» » » » Lawan Jokowi atau Lawan Pemerintah NKRI !!!!!

Lawan Jokowi atau Lawan Pemerintah NKRI !!!!!

Penulis By on Selasa, 11 Januari 2022 | No comments

 


Migo Berita - Banjarmasin - Lawan Jokowi atau Lawan Pemerintah NKRI !!!!! Bersyukur punya negara seperti Indonesia, dari dulu hingga sekarang ini, sehebat apapun pertarungan anak bangsa, akan tetapi berkat Lindungan ALLAH SWT , tetap bersatu demi NKRI Harga Mati.

Mengejutkan! Arief Poyuono Sebut Dana Hasil Ekspor Batu Bara untuk Lawan Jokowi!

Tak ada asap jika tak ada api. Itulah peribahasa yang cocok menggambarkan kemarahan Jokowi akhir-akhir ini. Pasalnya nilai ekspor batu bara RI terus meningkat saat pasokan untuk kebutuhan dalam negeri belum mencukupi. Tak pelak, dirinya langsung mengeluarkan larangan ekspor selama sebulan. Tak hanya pengusaha batubara yang pontang-panting, tapi juga negara-negara tujuan ekspor utama batu bara seperti China dan Jepang. Namun, bukan Jokowi namanya kalau gentar dengan tekanan.

Kini kita saksikan para duta besar satu persatu menekan kementrian ESDM untuk mencabut larangan ekspor. Tentu para duta besar ini hanya peduli akan nasib industri di negaranya yang terancam tak beroperasi dengan larangan ekspor. Mereka jelas tutup mata dengan kekurangan energi yang menimpa perusahaan listrik Indonesia seperti PLN. Tentunya Jokowi akan lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya ketimbang nasib usaha negara lain.

Apalagi belakangan ada isu bahwa hasil ekspor batu bara keluar justru digunakan untuk melawan pemerintahan Jokowi. Hal ini diutarakan oleh mantan politisi Gerindra, Arief Poyuono. Dirinya dengan tegas mendukung langkah Jokowi soal pelarangam ekspor batu bara ke negara-negara lain dengan pertimbangan kurangnya pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.

Arief Poyuono bahkan menyebut selama ini dana hasil penjualan ekspor batu bara hanya disimpan di luar negeri.

“Sangat tepat kangmas @jokowi melarang ekspor batu bara, banyak dana hasil ekspor batubara di simpan di luar negeri dan membiayai pergerakan politik melawan kangmas jokowi..,” tulis Arief di akun Twitter @bumnbersatu, Senin (10/1/2021).

Anak buah Prabowo Subianto itu pun meminta produksi batu bara dalam negeri sebaiknya dibeli langsung oleh pemerintah.

“Semua batubara dibeli sama negara saja.. mulai hari ini pakai rupiah,” tegasnya.

Seperti yang diketahui, pada awal Januari ini, PT PLN mengalami krisis batu bara, 10 juta pelanggan PLN terancam mengalami mati listrik karena 20 pembangkit litsrik tenaga uap (PLTU) milik PLN tak memiliki pasokan batu bara.

Akibatnya, pemerintah melakukan pelarangan ekspor sementara melalui surat dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) nomor B- 1605/MB.05/DJB.B/2021 tertanggal 31 Desember 2021.

Adapun pelarangan tersebut dilakukan pada 1 Januari – 31 Januari 2022 ini.

Pelarangan ekspor itu berdampak kepada sejumlah negera importir batu bara dari Indonesia, seperti halnya Jepang dan Korea Selatan.

Kedua negara itu mengirimkan surat kepada pemerintah untuk kembali membuka keran ekspor batu bara.

Kalau benar pengakuan Arief Poyuono bahwa uang hasil ekspor batu bara dipakai untuk melawan Jokowi, maka pemerintah sebaiknya mengaudit para pengusaha batu bara ini. Sejauh ini Jokowi dengan tegas mencabut ijin usaha perusahaan yang bermasalah. Tapi, pemerintah harus bergerak lebih lanjut mengenai isu yang dilontarkan Arief Poyuono ini. Apa motif mereka melakukan perlawanan pada Jokowi?

Apakah terkait gebrakan pemerintah yang dengan tegas membubarkan sejumlah ormas radikal? Apakah terpaut dengan kasus BLBI yang menyeret sejumlah nama besar? Atau justru terkait persiapan 2024 nanti agar Jokowi effect bisa secara perlahan dihabisi. Dengan begitu calon yang maju nanti bisa lebih kuat posisinya ketimbang presiden.

Dengan keberanian Jokowi saat ini wajar jika para mafia dan musuh negara kerap merasa gerah. Tak hanya memburu anak cendana, tapi juga menagih beberapa politikus besar seperti kasus Lapindo yang melibatkan Bakrie. Bisa jadi target selanjutnya membersihkan aliran dana yang masuk ke Ciekas dan geng Kalla. Makanya mereka sejak dini ancang-ancang menyerang Jokowi. Jangan sampai Jokowi fokus pemberantasan korupsi, makanya situasi dibuat terus tak kondusif, termasuk kelangkaan batu bara.

Semoga pakdhe Jokowi diberu kekuatan menghadapi musuh dalam selimut dan juga negara lain yang tak ingin Indonesia maju. Indonesia sudah mencatatkan namanya sebagai salah satu negara yang suskses melawan pandemi berkat Jokowi. Maka seharusnya saat ini kita bisa fokus pada pertumbuhan ekonomi sebaik-baiknya. Manfaatkan momen KTT G20 dan ajang MotoGP untuk menggenjot pariwisata. Kita yakin satu persatu musuh negara akan terjungkal dengan sendirinya.

Mengejutkan! Arief Poyuono Sebut Dana Hasil Ekspor Batu Bara untuk Lawan Jokowi!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mengejutkan-arief-poyuono-sebut-dana-hasil-ekspor-PYUnLg3l7m

Polri Takut Pada Kaum Intoleran

Saya sebenarnya berharap Polri menegakkan keadilan di negeri seadil-adilnya. Harapan itu sudah mulai tumbuh. Tapi sayangnya semakin ke sini sepertinya harapan itu semakin terkikis. Tentu ada alasannya.

No viral no justice.

Anda mungkin masih ingat beberapa kasus belakangan ini yang kalau tidak viral, polisi tidak akan bertindak. Katakanlah kasus seorang wanita yang mati bunuh diri karena depresi dipermainkan oleh seorang anggota polisi. Sudah viral, barulah polisi bertindak. Polisi macam apa begitu?

Kalau sudah begini, maka jangan salahkan kalau masyarakat semakin tidak percaya pada polisi. Bahkan masalah yang jauh lebih berbahaya mungkin akan muncul, yaitu masyarakat akan main hakim sendiri. Bagaimana tidak main hakim sendiri kalau penegak hukum tidak melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Polisi takut pada kaum intoleran.

Fenomena ini terjadi beberapa tahun belakangan ini. Termasuk kasus yang baru saja terjadi, yaitu kasus Ferdinand Hutahean (FH). Dia dijadikan tersangka dan ditahan dengan tuduhan menimbulkan keonaran di tengah masyarakat karena menyatakan Allah lemah.

Kitakan jadi bertanya-tanya, apa ukuran keonaran di tengah masyarakat. Apakah karena ada demo menuntut FH diadili dan ditangkap? Apakah ada keributan di tengah masyarakat sampai FH harus diproses secepat kilat?

Sementara itu, kasus penodaan agama oleh Somad, penyebaran hoaks oleh Mustofa Nahrawi, dan beberapa kasus lainnya tidak diproses. Bahkan Somad dengan pongahnya mengatakan bahwa dia sedang menjelaskan akidah. Padahal dia sedang menyatakan sembahan agama lain sebagai jin kafir. Sudah dilaporkan, tetapi tidak diproses. Kenapa tidak diproses? Apakah karena Somad punya banyak massa dan umat Kristen tidak punya massa sebanyak itu lalu kemudian tidak menimbulkan keonaran?

Coba kita bandingkan dengan kasus Muhammad Kace (MK). MK diproses secepat kilat. Pada kasus Paul Zang (PZ) juga begitu, polisi bahkan mengerahkan seluruh kemampuan untuk menjangkau di luar negeri. Ketika sudah tidak mampu, barulah mereka berhenti. Lagi-lagi harus ditanya kenapa bisa begitu? Apakah karena yang menuntut MK dan PZ untuk diadili jumlahnya sangat banyak?

Kalau setiap kasus penistaan agama diproses berdasarkan jumlah massa yang ditakutkan akan menimbulkan keonaran, maka hanya yang dituduh menista Islam saja yang akan diproses hukum secepat kilat. Sementara kalau penista agama dari kelompok Islam yang menghina agama lain, proses begitu lama atau malah tidak diproses sama sekali karena orang tersebut memiliki banyak massa. Itu berarti polisi takut pada kaum intoleran. Kenapa saya sebut kaum intoleran, karena selama ini hanya kaum intoleran saja yang selalu mengandalkan massa untuk menekan kepolisian.

Pada akhirnya, kaum intoleranlah yang akan menguasai negeri ini. Siapa pun yang berbeda dengan mereka, maka akan dituduh sebagai penista. Mereka selalu menggunakan dalil agama untuk melawan siapa saja yang berbeda dengan mereka. Lalu kalau mereka dilawan, mereka akan menuduh sebagai penista agama. Hal ini terjadi pada MK dan PZ. Mereka berdua melawan argumentasi Somad dengan cara yang memang kasar seperti Somad juga menghina ajaran mereka. Ketika dilawan, dituduh sebagai penista agama.

Pada kasus FH juga seperti itu. Kaum intoleran teriak-teriak bela agama. Lalu FH melawan dengan pernyataan yang sangat logis bahwa Allah tidak perlu dibela dan Allah yang dibela adalah Allah yang lemah. Tetapi apa yang terjadi, dia dituduh menimbulkan keonaran. Begitulah terus prosesnya sampai Indonesia ini nanti akan jadi seperti Suriah.

Polri harus mengambil sikap jika tidak mau Indonesia hancur berkeping-keping. Percayalah, setiap orang atau kelompok punya batas kesabaran sekalipun itu orang yang jumlahnya sedikit dan tidak punya kemampuan. Cacing saja kalau diganggu akan menggeliat melawan. Itu cacing, apalagi manusia. Jangan menunggu sampai masyarakat yang selalu ditindas dan minoritas yang selalu diimpit kehilangan kesabaran dan bangkit melawan. Akan berbahaya untuk keutuhan bangsa ini di kemudian hari.

Sebenarnya tidak sulit bagi Polri untuk menegakkan keadilan dengan tegas sesuai tupoksi dan hukum yang berlaku. Intinya berlaku adil saja. Tidak peduli sebanyak apa massa yang turun ke jalan, tetap tegakkan hukum dengan adil. Kalau mereka macam-macam, ya diproses juga. Itu saja kok susah sih?

Polri Takut Pada Kaum Intoleran

Sumber Utama : https://seword.com/umum/polri-takut-pada-kaum-intoleran-cbdhE6vAmU

Dua Putra Jokowi Dilaporkan ke KPK, Promosi Gratis!

Presiden Jokowi merupakan sosok yang fenomenal. Perjalanan karir politiknya layak disebut ajaib. Dimulai hanya pengusaha kayu, meubel, Walikota Solo 2 periode, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI 2 periode.

Gaya kepemimpinan Joko Widodo di Kota Solo dianggap berbeda, unik dan sangat akrab dengan rakyat. Sehingga masyarakat Indonesia sangat tertarik dengan gaya kepemimpinan Jokowi.

Berbagai media baik cetak, elektronik maupun portal berita online, gencar memberitakan sepak terjang Jokowi waktu itu. Seolah Jokowi mendapat promosi gratis sehingga lebih dikenal seantero Indonesia.

Otomatis elektabilitasnya meloncat tinggi. Sehingga dimanapun dan jadi apapun dia dicalonkan pasti berhasil. Buktinya ketika Jokowi dicalonkan jadi Gubernur DKI Jakarta dan dipasangkan dengan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), hasilnya menang. Baru 2 tahun jadi Gubernur dan kembali diajukan sebagai Capres, Jokowi kembali mampu memenangkan pertarungan. Keren banget dan ajaib.

Rupanya aura politik Jokowi menular kepada keluarganya. Dua anggota keluarganya berhasil jadi pemimpin di daerah. Bobby Nasution sebagai mantu Jokowi berhasil jadi Walikota Medan. Gibran sebagai putra sulung Jokowi pun mampu jadi Walikota Solo. Bahkan Gibran digadang-gadang sudah layak jadi Calon Gubernur DKI Jakarta.

Pepatah mengatakan makin tinggi pohon, makin tinggi sapuan angin. Begitu juga dengan Gibran. Ketika masih menjadi pengusaha Catering, Markobar, Gibran tidak terlalu sorot seperti sekarang ini. Cobaan pun mungkin tidak segarang, segencar sekarang ini.

Kabar terbaru putra Presiden Jokowi yaitu Kaesang dan Gibran dilaporkan ke KPK. Waduh apa lagi ini. Cari popularitas apa memang mau mengganggu keluarga Presiden Jokowi.

Dosen UNJ Ubedillah Badrun melaporkan dua putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, ke KPK terkait dugaan tindak pidana korupsi dan pencucian uang.

Dalam laporannya, Ubedillah memang juga menyebut dirinya sebagai aktivis mahasiswa reformasi '98. Selain itu, Ubedillah menyertakan dokumen yang memaparkan dugaannya itu. Dia menghubungkan tentang adanya perusahaan PT BMH yang dimiliki grup bisnis PT SM terjerat kasus kebakaran hutan tetapi kasusnya tidak jelas penanganannya.

Lantas di sisi lain, grup bisnis itu disebut Ubedillah mengucurkan investasi ke perusahaan yang dimiliki Kaesang dan Gibran. Ubedillah pun mengaitkan antara urusan bisnis itu dengan perkara perusahaan yang pengusutan hukumnya tidak jelas karena adanya konflik kepentingan atau conflict of interest. Selain itu, dia mengaitkan dengan sosok yang berkaitan dengan grup bisnis itu yang menjadi duta besar RI.

Karir moncer dari Gibran sepertinya membuat terganggu pihak lain. Sehingga mereka merasa harus menyerang Gibran dan Kaesang. Apalagi Gibran walaupun masih sangat muda tapi mempunyai elektabilitas tinggi dan mempunyai citra yang positif di mata masyarakat.

Belum separuh jalan Gibran Rakabuming jadi Walikota Solo, dikabarkan PDIP akan mengajukan Gibran menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Jika ini terjadi bukan tidak mungkin karir politik Gibran akan lebih ajaib di bandingkan bapaknya.

Laporan ke KPK ini sebenarnya memilik dia hasil yang berbeda. Pertama laporan ini secara lahiriah bermaksud untuk menjatuhkan keluarga Jokowi, khususnya Kaesang dan Gibran. Pelapor bermaksud merusak nama baik Kaesang dan Gibran sehingga karir mereka akan berantakan. Hal ini tentu akan merusak pula citra Presiden Jokowi sebagai orang tua mereka.

Tetapi disadari atau tidak, pelaporan ini memiliki efek sebaliknya. Laporan ini menjadi sarana promosi gratis bagi Kaesang dan Gibran. Kaesang yang selama ini masih belum terjun ke dunia politik, akan makin populer. Jika laporan ini tidak terbukti kebenarannya, maka Kaesang makin moncer dan dipercaya oleh dunia usaha.

Gibran akan menjadi lebih populer dan elektabilitasnya semakin tinggi. Hal ini sangat menguntungkan bagi karir politiknya. Jika Gibran maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta, kemungkinan besar Gibran mampu menjadi pemenang.

Lalu bagaimana sikap Gibran dan Kaesang terhadap laporan ke KPK? Mereka dikenal sebagai orang yang santai, bagaimana orang menghujat dan menghinanya. Semuanya mereka hadapi dengan tenang tidak dengan emosi. Fahri Hamzah merupakan anggota DPR (dulu) yang sangat gencar mengkritisi Presiden dengan perkataan pedas. Bukannya membenci, Kaesang malah ngefans pada Fahri Hamzah. Unik memang.

Sekarang pun saya kira jika nantinya laporan ini tidak terbukti, Gibran dan Kaesang tidak akan melaporkan balik. Mereka akan menganggap bahwa laporan ke KPK sebagai promosi gratis bagi mereka. Kebencian dibalas dengan prasangka baik. Keren dan elegan.

Dua Putra Jokowi Dilaporkan ke KPK, Promosi Gratis!

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/dua-putra-jokowi-dilaporkan-ke-kpk-promosi-gratis-A0l4dl4S1z

Geisz Chalifah Tak Mencerminkan Jabatannya Saat Bela Formula E

Formula E tinggal 5 bulan lagi. Tapi segala persiapan masih belum nampak jelas. Apalagi track sirkuitnya. Venue lain tampak jelas bentuk dan layout sirkuitnya, sedangkan yang di Jakarta masih belum ada. Katanya sih bisa dikejar dan siap pada waktunya.

Tapi melihat kondisi lapangan di mana lokasinya adalah tempat pembuangan lumpur yang tanahnya lunak, banyak yang ragu dengan penyelenggaraan Formula E di Jakarta.

Komisaris PT Taman Impian Jaya Ancol Geisz Chalifah, yang juga pendukung setia Anies, geram dengan kritikan dari netizen soal persiapan formula E.

Melalui cuitan di laman Twitter pribadinya, Geisz menyebut orang-orang yang hanya bisa melayangkan kritikan soal Formula E sebagai kaum otak dikit.

“Kaum Otak Dikit sebelumnya nyinyir JKT tak ada dlm agenda Formula E, lalu ada pengumuman dari London. Lalu nyinyir soal biaya ternyata jauh lebih murah. Kemudian nyinyir soal tempatnya dimana. Lalu diumumkan Ancol skrg nyinyir soal persiapan yg katanya cuma tiggal 5 bln Goblok,” tulis Geisz.

Komisaris perusahaan tapi ngomongnya santun sekali yah. Kaum otak dikit? Ada kata 'goblok' lagi. Kirain mau kasih penjelasan, soalnya dia kan petinggi perusahaan. Tak tahunya cuma sumpah serapah dan nyinyir doang. Malu dong ah.

Bela Anies dapat apa sih? Ngapain bela sampai sebegitunya, sampai-sampai terlihat konyol. Atau jangan-jangan dia frustrasi karena memang waktu semakin mepet dan apa pun belum dikerjakan. Belum lagi soal penjualan tiket, sponsor dll. Negara lain sudah jelas sirkuit dan aspek lainnya. Sedangkan Jakarta, apa pun belum jelas.

Kalau ditanya ke saya apakah sirkuit bakal siap tepat waktu? Saya yakin bisa siap. Ada tapinya. Kemungkinan besar bakal amburadul persiapannya. Tahu sendirilah kalau kerja Anies itu gimana modelnya. Sirkuit bakal siap, Jakarta bakal gelar Formula E. Yang jadi masalah adalah apakah bakal bikin bangga atau malah malu-maluin karena persoalan-persoalan yang timbul nantinya. Apakah beneran bakal jadi atau sekadar jadi kayak sumur resapan yang banyak terima keluhan dari masyarakat.

Geisz ini tak ada bedanya dengan Musni Umar. Membela tapi caranya lucu. Yang satu komisaris, yang satunya lagi rektor universitas. Tapi cara bicara, penjelasan dan ucapannya sama sekali tidak mencerminkan jabatannya. Kalau orang awam biasa masih bisa dimaklumi ngomong begitu. Sungguh malu-maluin aja.

Saya sendiri masih penasaran bagaimana mereka akan bikin sirkuit di tanah yang masih mentah dalam waktu lima bulan. Belum lagi tribun penonton, paddock dan fasilitas pendukung lainnya. Kalau pun bisa diselesaikan, agak diragukan hasilnya akan bagus.

Yang dikhawatirkan adalah Formula E ini bukan bikin bangga, malah bikin Indonesia dipermalukan internasional dan jadi bulan-bulanan selama berminggu-minggu. Melihat track record Anies selama ini, ada rasa was-was.

Harusnya kalau memang ngotot mau selenggarakan Formula E, jauh-jauh hari bikin persiapannya. Kan, seharusnya Jakarta jadi tuan rumah tahun 2020. Saat itu terjadi pandemi, acara dibatalkan hingga dua kali. Harusnya Pemprov DKI bisa manfaatkan kelebihan waktu untuk mempersiapkan semaunya. Di saat Jakarta batal jadi tuan rumah, harusnya sirkuit sudah boleh dibangun untuk penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya.

Tapi setengah tahun menuju hari acara pun, masih belum jelas venuenya. Ancol baru-baru aja diumumkan sebagai lokasi venue dengan kondisi kosong melompong. Sirkuit MotoGP aja dikerjakan beberapa tahun dan itu pun fasilitas lainnya tidak siap 100 persen. Ini dalam waktu 5 bulan lagi, sungguh penasaran bagaimana persiapan Formula E akan selesai.

Nanti, kalau proyek ini malu-maluin karena efek kepepet apalagi gagat total, tinggal kita lihat bagaimana reaksi Geisz dan Musni Umar menyikapi ini. Mungkin saat itu, mereka bakal irit bicara dengan alasan sakit gigi, hehehe.

Tapi kita maklumi saja soalnya Formula E ini adalah harapan terakhir untuk mengangkat nama Anies. Bebannya berat. Apalagi pendukung Anies, pasti makin kencang me-marketing-kan Formula E secara all out. Dikritik sedikit, mereka bakal kesal dan lepas kendali.

Bulan Maret nanti, Indonesia akan menjadi tuan rumah MotoGP di Mandalika, Lombok. Tiket premium seharga Rp 15 juta sudah sold out semua. Kita lihat Formula E bisa menandingi sampai sejauh mana.

Bagaimana menurut Anda?

Geisz Chalifah Tak Mencerminkan Jabatannya Saat Bela Formula E

Sumber Utama : https://seword.com/politik/geisz-chalifah-tak-mencerminkan-jabatannya-saat-UYj7IvnjIn

Shin Tae-Yong, Tolak Klub China demi Melatih Timnas Indonesia karena Impian?

Ada pengakuan menarik disampaikan oleh Shin Tae-Yong saat berbicara secara eksklusif di podcast Deddy Corbuzier belum lama ini, yang baru hari ini (11/1/2022) diunggah di YouTube. Berbicara dengan gaya khas podcast seorang Master Deddy, santai tapi isinya ibarat “makan daging”, Coach Shin (sapaan akrabnya) mengaku dirinya tertarik membesut tim nasional Indonesia daripada melatih tim profesional asal China.

Tahu dong perbedaan duitnya bagaimana, meskipun untuk ukuran orang Indonesia tentu saja gaji yang diperoleh Shin Tae-Yong dari PSSI pasti gede banget. Namun, jika dibandingkan gaji yang ditawarkan oleh klub profesional China itu, tentu gaji yang jauh lebih besar bisa masuk ke rekening Coach Shin Tae-Yong (selanjutnya saya sebut STY) daripada yang diterima dengan membesut Timnas Indonesia.

Saya tertarik dengan pengakuan STY, yang menyebut bahwa pemain Indonesia memiliki potensi di sepak bola. Pengakuan yang saya yakin terkandung juga saat STY berkata bahwa hidup itu harus ada impian. Singkatnya, kita bisa menebak alasan utama STY menerima “kursi panas” sebagai pelatih Timnas Garuda dengan netizen yang sangar … karena dia punya impian terhadap masa depan sepak bola Indonesia!


Inilah yang mungkin akan menjadi tantangan terbesar dalam karir kepelatihan STY, yang pernah membesut Timnas Korea Selatan di berbagai tingkatan usia, juga pernah membawa Timnas Korea Selatan membekuk Timnas Jerman di Piala Dunia Rusia 2018. Kekalahan yang membuat Tim Panzer kudu terbenam di dasar klasemen Grup F, di bawah Swedia, Meksiko, dan Korea Selatan.

Dengan karir kepelatihan yang seperti itu, kita mungkin berpikir:

“Apa yang mau dicari STY dengan menerima tantangan melatih Timnas Indonesia?”

Bagi saya, STY sedang mencari tantangan dalam hidupnya, dengan mencoba membenahi mulai dari dasar-dasar bermain sepak bola, metode kepelatihan wet-training, hingga membenahi mentalitas bertanding, profesionalitas, bahkan cara makan. Pola makan, secara khusus disoroti oleh STY karena selama ini ketahanan stamina pemain Timnas Indonesia sering kedodoran begitu babak kedua.

Dengan kata lain, para pemain Timnas Indonesia biasanya hanya kuat main 45 menit pertama, lalu pada 45 menit berikutnya tak hanya stamina yang kedodoran, tapi fokus dan konsentrasi pemain juga jauh berkurang, sehingga berimbas pada mudahnya gawang kiper Timnas Indonesia dibobol oleh tim lawan.

Masuk akal juga sih, bahkan mulai terlihat sentuhan STY selama Piala AFF 2020 kemarin. Kita bisa lihat sejak penyisihan hingga babak final, ketahanan fisik dan stamina Asnawi Mangkualam, dkk terlihat prima dengan mampu meladeni permainan tim-tim lawan sepanjang laga berlangsung.

Optimisme yang pantas kita usung ketika Timnas Indonesia ke depan masih diasuh oleh STY, dengan banyak agenda yang ada di depan mata, mulai dari Piala AFF U-23 yang akan digelar Februari 2022, kualifikasi Piala Asia 2023, dan puncaknya tentu saja kita berharap Timnas Indonesia bisa menorehkan prestasi bagus di Piala Dunia U-20 dengan status sebagai tuan rumah!


Nah, kalau ditanya seberapa optimis melihat kiprah Timnas Indonesia pada masa mendatang, selama pemerintah dan federasi (PSSI) memberi dukungan penuh, termasuk mengatur jadwal kompetisi dan membuat kesepakatan dengan klub-klub di liga lokal yang pemainnya dipanggil memperkuat tim nasional, rasanya 1-2 tahun ke depan kita akan mulai melihat ada harapan bagi Timnas Indonesia.

Harapan saya sih, kemampuan melatih dengan filosofi dasar yang dibawa oleh Coach STY ke Indonesia juga bisa diserap, lalu diadopsi dan diterapkan ke seluruh liga yang digelar oleh PSSI, dengan harapan sejak di tingkat klub, para pemain dapat membangun kualitas dirinya, termasuk memiliki pola makan dan gaya hidup bak seorang atlet profesional … yang tentu akan berimbas sangat positif bagi tim nasional ketika nantinya mereka dipanggil.

Apakah bisa? Jawabannya: bisa!

Apakah mudah? Jawabannya: tentu tidak mudah.

Sepak bola nasional kan perlu pembenahan menyeluruh mulai dari membentuk dan menjalankan federasi (PSSI) secara profesional, membawa setiap klub peserta liga (dari yang terbawah hingga liga utama) menjadi profesional, besaran gaji para pemain yang kudu dibuat standar profesionalnya, manajemen liga yang bagus, dan masih banyak lagi.


Akhirnya, selain berterima kasih kepada Master Deddy atas podcast yang berisi dan bermutu … izinkan saya melalui tulisan ini juga berterima kasih pada STY karena sudah bersedia melatih Timnas Indonesia dengan menolak kesempatan gaji selangit di China.

Semoga impian STY dapat berpadu dengan impian masyarakat kita yang sudah rindu sepak bola nasional berjaya mulai dari tingkat Asia Tenggara (dengan gelar juara Piala AFF) hingga tingkat Asia, kalau perlu tingkat dunia!

Shin Tae-Yong, Tolak Klub China demi Melatih Timnas Indonesia karena Impian?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/shin-tae-yong-tolak-klub-china-demi-melatih-2gyTkwV3Hd

PDIP Sodorkan Ganjar jadi Cagub DKI, Kompensasi atau Tak Peduli?

Suhu politik di negeri ini semakin memanas seiring tahun 2024 semakin dekat. Walaupun harinya belum ditentukan, namun hampir dapat dipastikan jika Pemilu termasuk Pilpres akan dilaksanakan pada tahun 2024.

Partai politik sudah bergerilya mencari muka dan berusaha menarik simpati masyarakat demi kejayaan partai. Makin banyak suara rakyat yang diraih makin tinggi posisi partai politik.

Elit partai pun sudah berlomba-lomba cari muka ke masyarakat. Baliho dengan foto mereka sudah berjejer dan menyebar di berbagai wilayah di Indonesia. Penyakit lama berupa kebiasaan berusaha dekat dengan rakyat ketika masa Pemilu dan kampanya mula terlihat.

Beberapa elit partai terkesan memaksakan diri dekat dengan rakyat. Bahkan sampai menanam padi bersama. Padahal kesehariannya boro-boro ke sawah, menyapa rakyat biasa pun jarang.

Menurut survey beberapa lembaga survey beberapa tokoh nasional mempunyai elektabilitas paling tinggi. Di tiga besar adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Ganjar Pranowo bahkan sering menyalip elektabilitas Prabowo Subianto. Menurut pengamat politik termasuk saya (wkwkwk), Ganjar mempunyai kans sangat besar menjadi Capres dan memenangkannya.

Selain elektabilitas yang tinggi, Ganjar sudah populer di kalangan masyarakat kecil. Kondisnya mirip dengan Joko Widodo. Bahkan karakter Ganjar Pranowo pun mirip Presiden Jokowi. Di beberapa kesempatan Ganjar terlihat akrab ngobrol dengan masyarakat kecil di manapun Ganjar melakukan kunjungan. Gelak tawa tak jarang terjadi karena Ganjar pandai membuat suasana cair dan menyenangkan.

Tetapi Ganjar rupanya belum mempunyai jalan mulus menuju Capres 2024. PDIP sebagai partai tempatnya bernaung seolah menutup jalan. Indikasi pengabaikan mulai terasa ketika Ganjar tidak diundang ketika ada konsolidasi partai di Jawa Tengah. Seharusnya Ganjar sebagai tuan rumah wajib menghadiri, diundang untuk konsolidasi partai.

Menurut Bambang Pacul sebagai Ketua DPW PDIP Jawa Tengah, Ganjar dinilai kebablasan, terlalu berambisi menjadi Capres. Padahal PDIP belum memutuskan siapa yang akan maju sebagai Capres/

Menurut saya jika PDIP mau secara profesional melihat potensi Ganjar dengan segala kelebihannya, PDIP berpotensi besar kembali menjadi pemenang pemilu dan kadernya bisa jadi Presiden layaknya Presiden Jokowi.

Rupanya PDIP lebih memilih putri mahkota mereka sebagai Capres. Indikasi ini sangat kuat. Baliho besar dengan foto Puan Maharani sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan bantuan sembako pun yang dibagikan kepada masyarakat bergambar Puan Maharani. Ganjar benar-benar diabaikan.

PDIP seolah tidak peduli dengan kader terbaiknya yang mempunyai potensi sangat besar sebagai pengganti Jokowi. Elektabilitas, popularitas dan pengalaman Ganjar yang tinggi seolah tidak terlihat oleh PDIP.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengapresiasi hasil survei sejumlah lembaga yang menempatkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai salah satu calon presiden atau Capres potensial dengan elektabilitas tinggi. Hasto menuturkan hal itu merupakan kepercayaan rakyat kepada kader PDIP.

Namun, Hasto mengingatkan untuk menjadi seorang presiden diperlukan keteguhan dalam memimpin dan kemampuan teknokratis untuk menjabarkan seluruh aspek-aspek ideologis. Selain itu, calon presiden juga harus memiliki spirit kepemimpinan Indonesia bagi dunia.

Pernyataan yang sungguh formalitas belaka. Puan Maharani saya kira tidak termasuk orang yang dikatakan oleh Hasto. Sebaliknya seorang Ganjar sangat memenuhi kualifikasi tersebut. Selain itu pengalaman Ganjar memimpin masyarakat sipil sudah teruji. Gubernur Jawa Tengah 2 periode ditambah 2 periode menjadi anggota DPR RI. Pengalaman yang sangat bermanfaat jika nanatinya jadi Presiden RI.

Secara elektoral, hasil sigi teranyar lembaga survei Charta Politika Indonesia yang dirilis pada Desember 2021 menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo menempati posisi teratas dengan 25,8 persen, disusul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 22,3 persen, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 17,7 persen.

Charta Politika juga membuat pilihan terhadap simulasi 10 nama berdasarkan pilihan partai politik. Hasilnya 59,9 persen pemilih PDIP memilih Ganjar. Kader PDIP lainnya, yakni Puan Maharani tertinggal jauh. Hanya 4,0 persen yang memilih Puan Maharani.

Menjelang akhir masa bhakti Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta, muncul beberapa nama. Bursa pengganti Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta semakin menghangat. PDIP menyodorkan nama Ganjar Pranowo untuk menggantikan Anies Baswedan. Namun nama itu bukan satu-satunya yang disodorkan PDIP untuk Pilkada 2024. Di antaranya ada nama Tri Rismaharini dan Gibran Rakabuming Raka.

PDIP seolah menghibur, memberikan kompensasi kepada Ganjar Pranowo karena tidak dirong menjadi Capres. Entahlah ini sebuah kompensasi atau lebih kepada tidak peduli.

Politik memang unik. Jangan terbawa emosi, lihat apa yang terjadi kemudian.

PDIP Sodorkan Ganjar jadi Cagub DKI, Kompensasi atau Tak Peduli?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pdip-sodorkan-ganjar-jadi-cagub-dki-kompensasi-rS7592dSaw

Pengecut, Usai Ancam Mau Bantai Buzzer, Akun Malah Hilang

Tahu gak istilah tekanan massa? Ini dilakukan oleh sekelompok orang yang biasanya merasa paling suci, menuntut agar lawannya ditangkap, ditahan atau dipenjara. Dan kalau tidak diindahkan, maka akan ada ancaman turun ke jalan atau people power.

Kelompok sebelah memang kerap melakukan itu. Sehingga mau tak mau, akan ada penggiringan opini dan desakan yang mendesak.

Mirip dengan kasus Ahok. Kasusnya tak sebanding dengan aksi besar-besaran yang dilakukan berjilid-jilid. Kita semua tahu ada ancaman dan intimidasi dari mereka dalam skala besar sehingga keamanan dan suhu politik jadi terganggu.

Baru-baru ini ada screenshot yang beredar di media sosial yang memperlihatkan seorang netizen di media sosial bernama Rio Bayat mengancam akan membantai buzzer beserta keluarga mereka.

“Kita sekarang hanya mendata identitas lengkap para buzzer dan keluarganya. Jika saatnya tiba kita bantai mereka semua seperti zaman dulu disaat negeri ini membersihkan PKI,” katanya.

Akun ini dikabarkan sudah hilang dan tidak bisa diakses, hahaha. Artinya kepanikan mulai melanda dan agak jantungan.

Saya yakin orang seperti ini ada kemiripan dengan kelompok sebelah yang suka menggunakan cara seenak dia untuk meluruskan masalah.

Coba perhatikan, tiap kali lawan mereka ada indikasi bisa dipermasalahkan, mereka akan tuntut dengan tuntutan penangkapan, penahanan dan proses hukum dengan alasan versi mereka sendiri. Coba cek di Twitter atau medsos lainnya, tagar mereka masif. Tujuannya kemungkinan besar untuk menciptakan persepsi dan menggiring opini publik bahwa pelaku bersalah dan harus segera diproses secepatnya.

Kadang kalau isunya lumayan besar, maka akan ada ancaman masif. Biasanya akan ancam demo besar-besaran, aksi massa, people power dll. Itulah SOP mereka. Korbannya sudah banyak. Salah satunya Ahok.

Baru-baru Ferdinand Hutahaean juga sudah ditahan dan resmi jadi tersangka terkait cuitannya. Ada yang menggiring polemik dengan bertanya jika Ferdinand bebas dari jeratan hukum apa yang harus dilakukan demi tegaknya keadilan. Ada yang menjawab memobilisasi massa dan bikin people power. Bukannya mendukung Ferdinand, tapi bukankah itu salah satu ancaman dan intimidasi dengan cara pemaksaan agar siapa pun setuju dengan pemikiran mereka?

Beda dengan kelompok lain yang lebih waras dan menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum. Nyaris tidak ada demo dan aksi meresahkan. Adem. Kalau ada pelanggaran, cukup laporkan dan tunggu hasil penyidikan. Tak ada ancam ke polisi kalau tidak ada tindak lanjut maka akan kerahkan jutaan massa untuk lumpuhkan kota. Tak ada ultimatum meresahkan.

Lihat bedanya gak?

Yang satu sesuai prosedur yang memang seharusnya dilakukan di negara hukum dan demokrasi. Yang satu lagi agak beringas dengan memaksakan kehendak lewat tekanan massa. Kalian bisa lihat, kelompok mana yang lebih berbahaya bagi demokrasi dan NKRI.

Ibarat kalian punya dua anak. Anak pertama tidak rewel. Dia minta dibelikan sesuatu dan kalian menolak, dia pun terima dan tidak ribut. Anak kedua ributnya minta ampun, kalau permintaan ditolak, dia bakal ngamuk, mogok makan, diam tak mau bicara bahkan bikin kekacauan. Kalian sebagai orang tua, lebih banyak penuhi permintaan siapa? Paham, kan, maksudnya?

Kita paham, dan sering meminta pemerintah atau aparat untuk tidak tunduk pada tekanan massa yang mengada-ada. Tapi mau gimana lagi, mereka tidak segan demo besar, yang ujung-ujungnya anarkis dan rusuh. Mengganggu ketertiban umum, bahkan mengganggu stabilitas politik dan sosial.

Ini memang ada orkestrasi dari kelompok elit politik tertentu untuk menghabisi siapa pun yang melawan mereka. Cukup kerahkan pasukan demo, selesai. Kelompok seperti ini seolah dipelihara untuk tujuan politik. Biasanya isu yang dibakar berkaitan dengan agama. Kalau isu politik, susah membakar sentimen kelompok ini. Lagipula masyarakat pun bakal sinis. Tapi kalau isu agama, biasanya banyak yang bakal terbelah, antara setuju atau tidak. Api di isu agama biasanya sangat besar jika dibakar.

Makanya urusan agama ini rumit. Lucunya lagi, agama dicampur ke politik. Makin rumit deh. Yang jelas, pemerintah masih belum maksimal tangani kelompok yang suka mempolitisasi agama dan juga suka menekan negara lewat mobilisasi massa. Entah kenapa saya pesimis masalah ini bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

Bagaimana menurut Anda?

Pengecut, Usai Ancam Mau Bantai Buzzer, Akun Malah Hilang

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pengecut-usai-ancam-mau-bantai-buzzer-akun-malah-FA1viJMGUL

Re-post by MigoBerita / Rabu/12012022/09.54Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya