dan benar.
"Kami percaya bahwa ada beberapa solusi diplomatik untuk masalah ini," tambah juru bicara itu.
Departemen Hubungan Masyarakat IRGC mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat bahwa kapal bernama "Stena Impero" telah ditangkap "atas permintaan Pelabuhan Hormozgan dan Organisasi Maritim ketika melewati Selat Hormuz, karena gagal menghormati aturan-aturan maritim internasional".
Mengacu pada cerita Stena Impero dan dalam sebuah tweet pada Ahad, 21/07/19, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif meminta Inggris untuk melakukan kehati-hatian dan memiliki pandangan ke depan untuk dapat menggagalkan cara-cara AS yang berupaya menarik negara Eropa ke dalam sebuah rawa.
Sementara itu, selama percakapan telepon antara menteri luar negeri Iran dan Inggris pada Sabtu, Zarif menegaskan, tidak seperti penyitaan kapal Inggris yang tidak sah yang membawa minyak Iran, langkah Republik Islam Iran dilakukan atas permintaan Pelabuhan dan Organisasi Maritim Iran yang memberikan pelanggaran peraturan kapal.
Zarif mencatat, kasus tersebut harus diselesaikan melalui jalur peradilan dan hukum.
Zarif dan Hunt juga menyoroti pentingnya menemukan solusi yang sah dan menghindari ketegangan yang meningkat. [IT/Onh]
American Magazine Foreign Policy: Ulama dan Muslimin Dorong Boikot Berkunjung ke Saudi
"Meningkatnya korban warga sipil yang tewas akibat bom Saudi di Yaman, pembantaian Jamal Khashoggi yang mengerikan di Konsulat Saudi di Istanbul, dan pendekatan agresif Riyadh terhadap krisis Iran telah membuat beberapa sekutu Sunni Arab Saudi mempertimbangkan kembali dukungan tak tergoyahkan mereka kepada kerajaan," tulis laporan the American Magazine Foreign Policy pada Senin, 08/07/19.
Pada akhir April, Grand Mufti Sadiq al-Ghariani Libya mendesak umat Islam untuk tidak ke Arab Saudi berziarah lebih dari satu kali dan mengatakan kerajaan menggunakan pendapatan haji untuk melakukan kejahatan terhadap "sesama Muslim."
Ghariani bukanlah satu-satunya ulama Muslim terkemuka yang mendukung larangan berziarah ke Saudi Arabia.
Yusuf al-Qaradawi, ulama Sunni dan kritikus vokal lain dalam sebuah fatwa pada bulan Agustus lalu mengatakan, "Melihat Muslim memberi makan orang yang lapar, merawat yang sakit, dan melindungi para tunawisma lebih baik dilihat oleh Allah daripada menghabiskan uang untuk haji".
Menurut majalah itu, upaya putra mahkota untuk membuat Arab Saudi lebih positif dan menutupi kebijakan dalam negeri dan luar negeri lebih agresif dengan melakukan apa yang disebut reformasi liberal, belum cukup membungkam mereka yang terus berteriak atas pelanggaran HAM di Saudi.
Sejauh ini Muhammad Bin Salman telah melakukan tur dunia sebagai bagian dari penyebaran pesona untuk memikat investor dan berusaha menghadirkan masyarakat Saudi lebih terbuka dengan memberikan kepada perempuan hak-hak dasar yang telah dilarang selama bertahun-tahun.
Sisi lain, di bawah pengawasannya, Arab Saudi terus meningkatkan penangkapan bermotif politik, penuntutan dan penghukuman terhadap penulis pembangkang damai, aktivis hak asasi manusia dan ulama independen. Para pejabat Saudi juga mengintensifkan langkah-langkah keamanan di Provinsi Timur yang berpenduduk Syiah. [IT]
Kepala AEOI: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr Menghemat 11 Juta Barel Minyak Iran
"Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr Iran dapat menghasilkan energi yang setara dengan 11 juta barel minyak yang dapat membantu menghemat energi dan kegiatan eksplorasi," kata Salehi, pada Senin, 22/07/19, di Tehran.
Dikatakannya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr menghasilkan 7 miliar kilowatt listrik, "Jika kita mendasarkan kinerja pabrik pada tingkat listrik yang diekspor atau minyak cadangan, itu dapat menghemat sebanyak 11 juta barel minyak," terangnya kepada wartawan.
Pembangkit listrik nuklir 1.000 megawatt buatan Rusia di Bushehr, Iran selatan, mulai beroperasi pada tahun 2011 dan mencapai kapasitas penuhnya pada tahun berikutnya.
Pada 2014, Rusia menandatangani kontrak kerja sama dengan Iran untuk membantu membangun reaktor Bushehr kedua dan ketiga, yang masing-masing dijadwalkan diluncurkan pada 2024 dan 2026.
Iran mengatakan pihaknya memulai kembali perundingan dengan Rusia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir baru berkekuatan 3.000 megawatt. [IT/onh]
Laporan: Produksi Minyak Saudi Gagal Mengimbangi Kerugian dari Iran dan Venezuela pada Bulan Juni
Hasil survei oleh kantor berita Reuters yang diterbitkan Jumat (5/7) menunjukkan bahwa kenaikan pasokan Saudi pada Juni terjadi ketika output oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun ke level terendah baru lima tahun, terutama karena meningkatnya dampak sanksi AS. pada pemasok utama seperti Iran.
Studi menunjukkan bahwa OPEC memompa 29,60 juta barel per hari (bph) bulan lalu, total OPEC terendah sejak 2014 dan 170.000 bph lebih rendah dari angka yang direvisi pada bulan Mei.
Peningkatan pasokan Saudi ke pasar minyak global terjadi sebagai tanggapan langsung terhadap permintaan Presiden AS Donald Trump yang telah meminta kerajaan untuk meningkatkan produksinya untuk mengimbangi dampak dari sanksi yang bermotif politik terhadap Iran dan negara-negara lain.
Trump berharap bahwa peningkatan pasokan dari Arab Saudi, salah satu pengekspor minyak mentah utama di dunia di sepanjang AS dan Rusia, dapat menstabilkan harga di pasar dan membantu Washington menekan lebih lanjut pembeli minyak Iran untuk memangkas impor mereka dari negara tersebut menjadi nol.[IT/r]
Reza Pahlavi akan Bekerja untuk TV yang Didanai Saudi Arabia
Dengan janji bayaran besar, Reza Pahlavi akan segera menjadi bagian dari program baru yang akan disiarkan oleh Iran International TV berbasis di Inggris, kata sumber yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip oleh media Iran.
Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman sebelumnya meminta kepada chanel TV itu untuk memproduksi program dengan tujuan menciptakan perpecahan di antara Iran, menurut sumber kepada Tasnimnews.
Iran International TV adalah saluran televisi berbahasa Persia yang disiarkan melalui satelit ke Iran. Ini dilisensikan di Britania Raya untuk Global Media Circulating Ltd sebagai layanan berita editorial yang berbasis di London. Diluncurkan pada 18 Mei 2017 dan dikelola oleh DMA Media Ltd, yang memiliki biro di Paris, Kabul dan Washington.
Pada Oktober 2018, The Guardian melaporkan bahwa saluran TV tersebut didanai oleh pemerintah Arab Saudi melalui "entitas lepas pantai yang rahasia dan sebuah perusahaan yang direkturnya adalah pengusaha Arab Saudi yang mempunyai hubungan dekat dengan putra mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Satu sumber menyatakan $ 250 juta dikucurkan, yang diperkirakan mencakup biaya operasi untuk lima tahun.
Pemimpin redaksi saluran tersebut adalah Hossein Rassam, yang sebelumnya adalah kepala analis politik di kedutaan besar Inggris di Tehran. Ali-Asghar Ramezanpour adalah direktur berita stasiun.
Pada tahun 2018, duta besar Iran untuk AS mengajukan protes kepada regulator media karena wawancara Iran International TV dengan juru bicara kelompok munafikin MKO. Setelah penyelidikan yang panjang, Ofcom memutuskan bahwa Iran International diaggap tidak melanggar aturan apa pun.[IT]
NYT: Perang Yaman adalah MBS ’Rawa Maut’ untuk MbS
"Dari awal intervensi Arab Saudi di Yaman, itu adalah perang Pangeran Mohammed," kata David D. Kirkpatrick dalam artikelnya yang berjudul: "Yaman Telah Menjadi Perang Pangeran Saudi. Sekarang Ini rawa- maut baginya. "
“Empat tahun kemudian, perang terhenti di jalan buntu dan pertarungan Pangeran Mohammed telah menjadi rawa maut, kata para diplomat dan analis. Penarikan cepat oleh sekutu kuncinya, Uni Emirat Arab, kata mereka, menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Arab Saudi untuk memimpin perang sendiri," kata Kirkpatrick dalam artikel yang diterbitkan pada hari Kamis (18/7).
Putra mahkota Saudi, yang dikenal sebagai MBS, sekarang berharap Washington akan membantu membuat perbedaan dengan dukungan militer Amerika yang baru, kata penulis itu mengutip para diplomat yang mengetahui pembicaraan itu.
Tapi oposisi kongres terhadap perang membuat itu sangat tidak mungkin, meninggalkan sang pangeran dengan beberapa pilihan yang berpotensi merendahkan.
"Itu menyakitinya karena merusak kredibilitasnya sebagai pemimpin yang sukses," kata Kristin Smith Diwan, seorang analis di Institut Negara-Negara Teluk Arab. Investasi pribadinya, katanya, dapat memotivasi dia untuk mencari akomodasi sebagian yang bisa dia beri label kemenangan.
"Tidak banyak orang di Arab Saudi merasa ini adalah investasi yang bijaksana untuk masa depan," tambahnya.
Sementara Saudi telah berperang hampir seluruhnya dari udara, Emirat, memimpin hampir semua yang keberhasilan kemajuan darat, menurut Kirkpatrick.
Akibatnya, kata para analis, keluarnya Emirat membuat prospek kemenangan militer Saudi semakin jauh.
"Arab Saudi dapat mencegah perdamaian dari kehancuran dan dapat menyebabkan luka Houthi di front utara yang tidak pernah berakhir," Michael Knights, seorang peneliti di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, berpendapat dalam sebuah laporan minggu ini. "Tapi hanya AS memiliki potensi militer dan pasukan sekutu lokal untuk mengancam kekalahan Houthi. "
Tetapi Saudi tidak dapat dengan mudah menarik diri, sebagian karena perbatasan kerajaan sepanjang 1.100 mil dengan Yaman, kata Kirkpatrick.
"Saudi tidak memiliki kekuatan berjalan keluar dari Yaman," kata Farea al-Muslimi, ketua Pusat Studi Strategis Sanaa, sebuah lembaga penelitian di ibukota Yaman. "Tidak ada cara untuk melarikan diri."
Beberapa diplomat Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa berharap bahwa penarikan Emirat akan mendorong Pangeran Mohammed untuk menegosiasikan kesepakatan dengan Houthi, yang berpotensi memperdagangkan mengakhiri kampanye udara yang dipimpin Saudi untuk sejumlah langkah keamanan di perbatasan panjang. Dia sudah menghadapi banyak kecaman di Kongres dan di seluruh Barat karena dampak perang yang menghancurkan pada warga sipil, menurut Kirkpatrick.[IT/r]
Arab Saudi Lepas Kapal Tanker Minyak Iran dan Semua Anggota Awak
Kebahagiaan milik Perusahaan Tanker Nasional Iran (NITC) Iran, yang rusak di pantai Jeddah awal Mei, telah dirilis oleh Arab Saudi setelah lebih dari dua setengah bulan.
Pejabat Saudi mencegah kapal tanker minyak untuk meninggalkan pelabuhan Jeddah meskipun fakta bahwa Iran telah membayar semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang diminta pemerintah Saudi.
Menurut laporan yang diterbitkan awal bulan ini oleh Mehrnews, Arab Saudi menuntut sebanyak $ 200.000 per hari untuk alasan pemeliharaan.
Menurut TV berbasaha Arab, Alalam pada Sabtu, 20/07/19, semua kru dan dua kapal Iran lainnya, yang dikirim untuk menemani tanker minyak bulan lalu, berlayar menuju Iran. [IT]
Drone Yaman Serang Pangkalan Udara Raja Khalid di Saudi
Dilansir dari saluran TV al-Masirah, tentara Yaman dan pejuang sekutu dari Komite Populer menggunakan pesawat tempur Qasif-K2 untuk menargetkan pangkalan udara di dekat kota Khamis Mushait.
Pernyataan itu mengutip juru bicara angkatan bersenjata Yaman Brigadir Jenderal Yahya Sare'e yang mengatakan bahwa kendaraan udara tak berawak (UAV) secara akurat mengenai lokasi radar dan militer di pangkalan Saudi.
Pembalasan itu terjadi setelah pesawat-pesawat tempur Saudi melakukan serangan udara di taman Sana'a pada 21 September dan Kementerian Media pada hari sebelumnya, demikian TV al-Masirah melaporkan.
Serangan udara Saudi, lanjutnya, juga menargetkan Kamp Farijah di distrik Arhab di Provinsi Sana'a.
Sementara itu Juru bicara koalisi yang dipimpin Saudi, Kolonel Turki al-Maliki mengatakan, pesawat tempur melakukan operasi untuk menghancurkan lima "situs pertahanan udara dan depot balistik rudal" di Sana'a pada Sabtu pagi, lapor kantor resmi Saudi Press (SPA).
Awal pekan ini, The New York Times mengutip berbagai analis mengatakan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman adalah arsitek perang dan terjebak dalam "rawa" Yaman.
Saudi yang tengah frustrasi meminta dukungan tambahan AS dengan harapan mencapai terobosan baru, menurut laporan itu. [IT]
Hamas: Apa yang Disiapkan untuk Musuh adalah 'Jauh Lebih Besar'
Dalam sebuah posting di saluran Telegramnya, Abu Ubaida mengatakan: "Tindakan heroik rakyat kita dan perlawanan selama Operasi Al-Asf Al-Maakoul telah mengejutkan baik musuh dan teman," merujuk pada nama yang ditetapkan Hamas dari perang 51- hari.
Dia menambahkan bahwa musuh Zionis Israel telah melihat "sedikit" dari kemampuan teknologi kelompok itu selama serangan komando Zionis Israel yang gagal di Khan Younis di Gaza pada November-2018.
"Dampak dari operasi (Khan Younis) masih mengguncang militer dan perusahaan keamanan Zionis Israel dan apa yang kami siapkan (untuk musuh) jauh lebih besar."
Sebelumnya pada hari Senin (8/7), Hamas mengatakan bahwa hasil penyelidikan IOF ke dalam serangan komando yang gagal pada tahun 2018 adalah "kegagalan total oleh dinas intelijen pendudukan."
Seorang komandan senior di Direktorat Intelijen Militer IOF telah meninggalkan jabatannya atas serangan yang gagal oleh pasukan khusus di Jalur Gaza selatan tahun lalu, perwira tinggi kedua yang melakukannya.
Menurut sebuah laporan oleh Yediot Aharonot, Brigjen. "G," yang menjabat sebagai komandan Divisi Operasi Khusus Direktorat Intelijen, berhenti setelah mengetahui dari laporan media dua bulan lalu bahwa Kepala Staf (Israel) Letjen. Aviv Kochavi meminta pendahulunya untuk menggantikannya dan merehabilitasi unit elit.
Pejabat Hamas mengatakan bahwa kegagalan operasi itu berarti "Tanah Gaza dilarang untuk Zionis."[IT/r]
Angkatan Laut Zionis Menangkap Dua Nelayan Palestina, Merusak Kapal Mereka di Pantai Gaza
Agensi melaporkan bahwa kapten nelayan Palestina Nizar Ayyash mengatakan musuh mengejar para nelayan dalam jarak 6 mil ke selatan Jalur, dan menembak mereka secara langsung.
