» » » » » WADAS.... oh WADAS ....

WADAS.... oh WADAS ....

Penulis By on Jumat, 11 Februari 2022 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin -
WADAS.... oh WADAS .... Seolah negeri Indonesia saat ini "Runtuh" ketika segelintir orang didunia maya membicarakan WADAS dimana Bupatinya dipimpin atau kader Partai Demokrat AHY SBY. Agar tidak gagal paham, baca hingga tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan. 

Belagak Nantang Jokowi, Anies Kena Batunya!

Sejak 2 tahun lalu, bahkan mungkin lebih lama ya, sudah beredar beberapa analisa, bahwa tahun 2022 merupakan tahun yang buruk buat Anies. Karena pada tahun ini jabatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta akan berakhir. Sementara pemilu baru diadakan pada tahun 2024, baik itu Pilkada maupun Pilpres. Disebut bahwa vakumnya Anies selama 2 tahun tanpa jabatan publik, akan berpengaruh buruk terhadap elektabilitasnya sebagai capres 2024.

Saya tidak mau bilang bodoh ya. Kita anggap saja lucu. Lucunya, selama bertahun-tahun analisa itu muncul, Anies tidak juga memperbaiki kinerjanya. Padahal masih cukup waktu buat Anies untuk menangani banjir dengan normalisasi atau naturalisasi, menyediakan rumah buat warga miskin, menyediakan fasilitas MCK yang banyak, memperbaiki jembatan penyeberangan orang (JPO) di luar kawasan Thamrin-Sudirman, dan banyak lagi. Dianya malah berkeras menggelar ajang balap Formula E. Yang kita semua tahu, modalnya mencapai ratusan miliar hingga di atas 1 triliun rupiah. Duit rakyat semua itu, tapi belum terlihat hasilnya hingga sekarang.

Waktu begitu cepat berlalu. Anies banyak membuang waktu dengan proyek kosmetik dan proyek mercusuar. Proyek-proyek untuk menipu mata. Proyek yang mendukung citranya sebagai tokoh yang mau nyapres. Bukan proyek yang bermanfaat buat rakyat banyak. Gembar gembor kinerja Anies pun hanya dapat dipakai untuk pamer stadion Jakarta International Stadium (JIS). Yang sebenarnya dibangun dengan dana pinjaman dari pemerintah pusat, hehehe… Sumber.

Di sisi lain, untuk mengukuhkan posisinya di dunia politik, Anies pun melakukan manuver tajam. Yakni mengambil langkah yang “menantang” atau melawan Presiden Jokowi. Sudah sangat dipahami bahwa secara politis, posisi Presiden Jokowi teramat sangat kuat dalam menentukan siapa pemenang Pilpres 2024. Didukung oleh tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap Presiden Jokowi, siapa pun yang di-endorse oleh Presiden Jokowi, bisa dipastikan bakal jadi Presiden RI tahun 2024.

Anies bermaksud memanfaatkan kekuatan politik Presiden Jokowi ini buat mengatrol citra dirinya. Sebagai orang yang berani melawan atau menantang Jokowi. Caranya? Dengan menyindir slogan khas Jokowi, “kerja, kerja, kerja”. Di depan para pendukungnya, Anies belagak memamerkan “hasil kerjanya” selama ini. Seperti JPO yang instagramable dan JIS (lagi). Sebagai penutup, Anies pun menyebut agar jangan kerja, kerja, kerja, tanpa gagasan Sumber. Ini tentu saja disampaikan Anies di Makassar, Sulawesi Selatan. Masak disampaikan di Jakarta? Bisa diketawain warga Jakarta tuh, hehehe…

Anies juga memanfaatkan isu yang sedang hangat saat ini, yakni pemindahan ibu kota negara. Dalam sebuah forum talkshow, Anies menyebutkan bahwa pemindahan ibu kota negara tidak akan menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta Sumber. Seakan masalah di Jakarta hanya kemacetan, heloowwww…. Tapi yang penting bagi Anies secara politis, dia sudah ikut bersuara negatif terhadap mega proyek Presiden Jokowi tersebut. Seakan kinerja Presiden Jokowi nggak ada apa-apanya dibanding Anies? Hehehe…

Ya memang begitu, hanya citra yang bisa dijual oleh Anies. Citra memang gampang dijual. Terutama kepada mereka, para kamvrets, para kadrunista, yang memang sudah punya rasa benci terhadap Presiden Jokowi. Benci tapi ikut menikmati hasil kerja Jokowi, nggak malu ya? Hehehe…

Gampangnya menjual citra, sama gampangnya ketika kenyataan buruk terungkap, sehingga menumbangkan citra yang sedang dijual. Anies disebut pemimpin gagah, santun, seiman, punya banyak penghargaan, bla bla bla… Tapi, gubrakkk! Tak perlu Presiden Jokowi capek-capek membalas sindiran Anies. Cukup apa yang terjadi pada warganya, warga gubernur Anies, yang membalas “bualan” Anies.

Citra Anies yang sedang dipamerkan dan dipromosikan pun jatuh terperosok. Seiring dengan kejadian fatal yang menimpa warga Jakarta di bantaran Kali Ciliwung. Seorang warga Jakarta terperosok ketika memakai toilet dan jatuh ke kali Ciliwung Sumber. Peristiwa menghebohkan ini pun jadi santapan media. Disiarkan beberapa kali di berita televisi. Disertai video yang memperlihatkan buruknya kondisi toilet di dalam rumah warga Jakarta.

Anies pun kena telak. Dari posisi menantang Jokowi, Anies mendadak jeblok ke posisi yang terpojok. Anies lebih memilih membangun stadion JIS dengan uang pinjaman triliunan rupiah. Anies lebih memilih menggelar Formula E dengan biaya ratusan miliar hingga triliunan. Tapi Anies tidak sanggup membangun rumah dan toilet yang aman dan bagus buat warganya sendiri. Makjleb jleb jleb!

Keapesan buat Anies belum berhenti di sana. Sudah jatuh “tertimpa” WC, Anies juga seakan “terpeleset” di Ancol. Di tanah berlumpur yang bakal jadi sirkuit Formula E. Momen itu terasa ketika para pembalap MotoGP mulai berdatangan ke Mandalika. Untuk melakukan tes pramusim MotoGP di Sirkuit Pertamina Mandalika. Nama-nama yang sangat akrab bagi warga masyarakat Indonesia, seperti Marc Marquez dan Quartararo, mendapatkan ucapan selamat datang dari para netizen Sumber. Bahkan Marquez memamerkan foto dirinya di depan bandara dengan latar tulisan Lombok Sumber.

Para netizen menjadikan momen ini sebagai sarana untuk mengolok-olok Anies. Dengan mempertanyakan apakah yang datang itu adalah pembalap buat Formula E? Sumber. Ada pula netizen yang menyebut bahwa Valentino Rossi, pembalap dengan banyak prestasi di MotoGP yang sudah pensiun, sedang mengetes motornya di Ancol. Lokasi sirkuit Formula E yang entah kapan jadinya Sumber. Netizen lain bertanya apakah Marquez datang untuk cek sound di JIS, sambil tertawa hehehe… Sumber.

Berbagai olok-olok yang sulit dipatahkan oleh para pendukung Anies. Anies juga sih. Modal tipis, berani nantangin Presiden Jokowi. Kita bicara kinerja dan prestasi ya. Mau gagasan sebesar apa, tidak akan berguna jika tidak ada bukti nyata. Sudah lah, Pak Anies, jangan mencoba menaikkan citra elektabilitas dengan cara menantang Presiden Jokowi. Itu mustahil bakal berhasil. Yang ada malah tambah apes pes pes… Seakan Anies kena gelindingan ban sepeda motor pembalap MotoGP hehehe… Jadi tertawaan publik lagi. Bahkan tanpa campur tangan langsung Presiden Jokowi. Alam bawah sadar publik sudah otomatis selalu membandingkan dengan hasil nyata kinerja Presiden Jokowi yang luar biasa. Sesuatu yang tidak akan pernah dapat disaingi oleh Anies Baswedan. 

Belagak Nantang Jokowi, Anies Kena Batunya!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/belagak-nantang-jokowi-anies-kena-batunya-6oZKyPYVHz

Andai Masalah Wadas Diatasi Tahun Lalu, Ga Akan Serumit Ini

Belakangan ini, banyak orang menyederhanakan insiden di Wadas hanya sebatas penolakan terhadap pembangunan bendungan. Mereka yang mendukung warga Wadas, dianggap tidak pro terhadap pembangunan nasional. Bahkan dicap kadrun.

Saya tidak menyangkal bahwa memang ada kelompok oposan yang memanfaatkan. Partai selain PDIP pasti juga senang dengan kasus ini. Karena bisa menyerang Ganjar dan PDIP sekaligus.

Tapi, di sisi lain, memang ada masalah yang belum selesai.

Mereka yang melakukan perlawanan terhadap aparat itu bukan berarti orang yang tidak setuju dengan pembangunan bendungan Bener. Masalah di Wadas itu cukup kompleks. Tapi kalau mau dikerucutkan, maka masalahnya adalah dua proyek yang berbeda tapi berdekatan lokasinya.

Pertama adalah proyek pembangunan bendungan Bener yang bisa mengairi 15 ribu hektar lahan. Kedua adalah proyek penambangan batu andesit yang rencananya digunakan untuk pembangunan bendungan.

Di masing-masing proyek tersebut, ada masalahnya masing-masing. Di pembangunan bendungan misalnya, warga mengeluh mulai kekurangan air, ada ledakan yang merusak rumah warga, sampai kompensasi yang lambat dibayar tapi lahan sudah digarap.

Di masalah penambangan andesit lain lagi, mayoritas warga menolak karena lahan atau tanah mereka adalah sumber penghidupan. Kalau tanahnya dijual, mereka jadi ga bisa bertani lagi. Sementara kalau untuk membeli tanah lagi, kompensasi yang ditawarkan BPN dianggap tidak sesuai.

Sehingga, dari dua masalah di atas, sejak satu tahun yang lalu, warga sudah bolak balik ke pengadilan. Di tingkat pengadilan Purworejo, putusannya memenangkan warga. Bahwa harga lahan harus dinilai ulang. Sementara BPN tetap menginginkan 50 sampai 60 ribu permeter.

Setelah berkali-kali demo, BPN diminta melakukan diskresi terkait harga lahan. Dan BPN Purworejo pun mengabulkan, dengan berkirim surat ke pusat sesuai dengan permintaan warga.

Tapi ketika proses ini belum selesai, tiba-tiba ada pengukuran lahan.

Kemarahan dan protes warga kepada aparat cukup beragam. Ada yang protes karena pembayarannya lambat, tidak sesuai harga sampai penolakan sepenuhnya terhadap penambangan batu andesit karena di lahan itulah masyarakat menggantungkan hidupnya.

Pengerahan aparat secara besar-besaran ini bukan yang pertama. Tahun lalu juga begitu. Dan kita dibuat heran, kenapa untuk menghadapi warga desa, sampai harus ada pengerahan sebanyak itu? Permintaan maaf Ganjar di media jelas tak bisa diterima oleh warga Wadas. Karena pernyataan soal “jangan takut, ini hanya pengukuran” itu tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Selain itu, SK Gubernur terkait penambangan batu andesit ini memang ditanda tangani oleh Ganjar. SK itulah yang bermasalah karena pengadaan lahan disamakan dengan kategori pengadaan lahan untuk kepentingan umum, bukan pengadaan penambangan.

Penolakan warga ini cukup berimbang. Memang lebih banyak yang setuju, tapi secara presentase hampir 40 persen belum setuju. Karena yang setuju 346 bidang, sedang yang menolak adalah 133 bidang dan 138 bidang belum memutuskan.

Ini jelas angka yang cukup signifikan. Hanya saja, dalam banyak pernyataan atau brifing, yang dianggap menolak hanya 133 bidang. Sisanya yang belum memutuskan tidak disebutkan.

Makanya dengan data ini, jumlah penolakannya cukup banyak. Sampai terjadi insiden dan harus dilakukan pengawalan dalam jumlah besar, hanya untuk melakukan pengukuran.

Pada awalnya, ini hanya soal kompensasi. Permintaan ganti untung yang sesuai kategori lahan penambangan. Tapi sekarang, LBH dan LSM dari Jakarta sudah ikut campur. Politisi juga ikut berkomentar. Sehingga kasusnya sudah tidak sesederhana pada awalnya.

Ganjar pasti menyesal tidak menyelesaikan ini lebih awal. Dan malah membiarkannya berlarut-larut, lalu sekarang menjadi lebih rumit dari pokok permasalahan.

Pada akhirnya, warga kita itu sejatinya lebih jujur dari demonstran. Ketika mereka protes, sampai bawa senjata tajam, mempertaruhkan nyawanya, itu pasti berdasarkan alasan yang sangat kuat; sumber penghidupan.

Jika melihat kejadian ini, sebenarnya mirip dengan apa yang terjadi di Tuban desa Jenu. Banyak yang menolak awalnya. Tapi setelah diberikan penjelasan, terkait pengembangan Pertamina, dan ganti untungnya sampai 2 juta permeter, warga mulai melunak. Ditambah lagi dengan pohon yang ada di lahan petani juga dihitung proyeksi panen. Misal ada pohon mangga yang masih kecil, Pertamina akan hitung hasil panen tahunannya dan dikalikan 5 atau 10 tahun. jumlah itulah yang kemudian dibayarkan pada petani, sekaligus harga lahan yang permeternya ada yang mencapai 2 juta permeter.

Tapi di Wadas, pengerahan aparat malah didahulukan. Patokan harga tanah pun dinilai tidak sesuai dengan peruntukan. Dan karena lambat penanganan, minim dialog, maka insiden seperti kemarin jadi tak terhindarkan. 

Andai Masalah Wadas Diatasi Tahun Lalu, Ga Akan Serumit Ini

Sumber Utama : https://seword.com/politik/andai-masalah-wadas-diatasi-tahun-lalu-ga-akan-gQBIlO52ml

DSP Mandalika, Polesan Eksotisme Alam Berpadu Sportainment Siap Sambut Wisatawan Dunia

Diresmikan Jumat (12/11/2021) dengan nama Pertamina Mandalika International Street Circuit, Presiden Jokowi langsung menjajal sirkuit pake cara unik nan elegan. Beliau orang pertama ‘menikmati’ mulusnya aspal Mandalika yang katanya menggunakan teknologi pengaspalan paling modern bernama Stone Mastic Asphalt (SMA), memiliki daya penetrasi tinggi sehingga pembalap tidak mudah jatuh saat terjadi wet race atau jalan licin akibat hujan, dan digadang-gadang jauh lebih baik dari sirkuit kepunyaan Malaysia, Sepang.

Ya, sebagai warga negara Indonesia pastinya banggalah punya sirkuit kelas dunia seperti Mandalika dengan panjang 4,3 kilometer, lebar 15 meter, total 17 tikungan, kapasitas penonton 150.000 sampai 200.000, tapi karena masih pandemi, panitia hanya menyediakan 75.000 kursi di grandstand dan 138.000 area berdiri, dibangun diatas lahan hampir 100 hektar, serta memiliki speed trap atau daya dorong pemicu pembalap memaksimalkan kecepatan saat berlaga, plus kelengkapan lainnya membuat sirkuit berkelas internasional yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat telah selesai bersolek diri menyambut pagelaran-pagelaran kelas dunia, seperti MotoGP yang akan diselenggarakan Maret 2022 nanti.

Tak hanya MotoGP, The Mandalika juga akan terbuka dengan keindahan dan polesan wajahnya usai ditetapkan menjadi salah satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas, bagian dari Wonderful Indonesia yang dikembangkan Pemerintah lewat Kemenparekraf, bersinergi dengan Kementerian-PUPR dan Pertamina untuk mendukung pemulihan pariwisata demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di Provinsi Nusa Tenggar Barat dan melambungkan nama Indonesia di kancah dunia internasional.

Ya, kedepannya dengan konsep Sport Tourism, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) bersama dengan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) telah meluncurkan dua logo bermakna tersendiri.

Logo Mandalika GP Series akan menjadi identitas resmi untuk semua event berkaitan dengan racing di Sirkuit Mandalika, seperti Idemitsu Asia Talent Cup (IATC), FIM MOTUL World Superbike (WSBK), serta FIM MotoGP World Championship (MotoGP) Seri Indonesia.

Sementara, logo Mandalika Xperiences akan digunakan untuk event-event lainnya, seperti konser musik, kegiatan seni budaya, dan acara olahraga lainnya, semisal balap sepeda, balap mobil, lari, triathlon, pendakian gunung, trekking, motocross, dan juga olahraga air seperti selancar dan paralayang.

Keunikan DSP Mandalika

Tak dapat dipungkiri, Indonesia dengan kekayaan dan keindahan alamnya merupakan ‘surga’ bagi turis, baik lokal maupun mancanegara.

Melihat potensi pariwisata kita, pemerintah lewat Kemenparekraf tetapkan lima Destinasi Super Prioritas (DSP) untuk dikembangkan dan dijadikan fokus yang makin promosikan wonderful Indonesia di kancah dunia internasional dan diharapkan usai pagebluk Covid-19 memberikan output dan outcome bagi kesejahteraan masyarakat lokal.

Jika Candi Borobudur diakselerasi dengan kekuatan storynomics tourism, dimana pendekatan pariwisata mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi, artinya Candi Borobudur sebelum pandemi mencatat 4,39 juta pengunjung di tahun 2019 dikemas keindahan pesonanya dalam sebuah cerita menarik sebagai warisan dunia yang akan tak terlupakan oleh wisatawan asing maupun lokal.

Maka, DSP Mandalika dikemas sedemikian rupa agar keindahan dan keunikan alamnya dapat disatukan dengan konsep ‘sportainment’ seperti saya sebutkan diatas.

Ya, KEK Mandalika terletak di bagian Selatan Pulau Lombok dengan luas area 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera Hindia, memiliki potensi wisata yang menawarkan wisata bahari dengan pesona pantai dan bawah laut yang memukau, sehingga konsep pengembangan pariwisatanya berwawasan lingkungan dengan membangun obyek-obyek dan daya tarik wisata yang selalu berorientasi pada kelestarian dan kualitas lingkungan hidup yang ada di tengah masyarakat sekitar.

Selain sirkuit yang dibangun di sebuah pulau yang dikelilingi lautan, keunikan Mandalika-Lombok lainnya sebagai wonderful Indonesia, tentunya beberapa pantai terbaik dengan keindahan memanjakan mata dan membuat jiwa kita tenang, seperti Pantai Kuta Mandalika, dengan ciri khas lautan biru, juga perbukitan hijau plus hamparan pasir putih nan lembut membuat saya penasaran untuk berlibur kesana tentunya.

Belum lagi gugusan terumbu karang dengan hempasan ombak laut yang besar, plus dikelilingi pohon rindang dan beberapa gazebo yang dapat dimanfaatkan para pengunjung untuk beristirahat atau berteduh dari paparan sinar matahari yang terik di siang hari, begitu juga dengan pantai-pantai lainnya seperti Tanjung Bango, Selong Belanak, Kepulauan Gili, dan banyak lagi yang membuat saya selalu berpikir wisata di Indonesia Aja.

Juga tersedia wisata alam yang tak kalah menarik untuk dikunjungi di DSP Mandalika, seperti Gunung Rinjani. Ya, gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia ini merupakan destinasi wajib yang harus didaki, jika Anda seorang pendaki gunung. Belum lengkap rasanya gelar ‘pendaki gunung’ apabila belum mendaki gunung dengan ketinggian 3.726 mdpl dan terletak di Utara Pulau Lombok ini.

Berkat Pengorbanan Puteri Mandalika

Selain Gunung Rinjani dengan luas 76.000 hektar, juga masih banyak obyek wisata alam seperti Bukit Merese, Tetebatu, Air Terjun Sendang Gile, Desa Bilok Petung, Hutan Monyet Pusuk, dan masih banyak lagi yang tentunya bikin kita penasaran.

Apalagi konon katanya, masyarakat lokal di Mandalika sangatlah ramah, sangat menghargai pendatang dan tidak mau mengecewakan mereka.

Itu terbukti dari cerita rakyat yang sangat melegenda dan menggambarkan budaya dan kearifan lokal terbangun dengan baik sejak dahulu kala.

Ya, cerita Putri Mandalika terlahir berparas cantik dan memiliki kepribadian baik, sopan, bahasanya lembut dan ramah kepada semua orang. Karena paras cantiknya membuat para pangeran dari berbagai kerajaan, juga para pemuda yang melihat kecantikannya pasti terpikat dan berniat mempersunting Putri Mandalika.

Saking banyaknya yang melamar sang puteri, membuat Raja Tonjeng Beru pusing dan menyerahkan keputusan kepada Putri Mandalika itu sendiri.

Sang putri meminta waktu untuk bersemedi dan hasilnya? Putri Mandalika mengundang semua pangeran dan pemuda yang melamarnya untuk berkumpul di tanggal ke 20 bulan ke 10 pada penanggalan sasak di Pantai Seger atau dikenal Pantai Kuta Lombok pada waktu pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang.

Tapi yang tidak diduga-duga dilakukan Putri Mandalika. Dia naik ke atas bukit Seger dan mengucapkan janjinya bahwa dia hanya ingin melihat kedamaian dan ketentraman di Pulau Lombok tanpa adanya perpecahan apalagi peperangan akibat dia menerima satu lamaran.

Akhirnya demi kedamaian yang dia maksud, maka Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut dan seketika hanyut ditelan ombak besar. Walau seketika banyak rakyat loncat menyelamatkan nyawa putri, namun putri hilang tanpa bekas dan dari dalam laut muncul cacing panjang yang diberi nama nyale dan dipercaya adalah jelmaan Putri Mandalika.

Hingga sekarang ada tradisi upacara adat Nyale di Lombok dan diselenggarakan sekali setahun pada akhir bulan Februari – Maret. Tempat wisata yang tak kalah menarik untuk dikunjungi tentunya Desa Sade, ya desa di daerah Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah ini masih memegang tradisi leluhur tanpa terkontaminasi dengan modernisasi.

Tempat tinggal Suku Sasak ini masih hidup dengan tradisi turun-temurun, diantaranya membangun rumah tahan gempa, berdinding anyaman bambu, beratap alang-alang kering, dan lantainya dibuat dari campuran tanah liat dengan sekam padi, terbukti tahan gempa yang membuat wisatawan penasaran bukan?

Belum lagi hasil tenunan para penenun Desa Sade yang kualitas dan namanya sudah mendunia dengan nama Tenun Sasak, dipajang di sepanjang jalan dan tentunya belum sah rasanya jikalau belum membeli produk-produk asli dari tangan-tangan kreatif penduduk Suku Sasak ini.

Tips Berdayakan Masyarakat Lokal Sukseskan DSP Mandalika

“Kami memperkuat identitas resmi komunikasi dengan serangkaian warna-warna yang segar. Logo Mandalika GP Series menggunakan warna tropis yang menunjukkan kegembiraan baru dari olahraga balap melalui warna yang mewakili daya pikat yang hidup di wilayah Indonesia.

Sementara Logo Mandalika Experiences menggunakan warna segar guna memperkuat image Mandalika Experiences sebagai sumber hiburan," terang Direktur Utama MGPA Ricky F.

Baheramsjah menjelaskan bagaimana DSP Mandalika akan menjadi Wonderful Indonesia bagi dunia internasional yang siap untuk dikunjungi.

Ya, selain kesiapan infrastruktur dan eksotisme alam yang siap untuk dikunjungi, tentunya faktor utama yang membuat wisatawan asing maupun lokal betah di Mandalika-Lombok tentunya keterbukaan masyarakat lokal untuk menerima mereka dengan senyuman sumringah, keramah-tamahan mereka dan juga tentunya pelayanan dan sarana yang dapat membuat pengunjung nyaman dan aman bukan?

Tipsnya tentunya edukasi, dimana masyarakat sekitar diberikan pendidikan dan pelatihan bagaimana menjamu para wisatawan dengan baik dan ramah.

Pelatihan Hospitality, bahkan pelatihan bagaimana menghadapi tamu-tamu asing yang akan menonton MotoGP maupun acara-acara besar olahraga lainnya harus diterapkan sehingga masyarakat mampu memikat hati wisatawan dan bisa berkomunikasi dengan baik.

Pelatihan Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional juga perlu dibekali sehingga masyarakat sekitar Mandalika mampu menjual jasa maupun produk UMKM mereka kepada wisatawan asing, plus bisa menjadi guide mereka ketika jalan-jalan disekitar DSP Mandalika-Lombok, sehingga slogan berwisata di Indonesia Aja benar-benar terwujud.

Agar tidak terulang lagi kejadian pembukaan kargo motor milik Ducati Ilegal di Mandalika, maka pihak penyelenggara perlu bekerjasama dengan TNI dan Polri untuk siaga 24 jam dan juga menyiapkan command center sebagai pusat pengendalian keamanan saat event akan berlangsung di DSP Mandalika.

Yang paling penting tentunya pemberdayaan masyarakat untuk sama-sama membenahi kebersihan, keamanan, higienitas, dan kelestarian lingkungan di sekitar lokasi desa wisata.

Sebab, pemerintah telah bekerja keras untuk mendukung DSP Mandalika sebagai Wonderful Indonesia dengan membangun 915 unit rumah melalui Program Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) senilai Rp 62,22 miliar menjadi lebih layak huni dan sehat sekaligus mendukung pemulihan pariwisata sehingga dampaknya juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Program yang dilaksanakan sejak tahun lalu ini telah membangun sebanyak 817 unit di Kabupaten Lombok Tengah, di sepanjang koridor masuk kawasan Mandalika sebanyak 517 unit, dan 300 unit rumah singgah atau homestay serta bangunan untuk usaha lain guna mendukung pariwisata. Sisa 98 unit dibangun di Lombok Utara. Tak lupa agar dibangun fasilitas ATM terdekat, toilet yang bersih dan layak untuk wisatawan, dan tentunya Pos Kesehatan Desa sebagai fasilitas kesehatan.

Akhirnya, semoga segala event yang akan dilaksanakan di DSP Mandalika berlangsung dengan baik sehingga wisatawan betah di Indonesia Aja...

DSP Mandalika, Polesan Eksotisme Alam Berpadu Sportainment Siap Sambut Wisatawan Dunia

Sumber Utama : https://seword.com/umum/dsp-mandalika-polesan-eksotisme-alam-berpadu-YHDQNVmHmt

Wah, Ganjar Pranowo Salah, Tidak Sambut Puan Maharani

Kasihan sekali Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang semakin mendekati tahun politik, kok seperti mengalami banyak benturan. Minggu (6/2/2022) pagi, beliau mengalami kecelakaan ringan saat melakukan aktivitas rutin mengunjungi warga sambil naik sepeda,

Kecelakaan terjadi saat Ganjar meninjau lokasi bekas kebakaran relokasi Pasar Johar Semarang. Sepedanya bersenggolan dengan sepeda temannya mengakibatkan Ganjar terjatuh. Kader PDIP itu mengalami cedera di bagian tangan kanan dan harus dioperasi.

Maka saat ini Ganjar tampil ke publik dengan tangan kanan ditopang kain pembungkus. Kondisi seperti itu tidak menghalanginya mendatangi Desa Wadas Purworejo yang baru saja bergolak soal recana pembebasan lahan untuk dijadikan bendungan.

Diberitakan bahwa Selasa (8/2/2022), ratusan aparat dengan senjata lengkap mendatangi Desa Wadas. Tujuan mereka untuk mengawal pihak BPN yang hedak melakukan pengukuran lahan warga yang sudah setuju melepaskan haknya demi dibangunnya bendungan.

Konflik terjadi karena belum semua warga setuju melepas lahannya. Maka diduga warga yang tidak setuju ini memprovokasi sehingga terjadi bentrokan. Patut diduga ada banyak juga oknum atau pihak yang sedang memancing di air keruh sehingga insiden ini terjadi. Di video tampak terjadi konsentrasi massa, dan sejumlah warga ditangkap aparat.

Dalam situasi yang masih memanas, dan lengan kanan masih berbalut kain penopang, Ganjar selaku pimpinan daerah datang ke lokasi. Bahkan katanya dia sampai meminta maaf terhadap masyarakat setempat atas terjadinya peristiwa tersebut.

Malangnya Ganjar, banyak pihak yang terkesan hendak memojokkan dirinya dalam tragedi itu. Bisa dimengerti, ini tahun politik. Dan Ganjar menurut survei, memiliki elektabilitas yang tinggi sebagai calon presiden. Dia hanya terpaut jarak yang tipis dari Prabowo Subianto di peringkat atas.

Maka wajar jika ada banyak pihak yang memiliki "kepentingan" dengan masalah-masalah yang membelit Ganjar. Tegasnya, banyak pihak yang ingin Ganjar tersandung kasus-kasus serius sehingga membuat nama dan elektabilitasnya jatuh.

Tapi yang juga tidak dapat diabaikan adalah jika kasus-kasus yang sedang berkaitan dengan Ganjar ini dicoba giring oleh pihak-pihak tertentu untuk mendiskreditkan pemerintah Jokowi, yang merupakan sesama kader PDIP dengan Ganjar.

Insiden ini semestinya tidak terjadi, sebab menyangkut rencana pembangungan bendungan, supaya masyarakat petani bisa panen minimal tiga kali dalam setahun. Proyek semacam ini untuk kepentingan semua warga, bermanfaat dalam waktu yang sangat panjang, dari generasi ke generasi.

Lahan yang dibebaskan bukan untuk bikin mal atau pusat bisnis yang biasanya cuma menguntungkan pemilik modal.

Jadi semoga semua warga yang masih kontra bisa berpikir jernih, jauh ke depan. Jangan sampai terhasut oleh oknum-oknum yang memang ingin terjadi kekacauan dan keonaran di negeri ini.

Ketika sosok dan nama Ganjar ramai disebut-sebut dalam peristiwa yang sudah mulai kondusif ini, mencuat pula berita tentang dirinya yang tidak hadir pada acara Puan Maharani. Ketua DPR RI ini datang di Klaten, Jawa Tengah, untuk meresmikan Jembatan Gantung Girpasang di Kelurahan Tegalmulyo, Kabupaten Klaten, Kamis, 20 Januari 2022 lalu.

Dalam acara peresmian jembatan sepanjang 120 meter dengan lebar 1,8 meter itu, putri Megawati Soekarnoputri itu didampingi Bupati Klaten Sri Mulyani dan Direktur Pembangunan Jembatan Kementerian PUPR Yudha Handita.

Sayangnya, Ganjar Pranowo selaku gubernur Jawa Tengah tidak tampak saat acara peresmian jembatan gantung itu. Fungsi jembatan itu memang vital, sebab menghubungkan dua dusun yang dulu terisolir, sulit diakses.

Dan menurut penulis, ketidakhadiran Ganjar Pranowo di acara itu sebuah kesalahan. Apalagi katanya, Ganjar mendapatkan undangan untuk menghadiri acara tersebut.

Ganjar tidak hadir karena sudah berada di Jakarta untuk menghadiri undangan Sekretariat Presiden untuk acara koordinasi penanganan COVID-19 di Istana Negara bersama Presiden Joko Widodo.

Ganjar Pranowo juga tidak hadir saat Puan Maharani meresmikan bangunan baru Pasar Legi Solo, Kamis, 20 Januari 2022.

Ketidakhadiran Ganjar di acara Puan ini menjadi perbincangan justru karena Puan Maharani sendiri melontarkan kekesalannya saat rapat koordinasi tiga pilar PDIP di Manado, Sulawesi Utara, Rabu, 9 Februari 2022.

Puan merasa kesal "karena ada gubernur yang tak mau menyambut dirinya saat kunjungan kerja ke daerahnya si gubernur". Lanjut Puan, gubernur tersebut tidak bangga terhadapnya yang merupakan Ketua DPR. Dugaan pun langsung mengarah ke Ganjar Pranowo sebagai gubernur yang dimaksudkan.

Antara Ganjar dengan Puan memang sedang terjadi semacam "konflik". Hal itu ditengarai menyangkut persaingan politik untuk 2024. Ganjar selaku kader PDIP memiliki tingkat elektabiltas yang menjamin bahwa partainya bisa kembali menempatkan kadernya di Istana.

Tapi jalan tidak mulus bagi Ganjar, sebab sampai kini partainya tidak memperlihatkan isyarat untuk mencalonkan dirinya. Sebaliknya justru Puan yang seperti hendak diusung, entah sebagai cawapres untuk Prabowo, atau apalah. Yang pasti Ganjar tidak disebut-sebut.

Maka ada kesan bahwa antara Puan dan Ganjar sedang terjadi perang dingin. Hal ini mulai terendus ketika tahun lalu Ganjar selaku gubernur dan sesama kader partai tidak diundang saat PDIP mengadakan acara di Semarang yang diikuti Puan Maharani. Terdengar pula sindiran tentang gubernur yang hanya giat di medsos, bukan ke lapangan, dsb.

Wajar saja apabila misalnya Ganjar merasa tersinggung dan kesal terhadap Puan, hingga tidak datang memenuhi undangan saat berada di Klaten dan Solo. Padahal sebenarnya undangan menghadari acara Puan ini sebuah isyarat yang baik untuk Ganjar.

Benar bahwa Puan diisukan sedang dipersiapkan untuk 2024. Indikasinya balihonya bertebaran di mana-mana. Tapi adalah fakta penting bahwa partai belum menyatakan secara resmi siapa yang akan diusung. Sebab keputusan mutlak ada pada ketua umum yang adalah ibunda Puan Maharani.

Elektablitas Ganjar yang cenderung meroket, dan posisi Puan yang tidak beranjak, pasti tidak akan diabaikan oleh partai. Jika Ganjar masih ingin mendapatkan "perhatian", dia harus berbaikan dengan Puan yang tidak sekadar "saingan". Puan itu bisa menentukan nasib Ganjar dalam konteks 2024 ini, sebab dia putri ketua umum.

Maka ketika Ganjar tidak memenuhi undangan Puan, yang menurut hemat penulis sebuah isyarat bagus, itu suatu kesalahan.

Wah, Ganjar Pranowo Salah, Tidak Sambut Puan Maharani

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/wah-ganjar-pranowo-salah-tidak-sambut-puan-x8j0lVVcQe

Siap-siap Formule E! Gabener Bakal Akan Divonis! Tancappp! Tenggelamkan Pemboros Anggaran

Tidak kebayang pusingnya jika saja Sandiaga Uno masih menjabat sebagai wakil gubernur DKI saat ini. Dan tentu saja banyak rugi yang didapatkannya, namanya pun akan semakin bobrok berada di samping Anies. Itulah kenapa dulu pernah saya menulis tentang keputusan Sandiaga Uno pindah mendampingi Prabowo meskipun diduga saat itu harus mengeluarkan kocek yang sangat fantastis banyaknya.

Analisa yang saya utarakan beberapa tahun lalu itu karena Sandiaga tahu betul siapa Anies, tahu betul Anies hanya bisa ngomong dan tidak bisa kerja, maka dengan adanya ajang pilpres dan kesempatan maju mendampingi Prabowo, maka itu adalah bagian dari prosesnya membuang sial, sebab bersama Anies, hanya akan mengalami sial dan ruginya banyak, mungkin Sandiaga sadar bahwa kemenangan yang diraihnya waktu pilkada DKI 2017 adalah kemenangan paling sadis dan biadab, sebab ayat dan mayat menjadi bahan jualannya, maka dikhawatirkan akan terjadi kutukan yang sangat lama, bahkan bisa sampai tujuh turunan atau lebih malah, bisa jadi kan?

Sandiaga pun tahu betul bahwa gerombolan yang bergabung menggulingkan Ahok adalah gerombolan yang akan mendapatkan sial, karena memang orang-orang yang jualan agama demi mendapatkan kekuasaan pada dasarnya akan rugi, adapun kemenangan yang didapatkannya hanya bersifat sementara. Coba perhatikan saja dalam sepanjang sejarah orang-orang yang jualan agama, adakah mereka abadi keberuntungannya? Justru jualan agama itu efeknya adalah kegaduhan dan perpecahan, jadi wajar saja kalau para kadrun itu terus mendapatkan perlawanan karena mereka-lah yang memulai kegaduhan itu, makanya para kadrun akan sial terus hidupnya.

Jadi ketika Sandiaga diajak oleh Jokowi masuk ke dalam kabinetnya, itu adalah keberuntungan dan sekaligus tantangan untuk berprestasi, meskipun saat ini mungkin belum terlihat sepak terjang Sandiaga selama menjabat menteri, setidaknya dia telah happy dan menikmati jabatan menteri ini, tidak banyak hal yang membuatnya ruwet meskipun memang banyak hal yang bisa dikreatifkan.

Sandiaga sudah memamerkan Mandalika, balapan motor paling bergengsi di dunia dan ada di Indonesia, dan beberapa pembalap pun sudah datang menikmati alam Indonesia, terlihat beberapa pembalap memamerkan foto-fotonya dengan sangat antusias dengan latar pemandangan yang sangat indah, promosi gratis tempat wisata Indonesia menggelegar di seluruh dunia, jika covid sudah tidak ada lagi atau sudah dicabut semua aturannya, Indonesia bakal paling ramai dan dikunjungi banyak turis dari luar negeri, yakin deh. Jadi semoga Pak Luhur bisa memahami ini ya.

Bahkan Sandiaga sudah pamer dirinya sedang di atas motor Ducati Desmosedici GP21, wow sesuatu banget kan? Ngak mungkin ia mau pamer formule-E yang saat ini memang lagi error di Ancol, iya kan? Atau bahkan ada yang bilang FormuleEudannn...

Ahh...Sandiaga memang beruntung. Coba kalau masih jadi wakil Gubernur mendampingi Anies, bakal bingung juga mau jawab apa soal Formule-E ini, dan tidak mungkin Sandiaga akan mengeluarkan duitnya untuk proyek yang tidak jelas untuknya kan? Malahan kalau misalnya Sandiaga masih jadi wakil dan ia mengeluarkan dana untuk memastikan Formule-E terwujud, malah akan diklaim sebagai kinerja Anies, dan yang dapat nama cuma Anies kan? Artinya, Sandiaga tahu bahwa Anies ini licik, jadi itulah kenapa ia cepat-cepat memilih angkat kaki dari kursi wakil Gubernur.

Anies terlalu berambisi ingin melampui prestasi Jokowi. Padahal kalau dari awal Anies membuat gebrakan atau tidak hanya mengandalkan kata-kata saja, atau meneruskan saja semua program Ahok, maka bisa jadi formule-E itu terwujud, tapi karena kata-kata Anies hanyalah kata-kata, maka karena itulah kena juga batunya, Formule-E yang diandalkan akhirnya hanya jadi kata-kata belaka saja.

Waktu yang sudah mepet tidak mungkin akan bisa terwujud pembangunan sirkuit itu, karena bagaimana pun bagusnya kata-kata yang Anies rangkai, sirkuit itu tak bisa terwujud dalam waktu dekat. Proyek pembuatan sirkuit itu ada prosesnya, tidak semulus kata-kata yang keluar dari mulut yang muncrat-muncrat.

Ketika Jakpro mengumumkan PT Jaya Kontruksi Manggala Pratama sebagai perusahaan yang mengerjakan sirkuit formule-E ini, ternyata disinyalir ada yang aneh, atau ada yang kurang pas. Dan sebagaimana yang disampaikan oleh Gilbert Simanjuntak, anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP bahwa “Ini pemenangnya agak membingungkan juga, karena saham DKI juga ada di sana Pembangunan Jaya, dan lokasi atau venue di Ancol yang punya DKI, dan Jakpro sudah keluar Rp 70 miliar, APBD sudah keluar lebih dari Rp 560 miliar,”

“Sebenarnya yang biayai Formula E ini rakyat DKI. Panitia pelaksana tidak terlihat mengeluarkan biaya apa, tapi kalau bicara terlalu sesumbar, dari Jaya Konstruksi sebagai pemenang tender juga aneh, mereka biayai sendiri atau pemprov lewat csr atau gabungan keuntungan BUMD diam-diam dialokasikan ke Formula E? Banyak sekali pertanyaan karena ini jelas tidak rasionil kalau kesannya JaKon seakan sinterklas,”

"Kualitas trek juga jadi pertanyaan. Ini sangat memalukan sikap Gubernur. Sewaktu launching di Monas, senyum terlalu sumringah, juga saat menaiki mobil. Setelah itu sekalipun tidak mau menjelaskan ke publik, tidak bertanggungjawab,” Jadi Anies disebut memalukan. Memang sangat memalukan. Bergaya mau buat event besar tapi cuma congornya saja yang besar, makanya sulit terwujud.

Peradilan siap memproses kasus ini, banyak kejanggalan pada proyek bau kentut ini. Dan proyek ini adalah proyek yang ambisius namun melupakan program utama yang seharusnya didahulukan. Maka karena itulah Anies memang Gabener, dari awal saat hendak merebut kursi Gubernur dari tangan Ahok, itu sudah Gabener, karena itulah sekarang semuanya jadi Gabener. Gubernurnya jadi Gabener, program janji-janjinya saat kampanye juga Gabener, karya-karyanya juga Gabener, sumur resapan Gabener, parkir air Gabener, kelebihan bayar juga Gabener, dan soal anggaran sudah pasti Gabener, jangan-jangan wajahnya juga sudah Gabener? Waduh.

Nah, pada tanggal 8 Februari lalu, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi datang ke KPK untuk masalah Formula E ini. Kata Prasetio “Pagi ini saya datang ke Gedung Merah Putih, Kuningan, Jakarta Selatan untuk memberikan keterangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus penyelenggaraan Formula E,” Prasetio membawa sejumlah dokumen anggaran Formula E ke KPK, baik yang tercantum dalam KUA-PPAS, RAPBD sampai APBD 2019. Nantinya, seluruh dokumen diserahkan ke KPK, sehingga dengan dokumen itu bisa membantu KPK selama proses penyelidikan. Mmmhhh.... semoga tuntas ya? Atau sudah ada berita terbaru bahwa sudah si Gabener sudah masuk ruang sidang? Kabarin ya kalau sudah berjalan.

Sepandai-pandainya tupai meloncat akhirnya jatuh juga, selicik-liciknya Gabener lobi-lobi dan bermain kata-kata akhirnya divonis juga, semoga ya.
Siap-siap Formule E! Gabener Bakal Akan Divonis! Tancappp! Tenggelamkan Pemboros Anggaran

86 % Puas sebagai Gubernur, Kenapa Hanya 34,8 % yang Pilih Anies Jadi Presiden?

Menyisakan kurang-lebih 14 persen saja warga DKI yang tidak puas dengan kinerjanya, jelas itu 'sesuatu banget' bagi sang Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Asli. Dasarnya adalah hasil survei Populi Center yang menunjukkan bahwa sebanyak 86 persen responden puas dengan kepemimpinan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Ah, Bang Anies… Seng ngada lawan…..

Namun dari lembaga survei yang sama menyajikan hasil lain yang terasa cukup aneh. Populi Center menemukan bahwa dalam simulasi 10 tokoh calon presiden, Anies hanya memiliki elektabilitas sebesar 34,8 persen, walaupun berada di urutan paling atas. Urutan kedua adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dengan elektabilitas sebesar 18,2 persen. Sementara menjadi yang terendah adalah Ketua DPR RI, Puan Maharani, dengan elektabilitas 0,5 persen saja.

Ketika kemudian disimulasikan dalam dua nama saja, Anies tetap mampu unggul dari lawannya, Ganjar. Elektabilitas Anies mencapai 59,8 persen, sementara Ganjar hanya 33,3 persen.

Hmmm…, seperti disinggung di atas, bahwa hasil elektabilitas Anies sebagai capres yang dipilih oleh warganya sendiri saat ini memang cukup terasa aneh. Betul, dengan tingkat kepuasan yang setinggi 86 persen, masa iya hanya punya elektabilitas 34,8 persen saja? Bahkan maksimalnya hanya 59,8 persen saja?

59,8 persen jelas bukan angka yang kecil. Tapi coba ingat pada Pilgub 2017 lalu, yang mana saat itu pasangan Anies-Sandi menang dengan persentase 57,96 persen suara. Itu artinya, secara sederhana dalam waktu empat tahun, ternyata Anies gagal menggaet pemilih baru. Peningkatan yang hanya berkisar 2 persen tentu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah keberhasilan bagi seorang gubernur ibukota, yang dengan fasilitas dan kesempatan yang begitu besar, dan dengan sorotan nasional yang selalu tertuju padanya.

Bisa diartikan juga bahwa yang pilih Anies saat ini adalah mayoritas pemilih Anies dulu, dan jangan-jangan dengan alasan ewuh-pakewuh saja. Sudah jelas sebagai warga Jakarta pasti ya pilih Anies. Masa iya malah pilih Irwandi Yusuf atau Lukas Enembe???... Eh maaf, keduanya sudah lebih dulu dicokok KPK ya?... Sekali lagi, maaf…….

Sementara angka yang 34,8 persen tadi, semakin menunjukkan bahwa Anies bukanlah nama yang mendominasi. Terlalu kecil ketika warganya sendiri, yang tingkat kepuasannya 86 persen, hanya sepertiga lebih sedikit yang percaya bahwa dia bisa menjadi presiden nantinya.

Dari Populi Center sendiri, dapat diketahui kira-kira kenapa Anies hanya mendapat angka elektabilitas sebesar itu? Kenapa terkesan bahwa mereka tidak terlalu yakin kepada Anies?

Ternyata mayoritas warga Jakarta tidak mengetahui prestasi Anies. Sebanyak 33,5 persen responden mengaku tidak mengetahui apa saja prestasi Anies.

Hal tersebut tentu sangat mengecewakan bagi Anies dan pendukungnya. Itu jelas. Sebab melihat bagaimana mereka memberi sebutan untuk Anies seperti "gubernur rasa presiden" atau "gubernur Indonesia", ketika ternyata kemampuannya tidak diyakini dan prestasinya tidak diketahui, jelas menjadi sebuah tamparan bolak-balik yang sangat keras dan begitu menyakitkan.

Bukannya apa, setelah begitu rajinnya foto-foto, yutub-an, pamer penghargaan, dan dengan berita-berita yang terus-menerus menyorotnya, ternyata seperti tidak memberi dampak yang signifikan. Tidak banyak sentimen positif yang didapatnya.

Nah…

Seharusnya tidak perlu heran dengan pencapaian elektabilitas Anies yang seperti itu. Tidak perlu bertanya-tanya kenapa nasib Anies ternyata sebegitunya. Kenyataan ini sedikit memberikan kejelasan

Sejauh ini partai politik sebagai yang paling berhak mencalonkan presiden dan wakil presiden, belum ada yang serius dengan Anies. Memang ada PPP, PAN, PKS, dan Nasdem, tapi tampaknya mereka hanya emosional saja. Belum berdasarkan pada pertimbangan yang realistis.

Justru yang realistis adalah apa yang dilakukan oleh partai-partai besar semacam Gerindra, Golkar, atau PDIP. Begini, kalau memang Anies itu meyakinkan, tentu dengan segera partai-partai besar itu akan segera tebar pesona ke Anies. Tentu partai-partai besar tersebut akan dengan segera berusaha menggaet Anies secepat mungkin, kalau memang Anies sedemikian meyakinkannya.

Tapi lihatlah, yang mendekat ke Anies hanya partai kecil dan medioker yang pada sejarahnya hanya ngikut-ngikut saja karena tidak punya posisi tawar yang kuat. Bahkan sepertinya mereka melakukan hal tersebut demi tujuan menyelamatkan dirinya sendiri, berharap dapat efek suara dari para pendukung Anies.

Parah...

86 % Puas sebagai Gubernur, Kenapa Hanya 34,8 % yang Pilih Anies Jadi Presiden?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/86-puas-sebagai-gubernur-kenapa-hanya-348-P9eCPjEsbC

Pak Ganjar, Hati-Hati dengan Kasus Wadas dan Ngambeknya Nyonya Besar PDI Perjuangan

Ganjar Pranowo sedang diuji bagaimana merespons beberapa peristiwa yang terjadi secara beruntun dan berpotensi mempengaruhi citra dan elektabilitasnya sebagai sosok yang dekat dengan rakyat dan calon potensial pada Pilpres 2024 nanti.

Peristiwa di Wadas yang menuai banyak kritikan karena diyakini ada pengerahan aparat hingga penangkapan warga setempat, tidak bisa selesai hanya dengan sekali kunjungan ke daerah yang masuk wilayah administratif Purworejo, Jawa Tengah itu. Nama Ganjar tak hanya tercoreng, tapi para lawan politiknya tentu bersorak dengan tersandungnya Gubernur Jawa Tengah itu dengan kasus di Wadas.

Masalah lain yang tak kalah peliknya adalah sindiran Puan Maharani, sang Nyonya Besar PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPR RI (sudah pada tahu tanpa harus melihat baliho Kepak Sayap Kebhinnekaan, bukan) yang belum lama ini tersinggung karena ada kepala daerah yang tidak menyambut kedatangan di Dapil yang memenangkan Puan pada Pileg 2019 lalu.

Meski Puan tidak menyebut nama daerah dan sosok Gubernur yang dianggap nyuekin dirinya, FX Rudy selaku Ketua DPC PDI Perjuangan memberi klarifikasi dengan meyakini bahwa sosok yang dimaksud adalah Ganjar Pranowo, yang berada di Jakarta saat Mbak Puan berada di kawasan Pasar Legi, Solo.

Eks Wali Kota Surakarta itu menjelaskan bahwa Ganjar tidak dihubungi oleh pihak Mbak Puan, atau terkesan agak mepet waktunya. Apalagi waktu bersamaan Ganjar harus mengikuti acara di Jakarta sehingga tidak bisa hadir mendampingi atau menyambut Mbak Puan di Solo.

Dua masalah tadi tentu membuat Pak Ganjar kudu berhati-hati karena penjelasan saja tanpa disertai permintaan maaf dan kesungguhan dalam menuntaskan masalah di Wadas, tidak hanya dapat meruntuhkan kepercayaan warga sekitar tetapi dapat berimbas pada naiknya apatisme dan ketidaksukaan kepada Ganjar. Belum lagi kasus Wadas ini, juga beberapa kasus lain di Jawa Tengah, yang pastinya akan disimpan baik-baik oleh lawan politiknya ... yang nantinya akan dikeluarkan pada waktu yang tepat.

Ah, Pak Ganjar ... terjal sekali lintasan politik Anda hari-hari ini, sehingga memikirkan dan merasakan sakit pada tangan yang baru saja dioperasi pun rasanya tak sempat lagi. You must do something, tapi tetap kudu berhati-hati dan pakai hikmat!


Menarik sekali menantikan reaksi Ganjar Pranowo selama satu minggu ke depan, apakah dua masalah tadi akan menjadi batu sandungan yang membuat Ganjar Pranowo terjatuh tanpa bisa berdiri dan berlari kencang menatap 2024 lagi, atau sebaliknya menjadi batu loncatan yang dapat menjadi momentum untuk melompat lebih tinggi di kancah perpolitikan nasional.

Prediksi saya, lawan politik masih akan menggoreng berita Wadas dan ngambeknya Mbak Puan ini untuk menyerang Ganjar Pranowo dari berbagai sisi. Pihak internal PDI Perjuangan juga akan bergolak karena kalau benar yang dimaksud Mbak Puan adalah Jateng-1 maka citra Ganjar akan turun di kalangan internal partai berlambang banteng moncong putih itu.

Kelompok pendukung di barisan Bambang Pacul juga rasanya akan mengambil manfaat dari kasus Wadas dan ngambeknya Mbak Puan untuk memperkuat posisi tawar jika nantinya PDI Perjuangan harus memilih satu saja di antara Ganjar atau Puan untuk diusung saat Pilpres 2024 nanti.


Pak Ganjar ... hati-hati ya, Pak. Saya masih berharap ada penyelesaian yang bagus, terutama dari kasus Wadas itu. Salah bereaksi akan semakin ambyar citra Pak Ganjar, tak hanya di kawasan Jawa Tengah. Sementara, khusus ngambeknya Mbak Puan sih, mungkin dengan berjalannya waktu akan mereda sendiri kalau Mbak Puan dibaik-baikin, tanpa harus diketahui oleh media atau publik.

Kalau kepepet, kan masih bisa minta tolong Emaknya Mbak Puan buat mendamaikan hubungan mereka, karena bagaimanapun tidak akan bagus efeknya kalau Mbak Puan dan Pak Ganjar berseteru meski secara eksplisit tidak diakui begitu. Curhatnya Mbak Puan saja sudah bisa dianggap sebagai bukti bahwa hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja. Ini di luar konteks Mbak Puan yang terkesan baperan lho ya!

Jadi ... ya kita tunggu saja kelanjutan drama ini, baik kasus Wadas maupun ngambeknya Mbak Puan ... atau mungkin ke depan akan ada kasus lain yang lebih heboh, kita belum tahu!

Pak Ganjar, Hati-Hati dengan Kasus Wadas dan Ngambeknya Nyonya Besar PDI Perjuangan

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pak-ganjar-hati-hati-dengan-kasus-wadas-dan-2qKeQypCVu

Benny Harman Komentari Polemik Desa Wadas, Disikat Habis Oleh Netizen

Sampai hari ini saya masih belum menulis soal insiden yang terjadi di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo. Alasannya, terlalu banyak informasi simpang siur. Jadi saya rada malas menulis soal ini. Ada yang mengipasi dan memprovokasi. Jadi tanpa menambah keruh situasi, saya tak menulis soal ini.

Di sisi lain ada yang menyebut Ganjar dianggap harus bertanggung jawab karena pembangunan bendungan Bener adalah proyek strategis nasional yang harus dikawal betul pelaksanaannya. Sementara itu Wadas adalah wilayah yang strategis karena bahan tambang yang digunakan untuk pembangunan bendungan ada di sana.

Dengan terjadinya keributan yang heboh ini, pembangunan bendungan makin sulit. Jika tidak diselesaikan secepatnya, bisa jadi waktu penyelesaian bakal molor. Bahkan mungkin bisa terjadi pembengkakan biaya pembangunan karena bahan untuk pembangunan bendungan harus dipasok di luar Desa Wadas. Jokowi tentu saja akan kecewa karena ini termasuk bendungan raksasa yang sangat penting. Ganjar dianggap tidak mampu mengantisipasi masalah yang mungkin timbul. Dan dari sekian banyak bendungan yang telah dan sedang dibangun, baru kali ini terjadi konflik yang luar biasa.

Ada yang bilang warga awalnya setuju, tapi kemudian diprovokasi hingga jadi melawan dan terjadi pengerahan aparat dalam jumlah banyak.

Ada yang bilang aparat represif tapi sejurus kemudian muncul video mereka yang ditangkap malah main biliar dan santai-santai.

Kalau disebut ada yang mengompori, saya setuju. Sudah bukan rahasia umum, tiap kali ada tindakan melibatkan warga, sering kali ada penyusupan dari pihak luar untuk berbuat gaduh, entah itu relokasi, penggusuran, ganti untung, atau konflik lainnya.

Ini berawal dari BPN yang meminta polisi untuk mengawal mereka dalam proses pengukuran lahan warga yang telah setuju dilepas. Pengerahan polisi ini dikarenakan BPN mendapat intimidasi dan ancaman-ancaman lainnya.

Saat dilakukan pengukuran, terjadilah keributan dan jadi bahan pemberitaan skala nasional. Muncul sekelompok orang yang mengaku warga desa setempat yang menghalangi, bahkan melempar batu ke arah polisi dan memprovokasi warga. Bahkan ada yang kedapatan membawa senjata tajam. Akhirnya mereka diamankan. Tapi narasi yang berkembang, sangatlah liar dan menjadi terlalu panas.

Saya hanya berharap segera dicari jalan keluarnya. Provokatornya, kalau memang ada, segera dikandangkan saja. Biadab sekali kalau ada otak di balik ini semua. Padahal bendungan ini sangat penting dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang.

Siapa provokatornya? Kurang lebih mereka yang terusik atau tak dapat jatah, atau yang biasa muncul untuk bikin ribut dengan memanfaatkan warga.

Baiklah, saya takkan bahas lagi lebih jauh lagi karena sudah banyak yang memberikan spekulasi dan analisis.

Ini yang mau saya bahas.

Sebelumnya Wakil Ketua Umum DPP Demokrat Benny Kabur Harman mengomentari soal ini. Politikus asal NTT itu dalam cuitan di Twitter menyampaikan bahwa puluhan juta dari pelosok nusantara melihat insiden pengepungan aparat polisi di Wadas, pada Selasa, 8 Februari 2022.

"Puluhan juta mata dari pelosok Nusantara menyaksikan apa yang sedang terjadi dengan penduduk Desa Wadas, Jawa Tengah. Semoga ada jalan dan ada kedamaian di sana.#RakyatMonitor," kata Benny.

Lucunya, cuitan ini malah jadi bumerang senjata makan tuan.

Salah satu netizen mempertanyakan Bupati Purworejo Agus Bastian yang merupakan kader Demokrat ke mana dalam persoalan ini. "Bupati nya kemana ya...? Katanya kader Demokrat ya...?" tulis akun tersebut.

Akun lain meminta Benny agar sebelum mem-framing sesuatu sebaiknya cek validitas video tersebut. Dia menyindir video yang diunggah Benny adalah peristiwa lama. Dia juga menyindir sebaiknya Benny meminta info langsung kepada Bupati yang membawahi Desa Wadas.

"Bupatinya khan kader sama partainya dgn kau juga, kawan di DPR periode kemarin," tulis akun tersebut.

"Itu kan video lama pak. Dan saat ini bupatinya kader Demokrat, coba cek lagi pak," kata netizen lainnya.

Apakah Bupati juga harus ikut tanggung jawab atau tidak, silakan nilai sendiri. Tapi karena Demokrat seakan mau mempermalukan diri sendiri, ya sudah kita lanjutkan saja.

Makanya sebelum membuat cuitan atau komentar, pikirkan dulu baik-baik karena sekali ucapan keluar, tak bisa ditarik lagi. Kalau blunder bisa malu-maluin.

Bagaimana menurut Anda?

Benny Harman Komentari Polemik Desa Wadas, Disikat Habis Oleh Netizen

Sumber Utama : https://seword.com/politik/benny-harman-komentari-polemik-desa-wadas-disikat-B27ritrUxL

Bisa cek juga di TWITTER

Telak Banget, Mayoritas Warga DKI Tak Tahu Prestasi Anies

Anies Baswedan sudah hampir 5 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bulan Oktober nanti, dia akan turun dari jabatannya karena akan diganti pejabat gubernur yang ditunjuk pemerintah. Anies minimal harus tunggu hingga 2024 kalau masih mau nyagub atau mungkin langsung lompat nyapres.

Dengan masa jabatan yang bakal segera berakhir, tentu saja yang kita tanya-tanya adalah, apa saja yang telah dikerjakan Anies selama ini.

Lembaga survei Populi Center membuat jajak pendapat soal prestasi yang paling berkesan dari beberapa program yang dijalankan Anies.

Hasilnya bikin malu, pasalnya mayoritas responden ternyata tidak tahu prestasi dari Anies selama memimpin Jakarta.

"Pada pertanyaan terbuka, apa prestasi paling berkesan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, sebesar 33,5 persen masuk kategori tidak tahu/tidak jawab," kata peneliti Populi Center Rafif Pamenang Imawan.

Sementara itu, 8 persen responden menilai Anies belum memiliki prestasi selama beberapa tahun terakhir ini menjabat sebagai Gubernur.

Dari sekian banyak program yang dijalankan Anies, program pengendalian banjir jadi prestasi yang paling banyak dipilih responden, yaitu sebesar 9 persen. KJP Plus 8,8 persen, dan perbaikan trotoar 8 persen. Stadion JIS yang merupakan salah satu kebanggaan Anies hanya dipilih oleh 5,5 persen responden.

Selain itu, Populi Center juga mengadakan jajak pendapat soal Formula E yang banyak polemik. Hasilnya, sebanyak 32 persen responden percaya ada praktik korupsi dalam kasus Formula E. Sedangkan yang menilai tidak ada unsur kasus korupsi dalam Formula E sebesar 22,5 persen.

Tapi ternyata ada 39,7 responden yang tidak tahu soal isu korupsi dalam Formula E. 5,8 persen responden menolak menjawab. 9,5 persen responden meyakini Anies terlibat dugaan korupsi Formula E. Mayoritas warga Jakarta yaitu sebesar 59,8 persen responden percaya orang nomor satu di DKI itu tidak terlibat. Yang sangat tidak percaya ada 5 persen.

Wah, ini sih namanya warga tidak sayang pada gubernurnya. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak mau tahu, tak mau tahu maka tak tahu apa yang dikerjakan Anies selama ini.

Masa sih mereka tidak tahu sumur resapan yang fenomenal yang bikin rusak jalan? Apakah mereka tidak tahu kalau di era Anies pernah dibikin seni bambu yang keren, berbagai macam tugu dll? Masa sih mereka tidak tahu bagaimana Anies dengan cepat menyulap Kali Item yang bau dengan kain waring?

Ini sih hanya perkara kurangnya sosialisasi atas apa yang sudah dikerjakan Anies. Dan juga tidak ada yang dikerjakannya, makanya tidak ada yang bisa disosialisasikan.

Apa yang dikhawatirkan dari seorang pemimpin yang kurang mampu bekerja, ternyata lumayan terbukti. Kalau mau jujur, yang proyek besar hanyalah JIS dan Formula E. Tapi itu semua tidak menyentuh kesejahteraan warga. Hanya buat gagah-gagahan saja. Apalagi Formula E yang banyak masalah.

Kalau saya jadi salah satu responden pun bingung mau jawab apa terkait prestasi Anies. Mau bilang jago ngeles, rasanya kurang sopan. Habisnya mau gimana lagi, memang tidak ada hasil yang signifikan.

Proyek banjir pun banyak yang tak jelas. Sumur resapan bikin malu aja. Naturalisasi sungai tak ada yang tahu nasibnya. Proyek rumah terjangkau juga gagal. Rakyat kecil seolah hanya jadi alat untuk jualan janji manis. Yang berhasil dikerjakan adalah hal yang kebanyakan receh, sehingga warga tidak banyak yang tahu.

Lihat lagi jajak pendapat di atas. Program pengendali banjir, yang diketahui cuma 9 persen saja. Artinya, Anies ngapain aja selama ini hingga banyak warga yang tak tahu apa prestasinya selama hampir 5 tahun belakangan?

Oh iya juga sih. Selama ini, kan, Anies lebih sering menjual kata dan gagasan. Sibuk menjual wacana dan janji yang spektakuler tapi tindakannya tidak sebesar itu. 5 tahun tapi terkesan sia-sia padahal kalau di tangan yang tepat, Jakarta bisa berubah lebih banyak dan cepat, minimal 3 kali lipat dari yang dicapai Anies.

Bagaimana menurut Anda?

Telak Banget, Mayoritas Warga DKI Tak Tahu Prestasi Anies

Sumber Utama : https://seword.com/politik/malu-mayoritas-warga-dki-tak-tahu-prestasi-anies-xVCGUyLX4c

Saat Ridwan Kamil Terheran-Heran dengan Biaya Istana yang IKN Telan 2 T, Kumaha Damang?

Siapa yang tak tahu nama Ridwan Kamil? Gubernur Jawa Barat yang diusung partai Nasdem ini dikenal dengan latar belakang dirinya sebagai arsitek. Lulusan ITB dan kampus luar negeri ini memang kerap berbaur dengan warga lewat media sosialnya. Ridwan Kamil sukses menyabet kursi gubernur lantaran dianggap bisa memperbaiki kota Bandung. Namun, sayangnya popularitas dirinya justru menurun drastis saat jadi kepala daerah. Jauh ketimbang Anies yang notabene asal-asalan dan malah terkesan merusak Jakarta.

Mungkin ini sebabnya Ridwan Kamil kerap bersebarangan dengan pemerintah pusat. Dirinya ingin ikutan populer seperti halnya Anies. Bisa juga karena bosan melihat Ganjar yang selalu sendiko dawuh, tapi elektabilitasnya selalu melejit. Ridwan Kamil akhirnya memutar otak bagaimana mencari panggung mantan pendukung Prabowo dengan cara kontra pemerintah. Di masa dulu, Ridwan Kamil dan Khofifah termasuk gubernur yang menolak RUU Omnibus Law. Ridwan juga terlihat berkawan akrab dengan pentolan ormas ekstrimis, meskipun tak sefrontal Anies.

Kini dirinya lagi-lagi ingin merebut panggung media dengan mengomentari pembangunan istana yang katanya tak masuk akal lantaran menelan biaya 2 T. Padahal dirinya merupakan jebolan arsitek yang harusnya lebih paham soal desain dan biaya pembangunan. Seperti diketahui, sebelumnya I Nyoman Nuarta menyebut hitung-hitungan kasar pembangunan kawasan istana membutuhkan Rp 2 triliun.

Namun, ia menegaskan jumlah pengeluaran yang pasti baru akan diketahui setelah dilakukan Detail Engineering Design (DED) oleh pemenang tender pembangunan IKN. Perkiraan kebutuhan biaya hingga mencapai Rp 2 triliun ini menurut Nyoman karena menggunakan perhitungan biaya untuk membangun hotel bintang lima dengan luasan tertentu.

Kawasan Istana Negara akan berdiri di atas lahan seluas 55 hektar. Padahal semula hanya disediakan lahan seluas 32 hektar. Nantinya, kompleks Istana Negara akan berisi beberapa bangunan seperti kantor presiden, Istana Negara, lapangan upacara, pavilion untuk presiden, gedung wisma negara dan gedung pendukung utilititas.

Sebagai informasi rumah hunian di bukit golf Jakarta ada yang mencapai 1.2 triliun. Beberapa rumah artis dan politisi juga bernilai ratusan mantan presiden, SBY menelan biaya 300 milyar. Rumah Sandiaga Uno, Setnov dan Ardhi Bakrie juga menelan biaya ratusan milyar. Di luar negeri, hunian Justin Bieber menelan biaya setengah triliun. Jadi memang wajar kalau istana negara yang notabene berfungsi sebagai kantor presiden juga menelan biaya lebih mahal.

Melansir dari situs setneg, ada penjelasan detail mengenai kegunaan istana negara.

Disitu disebutkan jika Istana Negara juga berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, istana menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasional, dan tempat jamuan kenegaraan. Istana ini fungsinya lebih difokuskan kepada kegiatan resmi kepresidenan, yaitu sebagai kantor Presiden Republik Indonesia.

Namun, jika peringatan hari besar kemerdekaan 17 Agustus, Istana Negara ini juga dipakai untuk acara jamuan makan Presiden dan para veteran. Demikian juga jika datang tamu negara, Istana Negara dipakai untuk acara resmi jamuan makan malam kenegaraan, juga untuk tempat acara malam kesenian dengan menampilkan pertunjukan kesenian tradisional Indonesia, dari berbagai daerah, dengan berbagai tema, dekorasi, interior yang bervariasi pula.

Mengaca dari negara tetangga kita, Malaysia, istana negara kuala lumpur justru menelan biaya lebih mahal yakni 2.74 triliun. Mungkin di negara-negara maju biaya yang dipakai bisa jauh lebih besar hingga ratusan triliun. Tentunya ini sejalan jika mengacu dengan fungsi dan kegunaan istana negara itu sendiri. Dengan segala fungsi dan kegunaannya, wajar jika biaya istana negara menelan biaya mahal.

Bisa dibayangkan jika ada kunjungan pimpinan negara lain dan diliput media, tapi bangunannya layaknya rumah Ridwan Kamil, yang ada Indonesia jadi bulan-bulanan seluruh dunia. Mungkin Ridwan Kamil tak pernah melihat kemegahan istana di negara lain. Mungkin juga dirinya sakit hati lantaran tak dilibatkan sebagai arsitektur merangkap gubernur. Kemungkinan terakhir, Ridwan Kamil hanya mencari panggung agar namanya terus berkibar meski harus menuai kontroversi.

Akhirnya kembali lagi pada masyarakat apakah mau termakan opini sesat para politisi demi syahwat pribadi mereka atau percaya pada pemerintah yang terbukti sukses membangun Indonesia. Ridwan Kamil kini telah membuktikan dirinya tak jauh beda dengan kelasnya Musni Umar, si rektor dengan otak kongslet dan kerjaannya hanya menyemburkan kebencian di sosial media. Bagi pendukung Jokowi, tak usah ragu memblacklist manusia semacam Ridwan Kamil yang kini ikut-ikutan jadi kadrun.

Saat Ridwan Kamil Terheran-Heran dengan Biaya Istana yang IKN Telan 2 T, Kumaha Damang?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/saat-ridwan-kamil-terheran-heran-dengan-biaya-UMvxLJbvIN

LBP Bertelepon, Kadrun Perlihatkan Mental Kacung

Kadrun selalu punya mainan untuk dicoba goreng menyudutkan pemerintah. Tak melulu kebijakan Presiden Jokowi yang mereka katakan sebagai salah, perilaku orang-orang dekat Jokowi pun mereka cermati. Sambil berharap ada yang dapat dianggap fatal untuk kemudian diolah. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menjatuhkan pemerintah?

Tapi seperti itulah kadrun yang sejak dulu memang mengincar kekuasaan dengan memanfaatkan agama. Memanfaatkan keluguan dan kepolosan masyarakat yang langsung tertunduk seperti berpasrah diri jika sudah disiram pakai ayat agama. Padahal agama itu untuk kebaikan dan perdamaian, bukan untuk memprovokasi atau mencela supaya terjadi chaos.

Belum lama ini dalam acara kunjungan ke Sumatera Utara, Jokowi seperti biasa didamping oleh LBP yang oleh banyak orang disebut sebagai menteri segala urusan. Lha, kalau Kepala Negara percaya dengan kemampuan seseorang memangnya kenapa? Jika misalnya si Anies Baswedan yang diberi kepercayaan, apa mampu? Dalam setiap acara kunjungan kerja ke daerah, LBP memang selalu tampak dekat dengan Jokowi.

Dalam acara di Sumatera Utara itu, Jokowi tampak sedang berpidato. LBP yang berdiri di belakang Jokowi seperti berbicara menggunakan HP. Foto ini pun tersebar di medsos dan viral. Sebagaimana diperkirakan, foto itu pun menjadi bahan empuk untuk dikomentari dengan cara yang tidak elok.

Komentar-komentar netizen yang nadanya memojokkan dan mengolok-olok pun memenuhi kolom-kolom interaktif. Misalnya ada yang mengecam bahwa LBP tidak punya sopan santun, adab dan etika, kok berani berbicara ketika presiden sedang berpidato.

Tidak sedikit pula yang mengolok-olok bahwa itu menjadi bukti tentang siapa sebenarnya yang berkuasa di negeri ini. Komentar-komentar dari netizen yang kebanyakan bernada kebencian itu mencoba menggiring opini publik untuk semakin membenci LBP, dan mengecilkan Jokowi.

Tapi tentu saja semua komentar dan nyinyiran itu tidak berdasar sama sekali, sebab tujuan kadrun hanya satu: memanfaatkan momen semacam itu untuk menggoreng lagi, mencoba memprovokasi masyarakat agar menilai pemerintah ini dari sisi pandang yang negatif. Dan itulah kadrun, yang mengaku beragama, tetapi perilaku komunis.

Belakangan,pihak Kemenkomarves mengakui bahwa Menkomarves saat itu memang sedang menerima telepon dari Menteri Kesehatan yang melaporkan soal melonjaknya kasus covid-19.

Sampai di sini menjadi jelas betapa sebenarnya tidak ada yang salah dengan peristiwa itu. Yang salah adalah jika yang bersangkutan tampak tertawa-tawa sambil bertelepon, Sementara ketika itu dia sedang membicarakan sesuatu yang sangat urgen dan perlu sesegera mungkin dilaporkan kepada Presiden.

Kadrun yang mencoba menggoreng masalah seperti ini memang sering tidak tahu di mana mereka berpijak, atau di alam mana mereka sedang hidup. Ini era teknologi informasi, era komunikasi tanpa batas. Yang penting kan kita tahu batas-batasnya.

Menggunakan HP ketika pimpinan sedang berbicara tentu saja tidak salah jika situasi dan kondisi memaksa. Apalagi dalam konteks ini, LBP sedang menerima laporan yang sangat penting, yang bila tidak direspons pada saat itu juga bisa berakibat fatal.

Soal telepon ini memang menjadi menarik jika dibandingkan dengan masa lalu, tepatnya tahun 80-an. Ketika internet belum ada, handphone pun belum pernah terlintas dalam benak orang. Alat komunikasi jarak jauh yang paling canggih ketika itu hanyalah telepon atau sering disebut "pesawat telepon".

Pada tahun 80-an itu, penggunaan telepon (pesawat telepon) masih terbatas hanya pada kantor-kantor, dan rumah-rumah orang kaya, atau kalangan menengah atas. Memang ketika itu sudah mulai marak telepon umum, yang dapat digunakan dengan memasukkan koin ke dalam box-nya.

Tetapi sekalipun demikian pada masa itu masih ada anggapan bahwa seseorang yang status sosialnya rendah, dipandang tidak layak menelepon seseorang yang status sosialnya dianggap lebih tinggi. Misalnya, seorang mahasiswa dianggap lancang jika menelepon dosen.

Dan hal konyol semacam ini pernah dialami penulis. Ketika punya masalah serius dengan sebuah mata kuliah. Sebab hasil dari mata kuliah itu akan menentukan nasib perkuliahan: lanjut terus atau drop out. Penulis pun nekat menelepon dosen itu dari telepon umum pinggir jalan. Beliau itu sudah senior sebagai dosen.

Dan esok harinya, ketika masalah ini penulis sampaikan ke ketua jurusan, beliau -- seorang ibu -- dia malah mengomel-ngomel sedikit marah. Menurut beliau, penulis telah berlaku lancang menelepon dosen senior itu. "Kamu telah menghina beliau..." demikian kata-kata ketua jurusan tu dengan mimik wajah seperti menahan rasa khawatir.

Lucu sekali memang jika ingat lagi peristiwa itu.

Ada lagi pengalaman dari rekan mahasiswa lain. Katanya, dalam kondisi hujan lebat dia naik angkutan umum ke rumah seorang dosen untuk menyerahkan karya tulis yang ditugaskan. Karena waktu deadline memang hari itu.

Melihat kondisi mahasiswa yang agak basah, meski pakai payung, sang dosen yang tampak prihatin dan kasihan justru menyesalkan si mahasiswa bertindak seperti itu. "Mengapa tidak menelepon dulu? Kan bisa saya jadwalkan datang ke kampus..." kata si dosen.

Serba salah memang. Menelepon dosen dianggap lancang dan menghina. Datang sendiri pun salah.

Anggapan semacam inilah yang agaknya masih terus bercokol di memori bangsa kita, bahkan ketika alat komunikasi sudah sedemikian canggih. Seorang menteri berbicara pakai handphone ketika presiden berpidato pun dianggap tidak senonoh. Padahal bukan pembicaraan main-main, tetapi menyangkut bangsa dan negara.

Tetapi kadrun mana peduli?

LBP Bertelepon, Kadrun Perlihatkan Mental Kacung

Sumber Utama : https://seword.com/politik/lbp-bertelepon-kadrun-perlihatkan-mental-kacung-qmX8aP6t2L

Heboh Kasus Wadas, Denny Siregar Sindir Bupati Purworejo, Ternyata dari Demokrat dan Puji Ganjar Pranowo

LIPUTANBEKASI.COM - Kasus pengukuran lahan tambang yang terletak di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kab. Purworejo, Jawa Tengah masih terus bergulir.

Aksi pengepungan pihak kepolisian dan penangkapan terhadap sejumlah warga Wadas menjadi ramai diperbincangkan.

Menyikapi kerusuhan yang terjadi di Desa Wadas pada 8-9 Februari itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo langsung mengambil sikap dengan meminta maaf dan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Hal ini kemudian menjadi perhatian dan pertanyaan dari pemerhati media sosial, Denny Siregar. Denny Siregar dalam beberapa potongan video unggahan akun TikTok @andriansupriono2 mempertanyakan keberadaan sosok Bupati Purworejo, Agus Bastian, SE, M.M. yang tidak tampil menyikapi kasus Wadas tersebut.

"Sebenarnya sih saya sedang menunggu gerakan Bupati Purworejo karena kasus ini berada di daerahnya," ungkap Deni dalam video tersebut.

Denny Siregar menganggap Bupati Purworejo memang diam dan tidak berbuat apa-apa karena berasal dari Partai Demokrat.

"Tapi, pas Saya telusuri kalau bupatinya ternyata dari Partai Demokrat, yah, Saya harus maklum kalau dia tidak berbuat apa-apa. Kalau Demokrat berbuat apa-apa, barulah Saya kaget," sambungnya.

Bahkan menurut Denny Siregar, kasus kisruh di Wadas merupakan senjata yang ingin digunakan lawan politik Ganjar Pranowo dengan mencari-cari kesalahannya.

Karena menurutnya, Ganjar Pranowo merupakan salah satu calon presiden terkuat yang akan bertarung pada 2024. Denny Siregar juga memuji sikap yang diambil Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang langsung mengambil alih dengan bertanggung jawab serta meminta maaf.

"Tapi, ternyata Ganjar Pranowo cukup lihai, dia bukannya sibuk main Twitter atau malah menyalahkan situasi tanpa berbuat apa-apa, yang dia lakukan pertama adalah minta maaf," lanjutnya lagi.

Selain itu, Denny Siregar juga memuji sikap Ganjar Pranowo yang langsung datang ke lokasi dan menemui warga Wadas. Sehingga menurutnya situasi menjadi lebih tenang dan terkendali.***

Denny Siregar menyindir Bupati Purworejo yang merupakan kader dari Partai Demokrat (Tangkapan layar video TikTok/@andriansupriono2)
Denny Siregar menyindir Bupati Purworejo yang merupakan kader dari Partai Demokrat (Tangkapan layar video TikTok/@andriansupriono2)

Sumber Utama : https://www.liputanbekasi.com/nasional/pr-1262651232/heboh-kasus-wadas-denny-siregar-sindir-bupati-purworejo-ternyata-dari-demokrat-dan-puji-ganjar-pranowo?page=2

Ini Profil Proyek Bendungan Bener yang Picu Bentrokan di Desa Wadas

Jakarta - Insiden bentrokan antara polisi dan TNI dengan masyarakat Desa Wadas, Kecamatan, Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tengah menjadi perbincangan. Asal muasal sebab konflik itu terjadi lantaran rencana pembangunan proyek Bendungan Bener.

Proyek Bendungan Bener merupakan proyek yang dipegang oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pimpinan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Rencana konstruksi proyek bendungan telah dimulai sejak 2018 dan direncanakan selesai pada 2023 mendatang.

Melansir laman Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Rabu (9/2), Bendungan Bener atau Waduk Bener adalah waduk yang berada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Bendungan ini direncanakan akan mengairi lahan sawah seluas 15.069 hektare. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk memperbanyak waduk guna mendukung proyek ketahanan pangan.

Keberadaan Waduk Bener diharapkan dapat mengurangi debit banjir sebesar 210 meter kubik per detik, menyediakan pasokan air baku sebesar 1,60 meter kubik per detik, dan menghasilkan listrik sebesar 6 MW. Sumber air Waduk Bener berasal dari Sungai Bogowonto, salah satu sungai besar di Jawa Tengah.
Nama Waduk Bener diambil dari lokasinya yang berada di Kecamatan Bener, Purworejo. Proyek ini berada sejauh sekitar 8,5 kilometer dari pusat kota Purworejo. Bendungan Bener merupakan proyek yang didanai langsung APBN lewat Kementerian PUPR.
Pemilik proyek Waduk Bener ini adalah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak yang berada di bawah Ditjen Sumber Daya Air PUPR. Proyek Waduk Bener digarap oleh tiga BUMN karya yakni PT Brantas Abipraya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Total investasi Waduk Bener mencapai Rp 2,06 triliun dan dengan kucuran dana dari APBN-APBD.

Pembangunan bendungan ini memerlukan tambang batuan andesit di Desa Wadas. Karena itulah lahan Desa Wadas diperlukan.

Mengutip laman Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Dwi Purwantoro mengklaim Pembangunan Bendungan Bener akan memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat dan tidak sangat berpihak pada kepentingan masyarakat setempat.

"Wadas akan digali material batunya untuk pembangunan Bendungan Bener dengan melalui proses pengadaan tanah terlebih dahulu. Kemudian, masyarakat mendapat uang ganti kerugian dengan nilai yang melebihi harga pasaran. Kegiatan ini juga mendatangkan lapangan pencaharian baru pada saat pelaksanaan pengambilan material quarry," katanya (27/4).

Berdasarkan info, lahan tambang andesit yang akan dikeruk di desa Wadas mencapai 114 hektar.
Sumber Utama : https://finance.detik.com/infrastruktur/d-5935013/ini-profil-proyek-bendungan-bener-yang-picu-bentrokan-di-desa-wadas/2

Re-post by MigoBerita / Sabtu/12022022/11.29Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya