» » » » Pendidikan itu bukan hanya tugas Pusat, tapi juga Daerah jadi AWASI anggaran yang ADA bersama DPR dan DPRD

Pendidikan itu bukan hanya tugas Pusat, tapi juga Daerah jadi AWASI anggaran yang ADA bersama DPR dan DPRD

Penulis By on Senin, 27 Juli 2020 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin - Pendidikan itu bukan hanya tugas Pusat, tapi juga Daerah jadi AWASI anggaran yang ADA bersama DPR dan DPRD.
Banyak hal yang terjadi ketika pandemi wabah Covid 19 virus Corona ini melanda dunia, imbasnya hingga Indonesia juga ke kota kita tercinta Banjarmasin.
Masyarakat harus peka kepada pemerintah pusat, begitu juga sebaliknya Pemerintah Pusat dan KHUSUS nya Pemerintah Daerah seharusnya lebih peka kepada Masyarakat.
Karena pembelajaran Daring (Dalam Jaringan) ini menuntut Kuota Internet yang banyak bagi anak didik dan cukup memberatkan orang tua siswa ditengah pandemi yang masih berlanjut ini.
Bukankah, PILKADA akan berlangsung tanggal 9 Desember 2020 nanti, sudah saatnya Calon calon yang berlaga atau Incumbent lebih berfokus kepada dunia pendidikan ini.
Caranya Buktikan, bukan hanya dengan lisan atau kalimat tanpa pembuktian, bagaimana menurut Pembaca Migo Berita....

Semua Salah Nadiem?

Pendidikan adalah salah satu sektor penting yang dikarenakan pandemi harus menyesuaikan tata laksananya agar siswa dan guru dapat tetap aman.
Salah satu alternatif logis yang dilakukan adalah pembelajaran daring.
Sebagai sebuah alternatif pastilah banyak masalah yang timbul, baik yang sudah di antisipasi maupun yang belum.
Guru yang gaptek, masalah peralatan dan kuota internet, daerah yang belum terjangkau oleh internet dan permasalahan lainnya.
Tetapi kita juga mendengar ada guru-guru yang begitu penuh pengabdian dan mengerti kesulitan anak didiknya. Beliau-beliau ini rela berkeliling mengunjungi murid muridnya untuk memastikan bahwa para murid tetap dapat belajar walau tidak berkumpul di sekolah.
Sungguh mengharukan dan membuat bangga melihat apa yang mereka lakukan. Bahkan ada yang karena tidak adanya sarana kendaraan mereka rela berjalan kaki mengunjungi para muridnya.
Jangan bayangkan berjalan kaki di medan datar dan mulus seperti di kota tempat kita. Mereka harus melewati jalan yang naik turun tanpa aspal bahkan beberapa harus melintasi sungai.
Merekalah yang seharusnya dijadikan sebagai Pahlawan Pendidikan yang sangat patut dicontoh siapapun terutama yang berprofesi sebagai guru.
Banyak juga kalangan berpunya yang berlangganan internet tanpa batas dirumahnya, mereka membuka pintu untuk anak anak dari keluarga yang kurang beruntung di sekitarnya untuk bisa belajar menggunakan internet dirumahnya.
Sungguh semangat gotong royong yang perlu terus dipupuk di negara yang berazaskan Pancasila ini.
Dari banyak artikel dan komentar, rata rata menyalahkan Mendikbud Nadiem Makarim dan meminta Mendikbud untuk memberikan kuota internet gratis kepada seluruh siswa yang membutuhkan termasuk membantu siswa dalam menyediakan peralatan yang dibutuhkan seperti telepon genggam.
Bahkan ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa pandemi ini membuktikan ketidak-mampuan Nadiem Makarim dan kegagalannya sebagai seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Nadiem dianggap hanyalah figur seorang pengusaha yang berhasil dengan gojeknya yang saat ini menyandang predikat Decacorn, tapi gagal menunjukkan prestasinya dalam mengemban amanah Presiden Jokowi sebagai seorang Mendikbud
Menurut saya, ini hal yang kurang tepat.
Siapapun akan gagap ketika menghadapi pandemi dan infrastruktur yang dipunyai belumlah merata.
Kebijakan pendidikan memang Mendikbud yang menentukan, tetapi untuk sarana, daerah juga wajib menyediakan.
Undang-Undang No.20 tahun 2003 menyebutkan alokasi anggaran 20% baik APBN maupun APBD untuk sektor pendidikan.
Seharusnya, andaikata ini dijalankan dengan baik dan konsekwen, masalah sarana prasarana sekolah sudah tidak menjadi isu lagi. Semua sudah terpenuhi termasuk mutu sdm nya, sehingga pemberlakuan zonasi tidak akan menimbulkan masalah.
Dimasa pandemi inipun Presiden sudah memerintahkan untuk melakukan realokasi anggaran untuk menanggulangi pandemi dan dampaknya.
Mengapa daerah tidak terlihat menggunakan alokasi anggarannya untuk membantu pendidikan?
Ini tentunya menjadi pertanyaan besar bagi kita apalagi kita juga mengetahui banyak oknum yang justru bergembira dengan adanya pandemi karena disaat seperti ini mereka bisa menggunakan kekuasaannya untuk menghisap anggaran demi kepentingan pribadinya.
Pengawasan yang pastinya lebih kendor karena pandemi dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh oknum-oknum tersebut untuk memperkaya diri.
Pemimpin daerah pasti lebih tahu permasalahan daerahnya dan lebih kenal warganya dibanding pemerintah pusat.
Mereka juga bisa berinovasi untuk mengajak gotong royong, yang mampu membantu yang kurang mampu.
Daerah juga bisa memberikan subsidi baik itu kuota internet maupun peralatan yang dibutuhkan termasuk melakukan negosiasi dengan operator seluler untuk mendapatkan harga yang murah guna memenuhi kebutuhan internet di daerahnya.
Jadi menurut saya, andai ada murid yang kesulitan belajar dimasa pandemi ini, maka yang pertama harus kita tanyakan pemimpin daerahnya dulu.
Memang akan juga bagus kalau misalnya Mendikbud bisa berbicara kepada Mendagri, agar mendagri bisa mengingatkan para kepala daerah untuk membantu peserta didik didaerah masing-masing yang memerlukan bantuan karena sesungguhnya yang paling bertanggung jawab terhadap rskyat didaerah adalah pemimpin daerah tersebut.
Bahwa dimasa pandemi seperti sekarang memang membuat semuanya susah, dan menurut saya tidak ada satupun yang benar-benar siap menghadapi pandemi.
Tetapi dengan ketekunan, ketabahan dan inovasi tiada henti, yakin deh, kita pasti bisa mengatasi dampak pandemi.
Bagaimana menurut teman-teman ?
Salam Seword, Roedy S Widodo.
Sumber :
http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/21740/t/Anggaran+Pendidikan+20+Persen+Hanya+Formalitas
https://www.umy.ac.id/polemik-pendidikan-saat-pandemi-pembelajaran-online-bisa-jadi-new-normal.html
Semua Salah Nadiem?
Sumber Utama : https://seword.com/pendidikan/semua-salah-nadiem-PH0RLi6fBD

Kenapa Menhan Mesti Beli Jet Tempur Bekas?

Pada pertengahan Juli lalu sebuah musibah menimpa TNI AL. Kapal perangnya KRI Teluk Jakarta 541 mengalami kecelakaan. Karena hantaman ombak yang cukup tinggi, lambung kapal mengalami kebocoran. Akhirnya kapal tenggelam hingga di kedalaman 90 meter. Kejadian di sekitar Pulau Kangean, Jawa Timur. Seluruh personel TNI AL yang bertugas di KRI Teluk Jakarta 541 berhasil diselamatkan. Kapalnya ya jadi bangkai, tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Ternyata kapal itu usianya sudah tua. Produk Jerman Timur pada tahun 1979, dan dibeli dalam kondisi bekas pada tahun 1994, oleh pemerintahan Soeharto Sumber Sumber.
Kejadian ini bisa jadi contoh bahayanya membeli alutsista (alat utama sistem persenjataan) bekas. Logikanya, kalau setiap tahunnya Kementrian Pertahanan mendapatkan anggaran besar bahkan jumbo, harusnya alutsista bisa dimodenisasi sedikit demi sedikit. Yang dibeli ya yang baru semua, jangan beli bekas lagi. Mungkin dari segi harga pembelian alutsista baru hanya akan mendapatkan lebih sedikit jumlahnya ketimbang beli yang bekas, namun akan lebih terjamin kualitas dan keamanannya. Itu sih logika saya ya.
Apalagi tahun 2020 ini Kementrian Pertahanan kembali mendapat anggaran jumbo, sekitar Rp 131 triliun. Dilansir cnbcindonesia.com, Duta Besar RI untuk Rusia, Mohamad Wahid Supriyadi memastikan komitmen Indonesia membeli 11 unit pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia Sumber. Memang ada sedikit keributan dari Amerika Serikat soal pembelian ini, namun ternyata sudah terkonfirmasi. Total harga keseluruhan pembelian 11 jet tempur ini senilai Rp 14 triliun. Nah itu kan baru sebagian kecil dari anggaran Kementrian Pertahanan. Beli baru kan ini, bukan bekas. Masih ada 100 triliun rupiah lebih buat beli yang lain.

Yang tidak masuk logika adalah rencana Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo untuk membeli 15 unit pesawat jet Eurofighter Typhoon bekas dari Austria. Rencana ini bocor seiring dengan bocornya surat permintaan dari Prabowo kepada Menhan Austria Klaudia Tanner. Dilansir cnbcindonesia.com, soal surat ini sudah dikonfirmasi oleh Kemenhan Austria sendiri Sumber. Rencana ini banyak mengundang kritik, dari para pengamat maupun dari DPR RI.
"Pemerintah hendaknya belajar dari pengalaman saat melakukan pembelian alutsista bekas di masa lalu, baik itu pesawat, kapal, tank dan lainnya yang memiliki sejumlah problem teknis dan mengalami beberapa kali kecelakaan," tulis Direktur lembaga Imparsial Al Araf Sumber. Pengamat Militer & Pertahanan Connie Rahakundini Bakrie, menyoroti spesifikasi Eurofighter Typhoon yang sudah dipenuhi oleh Sukhoi 27/35 yang sudah dimiliki Indonesia. Maksudnya kenapa nggak beli Sukhoi baru saja. Pembelian pesawat jenis lain akan berpotensi menambah biaya operasional lebih besar Sumber. Logikanya sama dengan jika kita punya perusahaan taksi. Biaya operasional akan lebih ekonomis jika mobil taksi itu seragam jenis dan merk-nya, bukan? Misal dalam soal pembelian spare part maupun pemeliharaan rutin.
Kritik lain yang lebih komprehensif datang dari pengamat militer dari ISESS, Khairul Fahmi. Fahmi menyebut pesawat Eurofighter itu tergolong tua dan mahal. Usianya sudah lebih dari 15 tahun. Pembeliannya menurut Fahmi masih mengawang-ngawang alias nggak jelas, karena Airbus di Jerman sebagai pembuat pesawat belum memberikan tanggapan apapun. Tanggapan Airbus ini penting, sebagai jaminan suku cadang, pemeliharaan, upgrade dan lain sebagainya.
Fahmi kemudian menyoroti bahwa Kemenhan belum pernah memperlihatkan rencana matang atau peta jalan (road map) dalam pembelian alutsista. Tanpa ada blue print yang mendasari semuanya. Kemudian Fahmi menyebut pembelian alutsista mestinya melibatkan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). KKIP diketuai oleh Presiden Jokowi, dengan Menhan sebagai Ketua Harian, Menteri BUMN sebagai Wakil Ketua Harian. Sebagai anggota, ada Menperin, Menristek Dikti, Mendikbud, Menkominfo, Panglima TNI, Menkeu, Kepala Bappenas, Kapolri, dan Menlu. Selain itu, ada pihak Sekretariat dan tim ahli. Komite ini mestinya mempertemukan TNI segala angkatan sebagai user dengan pelaku industri pertahanan sebagai pemasok, serta elemen pemerintah lain sebagai fasilitator. Intinya keberadaan Komite ini akan menyelaraskan kebijakan dalam pengembangan sumber daya, pembangunan industri pendukung, upaya penyehatan industri pertahanan nasional, harmonisasi regulasi, dan lain-lain. Tanpa adanya Komite semacam ini , pengadaan alutsista kita kesannya dadakan terus tanpa ada perencanaan yang baik Sumber.
Kritik ini sangat masuk akal, makes sense. Contohnya ya dalam pembelian pesawat tempur. Sudah beli Sukhoi baru dari Rusia, kenapa mesti beli bekas dari Austria? Kenapa nggak beli Sukhoi lagi saja. Toh seperti kata Dubes RI untuk Rusia, sebagai negara merdeka, Indonesia berhak membeli alutsista dari siapa pun. Bodo amat dengan kecaman dari AS kan. Duit duit kita sendiri.
Tapiiiii…. tentunya pembelian alutsista harus didasarkan pada prinsip pembelian yang cermat dan tepat. Kalau sudah tepat, mestinya tidak akan mengundang banyak kritik dari para pengamat. Seperti yang sudah pernah saya tuliskan soal inovasi dan performa kementrian. Sebaiknya kementrian melibatkan para pakar, pengamat dan akademisi dalam memformulasikan kebijakan di kementrian. Begitu pula dalam soal pembelian alutsista. Dengar dulu apa kata para pakar dan pengamat ini. Jangan sampai uang rakyat terbuang percuma disertai drama. Dengan manfaat yang minim dan malah merepotkan di kemudian hari.
Kenapa Menhan Mesti Beli Jet Tempur Bekas?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/kenapa-menhan-mesti-beli-jet-tempur-bekas-9gOpyOCttB

Jebol Jiwasraya Dan APBN Via Utang Lapindo, Bakrie Mau Bayar Pakai Aset Berlumpur, Gilak!

Aksi Bakrie untuk lolos dari benaman lumpur Lapindo terus dilakukan. Sedangkan dalam kasus Jiwasraya pun Bakrie masih bisa berkelit. Padahal waktu lalu saksi yang dihadirkan di pengadilan dalam kasus Jiwasraya ikut membeberkan kelakuan busuk serta membuka secara nyata aib grup Bakrie.
Entah kenapa Bakrie selalu lolos dengan cara yang tak berakhlak. Kalau di lumpur Lapindo mereka dengan kasar berkelit dan menunda serta berbelit-belit dalam proses pelunasan utang ke Pemerintah. Cerdiknya di Jiwasraya mereka bermain halus.
Makanya Pemerintah jangan beri kesempatan atau mau dikadali oleh Grup Bakrie. Terlalu tuh!
Di kasus utang Lapindo mereka malah mau membayarnya pakai aset yang tertimbun lumpur. Gila kan? Padahal mereka turut menjebol kas APBN yang hingga tahun 2017, sudah sampai sebesar Rp 11,27 triliun. Jumlah yang super jumbo itu digelontorkan Pemerintah untuk penanggulangan bencana lumpur Lapindo. Mengerikan, kan?
Apalagi bukan hanya kasus lumpur Lapindo yang menelan banyak korban. Korban Jiwasraya pun tak terhitung banyaknya. Tapi grup Bakrie melihat ada cara untuk cuci tangan dan melempar kesalahan itu ke pihak lain.
Jurus menutupi jejak hitam mereka itu dilakukan dengan masif dan sistematis. Sebagai pengamat media pasti paham cara yang mereka mainkan dari dulu hingga kini dan modusnya tak berubah.
Ya pembusukan ke pemerintah melalui media TV One serta media VIVA grup sudah tak terhitung banyaknya. Dari nara sumber sendiri di TVOon sudah buta mata dan hati untuk kasus Jiwasraya dan Lapindo. Tapi mereka semangat mengundang narasumber yang terus menghadirkan suara sumbang untuk menjatuhkan Pemerintah.
Padahal kalau ada korban atau bencana yang terjadi di negeri ini maka si Karni langsung mengabsen Pak Jokowi atau Pemerintha untuk turut dihadirkan sebagai penanggung jawab bencana yang terjadi di negeri ini. Tak lupa Karni mengabsen para nara sumber sumbang yang nyinyir dan otaknya anyir untuk berkoar dalam paduan suara nyinyir untuk mendiskreditkan Pemerintah.
Hal itu berhasil. Mereka terus menari di atas penderitaan orang lain. Pertunjukkan mereka harus dihentikan. Termasuk dalam kasus Jiwasraya. Aksi keterlibatan mereka yang konon sampai melibatkan 10 perusahaannya dan yang terafiliasi dengannya sudah menggerogoti negara dengan begitu kotornya.
Aksi goreng-menggoreng saham yang tersebar pada reksa dana sudah terkuak lewat pernyataan saksi dan ditampilkan melalui aksi investigasi di media. Sayangnya kunjung diusut sampai tuntas. Tak ada tindakan sejauh ini untuk menindaklanjuti pemeriksaan atas keterlibatan mereka lebih lanjut.
Publik sudah eneg dan mau muntah dengan bau serta gelagat keterlibatan mereka di Jiwasraya yang coba ditutupi dengan berbgaai jurus licik. Makanya percuma, bergelimang kemewahan tapi membuat derita rakyat. Celakanya mereka memaksa Pemerintah Pusat ikut menanggung dosa besar mereka.
Pemerintah terlalu kompromi dengan mereka. Dikasih hati malah ujungnya rakyat yang makan hati. Negara juga sudah tak terhitung banyaknya dirugikan. Tapi apa boleh buat, kekuatan sihir Bakrie itu rupanya ikut berhembus ke mana-mana membuatnya tak tersentuh dan tak terguncang.
Bakrie bukan hanya memeras negara tapi rakyat dengan caranya yang sangat tak berakhlak samaa sekali. Benar-benar tanpa akhlak. Melempar tanggung jawab tanpa upaya sedikitpun untuk berniat bertanggung jawab. Bahkan dari penagihan yang dilakukan Pemerintah, mereka pun pasang muka badak dan tak merasa malu sedikitpun.
Prestasi Bakrie di negeri ini hanya akan dikenang oleh berbagai generasi yaitu sebagai penjebol kas negara dan membuat rakyat ikut tenggelam sebagai korban dari permainan kotor mereka. Pemerintah juga benar-benar dikerjain habis-habisan. APBN dikuras dan dikuras demi menutup borok lumpur menghitam yang secara masif telah menggenangi wailayah yang luas di Sidoarjo.
Bakrie tak peduli. Jangankan nasabah Jiwasraya yang ikut dirugikan dan kasusnya menggantung hingga saat ini. Rakyat yang jadi korban lumpur Lapindo pun ditelantarkan. Makanya berharap Bakrie mau bertanggung jawab itu ibarat berharap onta berbicara. Itu adalah misi yang mustahal eh mustahil!
Solusinya, Pak Presiden harus turun tangan. Menarik utang dari Bakrie adalah cara dan solusi terbaik dan jangan ikut permainan mereka untuk menyerahkan aset berlumpur. Kalau dituruti maka Pemerintah ibarat melempar lumpur ke muka sendiri.
Mudah-mudahan Pak Jokowi bisa menghentikan permainan busuk mereka baik di kasus lumpur Lapindo maupun di kasus Jiwasraya!
Jebol Jiwasraya Dan APBN Via Utang Lapindo, Bakrie Mau Bayar Pakai Aset Berlumpur, Gilak!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/jebol-jiwasraya-dan-apbn-via-utang-lapindo-bakrie-5kclcDiu0P 

Sepak Terjang Bakrie Dalam Merampok Uang Negara dan Jiwasraya, Kaitannya Dengan Cikeas?

Nama Bakrie akhir-akhir ini kembali mencuat dalam skandal perampokan di Jiwasraya yang merugikan negara senilai 4 T lebih. Padahal jauh ke belakang, begitu banyak kasus perampokan Bakrie. Mulai dari kasus lumpur Lapindo, intervensi penjualan saham PT Bumi Resource, tunggakan 2-5 triliun royalti Batubara hingga akuisisi saham 14% PT Newmont Nusa Tenggara. Semuanya terjadi di era SBY. Begitu sayangnya SBY hingga mendepak Sri Mulyani yang dianggap mengganggu bisnis Bakrie? Apa yang telah dilakukan Sri Mulyani hingga Bakrie geram? Dan apa kaitan antara Bakrie dan Cikeas?
Pertama, kasus lumpur Lapindo. PT Lapindo (pemegang saham terbesar adalah Bakrie Family) telah melakukan kesalahan dalam prosedur pengeboran yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur. Hal ini juga didukung oleh audit BPK. Maka pihak yang bertanggungjawab adalah PT Lapindo Brantas sebagaimana diatur dalam UU 23/1997 dan PP 27/1999. Tapi, oleh SBY malah dikeluarkan Per.Pres 14 tahun 2007 jo Per.Pres 48/2008, yang mana pemerintah  (dengan anggaran rakyat) mengambil bagian membantu penanganan biaya lumpur Lapindo.
Dalam kurun 3 tahun (2007-2009), 795 miliar APBN dikucurkan untuk membantu kelalaian pengeboran Lapindo. Rinciannya sebagai berikut : Rp 114 miliar pada 2007, Rp 513 miliar pada 2008, dan 168  miliar pada 2009. Dalam hal ini Sri Mulyani sudah sangat geram dan tak ingin negara menalangi semua kesalahan Bakrie. Kini di era Jokowi, Sri Mulyani terus menerus menagih sisa hutang 777 Milyar. Tentunya ini lebih baik ketimbang jaminan aset tanah sekitaran Lapindo yang harganya telah jatuh. Dari sini perang dingin Bakrie versus Sri Mulyani telah terjadi.
Kedua, kasus penjualan PT Bumi Resource. Pada Oktober 2008 silam, bersamaan krisis finansial dunia, saham-saham perusahaan nasional di BEI jatuh bebas tidak terkendali. Saham BUMI yang 3 bulan sebelumnya mencapai Rp 7000 per saham, anjlok dibawah Rp 1000 per saham. Tapi, pihak otoritas saham tiba-tiba menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham bumi hanya karena adanya ‘titipan’ dari Menko Kesra Aburizal Bakrie.
Sri Mulyani yang memegang kendali masalah keuangan (termasuk pasar modal) jadi berang. SMI meminta pencabutan penghentian sementara perdagangan saham PT Bumi Resources Tbk pada 7 Oktober 2008. Padahal yang perintah penghentian suspensi saham Bakrie berasal dari Pemerintah Republik Indonesia.
Ketiga, tunggakan perusahaan Batubara. Sri Mulyani geram karena sejumlah perusahaan dengan begitu berani menghindari pajak/royalti dan bahkan menunggak bertahun-tahun. Perusahaan batubara Bakrie setidaknya menunggak 2-5 triliun royalti Batubara hasil akumulasi sejak 2002/2003.
Keempat, kasus akuisisi PT Newmont oleh Bakrie. Rencana Bakrie menguasai saham 14% PT Newmont Nusa Tenggara terganjal Menkeu. Mengingat potensi yang besar dari Newmont, Sri Mulyani menolak keinginan Bakrie membeli 14 persen saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara. Saat menjabat pelaksana tugas Menko Perekonomian, Sri Mulyani meminta agar seluruh saham divestasi Newmont dibeli oleh perusahaan negara. Meski begitu, ketika jabatan Menteri Koordinator Perekonomian berpindah ke Hatta Rajasa, melalui Multicapital akhirnya Bakrie bisa mendapatkan 75 persen dari 14 persen saham Newmont. 
Akhir perang sengit antara Bakrie dan Sri Mulyani harus berkhir dengan kemenangan Bakrie. Sri Mulyani harus terdepak dari kabinet karena majikannya waktu itu (SBY) lebih sayang ke Bakrie. Ini semua tak lepas dari politik balas budi karena Bakrie menjadi penyumbang dana kampanye besar baginya.
Ketergantungan SBY pada konglomerat Bakrie tidak hanya berhenti pada periode 2004-2009, pada pilpres Juli 2009 lalu, pasangan SBY-Boediono kembali mendapat dukungan dana dari keluarga Bakrie. Bakrie melalui anaknya Anindya Bakrie menjadi salah satu donatur kakap bagi pasangan SBY-Boediono.
Kini kita berharap di era Jokowi, mafia hitam dari klan Bakrie bisa diseret ke muka hukum. Apalagi selama ini Bakrie dan medianya terang-terangan seringkali mengolok pemerintah Jokowi. Tunggu apalagi, skandal Jiwasraya harusnya bisa digunakan untuk mengungkap bobrok Bakrie. Kalau perlu mengusut keterlibatan Cikeas yang selalu mendapat kucuran dana kampanye dari Bakrie.
Nantinya ini akan menjadi cerita senjata makan tuan. Maksud Bakrie dan Cikeas mengarang cerita dana Jiwasraya untuk biaya kampante Jokowi Ma'ruf, yang ada malah membongkar dana kampanye SBY dari Bakrie. Semoga para penegak hukum tidak masuk angin dalam menangani kasus Jiwasraya. Kita dukung majelis hakim membuka kasus ini selebar-lebarnya dan menyeret Bakrie ke muka hukum.
Begitulah kura-kura
Referensi:
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/sejarah-lumpur-lapindo-dan-urusan-ganti-rugi-yang-belum-tuntas-ecn4
https://www.google.com/amp/s/economy.okezone.com/amp/2008/11/10/278/162381/giliran-sofyan-djalil-terjebak-di-saham-bumi
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200625/192/1257682/dituding-bentjok-rugikan-jiwasraya-begini-kinerja-saham-grup-bakrie
https://m.jpnn.com/amp/news/wapres-wajar-bakrie-sumbang-kampanye-sby-jk
Sepak Terjang Bakrie Dalam Merampok Uang Negara dan Jiwasraya, Kaitannya Dengan Cikeas?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/sepak-terjang-bakrie-dalam-merampok-uang-negara-AgdioYkxjp 

Pengalaman Seminggu Tanpa Hape

Dua minggu lalu, saya melakukan perjalanan cukup panjang. Rekor perjalanan terjauh yang pernah saya, istri dan anak-anak lalui dengan mobil. Dari Sumenep ke Bekasi, nyetir sendiri.
Sebelumnya, jarak terjauh yang pernah kami lalui dalam sekali perjalanan adalah Sumenep Jogja, atau Semarang Sumenep.
Kami pernah sampai di Trenggalek dan Jepara. Pernah juga ke Solo, Malang, Kediri, Tuban, Ponorogo dan Surabaya. Tapi semua tempat ini biasanya sebatas singgah atau bermalam. Bukan menjadi tujuan utama. Dan jaraknya pun biasanya tidak jauh dari lokasi sebelumnya.
Sebenarnya saya pernah naik mobil Bogor Sumenep, tapi ga nyetir sendiri dan waktu itu belum punya anak. Sementara kali ini, nyetir sendiri, bersama dua anak di bawah usia 3 tahun.
Kami berangkat pukul 01:30 dinihari, dan sampai di Lippo Cikarang Bekasi pukul 12:00 siang. Sempat istirahat dua kali di rest area, masing-masing sekitar 40 menit.
Sebelum melakukan perjalanan panjang ini, ada satu masalah kecil. Hape saya rusak, blank total. Sehingga otomatis dalam perjalanan kali ini saya jarang sekali pegang hape.
Ada satu pelajaran baru yang saya dapatkan. Bahwa ternyata tidak pegang hape, memantau perbincangan dan isu di ratusan grup WA, rupanya menenangkan sekali.
Waktu itu, hanya ada 5 orang yang saya hubungi lewat hape istri. Selebihnya, tidak ada karena saya tidak menyimpan nomer orang-orang di sim card.
Saya merasa seperti terbebas dari kutukan. Merasa begitu tenang dan nyaman. Akhirnya saya sadar bahwa grup WA yang terlalu banyak itu sejatinya mengganggu.
Selama ini saya merasa harus ikut meluruskan atau membenarkan semua isu yang ada di negeri ini. Beberapa artikel yang saya tulis juga berdasarkan perbincangan di grup WA.
Saya juga sadar bahwa tanpa saya ikut nimbrung di grup-grup WA itu, semesta berjalan seperti biasa.
Pemerintah yang melakukan banyak blunder, atau komunikasi buruk, nampaknya juga baik-baik saja. Jokowi sudah menang dan berkuasa. Ini adalah periode terakhirnya. Dengan kekuasan penuh dan tanpa beban politik 2024, mestinya roda pemerintahan dapat berjalan dengan mudahnya. Apalagi Prabowo, sang rival utama sudah masuk koalisi. Apa lagi yang mau ditakutkan?
Seminggu tanpa hape, tanpa grup WA dan diskusi dengan para relawan atau pejabat, saya menemukan ketenangan yang luar biasa. Sehingga perjalanan panjang dari Sumenep ke Bekasi, lanjut Bogor, Depok, Pekalongan dan Semarang, terasa begitu puas dan menyenangkan.
Sampai muncul pertanyaan dalam diri, inikah waktu terbaik untuk undur diri dan pamit dari opini atau isu politik di Indonesia? Apakah saya terima saja tawaran ambil alih seword oleh salah seorang bakal calon Presiden 2024? Uangnya taru di deposito, lalu hidup dengan menikmati bunga untuk biaya jalan-jalan bersama keluarga. Sesuka hati tanpa batas waktu. Saya merasa itu bisa dilakukan, mengingat kebutuhan keluarga kecil kami yang hidup di pelosok desa.
Tapi, setelah sampai di Bekasi, dan tiga hari tidak menulis, muncul kerinduan untuk menulis artikel di Seword ini. Sehingga pertanyaan sebelumnya, berubah menjadi: bisakah saya melepas Seword dan move on dengan kehidupan baru? Karena ternyata saya tidak hanya butuh jalan-jalan, tapi juga menuangkan pemikiran. Saya masih ingin menulis. Dan entah kenapa, menulis di Seword atau media sosial, rasanya berbeda. Di Seword saya merasa berkarya, karena panjang artikel minimal 600 kata. Sementara di medsos sekedar celetukan saja.
Kemaren, setelah hape hidup lagi, rupanya WA yang sudah terinstal itu harus verifikasi ulang. Dan pesan WA selama seminggu sebelumnya, otomatis tidak terbaca. Saya juga tidak tahu siapa saja yang menghubungi atau tidak dalam seminggu itu. Intinya orang akan menilai saya tidak merespon, atau menghilang sebentar dan mengirim ulang pesannya setelah melihat saya online.
Dari pengalaman ini, saya memutuskan untuk keluar dari banyak grup WA. Untuk mengurangi beban pikiran, juga mengurangi penggunaan data dan memori. Dan sekarang saya masih menimbanh, apakah harus memutuskan untuk keluar di semua grup WA dan menyisakan grup WA Seword saja?
Saya juga sadar bahwa teknologi ini tidak hanya memudahkan, tapi juga memberi beban. Dulu kita hanya kerja dari pagi sampai sore, tapi kini bangun tidur pun sudah langsung jawab WA.
Karena artikel ini dibumbui dengan cerita perjalanan, maka saya akan akhiri dengan catatan kecil perjalanan menggunakan tol trans jawa.
Saya menggunakan dakar 4x2. Kecepatan maksimalnya adalah 190km/h. Cukup nyaman dan stabil, yang penting konsentrasi jaga setir dan mengurangi kecepatan di beberapa jembatan atau sambungan. Kalau lambat ngerem bisa sedikit lompat.
Meskipun aturan maksimal kecepatan adalah 100km/h, tapi percayalah, di jalan tol, bahkan truk pun lebih cepat dari itu. Jadi menurut saya, untuk mobil dengan suspensi sedang, kecepatan 120-140km/h cukup ideal. Di jembatan dan sambungan, tak akan lompat.
Saya pikir itu... Terima kasih telah membaca catatan kecil ini. 
Pengalaman Seminggu Tanpa Hape
Sumber Utama : https://seword.com/umum/pengalaman-seminggu-tanpa-hape-9Dniv9UHsf 

Yusuf Martak, TVOne Dan Karni : Upaya Masif Tenggelamkan Kasus Lapindo Dan Jiwasraya!

TV One kembali menyindir Pemerintah dan menyebut Indonesia menjadi kelinci percobaan dalam upaya tes vaksi dari China. Lalu ibarat hattrick, TV One juga membahas soal aksi “Gibran Melenggang Siapa Bisa Lawan”. Terus ditambah pula dengan judul provokatif lainnya “, Gelombang PHK dan TKA China Masih Datang”.
Lihat berondongan judul provokatif yang sengaja memainkan emosi penonton yang sudah lama jadi langganan TV One. Karni dan TV One sebenarnya terdampak oleh pandemi ini. Tapi supaya asap bisa mengepul dan kantong masih bisa terisi maka caranya gampang. Tinggal meramu berita hangat yang lalu dimainkan dengan judul dan moncongnya langsung di arahkan ke Istana. Biadab!
Padahal kasus yang melibatkan bosnya sebenarnya sedang hangat dan bahkan panas. Kasus Jiwasraya saat ini sedang dalam proses di pengadilan. Beranikah Karni? Tentu dan so pasti tidak! Ditambah kembali molornya Lapindo dan gagal bayar kembali terjadi di saat jatuh tempo bulan ini.
Ada momen Karni membahas kasus Jiwasraya yaitu di awal Januari saat banjir sedang melanda Jakarta. Jadi ini cara licik juga darinya untuk mengalihkan isu besar banjir tapi tak membahas tuntas kasus Jiwasraya dan Lapindo yang kembali memanas belakangan ini!
Media di bawah grup Bakrie berlagak nggak tahu. Mereka berpura-pura dalam pertunjukan sandiwara yang menjijikkan ini! Sudah jelas aib dan borok mereka terus dibuka dan dibeberkan di media melalui kasus gagal bayar Lapindo dan dieksposnya keterlibatan saham Bakrie di Jiwasraya.
Tapi dengan kejinya grup media Bakrie langsung pasang jurus yang sudha ditebak. Upaya menutup-nutupi kasus dari bos mereka sangat giat dilakukan oleh TV One dan Karni. Media yang berat sebelah ini anehnya masih terus eksis dan giat menebar berita yang sangat subyektif dan tendensius.
Acara yang ditunggangi Karni yang melecehkan nalar dan masih dibiarkan bertahan terus dengan rajinnya memainkan dan memanaskan isu yang ada di media. Karni yang kerap nafasnya tersengal dan dengan desah yang menimbulkan rasa mual terus eksis dan suara sumbang. Ibarat sedang digelitik malaikat penunggu ajal, dia terus mengerahkan usaha terakhirnya untuk menyerang Pemerintah.
Karni sangat paham dan sudah punya ibaratnya narasumber comotan yang bisa diseret untuk mendukung penjudulan yang sangat tendensius dan tak beretika secara jurnalistik itu. Pokoknya bagi Karni, semua isu iotu digoreng sampai gosong demi satu tujuan: menyerang secara frontal Pemerintah!
Bagi Karni pokoknya yang salah adalah Pak Jokowi. Tak mau tahu dan mengecek sedikitpun. Tak pernah melihat dan menghargai upaya dan kerja keras Pemerintah. Otak Karni itu tak heran, sudah digenangi oleh lumpur hitam Lapindo.
Konten TV yang menghimpun para narasumber yang sebagain besar di kubu Karni itu tka pantas disebut narasumber karena tak teruji kualitas dan kompetensinya. Modalnya hanya kebencian besar dan menyala ke Pemerintah tanpa berkaca bahwa mereka, Karni dan TV One sebenarnya adalah bagian dari aib sejarah bangsa. Bos mereka telah berlumuran lumpur Lapindo yang sudah menjebol kas negara sedemikian banyak tapi ditutupi dengan cara yang busuk.
Entah kenapa, kalau Karni bermain di media maka di lapangan ada si Yusuf Martak,pimpinan GNPF yang sering mengeluarkan bebrgaai pernyataan bahkan ancaman ke Pemerintah. Dan ingat, Yusuf Martak adalah bagian dari sejarah kelam dalam kasus lumpur Lapindo.
Kendati dia membantah saat ini sudha melepas hubungan dengan Bakrie, jejak digital menunjukkan dia pernah menjabat jabatan bergengsi dalam Lapindo. Dia pernah menjabat Vice President PT Energi Mega Persada selaku pihak pemilik saham terbesar PT Lapindo Brantas.
Lalu mana tanggung jawab mereka untuk membayar utang atau ikut menyumbang dana dalam bencana lumpur Lapindo? Kala itu, Yusuf Martak mengatakan bahwa mereka hanya mampu menyediakan dana maksimal sebesar Rp3,8 triliun untuk menangani semburan lumpur di Sidoarjo.
Tak pernah transparan sejauh mana dana itu dipergunakan. Apalagi sampai kini Lapindo masih punya utang yang harus dibayarkan ke Pemerintah. Tapi lagi-lagi hanya janji demi janji yang palsu.
Kendati sudah tak berhubungan dengan Bakrie secara langsung, Yusuf Martak terus melakukan aksinya merongrong Pemerintah. Memimpindemo, mengaku Pancasilais pula. Orasi yang jelas tak sesuai dengan fakta.
Begitulah pertunjukan pencitraan dari Karni serta medianya plus korlap yang terus mengalihkan isu sehingga publik seolah tak ada masalah dengan kasus Lapindo dan Jiwasraya. Tapi jangan harap media akan terus melawan. Netizen akan terus berupaya sampai hukum dan keadilan ditegakkan seadil-adilnya.
Yusuf Martak, TVOne Dan Karni : Upaya Masif Tenggelamkan Kasus Lapindo Dan Jiwasraya!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/yusuf-martak-tvone-dan-karni-upaya-masif-U64OStEcmC 

Modyarr! Serang Jokowi, Petinggi Demokrat Malah Ungkit Aib SBY!

Partai Demokrat memang (terpaksa) berdiri di pihak oposisi. Betul kan terpaksa. Kalau saja AHY masuk Kabinet Indonesia Maju pada awal periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi, maka posisi Partai Demokrat tidak akan jadi oposisi. Lucunya, sekarang pun tercium aroma-aroma manuver AHY mengarah ke keinginan untuk bergabung dengan pemerintahan Jokowi. AHY tampak blusukan ke para ketum partai koalisi, sesudah ada isu reshuffle kabinet. Bahkan ada semacam endorsement dari Cak Imin Ketum PKB, bahwa katanya Cak Imin dulu pernah mendorong AHY masuk kabinet.
Nah, lucunya lagi petinggi Demokrat malah (masih saja) menyerang Jokowi, seakan mereka tidak peduli dengan keinginan AHY ditarik Jokowi ke dalam pemerintahannya. Jadi sebenarnya Demokrat ini maunya apa? Posisi uenak apa posisi nggak uenak? Ok lanjut, apa sih omongannya petinggi Partai Demokrat?
Yang bicara adalah Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra. Mahendra menanggapi posisi AHY dalam survei elektabilitas yang dirilis oleh lembaga Indikator pada pertengahan Juli lalu. Ada peningkatan perolehan bagi AHY. AHY mendapatkan 6,8%, meningkat dari angka sebelumnya 4,8%. Sedangkan elektabilitas Partai Demokrat juga mengalami peningkatan menjadi 5,7%, meningkat dari angka sebelumnya 3,6%.
Menurut Mahendra ini merupakan efek dari diangkatnya AHY jadi Ketum Partai Demokrat. AHY disebut mengeluarkan instruksi yang menyebabkan seluruh elemen Partai Demokrat bergerak membantu rakyat di segala lapisan, terutama yang terdampak pandemi Covid-19. Itu menyebabkan “masyarakat merasakan dan percaya dengan ketulusan gerakan AHY dan Partai Demokrat,” ujar Mahendra. Hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat saat ini sedang mengidolakan tokoh yang tidak saja populer, tapi siap bekerja untuk rakyat dalam situasi sulit. Hal ini kata Mahendra berbanding terbalik dengan menurunnya kepuasan publik kepada pemerintah terkait penanganan pandemi Covid-19. “Masyarakat sudah bosan dengan kepemimpinan dramatis dan pencitraan. Aksi marah-marah, nangis-nangis, dan lempar tanggung jawab,” ujar Mahendra Sumber. Ehh??? Halooow, siapa yang dramatis dan pencitraan?
Presiden Jokowi? Sosok sederhana yang bisa disebut sebagai pencipta kegiatan blusukan. Yang tidak masalah naik pesawat kelas ekonomi untuk urusan pribadi, karena memang sudah biasa begitu. Yang anak-anaknya pun terkenal sederhana, bukan sok bangsawan seperti klan-klan mantan presiden. Memangnya Presiden Jokowi pernah nangis-nangis di depan umum, sembari curhat gitu? Kalau merujuk ke video Presiden Jokowi marah-marah sih, ya wajar kan. Itu marahnya ke anak buahnya, para menteri. Isi omongan Presiden Jokowi di kala marah itu pun sangat masuk akal. Bukan sekedar marah tanpa isi. Presiden Jokowi tidak pernah marah tuh ke rakyatnya, apalagi sampai menegur anak-anak yang ketiduran ketika beliau berpidato. Ehh, siapa itu yak? Btw, sori ya, anak-anak hampir tidak pernah ketiduran ketika Presiden Jokowi berpidato, karena Pak Jokowi selalu lucu di depan anak-anak dan suka ngasih sepeda hehehe…
Mau tahu siapa yang suka dramatis dan pencitraan? Tiada lain adalah SBY, bapaknya AHY, mantan Ketum Partai Demokrat. Bukan saya yang ngomong, banyak yang sudah memberikan pernyataan lugas soal ini. Kita lihat lagi ke masa lalu.
Dilansir viva.co.id, seorang eks kader Partai Demokrat, Tridianto menyebut, “Pak SBY bukan hanya jago pencitraan. Tapi begawannya pencitraan di Indonesia”. Tuh, begawan itu macam ahlinya ahli. Menurut Tridianto saat ia masih di Demokrat, memang diajari metode-metode pencitraan. Bahkan ia mengingat, SBY pernah menceritakan kepada para kader secara khusus belajar atau kursus pencitraan. “Siapa yang menolak Pak SBY disebut jago pencitraan berarti tidak kenal Pak SBY atau sedang berbohong,” ujar dia Sumber. Ini dinyatakan pada tahun 2016.
Mari kita mundur lagi ke 2014, ketika Jokowi sudah memenangkan Pilpres 2014. Seorang pengamat politik, Jerry Sumampow memberikan wanti-wanti agar Presiden Jokowi tidak mengikuti jejak SBY memainkan politik pencitraan saat memerintah. Menurut Jerry, masyarakat sudah muak dengan politik pencitraan SBY. "Kita mau supaya pemerintahan Jokowi-JK mengganti politik kebohongan, politik pencitraan dengan politik aksi nyata atau politik kerja dalam kejujuran,” tegas Jerry Sumber. Memang kerja nyata kan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Begitu banyak buktinya. Pembangunan infrastruktur yang masif hingga ke Papua, sampai ke pedalaman dan pelosok merupakan bukti kerja Presiden Jokowi yang sangat nyata.
Kita mundur lagi ke tahun 2011, bulan Juni. Saat itu hasil sebuah survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa kepuasan publik atas kinerja SBY melorot. Saat itu kepuasan publik atas kinerja SBY turun 9,5%, menjadi hanya 47,2%. "50 persen itu batas mayoritas. Kalau di bawah 50 persen ini berarti sudah critical time buat SBY," kata peneliti senior LSI, Sunarto Ciptoharjono. Salah satu penyebabnya adalah sikap reaktif SBY jika diserang isu dengan menyampaikan curhat di depan publik. "Sebaiknya yang seperti itu (curhat) dihentikan saja. Karena ini adalah politik pencitraan dan masyarakat sekarang sudah sadar ditipu politik pencitraan, politik persepsi," kata analis politik dari Undip M Yulianto kepada detik.com. Malah menurut Yulianto, dari segi pendekatan kepemimpinan, SBY merupakan publik figur yang tidak punya ketegasan, keberanian dan lemahnya integritas Sumber.
Bicara tentang survei, pada tahun yang sama, pada bulan April 2011, Institute for Strategic and Public Policy Research (Inspire) merilis hasil survei yang menunjukkan besarnya ketidakpercayaan publik terhadap SBY. Di antaranya, sebanyak 64,8% publik tidak percaya Presiden SBY telah melindungi TKI. Dalam kasus Century, sebanyak 54,1% publik merasa SBY belum bersikap transparan. Dalam hal pemberantasan korupsi, sebanyak 56,9% publik tidak percaya Presiden SBY telah bersungguh-sungguh. Presiden SBY juga dinilai belum menunjukkan kinerja optimal dalam membongkar mafia pajak (66,8%). "Dari sini sudah terlihat politik pencitraan SBY gagal. Dari temuan ini sudah sangat jelas trennya menurun," ucap Abdul Malik Gismar, ahli psikologi politik Sumber. Mau lebih banyak bukti lagi, google saja dengan kata kunci “SBY pencitraan”, pasti banyak sekali hasilnya.
Akhir kata, lain kali kalau mau menyerang pihak lain, lebih baik dikarang dulu kata-katanya dengan cermat dan akurat. Kalau seperti ini kan sama dengan bunuh diri. Apalagi Pilkada Serentak sudah dekat. Dampak negatifnya akan terasa di sana. Sementara sang Ketum sendiri tidak menutupi keinginannya untuk bergabung ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Jadi lucu kan. Atau mungkin Demokrat memang ingin melucu, agar rakyat terhibur di tengah pandemi, hehehe…. Sekian dulu dari kura-kura!
Modyarr! Serang Jokowi, Petinggi Demokrat Malah Ungkit Aib SBY!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/modyarr-serang-jokowi-petinggi-demokrat-malah-EUAbBR1aI9 

Tengku Zul Kebal Hukum? Media CT Bungkam?

Melihat dari reaksi warga net alias netizen terhadap apa yang dikerjakan oleh Tengku Zul di dalam dugaan menghina etnis Jawa dan Sumatera di dalam ceramahnya, membuat saya geleng-geleng kepala. Apa yang dia kerjakan, diduga melanggar UU Penghapusan Etnis yang sudah berdiri sejak zaman SBY.
Hal ini membuat kita sama-sama melihat bahwa dia seharusnya sudah bisa ditangkap langsung tanpa adanya delik aduan.
Akan tetapi, sudah beberapa hari berselang, media-media pun pura-pura buta dan pura-pura bodoh terkait apa yang diucapkan oleh Tengku Zul. Kita melihat bahwa beberapa media yang ada di bawah CT tidak menurunkan berita terkait hal ini. Saya menduga ada satu upaya untuk membuat kasus ini tenggelam secara terstruktur, sistematis dan masif. 

Apakah Tengku Zul kebal hukum?
Sepertinya ada yang ingin membuat suasana politik adem ayem dengan mendiamkan Tengku Zul. Saya juga agak curiga melihat pergerakan Tengku Zul yang mendadak sok baik puja-puji Anies si pengangkat keranda jenasah.
Dan saya juga curiga bahwa seseorang warganya yang menantang adu keris sampai sekarang laporannya belum ada dan belum terekspos di media sosial ataupun media berita lainnya.
Lagi-lagi saya curiga bahwa memang belum ada yang melaporkan Tengku Zul dan belum ada pergerakan polisi untuk mencari Tengku Zul karena dugaan pelanggaran hukum berat yang dikerjakan oleh dirinya. Selain itu, juga belum ada respon tegas dari MUI yang menjadi organisasi yang membawahi dirinya. Dan inilah yang membuat saya semakin bertanya-tanya apakah orang ini kebal hukum? Hanya tegur, tapi gak pecat? Kok takut amat ya?
Karena kalau dia kebal hukum, maka sia-sialah seluruh kemarahan netizen yang ada di Twitland. Twitland hanya menjadi sebuah tempat di mana orang melepaskan unek-uneknya, namun tidak ada reaksi ataupun konsekuensi hukum yang bisa menjerat Tengku Zul komandan provokator yang menghina suku Jawa dan Sumateraitu. Di mana posisi polisi saat ini terkait perlakuan yang dikeluarkan oleh Tengku Zul?
Kalau ini bukan delik aduan, orang ini memang harus ditangkap dengan segera. Saya makin curiga bahwa netizen yang mengancam ingin mengadu keris dengan Tengku Zul ini sepertinya hanya mencari sensasi dan tidak serius melaporkan orang ini.
Saya sungguh menunggu gerakan dari bro Muannas Alaidid sebagai kuasa hukum Denny Siregar yang juga menjadi garda terdepan melawan praktek-praktek pecah belah bangsa untuk melaporkan segera orang ini.
Tapi memang dia ini adalah orang yang sedang sibuk dan harus mengawal Denny Siregar terkait bocornya data pribadi beliau oleh Telkomsel. Jadi saya berharap boleh menjadi orang yang memberikan teladan dan contoh atau showcase bagi warga negara Indonesia untuk mencintai bangsa ini.
Semoga saja memang Tengku Zul tidak kebal hukum hanya karena ia pernah berinteraksi dengan Soeharto. Dia ini memang orang dekat Soeharto yang pernah berfoto bersama sama dan juga dekat pernah berbicara hati ke hati.
Tetap saja namanya seluruh Warga Negara Indonesia harus ada di bawah hukum dan tidak boleh dipermainkan. Kalau melihat dari sejarah radikalisme dan intoleransi di Indonesia, kita melihat bahwa sepertinya hukum tumpul buat mereka. Orang-orang yang menghalalkan darah Denny Siregar dan dara Ahok sedikit sekali yang ditangkap sampai saat ini.
Aktor-aktor dan dalang alias pemain belakangnya pun juga tidak pernah diciduk. Kalau kita bicara Ratna Sarumpaet di ciduk, itu mah hanya drama politik saja karena memang dia sudah tidak dipakai lagi oleh Prabowo pada saat itu. Pertanyaannya, kenapa sekarang Amien Rais tidak pernah ditangkap karena dia sudah membuat provokasi kepada pendukungnya dengan menyebut polisi sebagai PKI?
Kenapa Prabowo penyebar hoax Ratna Sarumpaet tidak diproses hukum? Dan sekarang ujungnya adalah Tengku Zul yang saat ini sedang diviralkan tindakannya di dalam ceramah provokatif nya kenapa tidak diliput oleh media? Apakah memang sudah ada deal politik di belakangnya? Atau memang Tengku Zul ini merupakan Superman selain Djoko Tjandra?
Atau Superman selain Anies Baswedan? Saya berharap negara ini bukan negara yang tebang pilih dalam menjalankan penegakan hukum. Saya berharap sekali kepada kapolri Idham Azis yang dilihat memiliki profil yang sederhana dan dikenal sebagai orang yang sholeh dan santun. Penegakan hukum adalah penegakan hukum tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Semoga saja artikel ini bisa membukakan banyak pintu untuk memproses hukum orang-orang yang memiliki akhlak yang tidak baik dan memiliki motivasi yang buruk untuk menghina negara ini dan suku-sukunya. Dan tolong media diliput dong, jangan dibiarkan ataupun dianggap sepi kasus ini karena serius kali loh. 
Tengku Zul Kebal Hukum? Media CT Bungkam?
Sumber Utama : https://seword.com/umum/tengku-zul-kebal-hukum-media-ct-bungkam-ZsGIswgVwd 

Bikin Video Hasutan Seragam (yang Katanya) Tentara China, Semoga Pelaku Segera Tertangkap

Polsek Kelapa Gading melalui unggahan akun IG resmi yang dilakukan oleh Polres Jakarta Utara, Minggu (26/7/20) bermaksud melakukan klarifikasi kepada masyarakat soal video yang sempat viral mengenai seragam tentara China yang disebut sedang di-laundry di daerah Kelapa Gading.
Seorang pria yang mengambil video tersebut berkata dengan nada provokasi alias menghasut:
"Baju-baju komunis nih, komunis tentara China nyuci di Kelapa Gading nih, di laundry Kelapa Gading menerima pakaian seragam tentara China, nih. Nih China ni, tuh. Tentara China ini, nggak tahu maksudnya apa tentara China nyuci baju di Kelapa Gading. Pasukannya sudah banyak nih, siap perang kayaknya ini, tuh tentara China tuh, banyak bajunya nyuci di Kelapa Gading. Satu batalion kayaknya ini.".
Video itu pun sempat viral, dengan efek seperti biasa yang terjadi di negeri ini kalau sudah menyebut kata: China, komunis, PKI, tentara, dan semacamnya. Sudah tahulah kira-kira bagaimana, terlebih jika kasus semacam ini sudah diramaikan oleh tokoh-tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh, tetapi terlihat membenci segala sesuatu yang berkaitan dengan “China”, meski terkadang alasannya tidak logis, ngawur, dan terkesan mengada-ada.
Nah, aparat yang berwajib yang lantas menyelidiki ke daerah yang dimaksud, tidak menemukan seragam yang disebut oleh pria semprul dalam video tadi. Dilansir dari laman Detik, petugas bahkan memastikan bahwa tulisan yang tersemat dalam seragam tentara tersebut bukanlah dalam bahasa China, melainkan dalam bahasa Korea.

Saya menulis artikel ini, seperti biasa sebagai upaya counter berita hoaks, yang dapat saja berimbas negatif ketika informasi bohong ini sudah tersebar melalui media sosial, dengan kecepatan dan daya jangkau yang tidak bisa kita duga sampai di mana. Video ini bahkan bisa jadi sudah beredar atau sempat kita terima melalui grup WA komunitas atau grup WA keluarga ... terutama jika ada anggota grup yang cenderung tidak suka dengan segala sesuatu “berbau China” ... biasanya orang begini paling semangat menyebarkan atau meneruskan berita atau video, meski tidak jelas kebenarannya.
Kalau nantinya didapati berita atau informasinya hoaks ... paling orang yang sama akan nyengir sambil ngeles: “Ya, kan maksudnya baik. Siapa tahu kalau benar kan ... negara kita dalam bahaya.” Menjawab orang model kadrun begini, terkadang ingin rasanya saya berkata di depan mukanya:
*Bahaya gudulmu, kuwi. Sini, tak sampluk sama sapu kepalanya biar otaknya bisa kembali normal untuk dipakai berpikir!”

Kini kabarnya pria pembuat dan kemungkinan juga pengunggah video hasutan tersebut sedang diburu oleh pihak yang berwajib. Saya yakin tidak lama kita akan membaca berita mengenai tertangkapnya orang ini, karena kinerja aparat yang berwajib masih sangat bisa kita andalkan untuk mengusut dan mengejar pelaku dari perbuatan yang bernada provokasi dan hasutan semacam itu.
Saya berharap nanti ketika orang itu ditangkap, namanya tidak usah disingkat atau disebut inisialnya saja. Langsung saja disebut namanya, usia berapa, plus ditampilkan wajahnya dengan muka menghadap ke kamera. Orang semacam ini biasanya belum pernah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi negeri ini, karena bisanya cuma “bikin rusuh” dengan menyebar informasi yang berpotensi meresahkan dan mengobarkan kebencian dalam masyarakat kita.
Lagipula, kalaupun benar ada tentara China sedang bertugas di sini ... mungkin ada kerja sama antarnegara ... lalu kedapatan menjemur pakaian, yang kebetulan terlihat oleh tetangganya, ya terus kenapa? Apakah itu berarti mereka sedang bermaksud melakukan invasi dan memerangi negeri ini? Gundulmu kuwi!
Entah kapan kebencian yang mengakar terhadap etnis atau negeri China ini akan tercabut dari masyarakat kita. Kok selalu ada saja isu atau penolakan terkait negeri Tirai Bambu ini, meski dengan alasan tidak logis. Pokoknya tidak suka saja. Kan kampret yah! Apalagi kalau misalnya HaPe yang dipakai untuk merekam video tadi ternyata buatan China, dibeli dari toko milik orang China, lalu uangnya hasil ngutang bosnya yang (kebetulan) beretnis China juga.
Lagipula, membaca pengakuan polisi bahwa di daerah yang dimaksud tidak ada usaha laundry yang mencuci seragam tentara yang dimaksudkan itu .... apakah mungkin seragam tentara itu dipesan sendiri (mungkin disewa), tetapi karena agak bodoh ... tulisan bahasa Korea itu disangkanya bahasa China. Bisa jadi kan ...? Kayak isu-isu PKI itu lho ... kabarnya benderanya bikin sendiri, cetak sendiri, bakar sendiri, lalu diramaikan sendiri.
Wes ... wes ... kapan majunya negeri ini kalau sebagian masyarakatnya gemar menebar kebencian dengan alasan tidak logis seperti ini? Mbuhlah ..... saya mau tidur saja daripada pusing mikirin hal yang beginian, karena besok pagi harus bekerja.
Begitulah kura-kura.....

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-5108929/aktor-isu-tentara-china-ngelaundry-di-jakarta-utara-diburu-polisi
Bikin Video Hasutan Seragam (yang Katanya) Tentara China, Semoga Pelaku Segera Tertangkap
Sumber Utama : https://seword.com/umum/bikin-video-hasutan-seragam-yang-katanya-tentara-nWzRustDCC 

Re-post by MigoBerita / Selasa/28072020/11.03Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya