Polisi Pastikan Sekjen PA 212 ‘Bernard Abdul Jabbar’ Ada di Lokasi Saat Ninoy Karundeng Dianiaya
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Kepolisian menuding Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persaudaraan Alumni
(PA) 212, Bernard Abdul Jabbar ada di lokasi Masjid Al-Falah,
Pejompongan, Jakarta Pusat saat pegiat medsos, Ninoy Karundeng diculik dan dianiaya.
Bahkan menurut Kabid Humas Polda Metro
Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, Bernard juga ikut mengintimidasi Ninoy.
Itulah kata dia, Bernard dimintai keterangannya hari ini, Senin 7
Oktober 2019 sebagai saksi.
Baca: Polisi: Insiyur S Serahkan Data Laptop Ninoy Karundeng ke Munarman
Bernard diperiksa bersama satu orang
lain bernama F alias Fery. “Atas nama BD (Bernard) itu ada di lokasi
ikut mengintimidasi dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan,” kata
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono di Mapolda Metro
Jaya seperti melansir viva.co.id.
Hingga Senin sore pemeriksaan keduanya
belum juga rampung. Argo juga mengatakan status keduanya sejauh ini
masih saksi. Dia tak menjawab apakah mungkin Bernard bisa jadi tersangka
juga dalam kasus ini.
“Saat ini hasilnya belum kita dapatkan,” kata dia lagi.
Sebelumnya, sebuah video menampilkan
pegiat media sosial dan pendukung Jokowi yakni Ninoy Karundeng, dengan
wajah lebam tersebar luas. Dalam video itu, Ninoy diduga sedang
diinterogasi oleh sejumlah pria dalam sebuah ruangan.
Pada video tersebut terdengar jelas
percakapan Ninoy dengan seorang pria yang sedang menanyakan beberapa hal
kepadanya. Pria itu bertanya terkait kegiatan Ninoy yang diduga datang
saat aksi unjuk rasa.
“Jawab baik-baik ya, yang suruh kamu
datang ke sini itu siapa? Kerasin suaranya,” tanya pria tersebut dikutip
dari video yang beredar, Selasa, 1 Oktober 2019.
Baca: “Habib” Disebut dalam Penculikan Ninoy Karundeng, Jubir 212 Novel Bamukmin Dipanggil Polisi
Kemudian, Ninoy menjelaskan bahwa ia bekerja di Jokowi App. Ia pun menjelaskan, kedatangannya untuk meliput DPR dan demo.
Namun, pria dengan suara berat itu
kembali bertanya maksud dari kedatangan Ninoy. Hal itu lantaran ia
mendapati sebuah tulisan dalam laptop milik Ninoy berunsur kata-kata
kebencian yang diarahkan kepada tokoh-tokoh. Menjawab pertanyaan
tersebut, Ninoy mengaku khilaf akan perbuatannya.
Tapi, pria tersebut beranggapan, Ninoy
tidak khilaf, melainkan memang pekerjaan Ninoy di Jokowi App itu sengaja
membuat hal demikian untuk bisa dibayar dan sebagai ladang pendapatan.
Ninoy dipersekusi, dipukuli
habis-habisan bahkan oleh ibu-ibu pengajian disana. Belum selesai,
datang seseorang yang dipanggil “habib” kemudian berbicara untuk
membunuh Ninoy dengan kapak. Mayat Ninoy rencananya akan diangkut oleh
ambulans dan dibuang ditengah-tengah kerumunan demonstran. Narasi yang
dipersiapkan apalagi kalau bukan korban kekerasan polisi.
Baca: Kronologi Penyekapan dan Penculikan Super Sadis Ninoy Karundeng Mirip ISIS
Untung ambulans tidak datang. Rencana
itu gagal karena tidak terpikir bagaimana nanti mengangkut mayatnya.
Semua pembicaraan dan rencana itu dilakukan dalam sebuah masjid. Tempat
yang seharusnya menjadi tempat ibadah yang tenang dan khusuk. Ninoy juga
muslim, sama seperti mereka. Sama-sama shalat, sama-sama puasa. Bedanya
adalah Ninoy pendukung Jokowi, sedangkan mereka adalah pembencinya.
Pihak Dewan Keluarga Masjid DKM tempat
Ninoy dianiaya buru-buru membantah. Mereka bilang “menyelamatkan” Ninoy
dari amukan massa. Sebuah cerita yang tidak masuk akal, karena Ninoy
disiksa di dalam masjid berjam-jam, bahkan tidak ada seorangpun yang
tergerak untuk menelpon polisi.
Sadis dan barbar. Itulah yang ada dalam
pikiran kita semua membaca kisah penculikan dan penganiayaan Ninoy S
Karundeng itu. Pola-pola ISIS itu dikembangkan disini, di sebuah masjid
di ibukota Indonesia bernama Jakarta.
Ini sudah bukan lagi intimidasi dan
persekusi. Ini sudah mengarah ke potensi pembunuhan berencana. Sebuah
aksi terorisme untuk menimbulkan dampak ketakutan dan kepanikan dengan
mengorbankan nyawa. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/08/polisi-pastikan-sekjen-pa-212-bernard-abdul-jabbar-ada-di-lokasi-saat-ninoy-karundeng-dianiaya/
Polisi: Insiyur S Serahkan Data Laptop Ninoy Karundeng ke Munarman
Arrahmahnews.com, Jakarta -Sekretaris
Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengakui dirinya sempat
meminta rekaman CCTV Masjid Al-Falah, Pejompongan, Jakarta tempat Ninoy
Karundeng diduga disekap dan dianiaya. Dia meminta rekaman CCTV kepada
anggota dewan keluarga Masjid Al-Falah.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo
Yuwono membeberkan fakta baru terkait kasus penculikan dan penganiayaan
pegiat media sosial, Ninoy Karundeng. Polisi menyebut salah seorang
tersangka mengirimkan data di laptop Ninoy ke Sekum Front Pembela Islam
(FPI), Munarman.
Baca: “Habib” Disebut dalam Penculikan Ninoy Karundeng, Jubir 212 Novel Bamukmin Dipanggil Polisi
“Kemudian ada juga insinyur S ya. Dia
ini sekretaris dari pada DKM ya. Dia perannya dia ada di lokasi kejadian
kemudian yang bersangkutan memerintahkan menyalin data dari laptop
korban. Kemudian dia melaporkan semuanya kepada Pak Munarman.
Selanjutnya dia juga dapat perintah untuk hapus CCTV dan kemudian juga
untuk tidak menyerahkan semua data kepada pihak kepolisian,” kata Kabid
Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Jalan
Jenderal Sudirman, Senin (7/10/2019).
Polisi saat ini sudah menetapkan 11 tersangka terkait kasus penculikan Ninoy. Para tersangka mempunyai peran yang berbeda-beda.
“Berkaitan viralnya korban Ninoy,
tentunya ada laporan ke Polda Metro Jaya kita melakukan penyelidikan dan
penyidikan dari Polda Metro Jaya sudah menetapkan 11 tersangka,” ujar
dia.
Dari 11 tersangka, 10 diantaranya
ditahan di Polda Metro Jaya. Ada 1 tersangka yang tidak ditahan lantaran
sedang sakit. Mereka yang sudah disematkan status tersangka yakni ABK,
RF, IA, AA, ARS, YY, Baros, S, TR, SU, dan R.
Polisi juga, menurut Argo, masih
melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Salah seorang di
antaranya Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar.
“Itu yang 11 tersangka kemudian yang 2
orang sedang diperiksa kita masih nunggu status dari pada yang
bersangkutan, yaitu ada atas nama BD, itu ada di lokasi ikut
mengintimidasi dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan,” tuturnya.
Dari 11 tersangka, ada 10 orang yang ditahan. Sementara satu orang lagi ditangguhkan karena sakit.
“Nanti kita lihat perkembangan
selanjutnya. Tadi udah saya sampaikan dari 11 orang tersangka ada 10
ditahan dan 1 ditangguhkan karena sakit dan yang 2 sedang diperiksa,”
ujar Argo. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/07/polisi-insiyur-s-serahkan-data-laptop-ninoy-karundeng-ke-munarman/
Simon Syaefudin: IPB dan Kaum Radikal
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Ideologi radikal telah membahayakan kebangsaan kita yang sangat beragam
saat ini, ideologi ini telah menciptakan bibit-bibit terorisme dan
sangat anti Pancasila dan demokrasi karena mereka menganggap demokrasi
bukan produk Tuhan tapi produk manusia dan mereka mengkhayalkan sebuah
negara yang agamis, padahal Tuhan dan Nabi-pun tidak memerintahkan
kepada manusia untuk membuat negara Khilafah, dan yang lebih miris lagi
kampus-kampus elite menjadi sarang bagi kelompok radikal ini, contoh
nyata dosen IPB.
Seorang pegiat medsos Simon Syaefudin membuat sebuah analisa menarik tentang dahsyatnya gerakan kelompok radikal di kampus-kampus elit di negeri ini.
Baca: Waspada Proyek Ideologi Radikal Wahabi di Sekolah dan Kampus
IPB jadi bulan-bulanan pasca perakit bom
AB (Abdul Basith) tertangkap. Saya sebenarnya udah lama memberitahu
teman-teman dosen IPB soal kebijakan kampusnya yang aneh-aneh.
Menerima hafidz/penghapal Quran tanpa
tes. Memisahkan mahasiswa/mahasiswi dlm ruang kuliah. Membiarkan
kelompok HTI/kader PKS menguasai kelembagaan mahasiswa. Membiarkan dosen
mengajar pakai gamis. Macam-macamlah. Karena kaum islamist/radikal
menguasai hampir setiap kelembagaan di IPB, hampir semua kebijakan dipengaruhi mereka. Lalu muncullah bom made in IPB yang menghebohkan itu.
Saya sama sekali tidak kaget. Itu hanya konsekwensi yang telah lama dipupuk oleh civitas akademika IPB sendiri. Masih puluhan bahkan ratusan orang semacam AB yang bercokol di IPB.
Baca: Abdul Basith, Dosen IPB Pembuat Bom Molotov yang Akan Bikin Chaos Jakarta saat Aksi Mujahid 212
Apakah fenomena seperti itu hanya ada di IPB?
Tidak. BNPT merilis sejumlah PTN yang terpapar radikalisme. Di
antaranya UI, ITB, dan UGM. UI, ITB, dan IPB pantas radikal karena
selama bertahun tahun di bawah wilayah kekuasann gubernur PKS. Bahkan
UI, 15 tahun lebih berada di bawah naungan Pemkot Depok (PKS) yang telah
mengislamiskan seluruh infrastruktur dan jaringannya.
Terungkap biang ker(usu)han kemaren : silahkan videonya klik disini https://youtu.be/wTIB1t_evYE
Dalam sebuah diskusi tentang radikalisme
di Gedung Joang Jakarta beberapa waktu lalu, seorang pembicara, sebut
saja Assegaf namanya, menceritakan betapa ASN Depok sudah ketularan
islamisasi ala Suriah dan Afghanistan. Ia juga menceritakan alamaternya
ITB, yang ditunggangi kaum radikal. Assegaf menceritakan bagaimana
seorang guru besar ITB menganggap bahwa Indonesia seharusnya jadi negeri
Islam. Bukan Pancasila. Di WAG dosen dosen ITB, kata Assegaf, bau
radikalisme amat menyengat.
Baca: Eko Kuntadhi: Sri Mulyani Kibarkan Bendera Perang Lawan ASN Eksklusif
UGM masih mendingan. Tak mengadopsi
kebijakan aneh seorang hafidz masuk UGM tanpa tes. UGM cepat tanggap
dengan fenomena ini. Masjid kampus UGM, misalnya, yang dulu dikuasai
kelompok radikal sudah disterilisasi. Bahkan masjid UGM sekarang sering
dipakai untuk dzikir, shalawatan, istighasah – ritual-ritual yang
diharamkan kaum wahabi salafi pro PKS yang menguasai masjid kampus. Tapi
tetap perlu diwaspadai, dosen-dosen radikalis di UGM masih cukup
banyak.
Saya jadi ingat disertasi Muhamad
Hendropriyono, mantan Kepala BIN. Dalam disertasinya Hendro menyebutukan
PKS adalah partai yang berideologi Al Ikhwanul Muslimin kreasi Hasan Al
Banna. Pedoman PKS sampai hari ini masih Al Ikhwan. Ia, sebelum kuat,
bergerak melalui jalur pendidikan. Saya duga mayoritas SD IT sampai SMA
IT, termasuk Bimbingan Belajar Nurul Fikri, bukan hanya sekolah biasa,
tapi saya duga sarana pembibitan Al Ikhwan. Dan anda jangan kaget,
hampir semua teroris top adalah jebolan kelompok ini. Osama Bin Laden
misalnya adalah murid Ayman Al Jawahiri, tokoh Al Ikhwan.
Seorang direktur perusahaan konstruksi,
sebut saja Ani, pernah mengeluh kepada saya. Salah seorang karyawannya
ketahuan membuat peluru dengan memanfaatkan mesin bubut yang
dikuasainya. “Setelah saya lacak dia dari partai anu Mas Simon”,
ujarnya. Karyawan berjenggot dan berjidat item itu kabur sebelum
dipecat.
Baca: TERBONGKAR! Taktik Busuk Ikhwanul Muslimin yang Ingin Suriahkan Indonesia
Anda masih ingat ketika ribut undangan
ceramah Felix Siauw di Menara Telkomsel? Ya… Salah seorang direktur
Telkomsel tersebut alumni SMA I Teladan Yogya. Dan dia diduga beraliran
radikal pro-HTI. Di FB Kagama ada yang bertanya, masihkah SMA Teladan
Yogya patut diteladani kalau para alumninya banyak yang terpapar
radikalisme?
Pak Haryoko, seorang konsultan SDM,
mengaku sekarang ini banyak perusahaan besar yang cemas ketika mau
investasi dan merekrut karyawan di Indonesia. Pasalnya, justru calon
karyawan yang pintar-pintar ini ideologinya banyak radikal. Makanya Pak
Haryoko sering diminta nasehatnya dalam hal rekrutmen karyawan tersebut.
Dengan instrumen canggih, kata Haryoko, timnya bisa melacak jejak
digital calon naker atau calon pejabat yang akan dinaikkan pangkatnya.
Yang radikal langsung disingkirkan.
Menurut Haryoko, sekarang ini
orang-orang terpapar radikalisme di Indonesia sudah mencapai 7 persen.
Udah mendekati titik kritis 10 persen. Jika udah mencapai titik kritis,
akan susah dicegahnya karena pertambahannya deret ukur.
Baca: BNPT: Kampus Tak Aman dari Virus Radikalisme
Saya kira pemerintahan Jokowi harus
harus mewaspadai fenomena ini. Dosen/dekan/rektor yang terindikasi
radikal (bisa dilacak dari jejak digitalnya dan polisi sudah punya alat
canggih untuk merunutnya) harus ditendang. Kemendiknas juga perlu
mengatur sekolah sekolah IT dan mengawasinya secara ketat. Bila perlu
ada kebijakan baru. Setiap sekolah harus mengikuti pedoman sistem
pendidikan dan buku ajar yang telah terverifikasi. Jangan sampai
kecolongan ada buku ajar yang isinya materi berbau terorisme yang pernah
ditemukan di Depok.
Saya tak ingin menuduh semua kaum
anti-jokowi berafiliasi dengan kaum radikal. Tapi simtomnya kentara.
Saya dan teman-teman pro-Jokowi siap membela presiden terpilih jika ada
kelompok-kelompok anarkis dengan alasan yang dibuat-buat hendak
mendeligitimasinya. Hidup Jokowi. Ayo kita benahi negeri agar tidak
menjadi Indonestan dan indosuriah. (ARN)
Kode Keras Panglima TNI: Siapa Saja yang Ingin Menggagalkan Pelantikan Presiden Akan Hadapi TNI
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal TNI Hadi
Tjahjanto meminta siapapun dapat menyampaikan aspirasi di negara
demokrasi ini. Namun penyampaian aspirasi itu disebut Hadi harus sesuai
dengan konstitusi.
“Saya Panglima TNI ingin menegaskan
bahwa tugas TNI adalah menjaga keutuhan dan keselamatan bangsa sehingga
demokrasi dan konstitusi dapat ditegakkan”, ucap Hadi di Skuadron 17
Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (27/9/2019).
Baca: Panglima TNI dan Kapolri Tegas Tindak Siapa Saja yang Ganggu Proses Demokrasi
Inilah kode keras dari panglima TNI
Marsekal Hadi, beliau memastikan bahwa TNI berada di garis terdepan
apabila ada yang ingin menjegal pelantikan presiden-wakil presiden
terpilih. Hadi menyampaikan presiden-wakil presiden terpilih telah sah
melalui proses pemilu.
Silahkan klik videonya disini : https://youtu.be/NbDDmcY7uCs
“Siapa pun yang melakukan tindakan
anarkis, inkonstitusional, cara-cara yang kurang baik, termasuk ingin
menggagalkan pelantikan presiden dan wapres terpilih hasil pemilu, akan
berhadapan dengan TNI,” tegas Hadi.
Baca: HTI Ajak Perwira dan Panglima TNI Lakukan Kudeta
Terkait kondisi Ibu Kota Jakarta yang
marak akan demonstrasi belakang ini, Hadi memastikan TNI mendukung
pengamanan Polri. Prajurit TNI dikatakan Hadi ditempatkan di beberapa
titik di sekitar gedung DPR/MPR.
“Seperti yang saya sampaikan, tugas TNI
mendukung, memberikan perbantuan kepada Polri, dalam tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat. Di mana saja kita akan dukung Polri, seperti
kejadian di gedung DPR/MPR seperti saya jelaskan TNI menggelar kekuatan
di enam titik, untuk mengamankan gedung DPR/MPR,” ujar Hadi.
Baca: Jokowi Perintahkan Kapolri & Panglima TNI Tindak Tegas Pengganggu NKRI
“Di antaranya di Pintu Utama,
Pejompongan, Slipi, Palmerah, dan Pintu Belakang dan Lapangan Tembak.
Semua kita gelar kekuatan di situ, serta kekuatan di dalam. Di daerah
juga seperti itu, kita dukung, supaya keamanan dan ketertiban masyarakat
terjaga,” imbuhnya. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/09/27/kode-keras-panglima-tni-siapa-saja-yang-ingin-menggagalkan-pelantikan-presiden-akan-hadapi-tni/
Kapolri dan Jajarannya Ucapkan Selamat HUT TNI ke 74, Semoga Makin Jaya Dan Kompak Menjaga NKRI
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Kapolri Jenderal Polisi Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D,
mengucapkan selamat hari ulang tahun ke 74 Tentara Nasional Indonesia
TNI yang akan diperingati pada hari ini Sabtu 05 Oktober 2019.
Ucapan itu disampaikan Kapolri dalam sebuah tayangan video dan didampingi para pejabat Utama Mabes Polri.
Silahkan klik videonya disini : https://youtu.be/OL9oZ7Tel68
Baca: Aksi Mujahid 212 Secara Terbuka Tantang Pemerintah, Polri dan TNI
Dikatakan Kabid Humas, Kapolri dalam
tayangan itu, mengucapkan ”Saya Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian
beserta keluarga besar Kepolisian Negara Republik Indonesia mengucapkan
selamat Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia ke 74,″ kata
Kapolri.
Baca: Denny Siregar: Ada yang Ingin Benturkan TNI-Polri?
Kapolri berharap di usia ke 74, TNI semakin profesional, modern dan menjadi kebanggaan rakyat Indonesia.
“Dirgahayu TNI, TNI profesional kebanggaan rakyat”
Pada peringatan tahun ini diusung tema
”TNI Profesional Kebanggaan Rakyat”. Menyambut HUT TNI ini, Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahjanto dan jajarannya, kemarin telah melakukan gladi
bersih di Lanud Halim Perdana Kusuma.
Dalam kegiatan itu, ditampilkan pasukan
devile dan alutsista yang terdiri dari POM TNI (48 Personel, 24 unit
alutsista), Matra Darat (1.172 Personel, 415 unit alutsista), Matra Laut
(522 Personel, 116 alutsista), dan Matra Udara (259 Personel, 58
alutsista). (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/05/kapolri-dan-jajarannya-ucapkan-selamat-hut-tni-ke-74-semoga-makin-jaya-dan-kompak-menjaga-nkri/
Polisi: Dosen IPB Abdul Basith Mau Gagalkan Pelantikan Jokowi dengan Lempar Bom di Roxy
Arrahmahnews.com JAKARTA
– Setelah menjebloskan Abdul Basith cs ke penjara, Institut Pertanian
Bogor (IPB) pun menonaktifkan jabatan dosen yang disandang tersangka.
Polisi menduga Basith berperan selaku
perencana kerusuhan dalam aksi damai Mujahid 212. Basith cs juga dituduh
berencana menggagalkan agenda politik seperti pelantikan DPR/MPR, serta
pelantikan presiden-wakil presiden terpilih.
Polisi menyebut Abdul Basith berencana
meledakkan bom ikan di beberapa titik di Jakarta. Tersangka yang dituduh
merancang kerusuhan di Aksi Mujahid 212 itu disebut ingin menggagalkan
pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda
Metro Jaya Kombes Pol Suyudi Ario Seto mengatakan ada titik-titik di
wilayah DKI Jakarta yang dirancang akan diledakkan menggunakan bom ikan
berisi paku-paku. Sebagian besar titik itu berada di wilayah Jakarta
Barat.
Baca: Abdul Basith, Dosen IPB Pembuat Bom Molotov yang Akan Bikin Chaos Jakarta saat Aksi Mujahid 212.
“Mereka berencana akan meledakkan
bom-bom tersebut di sepanjang Grogol sampai dengan Roxy (Jakarta
Barat),” kata Kombes Suyudi kepada detikcom, Selasa (8/10/2019).
Namun Suyudi enggan memaparkan secara
rinci titik-titik persis bom itu akan diletakkan oleh Abdul Basith cs.
Dia membantah jika dikatakan komplotan itu merencanakan pengeboman di 9
titik.
“Titiknya tidak spesifik seperti itu,” jelas Suyudi.
Selain itu, Suyudi mengatakan, setelah
pihaknya menginterogasi para tersangka, termasuk Abdul Basith, mereka
berencana membuat kerusuhan dengan maksud menurunkan Presiden Joko
Widodo (Jokowi). Mereka juga ingin menggagalkan pelantikan presiden
terpilih.
“(Tujuan mereka) menurunkan presiden
dengan isu karhutla dan revisi UU KPK dan terakhir target utama mereka
membatalkan pelantikan presiden,” kata Suyudi.
Abdul Basith ditangkap di rumahnya di
kawasan Tangerang pada Jumat (27/9). Abdul dituduh merencanakan
kerusuhan di Aksi Mujahid 212 di Jakarta yang digelar pada Sabtu (28/9).
Selain Abdul, polisi menangkap 8
tersangka lain, salah satunya pensiunan TNI AL Sony Santoso. Mereka saat
ini sudah ditahan polisi. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/08/polisi-dosen-ipb-abdul-basith-mau-gagalkan-pelantikan-jokowi-dengan-lempar-bom-di-roxy/
Polisi Resmi Tetapkan Sekjen PA 212 ‘Bernard Abdul Jabbar’ Jadi Tersangka Kasus Penculikan Ninoy
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Penyidik Kepolisian Polda Metro Jaya akhirnya resmi menetapkan Bernadus
Doni alias Bernard Abdul Jabbar sebagai tersangka dalam kasus
penculikan disertai penganiayaan kepada relawan Jokowi, Ninoy Karundeng.
Penetapan tersangka itu dilakukan setelah penyidik melakukan
pemeriksaan Bernard hingga 12 jam lebih.
“Nama sesuai KTP Bernadus Doni sudah
ditetapkan tersangka,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol
Argo Yuwono seperti dikutip detikcom, Selasa (08/10/2019).
Baca: Temuan Mengejutkan dalam Kasus Penculikan dan Upaya Pembunuhan Ninoy
Meski sudah ditetapkan tersangka, Argo
belum mengetahui apakah Bernard ditahan atau tidak. Sebab, surat
penahanan disebutnya berada di tangan penyidik.
“Saya cek dulu surat (penahananya) sudah ada atau belum,” ungkap Argo.
Diketahui, Bernard yang juga sebagai
Sekjen PA 212 itu sudsh diperiksa sejak Senin (7/10) siang. Statusnya
kini berubah menjadi tersangka.
Baca: Polisi Pastikan Sekjen PA 212 ‘Bernard Abdul Jabbar’ Ada di Lokasi Saat Ninoy Karundeng Dianiaya
Bernard diketahui memiliki peran
mengintimidasi Ninoy Karundeng. Polisi menyebut Bernard berada di lokasi
kejadian saat Ninoy diculik dan dianiaya.
“Itu ada di lokasi ikut mengintimidasi
dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan. Itu adalah Sekjen PA 212,”
kata Kombes Argo, Senin (7/10).
Baca: “Habib” Disebut dalam Penculikan Ninoy Karundeng, Jubir 212 Novel Bamukmin Dipanggil Polisi
Seperti diketahui, kasus ini mencuat
setelah Ninoy diculik sekelompok orang saat berada di tengah aksi di
Pejompongan, Jakarta Pusat. Saat itu, Ninoy memotret orang-orang yang
terkena gas air mata saat demo pada Senin, 30 September 2019.
Polisi sudah menetapkan 11 tersangka
dalam kasus itu. Peran para tersangka berbeda-beda seperti perekam,
menyebarkan video Ninoy Karundeng, mengintimidasi hingga melakukan
penganiayaan. Selain itu, ada tersangka yang mengancam membunuh Ninoy
Karundeng. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/08/polisi-resmi-tetapkan-sekjen-pa-212-bernard-abdul-jabbar-jadi-tersangka-kasus-penculikan-ninoy/
Temuan Mengejutkan dalam Kasus Penculikan dan Upaya Pembunuhan Ninoy
Arrahmahnews.com, Jakarta –
Polisi saat ini telah mengamankan tersangka baru dalam kasus penculikan
dan penyekapan serta upaya pembunuhan pegiat medsos, Ninoy Karundeng.
Total tersangka ada 11, tapi hanya 10 yang ditahan.
Polisi sendiri menghadirkan sosok Ninoy
Karundeng saat konferensi Pers (Konpers) di Mapolda Metro Jaya, Jl Jend.
Sudirman, Jakarta, Senin (07/10/2019). Kepada wartawan, polisi dan
Ninoy Karundeng mengungkapkan banyak keterangan mencengangkan terkait
penganiayaan yang terjadi pada Selasa (01/10/2019) dini hari. Ninoy
diduga dipukuli hingga hendak dibunuh dengan cara sadis.
Baca: Kronologi Penyekapan dan Penculikan Super Sadis Ninoy Karundeng Mirip ISIS
Diantaranya adalah diperiksanya
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PA 212 Bernard Abdul Jabbar. Serta
disebutnya nama Sekretaris Umum Munarman yang diduga punya jejak dalam
kasus tersebut.
Polisi mengatakan Bernard Abdul Jabbar
berada di lokasi kejadian saat Ninoy dianiaya. Bernard disebut juga ikut
mengintimidasi Ninoy Karundeng.
“Itu ada di lokasi ikut mengintimidasi
dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan. Itu adalah Sekjen PA 212,”
kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
Baca: Polisi Pastikan Sekjen PA 212 ‘Bernard Abdul Jabbar’ Ada di Lokasi Saat Ninoy Karundeng Dianiaya
Argo juga menjelaskan ada Munarman dalam
kasus penganiayaan-penculikan Ninoy Karundeng. Menurutnya, Munarman
memerintahkan pengurus Masjid Al-Falah, tempat kejadian perkara
penganiayaan Ninoy, untuk menghapus rekaman CCTV.
“Kemudian ada juga insinyur inisial S
ya. Dia ini sekretaris daripada DKM ya. Dia perannya adalah dia ada di
lokasi kejadian kemudian yang bersangkutan memerintahkan menyalin data
daripada data yang ada di laptop,” tutur Argo.
Ninoy dipersekusi, dipukuli
habis-habisan bahkan oleh ibu-ibu pengajian disana. Belum selesai,
datang seseorang yang dipanggil “habib” kemudian berbicara untuk
membunuh Ninoy dengan kapak. Mayat Ninoy rencananya akan diangkut oleh
ambulans dan dibuang ditengah-tengah kerumunan demonstran. Narasi yang
dipersiapkan apalagi kalau bukan korban kekerasan polisi.
Baca: Polisi: Insiyur S Serahkan Data Laptop Ninoy Karundeng ke Munarman
Untung ambulans tidak datang. Rencana
itu gagal karena tidak terpikir bagaimana nanti mengangkut mayatnya.
Semua pembicaraan dan rencana itu dilakukan dalam sebuah masjid. Tempat
yang seharusnya menjadi tempat ibadah yang tenang dan khusuk. Ninoy juga
muslim, sama seperti mereka. Sama-sama shalat, sama-sama puasa. Bedanya
adalah Ninoy pendukung Jokowi, sedangkan mereka adalah pembencinya.
Pihak Dewan Keluarga Masjid DKM tempat
Ninoy dianiaya buru-buru membantah. Mereka bilang “menyelamatkan” Ninoy
dari amukan massa. Sebuah cerita yang tidak masuk akal, karena Ninoy
disiksa di dalam masjid berjam-jam, bahkan tidak ada seorangpun yang
tergerak untuk menelpon polisi.
Sadis dan barbar. Itulah yang ada dalam
pikiran kita semua membaca kisah penculikan dan penganiayaan Ninoy S
Karundeng itu. Pola-pola ISIS itu dikembangkan disini, di sebuah masjid
di ibukota Indonesia bernama Jakarta.
Ini sudah bukan lagi intimidasi dan
persekusi. Ini sudah mengarah ke potensi pembunuhan berencana. Sebuah
aksi terorisme untuk menimbulkan dampak ketakutan dan kepanikan dengan
mengorbankan nyawa. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2019/10/08/temuan-mengejutkan-dalam-kasus-penculikan-dan-upaya-pembunuhan-ninoy/#prettyPhoto/0/
Dibabat Ngabalin, Tempe Tak Berkutik! Rasain Tuh!
Sebagai pendukung
Jokowi, saya sangat kecewa dengan tuduhan Tempe bahwa yang mendukung
Jokowi itu adalah buzzer istana yang kemungkinan besar diketahui dan
dikelola istana sendiri. Jokowi mana tahu siapa saya. Jangankan Jokowi,
Ngabalin pun tidak kenal saya. Bahwa kemudian dalam pemilu saya ikut
memenangkan Jokowi – yang belum tentu juga diperhitungkan sebagai
perjuangan – tidak ada salahnya. Toh yang lain juga mendukung politisi
yang sevisi dengan mereka.
Pasca Pilpres,
seperti yang dikatakan Ngabalin, bahwa pengotakan pendukung 01 dan 02
sudah selesai. Tetapi sepertinya Tempe belum move on dari Pilpres, malah
menganggap seolah pendukung Jokowi itu sebagai buzzer yang mengancam
demokrasi. Kan kurang ajar.
Maka
tidak heran kalau Ngabalin sendiri sepertinya sangat emosional
menanggapi Tempe. Dia jelas-jelas menunjukkan bahwa apa yang dilakukan
Tempe sudah masuk dalam ranah menuduh presiden menggunakan kekuasaannya
dengan menggerakkan buzzer demi mendukung keputusannya.
Tempe
ini tidak sadar bahwa ada jutaan di seluruh Indonesia mendukung Jokowi
dengan caranya masing-masing tanpa perlu di bayar bahkan mengeluarkan
biaya pribadi untuk mendukung keputusan Presiden – minimal mengorbankan
kuota untuk meretweet dan membagikan konten dukungan terhadap Jokowi.
Apakah mereka salah kalau mendukung keputusan pemerintah? Apakah mereka
mengancam demokrasi? Apakah mereka dikendalikan Jokowi?Klik videonya disini : https://youtu.be/tWKONvi2ht8
Tidak sama sekali. Tidak mungkin saya sebut satu
per satu pendukung Jokowi – dalam terminus Tempe dikenal sebagai buzzer
istana – yang berjuang dengan tulus membela Jokowi sampai sekarang tanpa
bayaran dan tanpa iming-iming jabatan. Mereka mendukung hanya karena
mereka percaya bahwa Jokowi masih di jalan yang benar sampai mereka rela
dimaki, dicaci, dihina, dan bahkan ada yang dipersekusi.
Pembelaan
Tempe pun tidak berarti apa-apa. Sebab Tempe hanya menyatakan bahwa
Moeldoko mengafirmasi bahwa ada orang yang mendukung Jokowi melalui
media sosial. Lalu dengan itu dia mau menyimpulkan bahwa buzzer itu
dikendalikan Jokowi. Dan buzzer itu berbahaya bagi demokrasi. Bahlul!
klik videonya disini : https://youtu.be/MKQiJMk2KTc
Siapa yang disebut
buzzer terorganisir dalam foto itu? Tim kampanye Jokowi di media sosial.
Dan itu sah-sah saja pada saat Pilpres. Emank politisi lainnya tidak
menggunakan tim kampanye di media sosial? Makanya investigasi dulu kapan
itu terjadi, kenapa mereka berkumpul, untuk apa mereka berkumpul.
Jangan hanya dari gambar lalu menyimpulkan mereka adalah buzzer bayaran
yang dikendalikan untuk mendukung keputusan pemerintahan sekarang
setelah Pilpres. Itulah bukti bahwa media ini memang sudah jadi tempe
busuk.
Bukan
hanya politisi, artis, media dan produsen makanan, kosmetik dan lain
sebagainya pun memanfaatkan buzzer – dalam konotasi positif sebagai
penyebar informasi. Lalu apakah itu mengancam demokrasi. Ya tentu bukan
cuk!
Maka jangan heran semakin Tempe membela
diri atas isu ‘buzzer istana’, semakin dia terpuruk. Di ILC jelas-jelas
tidak ada pembelaan berarti dari pihak lain terhadap sikap Tempe,
kecuali PWI. PWI pun sekedar membela Tempe dari sekedar konten saja,
bukan membentenginya dari serangan.
Bahkan
kalau Anda memperhatikan dengan seksama perdebatan di ILC, oposisi
sekali pun tidak membela Tempe. Malah oposisi hanya berusaha
menyelamatkan dirinya sendiri sambil menyerang pemerintah.
Coba
sebutkan pihak oposisi yang berpihak pada Tempe? Tidak ada. Berkarya
bukan dalam artian menyelamatkan Tempe, melainkan memojokkan Jokowi dan
para pendukungnya. Haikal Hassan pun bermetamorfosis jadi pendukung
penuh pemerintahan yang sah dan memanfaatkan ILC untuk melindungi kadal
gurun yang main persekusi. Dahnil pun melakukan hal yang sama, malah
menyerang pemerintah dan berusaha menyelamatkan para pendukungnya yang
diproses hukum karena menyebar hoaks.
Kenapa
mereka tidak membela Tempe? Karena mereka juga adalah buzzer,
memanfaatkan buzzer, dan mengandalkan buzzer ketika kampanye melalui
media sosial.
Kalau menurut saya, yang bukan
siapa-siapa ini, yang tidak dikendalikan Jokowi ini, Tempe ini sedang
cari sensasi dengan cara dan isu yang salah. Atau mungkin ada pesanan,
kita tidak tahu. Bisa jadi juga mereka sedang ketakutan tenggelam karena
sudah terbukti kehancuran mereka ada di depan mata ketika pendukung
Jokowi sudah mulai kehilangan kesabaran.
Saya
masih berharap, Tempe segera sadarlah. Bangunlah dan berbenahlah dari
kesalahan ini. Kalau tidak segera berubah dan memperbaiki diri, bukan
tidak mungkin esok lusa aplikasi di App Store dan Play Store sudah
hilang.
Ini peringatan loh. Jangan membangkitkan kemarahan ‘buzzer istana’ (pendukung Jokowi), bisa kelar hidup loh…Sumber Opini : https://seword.com/politik/dibabat-ngabalin-tempe-tak-berkutik-rasain-tuh-vxhokQ0seK
Bukan Prabowo Menteri Pertahanan, Tapi Kader Gerindra Pasti Jadi Menteri Jokowi.
Ucapan Jokowi itu adalah tanda, bahwa Jokowi sudah bukan orang yang Mega kenal ditahun 2012.
Artikel ini adalah cerita lanjutan dari artikel sebelumnya dengan judul Sejarah Persahabatan Mega, Prabowo. Hingga Jadi Rival. Titik Kelahiran Jokowi
Dengan
Power Jokowi saat ini, beliau benar-benar tanpa beban, bahwasanya
Jokowi tak bisa diatur atau ditekan oleh siapapun. Keputusan Jokowi
adalah kunci yang mengikat, dan tak ada satupun yang berani menggangu
gugat.
2018 Jokowi pernah mengirimkan Luhut
bertemu Prabowo. Isu yang beredar saat itu Prabowo minta jatah 7 menteri
untuk bergabung dalam koalisi Jokowi, menjadi wakilnya Jokowi.
Saya
meyakini, keputusan Jokowi menggait Prabowo itu bukan atas hasil
keputusan partai PDIP, tapi benar dari nurani Jokowi sendiri. Alasannya
sederhana, tidak ada cebong atau kampret, yang ada hanyalah Indonesia.
Namun
karena permintaan Prabowo terlalu over. Dan kala itu Prabowo masih
punya harga diri yang cukup tinggi, tentu, dengan 7 kursi menteri akan
memberatkan. Ini sama saja mengulang cerita titipan menteri ditahun
2014. Jokowi tak mau mengiyakan negoisasi itu, hingga akhirnya Luhutlah
yang pasang badan. "Selamat bertarung"
Sampai akhirnya, ditahun 2019, kita tau bersama siapa pemenangnya, bagaimana hasil pertarungannya.
Jokowi tetap jadi Presiden.
Dititik
ini, akhirnya, Prabowo menurunkan gengsinya, menekan emosinya.
Lagi-lagi, Prabowo mengalah untuk yang kesekian kali dari sejarah cerita
hidupnya.
Prabowo tak perlu berpikir lama,
beliau langsung mencoba merapat. Menyantap kembali masakan Nasi Goreng
Megawati yang enak dan lezat. Keharmonisan ini punya hasil. Puan jadi
ketua DPR RI. Fadli Zon ditarik tak lagi menduduki kursi itu. Bahkan
hingga terakhir, cukup ditelpon sama Megawati. Prabowo pun langsung tak
ngotot mengajukan kursi ketua MPR. Prabowo mengeluarkan mandat untuk
Gerindra mundur.
Semua serempak mengiyakan.
Bahkan hingga detik ini, tak terlihat kicauan Gerindra ikut bersuara
diriak demo yang ada. Gerindra diam. Prabowo diam. Tapi dibalik
diam-diam ini, kita tau, ada lobby-lobby khusus yang sedang dinanti.
Prabowo ingin mendapatkan itu mungkin dengan beragam alasan yang sudah ditulis pimpinan kura-kura dalam artikel berikut https://seword.com/politik/prabowo-siap-jadi-menteri-pertahanan-jangan-R1PPhOGQGw
Dan
Pak Jokowipun tak keberatan. Karena sesungguhnya, Prabowo memang benar
adalah sahabatnya. Orang yang mendukung di tahun 2012, dan menjadi lawan
2 tahun setelahnya hanya karena sejarah kontrak politik antara PDIP
dengan Gerindra.
Niat
Pak Jokowi dari dulu adalah menyatukan. Menyatukan seluruh elemen
bangsa untuk sama-sama bergotong royong membangun Indonesia dalam 1 atap
yang sama.
Tidak ada lawan, yang ada hanyalah
kawan. Tidak ada api dilawan dengan api, membesar terbakar api itu,
pepercahan sangat dihindari oleh Jokowi. Karena Jokowi tau, kita sesama
anak bangsa. Dan Gerindra belum dapat kesempatan untuk membuktikannya.
Jokowi ingin memberikan kesempatan itu.
Menurut
info yang saya terima. Jokowi akan memberikan posisi Menteri Pertanian
ke Prabowo. Mengingat posisi sebelumnya di isi oleh kader PDIP jadi
sangat dimungkinkan bakal Prabowo yang pegang.
Tapi
posisi menteri pertanian dirasa kurang. Elite Gerindra ingin Menteri
pertahanan. Disinilah muncul konflik kecil yang sepele. Saya yakin,
Prabowo tetap akan mengalah. Karena sejatinya Prabowo sudah lelah.
Dan
benar sepertinya Prabowo disini ingin membersihkan namanya. Disaat
usianya sudah tak lagi muda, dia ingin menghapus coretan sejarah kelam
yang ia takuti bakal diingat oleh generasi penerus bangsa. Berkali-kali
Prabowo merendah dan nurut dengan Mega adalah bukti bahwa Prabowo sudah
mau istirahat. Dia tidak ambisi lagi.
Jadi kalau ditanya, baiknya apa Prabowo masuk kabinet? Kita bisa uji itu nanti.
Kita
menguji partai yang belum pernah diberi kesempatan. PAN pernah diberi
kesempatan, tapi dia ingkar. Membacot penuh dengan tahta yang ada. Habis
mereka tak dipilih lagi oleh Jokowi. Stss, jangan sebut PKS, sudah
hancur total citranya dimata Jokowi.
Tersisa
cuma Gerindra, Gerindra belum diberi kesempatan oleh Jokowi untuk
membuktikan, dia layak buat bangsa, atau memang seperti partai lainnya
yang cuma ingin adu domba demi mengejar tahta.
Keputusan
Jokowi merangkul Gerindra pun dengan jasa, jasa Gerindra terhadap
Jokowi juga ada dalam perpolitikan bangsa. Pak Jokowi sayang semua
elemen rakyat kita. Tak ingin ada perpecahan lagi.
Harapan Jokowi sederhana, untuk kabinet Indonesia Maju, benar-benar bikin Indonesia menjadi negara yang maju.
KPK Tuntut Jokowi Terbitkan Perppu? Urusin Dulu Laporan Dugaan Korupsi Anies!
Bak hilang ditelan bumi kemudian muncul lagi dari rawa-rawa.
Itulah
kasus pelaporan rakyat terhadap Anies Baswedan. Ia dilaporkan atas
dugaan kasus tindak pidana korupsi, dengan nomor agenda 2017-03-000049
dengan pelapor atas nama Bang Andar, yang merupakan Direktur.
Ia melaporkan dugaan tindak pidana korupsi oleh
Anies Baswedan, menteri pecatan yang juga sekarang menjabat sebagai
gubernur DKI Jakarta. Ia dilaporkan perihal biaya Proyek Dana Frankfurt
Book Fair pada tahun 2015, yang dikerjakan pada tanggal 14-18 Oktober
2015 dengan biaya 146 miliar.
Biaya yang tidak
kecil dalam waktu hanya kurang dari seminggu. Modus operandi yang diduga
dilakukan Anies adalah kejahatan jabatan pada pameran kebudayaan
Indonesia dan Buku Laskar Pelangi.
Ia diduga menyusupkan kegiatan pameran buku AMBA dan PULANG yang membahas mengenai pembasmian PKI pada tahun 1965.
Nah,
setelah diberitakan pada tahun 2017, KPK katanya akan menelaah laporan
terhadap Anies dalam hal ini. Dilihat dari berita-berita di tahun 2017,
KPK katanya berkomitmen untuk memproses laporan ini. Bak hilang ditelan
bumi.
Sampai tahun ini, seperti kasus yang
menimpa mata Novel, kasus Anies ini tidak berkembang dan tidak ada
kelanjutannya. Di mana-mana dalam sebuah organisasi, tentu harus ada input, process and output yang sesuai.
Di dalam pemerintahan dan organisasi yang transparan, seluruh elemen dari input, process sampai dengan output, harus bisa dipertanggung jawabkan. Harus ada akuntabilitas dari ketiga elemen tersebut.
Dalam
kasus ini, inputnya adalah laporan warga terhadap Anies. Seharusnya KPK
melakukan proses, dan terlihat sepanjang waktu. Dan output,
entah diputuskan untuk dilanjutkan atau dihentikan, juga harus jelas.
Sekarang kita tidak melihat kelanjutan selama beberapa tahun.
Lantas,
setelah diviralkan kembali, KPK hanya bermain aman, dan hanya melakukan
klarifikasi yang mengait-ngaitkan antara kasus yang tak kunjung ada
kejelasan tentang dugaan korupsi Anies, dengan foto Anies Novel sedang
duduk bersama-sama. Klarifikasi yang aneh dan tidak nyambung sama seklai bukan?
Beritanya diambil dari sini. https://kumparan.com/@kumparannews/kpk-telaah-laporan-terhadap-anies-baswedan
Setelah
tiga tahun digantung, akhirnya sang pelapor, Bang Andar selaku direktur
eksekutif dari Government Against Corruption and Discrimination, gerah.
Digantung itu gak enak.
Digantung itu selalu
membuat kita jadi kesal dan sama-sama gak betah. Akhirnya, Bang Andar
langsung mendatangi kantor KPK pada hari Senin tanggal 7 Oktober 2019,
siang di bawah matahari terik Jakarta dan polusi yang bikin hati tentu
makin panas.
Andar meminta kejelasan follow up
pelaporannya kepada si Anies Baswedan itu. Tiga tahun sudah berlalu,
bukan waktu yang sebentar coy. Andar bahkan mengancam untuk mempidanakan
orang-orang KPK yang menggantung-gantungkan kasus lama ini.
Saya sejak 2017 telah melaporkan dugaan korupsinya Anies Baswedan. Waktu dia masih Mendikbud dan diterima (laporannya ke KPK)…
Ini
saya minta. Saya ultimatum mereka apabila dalam bulan ini tidak
diproses, maka kelima komisioner KPK akan saya pidanakan di Bareskrim
KUHP… Karena sebelum mereka diganti , saya mau pidanakan. Sudah itu saja
…
kata Andar di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan
Sumber diambil dari sini: https://www.suara.com/news/2019/10/07/224635/kpk-diultimatum-tindaklanjuti-laporan-dugaan-korupsi-anies-baswedan
Saya mencium aroma-aroma tak sedap di tubuh KPK. DI
sana ada bau-bau “Komisi Tebang Pilih” di tubuh KPK. Ada orang-orang
yang sepertinya tidak ingin kasus Anies diangkat. Tapi rekam jejak sudah
tidak bisa dihilangkan.
Apakah benar bahwa
kelima komisioner KPK yang diancam dipidanakan oleh Bang Andar ini
memiliki peranan dalam menggantungkan kasus dugaan korupsi Anies ini?
Kalau benar, saya dukung sekali Bang Andar untuk melaporkan dan
mempidanakan mereka. Model gini mau mimpi tuntut Jokowi terbitkan
Perppu?
Saya khawatir, di KPK yang kuat bukan
ketuanya, tapi para polisi Taliban dan polisi India. Selama ini kita
mendapatkan informasi dan berita bahwa Polisi Taliban lebih berbahaya
dari Polisi India.
Tapi dalam kasus ini, saya
akan mengangkat peranan Polisi India. Polisi India dikenal dengan kerja
lambat. Aksinya tidak bisa cepat. Mungkin Bung Neta S Pane sebagai
pencetus istilah dua kelompok polisi ini, setuju dengan apa yang menjadi
pandangan penulis.
Mustahil menghilangkan rekam jejak media sosial di dunia maya.
Mau
selama apapun, jika diangkat, akan menjadi segar lagi. Ini merupakan
momen di mana orang bisa mengakses data-data lama, dalam waktu yang
singkat, dengan Search Engine yang begitu canggih. Google Search Engine,
Opera Search Engine, dan berbagai-bagai perangkat lunak pintar yang
bisa kita gunakan.
Jadi, kita harus paksa KPK proses dugaan Anies, kalau gak, gue gak dukung penerbitan Perppu KPK. Ape lu ape lu!
Begitulah ape-ape.Sumber Opini : https://seword.com/politik/kpk-tuntut-jokowi-terbitkan-perppu-urusin-dulu-abtGx2MAbZ
Saat ILC Mendadak Berkualitas, Tempo Dan Kadal Gurun Makin Bego
Jujur penulis merasa
kaget dengan ILC malam kemarin, penulis bisa bilang inilah salah satu
ILC paling berkualitas selama ini setelah namanya berubah dari Jakarta
Lawyer Club. Narasumber yang dihadirkan benar-benar berimbang antara
kedua kubu, orang-orang tidak waras macam Rocky Garong sedang
direhabilitasi dan bang Karni Ilyas benar-benar menunjukan kualitasnya
sebagai moderator walau beberapa kali kecolongan memberikan waktu kepada
yang tidak seharusnya mendapat giliran bicara.
Narasumber yang pertama adalah pemimpin redaksi tempo, jujur melihat beliau berbicara hanya ada satu kata, bego!!
Dari awal bicara
selalu berputar-putar dan ngeles tidak karuan, tapi intinya cuma satu.
Yaitu, para pendukung Jokowi yang dia sebut buzzer berpotensi merusak
demokrasi karena membuat topik untuk mengarahkan opini publik.
Pertanyaannya memang tempo sedang tidak mengalihkan opini publik dengan
isu buzzer ini? Dan para buzzer tersebut harus ditertibkan menurut
tempo.
Bagi penulis ini sangat-sangat lucu,
karena kalau memang para buzzer tersebut mengarahkan opini publik dengan
topik yang seragam misal "KPK Taliban", maka tinggal dibantah saja
dengan opini lagi kalau memang hal tersebut salah. Kalau ternyata
masyarakat jauh lebih banyak yang percaya, berarti ada yang salah dengan
bantahan tersebut. Mewek minta ditertibkan hanyalah menunjukan bahwa
opini tempo tidak bisa membantah opini para pendukung Jokowi yang
membawa narasi "KPK Taliban".
Narasumber kedua
adalah Haikal Hassan, jika narasumber sebelumnya bisa disimpulkan dalam
satu kata, maka narasumber kadal gurun kedua ini bisa disimpulkan dalam
satu frasa "Masih Bego", kita lihat komentarnya :
Selama pemilihan presiden lalu, pendukung Prabowo-Sandi selalu berpegang tiga prinsip sebelum menyebar informasi.
Pertama, memastikan terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut.
Kedua, bermanfaat tidak? Kalau benar dan bermanfaat belum juga langsung disebar, tegasnya.
Proses
ketiga, informasi tersebut tidak boleh menyakiti hati orang lain. Jika
ketiga unsur tersebut terpenuhi, maka informasi bisa disebar.
Kami pegang tiga prinsip ini.
Pertama,
apakah saat menuduh pemerintah dalang dibalik pemukulan Ratna mereka
memastikan kebenaran informasi tersebut terlebih dahulu? Jika iya, masa
sih orang-orang pintar di kubu Prabowo bisa kalah dengan Tompi yang
hanya sekali lihat? Itu baru satu, bagaimana dengan hoax lainnya yang
disebarkan tim Prabowo? Jika benar mereka memastikan terlebih dahulu,
tidak mungkin banyak hoax pada sumber berikut yang 99 persen dilakukan pendukung Prabowo.
Kedua,
apakah hoax-hoax dalam daftar di atas bermanfaat sehingga disebarkan
oleh pendukung Prabowo? Penulis cuma tahu satu manfaat dari itu semua,
yaitu untuk menjatuhkan Jokowi dan mengangkat Prabowo.
Ketiga,
menuduh Jokowi PKI, ibunya Kristen, planga-plongo, kerempeng apakah hal
tersebut tidak menyakiti orang lain? Semua hoax yang pendukung Prabowo
sebarkan selama masa pemilu apakah tidak menyakiti orang lain?
Terakhir,
hoax yang disebarkan pendukung Prabowo saat pemilu itu semua heboh.
Artinya ya sama saja mereka menggunakan buzzer juga, cuma bedanya
mungkin benar mereka tidak dibayar karena pendukung bego sana cukup
dijanjikan surga yang kata Novel Bamukmin tinggal minta sama Prabowo.
Ini
sekaligus membantah semua pernyataan Vasco politisi berkarya yang
menyetujui pendapat Haikal Hassan bahwa tim Prabowo tidak menggunakan
buzzer. Lalu soal kenapa banyak pendukung Prabowo yang ditangkap, ya
lihat saja daftar hoax di atas, menyebarkan hoax jelas ditangkap dong.
Kalau pendukung Jokowi menyebarkan hoax, ya silakan laporkan dan
buktikan kalau memang benar.
Narasumber
ketiga adalah Dahnil Anzhar, jika narasumber sebelumnya bisa
disimpulkan dalam satu frasa, maka narasumber kadal gurun ketiga ini
bisa disimpulkan dalam satu kalimat "Pintar Tapi Bego".
Dahnil
mungkin trauma melihat bagaimana Teddy membuat malu pemimpin redaksi
tempo dan Ismail Fahmi yang terpaksa ngeles ketika disuruh membuktikan
dan menunjukan buzzer istana. Maka dia menggunakan analogi "pasar gelap"
untuk menghindari hal tersebut, dan beliau menjelaskan kalau analisa
yang dilakukan hanya melihat pola-pola yang dilakukan buzzer.
Menurut
Dahnil, hasil penelitian Oxford University itu menunjukkan sebanyak 89
persen buzzer di media sosial bertujuan untuk menjatuhkan oposisi.
Perlu
kita ketahui bahwa pola-pola tersebut adalah pola umum yang terjadi
diseluruh negara, artinya buzzer pemerintah di seluruh negara melakukan
hal tersebut. Namun tampaknya Dahnil hanya mengambil kesimpulan yang
menguntungkan dia, padahal menurut penelitian Oxford bahwa buzzer yang
ada di Indonesia tidak terkait pemerintah, silakan lihat gambar berikut :
Pola yang Dahnil sebutkan menunjukan ciri-ciri
buzzer pemerintah secara global, namun data lain mengatakan buzzer di
Indonesia tidak terkait pemerintah, ARTINYA argumen Dahnil selanjutnya
berlaku kebalikan untuk pemerintahan Indonesia.
Kalau
kata Dahnil buzzer pemerintah adalah bukti suatu pemerintahan minim
prestasi, maka kalau pemerintah Indonesia tidak mempunyai afiliasi
buzzer seperti yang penelitian oxford tunjukkan, artinya pemerintah
banyak prestasi!! Logika sederhana begini kadal gurun mengerti tidak?
Sebenarnya
soal penelitian oxford ini sudah dijelaskan dengan baik oleh pak Arya,
apalagi ditambah menggunakan hasil penelitian Ismail Fahmi yang akhirnya
malah menyerang balik jidat kopong kadal gurun, tapi tidak apalah biar
Dahnil puas-puaskan mencurahkan kebencian kepada Jokowi selama
pemerintahan Jokowi 5 tahun ke depan, karena penulis tahu kalah itu
sakit. Cuma jangan mewek dong kalau dibantah sama pendukung Jokowi,
pakai minta ditertibkan segala, kita kan cuma menangkal hoax-hoax yang
dilancarkan kadal gurun. Hahahaha
Kesimpulan :
Kebodohan
para narasumber yang didukung kadal gurun di ILC yang mendadak waras
malam kemarin, menjawab pertanyaan penulis kenapa Adian Napitupulu sudah
lama tidak turun untuk menangkal semua isu-isu yang ada. Adian terlalu
hebat bagi para oposisi, karena saat ILC tidak waras sekalipun Adian
mampu membantai semua narasumber oposisi pujaan kadal gurun.
Waspada! Pelantikan Jokowi Tinggal Sebentar, Musuh Akan Lebih Brutal
Pelantikan Jokowi
sebentar lagi. Tanggal 20 Oktober, Jokowi akan dilantik sebagai presiden
dan Kyai Haji Ma’ruf Amin sebagai wakil presidennya. Tidak lama lagi
Indonesia akan melesat jauh ke depan.
Melanglang
buana bukan lagi atas infrastruktur, akan tetapi melanglang buana
dengan kualitas sumber daya manusia nya yang begitu tinggi. Untuk
mencapai posisi demikian, ancaman demi ancaman dan rintangan demi
rintangan pun harus kita hadapi bersama-sama. Kami rakyat Indonesia,
akan menghalau…
Para kelompok manusia yang tidak terima kekalahan.
Pewaris tahta “gak pernah menang” ini adalah sekelompok orang yang nyata-nyata tidak menerima kekalahan.
Mereka
sudah lima tahun hidup dalam kesengsaraan dan kesedihan. Entah mengapa,
mereka terus menerus tenggelam dan tidak bisa bangkit dari masa lalu
yang gagal. Secara natur, mereka tidak dipilih rakyat.
Suka
atau tidak suka. Narasi-narasi kecurangan pemilu pun dipermainkan oleh
mereka. Tidak ada satu pun dari antara mereka yang waras. Kalau pun
kelihatan waras, itu kan hanya “kelihatan”.
Kelompok
ini terjebak dalam melankolisme peradaban para pecundang. Gerombolan
pecundang ini hidup dalam delusi utopis yang terlalu tinggi. Mungkin
masa kecil, masa muda dan hari-hari kemarin mereka, tidak pernah
dikenalkan kepada kekalahan.
Mereka yang sedari
muda tidak kenal kekalahan, dipastikan di hari-hari tuanya, akan
dilingkupi dengan kekalahan. Ini fakta. Mereka harus dilawan.
Karena
orang yang kalah, kalau tidak mau kalah, bisa berpotensi mengerikan.
Melihat Jokowi dilantik, adalah sebuah kesedihan dan membuat hati mereka
teriris-iris. Tersayat. Sakit, tapi tidak berdarah.
Mereka
cukup berbahaya. Pastikan agar mereka tidak ada main. Siapa yang bisa
mengerjakannya? Portal berita harus membawa berita-berita positif.
Mereka
para pecundang harus dicitrakan sebagai kelompok yang merupakan bagian
dari Indonesia. Buatlah framing dan giringlah opini publik, bahwa
kemenangan Jokowi, adalah untuk kebaikan mereka juga.
Para kelompok radikalis yang ingin mencabut Pancasila dan separatis.
Kelompok radikalis berbalut agama ini adalah gerombolan yang jumlahnya sebenarnya tidak banyak.
Mereka
minoritas di Tanah Air, Bumi Pertiwi Indonesia ini. Tapi suara mereka
berisik. Tindakan mereka bahkan bisa dikatakan, mampu mengubah arah
angin politik di Indonesia. Coba lihat apa yang mereka kerjakan.
Mereka
berkumpul di satu titik, meneriakkan seruan-seruan yang menakutkan.
Beberapa orang dari antara mereka yang bahkan berani mempersekusi
orang-orang baik. Meski mainnya keroyokan. Entah karena kurang gizi atau
kurang otak, mereka mempertontonkan brutalitas.
Radikalisme
begitu mengerikan. Radikalisme bahkan bisa dikatakan sebagai akar dari
terorisme. Lihatlah siapa yang mengendalikan mereka. Mereka 100% tidak
suka dengan orang baik. Padahal sesamanya sendiri, bukan?
Ancaman
mereka adalah bicara tentang keamanan negara. Maka kita harus mendukung
gerakan Polri TNI untuk memberantas potensi-potensi radikalisme dan
terorisme. Proses deradikalisasi di beberapa wadah keagamaan harus
bergerak, agar potensi itu dihilangkan.
Penggerebekan-penggerebekan
yang dilakukan juga harus diselesaikan. Untuk memastikan pelantikan
Jokowi berjalan dengan lancar tanpa keberadaan mereka.
Separatis
yang bersembunyi di balik jubah aktivis pegiat-pegiat sosial di luar
negeri pun juga jangan dianggap remeh. Mereka membenci Jokowi, karena
Jokowi memperdulikan Papua. Para separatis tersebut justru membenci
Papua, sehingga mereka mencoba dengan sekuat tenaga mencabut Papua.
Dengan
pembangunan infrastruktur yang besar-besaran, mereka sulit berdalih
bahwa Jokowi cinta Papua. Maka provokasi demi provokasi pun terjadi. Ini
gila. Ini jahat. Mereka ingin Papua lepas, dengan cara menjatuhkan
Jokowi. Karena hanya Jokowi yang saat ini dinilai mampu melepaskan Papua
dari
Para koruptor-koruptor yang bercokol di dalam instansi pemerintahan.
Koruptor-koruptor
yang bersembunyi di balik nama-nama besar dan orang-orang pemerintah,
adalah ancaman yang juga tidak bisa kita kecilkan.
Bahkan
mereka menggunakan orang-orang penting untuk melancarkan tindakan
korupsi. Bagi penulis, penolakan terhadap UU KPK yang disahkan oleh
Presiden beberapa waktu silam, adalah sebuah gerakan untuk melawan
pemberantasan korupsi secara total dan masif.
Banyak
dari koruptor yang sudah menemukan celah dari UU yang lama. UU yang
lama hanya memungkinkan KPK hanya melakukan OTT. Kalau hanya OTT, akar
itu tidak pernah tercabut. OTT tidak pernah menyelesaikan masalah.
OTT
hanya bikin KPK kelihatan garang. Radikalisme di tubuh lembaga anti
korupsi pun juga diduga kuat sudah memengaruhi banyak penyidik.
Bahkan
Neta S Pane saja mengelompokkan dua kubu penyidik, sebagai kubu polisi
India yang selalu datang terlambat, dan kubu polisi Taliban yang begitu
mengancam netralitas.
Mereka menggunakan
mulut-mulut mahasiswa dan separatis. Orang-orang ini memiliki basis
massa yang kuat. Masa lalu mereka dicitrakan baik. Tapi sejujurnya,
mereka orang-orang jahat yang ingin status quo alias tidak ingin lepas dari zona nyaman.
Jadi,
saat ini bukan hal yang berlebihan jika kita berkesimpulan bahwa jalan
menuju 20 Oktober itu sangat panjang. Apa yang kita perlukan?
Kekompakan
rakyat Indonesia. Kita adalah Jokowi. Jokowi adalah kita. Inilah sumber
kekuatan kita. Kawal Jokowi, buatlah narasi-narasi yang membangun dan
menyadarkan para kaum yang saya sebut di atas. Ini kerja kita bersama.
Begitulah sadar-sadar.Sumber Opini : https://seword.com/politik/waspada-pelantikan-jokowi-tinggal-sebentar-musuh-5lK69WwX06
Pasca Video Ejek Salib, Somad Mulai Memudar
Setelah viral video
Somad mengejek salib yang ada jin kafirnya, perlahan-lahan sinar Abdul
Somad mulai memudar. Orang ini mulai mendapatkan penolakan. Bahasa
halusnya, pembatalan acara. Dari sini kita melihat beberapa hal.
Pertama,
penolakan Somad ini membuktikan bahwa rakyat Indonesia sudah mulai
cerdas memilih siapa yang layak diundang menjadi pembicara. Rakyat
Indonesia sudah memiliki sebuah paradigma kesatuan dan tidak mau
dipecah-belah.
Rakyat
Indonesia sudah menjadi lebih dewasa, dengan setiap polemik yang sudah
terjadi selama ini. Warga Indonesia sudah mulai belajar, bahwa agama
harus ditempatkan di posisinya yang benar, bukan malah dieksploitasi
untuk menjadi senjata penghancur karakter seseorang.
Kedua,
penolakan Somad ini memberikan bukti jelas Abdul Somad sudah mulai
memudar. Apa yang ia kerjakan di waktu-waktu silam, tentu akan dipetik
buahnya di waktu-waktu ke depan.
Hukum
sederhana, sebab akibat. Saya tidak akan membahas lebih jauh mengenai
hal ini, karena ada sisi sentisifnya. Saya tidak mau menggunakan istilah
“karma”. Kita lihat dengan sederhana saja. Pudarnya ketenaran dirinya
adalah sebuah tindakan yang sepertinya ia perbuat sendiri.
Beberapa
waktu silam, viral sekali video Somad sedang mengejek salib, yang
katanya di dalam ruangan dan untuk tanya jawab internal. Video yang
viral itu, membuat banyak rakyat Indonesia mulai melek. Masak seorang
yang dikenal agamis, bisa mengatakan hal yang tidak senonoh itu?
Kasus
pengejekan Salib ini sebenarnya sudah dilaporkan ke pihak kepolisian.
Sudah ada beberapa pemuda yang melaporkan Somad. Tapi sampai sekarang,
kasus belum diproses. Sampai saat ini, kasus ya baru di sana-sana saja.
Tapi
ketika polisi bisa diam, ada “oknum” lain yang tidak bisa diam. Oknum
ini menjalankan tugs dan fungsi-Nya sebagai sang Ratu Adil. Oknum ini
adalah keadilan itu sendiri. Dia adalah manifestasi dari keadilan. Dan
sekarang, lihatlah bagaimana pudarnya Somad, dengan berbagai penolakan
yang terjadi.
Penolakan yang terjadi,
berlangsung secara beruntun. Pertama, Somad tak diberikan izin melakukan
acara di Masjid Gedhe Keraton, di Yogyakarta.
Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat tidak mengizinkan acara yang dilangsungkan
ditempat mereka, dikerjakan oleh Abdul Somad. Keraton meminta acara itu
dipindahkan. Mengapa? kArena memang secara teknis, tidak memungkinkan,
bahkan sampai ke pelataran-pelatarannya.
Alasannya
sederhana, karena tidak diberikan izin oleh Kagungan Ndalem. Ini hak
prerogatif. Tapi kalau bicara penolakan, kira-kira apa yang ditolak ya?
Mengapa Somad ditolak? Apakah karena ada Felix Siauw nya? Atau
bagaimana? Yang pasti, ini adalah penolakan pertama, setelah viral video
Somad ejek salib.
Kedua,
penolakan di Kudus. Seharusnya hari ini, Selasa 8 Oktober malam, ada
acara yang dibawakan oleh Abdul Somad di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Tablig akbar ditiadakan. Akhirnya, Abdul Somad hanya datang ke sana.
Entah mau lakukan apa.
Yang pasti, Pengasuh
Ponpes mengatakan bahwa kunjungan saja, tidak ada tablig akbar.
Alasannya sederhana. Demi kemaslahatan bersama. Lah? Demi kemaslahatan
bersama maksudnya bagaimana?
Saya
kurang paham. Memangnya dengan tidak ada Somad menjadi pengisi tablig
akbar, kemaslahatan bersama semakin terjamin? Penolakan kedua ini adalah
penolakan yang sepertinya bisa diprotes.
Bagaimana
pun juga, kita hidup di dalam dunia yang begitu beragam. Untuk
menyatukan segala perbedaan adalah hal yang sangat sulit, bahkan
mustahil. Tapi ini bukan bicara tentang menyatukan perbedaan. Memang
secara naturnya, perbedaan tidak bisa dipersatukan.
Tapi kita bisa sama-sama belajar untuk menerima perbedaan. Menerima dan mempersatukan adalah dua hal yang berbeda.
Manusia melihat keberagaman, maka manusia harus menerimanya sebagai part of life. Maka dengan demikian, dunia ini, Indonesia ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk orang-orang yang beragam.
Melihat Abdul Somad, saya melihat ada potensi yang pecah belah. Video sudah jelas, dia mencoba make fun of cross.
Mencoba menertawakan salib. Dia mengatakan di salib itu ada jin kafir.
Dan dia sambil memberikan mimik alias air muka yang seperti orang
mengejek.
Pudarnya Abdul Somad ini patut kita
pertanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan esensial. Apakah orang ini
terkena akibat dari tindakannya sendiri yang mengejek salib? Akankah
Abdul Somad berubah dan meminta maaf?
Pudarnya Abdul Somad, hanya tinggal menunggu waktu, bukan?
Begitulah pudar-pudar.Sumber Opini : https://seword.com/umum/pasca-video-ejek-salib-somad-mulai-memudar-q00mSEe2BN
Buzzer KPK Menghajar Influencer Medsos
Tempo mulai
memojokkan influencer medsos dengan label buzzer. Mestinya, seorang
buzzer itu mendapat bayaran dari produk yang diiklankannya. Faktanya,
banyak influencer yang menulis secara gratis di medsos mereka.
Tetapi
Tempo sengaja menembak mereka dengan sebutan itu sebagai penghinaan.
Padahal tanpa mereka sadari, justru Tempo yang sekarang menjadi buzzer.
Tidak
hanya memframing melalui media, Tempo juga mulai melakukan desakan
politik lewat Moeldoko. Akhirnya, Moeldoko ikut-ikutan mengomentari soal
ini.
Moeldoko orang baik. Seorang lone ranger.
Tidak ada akar politik atau kekuatan massa LSM. Ia juga seorang kandidat
kuat seorang menteri. Dipercaya oleh Jokowi untuk mengelola KSP karena
ada banyak faksi di istana. Moeldoko dinilai bisa menyatukan mereka.
Karena dia tak punya kepentingan.
Tetapi soal
influencer medsos, Moeldoko tidak punya akses ke sana. Apalagi punya
kewenangan untuk mengelola dan membubarkan. Oleh sebab itu, dalam
komentarnya terlihat ketidak-sinambungan itu.
Komentar
Moeldoko itu atas desakan framing melalui pertanyaan yang diajukan
wartawan kepadanya. Awalnya ia menyatakan tidak paham, kemudian
memberikan penegasan akan melakukan penertiban.
Namun
di luar semua itu, Moeldoko sebenarnya ada di dalam cengkeraman Tempo
juga. Beberapa orang dalam organ KSP (yang tak perlu disebutkan nama dan
bagiannya) itu dari Tempo. Mereka ini kemungkinan yang membisiki
Moeldoko soal influencer ini.
Sebenarnya ini
bukan hal baru. Di BUMN saja banyak posisi penting yang diisi pembenci
Jokowi. Kalau hanya di KSP kesusupan orang Tempo, yang kebetulan media
itu saat ini jadi corong KPK, ya biasa saja.
Hanya
saja, publik perlu tahu, buzzernya KPK bernama Tempo itu masuknya sudah
sedemikian jauh. Tidak hanya lewat KSP, mereka juga masuk melalui
istana. Oknum-oknum istana itu secara halus memaksa presiden untuk
mengeluarkan Perppu.
KPK punya dana CSR miliaran
rupiah. Dana-dana itu disinyalir mengalir ke LSM, media, dan organ
kemahasiswaan. Jadi kalau ada tudingan beberapa wartawan yang dipelihara
KPK, ya biasa saja.
ICW menjadi salah satu
penerima dana CSR ini. Jadi kalau ICW paling galak ya wajar, di sana
periuk nasi mereka. Tentunya kalau ada yang mengganggu majikannya,
mereka akan menyalak keras. Mudah dipahami.
Selain lewat pendanaan seperti itu, media yang menjadi corong mereka disinyalir mendapatkan akses khusus dalam hal pemberitaan.
Soal hegemoni kepentingan di tubuh KPK ini yang jarang diangkat. Orang-orang sibuk dengan isu taliban di KPK.
Kembali
soal Tempo, perang dengan para influencer ini sebenarnya bukan hanya
karena isu KPK, tapi juga berkaitan dengan kelangsungan masa depan
mereka. Tempo sebagai media besar mulai mendapatkan tandingan. Kekuatan
kapital dan koneksi mereka terlihat tak berguna.
Oleh
sebab itu, masa depan mereka harus diperjuangkan. Mereka mendayagunakan
semua kekuatan dan struktur yang dimiliki untuk mengubahnya. Termasuk
indikasi menggunakan jaringan mereka di istana. Dengan begitu, mereka
ingin kembali menjadi pemegang kunci framing massa.
Tempo
sebenarnya telah salah memilih musuh. Zaman berubah. Musim berganti.
Penguasa tunggal opini publik bukan lagi media seperti mereka. Tetapi
mereka memang tak punya pilihan lain. Menyerang balik atau tumbang
sia-sia.
Sayang sekali jika dalam peperangan
antar dua kekuatan ini ada tumbal orang-orang yang tidak bersalah,
seperti Moeldoko misalnya. Semoga orang baik seperti dirinya segera
sadar sedang berada di tengah pusaran yang membahayakan posisinya.
Sampai
saat ini saya belum melihat arah serangan ke sana, semoga saja
seterusnya memang tidak ada. Biarkan Tempo dan buzzer KPK lainnya saja
yang menerimanya.
Ia orang baik, dan kebaikan
dalam dirinya itulah yang membuatnya sedepa lebih dekat ke pusat
kekuasaan. Hal itu pula yang selama ini menyelamatkannya dari
serigala-serigala istana yang punya banyak kepentingan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) rutin memberikan bantuan berupa Corporate Social Responsibility (CSR) kepada sejumlah lembaga. Bantuan ini ujar Ketua KPK Abraham Samad digunakan sebagai bantuan pemberdayaan masyarakat.
Komisi Pemberantasan Korupsi secara rutin memberikan bantuan pemberdayaan sebagai bagian dari Corporate social responsibility (CSR) kepada beberapa lembaga pendidikan dan ormas.
Satu dari 51 organisasi kemasyarakatan yang menjadi mitra KPK adalah Indonesia Corruption Watch (ICW).
Soal Perppu dan Bubarkan KPK!
Presiden Jokowi sedang diumeng-umeng. Ditekan kiri-kanan. Dituntut untuk segera bersikap sesuai kemauan masing-masing para penekannya.
Semua terkait terutama dengan telah disahkannya UU KPK yang merupakan revisi UU KPK 2002, pada 17 September 2019 kemarin.
Protes
terjadi. Mahasiswa berunjuk rasa. Beberapa hari dan berlangsung di
beberapa kota di Indonesia. Bahkan hingga mengundang kerusuhan.
Bertujuan meminta pembatalan UU KPK hasil revisi yang telah ditetapkan.
Juga pengesahan beberapa RUU lainnya.
Pembatalan
UU KPK itu sesuai tuntutan adalah dengan cara meminta Presiden untuk
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau Perpu.
Isinya intinya adalah membatalkan berlakunya UU KPK yang baru dan
kembali pada UU KPK yang lama.
Banyak pakar,
banyak tokoh, banyak politisi, dan hingga mereka yang rakyat biasa telah
memberikan pandangannya. Macam-macam. Bahkan ada yang hingga
mengancam dan memberi batas waktu.
Yang memberi
batas waktu dan ancaman itu lagi-lagi mahasiswa. Koplak!. Seakan
mereka belum kapok juga menjadi bahan tertawaan se-Indonesia ketika ndak paham-paham tentang substansi apa yang mereka tuntut dalam demo 23-24 September kemarin.
Baru-baru
ini mereka diketahui memberi tenggat waktu sampai tanggal 14 Oktober
2019 nanti sebagai batas akhir Presiden mengeluarkan Perpu. Jika tidak,
ancamannya katanya akan demo lebih besar lagi.
Sementara
yang menolak Perpu, tentu saja dari para pendukung Presiden Jokowi.
Mereka mengkhawatirkan bahwa hal yang paling fatal bisa saja terjadi,
yaitu menjadi alasan upaya pemakzulan, bila Presiden Jokowi tetap
mengeluarkan Perpu KPK itu.
Sebenarnya sedari
awal, sudah ada tokoh yang mengingatkan agar revisi UU KPK tidak
dilakukan pada periode ini. Adalah Prof Mahpud MD yang menyarankan
bahwa akan tidak etis bila revisi tersebut dilakukan sedemikian
cepatnya. Dan kebetulan Prof Mahpud adalah salah satu tokoh yang kini
mendukung untuk dikeluarkannya Perpu oleh Presiden.
Memang,
siapapun ingin pemberantasan korupsi di Indonesia berjalan lancar lebih
kuat. Salah satunya tentu saja dengan memperkuat KPK. Hal yang
berulang-ulang disampaikan oleh Presiden Jokowi.
Namun
entah mengapa, pihak dari pemerintah melalui Menkumham seakan alpa akan
hal itu. Pengesahan UU KPK hasil revisi begitu cepat dan malah
menimbulkan celah timbulnya kecurigaan bahwa pemerintah akan memperlemah
KPK. Itu terlihat dari adanya Dewan Pengawas yang sama sekali tidak
mencerminkan keindependensian KPK, dan peluang terjadinya intervensi
oleh pemerintah.
KPK memang harus dibersihkan. Diluruskan. Dibenahi. Dan dikembalikan ke tujuan semula ketika didirikan.
Setelah lebih kurang 17 tahun KPK berjalan, kondisi perkorupsian di Indonesia masih begono-begono aja. Tambah banyak bupati yang kedapatan makan uang negara atau makan sogokan demi merugikan negara.
Yang
tertangkap pun masing cengar-cengir cengengesan seakan sudah khatam
ilmu kebal malu. Sementara kasus yang menumpuk dan tidak tertangani
semakin banyak. Akibatnya indeks korupsi Indonesia yang begitu-begitu
saja. Sehingga pemberantasan korupsi yang (katanya) sudah dilakukan
seperti tidak memberi efek bagus bagi perekonomian Indonesia.
Sementara
KPK sendiri sebagai lembaga negara seakan menyimpan koreng. Kerjanya
tidak terkonsep nyata. Tangkap sana tangkap sini hanya agar kelihatan
sibuk. Hanya untuk menutupi kenyataan bahwa ia impoten dalam
"pemberantasan korupsi" dalam arti yang lebih luas. Buktinya, ya itu
tadi, dunia perkorupsian di Indonesia ya masih begitu-begitu
KPK
hanya berhasil membuat dirinya kaya, tapi gagal membuat koruptor
miskin, dan tidak punya peran nyata dalam memerangi kemiskinan yang
diakibatkan garong uang negara.
Yang lain, KPK juga jadi tidak bisa diatur oleh negara. Songong, kemaki, dan kementhus.
Lalu bagaimana dengan Perpu?
Fak yu dengan Perpu KPK! Terutama Perpu yang menjadikan UU KPK lama kembali berlaku.
Presiden Jokowi harus mandiri. Bebas dari tekanan. Dan tetap bernyali.
Jangan biarkan UU KPK lama berlaku lagi. Dan jangan biarkan juga UU KPK hasil revisi berlaku.
Pak
Jokowi keluarkan saja Perpu Penangguhan UU KPK. Artinya, UU KPK baru
tetap sah, namun dilakukan penangguhan pelaksanaannya. Selama masa
penangguhan tersebut, Presiden selaku eksekutif bersama dengan DPR
sebagai badan legislatif bisa berunding lagi, tentang bagaimana nasib
KPK selanjutnya.
Lalu bagaimana nasib KPK selanjutnya sebagai lembaga anti korupsi andalan?
Perkuat
saja Polri dan Kejaksaan, dan segera kembalikan saja kewenangan
pemberantasan korupsi kepada kedua lembaga hukum tersebut. Karena
menganggap bahwa bila berpihak pada KPK berarti berpihak pada
pemberantasan korupsi adalah salah. Logical fallacy akut!
KPK itu ad hoc. Hingga tidak salah bila dibubarkan saja!
Modiar! Tempe & Drone Emprit Bungkam ‘Dibantai’ Teddy
Drone Emprit
bersembunyi di belakang penelitian berbasis teknologi informasi yang
mereka miliki seolah menuduh sekelompok orang yang sependapat dengan
pemerintah adalah ‘buzzer istana’ yang dipermasalahkan Tempe (baca
Tempo).
Cara kerja Drone Emprit adalah
mengelompokkan akun tertentu di media sosial Twitter yang menyebarkan
isu tertentu – tidak tergantung apakah isu itu benar atau tidak.
Kemudian kelompok-kelompok itu kemudian saling dikaitkan sehingga
didapatkan suatu kesimpulan bahwa mereka yang sependapat adalah
perpaduan antara ‘buzzer’ dan influencer – karena mereka saling
mendengungkan isu tadi itu. Salahnya Drone Emprit adalah seolah semua
yang mendukung pemerintah dikategorikan sebagai ‘buzzer istana’ sesuai
narasi Tempe.
Tempe
beda lagi. Tempe bersembunyi di belakang statusnya sebagai media pers.
Mereka mengklaim bahwa opini yang mereka lempar ke publik sudah melalui
proses yang ketat, yaitu konfirmasi, klarifikasi, investigasi dan
perbandingan hasil-hasil penelitian. Atas dasar itu, mereka yang
mendukung pemerintah disimpulkan Tempe sebagai pendengung Jokowi atau
buzzer Jokowi atau buzzer istana.
Kesimpulan
Tempe kemudian adalah bahwa buzzer Jokowi itu bisa ditertibkan. Itulah
sebabnya mereka meminta Jokowi menertibkan buzzernya. Kesannya, buzzer
Jokowi itu terorganisir sedemikian rupa dan dibayar untuk mendukung
pemerintah. Ada apa ini?
Akhirnya apa yang
terjadi? Dari kesimpulan Drone Emprit dan Tempo, muncullah isu tentang
buzzer, bermasalah pulalah buzzer yang khusus mendukung pemerintah.
Bagaimana dengan buzzer lain, misalnya yang mendukung oposisi atau
katakanlah akun-akun yang mendiskreditkan pemerintah, menyerang
pemerintah, bahkan menyebarkan hoaks demi memojokkan pemerintah? Tidak
dipermasalahkan.
Ketika tiba giliran Teddy
Gusnaidi, dia pendukung pemerintah, dia mempertanyakan apakah salah
dengan buzzer selama mereka tidak menyebarkan hoaks. Dia juga
mempertanyakan kepada Tempe dan Drone Emprit, siapa sebenarnya buzzer
istana yang dimaksud yang dikonotasikan secara negatif itu.
Maksud
Teddy, siapa yang dimaksud buzzer istana? Kenapa disebut buzzer istana?
Apa salahnya para pendukung pemerintah mendukung Jokowi?
Pertanyaan
ini untuk menguji apakah memang Tempe menuduh berdasarkan konfirmasi,
klarifikasi, investigasi dan kaidah-kaidah pers terukur seperti yang
diklaim Tempe. Juga mau menguji apakah Drone Emprit mampu menunjuk siapa
buzzer yang dimaksud berdasarkan penelitian mereka.Silahkan klik videonya disini : https://youtu.be/f1g-FLpnnK8
Ternyata Tempe tidak sanggup menjawab Pertanyaan Teddy. Malah mereka mengacu pada penelitian-penelitian yang mereka tidak lakukan. Mereka hanya mengandalkan penelitian orang lain yang bahkan tidak menyebut bahwa buzzer itu adalah buzzer istana.
Betapa
bodohnya Tempo yang katanya media berpengalaman justru tidak mampu
mempertahankan opini – yang mereka katakan sebagai posisi media Tempe –
mereka sendiri di hadapan publik. Mereka tidak mampu membuktikan pula
bahwa keberadaan buzzer itu menyuarakan suara istana.
Seharusnya
Tempe harus bagaimana sebelum melemparkan opini ke publik? Ketika
mereka menemukan ada buzzer, maka mereka harus berusaha meminta
konfirmasi ke buzzer itu. Kalau tidak bisa, maka tidak bisa
menyimpulkan. Mereka juga harus menginvestigasi siapa saja influencer
yang mendukung pemerintah dan memastikan narasi mereka mengancam
demokrasi. Kalau tidak bisa membuktikan, maka Tempe sebaiknya tutup saja
sebagai media.
Demikian
juga Drone Emprit tidak mampu menunjuk hidup buzzer itu secara
spesifik. Lalu dia juga tidak mampu menentukan apakah dukungan buzzer
itu berdampak negatif atau tidak. Tidak bisa membuktikan bahwa buzzer
itu digerakkan istana.
Drone Emprit itu penting
dan berguna, tetapi teknologi itu tidak mampu menentukan siapa dan akun
mana sebenarnya buzzer itu. Drone Emprti juga tidak bisa menilai mana
dengungan buzzer yang tidak benar dan mana yang tidak. Drone Emprit
hanya mampu mengelompokkan mana yang mendukung dan mana yang tidak
mendukung pemerintah, akun mana saja itu serta bagaimana polanya. Lah
kog hanya mempermasalahkan buzzer Jokowi?
Apa
bahaya dari permainan Tempe dan Drone Emprit ini? Mereka memaksa publik
untuk ikut menuduh pemerintah – dalam hal ini istana – menggerakkan
buzzer untuk mendukung narasinya atau programnya.
Pertama,
seolah pemerintah sudah tidak berdaya dan tidak punya pendukung sampai
harus membayar orang untuk mendukung keputusannya. Jangan salah, ya
Tempe, saya tidak akan termakan permainanmu. Jangan harap Tempe mampu
menguasai opini publik. Pendukung Jokowi tidak akan tinggal diam.
Kedua,
Tempe menggunakan kekuasaan persnya, perlindungan UU Persnya, untuk
menyesatkan masyarakat melalui narasi dalam opininya. Sangat berbahaya
sekali kalau sampai media menggunakan kekuasaan itu demi kepentingan
mereka. Padahal UU itu untuk menjamin pers mampu mencerdaskan bangsa
bukan untuk menyesatkan.
Setelah mendengar hak
jawab dari Tempe di ILC, maka saya tidak menyesal mengajak pembaca untuk
menenggelamkan media itu. Bahkan saya akan tetap dan akan mengajak
orang untuk tak membiarkan media seperti Tempe mencari makan di negeri
ini.Sumber Opini : https://seword.com/politik/modiar-tempo-and-drone-emprit-bungkam-dibantai-di-RWYlkfEZPe
Saya Tantang Para Ketua BEM SI, Berani Melakukan Judicial Review?
Tulisan ini
sebenarnya menjadi tulisan basi. Sebab, momennya sudah hilang. Namun,
saya cukup kesal dengan apa yang dilaksanakan oleh para ketua BEM
akhir-akhir ini. Lebih tepatnya, mereka jual mahal. Jokowi udah mau
mengundang, kok ditolak? Ini sih tidak ada niat untuk melakukan dialog,
tapi lebih tepatnya mereka melakukan penggiringan opini. Mereka takut?
Jelas sangat takut, siapa yang tidak tahu diplomasi Jokowi sejak dirinya
menjabat sebagai Walikota Solo. Para PKL akhirnya menyetujui dengan
diplokasi yang dilakukan oleh Jokowi.
Di sisi
lain, saya mengacungi jempol masa aksi hari pertama di Jakarta dan
daerah lainnya. Masa aksi terbilang nyeleneh dengan berbagai kata-kata
yang disuarakan. Zaman saya tidak terdapat hal itu. Zaman saya lebih
banyak mencari pemerintahan untuk menyeruakan aspirasi. Namun, masa aksi
kok bisa begitu banyak?
Saya
menemukan banyak kejanggalan. Jauh sebelum pelaksanaan aksi, saya sudah
mendapatkan flyer yang tersebar di sosial media. Awalnya hanya tiga
tuntutan, namun lama-kelamaan kok jadi banyak tuntutan? Tiga tuntutan
apa saja? Pertama masalah perppu KPK, RKUHP dan RUU PKS. Di hari
selanjutnya, ada tambahan tuntutan. Masalah agraria, ketenagakerjaan dan
lainnya. Hal tambahan itu, sebenarnya tidak dibahas oleh legislatif.
Jadi, sangat konyol isu yang dimainkan.
Namun,
dari sana saya melihat banyaknya isu semakin banyak menggalang kekuatan
masa yang bergerak. Sebenarnya ini berdampak pada siapa para elit yang
menggerakan mereka. Untuk hal ini saya akan jawab dalam tulisan
selanjutnya. Tulisan ini hanya fokus pada jumlah masa aksi saja.
Misalkan,
isu yang diangkat. Saya cukup curiga masa aksi yang maskulin kok
berbicara masalah isu feminis? Iya, selama ini isu feminis selalu
disuarakan oleh orang-orang feminis. RKUHP dan RUU PKS ini adalah isu
feminis yang di mana hanya lingkaran itu saya yang menyepakatinya.
Contohnya, pada hari Senin (9/9/2019) sejumlah masyarakat feminis
berdemo di depan DPR menolak RKUHP disahkan. Berapa yang datang? Tidak
sampai 100 orang. Begitu juga pada hari selanjutnya masa aksi
menyuarakan segera mengesahkan RUU PKS. Berapa masanya? Sama, tak begitu
banyak. Tapi kok, pada masa aksi gabungan masanya cukup banyak?
Dengan
masa yang begitu banyak dan terdapat beberapa gelombang suara di
kampus, saya melihat para masa aksi yang terdiri dari dede mahasiswa ini
latah untuk aksi. Sebab, mereka tidak membaca masalah masalah yang ada.
Mereka hanya mendapatkan informasi yang ada di sosial media, tanpa
melakukan draft asli. Kita sama-sama mengetahui, jika beberapa media
membuat flyer kecil terkait beberapa hal, pada akhirnya diyakini hal itu
ada di dalam draft Undang-undang.
Draft
untuk RUU PKS apakah sudah ada yang membaca? Apa saja yang harus ada
dalam Undang-undang tersebut. Lalu, RKUHP apakah sudah membacanya? Saya
rasa, para mahasiswa yang berdemo ini tidak melakuka kajian terlebih
dahulu. Selain itu, ketika satu kampus melakukan demo, maka mahasiswa di
kampus lainnya akan ikut melakukan yang sama. Sebab, dianggap tindakan
tersebut sebagai hal yang benar. Hal yang benar adalah hal yang
dilakukan oleh banyak orang. Ini sudut pandang kebenaran yang ada.
Misalkan
dalam RKUHP, beberapa media membuat intisari dari pasal yang dianggap
aneh. Masalah suami yang tidak boleh memperkosa istri. Di masyarakat
dianggap lazim, namun ketika membaca literasi lainnya ini adalah sebuah
kesalahan dan termasuk masalah KDRT. Dan, sebenernya sudah dibahas dalam
UU KDRT. Nah, bunyi RKUHP ini tidak membahas masalah suami dan istri.
Di pasal yang membahas pemerkosaan, dijelaskan kembali makna memperkosa
dan siapa yang memperkosa.
Saat
ini, pemerintah Jokowi juga telah menangguhkan beberapa Undang-undang.
Ditangguhkan ini tujuannya direview kembali untuk mendapatkan suara dari
mahasa dan para CSO yang bergerak dalam isu tersebut. Konyol jika
mahasiswa menginginkan dibatalkan. Bagi saya undang-undang tersebut
perlu dibahas dan dilakukan revisi agar lebih baik.
Tuntutan
para BEM ini ternyata pada akhirnya masalah RUU KPK. Dengan melakukan
tekanan kepada Jokowi, ini menandakan jika para Ketua BEM yang tergabung
dalam BEM SI ini tidak mampu melakukan Judicial Review. Judicial Review
ini, hanya dilakukan oleh pemerintahan Jokowi. Pemerintahan SBY ini
melakikan underpass mengeluarkan perppu. Karena dia merasa terancam jika
tidak mengeluarkan perppu, keluarganyalah yang akan terkena atas revisi
UU KPK.
Jokowi perlu mengeluarkan Perppu? Bagi
saya ini tidak perlu. Sebab, Judicial review ini sangat sah secara
konstitusional dilakukan. Sebelum perppu harus melakukan JR. nah, para
aktifis HAM ini sudah kadung kecewa dengan JR. mungkin mereka tidak
miliki orang yang ahli untuk melakukan JR. Begitu juga para Ketua BEM
yang menuntut untuk melakukan Perppu. Masa kalah sih dengan mahasiswa
yang mengatasnamanya PMII sempat melakukan Judicial Review?
Hal
lainnya, kita perlu melihat ancaman dari para Ketua BEM ini. Mereka
mengancam akan melakukan aksi yang lebih besar, kita kudu melihat ketika
Jokowi tidak mau membuat perppu. Berapa masa aksi yang akan turun,
sedangkan beberapa Undang-undang yang menjadi tuntutan telah ditunda.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/saya-tantang-para-ketua-bem-si-berani-melakukan-PgOrWCkbAM
Tempo Mendoan
Karena lembek. Letoy , sebab kurang matang.
Ngah-ngoh saat ditanya siapa itu buzzer Istana????....
Beda halnya dengan tempe mendoan, yang dengan kesetengah-matangannya itu justru mendatangkan kenikmatan yang unik.
Tempo? Tidak begitu itu keadaannya kini. Tua-bangka tapi malah menjadi lembek. Un-bijak. Kekanak-kanakan. Kagetan. Tempo mendoan!
Jaman
yang maju malah disikapi aneh olehnya. Hadirnya digitalisasi media
informasi dalam setiap genggaman tangan malah ditanggapi secara gagap.
Era
digital telah membuat dunia bergerak. Bukan sekedar meningkat, tapi
menjadikan beberapa hal di dalamnya berubah. Mengubah platform hidup,
ekonomi dan kehidupan itu sendiri. Salah satunya adalah dalam hal
berinformasi dan berpendapat.
Siapa yang tidak
kenal Tempo? Media berita yang berpengalaman. Pernah hidup, ditekan,
dibredel, kemudian hidup lagi. Sampai di situ, dia jagoan!
Namun belakangan, ketika menempatkan buzzer
sebagai musuh, Tempo malah terlihat ecek-ecek. Terlebih ketika menuduh
pemerintahan Presiden Jokowi ikut andil dalam pemberdayaan para buzzer
tersebut. "Buzzer pemerintah" atau "buzzer Istana" atau "buzzer Jokowi"
yang dikatakannya demi pembentukan dan pembelokan informasi. Pula
dengan seakan mengutip hasil penelitian dari luar negeri.
Tempo merengek. Dalam salah satu artikelnya, buzzer ini katanya harus ditertibkan.
Ah...
Sebenarnya, Tempo hanya kalah saja. Atau kalau sebelum dikatakan kalah, Tempo hanya minder. Atau gugup. Atau gagap. Kaget. Mak jegagik! Mak bedunduk!
Terkejut
ketika ternyata lahan pangannya sedikit demi sedikit diambil alih oleh
mereka yang pada titik tertentu bukanlah jurnalis. Bukan penulis.
Mereka yang terkadang memisah atau menggabungkan kata dengan "di" saja
masih bingung.
Ketika telpon pintar menyebar ke
tangan 177 juta pengguna internet se-Indonesia, dan dari sebagiannya
itu mengeluarkan pendapatnya, dan kebetulan pendapat yang disuarakan
sesuai dengan apa yang dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi, lalu
apanya yang salah?
Meminjam istilah dari Prof.
Rhenald Kasali dalam "Hidup Lebih Baik yang Belum Tentu Disambut Baik
(Begitulah Shifting Terjadi)", yang disebutnya dengan "shifting*",
adalah gambaran apa yang terjadi hari ini.
Orang kawak
menyebutnya predator, sementara generasi masa kini menyebutnya
kesempatan. Merangsang siapapun yang ingin menyampaikan sesuatu. Juga
menilai sesuatu.
Dan
mereka yang kekinian dan aktif akhirnya akan lebih banyak didengar.
Akan lebih banyak dilihat. Akan lebih besar kemungkinannya untuk
diikuti. Karena mereka ini memiliki keunggulan di kecepatan. Up to date. Pun dengan bahasa penyampaian yang lebih sesuai dengan usia dan keseharian. Ringan.
Jadilah sebagian dari mereka ini Influencer dan Buzzer.
Tempo congkak. Menganggap mereka sebagai pengancam demokrasi. Meminta pemerintah menertibkannya.
Aneh!
Bagian dari dunia pers --yang ngebuzzer juga-- tapi meminta mereka
yang bersuara --esensi dasar dari praktek demokrasi-- untuk ditertibkan.
Senyatanya, waktu kini adalah senja bagi mereka yang masih konvensional. Mereka yang so yesterday. Mereka yang masih kalah dengan apa itu "cepat". Ya shifting itu!
Dan
nampaknya media seperti Tempo tidak ikhlas proses itu. Malah
menyalah-nyalahkan. Hanya karena tiupan angin yang meninggalkannya.
Tempo deg-deg plas
menuju ditinggalkan. Dan bila dibiarkan bisa-bisa menjadi sekarat.
Yang norak, bukannya mengejarkan dirinya agar bisa bersaing dengan
zaman, yang dilakukan Tempo malah minta pesaing --yang bila dibiarkan
bisa menjadi predatornya-- ditertibkan.
Tentu
akan menjadi aib bagi negara bila sampai memenuhi apa yang dikatakan
Tempo. Kita sedang girang-girangnya menikmati menjadi reporter, editor,
redaktur, penyampai informasi, pemberi pendapat, dalam satu waktu
bersamaan dan dengan hanya satu gadget saja.
Kita
sedang mengalami masa disrupsi. Beberapa di antaranya telah
menghilangkan fungsi "perantara". Siapapun bisa menjadi sumber
informasi dan pendapat yang kemudian menyebarkannya kepada umum. Kepada
mereka yang membutuhkan tanpa perlu media lain sebagai perantaranya.
Cukup gadget yang setia digenggamannya.
Dan
Tempo sebelumnya adalah "perantara" yang sekarang tidak dibutuhkan itu.
Perantara yang mengutip jasa. Yang kini terancam "kering" karena
semakin tidak diperhitungkan.
Walaupun kesannya
Tempo enggan dengan adanya buzzer, dia sendiri juga berpraktek nyata
sebagai itu. Tempo menjadi buzzer bagi pelawan Pak Jokowi. Dengan
gambar-gambar sampul yang "agak-agak" merendahkan Presiden.
Bisa
jadi apa yang dilakukan Tempo ini hari, hanyalah bagian dari bersiasat.
Mencari posisi baru. Posisi yang mungkin masih menyediakan jatah
untuk makan. Menggantikan "gemarakyat"? Bersaing dengan "faktakini"
atau "gelora"?
Tempe mendoan saja. Lebih empuk dan menenangkan. Karena kenyang.
Tempo, lapar?......
Sumber Opini : https://seword.com/umum/tempo-mendoan-BtVQROqsVJ
Re-post by MigoBerita / Rabu/09102019/10.24Wita/Bjm
6 komentar
Sebagai situs IDN Poker terbaik, Sonic Poker melayani Anda dengan sepenuh hati. Yang kami sediakan untuk Anda adalah seperti layanan pelanggan kami yang siap 24 jam untuk anda https://www.letslearncoding.co/forums/users/rafael988/?v=fbd25224d617
Cukup siapkan kuota internet, kopi hitam dan silahkan menikmati waktu kalian di Sbobet terpercaya/">
Situs Resmi Sbobet123 Indonesia dan Asia, terpercaya dengan pelayanan yang profesional dan mengedepankan lepuasan pelanggan
tips menang jitu judi online Seperti yang telah kita tahu bahwa judi poker online sedang populer di kalangan masyarakat. Banyak sekali orang yang tertarik untuk mencoba game yang paling seru ini.
bagi parah pecinta judi online yang mengalami kendalah saat mencari situs judi online yang terbaik,
berikut adalah
SLOT ONLINE TERPERCAYA
yang resmi dan terpercaya saat ini.
Percayakan pilihan anda dengan bergabung dan daftar di situs kami Agen joker123 terbaik di Indonesia.
Kalian akan di manjakan dengan beragam bonus - bonus menarik yang bisa di dapatkan dari pertama kali anda mendaftar.
DAFTAR JOKER123