» » » » » Obat Virus Corona ditemukan !!!.. , akankah Republik Indonesia "Bekerjasama" dengan Republik Islam Iran dan China

Obat Virus Corona ditemukan !!!.. , akankah Republik Indonesia "Bekerjasama" dengan Republik Islam Iran dan China

Penulis By on Kamis, 12 Maret 2020 | 1 comment


Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter.

 Daftar obat nasional
 Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020).

 Meminta dana darurat 
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.

Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto

China Temukan Obat Virus Corona Covid19, Namanya Remdesivir

Reza Gunadha | Rifan Aditya

Suara.com - China telah mengajukan permohonan paten baru pada obat eksperimental milik Gilead Sciences Inc. Ilmuwan meyakini obat ini dapat memerangi virus corona baru COVID-19.
Obat yang akan dipatenkan disebut remdesivir, sejenis obat antivirus baru dalam kelas analog nukleotida.
Dilaporkan oleh Time.com, Rabu (5/2/2020), langkah ini adalah tanda bahwa China memandang terapi Gilead sebagai salah satu kandidat paling menjanjikan untuk melawan wabah yang telah merenggut ribuan nyawa.
Permohonan paten ini dapat memengaruhi kendali Gilead atas obat di Cina.
Pada sisi lain, obat eksperimental milik Gilead ini tidak dilisensikan atau disetujui di mana pun di dunia.
Obat itu telah diujicobakan di China pada pasien virus corona dan menunjukkan tanda-tanda awal yang sangat efektif.
Menurut laman daring resmi milik lembaga virologi yang bermarkas di Wuhan, permohonan paten ini dibuat pada 21 Januari 2020.
Para ilmuwan di sana telah menemukan Gilead's remdesivir dan chloroquine (obat malaria berusia 80 tahun) “sangat efektif” dalam studi laboratorium untuk menggagalkan virus coronavirus baru. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam sebuah makalah di jurnal Cell Research.
Namun mereka menyebutkan bahwa kemanjuran kedua obat itu pada manusia membutuhkan tes klinis lebih lanjut.
China mampu membuat chloroquine dan sekarang menginginkan akses ke remdesivir.
Belum jelas kapan otoritas kekayaan intelektual Cina akan menyetujui aplikasi lembaga tersebut.
Obat eksperimental Gilead saat ini memasuki uji klinis di China pada pasien dengan virus corona.
Perusahaan ini mengirimkan dosis yang cukup untuk mengobati 500 pasien dan meningkatkan pasokan jika uji klinis berhasil.
Remdesivir sedang diuji dalam dua percobaan di China pada pasien dengan gejala patogen baru, dengan level sedang dan parah, kata Merdad Parsey, kepala petugas medis Gilead.
China Temukan Obat Virus Corona Covid19, Namanya Remdesivir
Ilustrasi Virus Corona. [Shutterstock]

Obat itu telah diujicobakan di China pada pasien virus corona dan menunjukkan tanda-tanda awal yang sangat efektif.

Sumber Berita : https://www.suara.com/news/2020/03/03/142801/china-temukan-obat-virus-corona-covid19-namanya-remdesivir

China Sebut Tentara AS Bawa Virus Corona ke Wuhan

China – Pemerintah China menyebut bahwa militer Amerika Serikat mungkin telah membawa virus corona baru ke kota Wuhan di China, tempat kelahiran pandemi global saat ini.
Pada hari Kamis (12/03), dalam cuitan dengan kata-kata yang keras, yang ditulis dalam bahasa Inggris, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menegur AS karena kurangnya transparansi dalam laporan resmi mengenai wabah virus corona di AS.
“Kapan dimulainya nol pasien di AS? Berapa banyak orang yang terinfeksi? Apa nama rumah sakit itu? Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Transparanlah kalian! Umumkan data Kalian! KAMI berutang penjelasan!”, tulis Zhao.
Komentar keras Zhao ini disampaikan untuk menanggapi tuduhan terbaru dari para pejabat Amerika pada hari Rabu, dimana Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien mengatakan bahwa kecepatan reaksi Beijing terhadap kemunculan penyakit COVID-19 mungkin telah membuat dunia merugi dua bulan padahal seharusnya mereka bisa bersiap menghadapi wabah ini.
Ia mengklaim bahwa pemerintah China telah “menutupi” wabah di Wuhan.
“Mungkin perlu dua bulan untuk merespons komunitas dunia,” di mana “kami bisa secara dramatis membatasi apa yang terjadi di China dan apa yang sekarang terjadi di seluruh dunia,” kata O’Brien.
Sebelumnya pada hari itu, juru bicara kementerian luar negeri China lainnya, Geng Shuang, mengecam pejabat Amerika Serikat untuk komentar “tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab” yang menyalahkan tanggapan China terhadap virus korona atas dampak global yang semakin buruk dari pandemic ini.
Geng secara khusus merujuk pada pernyataan yang dibuat oleh O’Brien, menekankan bahwa komentar seperti itu oleh pejabat AS tidak akan membantu upaya epidemi AS. Ia juga mengatakan bahwa upaya China untuk memperlambat penyebaran penyakit sebenarnya telah membeli waktu dunia untuk bersiap menghadapi epidemi.
“Kami berharap bahwa beberapa pejabat di AS pada saat ini akan memusatkan energi mereka untuk menanggapi virus dan mempromosikan kerja sama, dan bukan pada mengalihkan kesalahan ke China,” tambahnya.
Pemerintah China telah dikritik oleh media Barat dan khususnya oleh para pejabat AS atas apa yang dianggap sebagai respons yang lambat terhadap wabah dan tidak cukup transparan. Tetapi Beijing telah mengambil langkah-langkah tegas sejak wabah dimulai, termasuk mengisolasi Wuhan, sebuah kota yang berpenduduk sekitar 11 juta orang, yang sejak saat itu tampaknya membuahkan hasil.
Penyakit COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona baru ini muncul di ibukota provinsi Hubei akhir tahun lalu dan saat ini memengaruhi 125 negara dan wilayah di seluruh dunia. Sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 130.000 orang dan menewaskan lebih dari 4.700 lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan wabah korona sebagai pandemi global. (ARN)
China Sebut Tentara AS Bawa Virus Corona ke Wuhan

Dibanding China, Prosentase Kematian Akibat Virus Corona di AS Tertinggi

Washington  Sejauh ini tingkat kematian akibat virus corona baru lebih tinggi di AS daripada tempat lain di dunia. Angka yang tertulis dalam tabel dibagi jumlah kematian yang diketahui dengan jumlah total kasus yang dikonfirmasi, setidaknya 6% di AS pada Jumat pagi. Empat belas orang Amerika telah meninggal dari 250 kasus yang dikonfirmasi.
Korea Selatan, yang memiliki jumlah kasus tertinggi kedua di luar China, memiliki tingkat kematian sepersepuluh dari 6.593 kasus, yakni 42 orang telah meninggal: artinya o.6%.
Sementara variasi antar negara mungkin terdengar memprihatinkan, angka ini sangat tergantung pada berapa banyak orang yang dites positif atau tidaknya corona. Di negara-negara seperti Korea Selatan dan Cina, telah menguji ratusan ribu orang, angka kematian lebih rendah daripada di AS, yang hanya menguji kurang dari 2.000.
Mengingat bahwa wabah COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, masih terus tumbuh dan berkembang, serta jumlah kasus dan jumlah kematian negara terus berubah, angka kematian negara tidak statis dan akan terus berfluktuasi.
Banyak ahli kesehatan memperkirakan bahwa tingkat kematian secara keseluruhan akan menurun ketika jumlah kasus meningkat dan jumlah pengujian meningkat. Korea Selatan, yang telah menguji lebih dari 140.000 orang, menawarkan bukti kuat untuk prediksi itu sejauh ini.

Mengapa pengujian lebih lanjut dapat menurunkan angka kematian?
Pengujian yang tersebar luas dapat berarti tingkat kematian yang lebih rendah karena mayoritas kasus coronavirus – sekitar 80% – dianggap ringan. Tetapi kasus-kasus yang diuji dan dilaporkan terlebih dahulu sering kali dengan gejala yang paling parah, karena orang-orang tersebut pergi ke rumah sakit. Kasus-kasus yang lebih ringan, di sisi lain, dapat dihitung atau dilaporkan nanti.
“Jika memang kami menemukan bahwa ada jauh lebih banyak kasus yang benar-benar dilaporkan, dan bahwa salah satu alasan utama untuk ini adalah bahwa kami tidak hanya mendeteksi kasus tanpa gejala atau gejala ringan atau sedang yang tidak mencari perawatan kesehatan, maka perkiraan kami untuk tingkat fatalitas kasus kemungkinan akan menurun,” Lauren Ancel Meyers, seorang ahli epidemiologi di University of Texas di Austin, sebelumnya mengatakan kepada Business Insider.
Kasus-kasus ringan, tambahnya, “mungkin tidak masuk ke radar lembaga kesehatan masyarakat”. Memang, di AS sejauh ini, banyak orang tanpa gejala parah belum pernah diuji karena ketersediaan tes yang terbatas.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan pada hari Selasa bahwa tingkat kematian global untuk coronavirus sekitar 3,4%.
Tingkat kematian suatu penyakit berbeda dari tingkat kematiannya – yang terakhir adalah jumlah kematian dari jumlah orang dalam populasi berisiko. Tingkat kematian bukanlah cerminan dari kemungkinan bahwa setiap orang akan mati jika terinfeksi.
Menurut Brett Giroir, asisten sekretaris untuk kesehatan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, perkiraan terbaik dari tingkat kematian keseluruhan untuk COVID-19 di AS adalah antara 0,1% dan 1%. (ARN)
Dibanding China, Prosentase Kematian Akibat Virus Corona di AS Tertinggi

Wahyu Sutono: Covid-19 “Bukan” Tentara Allah, Tamparan Keras Untuk Somad

Jakarta – Ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) yang menyebut kalau Allah selalu membantu umat Islam meski kini telah banyak kehilangan kekuasaan, salah satunya dengan mengirim bala tentaranya yang gaib.
“Allah memang sayang pada umat ini. Umat kehilangan kekuasaan, umat kehilangan khalifah, umat kehilangan kesultanan, yang bisa hanya membaca Alquran dan berdzikir. Tapi Allah masih iba dan Allah tolong hambanya dengan banyak tentara,” kata UAS dalam ceramah tersebut.
Kemudian, pendakwah kelahiran 18 Mei 1977 itu menyebut virus corona sebagai salah satu tentara Allah yang dikirim untuk melindungi umat Islam Uighur yang hidup di Cina. Menurutnya, kaum muslim terlindung dari virus mematikan itu lantaran memiliki gaya hidup selaras dengan ajaran agama dan berbeda dengan penduduk kebanyakan.
Baca Juga:
Yusuf Muhammad: Saudi Stop Umrah, “Corona Tentara Allah” Terbantahkan
“Ada pula yang terakhir ini tentara Allah bernama corona. Orang yang berada di Uighur, tidak terkena virus ini. Banyak orang terheran-heran, apa sebab. Salah satunya karena mereka selalu berwudhu, salah satunya membasuh tangan,” kata dia.
Dan ulama asal Yaman Habib Ali Al-Jufri menyebutkan, wabah Virus Corona di China tidak ada hubungan dangan ajaran dan agama apapun di dunia ini.
Dan yang terbaru seperti diunggah oleh akun Facebook Wahyu Sutono yang mengutip cuitan dari akun twitter seorang pengacara dan ahli hukum Arab Saudi, Nayef Alu Mansi ikut menanggapi atau mengkritik perihal klaim para penceramah yang menyebut virus corona sebagai tentara Allah.
Hal itu disampaikannya melalui unggahan di akun Twitter resminya, @nayef_almnsi, pada hari Senin, tanggal 4 Maret 2020. Cuitan itu dibagikan ulang oleh Intelektual Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla.
Baca Juga:
Cuitan Nayef Alu Mansi ditulis dalam bahasa Arab. Lalu, Ulil menerjemahkannya. Ia juga merasa pernyataan Nayef itu menarik.
“Twit seorang pengacara Saudi yang menarik. Terjemahannya: Tindakan sebagian penceramah agama untuk ‘menepuktangani’ virus corona seolah-olah sebagai tentara Allah untuk menghancurkan musuh-musuhnya, mencerminkan kebodohan mereka tentang agama dan dunia,” tulis Ulil
Memang sangatlah naif pernyataan tersebut, karena seolah Allah itu sangat kejam dengan mengirim virus corona untuk manusia di berbagai belahan dunia, termasuk ke Timur Tengah dan ke Indonesia hanya untuk menderita, bahkan hingga meninggal dunia.
Lalu bagaimana dengan pernyataan bila Covid-19 di Jakarta disebabkan oleh karena makan babi? Ya itu pun ngawur bin ngaco, kendati keluar dari sebuah lembaga resmi di Indonesia. Dan tak perlu lagi ada penjelasan ilmiah lagi, karena secara umum masyarakat luas sudah tahu asal usul Covid-19.
Mari ber-Islam yang cerdas dan bijaksana. Salam Islam yang rahmatan lil allamin. (ARN)

Tulisan Pedas Budi Setiawan: Sandiwara Corona

Jakarta – Akun Facebook Budi Setiawan dengan judul “Sandiwara Corona” membuat sebuah tulisan yang cukup pedas untuk menjawab kegaduhan virus Corona yang saat ini menghantuai dunia, khususnya Indonesia, berikut tulisannya:
Ini obrolan bebas soal Covid-19 yang tidak perlu dicari kebenarannya. Toh kebenaran itu jikapun ada sudah dipelintir sana sini.
Jadi begini, sebenarnya Indonesia itu bebas dari Covid-19. Hanya saja negara ini dipepet sana-sini sekaligus dinyinyirin. Mosok semua negara tetangga kena Corona, kok negara sampeyan bebas. Dah sakti atau emang gak mampu cari itu orang yang ngreges nggreges terus sesak nafasnya.
Baca Juga:
Melawan Virus Ketakutan Berita Coronavirus
Nyinyiran itu tambah nyaring ketika China kabarkan salah satu warganya kena Corona setelah liburan di Bali. Makin nyaring lagi waktu ada orang Jepang yang diumumkan kena Corona di Indonesia.
Sementara Om Scott Morrison, PM Australia cuap-cuap di radio bahwa kalau Indonesia bebas dari Corona ya memang itu kemampuan mereka mendeteksi virus tersebut cuma sampai segitu. Gak canggih.
Media international juga ngomporin opini dunia soal Corona di Indonesia. Mereka bandingkan Indonesia yang punya penduduk 250 juta cuma lakukan tes sekitar 350 saja. Bandingkan dengan Malaysia yang sampai 1000 dan Inggris bahkan sampai 10 ribu test.
Pemerintah kita akhirnya gak tahan juga dengan nyinyiran sejagat yang gak terima negeri ini bebas Corona. Wong Amrik yang super canggih aja kena kok situ enggak.
Cuma bagaimana caranya? Gak Ada kasus..
******
Eh kok ndilalah, ada dua perempuan Depok yang batuknya gak sembuh-sembuh mintak dengan suka rela di tes Corona. Inisiatif ibu-ibu cerdas itu datang Karena sohibnya orang Jepang didakwa kena Corona di Malaysia.
Baca Juga:
Nah tu rumah sakit tempat dimana dua ibu-ibu diperiksa, lapor dong ke Dinas kesehatan setempat. Si Dinas lapor ke pusat. Pusat lapor ke menteri. Menteri lapor ke Presiden. Presiden umumi: Sodara-sodara, sekarang kita punya dua orang yang confirm kena Corona.
******
Kontan sejagat melonjak. Nah bener kan tebakan gue. Indonesia kena juga kan.. Tinggal Afrika nih yang kita bakal nyinyirin supaya umumin ada Corona disana. Kira-kira demikian obrolan sadis mereka.
Dan didalam negeri, pengumuman itu memicu paduan kelucuan dan ketololan.
MUI misalnya makin tol** Karena bilang Corona masuk Indonesia akibat ada yang makan babi. Padahal di Saudi yang kena Corona Muslim yang gak pernah makan babi. Jadi dimana juntrungannya Corona yang kata Somad itu adalah tentara Allah? Kok tentara Allah kelakuannya kayak dewa mabok kecubung.
Baca Juga:
Dan kita terhibur dengan ketololan Serta aneka kelucuan lain akibat banyak orang mabok Corona.
Diantara keriuhan, makin muncul spekulasi bahwa dua ibu yang sekarang diisolasi itu nampaknya hanya dijadikan pajangan saja.
Bahwa ya memang Indonesia ada dua orang yang positif kena Corona. Tapi karena sistem kita canggih, dua ibu itu pulih. Jadi Kita lebih hebat dari negara-negara tetangga, termasuk Australi Dan Amrik sekalipun.
Itu pesan yang nampaknya ingin disampaikan.
******
Sementara dua ibu yang diisolasi bingung dan stress.
Mungkin mereka berkata kayak gini:
” Serious nih gua kena Corona? Kok kayak meriang dan batuk biasa aja?
“Dan eh.. banyak bener yang manfaatin Gua. Dari mulai gabener genting media online yang kelakuan buat beritanya makin dobol sampai penimbun masker yang sekarang dikejar-kejar polisi”.
****
Kalo gua Ada disamping mereka, jawaban gua gini: Emak-emak sekalian sebenarnya pahlawan tanpa tanda sakit loh.
Anda digeret ke Sulianti Saroso tanpa tahu sebabnya dan baru tahu kalok anda kena Corona setelah pak Presiden umumkan sakit you berdua. Yang membuat negara kita senasib dan sepenanggungan dengan penderitaan sejagat.
Saya percaya Corona ibu cuma sekedar untuk itu. Ibu kena Corona atau gak, ekonomi kita dipastikan terpukul oleh kungfu Wuhan kok. Prediksinya, ekonomi kita tahun ini anjlok sampai 4,7 persen dari target 5,2.
Jadi gak ada gunanya bilang jujur bahwa Indonesia bebas Corona. Akibatnya, kita celupin deh kaki kita biar sama-sama basah. Karena ibu, Amrik jatuh kesian sama kita. Kita gak lagi dibilang negara kaya buk. Masih miskin jadi fasilitas GSP yang nilainya milyaran dolar bakal tetep dikasih ke kita. Jadi ibu sebenarnya pahlawan.
*****
Gak hanya itu buk.
Percaya deh bu sama saya.
Ketika ibu sembuh, banyak yang tepuk dada bahwa ibuk sembuh karena sistem penangkalan dan penanggulangan Corona Indonesia sangat efektif dan standardnya kelas dunia.
Liat aja deh buk.
Nanti kalo media tanya dengan kata kata tolol standard mereka:
Bagaimana perasaan ibu ketika diisolasi?
Tolong jawab begini:
Sungguh menyenangkan.
Menyaksikan betapa sandiwara, kelucuan ketololan,kebohongan dipertontonkan secara telanjang oleh banyak orang dari berbagai lapisan. (ARN)
Tulisan Pedas Budi Setiawan: Sandiwara CoronaTulisan Pedas Budi Setiawan: Sandiwara Corona

WHO: Iran Lakukan yang Terbaik dalam Perang Melawan Corona Meski Ada Sanksi AS

Jenewa  Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Republik Islam Iran melakukan yang terbaik dalam memerangi virus corona baru meskipun kurangnya peralatan dan fasilitas yang memadai, terutama disebabkan oleh sanksi AS.
“Kami tahu Iran melakukan yang terbaik, sebisa mungkin … itulah yang saya hargai,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers di kantor pusat organisasi di Jenewa, Swiss, Presstv melaporkan pada hari Kamis (12/20/2020).
Baca Juga:
“Mereka membutuhkan banyak persediaan, dan … kami telah berusaha mendukung sebanyak yang kami bisa, tetapi masih ada kekurangan,” tambahnya.“Kami berusaha mengerahkan lebih banyak dukungan untuk Iran,” kata Adhanom.
Pernyataan kepala WHO itu dikeluarkan beberapa jam setelah Kementerian Luar Negeri Iran mengecam Amerika Serikat karena menghalangi masuknya bahan makanan dan obat-obatan ke Iran, karena sanksi yang tidak sah.
Ditanya tentang dampak sanksi AS terhadap perang Iran melawan virus, juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi mengatakan pada hari Rabu, “Sanksi Amerika yang menindas dan ilegal, yang [telah dikenakan pada Iran] dalam rangka kampanye ‘tekanan maksimum’, telah mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di Iran”.
“Meskipun obat-obatan dan peralatan medis harus dibebaskan dari sanksi … jalannya transaksi yang relevan telah diblokir,” katanya kepada perwakilan media melalui tautan video pada hari Rabu. “Namun, mereka dengan berani mengklaim bahwa obat-obatan dan bahan makanan tidak dikenakan sanksi,” tambah pejabat itu.
Baca Juga:
Kementerian Luar Negeri mengatakan AS telah memblokir masuknya makanan dan obat-obatan ke Iran di tengah wabah virus korona baru, tetapi tanpa malu-malu membantahnya.
Epidemi COVID-19 di Iran sejauh ini telah menewaskan 354 orang dan menginfeksi 9.000 lainnya. Sekitar 2.959 orang juga telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit berkat upaya staf medis negara itu.
Virus ini juga telah menginfeksi beberapa pejabat Iran, termasuk beberapa anggota parlemen dan anggota kabinet. (ARN)

Re-post by MigoBerita / Jum'at/13032020/10.17Wita/Bjm
Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020). Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter. Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan Daftar obat nasional Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020). Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia akibat Virus Corona Meminta dana darurat Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

nanalou 23 Mei 2020 pukul 08.06

Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ :*

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p