Migo Berita - Banjarmasin - 1 Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin (Serba-serbi) antara yang PRO dan KONTRA.
Jokowi Masih Yang Terbaik!
Pernah lihat iklan berbentuk kartun ini? Yang ceritanya tentang seorang bersosok kurus (stickman) yang ingin menolong seorang perempuan yang kehujanan. Dia ingin memayungi perempuan itu tapi nggak kesampaian karena begitu membuka payung, dianya malah terbang terbawa angin. Iklan ini tentang susu penambah berat badan. Setiap melihat iklan itu entah kenapa saya malah ingat sama Pak Jokowi. Bukan karena kesamaan ya, tapi karena perbedaannya. Jika di iklan itu sosok kurus itu terbang kena angin kencang, tapi bagi saya Presiden Jokowi justru sanggup menahan, memayungi dan melindungi agar rakyatnya tidak ikut “terbang” kena angin badai imbas pandemi Corona.
Sesudah era Orde Baru, apa yang sedang kita alami sekarang, adalah sebuah titik paling ajaib dalam kehidupan warga Indonesia. Yang sudah berumur 30 tahun ke atas, pasti paham bahwa sebelum ini, belum pernah ada yang namanya badai pandemi sehebat Covid-19. Pandemi pasti pernah ada, namun hanya melanda sebagian wilayah dunia. Tidak berimbas semasif ini terhadap segala aspek kehidupan. Apalagi jarak di dunia sekarang makin pendek, karena jaringan komunikasi dan informasi yang canggih. Kita pun melihat negara-negara kaya rontok dalam kondisi resesi. Tidak ada yang dapat menghindar.
Tapi satu hal, di Indonesia masih ada warga masyarakat yang mendapat hoki gede selama pandemi. Mereka yang usahanya terkait sepeda, tanaman hias, ikan hias dan makanan rumahan. Ini sebuah pertanda baik. Karena dari mereka, keberuntungan itu bisa menulari orang lain. Ekonomi kita memang melambat, tapi masih bergerak. Harga-harga kebutuhan pokok masih stabil. Pemerintah masih bisa memberikan berbagai macam bantuan kepada rakyat. Dari bansos, BLT, program Kartu Pra-Kerja, bantuan tambahan gaji buat yang punya penghasilan di bawah Rp 5 juta, dan bantuan UMKM. Ditambah lagi dengan diskon listrik dari PLN dan insentif pembebasan pajak penghasilan. Artinya? Presiden Jokowi sedang bekerja keras, tidak diam sambil mencipta lagu atau sekedar bilang prihatin.
Saya tidak akan mengajak pembaca berandai-andai seandainya tidak ada pandemi. Melainkan seandainya bukan Jokowi yang memimpin Indonesia saat ini. Kemungkinan besar pemerintah akan mengambil keputusan lockdown secara nasional. Negara kita ini luas dan rakyatnya ratusan juta. Jangan disamakan dengan Singapura atau Malaysia. Samakan saja dengan India. Betapa chaos-nya di sana gara-gara lockdown. Mana aparat keamanannya galak luar biasa. Yang menyerukan lockdown sih adalah para elit politik yang duitnya tidak berseri. Beda dengan rakyat kecil. Lockdown sama dengan menyetrum ekonomi, langsung mati.Di antara gencarnya desakan lockdown waktu itu, Presiden Jokowi mengambil langkah terbaik. Dengan cekatan, tegas dan berani, serta dilandasi perhitungan yang seksama, Presiden Jokowi justru tidak menerapkan lockdown. Dan sekarang kita sedang menikmati hasilnya. Walaupun secara perhitungan makro, ekonomi kena resesi, namun tidak menimbulkan krisis ekonomi. Ekonomi memang melambat, tapi cenderung stabil.
Lho kok ngomongin ekonomi terus? Bagaimana dengan sektor kesehatan? Kata siapa Presiden Jokowi tidak sigap? Hanya dalam sebulan, rumah sakit darurat dua lantai dibangun di Pulau Galang. Dalam waktu kurang dari satu minggu, Wisma Atlet disulap jadi tempat isolasi dan perawatan pasien. Saya mendengar banyak cerita baik dari eks pasien di Wisma Atlet. Ketersediaan APD juga diusahakan dipenuhi pemerintah dengan gencar. Di masa-masa awal pandemi, memang banyak keluhan soal ketersediaan APD, tapi sekarang? Ini sama halnya dengan soal masker. Dulu harganya sempat meroket, tapi sekarang sudah stabil. Bahkan pembuatan masker kain jadi salah satu mata pencaharian masyarakat.
Artinya? Siapa yang siap dengan pandemi semasif ini? Bahkan negara adidaya macam Amerika Serikat juga banyak blundernya, rakyatnya juga banyak yang bandel. Dalam paparan pandemi ini, kita tertatih-tatih di awal. Presiden Jokowi bersama jajarannya dipaksa untuk mempelajari “medan perang” dan menyiapkan “strategi perang” dalam waktu singkat. Bak menghadapi serbuan alien yang tiba-tiba saja datang dengan mother ship raksasa mengepung negara ini. Itu lho kayak film Indepence Day. Siapa yang siap? Semua harus dipelajari dulu, ditimbang, diperhatikan, dan kemudian diputuskan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Walaupun negara lain mengambil langkah lockdown, Presiden Jokowi tidak. Itu diambil karena mempertimbangkan nasib rakyat. Walaupun yang menanggung semua tudingan, kecaman dan cemoohan adalah Presiden Jokowi sendiri. Dan sekarang kita sedang menikmati hasilnya. Keamanan dan ketertiban stabil, ekonomi stabil, tidak ada rakyat yang mati kelaparan, bahkan etos gotong royong pun makin menebal karena makin seringnya kita saling berempati dan tolong menolong antar sesama.
Oleh sebab itu, walaupun ada ketidakpuasan. Namun dalam hasil survei oleh Indikator, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden masih tinggi, mendekati 70%. Bahkan tingkat kepercayaan terhadap Presiden Jokowi masih sangat tinggi di angka 85,8%. Rakyat tetap yakin dan percaya sama Presiden Jokowi. Bahwa Presiden Jokowi adalah sosok yang kuat, tegas, cekatan, berani dan sanggup memayungi rakyatnya, melawan terpaan badai. Nggak bakal malah terbang sendiri kena angin, seperti di iklan itu.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-masih-yang-terbaik-vHjb5VYS1G
Revolusi Mental, Bagaimana Kelanjutannya
Pada pemilihan Presiden tahun 2014, Calon Presiden Joko Widodo melontarkan suatu paradigma baru yang mungkin sudah banyak dirasakan perlunya oleh banyak kalangan masyarakat yaitu revolusi mental.
Mental adalah cara berpikir atau konsep berpikir manusia dalam merespons kondisi yang ada.
Pada beberapa peristiwa hukum seperti yang dialami sahabat dan guru saya, mbak Erika Ebener, ataupun dalam kasus pengadilan Jiwasraya, kita umumnya berpendapat bahwa mental para penegak hukum kita parah, gampang terbeli oleh harta duniawi.Pada Maret 2011, ketika prefektur Fukushima mengalami tsunami sampai menyebabkan kerusakan pada reaktor nuklirnya, ada seorang teman yang berangkat kesana sebagai relawan untuk menolong penduduk yang menjadi korban bencana tersebut.
Para korban yang butuh pertolongan mayoritas adalah lansia.
Suatu saat hanya tersedia apel beberapa puluh buah yang tidak memenuhi jumlah dari korban.
Oleh para relawan termasuk teman saya, para lansia dipersilahkan untuk mengambil terlebih dulu apel tersebut.
Tetapi ternyata apa yang dikatakan oleh para lansia tersebut membuat kaget para relawan yang banyak berasal dari negara lain.
Mereka justru meminta para relawan untuk mengambil duluan karena menurut mereka, sebetulnya para relawan nggak harus ada disana.
Para relawan tersebut datang untuk menolong sehingga menurut para lansia tersebut, mereka harus didahulukan. Sungguh sangat mengagumkan mental para lansia korban tsunami tersebut.
Adalagi pengalaman pribadi yang mungkin bisa menjadi contoh.
Kami, para alumni SMA Negeri 1 Pekalongan membentuk ikatan alumni yang dinamakan ASKARLO (Alumni SMA Negeri jalan Kartini Pekalongan), karena SMA tersebut terletak di jalan Kartini, Pekalongan. Kebetulan saya adalah salah satu pembentuknya dan kemudian ditunjuk sebagai ketua Umum untuk dua periode awal.
Salah satu misi kami adalah membantu sekolah untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas alumninya Karena sekolah ini adalah salah satu SMA peringkat atas di Jawa Tengah .
Saat pandemi sekarang ini sekolah harus melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Disinilah masalah timbul. Selain ada beberapa anak yang tidak mempunyai handphone, guru guru memilih wa sebagai sarana pembelajaran. Pembelajaran menjadi satu arah dan guru guru lebih santai hanya memberikan tugas setelah pembelajaran melalui wa.
Ketua Umum ASKARLO yang sekarang, yang kebetulan juga salah satu ketua jurusan di satu universitas swasta terkemuka di Jakarta, DR.Meilani Hartono mengusulkan untuk menggunakan avermedia sebagai sarana pembelajaran dua arah pada PJJ yang dilaksanakan saat ini.
Kami pernah menyumbang alat tersebut 5 tahun yang lalu untuk mengefektifkan pembelajaran adik adik kelas 12 agar lebih siap menghadapi ujian.
Akhirnya usulan tersebut kami usulkan Di grup alumni. Dalam sehari dana sudah terkumpul untuk menyumbangkan 5 unit avermedia, yang per unitnya seharga 4,7 juta.
Apakah masalah selesai? TIDAK!!
Walaupun kami sudah menyumbang 7 unit Handphone untuk anak yang karena kondisi ekonomi keluarganya menyebabkan mereka tidak dapat memiliki handphone serta 5 buah avermedia dan pulsa sudah diberikan bantuan oleh pemerintah tetapi ada masalah besar dari hal yang terpenting yaitu guru.
Beberapa guru terkesan tidak tanggap dengan problematika yang ada dan sudah nyaman dengan menggunakan wa, padahal jelas output dari pelajaran dengan wa tersebut sangatlah rendah.
Akhirnya kami rapat daring dengan komite sekolah yang notabene sebagian adalah teman teman alumni kami.
Kami minta guru-guru menjabarkan rencana pengajaran mereka dalam masa PJJ ini. Setiap bulan melalui komite sekolah kami melakukan cek dan recheck atas rencana dan pencapaiannya.
Setelah berjalan beberapa bulan, saat ini pembelajaran PJJ di sekolah tersebut berjalan lancar dan murid- murid pun menjadi lebih bersemangat belajar karena interaksi antara guru dan murid nyata walaupun melalui daring.
Jadi, inilah fakta bagaimana mental bisa memberikan hasil yang berbeda.
Kondisi yang lebih jelek andai dihadapi dengan mental yang baik, akan memberikan hasil yang baik, tetapi sebaliknya, pada kondisi yang idealpun andai dihadapi dengan mental yang kurang baik akan membuahkan hasil yang kurang baik juga.
Bagaimana seharusnya revolusi mental dijalankan?Presiden Jokowi sudah memberikan contoh bagaimana seharusnya aparat negara bekerja. Blusukan untuk mendengarkan aspirasi dan problem masyarakat. Melayani dengan hati sehingga tidak mempersulit rakyat serta bekerja keras untuk kemajuan bangsa.
Apakah sudah cukup?
Sebagai anak SMA tentunya saya jauh dari layak untuk memberikan solusi.
Saya hanya ingin memberikan contoh bagaimana negara negara lain membentuk mental masyarakatnya.
Singapore.
Lee Kuan Yew melakukan investasi besar-besaran di bidang pendidikan. Memimpin Singapore seperti seorang diktator, Lee Kuan Yew memberangus semua ide-ide politik di bangku sekolah maupun universitas.
Konsentrasi utamanya adalah membangun ekonomi Dan peningkatan sumber days manusia warganya.
Lee Kuan Yew melakukan pendidikan disiplin anak melalui orang tuanya.
Bukan prestasi yang menjadi patokan tetapi anak diharuskan melakukan yang terbaik yang bisa dicapainya.
Jepang .
Waktu awal awal saya bekerja untuk Hitachi, ada seorang Jepang dari Tokyo yang berkunjung ke Jakarta dan kebetulan saya yang bertugas menemani beliau berkunjung ke beberapa pelanggan di Jakarta.
Suatu saat kami harus menyeberang jalan dimana di jalan tersebut tidak ada jembatan penyebrangan ataupun zebra cross.
Teman Jepang tersebut celingukan mencari Zebra Cross dan waktu saya jelaskan bahwa tidak ada, beliau terheran.
Saat makan siang, sambil mengobrol saya bertanya soal pendidikan di Jepang .
Di Jepang, sampai dengan kelas 3 SD anak-anak praktis hanya belajar sopan-santun, empati kepada orang lain dan menghormati orang lain.
Umumnya di sekolah-sekolah di Jepang tidak ada petugas pembersih. Para murid bertugas bergiliran dalam kelompok membersihkan sekolah termasuk toiletnya.
Dan ternyata hal-hal tersebut membuat rakyat Jepang sangat mudah bekerja sama dan menghargai orang lain termasuk aturan yang dibuat untuk umum.
Kalau misalnya kita berkesempatan bertamasya ke Tokyo Disneyland atau Tokyo Disneysea, kita bisa melihat bagaimana orang Jepang sangat taat untuk antri.
Reony Mainaki, pelatih bulutangkis nasional yang pernah menjadi pelatih tim nasional Jepang juga pernah bercerita bagaimana disiplinnya para pemain Jepang dalam berlatih.
Hal ini juga pernah dikatakan oleh Alberto Zacheroni, orang Italia yang pernah melatih tim sepakbola nasional Jepang. Bahkan Zacheroni mengatakan andai tim sepakbola Italia bisa berlatih sedisiplin tim sepakbola nasional Jepang, maka prestasi Italia akan lebih tinggi dari yang dicapai sekarang.
Mungkin pendekatan pendidikan dan hukum seperti di Singapore dan Jepang bisa menjadi contoh konkrit untuk pelaksanaan revolusi mental di Indonesia walaupun di Indonesia kita punya tantangan yang sangat besar karena para pengambil keputusan adalah generasi yang juga mengalami pola didik yang menyebabkan mentalnya bermasalah .
Bagaimana menurut teman-teman?
Salam Seword, Roedy S Widodo.
Sumber :
https://www.depoedu.com/2018/08/05/tokoh/lee-kuan-yew-pemimpin-yang-tegas-dan-ayah-yang-demokratis/
Sumber Utama : https://seword.com/umum/revolusi-mental-bagaimana-kelanjutannya-HDbendBlBv
Meski Tidak Disukai Kadrun, Ternyata Ini Lho Pencapaian Hebat 1 Tahun Jokowi-Amin
Tidak berlebihan kalau Jokowi disebut politisi terbaik di Indonesia saat ini. Bahkan mungkin di dunia.
Bagaimana tidak, rekam jejaknya itu lho yang mengagumkan.
Ia tercatat 5 kali ikut Pemilu (Pilwakot Solo 2 kali, Pilkada DKI 1 kali dan Pilpres 2 kali). Dan kelima-limanya menang.
Pertanyaannya, siapa sih politisi Indonesia atau bakan mungkin dunia yang sanggup menyaingi pencapaian itu?Dan yang lebih istimewanya lagi, Presiden Jokowi berjuang sendiri untuk mendapatkan itu semua. Orangtuanya bukan konglomerat seperti orangtua Anindya Bakrie. Bukan juga mantan pejabat seperti orangtua AHY dan Prabowo.
Tapi kedua orangtua Presiden Jokowi sama seperti orangtua masyarakat Indonesia pada umumnya, yakni berasal dari kalangan rakyat jelata.
Hal ini juga yang memberikan pencerahan kepada kita semua bahwa untuk menjadi presiden itu tidak harus berasal dari kalangan berdarah biru atau dari kalangan konglomerat. Tapi wong ndeso pun bisa terpilih jadi Presiden. Asalkan mau berusaha dan bekerja keras.
Nah, lantas kalau Presiden Jokowi selalu sukses di Pemilu, apakah ia juga sukses di pemerintahan?
???????
Berhubung sekarang sudah 1 tahun pemerintahan Jokowi-Amin, berikut penulis coba jabarkan beberapa pencapaian mantan walikota Solo itu selama 365 hari atau selama 52 minggu terakhir.
Yang mana informasi ini tentunya penulis dapatkan dari berbagai sumber yang kredibel. Bukan dari portal PKS Piyungan atau Gelora. Hehehe
Pertama, hadirnya UU Cipta Kerja Omnibus Law.
Meski UU ini ada yang menolaknya, tapi sudah dipastikan akan dapat menjadi payung hukum penyederhanaan regulasi di Indonesia. Sehingga bisa mengurangi keruwetan peraturan yang selama ini sering tabrakan atau bertentangan. Yang bikin Indonesia sulit maju.
Bayangkan saja, dengan adanya UU Cipta Kerja ini meringkas 79 UU dan 11 klaster menjadi satu aturan saja.
Dengan penerapan metode omnibus law ini tentunya akan dapat menghasilkan produk hukum yang efesien dan efektif.
Di samping itu, lembaga negara juga turut disederhanakan oleh Presiden Jokowi. Tidak hanya peraturannya saja.
Dalam rangka mencegah terjadinya tumpang tindih Tupoksi. Eselon disederhanakan menjadi hanya 2 level saja. Dan perannya digantikan jabatan fungsional yang lebih mengedepankan kompetensi.
Tercatat ada 28.801 de-eselonisasi jabatan struktural dengan pemangkasan 27 lembaga non struktrual.
Hal lain yang dilakukan terkait reformasi birokrasi ini adalah membubarkan beberapa lembaga negara yang dianggap tidak maksimal bekerja.
Berdasarkan roadmap Kemenpan RB, sejak 2014 hingga 2020 ini, tercatat setidaknya sudah 27 lembaga non struktural yang dibubarkan oleh Presiden Jokowi. Dan 18 diantaranya dibuarkan pada tahun 2020 ini.
Di antara lembaga negara yang dibumihanguskan tersebut adalah Tim Transparansi Industri Ekstraktif, Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Tim Pinjaman Komersial Luar Negeri, dll.
Stabilitas politik juga aman-aman saja selama 1 tahun terakhir. Kapolri dan Panglima TNI beserta jajarannya masih dibawah komando panglima tertinggi, yakni Presiden.
Meskipun KAMI, PA 212, FPI, Partai Demokrat, PKS, dll terus berulah, serta eks HTI yang terus bergerilya, --gak ngaruh terhadap situasi keamanan nasional.
Hanya riuh di Medsos saja. Sedangkan di masyarakat tidak.
Pembangunan infrastruktur juga terus berjalan. Wabah Covid-19 gak bikin pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan 1 tahun Jokowi-Amin jadi mangkrak seperti pada pemerintahan sebelumnya.
Pada 25 Agusutus 2020 lalu, Presiden Jokowi meresmikan tol pertama di bumi serambi mekah Aceh, --Tol Sigli-Bandah Aceh. Kemudian, sebulan berikutnya, yakni pada 25 September 2020, Pak De Owi juga meresmikan jalan tol ruas Trans Sumatera, --Pekan Baru-Dumai.
Kedepannya, tentu akan ada beberapa ruas tol lagi yang diresmikan. Karena pembangunan ruas tol Trans Sumatera saat ini juga lagi dikebut pengerjaaannya.
Pertumbuhan ekonomi negara kita juga gak buruk-buruk amat. Meskipun mengalami kontraksi 5,3 persen akibat pandemi Covid-19 ini. Namun berkat kerja keras semua pihak, angka tersebut jauh lebih baik daripada negara-negara di Asia Tenggara. Bahkan, Indonesia berada di peringkat tiga, di bawah China dan Korsel di antara negara G-20.
Lantas, apa saja pencapaian Jokowi-Amin di tengah pandemi Covid-19 ini?
Pertama, meskipun dihadapkan pada kondisi yang dipenuhi serba ketidakpastian, Presiden Jokowi telah mengambil langkah yang tepat, yakni tidak melakukan lockdown.
Beberapa kepala daerah, seperti Wan Anies awalnya sempat minta lockdown lho. Padahal tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu apa dampaknya. Namun Presiden Jokowi tetap tenang alias tidak terburu-buru atau grasa-grusu untuk melakukan penutupan wilayah itu.
Begitupun presiden kita, tidak seperti Presiden Brasil yang dengan gegabah membiarkan ekonomi tetap berjalan tanpa peduli kesehatan masyarakatnya. Sehingga menyebabkan rekor kematian.
Dengan bijaksana, Presiden Jokowi mengambil jalan tengah, yakni menerapkan protokol kesehatan, membenahi pelayanan BPJS dan mengatasi semua kekuarangan perlengkapan kesehatan dengan sangat cepat.
Mulai dari APD, ventilator, tempat tidur ICU, dll diproduksi sendiri. Termasuk wisma atlet secepat kilat disulap jadi rumah sakit.
Terbukti, sampai sekarang tidak ada satupun kita lihat jebolnya daya tampung fasilitas kesehatan kita.
Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang paling awal mampu menyediakan vaksin Covid-19 untuk rakyatnya. Meskipun banyak keterbatasan, tetap saja itu sebuah prestasi. Daripada gak ngapa-ngapain.
Tidak hanya soal kesehatan saja yang diperhatikan tapi juga soal ekonomi. Presiden Jokowi tahu betul kalau pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tapi juga mengancam isi periuk atau dapur rakyat miskin. Bahkan berpotensi dapat menyebab krisis ekonomi.
Sehingga, ia segera mengalokasikan anggaran belanja negara sebanyak 800 triliun rupiah ke sektor kesehatan dan ekonomi rakyat. Yang mana pengalihan anggaran itu dilakukan dalam waktu yang singkat.
-o0o-
Dan masih banyak lagi pencapaian Jokowi-Amin selama masa pemerintahannya 1 tahun ini, yang inshaAllah akan penulis sampaikan di artikel lainnya.
Meskipun para Kadrun gak percaya atau gak suka dengan beberapa prestasi ini, tak mengapa kok. Karena, secara, mereka kan mikirnya terbalik. Hehehe
Sumber :
Image : merdeka.com
Sumber Utama : https://seword.com/umum/meski-tidak-disukai-kadrun-ternyata-ini-lho-b083CA1mit
Mulai Banyak Yang “Menyudutkan” Pemerintah, Apakah Terkait Isu Reshuffle?
Pemerintah pusat sekarang ini kesannya sedang terpojok atau dipojokkan di sudut ruangan dan sendirian. Banyak pihak yang mulai terlihat “menyudutkan” pemerintah pusat dengan isu-isu terbaru yang sedang hot dan viral.
Isu-isu seperti isu Pilkada 2020 dan isu Omnibus Law Cipta Kerja seakan digunakan untuk “menyudutkan” pemerintah oleh pihak-pihak yang rasa-rasanya melihat potensi akan terjadinya reshuffle di kabinet dalam waktu dekat ini.
Apakah benar Presiden akan melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat ini?
Pertanyaan di atas hanya Presiden yang bisa menjawabnya, sedangkan kita semua hanya bisa menduga dan menganalisa, serta di ujungnya berharap akan terjadi reshuffle.
Harapan tersebut tak lebih dari sekedar harapan politik, harapan agar bisa menjadi menteri atau setidaknya tidak dicopot dari kursi menteri.
Jangan dikira manuver-manuver politik hanya dilakukan oleh pihak di luar kabinet yang berharap ingin masuk menjadi salah satu anggota kabinet, manuver pun pasti juga dilakukan oleh pihak-pihak yang sekarang sudah menjadi bagian dari kabinet agar jika suatu saat nanti benar terjadi reshuffle maka dirinya akan tetap bisa bertahan di posisi tersebut, atau minimal hanya bergeser dari kursi yang satu ke kursi yang lain.
Saya sendiri melihat bahwa satu tahun perjalanan kabinet Presiden Jokowi di periode kedua beliau memimpin ini memang sudah semestinya dilakukan evaluasi dan koreksi. Mengevaluasi para menterinya yang sebagian dari mereka saya nilai tidak memiliki loyalitas kepada Presiden dan tidak sejalan seirama dengan visi misi Presiden. Mengkoreksi para menterinya apakah mereka harus diganti ataukah hanya di geser saja.
Kita semua tahu bahwa kans untuk berebut kursi RI 1 di 2024 nanti terbuka sangat lebar, siapapun yang memiliki kekuatan politik yang bisa memenuhi parliamentary threshold maka dia berpeluang untuk maju sebagai Capres 2024.
Sebenarnya indikasi tentang siapa saja pihak yang sangat berminat untuk maju pada pencapresan 2024 nanti sudah sangat terlihat bahkan pada saat awal terbentuknya kabinet di periode kedua kepemimpinan Presiden Jokowi. Kita semua pasti masih ingat beberapa bulan lalu sempat viral sebuah video di media sosial yang di dalamnya seperti ada sebuah deklarasi untuk mendukung seseorang maju sebagai Capres 2024, hal itu kemudian buru-buru di bantah oleh jubir orang tersebut dengan mengatakan bahwa berita tersebut sengaja dibuat untuk membunuh karakter yang bersangkutan.
Kenapa terburu-buru seperti itu dalam memberikan argumen penolakan? Apakah malu karena sudah ketahuan niat busuknya, atau karena takut bahwa siasatnya untuk mengumpulkan dana guna maju sebagai Capres 2024 nanti belum cukup terkumpul, jadi takut di copot sebelum bisa mengumpulkan dana ataukah karena terbongkar akhlak aslinya selama ini?
Presiden Jokowi harus sangat berhati-hati dengan masalah vaksin Covid 19, karena jika lengah sedikit saja dalam mengawasinya, maka masalah vaksin Covid 19 tersebut dikemudian hari bisa saja menjadi seperti masalah “E-KTP” nantinya.
Dana yang sangat besar dibutuhkan untuk program vaksin tersebut, semua mata harus memelototi terus proses-proses pengadaan vaksin tersebut, jangan sampai dana yang sangat besar tersebut nantinya akan di sunat sebagian dan akan digunakan untuk maju Capres 2024 oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kita tahu vaksin ini adalah prioritas, semua orang saat ini sangat berharap sekali kehadiran vaksin tersebut agar kehidupan bisa kembali seperti semula, tapi yang namanya peluang tetaplah peluang, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan adalah perilaku umum yang biasa dilakukan, apalagi kalau duitnya gedhe.
Presiden Jokowi harus sangat berhati-hati terkait masalah vaksin covid 19 ini, harus sangat konsen mengawasi proses-proses pengadaan vaksin tersebut. Jangan sampai nantinya hal tersebut disalahgunakan oleh pihak-pihak yang bermuka dua dan tidak bertanggung jawab, yang sering berkata tentang akhlak tetapi akhlaknya sendiri dipertanyakan.
Lalu, kembali ke masalah banyak pihak yang sekarang ini terkesan “menyudutkan” pemerintah, walaupun pihak-pihak tersebut sebenarnya adalah “koalisi”, apakah benar semua itu hanyalah tentang isu reshuffle kabinet yang mungkin dalam waktu dekat akan di lakukan oleh Presiden?
Saya sendiri melihat bahwa mereka-mereka atau pihak-pihak yang sedang “rewel” tersebut sepertinya hanya sedang berupaya untuk unjuk gigi, mereka sedang mencoba menunjukan kepada Presiden bahwa mereka itu ada dan mereka itu “banyak” jumlahnya, dan kembali ke akar masalah, semua itu hanyalah tentang masalah politik, tentang masalah kursi menteri yang sedang menjadi incaran.
Reshuffle mungkin saja akan terjadi atau tidak akan terjadi, itu terserah Presiden, tetapi saya sendiri berharap reshuffle bisa segera terjadi. Menteri-menteri yang tidak loyal kepada Presiden, menteri-menteri yang visi-misinya berbeda dengan Presiden, menteri-menteri yang tidak bisa bekerja dan menteri yang berpotensi hanya mengeruk keuntungan pribadi untuk maju pada Capres 2024 agar bisa segera dicopot dan diganti, karena mereka hanya memberatkan langkah Presiden dalam rangka mewujudkan visi-misi Presiden.
Sekian.
Jayalah INDONESIA-ku.
MERDEKA !!!
Sumber Utama :https://seword.com/umum/mulai-banyak-yang-menyudutkan-pemerintah-apakah-zeXLmkMouh
Jalan Sunyi Risma Melawan Media dan Mafia
Dua minggu lalu saya ke Surabaya. Kota ini luar biasa. Sempat dihujat karena jadi kota zona hitam, tapi car Risma menanganinya secara politik dan komunikasi sangat luar biasa. Bagi saya Risma sudah melakukan segalanya untuk memastikan warganya tetap beraktifitas guna mencukupi kebutuhan harian.
Risma menolak perpanjangan PSBB. Risma juga menolak penutupan kantor, toko dan restoran. Tapi bagaimanapun dia hanyalah seorang Walikota. Kewenangannya terbatas.
Namun, untuk sebuah kota yang menjadi bulan-bulanan media selama beberapa minggu, Risma menunjukkan betapa dirinya sangat kuat dan lebih mementingkan kehidupan masyarakat Surabaya.Memang pasar sempat ditutup, tapi itu tak lama. Dibanding menutup toko-toko warga, Risma dengan cerdik memilih memberlakukan jam malam.
Saya juga sempat heran, untuk apa diberlakukan jam malam? Apa virus hanya menyebar di malam hari seperti kampret?
Tapi kemarin, setelah dari Surabaya, akhirnya saya paham. Ini adalah contoh sempurna menghadapi tekanan media, Pemprov dan medis.
Risma memilih jam malam karena memang di malam hari aktifitas ekonomi sudah menurun. Banyak orang tutup dan pulang ke rumah. Jadi daripada tunduk pada tekanan perpanjang PSBB, penutupan toko dan sebagainya, memang lebih baik berlakukan jam malam. Paling sedikit dampak ekonominya.
Bahwa kemudian Risma diledek dan dihujat media, dia pantau saja. Kalau ada orang yang berpikir seperti saya, yang menertawakan kebijakan jam malam, Risma juga diam. Karena dia tahu itu adalah keputusan politik terbaik.
Dan ketika tekanan makin besar, Risma mengeluarkan jurus drama. Bersujud di kaki dokter. Mungkin lebih tepatnya oknum dokter.
Meskipun kata Risma itu adalah cara dirinya protes dan melindungi stafnya, agar tidak disalah-salahkan, tapi sejatinya itu adalah sebuah narasi balasan dari Surabaya zona hitam.
Kita semua tahu bahwa RUSD sejatinya di bawah kewenangan Pemprov. Risma juga tahu keluhan RSUD itu bukan sebatas propaganda, tapi tekanan serius agar Risma memberlakukan PSBB ketat seperti Jakarta. Tapi dengan cerdik Risma melawan tekanan tersebut dengan satu aksi: bersujud.
Semua orang jadi ribut, pro dan kontra. Risma dikecam terlalu drama. Tapi disadari atau tidak, aksi tersebut telah mematahkan tekanan agar Surabaya melakukan PSBB ketat.
Oknum dokter sudah puas menghujat Risma. Puas melihatnya bersujud, dianggap hina dan goblok. Media dan Pemprov juga puas melihat Risma disalah-salahkan. Sampai mereka lupa untuk menekan lagi.
Sehingga kehidupan dan aktifitas ekonomi di Surabaya dapat berlangsung lebih baik dari semua kota-kota besar di Indonesia. Mall rame, ekonomi bergerak.Surabaya juga menjadi satu-satunya kota yang tidak pernah memberlakukan PSBB ketat. Bahwa sempat ada pemeriksaan ketat dan membuat kemacetan, ya itu hanya sekali dua kali saja. Selebihnya aktifitas berjalan seperti biasa.
Bahwa banyak orang pakai masker dan menjalankan protokol kesehatan, iya. Tapi cara pakainya pun lepas tutup. Bahkan masker sering kali hanya menutup mulut. Tapi kasus covid di Surabaya biasa saja. Padahal dengan logika teori penyebaran yang katanya cepat dan mematikan itu, mestinya semakin asal-asalan cara pakai maskernya, maka kasusnya pun pasti lebih tinggi. Kenapa Surabaya tidak?
Kebetulan saya punya banyak teman dan keluarga yang tinggal di Surabaya. Meskipun mereka tidak saling kenal, namun ketika bercerita, pada intinya sama saja. Mereka yakin bahwa orang yang terkena covid itu sudah jauh di atas data yang ada. Bahkan mayoritas warga Surabaya mungkin sudah terpapar.
Salah seorang keluarga saya yang tinggal di Surabaya bercerita ketika RW nya di kawasan padat penduduk dan sempit, dan punya kamar mandi bersama. Beberapa bulan lalu satu RW sudah merasakan gejala covid seperti tidak bisa mencium bau, hilang perasa dan demam.
Dan saat ada program rapid tes, ketua RW bersikeras menolak pemeriksaan. Karena semua sudah curiga bahwa itu covid. Jadi ketua RW menginstruksikan warganya sebisa mungkin mengindari kontak dari luar, dan melakukan penanganan penyembuhan sendiri. Seperti kerokan, pijat, minum jamu dan sebagainya.
Saya kaget dan takjub. Kenapa sekelas ketua RW bisa sangat cerdik berstrategi? Jawabannya karena sudah pernah kejadian, ada RW yang dikarantina, malah banyak yang mati. Yang punya penyakit jadi kambuh dan kematiannya berstatus positif covid. Yang ga punya penyakit jadi stress karena tidak bisa ke mana-mana, tidak bisa kerja, makan susah dan sebagainya.
Bagi warga Surabaya, cerita ini sudah biasa. Banyak terjadi. Tapi hanya menjadi isu lokal yang tak pernah diangkat ke media.
Dan Risma nampaknya sudah tahu bahwa semua itu sudah terjadi di kotanya. Maka jangan heran kalau Pemkot Surabaya semakin solid dan yakin bahwa mereka tak perlu PSBB atau sejenisnya. Malah gencar membagikan vitamin.
Selain itu, yang juga cukup mengagetkan adalah program swab gratis untuk warga Surabaya, dan hanya 120 ribu bagi warga yang tidak berKTP surabaya.
Banyak orang memuji, karena kota lain tak mampu melakukan itu. Bahkan harga swab di Surabaya jauh lebih murah dari harga rapid tes di Madura. Hasilnya juga sangat cepat keluar.
Tapi setelah keliling mall dan melihat-lihat aktifitas warga, akhirnya saya berpikir berbeda. Nampaknya media dan publik sedang ‘dikelabuhi’ oleh Surabaya. Mereka bukan sedang pamer kerja atau mendukung agar swab dilakukan sebanyak-banyaknya. Tapi Surabaya sedang meluruskan yang bengkok.
Swab gratis adalah cara Risma untuk melawan oknum medis yang suka mengcovidkan pasien. Swab gratis adalah cara Risma memastikan agar data positif di Surabaya tidak diotak-atik untuk tujuan politik.
Ketika semua ditata dengan sewajarnya, maka itulah hasil dan angkanya. Biasa. Karena sudah tidak ada lagi pasien yang dipaksa tanda tangan positif covid sebagai syarat keluar rumah sakit. Tidak ada lagi korban tabrakan yang divonis covid.
LUAR BIASA!!!
Cerita ini sejatinya tak ingin saya tuliskan. Atau bahkan tak akan pernah saya ceritakan. Karana bisa jadi bumerang bagi Surabaya dan Risma. Tapi melihat keteguhan politik Risma, ibu-ibu ini nampaknya jauh lebih cerdas dari penampilannya yang sederhana. Jauh lebih nekat dari jenderal.
Mungkin setelah ini Surabaya dan Risma akan diserang dan ditekan lagi. Tapi saya tak yakin itu akan seberhasil narasi “Surabaya zona hitam.”Sumber Utama : https://seword.com/politik/jalan-sunyi-risma-melawan-media-dan-mafia-0svBZgVf6a
Tuduhan Sadis SJW ke Jokowi: 200Ribu Ha Ditukar dengan Nama Jalan di UAE, Ciduk!
Saya melihat ada SJW-SJW jahat yang mulai menjadi-jadi. Mereka sampai saat ini, tidak ada yang pernah diciduk oleh kepolisian. Paling banter hanya seorang SJW yang ngaku-ngaku WA-nya di-hack, lalu menebarkan provokasi Anarko untuk melakukan tindakan anarkis.
Mari kita lihat keadaan saat ini, siapa SJW yang mendekam di penjara karena hasutan busuk mereka? Veronica Koman? Tidak. Dia hanya jadi buronan dan tidak bisa ditangkap-tangkap karena bikin aksi provokasi kerusuhan Papua. Siapa?
Sekarang sudah ada! Sepertinya polisi sudah bisa tanpa delik aduan, memproses si Merah, pembuat onar dengan cara menyebut Jokowi tukar ratusan ribu hektar tanah di Kalimantan dengan nama jalan di Uni Emirat Arab! Jahat! Saya sebagai rakyat, tidak rela presiden difitnah begitu, karena UU Omnibus Law.
Saya melihat bagaimana para SJW membangun narasi busuk yang tidak karuan, dengan menyebut UU Omnibus Law Cipta Kerja disebut sebagai UU Cilaka. Mereka mencoba untuk mengait-ngaitkan pengesahan UU Ciptaker ini dengan apa yang menjadi freakin’ political deal with other countries. WTF dude?!
By the way, keminggris gue udah look alike sama si SJW arsey belum?
Mereka memberikan framing busuk, membawa narasi celaka pada UU Ciptaker. Mereka mengait-ngaitkan wacana pembentukan ibu kota baru di Kalimantan, dengan UU Ciptaker.
Narasi busuk mereka begini. Dengan UU Ciptaker yang disahkan, maka intervensi asing bisa dibuat lebih mudah dilakukan di Indonesia, khususnya mengenai konsesi lahan. Mereka bisa membuat lahan-lahan terbesar di Indonesia, menggunduli hutan. Para aktivis go green pun ngeceng dan ejakulasi pemikiran.
Mereka menganggap perizinan lahan dipermudah. Artinya global warming pun akan happened so well. Kan biadab banget. Lalu ada seorang SJW, sebut saja si “Jago Merah”, alias Setan Merah dan Dajjal Kuno penyuka warna merah, mengait-ngaitkan bahwa bisnis antara Indonesia dan UAE yang membawa ratusan ribu hektar lahan, ditukar dengan nama jalan di sana. Hellaw?
Saya rasanya tahu cerita awalnya. Cerita awalnya adalah mereka ini ingin dilihat keren. Kemudian mereka cari-cari cara untuk itu. Sebenarnya SJW ini sudah ada dari dulu. Tapi mulai dikenal sejak kerusuhan Mei 2019. Dari dulu mereka menyatakan diri sebagai kelompok apolitis.
Bahkan di acara Mata Kaki, ada seorang SJW yang koar-koar bahwa polisi sangat represif dan dianggap penganiaya pendemo saat Mei 2019. Padahal yang disikat adalah orang-orang yang membuat rusuh.
Sebetulnya, bagi saya, mengecam polisi represif adalah hak kalian dan normal. Tapi ya karena kalian SJW, kalian malah mempertontonkan inkonsistensi pemikiran mereka. Sindikat.
Orang lain di mata kalian selalu salah, lebih suci dari Tuhan, holier than Thou. Lebih sampah dari HTI. Dasar ampas. Mana suara kalian saat polisi dianiaya pakai sekop oleh anggota Socialism Justice Warrior yang berpaham komunis yang ada di anggota “Kaminis”? Mendadak bungkam, sok playing victim. Polisi mendiamkan kalian saat itu. Mereka pikir, kalian hanya seonggok daging.
Tapi jangan harap saat ini kalian akan didiamkan. Kalian harus diproses hukum. Penebar provokasi harus diciduk. Dan jangan mau dibebaskan. Ini adalah tuduhan serius. Memfitnah Jokowi tukar jalan beberapa ratus meter saja di United Arab Emirat dengan 200 ribuan hektar tanah, adalah tuduhan serius.
Proses hukum si Merah! Langsung saja buktikan di meja Hijau. Kalau perlu, langsung polisi yang turun tangan, kalau perlu turun kaki. Saya sudah gerah sama orang-orang ini. Ngomong pakai analisis dangkal. Modal dengkul. Sok jagoan, tapi nanti lihat saja, pasti playing victim. Padahal hanya disuruh berasksi meja hijau. Wkwkwk.
Kalau pun ada kerja sama bisnis antara Indonesia dengan United Arab Emirate yang dipermudah oleh UU Omnibus Law, memangnya itu membuat mereka jadi bos atas tanah air kita? Tidak. Justru UU Omnibus Law ini membantu para pekerja dan para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
Kalian sok nasionalis, tapi ternyata antek Australis dan Amerikis.
Tolong untuk urusan bisnis, jangan dicampuradukkan dengan urusan konsesi lahan maupun invasi dan kolonialisme asing versi kalian! SJW busuk ini mencampuradukkan kedua hal ini dengan keji dan membuat narasi busuk. Ini yang kita lawan. Kita harus secara profesional membedakan antara framing busuk dengan deal bisnis!
Kebencian saya dengan SJW ini sudah membuncah. Tidak ada lagi hal baik yang bisa saya katakan kepada SJW. SJW ini bukan Social Justice Warrior. Tapi lebih ke arah Sakit Jiwa Warrior. Semuanya seperti orang yang terkurung dalam tempurung kura-kura.
SJW ini jahat. Mereka punya agenda terselubung. Sindikat busuk. Membusukkan pemerintahan negara Indonesia. Jokowi diserbu, Luhut dimaki-maki. Mata Kaki jadi Tuhan mereka. Mereka tidak seperti Seword yang berpikir terbuka, mereka sempit. Kami progresif. Terbuka adalah Seword, tertutup adalah SJW.
Begitulah kura-kura.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tuduhan-sadis-sjw-ke-jokowi-200ribu-ha-ditukar-E1rWr6cAKZ
Tak Bisa Jaga Ucapan, Gus Nur Ditangkap, Sekarang Jadi Tersangka
Saya tak begitu kenal orang ini. Baru kali ini saja namanya disorot banyak media, makanya jadi tahu sepak terjangnya.
Gus Nur diduga melontarkan ujaran kebencian dalam acara yang diunggah di akun Youtube Refly Harun pada 18 Oktober 2020 lalu. Video yang berdurasi hampir setengah jam itu berjudul 'Setengah Jam dengan Gus Nur, Isinya Kritik Pedas Semua'.
Sekitar menit ke-4, Gus Nur menyampaikan pandangannya bahwa NU berubah saat memasuki rezim yang berkuasa sekarang.
Pernyataan Gus Nur yang jadi kontroversi adalah bahwa "NU saat ini dapat diibaratkan sebagai bus umum--yang sopirnya dalam kondisi mabuk, kondekturnya teler, keneknya ugal, dan penumpangnya kurang ajar". Dia mengibaratkan para penumpang bus tersebut menganut pemikiran liberal, sekuler, dan merupakan PKI.
Nyebut PKI, inilah yang mungkin membuatnya kena masalah. Sekarang bisa dibuktikan, siapa yang sebenarnya ugal-ugalan dalam berbicara.
Akibat perbuatannya itu, banyak yang marah dan mengecam. Tidak lama kemudian, beberapa orang mulai melaporkan Gus Nur. Salah satunya dilaporkan oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, Azis Hakim, atas tuduhan ujaran kebencian.
Dan sekarang, nasib buruk mulai mendatangi Gus Nur. Dia ditangkap di kediamannya di Malang dini hari tadi, dan Penyidik Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menetapkan Sugih Nur Raharja alias Gus Nur sebagai tersangka ujaran kebencian dan penghinaan.
Mulut tidak dijaga, akhirnya kena batunya sendiri. Kalau memang benci, silakan, tapi kontrol dulu emosinya, jangan meledak-ledak hingga keceplosan mengucapkan sesuatu yang membuatnya ditangkap dan menyesal. Banyak orang seperti itu, sakit hati, benci, dan mulutnya menjadi sumber bencana bagi diri sendiri.
Tadi saya bilang tidak begitu mengenal orang ini, tapi saya coba cari-cari berita mengenai dirinya, dan ternyata agak mengejutkan juga.
Menurut Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Luqman Hakim, Gus Nur tidak pantas menyandang gelar ustadz apalagi ulama. menurut dia, Gus Nur tidak menguasai ilmu agama dan hanya bisa berceramah untuk menebar kebencian dan caci maki. “Ngaji tidak bisa. Ucapannya penuh caci maki, bohong dan fitnah. Apakah layak orang macam ini digelari ulama? Apakah sengaja ingin merusak gelar ulama?” kata Luqman Hakim.
Tak bisa ngaji tapi bisa jadi penceramah? Speechless.
Menurut pengamat sosial politik Eko Kuntadhi, Gus Nur juga tidak pantas diberi gelar ustadz. "Bahkan di Pengadilan Jawa Timur, dia sudah dijatuhkan hukuman 1 tahun 8 bulan, akibat bacotnya tersebut. Kini perkaranya masih dalam tahap persidangan selanjutnya,” kata Eko.
“Saya rasa Refly pasti tahu deh, Sugik hanyalah mantan tukang obat keliling. Dia juga pemain debus untuk jualan obatnya, biar laku. Riwayat pendidikannya juga enggak jelas. Demikian juga soal pendidikan agamanya. Wong dia sendiri ngaku enggak bisa baca Al-Qur'an,” kata Eko Kuntadhi.
“Nah karena itulah Sugi kemudian banting setir, dari jualan obat menjadi jualan ayat," kata Kuntadhi.
Waduh, kalau sudah begini, saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Ilmu agamanya bisa dibilang sangat sedikit, tapi kok bisa jadi penceramah?Jualan obat menjadi jualan ayat tanpa proses yang mumpuni. Nah, ini yang harus jadi bahan pelajaran buat kita semua. Malah ditambah dengan ucapan yang seolah tidak punya etika. Asal bunyi dan penuh caci maki.
Kalau sudah begini, terima saja deh nasibnya. Sudah jadi tersangka, dan penjara pun siap menanti.
Dan buat Refly Harun, apakah tidak malu memberikan panggung untuk orang seperti Gus Nur? Rasanya Refly tidak mungkin tidak tahu latar belakang dan sepak terjang Gus Nur sebelum mengajak jadi narasumber. Setiap wawancara dan ingin mencari narasumber, harusnya cari tahu latar belakangnya dulu, apakah cocok dengan tema atau tidak. Tak mungkin bahas masalah hukum tapi undang ahli memasak. Apakah Refly kekurangan orang berkualitas untuk diajak ngobrol?
Tapi bagus juga sih, setidaknya Refly berhasil menunjukkan pada publik bagaimana kelakuannya Gus Nur. Kalau tak ada video ini, mungkin saya dan banyak orang tidak akan terlalu kenal orang ini. Dikasih panggung tapi teriakannya malah mengantarkannya menjadi tersangka.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tak-bisa-jaga-ucapan-gus-nur-ditangkap-sekarang-C97WuRtjsS
Wan Riza … Luapan Air Sungai Memangnya Bisa Milih Nerjang Orang Kaya atau Orang Miskin?
Membaca berita berseliweran mengenai rencana Pemprov DKI Jakarta akan menertibkan bangunan di bantaran sungai sebagai langkah penanggulangan banjir, terus terang saya merespons dengan biasa saja. Adanya kata “AKAN” menjadi alasan pertama saya, karena saya masih menanti kelanjutan dari kata yang berarti masih dalam tahap perencanaan itu.
Lantas, jika melihat rekam jejak selama 3 tahun terakhir dalam penanganan banjir di DKI Jakarta, saya kok tidak yakin kata “akan” yang dimaksud tadi mengarah pada sesuatu yang positif dan memberi harapan. Saya bahkan justru bertanya-tanya:
“Kelucuan atau keanehan macam apa lagi yang akan kita baca, dengar, atau lihat setelah ini mengenai rencana penggusuran bangunan ini?”
Dugaan saya terbukti. Setelah laman Kompas.com pada 20 Oktober 2020 lalu memberitakan begini …
… selang dua hari laman Kompas.com memunculkan berita mengenai pernyataan Wagub DKI Jakarta, Ahmad RiZA Patria—izinkan saya sebut selanjutnya dengan “Wan Riza”—yang berkata bahwa fokus dari Pemprov DKI Jakarta bukanlah membongkar semua rumah atau bangunan yang ada di sekitar bantaran sungai, melainkan hanya fokus pada perumahan yang dibangun di bantaran sungai.
Begini pernyataan “Wan Riza” seperti dilansir Kompas.com, yang seakan meneguhkan dugaan saya bahwa statement yang akan muncul tak lebih dari suatu kelucuan atau hal yang membingungkan.
"Perlu kami jelaskan, yang saya maksud ditertibkan itu adalah kasus banjir di Ciganjur, minggu lalu ya, kurang lebih 10 hari lalu itu terjadi karena ada perumahan yang batasnya rumahnya, bahkan pagarnya itu persis di ujung sungai atau bantaran kali. Ini pengusaha, ini orang yang berkecukupan, kok bangun rumah di pinggir sungai atau kali bantaran. Nah, ini yang menurut kami harus ditertibkan. Jadi bukan rumah-rumah masyarakat,"
Silakan artikan sendiri perkataan di atas. Namun, saya membacanya sebagai, pertama, tindakan reaktif atas peristiwa ambrolnya turap dari perumahan Melati Residence di Jalan Damai 2 RT04/RW 012 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan … yang memicu terjadinya longsor dan banjir pada 10 Oktober 2020 lalu.
Jika itu alasan utamanya, maka seandainya tidak ada peristiwa yang menyebabkan korban jiwa itu, apakah berarti Pemprov DKI Jakarta tidak akan melakukan penerbitan bangunan di sekitar bantaran sungai? Silakan terka sendiri jawabannya.
Hal yang kedua, terkait bagian dari pernyataan “bukan rumah-rumah masyarakat” (yang harus ditertibkan), berarti Pemprov DKI Jakarta saya anggap tidak berniat menyelesaikan masalah bangunan di bantaran sungai. Apa pula maksudnya coba, kalau “Wan Riza” berkata seperti tadi, t’rus dilanjutkan dengan:
”… seharusnya tidak boleh ada bangunan persis di pinggir kali, apalagi ini perumahan. Beda sama rakyat yang enggak punya uang, enggak bisa beli tanah, yang terpaksa tinggal di bantaran sungai, itu beda.”
Logikanya di mana … kok membeda-bedakan bangunan seperti itu? Lagipula, pembangunan perumahan, sekalipun tak jauh atau di atas sungai, tentu sudah mempertimbangkan segala sesuatunya agar ketika perumahan sudah berdiri, tanah di sekitarnya tidak tergerus oleh air yang bisa menyebabkan turap menjadi ambrol atau tanahnya longsor. Kecuali kalau selama pembangunan terjadi kelalaian dari pihak pengembang, itu lain perkara!
Sejauh yang saya ketahui, juga mencermati bangunan perumahan di sekitar Kali Code misalnya, justru relatif lebih aman daripada bangunan yang terletak persis di pinggir sungai, milik siapapun itu tanpa pandang bulu. Mau orang kaya, orang (maaf) miskin, pekerja kantoran atau buruh bangunan, tukang ojek pengkolan atau ojek online, kalau rumahnya di bantaran sungai … semua memiliki risiko yang sama, keles!
Oh, saya menngerti … mungkin “Wan Riza” pernah melihat aliran air sungai (baca: banjir) yang bisa membedakan apakah si pemilik rumah dari golongan ekonomi menengah ke atas, menengah ke bawah? Apakah sesat sebelum menghantam pondasi atau tembok rumah, aliran air itu lantas memiliki sensor tertentu, lalu ketika terdeteksi penghuni rumahnya “masyarakat biasa”, lantas segera kumpulan air segera berbelok … naik sedikit sambil belak-belok, lalu menghantam perumahan yang misalnya berada dalam radius 20-50 meter di atasnya. Sakti bener tuh air ... dikendalikan Aquaman kali ya! Hahaha ...!
Ah, bisa panjang rasanya kalau pernyataan “Wan Riza” tadi diteruskan daftar pertanyaannya. Termasuk dengan ungkapan “bukan rumah masyarakat” yang akan dibongkar tadi. Lha, memangnya kalau tinggal di perumahan tidak termasuk masyarakat? Oh, mungkin mereka termasuk golongan JKT48, yang pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu tidak memilih Anies-Sandi, jadi langsung dimasukkan dalam kelompok “bukan masyarakat”. Cukup gendeng, kan?
Ah, kita tunggu saja lawakan macam apa lagi yang akan disajikan oleh Pemprov DKI Jakarta terkait rencana “akan melakukan pembongkaran” tadi. Kita lihat apakah mereka cukup berani membongkar perumahan Melati Residence, kalau memang izinnya sudah jelas, resmi, dan tidak semudah omongan “Wan Riza” kalau hendak menertibkan (baca: membongkar).
Wan Risa … Wan Riza … bilang saja kalau tidak berani bongkar. Lagipula, kalau ente sampai biarkan rumah-rumah, yang ente sebut masyarakat tadi, tetap di bantaran kali t’rus kena terjang banjir … nanti ente mau sebut komentar apa dan mau salahkan siapa? Pak Jokowi yang salah? Hahaha …! Lawak bener dah!
Begitulah kura-kura….
Sumber Utama : https://seword.com/politik/wan-riza-luapan-air-sungai-memangnya-bisa-milih-8TX50xbTo4
Alamak Five Vi Mendadak Relijius Sampai Membid'ahkan Maulid, Ternyata....
Berapa lama seorang Kiai belajar mendalami agama? Contohnya KH Mustofa Bisri. Berapa lama beliau menempuh pelajaran dan apa saja suka dukanya yang telah beliau lewati?
Tentu saja betapa gigihnya beliau, dan pasti pengorbanan dan usaha keras telah dilakukannya.
Namun, beliau tetap tawadhu, berusaha terus melawan diri, yaitu arogansi, kesombongan, dan tentu saja sifat-sifat lainnya.
Karena bagaimana pun, selama manusia itu hidup di dunia, potensi berbuat baik dan buruk selalu ada. Disinilah dibutuhkan akal dalam mengolah dan menganalisa perjalanan hidup.
Akal berfungsi menalar atau menganalisa teks-teks yang diterima. Bahkan dalam AlQur’an suci pun ada ajakan berpikir “Tidakkah kamu memikirkannya?”
Jika Qur’an mengajak dan atau memotivasi agar akal digunakan dalam menafsir dirinya, maka masa sih hadist-hadist tidak demikian?. Sudah umum kalau hadist itu kedudukannya di bawah Qur’an, tentu saja akal sehat harus mencari tahu isi hadis-hadist itu.
Maka karena itulah, muncul istilah-istilahhadist dhaif (atau hadist lemah), hasan, masyur, shohih, mu’tawwatir atau hadist yang banyak perawinya, bahkan ada namanya hadist maudhu atau hadis palsu (hadis hoax dan fitnah mungkin kalau zaman now).
Dengan banyaknya hadist dan dalam upaya mengolong-golongkannya, apakah ini tidak menggunakan akal dalam memilah-milahnya? Disinilah pentingnya berakal. Bukankah agama itu untuk orang berakal? Kalau ngak berakal bagaimana bisa disebut beragama?
Nah, fenomena belakangan ini banyak hal-hal yang bisa dibilang lucu tapi membuat banyak orang dongkol. Misalnya, seorang artis yang mungkin sudah jenuh hidup glamour atau sudah tidak laku lagi di jagad dunia hiburan, tiba-tiba mendadak relijius, lalu ikut pengajian versi tukang bid’ah atau tukang haram.
Sebenarnya sih bagus kalau seorang artis jiwa spiritualnya bangkit dan mengolah dimensi metafisika itu, agar kebahagiaan sejati tidak perlu menghabiskan waktu dan uang dalam mencarinya di luar.
Namun sayangnya, para artis yang mendadak relijius itu bukannya sibuk pada diri batinnya, tapi justru membuat pernyataan-pernyataan yang sebenarnya tidak berdasarkan akal sehat, tapi justru hanya doktrin yang ditelan bulat-bulat, kayak eek yang bulat-bulat itu loh. Kan jijik.
Misalnya, diberitakan Five Vi (namanya yang kurang islami sih), dia artis yang saat ini sudah memakai cadar, dan tentu sangat berbeda jika pemirsa browsing cari namanya di internet untuk masa yang lalu, sebagai pria normal pasti ngiler juga kalau lihat pose-pose yang aduhai itu. Astagafirullah…afwan akhi wa ukhti…
Tokoh-tokoh sekelas KH Mustofa Bisri, Prof Quraish Shihab, dan yang lainnya belajar agama sangat lama dan intens, tapi mereka tidak menyatakan bahwa Maulid Nabi Muhammad SAW itu bid’ah, bahkan mereka tidak mensesatkan mazhab lain, misalnya Mazhab Islam Syiah Ahlulbait. Bahkan mereka tidak begitu mudah mengeluarkan pernyataan bahwa kredit itu haram.
Orang-orang berilmu itu pastilah sangat bijak, sehingga ketika ada masalah-masalah umat atau masyarakat, itu dianalisa dulu, seperti soal kredit. Sedangkan orang-orang yang memang IQ-nya masih jongkok belum bisa bijak atau susah bijak, begitu mudah mengekor dengan apa yang telah mengdoktrinya, misalnya membid’ahkan maulid nabi, karena sesuai keterangan yang didengarkan dari gurunya.
Siapa guru Five Fi? Yahh kalau sudah membi’dahkan maulid, itu sangat mudah diketahui siapa-siapa saja mereka yang selama ini gencar membid’ahkan, yang ini haram itu haram, kerjanya cuma mengharam-haramkan. Padahal nabi dulu dengan susah payah mengajak orang kepada Islam, ini justru muncul orang-orang yang gemar bi’dah-bid’ahkan dan mengharam-haramkan sehingga tak hadir emphati atau simpatik.
Kita tahulah, kelompok pengajian Five Vi ini bukan cuma terkesan eksklusif, meskipun mereka tidak mengaku eksklusif, namun cara berpakaiannya saja sudah tampak, tapi mereka mengatakan “Ini pakaian sunnah” Padahal Abu Lahab dan Abu Jahal kan orang Arab juga dan pakaiannya juga yahhh samalah. Fungsi pakaian kan menutup aurat sesuai ajaran Islam, bukan perlombaan membuat model lalu diklaim sebagai pakaian sunnah.
Jika Islam itu sangat kaku seperti itu, sungguh tidak akan sebanyak ini pengikutnya. Karena Islam itu universal dan bisa memasuki banyak budaya di dunia maka mudah diterima.
Namun gelombang yang terjadi sekarang justru ada upaya agar Islam ditampilkan dengan kaku dan kolot kayak model-model yang mengaku Hijrah tapi kerjaannya cuma membid’ahkan dan mengharam-haramkan.
Di zaman Nabi memang tidak melakukan maulid karena beliau kan masih hidup. Maulid yang dilakukan umat Islam itu harus dilihat apa fungsinya dan peranannya. Dan yang namanya ekspresi kecintaan itu tidaklah kaku.
Mending melakukan Maulid daripada anak-anak muda itu ikut demo-demo yang konyol lalu mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan berekspresi, padahal fasilitas umum dirusak.
Kalau Five Vi dan beserta guru-gurunya ngak setuju melaksanakan maulid dengan berdasarkan hadist-hadist atau riwayat yang diyakininya, yahh dikonsumsi sendirilah, ngak bijak dan ngak tampak mengedepankan akal sehat kalau membid’ahkan dan koar-koar di social media. Tapi bagusnya kalau mau berdiskusi dengan para Kiai sepuh dari berbagai mazhab atau ormas.
Untuk Ukhti Five Vi, ingatlah manusia itu makhluk beragam, pikiran dan bentuk fisiknya tidak ada yang akan sama satu sama lain. Dan Tuhan adalah maha Jomblo atau tunggal, atau satu-satunya dari yang satu, maka sesama makhluk beragam janganlah berlagak suci dan merasa paling benar menganut agama Islam.
Islam memang satu, tapi manusia itu banyak dan pikirannya berbeda-beda, maka karena itulah bisa muncul mazhab-mazhab, ormas-ormas, dan bahkan setiap mesjid bisa beda-beda bentuknya meskipun cirinya ada kubahnya.
Maulid Nabi Muhammad SAW bagi saya itu adalah ekspresi kerinduan. Meski shalawat selalu terucap, akan tetapi kerinduan itu biarkanlah terus bergema, karena saya yakin, Allah SWT itu maha adil, pengasih dan penyayang, karena itulah ada yang namanya Syafaat.
Maka orang-orang yang melakukan maulid Nabi Muhammad SAW karena kerinduannya terus bergema tentu harapannya adalah syafaat, dan itu adalah tanda bahwa orang yang melakukan maulid itu adalah hanya hamba sahaya yang tak luput dari dosa alias bukanlah manusia yang suci. Jadi kita butuh manusia suci seperti sang Nabi Muhammad SAW, memohon syafaatnya.
Ketika melaksanakan maulid, apakah mudah dengan se-izin Allah SWT kehadiran Nabi Muhammad SAW secara metafisika berada di kalangan orang-orang yang melaksanakan maulid?
Yaa Nabi salam alaika… kenapa kita senantiasa mengucapkan salam kepada orang yang secara fisik sudah tidak ada di dunia ini? bahkan dalam shalat kita?
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah(pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka (Masih) memohon ampunan" (QS. Al-Anfal 8:33)
Sumber Utama : https://seword.com/spiritual/alamak-five-vi-mendadak-relijius-sampai-membid-AZxSvcVIkN
Memahami Logika Pemprov DKI Bebaskan Warga Miskin Tinggal di Bantaran Kali
Ada yang aneh dengan wacana Pemprov DKI soal pemukiman di bantaran kali.
Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut Pemprov DKI tidak akan menertibkan warga miskin yang tinggal di bantaran kali. Hanya kalangan menengah ke atas yang rumahnya akan digusur jika didirikan di pinggir sungai. Dia mengatakan sasaran penggusuran saat melakukan pembenahan sungai untuk mengatasi banjir adalah warga kelas menengah ke atas. Mereka tinggal di perumahan atau kompleks yang terbilang bagus.
Sementara untuk warga miskin yang membangun rumah di bantaran kali akan dibebaskan dan tak akan digusur. "Rakyat yang enggak punya uang, enggak punya tanah bangun di pinggir kali, itu beda. Ini pengusaha, ini orang yang berkecukupan, kok bangun rumah di pinggir kali. Ini yang maksud kami yang harus ditertibkan," kata Rizal.
Ini adalah klarifikasi atau penjelasan lanjutan dari pernyataan sebelumnya di mana Pemprov DKI bakal menertibkan bangunan di pinggir kali yang tidak berizin. Awalnya saya pikir, mereka sudah paham dan sadar, eh ternyata masih aneh pola pikirnya.
Salah satu tempat yang akan ditertibkan Pemprov DKI adalah perumahan Melati Residence di Ciganjur Jagakarsa, Jakarta Selatan akibat tanah longsor yang menyebabkan banjir dan menewaskan satu orang warga setempat.
Setelah dilakukan pemeriksaan di lokasi, kabarnya ada dugaan bangunan tersebut dilarang untuk didirikan di bantaran kali. "Ternyata di cek oh penyebabnya aliran menggerus bangunan ini. Trus ada yang salah? Oh ada. Bangunan ini enggak boleh di bibir kali," kata Riza.
"Saya minta ke pak wali kota minta dicek, dulu izinnya gimana, IMB-nya," katanya.
Saya masih belum bisa memahami logika di balik ini. Kalau namanya komplek perumahan, seharusnya ada izin, kan? Kalau ada izin, akan ada masalah baru karena harus dicek siapa yang memberikan izin membangun perumahan di sana. Kalau tidak ada izin, tidak masalah kalau Pemprov mau menertibkan. Tapi aneh saja, perumahan menengah ke atas berdiri tanpa izin.
Dan ini yang lebih aneh. Pemprov DKI membiarkan warga miskin tinggal di bantaran kali? Ini adalah pernyataan paling lucu yang pernah ada. Ini mungkin adalah diskriminasi. Yang kaya digusur, yang miskin dibiarkan bebas.
Yang namanya bantaran kali, kalau memang tidak boleh mendirikan bangunan, haruslah adil, siapa pun yang melanggar harus ditindak dan ditertibkan. Kalau orang tidak berada, bebas tinggal di bantaran kali, lama-lama orang lain bisa seenaknya tinggal di sana.
Bukankah, baru-baru ini Pemprov DKI bakal membebaskan lahan untuk kelanjutan normalisasi sungai? Pembebasan lahan pasti akan diikuti dengan penggusuran pemukiman tak berizin dan relokasi ke tempat lain. Harusnya kalau memang rumah semi permanen tidak berizin, harus ditertibkan juga.
Intinya, siapa pun tahu, bantaran kali tidak diperbolehkan jadi tempat pendirian bangunan. Makanya sewaktu Ahok menjabat sebagai gubernur, mereka direlokasi ke rusun. Kalau tidak, sampai kapan pun normalisasi sungai takkan jalan.
Lagian pemimpin macam apa yang membiarkan hal seperti itu terjadi? Mau kaya atau miskin, setara, kalau salah ya salah. Kenapa perlakuannya beda dan pilih kasih seperti ini? Bagi yang miskin, relokasi ke rusun, ajak mereka hidup lebih layak dan manusiawi. Selain itu pemukiman kumuh bisa berkurang, dan kota terlihat lebih rapi dan tertata. Pemimpin kok poal pikirnya aneh begini sih? Makin ke sini, makin tidak masuk akal dan selalu sukses bikin orang meledak kepalanya saking herannya.
Apakah ada aturan boleh diskriminatif seperti itu? Nanti yang kaya digusur, orang yang tak mampu berbondong-bondong bangun rumah di sana. Kan, sama aja bohong..
Yang digusur itu yang melanggar ketentuan permukiman, bukan masalah kaya atau miskin.
Dari sini kita bisa paham kenapa pekerjaan normalisasi sungai di era Anies tdiak dikerjakan. Gak berani gusur. Warga yang tinggal di bantaran kali dibebaskan tinggal di sana. Gimana mau lanjutkan? Entah kasihan atau tidak berani gusur, hanya mereka yang tahu. Menggunakan logika yang aneh sehingga kepentingan besar untuk penanganan banjir jadi kacau balau dan terganggu.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/memahami-logika-pemprov-dki-bebaskan-warga-miskin-hriEsHM0TC
OJK Perpanjang Restrukturisasi Kredit, Demi Rakyat Atau Demi Bank?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah resmi memperpanjang periode restrukturisasi kredit. Kebijakan restrukturisasi kredit tersebut diperpanjang selama satu tahun dari semula yang berlaku hingga 31 Maret 2021.
Benarkah aturan restrukturisasi kredit dikeluarkan oleh OJK demi rakyat Indonesia?
Tekanan bertubi-tubi di bidang ekonomi yang menghantam Indonesia sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Memperbaiki perekonomian yang telah jatuh tidaklah semudah seperti membalikan telapak tangan, juga tak semudah seperti hanya dengan mengeluarkan aturan perpanjangan restrukturisasi kredit.
Ketika para pengusaha terpuruk kondisi cash flow nya, usahanya terancam tutup, karyawannya terancam tidak punya pekerjaan, disitulah mata rantai ekonomi yang sebenarnya sedang terjadi.Ekonomi bukanlah semata hanya terkait dengan harta atau materi semata, ekonomi yang membaik atau tumbuh ditujukan untuk memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada rakyat secara umum, entah rakyat itu termasuk dalam kelompok pengusaha (pemilik usaha) atau rakyat yang termasuk dalam kelompok pekerja (buruh).
Ya, kata kunci yang bisa menunjukan bahwa ekonomi sebuah negara mengalami perbaikan atau pertumbuhan adalah ketika taraf hidup rakyatnya juga membaik. Sedangkan ketika yang membaik hanyalah dari satu kelompok masyarakat saja, perekonomian belum bisa dikatakan membaik atau tumbuh.
Demokrasi menuntut pembagian kekuasaan secara terstruktur, dalam artian legislatif, eksekutif dan yudikatif bergerak dan berjalan sesuai dengan rel nya masing-masing dan tidak boleh saling mengintervensi. Di dalam demokrasi juga menuntut sebuah pemerataan ekonomi, hal ini bisa terjadi ketika jalur-jalur distribusi tersedia dan bisa dipergunakan dengan layak dan sesuai dengan semestinya. Contoh pemerataan ekonomi yang belum baik dapat dilihat dari harga-harga bahan bakar minyak di perkotaan dan di pelosok-pelosok terpencil berbeda.
Program-program penyelamatan seperti restrukturisasi yang dikeluarkan oleh OJK sejatinya bukanlah sebuah pemecah masalah bagi terpuruknya ekonomi ketika dalam masa menghadapi pandemi Covid 19. Restrukturisasi tak ubahnya hanya seperti alat pengulur waktu agar “ledakan bom ekonomi” bisa dimundurkan waktunya, restrukturisasi tidak akan bisa menyelamatkan perekonomian dan memperbaiki perekonomian. Hal yang saat ini bisa menyelematkan dan memperbaiki perekonomian adalah dengan menurunkan suku bunga kredit ke titik yang serendah-rendahnya.
Dalam sebuah restrukturisasi, bisa saja bunga berjalan, tunggakan bunga, denda keterlambatan dan segala macam penalty yang ada di dalamnya di tunda atau bahkan di hapuskan, tetapi sampai kapan hal tersebut bisa dilakukan jika restrukturisasi saja ada batas waktunya. Bukankah nantinya ketika batas waktu restrukturisasi telah selesai atau berakhir maka segala macam tunggakan dan penalty tersebut dengan sendirinya akan muncul kembali, dan itu harus dibayarkan juga, atau jika segala macam hal tersebut dihapuskan maka bank akan menjerit karena biaya yang harus mereka keluarkan untuk menutupi segala “biaya” tersebut sangat besar sekali dan bisa mengancam likuiditas yang dimilikioleh bank.
Rasio non performing loan memang terlihat masih dalam batas-batas kewajaran sesuai aturan yang berlaku, tetapi di balik itu apakah rakyat tahu kenapa rasio NPL masih bisa terlihat terjaga, bahkan ditengah kondisi pandemi Covid 19 ini.Apakah bank melakukan hapus buku terkait kredit-kredit bermasalah yang mereka milik sehingga rasio NPL mereka terkesan terjaga dengan baik, apakah bank melakukan klaim-klaim kepada perusahaan asuransi untuk kredit-kredit bermasalah yang mereka miliki ataukah bank melakukan ekspansi kredit besar-besaran sehingga membuat angka NPL bisa di tekan?
Saya rasa dari tiga hal di atas, maka kemungkinan besar bank-bank telah banyak yang melakukan hapus buku dan melakukan klaim asuransi terhadap kredit-kredit bermasalah yang mereka miliki. Untuk kemungkinan ekspansi kredit saya rasa bank tidak melakukan itu, malah bahkan sebaliknya bank malah melakukan pengereman ekspansi kredit.
Apakah aturan restrukturisasi kredit yang sudah di keluarkan oleh OJK tersebut nantinya ketika aturan itu sudah mencapai batas waktunya bisa membuat perekonomian lebih membaik?
Saya rasa jika hal itu ditanyakan kepada para pekerja di OJK, bahkan kepada Dewan Komisionernya sekalipun, mereka tak akan ada yang bisa menjawab secara pasti apakah aturan restrukturisasi tersebut nantinya akan membawa hal positif atau tidak.
Restrukturisasi bukanlah sebuah solusi, restrukturisasi hanyalah semacam alat pengulur waktu. Lalu sampai kapan kita akan hidup di tengah ancaman “ledakan bom ekonomi” seperti ini? Apakah hanya sampai batas waktu restrukturisasi tersebut selesai? Jika aturan tersebut dibuat hanya untuk memberikan waktu kepada bank agar mereka mendapatkan banyak waktu untuk bisa membentuk pencadangan, maka aturan tersebut bukanlah sebuah aturan yang dibuar demi rakyat dan demi membaiknya perekonomian, hal itu tak lebih dari sebuah upaya “penyelamatan bank” secara terselubung yang dibungkus rapi dan diberi stempel Program Restrukturisasi Kredit.
Sekian.
Jayalah INDONESIA-ku.
MERDEKA !!!
Sumber Utama :https://seword.com/umum/ojk-perpanjang-restrukturisasi-kredit-demi-rakyat-dQDmphT9Bh
Jangankan Rocky Gerung, Penipu Internasional Saja Pernah Jadi Narasumber Najwa!!
Banyak pendukung Jokowi di media sosial, yang asalnya adalah fans Najwa Shihab (berikutnya kita sebut Nana biar simple) kecewa dengan Nana karena mewawancarai Rocky Gerung, bahkan ada yang sampai marah dan mencak-mencak.
Ada pula yang membandingkannya dengan Karni Ilyas, kebetulan Karni ilyas sekarang mempunyai Channel Youtube sendiri. Dan di channelnya Karni Ilyas malah bersikap netral, dengan mengundang baik kubu pemerintah dan oposisi. Memang bicara bang Karni tidak secepat Nana, tapi itu jadi kelebihan tersendiri karena bang Karni hampir tidak pernah memotong penjelasan narasumber, sehingga mereka punya ruang untuk menjelaskan apa yang ada di dalam pikirannya.
Bagaimanapun penulis memahami, kalau banyak orang yang pintar, tapi tidak semua orang pintar tersebut mahir dalam berdebat. Sehingga model wawancara bang Karni terkadang bisa membuat kita lebih memahami pola pikir narasumber.
Terkait Rocky Gerung, penulis sendiri memaklumi kenapa Nana mengundang beliau ke acaranya. Yang pasti, bagaimanapun Rocky Gerung mempunyai banyak penggemar di kalangan oposisi, dan mengundangnya dari segi marketing sangat menguntungkan, karena bisa menggaet banyak pasar kadal gurun.
Memang Nana akan kehilangan pasar pendukung fanatik Jokowi, tapi jangan lupa kalau Nana juga punya fans fanatik tersendiri. Jadi secara hitungan matematika, masih menguntungkan sebagai langkah Nana kembali ke habitat asalnya. Penulis yakin pembaca paham habitat asalnya Nana darimana. hehehe
Alasan kedua, mungkin karena Rocky Gerung mudah untuk diundang. Maklum, namanya juga bujangan, kemana-mana asalkan suka tiada orang yang melarang.
Jadi sampai sini penulis tidak kaget, marah apalagi mencak-mencak dengan kelakuan Nana mengundang Rocky Gerung. Penulis bahkan sangat-sangat maklum, karena penulis betul-betul paham kapaitas Nana seperti apa.
Nana memang pintar menyerang orang dengan pertanyaan-pertanyaan yang cepat. Tidak semua orang pintar secara akal mentalnya kuat, jadi ketika dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habisnya, banyak yang akhirnya tersudut.
Apa artinya Nana hebat? Belum tentu, bahkan penulis tidak yakin bahwa Nana paham apa yang narasumbernya jelaskan, kelebihan Nana cuma dia pintar merangkai pertanyaan, dan tentunya mulutnya yang sangat cepat berkata-kata.
Pada akhirnya semua tidak berguna, jika sebuah wawancara tidak menghasilkan kesimpulan akhir yang bisa menjadi solusi dari masalah yang dibicarakan. Kalau cuma menyudutkan dan membuat narasumber terhina sih, banyak netizen-netizen yang ngetrolnya jauh lebih hebat, dan kritiknya lebih pedas dari Nana. Apalagi kalau netizen lagi gosipin artis, pedasnya level 100 deh.
Bukti bahwa Nana tidak sepintar yang orang-orang bayangkan adalah saat dia mewawancarai seorang penipu kelas internasional bernama Dwi Hartanto. Nana dengan asik mewawancara sang penipu, tanpa ada pertanyaan-pertanyaan kritis yang bisa membuat si penipu tersudut, bahkan Nana sendiri tidak sadar bahwa dirinya sedang ditipu.
Sudah jauh-jauh ke Belanda untuk wawancara, eh ternyata narasumbernya penipu. Kalau Nana memang pintar tentu dia akan mencari dulu rekam jejak narasumbernya bukan? Nyatanya Nana langsung saja mewawancara narasumber, tanpa melihat kredibilitas narasumbernya.
Jadi jangan aneh jika saat ini Nana mengundang narasumber yang tidak kredible seperti Rocky Gerung.
Oke lah bisa dimaafkan, mungkin tuntutan pekerjaan, dikejar target dan alasan lainnya sehingga Nana mengambil narasumber seorang penipu. Tapi bagaimana dengan sesi wawancara dimana Nana malah terlihat anteng-anteng saja mendengar kebohongan si penipu?
Apalagi kebohongan si penipu akhirnya terbongkar bukan karena ke-kritisan Nana. Ketiga hal ini membuktikan bahwa orang yang pintar bertanya dan menyudutkan orang lain dengan pertanyaannya, belum tentu adalah orang yang cerdas dan kritis, bahkan penulis yakin jika pertanyaan yang sama diberikan kepada si penanya, dalam hal ini Nana, maka belum tentu Nana bisa menjawabnya.
Kesimpulan :
Manusia diberi kelebihan yang berbeda-beda oleh yang maha kuasa. Ada yang pintar bertanya, ada yang pintar berdebat dan ada yang pintar menyelesaikan masalah dengan tindakan nyata. Jangan hanya karena kita memiliki salah satu kelebihan, kita merasa jadi orang yang paling kritis, paling pintar, apalagi berhak memaksa orang lain datang ke acara kita, hanya untuk dipermalukan.
Begitulah kura-kura.
Sumber :
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jangankan-rocky-gerung-penipu-internasional-saja-iEQoNibO0N
Jalan "President Joko Widodo" dan "Tanggul Baswedan" yang Kabarnya Sering Jebol ...
Saya sebenarnya tidak terlalu terkejut jika sampai ada negara yang menjadikan nama “Joko Widodo” untuk nama jalan, sebagai bentuk penghormatan sekaligus wujud dari eratnya kerja sama antara negara tersebut dengan Indonesia. Seperti yang baru saja ramai di berbagai berita, media sosial, dan tentunya tak luput dari ulasan beberapa penulis SEWORD saat pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) meresmikan nama jalan “President Joko Widodo” di sana.
Kalau ada kadrun yang kepanasan atau ada kelompok pembenci Presiden Joko Widodo yang kebakaran jenggot, ya biarkan saja. Kalau mau protes ... ya protes saja sama pemerintah UEA secara langsung, tapi kalau tidak bisa pulang karena tertahan di sana, risiko tanggung sendiri ya. Kayak “orang itu” lho, yang awalnya merasa bisa kabur ke Arab Saudi t’rus bisa pulang kapan saja, eh sampaii sekarang malah masih tidak jelas kapan bisa mudik ke Indonesia.
Sekali lagi ... saya tidak terlalu terkejut, karena bagi saya penghargaan semacam itu kepada Presiden Joko Widodo hanyalah terkara waktu. Cepat atau lambat, akan ada negara yang melakukannya. Meski lantas ada juga kabar hoaks yang menyebut bahwa pemberian nama jalan itu akan dibarter dengan tanah lebih dari 200 hektar di Kalimantan untuk para investor dari UEA, berita tersebut sama sekali tidak berdasar, kalau tidak boleh dibilang asal nuduh!
Nah, saat menulis soal nama jalan di UEA itu, ada seorang netizen menyinggung akan kemungkinan diajukannya nama jalan untuk area di sekitar kantor Pemprov DKI Jakarta, dimana selama 3 tahun terakhir ada seorang gubernur pilihanhasil Pilkada 2017 yang kita tahu bagaimana kualitas pemilihannya ... saya awalnya hanya menganggap itu sebagai lelucon.
“Apa urgensinya menjadikan nama orang itu sebagai nama jalan?” mungkin ada yang akan bertanya begitu.
Meskipun jika semisal Senin lusa mendadak ada usulan itu, lalu diikuti dukungan aksi massa sebanyak 7 juta jiwa, mungkiiiin saja nama jalan itu akan (terpaksa) diwujudkan. Mungkin lho yaaa! Naaaah ... tetapi saya sama sekali tak menyangka, bahkan baru ngeh kalau ternyata sebelum ada jalan “President Joko Widodo” di UEA sana, sudah ada terlebih dahulu pemakaian nama “Baswedan” untuk sebuah tanggul di Jakarta.
Ya ... ada *Tanggul Baswedan yang terletak di daerah Jati Padang, Jakarta Selatan , tepatnya di RW 06, yang dibuat pada 2017 lalu, dengan disertai ucapan terima kasih warga setempat melalui spanduk yang terpasang dengan cukup besar. Begini tulisannya:
Sebagai wujud kecintaan dan terima kasih warga kepada Gubernur DKI Jakarta (H. Anies Baswedan) yang begitu perhatian dengan warga Jatipadang yang terkena musibah tanggul jebol di RT 03/06 maka warga sekitar menyebutnya dengan TANGGUL BASWEDAN.
Akan tetapi, kalau kalian menyangka bahwa air akan sungkan menggenangi rumah warga yang begitu memuja DKI-1 tersebut, Anda jelas akan keliru. Dahulu, tak lama setelah Tanggul Baswedan dibuat, ada berita bahwa justru air yang lewat melebihi ketinggian tanggul, seperti pernah diulas oleh “Ayyas” pada 08 Februari 2018 di artikel:
Ada pula berita kritikan dari pengamat kebijakan publik, awal April 2019, yang menyebut bahwa Tanggul Baswedan itu sering jebol akibat kurangnya pengawasan dari “si pemilik nama tanggul” yang berimbas pada jeleknya kualitas tanggul, sejak awal dibuat sampai ketika dilakukan perbaikan. Lantas, kisaran Februari 2020 lalu ada berita mengenai banjir di tanggul yang sama, yang justru dijadikan hiburan oleh anak-anak untuk berenang. Hebat kan, nggak usah ke kolam renang untuk sekadar berenang!
Mengharapkan pengusutan terhadap dugaan adanya korupsi dalam proyek perbaikan, yang mana kalau digarap serius dengan bahan yang bagus, masa' iya sering jebol ... itu sama dengan mengharapkan punuk onta menjadi lurus. Kalau bahasa Srimulat ... itu adalah hil yang mustahal!
Jadiiii ... kalau untuk urusan tanggul yang menyebut namanya saja, bisa dibilang pelaksanaannya ambyar dan justru kerap menimbulkan masalah baru ... apalagi yang bisa kalian harapkan, wahai warga DKI Jakarta,terkait penanganan banjir sampai 2022 nanti? Ingatlah bahwa sampai 16 Oktober 2022 nanti, masih ada dua kali Desember-Januari, tepatnya Desember 2020-Januari 2021 dan Desember 2021-Januari 2022 ... yang menjadi puncak musim penghujan!
Kesiapan mental perlu dilakukan sejak sekarang, bahkan tak hanya warga yang rumahnya berada di sekitar Tanggul Baswedan, tapi di seluruh wilayah DKI Jakarta ... sambil berharap bahwa penanggulangan banjir mulai diperhatikan dengan lebih serius lagi. Hanya, saya perlu ingatkan, jangan sampai terlena dengan janji yang terucap dari mulut manis Gubernur maupun Wakil Gubernur DKI Jakarta ... karena 3 tahun terakhir, belum ada bukti konkret soal penanganan banjir di Ibu Kota Negara, yang tak lama lagi akan menjadi mantan kalau Ibu Kota yang baru sudah berpindah.
Tabahkanlah hati kalian, perbanyak bersyukur, dan biarkan kami membantu menyalurkan uneg-uneg lewat tulisan-tulisan soal kebijakan dan program AB sampai 2022 nanti. Hahaha ...!
Begitulah kura-kura....
Sumber berita:
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jalan-president-joko-widodo-dan-tanggul-8A9JBre6Xj
Kepada Buruh dan AHY, Dengarkan Cerita Mahfud MD Tentang UU Omnibus Sebelum Demo!
Penampilan Mahfud MD dalam acara ILC beberapa waktu lalu sukses membuat oposisi tercengang. Gatot, Amien Rais hingga Cikeas dibuat tak berkutik. Kali ini saya tertarik mmebahas dari segi UU Omnibus law. Terkadang maksud baik bila diplintir sebagai sesuatu buruk oleh pihak-pihak tertentu bisa jadi menakutkan. Baiknya sebelum demo pahami dulu apa yang melatar belakangi keluarnya undang-undang ini. Meski tak paham isi, kalau tahu dasarnya maka tak akan mudah dipengaruhi pemikiran-pemikiran sesat yang kadang memutar balikkan fakta.
Sekitar bulan Juli ada berita perbandingan produktivitas buruh RI dengan negara lain. Dilansir dari CNBC, tingkat produktivitas pekerja di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain. Parahnya berita lain menyebut upah kita termasuk paling mahal. Seperti yang dikatakan Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menyebut upah buruh di Indonesia terbilang mahal di Kawasan ASEAN, namun sayangnya tak dibarengi dengan produktivitas.
"Ini yang menyebabkan kenapa investor lari ke Vietnam, karena labour cost mahal tapi tak diikuti dengan produktivitas," ujarnya dalam Webinar CNBC Indonesia "Lulusan Vokasi Menjawab Tantangan Ekonomi Nasional" di Jakarta, Kamis (9/7/2020).
Pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan tingkat produktivitas pekerja Indonesia dalam periode 2010-2017 masih berada pada level rendah, dengan hanya tumbuh 3,8%, lebih lambat jika dibandingkan negara tetangga. Diketahui tingkat produktivitas di Thailand mencapai 5,3%, Vietnam 5,8%, Filipina 4,1%, dan Kamboja 4,3%. Bahkan indikator Total Factor Productivity (FTP) Indonesia pada periode yang sama tumbuh -1,5%.
Tentunya para buruh di Indonesia harus sadar bahwa seiring dengan perkembangan teknologi, keahlian yang dibutuhkan juga bertambah. Kalau yang selama ini yanh dipikirkan kapan perusahaan menaikkan gaji, maka saat ini pertanyaan berubah menjadi apa yang harus dikuasai agar bisa terus bertahan di perusahaan. Ini dari segi buruh, lantas bagaimana dari segi perusahaan atau investor. Cerita Mahfud MD di ILC mengungkapkan bagaimana sulitnya investasi di Indonesia hingga melahirkan UU Omnibus law.
Pertama, menurut cerita Mahfud, dulu ketika pak Alwi Shihab di jaman pak SBY menjadi duta besar untuk urusan keliling di Timur Tengah, tujuannya membawa beberapa investor. Dari negara-negara OKI, mereka membawa ratusan juta US Dollar untuk investasi. Saat itu langsunh diterima pak SBY dan diberi karpet merah oleh wapres, JK. Ternyata sesudah mau dieksekusi malah tidak bisa karena katanya bertentangan dengan peraturan ini. Sesudah masuk di eselon dua sebuah departemen ada Kepresnya ini, ada aturan lain yang tak membolehkan. Ada juga alasan Undang-Undang lain nomer sekian yang menghambat. Akhirnya para investor keburu pulang padahal sudah datang ke sini. Inilah penyebab munculnya pemikiran untuk menyerdehanakan peraturan.
Kedua, ketika tahun kedua Jokowi jadi presiden, dia pergi ke Tanjung Priok melihat dwelling time. Bongkar muat kapal membutuhkan waktu cukup panjang hingga 7-8 hari. Beliau bertanya apa tidak bisa dilakukan selama 2 hari dan dijawab bisa oleh Darmin Nasution. Ternyata di lapangan tetap tidak bisa dilakukan karena setelah ditata, ada Undang-Undang lain yang beda. Sesudah diselesaikan di bea cukai, di imigrasi beda lagi. Ketika pak Luhut jadi Menkopolhukam, beberapa orang seperti Mahfud MD, Jimly Assidique, dan Indiarto Senoaji diundang untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Luhut mempertanyakan bagaimana menghadapi aturan yang banyak dan dijawab para pakar dengan membuat Omnibus Law (cerita tahun 2016). Setelah dikerjakan, tiba-tiba Luhut direshuffle ke Menteri Kemaritiman.Waktu itu terpikir kalau Jokowi ingin menyerdehanakan aturan-aturan di Indonesia. Mahfud MD terlibat di pembahasan tingkat Kemenkumham hingga mengikuti seminar skala internasional untuk mempelajari cara menata regulasi. Masalah-masalah seperti tumpang tindihnya peraturan dan membuka lapangan kerja yang melandasi keluarnya UU Omnibus Law. Mahfud membongkar bahwa Said Iqbal bolak-balik ke kantornya meminta 13 usul dan sudah ditampung. Dalam artian sudah didiskusikan dan pasalnya berubah. Artinya proses penyerapan aspirasi sudah jalan.
Kalau saat ini banyak demo-demo oleh para buruh, apakah mereka sudah bertanya pada Said Iqbal sejauh mana komunikasi dengan pemerintah. Apakah mereka paham kalau produktivitas mereka dicap terendah dengan tuntutan upah yang begitu tinggi? Apakah mereka pernah menempatkan posisinya sebagai pemilik perusahaan? Meski aset di mana-mana, hutang perusahaanpun tak kalah banyak. Ketimbang membayar gaji karyawan dengan pendidikan rendah dan tuntutan tinggi, mending mengganti pekerjaan dengan robot dan hanya memperkerjakan satu dua orang lulusan S2. Pernahkah buruh-buruh tersebut memikirkan hal demikian?
Untuk Demokrat dan AHY, harusnya kalian semua bertanya pada SBY apa penyebab investor Timur Tengah kabur di jamannya. SBY tentu belum pikun terkait rumitnya aturan di jamannya. Kalau begitu kenapa tak mendukung UU omnibus law yang jelas-jelas solusi bagi investor? Demokrat dan Cikeas malah memilih menjadi pecundang dengan memanfaatkan kebodohan sebagian rakyat untuk membuat kerusakan dan penolakan. Sekarang kita tahu, bukan hanya rakyat kita saja, tapi para mantan penguasa yang kaya raya juga ikut menghambat Indoensia untuk menjadi negara maju. Tapi selama Jokowi berkuasa, artinya Tuhan lebih sayang rakyat Indonesia ketimbang musuh dalam selimut.
Begitulah kura-kura
Referensi:
Sumber Utama : https://seword.com/politik/kepada-buruh-dan-ahy-dengarkan-cerita-mahfud-md-sV8U9joBnp
Menantang Said Iqbal : "Bisa Ngga... Bisa Ngga... Bisa Ngga???"
Di Indonesia ini, tokoh buruh yang paling rajin protes pada pemerintah itu cuma satu nama, yaitu Said Iqbal. Bayangkan saja, lebih dari setengah hidupnya, dia habiskan sebagai pemimpin buruh, Itu kalau kita menghitung Said Iqbal yang lahir tahun 1968, dan tahun 1992 sudah menjadi pemimpin buruh. Jadi sejak usia 24 tahun, hingga sekarang tahun 2020, Said Iqbal menjadi pemimpin buruh atau sekitar 28 tahun sudah menjadi pemimpin buruh. Namun, apa prestasi yang dia torehkan bagi dunia buruh Indonesia, selain mengeluh-mengeluh-mengeluh dan protes-protes-protes? Tak ada! 28 tahun Said Iqbal menjadi pemimpin buruh, gagal untuk menciptakan buruh Indonesia yang disiplin, berkecakapan dan profesional.
Kalau saya menelaah protes-protes dan keluhan-keluhan yang Said Iqbal sajikan atas nama buruh Indonesia, kebanyakannya kalau bukan tentang gaji atau upah yang selalu kurang, jam kerja yang kebanyakan, atau hak-hak buruh yang tidak terpenuhi, juga protes tentang banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia. Tapi dari sisi kualitas, disiplin dan tanggung jawab buruh terhadap perusahaan, jelas itu tidak menjadi perhatian dia. Padahal, di era globalisasi dan pergerakan yang sangat cepat akibat meningkatnya teknologi yang tajam, buruh itu tak hanya harus bersaing dengan sesama buruh, tapi juga harus bersaing dengan mesin.
Saya tidak tahu, apakah Said Iqbal memiliki usaha produksi atau usaha yang padat karya. Yang saya tahu, kehidupan pribadi Said Iqbal itu sangat nyaman, bak seorang raja. Tapi saya pikir, Said Iqbal tak memiliki usaha produksi atau usaha yang padat karya. Karena kalau Said Iqbal memiliki usaha yang padat karya, pasti dia bisa merasakan getirnya jadi pengusaha di Indoensia yang selalu merasa terancam dan diancam oleh permasalahan buruh yang tidak profesional, tidak disiplin, dan banyak tuntutan. Kalau Said Iqbal punya usaha yang pada karya, sikap dia pasti akan sedikit lebih mendidik mengedukasi dan tak hanya melulu menyalurkan keluhan. Atau bahkan Said Iqbal bisa berpikir terbalik bahwa buruh bisa menuntut apa saja ketika kualitas kerja mereka bisa dipertaruhkan di atas meja.
Kesalahan fatal dari pemikiran buruh dan Said Iqbal adalah membandingkan upah dengan kebutuhan. Namanya manusia, mahluk yang tak memiliki batas kepuasan, kebutuhan pun tak memiliki batasan, bagaimana bisa menuntut upah atau gaji untuk menutup seluruh kebutuhan? Contohnya saya sendiri. Tahun 1992 saya bekerja dan bergaji Rp 250 ribu per bulan. Tahun 1994,gaji saya sudah Rp 350 ribu. Lalu saya pindah kerja di tahun 1996 dan memiliki gaji Rp 1.5 juta. Logikanya, kalau kebutuhan sehari-hari yang sudah saya jalani selama 4 tahun bisa bertahan dan tertutupi oleh gaji sebesar Rp 350 ribu, kenapa ketika saya bergaji Rp 1.5 juta, saya tak bisa menabung sebesar Rp 1 juta setiap bulan? Lalu saya pindah kerja lagi dan bergaji Rp 5 juta, tetap saja saya tidak bisa menabung Rp 3 juta... itu artinya bahwa kebutuhan itu tak bisa ditutupi oleh gaji apalagi upah. Karena semakin besar gaji, semakin banyak kebutuhan sekunder yang muncul. Bahkan kebutuhan tersier nyundul-nyundul. Dan besaran upah yang ditentukan oleh pemerintah berdasar pada kebutuhan primer satu orang.
Said Iqbal juga sepertinya tak paham bahwa Indonesia ini masih termasuk satu negara dengan tingkat jumlah produksi yang masih sangat kurang. Artinya, jika buruh menuntut terlalu banyak libur dan cuti dan pengurangan jam kerja, otomatis itu akan memperburuk angka produksi Indonesia. Terlebih, buruh Indonesia ini terkenal memiliki etos kerja yang payah. Tidak seperti buruh dari negara tentangga. Tapi kalau protes dan berunjuk rasa, tingkah para buruh sudah sangat besar kepala, seakan-akan mereka semua adalah tenaga-tenaga yang over qualification.
Dan hari ini, saya mendapatkan satu video di group Penulis Seword, dimana ada seorang buruh yang sedang mendorong sebuah mesin pengecat marka jalan. Si buruh itu terlihat berjalan, namun di samping kanan buruh tersebut terlihat pula pembatas jalan yang tiba-tiba berwarna hitam. Seling seling antara warna hitam dan warna semen. Saya perlu sekian detik untuk memahami video tersebut dan setelah paham, saya merasa sangat takjub dengan hasil kerja si buruh !! Bayangkan, dia hanya berjalan, tapi dia mampu berjalan dengan konsisten dan si buruh juga mampu menekan tombol mesin pengecat dengan ketukan yang sama konsistennya untuk menyemprotkan cat hitam, sehingga menghasilkan satu hasil kerja yang menurut saya memiliki presisi yang tinggi, rapi tidak belepotan dan cepat!! Daaaaan, si buruh tidak terlihat merokok dan/atau memegang handphone. Bukan apa-apa, pemandangan buruh bangunan atau buruh proyek yang merokok dan memainkan HP itu sudah menjadi biasa dan itu yang membuat kualitas mereka tidak maksimal, entah dari hasil kerja ataupun kecepatan kerja. Di kita ini, buruh bangunan kalau ditegur tidak boleh main HP selama bekerja, apalagi ditegur jangan merokok selama bekerja, besoknya ga datang lagi.... padahal upah buruh di Indonesia terhitung mahal jika dibandingkan upah buruh di negara lain. Ini buruh loh, bukan tenaga ahli...
Seandainya video itu adalah adalah video buruh Indonesia yang mengecat pembatas jalan tol di Indonesia, waaaah saya akan merasa sangat takjub dan video seperti di bawah ini patut untuk diviralkan. Bahkan nama buruh tersebut wajib dicari, karena dia bisa menjadi role model buruh masa kini. Tapi entah kenapa, pikiran saya otomatis menduga bahwa itu adalah buruh di luar Indonesia!
Jika pun video tersebut adalah video buruh di Indonesia, saya jadi bertanya, "Said Iqbal kok tidak menfokuskan diri untuk meningkatkan kualitas buruh seperti buruh pada video itu sebelum banyak menuntut?". Nah, inilah tantangan untuk seorang Said Iqbal...Bisakah Said Iqbal menciptakan kualitas buruh Indonesia yang cepat, tepat dan rapi hasil kerjanya seperti buruh pada video di bawah ini? Jika bisa, percaya deh kemajuan Indonesia akan lebih cepat tercapai dan Said Iqbal akan menjadi raja beneran! Lah ini.... buruh malah disibukkan untuk berunjuk rasa.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/menantang-said-iqbal-bisa-ngga-bisa-ngga-x5NMGfn08O
Setahun Jokowi-Amin, Jangan Kaget Dengan Perubahan Ini!
Masih ingatkah akan kebijakan pertama pakdhe setelah dirinya diaulat menjadi presiden 2 periode? Setelah menggebrak Amerika Serikat dengan menarik mayoritas saham di Freeport, giliran Uni Eropa dibuat bertekuk lutut. Jokowi kekeh menolak ekspor biji nikel yang selama ini merugikan bangsa. Indonesia sebagai produsen nikel terbesar harus menjadi produsen bahan mentah dan kembali mengimpor hasil olahan nikel selama berpuluh tahun. Akhirnya baru di masa Jokowi perubahan nyata itu terjadi. Makanya SJW-SJW semua bermunculan menyebarkan penyakit kebencian.
Setelah isu Papua merdeka dimentahkan, muncul isu demo UU KPK dan KUHP. Di luar negeri juga ada beberapa negara kecil seperti Vanuatu, Tufalu dan Nauru yang terus mendesak Indonesia melepas Papua. Tapi, Jokowi tak gentar sedikitpun. Pelan tapi pasti, langkahnya membawa negara ini maju tak tergoyahkan sedikitpun. Penarikan Gerindra ke kabinet juga baru dirasakan hasilnya saat ini. UU omnibus law sebagai gerbang menuju Indonesia maju bisa disahkan karena banyaknya partai yang masuk pemerintahan. Seperti kata pengamat, andaikata komposisi koalisi dan oposisi seimbang, maka kemungkinan besar UU ini tak akan bisa direalisasikan.
Kehebatan Jokowi ini rupanya terdengar hingga jauh ke manca negara. Tak heran ada cover Jokowi dengan cerita mengenai dirinya di majalah Arab Saudi dan Jepang. Jauh sekali dari imam besar FPI, Rizieq, yang terlunta-lunta dan sempat jadi buronan aparat di dalam negeri. Jokowi juga dibuatkan patung lilin di Hongkong beserta 3 orang ternama dari Indonesia. Terakhir negara UEA bahkan mengabadikan namanya sebagai nama jalan dan masjid besar yang dalam proses pembangunan. Di dalam negeripun namanya tak kalah populer. Menurut survei Indikator, kepercayaan publik terhadap Jokowi sepanjang tahun stabil di angka 60 persen lebih.
Adanya pandemi corona tak memudarkan kepercayaan rakyat padanya karena langkah jitu seorang Jokowi. Penolakan lockdown untuk kemudian diganti PSBB dengan penyaluran bansos besar-besaran ia lakukan. Beberapa sarana pemerintah seperti Wisma Atlet dan Rumah Sakit Pertamina disulap jadi Rumah Sakit darurat untuk corona. Intensif bagi pekerja medis dan sektor UMKM ia prioritaskan. Cililan KPR perumahan dan kredit kendaraan ia perintahkan ditunda. Subsidi listrik diberikan pada rakyat kecil. Tentu saja dari awal pandemi yang ada dalam pikiran presiden adalah kesejahteraan rakyatnya. Bisa dibayangkan kalau SBY yang jadi presiden, tentu negara ini semakin anjlok ekonominya akibat lockdown seperti Filipina, India dan Malaysia.
Negara lain yang melihat kinerja presiden kita dengan undang-undang terbaru berlomba menanamkan usahanya. Ada Tesla dan 7 perusahaan dari Jepang yang sudah mengantri. Dari dalam negeri, PT Inalum juga berinvestasi 10 triliun lebih untuk pembuatan baterai. Belum lagi Pertamina yang didorong untuk membuat B30 hingga B100 dan gasifikasi batubara. Jokowi sebagai pemimpin visioner tentunya sadar bahwa di masa mendatang tantangannya akan berubah dari teknologi informasi menjadi energi. Dari corona kita belajar betapa minyak dunia bisa sangat tak berharga seketika. Tapi bagi pecinta lingkungan, ini justru situasi yang diharapkan agar bumi bisa memulihkan kembali dirinya dari emisi karbon. Lapisan ozon kembali menguat.Selanjutnya dunia akan memfokuskan peralihan dari BBM menjadi energi yang ramah lingkungan. Akan ada saatnya penggunaan minyak bumi dilarang seperti pergantian premium ke pertalite dan tipe terbaru lain. Masing-masing negara berlomba memanfaatkan mineral seperti Nikel, Kobalt dan juga energi terbarukan seperti energi matahari, angin dan sebagainya. China dan Eropa telah memulai penelitian besar-besaran terhadap bentuk penyimpanan energi seperti baterai. Nanti akan ada banyak produksi kendaraan listrik dan penemuan baterai-baterai terbaru.
Sudah saatnya kekayaan mineral kita diberdayakan. Jokowi sudah menjalankan tugasnya sebagai pemerintah untuk memaksimalkan pengolahan sumber daya alam kita. Perubahan besar yang mengalahkan pencapaian 6 presiden sebelumnya. Bahkan bisa dikatakan setahun gebrakannya di periode kedua ini setara atau bahkan lebih baik dari presiden prihatin sebelumnya. Semoga tak hanya negara lain, tapi rakyat kita lebih jauh bisa mengapresiasinya. Jokowi telah mempersembahkan kemajuan disegala bidang, giliran kita turut menyebarkan kebaikannya.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
Sumber Utama : https://seword.com/politik/setahun-jokowi-amin-jangan-kaget-dengan-perubahan-hTguEdgyHx
Jederrr! Di-”SmackDown” Irma Chaniago, Rocky Gerung Jadi Linglung!
Kalau Rizal Ramli memang pintar, serba bisa, sanggup memimpin dan dianggap pantas jadi presiden, kenapa tidak ada partai yang mencalonkan dirinya jadi presiden? Jadi walikota pun tidak ada yang mencalonkan. Kalau Rocky Gerung itu memang pintar, jenius, serba tahu, lebih pintar dari presiden, dan satu-satunya orang Indonesia yang tidak dungu, kenapa dia tidak jadi seperti Pak Habibie? Yang bahkan tinggal bilang iya buat jadi warga negara Jerman karena kepintarannya diakui di sana. Bikin pesawat atau apa gitu inovasi yang mendunia? Jadi profesor beneran di universitas ternama sehingga terkenal ke tingkat dunia? Tapi kenyataannya? Rocky ini tidak punya inovasi yang menunjukkan kepintarannya di atas semua warga Indonesia. Pernah kah mendapat penghargaan tingkat dunia, semacam hadiah Nobel gitu? Yang dilakukan Rocky hanyalah menyebut orang lain dungu, dan dielu-elukan kepintarannya oleh para kadrun. Percaya sama penilaian kadrun? Ah sudahlahhh…. hehehe… Sing waras ngalah wae.
Saya akui, memang sulit untuk mengalahkan ke-pede-an Rocky Gerung di dalam forum-forum talk show. Biasanya para perwakilan pemerintah cepat terpancing emosi duluan. Nah, kalau sudah emosi ya akan sulit mengalahkan omongan Rocky Gerung. Dan akan terpancing untuk ditarik lagi emosinya oleh Rocky ini, jadinya ya marah-marah tidak terarah. Namun, ada satu orang yang kemarin membuktikan bahwa dengan santuy, dia bisa membanting Rocky Gerung dengan telak. Situasi pun berbalik, Rocky yang jadi terbawa emosi hehehe… Dia adalah Irma Suryani Chaniago, politisi Partai NasDem. Omongannya super pedasss, sangat cocok diarahkan ke orang seperti Rocky Gerung.
Ini terjadi di acara Mata-Najwa kemarin Rabu malam (21/10), yang membahas tahun pertama Presiden Jokowi. Hadir juga Mardani Ali Sera dari PKS, Aria Bima dari PDIP, Dany Amrul Ichdan dari KSP dan Feri Amsari Direktur Pusaka Universitas Andalas (ini satu kubu sama Rocky Gerung). Feri ini juga kena smack-down oleh Irma. Ketika berdebat dengan Aria Bima, Feri menyoroti pembungkaman suara masyarakat. "Yang ditakuti rezim adalah para penyampai suara kebenaran, tadi kan disampaikan ini fitnah hoax dsb… Apakah benar kalau pemerintah anda tutup kuping tutup mata tutup bicara? Kita harus sampaikan apa yang benar pada pemerintah Anda. Itu asas demokrasi,” kata Feri. Penyebutan “pemerintah anda” ini kena sleding oleh Irma. "Sampai bilang 'itu pemerintahan Anda'. Memangnya Anda bukan warga negara Indonesia? Pemerintahan mana yang Anda akui? Kalau Anda tidak mengakui pemerintahan ini silakan pergi ke luar negeri," tegur Irma. “Itu tidak bijak. Sebagai politisi harusnya ketika ada yang baik sampaikan dengan baik. Tapi ketika ada yang memang harus ada kritisi lakukan kritisi,”lanjut Irma Sumber Dziggg! hehehe…
Ok, kita ke Rocky Gerung. Irma menyoroti kelakuan Rocky yang keterlaluan dalam mengkritik Presiden Jokowi dan pemerintah. Kritik Rocky itu dinilai sebagai caci maki dan berlebihan. Dibalas oleh Rocky bahwa caci maki dan kericuhan ada karena Jokowi tidak memperbolehkan adanya oposisi. “… jadi kekacauan terjadi karena presiden bilang gak perlu ada oposisi karena itu dia berhadapan langsung dengan suara toa lemparan cacimaki, saya mengucapkan itu juga karena gak ada fasilitas untuk menitipkan pikiran saya," kata Rocky. Loh? Ini siapa yang dungu ya? Itu PKS dianggap apa sama Rocky Gerung? Hahaha… Ampuun dahh, pemikiran yang sungguh jenius!
Dan ini balasan dari Irma, di video pertama menit ke 9:44. "Kalau mau tau rasanya kawin ya harus kawin dulu baru bisa tau, Rocky selalu berpersepsi seolah dia paling pinter paling benar, kalau di zaman Soeharto orang seperti Rocky sudah hilang… di era Jokowi Rocky mencaci Jokowi tenang aja, Feri ngomong seenak udelnya Jokowi santai aja, karena demokrasi kita ini sudah kebablasan, orang sudah merasa paling pinter, bener, dan bersih, coba berkaca pada diri sendiri dulu… jangan pernah mengatakan Jokowi represif, demo berjilid-jilid emang dilarang? gak, difasilitasi kok, tapi kalau ujaran kebencian, provokasi, kalau saya Presiden udah saya tangkap nih Rocky Gerung,” ujar Irma sambil santuy tersenyum tanpa marah-marah. Bahkan Najwa kelihatan menahan ketawa ketika Irma menyebut kata “kawin” hahaha… Video lengkapnya ada di akhir tulisan ini, video pertama ya.
Rocky sendiri juga terdengar ketawa dipaksa ketika Irma menyebut kata “kawin” itu. Dia mungkin tidak menyangka kalau ada orang di jajaran Jokowi yang bisa ngomong begitu. Dan akhirnya Rocky pun terpancing membalas Irma. Sesudah Irma menanggapi permasalahan ekonomi yang disampaikan oleh INDEF, dan ditimpali oleh Mardani Ali Sera. Namun ketika Rocky Gerung juga diminta memberikan tanggapan, Rocky berusaha membalas Irma. “Saya menanggapi pikiran, bukan bunyi-bunyian,” ujar Rocky. Ini di video kedua ya, menit ke 6:10. Sumber.
Wuidihhh, caranya memancing emosi orang ya hehehe… Langsung ke arah fisik atau hinaan. Padahal kalau saya bilang sih, Rocky sekedar ngeles karena tidak punya kata-kata buat membahas soal itu. Dia pun memilih untuk membalas smack-down Irma tadi. Halaaah, bilang aja nggak sanggup membalas omongan pintar dari orang lain yang dia anggap dungu semua itu. Itulah “orang pintar” pujaan para kadrun. Nggak sanggup berdebat sama Irma Chaniago. Rasakno! Selalu dari kura-kura!
(menit 9:44)
(menit 6:10)
Tulisan sebelumnya: Di ILC Mahfud MD “Banting” Gatot, Amien Rais, SBY! Des Des Des, Ambyarr Semua! Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor Credit foto : MataNajwa/Trans7
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jederrr-di-smackdown-irma-chaniago-rocky-3Vwwz0sUFb