» » » JANGAN Anggap Remeh COVID 19, setelah Kudus,Madura sekarang Bandung !!!

JANGAN Anggap Remeh COVID 19, setelah Kudus,Madura sekarang Bandung !!!

Penulis By on Minggu, 06 Juni 2021 | No comments

 

Migo Berita - Banjarmasin - JANGAN Anggap Remeh COVID 19, setelah Kudus,Madura sekarang Bandung !!! Kita tahu bersama , Prabowo selalu Menang telak ketika PILPRES berlangsung di pulau Madura, baik ditahun 2014 hingga tahun 2019 dan Jokowi selalu kalah disana. Namun jangan abai dengan himbauan bahkan peringatan pemerintah yang sekarang di nahkodai Pak Jokowi - Ma'ruf Amin. Jangan hanya karena, kebencian atau "Tidak Terima" atas kekalahan secara nasional, lalu mengabaikan protokoler kesehatan. Semoga setelah berada di zona Merah kembali pulau Madura dan kota-kota lainnya yang juga berlabel Merah berada di jalur Hijau.  Amin ya rabbal 'allamin.

Setelah Kudus, Sekarang Madura, Yang Panik Orang di Luar Keduanya

Ketika banyak berita soal Kudus krisis copit, zona merah dan sebagainya, saya jadi teringat dengan beberapa orang teman di sana. Saya lihat-lihat sosial medianya, nampaknya dia hidup biasa saja. Normal. Tak ada ketakutan sama sekali, bahkan tidak membahas video-video Kudus yang sedang viral-viralnya.

Justru yang ketakutan dan panik adalah orang-orang di luar Kudus. Umumnya orang-orang yang tinggal di perkotaan. Komentar mereka seperti sudah lebih paham Kudus dari orang Kudus itu sendiri.

Kebetulan saya beberapa kali lewat Kudus dan bisa melihat bahwa daerah ini relatif sama dengan daerah lainnya. Ga ada prokes-prokesan. Jadi kalau di media dan sosmed rame soal isu Kudus krisis copit, bisa dipastikan itu hanya ada di media. Di lapangan bagaimana? Ya biasa saja.

Saya sudah tanya beberapa orang soal ini. Intinya, pasar tetap ramai, toko-toko tetap buka. Orang-orang tetap berkerumun dan makan di warung. Yang petani ya berangkat bertani setiap hari. Kehidupan normal seperti biasa.

Memang ada pemeriksaan masker dan jam malam di Kota. Dan masyarakat yang punya urusan jalan ke kota, jadi beli masker lagi. Karena hitungannya jelas, lebih murah masker dibanding bayar denda.

Setelah saya perhatikan, rupanya Kudus ini punya cerita menarik. Salah satu faktor dan alasan kenapa jadi sampai viral isu Kudus darurat copit.

Jadi, Bupati Kudus yang baru menang Pilkada tahun lalu itu ditangkap karena kasus korupsi. Sehingga wakilnya terpaksa menggantikan dan jadi Plt Bupati. Dan dua minggu lalu, sang wakil akhirnya resmi dilantik jadi Bupati.

Setelah itu sang Bupati jadi sangat sering konpres. Tiap hari konpres masalah copit ini, karena Kudus memang lagi viral-viralnya.

Si Bupati ini sebenarnya dulu adalah kader PDIP. Lalu karena banyak kasus, dia pindah partai ke PKB. Konon dia juga punya hutang ke perusahaan bus, yang sampai sekarang masih belum lunas dan masih ditagih-tagih terus. Hehehe

Dari si bupati baru dilantik dua minggu lalu ini lah muncul banyak kebijakan dan keputusan soal copit. Sehingga hasilnya ada penjemputan pasien, lockdown dan seterusnya. Entah apa tujuan bupati baru itu. Apakah untuk mengalihkan isu dari tagihan hutang yang ga beres-beres. Atau mengalihkan isu dari kasus korupsi yang menjerat temannya. Karena kalau Bupatinya korupsi, masa iya wakilnya ngga tau?

Namun pada intinya, kehidupan di Kudus tetap berjalan normal seperti biasa. Rakyat taat kalau ada razia saja. Selebihnya ya hidup biasa saja.

Awalnya, saya pikir setelah Kudus, maka target propaganda media adalah Kediri. Karena masih bersinggungan. Menyerang daerah industri rokok yang terkenal ada pengusaha besarnya. Ya kita tahulah, kalau daerah ini ditetapkan darurat copit dan lockdown misalkan, pasti pengusaha rokok akan berupaya menempuh jalur-jalur tertentu agar pabrik mereka bisa tetap produktif.

Namun rupanya yang diserang duluan justru Madura. Daerah yang selama ini hidup tanpa prokes, sedang diframing seolah sudah kritis dan darurat copit. Sehingga ini akan membuat orang kota jadi ketakutan lagi. Mereka akan berkesimpulan bahwa copit ini menyerang siapa saja, dan bagi daerah yang tidak taat prokes maka akan terjadi lonjakan kasus. Mungkin begitu kesimpulan orang-orang kota.

Sebagai orang Madura, saya hanya kasihan dengan saudara-saudara saya yang mau melintasi Suramadu. Dibuat macet dan susah sebegitu panjangnya untuk hal-hal yang sebenarnya ga perlu dilakukan.

Tapi ya gimana, namanya juga rakyat kecil. Kalau bisa patuh ya kita patuh saja dulu. Karena pemeriksaannya di Surabaya. Bukan tanah kelahiran. Andai pemeriksaannya di Madura, mungkin akan lain cerita.

Hanya saja, penting untuk saya ingatkan bahwa kesabaran orang itu ada batasnya. Jangan sampai kondisi ekonomi yang sudah cukup berat, masih diberatkan dengan aturan-aturan di lapangan yang sebenarnya ga perlu.

Mungkin hari ini orang bisa sabar. Besok atau lusa? Belum tentu. Kalau tidak percaya, coba saja dibuat penyekatan permanen selama sebulan, pasti ada gesekan. Pasti.

Jadi buat orang-orang di luar Kudus dan Madura, yang ketakutan, silahkan nikmati ketakutan kalian. Tapi kalau mau melihat kenyataan dan ga takut lagi, mari datang ke tempat kami. Biar kalian tahu bedanya dunia nyata dan media seperti apa. 

Setelah Kudus, Sekarang Madura, Yang Panik Orang di Luar Keduanya

Sumber Utama : https://seword.com/umum/setelah-kudus-sekarang-madura-yang-panik-orang-eCqVeMFRkR

Peningkatan Kasus Covid19 : Setelah Kudus, Lalu Bangkalan, Hari Ini Bandung!

Tahu kah kalian, apa itu yang disebut "Tanggungjwab moral"? Pernahkah kalian bertanya apakah tanggungjawab moral ini sudah tertanam di dalam diri kalian dan menjadi bagian dari sifat atau karakter pribadi? Dengan bahasa sederhana, saya menterjemahkan "tanggungjawab moral" ini sebagai bentuk tanggungjawab kita terhadap sesuatu atau seseorang, pada posisi dimana kita sendiri tidak melakukan kesalahan.

Sering kita mendengar kalimat "Berani berbuat berani bertanggungjawab". Kalimat ini lahir karena banyak orang yang membuat kesalahan tapi kabur, atau melempar tanggungjawab atas kesalahan yang dia perbuat pada orang lain. Orang yang tak memiliki rasa tanggungjawab, disebut pengecut. Orang yang memiliki rasa tanggungjawab, disebut "A Gentleman". Sementera untuk orang yang TIDAK memiliki RASA tanggungjawab moral, disebut egois, dan yang memiliki rasa tanggungjawab moral, disebut murah hati.

Contoh kasus nyata. Satu hari saya kesasar di pedesaan karena GPS mulai ngaco menunjukkan jalan. Dengan kecepatan mobil di bawah 20 km/jam, mobil saya melaju pelan. Pada saat saya akan melintasi rumah besar dimana saya lihat ada sekitar 5 anak kecil bermain, saya melihat seorang anak laki-laki berhari kencang ke arah jalan, dimana mobil saya melintas. Secara logika, anak itu harusnya berhenti, karena posisi mobil saya sudah di depan matanya, atau dalam posisi sejajar. Tapi si anak tak menghentikan larinya, hingga dengan keras, dia membentur badan samping kiri mobil dan langsung jatuh. Saya langsung mengerem. Karena benturannya sangat keras, saya langsung khawatir, anak yang usianya baru 7 tahun ini meninggal. Melihat si anak menangis, saya lega karena artinya si anak hanya cedera. Saya turun, dan yang pertama saya cari adalah keluarganya. Sepasang tua, berlari sambil berteriak, "Kami kakek dan neneknya!". Setelah saya periksa di anak, saya tahu dia mengalami patah tulang kaki. Tanpa banyak kata, saya minta mereka untuk naik mobil, sambil berkata, "Kita langsung ke rumah sakit saja!"

Long story short, si anak harus dioperasi. Saya langsung mengurus pembayaran jaminan operasi, booking kamar dan lain-lain. Si kakek dan nenek, saya minta untuk duduk menunggu. Setelah semuanya beres, barulah saya jelaskan semuanya pada kakek dan nenek. Setelah si kakek dan si nenek bersama cucunya, barulah saya menelpon kantor polisi untuk berkonsultasi, apakah secara hukum saya bersalah? Dan polisi menjelaskan bahwa saya tidak bersalah. Namun, polisi bertanya, "Mengapa ibu membawa si anak ke rumah sakit? Ibu kan tidak bersalah!". Saya jawab, "Saya orang dewasa dan dia seorang anak, saya menolong si anak karena tanggungjawab moral saja". Dan biaya tak terduga sebesar 11 juta pun harus saya keluarkan.