Dia menjelaskan bahwa kedua nelayan tersebut adalah Mohammad dan Ahmad Wael Bardawil (bersaudara), menjelaskan bahwa penangkapan terjadi pada jarak 6 mil dari pantai Gaza, tanpa mengetahui nasib para nelayan.[IT/r]
Hamas (Islam Sunni) Siap Dukung Iran (Islam Syi'ah) dalam Menghadapi Musuh
"Kami, sebagai perwakilan dari Front Perlawanan dan Gerakan Hamas, menyuarakan solidaritas kami dengan Republik Islam Iran, dan setiap tindakan bermusuhan terhadap Iran adalah tindakan melawan Palestina dan Perlawanan, dan kami melihat diri kami di garis depan untuk mendukung Iran," katanya dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani di Tehran pada Selasa, 23/07/19.
Al-Arouri menghargai dukungan Iran kepada Palestina, dan mencatat bahwa permusuhan dan sanksi AS tidak menghalangi tekad Republik Islam dalam mendukung perjuangan Palestina.
Menurutnya Hamas tidak takut dengan ancaman rezim Israel dan berdiri melawan agresi mereka dengan bantuan Tuhan dan dukungan dari Iran.
Sementara itu, Shamkhani menggambarkan 'tekad internal' dan 'Perlawanan Islam' sebagai dua elemen utama yang diperlukan untuk mengalahkan rezim Israel.
"Prinsip dasar mendukung perjuangan Palestina menjadi salah satu pilar Revolusi Islam, dan ini akan terus menjadi kemenangan penuh Front Perlawanan terhadap penjajah anak-anak," kata Shamkhani dalam pertemuan itu.
Dijelaskannya, apa yang disebut 'Kesepakatan Abad Ini' adalah rencana pra-kegagalan yang tidak dapat dilaksanakan.
"Selain pertumbuhan kelompok-kelompok Perlawanan dan peningkatan peran mereka dalam pengaturan regional utama, rezim Zionis dan kondisi sekutu rapuh dan memburuk. Dan rencana palsu yang menentang tekad rakyat Palestina tidak akan membuahkan hasil", tegasnya. [IT/Onh]
Velayati kepada Hamas: Penembakan Drone AS dan Penangkapan Tanker Inggris, Tonggak Perjuangan Umat Islam
"Negara-negara Islam saat ini lebih kuat dari sebelumnya seperti yang ditunjukkan dengan penyitaan kapal tanker minyak Inggris atau jatuhnya pesawat tak berawak AS yang melanggar wilayah Iran ... Ini adalah tonggak dalam sejarah perjuangan umat Islam," kata Velayati dalam pertemuan dengan Saleh al-Arouri, wakil ketua biro politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Tehran pada Selasa, 23/07/19.
Mengacu pada pernyataan terbaru Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, politisi itu memuji perlawanan rakyat Palestina yang menakjubkan dan mengatakan kemenangan akan dicapai dengan perlawanan dan perjuangan, dan Iran akan selalu mendukung rakyat Palestina di jalur ini.
Velayati juga menunjuk inisiatif berbahaya yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang dijuluki sebagai "kesepakatan abad ini", yang menurutnya kesepakatan itu akan gagal meskipun belum diimplementasikan.
Velayati mendesak untuk menghadapi kesepakatan, yang bertujuan menghilangkan identitas Palestina di antara orang-orang dan pemuda, agar tidak memungkinkan menghapus identitas Palestina.
Konferensi dua hari diadakan di Bahrain bulan lalu bertujuan mengumpulkan dukungan untuk rencana "investasi" di wilayah Palestina sebagai bagian pertama dari "kesepakatan abad ini".
Rencana itu mendapat penghinaan luas dari Palestina dan lainnya di dunia Arab meskipun sekutu regional AS seperti Arab Saudi diam-diam mendukungnya.
Al-Aruri, pada kesempatan itu memuji dukungan kuat Iran kepada orang-orang Palestina dan mengekspresikan solidaritas gerakan Hamas dengan Republik Islam Iran.
Ditegaskannya, setiap tindakan agresi terhadap Iran akan menghadapi agresi terhadap Palestina dan front perlawanan, dan Hamas berada di garis depan untuk mendukung Iran. [IT/Onh]
Parlemen Iran Serukan Pembebasan Sheikh Ibrahim Zakzaky
Pernyataan itu dirilis pada Selasa (23/7/19) yang ditandatangani oleh 198 anggota parlemen yang menunjukkan bahwa kondisi kesehatan Sheikh Zakzaky memburuk dan membutuhkan perawatan medis secepat mungkin.
"Kami, anggota Parlemen Iran, menyerukan kepada semua negara Islam, lembaga internasional dan terutama pemerintah Nigeria dan parlemen untuk mengambil tindakan untuk membebaskan Sheikh Zakzaky dan istrinya sesegera mungkin dan memungkinkan mereka meninggalkan Nigeria untuk perawatan medis. , ”tulis pernyataan itu.
Sebelumnya pada hari Selasa, Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan keprihatinan atas bentrokan baru-baru ini di negara Afrika dan juga status Sheikh Zakzaky.
"Diharapkan otoritas Nigeria untuk segera mengizinkan Sheikh Ibrahim Zakzaky di luar penahanan dan memberinya layanan medis yang tepat dan cepat," kata Abbas Mousavi.(IT/TGM)
Sumber Berita : https://www.islamtimes.org/id/news/806635/parlemen-iran-serukan-pembebasan-sheikh-ibrahim-zakzaky
Iran Pelindung Wilayah Keamanan Teluk Persia
Islam Times.org' target='_blank'>Islam Times - Wakil Presiden pertama Iran Es'hagh Jahangiri mengatakan, Iran selalu melindungi keamanan kawasan dan Teluk Persia dan tidak perlu membentuk koalisi.
Pernyataan itu diutarakan pada Selasa pagi (23/7/19), di Karaj, Provinsi Alborz, Iran.
Jahangiri mencatat bahwa salah satu faktor utama kesuksesan rakyat Iran adalah bahwa mereka selalu melindungi martabatnya, bertindak logis dan mengandalkan dialog dan logika dalam menyelesaikan krisis serius dan tidak menggunakan kekerasan.
Strategi yang diusulkan Iran untuk pengadministrasian dunia juga didasarkan pada dialog dan logika, kata Wakil Presiden Iran, menambahkan bahwa simpul dan krisis paling kompleks di dunia dapat diselesaikan melalui dialog, dan Ini adalah ide yang salah untuk membayangkan bahwa orang yang memiliki lebih banyak kekuatan, memiliki logika yang lebih kuat.
Dia menyebutkan bahwa negosiasi dan persetujuan enam negara kuat dengan Iran menunjukkan bahwa Iran telah mampu membuktikan logika dan argumennya di meja negosiasi.
Mengacu pada ketegangan baru-baru ini di wilayah Teluk Persia dan Timur Tengah, ia mengatakan bahwa peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa Iran dapat menyelesaikan masalah dengan logika, dialog, argumen dan literasi, menekankan bahwa mereka pasti akan kalah dan wilayah akan rusak jika mereka bertindak dengan cara lain.
Mengekspresikan bahwa Iran selalu melindungi Teluk Persia dan keamanan kawasan, dia menyoroti bahwa membentuk koalisi tidak diperlukan untuk melindungi keamanan kawasan dan mereka yang mencari koalisi tidak mencapai apa pun kecuali untuk menumbuhkan rasa tidak aman.
Wakil Presiden Iran mengatakan bahwa keamanan kawasan dapat disediakan oleh Iran dengan bantuan negara-negara regional, menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk memastikan keamanan kawasan adalah dengan terlibat dalam negosiasi dan dialog logis dengan Iran tanpa tekanan apa pun.(IT/TGM)
Sumber Berita : https://www.islamtimes.org/id/news/806640/iran-pelindung-wilayah-keamanan-teluk-persia
Angkatan Laut IRGC Kontrol Penuh Angkatan Laut AS dan Inggris di Teluk Persia
Pernyataan itu diutarakan oleh Komandan Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), Laksamana Muda Alireza Tangsiri, dalam pertemuan di Universitas Azad Islam di Rey dekat ibukota Tehran pada Senin, 22/07/19.
Tangsiri sangat mementingkan perairan teritorial Iran, dan mengatakan negara itu memiliki beberapa lautan di selatan dengan 2.200 km, dan di utara sekitar 1.200 km batas pantai.
"Di masa lalu, selama bertahun-tahun, kekuatan asing termasuk Portugis, Inggris, dan Amerika biasa menyerang lautan kami, dan menjajah wilayah kami dan melakukan kebijakan penindasan di Teluk Persia," jelas komandan Angkatan Laut IRGC.
Saat ini jelasnya, Iran memiliki kendali penuh atas Teluk Persia dan Selat Hormuz.
Sementara AS dan Inggris tidak mengizinkan negara-negara Arab di sisi selatan Teluk Persia memegang kendali, dan Iran adalah negara kuat yang tidak ada negara yang berani ikut campur dalam urusannya.
Kepala Angkatan Laut IRGC itu lebih lanjut mencatat, semua pergerakan Angkatan Laut AS diamati oleh Angkatan Laut IRGC, yang bertanggung jawab atas keamanan perairan di Teluk Persia. [IT/onh]
Jepang Tolak Gabung Koalisi Maritim AS dan Inggris di Teluk Persia
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan, tidak ada perubahan dalam sikap negara yang sebelumnya dinyatakan oleh Menteri Pertahanan Takeshi Iwaya.
"Itu adalah "seperti yang dikatakan Menteri Iwaya," kata juru bicara pemerintah Jepang itu.
Menteri pertahanan Jepang sebeluknya pada Ahad lalu mengatakan, dia "tidak punya rencana" untuk mengirim Pasukan Bela Diri ke Timur Tengah untuk bergabung dengan koalisi militer yang dibayangkan oleh AS.
Sumber mengatakan Amerika Serikat sedang berjuang untuk memenangkan dukungan sekutu-sekutunya untuk inisiatif meningkatkan pengawasan jalur pelayaran minyak Timur Tengah yang vital.
Karena kekhawatiran akan konfrontasi dengan Iran, keterlibatan sekutu Washington kemungkinan akan terbatas pada personel dan peralatan angkatan laut yang sudah ada - dekat Selat Hormuz di Teluk Persia dan selat Bab al-Mandeb di Laut Merah. Menurut Inggris kedua Teluk itu adalah keamanan.
Ketegangan dimulai setelah beberapa kapal tanker minyak, termasuk yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Jepang, secara mencurigakan ditargetkan di dekat Teluk Persia bulan lalu.
Washington dan sekutu regionalnya, Arab Saudi dengan cepat menyalahkan Iran atas serangan yang mencurigakan itu. Namun, Iran membantah semua tuduhan dan memperingatkan Saudi atas bendera palsu oleh "pemain asing."
Kepala pertahanan Jepang pada Selasa lalu juga mengatakan, tidak ada lagi serangan serupa, dan ancaman terhadap Jepang di daerah itu dianggap "dalam ketenangan sementara pada saat ini."
Dia menyoroti pentingnya melanjutkan upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Media Jepang mengatakan proposal Washington itu bisa menjadi agenda selama kunjungan penasihat keamanan nasional John Bolton ke Tokyo.
Bolton pada hari Senin bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono, Iwaya dan penasihat keamanan nasional Shotaro Yachi.
Perdana Menteri Jepang Abe Shinzo mengatakan pada Senin, sebelum membuat keputusan tentang "apa yang harus dilakukan, Jepang ingin melakukan segala upaya untuk mengurangi ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat."
AS yang telah melakukan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran mendesak sekutunya untuk mengikutinya. [IT/Onh]
Sumber Berita : https://www.islamtimes.org/id/news/806664/jepang-tolak-gabung-koalisi-maritim-as-dan-inggris-di-teluk-persia
Re-post by MigoBerita / Rabu/24072019/11.28Wita/Bjm