Migo Berita - Banjarmasin - Bupati Jember Makzul kan, DKI Jakarta gimana? dan Banyak Titipan di BUMN, begini menurut Adian !
Dalam sepekan ini rame berbagai isu dan permasalahan dari dimakzulkannya Bupati Jember hingga potensi adanya para Mafia di BUMN , agar tidak salah pemahaman segera baca kumplan artikel yang tersedia di Migo Berita ya, Selamat Membaca...
Adian Minta Jokowi Marah Setiap Hari, Setuju?
Terakhir
kita semua melihat Presiden Jokowi marah-marah adalah di sebuah video
yang beredar pada akhir Juni lalu. Ada rasa aneh juga sih melihat video
yang ternyata usianya sudah 10 hari. Untuk isinya, buat saya, bagus lah
kalau Pak Jokowi marah-marah sambil memacu jajarannya buat kerja lebih
keras dan kerja yang bener.
Logikanya
gini, di Indonesia kan banyak para akademisi yang jelas pinter-pinter.
Kalau para menteri bingung mau ngapain, atau mencari terobosan baru,
tinggal hubungi UGM, ITB, UI dan banyak universitas lainnya. Fasilitasi
serangkaian diskusi online, dan mintakan saja rekomendasi para akademisi
ini. Kalau sungkan kasih dana ke mereka, ya nanti di media sebut saja
nama-nama mereka sebagai bentuk apresiasi. Dengan cara ini semua
bersinergi mendapatkan jalan terbaik. Kalau sudah dapat cara atau
terobosan barunya, menteri tinggal koordinasi untuk eksekusinya kan?
Itu logika saya ya. Saya yakin cara itu sangat doable.
Demi kemaslahatan rakyat negara ini. Makanya saya heran, kok
menteri-menteri banyak yang tidak kedengaran ngapain aja. Sementara yang
sangat terekspos kinerjanya karena adanya pandemi Covid-19, yakni
Menteri Kesehatan, yaaaa sudahlah nggak perlu saya paparkan di sini.
Intinya saya senang Pak Jokowi marahin menteri-menterinya. Dan saya
yakin bukan hanya saya saja.
Kemudian
muncul isu reshuffle, yang terus mengambang bagai sang kunti
gentayangan, hingga sekarang. Publik pun jadi bosan menunggu ya. Padahal
awalnya agak semangat gitu, di tengah pandemi ada isu reshuffle.
Semacam ada tontonan dadakan. Isu reshuffle ini lah yang jadi topik
pembicaraan Adian Napitupulu dalam sebuah video yang ditayangkan di
Youtube Sumber: jpnn.com.
Dilansir jpnn.com, menurut Adian, reshuffle Kabinet Indonesia Maju bukan persoalan ingin atau tidak ingin. Melainkan butuh atau tidak butuh
melihat kondisi negara akibat pandemi Covid-19 saat ini. Memang itu
adalah hak prerogatif Presiden Jokowi sepenuhnya. Namun Adian memberikan
berbagai fakta yang cenderung mendukung adanya reshuffle itu. Pertama,
semua partai juga menyadari bahwa reshuffle ada di tangan presiden. Jadi
tinggal diputuskan saja oleh Presiden Jokowi. Jika ada reshuffle, maka
partai koalisi akan mendukung.
Kedua,
berbagai hasil survei menunjukkan suara publik yang mendukung
reshuffle. Hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan
72,9 persen responden menganggap perlu adanya reshuffle dalam kabinet
Jokowi. Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan 69,6 persen responden
menganggap perlu adanya reshuffle. Lembaga Survei Indikator Politik
Indonesia juga merilis 64,8 responden setuju Jokowi reshuffle kabinet.
Hasil survei Charta Politika menunjukkan 73,1 persen responden setuju
reshuffle. Semua di atas angka 50 persen. "Ini rakyat yang minta, rakyat
yang sedang terancam kelaparan, yang khawatir terhadap masa depannya,
yang sudah di-PHK," kata Adian.
Kalau
saya ikut survei itu sebagai responden, saya juga akan memilih untuk
mendukung reshuffle. Selama ini siapa sih menteri yang kelihatan sepak
terjangnya? Ya Menteri Sosial lah. Tiap buka medsos, ada saja info soal
Menteri Juliari Batubara sedang ke sana sini ngurusin bansos (bantuan
sosial). Ada banyak videonya Mensos bertemu langsung dengan rakyat,
ngobrol sambil menyerahkan bansos. Gini kan enak liatnya. Angka-angka
juga memberikan dukungan terhadap kinerja Mensos. Ada survei kepuasan
publik terhadap bansos dengan angka kepuasan mencapai 72 persen Sumber.
Lalu realisasi penyerapan anggaran Kementrian Sosial jadi yang
tertinggi dari seluruh kementrian dan lembaga. Yakni mencapai 60,38
persen per akhir Juni lalu Sumber. Bagaimana dengan menteri-menteri lainnya? Duit ada, staff ada, kantor ada di seluruh Indonesia, kerjanya mana?
Jadi
wajar ya, kalau sebagian besar masyarakat gemes mau lihat adanya
reshuffle. Kalau Adian sih minta Presiden Jokowi, “marahlah
sekeras-kerasnya agar rakyatmu selamat. Lakukanlah yang terbaik,
reshuffle, reshuffle-lah, saya setuju kalau itu dianggap baik. Kalau
tidak mau me-reshuffle menteri, marahi saja setiap hari”.
Nggak
sehat juga nanti Pak Jokowi kalau marah tiap hari ya. Ntar kena darting
pula, darah tinggi. Sesekali marah boleh lah. Tapi marah tiap hari juga
bukan tontonan yang mendidik. Oleh sebab itu, saya lebih memilih
reshuffle sih. Sebenarnya sudah ada bisik-bisik kapan tepatnya akan ada
reshuffle, yang tentu saja tidak boleh saya sampaikan di sini. Saya cuma
inginnya sih jangan kelamaan. Nanti video marah-marah Pak Jokowi itu
lama-lama hanya jadi “efek kejoet” saja. Jadi lelucon ketimbang
diapresiasi dengan serius. Kesimpulannya, saya setuju sama Bung Adian
yang minta Presiden Jokowi segera mengambil tindakan soal reshuffle ini.
Kalau soal marah tiap hari, saya nggak setuju. Nggak bagus itu, secara
fisiologis maupun secara psikologis, dari sisi pemerintah maupun sisi
rakyat. Sekian dulu dari kura-kura!
DPRD Jember Sudah, Kapan DPRD DKI Jakarta Memakzulkan Anies?
Jarang-jarang
ada berita upaya pemakzulan kepala daerah. Tiba-tiba saja ada
beritanya, dari daerah Jember. DPRD Jember yang mengajukan pemakzulan
Bupati Jember, Faida. Pemakzulan ini sudah disepakati oleh seluruh
fraksi di DPRD, bahkan oleh partai politik pengusung Bupati Faida di
Pilkada 2015. Bupati Faida diusung oleh Partai Nasdem, PDIP, PAN dan
Hanura. Semua partai kecuali Hanura mendapatkan kursi di DPRD Jember.
Dilansir detik.com,
pemakzulan ini dipicu adanya mutasi ratusan pejabat yang dinilai
ilegal. Alasan lainnya, Bupati Faida dianggap membuat susunan
kelembagaan yang tidak memiliki nomenklatur dan tanpa memiliki dasar
hukum.
Sementara
itu, hubungan antara Bupati Faida dan DPRD Jember dinilai sangat buruk.
Bupati Faida dinilai mengabaikan keberadaan DPRD. “Pernah kala itu ada
pertemuan dua kali. Tapi bupati tetap tidak bisa diajak komunikasi yang
baik. Bahkan terkesan meniadakan posisi anggota dewan sebagai mitranya," kata Ketua DPD PAN Jember, Lilik Niamah yang pernah menjadi anggota DPRD Jember. Dampak dari buruknya hubungan ini adalah pengesahan APBD yang kerap jadi molor. DPRD Jember merasa tidak pernah diajak bicara terkait materi APBD Sumber Sumber.
Kayak
pernah denger ya, kata-kata yang saya tebalkan di atas itu. Dari mana
lagi kalau bukan dari DPRD DKI Jakarta, terkait kinerja Gubernur Anies.
Sudah sering sekali kita membaca berita tentang pernyataan anggota DPRD
DKI Jakarta yang mengungkap ketidakbecusan maupun kesalahan Anies. Yang
saya ingat ya, pengakuan dari Fraksi Gerindra bahwa program OK OCE
gagal. Soal patung bambu di Bundaran HI bernilai ratusan juta yang
dibongkar dan jadi tumpukan sampah termahal di Jakarta. Soal banjir?
Sudah banyak kali. Dari urusan normalisasi yang mandeg, hingga pompa air
rusak yang ketahuan tidak dikontrol dengan baik. Soal penebangan
pohon-pohon di Monas di mana DPRD DKI Jakarta merasa kecolongan. Soal
APBD ya lebih banyak lagi. Bocoran soal anggaran-anggaran ganjil itu kan
asalnya dari anggota DPRD DKI. Anggaran lem aibon, hingga anggaran
TGUPP, sampai anggaran buat Formula E. Bahkan Anies tidak pernah
menanggapi permintaan anggota dewan agar Anies meminta balik Rp 560
miliar yang sudah disetor ke panitia Formula E sebagai fee. Padahal di
jadwal Formula E tahun 2021, tidak menyebut lokasi Jakarta. Dan yang
sekarang yang masih rame adalah soal reklamasi Ancol. Di mana kembali
DPRD DKI merasa kecolongan. Karena ternyata Anies sudah “bergerilya”
dengan mengeluarkan Kepgub dari bulan Februari 2020 lalu. Jadi sama saja
kan dengan Bupati Jember, Anies meniadakan posisi anggota dewan sebagai mitranya.
Anies
bahkan mengabaikan putusan MA yang membatalkan kebijakan Pemprov DKI
menutup jalan untuk menjadi tempat jualan PKL. Padahal itu berlaku untuk
semua jalan di Jakarta. Ombudsman mana ya? Kok nggak kedengaran
suaranya soal ini. Terkait reklamasi Ancol, fraksi PDIP di DPRD DKI
memaparkan panjang lebar tentang cacat hukumnya. Harusnya reklamasi
dibuat berdasarkan Perda, sedangkan Perdanya saja belum dibuat. Akhirnya
Gilbert Simanjuntak, anggota Komisi B DPRD DKI dari Fraksi PDIP
mengingatkan Anies soal kasus Sanusi. Sanusi divonis bersalah karena
menerima suap dalam pembahasan Raperda Reklamasi. "Sekarang enggak ada
Perdanya dan saya ingat ada satu pasal di situ kesalahan dalam hal ini
bisa berujung hukuman 5 tahun penjara," tutur Gilbert Sumber.
Bahkan
dalam hal gagalnya penyelenggaraan Formula E, sedangkan fee-nya sudah
disetor, Ferdinand Hutahaean sudah menyebutkan pasal-pasal mana dari UU
Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) yang dapat disangkakan pada Anies.
Sehingga Anies terancam pidana penjara seumur hidup. Ferdinand mestinya
bisa mempertanggujawabkan pernyataannya ini, karena dia kan seorang
pengacara. Menurut Ferdinand, Anies bisa dianggap salah, mengacu pada
pasal 2 dan 3 UU Tipikor. "Disini jelas unsurnya terpenuhi yaitu,
seseorang, pejabat berwenang, melawan hukum, memperkaya diri sendiri
atau memperkaya orang lain atau suatu korporasi, merugikan keuangan
negara. Anies Baswedan adalah Gubernur, pejabat yang berwenang mengelola
keuangan negara (daerah) secara melawan hukum memperkaya suatu
korporasi dengan merugikan keuangan negara. Maka Anies Baswedan layak
dituduhkan, layak didakwakan melanggar Pasal 2 dan 3 UU Tipikor dan
diancam dengan pidana seumur hidup," papar Ferdinand, dilansir tagar.id.
"Saya berharap KPK segera turun menyelidiki kasus yang terang benderang
didepan mata ini. Dan sebelum KPK turun, ada baiknya Anies Baswedan
mundur lah dari jabatannya," sambung Ferdinand Sumber.
Nah,
wahai DPRD DKI Jakarta, kurang apa lagi? Begitu banyak ketidakbecusan
Anies yang diungkap sendiri oleh anggota DPRD DKI. Yang jadi percuma
saja diceritakan ke media, tanpa ada tindak lanjut dari DPRD DKI
sendiri. Nggak ada bedanya dengan curcol dong. DPRD kan penyambung lidah
rakyat, punya wewenang dan kuasa lebih. Kenapa bisanya cuma ngomong ke
media? Kalah nyali dong sama DPRD Kabupaten Jember. Tuh, Ferdinand
Hutahaean sudah memberikan dasar-dasar UU Tipikor yang bisa disangkakan
ke Anies. Masih kurang jelas kah? Apakah begini terus sampai habis masa
jabatan Anies? Menunggu rakyat Jakarta menanggung makin banyak dampak
dari kesalahan dan ketidakbecusan Anies. Hanya menelan kata-kata dan
janji manis. OK OCE hanya omong kosong, rumah murah nggak dapet juga,
eeh banjir tetap saja setia mendatangi warga Jakarta. Reklamasi yang
bisa mendatangkan 15% bagian buat rakyat Jakarta, malah turun jadi 5%.
Itu pun hanya di reklamasi Ancol saja. Di pulau lain yang sudah ada
bangunannya malah dikasih IMB oleh Anies tanpa persentase buat rakyat.
Apalagi yang ditunggu DPRD DKI Jakarta? Masak kalah berani dibanding
DPRD Jember?Sumber Utama : https://seword.com/politik/dprd-jember-sudah-kapan-dprd-dki-jakarta-cSARiIaszE
Adian: Ribuan Direksi/Komisaris BUMN Titipan Mafia, Benarkah?
Saya
termasuk penggemar Adian Napitupulu. Seorang aktivis 98 yang sekarang
jadi anggota DPR RI. Jiwa Adian tetap setia jadi aktivis, walaupun
sekarang dia sudah jadi pejabat. Dan memang idealnya wakil rakyat itu ya
berjiwa aktivis kayak bang Adian ini. Karena tugasnya kan memang
sebagai penyambung lidah rakyat dan mewakili rakyat mengawasi
pemerintahan.
Sebelumnya
Adian sempat bikin heboh dengan tulisannya soal Kementrian BUMN. Adian
waktu itu mengungkap utang BUMN yang lebih besar dari total utang luar
negeri Malaysia. Adian juga mengkritik Kementrian BUMN, kebijakan
Menteri BUMN Erick Thohir hingga soal dana talangan dari pemerintah buat
BUMN. Berikutnya Adian juga membandingkan kinerja UMKM yang jauh lebih
baik, lebih mandiri dan tidak manja, dibandingkan dengan BUMN Sumber.
Tulisan ini pasti bikin gerah Kementrian BUMN. Dan mungkin banyak lagi
yang terjadi di dalam sana, yang kita tidak ketahui, gara-gara tulisan
Adian. Karena isi tulisan Adian itu memang banyak benarnya. Datanya
sangat lengkap, bukan omong kosong, tidak main-main.
Ternyata
Adian tidak berhenti di sana saja. Kemarin Adian kembali mengulik BUMN.
Yang disorot adalah direksi dan komisaris BUMN secara keseluruhan.
Menurut Adian saat ini hanya sekitar 1.000-an orang direksi dan
komisaris BUMN yang jelas asal usulnya. Latar belakang mereka jelas,
misal dari partai politik, kementrian/lembaga negara, relawan pendukung
Jokowi hingga TNI/Polri. Adian juga menceritakan pernah diminta Presiden
Jokowi untuk menyetorkan nama-nama yang dianggap berkompeten menjadi
calon komisaris BUMN dari kelompok relawan hingga aktivis 98. "Presiden
yang minta nama-nama dari kita. Kita enggak minta. Kita ditawarkan.
Kalau mau, serahkan. Kemana? ke Mensesneg. Saya sudah serahkan," kata
Adian. Nama-nama itu tidak dipilih secara asal saja, melainkan sudah
mempertimbangkan standar tertentu, mulai dari latar belakang pendidikan
hingga daerah asal para kandidat. "BUMN itu tersebar di seluruh
Indonesia. Itu yang jadi dasar kita susun nama-nama. Pertama soal putera
daerah, lalu kompetensi dan tentu pendidikan," kata Adian. Hal ini
diungkap Adian sekalian menepis isu bahwa dirinya meminta jatah kursi
komisaris BUMN kepada Erick Thohir Sumber.
Adian
kemudian mengungkap dan mempertanyakan sisanya dari 1.000-an orang itu.
Sisanya sekitar 5.000 hingga 6.200 orang tidak jelas asal usulnya.
“Nah, itu sisanya yang enggak jelas titipan siapa
itu. Yang jumlahnya bisa 5.000-6.200 orang, enggak tahu kami titipan
siapa, tapi dia ada di situ," ujar Adian. Dugaan ini didasari bahwa
selama ini perusahaan BUMN tidak pernah membuka lowongan atau lelang
jabatan terbuka bagi publik untuk mengakses posisi-posisi tersebut
(direksi/komisaris). "Kalau tidak dititip, bagaimana orang bisa duduk di
situ? kalau tidak dibawa, gimana bisa duduk di situ?" ujar Adian. Jadi
ribuan direksi/komisaris BUMN itu menurut Adian titipan siapa?
Pernyataan Adian berikutnya berpotensi bikin heboh lagi nih. Menurutnya,
tak ada satupun orang yang mengetahui latar belakang mereka dengan
pasti sehingga bisa duduk di jabatan tersebut. "Mungkin enggak di mana
5.000 itu titipan mafia migas, mafia infrastruktur,
mafia proyek, mafia impor, mafia alkes dan sebagainya, mungkin tidak?
Mungkin. Karena kita enggak tahu asal-usulnya dari mana," kata Adian Sumber. Wow!
Publik
memang terima apa adanya soal pemilihan direksi dan komisaris BUMN.
Untuk BUMN strategis seperti Pertamina, PLN dan beberapa bank biasanya
ada beritanya, di mana ada tangan Menteri BUMN yang memutuskan. Harusnya
sih juga dengan meminta pertimbangan dari presiden. Selain itu ya kita
nggak ada yang tahu. Nama-namanya pun tidak kita ketahui kecuali memang
ada urusan terkait BUMN itu kan.
Menurut
Stafsus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, pembukaan lowongan untuk
direksi/komisaris BUMN memang tidak diumumkan secara terbuka. Salah satu
proses pemilihannya adalah menggunakan sistem talent pool.
Kementrian BUMN sudah memiliki daftar atau kumpulan sosok yang dirasa
punya kapabilitas sebagai kandidat direksi/komisaris BUMN. Daftar ini
dikelola sendiri oleh Kementrian BUMN, oleh bagian SDM-nya. Sehingga
ketika ada kebutuhan untuk mengisi posisi direksi/komisaris, salah
satunya ya bisa dari daftar tersebut Sumber.
Menurut
saya tidak ada salahnya juga jika Kementrian BUMN secara terbuka
memberikan info ke media/publik jika ada posisi direksi/komisaris BUMN
yang kosong. Tidak ada salahnya jika posisi tersebut ditawarkan secara
terbuka ke publik. Kalau takut nanti kebanyakan kandidat yang merespon,
atau melamar, minta saja bantuan konsultan buat seleksi awal. Seperti di
perusahaan swasta ya ada juga praktek seperti itu. Atau serahkan ke head hunter, kalau memang mau mencari the best of the best.
Jadi
walaupun Adian tidak menyebut dengan jelas, siapa atau BUMN mana yang
direksi dan komisarisnya nggak jelas asal usulnya, saya yakin ini bukan
sekedar cerita. Bukan sekali dua kali saja ada pejabat BUMN yang terkena
kasus korupsi. Dilansir cnnindonesia.com, di era kepemimpinan Jokowi, dari tahun 2015 hingga 2019 setidaknya ada 13 direksi/pejabat BUMN yang kena kasus dugaan korupsi Sumber. Belum termasuk kasus penyelundupan motor Harley dan sepeda Brompton yang menyebabkan dicopotnya Dirut Garuda waktu itu ya.
Saya
kira Kementrian BUMN tidak hanya perlu merespon pernyataan Adian dengan
menjelaskan tata cara pemilihan direksi/komisaris BUMN. Namun juga
perlu meminta Adian menjabarkan siapa saja yang dimaksud. Kemudian
memberikan kejelasan kepada publik soal asal usul para pejabat BUMN ini.
Ya nggak perlu dijelasin ke media satu demi satu. Cukup menyeragamkan
format di website masing-masing BUMN. Biasanya di website perusahaan ada
daftar direksi dan dewan komisaris. Cukup itu saja diberdayakan dengan
memberikan penjelasan tentang latar belakang dan kompetensi mereka.
Penjelasan dibuat terstandar. Saya rasa ini cukup. Agar pernyataan Adian
di atas tidak jadi polemik tanpa jawaban dari Kementrian BUMN.Sumber Utama : https://seword.com/umum/adian-ribuan-direksikomisaris-bumn-titipan-mafia-ZmOIvOIv8c
Re-post by MigoBerita / Sabtu/13.10Wita/Bjm