» » » » » Ternyata AMERIKA "Biang Kerok" Negara Berdaulat termasuk di NKRI

Ternyata AMERIKA "Biang Kerok" Negara Berdaulat termasuk di NKRI

Penulis By on Rabu, 20 April 2022 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin -
Ternyata AMERIKA "Biang Kerok" Negara Berdaulat termasuk di NKRI. Dimanapun ada kepentingan Amerika terusik, maka siap-siaplah negara itu akan merasakan "Perang Saudara", benarkah seperti itu? Negara-negara di Timur Tengah telah merasakan arti kehadiran AMERIKA yang memang tidak secara langsung HEAD to HEAD menghadapi suatu negara, tapi mereka akan selalu mempunyai kepentingan dengan membuat negara tersebut menjadi saling "BERPERANG". Kotak Pandora Amerika Cs sedikit demi sedikit telah terbuka, apalagi ketika ADE ARMANDO (AA) seorang Tua yang juga merupakan Dosen dikampus ternama Indonesia dan Pegiat Media Sosial dikeroyok oleh segerombolan orang yang sudah tercuci otak dengan menyebut AA Penista Agama, padahal yang jelas dan nyata adalah mereka telah kalah dalam perang Opini dan wawasan pemikiran Akal Sehat yang digaungkan AA, mereka para perusuh di Acara Demo Mahasiswa BEM SI yang condong Ketuanya Kaharuddin membela Orde Baru. Seharusnya Opini AA dibalas dengan Opini perusuh tersebut, bukan malah keroyokan yang membuat mereka akhirnya masuk penjara atau minimal berurusan dengan aparat hukum. Sedangkan yang tukang Cuci Otak hanya TERTAWA dibalik layar...MIRIS. Terus gaungkan PERSATUAN INDONESIA, Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua dengan berideologikan PANCASILA... NKRI HARGA MATI.

Benarkah Haris Azhar dan Fatia “Panik” Setelah Jadi Tersangka?

Untuk memahami kasus ini secara lebih mudah , penulis akan mencoba membahasnya secara logika sederhana sehingga rakyat bisa menilainya sendiri apa dan bagaimana sebenarnya kasus ini.

Kapan Kasus Ini Terjadi?

Kasus ini terjadi setelah Luhut Binsar Panjaitan melaporkan Haris Azhar dan Fatia Maulidyanti atas dugaan pencemaran nama baik pada Agustus 2021 lalu.

Sebelum melakukan proses hukum, Luhut sudah melakukan somasi sampai 2 kali kepada keduanya yaitu pada tanggal 26 Agustus dan 2 September 2021 lalu tetapi keduanya juga tidak kunjung meminta maaf.

Yang lucunya, Haris Azhar malah mengundang Luhut untuk klarifikasi di kanal Youtube miliknya Haris Azhar. Wkwkwkw

Dia yang diduga sudah mencemarkan nama baik orang lain tetapi dia malah yang meminta orang tersebut untuk klarifikasi di channelnya. Klarifikasi kok di channel pribadi miliknya, aneh!

Haris Azhar dan Fatia 2 Kali Mangkir

Sebagai orang yang tahu hukum, Haris Azhar dan Fatia pasti paham tentang prosedur hukum, jadi tidak perlu melakukan “drama” seolah mereka terdzalimi lalu teriak stop kriminalisasi aktivis seperti yang dilakukan oleh ICW dalam cuitannya mereka terkait kasus ini.

Jangan menutupi fakta jika Haris Azhar dan Fatia sudah 2 kali mangkir dari panggilan Polisi. Sederhana saja deh, kalau merasa gak bersalah kenapa harus mangkir sampai 2 kali?

Lagi pula, bukankah Haris Azhar sendiri yang pernah mengatakan bahwa dia senang dan siap menghadapi Luhut di Pengadilan lalu ICW teriak kriminalisasi aktivis? Ngakak!

Haris Azhar dan Fatia Panik?

Setelah Haris Azhar dan Fatia diduga mencemarkan nama baik Luhut, lalu disomasi dua kali oleh Luhut tetapi tetap tidak menyelesaikan masalah, ya wajar jika Luhut melaporkan balik keduanya ke Polisi. Dan lucunya, setelah Haris Azhar dilaporkan ke Polisi, malah Haris Azhar yang meminta Luhut untuk membuktikan ucapannya?

Article

Seharusnya Haris Azhar dan Fatia yang membutikan bahwa Luhut “bersalah” seperti ucapannya bukan sebaliknya.

Haris Azhar ini juga pernah sesumbar mengatakan tidak akan memproses hukum Luhut pada Oktober 2021 lalu.

“Saya tidak mau seperti kliennya Juniver Girsang (Luhut, Red). Kalau saya lebih silakan membuktikan omongannya. Kami dorong dia untuk membuktikan, bukan saya yang memproses hukum, ngapain,” kata Haris. Sumber

Pada Maret 2022 lalu, Haris Azhar juga “menantang” agar kasusnya diproses hukum di Pengadilan.

"Kalau memang saya nggak salah, saya minta dihentikan. Kalau saya salah, silakan hukum saya," katanya. Sumber

Article

Tapi sekarang terbukti jika Haris Azhar “menjilat” ludahnya sendiri!

Beberapa hari lalu, setelah dia jadi tersangka, Haris Azhar malah datang ke Polisi untuk melaporkan Luhut atas dugaan gratifikasi. Wkwkwkwk

Article

Dan setelah laporannya ditolak Polisi, lalu Haris Azhar ingin mengadu ke Ombudsman?

Article

Gak perlu “mendramatisir” kasus hukumnya, sederhana saja deh!

Tidak usah koar-koar teriak kriminalisasi aktivis, teriak kebebasan berpendapat dilindungi Undang-Undang karena setiap kebebasan berpendapat bukan berarti bebas “asal omong”.

Jika berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab! Sesederhana itu masa sih Haris Azhar tidak paham?!

Fatia Maulidyanti juga aneh!

Setelah jadi tersangka, Koordinator KontraS, Fatia Maulidyanti ini malah meminta Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan untuk mencabut laporannya soal dugaan pencemaran nama baik. Hal itu dikatakan setelah Fatia dan Haris Azhar ditetapkan sebagai tersangka.

“Sebetulnya akan sangat gentelmen kalau misalkan Pak Luhut mencabut laporannya dan menghentikan kasus dan juga membuka fakta bersama untuk memperlihatkan ke publik kalau memang dia tidak terbukti soal konflik tambang di Papua,” ungkap Fatia di Polda Metro. Sumber

Ngakak so hard!

Inilah salah satu alasan kenapa penulis sebagai salah satu rakyat kecil merasa makin “muak” dengan mereka yang mengklaim dirinya (oknum) aktivis!

Apakah mereka pikir ini negara miliknya sehingga dengan mudahnya koar-koar ke publik tentang seseorang tetapi setelah dilaporkan balik lalu teriak kriminalisasi aktivis?

Wajar jika Luhut melaporkan balik Haris Azhar dan Fatia ke Polisi karena Luhut merasa namanya “dicemarkan” oleh kedua orang tersebut.

Logika sajalah, apakah kita akan diam saja jika nama kita “dicemarkan” oleh orang lain, tentu saja tidak!

Jika sekarang Fatia meminta Luhut untuk mencabut laporannya, apakah ini artinya Fatia “panik”?

Jika memang Fatia merasa yakin dengan apa yang dikatakanya terhadap Luhut lalu kenapa dia malah meminta Luhut untuk mencabut laporannya?

Fatia tidak usah berdalih dengan mengatakan jika Luhut akan sangat gentleman jika Luhut mau mencabut laporannya terhadap Haris Azhar dan Fatia.

Bagaimana kalau pernyataan Fatia ini dibalik?

Jika Haris Azhar dan Fatia gentlemen maka mereka akan berani bertanggung jawab atas “tuduhan” mereka terhadap Luhut. Berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab. Simpel bukan?

Rakyat juga jangan terpengaruh dengan narasi sejumlah koalisi masyarakat sipil yang mendukung Haris Azhar dan Fatia karena mereka semuanya berada dalam “satu kubu” makanya tidak heran jika beberapa oknum lembaga atau LSM tersebut “membela” keduanya dengan dalih apa yang disampaikan oleh keduanya adalah fakta…

Article

Karena kasus ini sudah naik ke tahap penyidikan, Haris Azhar dan Fatia juga sudah jadi tersangka jadi silahkan mereka adu data di Pengadilan nanti secara terbuka sehingga rakyat bisa menilai siapa yang benar dan salah dalam kasus ini.

Kasus seperti ini memang perlu dibawa ke jalur hukum sebagai pendidikan politik agar tidak sembarangan “menuduh” orang tetapi setelah dilaporkan balik lalu membuat narasi jahat teriak kriminlaisasi aktivis.

Ini negara hukum bukan negara milik oknum aktivis/lembaga yang merasa “berkuasa” sehingga bebas mengatakan apapun yang mereka mau dengan dalih kebebasan berpendapat.

Para tersangka dalam kasus ini yaitu Haris Azhar dan Fatia tidak perlu membuat narasi apalagi sampai “panik” meminta Luhut untuk mencabut laporannya dengan dalih gentlemen.

Akan sangat gentlemen jika Haris Azhar dan Fatia berani berbuat maka mereka juga harus berani bertanggung jawab atas ucapan mereka sendiri.

Tinggal ikuti saja proses hukumnya.

Sangat sederhana bukan?

Benarkah Haris Azhar dan Fatia “Panik” Setelah Jadi Tersangka?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/benarkah-haris-azhar-dan-fatia-panik-setelah-Cx8PT2qKo3

Isu 3 Periode, Trah SBY Justru Diuntungkan, Jokowi Justu Tidak, BEM-SI Kuper?

Demo BEM SI kembali lagi, kali ini dengan 7 tuntutannya. Isu nomor satu yang diusung di dalam demo yang bertepatan dengan hari Kartini, tetap menyuarakan bahkan menyebut untuk menindak tegas para penjahat Konstitusi dan tolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden.

Melihat isu tolak tiga periode yang terus digoreng dan terus dituntut oleh rekan-rekan Mahasiswa dalam aliansi BEM mereka, apakah mereka tidak menggali lebih jauh lagi mana-mana yang harusnya isu krusial yang harus dimajukan?

Sudah tepat sih dengan enam tuntutan lainnya, yakni tentang kebutuhan pokok dan lain sebagainya. Tapi jika tetap meneruskan untuk tolak tiga periode, ada apa dengan gerakan mereka kali ini? Jokowi jelas-jelas sudah mengatakan tidak akan mengambil langkah itu, dan Jokowi-pun boleh dibilang tidak punya kekuasaan untuk merubah konstitusi yang ada. Sebab itu ada di tangan anggota legislatif yang ada di Senayan saat ini.

Sedangkan orang-orang yang duduk di Senayan sekarang-pun juga menyatakan tidak ada isu atau wacana tiga periode masuk dalam prolegnas saat ini sehingga harus merevisi UU MD3 dan UU Pemilu. Kok pada repot untuk mengusung tuntutan tersebut lagi.

Jokowi-pun sudah meresmikan dan menetapkan anggota KPU dan Bawaslu yang baru yang akan terus bekerja mempersiapkan tahapan demi tahapan di dalam proses pemilihan presiden-wakil presiden, pemilihan legislative hingga pemilihan calon kepala daerah, itu artinya semua proses sudah pada jalurnya, kembali lagi kenapa rekan-rekan Mahasiswa BEM-SI tidak melihat proses tersebut?

Benarkah BEM-SI sekarang kuper alias kurang pergaulan? Bergaulnya hanya dengan orang-orang yang tidak paham konstitusi. Bergaulnya dengan orang-orang yang boleh dibilang intelektualnya jongkok. Sehingga baik langsung ataupun tidak secara langsung intelektualnya merekapun tergerus juga?

Bahkan jika melihat bagaimana Koordinator sebelumnya si Kaharuddin justru membanggakan kesejahteraan dan kebebasan di zaman Orba. Jelas-jelas BEM-SI sekarang tidak mengisi pemikirannya dengan hal-hal yang besar, justru mengisinya dengan hal-hal yang kotor, tabu dan gampang diombang-ambingkan. Kekritisan diganti dengan siapa yang mau bayar untuk maju demo, yang penting tampil saja di permukaan.

Okelah jika kembali kepada isu tiga periode, apakah rekan-rekan mahasiswa tidak melihat dan membaca hasil survey yang baru-baru ini dikeluarkan? Lembaga Institute Riset Indonesia (INSIS) telah melakukan survei terkait wacana penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

Peneliti Senior INSIS Dian Permata justru mengungkapkan hal yang mengejutkan. Yakni jika wacana perpanjangan masa jabatan presiden benar-benar bisa direalisasikan, maka Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpeluang kembali ikut serta dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. SBY berpeluang bahkan akan telak mengalahkan Jokowi jika akhirnya benar-benar ditetapkan sebagai konstestan pilpres di tahun 2024?

Tentu lembaga riset yang lain-pun mungkin menemukan hasil yang serupa dan sama menyatakan SBY berpeluang kembali untuk memimpin Indonesia dan memperkuat riset yang ada sebelumnya.

JIka hal ini terjadi, bukankah justru Jokowi akan percuma untuk berjuang selama ini. Bukan hanya berjuang mengubah UU MD3 dan UU Pemilu, bahkan akan terus menghadapi demo-demo yang mungkin akan berjilid-jilid. Tentu akan sangat melelahkan untuk menghadapi demo yang berjilid-jilid, alhasil proses penuntasan janji Jokowi selama periodenya-pun mungkin akan terhambat.

Tapi Jokowi tentu tidak akan terjebak dengan permainan para oposisi saat ini. Apalagi dengan mereka yang sangat pintar memainkan agama untuk memuaskan dan memuluskan hasrat keinginannya untuk mengganti ideologi Pancasila. Juga dengan para mantan penguasa seperti kaum Cendana, yang mungkin hendak membalas pemerintahan sekarang, karena harta mereka kini sudah diobrak-abrik dan hendak kembali ke pemerintahan yang sekarang.

Jokowi akan fokus kepada proses penuaian janjinya. Jokowi akan fokus membangun infrastruktur yang ada. Mempersatukan Indonesia dari Barat ke Timur. Baik lewat akses jalan darat seperti tol, jalan-jalan nasional, jalan-jalan pedesaan, hingga jembatan-jembatan. Akses laut dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Kemudian akses udara seperti internet yang ngebut, yang pada periode lalu eranya SBY, sempat menyatakan untuk apa akses internet cepat?

Semua itu dilakukan karena kealpaan pemerintahan sebelumnya, yang lebih menghamburkan uang ke pos-pos yang tidak jelas bahkan dikorupsi, seperti Hambalang kini sudah menjadi icon-nya Demokrat saat ini.

Jadi sadarlah BEM-SI, perjuangkanlah hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat bukan dengan hal-hal kekuasaan? Apalagi banyak yang akan ikut dalam boncengan kalian. Kalian tidak akan mampu menghindarinya?

Isu 3 Periode, Trah SBY Justru Diuntungkan, Jokowi Justu Tidak, BEM-SI Kuper?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/isu-3-periode-trah-sby-justru-diuntungkan-jokowi-wjc8WkJT7C

Apa Kabar Oknum "Emak" yang Diduga Provokator Kasus Ade?

Oknum emak-emak yang diduga memprovokasi massa sehingga mengenali dan akhirnya mengeroyok Ade Armando pada saat aksi demo mahasiswa 11 April 2022 lalu, hingga kini belum ada berita lanjutannya. Padahal mestinya oknum itulah yang paling awal diperiksa aparat, sebab diduga dialah orang pertama yang memprovokasi.

Sudah hampir dua minggu kejadian itu, sejumlah orang yang berdasarkan video memiliki peran yang signifikan dalam menyakiti dosen UI itu sudah diciduk, dan kini ditahan. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa oknum emak-emak itu akan dipanggil.

Saat ini dia mungkin sudah mulai merasa lega, sebab yakin dirinya tidak akan berurusan dengan hukum gara-gara ulahnya yang sangat biadab itu. Maka bukan tidak mungkin oknum itu akan kembali berulah. Jika ada aksi demo menyasar pemerintah, dia akan hadir, untuk memprovokasi massa.

Dia tampaknya sejenis kadrun yang kadar keterpaparannya sudah tergolong akut. Sulit untuk dituntun kembali ke jalan yang benar. Kebenciannya terhadap pemerintah Jokowi, sudah parah. Lha, buktinya dia bela-belain hadir di aksi demo massa yang salah satu tuntutannya adalah menurunkan Jokowi.

Seorang perempuan yang sudah berumur seperti dia, tidak seharusnya berada di aksi demo yang tidak ada urusan dengan dia. Beda hal jika misalnya kaum guru melakukan aksi demo menuntut perbaikan kesejahteraan, wajar jika oknum itu ikut, dan berorasi bila perlu.

Tapi apakah emak-emak tersebut pada hari itu memang tidak ada kegiatan, sehingga punya kesempatan untuk bergentayangan? Apa dia tidak punya anak yang perlu diurus keperluannya? Wanita, apalagi statusnya ibu-ibu atau emak-emak, seharusnya berada di rumah, mengurus keluarga. Tetapi oknum ini justru berkeliaran, dan membuat orang lain menderita.

Jika melihat kembali video detik-detik pengeroyokan terhadap Ade Armando, memang tampak sesosok wanita berkerudung yang berteriak-teriak menuding ke arah Armando. Bahkan – kalau tidak salah -- terdengar ucapan syukur dari mulutnya bahwa akhirnya dia “pertemukan” dengan Ade Armando, yang sangat dia benci itu.

Sebagai golongan kadrun akut, emak-emak itu pantas merasa benci terhadap Ade yang oleh banyak orang distigma sebagai penista agama. Memang ada banyak statemen Ade yang menyoal agamanya sendiri (Islam), namun tidak bisa diterima oleh sebagian besar penganut agama tersebut. Maka berpatokan dari situ Ade dicap sebagai penista agama, dan didoakan supaya terkena azab?

Maka ketika emak-emak tadi secara tidak sengaja “bertemu” dengan Ade Armando, tak terkatakan rasa girangnya sampai-sampai terlontar kalimat bahwa inilah jawaban doanya selama ini?

Tapi naas bagi Ade, dalam peristiwa itu dia bukanlah seorang artis, atau idola yang dirindukan oleh sang emak-emak selaku fans, namun justru sebaliknya: sebagai pembenci. Maka bukan foto selfie, atau tanda tangan Ade Armando yang diminta emak-emak itu. Yang terjadi, dia berteriak histeris untuk memprovokasi massa, yang lalu rame-ramein Ade yang sudah berusia 60-an itu.

Gara-gara perlakuan massa biadab itu, Ade dilarikan ke rumah sakit. Dikatakan bahwa dia menderita pendarahan pada otak. Mungkin akibat dipukul bagian belakang kepalanya dengan keras. Dalam video, tampak sosok pria bertopi yang sepertinya melayangkan hantaman itu pada bagian belakang kepala Ade.

Ade juga diberitakan mengalami pendarahan pada kantung kemih? Bisa jadi itu akibat hantaman atau sepakan para pengeroyok ketika dia terjatuh. Biadab sekali perilaku oknum-oknum yang sudah dibutakan oleh agama. Agama bukannya membuat mereka menjadi orang yang sabar dan pemaaf.

Justru sebaliknya, agama membutakan mata hati dan pikiran mereka sehingga berperilaku sadis, tidak berperikemanusiaan, barbar, termasuk oknum emak-emak yang diduga sebagai provokator utama. Entah bagaimana perasaan emak-emak itu ketika melihat Ade diperlakukan sebegitu sadisnya oleh massa. Mungkin dia malah bersyukur dan berjingkrak-jingkrak kegirangan? Itu sadis dan biadab.

Tetapi mengapa oknum emak-emak itu tidak diciduk oleh pihak kepolisian? Apakah hukum ingin berlaku diskriminatif berdasarkan jender? Sudah bukan masanya lagi, sebab dewasa ini, yang namanya pelaku kriminal – bahkan dalam kategori sadis – sudah tidak memandang jender atau jenis kelamin lagi.

Ingat Ratna Sarumpaet yang tega “menjual” kondisi lebam-lebam bengkak di wajahnya, untuk menggiring opini publik bahwa itu ulah pihak-pihak yang berbeda pilihan politik dengan dirinya? Padahal bengkak-bengkak itu gara-gara operasi plastik wajah yang dia jalani. Ratna mungkin ingin tampil cantik bak Lady Di usai pilpres yang dimenangkan oleh Prabowo? Agar dilirik untuk menjadi first lady?

Maka apabila faktor jender yang membuat pihak kepolisian tidak menangkap oknum emak-emak tersebut, hal ini sangat disesalkan. Toh bukti dan petunjuk sudah sangat jelas, yakni video-video yang banyak bertebaran di medsos. Polisi bisa menganalisis ucapan-ucapan dan posisinya yang sangat berdekatan dengan korban.

Tapi kabarnya, Ade sendiri dalam keterangannya ke pihak yang berwajib, terkesan ingin menghindarkan emak-emak itu dari jeratan hukum? Sebab Ade mengatakan tidak memperhatikan keberadaan ibu-ibu provokator itu di dekatnya.

Jika memang demikian adanya, Ade patut disesalkan. Dalam situasi semacam ini, tidak ada gunanya, bahkan sangat tidak cerdas, berlagak menjadi “pahlawan” bagi oknum emak-emak itu. Sebab dia dan kelompoknya, bukan hendak bercanda, seperti Prof Karna Wijaya, namun ingin membungkam dan membinasakan siapa pun yang berbeda dengan mereka.

Mungkin Ade itu sangat pemaaf pada oknum emak-emak itu? Itu urusan lain, namun hukum adalah hukum yang perlu ditegakkan. Jika harus memilih, Ade lebih baik membela Jokowi 3 periode ketimbang melindungi oknum emak-emak itu.

Sekarang kita hanya berharap pada pihak kepolisian supaya bekerja sesuai fakta yang ada. Ini bukan kasus biasa, di mana faktor jender masih bisa ditolerir. Perilaku oknum emak-emak itu sangat membahayakan bagi bangsa dan generasi mendatang.

Apa Kabar Oknum "Emak" yang Diduga Provokator Kasus Ade?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/apa-kabar-oknum-emak-yang-diduga-provokator-nREsDYu0iu

UGM Harus Tegas Kalau Dosennya Melenceng

Seperti yang saya katakan sebelumnya, berita penganiayaan Ade Armando bukan saja menenggelamkan narasi demo yang disuarakan mahasiswa dan kadrun, tapi juga berhasil membuka banyak topeng yang menutupi kemunafikan.

Yang paling mengejutkan adalah dugaan adanya seorang dosen bergelar profesor di UGM membuat postingan yang tidak beradab. Bisa dibilang, postingannya seperti postingan orang yang tidak sekolah.

Belum diketahui apakah orang tersebut adalah dosen yang dimaksud. Ini hanya informasi yang didapatkan dari postingan tersebut sehingga profilnya dilacak. Benar tidaknya, kita tunggu saja kelanjutan ceritanya.

Oknum dosen ini berinisial KW. Mungkin kalian sudah tahu namanya, Karna Wijaya. Dia ketahuan membuat sebuah postingan di akun Facebook-nya yang seolah mengamini pemukulan terhadap Ade Armando.

Media mencoba menelusuri akun FB milik orang ini, tetapi postingan tersebut sudah tidak ada. Unggahan terakhirnya adalah ucapan belasungkawa kepada perwira marinir yang gugur dalam konflik dengan OPM-TNPB, tertanggal 27 Maret 2022.

Menurut informasi yang saya baca, pihak UGM mengatakan bahwa pihak kampus sudah memberi perhatian terhadap persoalan ini. Kasus ini sudah termonitor. Yang bersangkutan akan dipanggil oleh pihak rektorat dalam waktu dekat ini. Kemungkinan Senin besok.

Jadi memang benar kalau ada orang bernama Karna Wijaya di UGM. Tinggal mencari tahu apakah akun tersebut miliknya atau punya orang lain. Tapi rasanya tidak mungkin punya orang lain. Lagipula postingan tersebut sudah hilang, yang artinya ada kepanikan dari yang bersangkutan. Kalau prediksi tidak meleset, dan orang tersebut benar menulis postingan tersebut, maka sangat disayangkan bahkan miris.

Ternyata di universitas sekelas UGM yang katanya universitas terbaik di Indonesia, punya seorang dosen atau profesor yang postingannya mengerikan.

Dia mengunggah foto kolase yang terdiri dari beberapa influencer pendukung Presiden Jokowi, mulai dari Denny Siregar, Abu Janda, Dewi Tandjung hingga Ade Armando.

Melalui keterangan unggahannya, dia menyebut bahwa satu persatu dari para influencer itu sedang dicicil massa.

“SATU PERSATU DICICIL MASSA” tulisnya di akun Facebook.

Dia juga menyebut mereka sebagai Lambe Turah yang suka bikin gaduh.

“GARA-GARA PARA LAMBE TURAH, jadi gaduh di mana mana, dan berakhir setengah bugil ditelanjangi massa” tulisnya dengan emoticon tertawa.

Hal ini dikecam oleh komisaris Pelni, Dede Budhyarto. “Ternyata seorang intelektual bergelar Profesor di @UGMYogyakarta SONTOLOYO juga otaknya,” katanya.

“Profesor somplak dari UGM, Karna Wijaya lagi hapus2in status biadabnya di Facebook. Jajak digital akan tetap abadi sbg pendidik yg brutal & tak bermoral,” kata Dede Budhyarto.

Kita harus tabayyun dulu meskipun endingnya sudah bisa ditebak. Tapi kita asumsikan saja ini benar.

Bayangkan separah apa dunia pendidikan kita kalau tenaga pengajar atau pendidik punya mental sakit seperti ini? Sekelas profesor malah senang dengan kabar penganiayaan. Ngeri sekali kalau orang ini memuja kekerasan. Seharusnya profesor seperti ini dipecat saja dan langsung dicabut izinnya. Gelar profesor itu bukan gelar kaleng-kaleng. Butuh pendidikan sekian tahun dan proses panjang untuk meraih itu.

Gelar profesor dianggap sebagai gelar tertinggi yang bisa diraih seseorang di dunia akademis. Jadi gelar ini prestisius karena dianggap sebagai orang cerdas, berwawasan dan pintar. Tapi makin ke sini, makin banyak orang yang katanya berpendidikan dengan gelar segudang, tapi mentalnya sakit dan pola pikirnya mampet. Cerdas tapi kelihatan bodoh. Berwawasan tapi tak paham adab dan tata krama.

Kita tunggu saja apa alasan yang bersangkutan. Cara paling mudah berkelit adalah mengaku akun diretas.

Saya berharap ini dosen yang dimaksud. Dan kalau pun pada akhirnya orang tersebut benar dosen UGM dan menulis postingan provokatif tersebut, ini juga tidak mengherankan. Dunia pendidikan kita sudah lama disusupi paham intoleran dan radikal.

Kelompok sebelah terus menyindir dengan radikal radikul, tapi nyatanya bukti terus bermunculan ke permukaan. Ini tak bisa disangkal.

UGM harus bertindak tegas dan jangan anggap remeh. Apalagi kalau nanti misalnya cuma damai lewat materai. Ini bukan isu murahan. Seorang pendidik bisa sebengis itu? Sungguh luar biasa.

Bagaimana menurut Anda?

UGM Harus Tegas Kalau Dosennya Melenceng

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ugm-harus-tegas-kalau-dosennya-melenceng-pB8x4Gpd4x

Ade Armando Bisa Loh Kita Bilang "Hero"

Tidak semua perjalanan seorang pahlawan karena sebuah rencana panjang, besar, benar dan berhasil. Di jaman perang kemerdekaan, Jenderal Sudirman adalah foto seorang pahlawan sejati. Karena dari sejak dia mulai masuk menjadi tentara, Indonesia sudah dalam kondisi perang. Sudirman muda tahu apa tujuan utama dirinya bergabung menjadi tentara, lalu berbakti sedemikian rupa hingga karir menghatarkan dirinya berpangkat jenderal. Jenderal Sudirman tidak wafat karena tertembak peluru lawan. Dia wafat karena sakit yang dideritanya sementara tanggungjawab moral sebagai komandan perang tak mengijinkan dirinya untuk berupaya sembuh. Sampai napas terakhirnya, Jenderal Sudirman sepenuhnya dalam perjuangan kemerdekaan. Dan gelar Pahlawan Nasional pasca kematiannya pun dianugerahkan.

Bentuk lain dari kepahlawanan adalah ketika seseorang berhasil menjadi "The Whistleblower" atas suatu hal buruk yang membelit kehidupan orang banyak. Seperti misalnya Mohamed Bouazizi, seorang pedagang sayur di Tunisia yang menjadi tulang punggung keluarga yang berjumlah 8 orang. Karena keputusasaannya menghadapi kondisi hidup yang dipersulit oleh pihak berwenang, Mohamed Bouazizi nekad membakar diri di depan kantor pusat munisipal (kalau di Indonesia selevel balaikota). Aksi pembakaran diri yang dilakukan oleh Mohamed Bouazizi berujung pada pelengseran dan pengasingan Presiden Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, yang selama 30 tahun berkuasa di Tunisia. Hari ini foto Mohamed Bouazizi dipajang di semua kantor pemerintahan dan kedutaan besar Tunisia di seluruh dunia. Karena Negara mengakui Mohamed Bouazizi sebagai Pahlawan Nasional.

Dua cerita nyata di atas itu adalah bentuk kepahlawanan atas kebebasan dari penjajahan dan tekanan. Dalam kondisi negeri yang sedang mengalami perubahan, sikap-sikap kepahlawanan tentu masih tetap dibutuhkan. Jokowi adalah seorang presiden, tapi dia bukan seorang pahlawan. Setiap aksi-aksi yang dilakukan Jokowi didasarkan pada undang-undang. Menariknya, sekarang ini banyak orang yang menjadi pahlawan tanpa rencana. Mereka tiba-tiba dipandang sebagai pahlawan karena situasi yang menempatkan mereka sebagai pahlawan. Saya ambil contoh sosok Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, seorang double minority yang menjadi sasaran serang lawan politik Jokowi. Apakah Ahok dipenjara atas rencana dia? Tentu bukan!

Jika tidak ada peristiwa Ahok, secara kasat mata, rakyat Indonesia tidak akan pernah tahu seberapa besar HTI sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kita tidak akan pernah bisa melihat dengan jelas kemana dan seberapa jauh HTI sudah menyusup di dalam lembaga-lembaga negara dan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya. Di satu sisi Soeharto membentuk MUI, di sisi lain Soeharto tak melihat HTI tiba dan langsung masuk ke universitas-universitas besar di Indonesia. Soeharto kecolongan atas hadirnya HTI di Indonesia dari sejak 1983. Pasca Soeharto lengser, Kelompok ekstrimis radikalis ini ibarat "diasuh" oleh presiden-presiden berikutnya. Jika saja di tahun 2014, Jokowi tidak memenangkan Pilpres dan Prabowo Subianto yang menjadi Presiden Indoensia, kelompok ekstrimis radikalis ini mungkin sudah mencapai pertumbuhan dewasa, karena seyakin-yakinnya Prabowo juga akan terus mengasuh mereka.

Seperti manusia dewasa, seorang yang sudah mencapai usia 18 tahun, secara hukum, orangtua sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Orang dengan usia dewasa, sudah tidak dipanggil 'anak-anak' lagi. Sudah bisa membuat keputusan sendiri dan sudah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri. Dan seperti itu pulalah gambaran HTI jika pada tahun 2014, Indonesia di bawah kekuasaan Prabowo. Kita memahami bahwasanya Prabowo adalah seorang nasionalis sejati. Hal ini dibuktikan dengan keberanian Prabowo memilih Sandiaga Uno dan menolak nama cawapres usulan ijtima ulama. Hal yang sama juga akan terjadi ketika HTI dewasa mengusulkan (baca: memaksa) untuk menerapkan syari'ah Islam menjadi dasar hukum Indonesia pada Prabowo. Prabowo akan jelas menolaknya dan mempertahankan Pancasila. Dan saat itu semua sudah sangat terlambat. Penolakan Prabowo atas kehendak mereka untuk mengubah Indonesia menjadi negara bersyariat Islam, itu berarti perang.

Untungnya Tuhan masih sayang pada Indonesia. Pilpres 2014, Jokowi yang menang menjadi Presiden Indonesia. Tiga tahun kemudian, tepatnya bulan Juli 2017, Jokowi berhasil membubarkan HTI dan menyatakan ormas ini sebagai ormas terlarang. HTI murka. Dengan sokongan dari musuh dan lawan politik Jokowi, dengan merangkul FPI dan MUI, peristiwa Ahok pun terjadi. Tapi kesuksesan peristiwa Ahok ini hanya sebatas tercatat sebagai salah satu unjuk rasa terbesar di dunia dan memenjarakan Ahok, tapi gagal melengserkan Jokowi. Pasca peristiwa Ahok, kini giliran Jokowi yang mengamuk. Tiga tahun kemudian, tepatnya bulan Desember 2020, FPI dibubarkan dan juga dinyatakan sebagai ormas terlarang. Sementara MUI dikebiri habis-habisan.

Apa yang tersisa sekarang? Tidak ada! Tapi "perjuangan" belum selesai, dendam belum tertuntaskan! Cerdasnya, mereka tetap tak kehilangan akal. Ada kelompok buruh, ada kelompok mahasiswa, kenapa tak menyusup saja? Tanpa harus menggunakan nama jati diri sendiri, misi masih tetap bisa dijalankan. Dan sejak itu, setiap ada unjuk rasa, selalu berujung pada keonaran. Dan ajang demo 11 April kemarena, banyak orang yang tak mampu menahan rasa syukur, senang dan bahagia atas peristiwa pemukulan Ade Armando. Dari sini rakyat Indonesia melihat dan mengetahui secara lebih details sosok-sosok alim yang ternyata berhati dzalim. Bagaimana bisa seorang muslim senang dan bahagia atas musibah sesama muslim? Teriak mereka mengecam kekejaman di Palestina, Yemen, dan Ukraina itu semua cuma gimmick jika di negeri sendiri saja, mereka tega menghajar sesama muslim.

Jadi, kalau kemudian aparat kepolisian terkomitmen untuk mengejar para pelaku pemukulan atas Ade Armando, itu tidak hanya semata-mata karena si korban adalah Ade Armando. Ada pesan lebih besar dari aksi kepolisian menangkap dan memproses hukum kerocok-kerocok khilafah ini. Yaitu pesan untuk orang-orang bodoh yang tak mampu membedakan antara agama sebagai satu ajaran dan agama yang dijadikan alat pemecah bangsa, agar jangan mau dihasut untuk melakukan demo atau tindakan-tindakan yang merugikan mereka sendiri. Dhia Al Haq yang seorang guru ngaji, Abdul Latif yang seorang penggembala ternak, sampai Arif Ferdini yang pendukung Anies Baswedan, semua mewek-mewek dan minta ampun. Sementara tokoh-tokoh seperti Novel Bamukmin atau Refly harun yang mengekspresikan kesetujuannya atas tindakan brutal itu, nyaman-nyaman saja dirumahnya.

Peristiwa pemukulan atas Ade Armando adalah yang terbesar yang disorot media dan ini bisa menjadi momentum bagi negara untuk menyerukan pesan pada rakyat Indonesia untuk tidak mudah terhasut berbuat kekerasan kalau tak mau nasib seperti para tersangka. Dan kalau kita lihat dari sudut pandang ini, saya bisa mengatakan kalau Ade Armando itu bisa juga dibilang 'Hero'.

Bagaimana menurut kalian?

Ade Armando Bisa Loh Kita Bilang "Hero"

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ade-armando-bisa-loh-kita-bilang-hero-yc74zOo6x7

Pemuda NTT Ini Sindir Habis Mahasiswa Yang Mau Demo Tanggal 21 April

Belum puas mendemo Jokowi dan membuat para penyusup bikin kerusuhan pada demo 11 April lalu, BEM UI akan kembali melakukan aksi demo pada 21 April mendatang.

Ada satu pemuda yang menurut saya sangat berani mengkritik mahasiswa yang doyan demo.

Video ini memperlihatkan seorang pemuda NTT yang menanggapi rencana BEM UI menggelar demo nasional pada 21 April 2022 mendatang terkait wacana masa jabatan Presiden Jokowi. Temanya masih tetap sama, yaitu menolak penundaan pemilu dan wacana masa perpanjangan jabatan presiden tiga periode.

“PESAN TERBUKA UNTUK BEM UI & BEM SI. BEM UI & BEM SI ‘Gelar Demo 21 April & Kongres Rakyat 18 April’ Pemuda NTT Buka Suara: Kalian Itu Mahasiswa Atau MahaDemo,” cuit salah satu netizen.

Pemuda dari NTT ini melontarkan sindiran keras terhadap mereka. “Untuk BEM UI dan BEM SI beta pemuda dari NTT. Beta mau tanya, sebenarnya mau kalian itu apa? Presiden Jokowi itu harus berapa juta kali menolak wacana-wacana itu baru kalian puas?” tanya pemuda tersebut.

“Presiden Jokowi harus menggunakan bahasa apa untuk menolaknya baru kalian bisa paham? Kalian itu mahasiswa di universitas ternama, seharusnya kalian malu dengan kami di pelosok ini. Seharusnya kalian malu dengan anak-anak SD yang ada di NTT yang ketika seseorang berbicara mereka langsung mengerti dan paham,” katanya.

Hahaha, ngakak sekali. Mahademo, mahasewa. Mereka memang tidak layak lagi menyandang status mahasiswa karena pikirannya entah dipinjam siapa. Mungkin dipinjam kepala lingkungan atau mungkin disita oleh bohir sebelum target tercapai.

Buktinya, lihat saja pernyataan konyol dari Ketua BEM SI yang mengatakan zaman Orba lebih baik karena ada kesejahteraan dan kebebasan. Dari sini saja sudah bisa diukur kadar kewarasan dan kebodohannya. Ibarat banyak orang tahu ayam itu bertelur, tapi dia malah bilang ayam beranak. Ketua BEM SI saja parah begini. Bisa kalian bayangkan kualitas mahasiswa sekarang. Tidak semuanya seperti Kaharuddin ini. Ini hanya berlaku untuk mereka yang doyan turun ke jalan ketimbang pakai otak.

Benar kata pemuda NTT tadi, penolakan yang dilontarkan Jokowi sudah sangat jelas. Anak SD pun sebenarnya paham. Tapi mahasiswa yang mau demo ini malah tidak paham dan terus demo. Artinya mereka demo berdasarkan isu panas dan asumsi dari segelintir orang. Jadi, ada kemungkinan sekali kalau nalar mereka disita bohir sehingga tak bisa mikir.

Kalau bahasa sederhana saja tidak bisa mereka tangkap dengan baik, kira-kira bisakah mereka menyerap pelajaran kuliah yang notabene jauh lebih rumit? Jangan-jangan nilai jeblok semua dan IPK satu koma sekian. Tak berguna, lalu tak bisa bersaing saat terjun ke masyarakat, kemudian jadi benalu yang merepotkan orang lain.

Para mahasiswa ini memang tidak ada malu lagi. Karena mereka seperti bukan berjuang demi rakyat, tapi demi segelintir pihak. Pernyataan Kaharuddin sudah bisa ditarik benang merahnya, terkait siapa yang mereka bela sebenarnya.

Kalau saya tanya pada pembaca, misalnya ada segelintir orang yang meminta saya jangan makan sate, lalu saya katakan tidak makan sate, menolak makan sate dan pokoknya tidak makan sate. Lalu mereka malah mengadakan demo berjilid-jilid menolak saya makan sate. Kira-kira mereka ini goblok gak? Sangat goblok gak ketulungan, gak ada obat, gak ada penawarnya.

Bahasanya sudah jelas, tidak ada pembicaraan soal makan sate. Tapi mereka tetap berasumsi saya mau makan sate. Jadi siapa yang goblok? Mau berapa kali saya menolak baru puas? Kalau dikaitkan dengan politik, maka kegoblokan ini bisa jadi datang dari pembelaan terhadap sekelompok orang tertentu.

Apalagi kalau kita kaitkan ini dengan hancurnya kelompok penjual agama sejak pentolannya dikandangkan, maka sangat tepat kalau para bohir butuh kelompok lain untuk dijadikan kerbau dicocok hidung, melanjutkan perjuangan demo berjilid-jilid.

Kalau kelompok penjual agama sok mewakili umat agama, maka mahasiswa ini sok mewakili rakyat padahal tidak semua sudi diwakili mereka. Saya saja jijik diwakili mereka. Bikin rusak kegantengan saya aja.

Bagaimana menurut Anda?

Pemuda NTT Ini Sindir Habis Mahasiswa Yang Mau Demo Tanggal 21 April

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pemuda-ntt-ini-sindir-habis-mahasiswa-yang-mau-HdzDFKgW0D

Apa yang Menimpa Ade Armando Buktikan Klaimnya Bahwa Umat Islam Sedang Mundur ?

Dalam salah satu pernyataannya di laman facebook miliknya, Senin 21 Agustus 2017, Ade Armando menulis bahwa umat Islam akan terus terbelakang karena otaknya tidak digunakan untuk hal produktif. Selain mengkritisi soal workshop poligami, pengeroyokan yang menimpa pribadi Ade Armando sendiri beberapa hari lalu (11/4) seakan menjadi bukti bahwa umat Islam sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Kemudian Ade Armando dituduh menistakan agama. Padahal apa yang dilakukannya adalah semacam otokritik, karena Ade sendiri adalah seorang muslim. Tak terbilang banyaknya cendekiawan muslim yang mengkritik kondisi umat Islam sendiri. Salah satu yang terkenal misalnya kritikan yang datang dari Muhammad Abduh (1849-1905) lebih dari satu abad yang lalu. Cendekiawan Muslim asal Mesir ini mengungkapkan hal miris yang terjadi di tengah umat Islam. Katanya, “Dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-Islam wa lam aro al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-‘arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-Islam” (Aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan Aku pergi ke negara Arab, Aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam). Nah, lho !

Kata-kata Abduh seabad yang lalu itu diamini oleh sebuah survei terbaru (2019), negara mana yang paling Islami di dunia ? Jawabannya sangat mengejutkan, karena ternyata yang menjadi urutan tertinggi justru negara-negara nonmuslim, lalu ke mana negara-negara Islam dan mayoritas berpenduduk Islam ? Dikutip dari republika.c.id, organisasi nirlaba yang berbasis di AS, Islamic Foundation, menyusun Indeks Islami. Berdasarkan informasi, indeks itu membandingkan berbagai pemerintahan di dunia yang mengatur seberapa baik mereka mematuhi prinsip-prinsip Islami yang ditetapkan Alquran. Termasuk di antaranya adalah proses keuangan tanpa bunga, kesetaraan pendidikan, hak milik. Namun, mereka tidak memasukan kewajiban Muslim seperti sholat, puasa, dan haji.

Selandia Baru yang tidak memiliki agama resmi, dan lima juta penduduknya yang bermayoritas Kristen, diklaim mendapat skor tertinggi dalam beberapa indeks, termasuk UU antirasuah dan ketentuan untuk mengentaskan kemiskinan dan lainnya. Lantas, di mana posisi negara Islam ? Negara dengan peringkat tertinggi dengan kategori mayoritas Muslim adalah Uni Emirat Arab di No 45. Sedangkan yang terendah adalah Yaman, di mana Islam menjadi agama negara. Indonesia sendiri menempati urutan ke-64.

Kalau kita mau menarik lebih jauh, Imam al-Ghazali, salah seorang cendekiawan dan ulama besar dari kalangan Sunni sudah mengungkapkan kritikannya. Ia menulis,

“Sungguh pengetahuan agama yang benar telah menjadi puing. “Cahaya” yang menerangi jalan lurus di seluruh pelosok bumi telah redup. Yang tersisa hanyalah fatwa hukum formal tanpa ruh atau perdebatan untuk kebanggaan diri atau untuk mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara atau permainan kata-kata memesona yang disampaikan oleh “sang penasehat agama” untuk menina bobokan publik awam”

Sekarang kita tanya saja secara jujur, apa kontribusi umat Islam atau dunia Islam hari ini ? Betul, kita tidak bisa mengecualikan propaganda pihak-pihak yang memang sedari awal tidak menyukai Islam, namun biang kemunduran atau degradasi Islam sendiri datang dari umatnya.

Kanjeng Nabi Muhammad Saw pernah mewanti-wanti umatnya akan datang suatu masa kelak umat Islam unggul dalam segi kuantitas. Nubuwat ini disabdakan Nabi ketika umat Islam masih segelintir. Ribuan tahun kemudian Islam menjelma menjadi kekuatan yang terlihat unggul dari ukuran jumlah.

Namun, apa yang disampaikan kanjeng Nabi bukanlah sebuah kebanggaan. Sebab, Nabi tidak sedang mengabarkan sebuah kabar gembira. Sebaliknya kabar prihatin. Prihatin, karena di zaman itu, -menurut Nabi- meski unggul jumlah, kuantitas, atau massa, tapi justru serba kekurangan dari segi kualitas. Nabi memberikan perumpamaan yang tepat. Beliau Saw menyamakan kondisi umat Islam pada zaman itu seperti “buih.” Sifat buih tentu kita mengetahuinya. Terlihat banyak, namun centang perenang dan terombang-ambing dipermainkan gelombang atau ombak lautan.

Lihatlah fenomena dunia Islam sekarang. Alih-alih melecut dirinya sendiri mengejar ketertinggalan hampir di segala bidang, yang ada malah berkutat dengan nostalgia masa lalu. Mereka membangga-banggakan sebuah masa ketika ratusan cendekiawan muslim bermunculan ibarat jamur di musim hujan. Mereka memuja-muja ilmuwan dan cendekiawan muslim yang telah berhasil menjadi mercusuar di bidangnya masing-masing. Namun, mereka jarang membicarakan pencapaian mereka di masa kini. Jika pun ada cendekiawan muslim yang cemerlang muncul hari ini, eh, malah mereka kafirkan ! Lihat saja nasib Abdussalam. Cendekiawan muslim yang memperoleh Nobel di bidang Fisika pada 1979 lalu. Mereka menuduhnya sesat dan kafir lantaran Abdussalam adalah seorang anggota Ahmadiyah !

Pencapaian mereka hari ini bisa dikatakan jauh ketinggalan dari bangsa-bangsa Barat, bahkan dari negara-negara Asia seperti China, Jepang atau Korea. Dan seperti biasa, kambing hitam atas kegagalan dan kemunduran umat dinisbahkan kepada kaum lain. Merekalah yang dianggap sebagai sumber kemunduran dan kemandulan umat Islam hingga kini.

Bung Karno sudah menulis ini di tahun 1930-an. Ia mengkritisi umat Islam dewasa itu, yang sesungguhnya hari ini belum terlalu jauh bergerak :

“Islam harus berani mengejar jaman, bukan seratus tahun, tetapi seribu tahun Islam ketinggalan jaman. Kalau Islam tidak cukup kemampuan buat mengejar seribu tahun itu, niscaya ia akan tetap hina dan mesum. Bukan kembali pada Islam glory yang dulu, bukan kembali pada ‘zaman chalifah’, tetapi lari ke muka, lari mengejar jaman. Itulah satu-satunya jalan buat menjadi gilang gemilang kembali. Kenapa toch kita selamanya dapat ajaran, bahwa kita harus mengkopi ‘zaman chalifah’ yang dulu-dulu? Sekarang toch tahun 1936 dan bukan tahun 700 atau 800 atau 900?”

Lebih keras dari Ade Armando, bahkan Bung Karno menyebut “Islam sontoloyo.” Sebutan ini bukan menghina agamanya sendiri. Artikel yang berjudul “Islam Sontoloyo” ditulis di majalah Pandji Islam pada 1940. Di dalamnya Bung Karno prihatin terhadap orang yang melakukan perbuatan jahanam dengan memakai dalil agama. Dalam surat kabar “Pemandangan” edisi 8 April 1940, Bung Karno membaca sebuah berita kriminal yang membikin hatinya getir, “Seorang guru agama dijebloskan ke dalam bui tahanan karena memperkosa salah seorang muridnya yang masih gadis kecil” Terdengar mirip bukan dengan kejadian baru-baru ini ?

Dus, untuk mempersingkat agar artikel ini tidak terlalu bekepanjangan dan bertele-tele, apa yang dilakukan oleh Ade Armando, begitu pula dengan Muhammad Abduh, Imam Al-Ghazali bahkan Bung karno adalah sebentuk otokritik. Otokritik agar umat Islam sadar dan bangun dari kejumudan dan kemunduran yang sedang dialaminya !

Menutup tulisan ini, penulis mengutip cendekiawan muslim muda, Saidiman Ahmad yang menulis tentang kejadian yang menimpa Ade Armando di laman facebooknya,

“Ade Armando bilang dunia Islam sekarang terbelakang. Lalu orang-orang itu marah dan mengeroyoknya sambil meneriakkan kalimat tauhid. Alih-alih membantah pandangan Ade Armando, mereka malah bantu membuktikannya.”

Apa yang Menimpa Ade Armando Buktikan Klaimnya Bahwa Umat Islam Sedang Mundur ?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/apa-yang-menimpa-ade-armando-buktikan-klaimnya-SabCZCVaPs

Ngakak! Janji Mendag Mau Sebutkan Tersangka Mafia, Diserobot Jaksa Agung!

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indrasari Wisnu Wardhana saat ini ditetapkan sebagai tersangka tindakan pelanggaran hukum dalam pemberian fasilitas ekspor minyak goreng di tahun 2021 dan 2022. Ini adalah ironi terbesar!

Kenapa ironi? Coba kalau mendag diam dan ikut cari tahu tanpa harus koar-koar, pasti nggak akan jadi ironi. Ini jadi ironi karena Mendag sempat saat dipanggil sama DPR, koar-koar kalau dia tidak bisa diatur dan dikontrol mafia. Ternyata tersangkanya ada di dalam rumah sendiri. Kan ironi bukan?

Saya kira Menteri Perdagangan ini sudah kebanyakan bicara, dan salah langkah dari awal. Dia sebenarnya tahu bahwa banyak orang yang mengeluh kalau harga minyak goreng mahal. Dan sebagai pengampu kepentingan tertinggi, minyak goreng kemana masak dia nggak tahu? Hehe.

Ya sudah lah kalau dia nggak tahu dan mau menuding ada mafia yang nggak bisa ngatur dia. Tapi yang pasti sekarang sudah ketahuan, kalau ada orang dalam yang melancarkan aksi pihak swasta untuk mengekspor minyak goreng ke luar negeri sehingga di dalam negeri jadi langka.

Selain Indrasari Wisnu Wardhana, kejaksaan agung yang kerjanya lebih becus dari organisasinya Firli Bahuri yakni KPK, menangkap 3 orang dari pihak swasta. Mereka adalah MPT Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, SMA yakni Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Grup dan PT yang adalah General Manger bagian General Affair PT Musim Mas.

Keempat tersangka itu kata Jaksa Agung langsung ditahan selama 20 hari ke depan sampai 8 Mei 2022 untuk dimintai keterangan dan dijerat dengan pasal-pasal yang sesuai. Dalam keterangan resminya Kejaksaan Agung mengatakan bahwa Indrasari Wisnu Wardhana menerbitkan izin terkait ekspor.

Ia menerbitkan izin persetujuan ekspor kepada tiga perusahaan tersebut. Pengeluaran izin itu dituduh melawan hukum. Ya kalau nggak melawan hukum, pasti melawan hati nurani karena itu membuat harga minyak goreng di dalam negeri jadi nggak stabil lah.

Seharusnya penerbitan persetujuan ekspor kepada 3 perusahaan itu seharusnya tidak mendapatkan izin karena tidak memenuhi syarat Domestic Market Obligation dan Domestic Price Obligation. Maksudnya, domestic itu adalah dalam negeri.

Kalau market dalam negeri belum dipenuhi, tidak bisa ekspor. Kemudian domestic price, adalah jika harga dalam negeri masih tinggi, juga tidak bisa ekspor.

Mendag beserta para pejabatnya justru sebelumnya datang ke DPR dan koar-koar paling keras bahwa ada mafia minyak goreng. Ternyata, mafianya orang dalam juga. Ini yang bikin ironis dan tidak beres. Dia bahkan berjanji mau sebutkan tersangka mafia migor.

Mendag sudah mau sebutkan tersangka, artinya namanya pasti sudah ada di kantong dong? Tapi ia tidak kunjung menyebutnya. Jaksa Agung pun akhirnya rebut panggung dan sekaligus menyebut 4 nama sekaligus! 1 dari kementerian perdagangan! Bikin malu! Muka taro di mana tuh Lutfi?

Nggak nanggung-nanggung. Lutfi pun yang sempat koar-koar, sekarang hanya bisa termenung dan bicara diplomatis "kami dukung proses hukum". Nggak enak sama orang terdekat? Dirjen kemendag loh yang ditangkap! Orang dekatnya! Makanya Lutfi temannya Sandiaga, jangan asal bunyi kalau nggak punya nyali!

Saya kira ini adalah satu ironi di kepemimpinan presiden Jokowi setelah dia memilih Prabowo dan Sandiaga jadi menteri. Memilih teman-teman dekatnya Sandiaga menjadi menteri juga adalah hal yang salah. Hal yang fatal.

Joko Widodo mungkin merupakan presiden yang harusnya lebih melihat bukan sekadar kinerja dan rekam jejak, tapi keberpihakan mereka juga harus dilihat dan saya kira memilih orang-orang lingkaran alias sirkel Sandiaga Uno, adalah strategi yang salah. Mereka mungkin punya kompetensi...

Tapi kalau mereka nggak punya hati dan motivasi, sepintar apapun mereka, mereka pasti akan tidak perform dengan baik. Kalau Anies sih beda, dia performa nggak ada, kompetensi jeblok, hatinya juga HTI banget kan? Kita lihat saja bagaimana kaum radikal ada di belakangnya.

Sudah lah Mendag Lutfi, MUNDUR SAJA! Nggak usah pakai basa basi ngomongin mau umumkan tersangka migor. Eh diduluin sama Jaksa Agung. Malu-maluin banget deh Om.

Ngakak! Janji Mendag Mau Sebutkan Tersangka Mafia, Diserobot Jaksa Agung!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ngakak-janji-mendag-mau-sebutkan-tersangka-mafia-0Au1QJXpqk

Nasihat Untuk Agus, Jadilah Dirimu Sendiri, Ga Usah Ngarab atau Ngraden

Memang tidak mudah menjadi anak orang besar ataupun orang terkenal, selebriti atau pejabat atau olahragawan atau atlet terkenal. Kenapa begitu ?, Yak arena kehidupannya pasti dikait-kaitkan dan disbanding-bandingkan dengan orang tuanya. Misalnya kita sering dengar cerita nyinyir begini, “Ih kok tidak seperti orangtuanya, masak cuma jualan pisang goreng, padahal bapaknya pejabat tinggi lo”, nah pasti familiar deh dengan gossip emak-emak semacam itu. Tapi si emak itu ternyata salah, dia gak tau bahwa omset bisnis jualan pisang si anak pejabat tinggi itu ternyata melebihi gaji bapaknya yang pejabat tinggi itu. Dia gak tahu bahwa sang anak itu sedang mencari jati dirinya, dan tidak mau selalu dikaitkan dengan orangtuanya. Orang tuanya ada orang tuanya punya jalan sendiri-sendiri, jangan disamakan dong.

Nah makanya sebagai orang tua, harusnya bisa mendidik anaknya menjadi mandiri, orang tua yang baik walaupun dia pejabat tinggi atau seorang craxy rich misalnya, jangalah memberikan “privilege” kepada anak-anaknya secara berlebihan. Crazy rich misalnya, dengan kekayaannya sudah pasti akan memberikan “privilege” atau hak istimewa atau keistimewaan kepada anaknya untuk sekolah tinggi, kenapa tidak? Karena uang tidak masalah baginya, biaya pendidikan tidak masalah buat para crazy rich itu.

Orang tua yang memanjakan anaknya akan mempunyai masalah dengan “privilege” yang diumbarnya kepada anak-anaknya. Misalkan seorang pejabat tinggi, menggunakan “hak istimewanya” agar anaknya diterima disekolah yang terbaik misalnya, walaupun anaknya tidaklah pintar, tapi karena posisinya sebagai pejabat, maka anaknya itu diterima di sekolah itu. Pasti hal ini sering kita dengar ya. Dimana anak-anak pejabat tinggi hampir selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tapi masalahnya, karena hidupnya selalu diwarnai oleh kemudahan maka anak-anak itu malah akan menjadi manusia dewasa yang hanya dewasa secara umur, akan tetapi secara manusia dia tidaklah dewasa, karena apa yang didapatkannya didapatkan tanpa perjuangan, tetapi didapatkan karena dia menyandang nama besar orang tuanya.

Makanya jangan berlebihan memanjakan anak atau membesarkan anak, biarlah anak menjadi dewasa secara alami, mengambil jalan hidup sesuai dengan yang dicita-citakan nya. Atau jangan-jangan karena semua diatur oleh orang tuanya, anak itu malah tidak mempunyai cita-cita. Anak itu hanya menjalankan apa yang disuruh oleh orang tuanya saja, jadi jika ada masalah dia akan selalu bergantung kepada orang tuanya. Sampai kapan akan bergantung kepada orang tua? Perlu juga diingat oleh para anak-anak manja itu, masyarakat sudah pasti melihat apa yang dia lakukan, sudah pasti masyarakat tahu bahwa yang dia lakukan itu adalah kehendak orang tuanya. Bukan jati dirinya. Maka kedepannya, dia tidak akan dihargai oleh masyarakat karena dianggap sebagai anak mami atau anak papi, yang semua kehidupannya diatur oleh mami papinya, yang semua hal yang ada padanya adalah pemberian orang tuanya. Lalu apakah anak seperti ini punya harga diri dan bisa dihargai?

Yang terbaik jadilah dirimu sendiri, biar saja jadi penjual pisang, asal mandiri dan tidak dibawah ketek orang tua, biar saja jual martabak asal usaha sendiri. Dari pada jadi pemimpin sebuah organisasi tapi itu pemberian dari orang tuanya, gak lucukan, ya untungnya manusia-manusia dalam organisasi itu diam saja kaya kerbau dicucuk bokongnya, eh maaf hidungnya.

Menjadi diri sendiri agar dihargai oleh orang lain memang tidak mudah, tapi bukan hal yang sulit, kalau mau memulai dari sekarang, orang tua yang baik harusnya mendorong anaknya menggali potensi yang ada dalam dirinya. Menjadi diri sendiri tidak harus melihat ke masa lalu, jaman Majapahit misalnya, untuk apa? Kebesaran masa lalu adalah bagian dari masa lalu, kita adalah bagian dari masa sekarang dengan segala macam problem yang berbeda dengan msa lalu. Menjadi diri sendiri juga tidak harus menjadi bagian dari bangsa lain, misalnya bangsa Timur tengah, untuk apa?

Kita harus bangga dengan jati diri kita sendiri. Misalnya kita harus bangga bahwa orang tua kita dulu tukang kayu yang miskin tinggal di bantaran kali. Tidak sulit untuk menunjukan jati diri kita, keluarlah dari bayangan orang tua, lakukan apa yang menjadi cita-cita kita dari kecil. Kecuali memang jika cita-cita kita sudah direbut oleh orang tua kita sendiri, nah ini susah. Pusing juga mengungkapkannya, sudahlah yang terpenting jadilah dirimu sendiri, keluarlah dari kotakmu mandirilah, buatlah prestasi maka masyarakat akan melihat prestasimu itu, ingat kamu sudah dewasa Gus.

Nasihat Untuk Agus, Jadilah Dirimu Sendiri, Ga Usah Ngarab atau Ngraden

Sumber Utama : https://seword.com/umum/nasihat-untuk-agus-jadilah-dirimu-sendiri-ga-hLpfSmuaAF

Sebenarnya Si Profesor, Guru Besar FMIPA UGM Deg-Degan Juga...

Tepok jidat saya membaca berita tentang seorang profesor, guru besar, dosen FMIPA Universitas Gajah Mada (UGM) yang tak mampu menguasai emosi dan luapan perasaan, entah benci atau bahagia, atas kejadian yang menimpa sekelompok orang, di tempat umum seperti media sosial. Lebih menepok jidat lagi ketika si profesor, guru besar, dosen Universitas Gajah Mada mengeles dalam rangka membela dirinya dengan cara-cara yang tidak beretika. Unggahan yang mengandung unsur ancaman keamanaan jiwa seseorang dan/atau sekelompok orang, dia dalihkan sebagai guyonan. Jika mengancam nyawa sekelompok orang dia anggap guyonan, lalu sikap serius si profesor terhadap ancam mengancam itu akan seperti apa? Sebuah ancaman gerakan genosida?

Saat ini, masalah mempertontonkan dukungan terhadap unsur-unsur radikal dan terorisme sedang menjadi sorotan. Orang yang mendukung tindakan radikal dan terorisme langsung dihakimi oleh Netizen +62. Tidakkah Si profesor, guru besar, dosen FMIPA UGM berkaca pada nasib yang menimpa Emmanuel Ebenezer yang karena solidaritasnya terhadap Munarman, dia kemudian kehilangan jabatan sebagai Komisaris Utama di BUMN? Memang sih, Ade Armando bukan Munarman. Jika Munarman terlibat tindak pidana terorisme, Ade Armando adalah korban radikalisme. Sementara terorisme dan radikalisme dua-duanya adalah hal yang sedang sangat diperangi oleh rakyat Indonesia. Eeeeh ini.... seorang profesor, guru besar, dosen universitas ternama di Indonesia malah memperlihatkan dukungan sampai tega mengancam orang lain mendapatkan perlakuan seperti yang dialami Ade Armando.

Kalau si profesor ini mengatakan, "Kalau sodara Guntur Romli sudah melaporkan saya ke kepolisian, saya kita itu malah lebih baik yah alurnya atau mekanismenya lebih jelas lebih logis yuridis daripada menebarkan isu fitnah atau memframing saya sebagai NI di media sosial, kita tunggu saja gitu yah..." dan wajahnya itu tegang tak mencerminkan kesantaian.

Saya melihat si profesor ibarat orang yang sedang menelan tsunami ludah ketika dia mengetahui dirinya dilaporkan oleh Guntur Romli. Tapi pura-pura santai dan bahkan mengancam lagi akan melaporkan balik Guntur Romli. Apa pasalnya si profesor mau melaporkan balik Guntur Romli? Pencemaran nama baik karena dia sudah dilaporkan? Kalau laporan Guntur Romli ternyata diterima diproses dan naik sidik (dalam artinya polisi menemukan unsur tindak pidananya), bagaimana si profesor akan menuduh hal yang sudah dalam dugaan tindak pidana menjadi sebuah pencemaran nama baik? Tapi dasar orang sedang panik, manuver standar adalah mengancam untuk melapor balik. Dari sini saja sudah menjadi bukti kalau si profesor, guru besar dan dosen FMIPA UGM ini tidak santai alias deg-degan.

Terlebih, jika kita menengok pasal yang bisa dipakai untuk mempidanakan si profesor, guru besar dan dosen FMIPA UGM adalah UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45b yang berbunyi bahwa “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).”, waaaaah.... celaka 12 coy!!!

Nah, postingan si profesor di Facebook foto 9 orang dimana foto Guntur Romli sendiri menduduki posisi foto kedua, lalu dia menulis caption "Satu per satu dicicil massa" 3 emoticon tertawa dan foto Ade Armando dicakra warna merah, masuk ga tuh unsur pidana pasal 45b UU ITE? Kalau saya bilang "masuk!!!". Sangat masuk sekali!! Semua kata atau frase dalam pasal 45b UU ITE terpenuhi. Ga percaya? Ayo kita penggal kalimatnya satu-satu :

Pertama : "Setiap Orang yang dengan sengaja", foto itu tidak mungkin "terposting" atau diposting tanpa sengaja oleh si profesor.

Kedua : "... dan tanpa hak", apakah foto itu milik pribadi si profesor? Bukan! Ah, tapi foto itu tersebar di google. So? Siapa yang memberi dia hak?

Ketiga : "...mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik", ini jelas yah....

Keempat : "...yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi", Guntur Romli melaporkan si profesor atas nama pribadi. Eko Kuntadhi juga bisa melaporkan si profesor secara pribadi untuk postingan yang sama. Ke-9 orang itu semuanya bisa melaporkan si profesor hanya dengan 1 unggahan saja. Karena caption dia menyatakan "SATU per SATU dicicil massa" sambil tertawa. Artinya setelah foto yang dicakra merah, akan ada foto lain yang dicakra merah lagi. Wajar ga kalau 8 orang lain selain Ade Armando merasa takut diri mereka bernasib dipukuli di telanjang?

Tapi di atas itu hanya pandangan saya sebagai seorang awam dan bukan pakar hukum, tapi pernah mengalami dilaporkan dan melaporkan.

Pasal 45b UU ITE itu hukumannya memang kurang dari 5 tahun. Tapi dalam hal ini, lama atau sebentarnya masa hukuman bukan yang utama. Putusan Hakim yang menyatakan "bersalah" itulah yang paling utama. Karena putusan itu mampu mematikan karir si profesor, menstigma dia sebagai orang yang mendukung kekerasan dan orang yang tidak punya empati. Putusan itu membuktikan bahwa si profesor terbukti telah mencemarkan nama baik dirinya sendiri.

Saran saya untuk si profesor sebaiknya berendah hati saja. Minta maaf dan akui salah. Karena semakin dia melawan, semakin keras upaya pihak Guntur Romli mengirimkan dirinya ke penjara. Jika dia seorang muslim yang meyakin bahwa Allah SWT Maha Tahu, niat hakiki dia saat memposting foto itu tak bisa disembunyikan. Tuhan yang telah mengangkat harkat martabat dia dengan menempatkannya sebagai seorang guru besar di sebuah universitas ternama sekelas UGM, seharusnya dijaga dengan sikap. Fokus saja mengajar, jangan sampai ikut-ikutan kayak anak-anak main media sosial.

Saya pikir, semarah apapun seseorang, jika kita tulus meminta maaf, pasti akan dimaafkan. Permasalahnya, pengancaman ini sudah masuk ke ranah pidana, walaupun Guntur Romli memaafkan, ya hukum tetap berjalan, kecuali jika Guntur Romli mencabut laporan.

Sebenarnya Si Profesor, Guru Besar FMIPA UGM Deg-Degan Juga...

Sumber Utama :  https://seword.com/umum/sebenarnya-si-profesor-guru-besar-fmipa-ugm-deg-xwv7umNcTc

5 Bulan Penjara untuk Ferdinand Hutahaean

Perjalanan kasus penistaan agama yang menyeret nama Ferdinand Hutahean sudah mendekati babak akhir. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pun sudah memberi hadiah kepadanya yakni vonis 5 bulan penjara.

Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi dan dari proses persidangan yang berlangsung, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa mantan Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat itu terbukti bersalah melalui cuitannya yang berdampak pada timbulnya keonaran di tengah masyarakat.

"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Ferdinand Hutahaean dengan pidana penjara selama lima bulan dikurangi masa tahanan," ujar Hakim Ketua Suparman Nyompa.

Memang kalau zaman dulu, kita sering mendengar istilah 'mulutmu harimaumu'. Yang artinya orang kalau tidak pandai menjaga perkataannya, bisa-bisa apa yang dia sampaikan tersebut mencelakakan dirinya sendiri.

Nah di zaman sekarang, dengan adanya kemajuan teknologi informasi, istilah itu diperluas lagi menjadi 'Medsosmu harimaumu'.

Kalau tidak hati-hati main Medsos, seperti buat cuitan, bikin status di Facebook, unggah foto di IG, follow akun sembarangan dan segala macamnya, bisa saja berujung bully dan masuk penjara.

Kita ambil contoh mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring. Karena kurang hati-hati main Medsos, pada 2014 lalu ia dibully secara nasional oleh netizen lantaran follow akun porno.

Kenapa dia dibully?

Karena kalau melihat dari background-nya dan dengan apa yang dia lakukan itu agak bertentangan.

Pertama, si Tifatul ini merupakan salah seorang eks pimpinan partai yang berbasis Islam yakni PKS.

Kedua, ia sering berdakwah menyampaikan ajaran agama Islam di masjid-masjid.

Tapi kelakuannya mengikuti akun parno. Kan gak lucu.

Begitupun dengan Ferdinand Hutahean. Hanya karena grasak-grusuk main Medsos, ia jadi penghuni hotel prodeo.

Lalu, apa cuitan Lae Ferdi itu, sehingga membuatnya masuk penjara?

"Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa. Maha segalanya. Dialah pembelaku selalu dan Allahku tidak perlu dibela".

Hanya 23 kata itu doang, 5 bulan penjara ferguso.

Mungkin Ferdinand buat cuitannya itu sekitar 1 sampai 10 menit. Tapi efeknya luar biasa, 5 bulan gak bisa hidup bebas. Hehehe

Silahkan pembaca Seword nilai sendiri, vonis itu adil atau tidak buat Lae Ferdi.

Dan penulis yakin banget, Ferdinand gak akan menyangka kalau cuitannya itu bakal berujung penjara.

Itu artinya apa? Dia percaya bahwa yang disampaikannya tersebut bukan merupakan penistaan agama.

Hanya saja persepsi orang serta majelis hakim beda sama dia.

Apalagi pasal yang digunakan adalah 'pasal karet'. Tidak ada standar baku untuk menentukan mana perkataan yang termasuk ujaran kebencian dan mana yang tidak.

Jadi benar-benar tergantung sama persepsi Majelis Hakim.

Lantas, siapa yang melaporkan Ferdinand ke polisi kala itu?

Siapa lagi kalau bukan Ketua KNPI yang pernah digebukin debt collector, Haris Pertama.

Haris menilai Ferdinand tidak Pancasilais sehingga ia layak berurusan dengan aparat penegak hukum.

Sempat juga terjadi beberapa drama waktu itu.

Pertama, Ferdinand mengaku mualaf (masuk agama Islam) sejak 2017.

Hanya saja, kalau melihat brosurnya saat mengikuti Pileg 2019 lalu, di situ tertera 'Ferdinand Hutahean, Batak dan Kristen taat'.

Jadi untuk sekarang ini, hanya dia dan Tuhan-lah yang tahu apa agamanya sebenarnya.

Drama kedua, Ferdinand sempat menolak untuk ditahan pasca ditetapkan sebagai tersangka. Ia pun menjadikan kondisi kesehatannya yang kurang baik waktu itu sebagai alasan penolakannya tersebut.

Tapi polisi cerdik juga. Diturunkanlah tim dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan mantan pendukung Prabowo di Pilpres 2019 itu.

Hasilnya, Ferdinand baik-baik saja alias dalam kondisi yang fit. Sehingga ia dinyatakan layak untuk ditahan. Hahaha

Kalau diperhatikan, memang selama ini ada banyak orang yang memakai alasan sakit untuk menghindar dari jerat hukum.

Mulai dari Setya Novanto beserta istrinya, Tomi Adrian (tersangka korupsi proyek rumah DP Nol), hingga Ardian Noervianto (tersangka korupsi kasus suap pengajuan dana Pemulihan Ekonomi Nasional).

Semuanya mendadak sakit ketika hendak diperiksa KPK. Tapi ketika menikmati duit hasil korupsi, sehat-sehat saja.

Termasuk Indra Kenz yang mangkir dari panggilan Bareskrim Polri dengan alasan berobat ke Turki. Kwkwkwk

-o0o-

Namun sekarang nasi sudah menjadi bubur. Ferdinand pun sudah dipenjara selama 3 bulan lebih.

Artinya apa? Tanpa mendapatkan potongan masa tahanan pun dia sebentar lagi juga bakal keluar.

Tinggal lagi, pelajaran apa yang bisa dipetik dari kejadian yang menimpa Lae 'Semvak Merah' itu?

Yakni hati-hati benar dalam bikin cuitan atau postingan di Medsos. Atau dengan kata lain, mikir dulu sebelum posting.

Karena, meskipun negara kita menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan berpendapat, di pasal 27 ayat 3 UU ITE disebutkan bahwa setiap orang dilarang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik.

5 Bulan Penjara untuk Ferdinand Hutahaean

Sumber Utama : https://seword.com/umum/5-bulan-penjara-untuk-ferdinand-hutahaean-gXNKt2qqL3

Masuk Pak Eko! Eko Patrio Skakmat M Luthfi Soal Anak Buahnya Jadi Tersangka Korupsi Migor

Tentu masih segar di ingatan kita kala itu, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana membisiki Mendag M Luthfi bahwa hari Senin 21 Maret 2022 sudah ada calon tersangka kasus korupsi minyak goreng.

Wisnu menyampaikan informasi itu saat Kemendag rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR pada Kamis 17 Maret 2022. Yang bisikan dari anak buahnya itu kemudian dibocorkan oleh M Luthfi ke peserta rapat.

Namun setelah waktu yang ditunggu-tunggu tiba yakni hari Senin, baik KPK, Polri dan Kejaksaan Agung tidak ada tanda-tanda akan menetapkan tersangka korupsi.

Terakhir, karena memberi janji palsu, Mendag pun kena bully netizen.

"BACOT doang gede" ujar pemilik akun Twitter @Sarusy2

"Tapi janji tinggal janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi" lanjut pemilik akun Twitter @IskandarMocht16

Eh ternyata, sungguh diluar dugaan, yang bisikin itulah yang jadi tersangka.

Selasa (19/4) penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung menetapkan Wisnu Wardhana sebagai tersangka korupsi.

Ia disebut korupsi memberikan fasilitas ekspor CPO dan produk turunannya seperti minyak goreng ke tiga perusahaan yakni PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Musim Mas dan Permata Hijau Grup.

Memang berdasarkan peraturan yang ada, kegiatan ekspor itu diperbolehkan. Bahkan semakin banyak ekspor barang ke luar negeri akan semakin baik. Karena akan menumbuhkan perluasan pasar domestik, investasi, serta menambah devisa negara.

Akan tetapi, tetap ada aturan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi ferguso.

Sedangkan ketiga perusahaan itu menurut Kejaksaan Agung tidak memenuhi syarat untuk ekspor seperti yang telah ditentukan.

Artinya sudah jelas pelanggaran apa yang mereka perbuat.

Kemudian, ketiga perusahaan itu tidak mendistribusikan minyak goreng ke dalam negeri sebagaimana peraturan yang ada yakni 20 persen dari total ekspor.

Di samping itu juga, ketiga perusahaan tersebut mendefinisikan harga tidak sesuai dengan harga penjualan di dalam negeri.

Jadi memang yang ada di benak mereka benar-benar prinsip ekonomi yakni cari untung sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat luas.

Atau dengan kata lain tiga perusahaan ini beserta Wisnu Wardhana menganut paham individualisme yakni selalu mementingkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.

Penulis sih bersyukur banget mereka ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Biar ikut merasakan juga gitu bagaimana menderitanya masyarakat akibat minyak goreng langka.

Termasuk ketika Eko Patrio skakmat Luthfi, penulis setuju.

Menurut politisi PAN itu, praktek suap ekspor CPO sebenarnya bisa dicegah jika menteri perdangangannya bisa mendeteksi kecurangan sejak awal.

Tapi ternyata menterinya slow respon.

Untung Kejaksaan Agung Gercep alias gerak cepat, sehingga mafia minyak goreng yang selama ini bikin penasaran banyak orang akhirnya muncul ke permukaan.

Eko pun menuding dengan ditangkapnya Wisnu menunjukkan bahwa masih banyak mafia berdasi di negeri ini yang mempermainkan nasib rakyat.

"Kejadian ini pasti sangat menyakitkan bagi konsumen yang pada gilirannya menciptakan sikap antipati dan distrust terhadap pemerintah terutama Kementerian Perdagangan," ujarnya dengan nada kesal.

Terakhir, karena di Kementerian Perdangangan sendiri ada mafia minyak goreng, Eko meyakini bahwa masyarakat akan semakin ragu dengan kebijakan yang dibuat oleh Kemendag.

"Karena toh internal Kemendag sendiri yang menjadi sumber masalah yang dihadapi rakyat," lanjutnya.

Luar biasa.

Salut sama pak Eko!

Dan yang bikin tambah salut lagi, ini bukan kali pertama lho Eko sibuk ngurusin minyak goreng.

Sebelumnya, ia juga menagih janji Mendag yang katanya akan ada tersangka mafia minyak goreng pada hari Senin.

Dengan nada lantang Eko pun mengingatkan Mendag agar jangan PHP lagi. Karena di-PHP minyak goreng itu sakitnya tuh di sini. Kwkwkwk

Ternyata Eko tidak hanya gahar di media saja tapi terhadap Menteri Perdagangan tidak kalah garangnya.

Tidak sia-sia PAN memilih dia sebagai kader.

Selama ini orang banyak menyangsikan kapasitas anggota dewan dari kalangan artis.

Apalagi pasca 'Makhluk Tuhan Paling Seksi' Mulan Jameela terpilih jadi anggota DPR, makin sanksilah orang.

Masa sudah jadi wakil rakyat tapi masih terima endorse kacamata? Kan gak lucu. Hehehe

Tidak pelak, Mulan pun langsung kena sentil KPK kala itu.

Kembali ke Pak Eko tadi, sudah saatnya dia naik kelas. Menjadi Cawagub DKI.

Hidup Pak Eko!

Masuk Pak Eko! Eko Patrio Skakmat M Luthfi Soal Anak Buahnya Jadi Tersangka Korupsi Migor

Sumber Utama : https://seword.com/umum/masuk-pak-eko-eko-patrio-skakmat-m-luthfi-soal-wmoRk6otto

Wuih, Kader Partai Demokrat Ajak "Adu Banyak" Kader Partai yang Korupsi Nih!

Kamhar Lakumani, politisi Partai Denokrat (PD) mendadak meminta agar masyarakat mau kembali percaya kepada Partai Demokrat, khususnya sambil menyinggung soal kader partai yang tersangkut korupsi pada masa lalu, dimana saat itu PD dipimpin Anas Urbaningrum dan ... jangan lupa siapa Presiden RI saat itu.

Begini tepatnya cuplikan pernyataan Kamhar saat berada di program Gaspol! di YouTube Kompas.com, Selasa (19/4/2022).

"Penting pada publik untuk dilakukan edukasi, meningkatkan literasi, coba cek dan ricek informasinya, compare parpol satu dengan yang lain yang kader-kadernya tersandung kasus korupsi sebenarnya partai mana yang paling banyak."

Seakan baru pemanasan, Kamhar yang saat ini menjabat sebagai Deputi Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat itu mulai terlihat menyerang dengan berkata:

"Termasuk ketika situasi sedang mengalami keadaan darurat ketika pandemi Covid-19, rakyat harusnya dibantu malah menyolong bantuan sosial (bansos) itu partai mana?”

Yaelah Pak .. Paaak ... sebut saja nama partainya dan nama orangnya siapa saja. Kok nanggung begitu saat mau strikes back sih. Nanti orangnya nggak kerasa lho kalau disindir dengan nanggung kayak gitu. Hahaha...

Lagipula, bicara soal kader partai korupsi ya kalau mau dibongkar semua, rasanya di setiap periode kepemimpinan presiden selama 5 tahun, pasti terdengar ada kader partai yang korupsi kok. Nggak usah main banyak-banyakan dan menuding partai lain deh, karena kalau disesuaikan konteksnya, setiap pelaku korupsi sebenarnya kan mencoreng nama partai masing-masing juga. Betul?

Lha gimana, apa Ketum PD yang masih belia dan minim pengalaman itu berani buka-bukaan dengan apa yang terjadi pada era SBY sampai hari ini? Mulai dulu deh, baru nanti nantangin partai lain buat blak-blakan dan adu kader dari partai mana yang paling banyak korupsi, trus masuk penjara bareng-bareng.

Sebenarnya, dengan menudingkan jari ke partai lain, tanpa sadar sedikitnya Pak Kamhar sedang mengarahkan "tiga jarinya" ke arah diri sendiri, dengan fakta bahwa sampai hari ini kondisi PD juga nggak lebih baik dari Golkar, Gerindra, atau PDI Perjuangan misalnya.

Lupakah dia dengan cara AHY naik sebagai Ketum PD beberapa waktu lalu? Bagaimana dengan prestasi kader berusia muda di Kalimantan Timur yang tersangkut korupsi belum lama ini, hasil kongkalikong dengan pejabat daerah setempat?

Sudah lupa jugakah dia dengan kader PD tempo doeloe yang diduga kuat membawa perkakas Kemenpora, bahkan sempat ditagih buat mengembalikan semua perkakas itu? Mau adu banyak perkakas atau gimana? Hayuuk!

Jangan lupakan pula "dosa abadi" yang dulu pernah terjadi pada kader PD yang tertangkap kamera tidak hafal lagu Indonesia Raya, tapi masih bisa cengegesan itu? Meski kalau ditelisik bisa jadi ada kader partai lain yang tidak hafal lirik Indonesia Raya ... atau Pancasila ... tapi kan yang ketahuan kan kader dari partaimu, Pak Kamhar?


Bagi saya, ketika suatu perbuatan sudah terjadi, mau kapan terjadinya itu bagian dari masa lalu. Apalagi kalau orangnya sudah dihukum dan berada di penjara, ya sudah tentu tidak akan cawe-cawe lagi di kebijakan partainya.

Namun, jangan lupa lho Pak Kamhar bahwasanya masih ada misteri yang belum terkuak dari kasus korupsi Wisma Atlet yang melibatkan beberapa elit PD saat itu. Ini kalau para terdakwanya, termasuk Mbak Angie yang sudah bebas berani bersuara untuk membuka siapa dalang besar kasus itu, apa Sampeyan yakin para elit partaimu sekarang tidak ada yang terlibat?

Lagipula, jangan sok bicara integritas dan meminta masyarakat obyektif deh, karena dua perkara tadi kalau dikembalikan untuk menilai kualitas kader PD saat ini, dengan segala dinamika yang pernah terjadi belakangan ini, kok berpotensi diragukan oleh publik ya? Kalau nggak percaya, silakan buat semacam polling atau survei, tapi yang profesional ya, jangan survei di kalangan internal partaimu.


Akhirnya, saya berani taruhan kalau setiap kasus korupsi dibongkar dan partai asalnya diminta membubarkan diri, mungkin bisa jadi jumlah partai yang tersisa di negeri ini tidak sampai seperempatnya. Ada yang berani dan niat bikin survei untuk membuktikan? Mungkin penelusuran bisa dimulai dari Partai Demokrat, sekalian menguji klaim dari Pak Kamhar tadi.

Wuih, Kader Partai Demokrat Ajak "Adu Banyak" Kader Partai yang Korupsi Nih!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/wuih-kader-partai-demokrat-ajak-adu-banyak-6ypfchvtO8

Pernyataan Ketua BEM SI Ini Sangat Memalukan Diri dan Almamaternya

Miris dan sangat memalukan!

Itulah kesan pertama ketika penulis mendengar pernyataan Kaharuddin yang merupakan Presiden BEM Universitas Riau sekaligus menjabat sebagai koordinator aksi demo 11 April di Jakarta dalam video berikut ini:

Coba perhatikan dengan seksama video pernyataan Ketua BEM SI sekaligus koordinator akse demo tanggal 11 April lalu di Jakarta yang bernama Kaharuddin di bawah ini:

Dalam acara tersebut, Kaharuddin yang kelahiran Maret 1999 tapi malah memuji Orde Baru dengan mengatakan kita memperoleh kebebasan dan kesejahteraan di zaman tersebut.

Seorang pemuda berusia 23 tahun memuji pemerintahan Orde Baru. Ngakak!

Sungguh sangat memalukan jika seorang Presiden Mahasiswa “buta sejarah” di Indonesia khususnya tentang Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia selama ini.

Mungkin ada yang membelanya dengan mengatakan bahwa Kaharuddin adalah mahasiswa Matematika jadi maklum dia tidak tahu sejarah.

Apakah Kaharuddin tidak pernah bertanya kepada dosen seniornya di Unri yang merupakan saksi mata bagaimana susahnya hidup di zaman Orde Baru?

Lagi pula, Ini sudah tahun 2022, dimana teknologi sudah berkembang pesat sehingga kita bisa mencari semua informasi yang tak terbatas hanya melalui handphone jadi sungguh sangat lucu jika Kaharuddin tidak tahu tentang kekejaman di zaman Orde Baru.

Apakah Kaharuddin pura-pura tidak tahu sejarah jika Soeharto, penguasa Orde Baru adalah seorang diktator terkaya di dunia? Sumber

Article

Apakah Kaharuddin pura-pura tidak tahu jika Soeharto, penguasa Orde Baru adalah seorang diktator terkorup abad ke-20 di dunia?

Article

Apakah Kaharuddin pura-pura tidak tahu jika pada halaman majalah Forbes tanggal 31 Agustus 2015, memuat nama Soeharto sebagai pemimpin negara paling korup sedunia karena selama 31 tahun masa jabatannya, negara Indonesia merugi sebesar USD 35 miliar (setara Rp 457 triliun) dan harta tersebut mengalir deras kepada keluarga Cendana? Sumber

Gimana logikanya, rakyat Indonesia bisa hidup sejahtera di masa Orde Baru sedangkan penguasa Orde Baru adalah seorang diktator terkorup?

Jadi ingat pernyataan Hamzah Haz tentang Orde Baru.

Hamzah Haz, mengatakan, bila dulu pemerintahan Orde Baru sudah benar, tentu tidak akan jatuh. Justru Orde Baru banyak melakukan kesalahan.

"Bila ada yang mengatakan lebih enak masa orde baru, itu aneh. Justru akibat orde barulah kita semua sengsara saat ini," kata Hamzah. Sumber

Menurut Hamzah, pada masa Orde Baru banyak sekali kebijakan yang keliru. Dari segi pendidikan, misalnya, biaya sekolah hingga tingkat menengah pertama seharusnya tidak dipungut bayaran. Akibatnya, yang dapat mengecap pendidikan itu hanya anak orang kaya. Di pulau Jawa saja, 80 persen penduduknya hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP).

"Pembangunan pun hanya tersentralisir di daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Di luar daerah itu, semuanya ketinggalan," cetusnya. Sumber

Belum lagi soal demokrasi, hukum, dan pemerataan, yang tidak dihiraukan. Dulu hanya satu partai politik saja yang boleh menang, yaitu Golkar.

Bahkan, seorang pengamat politik LIPI dengan tegas mengatakan hanya orang gila yang mau kembali ke rezim Orde Baru. Sumber

Article

Kaharuddin juga sengaja mengaburkan fakta sejarah dengan mengatakan jika pada masa Orde Baru kita memiliki kebebasan!

Apakah Kaharuddin masih ingat sejarah kekejaman Soeharto terhadap Ulama dan umat Muslim di Indonesia?

Pada tanggal 1 Mei 1978, ada tim khusus yang dikirimkan dari Jakarta ke Aceh untuk membawa Ulama paling berpengaruh di Aceh saat itu yaituTengku Daud Beureueh ke Jakarta yang dipimpin Letnan Satu Sjafrie Sjamsoeddin.

Di masa Soeharto, seorang Ulama asal Banten yang bernama Abuya Dimyati pengasuh sebuah Pesantren di Cidahu, Padeglang juga ditangkap polisi. Beliau divonis bersalah dan dihukum penjara selama enam bulan penjara. Seorang Ulama asal Banten lainnya Kiai Sarmin juga menerima tindakan kekerasan di masa Soeharto.

Di Kalimantan Selatan, Safriansyah alias Kai Amang dan Jamhari Arsyad yang merupakan pegawai Departemen Agama di Amuntai, kabupaten Hulu Sungai Utara sekarang pernah merasakan "otoriternya" Soeharto. Setelah Pemilu, Kai Amang dipecat, sementara Jamhari Arsyad dimutasi ke Kabupaten Barito Kuala yang terisolir di masa Orde Baru itu. Sumber

Dan umat Islam juga tidak akan pernah lupa berapa banyak korban yang ditembak oleh aparat dalam peristiwa Tanjung Priok pada tahun 1984 saat Soeharto masih berkuasa di Indonesia…

Article

Kaharuddin masih berani mengatakan ada kebebasan di zaman Orde Baru setelah melihat jejak digital kekejaman penguasa Orde Baru di bawah ini?

Article

Bahkan, Bung Tomo, seorang orator yang membakar semangat arek-arek dalam pertempuran Surabaya yang bersejarah itu ternyata pernah dibui karena memprotes pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Pada tahun 1978, Siti Hartinah (istri Soeharto), sedang sibuk merancang pembangunan TMII. Bung Tomo mendapat informasi bahwa Bu Tien meminta para pengusaha memberikan 10 persen keuntungan usahanya untuk pembangunan TMII. Lalu Bung Tomo menyampaikan informasi itu dan mengkritik pembangunan TMII itu dalam setiap pidatonya.

Sehingga pada 11 April 1978, Bung Tomo ditangkap dengan tuduhan melakukan tindakan subversif. Ia dikerangkeng tanpa proses pengadilan di Penjara Nirbaya, Pondok Gede. Turut mendekam dalam jeruji di sana, Pakar Hukum Tata Negara Ismail Sunny yang juga dikenal kritis terhadap Orde Baru. Sumber

Article

Jadi, masih percaya ocehan Kaharuddin yang mengatakan jika pada masa Orde Baru, rakyat memiliki kebebasan?

