Nissa Sabyan yang Salah Bawakan Lagu atau Kita yang Tak Tahu?
Migo Berita - Banjarmasin - Agar para pembaca mengenal lebih dekat siapa Nancy Ajram, Nissa Sabyan hingga Julia Boutros, silahkan para pembaca Migo Berita terus update beritanya disini, dimana lagi kalau bukan di Migo Berita yang berisi berbagai macam artikel berita yang layak untuk dibaca, tetapi selalu ingat untuk membiasakan selesai membaca hingga habis, jangan hanya Judul Berita aza agar berita yang didapatkan dapat dicerna semua.. InsyaAllahJakarta, era.id - Penyanyi gambus Nissa Sabyan dikritik habis-habisan oleh warganet, karena tak selektif pilih lagu untuk dibawakan di acara Syair Ramadan di Global Tv, beberapa waktu lalu. Saat itu, Nissa dengan khusyuknya membawakan lagu "Ya Tab Tab" milik Nancy Ajram.
Mungkin semua akan terlihat baik-baik saja, saat tidak ada yang mengetahui arti lagu itu. Apalagi dengan sentuhan musik gambus, yang selalu identik dengan nuansa Islami menjadikan lagu tersebut seakan-akan punya sentuhan religi. Padahal, sama sekali tidak.
Lagu itu berkisah tentang seorang perempuan yang sedang ngambek dengan pacarnya. Berikut terjemahan atau arti lagu "Ya Tab Tab" yang dibawakan Nissa Sabyan:
Ku tepuk-tepuk ku manjakan dia
Dia bilang aku berubah kepadanya
Aku marah emosi
Tapi dia cuma peduli kesenangan dirinya
Ku katakan suasana hatiku juga bisa bagus
Bisa marah, bisa juga penuh perhatian
Di antara kita siapa yang selalu baik
Dia buatku kesal ingin ku cukil mataku
Jika aku marah darinya
Dan merasa diriku penting
Dia marah dan bilang aku tak perhatian
Jika ku jelaskan dia bilang aku menuduhnya
Dan terus membuatku merasa bersalah
Aku berubah dia sungguh kekanakan
Membuat hatiku bingung dengan dirinya
Tetapi aku sangat mencintainya
Itulah yang membuatku sabar dengannya
Jelas tak ada sepenggal kalimat pun yang bermuatan agama atau pun berkaitan dengan bulan suci Ramadan. Sang empunya lagu, Nancy Ajram, bahkan diketahui seorang Arab Kristen.
Karier Nancy di kancah internasional dimulai saat dirinya merilis album keempat, Ah W Noss di tahun 2004. Single utamanya berhasil tembus ke pasar internasional dan menjadi titik balik dari karier Nancy sepanjang hidupnya. Bahkan dia berhasil menandatangani kontrak dengan brand Coca-Cola untuk menjadi brand ambassador di Arab dan Afrika Utara lewat lagu "Oul Tani Keda".
Dia kembali merilis album kelima berjudul Ya Tabtab Wa Dallaa. Album ini tercatat sebagai karya terbaiknya sepanjang sejarah, bersamaan dengan diluncurkannya enam video klip dan lima lagu yang digunakan untuk iklan komersil. Sepanjang kariernya, Nancy Ajram telah merilis sembilan buah album dengan beragam penghargaan menarik.
Nancy Ajram juga pernah dianugerahi penghargaan World Music Awards pada tahun 2008 berkat album terbarunya, Betfakkar Fi Eih. Pada tahun 2009, dia diundang untuk menghadiri program televisi Amerika Serikat yang dipandu oleh Oprah Winfrey, di mana pada acara itu dia disebut sebagai Britney Spears dari Timur Tengah.
Nissa Sabyan blunder?
Penampilan Nissa Sabyan membawakan lagu bertema kisah percintaan "Ya Tab Tab" di acara religi tentunya kurang tepat. Namun, di luar itu, dia sah-sah saja membawakan lagu tersebut.Sebab dalam perjalanannya, musik gambus tidak selalu identik dengan sentuhan religi. Beberapa lagu banyak yang bertema cinta, persahabatan, sosial, dan lain sebagainya. Seperti pada genre lagu lain.
Gambus semula merupakan nama alat musik petik mirip kecapi (mandolin) asal Timur Tengah, yang biasanya diiringi gendang. Gambus kemudian berubah menjadi nama sebuah orkes. Perintis orkes gambus di Indonesia yang paling masyhur adalah Syech Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar.
Al-Usysyaaq, orkes gambus yang didirikan oleh Husein Aidid tahun 1947 di Pekojan, Jakarta Barat. (Foto: Istimewa)
Namun, musik ini sudah dibawa oleh imigran dari Hadramaut (Yaman) pada awal abad ke-19. Saat waktu senggang, para warga Yaman itu mengisi waktu kosong dengan bermain gambus. Perlahan, gambus malah digemari bukan hanya oleh orang-orang keturunan Arab, tetapi juga etnis lain.
Musik gambus semakin mudah diterima penduduk di nusantara karena ia juga bagian dari syiar agama Islam. Musik ini kemudian bertransformasi dari waktu ke waktu menjadi musik hiburan. Selain gambus, ada juga alat musik lain yang mengiringi seperti biola, gendang, tabla dan seruling.
Saat ini perkembangan musik gambus pun kian pesat. Bisa juga karena mengikuti perkembangan zaman, gambus sudah mulai bersahabat dengan alat musik lain seperti drum, gitar, piano, bahkan musik orkestra. Lagu-lagunya pun tidak selalu berbahasa Arab dan memiliki pesan keagamaan.
Sumber Berita : https://www.era.id/read/qmUlQO-nissa-sabyan-yang-salah-bawakan-lagu-atau-kita-yang-tak-tahu
Profil Nancy Ajram: Penyanyi Lagu Ya Tabtab Wa Dalla
tirto.id - Nisa Sabyan bersama bandnya Sabyan Gambus baru-baru ini tengah menjadi perbincangan karena penampilannya di salah satu TV Nasional. Dalam acara Syair Ramadhan dirinya menyanyikan lagu "Ya Tabtab Wa Dalla" yang ternyata bukan lagu religi, melainkan lagu asmara perempuan yang marah kepada kekasihnya. Lagu tersebut dipopulerkan oleh Nancy Ajram, salah satu penyanyi wanita asal Lebanon. Siapa dia? Dalam perjalanan kariernya, Nancy telah menjual sekitar 12 juta kopi albumnya di Arab, hal ini menjadikannya salah seorang penyanyi terkaya di Lebanon. Ajram lahir pada 16 Mei 1983 di Achrafieh dengan latar belakang keluarganya yang beragama Kristen Ortodok. Ia sudah bernyanyi semenjak umur delapan tahun dengan mengambil bagian dalam kontes menyanyi anak-anak pada dua stasiun TV yang terkenal di Arab, LBC dan TeleLiban. Pada umur 12 tahun pada 1995 Nancy Ajram turut ikut dalam variety show, Noujoum Al-Moustakbal (Bintang Masa Depan) yakni kontes pencarian bakat di Lebanon. Ia memenangkan medali emas dalam kategori Tarab setelah menyanyikan lagu dari Ummu Kultsum. Ketika usia 15 tahun, ia merilis album pertamanya dengan judul Mihtagalak (Aku butuh kamu) pada tahun 1998. Kemudian album keduanya rilis pada tahun 2001 yang berjudul Sheel Oyoonak Anni (Berhentilah Menatapku). Dilansir dari thefamouspeople.com, lagunya yang berjudul "Akhasmak Ah" dan "Ya Salam" pada album studio ketiganya memperoleh banyak popularitas di Arab. Meskipun Video Musik "Akhasmak Ah" menyebabkan banyak kontroversi di negara tersebut karena Nancy yang berperan sebagai manager kafe yang kemudian menggoda pelanggan dengan menari.
Tahun 2003, ia merilis album studio keempatnya Ah W Noss, yang memperkuat status ikon pop-nya di Timur Tengah. Album kelimanya berjudul Ya Tabtab dengan single utama "Ya Tabtab Wa Dalla" dirilis pada 15 Februari 2006. Ya Tabtab dianggap sebagai album terbaik Nancy hingga saat dengan pencapaian enam video musik dirilis, delapan hit radio, dan lima lagu yang digunakan untuk iklan. Pada tahun 2008 dirinya merilis album Bitfakkar Fi Eih yang menampilkan vokal yang matang dan ia juga memenangkan World Music Award pertamanya sebagai Artis Timur Tengah terlaris. September 2008 dirinya menikah dengan Dr. Fadi Hachem setelah hubungan tiga tahun, pernikahannya dihadiri terutama oleh teman dekat dan keluarga. Nancy melanjutkan pekerjaannya selama kehamilan, di mana ia memfilmkan Lamset Eid dan iklan Sony Ericsson pertamanya. Pada tanggal 16 Mei 2009, Nancy melahirkan anak pertamanya, seorang anak perempuan bernama Mila. Nancy merilis sebuah lagu untuk putrinya, "Ya Rab Tekbar Mila" (Saya Berdoa agar Mila Tumbuh) di hari yang sama. Pada Oktober 2010, sebulan setelah rilis album studio ketujuh, Nancy mengumumkan bahwa ia hamil empat bulan untuk anak keduanya. Selama periode itu ia telah memfilmkan video clip "Sheikh El Shabab" dan "Ya Kether" secara berturut-turut untuk dirilis selama masa kehamilannya. Nancy kemudian melahirkan anak keduanya pada 23 April 2011 yang dinamai Ella. Menjadi penyanyi, Pada Oktober 2009 ia juga dipilih menjadi Regional Goodwill Ambassador UNICEF melalui kantor regional UNICEF Middle East and North Africa (MENA). Ia masih berkarya hingga saat ini dengan merilis album terbarunya El Omr dan single utamanya yang berjudul "El Omr" pada 19 April 2020. Nancy Ajram merupakan penyanyi dengan segudang prestasi dan mendapat sambutannya secara umum positif. Akan tetapi, selama berkarier ia juga menghadapi kritik karena digambarkan sebagai simbol seks di Arab.
Kontributor: Rachma Dania Penulis: Rachma Dania Editor: Alexander Haryanto
Penyanyi Lebanon Nancy Ajram saat ia tiba untuk World Music Awards di Monako, Selasa, 27 Mei 2014. (Foto AP / Bruno Bebert)
Sumber Berita : https://tirto.id/profil-nancy-ajram-penyanyi-lagu-ya-tabtab-wa-dalla-fntv
[Commentary] Tepatkah Predikat ‘Teroris’ untuk Hizbullah?
Tulisan ini telah merupakan tanggapan ilmiah dari jurnal yang dimuat dalam Journal of Human Behavior in the Social Environment, 23:4, 475-484, DOI: 10.1080/10911359.2013.772425, yang intisarinya telah dipublikasikan di tautan ini: http://ic-mes.org/politics/jurnal-fenomena-hizbullah-menurut-teori-asosiasi-diferensial/Apakah Hizbullah adalah kelompok teroris? Iya, menurut Amerika Serikat, sebelum akhirnya pada Maret 2015, Senator AS, James Clapper, Direktur National Intelligence, melaporkan bahwa AS menghapus Iran dan Hizbullah dari daftar teroris. [1] Selain AS, ada Perancis, Australia, Canada, Belanda, dan Israel yang juga memasukan Hizbullah sebagai kelompok teroris.
Namun jika kita bertanya pada rakyat Lebanon, negara lahirnya kelompok Hizbullah, niscaya kita akan mendapati jawaban yang berbeda. Sebut saja Julia Boutros, seorang penyanyi Kristen asal Lebanon, yang terang-terangan menunjukkan dukungannya kepada Hizbullah. Pada 11 Oktober 2006, Julia Boutros mengeluarkan single baru dengan label “Ahibaii” (mereka yang saya cintai), sebuah lagu yang liriknya berdasarkan surat yang dikirim oleh Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah kepada para pejuang Hizbullah di Lebanon Selatan pada musim panas 2006 dalam Perang antara Lebanon dan Israel. Semua keuntungan dari penjualan lagu ini dipersembahkan dan untuk membantu keluarga pejuang Hizbullah dan warga Lebanon yang meninggal dalam konflik Israel-Lebanon. Penjualan lagu itu mencapai tiga juta dolar dan diserahkan kepada keluarga warga sipil, tentara, pasukan keamanan, dan pejuang Hizbullah Libanon yang meninggal dalam konflik tersebut. Jumlah penjualan ini tiga kali lipat dari yang ditargetkan yang semula hanya satu juta dolar. Tahun 2013, Julia Boutros kembali menggelar konser dan menyanyikan dua buah lagu sebagai bentuk terimakasihnya kepada Hizbullah. [2]
Kedua, ulama Ahlussunah Lebanon, Syeikh Maher Hammoud yang juga merupakan imam masjid al-Quds di Saida, merupakan pendukung Hizbullah sejati. Kerena dukungannya ini, tak ayal ia sering menjadi sasaran serangan oleh kelompok-kelompok takfiri. Ketika Hizbullah memutuskan masuk ke dalam konflik Suriah untuk membantu pemerintahan Bashar al-Assad memerangi terorisme, Syeikh Maher Hammoud mengatakan bahwa langkah Hizbullah sangat tepat, karena bagaimanapun, kekacauan Suriah akan berdampak pada keamanan di Lebanon.
Ketiga, rakyat Lebanon. Sebuah tulisan lama dari Nytimes, mengungkapkan bagaimana Hizbullah, tak hanya piawai memegang senjata di medan tempur, namun juga mengabdi untuk rakyat Lebanon. Disebutkan, Hizbullah bergerak seperti bayangan � melintasi pegunungan dari Lebanon selatan, menjadi pekerja di kota-kota dan desa-desa layaknya hantu, dan telah melebur dalam� kehidupan masyarakat. Mereka membantu biaya pengobatan, menawarkan asuransi kesehatan, membayar uang sekolah dan menanamkan modal untuk masyarakat yang merintis usaha kecil. Mereka tidak terlihat, tetapi sesungguhnya mereka ada dimana mana, menyediakan berbagai pelayanan penting- yang selama bertahun tahun tidak mampu dipenuhi oleh pemerintah Lebanon. [3]
Israel melakukan agresi militer ke Lebanon pada tahun 1982, dan agresi itulah yang melatarbelakangi munculnya kelompok Hizbullah. Hizbullah, mempertahankan negaranya dari agresi, karena saat itu, tentara reguler Lebanon tidak sanggup melindungi mereka. Agresi militer Israel terhadap Lebanon berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Terakhir, Israel dan Hizbullah kembali terlibat bentrok pada tahun 2006 dalam Perang 33 Hari.
Yang harus dipertanyakan dari tulisan Taylor Armstrong & Jonathan Matusitz dalam jurnalnya �Fenomena Hizbullah Menurut Teori Asosiasi Diferensial� adalah, apakah tepat predikat teroris ini disematkan kepada Hizbullah? Bukanlah menjadi sebuah ironi, jika kelompok yang disebut teroris, pada kenyataannya mendapakan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat Lebanon.
Teori asosiasi diferensial ini bertumpu pada premis bahwa pembelajaran perilaku kekerasan paling efisien ketika ditumbuh-kembangkan dalam kelompok yang memiliki pemikiran/ ideologi yang sama (Sutherland, 1949). Dan memang, Hizbullah merupakan gerakan perlawanan yang anggotanya adalah muslim Syiah dengan ideologi yang matang. Taat kepada kepemimpinan, membela kaum tertindas dan melakukan perlawanan atas tirani. Hizbullah juga memiliki ikatan religius seperti perayaan Asyura ataupun Hari Al-Quds Internasional yang merupakan simbol perekat.
Namun sayangnya, Taylor Armstrong & Jonathan Matusitz melupakan bahwa kelompok ini mendapatkan dukungan yang sangat besar di luar muslim Syiah. Bahkan, ketika Hizbullah dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh Uni Eropa, pemerintah Lebanon meminta agar Uni Eropa tidak melakukan hal itu. Presiden Lebanon Michel Suleiman dalam pernyataannya,menyebut Hizbullah satu bagian dasar masyarakat Lebanon dan mendesak UE menahan dari dari mengambil keputusan dengan cara tergesa-gesa dan tanpa bukti yang objektif dan menentukan. [4]
Taylor Armstrong & Jonathan Matusitz juga menyebut Hizbullah sebagai kelompok yang melakukan berbagai kekejaman, namun tidak menjelaskan, siapa yang menjadi korban kekejaman Hizbullah? Apakah Hizbullah membantai penduduk sipil? Nyatanya, Hizbullah melakukan perlawanan kepada agresor Israel, dan rakyat Lebanon memberikan dukungan penuh. Seandainya situasinya kita rubah, jika saja Israel tidak melakukan invansi militer kepada Lebanon, akankah Hizbullah tercipta? Bukankah Perdana Menteri Israel, Ehud Barak di majalah Newsweek berkata, �Ketika kami memasuki Lebanon, tidak ada Hizbullah; kehadiran kami yang menciptakan Hizbullah (hal. 33).
Tidak ada yang keliru dengan teori asosiasi diferensial, seandainya digunakan untuk menganalis suatu organisasi yang memang melakukan teror seerti Al-Qaeda, ISIS, Boko Haram, dll. Namun teori ini menjadi tidak tepat ketika digunakan kepada Hizbullah, karena kelompok Hizbullah bukanlah teroris.
[1] https://www.middleeastmonitor.com/news/americas/17579-us-removes-iran-and-hezbollah-from-list-of-terror-threats
[2] http://www.monitormideast.com/en/2013/09/christian-singer-julia-boutros-honors-hezbollah-in-concert/
[3]www.nytimes.com/2006/08/06/world/middleeast/06tyre.html?pagewanted=all&_r=0
[4] http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=12681&type=104#.VhYUsyscPIU
Sumber Berita : https://ic-mes.org/politics/commentary-tepatkah-predikat-teroris-untuk-hizbullah/
Re-post by MigoBerita / Senin/11052020/11.40Wita/Bjm