» » » » » » » » Benarkah Banyak "Kadrun" di Telkomsel anak perusahaan TELKOM ??!! (Setelah bocornya data Denny Siregar..!!!!!)

Benarkah Banyak "Kadrun" di Telkomsel anak perusahaan TELKOM ??!! (Setelah bocornya data Denny Siregar..!!!!!)

Penulis By on Selasa, 07 Juli 2020 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin - Benarkah Banyak "Kadrun" di Telkom ??!! (Setelah bocornya data Denny Siregar..!!!!!).
Setelah data salah satu pegiat media sosial Denny Siregar "Bocor", Telkom pun kena "Tuding" dipenuhi dengan gerombolan "Kadrun" pengosong Khilafah, Bagimanakah kita sebagai bangsa Indonesia menyikapinya..!!!
Agar tidak ketinggalan kumpulan artikel yang di re-post ulang oleh Tim Migo Berita, update terus Channel Migo Berita dan yang penting "Baca hingga Akhir, hingga tidak gagal paham akibat hanya membaca Judul artikel".
Selamat membaca, merenung dan berpikir Kritis...

Kenapa Telkomsel Melindungi Staf Penyebar Data Denny Siregar?

Seperti yang kita tahu, data hape Denny Siregar dibocorkan ke publik. Lengkap dengan tangkapan layar console hitam. Denny kemudian menuduh Telkomsel lah yang menyebarkan data pribadi dirinya. Sehingga sekarang semua orang tahu di mana Denny tinggal, nomer KTP, jenis hape OPPO.
Gambar tersebut disebarkan oleh akun Opposite6890. 
Dengan bangganya Opposite menyebarkan gambar tersebut setelah memblur sebagian tulisan di atas. jadi hanya fokus pada identitas Denny Siregar.
Apa yang dialami Denny hari ini mungkin kurang lebih sama seperti yang saya alami saat masa kampanye dulu. 3 hari hape tidak bisa digunakan, karena terus-terusan ditelpon. 
Bahkan ada yang menggunakan nomer saya untuk penipuan. 
Tapi bedanya, Opposite6890 hanya menyebarkan nomer saya. 
Tidak sampai menyebarkan alamat atau nomer KTP dan jenis hape.
Dari dua pengalaman ini, semula saya menduga bahwa karena hape saya iphone. 
Jadi lebih aman dari peretasan. 
Sorry ya Mas Denny, aku ga ngejek lho iki. Hahaha
Tapi kemudian saya jadi ingat cerita internal Seword dengan Telkomsel. 
Pada tanggal 29 Agustus 2019 lalu, tiba-tiba Seword tidak bisa diakses dari jaringan Telkomsel. Sampai kami harus ganti DNS, ganti IP dan force update. 
Perlu waktu sekitar satu jam agar Seword bisa kembali diakses melalui jaringan Telkomsel.
Cerita ini memang tak pernah saya buka sebelumnya. 
Karena sudah jadi bagian dari perjuangan. Kalau dikit-dikit ngeluh, bisa mirip SBY. Eh….
Dari sini saya kembali melihat gambar yang disebarkan oleh Opposite6890. 
Secara detail di setiap sudutnya. Memperhatikan semua tulisan yang ada di sana. 
Dan akhirnya saya menyimpulkan kalau gambar tersebut adalah konsol internal Telkomsel. 
Dan yang bisa mengakses konsol tersebut hanya orang Telkomsel, minimal level admin. 
Kalau cuma customer service tak akan mampu mengakses data ini.
Begini saya jelaskan. 
Konsol internal Telkomsel ini hanya bisa diakses dari kantor Telkomsel. 
Tidak menggunakan jaringan internet, tapi murni jalur kabel antar komputer.
Dan untuk mengakses konsol tersebut tidak bisa nyelonong masuk kantor dan buka komputer admin. Karena untuk mengakses konsol data konsumen harus menggunakan kunci fisik atau biasa disebut RSA SecureID. bentuknya mirip kunci mobil. Fungsi dari RSA SecureID ini adalah untuk menghasilkan nomer secara random setiap 5 menit.
Gampangnya, jika kalian familiar melakukan transaksi internet banking menggunakan token, kira-kira sistem kerjanya seperti itu. 
Jadi sebelum transaksi disetujui, kita harus memasukkan nomer yang muncul di token.
Jadi misalpun ada orang luar berhasil menyelinap masuk gedung Telkomsel, tau password dan username log salah satu karyawannya, itu saja tidak cukup. 
Karena tanpa RSA SecureID itu, akses ke konsol tidak bisa dilakukan. 
Yang artinya, data Denny Siregar tidak akan pernah bisa didapatkan.
Artinya, untuk bisa mengakses data Denny Siregar, seperti gambar yang disebarkan Opposite6890 itu, seseorang membutuhkan 3 komponen. 
User name dan password staf admin Telkomsel, serta RSA SecureID.
Pertanyaannya, mungkinkah kita bisa menyelinap masuk ke gedung Telkomsel dan mengakses konsol internal mereka? tidak bisa.
Bisakah RSA SecureID diretas? Tidak bisa.
Maka dengan begini, hampir bisa dipastikan bahwa data Denny Siregar memang disebar oleh staf Telkomsel, minimal level admin. 
Jadi kalau Oppposite6890 mencitrakan dirinya sebagai hacker, itu hanya omong kosong. 
Dia mendapat data dari orang dalam.
Maka ketika Vice Presiden Corporate, Denny Abidin membuat pernyataan bahwa pihaknya memastikan keamanan data, lalu siap bekerjasama dan koordinasi dengan pihak berwajib terkait dugaan peretasan ini, saya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Karena ga perlu polisi. Akses log setiap staff itu terdata lengkap. 
Ada hari, jam dan dan bahkan detiknya.
User name setiap staff juga berbeda-beda, jika catatan tersebut dibuka, sudah pasti langsung ketahuan siapa yang mengakses data Denny Siregar lalu membocorkannya ke Opposite6890. PASTI.
Jadi kalau pihak Telkomsel bilang siap koordinasi, ya itu cuma omong kosong saja lah. 
Mungkin untuk menjaga kepercayaan konsumen, bisa juga untuk melindungi staff Telkomsel yang pro dengan tindakan teror.
Dalam dunia IT, tidak ada keraguan atau kemungkinan. 
Karena semua catatan adalah catatan PASTI.
Maka kalau Denny mau menuntut Telkomsel, saya sarankan jangan pernah mundur. 
Tuntut sebanyak-banyaknya. 
Karena nampaknya, bahkan malaikatpun tak akan mampu selamatkan Telkomsel dari tuntutan.
Terakhir, saya tahu. Mungkin beberapa pembaca akan bertanya-tanya, apa iya? Dari mana saya tahu? Hehe gini-gini saya pimpinan Seword. IT Company. Tak ada yang bisa menyangkal itu. 
Begitulah kura-kura.
Kenapa Telkomsel Melindungi Staf Penyebar Data Denny Siregar?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kenapa-telkomsel-melindungi-staf-penyebar-data-BJON5sriUX

Telkomsel Mau Hilangkan Jejak Stafnya? Ini Konsekuensinya

Dalam tulisan sebelumnya, saya memastikan bahwa data Denny Siregar dibuka oleh staf Telkomsel. Lalu kemudian si staf mengirimnya ke Opposite. 
Karena untuk mendapatkan data tersebut, hanya bisa diakses dari dalam gedung Telkomsel dan punya perangkat kunci fisik (RSA SecureID).

Ada beberapa komentar menarik yang nampaknya mesti saya luruskan atau jawab.
Pertama, soal kunci fisik atau RSA SecureID hanya dimiliki oleh staf Telkomsel. Vendor atau developer tidak akan punya kunci tersebut. 
Karena perusahaan semacam Telkomsel ini sama seperti bank. 
Kalau ada yang bisa akses data di situ, bisa kaya raya karena datanya dapat dijual. 
Selain itu bisa isi pulsa dan paket data sesuka hati.
Jangan salah, pendapatan Telkomsel dari paket data itu sekitar 20 miliar rupiah perhari. 
Jadi, ini bukan hanya soal data, tapi juga uang besar. 
Makanya pemegang kunci fisik itu tidak mungkin staf-staf bawah. 
Pasti orang penting di Telkomsel.
Kedua, melihat respon pihak Telkomsel yang normatif dan cenderung ingin melindungi stafnya, bisakah Telkomsel menghapus log dan jejak pembocoran data Denny Siregar? 
Jawabannya tentu saja bisa.  
Tapi dari sisi hukum ini akan masuk pada pelanggaran kedua, yakni penghilangan barang bukti.
Sementara dari sisi konsumen, Telkomsel akan dinilai tidak canggih. 
Karena sistemnya buruk sehingga jejak log nya bisa dihapus begitu saja.
Selain itu, mengacu pada pernyataan Vice President Corporate Communications Telkomsel, Abidin mengklaim bahwa Telkomsel sudah memenuhi standar teknis dan keamanan yang telah ditentukan bagi kepentingan penyelenggaraan jasa telekomuniksi komersial. 
Sudah mendapat sertifikasi ISO 270001 untuk keamanan informasi.
Kita tahu ISO adalah sertifikasi yang dilakukan oleh lembaga internasional yang independen dan profesional. 
Namun sertifikasi ini bisa dicabut sewaktu-waktu, jika ada kasus atau sistemnya bermasalah. 
Dalam kasus ini, jika terjadi penghapusan log atau Telkomsel tidak mampu menyebut staf yang membocorkannya, maka sertifikasi ISO sudah pasti dicabut.
Jika sertifikasi ISO dicabut, maka akan berdampak pada kepercayaan konsumen. 
Selain itu, Telkomsel adalah anak perusahaan Telkom. 
Perusahaan Tbk. Artinya, kalau isu dibiarkan berlarut-larut, apalagi sampai disidangkan di pengadilan, sahamnya akan anjlok. 
Semakin lama pihak Telkomsel melindungi atau membiarkan staf pembocor data Denny Siregar, semakin besar pula potensi konsumen pindah provider. 
Semakin lama harga saham Telkom dihajar di pasar modal.
Buruknya, Telkomsel adalah satu-satunya anak perusahaan Telkom yang profit. 
Sementara yang lain selalu minus. 
Maka membiarkan Telkomsel terus menghindar dan menutupi kesalahan staf bermasalahnya, hanya akan membuat perusahaan ini jatuh lebih dalam lagi.
Selain itu, proses pengajuan ISO setidaknya membutuhkan waktu enam bulan. 
Bukan waktu yang sebentar. Butuh banyak persiapan dan melibatkan banyak orang.
Pertanyaannya, apakah hanya untuk melindungi staf pembocor data Denny Siregar, pihak Telkomsel bersedia menempuh segala kerja keras tersebut? saya kurang yakin. 
Apalagi ada konsekuensi hukum menghilangkan barang bukti. 
Bisa tambah banyak yang dijerat dan masuk penjara.
Telkomsel harus menyikapi ini dengan serius. 
Tidak cukup dengan pernyataan siap berkoordinasi dengan pihak kepolisian. 
Sudahlah, jangan dikira semua masyarakat bodoh. Ini tahun 2020.
Kalau saya ditanya bagaimana jalan keluarnya? 
cara terbaik mengorbankan staf yang telah membocorkan data Denny Siregar. 
Pecat dan serahkan ke kepolisian secapatnya. 
Seperti yang saya bahas di artikel sebelumnya, tak perlu hari, hitungan menit pun kalian sudah tahu siapa yang membocorkan. Dan kalian sudah tahu itu. 
Baru setelah itu negosiasi ganti rugi dengan Denny Siregar.
Karena kalau kalian mau jalur rumit, misalnya menghapus data log staf yang membocorkan data Denny, berarti semua staf pemegang kunci fisik harus dipecat. 
Karena salah satu dari mereka bersekongkol untuk menyebarkan data demi tercapainya persekusi.
Terakhir, memang kita sering dengar perusahaan dan anak perusahaan BUMN jadi sarang kadrun. Tempat orang-orang mencari makan, mencuri logistik, membuatnya rugi, sambil teriak-teriak khilafah berharap negeri ini segera hancur.
Bagi saya, kasus ini dapat dijadikan pintu masuk. 
Karena pekerjaan melacak dan mengidentifikasi karyawan pro khilafah itu sebenarnya mudah saja. Ada lah caranya. Tapi memang semuanya kembali kepada niat pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah. 
Apakah tetap akan memelihara staf perusak yang membuat perusahaan rugi, masih juga dirongrong khilafah, atau menyerahkannya kepada loyalis merah putih dan siap membersihkan staf bermasalah, bahkan meski harus mengganti 100% staf yang ada. Kita punya banyak SDM berkualitas dan loyal pada NKRI. Begitulah kura-kura.
Telkomsel Mau Hilangkan Jejak Stafnya? Ini Konsekuensinya
Sumber Utama : https://seword.com/umum/telkomsel-mau-hilangkan-jejak-stafnya-ini-rw8C5zUDXT

Analisa Politik : Membidik Telkom, Menembak Denny Siregar. Besok Mau Menembak Seword?

Menemukan “celah” yang pas untuk masuk ke dalam sebuah permasalahan sangat memerlukan keahlian dan kecerdasan untuk mampu memilah dari sekian banyak kejadian yang terjadi, kejadian yang mana yang pas yang bisa dipakai sebagai “celah”. Karena jika salah dalam memilih kejadian dan ternyata kejadian itu tidak pas untuk dijadikan “celah”, resiko mencelakaan atau merugikan diri sendiri pun akan menimpa.
Teori yang saya ungkap di atas, saya terapkan pada kejadian Ahok dan Ratna Sarumpaet. 
Dua kejadian yang mereka jadikan “celah” untuk membuat kegaduhan di atas panggung perpolitikan. Pada kasus Ahok, saat ahok kepeleset lidah membawa-bawa Surat Al Maidah di dalam pidatonya, mereka melihat ini “celah emas” yang tidak boleh gagal didulang. 
Untuk mendulang emas sebesar Ahok, mereka formasikan antara Rizieq Shihab, Anies Baswedan dan Eep Saefuloh. Rizieq Shihab mengusung isu agama bahwa apa yang Ahok lakukan adalah sebuah penistaan agama. Eep Saefuloh mengusung isu “ayat dan mayat” dan Anies Baswedan diusung sebagai solusi untuk melaksanakan ayat dan menyelenggarakan mayat.
Kejadian Ahok ini sudah diperhitungkan dengan matang. 
Jika formasi Rizieq Shihab, Anies Baswedan dan Eep Saefuloh gagal melengserkan Jokowi, paling tidak Jakarta sebagai Ibu Kota Negara sudah dikuasai mereka.
Seharusnya mereka berhenti dan nikmasi saja kemenangan menguasai Ibu Kota. 
TApi ambisi untuk melengserkan Jokowi, dan memandang Jokowi adalah sebuah ancaman karena mereka tak mau melihat adanya perubahan pada kehidupan mereka sebagai raja Mafia, terus menguasai napsu durjana. 
Maka dicarilah celah kedua. Tapi celah itu tak kunjung datang, sementara Jokowi sudah hampir bisa dipastikan menang dalam Pilpres 2019. Maka mereka pun mengambil keputusan untuk merekayasa sebuah kejadian.
Dipilihlah kejadian muka bengep Ratna Sarumpaet pasca oplas, menjadi bengep karena dianiaya. Cerita dan rencanapun disusun dalam waktu semalam dengan mengusung jargon “Pemimpin rezim telah menganiaya emak-emak”. 
Sayangnya, perhitungan mereka salah terhadap kejelian netizen +62 dan kecepatan polisi bertindak. Hingga akhirnya celah kedua ini berubah menjadi bumerang. 
Ratna Sarumpaet berakhir di penjara. Dan Jokowi memenangkan Pilres 2019.
Bandarpun murka! 
Biaya yang sudah dikeluarkan hilang dengan hasil yang sangat mengecewakan. 
Dengan mata nanar, mereka membayangkan kehidupan di jaman Jokowi yang akan penuh penderitaan. “Tidak! Tidak bisa kita harus menerima kekalahan! 
Ganti strategi, pakai taktik “Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit!”.
Mulai dari menyebarkan pemahaman sesat tentang pasal-pasal di dalam RKUHP, seperti istri bisa mempidanakan suami jika memaksa berhubungan, atau ayam yang masuk pekarangan tentang bisa didenda hingga 10 Juta, lalu kasus Novel Baswedan yang digaungkan sebagai bukti pengabaian Jokowi. Dan tiba-tiba muncul Pandemi Corona! 
Namun, Jokowi tetap tak bisa dikalahkan karena dilindungi undang-undang konstitusional.
Dan hari ini…
Mereka telah memilih Denny Siregar menjadi celah kedua seperti Ahok, namun dengan strategi yang berbeda.
Pada Kasus Denny Siregar atau DS, saya tidak yakin, kalau DS adalah sasaran untuk dijatuhkan. Terlalu kecil seorang DS ini. DS ini siapa memang? 
Dulu Ahok adalah Gubernur Jakarta dan sahabat dekat Jokowi. 
Sedangkan DS? Dia hanya pendukung militan Jokowi. 
DS hanya rakyat jelata yang tidak punya kekuasaan apapun di dalam jajaran pemerintahan.
Tapi jangan salah, orang kalau mancing ikan di kolam atau di laut sekalipun, memangnya umpannya ikan hiu? Pasti pakai umpan cacing, bukan? 
Dan Denny Siregar adalah “cacing” bagi mereka.
Status media sosial yang ditulis DS adalah kerikil yang mereka lempar. 
Tapi DS malah tambah nakal. Lalu mereka sebarkan informasi confidensial milik Telkom dengan harapan DS akan menggugat Telkom karena telah melanggar undang-undang atas bocornya informasi confidensial tersebut.
Dengan sangat mudah orang menebak, "Telkom kalah telak karena bocornya informasi pribadi pelanggan. Malaikat saja tak akan sanggup menolong Telkom". 
Hampir semua orang menaroh taruhan mereka di atas kemenangan DS di proses hukum melawan Telkom. Hingga masyarakat mulai terteriak, "BUMN Sampah!". 
Kritikan dan hujatan dihujamkan tak hanya sebatas pada Telkomsel saja, tapi Erick Thohir dan Jokowi pun ikut menerima krtiikan dan hujatan. Dan itu yang menjadi target mereka!
Aaaaah ternyata, DS itu cuma alat serang, bidikan mereka yang sebenarnya adalah BUMN Telkom yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Informasi, yang notabene berada di bawah Jokowi. 
Kalau DS berkeras untuk berjibaku melawan Telkom di ranah hukum, para Bandar ini tak perlu menurunkan jutaan umat turun ke jalan. Cukup menonton dari televisi ukuran 105 inchi di rumahnya dan menunggu apa putusan hakim di Pengadilan. Karena kalau putusan hakim memenangkan DS, maka mulai dari Telkomsel, hingga Presiden Jokowi akan merasakan imbas kekalahan.
Tapi apakah kasus DS VS Telkom akan menghentikan para pengkhianat bangsa ini berhenti? 
Saya yakin tidak. Lalu siapa lagi pihak-pihak yang akan mereka jadikan sasaran tembak? Seword? atau bahkan rakyat jelata yang lahir dari batu? Entahlah... yang pasti mereka tidak akan berhenti sampai Indonesia kembali dikuasai. 
Analisa Politik : Membidik Telkom, Menembak Denny Siregar. Besok Mau Menembak Seword?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/analisa-politik-membidik-telkom-menembak-denny-WS8UN7BdoC

Data DS Bocor Ulah Kadrun Di Telkomsel? Cukupkah "Akhlak" Erick Bersihkan Kadrun Di BUMN?

Bisikan jahat itu selalu menginspirasi para kadrun. 
Karena tak bisa mengungkapkan kebenaran, justru sering menutupi kebenaran. 
Maka ketika mereka sulit mengelak dari pembongkaran gerak-gerik kotornya untuk menghancurkan Indonesia, Kadrun menempuh cara-cara keji. 
Karena memang para Kadrun hanya bisa bermain kotor. 
Bukan Kadrun namanya kalau tidak bermain kotor.
Pikiran sehat yang menjadi dasar kemanusiaan, justru Kadrun bertolak belakang. 
Dan saking lamanya menikmati kotornya pikiran dan ideologinya itu, Kadrun enggan move on. Meski berbagai pemahaman yang mengangkat fitrah manusia, 
Kadrun justru memakainya sebagai topeng.
Jadi jangan heran ketika Kadrun juga ikut kegiatan-kegiatan kemanusiaan. 
Justru dengan begitu, banyak mangsa yang bisa didapatkannya. 
Mereka bicara akhlak, justru ini adalah topeng yang paling menarik dan indah. 
Banyaknya mesjid tempat sarang Kadrun, membuat negara semakin kewalahan menangani masalah intoleransi dan radikalisme.
Kalangan Kadrun yang sudah tidak sabar ingin mengaplikasikan ilmu ideologi horornya, melakukan tindakan ekstrimis, salah satunya bom bunuh diri hingga melukai orang-orang yang dianggap musuh atau dengan kata lain menggunakan istilah “Kafir Harbi”. 
Suka-suka mereka melabeli orang lain dengan sebutan Kafir, baik Dzimmi maupun harbi. 
Bahkan tuduhan sesat pun sering mereka lontarkan, padahal pikirannya yang tidak sinkron dengan kehidupan.
Salah satu korban dari Kadrun ekstrimis adalah Pak Wiranto, yang waktu itu beliau menjabat sebagai Menpolhukam. Coba bayangkan, pejabat publik saja mereka tidak gentar dan terus melancarkan aksinya, apalagi ngebom sarana umum.
Sementara Kadrun yang agak licik, menyebarkan ideologi horor yang penuh virus kebencian. 
Jadi akan tercipta pengikut dan generasi yang sangat mengerikan. 
Wajar saja kalau Denny berkicau tentang anak-anak yang didandani bendera HTI, karena anak-anak ini akan dibentuk pikirannya yang nantinya akan sulit di-deradikalisasi atau menyusun kembali pandangan dunia yang normal.
Selama pemerntahan SBY yang dua periode itu, kaum radikalis ini tumbuh subur. 
PKS berhasil membuat jaringan di berbagai lini. 
HTI bebas mengadakan acara-acara muktamar, bahkan menggunakan fasilitas stadion Bung Karno, sementara dalam acara itu justru menolak Pancasila. 
Sungguh kontras dan penuh pengkhianatan.
Ambisi-ambisi politik kotor oleh beberapa oknum telah ikut menyumbang suburnya paham-paham Kadrun ini. Demo 212 yang mendemo Ahok adalah gambaran yang sangat nyata betapa Kadrun sudah dipelihara dengan sangat masif. Kini yang pro pancasila masih kewalahan.
Para oknum politisi yang memelihara ideologi dan makhluk Kadrun ini, masih terus memberikan tempat dan kesempatan para Kadrun untuk berkembang. Contohnya, beberapa mesjid atau majelis ta’lim di BUMN menjadi saran para dedengkot Kadrun menyebarkan dan menyusun kekuatannya untuk merongrong negara. Termasuk mengumpulkan anggaran untuk biaya operasional “perjuangan kotor” mereka. Gilak, pakai uang jemaah dan mungkin juga pakai uang negara untuk menyerang negara.
Salah satu Majelis Ta’lim di BUMN yang diduga telah disusupi Kadrun yang radikal itu adalah MTT Telkomsel. Maka patut memang dicurigai kenapa data pribadi Denny Siregar bisa diumbar di publik oleh akun Oposite yang dungu itu. 
Katanya Hacker, tapi ternyata ada orang dalam yang membeberkannya.
Sungguh dungu benar orang dalam di Telkomsel itu, menampilkan data secara apa adanya, langsung dari konsol atau terminal di sistem server. 
Padahal kalau mau tidak ketahuan, pintar sedikit-lah. 
Konten di data itu kan bisa disalin dan di tempatkan di notepad saja misalnya, jadi ngak ada kecurigaan diakses langsung dari komputer server. Wkwkwwwk..
Oke balik lagi ke kaum Kadrun yang radikal itu yang telah leluasa berada di Telkomsel. 
Bahwa mereka bisa tumbuh subur, diduga keras karena memang pada pemerintahan sebelumnya, yakni Pemerintahan SBY, mereka diberi tempat yang seluas-luasnya. 
Bahkan mungkin banyak proyek yang melibatkan para Kadrun itu, sehingga ketika Ahok diangkat menjadi Komisaris Pertamina beberapa waktu lalu, kaum Kadrun itu keluar menampakkan diri memprotes diangkatnya Ahok.
Saya tidak tahu apakah Ahok ini diangkat atas permintaan langsung Pak Presiden? Sehingga Erick Thohir tak bisa menolak?. Namun, Jabatan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN, sangat bisa membersihkan BUMN dari para Kadrun. Cuma masalahnya, apakah Erick cukup punya “Akhlak” untuk bersih-bersih habis BUMN? Termasuk telkom dari pengaruh Kadrun yang radikalis?
Kita lihat saja nanti.
Kalau masih ada penceramah Kadrun radikalis di BUMN atau pun di Telkom, seperti, Bachtiar Nasir, Felix Siauw, Oemar Mita (Anggota HTI), Jeje Zainuddin (anggota MIUMI dan DDI yang dekat dengan Farid Okbah, tokoh intoleran yang sering teriak anti syiah), Salim A Fillah (anggota HTI juga, dekat dengan Felix Siauw), dan lainnya, maka benar Telkomsel atau telkom masih sangat bermasalah. Sangat berbahaya!
Para penceramah dari Kadrun ini bermain sangat lihai, bahkan bisa mengumpulkan donasi yang sangat banyak untuk dikirim ke negara-negara konflik seperti Suriah, dengan tujuan menghancurkan negara orang.
Kalau negara ini tidak kuat, mereka bisa dengan mudah menghancurkan banyak hal, dan kalau itu terjadi, pasti sangat merugikan. Apakah kita rela kehilangan nilai-nilai sejarah dan peradaban bangsa yang sangat tinggi ini karena ulah mereka? Kalau saya pribadi akan tetap melawan mereka, melawan ideologi rongsokan mereka yang sebenarnya adalah virus ideologi, lebih berbahaya dari virus corona.
Say No To Kadrun… 
Data DS Bocor Ulah Kadrun Di Telkomsel? Cukupkah "Akhlak" Erick Bersihkan Kadrun Di BUMN?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/data-ds-bocor-ulah-kadrun-di-telkomsel-cukupkah-jUIWkEFLjd
Info lainnya bisa di klik di sini https://m.kaskus.co.id/thread/5f03279daf7e9346d579e86b/data-pribadi-denny-siregar-bocorakun-xdigeeembok-bongkar-pemilik-akun-opposite6891/?ref=postlist-10&med=obrolan_hangat

Data Pribadi Denny Siregar Bocor, PSI Desak DPR Segera Sahkan RUU PDP

Merdeka.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendesak DPR RI segera mengesahkan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP) menyusul maraknya kasus kebocoran data pribadi di Indonesia. Setelah sebelumnya terjadi kebocoran data 91 juta pengguna Tokopedia dan data pribadi pasien Covid-19, baru-baru ini insiden serupa juga menimpa penggiat media sosial Denny Siregar.
"Kasus bocornya data pribadi ini semacam penyakit kambuhan yang menimpa banyak warga negara Indonesia. Belum lama ini kita dikagetkan dengan kebocoran data Tokopedia, lalu data pasien covid-19, sekarang kita kembali dikejutkan dengan penyebaran data pribadi milik Bang Denny Siregar. Ini menjadi bukti pentingnya perlindungan data pribadi. Oleh karena itu, kami mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU PDP," ujar Juru Bicara PSI, Sigit Widodo di Jakarta, Selasa (7/7).
"Kebocoran data pribadi yang menimpa siapapun warga negara Indonesia merupakan kejahatan serius. Sudah saatnya Indonesia memiliki undang-undang yang melindungi keamanan data pribadi warganya," tegasnya.
Dengan disahkannya RUU PDP menjadi undang-undang, menurut Sigit, perusahaan yang mengumpulkan data pribadi akan lebih serius lagi menjaga keamanan data pelanggannya.
"Jika teledor, perusahaan tersebut bisa dipidana, dan tentu saja orang atau pemilik akun media sosial yang menyebarkannya juga akan turut dipidana," ujarnya.
Data pribadi Denny Siregar sebelumnya disebarkan oleh akun Twitter anonim @Opposite6891. Akun dengan pengikut 43 ribu ini dalam posting dua hari silam menyebarkan data pribadi yang terdiri dari nama, alamat, NIK, KK, hingga data teknis terkait perangkat ponsel, seperti IMEI, sistem operasi, hingga OS, dan jenis kartu SIM yang digunakan.
Menurut Sigit, data pribadi ini kemungkinan besar diperoleh dari operator ponsel yang digunakan Denny. "Bisa dari hasil peretasan atau dari penyedia layanan yang mendapat akses dari operator," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan, Telkomsel sebagai operator harus bertanggung jawab terhadap kebocoran data tersebut.
"Jangan hanya berkilah secara normatif dengan mengatakan Telkomsel sudah memiliki ISO 27001. Kebocoran data ini membuktikan, prosedur keamanan Telkomsel yang disertifikasi dengan ISO 27001 itu tidak berhasil melindungi data pelanggannya," tutup Sigit.
1 dari 1 halaman

Telkomsel Siap Kerja Sama Secara Hukum

Sementara itu, pihak Telkomsel menyebut, siap bekerja sama dengan dan berkoordinasi dengan aparat berwenang terkait masalah ini.
"Dalam menjalankan komitmen serta kewajiban kami memastikan keamanan data pelanggan, Telkomsel siap bekerjasama untuk membantu serta berkoordinasi dengan pihak berwajib atau aparat penegak hukum serta seluruh pihak terkait jika terjadi dugaan peretasan data pelanggan pada sistem kami dan akan memprosesnya sesuai hukum yang berlaku," kata Vice President Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin dalam pernyataan resmi Telkomsel, Senin (6/7/2020), yang dikutip dari Tekno Liputan6.com.
Telkomsel menyebut, bagi pihaknya, perlindungan data pelanggan selalu menjadi prioritas yang paling utama.
"Kami senantiasa memastikan keamanan data dan kenyamanan seluruh pelanggan dalam berkomunikasi," kata Denny Abidin yang kerap disapa Abe.
Lebih lanjut, Abe mengatakan, Telkomsel berupaya mematuhi peraturan perundangan dan etika bisnis.
Dalam keterangan resminya disebutkan, Telkomsel mengacu pada standar teknis dan keamanan yang telah ditentukan bagi kepentingan penyelenggaraan jasa telekomunikasi komersial yang ditetapkan oleh lembaga standarisasi internasional (ITU, GSMA) maupun FTP nasional.
"Telkomsel juga sudah tersertifikasi ISO 27001 untuk keamanan informasi, di mana proses sertifikasi ini dilakukan oleh lembaga internasional yang independen dan profesional," kata Denny. [fik]
Data Pribadi Denny Siregar Bocor, PSI Desak DPR Segera Sahkan RUU PDP Denny Siregar. Instagram/@Dennysirregar

Sumber Utama : https://www.merdeka.com/politik/data-pribadi-denny-siregar-bocor-psi-desak-dpr-segera-sahkan-ruu-pdp.html

CYBER TERORIS

Jakarta - Pada waktu membeli nomer, kita dipaksa untuk memasukkan data diri kita, mulai NIK sampai KK. Dan nomer yang tidak teregistrasi pun akan hangus..
Tapi ternyata sistem kita sangat rentan, sehingga data diri kita bisa diambil oleh orang lain. Ini sangat berbahaya..
Bayangkan, akhirnya mereka tahu dimana rumah kita, siapa keluarga kita, apa kebiasaan kita. Dan itu ada bisa ada ditangan orang berbahaya, seperti teroris. Nyawa kita bisa terancam karena data kita telanjang.
Saya sih gak takut, karena keluarga sudah siap segalanya. Tapi bisa jadi itu terjadi pada kalian, pada istri kalian, anak-anak kalian, bahkan orangtua. Mereka bisa mengancam karena pegang data pribadi.
Karena itu, saya rencana mau menggugat Telkomsel dan Kominfo karena data saya bisa disebarkan ke pihak yang tidak bertanggung jawab. Biarkan saya jadi contoh.
Kita jadi rentan. Ini bisa dibilang Cyber Teroris.
Hak kita sebagai warga negara harus dapat perlindungan. Dan negara harus bertanggung jawab terhadap keamanan warganya.
Telkomsel kelihatan sudah banyak kadrunnya. Entah provider lainnya.. Seruput kopinya. Perjuangan masih panjang. Kita bongkar siapa di dalamnya.
Cuitan Twitter Opposite

Satu Waktu Indonesia Akan Dikuasai Oleh Taliban

Jakarta - Dalam sebuah Webinar yang diselenggarakan Taruna Merah Putih, kebetulan saya didaulat menjadi pembicara..
Dan poin dari pembicaraan itu, saya menyerukan kepada anak-anak muda, kaum terpelajar, untuk jangan diam. Berserulah, kuasai ruang-ruang media sosial tanpa rasa takut, dari narasi-narasi radikalisme yang menyebar disana.
Jujur saya geram, melihat betapa sekeliling kita sekarang ini, sudah banyak dikuasai oleh kelompok2 radikal itu. Di dunia pendidikan, mereka bahkan sudah bercokol lama disana. Sistem pemerintahan kita yang mengacu pada otonomi daerah, membuat kelompok2 itu semakin berkuasa.
Dengan menyandera pemerintah daerah yg oportunis melalui agama, mereka membangun kekuatan mereka. Lihat saja di sekolah negeri, banyak anak sekolah yang bahkan masih SD, sudah diwajibkan berjilbab, bahkan bercadar. Belum lagi buku-buku pelajaran agama, yang diterbitkan dgn penafsiran agama versi mereka.
Situasi ini sangat berbahaya, karena sedikit sekali perlawanan terhadap mereka. Banyak kaum terpelajar yang diam, karena takut digeruduk pake massa. Tidak ada perlindungan terhadap mereka, sehingga mereka takut bersuara.
Seharusnya kita belajar dari Afghanistan..
Tahun 1996, Afghanistan dikuasai oleh kelompok agama yang fanatik bernama Taliban. Kelompok ini sebenarnya masuk sudah sejak lama dan menguasai banyak elemen pemerintahan di Afghanistan, tapi karena mereka berbaju agama, pemerintah tidak berani menyentuh mereka atau bahkan berkompromi dengan mereka.
Karena dibiarkan, pelan-pelan gerakan kelompok ini semakin besar. Rakyat yang bodoh dan awam, menjadi bersimpati pada Taliban. Dan pada saat yang tepat, mereka melakukan kudeta dan mulailah pemerintahan yang menjadi neraka bagi banyak orang moderat disana.
Ahmed Rashid, pengarang buku best seller berjudul "Taliban" bahkan menulis, "Kemenangan Taliban di Afghanistan adalah kekalahan kaum terpelajar yang lebih memilih diam. Dan ketika Taliban berkuasa, maka kaum terpelajarlah yang mereka buru pertama, karena mereka musuh potensial.."
Dan benar saja, gelombang eksodus kaum terpelajar yang dulu diam itu, terjadi. Mereka lari, takut dibantai. Cerita-cerita apa yang terjadi pada mereka, mengerikan. Ada yang diterjunkan dr gedung tinggi, karena dituduh LGBT. Ada yang dipenggal, hanya karena dia berfikir. Bahkan ada yang hidungnya di mutilasi seperti kasus Bibi Aisha, karena berontak terhadap kekejaman suaminya yang anggota Taliban.
Dan situasi itu berjalan 5 tahun lamanya, sampai akhirnya Afghanistan berhasil mengusir Taliban. Tapi yang terjadi adalah kemunduran peradaban dan ekonomi negara yang sudah menjadi puing-puing. Membangunnya kembali butuh waktu lama dengan psikologis masyarakatnya yang masih trauma.
Apakah kita ingin Indonesia kelak seperti Afghanistan ketika dikuasai Taliban ?
Saya tentu tidak, dan berani mempertaruhkan apa yang saya punya untuk hanya sekedar bersuara, menggerakkan api dalam dada kaum muda. Tanggung jawab saya sebagai seorang ayah kepada anak saya, supaya dia kelak bisa hidup dalam damai dibawah naungan Pancasila.
Dan untuk itu saya rela disomasi berkali-kali oleh mereka, dan bahkan seujung kuku lagi bisa masuk penjara. Itu harga yang harus dibayar memang, untuk perjuangan. Biar kelak ketika aku sudah tiada, anakku akan berkata dengan bangga, "Papa sudah berbuat banyak. Istirahatlah. Biar aku yang meneruskan.."
Dunia itu adalah ladang jihad. Berjihadlah. Setidaknya hidup kita punya arti, bukan hanya sibuk dengan tumpukan materi. Dan kelak ketika kita bertemu di akhirat nanti, akan kusediakan secangkir kopi untuk mereka yang berjuang, sambil cerita-cerita pengalaman kita di dunia ini..
Seruput dulu kopinya kawan..
Konflik Afghanistan

Re-post by MigoBerita / Rabu/08072020/11.59Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya