Migo Berita - Banjarmasin - Fakta atau Hoax di Musim Covid19..hemmm..!!, begitu banyak info bahkan pesan berantai di media sosial kita saat musim Covid 19 ini, jadi bijaklah bermedsos sebelum berbagi dengan rekan, teman sejawat kita.
Terus Update artikel-artikel yang ada di MigoBerita hingga selesai tulisan, sehingga Paham.
[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Serangan Serangga Beracun di India Saat Pandemi Covid-19?
Sejumlah video yang diklaim sebagai video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19 beredar di media sosial. Di Facebook, video-video itu diunggah salah satunya oleh akun Aput Doang, yakni pada 11 Mei 2020. Terdapat lima video yang diunggah akun ini dengan narasi, "Warga India diserang serangga beracun."
Video pertama yang berdurasi 53 detik memperlihatkan seekor serangga yang menyerang seekor tikus hingga mati. Dalam video kedua berdurasi sekitar 1 menit, terlihat sejumlah warga yang tergeletak di jalanan. Beberapa di antaranya merupakan wanita dan mengenakan sari, pakaian khas para perempuan di India. Terdengar pula suara sirene ambulans dalam video ini.
Video ketiga yang berdurasi 9 detik memperlihatkan suasana di pinggiran jalan sebuah kota, di mana terdapat beberapa wanita yang tergeletak di trotoar. Dalam video ini, terdengar juga suara sirene mobil polisi. Video keempat yang berdurasi 45 detik menampakkan kawanan serangga yang beterbangan di sebuah kota.
Video kelima, berdurasi 26 detik, memperlihatkan seorang pria yang menggendong anak kecil yang tak sadarkan diri sembari menangis. Seorang petugas kemudian mengevakuasi anak kecil itu. Sementara dalam video keenam, terlihat sejumlah warga yang berlarian ke arah sebuah gedung sambil mengibaskan tangan di atas kepalanya.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aput Doang.
Apa benar video-video di atas adalah video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo memeriksa asal-usul enam video tersebut dengan terlebih dahulu memfragmentasinya menjadi beberapa gambar dengan tool InVID. Gambar-gambar itu kemudian ditelusuri dengan reverse image tool. Berikut ini fakta-faktanya:
Video ini pernah diunggah ke Yotube oleh kanal M. Outanalt pada 14 Juli 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Video tersebut diunggah dengan judul "The battle of animals. Mouse against wasp". Gambar tangkapan layar dari video pergulatan antara lebah dan tikus itu juga pernah dimuat dalam sebuah artikel di situs Ahaber.com pada 24 Oktober 2018.
Sumber: Kanal YouTube M. Outanalt dan Ahaber.com
Video ini pernah dimuat oleh kanal YouTube milik media India, IndianExpressOnline, pada 6 Mei 2020 dengan judul "Gas leaks from Visakhapatnam's LG Polymers plant, area vacated". Dalam keterangannya, diketahui bahwa video itu memperlihatkan peristiwa bocornya gas di pabrik milik LG Polymers di Visakhapatnam, India. Warga mengeluhkan kebocoran gas itu menyebabkan munculnya sensasi terbakar di mata dan ruam pada tubuh serta sulit bernapas.
Sumber: Kanal YouTube IndianExpressOnline
Video ini juga merupakan video peristiwa kebocoran gas kimia di lokasi industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India. Menurut keterangan di kanal milik media India, Times Now, yang mengunggah video itu pada 6 Mei 2020, enam orang tewas dan lebih dari 250 orang dirawat di rumah sakit akibat kejadian itu.
Sumber: Kanal YouTube Times Now
Video ini, dengan kualitas yang lebih baik, pernah diunggah oleh akun Facebook Rs-Loy pada 7 Mei 2020. Akun ini memberikan keterangan, "This happened on 204th and Valentine an outbreak of bees. I hope this is not the Chinese Hornet. #BreakingNews #Bees #Newyork." Untuk memastikan petunjuk lokasi tersebut, yakni New York, Tim CekFakta Tempo menelusuri nomor telepon yang tercantum pada papan nama CTown Supermarkets dalam video tersebut. Hasilnya, diketahui bahwa video itu memang diambil di New York, tepatnya di depan CTown Supermarkets di 204th Street, Bronx, New York.
Sumber: Akun Facebook Rs-Loy dan Google Maps
Video ini juga terdapat dalam video berita di kanal YouTube Times Now yang diunggah pada 6 Mei 2020 yang memperlihatkan peristiwa kebocoran gas kimia di lokasi industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India.
Sumber: Kanal YouTube Times Now
Video ini pernah diunggah oleh akun Twitter @EyeVallenatoo pada 9 Mei 2020. Namun, akun ini menuliskan keterangan bahwa video itu diambil di Amerika Serikat. Meskipun begitu, banyak komentar yang menyatakan bahwa video itu bukanlah video di AS, melainkan di Kolombia. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah taksi yang sempat terlihat dalam video itu yang disebut "zapatico". Taksi ini merupakan taksi khas Kolombia yang berukuran mungil dan berwarna kuning.
Sumber: Akun Twitter @EyeVallenatoo
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video-video di atas merupakan video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19 keliru. Enam video itu merupakan video dari beberapa peristiwa yang berbeda dan bukanlah video serangan serangga beracun di India saat pandemi Covid-19. Tiga video diambil dari kejadian bocornya gas kimia di sebuah pabrik di India. Dua video tidak direkam di India, melainkan di Amerika Serikat dan Kolombia. Sementara satu video lainnya telah beredar sejak 2018, jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19 di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
ZAINAL ISHAQ / Jumat, 15 Mei 2020 12:57 WIB
Sumber Berita : http://cekfakta.tempo.co/fakta/782/fakta-atau-hoaks-benarkah-ini-video-serangan--serangan-beracun-di-india-saat-pandemi--covid-19
Inikah Bukti Kalau JK “Musuh Dalam
Selimut” Buat Jokowi?
Wabah
Covid-19 memang seakan mengingatkan kita pada akhir dunia. Dan wabah
ini memang sudah memakan korban 300 ribuan nyawa, dengan jumlah kasus
mencapai 4,6 juta orang. Di Indonesia sendiri sudah ada 17 ribu kasus,
menempatkan negara kita di urutan 33 di dunia berdasarkan jumlah kasus.
Nah,
dalam bayangan saya, seperti di film-film yang ber-genre kehancuran
dunia bikinan Hollywood, para ilmuwan akan berlomba-lomba memberikan
proposal solusinya kepada presiden. Semuanya diterima dan dikaji
langsung oleh sebuah forum yang berisi para ahli dari berbagai disiplin
ilmu. Pengkajian berlangsung cepat. Bahkan ide mengebor meteor pun
dipertimbangkan. Jika ada sedikit saja titik terang dalam solusi itu,
para ilmuwan langsung bergerak buat mengujinya. Set set set, masalah
kehancuran bumi pun diatasi secara tuntas dalam satu film.
Sayangnya,
di dunia nyata sangat berbeda. Masih ingat kan cerita tentang
perjalanan surat dari dr. Monica Rahardjo yang berisi usulan Terapi
Plasma Konvalesen (TPK) kepada Presiden Jokowi? Begitu banyak pihak yang
dimintai tolong oleh Pimpinan Seword, Mas Alifurrahman, hingga 2
minggu, surat itu tidak juga sampai buat dibaca oleh Presiden Jokowi.
Yang cukup mengejutkan, ternyata lewat perantaraan partai politik lah,
yang akhirnya bisa menghantarkan surat itu ke tangan Pak Jokowi. Dalam
hitungan jam, Presiden Jokowi memberikan respons dengan cepat dan usulan
itu pun akhirnya dibahas langsung dengan presiden, tentunya oleh dr.
Monica.
Saya sempat sedikit down
dengan kenyataan itu. Bukan kah kita semua sedang berupaya keras buat
mencari solusi terhadap Covid-19 ini? Lebih cepat lebih baik kan?
Nyatanya, banyak orang yang tidak menganggap bahwa solusi
obat/terapi/vaksin buat Covid-19 adalah tujuan utama kita bersama.
Sesudah
tersiar kabar bahwa Presiden Jokowi sudah mengetahui akan adanya TPK
ini, mulai deh lembaga besar bicara ke media. Seakan mereka lah yang
menginisiasi soal TPK ini. Seakan mereka yang paling tahu soal ini.
Padahal yang menyusun protapnya (prosedur tetap) ya dr. Monica dan
timnya. Protap ini lah yang dipakai oleh tim medis di bawah komando
Presiden RI. Sedangkan rumah sakit tempat uji coba TPK dari pemerintah
ya di RSPAD. Sementara lembaga besar itu, sebagai pihak swasta, harus
mencari plasma darah sendiri dari luar RSPAD. Dan mereka bekerja sama
dengan PMI, yang ketua umumnya adalah Jusuf Kalla (JK).
Banyak
sekali pernyataan lembaga ini di media soal TPK. Bahkan mungkin
melebihi jumlah wawancara yang dilakukan oleh dr. Monica. Pertanyaan
kita kan, kalau sudah tahu soal TPK, kenapa si lembaga ini tidak
mengusulkan sebelumnya ke presiden? Kenapa ramenya baru sesudah surat
dr. Monica sampai ke tangan Presiden Jokowi? Ya, dijawab masing-masing
saja.
Ok,
singkat cerita, TPK sudah memberikan hasil yang baik. Sudah ada
beberapa pasien yang berhasil disembuhkan. Kemudian pada hari Senin lalu
(11/5), Presiden Jokowi memberikan pernyataan bahwa TPK akan diuji coba
dalam skala besar terhadap para pasien Covid-19 yang masih dirawat,
seperti dilansir kompas.com.
Menurut Presiden Jokowi, TPK sudah memperlihatkan kemajuan yang
signifikan dalam upaya pengobatan pasien Covid-19. Beliau juga meminta
semua kementrian dan lembaga mendukung penuh seluruh hasil riset dan
inovasi pengobatan Covid-19, termasuk TPK. Proses-proses perizinan
diminta dilakukan dengan cepat dan juga disambungkan dengan industri,
baik itu BUMN maupun swasta Sumber.
Intinya kita semua diajak bersinergi untuk melawan musuh bersama,
dengan metode pengobatan yang sudah teruji bisa membantu penyembuhan
para pasien Covid-19. Termasuk TPK.
Namun,
sayangnya, keoptimisan dan ajakan bersinergi oleh Presiden Jokowi ini,
menurut saya ternoda, oleh pernyataan JK beberapa hari kemudian. Dua
hari kemudian, pada hari Rabu lalu (13/5), JK melontarkan pernyataan
yang saya bilang sih kurang elok lah. "Indonesia harus punya kontribusi
terhadap dunia dalam bidang sains untuk penanganan corona. Jangan
seperti selama ini, apa-apa minta dari China," kata JK di Kantor Lembaga
Eijkman. JK juga memaparkan kerja sama antara PMI dan Lembaga Eijkman
terkait terapi plasma untuk corona Sumber.
Loh?
Pertama, memangnya TPK ini punya China atau diusulkan dari China?
Kedua, buat apa melontarkan sentimen seperti itu, seakan-akan hasil
riset dan inovasi yang sudah disebutkan oleh Presiden Jokowi beberapa
hari sebelumnya itu semuanya berasal dari China. Dan dipakai di
Indonesia, hanya dengan alasan sudah dipakai di China. Kan enggak
begitu. Di mana penghargaan JK terhadap upaya dari anak bangsa sendiri?
Kalaupun ada bantuan dari China, apakah dengan menerimanya sama dengan
kita jadi negara boneka di bawah China?
Sebagai
rakyat, saya sangat kecewa dengan pernyataan negarawan seperti JK ini.
Kenapa tidak introspeksi diri? Tuh tanya ke lembaga yang kerja sama
dengan PMI, kenapa bukan mereka yang mengusulkan TPK sejak awal
kedatangan Covid-19 di Indonesia? Katanya metode ini sudah pernah
dipakai untuk wabah penyakit lain seperti SARS, MERS, hantavirus dan flu
burung kan? Mereka sendiri yang cerita kepada media Sumber.
Lalu kenapa mesti menunggu lama? Sesudah ada yang mengusulkan ke
Presiden Jokowi, baru deh ikut rame-ramenya. Tulisan ini adalah ungkapan
kekesalan saya, sekaligus mempertanyakan, inikah buktinya kalau JK
adalah seorang "musuh dalam selimut" yang siap "menerkam" Jokowi kalau
ada kesempatan?
Tentu
saja, lebih baik saya akhiri tulisan ini dengan ucapan terima kasih dan
selamat kepada dr. Monica serta timnya, dan kepada Mas Alif. Atas upaya
dan keberhasilan mereka dalam mengobati pasien Covid-19 dengan TPK.
Semoga makin banyak pasien yang bisa disembuhkan. Aamien….Sumber Utama : https://seword.com/politik/inikah-bukti-kalau-jk-musuh-dalam-selimut-buat-ICBBzX8LIZ
Gerombolan Media di Indonesia
Sudah Salah Langkah
Kalau
tidak salah 2 hari lalu saya membaca tuitan TirtoID yang menuliskan :
“Kami menganggap penting dan mendesak dilakukannya tindakan konkret oleh
Negara untuk membantu industry media, para wartawan dan seluruh pekerja
media yang terdampak oleh krisis akibat pandemi covid-19” ucap Anggota
Dewan Pers Agus Sudibyo.
Sebelum
munculnya berita rengekan perusahaan media meminta Negara untuk
membantu kelangsungan hidup mereka, jauh hari sebelum itu, saat isu
tentang Presiden Jokowki menggelontorkan Rp 72 miliar untuk para
influencer, saya juga pernah membaca pesan yang beredar di group
whatsapp, adanya ‘kecemburuan’ pihak media karena dari jumlah Rp 72
miliar tersebut, tak sepeserpun dialokasikan untuk mereka.
Isu
dana sebesat Rp 72 miliar itu muncul di bulan Februari 2020 dan
dikabarkan dana itu dikucurkan untuk mensosialisasikan langkah-langkah
yang harus dilakukan masyarakat dalam menyikapi wabah corona. Dan bukan
tanpa alasan jika kemudian Negara lebih memilih para influencer ketibang
Media resmi.
Seword.com
sendiri tidak termasuk pada gerombolan media yang sekarang sedang
merengek minta bantuan pada Negara. Tapi juga bukan bagian dari kelompok
influencer yang menerima kucuran dana dari Negara. Seword.com
dari sejak berdirinya adalah sebuah portal opini yang mandiri yang telah
menentukan dan menetapkan langkah untuk selalu mendukung orang baik
seperti Presiden Jokowi.
Tak
perlu pakai lama buat saya untuk memahami mengapa Negara lebih memilih
para Influencer dalam hal mensosialisasikan informasi terkait wabah
corona ketibang media, karena media sendiri dari sejak sebelum Pilpres
2019, mereka telah menentukan langkah keberpihakannya. Ambil contoh
media Tempo yang dalam satu-dua tahun terakhir ini selalu memuat atau
melansir berita-berita yang cukup menyudutkan dan/atau menyerang Negara.
Hal itu dengan jelas dapat dilihat saat keriuhan melanda bangsa ini
terkait RUU KPK. Serangan Tempo pada Negara ini bisa dikatakan cukup
konstan. Dan apa yang masuk ke pikiran kita? Mengapa Tempo, sebagai
media, tidak memilih untuk bersikap netral? Ya apalagi kalau bukan
karena ada pasokan uang dari pihak siluman yang ‘meng-hire’ dia.
Tak
hanya Tempo, beberapa media lain pun mulai memperlihatkan bermain api
dan mencubit-cubit Negara dengan menuliskan berita-berita yang dimuat
dari perspektif pihak -pihak tertentu yang notabene berseberangan dengan
‘Negara’. Dan dengan mudah masyarakat menilainya, “itu semua karena
mereka sudah dibuat kenyang”.
Sementara
Influencer? Selain para influencer ini adalah sosok-sosok pribadi yang
pandangan dan pemikirannya sudah ditentukan sejak mereka mulai dikenal,
juga karena para influencer ini tidak memiliki kewajiban untuk patuh dan
taat pada Undang-Undang Pers. Para influencer ini, dalam menuliskan
pemikiran dan pandangannya, juga tidak memiliki hak jawab dan mereka
secara pribadi, mempertanggungjawabkan setiap tulisan. Jadi resikonya
jauh lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan Media resmi seperti
Tempo. Selain itu, daya sebar tulisan influencer memiliki kecepatan yang
lebih tinggi ketibang media resmi, karenamereka memiliki jumlah
follower yang cukup lumayan banyak.
Dari
kondisi tersebut di atas, saya sering pertanyakan, “Apakah karena
kebebasan yang dibuka selebar-lebarnya kemudian meniadakan fungsi
pengawasan atau tidak adakah Dewan Kehormatan yang bisa menegur setiap
media yang tidak dapat lagi bersikap netral?”. Sejauh yang kita lihat,
di jaman digital seperti sekarang ini, media telah tumbuh dengan liar.
Dan
karena keliarannya itu pula, saat ini, Media sudah memiliki peran
seperti Pengadilan yang mampu menentukan nasib seseorang atau nasib
sebuah perkara. Satu isu kecil menjadi besar, satu isu biasa menjadi isu
luar biasa, click bait dan hoax dilakukan tanpa merasa bersalah. Kalau
sudah dihujat Netizen +62, mereka cuma mengumumkan bahwa isi berita
telah direvisi atau meminta maaf ala kadarnya. Dan itu semua sangat
merepotkan Negara. Berkali-kali, karena pemberitaan Media, pihak Negara
harus melakukan klarifikasi untuk hal yang sebenarnya tidak perlu.
Selama ini, Media bersikap seolah-olah tak membutuhkan Negara. Media
juta tak berusaha untuk memahami perilaku dan mental bangsa yang menjadi
pembacanya.
Dan
sekarang, dengan wabah covid-19, satu kelompok Media merengek pada
Negara untuk membantu memberikan ‘pernapasan pertolongan’ agar paru-paru
tetap berjalan normal.
Pertanyaannya,
adilkah sikap Media ini terhadap Negara jika sifat Media yang
seharusnya netral tak bisa mereka jaga? Negara tak meminta Media resmi
untuk berpihak padanya, Negara hanya meminta Media bersikap netral,
tidak berpolitik, dan berfungsi untuk mencerdaskan bangsa.
Sebagai
sebuah entiti, institusi, organisasi, dalam kondisi yang tak pasti
seperti sekarang ini, tak ada tempat lain yang bisa dimintai bantuannya
kecuali Negara. Sekali lagi, wabah corona telah memperlihatkan pada kita
semua bahwa kehidupan ini tak jauh dari masalah “take and give”. Jika
saja perusahaan Media mampu bersikap konsisten dengan visi dan misinya,
bersikap netral, mengajarkan bangsa ini bagaimana mencintai Negara
dengan tulisan-tulisan yang dilansirnya, niscaya, Negara pun akan hadir
untuk Media.
Media
di Indonesia sudah salah langkah dalam bersikap. Nasi sudah menjadi
bubur. Dan jika Negara bersedia membantu para perusahaan Media untuk
menyiapkan stimulus dananya, saya berharap, para media ini bisa kembali
ke jalan yang benar, sebagai media yang mampu bersikap netral. Kalau
Media menyalahi kondratnya, lebih baik biarkan saja mereka mati perlahan
ditelan dampak wabah corona.
Indonesia Harus Kembali Kepada
Ekonomi Kerakyatan Yang Nyata!
Ekonomi
Kerakyatan merupakan salah satu amanat yang ada di dalam Undang-Undang
Dasar 1945, tepatnya terdapat pada pasal 33 UUD 1945. Selain merupakan
salah satu amanat yang terdapat dalam UUD 1945, ekonomi kerakyatan juga
ada dalam amanat Tap MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara Tahun 1999 – 2004 dan amanat Tap MPR No. II/MPR/2002
tentang Rekomendasi Kebijakan Untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi
Nasional.
Pengertian
ekonomi kerakyatan jika merujuk pada Pasal 33 UUD 1945, maka ekonomi
kerakyatan akan dapat dipahami sebagai suatu sistem perekonomian yang
ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Ada
keterkaitan langsung antara sebuah sistem politik di suatu negara dengan
sistem ekonomi yang ada di negara tersebut.
Tarmidzi Abbas dan Win Konadi Manan (2005) dalam tulisannya yang berjudul ”Keterkaitan Antara Demokrasi Politik, Demokrasi Ekonomi, Dan Sistem Ekonomi Kerakyatan” menyatakan bahwa ”Demokrasi
politik merupakan syarat bagi berjalannya demokrasi ekonomi.
Pelaksanaan demokrasi ekonomi akan terwujud bila terdapat kesejajaran
antara sistem politik dan sistem demokrasi. Dalam sejarah perekonomian
nasional, semangat demokrasi ekonomi sering dilanggar oleh menjurusnya
sistem ekonomi nasional baik ke arah sistem ekonomi kapitalistik atau ke
sistem ekonomi terpusat. Sistem ekonomi kerakyatan yang bercirikan
penegakan keadilan demokrasi dan pemihakan terhadap yang lemah merupakan
landasan dan sekaligus sebagai sarana bagi mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat yang merupakan pilar utama demokrasi ekonomi”.
Jika
saya menyimpulkan dari abstrak tulisan Tarmidzi Abbas dan Win Konadi
Manan seperti yang saya tuliskan di atas tersebut, maka akan saya
dapati pemahaman bahwa ekonomi kerakyatan hanya akan bisa dicapai dan
bisa menjadi sistem ekonomi utama di Indonesia jika keadilan dalam
demokrasi, penegakan hukum dalam demokrasi dan pemihakan terhadap yang
lemah dijadikan landasan dan sarana utama dalam rangka untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam
sebuah sistem demokrasi, kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Dasar (pasal 1 ayat 2 UUD
1945), yang artinya kurang lebih adalah rakyatlah yang memiliki
kedaulatan dalam menentukan keputusan-keputusan penting di bidang
politik. Senada dengan demokrasi dalam masalah politik, maka demokrasi
dalam masalah ekonomi (demokrasi ekonomi) kedaulatan ekonomi juga berada
di tangan rakyat, maka seharusnya rakyatlah yang berhak untuk
menentukan apa yang harus diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan
untuk siapa barang atau jasa tersebut diproduksi.
Dalam
sebuah demokrasi ekonomi, ada beberapa hal yang harus dihindari atau
tidak boleh terjadi, yaitu sistem ekonomi liberal, etatisme (dalam
pengertian ekonomi terpusat) dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok atau golongan tertentu (monopoli). Liberalisme harus dihindari
karena akan menimbulkan yang terjadinya eksploitasi dan penghisapan
terhadap sesama manusia. Begitupun etatisme, dalam sebuah demokrasi
ekonomi, etisme harus dihindari karena akan “mematikan” usaha-usaha yang
ada di luar sektor negara, contohnya adalah usaha kecil, koperasi, dan
usaha-usaha yang bersifat swasta lainnya.
Liberalistik-kapitalistik
akan menghasilkan penghisapan terhadap yang lemah, dan akan
menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok atau golongan
tertentu (monopoli), sedangkan jika yang terjadi adalah sistem ekonomi
mengarah kepada sistem ekonomi terpusat maka akan terjadi penguasaan
yang berlebihan oleh negara, sehingga bisa mematikan sektor-sektor
individu dan badan usaha lain yang berada diluar sektor negara. Baik
liberalistik-kapitalistik dan ekonomi terpusat adalah haram terjadi
dalam sebuah demokrasi ekonomi yang disebut sistem ekonomi kerakyatan.
Ekonomi
kerakyatan di pilih dalam rangka untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (mewujudkan sila ke-5 Pancasila).
Dalam
masa pandemi Covid 19 yang sedang terjadi di Indonesia, bahkan di
seluruh belahan dunia sekarang ini, saya meyakini bahwa sistem
perekonomian di sebuah negara pasti akan beradaptasi atau melakukan
penyesuaian terhadap kondisi yang sedang terjadi.
Bagi
saya secara pribadi, kelompok yang sekarang paling terdampak karena
adanya pandemi Covid 19 ini adalah kelompok menengah, khususnya kelompok
menengah yang ada di Indonesia. Kenapa saya bisa mengambil kesimpulan
seperti itu? Karena kelompok rentan miskin dan kelompok miskin yang ada
di Indonesia di masa pandemi Covid 19 ini di backup oleh
pemerintah dengan berbagai macam program-program yang ada dalam jaring
pengaman sosial. Kelompok atas masih akan tetap bisa bertahan hidup
karena mereka relatif sudah punya tabungan lebih, sehingga jika hanya
untuk membeli bahan-bahan pokok makanan mereka tidak akan kesulitan,
secara keuangan mereka relatif aman.
Sedangkan
khusus untuk kelompok menengah, kelompok yang mayoritas relatif
berprofesi sebagai pekerja atau karyawan adalah kelompok yang paling
terdampak karena adanya pandemi Covid 19 ini, kenapa? Karena kelompok
ini mayoritas mempunyai hutang, biasanya hutang mereka bersifat
konsumtif (contoh: kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor,
dan hutang bersifat konsumtif lainnya). Sebelum adanya pandemi Covid 19
di Indonesia ini mereka, kelompok menengah, mungkin akan terus bisa
bertahan karena mayoritas mereka mempunyai fix income, tetapi
keadaan berubah 180 derajat ketika Covid 19 menjadi pandemi. Akibat
adanya demobilisasi sosial yang besar yang mengakibatkan demand
di pasar menurun, maka otomatis gaji mereka menurun, THR menurun
(bahkan bisa ditunda), mungkin bonus kinerja juga sudah tidak dapat,
inilah yang mengakibatkan bagi saya mereka adalah kelompok yang paling
terdampak. Karena setelah adanya pandemi Covid 19 di Indonesia,
pendapatan dan pengeluaran mereka sudah tidak lagi seimbang, karena
hutang tetaplah hutang, harus di bayarkan.
Untuk
itulah kenapa saya sangat ingin sekali Indonesia bisa menerapkan
demokrasi ekonomi melalui ekonomi kerakyatan secara utuh dan menyeluruh.
Ekonomi kerakyatan bisa menjadi tulang punggung ekonomi negara,
bersifat fundamental dan jika sudah diterapkan secara utuh dan
menyeluruh maka akan sulit di ombang-ambingkan sistem ekonomi dari luar
semacam sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi kapital.
Indonesia akan berjaya dengan ekonomi kerakyatannya. Kita pasti bisa karena kita Indonesia.
Sekian.
Jayalah Indonesiaku.
Merdeka!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/indonesia-harus-kembali-kepada-ekonomi-kerakyatan-ETkPS9GbP0
Cerita dari "Pengoleksi" Lebih dari
100 Pen Suntikan Insulin,
Gratis Berkat Program BPJS!
Masih
seputar BPJS Kesehatan, saya hendak berbagi apa yang dialami keluarga
kami selama sekitar 10 tahun terakhir, yang dimulai dari unggahan status
di akun Facebook pribadi saya, tepatnya pada Sabtu (15/5/20), dengan
isi seperti ini:
Sekadar share ...
Inilah
tumpukan insulin yang masih saya simpan. Siang ini saya hitung ada 110
pen. Dipakai ortu saya selama sekitar 10 tahun terakhir. Berapa puluh
juta ini kalo dirupiahkan dan kudu beli sendiri? Namun, semua ditanggung
sejak ortu saya ikut BPJS mandiri.
Selain
berterima kasih kepada Tuhan atas kesehatan ortu saya, saya kudu
berterima kasih untuk hadirnya program BPJS sehingga semua suntikan
insulin ini bisa diperoleh tanpa harus keluar uang lagi. Belum untuk
obat2-an yang diminum, juga biaya opname yang cuma dibayar pake tanda
tangan, atau cuma biaya materai. Biaya dokter jangan lupa. Dokter
spesialis lagi...!
No
reason untuk komplain iuran BPJS karena manfaatnya jauh lebih besar
daripada iurannya. Meski kalo boleh milih, mending iuran aja tapi nggak
sakit. Betul?
Mari
miliki perspektif baru terkait program ini. Naik sedikit iurannya,
rasanya bisa diusahakan. Kalo beneran gak mampu, ya turun kelas atau
daftar yang program untuk rakyat kurang mampu.
Atau
mau sakit parah dulu baru teriak ... t'rus baru menyadari kalo BPJS ini
berguna, juga baru paham kalo iuran kita sangat tidak seberapa
dibandingkan iuran untuk asuransi kesehatan swasta?
Semoga unggahan ini bermanfaat. Silakan share kalo berkenan, karena ini demi kebaikan kita semua.
Menariknya,
ketika saya share unggahan di atas, ada seorang teman penulis SEWORD
yang bercerita bahwa orangtua memakai insulin selama 4 tahun terakhir.
Namun, ia harus membeli sendiri (secara online) karena program BPJS pada
2017 lalu pernah mempersulit dirinya, yakni ketika orang Puskesmas
berkata bahwa pemegang BPJS nggak bisa beli insulin pake BPJS, yang bisa hanya PNS. Sejak itu, kawan saya ini malas memakai BPJS, tidak pernah dipakai karena merasa ribet dan kayak diping-pong.
Bagian ini perlu saya komentari
... karena memang sering kali bukannya programnya yang jelek, tetapi
implementasinya di lapangan yang kerap berbeda dengan tujuan semula dari
program ini saat dibuat. Tujuan yang sebenarnya sederhana, membangun
kembali semangat gotong-royong untuk saling membantu dalam hal kesehatan
masyarakat.
Semangat
inilah yang lantas memungkinkan terjadi proses, yang sehat membantu
yang sakit. Dalam artinya, yang rutin membayar iuran tetapi relatif
jarang (tidak pernah) dipakai tetapi iuran yang diterima oleh BPJS,
dapat dipakai untuk menyokong biaya kesehatan orang lain yang
membutuhkan.
Kasus lainnya ...
Seorang teman berkata bahwa masih terlihat kurangnya pemahaman masyarakat terkait program BPJS Kesehatan, terutama untuk masyarakat yang tidak mampu tetapi mengetahui
adanya program BPJS bersubsidi (gratis). Akhirnya, mereka tidak mau
daftar, tetap ketika sakit harus bayar dengan biaya besar. Uangnya dari
mana? Meminjam ke rentenir sehingga setelah urusan rumah sakit elesai,
utang pun membengkak ...! #waduh
Saya
tidak berkata program BPJS ini sempurna. Namun, saya meyakini
seandainya semua orang tertib membayar iuran sejak program ini diadakan,
juga tidak ada yang berkata: “Saya tidak sakit kok, kenapa harus
iuran?” lalu berlanjut dengan tindakan sengaja tidak membayar iuran,
sampai saat dirinya sakit parah ... seharusnya kondisi keuangan BPJS
Kesehatan tidak membebani keuangan negara seperti sekarang ini.
Kurangnya
sosialisasi program BPJS Kesehatan, sehingga dapat dipahami oleh setiap
orang, juga menjadi PR yang kudu dituntaskan, sehingga lebih banyak
masyarakat “kelas bawah” dapat merasakan manfaat program kesehatan ini
dengan lebih baik.
Cara
lain juga rasanya perlu dipikirkan oleh segenap Direksi BPJS Kesehatan,
sehingga kalau boleh opsi kenaikan iuran menjadi opsi terakhir yang
bisa ditempuh. Dengan catatan yang tadi itu ... kalau setiap peserta
BPJS sudah masuk dalam kategori “sadar diri” dan rutin membayar iuran
setiap bulan, sesuai dengan kelas kepesertaan yang diikutinya.
Sekalipun
saya masih ragu jika alasannya semata-mata Corona, apakah kalau iuran
naik sebelum pandemi Corona pasti tidak menjadi polemik? Tak semudah itu
mengubah cara berpikir dan mentalitas di negeri plus 62 ini
Fergusoooo...!
Kayak nggak tahu aja ... Apa pun yang selama ini sudah terlanjur bersubsidi dan berbiaya murah di negeri ini, dengan manfaat yang biasanya “cukup terasa” dalam hidup sehari-hari, sekalinya subsidi itu dicabut —dikurangi sedikiiitt saja, nggak usah seluruhnya—duuuh, teriaknya sampai ke langit ketujuh, tapi teriaknya sambil ngademi di bawah semburan AC mobil!
Jadi
... saya tetap berterima kasih pada BPJS, seperti saya paparkan di
atas. Semoga ke depan terus ada perbaikan, baik dari segi pengelolaan
sistem, sosialisasi untuk masyarakat, komunikasi dengan pihak rumah
sakit dan para dokter, juga yang paling saya tunggu ... transparasi dari
pengelolaan iuran supaya tingkat kepercayaan masyarakat bisa semakin
tinggi terhadap BPJS Kesehatan.
Kok Ga Cair-Cair, Yaaa...?!
Iwan
cemberut hari itu. Sudah beberapa jam belakangan matanya terus menatap
layar monitor dan sesekali handphonenya. Terik panas matahari, walaupun
sudah mendekat ke barat, masih terasa. Sesekali dikibasnya rambutnya
yang sudah basah oleh keringat.
"Kenapa gelisah gitu, Wan?" tegur saya.
"Ini bantuan prakerja ngaco ah. Program ga jelas! Pemborosan duit negara!" Ia melotot sambil mulutnya dimonyongkan.
"Lah kenapa pemborosan? Kan emang semua korban wabah yang kesulitan dibantu, salah satunya pake pra kerja?" Kejar saya.
"Bantu
ya bantu! Tapi kalau ga cair-cair apa gunanya nih program. Mending
bagi-bagi beras ini mah!" Matanya makin melotot. Mungkin kalau emosinya
makin tak terkendali, bola mata yang besar itu bisa lepas dari mukanya.
Seram juga sih hahaha.
"Sabar,
gue juga kemarin lusa daftar ga hari itu juga cair insentifnya!" Banyu
menimpali. "Lo pikir bikin candi hambalang, eh Prambanan, bisa sehari
jadi."
"Oh gitu ya?" Iwan manggut-manggut.
"Lah
iye, lagian udah coba hubungin customer servicenya belum? Main emosi
aje. Kali-kali data yang lu masukin salah pan." Ujar Pak RT mengingatkan
sambil membaca koran bekas tahun lalu. Sudah buluk korannya.
"Oh
iya ya. Saya coba hubungi dulu deh Pak RT!" jawab Iwan. Memang kalau
sama Pak RT, emosinya bisa sedikit berkurang dan mau mendengarkan. Dasar
anak muda.
Tak
lama Iwan mulai sibuk menelepon di pojokan warung. Saya memesan
perbukaan ke Bu Minah. "Nasi bungkus tiga, semua pake sayur, dua ikan,
satu ayam ya Bu."
Pesanan
saya langsung dibungkus dengan segap oleh Bu Minah. Dia memang sudah
puluhan tahun ada di kompleks ini. Jadi kerjanya sigap.
"Empat puluh lima ribu," Bu Minah menyadarkan lamunan saya saat menatap Iwan.
Lembaran
kertas lima puluh ribuan saya sodorkan ke Bu Minah, dan langsung
berganti dengan uang merah lima ribuan. Hening sejenak saat sayup
terdengar azan.
"Naaaah!
Udah bener nih!" Seru Iwan menggelegar. Seisi warteg itu menggelegar.
Ya iyalah semua sedang khusyu-khusyunya membaca doa berbuka bersama
sambil menyeruput teh hangat. Sedap... manis mengguyur kerongkongan.
"Jadi masalahnya nape Wan?" tanya Pak RT.
"Ini Pak, ternyata NIK yang di sistem prakerja, beda satu angka sama NIK di Gojeknya." Seru Iwan
"Lah kok bisa? Kan harusnya otomatis sama?" saya bingung.
"Ya
ga tau, dulu salah ketik ternyata tetap tembus. Mungkin ga sengaja pake
NIK orang dan kebetulan emang ada dan valid. Kebetulan..." Jawab Iwan.
"Oh, jadi kalau ga sengaja beda NIK, emang ga akan cair gitu ya bantuannya?" Tanya saya ikut mengintip layar laptop Iwan.
"Heeh.. ini udah dibenerin, dan bisa, keluar kok duitnye di e wallet." Jawab Iwan.
Nah
ternyata jawabannya sesimpel itu. Saya juga baru tahu. Memang ada
beberapa orang yang terhambat sedikit pencairan insentifnya. Bukan
karena negara menyunat atau menahan-nahan bantuan.
Tapi
ini adalah mekanisme pemastian bahwa bantuan tidak jatuh ke tangan
orang yang tidak berhak. Kalau NIK e wallet dengan sistem prakerja
berbeda, maka bantuan tidak akan dicairkan sampai databasenya dibenarkan
dulu.
Jadi
tidak benar ya isu kalau negara mempersuliit bantuan cair. Itu buktinya
Iwan saja bisa membereskan masalahnya dalam hitungan menit.
"Asik
nih, gue mau ngambil pelatihan desain grafis biar bisa pinter bikin
spanduk kegiatan warga sini, hahahaha. Lumayan dapat penghasilan
tambahan kalau nanti-nanti abis wabah ada acara RT!" seru Iwan.
"Ya boleh, nanti bikin yang cakep ye, Wan!" Seru Pak RT dari bangku warteg.
Alhamdulillah,
satu lagi orang terbantu karena prakerja. Walaupun memang kita sedang
menghadapi masa sulit akibat wabah, namun bukan berarti pemerintah abai
begitu saja dengan rakyatnya yang butuh bantuan. Tentu ini beda dengan
di masa lalu saat masih banyak sunat sana sunat sini karena belum
terdigitalisasai dan belum dibangun sistem yang baik yang otomatis
mengawasi ke mana perginya bantuan.
Kok
saya makin yakin ya, Indonesia akan menjadi salah satu contoh negara
yang bisa mengelola wabah ini, bukan hanya dari segi penyakitnya, tapi
juga dampak ekonomi yang ditimbulkan.
Semoga...
Sumber Utama : https://seword.com/politik/kok-ga-caircair-yaaa-SSZceMcI34
Cerita Perlawanan Sengit Pak RT
Hingga Gubernur Melibas
Covid-19 di Provinsi Bengkulu
Covid-19
yang tengah melanda Indonesia saat ini, tidak hanya menyebabkan
kerugian saja, baik itu hilangnya nyawa seseorang sampai ada yang
penghasilannya menurun secara drastis. Tapi juga memunculkan perlawanan
yang cukup sengit dari masyarakat Indonesia. Baik itu ditingkat RT
sampai ke Gubernur, hingga Presiden.
Perlawanan
itu pun tidak kalah serunya dengan perlawanan para pahlawan kita dulu
dalam mengusir penjajah Jepang dan Belanda. Segala daya dan upaya
dikerahkan agar si virus yang bernama Corona itu tidak semakin menyebar
dan menyerang rakyat Indonesia.
Berhubung
penulis tinggal Bengkulu, maka penulis akan coba ceritakan bagaimana
warga Bengkulu, bersama Ketua RT setempat, Bupati hingga Gubernur
melawan wabah Covid-19 di Bumi Raflesia ini.
Pertama,
di tempat tinggal penulis sendiri, Ketua RT-nya yang langsung meminta
cairan disinfektan ke PDAM setempat untuk kemudian bersama warga
disemprotkan ke rumah-rumah warga.
Selain itu juga, brosur mengenai Covid-19 dan cara pencegahannya ditempelkan di dinding Poskamling.
Pak RT juga memberi contoh kepada masyarakat dengan setiap bepergian selalu memakai masker.
Lantas bagaimana dengan pihak Kelurah-nya?
Di
Kantor Lurah tempat penulis tinggal sudah tertera pengumuman, siapa
saja warga yang baru datang dari luar Provinsi Bengkulu wajib untuk
melaporkan diri ke pihak kelurahan. Dan bagi yang mengalami gejela
Covid-19 dihimbau untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.
Selain itu, di Kantor Lurah juga sudah tersedia perlengkapan cuci tahan plus sabun cairnya.
Penulis
sendiri, ada saudara yang baru Pulkam dari Palembang. Dan ia tidak
hanya disuruh melakukan isolasi mandiri, tapi juga diberi bantuan berupa
beras dari pihak kelurahan.
Kemudian, apa saja yang telah dilakukan oleh Pemkab tempat penulis tinggal dalam rangka melawan penyebaran virus Corona ini?
Banyak banget.
Padahal
Kabupaten tempat penulis tinggal masih zona hijau lho. Tapi yang
dilakukan oleh Pemdanya tidak kalah Gercepnya dengan Pemda di zona
merah. Seperti menyalurkan Paket Sembako kepada masyarakat yang
membutuhkan.
Penyaluran
Sembako itu pun dilakukan dalam 3 tahap, yakni pada April, Juni dan
Juli 2020. Yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Dengan penerima
bantuan mencapai 8.983 KK.
Di
samping itu, Pemda juga menyalurkan 500 ribu lembar masker kepada
masyarakat secara gratis. Yang mana pembuatan masker itu melibatkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) setempat.
Bupati
juga selalu menghimbau warganya untuk tidak keluar rumah bila tidak
penting, selalu memakai masker saat keluar rumah, sering cuci tangan
pakai sabun dan jaga jarak, tidak mendatangi tempat keramaian, serta
makan-makanan bergizi yang diiringi dengan rajin berolahraga.
Selanjutnya, apa yang dilakukan oleh Gubernur Bengkulu?
Meminta 5 Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi lain untuk memprioritaskan pengamanan di perbatasan.
Higga saat ini, warga yang mau masuk ke Bengkulu tapi tidak memiliki KTP Bengkulu disuruh putar balik oleh petugas yang berjaga.
Bahkan
Kades hingga Babinkamtibmas juga diminta untuk mengawasi jalan-jalan
alternatif atau jalan tikus yang bisa saja dipakai oleh pemudik untuk
masuk ke Bengkulu.
Tidak hanya itu saja, beberapa bidan desa mendapat bantuan APD dari Gubernur.
Pak
Gub juga memikirkan rakyat kecil yang terdampak Covid-19 ini, seperti
turut memberikan Sembako kepada para pemulung dan penyapu jalan. Yang
mana, meskipun social distancing diberlakukan, mereka harus tetap bekerja. Karena, kalau gak kerja bukannya mati akibat Corona tapi mati karena kelaparan.
UMKM juga diberdaya dengan membeli produk makanan hasil olahan mereka, yang kemudian disalurkan kepada warga miskin.
Nah
berkat perjuangan Gubernur Bengkulu yang tidak kenal lelah ini,
berdasarkan hasil survey, BD-1 masuk 10 besar sebagai kepala daerah yang
paling tepat menangani wabah Corona.
Memang sih terdapat kekurangan di sana-sini, tapi seiring berjalannya waktu masih bisa diperbaiki.
Selain
itu, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam melawan wabah
Covid-19 ini penting untuk dilakukan. Contohnya saja soal data
kemiskinan yang digunakan sebagai pedoman untuk penyaluran Bansos.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa sebelum Covid-19 ini ada di Indonesia, pemerintah
pusat sudah menyalurkan Bansos kepada masyarakat berupa PKH dan bantuan
Sembako. Namun karena program ini terbatas, tidak semua warga miskin
dapat.
Jadi,
supaya mereka warga miskin yang membutuhkan ini, yang belum terdata
sebagai penerima PKH dan bantuan Sembako tetap bisa dapat Bansos, mereka
yang sudah dapat PKH dan bantuan Sembako tidak diperbolehkan lagi
mendapat bantuan lain dari pemerintah pusat. Seperti BLT Dana Desa.
Untuk
itu, menyamakan data kemiskinan antara pemerintah pusat dan daerah
sangat perlu dilakukan. Supaya Bansos yang dibagikan kepada masyarakat
tersebut bisa merata, tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran.
Dan
memang, disaat mendapat ujian seperti ini, sudah saatnya kita bersatu
kembali. Karena, tidak ada yang tidak mungkin jika dilakukan secara
bersama. Termasuk mengalahkan wabah Corona.
Sumber :
Kasus Corona di Jakarta Tembus 6.000,
Bagaimana Ini, Tuan Gubernur?
Per Minggu sore (18/5/20), menurut data yang dilansir dari laman Kompas.com
berdasarkan keterangan resmi dari Achmad Yurianto selaku Jubir resmi
pemerintah terkait progress kasus Corona di Indonesia, akhirnya Jakarta
benar-benar sudah menembus 6.000 kasus terkonfirmasi.
Kita
pun segera ingat akan “prediksi” (yang malah dianggap sebagian orang
sebagai target) kasus Corona yang pernah disampaikan Gubernur DKI
Jakarta menjelang pertengahan Maret 2020 lalu.
Saat
itu, berbicara dalam acara Mata Najwa, orang ini mengaku sudah membuat
simulasi terburuk dari penyebaran virus Corona di Ibu Kota, jika tidak
ada langkah serius dalam mencegah penyebaran virus tersebut.
“Kalau dua minggu ke depan kita tidak melakukan langkah-langkah yang serius, punya potensi bisa 6 ribu kasus, 840 parah, 300 kritis. Ini simulasi dengan menggunakan skenario terburuk," kata DKI-1 waktu itu, dilansir dari laman CNNIndonesia.com.
Orang
ini, yang masih enggan saya sebutkan namanya, juga menyebut model
penanganan dari tiga negara, yakni Singapura, Vietnam, dan Selandia Baru
yang akan diterapkan di wilayah kekuasaannya, sambil mengaku bahwa
dirinya sudah mengumpulkan seluruh jajarannya dan pihak terkait untuk menjalankan pencegahan sejak awal agar tak terjadi peningkatan.
Selanjutnya,
Gubernur hasil pilihan 58 persen penduduk Jakarta tersebut juga mengaku
ingin melakukan langkah pencegahan dengan cepat, sebagai bentuk
tanggung jawab pemerintah daerah dalam melindungi masyarakat agar tak
terinfeksi virus Corona.
"Lebih
baik melakukan langkah lebih, langkah yang ekstra meskipun konsekuensi
finansialnya tinggi, konsekuensi ekonomi tinggi, tapi itu akan
menyelamatkan warga dari potensi corona virus," katanya saat itu.
Katanya ...
Rencananya ...
Menurut pengakuannya ...
Tapi entah realisasinya di lapangan ....
Buktinya,
kita melihat pelaksanaan PSBB yang masih terkesan amburadul, dimana
ketegasan terhadap aturan rasanya malah seperti dianggap angin lalu oleh
masyarakat. Lihat saja bagaimana berturut-turut kerumunan saat hari
terakhir McDonald’s Sarinah, lalu yang lagi ramai sekarang adalah
keramaian yang kembali terjadi di lokasi pasar Tanah Abang, dimana tak
terlihat adanya petugas yang berjaga-jaga di lokasi, meskipun warga
terlihat memadati pasar untuk melakukan transaksi jual-beli seperti saat
keadaan normal.
Setelah
semuanya ini terjadi, tak juga terlihat tanda-tanda “orang ini” mau
berkordinasi dengan baik bersama pemerintah pusat, supaya pandemi Corona
tidak semakin menggila di daerah yang menjadi episentrum persebaran
virus Corona ini. Parah sekali, bukan?
T’rus
... mana yang disebut telah melakukan upaya pencegahan, kalau kerumunan
saja dibiarkan tanpa pernah ada tindakan tegas, misalnya melarang
aktivitas pasar khususnya menjelang Lebaran yang biasanya memang menjadi
pusat kerumunan warga?
Apakah
DKI-1 takut untuk berkonflik dengan pihak-pihak yang selama ini
menguasai Tanah Abang, sehingga orang ini menjadi tak berdaya untuk
melakukan larangan atau mengambil tindakan tegas? Atau ... apakah
berlebihan jika lantas ada yang curiga dan menyebut bahwa semua ini
semacam skenario? Semoga dugaan tadi keliru ...!
Riza
Patria sebagai Wakil Gubernur yang mengaku Pemprov DKI Jakarta sudah
menutup Tanah Abang, tetapi faktanya terpantau ada perdagangan dari para
PKL yang kembali membuka lapak ... rasanya sama saja seperti
Gubernurnya, yang cuma bisa beretorika tapi faktanya sudah nyaris
seminggu PKL Tanah Abang berjualan, tapi tak ada tindakan tegas sama
sekali. Pretlah!
Eh,
duo pimpinan Jakarta ini sudah tahu belum ada cafe yang baru saja
digerebek Polres Metro Jakarta Utara pada Minggu dini hari (17/5),
karena ada pelanggaran PSBB dan diduga terjadi aktivitas prostitusi di
sana?
Rasanya
daftar ini bisa panjang banget kalau mau saya teruskan, hanya untuk
mengingatkan dan semoga fakta-fakta yang berkembang saat ini membuat
DKI-1 ini segera sadar diri, lalu bergegas melakukan upaya nyata demi
menahan laju pertambahan kasus Corona, dimana Jakarta masih menjadi
jawaranya. Bagaimana ini, Tuan Gubernur? Kapan mau serius
menangani Corona, seperti yang berkali-kali Anda sampaikan saat
menggelar konferensi pers?
Kalau masih bisa disadarkan lho ... wong teguran dari 3 menteri terkait penanganan Corona ini saja malah terkesan dilawan, kok!
Minimal
mulai “turun gunung” begitu lho, melihat fakta di lapangan, tak cuma
dengan bisikan atau membaca dari media. Lihat sendiri betapa seriusnya
ancaman pertambahan kasus Corona terutama periode H-7 sampai H+2
Lebaran. Atau mau memprediksi lagi ... jadi 40.000 kasus begitu, seperti
“data sebenarnya” yang belum lama ini disebutkan?
Mbuh! Sekarepmuuuuh..!
Begitulah kura-kura...
Sumber berita:
Yudi Mulyana, dan Tingkah Polah
Manusia Beragama
Di
tengah pandemi covid-19 yang sedang panas ini, viral pula berita
tentang seseorang bernama Yudi Mulyana (YM) yang katanya mantan pendeta,
tetapi sejak 11 (sebelas) tahun silam menjadi mualaf, dan menjadi
ustadz.
Pendeta
menjadi ustadz, itu bukan sesuatu fenomena yang luar biasa sebenarnya.
Sudah ada banyak contoh, pendeta atau rohaniwan Kristen yang mualaf dan
menjadi pendakwah. Kalaupun belakangan ada banyak isu "miring" tentang
status kerohaniwanan mereka di masa lalu, biarlah itu menjadi tanggung
jawab moral dan tanggung jawab akhirat masing-masing.
Di
dunia maya, para rohaniwan yang banting setir, berbalik arah 180
derajat tersebut banyak yang meraih popularitas karena mengunggah
ceramah agamanya ke media sosial. Maka berkibarlah nama-nama semacam
Ustadz Yahya Waloni, Ustadz Insan Mokoginta, Ustadz Steven Indra
Wibowo, Ustadz Bangun Samudra, Ustadzah Irene Handono, dll. Sementara di
sana ada Pdt. Saefuddin Ibrahim, dan beberapa nama yang tidak usah
disebut.
Yudi
Mulyana, kini menjadi sorotan, dan sepertinya kasus ini menjadi
panjang karena diduga telah membuat banyak pihak terkena imbasnya.
Katanya, bliyow ini lahir sebagai Kristen, dan bahkan pernah
menjadi pendeta. Namun pria keturunan Tionghoa ini mendapat hidayah,
hingga memeluk agama Islam, dan menjadi ustadz.
Setelah
selama sebelas tahun menjadi mualaf, YM disebut-sebut balik lagi ke
keyakinan lamanya. Bahkan ada video tentang acara pembaptisan ulang di
sebuah gereja. Baptis selam, sebab dia dicemplungkan ke dalam air.
Baptis semacam ini tersurat di Injil, dilakukan di Sungai Yordan. Yesus
sendiri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, yang sekalipun Yohanes merasa
tidak layak untuk itu.
Tetapi
tidak semua orang Kristen dibaptis selam. Yang menggunakan ini biasanya
gereja aliran kharismatik. Selainnya, gereja lebih "suka" menggunakan
baptis percik. Anak atau orang yang hendak dibaptis itu maju ke mimbar,
dan lalu pendeta memercikkan air suci ke bagian kepalanya sambil
mengatakan: "Aku baptis engkau di dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh
Kudus". Pembaptisan dilakukan di tengah ibadah dan disaksikan jemaat.
YM
yang kelihatannya dulu menganut aliran kharismatik, dibaptis ulang pula
dengan cara baptis selam itu. Tetapi cerita itu belum selesai, sebab
beberapa bulan setelah murtad itu, YM katanya balik lagi menjadi mualaf.
Foto saat dia mengucapkan syahadat pun beredar di medsos. Tapi heboh
tak terelakkan. Banyak umat yang memprotes dan mengecam sepak-terjang YM
yang sangat ganjil dan plin-plan parah ini.
Dan
yang membuat miris adalah bahwa berita-berita tentang kasus ini menjadi
ajang debat caci-maki dan saling olok di kalangan netizen yang mengaku
beragama. Kembalinya YM menjadi mualaf diterima oleh beberapa orang
dengan baik. Tetapi tidak sedikit yang merespons dengan kecurigaan.
Misalnya
ada yang menuding bahwa YM ini adalah agen agama Kristen untuk merusak
Islam dari dalam. YM disamakan dengan Snouck Hurgronje, seorang agen
Belanda di masa penjajahan Hindia Belanda di Nusantara, abad 19. Sejarah
mencatat bahwa Snouck hanya pura-pura masuk Islam pada waktu itu untuk
mengetahui banyak rahasia sehingga Belanda mudah menaklukkan
daerah-daerah di Nusantara ini.
Situasi
memang menjadi sulit untuk YM, sebab nyatanya sudah banyak orang Islam
yang kadung curiga padanya. Menjadi tidak elok, sebab ada yang menuding
dia itu sengaja disusupkan oleh gereja untuk merongrong Islam dari
dalam. Suatu tuduhan yang menurut hemat penulis, sangat tidak berdasar.
Di
era internet semacam ini, yang namanya susup-menyusup untuk mencari
"kejelekan atau keburukan" suatu agama, tidak lagi efektif. Semua hal
tentang agama apapun kini dapat terpampang dengan gamblang di dunia
maya. Banyak hal atau "misteri" dalam suatu agama tidak mungkin lagi
tertutupi, sebab penceramah agama dadakan banyak muncul di media sosial
dengan spesialisasi membahas agama orang lain.
Tapi
kebanyakan dari mereka itu hanya mengulas dari segi negatif tentang
agama-agama lain itu. Apalagi penampilan atau ulasan seseorang "mantan"
penganut agama lebih digemari umat, sebab oknum ini hanya memberitakan
keburukan dan kelemahan agama lamanya itu. Dan orang Indonesia
kebanyakan sangat suka dengan materi-materi semacam ini.
Gara-gara
sibuk mengulas kejelekan agama lain, oknum penceramah agama kelas dunia
maya itu pun "lupa" memberitakan hal-hal yang baik dan ilahiah dari
agama barunya itu. Walhasil, pendengar pun hanya dicekoki dusta dan
omong kosong tentang agama lain. Sebab saat dia memberitakan hal yang
baik dari agamanya, pada saat yang sama dia menjelekkan agama lain untuk
pembanding.
Maka
tanpa disadari para pendengar, mereka sebenarnya sedang diseret ke
tubir jurang kesesatan oleh oknum penceramah agama yang tidak benar itu,
yang merasa ketiban popularitas dan fulus semenjak pindah agama. Oknum
itu semakin tenar dan dihormati, sementara pendengarnya cuma kebagian
bodohnya saja.
Kasus
YM pun pada sisi lain justru semakin memperlihatkan kemunafikan dan
kebingungan orang-orang beragama. Di medsos, para netizen saling hujat
dan saling caci maki. Bukan hanya YM yang disasar, namun agama lama dan
agama barunya pun turut terseret-seret.
Kata-kata
dan kalimat yang tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan moralitas
muncul silih berganti dalam perdebatan antar-netizen yang beragama
berbeda itu. Menyedihkan sekali. Semua orang merasa beragama dan merasa
wajib membela kehormatan agamanya. Tapi cara yang mereka lakukan itu
sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Dan
hal seperti ini sudah berlangsung dari dulu, dan menjadi tabiat
kebanyakan orang yang merasa dirinya beragama. Orang bangga mengaku
beragama, padahal out put-nya adalah perilaku yang jauh dari tuntunan agama itu sendiri.
Viral! Aktivis Makassar Bongkar
Kebenaran Dibalik Hoaks
TKA China di Marowali
Ketulusan
seorang Jokowi beserta jajarannya dalam bekerja membuahkan hasil. Satu
persatu isu yang membuat publik ragu akan tersingkap kebenarannya. Kini
isu hoaks TKA China yang katanya bekerja jadi buruh kasar, demo TKA
China, isu pelarangan ibadah dan pekerja wanita tak boleh mengenakan
jilbab serta isu Jokowi gunakan TKA China untuk kuasai aset Indonesia
akhirnya terjawab sudah kebenarannya.
Seorang
aktivis bernama Ichwan Kalimasada membongkar kebenaran dibalik berbagai
hoaks di Marowali tersebut dengan turun langsung ke lapangan. Dalam
profilnya disebutkan ia kini bekerja sebagai bussiness connexion dan
mempelajari sosiologi di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selain
membagikan utas di twitter yang diretweet hampir 200 kali, diapun
menulis status serupa di fb miliknya. Berikut statusnya yang kini viral:
Menyingkap tabir HOAX Morowali.
Adalah
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang disebut-sebut dalam
hoax Morowali tersebut. Dari yang awalnya sebatas isu Tenaga Kerja Asing
(TKA) asal Cina, lalu berkembang lebih liar lagi semisal adanya
larangan beribadah (sholat), dan larangan penggunaan jilbab untuk para
karyawati yang beragama Islam.
Entah
apa tujuan dari isu-isu yang dibuat oleh oknum tidak bertanggung jawab
tersebut, tapi yang jelas, isu tersebut harus dijernihkan, dan
diluruskan beritanya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan fact
check ke lapangan, atau observasi langsung ke sumbernya, dan itulah yang
saya lakukan bersama beberapa kawan aktivis.
Dari
hasil penelusuran yang kami lakukan di IMIP, baik melalui pengamatan di
area kerja, maupun audiensi dengan banyak pihak, mulai dari para
pekerja hingga ke jajaran direksi, maka saya sampaikan beberapa poin isu
dan faktanya sebagai berikut:
1) Isu soal banyaknya TKA asal Cina.
Fakta >> Jumlah TKA di IMIP adalah 3.148 orang dari total karyawan yang berjumlah 30.428.
Itu artinya, jumlah TKA hanya sekitar 10% dari keseluruhan karyawan,
dan itu jelas tidak melanggar batas ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
2)
Isu soal adanya pelarangan beribadah (sholat) bagi pekerja. Fakta
>> Perlu diketahui bahwa di dalam kawasan IMIP itu terdapat 4
masjid dan 20 mushola yang setiap bulan mampu mengumpulkan dana infak
jamaahnya hingga 200 juta rupiah. Nah, bagaimana mungkin dana infak
sebesar itu dapat terkumpul kl tidak ada jamaah yg sholat di sana?
3)
Isu soal pelarangan jilbab.
Fakta >> Para pekerja wanita yang kami temui membantah isu
tersebut, dan kami juga melihat langsung bahwa banyak sekali pekerja
wanita yang berjilbab. Semua itu bisa dibuktikan melalui foto-foto yang
menyertai tulisan ini.
4)
Isu soal demo TKA. Fakta >> Tidak ada demo TKA, yang melakukan
demo kemarin adalah para pekerja lokal terkait permintaan kenaikan gaji
pokok. Terkait hal ini, jajaran direksi mengabulkan angka maksimal
kenaikan sebesar 13% dari 20% yang dituntut pekerja lokal.
5)
Isu soal TKA yang dipekerjakan pada jenis pekerjaan kasar.
Fakta >> TKA asal Cina yang berada di sana hampir seluruhnya
bekerja sebagai operator alat yang memang berteknologi asal Cina. Mereka
sekaligus bertindak sebagai trainer bagi pekerja lokal dalam rangka
alih teknologi. Makanya, dari waktu ke waktu jumlah TKA akan semakin
berkurang, sehingga pada tahun 2023 diproyeksikan hanya akan ada 5%
(maksimal) TKA dari total karyawan 100.000 orang.
6)
Isu Jokowi mengundang Cina untuk menguasai aset Indonesia (IMIP). Fakta
>> IMIP berdiri pada 19 September 2013 yang merupakan tindak
lanjut dari penandatanganan perjanjian B to B di hadapan Presiden SBY
dan Presiden Xi Jinping di hotel Shangrila Jakarta pada 3 Oktober 2013,
yang sekaligus dalam rangka mematuhi UU Nomor.4 Tahun 2009 tentang
Mineral dan Batubara yang menetapkan larangan ekspor mineral mentah
mulai 12 Januari 2014. Nah, semua itu terjadi sebelum era pemerintahan
Presiden Jokowi.
7)
Isu TKA digaji lebih tinggi dari TKI.
Fakta >> IMIP adalah perusahaan profesional di bidangnya, dan
sebagaimana perusahaan-perusahaan lain, mereka memiliki standar
pengupahan yang merujuk kepada aturan ketenagakerjaan, termasuk di
dalamnya standar keahlian dan jabatan. Di IMIP gaji awal untuk lulusan
SMA ada di kisaran angka 4,2 juta, masih sedikit lebih tinggi dari upah
rata-rata nasional yang berada di angka 3 jutaan.
8)
Isu soal TKA Cina yang disembunyikan bila ada kunjungan pihak luar ke
IMIP. Fakta >> Sistem kerja di IMIP itu dibagi ke dalam 3 shift
karena beroperasi penuh 24 jam, dan sementara IMIP sendiri terdiri dari
beberapa perusahaan di dalamnya. Jumlah TKA yang sekitar 3 ribuan itu
hanya sekitar seribuan dalam tiap shiftnya, dan itupun terbagi lagi ke
dalam beberapa perusahaan. Jadi bukanlah hal yang mengherankan ketika
anda berkunjung ke IMIP, mengelilingi area kerjanya, anda akan jarang
berjumpa dengan mereka, padahal area kawasan IMIP itu luas banget
sekitar 2.000 hektar.
9)
Isu soal adanya bahan makanan yang tidak layak makan pada menu makan
karyawan. Fakta >> Bagian Dapur di IMIP itu besar dengan
peralatan-peralatan penunjang yang lengkap semisal lemari pendingin
untuk menyimpan daging, buah atau sayur-mayur. Jadi tidak masuk akal
kalau mereka menggunakan bahan-bahan yang telah rusak.
Sebagai catatan tambahan :
1.
Keberadaan IMIP juga membawa dampak keuntungan bagi masyarakat sekitar.
Misal, saat ini banyak warga yang memiliki kontrakan atau tempat kost
bagi karyawan IMIP dengan jumlah sewa sebesar 1jt/bulan. Sewa yg mahal
sebetulnya, jika mengingat fasilitas yang tersedia di sana.
2.
IMIP juga membangun fasilitas kesehatan berupa Poliklinik yang melayani
masyarakat umum dengan cuma-cuma alias gratis. Anggaran yg disedikan
IMIP untuk Poliklinik ini mencapai 1,2 sampai 1,4 milyar perbulannya,
dimana 700juta adalah dana yg dikeluarkan untuk pengadaan obat bagi
hampir 400 pasien perhari.
3.
Pajak perusahaan yang diterima negara setiap tahun dari IMIP juga besar
sekali, yaitu 4 trilyun rupiah (2018), dan estimasi pada 2019 akan
berkisar di angka 4,8 trilyun rupiah.
4.
IMIP juga merupakan kawasan industri yang mandiri. Ini bisa dibuktikan
dengan adanya fasilitas pendukung kawasan seperti pelabuhan khusus,
bandara khusus, pengolahan air, pabrik oksigen, dan PLTU sendiri.
5.
IMIP juga bekerja sama dengan Politeknik Industri Logam Morowali yang
pendiriannya atas inisiasi Kementrian Perindustrian, dimana mahasiswa
pada semester 4 & 5 akan melakukan magang di IMIP atau selama 1
tahun penuh.
Gimana, masih mau percaya hoax?
Melalui
penjelasan lengkap dan menyeluruh seperti di atas, akhirnya kini kita
tahu siapa yang sebenarnya tak menginginkan negeri ini sukses. Mereka
kelompok yang sama dari politisi busuk hingga kaum cingkrang mabok agama
yang sejak dari dulu ingin mengobrak abrik bangsa ini.
Tapi
anehnya giliran ada kasus provokasi Papua, keterlibatan aktivis Ravio
Patra dengan staf Kedubes Belanda dan lain-lain dibiarkan begitu saja.
Tak ada rasa nasionalisme seperti saat mereka teriak isu muslim uighur
atau muslim India hingga membakar bendera negara sahabat.
Sebenarnya nasionalisme seperti apa yang hendak mereka perlihatkan?
Jelas sudah kedatangan TKA China justru sebagai aset untuk transfer of technology
bagi pekerja lokal. Tak ada yang salah dalam pekerjaan mereka dan
harusnya malah didukung karena menguntungkan pekerja lokal di sana. Tapi
suara oposisi malah seakan menuduh pemerintah antek China. Setelah
sebelumnya gagal mengipasi isu corona karena kasus di China telah
selesai dan ada protokol ketat yakni karantina 14 hari.
Tapi
Tuhan tidak akan tinggal diam negera ini dicabik-cabik para pengkhianat
dari dalam. Seperti drama DKI 1 yang memainkan suara bergetar yang
langsung dibongkar wartawan senior Jawa Pos.
Kini sebaliknya isu yang
melemahkan negara justru dibongkar kebenaran dibaliknya oleh aktivis di
sana. Semoga bangsa ini bisa menang melawan corona temasuk pengkhianat
bangsa di dalamnya.
Operasi Senyap Penumpukan Penumpang Bandara, Copas dari Efek Kejut DKI
Penumpukan
penumpang di Bandara tiba-tiba menghentak publik. Sumpah serapah
langsung meluncur ke segala penjuru. Ada yang menganggap pemerintah plin
plan, tidak jelas. Ada yang menganggap masyarakat tak bisa diatur. Ada
pula yang membenturkan kaya dan miskin, karena penumpukan di bandara
memunculkan kesimpulan atau pesan jelas bahwa yang bisa mudik hanya
orang-orang kaya. Dan muncul lagi narasi dokter ingin menyerah untuk
menangani pasien covid karena masyarakat tidak mematuhi protokol
kesehatan. Hal ini masih diperparah dengan kasus surat rekomendasi sehat
atau bebas Covid yang dijual online.
Penumpukan
penumpang dan jual beli surat bebas Covid secara online terjadi
bersamaan. Sehingga kekecewaan publik terdengar begitu ramai.
Masing-masing kelompok bagi tugas.
Tapi bagi saya ini seperti dejavu. Kental nuansa politiknya.
Kejadian
di bandara bagi saya adalah copy paste dari program efek kejut Pemprov
DKI. Yang sengaja membatasi jumlah kereta, memperlama waktu tunggu,
sehingga hasilnya adalah penumpukan orang dalam jumlah besar.
Yang
terjadi di Bandara Seokarno Hatta kurang lebih sama. Ada 13 penerbangan
antara pukul 06:00 hingga 08:00 WIB. Bayangkan, 13 penerbangan. Lalu
semua penumpang 13 pesawat tersebut dikumpulkan di satu titik lokasi
dengan alasan untuk melakukan verifikasi dokumen kesehatan. Cerdas?
Banget!
Padahal
harusnya tempat verifikasi penumpang dilakukan di gate dan maskapai
masing-masing. Skenario hari biasa. Bandara Soekarno Hatta kan luas
banget. Tapi ini dalam rangka PSBB malah tidak diurai.
Saya
cukup sering terbang pagi ke dan dari Soekarno Hatta. Teman-teman
pembaca Seword pun pasti ada yang sering terbang di jam pagi. Tapi tak
pernah ada penumpukan penumpang separah itu. Jadi kalau ada yang
bertanya kenapa kemaren terjadi penumpukan? Kembali ke dejavu KRL. Ada
pihak-pihak yang menginginkan ini terjadi dengan tujuan berbeda-beda.
Tragedi
penumpukan penumpang ini pun berlangsung cepat. Setelah aparat dan
petugas bandara bertindak, penumpang jadi berpencar ke gate
masing-masing. Maksudnya, yang penting sudah ramai dibicarakan publik,
maka pertunjukanpun selesai.
Memang
dalam hal ini patut diakui Kemenhub sempat salah langkah. Karena
menutup bandara lalu membukanya kembali sebelum tanggal yang sudah
diumumkan. Mestinya bandara tetap buka, beroperasi seperti biasa, namun
diterapkan aturan jaga jarak.
Tapi
mestinya keputusan membuka kembali bandara ini tak menimbulkan
kekecewaan, jika semua pihak mendukung protokol kesehatan. Atau minimal
tidak merecoki, dibiarkan normal seperti sebelum penutupan, maka pasti
tak ada adegan penumpukan.
Selain itu, menjual surat rekomendasi sehat secara online, mencatut RS
Mitra Keluarga, jelas merupakan aksi bunuh diri. Menjual barang ilegal
kok di platform jual beli? Kok ya ada orang gila yang nekat melakukan
itu?
Terus
terang saya melihat dua kejadian ini sebagai operasi. Ada dalangnya,
ada timnya, dan ada yang dikorbankan untuk ditangkap polisi. Kebenaran
soal ini dapat disimpulkan beberapa hari lagi. Jika para tersangka
dilepas dan tak ada hukuman berarti, maka jelas ini bagian dari operasi
para elite.
Bagaimanapun,
dua kejadian ini sukses mencoreng muka ketua gugus tugas, Doni Monardo
dan Menhub Budi Karya Sumadi. Dan secara otomatis, ada pihak-pihak yang
diuntungkan dari kejadian ini.
Presiden
yang menunjuk Doni Monardo sebagai jenderal lapangan untuk
menyelesaikan pandemi covid, kini mulai bisa disalahkan dan dianggap
gagal. Yang diuntungkan jelas adalah kementerian terkait yang seharusnya
ikut menangani covid. Sementara Menhub, sebagai menteri lama, posisinya
beroptensi diganti.
Sebenarnya
cerita ini masih panjang. Tapi karena bukti harus lebih terang dari
cahaya, maka saya belum bisa menyebut nama-nama banditnya secara
terbuka. Tapi kira-kira begitu. Ini hanya copy paste dari efek kejut
KRL. Operasi senyap untuk menakut-nakuti publik, membuat kecewa dan
frustasi dokter, menyalahkan pemerintah karena dianggap lalai dan
sebagainya.
Saya
tahu bahwa operasi ini puncaknya adalah nanti saat H-3 dan H+3 lebaran.
Untuk menciptakan kekecewaan publik lagi. Lalu masyarakat merasa PSBB
sia-sia, tak ada guna dan sebagainya.
Tapi
ya sudah, pada intinya kita ingin menyampaikan pesan, bahwa operasi
propaganda model begini sudah membosankan. Dan efeknya tak pernah
seheboh yang diharapkan.
Dan
yang terakhir, saya sangat menyakini, bahwa rencana “kembali normal”
yang sudah disiapkan oleh tim Presiden tidak akan bisa direcoki atau
digagalkan oleh operasi-operasian model begini.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/operasi-senyap-penumpukan-penumpang-bandara-copas-GYernUOgH2
Doa Habib Rizieq Bikin Bahar Bebas,
Kenapa Habib Rizieq Masih di Arab?
Bahar
tidak akan bisa dipenjara kalau cuma mengkritik Pemerintah, karena apa?
Karena Bahar itu suci, Bahar sungguh suci kita penuh dosa, tapi
ternyata, kesucian Bahar itu ternoda dengan olokan 2 anak kecil, tak
terima bila ada yang menghina kesuciannya itu, langsung saja tim FPI
menculik dengan gaya ORBA 2 Anak tadi, lalu kemudian di hajarlah mereka.
Bahar menendang begitu beringas seperti preman, dengan alasan ingin
memberikan mereka pelajaran untuk tidak menghina dirinya yang maha suci.
Dengan
sebab itulah Habib Bahar, atau yang lebih populer kita kenal sebagai
Bahar Bin Smith, membuat dia membusuk dipenjara, selama 2 tahun.
Ya..
harusnya 3 tahun, tapi berkat Corona, Pemerintah mengeluarkan program
asimilasi atau dirumahkan demi mencegah penyebaran Covid-19 ini dari
Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Bahar mendapatkan program
asimilasi terkait kasusnya yang mendapat vonis tiga tahun penjara karena
sudah menjalani setengah masa tahanan.
Dengan
bergaya laksana laskar seperti biasa, dia tampil dengan gerombolan
massa yang jumlahnya tak sedikit. Keluar dari atas mobil seperti gayanya
Habib Rizieq, ya Bahar benar-benar meniru gayanya.
Sesungguhnya
Bahar keluar karena Kemenkum HAM gara-gara Corona. Niat baiknya, supaya
Bahar tidak terjangkit Corona, kan kasihan kalau dia benar-benar
membusuk dipenjara.
Walau
Bahar keluar dari penjara atas jasa itu, tapi dia tak mengucapkan rasa
terimakasih sedikitpun. Justru, dia malah berterimakasih ke orang lain
yang jauh tak di Indonesia. Habib Rizieq namanya.
Terpidana kasus penganiayaan itupun mengucapkan terima kasih kepada umat Islam hingga Habib Rizieq Syihab.
"Dan atas doa para ulama khususnya para Habaib, para Kyai dan khususnya para umat Islam. Alhamdulilah telah keluar dan insya Allah akan kembali berdakwah dan berjuang di jalan Allah SWT," kata Bahar.
Habib Bahar menyebut doa Habib Rizieq bikin dirinya bebas? Padahal sebenarnya dia bebas karena wabah Corona, apakah Habib Rizieq mendoakan terjadinya Corona di Indonesia? Kan tidak mungkin, terlalu luar biasa untuk sekelas Habib Rizieq bisa mendatangkan musibah yang dampaknya ke seluruh Indonesia, tidak cuma di Indonesia.
Jika
benar Habib Rizieq bisa mendoakan Bahar bebas, lantas mengapa Habib
Rizieq sendiri masih belum pulang ke Indonesia? Kenapa Habib Rizieq
masih di Arab Saudi sana? Seolah dia lupa akan tanah airnya, dan justru
berpulang ke tempat leluhurnya?
Habib
Rizieq tidak kangen Indonesia? Tidak kangen Firza? Tidak kangen para
laskar? Tidak kangen maki-maki Ahok lagi? Apalagi Ahok jadi Komut
Pertamina, si kafir itu keluar dari penjara tetap terangkat derajatnya.
Gak mungkin gak kangen toh? Nah kenapa Habib Rizieq tidak juga pulang ke
Indonesia kalau doanya itu memang mujarab?
Kalau
Rizieq bisa berdoa untuk membebaskan Bahar, kenapa Rizieq tidak bedoa
untuk membebaskan dirinya? Memang benar Rizieq tidak dipenjara, tapi
Rizieq terasa seperti terpenjara karena dia sudah tidak pulang
bertahun-tahun ke negara asalnya.
Jadi
sesungguhnya, apa maksud Bahar menyebut Doa Rizieq adalah solusi
kebebasan dirinya? Menurut analisa penulis dari apa yang bisa terlihat
berdasarkan fakta. Dia (Bahar) ingin mengangkat nama Rizieq saja. Bahar
ingin Rizieq kembali dikenang oleh pemujanya dan para penonton yang
mendengar videonya.
Bahar
ingin nama Rizieq di takutkan kembali oleh warga Indonesia, Bahar
seolah ingin menegaskan, saya bebas, semua karena pertolongan Rizieq
dari doanya, dan bukan tidak mungkin sehabis ini, bila dapat momentumnya
Rizieq benaran bisa pulang karena banyaknya dukungan atau amukan massa
yang menuntut Imam Besar satu itu dipulangkan.
Motifnya
cuma mengangkat nama Rizieq, tidak lebih dari itu, padahal pepesanannya
kosong, doa Rizieq tak mujarab. Harusnya terimakasih ke Kemenkum HAM
dan harusnya berterimakasih karena Corona.
Karena
kalau tidak, 3 tahun dipenjara itu pasti masih terasa lama baginya,
makin stres dia mencium aroma penjara yang tidak segar. Bisa jatuh sakit
dia karena terkena kentut macam Ahmad Dani dulu di penjara.
Beruntunglah ada Corona, beruntunglah Pemerintah punya toleransi untuk
Bahar, padahal Bahar ngeri-ngeri sedap perbuatannya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/doa-habib-rizieq-bikin-bahar-bebas-kenapa-habib-tHTr6Nqb7Q
Update Kasus Oknum Istri TNI
Yang Ingin Pemerintahan Presiden
Jokowi Tumbang
Ada
yang masih ingat dengan tulisan penulis sebelumnya tentang seorang oknum
istri TNI yang memiliki nama akun facebook Suswati Diy yang ingin agar
pemerintahan (Presiden Jokowi) tumbang sebelum akhir tahun 2020 nanti?
Saat
penulis menyelesaikan tulisan ini, tulisan tersebut masih bertahan
sebagai salah satu tulisan trending di Seword meskipun sudah berjalan
selama 2 hari seperti yang terlihat berikut ini:
Saat
penulis menyelesaikan tulisan tersebut, kita masih bisa menemukan akun
facebook atas nama Suswati Diy meskipun hanya berisi foto –fotonya yang
terakhir di update pada Februari lalu tetapi hari ini sudah lenyap, tanya kenapa?
Ssssttt, penulis juga sudah mengirimkan Direct Message
kepada akun resmi @Puspen_TNI agar kasus oknum istri TNI tersebut bisa
ditindaklanjuti oleh KASAD Jenderal Andika Perkasa kemarin siang…
Dan
tadi sebelum mau tidur, penulis iseng buka Google dan ketemu update
kasus oknum istri TNI yang ingin pemerintahan tumbang sebelum akhir
tahun 2020 nanti.
Akhirnya
suami dari oknum istri TNI yang ingin pemerintah tumbang sebelum akhir
tahun 2020 nanti sudah dijatuhi hukuman disiplin berupa penahanan ringan
selama 14 hari. Anggota TNI Rindam jaya yang berada di bawa Komando
Kodam Jaya yang bernama Sersan Mayor T dihukum karena istrinya melakukan
penghinaan kepada pemerintah.
“Menjatuhkan
hukuman disiplin militer kepada Sersan Mayor T (anggota Rindam Jaya)
berupa penahanan ringan sampai dengan 14 hari," kata Kepala Dinas
Penerangan Angkatan Darat, Kolonel Inf. Nefra Firdaus dalam keteragannya
hari Minggu kemarin (17 Mei 2020).
Hukuman
disiplin terhadap Sersan Mayor T tersebut berdasarkan hasil sidang
putusan yang dilaksanakan di Markas Besar TNI AD, pada Minggu
(17/5/2020) yang dipimpin langsung oleh KSAD Jenderal Andika Perkasa dan
dihadiri oleh Wakil KSAD Mayjen TNI Moch Fachruddin beserta jajaran.
Sementara
itu, Kolonel Inf. Nefra Firdaus menyebut TNI AD mendorong agar oknum
istri TNI yang tergabung dalam Persatuan Istri TNI AD atau Persit
tersebut untuk diproses secara hukum pidana. Sumber
Alhamdulillah,
akhirnya kasus ini sudah ditindalanjuti oleh KASAD Jenderal Andika
Perkasa dan pihak TNI sehingga suaminya sudah dikenakan hukuman disiplin
militer dan istrinya untuk “diproses” secara hukum!
Penulis
sebagai salah satu rakyat kecil mengucapkan Terima Kasih kepada KASAD
Jenderal Andika Perkasa yang sudah mau menindaklanjuti kasus ini. Kami
tidak rela TNI yang selama ini dikenal sebagai penegak cinta NKRI
“dirusak” oleh orang-orang seperti oknum istri TNI tersebut.
Kami cinta TNI dan NKRI adalah harga mati bagi kami.
Oh
iya, penulis juga mendapatkan informasi dari salah satu ponakan (dari
pihak suami) yang meminta maaf atas kelakuan bibinya yang menyinggung
banyak pihak. Bahkan dia menyebutkan jika dia tidak terlalu suka dengan
oknum istri TNI karena (maaf) bibinya tersebut terlalu sombong.
Penulis
tidak tahu apakah itu benar ponakan atau tidak, tetapi jika dia benar
ponakan dari pihak suami oknum istri TNI tersebut, penulis merasa salut
karena dia malah meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya,
dia meminta maaf untuk bibinya yang ingin pemerintah tumbang dan
menurutnya bibinya memang terlalu sombong selama ini.
Mungkin inilah “jalan” Tuhan untuk membalas kesombongan oknum istri TNI yang merupakan simpatisan Anies Baswedan.
Apa?
Oknum istri TNI yang ingin pemerintahan Presiden Jokowi tumbang sebelum akhir tahun 2020 itu adalah simpatisan Anies Baswedan?
Mana buktinya?
Lihat saja postingannya yang memuja Anies Baswedan yang katanya peduli terhadap orang-orang terlantar berikut ini:
Padahal
faktanya, GOR tersebut kosong setelah diperika oleh Wakil Ketua Fraksi
PSI DPRD DKI Jakarta Justin Adrian bersama anggota Komisi E Anggara
Sastroamidjojo.
Dan menurut petugas keamanan, seluruh tunawisma yang sebelumnya dibawa ke sana telah dipulangkan setelah sebelumnya diajak mengobrol oleh Gubernur Anies Baswedan dan diberi paket sembako! Sumber
Istri
oknum TNI yang ingin pemerintah tumbang sebelum akhir tahun 2020
mengatakan Anies Baswedan keren karena perhatian dengan mereka yang
terlantar (dan di bawa ke GOR), faktanya GOR kosong setelah dicek oleh
anggota DPRD DKI dan para tunawisma tersebut telah dipulangkan setelah
sebelumnya **diajak mengobrol oleh Gubernur Anies Baswedan dan diberi
paket sembako! Wkwkwk
Keren banget “pencitraannya”! Wkkwkw
Akhir
kata, kita lihat saja kelanjutan kasus oknum istri TNI ini karena pihak
TNI sudah mendorong agar dia diproses secara hukum karen diduga
melanggar pasal UU nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU nomor
11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.
Wassalam,
Nafys
Apes Bener! Setelah Didepak oleh
Zulkifli Hasan, Kini Amien Rais
‘Dihajar’ Andre Rosiade
Tua
bangka gak tahu diri dan gak berguna. Begitulah kura-kura kalimat yang
tepat untuk menggambarkan sosok eks Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien
Rais saat ini.
Bagaimana
tidak, saat ini usianya sudah mencapa angka 76 tahun, tapi tetap saja
merasa dirinya politisi paling hebat se-Indonesia.
Padahal
ia hanya dianggap rongsokan saja di PAN saat ini. Sehingga di periode
kedua kepengurusan Zulkifli Hasan, ia didepak dari partai yang dia turut
dirikan tersebut.
Sebelumnya,
pengaruh Amien ini di PAN sangat besar lho. Siapa yang mau menjadi
Ketua Umum PAN, untuk terpilih syaratnya wajib mendapat restu dari Mbah
Mien. Terbukti, beberapa Ketua Umum PAN, seperti Soetrisno Bachir, Hatta
Rajasa dan Zulkifli Hasan di periode pertama, bisa terpilih jadi
orang nomor satu di partai berwarna biru itu berkat restu Amien Rais.
Tapi
ternyata, kelakuan Amien yang terlalu mendominasi PAN itu membuat sang
Ketua Umum, Zulkifli Hasan murka. Langkahnya seolah dibelenggu oleh
Amien Rais.
Bahkan
karena begitu kencangnya intervensi Amien terhadap PAN, sampai-sampai
terlihat seolah ada matahari kembar di partai yang berlambang matahari
itu.
Hal inilah yang membuat Zul tidak suka. Hingga ia akhirnya memutuskan untuk berseberangan dengan besannya tersebut.
Di
kongres PAN ke-5 beberapa waktu lalu, sebenarnya Amien Rais coba untuk
mengusir si Zul ini dari kursi kepemimpinan PAN dengan mencalonkan
anteknya, Mulfachri Harahap sebagai Ketua Umum PAN.
Tapi
apa daya, ternyata kader PAN yang lain juga gusar terhadap dominasi
Amien Rais di partai tersebut. Sehingga dagangannya, Mulfachri kurang
laku.
Terbukti,
di kongres yang digelar pada Februari 2020 lalu itu, ternyata antek
Amien Rais tersebut kalah telak melawan Zulkifli Hasan. Zul berhasi
mendapatkan 331 suara. Sementara Mulfachri hanya memperoleh 225 suara
saja.
Nah,
tidak ingin ada benalu lagi di partai yang dipimpinnya tersebut, tanpa
menunggu waktu lama, Zul pun segera mendepak Amien Rais dari jabatannya
sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN dan menggantikannya dengan Soetrisno
Bachir.
Nah
si Soetrisno ini pada pemerintahan Jokowi periode pertama ditunjuk
sebagai Ketua Komite Ekonomi Dan Industri Nasional (KEIN). Artinya, di
politik ia berseberangan dengan Amien Rais. Amien selalu menghina dan
menghujat presiden, sementara Soetrisno malah ditunjuk jadi pembantu
pemerintah.
Jadi
sekarang, pasca posisinya digantikan oleh Soetrisno Bachir di PAN,
Amien Rais tidak ubahnya seperti gelandangan politik. Jabatannya di PAN
kini hanya sekedar kader biasa yang tidak lebih tinggi dari posisi
Faldo Maldini yang dulu pernah menjadi Wasekjen PAN, sebelum akhirnya
hijrah ke PSI.
Memang
sih ada wacana mau membentuk PAN Reformasi. Tapi yang namanya baru
wacana tetap saja Amien belum bisa menjadi Ketua Umum atau Ketua Dewan
Kehormatan PAN Reformasi itu.
Belum
lagi ditambah dengan waktu pendirian partai baru itu belum jelas kapan
tepatnya. Jadi masih jauh bangetlah PAN Reformasi bisa terwujud.
Nah, lantas apa yang dilakukan oleh Amien Rais sekarang ini untuk mengisi waktunya pasca tidak lagi menjadi petinggi di PAN?
Menjadi narasumber di channel YouTube Refly Harun.
Saat berbincang dengan eks Komisaris Pelindo-1 itulah Amien membahas peta politik Indonesia pada Pilpres 2024 mendatang.
Ia menjelaskan, capres 2024 yang paling populer saat ini adalah Prabowo. Sementara di posisi kedua ditempati Anies Baswedan.
Amien
lantas menyinggung posisi Anies di Pilpres 2014 lalu. Yang mana kala
itu Anies memang sudah berseberangan dengan Prabowo. Sampai-sampai ia
menyebut Prabowo didukung oleh mafia. Tapi apa daya do’i dipecat dari
kursi Mendikbud oleh Jokowi.
Hingga
akhirnya, berhubung di Gerindra minim kader potensial, ia dicalonkan
oleh Prabowo sebagai Cagub DKI untuk melawan mantan kader partai
berlambang burung Garuda itu, yakni Ahok.
Dan Anies berhasil terpilih sebagai gubernur DKI pada Pilkada DKI 2017 lalu.
Tapi
bak disambar petir di siang bolong, pujian terhadap Prabowo itu
ternyata tidak berbalas. Yang ada Amien malah dihajar pakai mulut oleh
anak buah Prabowo, Andre Rosiade.
Andre
pun mengatakan, apa yang dilakukan oleh Amien tersebut, yakni membahas
konstelasi politik 5 tahun ke depan di saat Indonesia kena wabah Corona
seperti ini adalah tidak tepat.
"Tidak perlu bicarakan peta politik 2024, karena saat ini Belanda masih jauh. Rakyat tidak butuh membahas pemilu dan Pilpres," ujar Andre men-skakmat Amien Rais, (16/5).
Andre
lantas memberi peringatan keras kepada eks Ketua MPR itu bahwa yang
dibutuhkan rakyat saat ini adalah uluran tangan para politisi. Karena
sebagian diantaranya yang terdampak Covid-19 ada yang tidak lagi bekerja
pasca di-PHK.
“Yang
dibutuhkan rakyat adalah aksi nyata politisi untuk membantu rakyat
dalam dampak Covid-19, bukan malah cerita politik. Seluruh Parpol,
politisi bekerja keras aksi nyata bantu masyarakat," ujar anggota DPR yang pernah menjebak PSK untuk tujuan pencitraannya itu.
Hahaha.
Dunia
memang unik ferguso. Dulu Amien mati-matian membela bos Andre, Prabowo.
Sampai-sampai Presiden Jokowi dikatain oleh-nya akan jadi bebek lumpuh.
Sekarang, di saat usianya kian menua, ia malah diskakmat oleh anak
buah Prabowo, Andre Rosiade.
Waduh
malang benar nasibmu Mien. Moga sehat selalu dan panjang umur. Supaya
bisa melihat anak-cucumu dikucilkan dari dunia politik.
Sumber :
Bahar Smith Pikir Dia Jagoan,
Padahal… Wkwkwkw!
Muda
dan tak berotak, satu hal yang sudah biasa dan banyak, bergeletakan di
tengah-tengah masyarakat. Dan itu yang kita semua lihat dari sosok Bahar
Smith, yang merasa sudah jadi jagoan karena baru saja dibebaskan dari
penjara karena KEBAIKAN HATI JOKOWI yang telah menawari dirinya PROGRAM
ASIMILASI.
Lucunya,
alih-alih mengakui kalau kebebasannya karena kebaikan Jokowi, Pengacara
Bahar Smith malah melalukan diplomasi stupid dengan mengatakan bahwa
sebenarnya Bahar Smith menolak program asimilasi yang ditawarkan. Dan
jika sekarang ini Bahar Smith ternyata bebas, itu karena Bahar Smith
‘merasa’ tugasnya untuk mengajar di dalam penjara sudah selesai.
Kok
diplomasi stupid? Well, karena bahasa seperti itu yang digunakan orang
untuk berdiplomasi. Tidak mengakui tapi mengakui, menerima tapi tidak
menerima. Padahal faktanya sama saja, bahwa Bahar Smith bebas karena
program asimilasi yang ditawarkan oleh Pemerintahan Jokowi, bukan karena
program mengajar yang sudah selesai. Lah wong si Bahar masuk penjara
karena kejahatan penganiayaan yang dia lakukan terbukti sah di
Pengadilan dan Hakim menjatuhkan putusan SALAH. Artinya Bahar Smith
pergi ke Lapas itu sebagai TAHANAN, bukan sebagai guru atau ustad yang
mendapatkan tugas dari pihak manapun untuk mengajar atau memberikan
siraman rohani pada narapidana di Lapas.
Apa sih itu ‘asimilasi’?
Asimilasi
adalah proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang
dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
dalam kehidupan masyarakat. Ada dua macam pelaksanaan asimilasi di
Lembaga Pemasyarakatan, yaitu pelaksanaan asimilasi di Lapas Terbuka dan
Lapas Tertutup. Asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka diberikan
kepada narapida dengan masa pidana antara ½ sampai dengan 2/3 dari masa
pidana yang harus dijalani oleh narapidana yang bersangkutan.
Lembaga
Pemasyarakatan atau Lapas Terbuka adalah Lapas yang menjadi bagian
yang menyatu dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Dan asimiliasi Lapas Tertutup adalah pembinaan terhadap narapidana.
Untuk
asimilasi keluar dari penjara, seperti yang didapatkan oleh Bahar
Smith, harus ada pihak penjamin yang menjamin narapidana selama berada
di luar Lembaga Pemasyarakatan. Biasanya pihak penjamin itu adalah
orang-orang yang kenal dengan narapidana tersebut.
Sekarang
kalian bisa paham, mengapa Bahar Smith mengucapkan terima kasih pada
Rizieq Shihab dan FPI, dan bukan pada Presiden Jokowi atas “Kebebasan”
dirinya dari hukuman? Karena tanpa penjamin, program asimilasi Bahar
Smith akan dilakukan maksimal adalah Asimilasi Lapas Terbuka, dimana dia
bekerja di luar Lapas tapi pulang ke Lapas, bukan ke rumah.
Di
satu sisi, saya melihat bahwa orang seperti Bahar Smith, sebenarnya
tidak memiliki tempat dimanapun, bahkan di Lapas sekalipun. Kombinasi
jahat antara pikiran, hati dan mulut telah menciptakan sosok monster
yang mampu melakukan kekerasan secara pisik dan secara verbal.
‘Kebrutalan’ Bahar Smith dalam ‘berdakwah’ tak lain dan tak bukan karena
karbit yang ditaburkan di atas dirinya, kebanyakan atau over dosis.
Bahar Smith seperti dipaksa untuk matang sesegera mungkin guna mengisi
kekosongan sosok pujaan di tubuh FPI yang selama ini dipegang oleh
Rizieq Shihab. FPI adalah satu ormas yang tidak bisa berdiri tanpa sosok
yang dikultuskan.
Sayangnya,
umur Bahar Smith yang terlalu hijau, nalar yang dangkal, miskin
literasi, besar emosi, dan tak miliki tujuan sendiri, membuat agenda si
“Penata Gaya FPI” gagal total untuk menciptakan Ikon pengganti Rizieq
Shihab. Bahar Smith menjadi sosok muda yang cuma pas jika di
‘karantina’.
Bayangkan
jika Bahar Smith terus ditahan di Lapas dan setiap hari meracuni
pikiran-pikiran para tahanan yang notabene memiliki sejarah kejahatan
macam-macam, dengan hasutan-hasutan kebencian terhadap pemerintah! Akan
seperti apa jadinya?
Di
sisi lain, saya berpikir bahwa pelepasan Bahar Smith di tengah wabah
corona, adalah satu keputusan yang sangat tepat dilakukan. Kondisi
Jakarta yang sedang melakukan pengetatat Pembatasan Sosial Berskala
Besar dengan semua hukuman atau sanksi bagi si pelanggar, seharusnya
cukup untuk ‘melokdon’ Bahar Smith di rumah. Tapi bukan pula tanpa
perhitungan jika kemudian, Bahar Smith melakukan hal yang sebaliknya.
Yaitu mulai memberikan lagi ‘ceramah’ dan mengumpulkan massa di Jakarta.
Secara langsung atau tidak langsung, Bahar Smith dan kelompok massanya
akan berhadapan dengan Aparat Pemda DKI Jakarta di bawah komando Anies
Baswedan.
Sementara
di media sosial, banyak Netizen +62 yang melihat aksi Bahar Smith
pulang ke rumah yang disambut massa FPI, semua berujar, “Para calon
mangsa virus corona!”.
Lalu apa do’a kita untuk mereka?
Membongkar Upaya
Pembusukan Jokowi
Lewat Video IKEA dan Soetta
Saya
tidak langsung percaya dengan video pembusukan video IKEA yang direkam
oleh orang tak dikenal dengan mempertanyakan mengapa toko besar bisa
buka, bebas masuk dan ramai, yang kaya makin kaya sedangkan orang kecil
makin miskin, suaranya gak jelas, nangis di video tersebut.
Demikian
pun dengan gambar antrian gila-gilaan di bandara Soetta pada pagi hari.
Saya pun langsung mencari-cari tahu tentang keadaan sesungguhnya yang
terjadi seperti apa. Mengapa bisa ada video IKEA dan foto bandara
Soetta? Saya melihat, memang ada yang berselancar di atas PSBB ini,
untuk hancurkan Jokowi. Kok bisa? Begini…
Video Orang Diduga Sakit Hati Gak Dapet Parkir di IKEA
klik videonya disini https://youtu.be/8ma-heQ6Xgk
Video
IKEA Alam Sutra itu, adalah sebuah video yang direkam di daerah tempat
parkir. Untuk kita ketahui bersama, tempat parkir IKEA Alam Sutera ada
dua, yaitu parkiran atas dan parkiran basement. Dan pada saat PSBB,
parkiran atas memang sengaja ditutup. Jadi para pelanggan alias customer harus mencari parkiran di basement.
Akan
tetapi, menurut pengakuan beberapa rekan saya yang pada periode
tersebut ke IKEA, mereka menemukan bahwa keramaian itu terkontrol. Mulai
dari masuk ke halaman perbelanjaan, sudah ada security yang menjaga
dari pagar terdepan.
Artinya,
sudah dikontrol. Keramaian itu terkontrol dan tidak sampai membeludak.
Untuk mencari parkir pun sangat mudah. Hanya saja, memang terkesan
ramai, karena parkiran yang dibuka hanya parkiran basement. Lalu ketika
masuk ke dalam gedung perbelanjaan, semua orang di-screening.
Screening pertama adalah penggunaan masker. Yang tidak pakai masker, get the hell outta here, namun yang pakai masker, akan melakukan screening kedua, yaitu diukur temperatur tubuhnya lewat thermometer gun. Tanpa terkecuali. Beberapa orang dilarang masuk jika suhu tubuh di atas batas normal.
Mereka yang terbaca suhunya 36,5 ke bawah pun, juga di-screening ulang untuk memastikan akurasi. Lalu masuk screening ketiga, mereka diwajibkan menggunakan hand sanitizer yang sudah tersedia, sebelum masuk dan pegang-pegang barang.
Antriannya
di kasir pun dibuat jarak, dengan stiker satu meter demi satu meter.
Semua orang tertib. Jadi bagi saya, PSBB sudah dikerjakan di IKEA Alam
Sutera. Video itu hanya orang yang mungkin sakit hati gak dapet parkiran
kali? Kan bangkey?
Gara-gara
video satu orang gak jelas, IKEA harus ditutup oleh pemda daerah sana.
Framing busuk perekam video itu kepada Jokowi adalah isu kaya miskin.
Ngomongin IKEA boleh buka, tapi pakai bawa-bawa kalimat orang kecil
disuruh tutup dan provokasi orang. Situ kalau gak dapet parkir, gak usah
ngebacot deh.
Foto Antrian Bandara Soekarno Hatta
Foto
penumpukan orang yang ngantri tanpa PSBB di Bandara Soekarno Hatta juga
bagi saya, adalah framing busuk kepada pemerintah pusat, terkhusus
kepada Presiden Joko Widodo.
Perlu
diketahui bahwa antrian itu bukanlah antrian penumpang untuk berangkat,
atau beli tiket, atau apapun yang terkait dengan kepergian atau
kedatangan di bandara tersebut. Antrian itu adalah antrian test massal. Saya gak tahu jenis tes yang dilakukan itu apakah rapid test atau SWAB.
Tapi
yang pasti, mereka sengaja dikumpulkan di satu tempat untuk melakukan
test. Dari 13 penerbangan yang ada di pagi hari selama 2 jam, pasti akan
banyak sekali orang. Namun, 13 penerbangan yang disebar di berbagai
lokasi terminal, hanya satu lokasi test yang dibuka.
Apa
ini bukan namanya sengaja membuat ramai dan menjadikan Covid 19
merajalela di Bandara Soetta? Saya melihat ini adalah pembusukan yang
dikerjakan oleh kaum konspirasi elit oligarki, untuk menghancurkan citra
Jokowi. Jokowi diserang dari berbagai sisi tanpa ampun.
Satu
tempat test untuk melayani pasien dari 13 jenis penerbangan, itu
adalah strategi busuk yang efektif dikerjakan untuk menghancurkan citra
Jokowi. Ketika pemerintah pusat ramai-ramai menanggulangi Covid dengan
susah payah, ada saja konspirasi elit oligarki yang ingin
menghancurkannya.
Mungkin
mereka suka melihat Indonesia hancur dan angka Covid 19 bisa sesuai
dengan prediksi si Wan Abud bin Badut Ancol itu. Saya melihat bagaimana
pun juga, seharusnya areal bandara yang besar, tidak bisa hanya satu
tempat test. Itu namanya sengaja bunuh orang pelan-pelan.
Covid
19 adalah sesuatu yang patut disikapi dengan bijak. Gak usah
pinter-pinter amat untuk memahami bahwa IKEA tidak ramai dengan melihat
dalamnya yang terkontrol. Juga kalian gak usah pinter-pinter amat untuk
buka beberapa tempat test di bandara agar tidak terjadi penumpukan.
Pinter
dikit sih cukup. Tapi kepintaran kalian malah tertutup dengan
kebodohan-kebodohan dan kelicikan kalian untuk menghantam Jokowi. Asal
Tuhan dan rakyat berpihak kepada Jokowi, kalian tidak bisa apa-apa wahai
kadal gurun dan konspirator elit politik oligarki.
Begitulah pihak-pihak.
Amunisi Baru Anies “Perang”
Melawan Jokowi
Pasca
dipecat dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016 lalu,
Anies berubah total. Ia yang pada Pilpres 2014 silam tak henti melempar
puja dan puji kepada Jokowi itu, berbalik memusuhi. Ia segera menjaga
jarak. Ia tidak lagi melihat Jokowi sebagai seorang panutan. Namun
sebaliknya, ia justru menjadikan mantan atasannya itu sebagai musuh.
Anies
Baswedan ternyata tidak sehebat seperti yang selama ini saya kenal.
Jika sebelumnya saya menjadikannya sebagai salah satu tokoh muda yang
patut diteladani, yang menurut saya, telah memberi andil yang cukup
besar untuk kemajuan dunia pendidikan Indonesia, ternyata anggapan saya
itu tidak sepenuhnya benar. Saya salah menilainya selama ini.
Ia
tidak lebih bagai politikus pada umumnya. Segala apa yang ia kerjakan
tidak lebih hanya sebagai pencitraan. Ada maksud lain di balik
kebaikan-kebaikan yang selama ini ia lakukan. Selain itu, ia tidak pula
memiliki kemampuan manajerial yang baik. Cakapnya yang besar,
tindakannya biasa-biasa saja. Terbukti, ia hanya dipercaya 2 tahun saja
sebagai menteri.
Tapi
sialnya, Anies merasa diri paling benar tanpa ia pernah mampu
membuktikan kebenarannya itu. Perasaan tidak bersalah itu lantas
membuatnya membusungkan dada. Terlebih-lebih setelah ia diusung sebagai
cagub pada Pilkada DKI 2017 lalu dan keluar sebagai pemenang, makin
membuatnya pongah tak karuan. Posisinya sebagai orang nomor satu di DKI
menjadi senjata baru baginya untuk melancarkan “perang” melawan Jokowi.
Dalam
beberapa kesempatan ia secara terbuka memilih berbeda dengan presiden.
Ia yang semestinya loyal kepada presiden, tapi ia kerap menjadikannya
sebagai saingan yang harus dikalahkan. Dalam pikiran Anies, Jakarta
seakan-akan terpisah dari Indonesia. Jakarta ya Jakarta, dan Indonesia
ya Indonesia. Ia seperti tidak ingin Jakarta dicampuri oleh presiden.
Pada
masa pandemi corona tiga bulan terakhir, kebusukan hati Anies semakin
terlihat jelas. Ia bukan justru bekerja keras memutus mata rantai
Covid-19 dari daerah yang ia pimpin, namun ia malah jadikan sebagai
ajang untuk merusak citra Jokowi. Awalnya ia meminta agar Jakarta
di-lockdown. Tujuannya apa, agar penyebaran virus corona segera dapat
teratasi? Tidak. Lockdown sangat berpeluang memunculkan huru-hara. Nah, hal itu yang ia inginkan.
Tapi, Jokowi paham betul maksud politis di balik permintaan yang sok mengatasnamakan kepentingan warga Jakarta itu. Permintaan itu ditolak. Jokowi tidak setuju menerapakan kebijakan lockdown.
Sebab mudaratnya akan lebih banyak ketimbang manfaatnya. Jokowi
akhirnya memilih PSBB seperti yang saat ini dilaksanakan di beberapa
daerah.
Baru-baru
ini, Anies berulah lagi. Ia menyebut bahwa DKI sudah tidak lagi punya
uang untuk memberi bantuan sosial kepada rakyatnya. Pertanyaannya
sekarang adalah, kenapa daerah-daerah lain yang APBD-nya jauh lebih
kecil mampu, sementara DKI Jakarta yang APBD-nya hampir mencapai Rp. 90
triliun itu jatuh miskin padahal belum berbuat apa-apa?
Jawabannya
adalah, Anies ingin menciptakan sebuah kekacauan baru. Dan benar saja.
Kekacauan itu benar-benar terjadi. Tiga menteri Jokowi: Menteri Sosial,
Menteri Keuangan, dan Menko PMK, segera berekasi. Ketiga menteri itu
segera berkomentar. Bahwa Anies tidak komit, data penerima bansos di DKI
berantakan. Kegaduhan pun terjadi.
Selanjutnya
apa yang terjadi? Anies segera muncul bak seorang pahlawan. Ia menyebut
bahwa apa yang disampaikan oleh ketiga menteri Jokowi tersebut tidak
tepat. Yang benar menurut Anies adalah, bahwa ia telah menyiapkan
anggaran sebesar Rp. 5 triliun untuk bansos DKI Jakarta. Para pemujanya
lantas bersorak gembira mengagungkan namanya.
Belum lagi kekacauan terkait bansos selasai, Anies menciptakan kekacauan baru yang lebih mengerikan. Kepada The Sydney Morning Herald dan The Age,
ia menyatakan bahwa sejak Januari ia sudah melacak kasus-kasus
potensial Covid-19 di Jakarta. Ia lalu mengusulkan agar pemerintah pusat
mengizinkan DKI Jakarta melakukan tes, tetapi menurut pengakuannya,
usul itu ditolak.
Sementara faktanya kan
tidak begitu. Yang benar adalah bawah pada bulan Januari, Anies masih
sibuk mengurusi banjir dan membabat habis ratusan batang pohon di
kawasan Monas untuk pembangunan trek balap Formula E. Jadi sudah jelas.
Anies berbohong kepada The Sydney Morning Herald dan The Age semata-mata hanya ingin menaikkan pamornya di mata internasional. Dan sebaliknya, ia ingin agar dunia mencemooh Jokowi.
Di
tengah Anies “perang” melawan Jokowi, ia seolah mendapat kekuatan baru.
Adalah ustaz pujaan kelompok kadal gurun, Bahar Smith, yang baru saja
keluar dari penjara, yang akan memberinya nafas baru. Tidak bisa
dipungkiri memang, bebasnya Bahar Smith merupakan kabar baik bagi
pemujanya. Lihatlah ketika ia bebas kemarin, ia disambut bak seorang
raja.
Bahar
Smith yang merupakan seorang penganiaya itu disembah layaknya Tuhan.
Ribuan pengikutnya bergerombol tanpa memperhatikan protokol kesehatan
pencegahan penularan Covid-19. Mereka menjerit dan bernyanyi seperti
sedang kesetanan. Saya tidak tahu entah berapa orang yang nantinya
dinyatakan positif corona dari kerumunan itu.
Kabar
buruknya, Bahar Smith masih persis sama seperti yang dulu. Pada ceramah
perdananya, yang beredar luas di media sosial, masih dipenuhi kebencian
dan hasutan. Dinginnya sel, ternyata tidak lantas mengubahnya menjadi
ustaz berhati lembut, yang menebar cinta dan damai. Ia masih seperti
yang dulu: suaranya meledak-ledak, ceramahnya masih seputar kebenciannya
kepada pemerintah yang saat ini berkuasa.
Hal
itu tentu menjadi angin segar bagi Anies. Anies mendapat tandem baru.
Bahar benci Jokowi, Anies juga. Kesamaan itu yang nantinya akan menjadi
sebuah kekuatan besar untuk menghantam Presiden Jokowi. Oh, Bambangg! Betapa senangnya Anies saat ini! Ia seolah mendapat tambahan amunisi baru untuk menyerang lawan.
Oknum Istri TNI Ingin Pemerintahan
Presiden Jokowi Tumbang
Sebelum Akhir Tahun 2020?
Semalam,
penulis mendapatkan pesan inbox dari salah satu penulis Seword lainnya
yang tidak mau disebutkan nama tentang postingan seorang oknum istri TNI
yang nyinyir terhadap pemerintahan Indonesia yang sah di bawah
kepemimpinan Presiden Jokowi.
Penulis
juga dicolek oleh salah satu penulis Seword lainnya dalam sebuah grup
diskusi sesame penulis Seword tentang informasi yang sama terkait oknum
istri TNI tersebut.
Berikut adalah screen shot postingannya…
Meskipun
dalam postingannya oknum istri TNI tersebut tidak menyebutkan nama
secara spesifik, kita sudah paham bahwa yang dimaksud adalah
pemerintahan Indonesia yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Jadi
ingat kasus istri Dandim Kendari yang nyinyir terhadap penusukan
Wiranto beberapa waktu yang lalu. Dia juga tidak menyebutkan nama
Wiranto secara langsung tapi kita sudah paham bahwa yang dimaksud
olehnya adalah Wiranto.
Dan
akhirnya, suaminya yang baru menjabat sebagai Dandim Kendari selama 2
bulan, akhirnya dicopot dan ditahan oleh Kepala Staf Angkatan Darat
(Kasad) Jenderal Andika Perkasa! Sumber
Bahkan KASAD, Jenderal Andika Perkasa mendorong agar istri Dandim Kendari tersebut diproses secara hukum di peradilan umum. Sumber
Setelah
istri oknum TNI tersebut menuliskan agar pemerintahan Presiden Jokowi
tumbang sebelum akhir tahun 2020, soerang netizen bernama Tri Triyanta
membalas komentar oknum istri TNI tersebut dengan mengatakan:
“Iki istri TNI digaji dari uang negara kok malah koyo pemberontak”
Dan dibalas oleh oknum istri TNI tersebu dengan mengatakan:
“Sing yang gaji TNI bkn negoro ning rakyat. Duite seko rakyat”
Miris
ya, ada oknum istri TNI seperti ini, suaminya kerja sebagai salah satu
abdi negara tetapi istrinya malah anti terhadap pemerintahan negara
Indonesia yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Mana buktinya jika oknum istrinya anti terhadap Presiden Jokowi?
Gampang!
Lihat
saja beberapa foto profilnya yang secara memperlihatka bahwa dia adalah
pendukung Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 lalu berikut ini:
Bagi yang ingin kepo-in akun facebook oknum istri TNI yang bernama Suswati Diy silahkan buka alamat facebooknya di https://web.facebook.com/suswati.diy
Tanya kenapa?
Karena postingan nyinyirannya sudah viral di media sosial!
Dalam postingannya yang lain, dia juga menulisan:
“Kalo seragam gini hijab hrs dimasukkan ke dlm baju itu sdh jd peraturan jd kalo dpt dosa yg dosa yg memberi mandate”
Apakah ini artinya dia tidak suka memasukkan hijab ke dalam baju seperti yang dikenakannya selama ini?
Penulis lalu menemukan komentarnya dalam postingannya yang lain berikut ini:
Dia menyebutkan bahwa dirinya tinggal di kawasan Cilebut (Bogor), Jawa Barat Indonesia bk Cina…
Apakah ini artinya dia juga “rasis” terhadap etnis Cina?
Sungguh
mengerikan ada oknum istri TNI seperti ini yang “menikmati” gaji dari
suaminya sebagai salah seorang abdi negara tetapi dia ingin agar
pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi tumbang
sebelum akhir tahun 2020 ini.
Berikut adalah penampakan oknum istri TNI yang nyinyir terhadap pemerintahan Presiden Jokowi saat ini…
Penulis
sangat menghormati KASAD Jenderal Andika Perkasa yang memperlihatkan
seorang pemimpin yang tegas dan perhatian kepada bawahannya seperti yang
sudah penulis bahas dalam tulisan sebelumnya di https://seword.com/umum/video-haru-jendral-andika-perkasa-menjenguk-sertu-mvCOGE8iwy
Terus terang saja, penulis tidak rela ada oknum istri TNI yang “merusak” citra TNI seperti Suswati Diy ini…
Jika
KASAD Jenderal Andika Perkasa secara tegas mencopot Dandim Kendari
karena istri Dandim Kendari tersebut nyinyir dalam kasus penusukan
Wiranto beberap bulan lalu, kita lihat saja bagaimana kelanjutan kasus
oknum istri TNI yang ingin pemerintahan Presiden Jokowi tumbang sebelum
akhir tahun 2020 ini.
Istri
Dandim Kendari nynyir Wiranto, Dandim Kendari dicopot dan ditahan,
istrinya “diproses” secara hukum di peradilan umum.
Dan kali ini, ada oknum istri TNI ingin Presiden Jokowi tumbang sebelum
akhir tahun 2020, kita lihat saja bagaimana “nasib” suaminya dan dia
nanti jika kasus ini makin viral…
Wassalam,
Nafys
Sumber Utama : https://seword.com/umum/oknum-istri-tni-ingin-pemerintahan-presiden-jokowi-16VA1WwqJt
Re-post by MigoBerita / Senin/18052020/11.42Wita/Bjm