» » BOBROK itu ada dimana ?

BOBROK itu ada dimana ?

Penulis By on Kamis, 06 Januari 2022 | No comments

Migo Berita - Banjarmasin - Bobrok itu ada dimana? Mungkin terdengar menghakimi, namun ini adalah pertanyaan keseharian, dimana mereka haus akan Keadilan.

Cuitan Ferdinand VS Pernyataan Gusdur

Perkembangan teknologi membawa dampak positif bagi kehidupan. Dulu jika mau pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji harus menggunakan kapal laut dan memerlukan waktu berbulan-bulan. Sekarang dengan teknologi terciptalah kapal terbang yang mampu mempersingkat waktu perjalanan. Indonesia Arab Saudi bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 8-9 jam saja. Alhamdulillah.

Silaturahmi pun sekarang bisa lebih mudah. Dulu jika ingin berbicara dengan teman atau saudara harus datang langsung ke tempatnya. Paling banter bisa menelon melalui telepon umum atau wartel. Itu pun orang yang dituju harus mempunyai telepon di rumahnya.

Sekarang teknologi yang semakin maju telah menghubungkan semua orang. Seakan tempat semakin berdekatan dan waktu bisa dipersingkat. Kita bisa mengobrol, mengirim pesan bahkan ngobrol sambil melihat wajah lawan bicara melalui telepon genggam dengan segala kecanggihannya.

Tetapi efek positif diiringi oleh efek samping negatif. Perkembangan teknologi telah menciptakan berbagai aplikasi yang maksud awalnya untuk memudahkan. Tetapi saking mudahnya, kita pun menjadi terlena dan sering terpancing untuk memposting sesuatu yang tidak pantas dan bertentangan dengan hukum.

Terbaru, dunia maya kembali heboh dengan adanya tagar #TangkapFerdinand. Ramai tagar #TangkapFerdinand di media sosial terutama Twitter. Saat ini, Rabu (5/1/2022) tagar itu menempati posisi pertama trending topic dengan lebih dari 29 ribu tweet terlontar.

Netizen banyak yang melontarkan kemarahannya gegara cuitan dari Ferdinan Hutahaean tersebut. Seperti diberitakan, dalam akun Twitternya @FerdinandHaean3, dia sempat mencuit soal 'Allahmu ternyata lemah'. Cuitan itu dibuat Selasa (4/1) kemarin. Namun cuitan itu kini sudah dihapus.

"Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela," bunyi cuitan Ferdinand.

Cuitan ini mengundang kontroversi karena sangat sensitif. Karena cuitan ini obrolan berkembang ke mana-mana sampai menyinggung pernyataan Gusdur yang dianggap mirip dengan postingan Ferdinand. Dulu Gusdur pernah mengeluarkan pernyataan bahwa “Tuhan Tidak Perlu Dibela”.

Menurut saya jangan menyamakan cuitan 'Allahmu ternyata lemah' Ferdinand Hutahaean dengan pernyataan Presiden ke-4 RI sekaligus mantan Ketua Umum PBNU, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Gus Dur tak pernah menghakimi bahwa Tuhan yang diyakini seseorang keadaannya lemah sehingga harus dibela. Menurut saya, cuitan Ferdinand Hutahaean 'Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela...' tidak sama dengan kalimat Gus Dur yang pernah bilang 'Tuhan Tidak Perlu Dibela'. Gus Dur sama sekali tidak menghakimi bahwa Tuhan yang diyakini seseorang keadaannya lemah harus dibela. Gus Dur justru menegaskan Tuhan tidak perlu dibela karena Tuhan Maha Kuat dan Kuasa.

Cuitan Ferdinand itu justru berpotensi membuat keonaran. Karena cuitan Ferdinand diduga telah menghina agama tertentu. Cuitan Ferdinand itu, dapat dikategorikan sebagai serangan penghinaan dan penistaan terhadap agama tertentu, berpotensi menimbulkan keonaran dan permusuhan bernuansa agama serta mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Sangat jauh berbeda antara cuitan Ferdinand dengan perkataan Gus Dur.

Saya kira pihak kepolisian harus bertindak tegas dengan memproses kasus Ferdinand ini sampai tuntas. Seluruh warga negara berkedudukan sama di depan hukum.

Tak peduli ia berasal dari kelompok mayoritas atau minoritas. Tidak boleh ada diktator mayoritas dan juga tidak boleh ada tirani minoritas. Dalam sistem demokrasi, jika hukum dijalankan dengan diskriminatif, maka ia akan menjadi sumber perpecahan dan konflik sosial.

Kita semua harus memiliki kesadaran ini. Kita masih dalam proses membangun karakter bangsa yang bersatu dalam keberbedaan. Karena itu, siapa pun yang terbukti melanggar norma-norma hukum, maka aparat penegak hukum harus memprosesnya dengan seadil-adilnya.

Masalah keyakinan agama apalagi menyangkut ketuhanan merupakan urusan personal setiap warga negara Indonesia. Hal itu telah dijamin dan dilindungi konstitusi.

Siapa pun tidak boleh membawa-bawa masalah keyakinan asasi itu ke ranah diskursus publik, karena pasti akan menyebabkan ketersinggungan sesama warga negara yang berbeda keyakinan. Kasus cuitan Ferdinand ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua sebagai warga negara.

Di era perkembangan teknologi bukan hanya lisan, obrolan yang harus kita jaga, tetapi cuitan, postingan melalui media sosial pun harus kita saring jangan sampai memicu keributan dan pertengkaran.

Bukan hanya bibir dan lidah yang dijaga agar tidak mengeluarkan pernyataan yang menyinggung orang lain. Tapi juga jari harus sangat kita jaga, agar tidak mengetik kalimat sembarangan yang berpotensi menimbulkan keributan.

Cuitan Ferdinand VS Pernyataan Gusdur

Sumber Utama : https://seword.com/politik/cuitan-ferdinand-vs-pernyataan-gusdur-SoBFzDRk30

Narji Tak Sengaja Bongkar Borok PKS

Orang yang tak paham politik ketika masuk ke partai cenderung akan jadi lelucon. Apalagi kalau yang masuk politik adalah komedian, maka double lah kelucuannya.

Sama seperti Narji yang belakangan memilih bergabung dengan PKS. Padahal dalam beberapa kesempatan terlihat dekat dengan Demokrat. Cerita ini agak lucu. Bagaimana dua partai papan bawah coba memperebutkan kader yang kurang berkualitas. Hahaha tapi itulah faktanya.

Nah belakangan, Narji menyampaikan permintaan maaf karena pernah mendukung keputusan Jenderal Dudung Abdurrahman dalam menertibkan baliho-baliho Rizieq. Alasannya, Narji tak ingin menyakiti perasaan umat Islam lewat dukungan pada Jenderal Dudung.

Setelah itu Narji mengaku siap untuk mengikuti proses pembinaan di PKS. Lebih aneh lagi karena wakil ketua fraksi PKS di DPR malah mendukung permohonan maaf Narji.

Kalau kita simpulkan, itu kan artinya, Narji ketika masuk ke PKS harus mendukung Rizieq? Mendukung baliho Rizieq yang tersebar di mana-mana?

Lebih buruk dari itu, rupanya pernyataan Narji ini malah didukung oleh elite PKS yang semakin menunjukkan seolah permohonan maaf ini adalah soal aturan dan ideologi PKS. Sehingga ketika masuk PKS, semua pendapat pribadi harus ditanggalkan. Termasuk soal penertiban baliho Rizieq.

Ini menarik sekaligus membuka tabir kemunafikan PKS sebagai partai.

Entah siapa yang mengarahkan dan mendorong agar Narji minta maaf. Yang pasti itu elite yang punya kewenangan untuk mengarahkan. Dan ini menunjukkan betapa PKS sebenarnya sangat-sangat mendukung maraknya baliho Rizieq dan tidak terima ketika diturunkan.

Padahal secara aturan, baliho tersebut adalah sampah yang mengganggu pemandangan jalan. Adalah baliho yang tak bayar pajak dan memang harus ditertibkan.

Nah PKS sebagai partai mestinya mengerti posisi ini. Harusnya juga mendukung penertiban baliho-baliho Rizieq. Bukan malah protes keras terhadap Jenderal Dudung.

Dari sini saja, kita akhirnya tahu pola pikir orang-orang PKS yang nampaknya tak ingin negeri ini bersih dari bau radikal dan provokator. Dan itu semua terbongkar gara-gara pernyataan Narji.

Dalam bayangan saya, Narji pasti mendapat arahan soal cara meraih suara. Meski sebenarnya, arahan tersebut tak perlu langsung diterapkan dan disampaikan ke muka publik. Seperti meminta maaf tadi.

Tapi dasarnya Narji emang masih baru di politik, ga paham antara arahan dan peran, jadinya campur aduk. Mungkin juga karena Narji melihat peluang ada konten lucu. Karena dia bilang, istrinya saja memaafkan tampangnya yang begitu, masa masyarakat Indonesia ngga?

Lihatlah. Betapa konyol dan lucunya politik di mata Narji. Hahaha

Sebagai orang awam, saya cukup berterima kasih kepada Narji. Karena dengannya, kini kita jadi tahu soal posisi PKS dalam penertiban baliho-baliho Rizieq. Mereka memang mendukung dan mencari suara dari para pengikut Rizieq.

Kalau sudah begini, kenapa masih harus malu-malu lagi? mestinya PKS bisa secara terbuka bergantung pada Rizieq sebagai tempat mendulang suara. Kenapa tidak usulkan Rizieq maju sebagai calon legislatif dari DPR? Saya yakin suaranya akan lumayan signifikan membantu PKS yang sedang sekarat.

Atau kalau perlu jadikan Rizieq sebagai ketua PKS. Dengan begitu balihonya bisa kembali tersebar di mana-mana seperti sebelumnya. Tapi secara legal dan tak bisa diturunkan lagi oleh Jenderal Dudung.

Sebab kalau hanya mengandalkan Narji, saya sangat yakin pemilihnya akan jauh lebih banyak yang kontra dengan PKS.

Jadi sebenarnya, PKS ibarat membeli gerbong kosong. Berharap mendapat limpahan suara dari popularitas Narji sang artis nasional, tapi kenyataannya ga dapat apa-apa.

Buat Narji, selamat belajar menjadi politisi. Semoga semakin lucu bersama PKS, dan dapat membuka borok internal PKS secara tak sengaja seperti permohonan maaf tadi. Dengan begitu masyarakat bisa semakin belajar, dan semakin yakin untuk tidak memilih PKS.

Karena fakta membuktikan bahwa Rizieq adalah provokator. Ceramahnya merusak. Jadi kalau Narji sekarang malah mendukung baliho-baliho yang berdiri mengganggu jalan raya, itu menunjukkan pilihannya salah kaprah dan mendukung orang-orang bermasalah.

Tapi sekali lagi, itu adalah pilihan politik Narji dan PKS. Boleh boleh saja. Silahkan. Semoga dengan strategi yang semakin terang-terangan ini suara PKS semakin lenyap dari Senayan. Tinggal kenangan dan menjadi partai gurem yang tak lagi diperhitungkan dan tak punya wakil.
Narji Tak Sengaja Bongkar Borok PKS

Sumber Utama : https://seword.com/politik/narji-tak-sengaja-bongkar-borok-pks-nPZM3NGr6U 

Perintah Presiden Dilanggar; Pakai Joki Pula, Mau Jadi Apa Negara Ini?

Semua orang waras yang belum sinting di negara ini tentu saja tidak ingin Pandemi COVID-19 terus merajalela di NKRI, apapun variannya. Harapan tersebut sejatinya diikuti oleh semua pihak tanpa terkecuali, mau pejabat tikus berdasi atau orang biasa sekalipun, agar patuh menjalani aturan karantina kesehatan.

Virus Corona tidak mengenal kasta manusia, bangsawan, pejabat dan rakyat jelata. Jika aturannya belum berubah dan diutak-atik berdasarkan pesanan, aturan karantina mengatur bahwa setiap kedatangan dari luar negeri atau pelaku perjalanan internasional diwajibkan menjalani karantina selama 8 x 24 jam atau 14 x 24 jam tergantung eskalasi kasus positif COVID-19 di negara asal,

Setelah tujuh hari karantina sejak tanggal kedatangan bagi WNI, dilakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil RT-PCR negatif, maka baru setelah masa karantina 8 x 24 jam atau 14 x 24 jam itu karantina dinyatakan selesai.

Pemerintah sudah pontang-panting agar negara ini tetap survive ditengah terjangan badai Covid yang membabi buta, maka tak seorangpun harus diperlakukan special hanya lantaran statusnya pejabat atau anggota Dewan sekalipun.

Kita semua sudah merasakan babak belur, banyak anak-anak nestapa menjadi yatim dan piatu, banyak orang kaya miskin mendadak. Pertumbuhan perekonomian bangsa pun tersendat, dan negara hampir ambruk di jurang kehancuran. Maka kenapa pejabat boleh bebas ngendon di rumah, orang biasa harus karantina. Enak betul.

Itulah sebabnya saya tidak merasa heran jika Presiden Jokowi sangat gerah dengan aturan keistimewaan karantina bagi pejabat di negeri ini. Presiden Jokowi telah bicara dengan sangat ķeras dan tegas agar tak ada lagi dispensasi karantina bagi pelaku perjalanan yang datang dari luar negeri, termasuk para pejabat.

Namun faktanya, hingga saat ini ternyata aturan dispensasi tersebut masih berlaku. Ini bagaimana? Keukeuh betul ya dengan ketimpangan aturan itu.

"Sampai saat ini aturan pelaku perjalanan masih mengacu kepada SE (Surat Edaran) Satgas Nomor 26 Tahun 2021. Mohon menunggu update-nya dari rilis resmi yang disampaikan pemerintah," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, Rabu (5/1/2021).

Surat Edaran yang dimaksud adalah yang diteken diteken Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Suharyanto pada 25 Desember 2021. SE tersebut mengatur protokol kesehatan perjalanan luar negeri pada masa pandemi Corona Virus Disease 20219 (COVID-19), termasuk kelonggaran karantina bagi pejabat.

Ketimpangan aturan karantina yang didispensasi bagi pejabat itu termaktub jelas kok dalam aturan bahwa WNI dengan status pejabat setingkat eselon I ke atas di lembaga pemerintahan, pimpinan lembaga pemerintahan, anggota DPR, anggota DPRD, dan lembaga yudisial dalam rangka perjalanan dinas dapat melaksanakan karantina mandiri bersifat individual.

Jika pejabat setingkat eselon I itu ke atas bukan dalam rangka perjalanan dinas dapat diberikan dispensasi terhadap pelaksanaan karantina terpusat selama 10 x 24 jam berupa pengurangan durasi karantina.

Padahal Presiden Jokowi sudah memerintahkan stop dispensasi karantina bagi warga yang pulang dari luar negeri karena adanya kenaikan kasus COVID-19 varian Omicron di Tanah Air.

Contohnya artis Ashanti yang terpapar varian Omicron setelah pulang libur dari Turki. Presiden Jokowi bahkan sampai meminta kepada BIN dan Polri untuk turun tangan mengawasi terkait karantina tersebut.

"Saya minta betul-betul utamanya yang terkait dengan Omicron ini adalah karantina, bagi yang datang dari luar negeri. Jangan ada lagi dispensasi, dispensasi. Apalagi yang bayar-bayar itu kejadian lagi," ujar Presiden Jokowi dalam rapat terbatas dengan pihak terkait pada hari Senin (3/1/2022).

"Kalau kita lihat, kenaikan menjadi 136 kasus ini hampir seluruhnya berasal dari kasus impor. Saya harapkan sekali lagi BIN, Polri, yang menyangkut urusan karantina agar betul-betul diawasi betul," tambahnya.

Jika perintah Presiden Jokowi saja tidak digubris, mau jadi apa sudah bangsa ini, Masih ada saja yang tak ingin kehilangan diskresi. Intinya SATGAS COVID-19 belum menjalankan instruksi Presiden.

Yang lebih konyol lagi, bahkan ada praktik joki karantina selama Pandemi COVID-19, sekalipun sudah diberlakukan aplikasi Monitoring Karantina Presisi.

Namun orang yang di dalam kamar karantina bukanlah pelaku karantina yang sebenarnya karena dijokiin oleh orang lain. HP-nya ada, tapi orangnya tidak ada. Kan bangke.

Rakyat pun jadi bingung oleh ulah para pejabat di negeri ini. Seolah-olah menganggap karantina adalah hukuman, bukan untuk mencegah penularan virus.

Jika memang tujuannya karantina untuk mencegah penularan virus Corona, apapaun variannya, maka maka siapapun orangnya, termasuk setan sekalipun, harus dikarantina jika datang dari luar negri.

Perintah Presiden Dilanggar; Pakai Joki Pula, Mau Jadi Apa Negara Ini?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/perintah-presiden-dilanggar-pakai-joki-pula-mau-Xvlmx2J8qM

Sebelum Ferdinand Ditangkap, Baca Dulu Ini!

Siapa diantara kita yang benar-benar mengenal Allah? Rasa-rasanya tidak ada ya? Semua hanya persepsi. Manusia hidup didominasi dengan persepsi atau subjektif. Pernah ada orang yang berdoa, tentu saja maksud dia yaitu berdoa kepada Allah, karena saat itu dia mendapatkan informasi bahwa Allah pasti mengabulkan doa hamba-hambaNya. Allah maha segala-galanya. Namun, ternyata apa yang orang itu harapkan dalam doanya, belum juga terwujud alias merasa bahwa doanya tidak terkabul.

Lalu, ia kembali merenung dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa doanya tidak terkabul? Dan akhirnya muncul pertanyaan dalam benaknya “Apakah ada yang salah dalam doa saya? Atau apa benar Tuhan itu ada?” dan segala macam pertanyaan demi pertanyaan pun timbul naik. Dan jika orang-orang seperti ini tak mendapatkan penjelasan yang pas atas masalahnya ini, maka lambat laun pun akan malas berdoa, kemalasan itu karena muncul keraguan, keraguan muncul karena apa yang diharapkannya tak sesuai, padahal bisa saja dengan sedikit kesabaran doanya pun bisa terkabul.

Belum lagi ketika orang ini menyaksikan banyak orang beragama dengan cita rasa brutal seperti misalnya kelompok ISIS, FPI, HTI, dan sekutunya itu, akhirnya tidak percaya adanya Allah atau Tuhan, atheis. Nauzubillah min dzalik. Padahal orang seperti ini seharusnya bisa beragama dengan memulai perjalanannya dengan berangkat menggunakan akal sehat, atau memaksimalkan kerja-kerja pikirannya. Ia boleh menyelami filsafat tapi bukan untuk gaya-gayaan atau mau dibilang jago berdebat, atau menyelami metafisika maupun ilmu-ilmu irfan atau tasawuf, tapi bukan bisa terlihat sakti dan bisa terbang dan berjalan di atas air, bukan itu. Tapi semua itu bisa menjadi kendaraan menyelami hamparan makna hidup atau hakikat hidupnya, termasuk tentu saja hakikat doa itu.

Dan ketika orang ini sudah belajar dan menyelami hal itu, maka saya yakin, orang ini tak mudah baper, tak mudah kecewa, dan tak mudah menilai orang lain buruk keyakinannya. Kebijaksanaan akan muncul dari dalam dirinya, sehingga jika orang seperti ini jumlahnya banyak di negeri ini, saya yakin lagi, Indonesia bisa aman tenteram damai, dan undang-undang tentang penodaan agama, bisa tidak pernah akan dipakai lagi, artinya tidak begitu gampang melaporkan orang-orang yang dianggap menista agama atau Allah.

Namun sayangnya, politik kekuasaan telah berusaha mengkerdilkan cara berpikir anak bangsa selama ini, hampir sepanjang tahun keributan atau kegaduhan dengan tema agama selalu saja ramai, hampir tak pernah sepi ruang-ruang sosial ribut soal agama. Ada gereja yang dilarang dibangun, bahkan ada rumah ibadah yang dibakar, juga sudah pernah terjadi pembunuhan karena berbeda mazhab meskipun dalam satu agama. Apakah begini ajaran Allah yang maha pengasih dan penyayang?

Orang cerdas yang sudah belajar dengan baik perangkat fundamental beragama, akan bijak menjalankan agama yang dianutnya. Orang cerdas tidak akan dengan mudah menghina agama orang lain, justru akan kritis dan merenungi setiap teks-teks keagamaan, baik itu dari kitab suci maupun dari hadist-hadist yang jumlahnya begitu banyak dan beragam.

Tentu saja orang cerdas itu berbeda dengan orang licik. Kalau orang licik itu, ia bisa banyak menghafal ayat dan hadist, namun hafalannya itu untuk digunakan mendongkrak kepentingan politik kekuasaan, atau digunakan agar si Bohir bisa meraih lancar bisnisnya, sebab orang yang banyak hafal dan fasih menggunakan dalil bisa menggaet massa atau banyak pengikutnya. Dan disitulah ada nilai pasar, dimana banyak massa maka disitulah ada hukum pasar. Begitu kan?

Orang licik itu, bisalah kita misalkan dengan si Somad. Orang cerdas yang mata batinnya tajam, bisa melihat jelas bagaimana kelicikan itu sedang bergulat dalam diri Somad dan apa yang sedang dimainkannya. Apalagi sangat jelas kibulannya sewaktu mengaku bermimpi sampai 5 kali bahwa Prabowo akan menang dan jadi Presiden, ternyata faktanya yang jadi presiden adalah Jokowi.

Nah, dari apa yang saya uraikan ini, lalu mencoba menghubungkannya dengan kasus Ferdinan Hutahean yang sempat tranding atas upaya penangkapannya, maka semua manusia tidak akan pernah selesai caranya berTuhan selama ada di bumi ini. Bumi ini hanya panggung sementara untuk manusia berusaha memahami tanda-tanda dari Allah. Setiap manusia bisa jadi berbeda-beda memahami Tuhan atau Allah. Bahkan kaum ekstrimi wahabi, menggambarkan Allah yang duduk di atas A'rsy seperti seorang raja, yang artinya malah menggambarkan seperti orang yang punya kedudukan layaknya manusia yang berkuasa di bumi, ini justru pemahaman yang sangat fatal, bisa mengarah merendahkan kan?

Jadi,

Dan bagaimanapun itu persepsi manusia atau cara memahamiNya, maka “Wa lam yakun lahu kufuan ahad' (Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan DIA(Allah))” Quran Surah Al-Ikhlas 112 ayat 4. Dari ayat ini seharusnya tidak perlu lagi tersinggung jika ada status seperti yang ditulis oleh Ferdinan "Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela,"

Bahkan hadist berikut "Aku sesuai persangkaan baik hamba-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana yang ia mau" (HR. Ahmad). Jelas sekali, kalau berprasangka baik maka baik pula hasilnya, tapi kalau sudah berprasangka buruk, maka hasilnya adalah kegaduhan.

Jadi laporan terhadap Ferdinan itu adalah memang sebuah celah yang sudah ditunggu-tunggu, dan sudah bisa dibaca bahwa itu hanyalah upaya melampiaskan kebencian. Dan ketika si Bahar sudah jadi tersangka dan ditahan, muncul tagar-tagar seperti #tangkapAbuJanda #TangkapDenySiregar #TangkapAdeArmando dan #tangkapFerdinan, hampir semua pendukung pemerintahan Jokowi, ingin dijadikan pelampiasan balas dendam dan menggunakan tema agama, dan Ferdinan kali ini yang menyebut Allah dalam cuitannya, pun dilirik, apalagi kan Ferdinan adalah non-muslim, maka ini malah bisa lebih mudah dijerat?

Sebabagaimana Ahok dulu yang dipaksa jadi penista agama, padahal sesungguhnya, para kadrun itu hanya ingin Ahok dikalahkan dari kursi Gubernur plus menjatuhkan pemerintahan Jokowi. Tapi Allah berkehendak lain. Maka mungkin saat ini, Si Neno sudah tidak mau menyembah Allah karena doanya tidak terkabul, kan waktu itu ia berdoa agar Prabowo menang supaya tetap banyak orang yang menyembah Allah, tapi ternyata yang menang adalah Jokowi.

Jadi, sampai kapan negara ini bebas dari kegaduhan soal tema agama? Sampai kapan arogansi beragama itu reda? Sampai kapan merasa paling benar memeluk agama itu terus membuncah? Mudah-mudahan bukan sampai lebaran kuda! 
Sebelum Ferdinand Ditangkap, Baca Dulu Ini!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sebelum-ferdinand-ditangkap-baca-dulu-ini-6akzRGEGJf 

Herry Wirawan Ngaku Khilaf, Tapi Khilaf Kok Terus-Terusan?

Apa yang biasanya dipikirkan seseorang ketika melakukan kejatahan? Biasanya tak berpikir panjang akan konsekuensinya. Mereka tahu, tapi masa bodo. Tapi setelah tertangkap, dan wajah terpampang di mana-mana, barulah terkejut dan syok hampir pingsan. Barulah dia sadar akan kesalahannya dan mengeluarkan jurus mainstream. Menyesal, mengaku salah, khilaf dan berurai air mata.

Herry Wirawan tertangkap karena memperkosa 13 santriwati. Beberapa di antaranya bahkan ada yang hamil dan melahirkan. Dia kemudian mengaku khilaf dan meminta maaf atas perbuatannya itu.

"Ketika ditanyakan motifnya, itu jawabannya yang masih berbelit belit, tapi ujung-ujungnya dinyatakan bahwa dia minta maaf dan khilaf, itu yang disampaikan oleh HW," kata Kasipenkum Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat Dodi Gazali Emil.

Jawaban berbelit-belit dan muter-muter biasanya adalah tanda seseorang menyembunyikan sesuatu yang berpotensi membuatnya lebih terjepit. Kalau dia menjelaskan motifnya, bisa jadi dakwaan terhadapnya akan lebih berat.

Motif seperti ini tidak akan lari dari masalah nafsu biadab. Tak mungkin lah dia melakukan ini karena iseng doang atau sebagai kajian internal atau bahan riset. Ini cuma masalah nafsu yang tidak mampu dikendalikan. Siapa pun bakal disikat kalau dosisnya berlebihan.

Tidak dijelaskan permintaan maaf seperti apa yang diucapkan Herry. Dia hanya meminta maaf dan mengaku khilaf.

Pertanyaannya adalah, khilaf kok rutin kayak minum obat? Khilaf itu biasanya hanya satu kali. Tapi kok sampai 13 santriwati jadi korban? Ini bukan khilaf, tapi kelakuan yang biadab. Bahkan ada satu santriwati melahirkan sampai dua kali. Ini benar-benar kelakuan yang di luar nalar.

Lebih gilanya lagi, dia juga pernah kepergok oleh istrinya saat melakukan perbuatan tidak senonoh dengan salah satu santriwati, yang merupakan keponakan istrinya sendiri. Dia juga sering bertindak kasar terhadap istrinya sendiri. Bukan hanya itu saja, dia juga sempat meminta maaf pada istrinya dan mengaku tidak akan mengulanginya lagi.

Tapi apa yang terjadi? Perbuatan ini lanjut terus. Minta maaf dan khilaf hanya berlaku sementara. Kalau tidak diberi hukuman, biasanya perbuatan serupa akan terulang lagi. Dan memang Herry melakukan aksinya ke banyak korban.

Orang yang kepergok melakukan kejahatan berulang kali lalu mengatakan khilaf, biasanya itu adalah bohong. Kalau tidak ada ganjaran keras, dia akan terus mengulangi perbuatannya.

Udah terciduk aja ngakunya khilaf. Coba kalau tidak ketahuan, bisa jadi aksi tak senonoh ini akan terus berlanjut. Entah berapa banyak santriwati yang akan menjadi korbannya.

Harusnya hukuman kepada orang seperti ini jangan dipertimbangkan soal pengakuan maaf dan khilaf. Itu cuma kedok untuk menutupi kebusukan moralnya. Itu cuma pembelaan agar hukuman diringankan.

Pertimbangkan soal nasib santriwati yang jadi korbannya. Bagaimana kesedihannya. Masa depan direnggut paksa. Belum lagi soal beban emosional dan trauma yang akan dipikul seumur hidup. Rasa malu yang harus ditanggung selamanya. Pertimbangkan juga orang tua korban yang pasti merasakan sakit luar biasa saat mengetahui anaknya dilecehkan seperti itu.

Rasanya hukuman seumur hidup pun masih belum pantas untuk orang seperti Herry Wirawan. Jangan sampai pengakuan khilaf dan sikap kooperatif selama sidang dijadikan faktor yang meringankan hukuman. Jangan sampai itu terjadi. Satu orang merusak 13 orang. Ini sungguh tak termaafkan. Kita yakin keluarga korban pun takkan pernah memaafkan orang ini.

Mungkin sudah tiba saatnya di mana kata 'khilaf' membuat terdakwa diperberat hukumannya. Enak aja bilang khilaf setelah enak-enak merusak masa depan orang. Gentleman dikit mengaku salah dan akui saja motifnya. Jangan berbelit-belit dengan wajah sok sedih. Semua itu cuma topeng palsu untuk melindungi diri. Melakukan perbuatan itu belasan kali, lalu seenaknya bilang khilaf dan minta maaf, adalah tanda pengecut.

Semua tersangka pasti mengaku khilaf kalau sudah tertangkap. Kalau belum ketangkap pasti beda lagi omongannya. Orang begini jangan dikasih kendor. Gas terus. Jangan kasih ampun. Apalagi ini menggunakan agama agar korbannya tunduk dan tak bisa melawan. Alasan harus patuh pada dia lalu melakukan kejahatan? Benar-benar niat yang sangat jahat.

Bagaimana menurut Anda?

Herry Wirawan Ngaku Khilaf, Tapi Khilaf Kok Terus-Terusan?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/herry-wirawan-ngaku-khilaf-tapi-khilaf-kok-terus-Er0TzjhIid

Kerugian Negara Kasus Asabri Memancing DO Hakim Mulyono, Hitungan Harus Faktual!

Saat ini kasus Asabri tengah memasuki masa akhir yakni menunggu vonis akhir hakim. Adanya kejanggalan kasus ini semakin mencuat setelah salah satu anggota Majelis Hakim, Mulyono Dwi Purwantoro mengajukan dissenting opinion. Pasalnya kerugian negara sebesar 22 triliun lebih yang jadi dasar menghukum para terdakwa ternyata masih potensial alias belum pasti. Nyatanya audit BPK justru menjadi tanda tanya besar. Darimana hitungan kerugian selama belasan tahun?

Bukannya BPK sebagai lembaga audit milik negara bertugas mengaudit semua perusahaan BUMN tiap tahun. Kalaupun ada dugaan mark up sebelumnya, harusnya ditanyakan juga apakah hanya kesalahan direksi semata atau justru ada kongkalingkong dengan BPK. Atau justru kesalahan baru-baru ini dari audit orang baru BPK? Karena diketahui asal muasal kasus ini ada dari laporan Rini yang ditengarahi ingin cari muka ke presiden jelang akhir jabatannya.

Sebagai perusahaan investasi, direksi dan manajemen Jiwasraya dan Asabri tentunya memutar otak agar perusahaannya jalan dan memberi keuntungan. Karena tidak mungkin mereka hanya menyimpan uang nasabah saja. Apalagi setelah sekian tahun pasti terjadi inflasi nilai mata uang. Disinilah upaya mencari untung lewat pembelian saham dilakukan. Anehnya keuntungan bertahun-tahun ke dua perusahaan ini tak diperhitungkan, justru hanya mengambil data saat saham dengan jatuh lalu mengklaim adanya kerugian negara puluhan triliun.

Makanya jangan heran saat kasus Jiwasraya diusut di pengadilan, justru sahamnya diberitakan media kontan naik besar-besaran. Namun, nasi sudah jadi bubur, BPK dan Kejaksaan sudah terlanjur ngaco saat menerima Rini dan malah Kejaksaan ingin dianggap sebagai pahlawan lantaran mengusut korupsi besar. Tuntutan hukuman mati ke salah satu terdakwa disertai ganti rugi dengan jumlah fantastis sangat menyayat logika.

Bahkan baru pertema kalinya ada pengusutan kasus korupsi yang luar biasa janggal. Sampai-sampai banyak pakar hukum berkomentar keras. Karena total korupsi yang disebut bahkan jauh di atas kasus e KTP. Guru Besar Hukum Pidana UNAIR, Nur Basuki menyebut kasus korupsi Asabri menyalahi aturan MK yang menyebut jika kerugian negara yang disebut harus faktual, bukan kerugian potensial.

Dirinya menegaskan bahwa jangan sampai kerugian yang aslinya 5 milyar malah dihitung 5 triliun. Ujung-ujungnya bukan menegakkan keadilan, malah mendzolimi terdakwa dengan membebankan kerugian negara yang belum pasti adanya. Di lain pihak, ada nama Bakrie yang disebut ngemplang repo senilai 3 triliun yang hingga kini tak pernah dipanggil sebagai saksi dalam kasus Jiwasraya. Kalau ternyata hanya dua tiga orang pihak luar yang diseret dari puluhan nama, maka fix mereka yang dituntut berat hingga hukuman mati adalah tumbal dari puluhan nama tersebut.

Dan sudah menjadi rahasia umum jika BPK maupun Kejaksaan sering masuk angin dengan keadilan di muka hukum. Ketua BPK disebut orang dekat Bakrie, sedang Kejaksaan sendiri malah menuntut ringan kasus yang menyeret mantan rekan mereka di kasus Djoko Tjandra. Apakah keadilan di negeri ini sedemikian suramnya. Bahkan dari sekian hakim, cuma satu orang yang berani menyuarakan dissenting opinion terhadap kasus janggal ini.

Sebelumnya diberitakan bahwa Nur Basuki Minarno, Guru Besar Hukum Pidana UNAIR, dissenting opinion (DO) yang dilakukan anggota Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam kasus Asabri sudah tepat dari segi aturan maupun undang-undang (UU). Ini lantaran tidak ditemukannya kerugian negara secara pasti dalam kasus korupsi Asabri. Perhitungan berdasarkan potensial kerugian ujungnya akan membebani terpidana.

Nur Basuki menjelaskan bahwa frasa ‘dapat’ dalam kalimat ‘….dapat merugikan keuangan negara’ dalam Pasal 2 dan 3 UU Tipikor telah dinyatakan tidak berlaku oleh MK sehingga kerugian negara haruslah riil, nyata dan pasti. Tidak boleh memasukkan potensial keruagian. Sebelumnya Hakim Mulyono memberikan dissenting opinion karena menilai penghitungan kerugian keuangan negara dalam kasus Asabri oleh BPK tidak konsisten.

Hakim Mulyono mengungkap bahwa BPK mendasarkan perhitungan pada pembelian dana investasi oleh Asabri yang tidak sesuai prosedur dan di lain pihak, BPK tetap menggunakan pengembalian efek yang diterima dari reksadana yang dibeli secara tidak sah dalam perhitungannya. Artinya audit BPK yang jadi landasan Kejaksaan tersebut menggunakan 2 parameter yang berbeda.

Dosen UNAIR ini menambahkan bahwa dissenting opinion Hakim Mulyono penting sebagai catatan bagi pengadilan di atasanya, yaitu pengadilan banding dan pengadilan kasasi. Banding sendiri memiliki pengertian sebagai salah satu upaya hukum yang dapat diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri.

Nantinya para pihak yang keberatan dengan putusan isi putusan Pengadilan Negeri bisa mengajukan banding kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan. Sesuai dengan azasnya, dengan diajukannya banding maka pelaksanaan isi putusan Pengadilan Negeri belum dapat dilaksanakan karena belum mempunyai kekuatan hukum yang tepat, kecuali terhadap putusan uit voerbaar bij voeraad.

Semoga saja dengan adanya dissenting opinion sebagai modal pengajuan banding atau kasasi, terpidana yang tak terbukti melakukan pelanggaran bisa diberi keringanan hukuman. Kalau perlu hakim lainnya ikut mendukung dissenting opinion yang jujur ini ketimbang memaksakan vonis pada mereka yang tak bersalah. Kita juga masih menantikan gebrakan baru di Kejaksaan dengan diangkatnya wakil jaksa agung yang baru. Jangan sampai tuntutan yang salah menjadi preseden buruk ke depannya. Juga harapan besar bagi seluruh hakim untuk memutus perkara ini seadil-adilnya.

Kerugian Negara Kasus Asabri Memancing DO Hakim Mulyono, Hitungan Harus Faktual!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/kerugian-negara-kasus-asabri-memancing-do-hakim-GtvMPKeez3

Skenario Tiji Tibeh Adhie Massardi Seret Nama Beken di Pusaran KPK

Wah, ini menarik. Tapi saya mencoba melihatnya dari sisi yang berbeda. Bukan dari sisi apa yang dipersoalkan si pelapor. Begini, tak ada angin tak ada hujan. Secara tiba-tiba, sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju hingga kepala daerah dilaporkan ke KPK. Aduan itu disampaikan Poros Nasional Pemberantasan Korupsi atau PNPK yang mengklaim sebagai konsorsium gerakan masyarakat sipil antikorupsi.

Mereka menyambangi KPK sembari menyebut nama-nama lain seperti Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Pertamina Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) hingga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diklaim terlibat soal sejumlah perkara korupsi.

Tersebutlah nama Adhie Massardi, sosok yang nampak gagah dan terlihat bersih mengkilap tiada cela. Melaporkan sejumlah pejabat yang memiliki nama beken di Indonesia. Bahkan sebagian besar nama yang ia laporkan selama ini masuk bursa Capres 2024. Seperti Ganjar, Anies, Erick, Ahok dan Airlangga. Lantas siapa Adhie Massardi? Mungkin bagi kalangan milenial terlebih generasi Z barangkali tidak mengetahui nama yang bersangkutan.

Dalam hal ini saya bukan berarti mendukung korupsi atau seorang koruptor. Sama sekali tidak. Korupsi musuh bersama itu sudah pasti. Jika memang terbukti siapapun orangnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dalam artikel ini kita akan melihat dari sisi yang berbeda. Jangan sampai nalar kita tereduksi oleh narasi yang mencoba dibangun oleh pihak-pihak yang (mungkin) memiliki kepentingan di dalamnya.

Secara singkat, Adhie Massardi merupakan mantan juru bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid ini dikenal tak henti mengkritik keras pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Segala bentuk kritik itu, ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan puisi. Demi memperjuangkan idealismenya, wartawan senior ini merapat ke barisan ekonom Rizal Ramli sebagai aktivis Komite Bangkit Indonesia dan Gerakan Indonesia Bersih. Menjadi jubir Gus Dur pun nampak ada nuansa koncoisme.

Alkisah, suatu hari saat ada sebuah perhelatan kesenian, Adhie berkenalan dengan Saifullah Yusuf yang merupakan orang kepercayaan Gus Dur. Dia diminta untuk menduduki jabatan sebagai advisor media. Namun, belum sempat Adhie mencicipi tawaran tersebut, posisinya dinaikkan menjadi juru bicara (jubir) Gus Dur.

Satu lagi yang mungkin tak banyak diketahui publik, ia pendukung Gubernur Anies Baswedan untuk menjadi presiden. Tapi mungkin Anda bertanya-tanya, "Lho kok bisa? Bukankah Anies Baswedan juga ikut dilaporkan ke KPK?." Nah, ini yang menarik untuk kita kulik lebih dalam, mengapa Adhie Masardi melakukannya.

Sebagai bukti berikut dukungan Adhie Massardi untuk Anies Baswedan menjadi presiden. Saat itu ia menyoroti soal banjir dan covid-19 di DKI Jakarta. Hal itu disampaikan Adhie Massardi melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (26/1/2021) sebagaimana dikutip media.

“Ancaman banjir dan virus komunis China Covid-19 tugas berat Gubernur DKI,” tulisnya. Menurutnya, siapapun yang jadi orang nomor satu di DKI, bakal sulit melakukan pencegahan banjir yang menjadi langganan tiap tahun saat musim penghujan. “Untuk banjir, siapkan saja tempat ngungsi dan dapur umum,” saran dia.

Karena itu, maka masyarakat DKI Jakarta tidak usah sampai bermimpi bahwa ibukota akan bebas banjir. “Jangan mimpi bisa redam banjir, karena cara ngatasinya harus lintas provinsi (Jabar, Banten),” sambungnya.

Akan tetapi, Adhie Massardi menganggap bahwa banjir DKI Jakarta bukan berarti tidak bisa diatasi. Namun, hanya ada satu cara yang bisa dilakukan. Yakni Anies Baswedan jadi presiden. “Kecuali Anies jadi Presiden, ngatasi banjir DKI mudah…!” tandasnya. Sumber

Statement Adhie Massardi barangkali mencoba membela soal sumur resapan yang menjadi bahan tertawaan seluruh rakyat Indonesia. Dalam hati mungkin Anda tersenyum geli. Mengapa harus nunggu jadi presiden untuk mengatasi wilayah yang skupnya justru lebih kecil? Gunanya menjadi gubernur apa dong?. Sedang presiden itu nanti tugasnya seluruh nusantara jauh lebih kompleks.

Baik tinggalkan sejenak soal pendapat Adhie Massardi soal banjir dan Anies yang absurd. Dan yang hendak saya kedepankan, ternyata jejak digital tak dapat hilang begitu saja, jika ternyata Adhie Massardi ini diketahui pendukung seorang Anies Baswedan untuk menjadi seorang presiden seperti pernyataannya di atas.

Kian menarik, lalu apa motivasi Adhie Massardi sampai akhirnya ia menyeret nama-nama beken di atas itu? Dalam rilisnya Adhie Massardi dan kawan-kawannya mengatakan maksud dan tujuannya tersebut. Seperti yang diberitakan rekan media detik sebagai berikut. Adhie mengatakan KPK harus benar-benar menuntaskan dugaan korupsi para pejabat tersebut. Pasalnya, kata Adhie, agar nanti saat menjelang Pemilu tidak terdapat kampanye hitam.

"Agar tahu ini dibersihkan, kalau memang bersalah segera ditangkap, kalau tidak, dinyatakan clear, sehingga ke depan nanti dalam konstentasi elektroral itu tidak ada lagi kampanye hitam masalah ini, ini harus dibuka," kata Adhie.

Dia mengaku sudah mengadukan perihal itu melalui Unit Pengaduan Masyarakat KPK. Dia turut menunjukkan surat tanda terima pengaduan itu.

"Jadi hari ini kami ke KPK ingin bersama-sama meningkatkan agar tahun 2022 ini menjadi tahun peningkatan pemberantasan korupsi. Kami melaporkan dua kasus besar yang pertama, yang paling aktual itu adalah soal pandemi, pandemi itu korupsinya bukan soal PCR tapi juga vaksin, tapi juga soal APD dan lain-lain. Nah ini di buku yang sudah dibuat oleh saudara Gede Suryana," ujarnya.

Jika diperhatikan cukup menggelikan. Dari sekian banyak kasus yang dilaporkan oleh Adhie Massardi rakyat melihat justru yang paling mendapat perhatian khusus soal dugaan Formula E yang masih diselidiki oleh KPK. Sedang soal PCR, Vaksin apalagi yang menyangkut Ahok dan Ganjar terlihat hanya akal-akalan saja. Mengingat kasus Ahok dan Ganjar sudah pernah diperiksa dan tuntas. Terbukti sama sekali tak ada keterlibatan di depan hukum. Lalu apa lagi yang dipermasalahkan?

Nah inilah skenario yang hendak dikedepankan. Seakan mencoba untuk membangunkan sebuah kasus yang dulu sempat mengemuka agar kasus yang saat ini sedang dihadapi Anies Baswedan soal Formula E ada temannya sebagai penawarnya.

Dari sini dapat kita persepsikan (mungkin) Adhi Massardi dan kawan-kawannya sedang menggunakan skenario, taktik atau strategi Tiji Tibeh. Tiji Tibeh adalah semboyan perjuangan Pangeran Sambernyawa yang berarti "mati siji, mati kabeh" (mati satu, mati semua) atau "mukti siji, mukti kabeh" (berjaya satu, berjaya semua). Selain diterapkan dalam bidang kemiliteran atau peperangan, semboyan ini juga diterapkan dalam bidang pemerintahan.

Lantas siapa yang diuntungkan dalam hal ini? Ya, sudah barang tentu ada dua pihak. Pertama figure yang berpotensi karier politiknya hancur lebur di 2024 karena dugaan korupsi dalam hal ini Anies Baswedan, sebab dugaan korupsi Formula E sedang dalam penyelidikan KPK dan Adhie Massardi sedang berusaha membuat penawarnya dengan memunculkan tokoh lainnya. Kedua sudah barang tentu figure di luar dari nama-nama di atas yang dilaporkan Adhie.

Well, sampai di sini kiranya dapat dipahami. Dan saya rasa laporan Adhie Massardi ke KPK ini hanyalah letupan kecil saja. Seperti apa kata Ahok saat dikonfirmasi oleh awak media. "Ngapain ditanggapin, entar dapat pemberitaan mereka." Ahok seolah tahu panggung 2024 memang menggiurkan bagi para insan untuk menunjukkan eksistensinya dan berharap dapat gemerlapnya.

Bagaimana menurut Anda?

Skenario Tiji Tibeh Adhie Massardi Seret Nama Beken di Pusaran KPK

Sumber Utama : https://seword.com/politik/skenario-tiji-tibeh-adhie-massardi-seret-nama-PQyHi0Uebc

Bohir Mulai Kesal Dua Pion Utama Mereka Ditangkap

Di Twitter, beberapa hari belakangan ini ada banyak tagar yang diawali dengan kata 'tangkap'. Tangkap Denny Siregar, Abu Janda, Ade Armando dll. Nama-nama yang ditarget adalah mereka yang selama ini dikenal sebagai pembela NKRI dan dibenci setengah mati oleh kelompok sebelah.

Belakangan ini tagarnya cukup lumayan dan berulang, kadang bergiliran. Nama-nama di atas saya yakin sudah memikirkan dampak dan konsekuensinya saat memutuskan melawan kelompok sebelah lewat narasi media sosial. Saya yakin ancaman dan sumpah serapah sudah diterima dalam jumlah yang tak terhitung lagi.

Ini sebenarnya adalah perlawanan balik dari kelompok sebelah, lebih tepatnya disebut balas dendam karena junjungan mereka yaitu imam jumbo dan si preman sedang ditahan. Mereka menggaungkan narasi kenapa junjungan mereka yang katanya ulama itu diproses dengan cepat sedangkan Denny Siregar dkk lambat ditangani kasusnya.

Mereka begitu gigih menciptakan trending agar ada penggiringan opini publik. Seolah ada desakan yang begitu kuat agar mereka juga diproses hukum. Padahal, tanpa dilihat isi cuitannya, kebanyakan adalah akun bodong atau akun yang bisa ternak banyak cuitan yang mirip.

Jika ditarik benang yang lebih panjang lagi, ini adalah bentuk serangan balasan akibat kegelisahan para bohir yang tidak bisa menggunakan pion untuk kepentingan politiknya. Imam jumbo ditahan, si preman juga baru-baru saja ditahan.

Bohir bisa apa? Bohir butuh minimal salah satu dari mereka untuk menggerakkan massa untuk tujuan politisasi agama. Tanpa pemimpin, massa sebanyak apa pun percuma, bakalan kocar kacir. Tanpa pemimpin yang bisa mempersatukan massa, rencana bohir bakalan terganggu.

Tahun 2022 dianggap sebagai tahun pemanasan menuju tahun 2024. Tahun 2023 suhu makin memanas. Banyak yang sudah mulai ambil ancang-ancang di tahun ini. Bohir pun tidak mau ketinggalan. Mereka memiliki anak emas yang mau diorbitkan sebagai penguasa agar kepentingannya aman tanpa terusik.

Mereka rencananya tetap akan menggunakan agama untuk mengacak-acak politik. Tidak ada yang mampu merepresentasikan itu selain imam jumbo dan si preman, untuk saat ini. Dan keduanya diciduk pula. Mantan pegawai Fitsa Hats? Ah, tak ada pantas-pantasnya sama sekali.

Tentu saja ini membangkitkan kemarahan bohir. Rencana mereka kembali terganggu. Wajar kalau terjadi aksi balas dendam. Mereka lancarkan serangan balasan lewat trending tagar. Saya akui, mereka militan dan masif. Jumlah cuitannya banyak agar membentuk persepsi bahwa ini adalah isu yang serius.

Nama-nama yang ditarget kebetulan dianggap sebagai buzzer pendukung pemerintah. Kalau buzzer para bohir sudah dikandangkan, maka pembalasan paling masuk akal adalah dengan mengandangkan balik para pembela pemerintah. Masuk akal, kan?

Para bohir ini jelas adalah pembenci pemerintah, yang kebelet berkuasa tapi kalah terus, atau yang kepentingannya terusik. Mereka memang bekerja di balik layar. Mereka tidak bodoh melumuri tangannya dengan kotoran. Biarlah itu jadi kerjaan kelompok sebelah, yang penting ada sponsor.

Dari luar, memang isunya adalah soal agama, soal kriminalisasi ulama. Tapi aslinya adalah perang politik dengan memanfaatkan media sosial untuk menggiring opini. Namanya opini, bisa benar bisa salah tergantung bagaimana orang menyikapi. Tapi mereka sangat gigih, tujuannya untuk membenarkan apa yang salah. Sesuatu yang tidak benar, akan terbentuk kesan benar jika terus diulang-ulang.

Makanya sekarang ini ramai isu pemerintah zalim, hukum tajam ke kelompok sebelah tapi tumpul ke pembela pemerintah, kriminalisasi ulama, dll. Jika ditelusuri lebih dalam, tudingan itu tidak masuk akal. Tapi karena mereka gigih, menciptakan opini dan persepsi secara berulang-ulang, lambat laun dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Dilihat dari skala ngamuknya kelompok sebelah, bisa disimpulkan betapa ngamuknya para bohir karena rencana berantakan. Darah mendidih hampir menguap. Emosi berdesir dan bergejolak parah.

Mereka mau all out (habis-habisan) di pilpres 2024, tapi senjata mereka malah dilucuti duluan. Membiarkan kubu pemerintah menang lagi adalah kiamat bagi mereka. Mereka harus mencari berbagai cara yang hingga kini masih belum membuahkan hasil.

Jadi bersiap-siaplah, pilpres 2024 bakal lebih intens, panas dan brutal. Kelompok sebelah bakal lebih beringas dan kasar.

Bagaimana menurut Anda?

Bohir Mulai Kesal Dua Pion Utama Mereka Ditangkap

Sumber Utama : https://seword.com/politik/bohir-mulai-kesal-dua-pion-utama-mereka-ditangkap-uzPCQPyhWQ

Indonesia Memang Butuh Orang-orang Sepeti Habib Kribo Yang Menampar Para Penggonggong

Pernyataan Haikal bahwa Habib Kribo kasar sehingga ia tak sanggup menghadapinya dalam acara debat “Catatan Demokrasi", adalah sebuah tanda bahwa Haikal tak bisa lagi mengelak. Di acara itu Haikal seperti dikuliti habis, sangat dipermalukan. Disinilah pelajaran berharga bisa dipetik, bahwa ketika berbicara karena berdasarkan kebenaran atau apa adanya, maka itu sangat mudah disampaikan, namun sebaliknya, pasti akan sulit mencari pembenaran, bahkan bisa terbentur atau kontradiksi, akhirnya membuat malu, itupun kalau masih punya malu.

Sejatinya Haikal tak bisa lagi berargumen, atau ia mengalami kebuntuan. Haikal tak bisa mengcounter argumen atau pernyataan Habib Kribo yang lugas dan sangat jelas. Apa yang telah disampaikan Habib Kribo adalah fakta yang memang sangat terang benderang, sehingga Haikal hanya bisa menuduh Habib Kribo kasar, tentu saja ini penilaian yang sangat subjektif.

Haikal menutup mata ketika Bahar atau Rizieq yang berbicara kasar. Sangat terang ketika Rizieq melontarkan kata “Lonte”, sangat jelas ketika Bahar berkata “Kalau ketemu Jokowi buka celananya, apa bencong dia” dan kata-kata lain yang sangat kotor dan jorok, semua itu sangat terang benderang terekam di sosial media dan benak para penggemarnya. Maka tak heran jika para penggemar Bahar dan Rizieq juga sangat kasar, teriak-teriak takbir tapi anarkis dan gemar mengancam.

Sudah banyak orang tahu siapa si Haikal. Orang patut curiga pada si Haikal ini. Aksi provokatornya dan juga kebohongannya sangat jelas. Rekam jejaknya sangat nyata bisa ditelusuri kembali. Namun, ia masih bisa lolos meskipun sudah pernah dilaporkan. Apakah ia memang licik dan selalu bisa lolos atau karena memang ia hanyalah kacung dari sebuah gerakan yang dilindungi oleh oknum politisi elit?

Dan syukurlah muncul Habib Kribo yang tampil apa adanya dengan gaya khasnya. Habib Kribo seperti menampar semua orang-orang yang sakit hati dengan pemerintahan saat ini. Bahkan Habib Kribo berani berkata bahwa apa yang dilakukan Bahar dan Rizieq serta ulama abal-abal sejawa timur adalah pesanan dari Jakarta, ada barisan sakit hati yang memang bermain dalam kegaduhan ini. Dan mereka terus menganggu Jokowi.

Dengan tegas Habib Kribo sangat mendukung penangkapan Bahar Smith, alasannya karena Bahar juga bisa membahayakan NKRI. Jadi ada semacam perkongsian yang terus menganggu kinerja Jokowi, mereka menjalankan perannya masing-masing. Haikal memprovokasi dengan langkah-langkahnya di sosial media, Bahar membangkitkan kebencian lewat panggung, Rizieq hampir sama dengan Bahar, atau Bahar melanjutkan kerja Rizieq yang terbengkalai karena sibuk dengan kasusnya.

Penangkapan Rizieq dan juga Bahar ternyata belum sepenuhnya membuat situasi aman. Hal itu sama juga penetapan FPI sebagai ormas terlarang, setelah dinyatakan terlarang, ormas bajingan ini masih saja melakukan kegiatan. Maka hanya ada dua kemungkinan, logistik dari Bohir yang sering mencukupinya(memanjakannya) atau ideologi kadrun yang sudah terbangun sejak dulu memang masih liar.

Habib Kribo tak segan-segan juga menyatakan bahwa para Bohir itu seperti memberi makan anjing kepada para suruhannya atau orang-orang yang menjual agama dan menjual habaib. Maka orang suruhan yang ketika diberi makan oleh si Bohir, menggonggong seperti anjing, atau teriak-teriak di atas mimbar atau ceramah di atas panggung dengan mengatasnamakan acara maulid.

Dan yang sungguh menohok dari paparan Habib Kribo ketika dalam salah satu videonya, Habib Kribo mengatakan bahwa perempuan yang menjual dirinya lebih mulia daripada ulama yang menjual agama. Nyelekit di ulu hati. Tamparan yang keras para anjing yang sering menyalak setelah diberi makan oleh Bohirnya. Karena dengan menjual agama, banyak kerusakan yang bisa terjadi, bahkan kerusakan sosial pun semakin melebar, dan kegaduhan semakin semarak, lalu pada akhirnya negara terancam. Karena itulah, Habib Kribo dengan tegas dan berkontribusi menjaga keutuhan negara ini.

Namun dibalik ketegasan dan keberanian Habib Kribo, sebenarnya beliau ini sangat bijak. Juga dalam salah satu videonya, ia berkata bahwa ia bersedia mencium tangan Habib Rizieq kalau Rizieq ini memang benar dan bijak, tidak seperti apa yang dilakukannya selama ini. Bahkan, Habib Kribo tidak merasa dirinya suci, ia pun mengakui dirinya kotor, namun ia tak tega agama dan habaib dibuat bargaining politik kekuasaan. Habib Kribo ingin agama itu menyejukkan, bukan agama yang tampak seram karena dijajakan seperti yang dilakukan oleh Rizieq dan si Bahar selama ini.

Syukurlah ada Habib Kribo yang mau tampil apa adanya dan menampar semua orang-orang yang menjual habib dan menjual agama. Pasalnya kalau bukan Habib lalu berusaha melawan para penjual agama yang juga dari kalangan Habaib, pasti dipandang sebelah mata, atau efeknya tidak kencang. Tetapi, kemunculan Habib Kribo, bisa jadi membuat beberapa orang yang tadinya menggemari Bahar dan Rizieq, kini sudah mulai berpikir bahwa Habib itu juga manusia biasa, bahwa ternyata apa yang dilakukan oleh Rizieq dan Bahar selama ini bukanlah perwakilan dari para Habaib. Bahar dan Rizieq hanyalah kaki tangan oknum politikus yang berada dalam barisan sakit hati.

Logika Habib Kribo sangat sederhana, mudah dimengerti, sehingga bisa mencerahkan atau menyadarkan orang-orang yang mendengarkannya, misalnya ketika ia mengatakan di hadapan Haikal yang keok pada acara debat catatan demokrasi, Habib Kribo bilang "Mau dialog bagaimana? Kalau Bahar punya kuping, punya akal, banyak orang yang nggak suka. Loh, ada NU yang dukung dia? Apa NU itu goblok? Habib Quraish dukung dia? apa Habib Quraish goblok?" cukup sederhana dan majlekb banget. Dan akhirnya Habib Kribo langsung menabok si Haikal dan orang-orang yang sekubu dengan Haikal seperti si Eggy “Anda memperalat habib, anda menjual habib”

Jadi, apa yang dilakukan si Bahar dan Rizieq bukanlah pembela agama, bukan pencinta NRKI, apalagi si Haikal, Eggy dan juga segerombolan dengannya. Mereka ini hanyalah orang-orang suruhan atau punya bohir, dan bohirnya ini adalah orang yang sakit hati dengan Jokowi dan juga masih ingin praktek bisnis raksasannya terus menggurita dan jauh dari gangguan kebijakan Jokowi.

Indonesia Memang Butuh Orang-orang Sepeti Habib Kribo Yang Menampar Para Penggonggong

Sumber Utama : https://seword.com/politik/indonesia-memang-butuh-orang-orang-sepeti-habib-cEMaF6yemv

Mengurai Benang Merah Antara Provokasi Bahar dan Penyitaan Aset Tommy Soeharto

Kita melihat Bahar itu kurang ajar hina Jokowi, sampai hina Jenderal Dudung dengan menyebut dia masih menyembah pohon jika tidak ada orang Arab datang ke Indonesia. Kita melihat Bahar juga nggak punya sopan santun di negara ini, merasa Arab berkuasa atas Indonesia karena agama.

Di sisi lain, kita juga melihat bahwa kementerian keuangan Republik Indonesia terus menghantam obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia alias BLBI. Sri Mulyani saat ini sudah mau melelang aset Tomi Soeharto. PT Timor Putra Nasional akan dilelang tanggal 12 Januari 2022. Begini benang merahnya.

Kita tahu bahwa agama ini dianggap menjadi senjata dan peluru paling ampuh untuk menghantam Presiden Joko Widodo. Para kadrun bersorban putih dari atas sampai bawah untuk menutupi dosanya yang sudah sangat hitam itu, sebetulnya bukan membela agama.

Mereka ini membela Cendana. Kita tahu banget apalagi ada foto-foto beredar yang menunjukkan cinta kasih dan romantisme si Bahar Smith dan Tomy Soeharto. Kita tahu Cendana ini adalah tujuan dari Bahar, Rocky Gerung, Refly dan kawan-kawan yang kesakitan lihat Jokowi jadi presiden.

Gitu amat ya mereka sakit hatinya? Ya pasti. Sakit hati adalah jalan hidup mereka. Kenapa? Karena mereka selama jadi penguasa dan hidup bersama penguasa, sangat menikmati uang-uang rakyat. Apalagi Tommy Soeharto ini ngeri banget, pernah dipenjara karena kasus pembunuhan.

Dalam akun Twitter Staf Khusus Menkeu Bidang Komunikasi Strategis, Prastowo Yustinus, disebutkan bahwa aset salah satu perusahaan putra Presiden RI ke-2 itu, PT Timor Putra Nasional, akan segera dilelang pada 12 Januari mendatang. "KPKNL Jakarta V mengumumkan rencana lelang aset an PT Timor Putra Nasional tgl 12 Januari 2022," ujarnya, dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (1/1/2022)

Rincian tanah yang akan dilelang adalah ini.

Pertama, tanah seluas 530.125,526 meter persegi di Desa Kamojing, Kabupaten Kawarang sebagaimana SHGB Nomor 4/Kamojing atas nama PT KIA Timor Motors. Kedua tanah seluas 98.896,7 m persegi di desa Kalihurip, Kabupaten Karawang dengan SHGB nomor 22/Kalihurip atas nama PT KIA Motors.

Ketiga adalah tanah seluas 100.985,15 m persegi di Desa Cikampek Pusaa, Kabupaten Karawang dengan SHGB nomor 5/Cikampek Pusaka atas nama PT KIA Timor Motors. Keempat tanah seluas 518.870 m persegi terletak di Desa Kamojing, Kabupaten Karawang sebagaimana SHGB Nomor 3/ Kamojing atas nama PT Timor Industri Komponen.

Limit lelang yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 2,42 triliun di KPKNL Purwakarta. Kalau 1 persen untuk Bahar saja sudah berapa coba hitung? Enak banget kan? Makanya agama ini dianggap sebagai senjata pamungkas pula. Efektif dan efisien.

Agama menjadi sebuah kedok saja, bukan menjadi sebuah hal yang diutamakan. Di balik itu, ternyata ada Tommy Soeharto. Makanya nggak heran jika kita melihat Bahar Smith menyalak, berteriak-teriak tak karuan ingin memecah belah TNI dan Polri dan juga menghina Jokowi.

Benang merah antara Rocky Gerung, Bahar, Tommy Soeharto, Anies Baswedan, Amien Rais dan para pecundang politik lainnya termasuk Prabowo mungkin, mulai terumbar. Kenapa Prabowo? Karena Prabowo ini adalah pendukung Rizieq dan dia jadi umatnya Rizieq.

Tapi kali ini kita fokus ke Bahar Smith dan Tommy Soeharto. Mereka ini adalah bromance, kekasih yang saling membutuhkan satu sama lain. Bahar menjadi attack dog dari Tommy. Kenapa? Karena mereka dekat. Bisa jadi mereka saling support.

Makanya nggak heran kalau Bahar ini menyalak keras-keras, saat aset BLBI Tommy Soeharto mau dilelang. Tommy Soeharto melawan, tapi dia ga bisa melawan sendiri, dia harus pakai Bahar untuk menyerang. Makanya benang merah ini sudah semakin lama semakin kelihatan.

Selama ini, kita hanya melihat Bahar ini memecah belah negara, tapi ternyata dia ini diduga kuat menjadi sosok yang diperintahkan oleh Tommy Soeharto. Lihat saja foto bareng yang sangat mesra antara dua orang ini. Paham kan?

Jadi sekali lagi, agama nya Bahar adalah Cendana, bukan Islam. Karena kalau Islam yang saya tahu, bukan Islam yang ngatain Jokowi bang&at dan juga memprovokasi macam Rizieq yang sebut Ahok kutil b2.

Mengurai Benang Merah Antara Provokasi Bahar dan Penyitaan Aset Tommy Soeharto

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mengurai-benang-merah-antara-provokasi-bahar-dan-f1nsj64udp

Ferdinand Hutahean Secara Tidak Langsung Bongkar Bobrok MUI

Selain Bahar bin Smith, baru-baru ini yang turut menjadi perhatian warga dunia maya adalah Ferdinand Hutaehan.

Lantas, apa yang menjadi penyebab mantan kader Partai Demokrat itu menjadi buah bibir warganet?

Karena dia turut membahas masalah Tuhan dan agama di Twitter.

Untuk lebih jelasnya berikut cuitan Lae Ferdi tersebut,

"Kasihan sekali Allahmu, ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa. Maha segalanya. Dia-lah pembelaku selalu dan Allahku tidak perlu dibela"

Lantaran cuitannya itu pula, Ferdinand dilaporkan ke polisi.

Pelapornya adalah Ormas Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Zulkifli.

Ferdinand dituding telah menyebarkan ujaran kebencian yang mengandung unsur SARA.

Lantas, siapa Ferdinand ini sebenarnya? Dan apa pekerjaannya?

Saat SBY jadi Ketua umum Partai Demokrat dulu, ia menjabat sebagai Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, yang kini posisinya tersebut digantikan oleh Didik Mukrianto.

Pada Pemilu 2019, ia juga nyalon DPR lewat Partai Demokrat Dapil Jabar V (Kabupaten Bogor). Tapi gagal terpilih.

Pada Pilpres 2019, ia turut menjadi bagian Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Jabatan Ferdinand kala itu cukup mentereng yakni sebagai Jubir.

Namun ketika Ani Yudhoyono yang waktu itu lagi terbaring lemah di rumah sakit diolok-olok oleh pendukung Prabowo, ia pun memutuskan untuk tidak lagi menjadi Timses Ketua umum Partai Gerindra tersebut.

Pasca ibu Ani meninggal dunia, Ferdinand pun mundur secara teratur dari Partai Demokrat.

Artinya apa? Lae Ferdi ini bukan loyalis SBY ataupun AHY, tapi dia adalah loyalis Ibu Ani.

Karena rekam jejaknya yang pernah menjadi pendukung Prabowo itu pula serta pernah menjadi kader Partai Demokrat, kemudian tidak banyak yang membelanya. Termasuk ketika ia dilaporkan ke polisi, justru tagar #TangkapFerdinand yang trending di Twitter. Sementara, tagar #DukungFerdinand malah sepi peminat.

Kini Baresrkim Polri tengah menyelidiki laporan terhadap mantan anak buah AHY tersebut. Tiga orang saksi sudah diperiksa.

Belakangan baru diketahui, ternyata Lae Ferdi ini tidak hanya dilaporkan ke Polda Sulsel tapi ia juga dilaporkan ke Bareskrim Polri. Pelapornya bernama Haris Pertama.

Diketahui, si Haris ini mantan Ketua KNPI pecatan dan pernah melaporkan Abu Janda ke polisi.

Ia pada 2021 lalu dipecat dari jabatan sebagai orang nomor satu di KNPI lantaran dianggap tidak mampu menjalankan roda organisasi serta berbuat sewenang-wenang.

-o0o-

Dan yang menarik dari kasus yang menjerat Ferdinand ini, secara tidak langsung ia turut membongkar bobrok MUI.

Bagaimana tidak adilnya LSM itu terhadap orang.

Ada dua kasus yang sama-sama menyinggung agama, tapi MUI beda sikap.

Pertama, Abdul Somad yang menyinggung salib dalam ceramahnya. Kala itu ia mengatakan di patung salib ada jin kafir. Hingga berujung pada pelaporan ke polisi oleh Brigade Meo.

Yang mana pernyataan Somad tersebut dianggap meresahkan umat Nasrani.

Ustad kondang yang juga pendukung Prabowo di Pilpres 2019 lalu itu juga dianggap telah menista agama Kristen.

Lantas apa tanggapan dari MUI?

Sebaiknya masyarakat bersikap tenang, dapat menahan diri, mengedepankan semangat persaudaraan serta menyikapi masalah tersebut dengan bersikap dewasa.

Sementara Somad, jangankan mau minta maaf, merasa bersalah saja tidak.

Begitulah ciri orang yang sombong. Selalu menganggap dirinya yang paling benar. Padahal tanpa dia sadari apa yang telah keluar dari mulutnya menyakiti hati dan perasaan orang lain.

Menurut hemat penulis, percuma saja jadi penceramah kalau gak ada akhlak.

Bukankah Nabi Muhammad itu diutus untuk memperbaiki akhlak umat manusia?

Kasus kedua, yang menimpa Ferdinand.

Beda sikap dengan kasus yang menimpa Somad sebelumnya, MUI yang diwakili oleh Anwar Abbas mengatakan, Ferdinand Hutahean menyakiti umat Islam.

Sementara, Sekjen MUI Amirsyah Tambunan mengatakan, cuitan Ferdinand tersebut menunjukkan sikap intoleran serta membuktikan bahwa pengetahuan agamanya dangkal. Terakhir, ia juga menuding ada unsur penistaan agama dari apa yang telah Lae Ferdi cuitkan.

Senada dengan pernyataan Sekjen MUI pusat itu, MUI Jatim juga menyebut Ferdinand Hutahean telah melakukan penistaan agama. Sehingga mereka meminta agar aparat kepolisian memprosesnya.

Sudah kelihatan jelas kan, bagaimana tidak adilnya MUI.

Dan orang-orang semacam inilah yang akan jadi buzzer Anies pada Pilpres 2024 mendatang (kalau dia jadi nyalon).

Ferdinand Hutahean Secara Tidak Langsung Bongkar Bobrok MUI

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ferdinand-hutahean-secara-tidak-langsung-bongkar-plOg1IOO4a

Re-post by MigoBerita / Jum'at/07012022/11.31Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya