Najwa
Shihab sepertinya masih kurang paham mengenai perbedaan mudik dan
pulang kampung yang dijelaskan secara panjang lebar oleh Presiden Joko
Widodo. Sepertinya Najwa Shihab juga tidak mau perduli dengan apa yang
menjadi jawaban.
Seharusnya
sebagai jurnalis, Najwa sudah memahami etimologi yang biasa digunakan
oleh orang-orang Indonesia, mengenai mudik dan pulang kampung, yang
diwakilkan oleh Jokowi. Seharusnya sebelum bertanya lebih jauh, Najwa
harus studi terlebih dahulu sebanyak-banyaknya pembendaharaan kata alias
vocab yang digunakan oleh orang-orang kampung.
Jokowi adalah orang yang dibesarkan di kampung. Dia adalah orang yang terbiasa dengan terminology
yang digunakan sehari-hari oleh anak desa. Orang yang lahir dari rahim
Boyolali di Solo, menjadi sosok yang memahami betul definisi yang ia
gunakan.
Maka
Joko Widodo cenderung berkata dengan lamban, menata kata dengan
hati-hati. Mungkin memang beliau tidak terlalu mahir menata kata. Tapi
setiap kata-kata yang keluar, meski perlahan namun pasti dan mendarat
semua.
Saya
malah curiga, bahwa Najwa tidak memahami secara mendalam definisi dan
konteks dari perbedaan mudik dan pulang kampung. Dia mengatakan bahwa
ini hanya masalah timing. Kalau bicara masalah timing, semua orang pasti
setuju. Tapi dia sepertinya tidak memahami volume pemudik dan
orang-orang yang tiap minggunya harus pulang kampung.
Pulang
kampung dikerjakan oleh 1 jutaan orang setiap periodenya. Bukan saat
lebaran saja. Orang kerja pulang kampung bisa kapan saja, dan kepadatan
pasti tidak terjadi. Kementerian perhubungan mencatat sekitar satu juta
orang sudah pulang kampung. Tapi begini logikanya.
Kalau
bicara tentang belasan juta penduduk Jakarta, memang pasti ada
sekelompok orang yang memilih untuk setiap periode tertentu pulang
kampung. Misalnya satu minggu sekali, atau bahkan beberapa hari sekali.
Itu yang dicatat.
Sekarang
mari kita bahas mudik. Mudik itu adalah kegiatan yang dikerjakan secara
masif, pada hari raya Lebaran. Dari H-7 Lebaran pun, sudah ada yang
mudik, dan puncak arus mudik terjadi di H-1 atau H-2 Lebaran. Inilah
yang direncanakan untuk dilarang oleh Jokowi. Dan sepertinya, Najwa
lagi-lagi bertanya “ini kan masalah timing?” Timing rupamu!
Mari kita simak wawancara eksklusif Najwa yang kelihatannya gak ngerti mudik dan pulang kampung, dengan Jokowi.
Mudik itu diperbolehkan atau dilarang?
Semua
kementerian pro dan kontra. Ada yagn setuju da tidak setuju. Sejak awal
saya sampaikan kepada menteri bahwa suatu saat pasti akan saya larang.
Karena
kita tahu bahwa mudik itung-itungan terakhir kita. Menyangkut masih
yang ingin mudik, itu itungan kita, kajian lapangan kita, masih
menyangkut jutaan orang, bukan hanya ribuan.
Ada
34 persen yang masih ingin mudik. Ini angka yang gede sekali. Sehingga
sejak awal saya sampaikan jika kajian lapangannya seperti ini, mudik
dilarang.
Kenapa tidak dilarang sekarang?
Kemarin kita memakai transisinya. Sehingga jangan sampai menimbulkan shock dan justru memunculkan masalah baru.
Ramai-ramai
nanti semua ke stasiun ke terminal ke bandara. Ynag terjadi adalah
penumpukan orang di suatu tempat yang justru menyebabkan tidak
menyelesaikan masalah, memunculkan masalahbaru, penularan yang lebih
menyebar.
Masalah
itu sudah timbul. Data kemenhub sudah 1 juta lebih orang curi start
mudik dan tersebar ke berbagai daerah. Apa berarti ini memang keputusan
melarang itu yang baru akan dikeluarkan melihat situasi? Tapi faktanya
sudah terjadi penyebaran.
Kalau
itu bukan mudik. Itu pulkam. Bekerja di jabodetabek, di sini tidak ada
pekerjaan, mereka pulang. Anak istri ada di kampung.
Liat videonya disini https://youtu.be/BC6F6Uxw1G0
Apa bedanya?
Mudik
itu dikerjakan di hari lebarannya. Mudik itu untuk merayakan idul
Fitri. Kalau pulang kampung mereka bekerja di Jakarta, anak istri ada
di kampung.
Kan itu beda timing saja? Tapi aktivitas kan sama. Mereka pulang, potensi bawa virusnya kan sama?
Coba
dilihat di lapangan. Ini lapangan yang kita lihat. Di Jakarta. Mereka
menyewa ruang 3x3 atau 3x4 isinya 8-9 orang. Mereka di sini tidak kerja.
Lebih berbahaya mana? Di sini, dalam ruangan, dihuni 9, 8 orang, atau
pulang kampung tapi di sana sudah diisolasi dulu oleh desa.
Saya
kira sekarang semua desa sudah siapkan ini. Lebih bahaya mana? Saya
kira kita harus lihatlebihd etail lapangannya dan angka-angkanya.
Ya gitulah orang sok pintar kalau bicara sama orang pintar… Ujung-ujungnya gak ketemu juga.
Jokowi benar.
Begitulah benar-benar.
Ngenes! Setelah Rizal Ramli & Didu, Kini Giliran Refly Harun Masuk Geng Barisan Sakit Hati
Yang
namanya dipecat pasti tidak enak. Apalagi kalau dipecat karena gak
becus bekerja, dan itu se-Indonesia tahu. Bahkan dunia juga tahu. Tambah
tidak enak lagi.
Kemana-mana
pergi, bawaannya malu saja. Karena semua orang pada tahu kalau
ternyata, diri kita sebenarnya hanya sekedar jadi benalu saja di
instansi/perusahaan tempat kita bekerja, sehingga dilengserkan oleh
orang secara tidak hormat.
Bahkan
di Jepang, ada istilah Seppuku atau yang lebih dikenal Harakiri yakni
ritual bunuh diri dengan cara merobek perut sendiri yang dilakukan pakai
samurai. Yang mana tujuannya untuk memulihkan nama baik, setelah gagal
dalam melaksanakan tugas.
Rasa malu tingkat dewa inilah yang dirasakan oleh Rizal Ramli, Said Didu dan kawan-kawan se-gengnya saat ini.
Kita mulai dari Rizal Ramli.
Si
Rizal ini awalnya memiliki karir yang bagus lho. Ia pernah menjabat
sebagai Kepala Bulog, Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan pada saat
Gus Dur berkuasa
Di tingkat internasional, ia juga pernah dipercaya menjadi anggota tim panel penasihat ekonomi PBB.
PBB itu bukan Partai Bulan Bintang, tapi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ia
juga, kala itu, pada tahun 2013 pernah didaulat menjadi ketua Kadin
tandingan, yakni Kadin yang tidak direstui oleh kadin pusat.
Hal inilah yang kemudian membuat Presiden Jokowi kesengsem terhadapnya.
Hingga pada 2015, si Rizal ini diangkat menjadi Menko Maritim.
Namun,
bukannya menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh presiden
kepadanya, si Rizal ini malah jadi biang kerok tukang gaduh di Kabinet
Kerja Jokowi.
Padahal tipikal Presiden, bukanlah orang yang suka dengan yang hanya omong doang tapi hasil kinerjanya tidak ada.
Terbukti dari slogannya, kerja, kerja, kerja. Bukan nyinyir, nyinyir, nyinyir.
Belum lagi si Rizal ini kala itu juga merasa dirinya paling pintar, paling hebat dan paling tahu se-dunia.
Bahkan, sepertinya dia merasa lebih hebat dan lebih tahu dari presiden lagi.
Terbukti, ia pernah mengatakan kalau menteri pilihan Jokowi adalah menteri-menteri KW-3 alias tidak berkualitas.
Tapi ternyata, dirinya-lah Menteri KW-4, yang hanya pandai bikin gaduh saja.
Tidak pelak, tanpa pikir panjang, Jokowi pun langsung memecatnya.
Sakit hati karena telah ditendang oleh presiden, Rizal pun kala itu berusaha menggagalkan Jokowi terpilih lagi jadi presiden.
Pertanyaannya, dengan cara apa?
Mendukung Prabowo.
Tapi usahanya tersebut gagal, lantaran Prabowo kalah.
Hanya saja, hingga saat ini, ia masih kerap menyerang Jokowi dengan cara membabi buta.
Berikut diantaranya.
Persis seperti Kadrun lainnya, tanpa bukti yang jelas menuduh pemerintah antek China.
Padahal, mungkin dia lupa kalau dulu pernah ketipu sama Ratna Sarumpaet. Kwkwkwk
Sama
Ratna Sarumpaet saja kena tipu. Bagaimana mau berhadapan dengan para
mafia Migas dan eks anggota HTI yang bringas-bringas itu?
Orang seperti ini yang mau jadi presiden?
Siap-siap, hancur Indonesia.
Begitupun dengan Said Didu. Ia awalnya hanya seorang PNS.
Pernah juga diangkat jadi Stafsus Menteri ESDM, saat Sudirman Said menjabat sebagai menteri dulu.
Namun, pasca Sudirman bernasib sama seperti seterunya, Rizal Ramli, yakni di-kick
dari kabinet pada 2015 silam, Om Didu pun ikut terpental dari
Kementerian yang mengurusi energi dan sumber daya mineral tersebut.
Setelah itu, baru-lah dia mulai aktif nyinyirin Presiden Jokowi, tanpa memberi solusi yang berarti.
Hingga pada 2018, ia dicopot dari jabatan sebagai komisaris di PT Bukit Asam.
Persis seperti Rizal Ramli, Didu pun berusaha menjegal Jokowi agar tidak terpilih jadi presiden lagi.
Untuk itulah, ia bahkan mengundurkan diri dari PNS agar bisa menjadi Timses Prabowo-Sandi.
Tapi apa daya, meskipun sudah mengorbankan karirnya sebagai ASN tersebut, Prabowo malah jadi Menteri Jokowi.
Dan
koplaknya lagi, si Didu ini salah pilih lawan. Ia malah menyerang
jenderal lapangan yang sudah makan asam garam di medan tempur
peperangan, yakni Luhut Binsar Panjaitan.
Kala
itu, tanpa pikir panjang, ia mengatakan kalau Luhut itu hanya
memikirkan uang, uang dan uang saja. Tanpa peduli sedikitpun terhadap
bangsa ini.
Hingga akhirnya, ada kemungkinan ia akan lebaran di penjara tahun ini, karena telah menghina Luhut.
Teranyar, ada juga lho orang pecatan yang aromanya bakal masuk ke geng barisan sakit hati.
Siapakah dia?
Siapa lagi kalau bukan Refly Harun.
Sebelumnya, si Refly ini menjabat sebagai komisaris Pelindo 1.
Namun, baru-baru ini, ia dipecat oleh Erick Thohir.
Tentu
Erick punya pertimbangan khusus mencopot si ahli hukum tata negara itu.
Walaupun oleh Stafsus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga dikatakan
hanya dalam rangka refreshing saja.
Dan biasanya alasan pemecatan tersebut hanya satu, yakni gak becus bekerja.
Disuruh kerja kok malah mengamati, pantesan saja dicopot. Kwkwkwk
Nah, baru-baru ini, si Refly ini sudah mulai nyinyir-nyinyir gak jelas kayak Om Said Didu dan Rizal Ramli.
Pertama, ia pasang jurus politik dizalimi ala SBY.
Seolah-olah dia dicopot karena mengkritik pemerintah. Padahal bisa jadi karena ini.
Karena, secara dia kan pakar hukum tata negara, mana ngerti soal laporan keuangan perusahaan.
Setelah itu, Refly mulai memainkan narasi, seolah-olah negara memonopoli ruang demokrasi.
Hingga akhirnya, ia di-skakmat oleh netizen
Kok ada ya para orang tua yang bersifat kekanakan seperti itu?
Naas banget hidup mereka.
Bukannya introspeksi diri, tapi malah sibuk menyalahkan instansi yang telah memecatnya.
Sumber :
Terapi Plasma, Harapan Kesembuhan, dan Menuju Momentum Kesembuhan 1.000 Pasien Covid-19
Angka 913 menjadi angka pasien yang dinyatakan sembuh per Rabu (22/4/20) seperti dilansir dari laman Kompas,
dari total 7.418 kasus di Indonesia. Angka yang bagi saya semakin
menguatkan harapan akan kesembuhan pasien Covid-19 di negeri ini, dengan
sisi perjuangan lain yang masih kudu dilakukan: mengurangi bertambahnya
pasien positif dan meminimalkan angka pasien meninggal dunia.
Selang
beberapa jam setelah informasi tersebut, ada tayangan di KompasTV
mengenai metode pengobatan plasma darah, yang terbukti sangat efektif
dalam upaya menyembuhkan pasien positif Covid-19. Dokter Monica, salah
seorang penulis SEWORD juga, memaparkan dengan gamblang mengenai terapi
ini, yang juga disebutnya sudah diujicobakan untuk pasien di Indonesia
dengan hasil sangat positif.
Oya,
menurut informasi yang saya peroleh dari menonton tayangan TV kemarin,
terapi ini sudah mulai muncul sejak 100 tahunan lalu, juga telah dipakai
untuk pengobatan ketika terjadi wabah Ebola, H1N1, SARS, sampai Mers
... dan terbukti sukses. Metode terapi plasma yang juga sedang
dikembangkan dan dipakai di berbagai negara saat ini, juga dilaporkan
menghasilkan dampak yang positif dan sangat memberi harapan.
Negeri ini butuh momentum di tengah perjuangan yang masih jauh dari kata usai dalam memerangi Covid-19. Jumlah pertambahan kasus baru masih akan muncul, begitu pula pasien yang meninggal dunia rasanya dalam waktu dekat masih agak mustahil benar-benar dihentikan. Namun, dengan jumlah pasien sembuh yang semakin banyak belakangan ini ... kita menantikan genapnya angka 1.000 yang dapat diumumkan oleh Jubir resmi penanganan Covid-19, untuk kita lambungkan dan jadikan momentum perjuangan bersama-sama!
Kenapa
tunggu 1.000 pasien sembuh, tidak sekarang saja yang sudah angka
900-an? Ya, silakan kalau mau pakai angka tersebut. Misalnya dahulu mau
pakai angka 100 juga boleh. Sekarepmu lah! Namun, yang namanya
perjuangan untuk sesuatu biasanya memerlukan momentum yang mudah untuk
diingat, juga dampak yang telah signifikan berdasarkan angka atau
pencapaian tertentu.
Itulah
sebabnya, misalnya di ranah sepak bola, ada catatan khusus ketika
seorang pesepak bola mencettak 100, 200, atau 500 gol sepanjang
kariernya. Kenapa nggak 5 atau 10 gol saja? Ya, karena catatan gol
sebanyak itu terbilang spesial dan tidak banyak pemain sepak bola
melakukannya.
Dalam
olah raga basket juga ada. Seorang pemain yang berhasil mencetak 2.000
poin, atau memasukkan lebih dari 1.000 kali tembakan-tiga-angka selama
bermain ... catatan itu akan menjadi sejarah, sekaligus momentum bagi
sang pemain. Tak jarang pemain yang mampu menembus 1.000 poin dalam bola
basket misalnya, akan terpacu untuk mencatat poin ke 2.000, 3.000, dan
seterusnya. Kalau dengkulnya masih kuat alias masih mampu bermain di
level tertinggi. Hahaha...!
Oya, untuk selingan ... izinkan saya memberi semangat khusus bagi Bapak Achmad Yurianto, selaku Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 supaya tetap sehat, kuat, semangat, dan tabah. Itu sebabnya artikel ini saya pakai gambar beliau. Nggak mudah lho setiap hari keluar di televisi, lalu berdiri di balik mimbar untuk mengumumkan perkembangan Covid-19 di Indonesia. Mana kalau sampai (dianggap) salah ucap akan dibully ... coba situ jadi Achmad Yurianto ... bisa dijamin melakukan yang lebih baik dibandingkan beliau? #hadeh
Jadi,
mari bersyukur untuk progress yang semakin menunjukkan harapan untuk
penanganan Covid-19 di bidang medis. Teruslah mendoakan para pejuang di
garda depan, dukung pemenuhan Alat Perlindungan Diri, asupan gizi,
tempat tinggal (sementara), atau apa pun yang bisa dilakukan ... juga
kesiapan dalam menaati imbauan pemerintah supaya Covid-19 dapat
diminimalisir, tanpa perlu bertanya: “Kok orang itu boleh melanggar,
saya tidak?” Ya, kalau mau terkena Covid-19, bahkan kalau siap untuk
(maaf) modyaar seperti orang-orang yang sembrono itu ... ya sekarepmu!
Kita
semua berharap dan mendoakan agar para tim medis senantiasa mendapat
kekuatan baru untuk mengembangkan terapi plasma, juga setiap upaya
pengobatan yang selama ini dilakukan, demi semakin banyaknya kesembuhan
yang dapat menghiasi layar kaca, media cetak, dan laman berita online
kita setiap hari.
Kita juga berharap angka 1.000 kesembuhan
bisa segera terjadi, untuk semakin menebalkan rasa optimisme dan asa
kita semua, bahwa peperangan melawan Covid-19 ini bisa kita menangkan
lewat kerja sama berbagai pihak, juga dukungan yang kita berikan pada
setiap upaya yang dilakukan dengan komando utama dari Presiden Joko
Widodo selaku Presiden Indonesia.
Ayo, segeralah datang 1.000 kesembuhan!
Kekuatan Negara Disaat Darurat, Andai Bukan Jokowi yang Pimpin, Krisis-kah Kita?
Banyak
negara yang tumbang akibat dari corona ini. Sekalipun dia negara besar
seperti Amerika, maupun negara kecil seperti Yemen, semuanya begitu
terdampak akibat pandemik yang awalnya muncul di Wuhan, China.
Sejak
akhir 2019 sampai sekarang dimana sudah kurang lebih hampir setengah
tahun virus ini belum selesai juga. Para ahli di seluruh duniapun
ternyata Belum menemukan vaksin yang jitu untuk bisa mematikan virus
yang tergolong baru ini. Bahkan sampai asal muasal virus ini-pun yang
menyatakan datang dari kelelewar, tentang hal ini-pun pengujiannya masih
butuh waktu yang lama.
Jika melihat data dari worlmeter.info/coronavirus,
terlihat data update terbaru per tanggal 21 April, total orang sudah
terinfeksi lebih dari 2,5 juta orang di seluruh dunia. Dan Amerika
sebagai pemasok kontribusi terbanyak akan virus ini, dengan total
mencapai 820 ribu pasien positif. Sementara angka pertambahan di China
yang kini masih stabil masih berada di angka 80 ribuan.
Yang
semula China beada di posisi pertama kini sudah berada di posisi
kesembilan. Tujuh negara lain yang menyalip angka pertambahan di Wuhan
tersebut, adalah Spanyol, Italia, Francis, German, Inggris, Turkey dan
Iran. Angka di Eropa dan Amerika sudah di atas 100 ribuan orang,
sementara dua negara Timur Tengah sedang mendekati angka 100 ribu.
Artinya
dengan angka-angka yang kita lihat tersebut di atas, sepertinya
pandemik ini masih akan lama bertengger di muka bumi kita. Dan
satu-satunya pihak yang bisa mengatasi penyebaran pandemik ini adalah
kita sendiri. Kita yang taat dan patuh terhadap anjuran pemerintah, maka
apapun itu yang namanya virus tidak akan bertambah lagi.
Sebab
sampai sekarang China adalah patokan bersama di seluruh dunia di dalam
pencegahan penyebaran virus ini. Sampai akhirnya kita bisa menemukan
obat atau vaksin yang betul-betul mematikan covid 19 ini. Jika belum
ditemukan vaksin tersebut, maka jangan harap kita bisa kembali kepada
kehidupan normal kita.
Kemudian
langkah-langkah pengobatan yang sudah ditemukan sekarang ini yang
ternyata sangat efektif di dalam mengobati para pasien tersebut adalah
teknik pengobatan konvalesen. Teknik ini mengambil sel anti bodi yang
sudah ada pada diri pasien yang sembuh. Dan tinggal memasukkan ke pasien
yang masih sakit.
Dan
untuk bisa menyembuhkan semakin banyak orang lagi dengan kondisi bangsa
kita yang sudah mencapai angka 7.400-an kasus, tentu kita berharap
banyak kepada teknik konvalesen ini. Dimana meskipun korban kian
bertambah asal sejak awal teknik pengobatan ini dilakukan, tentu akan
mengurangi angka kematian yang ada.
Disamping
itu butuh kesadaran kita semua, bahwa mereka-mereka yang mungkin sudah
mulai merasakan gejala-gejala awal, sedini mungkin untuk menggunakan
masker yang ada. Seperti batuk, demam, juga ketika sudah tidak bisa lagi
merasakan aroma bau ataupun rasa di mulut kita maka segeralah untuk
mengisolasi diri sendiri. Supaya lewat tindakan kecil itu, kita tidak
menjadi carrier atau pembawa virus tersebut ke yang lain.
Kemudian
langkah yang tak kalah pentingnya adalah langkah yang telah dilakukan
oleh Jokowi di saat ini. Dengan berani menggelontorkan dana hingga
ratusan triliun, tapi dana-dana tersebut harus betul-betul sampai ke
masyarakat dan dirasakan manfaatnya sebesar-besarnya. Mulai dari bantuan
tunai langsung, hingga bantuan sembako langsung. Kemudian program kartu
pra kerja, bantuan semi tunai yang juga tujuannya meningkatkan
kemampuan dari SDM Indonesia.
Putar
cara untuk bisa mendapatkan modal yang cukup di dalam memenuhi itu
semua. Seperti realokasi dana APBN yang ada ke sektor-sektor yang mampu
membuat ekonomi keluarga demi keluargadi Indonesia ini bisa bertahan.
Juga memberikan insentif kepada para pengusaha supaya usahanya tetap
berjalan dan tidak melakukan PHK besar-besaran. Bantuan langsung tunai
dari anggaran Dana Desa. Dimana jika melihat sejarahnya Dana Desa sudah
kurang lebih 6 tahun bergulir sejak pemerintahan Bapak Jokowi.
Artinya
dengan itu semua, modal yang cukup, pembangunan yang terus berjalan di
bangsa ini, bagaiamana seandainya jika 5 tahun yang lalu bukan Jokowi
yang pimpin? Bisakah kita sebertahan dan masih sekuat sekarang?
Dipercaya oleh dunia, dan tetap mau berinvestasi besar-besaran di tanah
air kita sekalipun krisis covid 19 masih berlangsung. Itu semua tentu
tak terlepas karena negara-negara lain melihat sosok Jokowi yang memang
dapat dipercaya dan mampu mengubah bangsa kita menjadi bangsa yang
besar.
Siapakah Oknum Yang Memprovokasi Penjarahan Nasional 30 April Nanti?
Astaghirullah, tadi penulis tidak sengaja melihat screen shot ajakan provokasi yang akan dilakukan pada tanggal 30 April nanti seperti yang terlihat berikut ini:
Dari postingan di atas, dia menuliskan ajakan provokasi sebagai berikut:
KRISIS SUDAH SAATNYA MEMBAKAR !
AYO KUMPUL DAN RAMAIKAN 30 APRIL 2020 AKSI PENJARAHAN NASIONAL SERENTAK, SEMUA TOKO YG ADA DI DEKAT KITA BEBAS DIJARAH.
Wow, sungguh mengerikan bukan ajakan provokasi pada tanggal 30 April nanti dan ditulis dengan huruf kapital semuanya!
Padahal
tanggal 30 April itu masih dalam awal bulan suci Ramadhan bagi umat
Islam tapi dia malah memprovokasi untuk melakukan penjarahan nasional?
Tapi sayangnya, dalam screen shot postingan ajakan provokasi tersebut tidak kelihatan nomor lengkapnya jadi kita tidak bisa melacak siapa provokator tersebut.
Eit, tunggu dulu…
Jika provokator tersebut tidak bisa dilacak, lalu ngapain penulis angkat dalam tulisan ini? Wkwkwkwk
Santai guys…
Penulis lalu membagikan screen shot tersebut ke beberapa grup WA dengan harapan ada yang memiliki screen shot
postingan provokasi tersebut secara lengkap dan alhamdulillah salah
satu sahabat kita sudah mendapatkan informasi siapa orang tersebut dari
pihak “terkait” seperti yang terlihat berikut ini:
Dan
ada juga sahabat kita lainnya yang malah memberikan versi lengkap
postingan ajakan provokasi tersebut yang memperlihat secara jelas
nomornya beserta postingan provokasinya seperti terlihat berikut ini:
Maaf,
penulis tidak bisa menampilkan nomor lengkapnya dalam tulisan ini
meskipun penulis sudah menyimpan versi lengkapnya sebagai bukti dan
informasi tentang provokator ini juga sudah sampai di tangan pihak
berwajib!
Dari informasi di atas, kita mendapatkan sekilas nama yaitu Ravio Patra.
Setelah
memiliki nomor lengkapnya, penulis lalu melacak siapa pemilik nomor
tersebut dan menemukan jejaknya dalam sebuah postingan di facebook yang
beralamat di https://web.facebook.com/pktaindonesia/posts/tanggapan-aliansi-penghapusan-kekerasan-terhadap-anak-aliansi-pkta-atas-pernyata/472952779959950/?_rdc=1&_rdr
Dari postingan di atas, terlihat nama Ravio Patra (YNVAC) 0812667592xx
Penulis lalu penasaran dengan apa sih itu YNVAC?
Akhirnya, penulis menemukan bahwa Ravio Patra ini pernah menjadi Koordinator National Youth Network on Violence Againts Children (YNVAC) Indonesia yang merupakan partner dari Unicef Indonesia.
Sungguh sangat miris…
Ravio
Patra (pernah) bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus
melawan kekerasan terhadap anak-anak tetapi malah membuat postingan
ajakan untuk melakukan kekarasan di Indonesia pada tanggal 30 April
nanti?
Benarkah ini postingan Anda?
Jujur,
siapa pun orang yang memprovokasi hal seperti ini sangat berbahaya
karena dia tidak peduli apa dampak dari ajakan provokasinya terhadap
rakyat Indonesia. Jika ajakan provokasinya disambut oleh pihak lain yang
memang anti terhadap pemerintahan Indonesia yang sah saat ini di bawah
kepemimpinan Presiden Jokowi, lalu muncul kerusuhan di seluruh Indonesia
yang menyebabkan chaos dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia,
apakah dia mau bertanggung jawab???
Begitu
mudahnya dia memposting ajakan untuk melakukan penjarahan nasional yang
bisa membuat kerusuhan di seluruh pelosok Indonesia, atau memang ini
yang dia inginkan, menghancurkan Indonesia?
Kepada
Ravio Patra yang (pernah) bekerja sebagai Koordinator Nasional YNVAC
atau kepada siapa pun orang dibalik provokasi ini, apakah Anda tidak
malu "memprovokasi" rakyat Indonesia untuk melakukan penjarahan nasional
pada tanggal 30 April nanti?
Apakah Anda tidak peduli bagaimana nasib rakyat kecil di tengah wabah virus Corona ini?
Di saat seperti ini, masih ada yang tega memprovokasi rakyat untuk melakukan aksi kerusuhan nasional?
Dimana hati nurani Anda?
Akhir kata, penulis ingin menyampaikan kepada Ravio Putra…
Anda boleh ngeles bahwa itu bukan postingan Anda karena tidak memperlihatkan nomor lengkapnya…
Anda boleh ngeles bahwa itu bisa saja nama yang sama…
Tapi satu hal yang harus Anda ingat bahwa penulis sudah memiliki screen shot asli postingan ajakan provokasi tersebut yang memperlihatkan secara jelas nomor HP-nya.
Dan
setelah penulis lacak, nomor HP tersebut terkait atas nama Anda yang
pernah menjadi Koordinator Nasional sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Jika
Anda merasa bahwa bukan Anda yang melakukan provokasi tersebut atau ada
yang hack nomor WA Anda, lalu membuat postingan ajakan penjarahan
nasional, silahkan Anda jelaskan pada pihak berwajib nanti.
Informasi terakhir, bahwa orang dibalik aksi provokasi ini sudah diciduk beberapa jam setelah penulis bagikan screen shotnya di beberapa grup WA.
Terima Kasih atas bantuan para sahabat yang sudah membantu agar kasus provokasi ini segera tuntas!
Wassalam,
Nafys
Tulisan sebelumnya https://seword.com/politik/jejak-digital-din-syamsuddin-dan-soeharto-seorang-LHVCWz7qg6
Edan! Dalam Senyap Anies Hilangkan Ratusan Milyar di Tengah Corona?
Inilah
perbedaan mencolok RI 1 dan DKI 1. Jika dalam senyap Jokowi bangun RS
khusus corona hanya dalam 20 hari, beda halnya dengan DKI 1. Dalam
senyap ia hilangkan uang 200 Milyar yang setara dengan setengah biaya
pembangunan RS khusus corona. Ke mana uang tersebut dihilangkan Anies?
Ternyata
Anies telah membayarkan 200 Milyar untuk komitmen Formula E. Padahal
gelaran tahun ini sudah ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Telak keputusannya menuai protes keras dari PSI. Padahal awal Januari
Anies menyatakan telah memantau penyebaran corona dalam senyap. Tapi
tiba-tiba bulan Februari uang DKI malah buat bayar Formula E.
Seperti diberitakan tempo.com,
Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di DPRD DKI Jakarta
mempersoalkan pembayaran biaya komitmen atau commiment fee
penyelenggaraan Formula E pada 2021 oleh pemerintah DKI. Anggota PSI,
Anggara Wicitra Sastroamidjojo, mengatakan pemerintah sudah membayar Rp
200 miliar dari total tagihan Rp 396 miliar.
"Balapan
tahun 2020 ini saja belum jelas apakah akan dilaksanakan, kok malah
sudah bayar commitment fee untuk balapan tahun depan 2021," kata Anggara
dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 22 April 2020.
Data
itu diperoleh dari laman dashboard-bpkd.jakarta.go.id. Realisasi
belanja Dinas Pemuda dan Olahraga DKI hingga 15 April menunjukkan telah
dibayarkan uang commitment fee senilai Rp 200,3 miliar.
Menurut
Anggara, uang itu dikucurkan kepada Formula E Operations Limited (FEO)
selaku pemilik lisensi balap Formula E pada Februari 2020. Uang itu
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) DKI 2020.
"Memang
pada Februari belum ada status darurat bencana Covid-19, tapi sejak
Februari itu Gubernur DKI Jakarta sudah banyak komentar soal Covid-19,"
ucap Wakil Ketua Komisi E Bidang Kesra DPRD DKI ini.
Padahal,
dia menambahkan, uang commitment fee Formula E dapat dialihkan untuk
membiayai penyediaan bantuan sosial (bansos) bagi warga terdampak
Covid-19 selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta. Anggara
mempertanyakan sikap pemerintah DKI yang memprioritaskan ajang balap
ketimbang penyediaan bansos.
"Jangan
sampai untuk balapan mobil uangnya ada, tapi giliran bansos uang tidak
ada. Saya dapat laporan sampai sekarang masih ada ratusan ribu warga
Jakarta tidak dapat bansos," jelas dia.
Sekarang
masyarakat Indonesia tahu betapa biadabnya DKI 1 ini. Saat ia teriak
minta lockdown Jakarta dan mengaku kekurangan uang untuk menyantuni
warga miskin, ia tak tahu malu meminta pemerintah pusat. Padahal dirinya
sendiri diam-diam memuluskan ambisi Formula E di tengah corona.
Belakangan
bansos DKI ketahuan banyak salah sasaran. Saat DPRD Fraksi Golkar
melakulan sidak ditemukan bansos diberikan pada warga yang memiliki
mobil, tapi seorang warga miskin sebatang kara malah tak dapat bansos.
Ada juga kabar bansos diberikan ke orang kaya yang rumahnya bernilai 7 M
dan anggota DPRD. Untungnya sebagian yang salah sasaran mau
mengembalikan bansos, kalau tidak bagaimana nasib warga miskin DKI.
Di
saat Pemprov Jabar memotong gaji hingga THR ASN golongan tinggi guna
menanggulangi corona, Pemprov DKI tak mau kelaur sepeserpun. Anies
dengan kelicikannya malah sengaja membuat Pemerintah pusat bangkrut
dengan terus meminta sumbangan dan berencana memperpanjang PSBB.
Semoga
saja Jokowi lewat Sri Mulyani mau turun tangan memotong semua gaji dan
insentif Pemprov DKI terutama insentif Anies dan Riza Patria. Jangan
sampai DKI yang APBD setinggi langit ngemis bantuan lagi tapi yang
daerah lain dengan APBD jauh lebih kecil sudah bisa mandiri.
Anies
tak usah berpura-pura mengatasnamakan warga miskin lagi. Sejauh ini DKI
memang ketahuan paling sedikit prosentasenya dalam menangani corona
ketimbang Jabar dan Jateng. Bahkan daerah seperti Jember bisa
menanggarkan uang setengah triliun.
Percuma
koar-koar dengan suara bergetar soal jumlah meninggal akibat corona
bila pemberian bansos saja disunat. Padahal awal April menjanjikan 1
juta per KK, tanggal 11 April yang turun cuma 600 ribu. Itupun di daerah
seperti Depok malah ketahuan bantuannya disunat RT dan RW.
Anies
harusnya malu dan meminta maaf secara terbuka. Lantaran ambisi Formula
E, lantaran bagi-bagi dana hibah untuk banyak ormas di DKI, kini tak ada
anggaran tersisa di tengah corona. Harusnya dia sudha merelakan semua
gajinya baru teriak bantuan ke pusat. Itupun kalau masih malu, kalau mau
gentle lagi tirulah stafsus Jokowi, Belva Devara yang mundur teratur.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
Kita Kalahkan Corona Dengan Semangat Gotong Royong Saling Membantu. Indonesia Bisa!
Tak
hanya Indonesia, seluruh negara di dunia saat ini sama-sama terkena
dampak dari penyebaran virus corona Covid-19, yang sampai sekarang belum
ada obatnya. Tapi, dengan belum ditemukannya obat dari virus Covid 19
ini, bukan berarti kita berpangku tangan pasrah menunggu mati dilibas
wabah corona.
Ada
banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan virus corona. Kita
bisa memutus rantai penyebaran corona dengan banyak cara. Intinya adalah
sikap disiplin, saling peduli dan saling bantu yang kita wujudkan dalam
perbuatan kerja keras, solidaritas dan gotong royong di segala aspek
kehidupan.
Untuk
itu semua harus saling sinergi bahu membahu dengan 1 tujuan yaitu
mengalahkan corona. Jangan ada agenda lain di antara kita. Sebab ini
persoalan kemanusiaan. Titik ngga pake koma embel-embel apapun di
belakangnya.
Dan
yang namanya urusan kemanusiaan, sudah seharusnya dan selayaknya
menembus semua batas perbedaan. Sebab apapun perbedaan yang melekat
dalam diri ini, kita semua ternyata sama. Sama-sama berstatus manusia
ciptaan Tuhan.
Makanya
saya sangat sedih saat ada urusan kemanusiaan yang ditarik untuk
memperuncing perbedaan SARA. Sesedih itulah saat saya membaca sebuah
berita tentang nasib tragis yang dialami Yuli (43), warga Lontar Baru,
Kota Serang, Banten. Yuli meninggal setelah dua hari tidak makan. Yuli
menahan rasa lapar bersama keempat anaknya. Mereka hanya minum air galon
isi ulang.
Keadaan
Yuli memang memprihatinkan. Selama ini Yuli hanya bekerja sebagai buruh
lepas dengan gaji Rp 25.000 per hari. Kholid suami Yuli hanya bekerja
sebagai pemulung.
Selama wabah corona ini terjadi, otomatis tak banyak hasil yang bisa
mereka bawa pulang untuk menghidupi mereka sekeluarga. Program bantuan
pemerintah juga tak mereka dapatkan sekalipun sudah berulang kali
mengajukan.
Nyesek
sekali rasanya melihat kenyataan tragis seperti ini terjadi di negara
kita, di depan mata kita pula. Kitapun jadi berandai-andai jika
seandainya kita tahu lebih awal, pasti keluarga Yuli kita bantu bla bla
bla dll dst.
Dari
sinilah saya akhirnya menyimpulkan tak ada gunanya berandai-andai dan
menyesali peristiwa tragis yang sudah terjadi. Yang perlu kita pikirkan
dan lakukan dengan segera adalah: jangan sampai ada Yuli-Yuli lainnya
yang mati kelaparan di tengah wabah corona yang menyerang Indonesia
entah sampai kapan.
Jalan
tercepat untuk menyelesaikan masalah ini adalah kita seluruh rakyat
Indonesia harus solid bersatu melawan Covid 19. Dalam kata solid
terkandung nilai-nilai kekompakan, giat dan tulus bergerak saling
membantu satu sama lain tanpa memandang perbedaan.
Semua
lapisan masyarakat harus bergerak. Dari pihak pemerintah melakukan
semua upaya terbaik di segala bidang untuk memperkecil bahkan mengakhiri
krisis ekonomi ini sesegera mungkin.
Dari
pihak kita sebagai rakyat juga harus percaya pada kerja keras yang
dilakukan pemimpin negara kita dengan segenap jajarannya. Kita wajib
mendukung dan mendoakan pemerintah. Bukan malah nyinyir, mencela,
menghujat bahkan memfitnah pemerintah negara kita sendiri.
Silakan
dilaporkan apa yang perlu dilaporkan. Silakan kritik juga apa yang
perlu dikritik. Sampaikan semuanya dengan baik sebab tujuannya memang
untuk kebaikan. Dari sinilah akan ketahuan dengan sendirinya kritikan
kita untuk membangun atau untuk menjatuhkan.
Sebagai
rakyat, kita juga tak boleh hanya menuntut pemerintah. Rakyat juga
harus proaktif, kreatif dan mau mengambil inisiatif agar diri sendiri
dan keluarga bisa bertahan, plus membantu orang lain di sekitar kita
terutama orang-orang yang taraf hidupnya tak seberuntung kita.
Sebab salah satu keyakinan dalam hidup saya adalah:
“Sesederhana apapun perbuatan baik yang kita lakukan takkan pernah sia-sia sekalipun dipandang sebelah mata oleh orang lain. Sebab Tuhan yang mencatat dan akan membalasnya pada kita, bukan manusia."
Dalam
jiwa masyarakat Indonesia sendiri, sejak dulu sudah tertanam sikap
gotong royong tanpa memandang perbedaan. Semangat gotong royong inilah
yang perlu kita perbanyak lakukan dalam rangka mengalahkan virus corona
secepat mungkin.
Berikut
ini akan saya tuliskan sikap gotong royong yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari di sekitar kita. Saya mencari datanya dan mendapatkannya
langsung dari teman-teman dekat saya. Jujur saya terharu dengan
inisiatif yang didasarkan pada hati yang tulus ingin membantu sesama
seperti ini.
Skalanya
mungkin kecil hanya di lingkungan setempat. Tapi di mata saya perbuatan
semacam ini amat sangat berarti di tengah-tengah kegoisan manusia yang
makin bertambah jahat ini.
Pertama. Forum Peduli NKRI.
Di
Bali ada sebuah perkumpulan bapak-bapak, emak-emak muda dan muda mudi
lintas SARA yang diberi nama Forum Peduli NKRI. Sudah 3 tahun saya
terdampar di dalamnya dan saya bahagia bisa berada di sana. Orang-orang
hebat yang sudah jadi keluarga saya dalam susah maupun senang.
FP
NKRI aktif bergerak mengumpulkan dana cash maupun sumbangan non cash.
Dari kegiatan ini, FP NKRI berhasil membagikan ratusan APD bagi para
tenaga medis berupa 500 pcs masker N95, 500 pcs perisai pelindung wajah
dan 100 pakaian kedap gas (hazmat).
FP
NKRI juga membagikan 100 paket sembako yang berisi 1 botol hand
sanitizer, 5 pcs masker, 3kg beras, 6 butir telur, 6 bungkus mi instant,
500 mg minyak, 500mg gula dan 250 mg kopi yang langsung dibagikan pada
kaum lansia miskin, anak yatim piatu dan pemulung. Rekan-rekan FP NKRI
sendiri yang turun langsung ke lapangan memberikan bantuan ini pada
sesama yang membutuhkan.
Kedua. Forum Peduli NKRI Palembang, Sumatra Selatan.
FP
NKRI yang awalnya dibentuk di Bali, sekarang sudah ada di beberapa
daerah di Indonesia. Salah satunya di Palembang, Sumsel. FP NKRI
Palembang juga tak mau ketinggalan. Anak-anak muda lintas SARA ini
menggalang dana sehingga mereka bisa membagikan 5000 pcs masker kain,
1000 paket nasi dari MAKIN (Majelis Agama Konghucu Indonesia) Palembang,
yang sebelumnya sudah membagikan 2000 paket sembako kepada masyarakat
Palembang.
FP
NKRI Palembang juga memberikan bantuan masker pada RS Muhammadiyah
Palembang yang diterima oleh kepala ruang laboratorium, Ibu Yusruliani.
FP NKRI Palembang juga memberikan bantuan masker untuk Rumah Sakit Advent Bandar Lampung yang diterima oleh dr. Hendro Suryadi.
Ketiga. Gerakan Gotong Royong Warga.
Adalah
seorang Eric Limantara, teman SMA saya. Gara-gara corona, Eric jadi
sensitif dengan kata gotong royong. Bersama rekan-rekannya, Erick
bergotong royong membentuk Gerakan Gotong Royong Warga untuk membantu
warga di Surabaya. Dari warga untuk warga, seperti itu kurang lebih
konsepnya.
Erick
and friends yang berhasil menggalang dana dari pengusaha, warga
lingkungan Theresia Avila dan penyumbang-penyumbang lainnya langsung
turun ke kelurahan-kelurahan di Surabaya demi bisa menjangkau keluarga
PDP dan keluarga yang anggotanya meninggal gara-gara corona; asisten
rumah tangga, pekerja, dan karyawan yang di-PHK; tukang ojek pangkalan,
tukang becak dan sopir angkot yang tidak beroperasi; pedagang asongan
dan keliling yang sudah tidak bekerja; tukang bangunan dan buruh; janda
miskin; petani penggarap dan nelayan; lansia; penyandang disabilitas
serta panti asuhan dan panti jompo.
Di
bulan April ini, Gerakan Gotong Royong Warga sudah berhasil membagikan
1200 pcs masker dan membagikan beras ke 138 rumah di RW 1-4 Kelurahan
Airlangga Surabaya.
Keempat. Perkumpulan perempuan peduli.
Adalah
10 perempuan (Vony, Nina, Titik, Erika, Dini, Ika, Oemy, Tititn, Ipeh
dan Adhe) yang tergabung dalam anggota senam aerobic MaxGym, paguyuban
SDK Cor Jesu dan Komunitas YES (Young Entrepreneurs Squad) di kota
Malang. Mereka memasang pengumuman dan membuka pengumpulan khusus berupa
barang, bukan uang tunai.
Barang-barang
yang mereka terima berupa beras, minyak, gula, sirup, kopi, kecap dan
susu langsung dipacking dan dibagikan pada para pengemis, tukang becak
dan pengatur lalu lintas di jalan.
Terharu
sendiri melihat solidaritas dan gotong royong lintas SARA seperti ini.
NKRI banget. Inilah Indonesiaku yang sesungguhnya. Semuanya bahu membahu
membantu sesama yang juga berarti ikut membantu meringankan tugas
pemerintah.
Akankah
gerakan kecil nan sederhana membantu sasama ini bisa menjadi contoh
sekaligus mengetuk hati kita untuk dilakukan bersama-sama di lingkungan
kita??? Percayalah! Semua perbuatan baik yang kita lakukan takkan
pernah sia-sia. Amin. Terpujilah Tuhan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kita-kalahkan-corona-dengan-semangat-gotong-royong-hsWBbLieQJ
Re-post by MigoBerita / Kamis/23042020/12.02Wita/Bjm