MigoBerita - Banjarmasin - Bicara Negara Palestina itu bukan Hanya Islam yang tertindas penjajah oleh yang bernama Zionis Israel, akan tetapi Kemanusiaan yang tertindas, jadi bicara lintas agama dan etnis bukan hanya ISLAM. Agar tidak gagal paham, baca artikel yang telah kita kumpulkan hingga tuntas.
Pengusiran dan Penghancuran Rumah Orang Palestina Terus Dilakukan oleh Israel
Kemarin, Rabu, 3 November 2021, sekitar pukul 06.30 pagi waktu setempat, aparat Israel membuldoser sebuah rumah di Jabal al-Mukkaber, di kawasan Yerusalem Timur. Rumah itu dihuni oleh tiga keluarga inti dari keluarga besar yang sama, total penghunia sembilan orang, termasuk tiga anak di bawah umur. [lihat video]
Ini “hanya” satu dari sangat banyak pengusiran yang terus dilakukan oleh para pemukim-penjajah (settler-colonialist) Zionis, hingga hari ini. Mereka mengklaim punya hak atas Yerusalem dengan dilandasi kisah ribuan tahun yll dan mengabaikan hukum internasional.
Menurut hukum internasional, kawasan Yerusalem timur adalah kawasan pendudukan (occupied land). Resolusi PBB 181/1947 menetapkan kota Yerusalem sebagai kota suci milik internasional, dikelola oleh perwalian internasional. Tapi secara sepihak Israel menduduki Yerusalem Barat, mengusir orang-orang Palestina di sana. Lalu sejak 1967, Israel menduduki Yerusalem timur dan terus melanjutkan pengusiran terhadap warga Palestina di sana.
Mei 2021 yll, aparat Israel sampai merangsek masuk ke dalam masjid Al Aqsa saat orang Palestina sedang beribadah di malam bulan Ramadan. Ini adalah rentetan aksi-aksi protes warga Sheikh Jarrah, yang dihadapi dengan represi oleh aparat.
Warga Sheikh Jarrah (di Yerusalem timur juga) adalah korban pengusiran dan perampasan rumah oleh Israel. Rumah mereka kini didiami orang-orang Israel yang didatangkan dari negara-negara lain. Ada video viral yang merekam ucapan seorang Yahudi-Zionis asal AS yang mendiami rumah milik keluarga Al-Kurd, bernama Yaakov. Dia berkata, “Kalau saya tidak mencuri rumah ini, orang lain yang akan mencurinya.” [dia benar-benar pakai kata ‘steal’, mencuri, silakan lihat videonya].
Bayangkan, orang Yahudi-Zionis asal AS, jauh-jauh datang ke negeri orang, dan dianggap berhak mendiami rumah orang lain. Ini benar-benar perilaku di luar logika dan hukum orang waras. Tapi, mereka memang tidak waras dan selalu berlindung di balik kalimat “ribuan tahun yll tanah ini dimiliki nenek moyang kami.” Sejak kapan kisah ribuan tahun yll bisa jadi sertifikat tanah?
Hukum internasional, yaitu Konvensi Jenewa, menyebutkan, kekuatan pendudukan (alias penjajah) tidak boleh melakukan perubahan demografi, perubahan hukum, perampasan properti, dll, di wilaya yang mereka duduki. Sudah banyak resolusi PBB yang menyatakan bahwa Israel melakukan pelanggaran hukum internasional mengenai pendudukan.
*
*
—-
video: pengusiran dan penghancuran rumah keluarga Al Hroub di Jabal Al Mukabbir, Jerusalem timur, 3 Nov 2021. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=dGhbtnkNF2o
Ucapan si Yahudi-Zionis “If I don’t steal your home, someone else will steal it” –> https://www.youtube.com/watch?v=KNqozQ8uaV8
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/11/04/pengusiran-dan-penghancuran-rumah-orang-palestina-terus-dilakukan-oleh-israel/#more-7614
Iran Melawan Embargo AS
AS telah mengembargo Iran selama puluhan tahun, termasuk menghalangi Iran untuk menjual minyaknya. Iran melakukan perlawanan dengan tetap menjualnya, tentu saja ke negara yang berani membeli. Negara-negara yang berada di bawah tekanan AS tidak berani membeli, karena akan kena sanksi oleh AS. Korea Selatan misalnya, pernah menjadi pembeli minyak Iran, tapi setelah terancam sanksi AS, akhirnya berhenti membeli di tahun 2018, dan bahkan tidak membayar uang minyak tsb selama 3 tahun (sampai sekarang). Alasan mereka, karena transfer uang ke Iran terhalang aturan embargo AS. Korsel punya utang 7,8 M USD ke Iran.
Upaya AS menjegal penjualan minyak Iran juga melalui penghadangan langsung kapal tanker yang membawa minyak Iran. di perairan internasional. Pernah ada kapal tanker yang membawa minyak Iran juga (ke Venezuela), lalu dicuri oleh AS. Hal ini bisa terjadi karena awak kapal tanker tsb (bukan orang Iran), bekerja sama dengan AS.
Bisa dibilang, AS adalah superpower yang menjelma jadi bajak laut. Di Suriah, AS juga menaruh pasukannya di seputar ladang-ladang minyak, dengan alasan “melawan terorisme”. Lalu, minyak Suriah dibawa keluar, tanpa seizin pemerintah Suriah.
Pekan yll, “bentrokan” terjadi antara AL AS dan AL Iran. AS berusaha menyita sebuah kapal tanker yang mengangkut minyak Iran yang dipersiapkan untuk diekspor, mengalihkan muatannya ke kapal tanker lain, dan menggiring kapal itu ke arah yang tak diketahui. Kejadiannya di Laut Oman.
Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang melakukan pengawasan, kemudian mengambil tindakan. Dengan helikopter, IRGC mendaratkan pasukannya ke kapal tanker itu dan menyitanya. AL AS berusaha menghambat jalur kapal itu dengan menggunakan helikopter dan kapal perang, tapi gagal. Kapal tanker itu akhirnya bisa dibawa masuk ke perairan Iran.
Awalnya, AS sama sekali tidak bersuara atas kejadian ini. Setelah lewat sepekan, akhirnya Iran merilis video “bentrokan” di Laut Oman itu. Barulah AS (dibantu media-media besar) memberikan bantahan ini-itu, tapi rekaman video memberikan bukti bahwa memang AS “tidak berdaya”. Komentar dari analis politik internasional, Dr. Marandi (Tehran Univ), “They backed down, because they knew Iran was ready to use force.”
—————
Video yang di web ini sudah diberi penjelasan dalam bahasa Indonesia. https://liputanislam.com/…/video-tegang-pasukan…/
Video versi panjang (tapi ga ada sub Indonesia) https://www.youtube.com/watch?v=Xf-vn7LuutA
Foto: kapal milik angkatan laut IRGC, kecil-kecil cabe rawit.
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/11/06/iran-melawan-embargo-as/#more-7619
Iran Melawan Embargo AS (2)
Kejadiannya tanggal 24 Oktober. AS diam-diam saja. Tidak ada pernyataan apapun. Sampai akhirnya, tanggal 4 November, Iran merilis video operasi angkatan laut (AL) IRGC (Garda Revolusi Iran) dalam menyita kapal tanker di Laut Oman. Kapal tanker yang membawa minyak Iran itu merapat di pelabuhan Bandar Abbas pada 25 Oktober.
[Kapal tanker itu bernama “SOTHYS.” Menurut pelacakan media, kapal tanker itu tercatat berbendera Vietnam. Sangat biasa sebuah negara membawa minyak dengan menyewa kapal tanker berbendera negara lain, jadi ga usah bingung]
Pernyataan Jubir AL IRGC Iran: “Dengan tindakan tepat waktu dan otoritatif dari pasukan angkatan laut IRGC, operasi Angkatan Laut teroris AS untuk mencuri minyak Iran di Laut Oman telah gagal.” [literally: “the U.S. terrorist Navy’s operation”]
Jawaban Jubir Pentagon: Klaim Iran itu benar-benar salah.. itu klaim palsu. Kenyataannya, pasukan Iran telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Vietnam bulan lalu, dan pasukan angkatan laut AS hanya “memantau situasi.”
Logika saja: kalau Iran benar-benar melanggar hukum internasional, membajak kapal negara lain, dengan disaksikan langsung AL AS, sejak detik awal AS pasti sudah koar-koar di media, merilis rekaman aksi pembajakan itu. DK PBB juga akan dikerahkan untuk kasih embargo tambahan. Tapi ini mereka diam-diam saja, sampai Iran duluan yang merilis video operasi militer di Laut Oman.
Netizen yang melek geopolitik, paham: sebenarnya ini kita sedang diskusi soal “state piracy” yang dilakukan AS. Ini bukan pertama kalinya dilakukan AS (baca status saya kemarin). Kita sedang diskusi soal resistensi: bagaimana sebuah negara dengan postur militer yang lebih kecil tetap berani melawan kekuatan militer terbesar di dunia.
[Ibaratnya dulu pejuang kemerdekaan Indonesia juga berani lawan Belanda yang punya kekuatan militer lengkap. Artinya, mental dan nyali itu penting.]
Tapi, apa komentar netizen takfiri/wahaboy? “Omong kosong! Syiah itu tidak bermusuhan dengan AS! Syiah itu sekutu AS dan Israel! Ini FP Syiah! Kafir!”
Benar-benar terlihat ya, beda level kecerdasan di antara netizen melek geopolitik dan netizen takfiri.
Silakan dilihat saja videonya, yang ini lebih jelas, dikasih info posisi-posisi kapalnya.
[Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=h22O29srVms]
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/11/08/iran-melawan-embargo-as-2/#more-7625
“Model Kerja Sama Pemerintah/Militer AS dengan Pebisnis: dari Timteng sampai Indonesia”
Kekuatan resistensi (perlawanan) telah menyerang pangkalan militer AS di Al-Tanaf (Suriah) (25/11). Pangkalan militer ini ilegal karena tidak diizinkan oleh pemerintah Suriah. Ini adalah kali pertama kali al Tanaf diserang secara langsung. Jubir Pentagon mengatakan, drone yang dipakai adalah buatan Iran tapi tidak diluncurkan dari Iran. Jubir Pentagon juga menyebut AS berhak “membela diri” tapi belum merencanakan pembalasan. (Bagaimana mungkin AS, yang secara ilegal menduduki Suriah, bicara soal “membela diri”?)
Serangan di Al Tanaf Itu terjadi hanya beberapa hari setelah pesawat tempur Israel, terbang dari arah pangkalan Amerika itu, mengebom Suriah, menyebabkan 1 tentara Suriah tewas dan melukai 3 lainnya. Kemudian, ada serangan teroris di Damaskus, yaitu bom yang ditempelkan ke bis militer (20/11). Korban tewas 14 personel militer Suriah. Tidak ada milisi teror yang mengaku sebagai pelaku, dan karena ini bukan bom bunuh diri ala “jihadis”, kemungkinan besar agen Israel pelakunya.
Pentagon (militer) AS selalu mengklaim, tentaranya didatangkan ke Suriah untuk melawan ISIS. Tetapi, Trump, yang memang selalu blak-blakan (sehingga membuka topeng AS) secara eksplisit mengatakan, bahwa tentara AS di Suriah untuk “menjaga agar minyak selalu mengalir”.
Dan memang yang terjadi, ada kontrak jual beli minyak antara milisi Kurdi (yang dibentuk AS, alasannya untuk melawan ISIS) dengan perusahaan AS yang baru dibentuk tahun 2019, yaitu Delta Crescent Energy LLC. Perusahaan ini didirikan mantan duta besar AS untuk Denmark, James Cain; James Reese, mantan perwira di Delta Force; dan John P. Dorrier Jr., mantan eksekutif di GulfSands Petroleum, sebuah perusahaan minyak yang berbasis di Inggris dengan kantor dan pengalaman pengeboran di Suriah. [1]
Nah, inilah “model kerjasama pemerintah/militer dan swasta di AS” dalam menguasai sumber daya alam atau membuka pasar di negara lain. Pemerintah/militer AS sering menjadi pembuka jalan bagi masuknya pebisnis AS.
Di sebuah film dokumenter yang pernah saya tonton (lupa judulnya), seorang tentara AS mengeluhkan gajinya yang jauh lebih kecil dibanding para pekerja di ladang minyak yang dia jaga. Ladang minyaknya di mana? Di Irak. Si tentara terlihat kesal, ngapain jauh-jauh dikirim ke Irak untuk jagain ladang minyak (milik perusahaan swasta).
Di negara yang berkembang yang “damai” (tidak ada perang fisik), model yang mirip sebenarnya diimplementasikan, tapi dengan cara “damai” pula.
Misalnya, Menko Marives datang ke AS dan di sana dia ketemu dengan Penasehat Keamanan Nasional. Ternyata (salah satu) yang mereka bicarakan adalah “investasi perusahaan AS di bidang kesehatan.”
“Luhut menjelaskan, pihaknya telah bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan dan mengungkapkan rencananya untuk membawa Merck berinvestasi di Indonesia. Luhut juga meminta bantuan Sullivan untuk membujuk Merck membangun pabrik obat Covid-19 di Indonesia. “Saya sampaikan kerja sama kita yang cukup luas. Dan kalau mau membantu Indonesia secara konkret, tolong bilang ke Merck untuk membangun pabrik obat Covid-19 di Indonesia,” tutur dia. [2]
———
[1] https://www.politico.com/…/delta-crescent-energy-syrian…
[2] https://investor.id/…/luhut-punya-permintaan-khusus-ke…
Lebanon (1)
Di Lebanon, semua aktor politik terpaksa disebutkan afiliasi agama/mazhabnya. Karena, struktur politik mereka memang sangat sektarian (istilahnya: konfesionalisme). Jabatan politik dibagi-bagi atas dasar agama dan mazhab. Jadi, ketika saya membahas Lebanon dan menyebut agama/mazhab, ini memang “terpaksa.” Harap diperhatikan, ini kejadian di Lebanon, ketika agama/mazhab mereka disebut-sebut, orang Indonesia tidak usah baper ya.
Hari Kamis 14 Agustus, para pendukung Hizbullah (Muslim Syiah), Partai Amal (Muslim Syiah), dan Partai Marada (Kristen) melakukan aksi demo damai (tidak bersenjata) di depan gedung “Istana Keadilan” (Palace of Justice), menuntut agar hakim yang sedang menyelidiki kasus meledaknya gudang amonium nitrat di Beirut (Agt 2020) bersikap adil.
[Hizbullah bukan partai, melainkan lebih seperti ormas karena melakukan aktivitas ekonomi-sosial-politik, tapi juga memiliki pasukan bersenjata (untuk melawan Israel, karena Israel dulu pernah menduduki Lebaon selatan; setelah diusir oleh Hizbullah, Israel terus melakukan serangan ke Lebanon selatan.]
Tiba-tiba saja, para demonstran damai itu ditembaki oleh para sniper dari Lebanese Forces (ini bukan “tentara/militer Lebanon” ya, tetapi nama salah satu partai di Lebanon).
Nah, media mainstream (termasuk sebagian media Lebanon sendiri), sudah ramai memberitakan dengan narasi: ini semua salah Hizbullah dan memutarbalikkan banyak fakta.
Militer Lebanon awalnya mengeluarkan statemen, “ketika mereka menuju ke daerah Al-Adliya, para pengunjuk rasa ditembaki di daerah Tayouneh-Badaro.”
Tapi kemudian, petinggi militer Lebanon bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland. Setelah pertemuan itu, militer Lebanon berubah omongan, “Ketika pengunjuk rasa menuju ke daerah Al-Adliya (Istana Keadilan) untuk demo, ada ‘perselisihan’ dan setelah itu terjadi ‘saling tembak’ yang menyebabkan terbunuhnya sejumlah warga dan melukai beberapa orang lainnya.”
Nah, setelah militer Lebanon berubah omongan, Nuland pun memberikan pernyataan pers. Isinya: Amerika Serikat akan memberikan tambahan $67 juta untuk mendukung militer Lebanon.
Sekarang, siapa Lebanon Forces (LF) atau “al-Quwwat al-Lubnaniya” atau “Partai Pasukan Lebanon” ini? Ini adalah partai Kristen. Dulu, pada masa perang saudara di Lebanon, LF ini belum jadi partai, tapi milisi bersenjata.
Pimpinannya bernama Samir Geagea (baca: Ja’Ja’), pernah dipenjara 11 tahun karena membunuh beberapa orang, antara lain Perdana Menteri Rashid Karami, dalam era perang saudara.
Sementara itu dulu. (Bersambung).
https://www.youtube.com/watch?v=BNukKfNpKHs
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/10/21/lebanon-1/#more-7604
Lebanon (2)
Penjelasan dari Richard Medhurst (jurnalis independen, ayahnya Inggris, ibunya orang Suriah) menjelaskan tentang Lebanon.
Poin penting: kejadian di Beirut 14 Agustus lalu harus diletakkan dalam konteks yang lebih luas di kawasan Timteng, yaitu kubu resistensi vs kubu imperialis.
Bahasan lengkap (25 menit) silakan simak di channel YT Richard Medhurst), di video ini saya terjemahin 4 menitan aja.
https://www.youtube.com/watch?v=OFBhhLCxlDE
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/10/21/lebanon-2/
Pasukan Iran Lepaskan Tanker Vietnam yang Direbutnya dari Tangan Pasukan AS
Teheran, LiputanIslam.com – Pasukan elit Iran Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan pihaknya telah melepaskan kapal tanker Vietnam, Sothys, yang telah berkolaborasi dengan Angkatan Laut (AL) AS di Laut Oman dalam aksi perompakan dan pencurian kargo minyak mentah Iran.
IRGC, Rabu (10/11), menyebutkan bahwa setelah menguras minyak Iran dari kapal tanker lain, kapal Sothys disita oleh IRGC dan belakangan ini dilepaskan di Bandar Abbas di pantai selatan Iran di perairan Teluk Persia.
Pada hari itu sebuah upacara diadakan untuk menghormati aksi heroik Angkatan Laut IRGC menggagalkan upaya pencurian minyak yang dibeking oleh pasukan AS.
Upacara itu diadakan di hadapan Komandan Umum IRGC Mayjen Hossein Salami dan Komandan Angkatan Laut IRGC Laksamana Alireza Tangsiri serta komandan dan pasukan IRGC lainnya.
Dalam pidato pada upacara itu, Jenderal Salami menghargai Angkatan Laut IRGC karena telah menciptakan epik yang begitu hebat.
Dia menekankan bahwa IRGC mengadopsi tindakan profesional dalam konfrontasi dengan armada AL AS.
“Dengan penguasaan dan kewaspadaan Anda, Anda menunjukkan bahwa pesona musuh kosong belaka dan hanya memiliki aspek geometris”, ungkapnya.
Menurutnya, pasukan IRGC memperkuat posisi bangsa Iran melawan “rezim teroris” AS.
Pada 24 Oktober lalu AL IRGC melawan upaya AS mencuri kargo minyak Iran di Laut Oman dalam pelanggaran mencolok terhadap aturan internasional, yang dipandang sebagai langkah lain untuk meningkatkan ketegangan terhadap Teheran.
Dalam peristiwa itu mula-mula pasukan AS menahan sebuah kapal tanker pengangkut minyak Iran yang akan diekspor di perairan Laut Oman. Mereka memindahkan muatan minyak mentahnya ke kapal tanker lain yang berlayar ke tujuan yang tak jelas.
AL IRGC lantas mengambil tindakan segera dengan mengepung tanker kedua itu, mendaratkan pasukan di geladak kapal itu dari helikopter untuk kemudian menggelandangnya ke perairan teritorial Iran.
Beberapa helikopter militer dan kapal perang AS kemudian datang untuk merebut kapal tanker itu tapi gagal berkat ketegasan AL IRGC.
Dalam peristiwa itu AL AS sempat berusaha memblokir jalur kapal tanker dengan mengerahkan beberapa kapal perang tambahan dan helikopter, tapi tetap terdesak mundur oleh tekad AL IRGC sehingga kapal itu berhasil disita oleh pasukan Iran. Belakangan dilaporkan bahwa kapal tanker itu telah dilepas oleh IRGC. (mm/fna)
Sumber Utama : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/pasukan-iran-lepaskan-tanker-vietnam-yang-direbutnya-dari-tangan-pasukan-as/
10 Fakta di Balik Kunjungan Resmi Menlu UEA ke Suriah
LiputanIslam.com – Sambutan meriah yang diterima Menlu Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah Bin Zayed saat berkunjung ke Damaskus, ibu kota Suriah, untuk pertama kalinya selama Suriah dilanda krisis sejak sekira 10 tahun silam, dan pertemuannya dengan Presiden Suriah Bashar Al-Assad di Istana Al-Shaab memperlihatkan setidaknya 10 fakta sebagai berikut;
Pertama, pemimpin Suriah selama ini mengutamakan dan lebih berfokus pada kondisi dalam negeri ketimbang situasi luar negeri, termasuk kebijakan politik dunia Arab. Dengan kata lain, pemerintah Suriah menjadi lebih pragmatis, dan apa yang menjadi kepeduliannya sekarang ialah pemecahan blokade AS, upaya mendatangkan investasi untuk mengatasi krisis ekonomi, dan memperbaiki kesejahteraan hidup warganya.
Kedua, pemerintah Suriah sedang menjalani perjuangan rekonstruksi secara bertahap tanpa menutup diri di depan negara manapun yang bersedia berpartisipasi, kecuali Israel. Dan inilah sebab mengapa Suriah juga menyambut kedatangan delegasi Arab Saudi yang dipimpin oleh Jenderal Khalid Al-Humaidan, kepada intelijen Saudi, ke Damaskus. Al-Humaidan disambut di Istana Kepresidenan Suriah, dan Al-Assad kemudian segera mengadakan kontak telefon dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammad bin Zayed, serta mempererat hubungan dengan Oman.
Ketiga, pemerintah UEA yang telah bertindak ceroboh meneken Perjanjian Abraham untuk normalisasi hubungan dengan Israel bermaksud menebus kesalahannya ini dengan satu dan lain cara, termasuk dengan membuka diri terhadap Suriah, negara yang tetap solid menggenggam bara pan-Arabisme dan pantang menerima segala bentuk perdamaian yang tak beraraskan ketentuan internasional dan hak sah bangsa Palestina serta penarikan pasukan Zionis dari semua wilayah pendudukan, terutama Dataran Tinggi Golan. UEA bisa jadi bermaksud menciptakan sebentuk keseimbangan diplomatik dan meringankan bebannya dalam normalisasi hubungan dengan Israel, keputusan yang menuai banyak kecaman di media sosial, yang sebagian besarnya bahkan menganggap UEA sebagai pengkhianat.
Keempat, isolasi terhadap Suriah sudah terdobrak dan pecah. Desakan agar Suriah kembali ke Liga Arab kini bahkan datang lebih besar dari dunia Arab ketimbang Suriah sendiri. Hal ini terjadi terutama setelah konspirasi AS yang didukung oleh sejumlah rezim Arab gagal menggulingkan pemerintahan Al-Assad, dan Tentara Arab Suriah (SAA) pun tetap resisten dan bahkan bertekad untuk membebaskan wilayah Suriah yang masih belum mereka kuasai. Sejumlah negara Barat dan Arab juga sudah mengabaikan oposisi bersenjata Suriah, apa yang disebut “Sahabat Suriah” sudah berantakan, dan kran bantuan dana dan senjata kepada kubu oposisi sudah tak lagi mengucur.
Kelima, sebagian besar negara Arab Teluk Persia, termasuk UEA, yang sejak awal krisis Suriah terlibat dalam proyek penggulingan pemerintahan Al-Assad kini sudah menyadari bahwa hubungan antara Damaskus dan Teheran merupakan garis merah pemerintah Suriah yang tak boleh diusik oleh pihak manapun, Arab maupun non-Arab, betapun besarnya tekanan militer maupun iming-iming konsesi finansial. Betapa tidak, seandainya para pemimpin Suriah sejak awal bersedia menjauh di Iran maka perang Suriah yang berkobar sejak 10 tahun silam tidak akan terjadi.
Keenam, meningkatnya frekuensi laporan politik dan militer yang mengukuhkan kekandasan proyek AS di Timur Tengah dan sekitarnya, mulai dari Afghanistan hingga Irak dan Suriah, sehingga Washington bahkan sudah mendekati titik penarikan pasukan AS dari Irak dan Suriah. Para komandan militer AS di Timteng bahkan telah menarik lebih dari 250 unit perlengkapan militer beratnya dari bagian timur laut Suriah ke pangkalan-pangkalan militernya di Irak.
Ketujuh, ekspresi kemarahan pemerintah AS atas kunjungan Bin Zayed ke Damaskus hanyalah sandiwara belaka, sebab Washington tahu persis UU Caesar yang mereka terapkan untuk memblokade Suriah sudah ambruk total, dan karena itu AS membiarkan organisasi internasional sepenting Interpol membuka kembali kantornya di Damaskus dan menjalin koordinasi dengan pemerintah Suriah sehingga menjadi sebentuk pengakuan terbuka atas keabsahan pemerintahan Bashar Al-Assad.
Kedelapan, Bin Zayed menyerahkan kepada Al-Assad undangan resmi dari Mohamed bin Zayed yang juga penguasa de facto Abu Dhabi, untuk berkunjung ke ibu kota UEA ini. Undangan ini tak mungkin diberikan tanpa persetujuan AS dan restu semua ataupun sebagian negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Kesembilan, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mengkonfirmasi bahwa Suriah akan kembali menempati kursi keanggotannya di Liga Arab dan akan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab yang rencananya akan diselenggarakan di Aljazair pada bulan Maret 2022. Pemimpin Mesir juga menyambut baik kembalinya Suriah ke Liga Arab, sebagaimana dikonfirmasi oleh Menlu Mesir Sameh Shoukry dalam pertemuan dengan sejawatnya dari Suriah, Faesal Mekdad, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB September lalu. UEA pun lantas berjanji menyokong langkah itu.
Kesepuluh, Rusia memberikan dukungan kuat kepada kembalinya Suriah yang notabene sekutunya ke Liga Arab dan pemulihan posisi Damaskus dalam kerja kolektif Arab. Sumber-sumber diplomatik Arab di Moskow mengkonfirmasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menlunya, Sergey Lavrov, menggaris bawahi masalah ini dalam setiap pertemuan keduanya dengan para delegasi Arab yang berkunjung ke Moskow.
Pertanyaan yang kini melejit dengan sendirinya menyusul 10 fakta tersebut bukan ihwal bahwa Assad telah menerima undangan resmi untuk berkunjung ke Abu Dhabi, sebab masalah ini sudah terselesaikan, melainkan kapan Al-Assad akan memenuhi undangan ini, sebelum atau sesudah KTT Liga Arab mendatang? Dan bagaimana jaminan akan keamanan Al-Assad yang banyak musuh dalam kunjungannya nanti?
Pertanyaan berikutnya yang tak kalah pentingnya ialah siapa saja menlu Arab yang akan menyusul datang berkunjung ke Damaskus setelah Menlu UEA? Menlu Mesir, Bahrain, atau Saudi? Cepat atau lambat pertanyaan ini akan terjawab, dan hampir pasti bahwa tahun 2022 adalah tahun safari para pejabat Arab ke Damaskus. (mm/raialyoum)
Sumber Utama : https://liputanislam.com/fokus/10-fakta-di-balik-kunjungan-resmi-menlu-uea-ke-suriah/
AS dan Qatar Minta Negara-Negara Tidak Menormalisasi Hubungan dengan Suriah
Washington, LiputanIslam.com – Menlu Qatar Mohammad Bin Abdulrahman Al-Thani menyatakan pihaknya berharap negara-negara Arab tidak menormalisasi hubungan dengan pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al-Assad, menyusul kunjungan sejawatnya dari Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed ke Damaskus Selasa lalu.
Dalam jumpa pers bersama Menlu AS Antony Blinken di Washington, Jumat (12/11), Al-Thani mengatakan, “Kami berharap negara-negara tidak terdorong untuk mengambil langkah-langkah ekstra terhadap rezim Suriah.”
Dia mengklaim, “Sikap Qatar akan tetap seperti semula, kami tidak melihat langkah serius apapun rezim Al-Assad yang menunjukkan komitmennya untuk membenahi kerugian yang dia timpakan terhadap negara dan bangsanya. Selagi dia tidak mengambil langkah serius maka kami berkeyakinan bahwa pengubahan sikap bukanlah opsi yang implementatif.”
Meski demikian, Al-Thani juga mengatakan bahwa negara-negara lain memiliki”hak kedaulatan” dalam mengambil keputusannya sendiri mengenai Suriah.
Sejalan dengan pernyataan ini, Blinken kembali mengungkapkan keprihatinan AS atas adanya proses normalisasi hubungan sebagian negara dengan Suriah.
“Kami perhatian atas isyarat-isyarat yang dikirim oleh beberapa kunjungan dan komunikasi ini… ” ungkapnya.
“Saya hanya ingin mendesak semua mitra kami untuk mengingat kejahatan yang telah dilakukan dan terus dilakukan oleh rezim Assad,” lanjutnya.
UEA dan Qatar sama-sama bersekutu dekat dengan AS, namun dalam beberapa tahun terakhir ini keduanya terlibat perselisihan.
Seperti diketahui, Menlu UEA Abdullah bin Zayed Al-Nahyan Selasa lalu menemui Presiden Suriah Bashar Al-Assad sehingga mengindikasikan adanya proses normalisasi hubungan di tengah menguatnya anggapan bahwa Al-Assad diakui menang melawan gelombang pemberontakan dan terorisme yang didukung oleh beberapa negara Barat dan Arab Teluk Persia sejak tahun 2011. (mm/raialyoum)
Sumber Utama : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/as-dan-qatar-minta-negara-negara-tidak-menormalisasi-hubungan-dengan-suriah/
Tanggapi Gertakan Israel, Jenderal IRGC: Rezim Zionis Ditakdirkan Musnah
Teheran, LiputanIslam.com – Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa Israel ditakdirkan untuk musnah, dan bahwa kekuatan drone militer Iran telah membangkitkan kecemasan negara-negara musuh Iran, terutama AS, dan menjadi duri tajam di mata mereka.
“Sekarang, musuh-musuh kita mengatakan bahwa kita harus berunding mengenai rudal dan drone yang telah menjadi duri di mata mereka,” ujar Hajizadeh, Kamis (11/11).
Dia menyebutkan bahwa upaya negara-negara Barat membatasi kekuatan militer Iran menandakan besarnya kekuatan negara republik Islam ini, dan Teheran tak akan sudi menuruti upaya itu.
“Kami tak memerlukan pembicaraan tentang kekuatan kami, sebab musuh membicarakan apa yang dapat membatasi kekuatan rudal dan pertahanan Iran,” lanjutnya.
Menanggapi ancaman terbaru Israel, Hajizadeh bersumbar, “Satu-satu rezim yang berbicara mengenai ketahanan hidup dan eksistensi adalah rezim Zionis. Karena itu, rezim yang berbicara mengenai eksistensinya adalah rezim yang ditakdir untuk kehancuran, dan tak bisa berbicara tentang kehancuran negara-negara lain.”
Hajizadeh mengakui bahwa Israel mampu melakukan serangan terhadap Iran, tapi dia memperingatkan bahwa Teheran akan menang dalam konflik bersenjata, dan bahwa desakan konstan dari sekutu Israel untuk membatasi program misil Teheran adalah bukti nyata bahwa Iran berkemampuan memenuhi ancamannya untuk melenyapkan Israel, jika negara Zionis ini menyerang terlebih dahulu.
Sebelumnya, Kepala Staf IDF Israel Aviv Kohavi mengungkapkan bahwa militer negaranya telah melakukan persiapan untuk kemungkinan serangan terhadap situs nuklir Iran.
Tel Aviv yang selalu mengklaim Teheran sedang mengembangkan senjata nuklir mendesak negara-negara besar dunia untuk tidak memulihkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan dalih bahwa perjanjian ini justru dapat meningkatkan kemampuan Iran untuk membuat nuklir. (mm/raiayoum/sputnik)
Sumber Utama : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/tanggapi-gertakan-israel-jenderal-irgc-rezim-zionis-ditakdirkan-musnah/
Sayid Nasrallah: Nabi Dihujat Saudi Bungkam, Perang Yaman Dikecam Malah Geram
Beirut, LiputanIslam.com – Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah dalam sebuah pidatonya, Kamis (11/11), menyatakan bahwa Arab Saudi menghendaki perang saudara di Lebanon, tapi sekutunya tak sanggup memerangi Hizbullah, dan bahwa kunjungan Menlu Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed ke Damaskus tak ubahnya dengan pengakuan atas kemenangan Presiden Suriah Bashar Al-Assad atas oposisi bersenjata yang didanai oleh negara-negara Arab Teluk Persia.
Sekjen Hizbullah juga menegaskan bahwa AS tak dapat berdominasi sepenuhnya di Lebanon adalah berkat perjuangan para syuhada.
“Sampai sekarang kami belum dapat membebaskan Lebanon dari pengaruh dan hegemoni AS, Lebanon belum keluar dari pengaruh AS, tapi tak ada hegemoni mutlak. Kami telah mencegah hegemoni AS atas Lebanon yang sudah dapat berdiri di atas kaki sendiri dengan melakukan kehendaknya… Lebanon sudah sekian tahun mendapat tekanan, yang berlipat ganda di masa pemerintahan Trump, tapi Lebanon dapat menghadapinya berkat prestasi para syuhada,” papar Sayid Nasrallah.
Dia menekankan keharusan menolak dikte asing, karena “negara yang menerima dikte ini (pastilah) berdusta ihwal kedaulatan”.
Mengenai krisis hubungan Lebanon-Arab Saudi belakangan ini, Sekjen Hizbullah menyebut Saudi sengaja mencari-cari alasan untuk membangkitkan krisis dan eskalasi dengan cara menunjukkan reaksi yang amat dan sangat berlebihan dalam bereaksi terhadap pernyataan Menteri Informasi Lebanon George Kordahi tentang Perang Yaman.
“Reaksi Saudi terhadap pernyataan Menteri Kordahi sangat, sangat dan amat berlebihan. Ada para pejabat AS dan diplomat Arab yang bahkan menyebut perang terhadap Yaman dengan ungkapan yang lebih tajam daripada pernyataan Kordahi… Ada negara-negara yang menghujat Rasulullah dan melindungi para penghujat itu tapi Saudi sama sekali tak berbuat apapun terhadap mereka… Saudi menampilkan dirinya sebagai sahabat bagi sebagian besar bangsa Lebanon, tapi apakah patut sahabat berperangai demikian?” cecar Nasrallah.
Dia melanjutkan, “Suriah yang kami sebut sahabat bagi Lebanon sama sekali tak bertindak apapun terhadap Lebanon meskipun negara kami ini mencelanya selama 16 tahun. Suriah tak mencegah masuknya gas dan listrik ke Lebanon meski mendapat serangan, hujatan dan agresi… Iran juga terus melanjutkan kesiapannya membantu tanpa berharap pamrih dari siapapun meski juga mendapat serangan dan hujatan. Lantas apakah patut sahabat berperilaku demikian terhadap sebuah negara hanya lantas bermasalah dengan seorang menteri?”
Menanggapi desakan supaya Kordahi mundur, Sayid Nasrallah menegaskan dan menyoal, “Kami menolak pemecatan atau pengunduran diri Menteri Informasi Lebanon. Apakah pengunduran diri atau pemecatan mencerminkan negara berdaulat dan bermartabat? Apakah persoalan akan selesai dengan adanya Saudi? Tuntutan dan persyaratan Saudi tak akan berakhir di Lebanon, dan apakah kemaslahatan nasional terletak ketundukan dan terhinaan? Salah satu kemungkinan dari krisis ini ialah bahwa Arab Saudi mencari-cari alasan untuk membuat krisis dengan Lebanon.”
Sayid Nasrallah menyebutkan, “Kami tahu peran dan agitasi Saudi dalam Perang Juli (Hizbullah vs Israel tahun 2006) agar perang ini berkelanjutan. Saudi juga ingin para sekutunya di Lebanon terlibat perang saudara dengan Hizbullah demi melayani Israel dan AS…. Saudi tak memberi bantuan apapun selama bertahun-tahun, karena menghendaki perang saudara, tapi di Lebanon ada dua tipe orang; satu tak menginginkan perang saudara, dan yang lain tak berkemampuan memasuki perang demikian.”
Sekjen Hizbullah juga berbicara tentang Israel dengan menyebut negara Zionis ilegal itu sekarang sedang cemas setelah dulu pernah menyebut Arab Springs sebagai lingkungan yang kondusif baginya.
“Latihan-latihan militer Israel berulang kali di wilayah utara Palestina pendudukan merefleksikan kecemasan Israel terhadap Lebanon. Latihan-latihan itu mencerminkan ketakutan Israel terhadap serbuan Lebanon ke permukiman di Al-Jalil (Galilee), dan mencerminkan pula kekhawatiran bahwa kubu resistensi (Hizbullah) akan masuk ke Al-Jalil,” ungkapnya.
Sayid Nasrallah menegaskan bahwa Israel tahu persis besarnya kekuatan militer dan strategi Hizbullah dan para sekutunya, dan bahwa “jika kubu resistensi masuk ke Palestina (Israel) utara dan Al-Jalil maka dampaknya sangat besar bagi entitas rezim pendudukan.” (mm/raialyoum)
Sumber Utama : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/sayid-nasrallah-nabi-dihujat-saudi-bungkam-perang-yaman-dikecam-malah-geram/
Yaman: Semakin Kesal AS-Israel, Semakin Kami Yakin Kami Benar
Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM – Direktur
Kantor Kepresidenan Republik Yaman di Sana’a, Ahmed Hamed, menganggap
bahwa “kekhawatiran musuh Israel dan gangguan Amerika atas pembebasan
Ma’rib adalah indikasi yang jelas dan bukti tak terbantahkan bahwa
pihak-pihak korup dan tentara bayaran agresi Saudi mengobarkan
pertempuran ini atas nama mereka dan untuk melayani agenda mereka.”
“Semakin kami melihat gangguan musuh Israel dan kekhawatiran Amerika
tentang gerakan kami, semakin kami yakin akan kebenaran posisi dan
kebenaran gerakan kami, dan itu memberi kami dorongan untuk melanjutkan
pertempuran dengan iman, keyakinan, kesabaran, dan dedikasi,” ujar Hamed
dalam sebuah cuitannya di Twitter pada hari Jumat (12/11).
Dalam konteks yang sama, Hussein Al-Ezzi, Wakil Menteri Luar Negeri di
pemerintahan Sanaa, mengatakan bahwa “menyebarkan ketakutan dan
mengaitkannya dengan pembebasan Ma’rib adalah tindakan mencurigakan yang
bertujuan untuk memperpanjang perang, dan tidak seorang pun boleh
terpengaruh oleh itu.”
Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2021/11/13/yaman-semakin-kesal-as-israel-semakin-kami-yakin-kami-benar/
Bisnis Cuan PCR Bossowa dan Dompet Dhuafa, Benarkah?
Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Heboh kebijakan pemerintah soal tes PCR yang beberapa kali berubah-ubah, hingga pak Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) diserang sana-sini, entah itu benar atau tidak. Di medsos tersebar sebuah foto yang menjelaskan ada sepuluh perusahaan penyedia jasa Test PCR di masa pandemi Covid-19. Dilihat dari daftar di atas grup Bossowa milik Erwin Aksa, keponakan Jusuf Kalla memiliki 33 lab. Sedangkan Dompet Dhuafa dan Bumame Farmasi masing-masing memiliki 40 lab.
Intilab memiliki 35 lab, dan Quick test memiliki 28 lab. Smart lab memiliki 21 cabang, Speed lab memiliki 14 cabang dan Klinik memilikk 4 cabang.