» » » » » » Indonesia "Bisa Apa"..??!! Pak Jokowi hingga Denny Siregar dan TELKOMSEL / JIWASRAYA

Indonesia "Bisa Apa"..??!! Pak Jokowi hingga Denny Siregar dan TELKOMSEL / JIWASRAYA

Penulis By on Senin, 06 Juli 2020 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin - Indonesia "Bisa Apa"..??!! Pak Jokowi hingga Denny Siregar dan TELKOMSEL/ JIWASRAYA adalah judul kumpulan artikel kali ini.
Bahkan Anies Baswedan Sang Gubernur DKI Jakarta yang disebut berbagai media online sebagai Gubernur "Rasa Presiden"pun tidak luput dari salah satu kumpulan artikel Migo Berita kali ini.
Untuk itu selamat menikmati dan ingat baca hingga akhir agar tidak gagal paham.

Ini Keren! Investor Dunia Percaya Jokowi. Dunia Percaya Indonesia

Di tengah keprihatinan yang melanda Indonesia bahkan dunia terkait penyebaran virus corona yang belum bisa dibendung sampai saat ini, Presiden Jokowi membawa kabar gembira bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jokowi memastikan ada tujuh perusahaan asing yang merelokasi alias memindahkan pabriknya ke Indonesia. Lima dari tujuh pabrik tersebut pindah dari China. Dua lainnya dari Korea dan Jepang.
"Hari ini, saya senang, sudah ada tujuh perusahaan yang masuk. Ini sudah pasti ini," kata Jokowi di Kawasan Industri Terpadu Batang, Selasa, 30 Juni 2020.

Inilah 7 perusahaan yang memastikan relokasi ke Indonesia berdasarkan data BKPM:
Satu. PT Meiloon Technology Indonesia. Relokasi pabrik dari Suzhou, China.
Dua. PT Sagami Indonesia. Relokasi pabrik dari Shenzen, China karena biaya pabrik dan tenaga kerja di indonesia lebih kompetitif dari China.
Tiga. PT CDS Asia (Alpan). Relokasi pabrik dari Xiamen, China karena tarif impor produknya dari Indonesia ke Amerika 0% dibanding tarif 25% dari China ke Amerika
Empat. PT Kenda Rubber Indonesia. Relokasi pabrik dari Shenzen, China karena peningkatan permintaan pasar di Indonesia
Lima. Denso, PT Denso Indonesia. Relokasi pabrik dari Jepang karena memandang Indonesia sebagai lokasi terbaik setelah melakukan riset ke berbagai negara di kawasan ASEAN.
Enam. PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Relokasi dari China karena ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar basis ekspor bagi beberapa kategori produk home appliances.
Tujuh. PT LG Electronics Indonesia. Relokasi dari Korea Selatan dan berencana menjadikan Indonesia sebagai regional hub baru yang menjangkau pasar Asia dan Australia.
Selain tujuh perusahaan yang sudah dipastikan masuk, ada juga 17 perusahaan yang sudah mencapai 60% jadi masuk ke Indonesia. Dengan komitmen besar dan terus berkomunikasi aktif sampai saat ini, 17 negara itu akan masuk Indonesia membawa total investasi US$37 miliar dan potensi serapan tenaga kerja sebanyak 112 ribu orang.
Salah satu perusahaan yang telah menyatakan komitmennya yaitu LG Chemical dengan nilai investasi 9,8 miliar US, dan potensi penyerapan tenaga kerja 14.000 orang.
Tak cukup sampai di situ, Jokowi juga menyebut ada potensi 119 perusahaan lainnya yang akan merelokasi pabriknya dari China. Total ada 136 perusahaan yang sedang antre masuk Indonesia.
Jadi, kesimpulannya ada 3 klasifikasi. Ada 7 yang sudah positif relokasi. Ada 17 yang sudah terkomunikasikan dengan progres 60% ke atas. Ada juga 119 yang masuk dalam potensi.
Rasa sukacita, haru dan bangga langsung muncul dengan sendirinya saat membaca berita yang semacam ini. Apalagi tahun lalu, Indonesia gagal menjadi tujuan relokasi 33 perusahaan asal China. Sayang sekali memang.
Gerak cepat langsung diambil Jokowi dengan meminta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) agar segera menyelesaikan fasilitas yang harus diberikan ke investor mulai dari urusan izin, listrik, gas, dan lain-lain.
Pemerintah menyiapkan dua kawasan industri sekaligus yakni Kawasan Industri Batang dan Kawasan Industri Brebes untuk menyambut para pabrik yang akan relokasi ke Indonesia. Baik Batang maupun Brebes keduanya sangat strategis karena lokasinya di tengah-tengah Jawa. Pilihan cerdas dan jitu.
Jokowi benar-benar ingin memanfaatkan perang dagang antara China dan Amerika yang berujung pada hubungan yang terus memanas antara kedua negara tersebut beberapa waktu ke belakang ini.
Bagi Jokowi, ini adalah peluang emas yang harus cepat ditangkap dan tidak boleh disia-siakan. Terharu sendiri melihat kesungguhan Jokowi yang tak pernah kenal lelah dan putus asa dalam membangun negara. Jokowi fokus mengejar ketertinggalan Indonesia tahun lalu.
Dengan konsentrasi penuh, tahun ini Jokowi tak ingin gagal lagi menghadirkan perusahaan-perusahaan tersebut demi bisa mempersembahkan cipta lapangan kerja yang pasti akan membuka sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia.
Peluang ini jelas sangat berharga mengingat saat ini ada begitu banyak rakyat Indonesia yang tak lagi bekerja tak bisa mendapatkan penghasilan akibat terkena dampak langsung dari serangan virus corona.
Jokowi sebagai bapak bangsa yang bertanggung jawab atas kehidupan anak-anak bangsanya tak mau melewatkan kesempatan berharga yang satu ini.
Sampai di bagian ini tiba-tiba terlintas wajah-wajah pengacau bangsa penikmat nasi bungkus yang menerima orderan jasa demo. Mau demo damai atau anarkis semuanya bisa diatur sesuai permintaan pendana. Manusia-manusia bodoh yang tega menghancurkan bangsa dan negaranya sendiri demi kepentingan pribadi dan golongan.
Tujuan mereka cuma satu yaitu mengacaukan Indonesia agar Jokowi bisa digulingkan secepatnya.
Di tengah caci maki, hujatan bahkan fitnahan yang terus ditembakkan pada Jokowi sampai sekarang, faktanya sampai saat ini Jokowi masih tetap tegak berdiri memimpin NKRI. Demo-demo sarat muatan politis dari gerombolan pembenci itu tak mampu menumbangkan Jokowi sekalipun dana yang dikeluarkan mereka sudah sangat besar.
Jokowi juga masih mampu meyakinkan para investor dunia untuk datang, pindah dan berinvestasi di Indonesia di tengah masa sulit yang melanda dunia akibat corona. Ini jelas prestasi yang layak dibanggakan. Para investor dunia percaya pada Jokowi. Dunia percaya pada Indonesia.
Akankah kita tega membiarkan Jokowi berjuang sendirian??? Ingatlah selalu. Pantang bagi seorang pejuang bertarung setengah-setengah. Itulah janjiku pada Ibu Pertiwi.
Sumber referensi:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200630140236-92-519041/7-perusahaan-yang-disebut-jokowi-relokasi-pabrik-ke-ri
Ini Keren! Investor Dunia Percaya Jokowi. Dunia Percaya Indonesia
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ini-keren-investor-dunia-percaya-jokowi-dunia-0OELuyUkZv

Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya, Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag I)

Seperti dilaporkan oleh seorang teman penulis yang demi tulisannya, rela menerjang badai Covid19 agar bisa menjadi pengunjung sidang kasus Jiwasraya, ada hal menarik untuk diungkap ke publik.
Mengenai kisah si teman, bisa disimak di link tulisannya di https://seword.com/umum/mengapa-terjadi-gagal-bayar-di-jiwasraya-FKSoeHh5Qz
Hal menarik itu tak lain dari keterangan Dirut Jiwasraya 2018-2023, Hexana Tri Sasongko yang tak sinkron dengan apa yang diberitakan di link ini: http://www.jurnas.com/artikel/74716/Dirut-Jiwasraya-Hexana-Bantah-Rekayasa-Hasil-Laporan-Keuangan-2018/.
Pada link tersebut, diberitakan bahwa menurut BAP terhadap saksi M Jusuf dari PwC, direksi Jiwasraya pernah meminta mereka melakukan rekayasa audit keuangan Jiwasraya pada 2018.
Permintaan itu berisikan agar PwC membukukan ulang audit Jiwasraya yang memperlihatkan kerugian. 
Karena permintaan itu tidak sesuai dengan TOR (Term of Reference) atau standar audit sebagai prinsip kinerja perusahaannya bekerja, maka oleh saksi M Yusuf dari PwC, hal itu ditolak.
Denial dari Hexana ini menimbulkan tanya. 
Hexana katakan bahwa dia tidak tahu menahu tentang permintaan itu. 
Hal yang tentu saja aneh mengingat dia adalah Direktur Utama Jiwasraya saat permintaan itu dibuat kalau memang benar ada.
Maka, pertanyaannya jadi begini: benarkah tak ada permintaan tersebut? 
Saya memilih lebih percaya pada keterangan saksi sebab di kemudian hari Hexana mengumumkan Jiwasraya gagal bayar ke nasabah.
Jadi, permintaan itu masuk akal benar terjadi bila dipandang dari sudut waktu Jiwasraya diumumkan telah gagal bayar. 
Hanya saja, karena tidak ada bukti konkrit, mudah saja hal itu ditolak Hexana bahwa pemintaan itu ada.
Sederhananya begini, Anda mengajak seseorang untuk nyulik anak gadis Pak Haji.
Tetapi orang yang anda ajak menolak. Aksi penculikan pun batal.
Di kemudian hari, orang yang Anda ajak ini mengaku bahwa pernah diajak Anda untuk nyulik anak gadis Pak Haji, Anda bisa dengan mudah mengelak hal itu karena tak ada bukti pendukung.
Demikian pun, kalau Hexana menolak adanya permintaan tersebut ya masuk akal. 
Mana ada sih orang yang ingin terlihat baik mau mengakui kalau dia sebenarnya pernah merancang sebuah kejahatan?

Hexana Tri Sasongko, Dirut Jiwasraya 2018-2023, Beneran Tolol atau Korban Skenario Juga?
Jadi, asumsinya adalah permintaan itu benar adanya. 
Pertanyaannya, untuk apa? Tepatnya, mengapa itu dilakukan? 
Untuk menjawab itu, pembaca mau tak mau harus membaca kasus Jiwasraya ini secara holistik, tak bisa sepenggal-sepenggal.
Bila kasus ini dikaji secara holistik, niscaya semua pasti sepakat kalau biang kerok kehancuran Jiwasraya ada pada Bakrie pada era dia menjabat sebagai Menko Perekenomian pada Kabinet Indonesia Bersatu, 2004. 
Sebab, sebagaimana dilaporkan oleh investigasi Tempo Maret lalu pada alamat link ini - (sila diklik kalau pengen baca), pada 2004 Jiwasraya melakukan repo saham pada sejumlah perusahaan Bakrie dan yang terafiliasi dengannya.
Repo itu rupanya tak ditebus-tebus juga yang membuat BPK pada 2007 sampai menerbitkan status disclaimer kepada Jiwasraya. Keuangan Jiwasraya juga tercatat memiliki liabilitas (berhutang) senilai 5,3 T pada 2008 ketika Hendrisman, dkk., yang kini jadikan tersangka oleh Kejaksaan masuk menjadi dewan direksi.
Dugaan penulis, sejak 2008 sebetulnya Jiwasraya ini sudah dikondisikan sedemikian rupa untuk menutupi fakta kerugian yang terjadi pada era direksi sebelum Hendrisman, dkk. masuk mengurus. 

Pertama-tama, dicoba dulu dengan menempatkan ahli asuransi bernama Hendrisman Rahim sebagai Direktur Utamanya.
Harapannya, dengan kecakapannya selaku ahli asuransi, lubang keuangan yang jomplang bisa ditutup. Namun, karena sejumlah solusi telah coba ditempuh Hendrisman, dkk. tak juga berhasil, maka cara terakhir pun dipakai yakni umumkan saja Jiwasraya gagal bayar.
Akan tetapi, umumkan gagal bayar pada saat direksi belum lakukan hal yang bisa dipidanakan tentu akan jadi bumerang. 
Sebab, publik pasti akan jadi tahu kalau penyebab kerusakan Jiwasraya saat itu adalah fakta berupa tak tertebuskannya repo-repo saham pada sejumlah perusahaan yang terafiliasikan dengan Bakrie Group sebelum 2008. 
Maka, tunggulah saat di mana direksi 2008-2013 (yang kemudian berhasil naik 2 periode hingga 2018) ini melakukan pelanggaran. 
Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya, Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag I)
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ketika-hexana-dirut-jiwasraya-dijadikan-hulu-E7KUsXSLBv

Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag 2)


Kesempatan itu datang saat direksi lempar produk JS Saving Plan yang mana menjanjikan premi yang di luar batas kewajaran yakni 9-13%, sebuah iming-iming yang di satu sisi sungguh menarik minat jutaan nasabah sehingga rame-rame nyemplungin duit ke Jiwasraya, namun yang di sisi lainnya jadi beban luar biasa berat bagi direksi untuk membayar klaim premi mereka pada waktunya.
Lubang kerugian yang sudah ada sebelum 2008 ditambah dengan kewajiban membayar janji premi yang di luar batas kewajaran sudah barang tentu tidak bisa diatasi dengan memainkan saham Jiwasraya pada pasar-pasar saham berstatus blue chip atau LQ45.
Alasan inilah yang membuat para direksi ini melakukan apa yang kemudian hari menjadikan mereka tersangka yakni memainkan saham Jiwasraya pada pasar saham berstatus High Gain, High Return (Kalau untung bisa fantastis, kalau rugi bisa seketika semaput).
Harap diingat pula bahwa skema PMN dan Zerro Coupon Bond demi menutupi lubang kerugian sebelum 2008 sudah coba ditempuh oleh Hendrisman, dkk pada tahun 2008-2009 namun kesemuanya ditolak Menteri Keuangan dengan alasan bahwa keuangan negara saat itu kritis akibat skandal Century.
Kedua, bahwa Jiwasraya dikondisikan supaya jangan sampai memperlihatkan fakta kerugiannya terjadi sudah sejak sebelum 2008 bisa pula dinilai dari bungkamnya OJK di hadapan upaya direksi Jiwasraya memainkan saham Jiwasraya pada saham-saham non LQ45. 
OJK, sebagai lembaga pelindung konsumen pada industri jasa keuangan, faktanya tak bersikap menyemprit apalagi menghadang direksi ini "berjudi" saham Jiwasraya.
Maka, ketika skema berjudi di pasar-pasar saham berisiko tinggi itu ternyata tak juga mampu menutupi beban tanggungan perusahaan, cara terakhirlah yang dipakai yakni umumkan gagal bayar.
Apalagi, sudah ada calon yang bisa ditersangkakan sebagai penyebab gagal bayar itu yakni para direksi 2008-2018 yang mana telah memainkan saham Jiwasraya pada pasar yang tidak semestinya. 

Hexana, Hulu Ledak dari Skenario yang Disusun Sejak Lama
Maka, jadi terang benderang kini, mengapa Hexana umumkan gagal bayar Jiwasraya saat faktanya Jiwasraya sebetulnya masih mampu membayar hak nasabah pada 2018. 
Sebab, pada fakta persidangan minggu lalu terungkap kalau saat itu Jiwasraya memiliki deposito senilai 1,9 T.
Belum ditambah hasil penjualan aset berupa Citos beberapa waktu kemudian yang kalau semuanya ditotalkan maka Jiwasraya sesungguhnya masih memiliki uang senilai 4 T. 
Sementara kewajiban untuk membayar nasabah pada 2018 itu cuma 802 M. 
Tapi kok malah umumkan gagal bayar, sih? Janggalnya di situ.
Hexana Tri Sasongko, Dirut Jiwasraya pasca Hendrisman, bisa melakukan hal sekonyol itu hanya bisa dipahami jika ada kepentingan extra ordinary di baliknya. 
Terkecuali kalau Hexana memang beneran bego bin tolol.
Tapi bisa jadi juga Hexana ini korban skenario. Asumsi ke arah itu punya dasarnya. 
Backround Hexana adalah hukum, bukan akuntan atau ekonom secara umum. 
Sebagai orang hukum, Hexana bisa saja sengaja ditempatkan di Jiwasraya, tak lain supaya tak mampu melihat dengan teliti kerusakan Jiwasraya ini terjadi karena apa sebetulnya di awal, taunya cuma ada pelanggaran, akan ada pasal yang siap dijeratkan.
Rasional tidaknya asumsi ini perlu diuji. 
Akan benar asumsinya bahwa Hexana adalah korban dari sebuah skenario besar jika Hexana beneran tidak tahu menahu soal permintaan rekayasa audit keuangan Jiwasraya pada PWC tahun 2018 seperti disinggung di awal tadi. 
Namun, posisinya sebagai Dirut yang mengaku tidak tahu menahu soal itu menimbulkan tanda tanya juga. Jadi, asumsi ini tentu saja jadi lemah.
Sebagai gantinya, Hexana justru tahu dan karena backround dia hukum, dia tahu persis mana celah yang sangat empuk untuk dijadikan jerat bagi para tumbal demi selamatkan pihak tertentu, saat Jiwasraya sudah saatnya untuk diumumkan telah gagal bayar.
Hexana ini korban atau turut berperan sebagai aktor pembantu lancarnya jalan skenario, tak begitu penting. Yang jelas, pengumuman gagal bayar yang dia lakukan telah menimbulkan implikasi serius dan sistemik. 

A. Akibat pengumumannya itu, para nasabah akhirnya ramai-ramai menarik investasinya. 
Padahal yang namanya industri jasa keuangan, baik bank, koperasi maupun asuransi, semuanya berjalan di atas prinsip kepercayaan. 
Ketidakcakapan Hexana jelas terlihat bila merujuk pada fakta bahwa pada 2018, total klaim premi nasabah hanya 802 M. Sementara saat itu Jiwasraya masih punya saldo deposito senilai 1,9 T. 
Bego apa tolol Hexana ini?
Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag 2)
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ketika-hexana-dirut-jiwasraya-dijadikan-hulu-SHCMudM556

Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag 3)

B. Akibat lain dari pengumuman itu adalah saham-saham Jiwasraya pun dijual ramai-ramai oleh para pemiliknya. 
Hukum ekonomi berlaku bahwa apabila ketersediaan bahan banyak, maka harga pasti terjun bebas. Demikian pula ini. Harga saham Jiwasraya wajar kalau sampai di titik nadir, karena hampir semua pemilik saham di Jiwasraya pada ramai-ramai menjualnya. Lagi-lagi, Hexana ini bego apa tolol?
C. Akibat Diumumkan gagal bayar, otomatis semua produk yang dijajakan Jiwasraya tak satu pun yang laku terjual. 
Padahal, di mana-mana asuransi itu hidup dari jualan premi dan investasi. Karena tak ada yang terjual produknya, maka dengan sendirinya pemasukan untuk Jiwasraya pun terhenti seketika. 
Lalu, karena terhenti, giliran berikutnya meski misal kewajiban Jiwasraya untuk cairkan premi nasabah 2018 sebesar 802 M bisa dibayarkan, setelahnya pasti tetap juga macet. 
Memangnya mau ditalang pakai duit neneknya? Kuat berapa?
Jadi, dia beneran bego ataukah tolol, dia aktor pembantu ataukah korban skenario, yang jelas kini kasus Jiwasraya bergulir di pengadilan Tipikor dengan menyisakan sejumlah kejanggalan yang sulit ditutup-tutupi:
  • Dijadikan kejaksaan sebagai kasus korupsi padahal faktanya ini lebih tepatnya sebagai kejahatan pasar modal;
  • Dilokalisir 2008-2018 faktor penyebab runtuhnya padahal faktanya sudah merugi sejak sebelum 2008.
Pihak Kejaksaan pun jadinya terlihat menggiring-giring kasus ini bukan lagi berdasar pada fakta yang terjadi sebenarnya. 
Pertanyaannya, mengapa Kejaksaan pada mendadak seperti amnesia?
Pertanyaan ini tak perlu ada jika asumsinya benar bahwa sejak lama Jiwasraya ini dikondisikan rusak, namun siapa perusaknya jangan sampai ketahuan apalagi kecokok aparat, caranya jeblosin saja para tumbal. 
Toh, para tumbal pun telah dikondisikan pula sedari jauh hari untuk lakukan pelanggaran investasi.
Jadi, sepertinya Kejaksaan jadikan Hendrisman, dkk yang kini jadi terdakwa di pengadilan dalam kasus ini hanyalah kamuflase semata, seolah keadilan benar-benar hendak ditegakkan. 
Aslinya, ini cuma drama dari sebuah skenario yang sudah lama disusun, sudah sejak 2008: Selamatkan Bakrie dari Kemangkirannya
Benarkah dugaan ini? Biar waktu saja yang akan membuktikannya.
Saat Lembaga Pengadilan Menghamba pada Kepentingan Skenario, Publiklah yang Wajib Mengadili
Maka, supaya dugaan tersebut lekas terbukti benar atau salah, publiklah yang diminta terlibat aktif mengawal kasus ini. Makanya, saya amat salut dengan teman-teman penulis di Seword dan Kompasiana antara lain seperti pada artikel-artikel opini mereka berikut ini:
A. https://seword.com/umum/blak-blakan-jiwasraya-dpr-jangan-jaksa-agung-ini-XcQQDnpg0p
B. Https://seword.com/umum/anggota-dpr-kompak-minta-usut-kasus-jiwasraya-VAdqfIZDtc
C. https://seword.com/ekonomi/mau-asuransi-dijarah-bakrie-mau-nabung-liYPhAwDGh
D. https://www.kompasiana.com/gatotswandito/5ef6b69ad541df029e2dbff3/skandal-jiwasraya-setelah-ojk-bagaimana-dengan-bakrie
E. https://www.kompasiana.com/gatotswandito/5f017a80097f367ea046bf72/skandal-jiwasraya-bin-semestinya-periksa-ojk
Sebetulnya, tak perlu ribet mendalami kasusnya secara detail. Sederhana saja:
Jika mau umumkan Jiwasraya gagal bayar, harusnya pas 2008 saat Jiwasraya sudah minus 6,7 T, pas Hendrisman, dkk baru mau masuk mengisi pos-pos direksi. 
Jadi, bukan ketika Hexana masuk memimpin Jiwasraya pada 2018.
Yang bikin keheranan kita semakin menjadi-jadi adalah Hexana umumkan kalau BUMN yang dipimpinnya itu gagal bayar, tepat ketika faktanya cuma memiliki tanggungan kewajiban ke nasabah hanya 802 M, sedang saldo deposito masih ada 1,9 T. 
Itu semua pun masih di luar hasil penjualan Citos di kemudian hari.

Lihat saja aset Investasi Perusahaan Jiwasraya per akhir Juni 2018 sebagai berikut:
  • Deposits: Rp 1,943 T atau 5,13%
  • Obligasi: Rp 4,885 T atau 12,90%
  • Saham: Rp 5,693 T atau 15,03%
  • Reksadana: Rp 17,578 T atau 46,40%
  • Reksadana unit link: Rp 595 M atau 1,57%
  • KIK EBA: Rp 17 M atau 0,04%
  • Properti: Rp 6,557 T atau 17,31%
  • Penyertaan: Rp 516 M atau 1,36%
  • Pinjaman Polls: Rp 95 M atau 0,25%
Lantas mengapa Hexana memilih umumkan gagal bayar ke nasabah jika tanggungan premi saat itu hanya 802 M ke nasabah?
Tak ada dugaan lain selain Hexana hanyalah hulu ledak dari sebuah skenario yang disiapkan sejak lama, sejak Jiwasraya dinyatakan merugi pada 2008 yang kalau dirunut ternyata bersumber pada repo saham Bakrie Group pada 2004, lalu tunggu momentum, tunggu pula ada pihak yang pantas dijadikan tumbal, baru dhuarrrr.... diledakkan. 
Tak percaya, ya semoga saja dugaan ini keliru.
Mari kita kompak BONGKAR untuk sama-sama membuktikannya! 
Pantau dan kawal terus perjalanan sidangnya, saatnya publik kritis wajib hadir karena kita tak ingin kasus ini berujung gigit jari di pihak nasabah macam First Travel! 
Kita bukan Komodo yang mau dikadalkan, kan?(*)
Ketika Hexana, Dirut Jiwasraya Dijadikan Hulu Ledak Skenario Penyelamatan Bakrie (Bag 3)
Sumber Utama : https://seword.com/umum/ketika-hexana-dirut-jiwasraya-dijadikan-hulu-9dj4ptTWVA

Usut Terus Keterlibatan Bakrie Grup dalam Penggarongan Jiwasraya, Jangan Kasih Kendor...

Pemerintah harus menuntaskan penyelesaian kasus PT Asuransi Jiwasraya. 
Baik dari sisi hukum, maupun penyelamatan perusahaan negara tersebut.
Perusahaan negara ini menyangkut harkat hidup orang banyak. 
Para pembayar premi yang nasibnya masih tak jelas karena Jiwasraya gagal membayar klaim asuransi mereka.
Mengganti Direksi saja tidak cukup. 
Menangkapi 6 orang yang dianggap pelaku korupsi di dalamnya juga belum cukup.
Harus ada upaya penyehatan kembali perusahaan negara tersebut, dan upaya untuk menghentikan praktek-praktek buruk yang sudah merajalela di dalamnya.
Dan para penggarong Jiwasraya lainnya yang saat ini masih bersembunyi di balik jabatan dan pengaruh politik mereka juga harus dilacak, ditangkap, dan diadili.
Saya yakin bahwa yang terlibat dalam penggarongan Jiwasraya ini bukan hanya 6 orang yang sudah ditangkap tersebut.
BUMN ini sudah lama jadi sapi perah mereka-mereka yang berada dalam kalangan elit politik. 
Maka, bisa diduga ada penggede-penggede elit politik lain yang juga terlibat dalam penggarongan Jiwasraya ini.
Salah satunya yang bisa diduga terlibat adalah grup Bakrie.
Proses penyelesaian kasus Jiwasraya tidak bisa dilihat sepotong demi sepotong. 
Penggarongan Jiwasraya sudah dimulai jauh ke masa lalu, di awal tahun 2000-an. 
Ini bukan hanya soal dana JS Saving Plan yang memiliki tunggakan klaim Rp 12,4 triliun.
Salah satu contohnya bisa dilacak hingga periode 2004-2006 ketika Jiwasraya secara serampangan membeli repo saham Grup Bakrie senilai Rp 3 triliun tanpa didahului analisis investasi.
Saat itu, Bakrie menggadaikan sahamnya kepada Jiwasraya untuk memperoleh dana segar.
Awalnya Jiwasraya hanya membeli saham Bakrie & Brothers pada 2006.
Belakangan, Jiwasraya juga tercatat mengoleksi saham anak usaha Grup Bakrie lainnya. 
Total, ada 9 anak usaha Grup Bakrie yang sahamnya dikoleksi Jiwasraya, yaitu:
  1. Bakrie & Brothers Tbk
  2. PT Bumi Resoursces Mineral Tbk
  3. Bakrie Telecom Tbk
  4. PT Bumi Resources Tbk
  5. PT Bakrieland Development Tbk
  6. PT Graha Andasentra Propertindo Tbk
  7. PT Capitalinc Investment Tbk
  8. Bakrie Sumatera Plantations
  9. PT Visi Media Asia Tbk
Celakanya, pada saat jatuh tempo, kelompok usaha Bakrie tidak menebus saham yang mereka gadaikan.
Masalah muncul ketika kinerja semua saham yang digadaikan bertumbangan pada saat bersamaan.
Saham-saham yang tadinya berharga total 3 Triliun Rupiah tersebut, sekarang harganya hanya 1,06 Triliun Rupiah. Jelas-jelas ini rugi besar.
Namun karena tidak ditebus kembali, Jiwasraya terpaksa mengoleksi saham gorengan tersebut.
Mungkin untuk menutupi jejak kerugian ini, belakangan saham-saham Bakrie tersebut dibungkus dalam produk reksa dana penyertaan terbatas.
Maksudnya, Jiwasraya berinvestasi di sejumlah produk reksa dana penyertaan terbatas. 
Dan produk-produk reksa dana inilah yang mengoleksi saham-saham Grup Bakrie tersebut.
Maka tak heran kalau selama ini, kode emiten kelompok usaha Bakrie memang tidak muncul dalam koleksi saham yang dibeli Jiwasraya. 
Sehingga jejak kerugian tersebut tidak akan tampak jelas kalau jejak emiten ini tidak dirunut.
Mungkin penjelasan ini nampak bertele-tele.
Tapi kasus Jiwasraya ini bisa disederhanakan sebagai berikut: 
Jiwasraya menginvestasikan dana nasabah ke saham berbagai perusahaan, supaya Jiwasraya untung. Permasalahannya adalah:
  1. Apakah portofolio perusahaan yg sahamnya akan dibeli itu benar menguntungkan? .
  2. Apakah manager investasi Jiwasraya berhati-hati dan bertindak sesuai SOP perusahaan sebelum membeli saham perusahaan tersebut?
  3. Apakah terjadi persekongkolan antara manajer investasi Jiwasraya dan perwakilan perusahaan yg sahamnya akan dibeli Jiwasraya?
Untuk kasus pertama, 
yang bisa diduga bersalah adalah pihak manajemen perusahan yg sahamnya akan dibeli Jiwasraya, karena tidak memberikan informasi yang benar mengenai portofolionya.
Untuk kasus kedua, 
yang bisa diduga bersalah hanya dari managemen Jiwasraya, karena tidak berhati-hati menanamkan modal Jiwasraya.
Untuk kasus ketiga, 
yang bisa diduga bersalah adalah dari kedua pihak, Jiwasraya maupun perusahaan yang dibeli sahamnya.
Dalam kasus saham Bakrie ini, yang saya curigai, kasus ketigalah yang terjadi. 
Ada kongkalikong antara manajer investasi Jiwasraya dengan pihak Bakrie.
Janggal rasanya, kalau penempatan modal dalam berjumlah sampai 3 Triliun Rupiah itu tidak dilakukan dengan pertimbangan dan analisa yang benar mengikuti SOP.
Kenapa sampai sebegitu gampang membeli saham sampai 9 perusahaan dari satu grup yang sama dalam waktu berdekatan?
Sudah begitu, saat grup ini gagal menebus saham yang mereka gadaikan, kenapa tidak ada tindakan sama sekali dari para petinggi Jiwasraya? 
Malah mereka terkesan menyembunyikan soal ini, dengan membungkus saham grup Bakrie di balik reksa dana.
Kenapa?
Seringkali, jabatan di BUMN itu rentan pengaruh politis.
Bisa saja, salah satu petinggi di Jiwasraya itu main mata dengan pihak Bakrie sebagai balas jasa. Maka, penempatan modal 3 Triliun Ruipiah ini bisa dilakukan dengan mudah, tanpa analisa yang benar sesuai SOP.
Dan saat saham-saham tidak ditebus kembali oleh grup Bakrie, dan akhirnya merugikan Jiwasraya, petinggi Jiwasraya lantas memerintahkan untuk menutupi soal ini. 
Demi melindungi pihak Bakrie.
Saya curiga soal ini, karena mustahil rasanya kalau kerugian sampai 2 Triliun Rupiah tersebut lolos begitu saja dari perhatian petinggi Jiwasraya.
Maka, penyelidikan BPK dan Kejaksaan harus diteruskan, menyelidiki siapa-siapa saja petinggi Jiwasraya yang terlibat main mata dengan grup Bakrie ini.
BPK harus teliti mengusut kasus ini. Selidiki sepenuhnya.
Audit Jiwasraya secara tuntas agar hasilnya bisa digunakan Kejaksaan Agung untuk mengungkap semua pelaku yang terlibat, dan bisa digunakan pemerintah dalam proses penyelamatan Jiwasraya.
Dan jangan berhenti di grup Bakrie saja.
Saya yakin masih ada grup-grup konglomerat lain yang terafiliasi dengan penggede-penggede elit politik yang ikut menggarong Jiwasraya.
Maka, siapapun yang terindikasi terlibat, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, orang biasa maupun elit politik, harus diusut setuntas-tuntasnya.
Tak peduli siapapun, apapun jabatannya, apapun jasa politiknya, kalau terlibat dalam penggarongan Jiwasraya, ya tetap harus diproses secara hukum.
Tanpa itu, akan ada lagi penggarong yang lolos. 
Lantas kerugian negara tak kembali, dan akhirnya pemerintah terpaksa melakukan penyelamatan. Lagi-lagi menggunakan uang negara.
Kalau sudah begini, ujung-ujungnya, uang pajak rakyat lagi yang digunakan untuk menyelamatkan BUMN yang bermasalah.
BUMN yang seharusnya ada untuk mensejahterakan rakyat, jadinya malah membebani rakyat.

Rujukan Berita
https://majalah.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/159888/jejak-saham-bakrie-memanaskan-pemeriksaan-jiwasraya
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200313172603-17-144781/ada-saham-grup-bakrie-di-kasus-jiwasraya-ini-rinciannya
Usut Terus Keterlibatan Bakrie Grup dalam Penggarongan Jiwasraya, Jangan Kasih Kendor...
Sumber Utama : https://seword.com/umum/usut-terus-keterlibatan-bakrie-grup-dalam-SINFsg2aLS

Ada Saham Grup Bakrie di Kasus Jiwasraya, Ini Rinciannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) resmi merilis perhitungan kerugian negara (PKN) dari kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang mencapai Rp 16,81 triliun. Lebih dari seperempatnya atau Rp 4,65 triliun disebabkan oleh instrumen saham.
Nah, dari dokumen yang diterima CNBC Indonesia, ada 97 saham yang dimiliki Jiwasraya. Banyak diantaranya yang terafiliasi dengan perusahaan milik tersangka yakni Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) Heru Hidayat dengan 7 emiten saham serta Direktur Utama PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro dengan 4 saham.
Ketika dikonfirmasi ke Anggota BPK Achsanul Qosasi, ia tidak menampik bahwa dokumen tersebut memang merupakan data kepemilikan saham Jiwasraya.
Meski juga tidak mengiyakan. Namun, bos Madura United itu mengindikasikan iya dengan tertawa singkat. "Hehehehe," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (3/11).
Dalam dokumen tersebut, empat saham yang terafiliasi dengan perusahaan milik Bentjok ialah MYRX, BTEK, ARMY dan RIMO. Semuanya kini merupakan saham gocapan.
Pun dengan perusahaan yang terafiliasi Heru Hidayat, ada 7 perusahaan. Yakni TRAM, SMRU, PCAR, POOL, IIKP, FIRE dan POLA. Bernasib sama, semua saham tersebut sudah berharga gocapan.
Namun, yang mengejutkan adalah munculnya sejumlah saham yang terafiliasi dengan grup Bakrie, jumlahnya bahkan lebih banyak dari dua tersangka yang sebelumnya sudah ditetapkan.Jika Bentjok ada 4 saham, dan Heru ada 7 maka grup Bakrie ada 9 saham. Dengan rincian ELTY, JGLE, BUMI, MTFN, BNBR, BTEL, BRMS, VIVA dan UNSP. Lagi-lagi, semua saham itu berharga Rp 50/unit alias saham gocapan.

Adapun rincian saham Jiwasraya di grup Bakrie adalah sebagai berikut:

1. ELTY
Jumlah lembar : 6.024.320.900
Terhadap saham beredar : 13,84%
Nilai saham : Rp. 301.216.045.000

2. JGLE
Jumlah lembar : 3.339.246.000
Terhadap saham beredar : 14,79%
Nilai saham : Rp 166.962.300.000

3. BUMI
Jumlah lembar : 3.350.000
Terhadap saham beredar : 0,01%
Nilai saham : Rp 167.500.000

4. MTFN
Jumlah lembar : 5.864.991.800
Terhadap saham beredar : 18,42%
Nilai saham : Rp 293.249.590.000

5. BNBR
Jumlah lembar : 541.993.370
Terhadap saham beredar : 4,47%
Nilai saham : 27.099.685.000

6. BTEL
Jumlah lembar : 1.718.280.000
Terhadap saham beredar : 4,67%
Nilai saham : Rp. 85.914.000

7. BRSM
Jumlah lembar : 1.112.658.000
Terhadap saham beredar : 1,79%
Nilai saham : Rp. 55.632.900.000

8. VIVA
Jumlah lembar : 22.950.000
Terhadap saham beredar : 0,14%
Nilai saham : Rp. 1.147.500.000

9. UNSP
Jumlah lembar : 6.840.650
Terhadap saham beredar : 0,50%
Nilai saham : Rp. 636.180.450

Besarnya aset saham Jiwasraya di perusahaan grup Bakrie patut untuk dicermati. Bukan tidak mungkin, ada keterlibatan yang layak untuk dicari tau penyebabnya.
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Jampdisus Kejagung) Febrie Adriansyah menyebut bakal memanggil semua pihak yang dinilai terindikasi terlibat dalam kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Termasuk Grup Bakrie yang disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan Jiwasraya dalam bentuk saham. "Mereka belum dipanggil. Kalau terima pasti kita periksa. Berkasnya belum ada," sebut Febrie di Gedung Bundar Kejagung, beberapa waktu lalu.
(hps)
Lebih dari seperempatnya atau Rp 4,65 triliun disebabkan oleh instrumen saham.
Sumber Utama : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200313172603-17-144781/ada-saham-grup-bakrie-di-kasus-jiwasraya-ini-rinciannya

Salut! Sinarmas Kembalikan 74 M Dana Jiwasraya Ke Negara, Kapan Mertu Nia Nyusul?

Sudah sekitar 9 bulan sejak kasus Jiwasraya dilaporkan, kejaksaan masih belum mampu mengusut para pelaku hingga ke akar. Adanya indikasi ikut campur BPK menutupi kasus terdahulu membuat kasus ini selamanya menjadi samar. Padahal ada nama mertua artis yang juga sempat menjadi orang terkaya ke 6 RI. Apakah tidak malu dengan Sinarmas yang diwakili Hotman Paris yang kini mengembalikan semua kerugian ke kas negara?
Sinarmas yang hanya menarik dana 100 Milyar dari Jiwasraya rupanya lebih memiliki itikad baik. Berbeda jauh dari pemilik TV One yang disebut menarik 4 triliun, tapi hingga kini pura-pura amnesia. Jangankan mengembalikan semua kerugian, pada kasus terdahulu seperti Lapindo malah uang negara yang dikorbankan untuk menutupi utangnya.
Mengenai Sinarmas, sebelumnya diberitakan kalau Hotman Paris selaku Kuasa hukum menyatakan ada inisiatif pengembalian dana Jiwasraya. Dia menyebutkan anak usaha Grup Sinarmas ini juga berkomitmen mengembalikan dana kelolaan sebesar Rp 74 miliar kepada negara guna membantu mengurangi kerugian Jiwasraya. Inisiatif itu telah dilakukan pada 9 Maret 2020 yang lalu.
"Sinar Mas Asset Management selalu mengedepankan regulasi dan mengikuti ketentuan hukum dengan mengambil inisiatif secara sukarela mengembalikan dana management fee yang telah diterima oleh SAM selaku MI dari Jiwasraya sejumlah Rp 3 miliar, dan dengan menggunakan dana korporasi sendiri, SAM juga berkomitmen mengembalikan dana kelolaan sebesar Rp 74 miliar kepada negara," ujarnya, dalam keterangan resmi, Selasa (7/7/2020).
Dia mengatakan, pada awalnya dana kelolaan, Asuransi Jiwasraya adalah Rp100 miliar, yang kemudian telah ditarik oleh Jiwasraya sebesar Rp 23 Miliar.
Selanjutnya sisa Rp 77 miliar telah dikenakan pemblokiran dan sita oleh pihak Kejaksaan Agung, sehingga sampai saat ini SAM tidak menyimpan atau menguasai lagi dana kelolaan saham yang dibeli Jiwasraya.
Hotman Paris menyampaikan bahwa sejak awal manajemen SAM selalu berusaha berkomunikasi dengan manajemen Jiwasraya untuk segera menarik kembali sisa dana kelolaan yang ada di SAM, namun tidak mendapatkan respon memadai, hingga akhirnya sisa dana kelolaan tersebut di blokir oleh pihak Kejaksaan Agung.
Respon positif dan kooperatif SAM dalam penyelidikan, mendapatkan apresiasi dari pihak Kejaksaan Agung.
Sebagai masyarakat yang senantiasa mengikuti perkembangan kasus Jiwasraya, tentu itikad baik Sinarmas patut diacungi jempol. Meski nominal pengembalian tak seberapa dibanding kerugian total Jiwasraya yang mencapai 16,8 T, tapi ini lebih baik ketimbang tak ada pengembalian. Diharapkan dana 100 M ini bisa digunakan untuk membayar terlebih dahulu para nasabah yang hendak menarik dananya.
Saat ini memang dibutuhkan dana yang sifatnya liquid atau cair agar keuangan Jiwasraya kembali pulih. Beberapa aset terdakwa bisa dikatakan nilainya lebih ketimbang kerugian itu sendiri, tapi kalau tidak bisa dicairkan apalagi statusnya digadaikan bagaimana bisa dipakai.
Harusnya semua perusahaan yang tersangkut masalah Jiwasraya diminta pengembalian dalam bentuk cash. Terutama bagi perusahaan-perusahaan di luar 6 terdakwa yang kini telah disita semua asetnya.
Masih ada Bakrie Brothers yang 10 perusahaannya disebut nyangkut di Jiwasraya. Dengan nilai 4 triliunan di era 2004-2006, mestinya kalau bisa dikembalikan dalam bentuk cash akan berhasil membalikkan keuangan Jiwasraya. Tapi sepertinya ini hanya mimpi saja.
Mertu Nia tak mungkin berani mengambil inisiatif layaknya Sinarmas. Bukan karena tak memiliki uang, tapi karena kikirnya minta ampun. Makanya dulu dia bersengketa dengan Sri Mulyani. Orang ini liciknya minta ampun hingga segala masalah keuangan yang ia lakukan selalu meminta kas negara untuk menutupi. Sayangnya SBY sebagai presiden waktu itu lebih memilih Bakrie ketimbang Sri Mulyani.
Kini saatnya era Jokowi bersih-bersih orang seperti ini, kalau tidak kapan lagi? Sudah cukup uang negara bocor 7 triliunan untuk menutupi ulah Bakrie dalam kasus Lapindo, jangan ada lagi tipu-tipu dari perusahaan Bakrie.
Akhirnya kasus yang memang dibuat untuk membidik Jokowi akan kembali menimpa pelakunya. Jiwasraya dilaporkan bermasalah selang 3 hari sebelum pelantikan Jokowi oleh eks Menteri. Setelah itu dibuat heboh seolah-olah bocor untuk dana kampanye.
Ternyata penyebab kebocoran disebabkan oleh pemilik acara ILC. Makanya jangan harap ada kasus Lapindo diangkat Karni Ilyas. Apalagi kasus Jiwasraya yang dimakan grup Bakrie. Bisa-bisa hilang namanya Karni Ilyas dari peradaran.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200707120540-17-170768/kurangi-tekor-jiwasraya-sinarmas-kembalikan-rp74-m-ke-negara
Salut! Sinarmas Kembalikan 74 M Dana Jiwasraya Ke Negara, Kapan Mertu Nia Nyusul?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/salut-sinarmas-kembalikan-74-m-dana-jiwasraya-ke-WJci0CjJIy
 

Lucunya Pandemi Corona, Ludruk Saja Kalah Kocak

Sehari menjelang tengat waktu yang ditoleransi oleh Presiden, Jawa Timur masih mengalami kasus Covid 19 yang sangat tinggi. Keterangan Wagub Jatim, Emil Dardak cukup jelas, tingginya kasus ini disebabkan Gugus Tugas Daerah melakukan pengetesan secara massif menyusul ditambahnya fasilitas mobile dari Gugas Nasional.
Dari paparan Wagub tadi mudah saja kita menarik kesimpulan, sangat mungkin bukan hanya Jawa Timur saja yang masih tinggi penularannya. Daerah lain semisal DKI, Jawa Barat dan Jawa Tengah, bahkan daerah yang dilaporkan nihil pun, jika mengambil langkah yang sama dengan Jawa Timur, bisa diketahui seluas apa paparannya.
Daerah lain sebaiknya tidak buru-buru lega hanya karena minimnya laporan penderita, dan alih-alih meningkatkan kewaspadaan ketika kasus di satu daerah sangat tinggi, mereka justru melonggarkan PSBB demi berputarnya roda perekonomian.
Hanya sehari setelah dibukanya Adaptasi Kebiasaan Baru di Jawa Barat, yang menandai berakhirnya WFH bagi karyawan berkantor di DKI Jakarta, stasiun KRL pun dipadati calon penumpang. Bantuan bus Trans Jakarta tak lagi mampu menampung limpahan penumpang, padahal Pemprov Jakarta sudah menerapkan pola shifting jam kerja. Pengalaman ini memberi gambaran bahwa penambahan jadwal masuk kerja bukan solusi terbaik.
Para karyawan yang berdomisili di Botabek, dalam kondisi sebelum pandemi pun berangkat dari rumah masing-masing sangat awal, bahkan sebelum subuh sudah antri di stasiun. Perubahan jadwal kerja yang berjarak dua jam, bagi mereka tak banyak artinya, karena perjalanan menuju lokasi kerja pun bisa lebih dari itu. Penjadwalan berjarak satu hari mungkin lebih efektif, artinya setiap karyawan bisa selang-seling, sehari hadir di kantor dan hari berikutnya work from home.
Teknologi informasi dan komunikasi yang sudah sangat mendukung dalam mekanisme jam kerja baru, bisa saja dimanfaatkan secara maksimal. Ketimbang harus mengambil resiko peningkatan kasus Covid 19, modifikasi jam kerja pun perlu dilakukan lebih ekstrim.
Beranikah Gugus Tugas di daerah lain melakukan pengetesan proaktif, sebagaimana dilakukan di Jawa Timur? Hampir bisa dipastikan bahwa tingkat penularan tak bakalan timpang seperti diketahui belakangan ini. Sejatinya, keyakinan Wagub Jatim yang menyebut kasus di wilayahnya hanya terkonsentrasi di Surabaya Raya, juga tidak sepenuhnya sesuai fakta. Hanya karena pengetesan yang terkonsentrasi di satu wilayah, lalu disimpulkan sebagai penularan hanya terjadi di sana, merupakan kesimpulan prematur.
Jika seluruh Indonesia sudah menerapkan pola pengetesan yang sama, dan secara statistik memang terjadi disparitas, boleh lah kita meyakini di satu wilayah memang penularannya sangat tinggi, dan di wilayah lain lebih rendah atau sama sekali nihil.
Ironi ketimpangan ini semakin menyesakkan jika kita melihat fakta, ada komersialisasi dalam pengetesan Covid. Ditengarai setiap rumah sakit memperlakukan pemdaftar rapid test, tak lebih sebagai ajang bisnis. Di beberapa rumah sakit bahkan tarifnya melebihi harga tiket pesawat, bukankah fakta ini membuat sebagian kita terpingkal merasa geli?
Cermati saja, ketika masa prihatin kita belum lagi sirna, banyak oknum yang tega mengais keuntungan dari situasi tak menguntungkan. Celakanya, pembuat kebijakan di tingkat atas pun seperti lepas tanggung jawab. Buktinya, Presiden lebih sebulan lalu menginstruksikan penyeragaman tarif rapid test, namun hingga detik ini belum ada rujukan yang bisa dipakai bahwa tarifnya terstandarisasi.
Disparitas perlakuan pun terjadi bagi para calon pemakai jasa angkutan publik. Calon penumpang pesawat diwajibkan memperoleh keterangan bebas Covid, sementara untuk jenis angkutan lain tak ada kewajiban seperti itu. Pengamat transportasi, Alvin Lie mengendus adanya ketidakberesan dari sisi pengambil kebijakan. Menurut Alvin, pengujian Covid ini sejatinya hanya keusilan tak berguna, karena bagaimana mungkin penumpang pesawat dijadikan ajang bisnis rapid test, sementara penumpang angkutan lain bebas-bebas saja.
Kemenkes dan Kemenhub, Gugus Tugas dan banyak pemegang otoritas kebijakan, harus lebih intens memelototi kalimat demi kalimat, jika mereka benar-benar ingin membuat aturan bersama. Mengingat virus ini tak membedakan siapa yang potensial sebagai korbannya, maka perlakuan kepada peminat rapid test juga harus mengacu kepada satu acuan. Sebagaimana sudah dilakukan ketika penerapan satu harga BBM di seluruh Indonesia, maka tarif rapid test seharusnya mendapat pendekatan yang sama, bahkan kalau memungkinkan, bebaskan saja pengujian itu, ketimbang dananya dikorupsi oleh oknum tertentu. Bukankah anggaran untuk penanganan Covid ini baru terpakai kurang dari dua persen?
Lucunya Pandemi Corona, Ludruk Saja Kalah Kocak
Sumber Utama : https://seword.com/umum/lucunya-pandemi-corona-ludruk-saja-kalah-kocak-l4lthAfL7R

4 Pester Yang Sebar Hoaks Soal Korona, Memalukan!

Di sebagian kalangan Kristen ada fenomena pendeta atau ‘pester’ (sebutan sindiran untuk ‘pastor’ seleb) yang makin viral bukan karena benar. 
Mirisnya, justru karena asal ngecap tanpa berdasarkan kebenaran Kitab Suci.
Sebagai catatan, sebutan ‘pastor’ atau ‘pester’ makin luas dipakai di media, karena di satu sisi pendeta Kristen Indonesia saat ini merasa lebih keren dengan sebutan ‘pastor’ karena ini mengimpor sebutan ala Barat aka Amerika. 
Di Amerika (USA) , ‘pastor’ itu lazim dipakai untuk menyebut pendeta Kristen. 
Tak salah juga karena ‘pastor’ itu artinya sebenarnya ‘gembala’. 
Tapi sayangnya sebutan keren tapi kontennya receh amat.
Penyebabnya adalah malas untuk melakukan penyelidikan secara ‘deep’ atau mendalam dengan ilmu tafsir yang tepat. Jadi, ada pendeta atau rohaniwan Kristen merasa tak perlu melakukan tafsir secara mendalam tapi dia justru menafsir seenak jidat dan seenak udel.
Hasilnya? 
Saya ikut malu sebagai seorang Kristen, melihat videonya yang tersebar luas dan terus diamini pendukungnya.
Pertama, si Gilbert Lumoindong. 
Pester eh pastor satu ini punya tagar dahsyat, kini malah berubah jadi motivator dan bukan pendeta lagi. Mau bukti? 
Semua tokoh yang diwawancarainya termasuk John Kei dan Pak Anies Baswedan diberi tagar #KAMUHEBAT! Bagi pengikut GL alias Gilbert akan mengatakan bahwa John Kei dan Anies itu memang hebat, Amin! (Itu klaim pengikut GL).
Ciloko, ini namanya ajaran yang mengagungkan manusia. 
Yang hebat itu TUHAN, Gilbert! 
Dan di satu sisi natur manusia berdosa tak pernah disorot Gilbert. 
Dalam keberdosaan itulah maka dengan kelicikannya manusia itu bisa menampilkan pencitraan palsu alias kemunafikan.
Di depan Gilbert dan videonya, orang itu makin dipoles oleh Gilbert bahwa orang itu hebat. 
Lihat saja bagaimana pendukung Anies kini meradang hebat gegara dia membohongi dengan masif soal reklamasi. Tapi bagi Gilbert, Anies tetap hebat! 
Kamu hebat, Anies! Hebat menipu dan Gilbert mendukung hal ini!
Belum lagi Gilbert sebar hoaks soal teori konspirasi WHO dan sebagainya terkait Korona saat ini. Memalukan. Videonya sampai hilang dari chanel Youtubenya. 
Youtube punya kebijakan keras soal teori konspirasi Korona yang pada adasarnya hoaks! 
Makanya langsung disikat sama Youtube! Memalukan!
Memang sudah kehabisan bahan penggalian Alkitab? 
Kocak memang, model konten konspirasi Korona itu justru jadi bahan khotbah lalu mengaitkan dengan akhir zaman. Kiamat sudah dekat justru karena ajarannya Gilbert ini yang sangat cetek!
Kedua, Niko Nyotorahardjo. 
Pastor kawakan dari gereja GBI. Hm, sayangnya si Pak Niko, begitu panggilan topnya, masih percaya bisikan Tante dari Mamarika yaitu Pester Cindy Jacobs, bukan lagi Alkitab! 
Kenapa demikian? Lihat saja, Pak Niko terus mengulang lagu lama bahwa ada Pentakosta ke-3 setelah wabah Korona di Indonesia selesai!
Padahal itu lagu lamanya Cindy beberapa tahun lalu. 
Eh bulan lalu si Pak Niko kembali mengulang pernyataan itu bahwa katanya, Cindy Jacobs menubuatkan atau memprediksikan soal Pentakosta ke-3 tak lama lagi terjadi di Indonesia! Menyedihkan, Pendeta Senior yang tersandera bisikan Tante dari Amerika. Duh!
Belum lagi khotbah Pak Niko bahwa berbahasa Roh akan meningkatkan imunitas dan bisa melawan Korona. Terbukti klaim tulisan illmiah yang dipakai sebagai rujukan itu bukan tulisan ilmiah. Justru ditulis oleh seseorang yang pernah bermasalah hukum.
Ketiga, Pester wanita bernama Iin Tjipto. 
Kocaknya dia lebih dahsyat dari Pak Gilbert dan Pak Niko. Kenapa? 
Karena ngibulnya itu tanpa batas. Dalam sebuah video khotbah dia mengkalaim demikian” Saya sudah perangi virus corona sejak Februari tahun 2019 DAN markasnya ada di bawah tanah di Kutub Utara!”.
Iin Tjipto juga pernah mengatakan bahwa ada yang namanya ROH virus Korona. Dia lagi-lagi mengutip pastor dari Amerika untuk membenarkan pernyataannya itu. Polanya sama dengan Pak Niko, bukan?
Keempat, pester eh pastor muda dari Gereja Tiberias, Kelapa Gading, Jakarta mengklaim bahwa sudah ada vaksin untuk melawan Korona. Apa itu? Minyak urapan dan serta anggur Perjamuan Kudus!
Di Australia, kalau berbohong seperti ini langsung Pemerintah turun tangan! Sebuah gereja di Australia didenda AUS$ 151.200 (Rp 1,4 miliar) karena menjual produk yang diklaim obat 'ajaib' untuk Corona.
Nah, tak jauh beda dengan klaim dari pester itu kendati tak menjual dengan uang tapi menjual alias mengobral khotbah aka ajaran yang ngawur. Jadi prinsipnya sama saja.
Ini baru empat, kalau diteruskan, nanti kepanjangan. Masih banyak stoknya kalau mau dibongkar!
Entar para jemaat Kristen pendukung keempat peseter di atas, PLIS jangan marah ke Mas Alif. Langsung saja protes dengan tulisan dibarengi fakta. Kalau nggak bisa menyajikan fakta maka itu sama saja bohong! Berani wahai pendukung GL, Niko, IC dan pester Tiberias yang ngawur?
Begitulah kura-kura Ronin Seword!
4 Pester Yang Sebar Hoaks Soal Korona, Memalukan!
Sumber Utama : https://seword.com/spiritual/4-pester-yang-sebar-hoaks-soal-korona-memalukan-Rxe7TzoFRP

Kenapa Telkomsel Melindungi Staf Penyebar Data Denny Siregar?

Seperti yang kita tahu, data hape Denny Siregar dibocorkan ke publik. Lengkap dengan tangkapan layar console hitam. Denny kemudian menuduh Telkomsel lah yang menyebarkan data pribadi dirinya. Sehingga sekarang semua orang tahu di mana Denny tinggal, nomer KTP, jenis hape OPPO.
Gambar tersebut disebarkan oleh akun Opposite6890. Dengan bangganya Opposite menyebarkan gambar tersebut setelah memblur sebagian tulisan di atas. jadi hanya fokus pada identitas Denny Siregar.
Apa yang dialami Denny hari ini mungkin kurang lebih sama seperti yang saya alami saat masa kampanye dulu. 3 hari hape tidak bisa digunakan, karena terus-terusan ditelpon. Bahkan ada yang menggunakan nomer saya untuk penipuan. Tapi bedanya, Opposite6890 hanya menyebarkan nomer saya. Tidak sampai menyebarkan alamat atau nomer KTP dan jenis hape.
Dari dua pengalaman ini, semula saya menduga bahwa karena hape saya iphone. Jadi lebih aman dari peretasan. Sorry ya Mas Denny, aku ga ngejek lho iki. Hahaha
Tapi kemudian saya jadi ingat cerita internal Seword dengan Telkomsel. Pada tanggal 29 Agustus 2019 lalu, tiba-tiba Seword tidak bisa diakses dari jaringan Telkomsel. Sampai kami harus ganti DNS, ganti IP dan force update. Perlu waktu sekitar satu jam agar Seword bisa kembali diakses melalui jaringan Telkomsel.
Cerita ini memang tak pernah saya buka sebelumnya. Karena sudah jadi bagian dari perjuangan. Kalau dikit-dikit ngeluh, bisa mirip SBY. Eh….
Dari sini saya kembali melihat gambar yang disebarkan oleh Opposite6890. Secara detail di setiap sudutnya. Memperhatikan semua tulisan yang ada di sana. Dan akhirnya saya menyimpulkan kalau gambar tersebut adalah konsol internal Telkomsel. Dan yang bisa mengakses konsol tersebut hanya orang Telkomsel, minimal level admin. Kalau cuma customer service tak akan mampu mengakses data ini.
Begini saya jelaskan. Konsol internal Telkomsel ini hanya bisa diakses dari kantor Telkomsel. Tidak menggunakan jaringan internet, tapi murni jalur kabel antar komputer.
Dan untuk mengakses konsol tersebut tidak bisa nyelonong masuk kantor dan buka komputer admin. Karena untuk mengakses konsol data konsumen harus menggunakan kunci fisik atau biasa disebut RSA SecureID. bentuknya mirip kunci mobil. Fungsi dari RSA SecureID ini adalah untuk menghasilkan nomer secara random setiap 5 menit.
Gampangnya, jika kalian familiar melakukan transaksi internet banking menggunakan token, kira-kira sistem kerjanya seperti itu. Jadi sebelum transaksi disetujui, kita harus memasukkan nomer yang muncul di token.
Jadi misalpun ada orang luar berhasil menyelinap masuk gedung Telkomsel, tau password dan username log salah satu karyawannya, itu saja tidak cukup. Karena tanpa RSA SecureID itu, akses ke konsol tidak bisa dilakukan. Yang artinya, data Denny Siregar tidak akan pernah bisa didapatkan.
Artinya, untuk bisa mengakses data Denny Siregar, seperti gambar yang disebarkan Opposite6890 itu, seseorang membutuhkan 3 komponen. User name dan password staf admin Telkomsel, serta RSA SecureID.
Pertanyaannya, mungkinkah kita bisa menyelinap masuk ke gedung Telkomsel dan mengakses konsol internal mereka? tidak bisa.
Bisakah RSA SecureID diretas? Tidak bisa.
Maka dengan begini, hampir bisa dipastikan bahwa data Denny Siregar memang disebar oleh staf Telkomsel, minimal level admin. Jadi kalau Oppposite6890 mencitrakan dirinya sebagai hacker, itu hanya omong kosong. Dia mendapat data dari orang dalam.
Maka ketika Vice Presiden Corporate, Denny Abidin membuat pernyataan bahwa pihaknya memastikan keamanan data, lalu siap bekerjasama dan koordinasi dengan pihak berwajib terkait dugaan peretasan ini, saya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Karena ga perlu polisi. Akses log setiap staff itu terdata lengkap. Ada hari, jam dan dan bahkan detiknya. User name setiap staff juga berbeda-beda, jika catatan tersebut dibuka, sudah pasti langsung ketahuan siapa yang mengakses data Denny Siregar lalu membocorkannya ke Opposite6890. PASTI.
Jadi kalau pihak Telkomsel bilang siap koordinasi, ya itu cuma omong kosong saja lah. Mungkin untuk menjaga kepercayaan konsumen, bisa juga untuk melindungi staff Telkomsel yang pro dengan tindakan teror.
Dalam dunia IT, tidak ada keraguan atau kemungkinan. Karena semua catatan adalah catatan PASTI.
Maka kalau Denny mau menuntut Telkomsel, saya sarankan jangan pernah mundur. Tuntut sebanyak-banyaknya. Karena nampaknya, bahkan malaikatpun tak akan mampu selamatkan Telkomsel dari tuntutan.
Terakhir, saya tahu. Mungkin beberapa pembaca akan bertanya-tanya, apa iya? Dari mana saya tahu? Hehe gini-gini saya pimpinan Seword. IT Company. Tak ada yang bisa menyangkal itu. Begitulah kura-kura.
Kenapa Telkomsel Melindungi Staf Penyebar Data Denny Siregar?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kenapa-telkomsel-melindungi-staf-penyebar-data-BJON5sriUX

Denny Siregar Bukan Kaleng-Kaleng 

Denny Siregar memang bukan kader partai. Bukan juga pengusaha besar atau seorang konglomerat. Dia hanya rakyat biasa yang memiliki kemampuan menulis yang baik, serta kritis dalam melihat fenomena yang terjadi di Indonesia. Dia cukup cerdas saat mengaitkan potongan-potongan beberapa kejadian, lalu membuat satu kesimpulan yang cukup mengagetkan.
Sebagai rakyat biasa, memiliki banyak follower adalah prestasi tersendiri. Dia terbukti bisa membuat orang tertarik mengikuti tulisan-tulisannya. Sudah menjadi hukum alam bahwa di setiap 1000 orang yang menyukainya, pasti juga ada 1000 orang yang membencinya. Pujian dan apresiasi positif sudah dia terima. Pun begitu dengan cacian, makian, bullyan, hingga ancaman.
Meskipun hanya rakyat biasa, namun ternyata Denny Siregar mampu memberikan pengaruh yang cukup besar untuk dunia maya di Indonesia. Tulisan-tulisannya cukup berpengaruh membentuk opini publik, terutama saat perhelatan Pilpres 2019 setahun silam. Dia mulai sering mendapat sorotan hingga pernah diundang oleh TV One untuk tampil di acara ILC. Dia juga sering diundang off air untuk acara diskusi seputar politik.
Saya pernah berjumpa dengan Denny Siregar. Sempat ngobrol-ngobrol dan berfoto bersama. Orangnya sangat cool dan berwibawa. Satu hal yang membuat saya kagum, dia adalah seorang pemeluk agama yang baik dan taat beribadah. Namun yang perlu diketahui, dia tetap hanya rakyat biasa. Dia tidak punya beking yang kuat. Dia hanya rakyat biasa yang pandai menulis dan kritis.
Jujur ketika Denny Siregar dilaporkan oleh pimpinan pesantren di Tasikmalaya, saya cukup khawatir. Cacian, kecaman, dan ancaman mengintai akun media sosialnya. Ketika ada akun bernama Opposite6890 menyebarkan nomor hp lengkap alamat rumahnya yang diambil dari provider Telkomsel, saya pikir dia sudah mati kutu. Saya kira dia sudah benar-benar ketakutan, lalu meminta maaf secara terbuka ke publik.
Ternyata dugaan saya keliru. Meskipun awalnya dia mengindikasikan bahwa dirinya sedang panik ketika menghapus tulisan berjudul adik-adik teroris yang abang sayang, namun kemudian dia maju lagi dan pantang menyerah. Awalnya dia coba menenangkan diri ketika pura-pura tidak mengakui nomor hp berserta alamat rumah yang disebar oleh Opposite6890. Namun belakangan dia punya kartus As untuk melakukan serangan balik. Hal ini juga tidak terlepas dari bantuan sahabatnya, Muannas Al Aidid.
Denny Siregar melihat celah untuk memenangkan pertarungan ini. Tidak tanggung-tanggung, nama besar Telkomsel dipertaruhkan dalam polemik ini. Ancaman rugi finansilal terpampang di depan mata.
Tersebarnya data pribadi Denny Siregar dari nomor hp Telkomsel menunjukkan Telkomsel bukan provider yang baik. Telkomsel tidak bisa melindungi data konsumen dengan baik. Soal kebocoran data Denny Siregar, asumsi paling logis karena disebar oleh orang-orang di Telkomsel. Hal ini menunjukkan Telkomsel memperkerjakan orang-orang bermasalah yang dengan seenaknya menyebarkan data konsumen.
 Telkomsel bisa digugat perdata dan bisa pula pidana. Sebab ada indikasi Telkomsel melakukan perbuatan melawan hukum. Telkomsel bisa dilaporkan dengan pasal 79 ayat 3 dan pasal 86 ayat (1a) UU 24/2013 tentang tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk).
Selain itu, Telkomsel juga bisa dilaporkan dengan dengan pasal 30 dan pasal 32 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Bahkan Telkomsel bisa dituntut ganti rugi dengan menggunakan pasal 26 ayat 1 dan 2 UU ITE. Menurut Muannas Al Aidid, ini adalah kejahatan serius.
Saat ini Denny Siregar berada pada posisi yang strategis untuk memenangkan pertarungan. Dia bahkan berpeluang mendapat ganti rugi yang cukup besar dari Telkomsel. Saat ini Terkomsel yang sedang berada pada posisi terdesak. Jika Telkomsel membiarkan kasus bocornya data Denny Siregar, kepercayaan masyarakat akan menurun drastis. Mungkin nantinya masyarakat akan beralih ke provider lain yang bisa melindungi data pribadi konsumen.
Langkah yang harus ditempuh Telkomsel jika tidak ingin rugi besar adalah dengan meminta maaf secara terbuka kepada Denny Siregar. Selain itu, harus juga menjelaskan secara jujur kenapa data Denny Siregar bisa bocor. Jika itu memang ulah pegawainya, saya kira Telkomsel perlu memecatnya untuk membersihkan nama baiknya. Jangan lupa juga untuk mengganti rugi kepada Denny Siregar. Saya kira ini langkah yang tepat agar Telkomsel tidak rugi besar. Hidup matinya perusahaan terletak pada kepercayaan masyarakat. Jika masyarakat sudah tidak percaya, perusahaan sulit untuk hidup.
Dari sini, saya berkesimpulan bahwa Denny Siregar bukan penggiat medsos kaleng-kaleng. Meskipun rakyat biasa, dia tak takut diancam dan ditakut-takuti. Nyalinya cukup besar ketika memutuskan untuk menggugat perusahaan sebesar Telkomsel.
Denny Siregar Bukan Kaleng-Kaleng
Sumber Utama : https://seword.com/umum/denny-siregar-bukan-kaleng-kaleng-TbIyATogW6

Nama Besar Telkomsel “Dipertaruhkan” Dalam Kasus Bocornya Data Denny Siregar Ke Publik

Karena ini ada kaitannya dengan Telkomsel, penulis sekalian ingin memberikan informasi jika ada pembaca yang selama ini komplain tidak bisa melihat foto-foto yang penulis tampilkan dalam tulisan Seword sebelumnya, itu bukan karena aksesnya lelet tetapi memang situs online gratisan tempat penulis menyimpan foto “diblokir” oleh pihak Telkomsel karena “saingan” dengan layanan berbayar mereka CloudMax.
Sampai detik ini, penulis tidak akan pernah bisa membuka situs penyimpan foto gratisan yang penulis pakai selama ini dengan menggunakan jaringan Telkomsel!
Jadi, jika ingin melihat foto-foto dalam tulisan penulis sebelumnya atau yang akan datang, silakan menggunakan operator lain atau wifi. Jika menggunakan operator Telkomsel, silahkan menggunaka VPN.
Sekarang, mari kita masuk ke inti tulisan…
Siapa sih yang tidak kenal dengan operator Telkomsel?
Meskipun bukan operator GSM pertama di Indonesia, tetapi saat ini Telkomsel merupakan operator yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 171,1 juta pelanggan.
Wow, jumlah yang sangat fantastis bukan?
Pertanyaannya, apakah data belasan juta pelanggan Telkomsel yang tersimpan di server mereka itu aman?
Buktinya, data personal Denny Siregar itu bisa bocor ke publik!
Apakah ini artinya jika sistem keamanan Telkomsel sangat lemah sehingga data pelanggannya bocor?
Masa sih perusahaan sebesar Telkomsel tapi sistem keamanannya lemah?
Atau ada “orang dalam” yang membocorkan data Denny Siregar ke publik lalu disebarkan oleh akun @opposite6891 biar kesannya dia adalah seorang hacker gitu? Wkwkwkkw
Sebenarnya ini bukan hanya masalah Denny Siregar, tetapi ini masalah kita semua.
Apa yang terjadi pada Denny Siregar bisa juga terjadi pada diri kita sendiri…
Coba anda bayangkan seandainya anda yang datanya diumbar ke publik, apakah anda sudah siap mental untuk menerimanya?
Jadi wajar jika Denny Siregar meminta penjelasan dari Telkomsel kenapa datanya bisa bocor ke publik?
Dan tadi penulis membaca respon Telkomsel terakit bocornya data Denny Siregar ke publik.
"Bagi Telkomsel, perlindungan data pelanggan selalu menjadi prioritas yang paling utama, sehingga kami senantiasa memastikan keamanan data dan kenyamanan seluruh pelanggan dalam berkomunikasi," ujar Vice President Corporate Communications Telkomsel, Denny Abidin.
Denny mengaku pihaknya siap bekerjasama untuk membantu, serta berkoordinasi dengan pihak berwajib atau aparat penegak hukum. Selain itu, dia berkata pihak siap bekerja sama dengan pihak terkait jika terjadi dugaan peretasan data pelanggan pada sistem Telkomsel.
Terserah deh apa kata Denny Abidin, yang jelas data Denny Siregar sudah bocor ke publik dan harus ada pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini.
Penulis hanya minta pihak Telkomsel jujur terakit kasus bocornya data Denny Siregar ke publik.
Jika memang hal ini disebabkan karena ada yang melakukan hacking terhadap sistem internal Telkomsel, berarti kita tahu ternyata perusahaan sebesar Telkomsel tidak memiliki sistem keamanan yang bagus karena data pelanggannya bisa dihack lalu disebarkan ke publik.
Meskipun tidak ada sistem yang aman di dunia ini, tapi penulis merasa ragu jika sistem keamanan perusahaan sebesar Telkomsel bisa di hack hanya untuk mencari informasi data Denny Siregar. Mau diletakkan dimana wajah para admin IT perusahaan sebesar Telkomsel jika ternyata perusahaan meraka bisa di hack?
Dan yang paling masuk akal ya ada orang dalam (oknum) Telkomsel yang sengaja membocorkan informasi tentang Denny Siregar tersebut seperti yang dibahas lengkap oleh pemimpin Seword dalam tulisan beliau yang bisa dibaca di https://seword.com/umum/kenapa-telkomsel-melindungi-staf-penyebar-data-BJON5sriUX
Kalau memang ada orang dalam (okknum) Telkomsel yang membocorkan data Denny Siregar, maka harus diusut siapa orangnya dan apa motifnya dengan membocorkan data pelanggan Telkomsel tersebut ke publik. Untuk mengusutnya juga tidak susah karena setiap data log pasti tercatat di sistem internal milik Telkomsel sendiri.
Jika nanti ternyata benar ada orang dalam (oknum) Telkomsel yang sengaja melakukan hal ini maka kita sebagai rakyat juga jadi waspada terhadap mereka yang bekerja di Telkomsel khusunya yang memiliki akses ke komputer server milik Telkomsel (admin).
Selain mengusut siapa orang dibalik bocornya data Denny Siregar ke publik, perlu juga diusut bagaimana data tersebut bisa sampai ke akun @opposite6891. Yang jelas semua pihak yang terkait bocornya data Denny Siregar ke publik ini perlu diusut tuntas.
Jadi sebenarnya kasus bocornya data Denny Siregar ini menjadi seperti simalakama bagi Telkomsel karena nama besar Telkomsel menjadi taruhannya!
Kita lihat saja perkembangan kasus ini karena sudah viral di media sosial bahkan sudah menjadi berita di beberapa media nasional di Indonesia.
Ssssttt, dengan diusutnya kasus ini, mereka yang sebelumnya ketawa-ketiwi karena berhasil mendapatkan dan membocorkan data pribadi Denny Siregar ke publik, mereka sekarang tidak bisa tidur nyenyak karena jejak mereka pasti akan terbongkar ke publik dalam waktu dekat.
Nama Besar Telkomsel “Dipertaruhkan” Dalam Kasus Bocornya Data Denny Siregar Ke Publik
Sumber Utama : https://seword.com/umum/nama-besar-telkomsel-dipertaruhkan-dalam-kasus-q8yLQ29EDt

Viral! Bonus Fantastis Jurnalis Media, Untuk Tutupi Isu Reklamasi DKI?

Media sosial digemparkan dengan sebuah kertas bertuliskan nama-nama wartawan dari media ternama. Surat tersebut juga mencantumkan nominal uang puluhan hingga ratusan juta untuk pesangon ke luar negeri. Pertanyaannya apa tujuan bagi-bagi bonus dalam jumlah fantastis tersebut? Apa ini ada kaitannya dengan isu panas yang coba ditutupi seperti reklamasi oleh Anies?
Sebelumnya akun @mrs_digeeembok mencuitkan:
"Mungkin ini solusi supaya ga digonggong media: AJAK WARTAWAN JALAN JALAN KE LUAR NEGERI TRUS KASIH SANGU. 🤷🏻‍♀️ Mungkin loh ya."
Article
Pertanyaannya, isu apa yang sedang panas tapi luput dari pemberitaan media seperti Tempo dkk? Ternyata di seberang sana ada DKI 1 yang hendak meneruskan reklamasi. Bukannya mengkritik janji kampanye Anies, media seperti Tempo malah menonjolkan wisata religi yang akan dibangun. Padahal museum Nabi hanya memakan seperlima lahan reklamasi.
Akhirnya warga DKI lagi-lagi ketipu janji manis Anies beserta buzzer medianya. Janji tak menggusur nyatanya tetap menggusur, bahkan tanpa menyediakan rusun sebagai ganti tempat tinggal. Janji OK OCE hanya berjalan beberapa saat dan itupun tak ada yang namanya dimodali apalagi dicarikan pembeli. Yang ada, Anies Sandi malah memberi bunga kredit yang lebih mahal.
Janji manis lainnya seperti rumah DP 0 nyatanya diperuntukkan kelas menengah atas, bukan untuk golongan miskin seperti janji kampanyenya. Sudah rumah DP 0 banyak yang tak terbeli, warga miskin terus-terusan menyewa atau kontrak karena tak mampu membeli rumah janji Anies.
Janji selanjutnya menaturalisasi sungai nyatanya malah tak mengerjakan apapun alias dibiarkan natural. Akibatnya banjir terjadi di mana-mana karena Anies tak mau menormalisasi sungai.
Kini janji menolak reklamasinya pun harus diingkari juga. Tipu-tipu Anies tak mempan sudah. Sudah banyak pemilihnya yang insaf bahkan murka. Sebelumnya gaji tunjangan ASN DKI dipangkas sedang yang TGUPP malah diberi bonus. ASN kadrun pendukungnya pun berang. Begitu juga dengan sistem PPDB DKI yang menuai kecaman dari banyak orang tua siswa yang tak lain pendukungnya dulu.
Belum ada satupun janji yang terpenuhi, Anies malah membuat kekacauan di DKI. Mungkin janji menolak reklamasi yang dilanggarnya adalah puncak kebejatan Anies. Padahal banyak nelayan yang memilih dia karena dulu sesumbar menghentikan reklamasi. Tapi kini nyatanya reklamasi Ancol jalan terus.
Anehnya media kritis seperti Tempo dkk malah masuk angin. Bukan menyalahkan Anies yang tak memenuhi janji malah mengabarkan akan ada wisata religi yang dibangun. Sudahlah jangan lagi menjual agama untuk kepentingan kelompok. Beginilah kalau pemimpin dipilih dengan jualan ayat dan mayat. Setelah jadipun, agama yang tetap dijual untuk menutupi bobroknya.
Bak menjilat ludah sendiri, Anies kini mengklaim pernyataan Ahok bahwa reklamasi dijalankan untuk mencegah banjir. Apa Anies lupa dulu begitu getol menyerang Ahok yang katanya tak berpihak pada nelayan dan mau menjadikan kobokan raksasa di jakarta.
Kini janji tinggal janji, Anies akan terus menyalahi janjinya selama menjabat jadi DKI. Sedang media-media yang dekat Balaikota tinggal tunggu aba-aba untuk mempermanis suasana.
Kalau dulu ada ramai berita goodbener dan gubernur rasa presiden. Saat corona berubah jadi ramai pemberitaan Anies mengumumkan jumlah jenazah dengan suara bergetar. Kini Tempo yang tajam mengulas soal ekspor benih lobster, kenapa tak mampu mengulas bohir dibalik reklamasi Ancol? Malah menurunkan berita wisata religi?
Media yang diharapkan independen nyatanya malah jadi corong isu segolongan elit. Saat ada isu revisi UU KPK, Tempo langsung gercep menyerang pemerintah. Tapi saat isu bocor anggaran lem aibon di DKI, pimpinan redaksi Tempo malah main genit dengan Ibukota.
Rasanya isu dana dari Balaikota untuk placement media benar adanya. Termasuk untuk membungkam agar mereka tak menggonggong dengan kebijakan negatif di Balaikota. Belum hilang ingatan kita dewan pers yang dicorongi Tempo ngemis insentif ke pemerintah. Nyatanya pemberitaan mereka bisa dibeli oleh elit. Bagaimana wartawan mau kritis soal reklamasi kalau mereka bekerja sesuai orderan? Rasanya insentif pusat tak dibutuhkan lagi karena banyak jurnalisnya yang sudah kenyang diajak jalan-jalan.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
https://m.jpnn.com/amp/news/anies-baswedan-diminta-berhenti-menggunakan-agama-sebagai-tameng-reklamasi-ancol
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200703115619-20-520450/dki-akui-bangun-museum-nabi-di-lahan-reklamasi-ancol
Viral! Bonus Fantastis Jurnalis Media, Untuk Tutupi Isu Reklamasi DKI?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/viral-bonus-fantastis-jurnalis-media-untuk-MfmyLsaEGd

Analisa Kepemimpinan Abas “Cenderung” Adu Domba, Kebetulan atau Kebenaran?

Bukan rahasia lagi kepopuleran Gubernur DKI Anies Baswedan memang super keren sundul langit ke tujuh! Bahkan bisik-bisik tetangga kepopuleran Anies “mengalahkan” Jokowi, Presiden Republik Indonesia. Sehingga ada guyonan, Anies Presiden DKI. Wkwkwk…ogah banget! Intinya, Anies menjadi kepala daerah terpopuler di sosial media meski kategori paling tidak disukai.
Sulit mencari tahu apa sih prestasinya Anies. Sejauh ini sejak terpilihnya, yang terdengar hanyalah gaduhnya saja. Berbeda dengan para pendahulunya yang mencatat prestasi untuk kemajuan kota Jakarta.
Menurut analisa penulis, justru inilah lihainya Anies memimpin Jakarta. Dirinya sangat tahu dan jeli sekali mempermainkan berbagai isu sensitif yang pada akhirnya berguna untuk “mengharumkan” namanya walaupun amis aromanya. Mungkin tidak mengapa, yang penting masih beraroma. Wkwkwk..
Baiklah kita mulai analisa dari terpilihnya:
Pilkada DKI 2017 dengan cantik Anies bersama Sandiaga Uno terpilih akibat permainan politik ayat dan mayat. Agama selalu menjadi isu yang sensitif di republik ini. Konyol memang karena ada sekelompok warga Jakarta yang berlomba-lomba memerankan “tuhan”. Padahal agama dan politik adalah dua hal yang bertolak belakang, tidak ada urusan dan hubungannya sama sekali! Apalagi jika “tuhan” dipolitisir sedemikian rupa hingga menjadi penentu boleh tidak masuk surga. Wah…repot jika begini urusannya. Disini terlihat dan terasa sekali agama menjadi dagangan politik. Mengkotak-kotakan dan membenturkan antara Muslim dan non-Muslim.
Isu Pribumi yang langsung cetar membahana pada pelantikan Anies dan Sandi di Balaikota pada Senin 16 Oktober 2017. Dalam pidato selama 21 menit itu, Anies menyinggung perjuangan kaum pribumi melawan kolonialisme, bahwa kaum pribumi dahulu ditindas dan dikalahkan.
"Jakarta ini adalah satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan polarisme dari dekat. Di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata," kata Anies.
"Kita semua (pribumi) itu ditindas, dikalahkan. Sekarang, saatnya jadi tuan rumah di negeri Indonesia," lanjutnya.
Ngeri, dengan konsisten sang gubernur “terpilih” JKT 58 ini melemparkankan kembali aroma pemecah belah. Menampilkan dirinya bak malaikat penyelamat. Padahal siapa yang mau diselamatkannya, karena Indonesia saja majemuk, apalagi Jakarta! Emosi apa yang mau dimainkannya dengan narasi penduduk Jakarta dijajah dan ditindas? Ketebaklah, pasti tidak jauh-jauh ingin menyentil etnis China. Kocak! Lha budaya Jakarta saja kental dengan pengaruh Portugis dan China, karena memang mereka dulu datang berdagang di Batavia! Artinya, perkawinan campur sudah menjadi jamak. Jadi ngapain menyebutkan pribumi dan non-pribumi? Lebih lucunya lagi, dirinya sendiri nggak ngaca! Faktanya, dirinya bukan berdarah murni Indonesia, tetapi juga dari percampuran.
Isu Keberpihakan dengan mengizinkan para pedagang kaki lima (PKL) bebas merdeka berdagang hingga di trotoar. Sang gubernur tampaknya ingin membenturkan warga Jakarta dari kelas ekonominya, antara mereka yang menengah ke bawah, dibenturkan dengan menengah ke atas. Padahal isu trotoar ataupun ketertiban di Pasar Tanah Abang sebagai contohnya, tidak ada hubungan dengan sentimen ekonomi. Tetapi murni untuk ketertiban, dan juga menghindari adanya pungutan liar! Lagipula sejak kapan trotoar untuk dagang? Lalu pejalan kaki, harus jalan dimana? Tetapi, itulah topeng ketulusan sang gubernur JKT 58 yang tahu banget mempermainkan emosi dan tingkat pendidikan mayoritas pemilihnya yang mudah terlena dengan mimpi, sekalipun itu melanggar hukum!
Isu Pendidikan yang dengan sukses baru-baru ini lewat PPDB DKI 2020 ribuan anak usia sekolah di Jakarta kehilangan kesempatan belajar akibat kebijakan sang gubernur yang lebih melihat tuanya umur, ketimbang prestasi si anak. Kembali, seolah memberikan keadilan, bahwa ini konon dimasudkannya memberi kesempatan pelajar usia tua untuk menyelesaikan pendidikan. Asumsi mereka, anak-anak ini berasal dari keluarga tidak mampu, atau mereka ini terdampak ekonomi akibat Covid. Hahah…sejak kapan Covid memilih korbannya dengan melihat strata sosialnya? Jelas-jelas dampak ekonomi Covid menyeluruh, dari ekonomi atas hingga lapisan bawah. Kembali lagi, tidak ada urusannya Covid, ekonomi dan pendidikan. Pendidikan adalah bicara soal prestasi secara akademik, dan non akademik, intinya prestasi! Jadi bertarunglah dengan prestasi, dan bukan setua apa umurnya. Terlihat gelagat, warga Jakarta yang ngerinya kali ini anak-anak “sengaja” dibenturkan dengan memberikan label kaya dan miskin lewat sekolah swasta dan negeri. Padahal di swasta tidak semua anak berasal dari ekonomi kuat.
Isu Reklamasi Ancol jelas adalah ludah yang dijilat Anies sendiri karena mengingkari janji politiknya pada Pilkada DKI 2017. Kembali dengan keji sang gubernur membenturkan dua hal disini, yaitu wacana pembangunan museum Nabi yang nantinya berpotensi tumbuh subur menjadi isu agama jika dilarang. Kemudian potensi berdirinya perumahan mewah yang jelas memperbesar jurang antara mereka berkantong tebal dan warga Jakarta yang masih ada untuk makan sehari saja belum tentu. Mikir, dimana letak pentingnya disini ditengah kondisi ekonomi terpuruk karena Covid. Aslinya yang terlihat adalah kepentingan, ketimbang penting!
Menurut penulis ini mirip bom bom car. Sengaja dibenturkan sana dan sini, seru-seru nggak jelas. Kasarnya sih ini semacam adu domba, terserah antara siapa, dan apa judulnya. Terbukti kebijakannya selalu saja ngawur dan jauh dari rasa keadilan! Apalagi membawa kesejahteraan untuk warga Jakarta. Mimpi!
Ironisnya, warga Jakarta golongan kadrun “buta” dan justru memujanya sedemikian rupa. Apalagi jika mendapatkan bantuan polesan dari media “mabok” yang menutup semua keboborokan sang gubernur karena sudah “dikenyangkan”. Langsung deh puja dan puji, hingga ludah pun sanggup dijilat mereka. Lanjut dengan demo berjilid mengusung berbagai tema membela junjungannya.
Simpulkan saja sendiri perjalanan DKI Jakarta selama 3 tahun ini, apa sih yang terjadi diantara warga Jakarta sebenarnya? Jika kebijakan atau keputusan pemimpin hanya membuat gaduh, apakah itu wajar? Waras nggak pemimpin sukanya bikin gaduh dan hancur? Terus, dijawab sajalah sendiri hati pemimpin seperti apa yang senang membenturkan warganya dalam segala hal, nggak peduli siapapun, hingga anak pun halal? Ngeri banget, pemimpin kok sukanya membenturkan warganya.
Inilah bukti perjalanan DKI Jakarta yang lahir dari kejahatan, dan terus membuahkan kejahatan hingga detik ini. Jelas ini tidak berjalan dengan sendirinya, karena seluruh kebijakan yang ada, lahir dari hati pemimpinnya yang dipenuhi dendam, kebencian, kerakusan dan nafsu merusak. Faktanya memang begitu kok! Ehhmmm.. kebetulan atau kebenaran nih? Uuppss…
Analisa Kepemimpinan Abas “Cenderung” Adu Domba, Kebetulan atau Kebenaran?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/analisa-kepemimpinan-abas-cenderung-adu-domba-rzJSedWYwW

Tidak Tepati Janji Soal Reklamasi, Anies Bisa Bernasib Sial Seperti AA Gym

"Ini soal keberpihakan. Negara membangun sebuah teritori baru untuk mereka yang super kaya raya. Terus anda mau diam? Saya pilih untuk tidak membiarkan, saya akan hadapi, saya akan cari carannya", ujar Anies kala itu dalam sebuah video berjudul "Kenapa Anies-Sandi tegas menolak reklamasi teluk Jakarta?" yang diunggah di akun twitternya @aniesbaswedan
Pertanyaannya, keberpihakan kepada siapa?
Ngomongnya sih keberpihakan kepada para nelayan
"Mengapa kami menolak reklamasi? Karena memberikan dampak buruk kepada nelayan kita dan memberikan dampak kepada pengelolaan lingkungan," ungkap mantan Mendikbud itu saat debat putaran kedua Pilkada DKI 2017, (12/04/2017).
Janji mau menghentikan reklamasi itu juga mendapat dukungan dari anggota DPD-RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Indris.
Politisasi reklamasi itu pun sukses besar dan mendapat sambutan baik dari masyarakat. Terutama dari kalangan nelayan yang telah dirasuki pikirannya oleh kaum SJW. Bahwa reklamasi itu jahat dan buruk.
Hasilnya, politisasi ayat dan mayat, janji OK Oce, rumah DP nol rupiah dan tolak reklamasi sukses mengantarkan Anies melenggang ke panggung DKI-1. Yang awalnya hanya sekedar menteri pecatan.
Mereka yang menolak reklamasi pun bersorak-sorak bergembira kala itu atas kemenangan Wan Anies. Karena yang ada dipikiran mereka, bentar lagi pulau reklamasi yang telah dibangun itu akan dibongkar dan dikembalikan ke kondisinya semula.
Para nelayan juga bergembira, karena meyakini jika reklamasi tidak ada lagi maka ikan-ikan akan melimpah. Sehingga mereka tidak perlu bekerja keras lagi untuk mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah besar.
Tapi apa yang terjadi?
Ternyata hanya bacot doang.
Reklamasi tetap lanjut, tapi kontribusi 15 persen yang diperjuangkan oleh Ahok pun menghilang.
Padahal kalau kontribusi tambahan itu berhasil didapatkan, jumlahnya sangat besar, yakni mencapai 179 triliun rupiah. Bisa digunakan untuk membiayai pendidikan dan kesehatan warga DKI.
Hal pertama yang dilakukan oleh Anies melanggar janjinya tersebut adalah dengan menandatangani lebih dari 1.000 IMB di pulau reklamasi.
Dia yang mengharamkan reklamasi, dia pula yang menerbitkan izin bangunan di atasnya. Lucu juga nih orang.
Tidak hanya itu saja, Wan Anies juga menerbitkan izin reklamasi di Ancol dan Dufan, dengan total luas mencapai 155 hektar.
Koplaknya, dalam menerbitkan izin reklamasi itu, do’i pakai UU tebang pilih. UU yang kira-kira akan memuluskan jalannya, dijadikan dasar, seperti UU No. 29 tahun 2007 tentang Pemprov DKI sebagai Ibukota negara, UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemda, dan UU No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Sedangkan, UU No. 27 tahun 2007 jo UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang juga mengatur tentang reklamasi, diabaikannya begitu saja. Karena dianggap menghambat proses terbitnya izin reklamasi tersebut.
Jadi, apa yang dilakukan oleh Wan Anies ini, persis seperti yang dilakukan oleh da’i kondang AA Gym 14 tahun silam.
Dia yang menganjurkan masyarakat agar tidak poligami, eh dia pula yang melakukan hal sebaliknya.
Lucunya, pembenaran AA Gym kala itu bahwa dia melakukan poligami karena keadaan darurat alias terpaksa.
Tapi, setelah melihat istri keduanya yang cantik dan jauh lebih muda dari dari Teh Nini (istri pertama), tidak terlihat sama sekali kalau poligami AA Gym itu karena keadaan darurat. Yang justru terlihat adalah karena nafsunya gede. Lantaran yang dinikahinya itu merupakan janda beranak tiga yang juga mantan model.
Tidak pelak, akibat dari perbuatannya yang tidak konsisten dengan dakwahnya itu, AA Gym diolok-olok oleh masyarakat kala itu.
Satu-persatu jamaah pengajiannya pergi meninggalkannya.
Hingga di bulan yang sama, pengajian yang biasa dia pimpin sudah mulai sepi pengunjung.
Karena pengunjungnya banyak berkurang, yakni menyusut hingga 70 persen, pendapatan Daarut Tauhid pun otomatis berkurang secara drastis. Hingga, Ponpes yang didirikan oleh pendakwah asal Bandung itu terpaksa harus merumahkan 40 persen karyawannya.
-o0o-
Dan hal yang dialami oleh AA Gym ini juga berpotensi dialami oleh Anies.
Beberapa pendukungnya sudah mulai kecewa terkait ketidakkonsistenan Wan Anies soal reklamasi tersebut.
"Semoga Pak Anies dapat segera membatalkan rencana reklamasi di Ancol dengan membatalkan Kepgub 237 Tahun 2020, agar tidak mengecewakan masyarakat Jakarta, khususnya warga di pesisir utara Jakarta," ujar Koordinator Relawan Jaringan Warga (Jawara) Anies-Sandi, Sanny A Irsan, (05/07).
"Saya hanya mengingatkan. Anies-Sandi miliki jargon, tolak reklamasi saat kampanye. Saya ingat betul, Anies menyampaikan ‘Reklamasi tak lebih hanya membawa kemudaratan’. Kalau kata orang Betawi, ilokan ah, eh sekarang malah dilanjutkan itu barang", terang Ketua Bamus Betawi, Zainuddin kecewa.
Yang mana di Pilgub DKI 2017 lalu, Bamus Betawi ini mendukung pasangan Anies-Sandi.
Disamping itu, penolakan terhadap izin reklamasi yang diterbitkan oleh Anies itu juga datang dari Forum Komunikasi Nelayan Jakarta.
Memang betul kata Tan Malaka, "Air berkumpul dengan air, minyak berkumpul dengan minyak". Bahwa setiap orang berkumpul dengan jenis dan wataknya masing-masing.
Si AA Gym ini meskipun warga Jabar merupakan pendukung Anies lho.
Dan, karena keduanya memiliki watak yang sama, yakni sama-sama tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan, nasibnya pun sama. Sama-sama pendukungnya kecewa.
Sumber :
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/02/07550481/mengingat-kembali-janji-kampanye-anies-untuk-hentikan-reklamasi?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_Gymnastiar
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/06/04585491/tolak-reklamasi-ancol-relawan-pendukung-anggap-anies-menyalahi-janji?page=all
https://news.detik.com/berita/d-5081305/kecaman-simpatisan-ke-anies-baswedan-tuding-ingkar-janji-soal-reklamasi
Image : https://www.tarbiyah.net/
Tidak Tepati Janji Soal Reklamasi, Anies Bisa Bernasib Sial Seperti AA Gym
Sumber Utama : https://seword.com/umum/tidak-tepati-janji-soal-reklamasi-anies-bisa-qSGLtemvYR
 
 Re-post by MigoBerita / Selasa/07072020/10.48Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya