Migo Berita - Banjarmasin - Benarkah Banyak "Kadrun" di Telkom ??!! (Setelah bocornya data Denny Siregar..!!!!!).
Setelah data salah satu pegiat media sosial Denny Siregar "Bocor", Telkom pun kena "Tuding" dipenuhi dengan gerombolan "Kadrun" pengosong Khilafah, Bagimanakah kita sebagai bangsa Indonesia menyikapinya..!!!
Agar tidak ketinggalan kumpulan artikel yang di re-post ulang oleh Tim Migo Berita, update terus Channel Migo Berita dan yang penting "Baca hingga Akhir, hingga tidak gagal paham akibat hanya membaca Judul artikel".
Selamat membaca, merenung dan berpikir Kritis...
Kenapa Telkomsel Melindungi Staf Penyebar Data Denny Siregar?
Seperti
yang kita tahu, data hape Denny Siregar dibocorkan ke publik. Lengkap
dengan tangkapan layar console hitam. Denny kemudian menuduh Telkomsel
lah yang menyebarkan data pribadi dirinya. Sehingga sekarang semua orang
tahu di mana Denny tinggal, nomer KTP, jenis hape OPPO.
Gambar
tersebut disebarkan oleh akun Opposite6890.
Dengan bangganya Opposite
menyebarkan gambar tersebut setelah memblur sebagian tulisan di atas.
jadi hanya fokus pada identitas Denny Siregar.
Apa
yang dialami Denny hari ini mungkin kurang lebih sama seperti yang saya
alami saat masa kampanye dulu. 3 hari hape tidak bisa digunakan, karena
terus-terusan ditelpon.
Bahkan ada yang menggunakan nomer saya untuk
penipuan.
Tapi bedanya, Opposite6890 hanya menyebarkan nomer saya.
Tidak
sampai menyebarkan alamat atau nomer KTP dan jenis hape.
Dari
dua pengalaman ini, semula saya menduga bahwa karena hape saya iphone.
Jadi lebih aman dari peretasan.
Sorry ya Mas Denny, aku ga ngejek lho
iki. Hahaha
Tapi
kemudian saya jadi ingat cerita internal Seword dengan Telkomsel.
Pada
tanggal 29 Agustus 2019 lalu, tiba-tiba Seword tidak bisa diakses dari
jaringan Telkomsel. Sampai kami harus ganti DNS, ganti IP dan force
update.
Perlu waktu sekitar satu jam agar Seword bisa kembali diakses
melalui jaringan Telkomsel.
Cerita
ini memang tak pernah saya buka sebelumnya.
Karena sudah jadi bagian
dari perjuangan. Kalau dikit-dikit ngeluh, bisa mirip SBY. Eh….
Dari
sini saya kembali melihat gambar yang disebarkan oleh Opposite6890.
Secara detail di setiap sudutnya. Memperhatikan semua tulisan yang ada
di sana.
Dan akhirnya saya menyimpulkan kalau gambar tersebut adalah
konsol internal Telkomsel.
Dan yang bisa mengakses konsol tersebut hanya
orang Telkomsel, minimal level admin.
Kalau cuma customer service tak
akan mampu mengakses data ini.
Begini
saya jelaskan.
Konsol internal Telkomsel ini hanya bisa diakses dari
kantor Telkomsel.
Tidak menggunakan jaringan internet, tapi murni jalur
kabel antar komputer.
Dan
untuk mengakses konsol tersebut tidak bisa nyelonong masuk kantor dan
buka komputer admin. Karena untuk mengakses konsol data konsumen harus
menggunakan kunci fisik atau biasa disebut RSA SecureID. bentuknya mirip
kunci mobil. Fungsi dari RSA SecureID ini adalah untuk menghasilkan
nomer secara random setiap 5 menit.
Gampangnya,
jika kalian familiar melakukan transaksi internet banking menggunakan
token, kira-kira sistem kerjanya seperti itu.
Jadi sebelum transaksi
disetujui, kita harus memasukkan nomer yang muncul di token.
Jadi
misalpun ada orang luar berhasil menyelinap masuk gedung Telkomsel, tau
password dan username log salah satu karyawannya, itu saja tidak cukup.
Karena tanpa RSA SecureID itu, akses ke konsol tidak bisa dilakukan.
Yang artinya, data Denny Siregar tidak akan pernah bisa didapatkan.
Artinya,
untuk bisa mengakses data Denny Siregar, seperti gambar yang disebarkan
Opposite6890 itu, seseorang membutuhkan 3 komponen.
User name dan
password staf admin Telkomsel, serta RSA SecureID.
Pertanyaannya, mungkinkah kita bisa menyelinap masuk ke gedung Telkomsel dan mengakses konsol internal mereka? tidak bisa.
Bisakah RSA SecureID diretas? Tidak bisa.
Maka
dengan begini, hampir bisa dipastikan bahwa data Denny Siregar memang
disebar oleh staf Telkomsel, minimal level admin.
Jadi kalau
Oppposite6890 mencitrakan dirinya sebagai hacker, itu hanya omong
kosong.
Dia mendapat data dari orang dalam.
Maka
ketika Vice Presiden Corporate, Denny Abidin membuat pernyataan bahwa
pihaknya memastikan keamanan data, lalu siap bekerjasama dan koordinasi
dengan pihak berwajib terkait dugaan peretasan ini, saya hanya bisa
geleng-geleng kepala.
Karena
ga perlu polisi. Akses log setiap staff itu terdata lengkap.
Ada hari,
jam dan dan bahkan detiknya.
User name setiap staff juga berbeda-beda,
jika catatan tersebut dibuka, sudah pasti langsung ketahuan siapa yang
mengakses data Denny Siregar lalu membocorkannya ke Opposite6890. PASTI.
Jadi
kalau pihak Telkomsel bilang siap koordinasi, ya itu cuma omong kosong
saja lah.
Mungkin untuk menjaga kepercayaan konsumen, bisa juga untuk
melindungi staff Telkomsel yang pro dengan tindakan teror.
Dalam dunia IT, tidak ada keraguan atau kemungkinan.
Karena semua catatan adalah catatan PASTI.
Maka
kalau Denny mau menuntut Telkomsel, saya sarankan jangan pernah mundur.
Tuntut sebanyak-banyaknya.
Karena nampaknya, bahkan malaikatpun tak
akan mampu selamatkan Telkomsel dari tuntutan.
Terakhir,
saya tahu. Mungkin beberapa pembaca akan bertanya-tanya, apa iya? Dari
mana saya tahu? Hehe gini-gini saya pimpinan Seword. IT Company. Tak ada
yang bisa menyangkal itu.
Begitulah kura-kura.
Telkomsel Mau Hilangkan Jejak Stafnya? Ini Konsekuensinya
Dalam
tulisan sebelumnya, saya memastikan bahwa data Denny Siregar dibuka
oleh staf Telkomsel. Lalu kemudian si staf mengirimnya ke Opposite.
Karena untuk mendapatkan data tersebut, hanya bisa diakses dari dalam
gedung Telkomsel dan punya perangkat kunci fisik (RSA SecureID).
Ada beberapa komentar menarik yang nampaknya mesti saya luruskan atau jawab.
Pertama,
soal kunci fisik atau RSA SecureID hanya dimiliki oleh staf Telkomsel.
Vendor atau developer tidak akan punya kunci tersebut.
Karena perusahaan
semacam Telkomsel ini sama seperti bank.
Kalau ada yang bisa akses data
di situ, bisa kaya raya karena datanya dapat dijual.
Selain itu bisa
isi pulsa dan paket data sesuka hati.
Jangan
salah, pendapatan Telkomsel dari paket data itu sekitar 20 miliar
rupiah perhari.
Jadi, ini bukan hanya soal data, tapi juga uang besar.
Makanya pemegang kunci fisik itu tidak mungkin staf-staf bawah.
Pasti
orang penting di Telkomsel.
Kedua,
melihat respon pihak Telkomsel yang normatif dan cenderung ingin
melindungi stafnya, bisakah Telkomsel menghapus log dan jejak pembocoran
data Denny Siregar?
Jawabannya tentu saja bisa.
Tapi dari sisi hukum
ini akan masuk pada pelanggaran kedua, yakni penghilangan barang bukti.
Sementara
dari sisi konsumen, Telkomsel akan dinilai tidak canggih.
Karena
sistemnya buruk sehingga jejak log nya bisa dihapus begitu saja.
Selain
itu, mengacu pada pernyataan Vice President Corporate Communications
Telkomsel, Abidin mengklaim bahwa Telkomsel sudah memenuhi standar
teknis dan keamanan yang telah ditentukan bagi kepentingan
penyelenggaraan jasa telekomuniksi komersial.
Sudah mendapat sertifikasi
ISO 270001 untuk keamanan informasi.
Kita
tahu ISO adalah sertifikasi yang dilakukan oleh lembaga internasional
yang independen dan profesional.
Namun sertifikasi ini bisa dicabut
sewaktu-waktu, jika ada kasus atau sistemnya bermasalah.
Dalam kasus
ini, jika terjadi penghapusan log atau Telkomsel tidak mampu menyebut
staf yang membocorkannya, maka sertifikasi ISO sudah pasti dicabut.
Jika
sertifikasi ISO dicabut, maka akan berdampak pada kepercayaan konsumen.
Selain itu, Telkomsel adalah anak perusahaan Telkom.
Perusahaan Tbk.
Artinya, kalau isu dibiarkan berlarut-larut, apalagi sampai disidangkan
di pengadilan, sahamnya akan anjlok.
Semakin lama pihak Telkomsel
melindungi atau membiarkan staf pembocor data Denny Siregar, semakin
besar pula potensi konsumen pindah provider.
Semakin lama harga saham
Telkom dihajar di pasar modal.
Buruknya,
Telkomsel adalah satu-satunya anak perusahaan Telkom yang profit.
Sementara yang lain selalu minus.
Maka membiarkan Telkomsel terus
menghindar dan menutupi kesalahan staf bermasalahnya, hanya akan membuat
perusahaan ini jatuh lebih dalam lagi.
Selain
itu, proses pengajuan ISO setidaknya membutuhkan waktu enam bulan.
Bukan waktu yang sebentar. Butuh banyak persiapan dan melibatkan banyak
orang.
Pertanyaannya,
apakah hanya untuk melindungi staf pembocor data Denny Siregar, pihak
Telkomsel bersedia menempuh segala kerja keras tersebut? saya kurang
yakin.
Apalagi ada konsekuensi hukum menghilangkan barang bukti.
Bisa
tambah banyak yang dijerat dan masuk penjara.
Telkomsel
harus menyikapi ini dengan serius.
Tidak cukup dengan pernyataan siap
berkoordinasi dengan pihak kepolisian.
Sudahlah, jangan dikira semua
masyarakat bodoh. Ini tahun 2020.
Kalau
saya ditanya bagaimana jalan keluarnya?
cara terbaik mengorbankan staf
yang telah membocorkan data Denny Siregar.
Pecat dan serahkan ke
kepolisian secapatnya.
Seperti yang saya bahas di artikel sebelumnya,
tak perlu hari, hitungan menit pun kalian sudah tahu siapa yang
membocorkan. Dan kalian sudah tahu itu.
Baru setelah itu negosiasi ganti
rugi dengan Denny Siregar.
Karena
kalau kalian mau jalur rumit, misalnya menghapus data log staf yang
membocorkan data Denny, berarti semua staf pemegang kunci fisik harus
dipecat.
Karena salah satu dari mereka bersekongkol untuk menyebarkan
data demi tercapainya persekusi.
Terakhir,
memang kita sering dengar perusahaan dan anak perusahaan BUMN jadi
sarang kadrun. Tempat orang-orang mencari makan, mencuri logistik,
membuatnya rugi, sambil teriak-teriak khilafah berharap negeri ini
segera hancur.
Bagi
saya, kasus ini dapat dijadikan pintu masuk.
Karena pekerjaan melacak
dan mengidentifikasi karyawan pro khilafah itu sebenarnya mudah saja.
Ada lah caranya. Tapi memang semuanya kembali kepada niat pihak-pihak
terkait, termasuk pemerintah.
Apakah tetap akan memelihara staf perusak
yang membuat perusahaan rugi, masih juga dirongrong khilafah, atau
menyerahkannya kepada loyalis merah putih dan siap membersihkan staf
bermasalah, bahkan meski harus mengganti 100% staf yang ada. Kita punya
banyak SDM berkualitas dan loyal pada NKRI. Begitulah kura-kura.
Analisa Politik : Membidik Telkom, Menembak Denny Siregar. Besok Mau Menembak Seword?
Menemukan
“celah” yang pas untuk masuk ke dalam sebuah permasalahan sangat
memerlukan keahlian dan kecerdasan untuk mampu memilah dari sekian
banyak kejadian yang terjadi, kejadian yang mana yang pas yang bisa
dipakai sebagai “celah”. Karena jika salah dalam memilih kejadian dan
ternyata kejadian itu tidak pas untuk dijadikan “celah”, resiko
mencelakaan atau merugikan diri sendiri pun akan menimpa.
Teori
yang saya ungkap di atas, saya terapkan pada kejadian Ahok dan Ratna
Sarumpaet.
Dua kejadian yang mereka jadikan “celah” untuk membuat
kegaduhan di atas panggung perpolitikan. Pada kasus Ahok, saat ahok
kepeleset lidah membawa-bawa Surat Al Maidah di dalam pidatonya, mereka
melihat ini “celah emas” yang tidak boleh gagal didulang.
Untuk
mendulang emas sebesar Ahok, mereka formasikan antara Rizieq Shihab,
Anies Baswedan dan Eep Saefuloh. Rizieq Shihab mengusung isu agama bahwa
apa yang Ahok lakukan adalah sebuah penistaan agama. Eep Saefuloh
mengusung isu “ayat dan mayat” dan Anies Baswedan diusung sebagai solusi
untuk melaksanakan ayat dan menyelenggarakan mayat.
Kejadian
Ahok ini sudah diperhitungkan dengan matang.
Jika formasi Rizieq
Shihab, Anies Baswedan dan Eep Saefuloh gagal melengserkan Jokowi,
paling tidak Jakarta sebagai Ibu Kota Negara sudah dikuasai mereka.
Seharusnya
mereka berhenti dan nikmasi saja kemenangan menguasai Ibu Kota.
TApi
ambisi untuk melengserkan Jokowi, dan memandang Jokowi adalah sebuah
ancaman karena mereka tak mau melihat adanya perubahan pada kehidupan
mereka sebagai raja Mafia, terus menguasai napsu durjana.
Maka dicarilah
celah kedua. Tapi celah itu tak kunjung datang, sementara Jokowi sudah
hampir bisa dipastikan menang dalam Pilpres 2019. Maka mereka pun
mengambil keputusan untuk merekayasa sebuah kejadian.
Dipilihlah
kejadian muka bengep Ratna Sarumpaet pasca oplas, menjadi bengep karena
dianiaya. Cerita dan rencanapun disusun dalam waktu semalam dengan
mengusung jargon “Pemimpin rezim telah menganiaya emak-emak”.
Sayangnya,
perhitungan mereka salah terhadap kejelian netizen +62 dan kecepatan
polisi bertindak. Hingga akhirnya celah kedua ini berubah menjadi
bumerang.
Ratna Sarumpaet berakhir di penjara. Dan Jokowi memenangkan
Pilres 2019.
Bandarpun
murka!
Biaya yang sudah dikeluarkan hilang dengan hasil yang sangat
mengecewakan.
Dengan mata nanar, mereka membayangkan kehidupan di jaman
Jokowi yang akan penuh penderitaan. “Tidak! Tidak bisa kita harus
menerima kekalahan!
Ganti strategi, pakai taktik “Sedikit demi sedikit
lama-lama menjadi bukit!”.
Mulai
dari menyebarkan pemahaman sesat tentang pasal-pasal di dalam RKUHP,
seperti istri bisa mempidanakan suami jika memaksa berhubungan, atau
ayam yang masuk pekarangan tentang bisa didenda hingga 10 Juta, lalu
kasus Novel Baswedan yang digaungkan sebagai bukti pengabaian Jokowi.
Dan tiba-tiba muncul Pandemi Corona!
Namun, Jokowi tetap tak bisa
dikalahkan karena dilindungi undang-undang konstitusional.
Dan hari ini…
Mereka telah memilih Denny Siregar menjadi celah kedua seperti Ahok, namun dengan strategi yang berbeda.
Pada
Kasus Denny Siregar atau DS, saya tidak yakin, kalau DS adalah sasaran
untuk dijatuhkan. Terlalu kecil seorang DS ini. DS ini siapa memang?
Dulu Ahok adalah Gubernur Jakarta dan sahabat dekat Jokowi.
Sedangkan
DS? Dia hanya pendukung militan Jokowi.
DS hanya rakyat jelata yang
tidak punya kekuasaan apapun di dalam jajaran pemerintahan.
Tapi
jangan salah, orang kalau mancing ikan di kolam atau di laut sekalipun,
memangnya umpannya ikan hiu? Pasti pakai umpan cacing, bukan?
Dan Denny
Siregar adalah “cacing” bagi mereka.
Status
media sosial yang ditulis DS adalah kerikil yang mereka lempar.
Tapi DS
malah tambah nakal. Lalu mereka sebarkan informasi confidensial milik
Telkom dengan harapan DS akan menggugat Telkom karena telah melanggar
undang-undang atas bocornya informasi confidensial tersebut.
Dengan
sangat mudah orang menebak, "Telkom kalah telak karena bocornya
informasi pribadi pelanggan. Malaikat saja tak akan sanggup menolong
Telkom".
Hampir semua orang menaroh taruhan mereka di atas kemenangan DS
di proses hukum melawan Telkom. Hingga masyarakat mulai terteriak,
"BUMN Sampah!".
Kritikan dan hujatan dihujamkan tak hanya sebatas pada
Telkomsel saja, tapi Erick Thohir dan Jokowi pun ikut menerima krtiikan
dan hujatan. Dan itu yang menjadi target mereka!
Aaaaah
ternyata, DS itu cuma alat serang, bidikan mereka yang sebenarnya
adalah BUMN Telkom yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi
dan Informasi, yang notabene berada di bawah Jokowi.
Kalau DS berkeras
untuk berjibaku melawan Telkom di ranah hukum, para Bandar ini tak perlu
menurunkan jutaan umat turun ke jalan. Cukup menonton dari televisi
ukuran 105 inchi di rumahnya dan menunggu apa putusan hakim di
Pengadilan. Karena kalau putusan hakim memenangkan DS, maka mulai dari
Telkomsel, hingga Presiden Jokowi akan merasakan imbas kekalahan.
Tapi
apakah kasus DS VS Telkom akan menghentikan para pengkhianat bangsa ini
berhenti?
Saya yakin tidak. Lalu siapa lagi pihak-pihak yang akan
mereka jadikan sasaran tembak? Seword? atau bahkan rakyat jelata yang
lahir dari batu? Entahlah... yang pasti mereka tidak akan berhenti
sampai Indonesia kembali dikuasai.
Data DS Bocor Ulah Kadrun Di Telkomsel? Cukupkah "Akhlak" Erick Bersihkan Kadrun Di BUMN?
Bisikan
jahat itu selalu menginspirasi para kadrun.
Karena tak bisa
mengungkapkan kebenaran, justru sering menutupi kebenaran.
Maka ketika
mereka sulit mengelak dari pembongkaran gerak-gerik kotornya untuk
menghancurkan Indonesia, Kadrun menempuh cara-cara keji.
Karena memang
para Kadrun hanya bisa bermain kotor.
Bukan Kadrun namanya kalau tidak
bermain kotor.
Pikiran
sehat yang menjadi dasar kemanusiaan, justru Kadrun bertolak belakang.
Dan saking lamanya menikmati kotornya pikiran dan ideologinya itu,
Kadrun enggan move on. Meski berbagai pemahaman yang mengangkat fitrah
manusia,
Kadrun justru memakainya sebagai topeng.
Jadi
jangan heran ketika Kadrun juga ikut kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Justru dengan begitu, banyak mangsa yang bisa didapatkannya.
Mereka
bicara akhlak, justru ini adalah topeng yang paling menarik dan indah.
Banyaknya mesjid tempat sarang Kadrun, membuat negara semakin kewalahan
menangani masalah intoleransi dan radikalisme.
Kalangan
Kadrun yang sudah tidak sabar ingin mengaplikasikan ilmu ideologi
horornya, melakukan tindakan ekstrimis, salah satunya bom bunuh diri
hingga melukai orang-orang yang dianggap musuh atau dengan kata lain
menggunakan istilah “Kafir Harbi”.
Suka-suka mereka melabeli orang lain
dengan sebutan Kafir, baik Dzimmi maupun harbi.
Bahkan tuduhan sesat pun
sering mereka lontarkan, padahal pikirannya yang tidak sinkron dengan
kehidupan.
Salah
satu korban dari Kadrun ekstrimis adalah Pak Wiranto, yang waktu itu
beliau menjabat sebagai Menpolhukam. Coba bayangkan, pejabat publik saja
mereka tidak gentar dan terus melancarkan aksinya, apalagi ngebom
sarana umum.
Sementara
Kadrun yang agak licik, menyebarkan ideologi horor yang penuh virus
kebencian.
Jadi akan tercipta pengikut dan generasi yang sangat
mengerikan.
Wajar saja kalau Denny berkicau tentang anak-anak yang
didandani bendera HTI, karena anak-anak ini akan dibentuk pikirannya
yang nantinya akan sulit di-deradikalisasi atau menyusun kembali
pandangan dunia yang normal.
Selama
pemerntahan SBY yang dua periode itu, kaum radikalis ini tumbuh subur.
PKS berhasil membuat jaringan di berbagai lini.
HTI bebas mengadakan
acara-acara muktamar, bahkan menggunakan fasilitas stadion Bung Karno,
sementara dalam acara itu justru menolak Pancasila.
Sungguh kontras dan
penuh pengkhianatan.
Ambisi-ambisi
politik kotor oleh beberapa oknum telah ikut menyumbang suburnya
paham-paham Kadrun ini. Demo 212 yang mendemo Ahok adalah gambaran yang
sangat nyata betapa Kadrun sudah dipelihara dengan sangat masif. Kini
yang pro pancasila masih kewalahan.
Para
oknum politisi yang memelihara ideologi dan makhluk Kadrun ini, masih
terus memberikan tempat dan kesempatan para Kadrun untuk berkembang.
Contohnya, beberapa mesjid atau majelis ta’lim di BUMN menjadi saran
para dedengkot Kadrun menyebarkan dan menyusun kekuatannya untuk
merongrong negara. Termasuk mengumpulkan anggaran untuk biaya
operasional “perjuangan kotor” mereka. Gilak, pakai uang jemaah dan
mungkin juga pakai uang negara untuk menyerang negara.
Salah
satu Majelis Ta’lim di BUMN yang diduga telah disusupi Kadrun yang
radikal itu adalah MTT Telkomsel. Maka patut memang dicurigai kenapa
data pribadi Denny Siregar bisa diumbar di publik oleh akun Oposite yang
dungu itu.
Katanya Hacker, tapi ternyata ada orang dalam yang
membeberkannya.
Sungguh
dungu benar orang dalam di Telkomsel itu, menampilkan data secara apa
adanya, langsung dari konsol atau terminal di sistem server.
Padahal
kalau mau tidak ketahuan, pintar sedikit-lah.
Konten di data itu kan
bisa disalin dan di tempatkan di notepad saja misalnya, jadi ngak ada
kecurigaan diakses langsung dari komputer server. Wkwkwwwk..
Oke
balik lagi ke kaum Kadrun yang radikal itu yang telah leluasa berada di
Telkomsel.
Bahwa mereka bisa tumbuh subur, diduga keras karena memang
pada pemerintahan sebelumnya, yakni Pemerintahan SBY, mereka diberi
tempat yang seluas-luasnya.
Bahkan mungkin banyak proyek yang melibatkan
para Kadrun itu, sehingga ketika Ahok diangkat menjadi Komisaris
Pertamina beberapa waktu lalu, kaum Kadrun itu keluar menampakkan diri
memprotes diangkatnya Ahok.
Saya tidak tahu apakah Ahok ini diangkat atas permintaan langsung Pak Presiden? Sehingga Erick Thohir tak bisa menolak?. Namun, Jabatan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, sangat bisa membersihkan BUMN dari para Kadrun. Cuma masalahnya, apakah Erick cukup punya “Akhlak” untuk bersih-bersih habis BUMN? Termasuk telkom dari pengaruh Kadrun yang radikalis?
Kita lihat saja nanti.
Kalau
masih ada penceramah Kadrun radikalis di BUMN atau pun di Telkom,
seperti, Bachtiar Nasir, Felix Siauw, Oemar Mita (Anggota HTI), Jeje
Zainuddin (anggota MIUMI dan DDI yang dekat dengan Farid Okbah, tokoh
intoleran yang sering teriak anti syiah), Salim A Fillah (anggota HTI
juga, dekat dengan Felix Siauw), dan lainnya, maka benar Telkomsel atau
telkom masih sangat bermasalah. Sangat berbahaya!
Para
penceramah dari Kadrun ini bermain sangat lihai, bahkan bisa
mengumpulkan donasi yang sangat banyak untuk dikirim ke negara-negara
konflik seperti Suriah, dengan tujuan menghancurkan negara orang.
Kalau
negara ini tidak kuat, mereka bisa dengan mudah menghancurkan banyak
hal, dan kalau itu terjadi, pasti sangat merugikan. Apakah kita rela
kehilangan nilai-nilai sejarah dan peradaban bangsa yang sangat tinggi
ini karena ulah mereka? Kalau saya pribadi akan tetap melawan mereka,
melawan ideologi rongsokan mereka yang sebenarnya adalah virus ideologi,
lebih berbahaya dari virus corona.
Say No To Kadrun…
Info lainnya bisa di klik di sini https://m.kaskus.co.id/thread/5f03279daf7e9346d579e86b/data-pribadi-denny-siregar-bocorakun-xdigeeembok-bongkar-pemilik-akun-opposite6891/?ref=postlist-10&med=obrolan_hangat
Data Pribadi Denny Siregar Bocor, PSI Desak DPR Segera Sahkan RUU PDP
Merdeka.com - Partai
Solidaritas Indonesia (PSI) mendesak DPR RI segera mengesahkan RUU
Perlindungan Data Pribadi (PDP) menyusul maraknya kasus kebocoran data
pribadi di Indonesia. Setelah sebelumnya terjadi kebocoran data 91 juta
pengguna Tokopedia dan data pribadi pasien Covid-19, baru-baru ini
insiden serupa juga menimpa penggiat media sosial Denny Siregar.
"Kasus bocornya data pribadi ini semacam penyakit kambuhan yang menimpa banyak warga negara Indonesia. Belum lama ini kita dikagetkan dengan kebocoran data Tokopedia, lalu data pasien covid-19, sekarang kita kembali dikejutkan dengan penyebaran data pribadi milik Bang Denny Siregar. Ini menjadi bukti pentingnya perlindungan data pribadi. Oleh karena itu, kami mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU PDP," ujar Juru Bicara PSI, Sigit Widodo di Jakarta, Selasa (7/7).
"Kebocoran data pribadi yang menimpa siapapun warga negara Indonesia merupakan kejahatan serius. Sudah saatnya Indonesia memiliki undang-undang yang melindungi keamanan data pribadi warganya," tegasnya.
Dengan disahkannya RUU PDP menjadi undang-undang, menurut Sigit, perusahaan yang mengumpulkan data pribadi akan lebih serius lagi menjaga keamanan data pelanggannya.
"Jika teledor, perusahaan tersebut bisa dipidana, dan tentu saja orang atau pemilik akun media sosial yang menyebarkannya juga akan turut dipidana," ujarnya.
Data pribadi Denny Siregar sebelumnya disebarkan oleh akun Twitter anonim @Opposite6891. Akun dengan pengikut 43 ribu ini dalam posting dua hari silam menyebarkan data pribadi yang terdiri dari nama, alamat, NIK, KK, hingga data teknis terkait perangkat ponsel, seperti IMEI, sistem operasi, hingga OS, dan jenis kartu SIM yang digunakan.
Menurut Sigit, data pribadi ini kemungkinan besar diperoleh dari operator ponsel yang digunakan Denny. "Bisa dari hasil peretasan atau dari penyedia layanan yang mendapat akses dari operator," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan, Telkomsel sebagai operator harus bertanggung jawab terhadap kebocoran data tersebut.
"Jangan hanya berkilah secara normatif dengan mengatakan Telkomsel sudah memiliki ISO 27001. Kebocoran data ini membuktikan, prosedur keamanan Telkomsel yang disertifikasi dengan ISO 27001 itu tidak berhasil melindungi data pelanggannya," tutup Sigit.
"Kasus bocornya data pribadi ini semacam penyakit kambuhan yang menimpa banyak warga negara Indonesia. Belum lama ini kita dikagetkan dengan kebocoran data Tokopedia, lalu data pasien covid-19, sekarang kita kembali dikejutkan dengan penyebaran data pribadi milik Bang Denny Siregar. Ini menjadi bukti pentingnya perlindungan data pribadi. Oleh karena itu, kami mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU PDP," ujar Juru Bicara PSI, Sigit Widodo di Jakarta, Selasa (7/7).
"Kebocoran data pribadi yang menimpa siapapun warga negara Indonesia merupakan kejahatan serius. Sudah saatnya Indonesia memiliki undang-undang yang melindungi keamanan data pribadi warganya," tegasnya.
Dengan disahkannya RUU PDP menjadi undang-undang, menurut Sigit, perusahaan yang mengumpulkan data pribadi akan lebih serius lagi menjaga keamanan data pelanggannya.
"Jika teledor, perusahaan tersebut bisa dipidana, dan tentu saja orang atau pemilik akun media sosial yang menyebarkannya juga akan turut dipidana," ujarnya.
Data pribadi Denny Siregar sebelumnya disebarkan oleh akun Twitter anonim @Opposite6891. Akun dengan pengikut 43 ribu ini dalam posting dua hari silam menyebarkan data pribadi yang terdiri dari nama, alamat, NIK, KK, hingga data teknis terkait perangkat ponsel, seperti IMEI, sistem operasi, hingga OS, dan jenis kartu SIM yang digunakan.
Menurut Sigit, data pribadi ini kemungkinan besar diperoleh dari operator ponsel yang digunakan Denny. "Bisa dari hasil peretasan atau dari penyedia layanan yang mendapat akses dari operator," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan, Telkomsel sebagai operator harus bertanggung jawab terhadap kebocoran data tersebut.
"Jangan hanya berkilah secara normatif dengan mengatakan Telkomsel sudah memiliki ISO 27001. Kebocoran data ini membuktikan, prosedur keamanan Telkomsel yang disertifikasi dengan ISO 27001 itu tidak berhasil melindungi data pelanggannya," tutup Sigit.
1 dari 1 halaman
Telkomsel Siap Kerja Sama Secara Hukum
Sementara itu, pihak Telkomsel menyebut, siap bekerja sama dengan dan berkoordinasi dengan aparat berwenang terkait masalah ini."Dalam menjalankan komitmen serta kewajiban kami memastikan keamanan data pelanggan, Telkomsel siap bekerjasama untuk membantu serta berkoordinasi dengan pihak berwajib atau aparat penegak hukum serta seluruh pihak terkait jika terjadi dugaan peretasan data pelanggan pada sistem kami dan akan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku," kata Vice President Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin dalam pernyataan resmi Telkomsel, Senin (6/7/2020), yang dikutip dari Tekno Liputan6.com.
Telkomsel menyebut, bagi pihaknya, perlindungan data pelanggan selalu menjadi prioritas yang paling utama.
"Kami senantiasa memastikan keamanan data dan kenyamanan seluruh pelanggan dalam berkomunikasi," kata Denny Abidin yang kerap disapa Abe.
Lebih lanjut, Abe mengatakan, Telkomsel berupaya mematuhi peraturan perundangan dan etika bisnis.
Dalam keterangan resminya disebutkan, Telkomsel mengacu pada standar teknis dan keamanan yang telah ditentukan bagi kepentingan penyelenggaraan jasa telekomunikasi komersial yang ditetapkan oleh lembaga standarisasi internasional (ITU, GSMA) maupun FTP nasional.
"Telkomsel juga sudah tersertifikasi ISO 27001 untuk keamanan informasi, di mana proses sertifikasi ini dilakukan oleh lembaga internasional yang independen dan profesional," kata Denny. [fik]
Denny Siregar. Instagram/@Dennysirregar
Sumber Utama : https://www.merdeka.com/politik/data-pribadi-denny-siregar-bocor-psi-desak-dpr-segera-sahkan-ruu-pdp.html
CYBER TERORIS
Jakarta - Pada waktu membeli nomer, kita dipaksa untuk memasukkan data diri kita, mulai NIK sampai KK. Dan nomer yang tidak teregistrasi pun akan hangus..
Tapi ternyata
sistem kita sangat rentan, sehingga data diri kita bisa diambil oleh orang
lain. Ini sangat berbahaya..
Bayangkan,
akhirnya mereka tahu dimana rumah kita, siapa keluarga kita, apa kebiasaan
kita. Dan itu ada bisa ada ditangan orang berbahaya, seperti teroris. Nyawa
kita bisa terancam karena data kita telanjang.
Saya sih gak
takut, karena keluarga sudah siap segalanya. Tapi bisa jadi itu terjadi pada
kalian, pada istri kalian, anak-anak kalian, bahkan orangtua. Mereka bisa mengancam
karena pegang data pribadi.
Karena itu,
saya rencana mau menggugat Telkomsel
dan Kominfo karena data saya bisa disebarkan ke pihak yang tidak bertanggung
jawab. Biarkan saya jadi contoh.
Kita jadi
rentan. Ini bisa dibilang Cyber Teroris.
Hak kita
sebagai warga negara harus dapat perlindungan. Dan negara harus bertanggung
jawab terhadap keamanan warganya.
Telkomsel
kelihatan sudah banyak kadrunnya. Entah provider lainnya.. Seruput kopinya.
Perjuangan masih panjang. Kita bongkar siapa di dalamnya.
Sumber Utama : https://www.dennysiregar.id/2020/07/cyber-teroris.html
Satu Waktu Indonesia Akan Dikuasai Oleh Taliban
Jakarta - Dalam sebuah
Webinar yang diselenggarakan Taruna Merah Putih, kebetulan saya didaulat
menjadi pembicara..
Dan poin dari
pembicaraan itu, saya menyerukan kepada anak-anak muda, kaum terpelajar, untuk
jangan diam. Berserulah, kuasai ruang-ruang media sosial tanpa rasa takut, dari
narasi-narasi radikalisme yang menyebar disana.
Jujur saya
geram, melihat betapa sekeliling kita sekarang ini, sudah banyak dikuasai oleh
kelompok2 radikal itu. Di dunia pendidikan, mereka bahkan sudah bercokol lama
disana. Sistem pemerintahan kita yang mengacu pada otonomi daerah, membuat
kelompok2 itu semakin berkuasa.
Dengan
menyandera pemerintah daerah yg oportunis melalui agama, mereka membangun
kekuatan mereka. Lihat saja di sekolah negeri, banyak anak sekolah yang bahkan
masih SD, sudah diwajibkan berjilbab, bahkan bercadar. Belum lagi buku-buku
pelajaran agama, yang diterbitkan dgn penafsiran agama versi mereka.
Situasi ini
sangat berbahaya, karena sedikit sekali perlawanan terhadap mereka. Banyak kaum
terpelajar yang diam, karena takut digeruduk pake massa. Tidak ada perlindungan
terhadap mereka, sehingga mereka takut bersuara.
Seharusnya
kita belajar dari Afghanistan..
Tahun 1996,
Afghanistan dikuasai oleh kelompok agama yang fanatik bernama Taliban. Kelompok
ini sebenarnya masuk sudah sejak lama dan menguasai banyak elemen pemerintahan
di Afghanistan, tapi karena mereka berbaju agama, pemerintah tidak berani
menyentuh mereka atau bahkan berkompromi dengan mereka.
Karena
dibiarkan, pelan-pelan gerakan kelompok ini semakin besar. Rakyat yang bodoh
dan awam, menjadi bersimpati pada Taliban. Dan pada saat yang tepat, mereka
melakukan kudeta dan mulailah pemerintahan yang menjadi neraka bagi banyak
orang moderat disana.
Ahmed Rashid,
pengarang buku best seller berjudul "Taliban" bahkan menulis,
"Kemenangan Taliban di Afghanistan adalah kekalahan kaum terpelajar yang
lebih memilih diam. Dan ketika Taliban berkuasa, maka kaum terpelajarlah yang
mereka buru pertama, karena mereka musuh potensial.."
Dan benar
saja, gelombang eksodus kaum terpelajar yang dulu diam itu, terjadi. Mereka
lari, takut dibantai. Cerita-cerita apa yang terjadi pada mereka, mengerikan.
Ada yang diterjunkan dr gedung tinggi, karena dituduh LGBT. Ada yang dipenggal,
hanya karena dia berfikir. Bahkan ada yang hidungnya di mutilasi seperti kasus
Bibi Aisha, karena berontak terhadap kekejaman suaminya yang anggota Taliban.
Dan situasi
itu berjalan 5 tahun lamanya, sampai akhirnya Afghanistan berhasil mengusir
Taliban. Tapi yang terjadi adalah kemunduran peradaban dan ekonomi negara yang
sudah menjadi puing-puing. Membangunnya kembali butuh waktu lama dengan
psikologis masyarakatnya yang masih trauma.
Apakah kita
ingin Indonesia kelak seperti Afghanistan ketika dikuasai Taliban ?
Saya tentu
tidak, dan berani mempertaruhkan apa yang saya punya untuk hanya sekedar
bersuara, menggerakkan api dalam dada kaum muda. Tanggung jawab saya sebagai
seorang ayah kepada anak saya, supaya dia kelak bisa hidup dalam damai dibawah
naungan Pancasila.
Dan untuk itu
saya rela disomasi berkali-kali oleh mereka, dan bahkan seujung kuku lagi bisa
masuk penjara. Itu harga yang harus dibayar memang, untuk perjuangan. Biar
kelak ketika aku sudah tiada, anakku akan berkata dengan bangga, "Papa
sudah berbuat banyak. Istirahatlah. Biar aku yang meneruskan.."
Dunia itu
adalah ladang jihad. Berjihadlah. Setidaknya hidup kita punya arti, bukan hanya
sibuk dengan tumpukan materi. Dan kelak ketika kita bertemu di akhirat nanti,
akan kusediakan secangkir kopi untuk mereka yang berjuang, sambil cerita-cerita
pengalaman kita di dunia ini..
Seruput dulu
kopinya kawan..
Re-post by MigoBerita / Rabu/08072020/11.59Wita/Bjm