Saat Najwa Shihab Dikeroyok Kader Gerindra Lantaran Offside!
Siapa
tak kenal presenter Najwa Shihab atau yang akrab dipanggil Nana.
Baru-baru ini dia sukses menjadi primadona oposisi karena dianggap
menampar presiden. Kini lewat media narasi tv miliknya, Najwa hendak
menunjukkan keperkasaannya dengan membully DPR.
Ironisnya
ia kini dikeroyok partai yang kerap mengkritik pemerintah. Najwa dibuat
terkeok-keok sebagai karma telah mempermalukan kepala negara beserta
lembaga legislatif tersebut.
Berikut kutipan pernyataannya yang dirangkum dengan judul "Catatan Najwa" di website narasi.tv:
Di
tengah pandemi seperti sekarang, anggota DPR justru bersemangat
membahas sejumlah RUU kontroversial dibanding fokus dengan strategi
melawan corona. Tindak tanduk mereka di tengah wabah pun, tak luput jadi
sorotan.
Di
tengah pandemi corona, anggota DPR rupanya masih sibuk dengan agenda
pembahasan sejumlah RUU kontroversial. Di antaranya: RUU Cipta Kerja,
RUU Pemasyarakatan, dan RUU KUHP.
Membahas
Undang-Undang yang menyangkut hajat hidup orang banyak di masa seperti
sekarang ini terlalu mengundang curiga. Tidak ada Undang-Undang yang
tidak penting, semua penting. Justru karena UU itu penting, aneh jika
pembahasannya diseriusi di waktu seperti sekarang. Saat di mana
perhatian dan konsentrasi kita sedang terkuras bertahan hidup di tengah
wabah.
Tak
hanya nekat mengagendakan bahasan RUU kontroversial, tindak tanduk DPR
di masa pandemi seperti sekarang ini banyak mendapat sorotan.
Menanggapi
kritikan aneh Najwa Shihab terhadap DPR, bantahan telak oleh Desmond
mengawali terungkapnya bobrok Najwa. Desmond bahkan menyebut Najwa
sebagai sosok yang lupa diri.
Seperti dilansir jpnn.com,
Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa menanggapi kritikan
pesenter Najwa Shihab terkait kinerja DPR dalam penanganan pandemi virus
Corona (COVID-19).
"Namun,
bagi saya bukan itu yang menjadi pokok masalahnya. Kritik yang
disampaikan (Najwa,red) terkesan hanya berdasarkan asumsi dan rekaan
belaka. Seolah-olah muncul dari sosok publik figur yang sedang lupa
tentang siapa dirinya. Mungkin karena terlena dengan banyaknya sanjungan
dan pujian yang diterima," ujar Desmond dalam pesan tertulisnya, Minggu
(3/5).
Apalagi,
Najwa sebelumnya dianggap sukses menaklukkan kepala negara lewat
pertanyaan terkait mudik dan pulang kampung yang justru membuat presiden
menjadi bulan bulanan di sosial media.
"Sampai
ada netizen membuat meme cukup menohok. Narasinya, 'di mata Najwa
presiden sudah seperti office boy saja, apalagi di ILC ya," ucap
Desmond.
Desmond
menegaskan, sebagai lembaga legislatif DPR bukan hanya mengurusi soal
penanganan virus corona saja. DPR bukan seperti lembaga eksekutif yang
bisa langsung beraksi menangani pandemi virus corona.
"Apakah
Mbak Nana berharap DPR terjun ke rumah rumah sakit ikut mengani pasien
corona? Harus terjun langsung ikut mengimpor APD, obat-obatan untuk
menangkal corona? Mba Nana berharap DPR ikut terlibat dalam pembuatan
peraturan menteri, keputusan presiden, peraturan kepala daerah atau
surat untuk lurah di desa desa?," katanya.
Desmond berharap Najwa membuka mata lebih lebar lagi untuk bisa memahami fungsi dan tugas legislatif dalam sistem bernegara.
Sehingga, tidak ada kesalahan narasi yang dibangun berdasarkan opini tanpa melihat data dan fakta.
"Kalau
DPR ikut campur tangan kerjaan eksekutif, pasti akan banyak yang
protes. Karena itu memang bukan kewenangan DPR, tetapi ranahnya
eksekutif dan jajarannya. Ketika DPR membentuk Satgas Melawan Covid-19
saja dianggap sebagai bukan kewenangannya," tutur Desmond.
"RUU
prioritas yang dibahas juga sudah melewati proses yang bisa jadi tidak
mudah di DPR, sehingga tidak tepat kalau Najwa menyatakan DPR buru-buru
membahas RUU itu seperti mengejar setoran. Najwa tampaknya sudah masuk
pada ranah yang tidak dia dalami dan hanya berasumsi saja," pungkas
Desmond.
Senada
dengan Desmond, Andre Rosiade juga memberi sindiran pedas pada Najwa.
Setelah Desmond mengkuliahi Najwa soal fungsi lembaga legislatif,
giliran Andrr yang mengulitinya terkait mitra pra kerja.
Seperti dilansir tribunnews.com,
terkait kritik dari Najwa Shihab ini, Andre Rosiade pun membalasnya.
Malahan Andre Rosiade menuding Najwa Shihab menerima proyek
dari Kartu Prakerja. Andre Rosiade menulis tudingan
untuk Najwa Shihab lewat akun Twitternya.
"Teman
sy @NajwaShihab yg sy hormati. Kami anggota @DPR_RI terus bekerja baik
di Rapat2 Virtual atau di Ruang Rapat utk terus bekerja utk Rakyat.
Termasuk membantu masyarakat secara lgs di Dapil kami. Agar bisa
mengurangi beban masyarakat akibat Wabah Covid 19." tulis akun Twitter Andre Rosiade.
Andre Rosiade juga menuding Najwa Shihab lewat Sekolahmu menerima proyek penunjukan langsung dari program Kartu Prakerja.
"Saran
sy sbg Sahabat, @NajwaShihab juga bisa lgs membantu rakyat. Apalagi ada
informasi diduga start up SEKOLAHMU yg berada di bawah PT. Sekolah
Integrasi Digital mendptkan Penunjukkan proyek Kartu Prakerja. Dimana
diduga SEKOLAHMU punya hubungan dgn @NajwaShihab," tulis Andre Rosiade.
Bila
memang tudingan itu benar, kata Andre Rosiade, sebaiknya keuntungan
yang didapat bisa disalurkan untuk membantu rakyat yang
terdampak pandemi Covid-19.
"
Seandainya dugaan ini benar. Bahwa SEKOLAHMU mendapatkan Penunjukkan
Langsung Proyek Kartu Prakerja, tentu keuntungannya bisa dipakai
membantu masyarakat yg terdampak Wabah Covid 19. Apalagi Proyek ini ada
krn adanya Wabah Pandemi Covid 19," tulis Andre Rosiade.
Saya
pribadi sebenarnya tak terlalu menyukai kader Gerindra lantaran
nyinyiran Fadli Zon dan juga Arief Poyuono yang kerap memojokkan
pemerinta, tapi kali ini saya sungguh angkat topi untuk dua kader
Gerindra ini. Baik pernyataa Desmond maupun Andre yang sukses membabat
Najwa perlu diapresiasi setinggi-tingginya.
Najwa
Shihab nyatanya tak sepintar yang orang kira. Setelah gagal memahami
perbedaan mudik dan pulang kampung, kini ia gagal paham fungsi DPR.
Ataukah Najwa sebenarnya tahu tapi pura-pura bodoh seperti yang
dilakukan junjungannya sebagai DKI 1? Kalau iya berarti ada kepentingan
besar di belakangnya.
Sebagian
netizen malah menghubungkan narasi tv miliknya yang bekerja sama dengan
salah satu pengembang reklamasi, Intiland. Kita lihat saja ke depan
apakah bangkai busuk di dalam tubuh Najwa perlahan terbuka semua.
Nyatanya ia sendiri menjadi mitra pra kerja yang ikut eks stafsus Jokowi
rebutan uang triliunan rupiah. Masihkah kita melihat Najwa sebagai
sosok pintar dan netral?
Belakangan
banyak fotonya tersebar saat bersama salah satu putra mahkota cendana
dan Lius Sungkarisma. Sampai-sampai kader Gerindra yang kerap nyinyir ke
pemerintah kini membuat serangan ganas. Mungkin suatu saat Najwa akan
menerima karmanya karena telah offside mempermalukan kepala negara.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
Stop Dulu Gelombang Baru Pendaftaran Kartu Pra Kerja, Pak Jokowi!
Saat
pertama kali mendengar Presiden Jokowi merencanakan program Kartu Pra
Kerja di periode keduanya, saya adalah orang yang excited sekali. Di
luar sana banyak sekali jenis pekerjaan baru, yang mungkin skillsnya
dulu nggak sempat kita pelajari, atau memang belum ada sekolahnya. Di
samping itu memang kita tahu Pendidikan di Indonesia masih timpang,
tingkat pengetahuan tentang bagaimana bekerja itu tidak sama, dan
berbagai masalah lain.
Bayangan
saya dulu, pelatihan di kartu prakerja itu banyak yang dilakukan secara
offline dengan mengutilisasi Balai Latihan dan Keterampilan (BLK)
misalnya. Atau menggunakan ruang-ruang di Dinas terkait. Ya mungkin ada
yang online, tapi tidak sepenuhnya daring seperti sekarang ini.
Iya,
saya paham bahwa situasinya kini kita menghadapi wabah corona. Nggak
tahu sampai kapan. Sementara banyak orang kehilangan pekerjaan,
penurunan penghasilan, dirumahkan, dan sebagainya. Banyak orang menuntut
Pemerintah turun tangan mengatasi ini dan dijalankannya Kartu Pra Kerja
sebagai sebuah solusi. Karena suasananya nggak memungkinkan maka
pelatihan yang ada kini online semua.
Dalam
opini ini saya tidak akan membahas tentang isu-isu terkait Kartu Pra
Kerja yang banyak dibicarakan, misalnya soal harga item pelatihan,
penunjukan rekanan, dan sebagainya. Terlalu banyak spekulasi dan saya
sendiri juga nggak paham.
Yang jadi concern saya adalah beberapa hal terkait pelaksanaan termasuk proses pendaftaran dan evaluasinya.
Begini,
di pendaftaran kartu pra kerja, kita diminta jawaban apakah kita dalam
status bekerja atau tidak, terikat kontrak atau tidak. Ternyata Ketika
kita sudah mendaftar, kita tidak bisa mengubah status kita lagi. Padahal
dalam situasi seperti ini bisa saja status berubah. Saat daftar masih
pekerja, di tengah proses di-PHK misalnya. Ada yang berbohong dengan
statusnya ya bisa-bisa saja, itu salah satu problem yang pasti muncul.
Tapi mestinya pihak kartu Pra kerja sudah mempersiapkan. Karena ini
program pemerintah, bukannya mudah ya mestinya kalua mereka ngelink
misalnya dengan BPJS Ketenagakerjaan sehingga bisa mengetahui status
orang per orang.
Kedua, pendaftaran kartu pra kerja gelombang baru terjadi tiap minggu.
Senin dibuka, akhir pekan ditutup, kemudian diumumkan lolos atau tidak.
Ini buat saya juga kurang tepat.
Kita
nggak ngerti efektivitas pelatihan online ini seperti apa. Output yang
dihasilkan, sertifikat digital yang dikeluarkan, apa iya hasilnya
memenuhi ekspektasi perusahaan? Apa iya para recruiter akan
mempertimbangkan sertifikat digital yang diperoleh dari pelatihan
prakerja itu? Mestinya ada evaluasi dulu untuk melihat bagaimana program
ini berjalan baru kemudian dibuka gelombang berikutnya. Sementara
karena ini pakai uang negara, nggak mungkin juga kan satu orang ikut dua
kali? Kasihan sekali kalau akhirnya justru kesempatan mengembangkan
diri ini jadi sia-sia.
Dan terakhir, ini mungkin menyedihkan. Ini terkait mental masyarakat
kita. Jadi saya dikirimi teman saya screenshot percakapan di sebuah grup
yang membahas kartu pra kerja. Yang terjadi adalah mereka mengakali
uang yang sudah ditransfer ke akun bank ataupun dompet digital agar bisa
ditarik. Jadi tidak semua dana yang seharusnya untuk belajar dipakai.
Lha ini kan artinya sudah melenceng dari tujuan semula. Mestinya
dipikirkan bagaimana meminimalisir potensi penerima kartu yang nakalan
seperti ini. Contohnya bagaimana? Misalnya saldonya adalah saldo belajar
prakerja. Ada di masing-masing akun. Baru insentif yang didapat setelah
menyelesaikan pelajaran di Prakerja lah yang ditransfer ke rekening
masing-masing.
Saya
berharap Pak Jokowi dan pihak-pihak yang ngurusi Kartu Pra Kerja ini
sebelum terus menerus membuka gelombang baru, benar-benar melakukan
evaluasi dan perbaikan dulu. Celah-celah yang ada ditutup, dilihat
efektivitasnya, sehingga program ini nantinya bisa benar-benar jadi
andalan untuk membantu masyarakat mendapatkan penghidupan yang layak.
Saya masih yakin kalua dilakukan dengan kehati-hatian dan diperbaiki
terus menerus maka program ini bisa jadi lebih baik. Gandenglah
universitas, gandenglah aplikasi-aplikasi yang punya impact memungkinkan
orang langsung bekerja dan berpraktek untuk mengembangkan kemampuan dan
belajar hal-hal baru. Jangan sampai program Kartu Pra Kerja yang
dipaksakan justru jadi catatan buruk Pemerintahan Jokowi di periode
kedua ini.
Selamat berpuasa!
Refly Harun Jadi “Alay”, Tak Bisa Bedakan Bansos dan Banpres
Satu
kali dipecat, kita masih bisa membela dia. Dengan asumsi pemecatan bisa
saja dilakukan karena unsur kecemburuan atau perkubuan atau apalah tapi
tidak dihubungkan dengan kompetensi diri. Tapi kalau dipecat dua kali,
kita harus bahkan wajib berpikir dua kali untuk membelanya. Pertanyaan
standar pasti masuk ke kepala kita, “Ada apa orang ini bisa dipecat dua
kali?”
Refly
Harun itu dulu sempat menjadi referensi kalau saya menulis analisa
hukum atau politik, karena saya memandang pendapata Refly Harun sebagai
seorang Pakar Hukum Tata Negara, itu bisa diterima dengan mudah oleh
logika dan akal sehat. Bagaimana tidak, riwayat pendidikannya yang
mentereng ditambah keaktifannya di dunia perhukuman di Indonesia tak
bisa dipandang sebelah mata.
Selain
seorang yang mendapatkan gelar S2-nya dari University of Notre Dame,
Amerika Serikat, kepakaran Refly Harun juga dibuktikan dengan
keberhasilannya mempertahankan disertasinya berjudul “Penyelesaian
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum di Indonesia”, dalam sidang promosi
doktor ilmu hukum di Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Andalas, Padang, Sabtu, 21 Mei 2016. dan dinyatakan lulus dengan nilai
yudisium cum laude.
Dari
sisi intelektualnya, bisa dikatakan Refly cukup memiliki jam terbang.
Dari mulai menjadi nara sumber, pembicara, dan pengamat persoalan hukum
tata negara, sengketa Pilkada, dan Pilpres, Refly juga aktif sebagai
konsultan dan menjadi staf ahli untuk salah seorang hakim konstitusi di
Mahkamah Konstitusi (MK), sampai akhirnya dia ditunjuk menjadi ketua tim
Anti Mafia MK oleh Ketua MK Mahfud M.D.
Jujur,
sejauh itu, saya hanya mengenal Refly Harun sebagai seorang Ahli Hukum
Tata Negara. Tak pernah sedikitpun saya melirik apa jabatan dia yang
lainnya selain sebagai ahli hukum tata negara. Saya pikir, Refly murni
di dunia hukum. Tidak sampai menginjakkan kaki di jabatan yang berbau
politis. Jadi cukup shock juga kalau kemudian, tiba-tiba saya mengetahui
dia dipecat dari jabatannya sebagai komisaris sebuah BUMN, dan lebih
shock lagi kalau ternyata pemecatan dirinya itu kali ini adalah kali
kedua.
Kekagetan
(baca : Ke-shock-an) saya atas apa yang bergulir hari ini, benar-benar
menjadi sebuah tanda tanya besar atas diri seorang Refly Harun. Benarkah
dia “dipecat” 2x dari jabatan komisaris, yaitu PT Jasa Marga dan
Pelindo I? Kalau saya menilik lagi media yang memberitakan “Pencopotan”
jabatan Refly Harun dari komisaris utama PT Jasa Marga, rasanya itu
bukan pemecatan, karena Menteri BUMN menempatkan orang yang bersangkutan
menjadi komisaris di Pelindo I. Selain itu, Refly diangkat (2015) dan
“dicopot” (2018) serta ditempatkan di posisi baru (2018) oleh orang yang
sama, yaitu Menteri BUMN, Rini Soemarno. Jadi, rasanya salah jika
kemudian netizen +62 menyimpulkan Refly sudah dipecat. Kata “dicopot”
juga kurang tepat. Karena dicopot itu biasanya terus dibuang. Yang tepat
itu “dicomot” atau “ditarik” dari PT Jasa Marga untuk dipindahkan ke
Pelindo I (2018).
Anehnya
Netizen +62, menyimpulkan bahwa “pencopotan” Refly dari Komisaris PT
Jasa Marga karena terlalu sering mengkritik pemerintah, jelas salah.
Kalau benar, kenapa dia diberi jabatan baru? Tidak langsung dibuang
saja…
Apakah
kemudian “pencopotan” Refly Harun dari posisi dia sebagai komisaris
Pelindo I tahun 2020, ini karena “dipecat” atau karena dia sudah menjadi
komisaris selama 5 tahun (2015-2018, di PT Jasa Marga, dan 2018-2020,
di Pelindo I)? Itu jika kita mengacu pada PP No.45 tahun 2005 tentang
Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Pasal 52 yang
berbunyi “
Anggota Komisaris dan Dewan Pengawas diangkat untuk masa jabatan 5
(lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan”, tanpa menyebutkan apakah 5 tahun pada satu BUMN saja, atau
secara keseluruhan.
Kalau
melihat masa jabatan 5 tahun Refly Harun menjadi komisaris BUMN, 5
tahun dia itu adalah bulan September 2020, dan kalau diberhentikan
sekarang artinya, ya dicopot. Tapi kalau dipecat sih, mungkin tidak.
Cuma
yang jadi pertanyaan sekarang, “Kalau dulu Refly kerap mengkritik
pemerintah, kenapa sekarang menjadi nyinyir pada pemerintah?”. Mengapa
Refly Harun jadi alay seperti Rocky Gerung, TengkuZul, dan para anggota
IKAN PARI (Ikatan penyinyir Negeri) ? sampai masalah bantuan Presiden
dan Bantuan Pemerintah saja tak dapat membedakan.
Seperti
tuitan terbaru Refly yang menuliskan ini : “Bansos yang disalurkan itu
uang negara, uang rakyat. Bukan bantuan pribadi. Aneh kalau ditempeli
gambar macam-macam. See: ROCKY GERUNG DICECAR REFLY (PART2): LUCU,
TUNGGU TAS LOGO PRESIDEN…”
Logo
presiden… itu bintang. Yang bilang kantong merah putih berlogo bintang
yang disebarkan Presiden Jokowi itu Bantuan Sosial, siapa? Apakah
Presiden Jokowi mengatakan bahwa itu adalah bagian dari bantuan sosial
atau bantuan presiden? Terlebih Refly Harun ini seorang ahli tata
negara, rasanya kebangetan kalau dia sampai tidak bisa membedakan antara
Bantuan Sosial dan Bantuan Presiden.
Bantuan
Sosial itu bentuknya BLT dan fasilitas lain berdasarkan apa yang
diprogramkan pemerintah. Kalau Bantuan Presiden bentuknya yah seperti
apapun yang Pak Jokowi mau, dalam kapasitas dia sebagai presiden, dimana
uang yang digunakan adalah uang taktis. Misalnya dengan menggunakan
kantong merah putih dengan logo bintang. Kalau bantuan pribadi Jokowi
sendiri, pastinya pakai gambar foto dia atau ditulis "Bantuan Pribadi
Pak jokowi". Tapi buat apa? Para IKAN PARI pasti akan melahapnya tanpa
mengunyahnya.
Kalau
kemudian, semua media memberitakan adanya "Bantuan Sosial" dengan foto
kantong yang bertuliskan "Bantuan Presiden", yang salah siapa? Lagi
pula, dikatakan bantuan sosial MAU MEMAKAI kantong yang berlogo bintang
dan bertuliskan "Bantuan Presiden", terus salahnya dimana??? Bagi orang
yang sakit hati, semua pasti tak ada yang benar.
Ini
yang saya sayangkan. Seorang intelek setinggi Refly Harun, harus
berubah menjadi alay. Kalau Fadli Zon menyoroti Jokowi dengan cara alay,
memang itu sudah dari sananya, tapi seorang Refly Harun dengan semua
gelar hukumnya yang mentereng, se-alay Fadli Zon.....? Waduh, mening
gelarnya kasih buat saya....
Re-post by MigoBerita / Senin/04052020/15.45Wita/Bjm