Lalu apa hubungannya cerita ini dengan judul di atas? Begini yah...

Meningkatnya kembali kasus covid19 pasca lebaran di beberapa daerah, karena pada umumnya para covidiot itu tidak memiliki rasa tanggungjawab moral. Peraturan yang ditetapkan pemerintah bahwa setiap traveler harus melakukan tes rapid dan lain-lain atau memiliki SIKM, mereka anggap sebagai sebuah pemberat di tengah pandemi yang sudah berat. Para covidiot ini tak pernah berpikir bahwa peraturan SIKM ini tak hanya untuk menjamin kondisi kesehatan dirinya, tetapi juga untuk menjamin keamanan kesehatan orang lain, selama mereka melakukan perjalanan.

Pilihannya mudah saja, jika ingin melakukan perjalanan, taati peraturan, jika tak mau mentaati peraturan, jangan melakukan perjalanan. Dengan 1001 alasan, para covidiot ini berkata-kata mencari pembenaran atas kengeyelan mereka. Dan alasan yang paling standar adalah mereka menyalahkan pemerintah atau aparat yang katanya tidak 24 jam melakukan pengawasan. Atau alasan standar lain, mereka akan bilang, "Ga mati sama covid, rakyat bisa mati karena ga bisa cari makan". Padahal, bagi seorang yang memiliki tanggungjawab moral, mereka tetap bisa mencari makan sekaligus mentaati peraturan. Tidak akan muncul atau lahir istilah "Covidiot" jika mereka tidak bersikap idiot dalam menyikapi pandemi covid.

Benar kata pepatah : orang yang bersekolah tinggi tidak menjamin dirinya berpendidikan. Manusia Indonesia yang mengalami krisis covidiot ini, tidak melulu datang dari kalangan yang kurang makan bangku sekolahan. Sosok tokoh nasional saja, yang karena kepentingan pribadinya, banyak yang berubah menjadi covidiot.

Perlahan dalam ketidak pastian, pertama Pemerintah Daerah Kudus, disusul Pemerintah Daerah Bangkalan, menyatakan daerah mereka dalam kondisi peningkatan kasus covid-19 secara signifikan. Hari ini Pemerintah Kota Bandung, menyatakan hal yang sama. Kasus penularan Covid-19 di Kota Bandung, cenderung meningkat dengan penambahan lebih dari 100 kasus infeksi virus corona per hari sejak Jumat (4/6). Kasus aktif mencakup penderita infeksi virus SARS CoV-2 yang menjalani perawatan dan karantina mandiri. Peningkatan kasus penularan Covid-19 menyebabkan tingkat keterpakaian ruang isolasi di rumah sakit meningkat menjadi 79,9 persen. Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, menekankan pentingnya pembatasan mobilitas warga pada masa libur panjang guna menekan risiko penularan Covid-19.

Lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bandung yang terus terjadi, sudah membuat Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengkhawatirkan kasus virus corona bisa tidak terkendali. Kota Bandung dikhawatirkan kolaps gara-gara pandemi ini. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Ahyani Raksanegara menjelaskan, bahwa maksud dari situasi kolaps tersebut, adalah ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk dapat memberikan layanan kepada masyarakat secara maksimal, akibat beban pertumbuhan kasus yang terus bertambah.

Dokter Ahyani Raksanegara menuturkan, upaya mencegah terjadinya penyebaran Covid-19 di masyarakat pun telah dilakukan selama ini melalui benteng pertahanan secara berlapis. Di mana pada lapis pertama adalah kepatuhan dan kedisiplinan setiap individu terhadap protokol kesehatan, kemudian lapis kedua adalah dilakukannya testing, penelusuran kontak erat atau tracing, dan tindak lanjut perawatan pada pasien Covid-19 atau Treatment, dengan memisahkan pasien melalui isolasi atau karantina mandiri, serta lapis berikutnya adalah pelaksanaan vaksinasi covid-19. Namun, seiring dengan terus meningkatnya lonjakan kasus positif Covid-19 di masyarakat, bahkan hingga menembus lapisan pertahanan terbawah, maka pelayanan kesehatanlah harus harus menahan laju dari penyebaran kasus Covid-19 tersebut.

Ya memang harus diakui bahwa KETAATAN dan TANGGUNGJAWAB MORAL sekarang ini sudah menjadi suatu KEMEWAHAN. Sesuatu yang memiliki nilai harga yang sangat mahal, yang tak bisa dibeli dengan uang oleh setiap orang. Orang yang taat dan memiliki rasa tanggungjawab moral yang baik, di Indonesia itu sudah menjadi mahluk langka. Ketiadaan dua sifat ini pada manusia Indonesia, mengakibatkan kengeyelan menjadi bagian dari budaya bangsa. "Kalau ngga ngeyel brarti bukan orang Indonesia".

Kemaren Kudus.... lalu Bangkalan.... hari ini Bandung.... Besok daerah mana lagi? Bagaimana dengan lusa? Lalu minggu depan? Mirisnya, bagi para covidiot ini, semakin banyak kota atau daerah mengalami lonjakan kasus covid19, semakin mereka merancu kemana-mana, menyalahkan ini menyalahkan itu, hanya untuk mencari pembenaran atas keegoisan pemikiran mereka.

Catatan Penulis : Oh btw, beberapa pembaca berkomentar menyangkutkan tulisan saya dengan pandangan Mas Jendral Seword atas isu pandemi covid. Saya perlu menggaris bawahi bahwa ranah perang saya dan Mas Jendral Seword berbeda dalam wadah yang sama, yaitu Seword. Dan khusus tentang pandemi covid, kita berdua sudah sepakat untuk tidak sepakat tanpa mencampur adukkan masalah kerjaan dengan masalah pribadi. Jadi, sepanas, sekeras dan selebar apapun perbedaan pandangan kita atas isu yang sama, tetap kita berdua bersikap profesional. Keputusan Mas Jendral untuk memiliki pandangan terhadap pandemi covid seperti yang beliau miliki sekarang, itu sepenuhnya keputusan prerogatif Mas Jendral Seword yang saya hargai dan hormati, sebagaimana beliau menghargai dan menghormati pandangan dan pendapat saya atas isu yang sama.

Peningkatan Kasus Covid19 : Setelah Kudus, Lalu Bangkalan, Hari Ini Bandung!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/peningkatan-kasus-covid19-setelah-kudus-lalu-PqTUbi6TWG

Kalau Bisa Razia Copit di Suramadu Dibuat Permanen Sampai Kiamat

Sejak tahun lalu, semua kabupaten di Madura sudah pernah status zona merah. Semua. Rumah sakit gantian lockdown karena alasan reaktif atau kematian. Denda razia masker bisa sampai 250 ribu perorang.

Tapi ya tetep aja masyarakat hidup normal. Pake masker hanya kalo razia. Dan karena polisinya ga bisa razia sepanjang tahun, jadinya ya program wajib masker itu hanya berlaku beberapa hari saja selama ada razia.

Kalaupun rumah sakit lockdown, masyarakat tetap hidup biasa saja. Toh kalau mau jujur, rumah sakit bagi orang Madura adalah pengobatan alternatif. Pengobatan utamanya selalu jamu, pijat atau spiritual dan dukun. Orang ke rumah sakit biasanya karena kecelakaan, melahirkan atau orang yang kurang referensi jamu dan spritiual.

Kalaupun ada rumah sakit mau tutup selamanya pun, mungkin juga masyarakat tak terlalu peduli. Paling yang kasihan ya dokter dan perawatnya, sudah cape-cape kuliah malah ga bisa kerja.

Mudik kemaren sudah ribuan orang dites, tapi semua dinyatakan negatif. Sampe Gubernur bilang orang Madura sakti. Hehe ya ngga sih, saya yakin ada yang reaktif tapi kami ini orang Madura menjunjung tinggi sila ke 4

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.”

Fakta di lapangan sebenarnya relatif ga ada penyekatan. Memang sempat ada antrian memanjang. Sempat ada pemeriksaan. Tapi itu sebentar saja. Setelahnya ga ada lagi.

Lalu sekarang muncul berita satu rumah sakit minta lockdown karena penuh katanya. Padahal cerita rumah sakit penuh itu udah sejak jaman Soeharto. Karena RS nya emang terbatas. Tiap pergantian musim pasti penuh. Tiap habis lebaran pasti penuh. Dari dulu udah begitu.

Tapi ya maklum saja, begitulah rumah sakit di era copit. Dikit-dikit minta lockdown. Bahkan kalo ada kucing mati pun mungkin mereka akan minta lokdon.

Kalau soal dokter meninggal, dari jaman Soeharto juga ada dokter meninggal. Ya gimana, dokter kan manusia. Bisa punya penyakit juga. Silahkan tanya semua dokter atau perawat, ada ngga yang bersih dan ga punya penyakit sama sekali?

Tapi sekarang semua dijadikan alasan copit. Dijadikan alasan minta lokdon.

Lalu saya baca berita Suramadu dirazia massal. Semua yang lewat dites. Dan hasilnya banyak yang positif, tidak 0 kasus lagi.

Kalau ditanya ke saya, kenapa bisa ada yang positif? Karena itu mendadak dan kami belum siap ‘strategi.’ Juga karena lebaran sudah selesai dan logistik habis dibagi-bagikan buat keluarga di Madura.

Sebenarnya ya cuma itu masalahnya. Kalau besok misal ada pemeriksaan lagi, pasti angkanya lebih kecil dari itu atau bahkan nol lagi. Kenapa? Karena kami sudah belajar dan kalau ada keperluan ke Surabaya pasti sudah menyiapkan strategi.

Bagi saya, berita-berita itu memang sangat fantastis. Sebagian orang berpikir bahwa Madura yang tidak mau diatur kini sedang kena dampaknya. Mereka bahagia sekali seolah ini adalah awal keruntuhan Madura. Mungkin akan ada juga yang melihat kami jadi layak dikasihani.

Tapi percayalah, itu semua hanya cerita di media. Di kenyataan, kami akan tetap hidup normal seperti biasa. Kalau kalian ga percaya, mari datang ke Madura, biar saya temani jalan-jalan.

Orang Madura bukan ga mau diatur. Bukan ga takut mati. Juga tidak seperti yang kalian pikirkan selama ini dengan segala persepsi negatifnya. Dan pada akhirnya kami ga peduli juga dengan komentar kalian. Karena bagi kami, kalianlah yang layak dikasihani. Setahun lebih hidup dengan ketakutan dan protokol yang menyusahkan. Ini sudah setahun lebih kita hidup dengan normal, dan kalian nampaknya masih enggan belajar pada kami.

Mungkin karena kami dianggap bodoh, dan kalian lebih percaya pada peneliti dan orang-orang dengan sederet gelar akademis di belakangnya.

Di Madura ga ada ketakutan PCR copit ya karena kami jujur pada diri sendiri. Jujur pada orang lain. Dan kejujuran ini tidak bisa dinego atau dikompromi dengan apapun. Setahun lebih kami hidup normal. Ga mempan ditekan dengan zona merah atau zona orange. Jadi kalau sekarang mau ditakuti dengan isu varian afrika dan sebagainya, itu juga akan percuma saja.

Mungkin kami bukan orang yang pandai membaca berita di media. Bukan pula orang yang punya banyak waktu menonton televisi dengan segala beritanya. Tapi kami adalah orang yang pandai membaca situasi dan kenyataan. Sehingga propaganda media dengan segala klaimnya itu ga akan pernah mempan atau mempengaruhi kehidupan masyarakat Madura.

Kalau Bisa Razia Copit di Suramadu Dibuat Permanen Sampai Kiamat

Sumber Utama : https://seword.com/umum/kalau-bisa-razia-copit-di-suramadu-dibuat-permanen-dw8n4EHxMX

Kayaknya Ada Upaya Provokasi Melalui Disinformasi Soal Polemik Pembatalan Haji

Semoga saya salah. Tapi saya melihat ini ada upaya sistematis untuk memicu kericuhan dan keributan. Polanya selalu mirip.

Pemerintah membatalkan keberangkatan jemaah haji tahun ini. Bukan kemauan pemerintah, tapi karena masih belum ada kejelasan pasti dari pihak Arab Saudi. Arab Saudi hingga saat ini belum mengundang pemerintah Indonesia untuk membahas dan menandatangani nota kesepahaman tentang persiapan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2021. Selain itu, ada alasan lain yaitu kesehatan dan keselamatan jemaah haji akibat pandemi Covid-19.

Tapi belakangan muncul banyak disinformasi entah itu sengaja atau tidak, hoax bertebaran, hasutan dan narasi provokatif mulai marak bermunculan. Polanya berujung pada satu pihak yaitu pemerintah.

Silakan Googling berita atau cobalah gentayangan di media sosial. Menag dan pemerintah jadi kambing hitam. Pemerintah dianggap tidak becus dan tidak mampu melobi pemerintah Arab Saudi. Menag disebut tidak berfaedah. Bahkan yang paling mengerikan dan berpotensi terjadi masalah besar adalah isu dana haji ditilep sehingga pemerintah tidak mampu memberangkatkan jemaah haji. Narasi yang diembuskan adalah, kemana dana haji?

Saya tak perlu sebut nama. Ada satu pengamat, sudah terkenal, mulut sampahnya sudah terkenal karena terlalu benci kepada pemerintah. Dia menggiring opini dengan kecurigaan masyarakat soal dana haji yang sudah terpakai untuk membiayai kebutuhan negara. Memakai nama rakyat untuk membuat narasi provokatif.

Ada juga mantan menteri yang memelintir informasi dan menyalahkan pemerintah dengan menyebut negara tetangga dapat tambahan kuota haji.

Saya tak begitu jelas siapa yang pertama kali mengembuskan isu Indonesia tak dapat kuota haji. Tapi yang saya tahu, ada seorang anggota dewan yang mengatakan ini, lalu kemudian dibantah keras oleh Dubes Arab Saudi lewat surat protes yang kemudian anggota dewan ini klarifikasi.

Intinya informasi mulai simpang siur, baik karena ketidakjelasan atau pun dikompori oleh kelompok-kelompok yang selama ini tak senang dengan pemerintah. Kelompok ini ya orangnya itu-itu juga. Coba lihat narasi busuk yang beredar, siapa yang ngomong? Orangnya itu-itu juga, yang hatinya busuk dan mulutnya sampah.

Tujuannya apa? Iseng? Tak mungkin. Mereka tak mungkin setolol itu untuk habiskan waktu berbuat iseng. Ada semacam niat untuk membuat provokasi agar terjadi keributan dan isu besar. Kuncinya, adalah agama. Ini sentimen berbau agama, kan? Sentimen agama gampang menyulut emosi masyarakat di negara ini. Agama masih jadi komoditas politik yang ampuh hingga saat ini. Mudah dipakai untuk mempengaruhi emosi sebagian orang untuk menyalakan api masalah ke skala yang lebih besar.

Indonesia tak berangkatkan jemaah haji, padahal Malaysia dapat kuota. Dana haji mulai diragukan dan dipertanyakan. Bahkan sampai yang terkonyol sekali pun, misalnya karena Rizieq dizalimi sehingga pemerintah Arab Saudi marah dan tidak mau memberi kuota haji untuk Indonesia tahun ini. Banyak lagi isu liar yang bermunculan dalam waktu bersamaan. Apakah ini hanya kebetulan atau memang dirancang?

Dan kali ini, saya akui, pemerintah seolah tidak belajar dari pengalaman masa lalu. Munculnya sebuah isu, dikembangbiakkan, diprovokasi kelompok sakit hati, lalu jadi polemik dan masyarakat jadi bimbang, sebagian jadi percaya. Banyak isu yang terjadi, tapi pemerintah seolah tidak berbuat sesuatu untuk mencegah hal ini terjadi ke depannya. Ibarat, hobi kecolongan dan doyan pusing kepala untuk counter sana sini informasi sesat yang bermunculan.

Biang keroknya ada di orang-orang yang selama ini selalu mengompori isu dengan narasi-narasi licik dan berbahaya. Orangnya itu-itu saja. Mereka hanya mendaur ulang isu dengan pola yang sama.

Harusnya mereka ditindak tegas. Atas nama demokrasi, mereka menjalankan taktik licik memecah belah dan membuat pernyataan meresahkan. Lebih liciknya lagi, mereka pura-pura bertanya, pura-pura tak tahu, sok lugu dengan tujuan memancing opini liar masyarakat menjadi.

Saya beritahu cara mudah memancing dan menggiring spekulasi dan opini masyarakat. Misalnya saya ingin memfitnah seseorang tanpa perlu memfitnah langsung, tapi melalui kesimpulan yang dibuat orang lain. Misalnya saya bilang ke orang-orang, "Bener gak ya, kabarnya si A selingkuh? Bener gak kabarnya dia sering pulang larut malam?"

Dari situ orang jadi penasaran, dan informasi bisa simpang siur. Ada saja hal yang mengarah ke sana. Pada akhirnya ada saja yang percaya. Itulah yang dipakai kelompok pengacau sakit hati untuk mengompori sebuah isu.

Bagaimana menurut Anda?

Kayaknya Ada Upaya Provokasi Melalui Disinformasi Soal Polemik Pembatalan Haji

Sumber Utama : https://seword.com/politik/kayaknya-ada-upaya-provokasi-melalui-disinformasi-W62sGGv7pI

Koplak! Muslim Arbi Usulkan Jokowi Minta Bantuan Rizieq Supaya Indonesia Dapat Kuota Haji

Membaca berita di media memang seperti makan permen Nano Nano. Rame rasanya.

Ada berita yang serius.

Kemudian ada juga berita yang bikin prihatin, seperti soal kemiskinan, dll.

Termasuk juga ada berita yang lucu sampai bikin ngakak guling-guling.

Diantara berita yang lucu tersebut adalah datang dari seorang pengamat. Entah pengamat apa. Bernama Muslim Arbi.

Tanpa tedeng aling-aling ia menyarankan agar Presiden Jokowi minta bantuan mantan pelaku chat seks, Rizieq Shihab supaya Indonesia dapat kuota haji 2021 ini.

"Harusnya Presiden Jokowi meminta bantuan HRS untuk melobi Saudi agar haji Indonesia bisa berangkat," ujar Muslim Arbi seperti tanpa bersalah.

Oleh sebab itu menurutnya, Jokowi sebaiknya segera menemui Rizieq yang saat ini lagi mendekam di penjara dalam rangka untuk membahas strategi agar calon jemaah haji Indonesia bisa berangkat ke Arab Saudi sana.

Bak orang yang paling paham soal Rizieq, Muslim mengatakan bahwa Rizieq itu punya kedekatan khusus dengan Kerajaan Arab Saudi. Lantaran dulu dia pernah ngampus di sana.

Nah, teman-teman semasa kuliah Rizieq itu sekarang sebagiannya telah menjadi pejabat. Koneksinya ke pejabat setempat inilah yang diyakini oleh Muslim Arbi bisa membuat Rizieq menjadi pahlawan bagi calon jemaah haji Indonesia.

Makleb! Ini pengamat pasti bukan pengamat biasa, tapi pengamat luar biasa (ngawurnya). Hehehe

Emang Rizieq itu siapa ferguso?

Cuma pelaku chat seks doang yang gak bertanggung jawab. Kabur ke Arab Saudi meninggalkan teman seperjuangannya Firza Husein sendirian.

Lagian pula emang selama ini dia diistimewakan di Arab Saudi sana?

Kan tidak sama sekali.

Rizieq tetap sama seperti warga asing lainnya yang berkunjung ke negara itu.

Kadrun saja yang ngomongnya gede. Bilang Rizieq hidup nyaman di sana-lah. Tidak perlu memikirkan mengenai izin tinggal karena sudah mendapatkan visa unlimited dari otoritas Kerajaan Arab Saudi.

Di samping itu, dikatakan disediakan jet pribadi khusus buat Rizieq. Sehingga ia bebas mau pergi kemanapun dan kapanpun.

Rizieq juga disebut bebas mau nginap di hotel atau apartemen mana saja di Arab Saudi sana secara cuma-cuma alias gratis.

Tapi fakta yang terjadi justru sebaliknya. Jebolan alumni Monaslimin 212 itu nyaris masuk penjara kala itu. Lantaran di tembok belakang kos-kosannya terdapat bendera hitam yang identik dengan kelompok teroris ISIS.

Bersyukur dia masih bebas.

Dan masih ada satu kasus lagi yang membuatnya nyaris tidak bisa pulang ke tanah air. Rizieq kena denda overtay dari Kerajaan Arab Saudi ± mencapai angka ½ miliar rupiah.

Untung ada Chaplin yang membantunya sehingga dia bisa pulang ke tanah air.

Fakta lain menunjukkan kepulangan Rizieq ke Indonesia tersebut bukan dengan cara yang terpuji. Tapi dia bisa kembali ke tanah air karena dideportasi alias di usir oleh otoritas Kerajaan Arab Saudi.

Jadi apa yang bisa diharapkan dari mantan Bang Toyib ini?

Yang ada justru Presiden Jokowi yang disambut baik oleh raja Arab Saudi, Raja Salman ketika dia berkunjung ke negara tersebut. Kala itu (2019) Jokowi diundang secara khusus oleh Raja Salman untuk makan siang bersama.

Tidak hanya itu saja, orang nomor satu di Indonesia tersebut juga diberi kesempatan untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW bersama anggota keluarganya. Sehingga Ibu Iriana disebut-sebut sebagai perempuan pertama yang memasuki makam Nabi Muhammad SAW.

Lalu, kalau Raja Salman dan putra mahkota Mohammad bin Salman lebih respek kepada Presiden Jokowi, ngapain juga harus minta tolong sama Rizieq?

Penulis yakin banget kalau Raja Salman itu gak kenal sama sekali yang namanya Rizieq. Karena ia hanya popular di kalangan Kadrun saja.

Lagian pula, ngurus dirinya sendiri saja Rizieq gak mampu kok. Terbukti masuk penjara berkali-kali. Lalu bagaimana mau ngurus jemaah haji Indonesia?

Mending tuh pengamat saranin saja Habib Rizieq Shihab (HRS) untuk bisa mengendalikan hawa nafsunya supaya gak melakukan chat seks lagi dan lebih bertanggung jawab terhadap kaum hawa.

Karena kalau perempuan sudah disakiti, sulit baginya untuk memaafkan.

Koplak! Muslim Arbi Usulkan Jokowi Minta Bantuan Rizieq Supaya Indonesia Dapat Kuota Haji

Sumber Utama : https://seword.com/umum/koplak-muslim-arbi-usulkan-jokowi-minta-bantuan-W8a7VT5LXo

Lima Hal yang Kudu Diklarifikasi Haikal Hassan Soal Cuitan Pergi Haji

Haikal Hassan kembali menjadi pemberitaan terkait cuitan yang diunggahnya terkait ibadah haji, yang sampai hari ini kuota belum dibuka oleh pemerintah Arab Saudi, termasuk untuk Indonesia.

Cuitan yang kabarnya sudah dihapus tersebut, menurut lansiran laman Tribunnews.com, masih beredar luas karena tangkapan layarnya sempat dilakukan (untuk menjadi bukti agar Haikal tidak bisa mengelak), sehingga publik masih dapat menilai sendiri kira-kira maksud Haikal Hassan seperti apa terkait cuitannya itu.

Berikut isi cuitannya:

"Baru pertama kali terjadi sejak ada NKRI dimana warganya tidak bisa pergi Haji. Apakah karena faktor terlalu dekat ke RRC? Apakah karena kezaliman thd HRS?"

Masih ada lagi lanjutannya ...

Apakah karena dana haji dipaksa dipakai? Apakah murni alasan kesehatan? Apakah menunggu pengadilan akhirat saja?

Setelah postingan itu ramai, Haikal lantas bermaksud memberi klarifikasi yang menurut saya bernada ngeles dengan isi cuitan begini di akun Twitter-nya: (5/6/2021)

"Oohh maaf, jadi begini?... Saudi BELUM memutuskaaaann."


Menengok lagi materi cuitan Haikal Hassan yang pertama, setidaknya ada lima poin yang kudu diklarifikasi oleh yang bersangkutan, meski cuitannya sudah dihapus dari Twitter, yakni:

(1) Apakah HH punya data soal "larangan ibadah haji" sejak NKRI berdiri, sehingga yakin berkata bahwa ini yang pertama kalinya?

Lagipula, kalau memang benar ini yang pertama, Haikal mau apa? Wong otoritas pelaksanaan ibadah haji ada di tangan Arab Saudi kok, sebagai tuan rumahnya. Sejatinya, apa pun alasan Arab Saudi, bahkan jika tak ada kondisi pandemi sekalipun, tetap menjadi hak negara di kawasan Timur Tengah itu.

(2) Karena terlalu dekat dengan RRC? Poin ini bisa jadi masalah karena sudab ada unsur tudingan ke negara lain. Terlebih kalau sudah sebut RRC, yang kerap menjadi semacam pemantik karena stigma China yang sudah kadung melekat dalam sejarah masa lalu di negeri ini, terutama sejarah yang kelam terkait isu rasial. Mau provokasi nih ceritanya? (3) Tudingan dzalim terhadap HRS. Oalah ... nama itu lagi yang disebut! Padahal nih ya, HRS sedang menenangkan hati dan pikiran di balik jeruji besi, sambil menanti vonis akhir alias putusa hakim terkait kasus hukum yang membelitnya. Adakah bukti bahwa persoalan haji berkorelasi dengan kasus hukum HRS?

(4) Apakah dana haji dipaksa dipakai? Ada unsur fitnah di sini, tepatnya soal tudingan dana haji dipakai, lalu ada otoritas tertentu yang melakukan pemaksaan. Sekali lagi, adakah buktinya selain byacotan Haikal di Twitter yang lantas dihapusnya itu?

(5) Murni alasan kesehatan? Mbok ys dipakai nalar dan logikanya. Kondisi pandemi global begini, mana berani Arab Saudi bertaruh dengan keselamatan jiwa para peserta ibadah haji? Memang selain alasan kesehatan, faktor apa lagi yang bisa dipakai Ara Saudi buat menutup penyelenggaraan ibadah haji sampai saat ini?

Daan ... terakhir soal pengadilan akhirat, ini yang susah untuk dijawab. Mungkin Haikal bisa tanya Arie Untung, yang rasanya punya kenalan atau akses dengan sekuriti akhirat.

Coba ditanya apakah kira-kira pintu surga masih ditutup buat Indonesia, seperti unggahan AK beberapa waktu lalu? Coba ditanya juga kapan jadwal pengadilan akhiratnya, trus dipastikan apakah pemimpin Arab Saudi ada di sana untuk diadili, atau mungkin ada wakil dari Indonesia?


Kal ... Kal ... cuitanmu itu tampaknya kok ada bau-bau upaya provokasi ummat ya, biar mereka ngamuk atau paling tidak ikut menuduh pemerintahan Jokowi menjadi biang kerok soal pergi haji kali ini ya?

Meski lantas ada permintaan maaf darimu, lewat cuitan susulan yang terkesan ente kurang baca dan kurablng wawasan ... jangan harap ada yang percaya begitu saja.

Semoga cuitanmu yang itu menjadi pelajaran berharga ya, terutama kalau beneran ada yang melaporka ke polisi, lalu diikuti dengan proses hukum yang ada di negeri ini.

Bagaimana menurut Anda dengan cuitan Haikal Hassan tadi? Masih terbilang wajar atau sudah kelewatan, bahkan terbilang ada maksud terselubung buat memprovokasi ummat di negeri ini?

Lima Hal yang Kudu Diklarifikasi Haikal Hassan Soal Cuitan Pergi Haji

Sumber Utama : https://seword.com/politik/lima-hal-yang-kudu-diklarifikasi-haikal-hassan-83nl0L4HSb

Re-post by MigoBerita / Senin/07062021/11.24Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya