» » » » » » » Big Oil dan Big Pharma hingga Teori Konspirasi atau IGNORANT

Big Oil dan Big Pharma hingga Teori Konspirasi atau IGNORANT

Penulis By on Selasa, 12 Mei 2020 | 1 comment

Menganalisis “Teori Konspirasi”

Asumsi yang dibangun oleh pengikut teori konspirasi adalah “ada sekelompok manusia (“elit global”) yang mendesain dunia ini. Mereka sedemikian berkuasanya sehingga apapun yang terjadi hari ini adalah hasil desain mereka.”
Sementara, asumsi yang dimiliki para penstudi Ekonomi Politik Global: tak ada aktivitas ekonomi yang terjadi di ruang kosong (pure economic), melainkan pasti ada frame politiknya. Politik dan ekonomi, keduanya saling berjalin-berkelindan.
Nah, saya coba kasih panduan cara membedakan mana “teori konspirasi”, mana “kajian Ekonomi-Politik Global”.
1. Apakah ada sekelompok orang yang ingin menguasai ekonomi dunia?
Jelas ada: Big Oil, ingin menguasai suplai minyak dunia. Big Pharma, ingin menguasai suplai obat-obatan dunia. Ada banyak perusahaan transnasional/multinasional di dunia ini. Mengapa orang-orang tajir dunia mendirikan sangat banyak “jejaring” perusahaan di berbagai penjuru dunia? Ya jelas karena INGIN menguasai perekonomian dunia supaya profitnya lebih besar lagi.

2. Apakah perekonomian dunia saat ini dikuasai segelintir orang?
Ya. Laporan dari Credit Suisse (ini lembaga finansial terkemuka dunia), 1 persen populasi terkaya di dunia sekarang memiliki lebih dari setengah kekayaan dunia.

3. Mereka bisa seperti itu, by design atau by nature?
By nature artinya: alami saja, dengan alamiah, karena mereka kerja keras, mereka bisa sedemikian kayanya. Anda percaya? Saya sih no.
Akumulasi kekayaan yang sangat dahsyat itu, jelas by design artinya: mereka melakukan berbagai strategi dan upaya, halal ataupun kriminal.

4. Apakah ada strategi politik dalam rangka meraih kekuasaan ekonomi?
Ya, ingat lagi asumsi ekonomi-politik global tadi. inilah “by design” yang di no.3. Para pemilik modal besar akan bekerja sama dengan politisi sehingga melahirkan UU yang menguntungkan para pemodal ini. Atau, bekerja sama dengan lembaga pemberi utang dunia. Misalnya, IMF saat memberi utang kepada negara yang nyaris bangkrut, mensyaratkan privatisasi, artinya perusahaan-perusahaan negara harus dijual ke swasta. Siapa yang sanggup beli? Ya jelas pemodal besar.

5. Apakah ketika orang-orang itu menerapkan politik-ekonomi itu, adakah kemungkinan kecurangan terjadi?
Ya, sangat mungkin. Banyak kan kasus anggota DPR yang terbukti menerima suap dari pebisnis?

6. Apakah ada yang disebut “epistemic community”?
Ya ada. Ini dibahas di buku-buku literatur HI, cek saja. Epistemic comunity adalah komunitas para pakar yang berperan penting dalam tercapainya konsensus di organisasi-organisasi internasional. Misalnya, dalam upaya penanggulangan Covid, siapa pakar yang berperan penting di WHO, sehingga WHO mengeluarkan instruksi untuk lockdown? Apakah tidak ada pakar yang berpendapat sebaliknya? Ada. Lalu mengapa pakar yang setuju lockdown yang diterima WHO, sedangkan pakar yang berpendapat sebaliknya diabaikan? Karena, si pakar yang antilockdown, tidak tergabung dalam epistemic community itu.

7. Mungkinkah epistemic community dipakai sebagai alat untuk meraih dan atau mempertahankan kekuasaan ekonomi?
Ya sangat mungkin. Banyak pakar di bidang kesehatan yang risetnya dibiayai oleh Big Pharma (atau yayasan yang bila dilacak ternyata berjejaring dengan perusahaan farmasi besar), sehingga rekomendasi-rekomendasi yang ia berikan tentu sangat MUNGKIN sejalan dengan kepentingan Big Pharma.
Poin 1-7 itu, termasuk dalam kajian ekonomi-politik global.

Nah sekarang, di poin 8 inilah perbedaannya:
8. Apakah SEMUA yang berjalan di muka bumi ini hasil desain oleh para pemodal besar dan SELALU BERHASIL?
Para penganut “teori konspirasi” mungkin cenderung menjawab IYA, karena asumsi mereka “ada elit global, yang sangat digdaya, yang mendesain semua yang terjadi di dunia ini.” Karena ada asumsi inilah, mereka terkadang mencocok-cocokkan fakta dan data dengan alur argumen yang flaw.
Saya (dan orang-orang yang lebih melihat fenomena ini dari sisi ekopol global), menjawab TIDAK.
Contoh kasusnya: para pemodal besar telah membuat proyek penggulingan Assad (demi jalur pipa gas Mediterrania; penguasaan sumber daya alam Suriah, dll). Ternyata, GAGAL.
Contoh lain, para pemodal besar telah membuat proyek Israel (dimulai sejak 1917, dimana Menlu Inggris berjanji kepada pengusaha tajir Yahudi, Rothschild, bahwa Inggris akan membantu mendirikan Israel di Palestina). Target akhir proyek ini, bukan cuma wilayah Palestina, tetapi Israel Raya (dari Nil hingga Eufrat, termasuk juga Suriah di dalamnya).
Sudah 72 tahun, jangankan memperluas wilayah keluar, mempertahankan Israel yang sekarang ini saja kelabakan, karena bangsa Palestina tidak pernah tunduk dan menyerah.
Yang kini sedang terjadi: sudah banyak bukti menunjukkan bahwa Big Pharma adalah pihak yang AKAN paling diuntungkan oleh Covid. Tapi, dunia sudah berubah. Internet membuat manusia sedunia berkomunikasi dengan sangat lancar, orang-orang punya keberanian dan kemudahan untuk mengungkapkan pendapatnya.
Dokter-dokter di AS (dan para pakar di negara lain) dengan berani merekam diri mengungkap berbagai kejanggalan, lalu diupload di medsos. Medsos Bill Gates juga habis “dihajar” para netizen yang marah. Proyek vaksinasi global Big Pharma (yang oleh Bill Gates disebut “final solution”) terancam gagal. Banyak negara yang sudah mencari solusi sendiri atas wabah ini.
Terakhir, pesan saya untuk kalian yang suka mengejek tanpa argumen (hanya menuduh ‘teori konspirasi’) apakah poin nomer 1-7 kalian jawab TIDAK? Maaf-maaf, kalau Anda jawab TIDAK, berarti Anda memang benar-benar ignorant. Kalau ga tau ignorant itu apa, cek kamus.

Re-post by MigoBerita / Rabu/13052020/11.31Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

nanalou 23 Mei 2020 pukul 08.09

Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*