Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif. Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra" yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan sebagian gejala pada pasien. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra. Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat kesimpulan. Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada pasien lain dengan diagnosis dokter.
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan memasukkannya ke dalam daftar obat nasional. Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China. Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu interferon alfa dan interferon beta. Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kefektifannya. Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429. "Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah, dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada IMF guna memerangi wabah tersebut. Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior, politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran. Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona. Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari, ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus. Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh ini belum menerapkan penguncian kota. Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
China Temukan Obat Virus Corona Covid19, Namanya Remdesivir
Reza Gunadha | Rifan Aditya
Suara.com - China telah mengajukan permohonan paten baru pada obat eksperimental milik Gilead Sciences Inc. Ilmuwan meyakini obat ini dapat memerangi virus corona baru COVID-19.
Obat yang akan dipatenkan disebut remdesivir, sejenis obat antivirus baru dalam kelas analog nukleotida.
Dilaporkan oleh Time.com, Rabu (5/2/2020), langkah ini adalah tanda bahwa China memandang terapi Gilead sebagai salah satu kandidat paling menjanjikan untuk melawan wabah yang telah merenggut ribuan nyawa.
Permohonan paten ini dapat memengaruhi kendali Gilead atas obat di Cina.
Pada sisi lain, obat eksperimental milik Gilead ini tidak dilisensikan atau disetujui di mana pun di dunia.
Obat itu telah diujicobakan di China pada pasien virus corona dan menunjukkan tanda-tanda awal yang sangat efektif.
Menurut laman daring resmi milik lembaga virologi yang bermarkas di Wuhan, permohonan paten ini dibuat pada 21 Januari 2020.
Namun mereka menyebutkan bahwa kemanjuran kedua obat itu pada manusia membutuhkan tes klinis lebih lanjut.
China mampu membuat chloroquine dan sekarang menginginkan akses ke remdesivir.
Belum jelas kapan otoritas kekayaan intelektual Cina akan menyetujui aplikasi lembaga tersebut.
Obat eksperimental Gilead saat ini memasuki uji klinis di China pada pasien dengan virus corona.
Perusahaan ini mengirimkan dosis yang cukup untuk mengobati 500 pasien dan meningkatkan pasokan jika uji klinis berhasil.
Remdesivir sedang diuji dalam dua percobaan di China pada pasien dengan gejala patogen baru, dengan level sedang dan parah, kata Merdad Parsey, kepala petugas medis Gilead.

Ilustrasi Virus Corona. [Shutterstock]
Obat itu telah diujicobakan di China pada pasien virus corona dan menunjukkan tanda-tanda awal yang sangat efektif.
China Sebut Tentara AS Bawa Virus Corona ke Wuhan
China – Pemerintah
China menyebut bahwa militer Amerika Serikat mungkin telah membawa virus
corona baru ke kota Wuhan di China, tempat kelahiran pandemi global
saat ini.
Pada hari Kamis (12/03), dalam cuitan
dengan kata-kata yang keras, yang ditulis dalam bahasa Inggris, juru
bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menegur AS karena
kurangnya transparansi dalam laporan resmi mengenai wabah virus corona
di AS.
“Kapan dimulainya nol pasien di AS?
Berapa banyak orang yang terinfeksi? Apa nama rumah sakit itu? Mungkin
tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Transparanlah kalian! Umumkan
data Kalian! KAMI berutang penjelasan!”, tulis Zhao.
Komentar keras Zhao ini disampaikan
untuk menanggapi tuduhan terbaru dari para pejabat Amerika pada hari
Rabu, dimana Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O’Brien mengatakan
bahwa kecepatan reaksi Beijing terhadap kemunculan penyakit COVID-19
mungkin telah membuat dunia merugi dua bulan padahal seharusnya mereka
bisa bersiap menghadapi wabah ini.
Ia mengklaim bahwa pemerintah China telah “menutupi” wabah di Wuhan.
“Mungkin perlu dua bulan untuk merespons
komunitas dunia,” di mana “kami bisa secara dramatis membatasi apa yang
terjadi di China dan apa yang sekarang terjadi di seluruh dunia,” kata
O’Brien.
Sebelumnya pada hari itu, juru bicara
kementerian luar negeri China lainnya, Geng Shuang, mengecam pejabat
Amerika Serikat untuk komentar “tidak bermoral dan tidak bertanggung
jawab” yang menyalahkan tanggapan China terhadap virus korona atas
dampak global yang semakin buruk dari pandemic ini.
Geng secara khusus merujuk pada
pernyataan yang dibuat oleh O’Brien, menekankan bahwa komentar seperti
itu oleh pejabat AS tidak akan membantu upaya epidemi AS. Ia juga
mengatakan bahwa upaya China untuk memperlambat penyebaran penyakit
sebenarnya telah membeli waktu dunia untuk bersiap menghadapi epidemi.
“Kami berharap bahwa beberapa pejabat di
AS pada saat ini akan memusatkan energi mereka untuk menanggapi virus
dan mempromosikan kerja sama, dan bukan pada mengalihkan kesalahan ke
China,” tambahnya.
Pemerintah China telah dikritik oleh
media Barat dan khususnya oleh para pejabat AS atas apa yang dianggap
sebagai respons yang lambat terhadap wabah dan tidak cukup transparan.
Tetapi Beijing telah mengambil langkah-langkah tegas sejak wabah
dimulai, termasuk mengisolasi Wuhan, sebuah kota yang berpenduduk
sekitar 11 juta orang, yang sejak saat itu tampaknya membuahkan hasil.
Penyakit COVID-19, yang disebabkan oleh
virus corona baru ini muncul di ibukota provinsi Hubei akhir tahun lalu
dan saat ini memengaruhi 125 negara dan wilayah di seluruh dunia. Sejauh
ini telah menginfeksi lebih dari 130.000 orang dan menewaskan lebih
dari 4.700 lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan wabah
korona sebagai pandemi global. (ARN)

Dibanding China, Prosentase Kematian Akibat Virus Corona di AS Tertinggi
Washington –
Sejauh ini tingkat kematian akibat virus corona baru lebih tinggi di AS
daripada tempat lain di dunia. Angka yang tertulis dalam tabel dibagi
jumlah kematian yang diketahui dengan jumlah total kasus yang
dikonfirmasi, setidaknya 6% di AS pada Jumat pagi. Empat belas orang
Amerika telah meninggal dari 250 kasus yang dikonfirmasi.
Korea Selatan, yang memiliki jumlah
kasus tertinggi kedua di luar China, memiliki tingkat kematian
sepersepuluh dari 6.593 kasus, yakni 42 orang telah meninggal: artinya
o.6%.
Sementara variasi antar negara mungkin
terdengar memprihatinkan, angka ini sangat tergantung pada berapa banyak
orang yang dites positif atau tidaknya corona. Di negara-negara seperti
Korea Selatan dan Cina, telah menguji ratusan ribu orang, angka
kematian lebih rendah daripada di AS, yang hanya menguji kurang dari
2.000.

Mengingat bahwa wabah COVID-19, penyakit
yang disebabkan oleh virus corona, masih terus tumbuh dan berkembang,
serta jumlah kasus dan jumlah kematian negara terus berubah, angka
kematian negara tidak statis dan akan terus berfluktuasi.
Banyak ahli kesehatan memperkirakan
bahwa tingkat kematian secara keseluruhan akan menurun ketika jumlah
kasus meningkat dan jumlah pengujian meningkat. Korea Selatan, yang
telah menguji lebih dari 140.000 orang, menawarkan bukti kuat untuk
prediksi itu sejauh ini.
Mengapa pengujian lebih lanjut dapat menurunkan angka kematian?
Pengujian yang tersebar luas dapat
berarti tingkat kematian yang lebih rendah karena mayoritas kasus
coronavirus – sekitar 80% – dianggap ringan. Tetapi kasus-kasus yang
diuji dan dilaporkan terlebih dahulu sering kali dengan gejala yang
paling parah, karena orang-orang tersebut pergi ke rumah sakit.
Kasus-kasus yang lebih ringan, di sisi lain, dapat dihitung atau
dilaporkan nanti.
“Jika memang kami menemukan bahwa ada
jauh lebih banyak kasus yang benar-benar dilaporkan, dan bahwa salah
satu alasan utama untuk ini adalah bahwa kami tidak hanya mendeteksi
kasus tanpa gejala atau gejala ringan atau sedang yang tidak mencari
perawatan kesehatan, maka perkiraan kami untuk tingkat fatalitas kasus
kemungkinan akan menurun,” Lauren Ancel Meyers, seorang ahli
epidemiologi di University of Texas di Austin, sebelumnya mengatakan
kepada Business Insider.
Kasus-kasus ringan, tambahnya, “mungkin
tidak masuk ke radar lembaga kesehatan masyarakat”. Memang, di AS sejauh
ini, banyak orang tanpa gejala parah belum pernah diuji karena
ketersediaan tes yang terbatas.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan pada hari Selasa bahwa tingkat kematian global untuk coronavirus sekitar 3,4%.
Tingkat kematian suatu penyakit berbeda
dari tingkat kematiannya – yang terakhir adalah jumlah kematian dari
jumlah orang dalam populasi berisiko. Tingkat kematian bukanlah cerminan
dari kemungkinan bahwa setiap orang akan mati jika terinfeksi.
Menurut Brett Giroir, asisten sekretaris
untuk kesehatan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan,
perkiraan terbaik dari tingkat kematian keseluruhan untuk COVID-19 di AS
adalah antara 0,1% dan 1%. (ARN)

Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/dibanding-china-prosentase-kematian-akibat-virus-corona-di-as-tertinggi/
Wahyu Sutono: Covid-19 “Bukan” Tentara Allah, Tamparan Keras Untuk Somad
Jakarta – Ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS)
yang menyebut kalau Allah selalu membantu umat Islam meski kini telah
banyak kehilangan kekuasaan, salah satunya dengan mengirim bala
tentaranya yang gaib.
“Allah memang sayang pada umat ini. Umat
kehilangan kekuasaan, umat kehilangan khalifah, umat kehilangan
kesultanan, yang bisa hanya membaca Alquran dan berdzikir. Tapi Allah
masih iba dan Allah tolong hambanya dengan banyak tentara,” kata UAS
dalam ceramah tersebut.
Kemudian, pendakwah kelahiran 18 Mei
1977 itu menyebut virus corona sebagai salah satu tentara Allah yang
dikirim untuk melindungi umat Islam Uighur yang
hidup di Cina. Menurutnya, kaum muslim terlindung dari virus mematikan
itu lantaran memiliki gaya hidup selaras dengan ajaran agama dan berbeda
dengan penduduk kebanyakan.
Baca Juga:Yusuf Muhammad: Saudi Stop Umrah, “Corona Tentara Allah” Terbantahkan
“Ada pula yang terakhir ini tentara Allah bernama corona. Orang yang berada di Uighur,
tidak terkena virus ini. Banyak orang terheran-heran, apa sebab. Salah
satunya karena mereka selalu berwudhu, salah satunya membasuh tangan,”
kata dia.
Dan ulama asal Yaman Habib Ali Al-Jufri
menyebutkan, wabah Virus Corona di China tidak ada hubungan dangan
ajaran dan agama apapun di dunia ini.
Dan yang terbaru seperti diunggah oleh akun Facebook Wahyu Sutono
yang mengutip cuitan dari akun twitter seorang pengacara dan ahli hukum
Arab Saudi, Nayef Alu Mansi ikut menanggapi atau mengkritik perihal
klaim para penceramah yang menyebut virus corona sebagai tentara Allah.
Hal itu disampaikannya melalui unggahan
di akun Twitter resminya, @nayef_almnsi, pada hari Senin, tanggal 4
Maret 2020. Cuitan itu dibagikan ulang oleh Intelektual Nahdlatul Ulama
(NU) Ulil Abshar Abdalla.
- Eko Kuntadhi “Semprot” UAS Karena Sebar Kebencian “Rasis” Corona
- Yusuf Muhammad: Pesan Habib Ali Al-Jufri Bungkam Komentar Rasis UAS Soal Virus Corona
Cuitan Nayef Alu Mansi ditulis dalam bahasa Arab. Lalu, Ulil menerjemahkannya. Ia juga merasa pernyataan Nayef itu menarik.
“Twit seorang pengacara Saudi yang
menarik. Terjemahannya: Tindakan sebagian penceramah agama untuk
‘menepuktangani’ virus corona seolah-olah sebagai tentara Allah untuk
menghancurkan musuh-musuhnya, mencerminkan kebodohan mereka tentang
agama dan dunia,” tulis Ulil
Memang sangatlah naif pernyataan
tersebut, karena seolah Allah itu sangat kejam dengan mengirim virus
corona untuk manusia di berbagai belahan dunia, termasuk ke Timur Tengah
dan ke Indonesia hanya untuk menderita, bahkan hingga meninggal dunia.
Lalu bagaimana dengan pernyataan bila
Covid-19 di Jakarta disebabkan oleh karena makan babi? Ya itu pun ngawur
bin ngaco, kendati keluar dari sebuah lembaga resmi di Indonesia. Dan
tak perlu lagi ada penjelasan ilmiah lagi, karena secara umum masyarakat
luas sudah tahu asal usul Covid-19.
Mari ber-Islam yang cerdas dan bijaksana. Salam Islam yang rahmatan lil allamin. (ARN)

Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/wahyu-sutono-covid-19-bukan-tentara-allah-tamparan-keras-untuk-somad/
Tulisan Pedas Budi Setiawan: Sandiwara Corona
Jakarta – Akun Facebook Budi Setiawan dengan judul “Sandiwara Corona” membuat sebuah tulisan yang cukup pedas untuk menjawab kegaduhan virus Corona yang saat ini menghantuai dunia, khususnya Indonesia, berikut tulisannya:
Ini obrolan bebas soal Covid-19 yang tidak perlu dicari kebenarannya. Toh kebenaran itu jikapun ada sudah dipelintir sana sini.
Jadi begini, sebenarnya Indonesia itu
bebas dari Covid-19. Hanya saja negara ini dipepet sana-sini sekaligus
dinyinyirin. Mosok semua negara tetangga kena Corona, kok negara
sampeyan bebas. Dah sakti atau emang gak mampu cari itu orang yang
ngreges nggreges terus sesak nafasnya.
Baca Juga:Melawan Virus Ketakutan Berita Coronavirus
Nyinyiran itu tambah nyaring ketika
China kabarkan salah satu warganya kena Corona setelah liburan di Bali.
Makin nyaring lagi waktu ada orang Jepang yang diumumkan kena Corona di Indonesia.
Sementara Om Scott Morrison, PM
Australia cuap-cuap di radio bahwa kalau Indonesia bebas dari Corona ya
memang itu kemampuan mereka mendeteksi virus tersebut cuma sampai
segitu. Gak canggih.
Media international juga ngomporin opini dunia soal Corona
di Indonesia. Mereka bandingkan Indonesia yang punya penduduk 250 juta
cuma lakukan tes sekitar 350 saja. Bandingkan dengan Malaysia yang
sampai 1000 dan Inggris bahkan sampai 10 ribu test.
Pemerintah kita akhirnya gak tahan juga
dengan nyinyiran sejagat yang gak terima negeri ini bebas Corona. Wong
Amrik yang super canggih aja kena kok situ enggak.
Cuma bagaimana caranya? Gak Ada kasus..
******
Eh kok ndilalah, ada dua perempuan Depok
yang batuknya gak sembuh-sembuh mintak dengan suka rela di tes Corona.
Inisiatif ibu-ibu cerdas itu datang Karena sohibnya orang Jepang didakwa
kena Corona di Malaysia.
Baca Juga:- Sebar Ketakutan Soal Corona, Yusuf Muhammad “Semprot” Anies Baswedan dan Reporter TvOne
- Jokowi: Dua WNI Positif Corona
Nah tu rumah sakit tempat dimana dua
ibu-ibu diperiksa, lapor dong ke Dinas kesehatan setempat. Si Dinas
lapor ke pusat. Pusat lapor ke menteri. Menteri lapor ke Presiden.
Presiden umumi: Sodara-sodara, sekarang kita punya dua orang yang
confirm kena Corona.
******
Kontan sejagat melonjak. Nah bener kan
tebakan gue. Indonesia kena juga kan.. Tinggal Afrika nih yang kita
bakal nyinyirin supaya umumin ada Corona disana. Kira-kira demikian
obrolan sadis mereka.
Dan didalam negeri, pengumuman itu memicu paduan kelucuan dan ketololan.
MUI misalnya makin tol** Karena bilang
Corona masuk Indonesia akibat ada yang makan babi. Padahal di Saudi yang
kena Corona Muslim yang gak pernah makan babi. Jadi dimana
juntrungannya Corona yang kata Somad itu adalah tentara Allah? Kok
tentara Allah kelakuannya kayak dewa mabok kecubung.
Baca Juga:- Sebar Info Hoaks Berbahaya Soal Virus Corona, Netizen Ramaikan Tagar #TangkapFahiraIdris
- Yusuf Muhammad: Pesan Habib Ali Al-Jufri Bungkam Komentar Rasis UAS Soal Virus Corona
Dan kita terhibur dengan ketololan Serta aneka kelucuan lain akibat banyak orang mabok Corona.
Diantara keriuhan, makin muncul spekulasi bahwa dua ibu yang sekarang diisolasi itu nampaknya hanya dijadikan pajangan saja.
Bahwa ya memang Indonesia ada dua orang
yang positif kena Corona. Tapi karena sistem kita canggih, dua ibu itu
pulih. Jadi Kita lebih hebat dari negara-negara tetangga, termasuk
Australi Dan Amrik sekalipun.
Itu pesan yang nampaknya ingin disampaikan.
******
Sementara dua ibu yang diisolasi bingung dan stress.
Mungkin mereka berkata kayak gini:
” Serious nih gua kena Corona? Kok kayak meriang dan batuk biasa aja?
“Dan eh.. banyak bener yang manfaatin
Gua. Dari mulai gabener genting media online yang kelakuan buat
beritanya makin dobol sampai penimbun masker yang sekarang dikejar-kejar
polisi”.
****
Kalo gua Ada disamping mereka, jawaban gua gini: Emak-emak sekalian sebenarnya pahlawan tanpa tanda sakit loh.
Anda digeret ke Sulianti Saroso tanpa
tahu sebabnya dan baru tahu kalok anda kena Corona setelah pak Presiden
umumkan sakit you berdua. Yang membuat negara kita senasib dan
sepenanggungan dengan penderitaan sejagat.
Saya percaya Corona ibu cuma sekedar
untuk itu. Ibu kena Corona atau gak, ekonomi kita dipastikan terpukul
oleh kungfu Wuhan kok. Prediksinya, ekonomi kita tahun ini anjlok sampai
4,7 persen dari target 5,2.
Jadi gak ada gunanya bilang jujur bahwa
Indonesia bebas Corona. Akibatnya, kita celupin deh kaki kita biar
sama-sama basah. Karena ibu, Amrik jatuh kesian sama kita. Kita gak lagi
dibilang negara kaya buk. Masih miskin jadi fasilitas GSP yang nilainya
milyaran dolar bakal tetep dikasih ke kita. Jadi ibu sebenarnya
pahlawan.
*****
Gak hanya itu buk.
Percaya deh bu sama saya.
Ketika ibu sembuh, banyak yang tepuk
dada bahwa ibuk sembuh karena sistem penangkalan dan penanggulangan
Corona Indonesia sangat efektif dan standardnya kelas dunia.
Liat aja deh buk.
Nanti kalo media tanya dengan kata kata tolol standard mereka:
Bagaimana perasaan ibu ketika diisolasi?
Tolong jawab begini:
Sungguh menyenangkan.
Menyaksikan betapa sandiwara, kelucuan
ketololan,kebohongan dipertontonkan secara telanjang oleh banyak orang
dari berbagai lapisan. (ARN)

WHO: Iran Lakukan yang Terbaik dalam Perang Melawan Corona Meski Ada Sanksi AS
Jenewa –
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Republik
Islam Iran melakukan yang terbaik dalam memerangi virus corona baru
meskipun kurangnya peralatan dan fasilitas yang memadai, terutama
disebabkan oleh sanksi AS.
“Kami tahu Iran melakukan yang terbaik,
sebisa mungkin … itulah yang saya hargai,” kata Tedros Adhanom
Ghebreyesus pada konferensi pers di kantor pusat organisasi di Jenewa,
Swiss, Presstv melaporkan pada hari Kamis (12/20/2020).
Baca Juga:- Kabar Gembira, Iran Temukan Obat yang Bisa Sembuhkan Pasien Corona
- Iran: 2.394 Pasien Sembuh dari Virus Corona
- Kelompok Pro-AS Tekan Perusahaan Farmasi Tak Jual Obat ke Iran Ditengah Wabah Virus Corona
“Mereka membutuhkan banyak persediaan,
dan … kami telah berusaha mendukung sebanyak yang kami bisa, tetapi
masih ada kekurangan,” tambahnya.“Kami berusaha mengerahkan lebih banyak dukungan untuk Iran,” kata Adhanom.
Pernyataan kepala WHO itu dikeluarkan
beberapa jam setelah Kementerian Luar Negeri Iran mengecam Amerika
Serikat karena menghalangi masuknya bahan makanan dan obat-obatan ke
Iran, karena sanksi yang tidak sah.
Ditanya tentang dampak sanksi AS
terhadap perang Iran melawan virus, juru bicara Kementerian Luar Negeri
Abbas Mousavi mengatakan pada hari Rabu, “Sanksi Amerika yang menindas
dan ilegal, yang [telah dikenakan pada Iran] dalam rangka kampanye
‘tekanan maksimum’, telah mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat di Iran”.
“Meskipun obat-obatan dan peralatan
medis harus dibebaskan dari sanksi … jalannya transaksi yang relevan
telah diblokir,” katanya kepada perwakilan media melalui tautan video
pada hari Rabu. “Namun, mereka dengan berani mengklaim bahwa obat-obatan
dan bahan makanan tidak dikenakan sanksi,” tambah pejabat itu.
Baca Juga:
Kementerian Luar Negeri mengatakan AS
telah memblokir masuknya makanan dan obat-obatan ke Iran di tengah wabah
virus korona baru, tetapi tanpa malu-malu membantahnya.
Epidemi COVID-19 di Iran sejauh ini
telah menewaskan 354 orang dan menginfeksi 9.000 lainnya. Sekitar 2.959
orang juga telah pulih dan dipulangkan dari rumah sakit berkat upaya
staf medis negara itu.
Virus ini juga telah menginfeksi beberapa pejabat Iran, termasuk beberapa anggota parlemen dan anggota kabinet. (ARN)

Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/who-iran-lakukan-yang-terbaik-dalam-perang-melawan-corona-meski-ada-sanksi-as/
Re-post by MigoBerita / Jum'at/13032020/10.17Wita/Bjm
Penulis Ahmad Naufal
Dzulfaroh
| Editor Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat
virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil
positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
KOMPAS.com -
Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona
pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
KOMPAS.com -
Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat virus corona
pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal
Dzulfaroh
| Editor Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat
virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil
positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal
Dzulfaroh
| Editor Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat
virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil
positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Penulis Ahmad Naufal
Dzulfaroh
| Editor Sari Hardiyanto
KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan bahwa pengujian obat
virus corona pada pasien dengan kasus parah telah menunjukkan hasil
positif.
Dikutip dari Teheran Times, obat imunomodulator yang disebut "Actemra"
yang diujikan pasien di rumah sakit Isfahan tersebut mampu meredakan
sebagian gejala pada pasien.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian
Kesehatan Kianoush Jahanpur pada Rabu (11/3/2020).
Pada uji coba pertama, mereka mendapati gejala virus telah menurun dalam
waktu 48 jam setelah mengonsumsi Actemra.
Kendati demikian, Jahanpour menyebut terlalu dini untuk membuat
kesimpulan.
Selama beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan pada
pasien lain dengan diagnosis dokter.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China
yang Melanggar Perbatasan
Daftar obat nasional
Jika obat itu benar-benar efektif, maka pemerintah berencana akan
memasukkannya ke dalam daftar obat nasional.
Menurut Jahanpur, obat yang sama juga telah menunjukkan hasil positif
pada beberapa kasus virus corona dengan gejala parah di China.
Ia juga membahas dua obat biosimiliar lain yang diproduksi Iran, yaitu
interferon alfa dan interferon beta.
Akan tetapi, dua obat itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
mengenai kefektifannya.
Pada Kamis (12/3/2020), Iran melaporkan 75 kematian baru akibat virus
corona dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus kematian menjadi 429.
"Kami telah mengidentifikasi 1.075 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Artinya, ada 10.075 orang yang terinfeksi di negeri ini. Korban
meninggal mencapai 429," kata Jahanpur kepada televisi pemerintah,
dilansir dari Reuters (13/2/2020).
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Penguncian Nasional di Italia
akibat Virus Corona
Meminta dana darurat
Iran juga telah meminta dana darurat sebesar 5 miliar dollar AS kepada
IMF guna memerangi wabah tersebut.
Virus corona di Iran telah menginfeksi sejumlah pejabat senior,
politisi, ulama, dan anggota Pengawal Revolusi di Iran.
Kantor berita semi resmi Iran Tasnim melaporkan Ali Akbar Velayati,
seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei juga terinfeksi virus corona.
Setidaknya tujuh pejabat dan politisi telah tewas sejak 19 Februari,
ketika Iran mengumumkan infeksi pertama dan dua kematian akibat virus.
Meski tengah menginfeksi lebih dari 10.000 ribu warganya, Iran sejauh
ini belum menerapkan penguncian kota.
Pemerintah hanya menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara
keagamaan dan olahraga di seluruh negeri untuk menahan laju virus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/082200065/iran-klaim-temukan-obat-virus-corona-mampu-turunkan-gejala-dalam-48-jam?page=all#page3.
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto
1 komentar:
Numpang promo ya gan
:*
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^