Mungkin informasi sekilas tentang kelakuan Orde Baru di atas terlalu susah untuk bisa diterima dan dicerna oleh seorang kaharuddin yang merupakan Presiden BEM.

Logika sederhana saja deh…

Jika Orde Baru memang benar lalu kenapa mahasiswa menurunkan Soeharto pada tahun 1998 lalu?

Sungguh sangat kontradiktif bukan?

Tahun 1998, Soeharto, penguasa Orde Baru diturunkan oleh Mahasiswa tetapi pada tahun 2022, seorang mahasiswa bernama Kaharuddin, Presiden BEM SI malah memuji Orde Baru.

Apakah ini artinya, Kaharuddin adalah “simpatisan” Orde Baru yang tidak suka dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang menyita asset anak Soeharto yang bernama Tommy Soeharto sebesar Rp 2,42 triliun? Sumber

Article

Jangan pura-pura tidak tahu jika Tommy memiliki utang ke negara sebesar Rp 2,6 triliun terkait kasus BLBI. Sumber

Article

Bahkan anak Soeharto lainnya yang bernama Bambang Trihatmodjo malah berani meminta Menkeu (Sri Mulyani) untuk stop menagih utang talangan SEA Games 1997 sebesar Rp 35 miliar. Sumber

![Foto](https://fl.daisi.id/uploads/img/Bambang-Soeharto-utang-35-M.png

Enak banget ya minta negara menghentikan tagihan utang kepada anak Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun di Indonesia!

Akhir kata, rakyat sudah bisa menilai sendiri bagaimana “kualitas” Kaharuddin, Presiden BEM Unri, sekaligus koordinator aksi demo di Jakarta yang memuji Orde Baru.

Masih percaya murni membela kepentingan rakyat?

Pernyataan Ketua BEM SI Ini Sangat Memalukan Diri dan Almamaternya

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pernyataan-ketua-bem-si-ini-sangat-memalukan-diri-yBCnUR7rOB

Momentum Ketua BEM SI Berhalusinasi, Mewakili Suara Kalian Juga Kah?

Sedih memang kalau kita melihat kualitas Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau Ketua BEM SI yang hanya sebatas kualitas sosok Kaharuddin yang tidak memahami sejarah politik Indonesia. Pernyataan Ketua BEM SI Kaharuddin di acara Hotroom yang dipandu Hotman Paris yang mencubit isu kesejahteraan dan kebebasan di jaman Jokowi sekarang lalu dia menyatakan bahwa di jaman Orde Baru rakyat Indonesia mendapatkan kesejahteraan dan kebebasan, berakibat fatal tak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh BEM SI.

Namun yang ingin saya soroti di sini bukan pernyataan Kaharuddin tentang jaman orde baru yang menurutnya telah memberikan kesejahteraan dan kebebasan, tetapi saya ingin menyoroti adalah pernyataan dia berikutnya yang mempertanyakan, "Hari ini apakah kita peroleh kesejahteraan? Apa kita peroleh kebebasan?" dan ketika Hotman bertanya, "Menurut anda sekarang gimana, apakah kesejahteraan dan kebebasan sekarang ini sudah diperoleh?". Kaharuddin menjawab, "Ya dikatakan diperoleh BELUM MERATA kan?". Sekarang saya ingin bertanya pada pembaca Seword semua, "Apakah mungkin satu hari nanti, di masa depan, kesejahteraan rakyat Indonesia bisa merata? Dan apa alat ukur yang dipakai untuk bisa menyatakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sudah merata?"

Tuntutan pemerataan kesejahteraan rakyat Indonesia ini sebenarnya tidak hanya digaungkan oleh BEM SI saja, tapi juga digaungkan oleh semua orang yang berhalusinasi berimaginasi bahwa seluruh 275 juta rakyat Indonesia akan berada pada tingkat kesejahteraan yang merata. Jika kita bisa sedikit saja jujur pada diri sendiri, dengan cara berhalusinasi "kita diposisi sebagai Presiden Indonesia", adakah dari kalian semua yang mampu menjabarkan langkah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan atas seluruh anggaran pendapatan dan belanja yang dimiliki oleh negara Indonesia untuk mencapai kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia? Jawabannya sangat sederhana, "namanya berhalusinasi apa sih yang ga bisa?". Karenanya selama para mahasiswa itu berhalusinasi, maka aksi demonstrasi seperti kejadian 11 April kemaren akan terus berulang.

Tak hanya kelompok mahasiswa, kelompok buruh dan kelompok agamis yang rajin berdemonstrasi, juga kerap menggaungkan tajuk unjuk rasa dengan tuntutan kesejahteraan yang merata. Tapi kalau kita tela'ah lebih dalam sedikit saja, tidakkah menuntut pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia sama dengan menuntut negara untuk mengimplementasikan sistem ekonomi sosial yang pada akhirnya akan menuju pada sistem ekonomi komunisme? Karena ketika kita bicara tentang kesejahteraan, artinya kita berbicara tentang ekonomi. Dan hanya ideologi ekonomi komunisme yang mengatur sistem sosial ekonomi yang didasarkan pada kepemilikan komunal (bersama), baik di lingkup pemerintahan atau kehidupan rakyatnya.

Kalau bukan ideologi ekonomi komunisme, pasti ideologi ekonomi iri-isme. Melihat para pengusaha, apalagi pengusaha keturunan cina, kaya raya, mereka iri. Melihat para penjabat negara kaya raya, mereka iri. Melihat tetangga lebih kaya, mereka iri. Kompilasi rasa iri ini melahirkan tuntutan pemerataan kesejahteraan. Seperti itukah maksud dan tujuan dari demo mahasiswa 11 April kemaren? Atau dari pembaca Seword juga ada yang menuntut hal yang sama?

Di Indonesia itu, sistem perokonomiannya didasarkan pada sila ke-5 dari Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan bukan pemerataan kesejahtaraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Amanat Konstitusi (pembukaan UUD 1945) aliena ke 2 menyatakan ; "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat dan sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur", tidak menyatakan "... menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka dan sejahtera". Sementara UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan ; "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan", bukan penghidupan yang sejahtera secara merata.

Tidakkah kita bertanya, "Tuntutan mahasiswa atas kesejahteraan yang merata, seperti yang disampaikan Ketua BEM SI ini, dasarnya apa? Halusinasi?". Seperti saya sampaikan di atas, "namanya berhalusinasi apa sih yang ga bisa?". Artinya gerakan demonstrasi para mahasiswa BEM SI ini konyol dan sia-sia, cuma bikin ricuh gaduh sampai adanya pemukulan pada Ade Armando segala. Masih mau diteruskan berdemo menuntut kesejahteraan yang merata???

Para pendiri negara Indonesia yang kita cintai ini tidak pernah menjanjikan mewujudkan Indonesia mencapai kehidupan rakyatnya sejahtera secara merata. Bagaimana kemudian para mahasiswa BEM SI ini menuntut Presiden Jokowi atas kesejahteraan yang merata?

Pada acara Hotroom Hotman Paris, Ketua BEM SI menagih janji kampanye Presiden Jokowi. Dan ketika ditanya, "janji kampanye yang mana yang belum dipenuhi?". Kaharuddin menjawab, "silahkan lihat kembali visi misinya....". Nih yah saya copaskan visi dan misi janji kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 :

Visi: Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

Misi:

  1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.
  2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
  3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.
  4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
  5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
  6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
  7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.
  8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
  9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Adakah janji tentang mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia? Tidak ada! Namun, jika ke-9 misi di atas tercapai, maka destinasi akhir dari misi ini akan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Itupun bukan menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan masing-masing rakyat tergantung dari seberapa tekun setiap rakyat itu berusaha dan berupaya.

Si Ketua BEM SI ini memang haluuuuuuu.... bagaimana dia akan bisa mencapai kehidupan pribadinya sejahtera kalau kuliah saja bolos melulu karena sibuk berdemo. Dia pikir dengan berdemo bisa menciptakan kesejahteraan diri sendiri? Uuumm.... bisa jadi sih, ha ha ha... namanya juga halusinasi. Why not?

Momentum Ketua BEM SI Berhalusinasi, Mewakili Suara Kalian Juga Kah?

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/momentum-ketua-bem-si-berhalusinasi-mewakili-626rZVlMUm

Waspada! AS Ada Udang di Balik Batu Lewat Laporan HAM di Indonesia?

Menteri Luar Negeri AS Antony J Blinken merilis laporan bertajuk '2021 Country Reports on Human Rights Practices: Indonesia'. Ini laporan khusus tentang pelanggaran HAM di Indonesia.

Salah satu hal yang dirilis dalam laporan tersebut adalah dugaan pelanggaran HAM yang menyangkut aplikasi PeduliLindungi.

Aplikasi PeduliLindungi menyimpan informasi yang berkaitan dengan status vaksinasi individu dan terdapat informasi yang dikumpulkan oleh aplikasi dan bagaimana data tersebut digunakan oleh pemerintah. Petugas keamanan juga dianggap sering melakukan pengawasan tanpa adanya surat perintah terhadap seseorang dan pelacakan tempat tinggal serta memantau panggilan telepon mereka.

Bukan hanya itu saja, yang paling mencolok adalah sikap AS yang menyoroti pemerintah Indonesia yang melarang keberadaan FPI di dalam negeri pada Desember 2020. Selain itu AS juga menyoroti pemanggilan para pengurus BWM UI usai menyebut Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service pada Juni 2021.

Perlu kalian ketahui AS termasuk salah satu negara yang bermuka dua di dunia ini, sama sifatnya dengan partai yang mengusung agama tapi diam-diam bikin kacau. Dua-duanya punya kesamaan, apa pun yang mereka katakan salah, biasanya berarti benar dan berlaku pula sebaliknya.

Kalau kalian melihat sejarah, maka AS adalah negara yang sangat kepo. Kapan pun dua negara berseteru, AS selalu ada di tengah-tengah dan ikut campur. Alasan mereka adalah mendamaikan atau menengahi, tapi sebenarnya menambah bumbu pedas ke dalam konflik.

AS takut terjadi penyebaran pengaruh dari negara yang tidak mereka sukai, tapi seenaknya menyebarkan pengaruhnya ke negara lain.

Lihat saja konflik Rusia dan Ukraina. Ukraina hanya jadi alat NATO untuk menekan Rusia. Padahal mereka bisa saja memilih tidak ikut campur. Justru kehadiran AS di dua negara yang berkonflik hanya akan memperparah konflik itu. AS punya banyak kepentingan di berbagai belahan dunia. Ambisi inilah yang membuat banyak negara oposisi resah. Di balik ambisi ini, selalu saja ada negara yang jadi korban.

Bicara soal HAM, AS munafik karena justru jadi pelanggar HAM terbesar di dunia. Lihat saja saat mereka menginvasi Irak dengan alasan ada senjata pemusnah massal, tapi nyatanya tidak ada. Lihat saja saat AS tinggalkan Afghanistan. Belum lagi banyaknya kasus pelanggaran HAM di dalam negeri AS sendiri. Mereka teriak HAM, justru merekalah pelanggar HAM.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menyebut AS tidak pernah berperan dalam setiap kasus pelanggaran HAM di Indonesia, sehingga tak pantas untuk menilai situasi HAM di Indonesia. Laporan situasi HAM di Indonesia yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri AS hanya alat politik yang dilakukan pejabat pemerintahan negara tersebut.

Sebenarnya ini mungkin ada kaitannya dengan sikap Indonesia terhadap konflik Rusia dan Ukraina. Indonesia tetap bersikap non blok, netral dan tidak ikut-ikutan AS dan sekutunya memberi sanksi atau embargo. Indonesia juga diketahui tidak mendengar seruan agar Putin ditolak dalam pertemuan G-20. Selain itu ada kabar Indonesia akan membeli minyak dari Rusia.

AS yang terkenal kepo dan sensitif, tentu tidak senang dengan sikap ini. Dan ketidaksenangan AS ini harus diwaspadai. AS suka mengobrak-abrik sebuah negara bukan lewat perang langsung, tapi lewat propaganda, proxy war atau membiayai sebuah kelompok anti pemerintah untuk membuat negara tersebut rusuh.

Coba pikir dulu Soekarno menolak Freeport, setelah itu Soekarno digulingkan, dan setelah Soeharto menjabat sebagai presiden, Freeport menguasai tambang di Papua selama puluhan tahun. Apakah ini sebuah kebetulan? Think about it.

Pikirkan lagi, Desember 2020 lalu ada seorang bule dari Jerman yang ketahuan menyambangi markas besar FPI. Kemudian diketahui ternyata orang tersebut adalah pegawai dari badan intelijen Jerman. Apakah ini sebuah kebetulan? Apakah bule tersebut kebetulan nyasar ke sana?

AS yang merilis laporan HAM untuk Indonesia terlalu mencurigakan. Ada bau busuk yang tercium. Mungkin AS sedang merencanakan sesuatu. Sialnya, Indonesia jadi presidensi G-20 tahun ini. Jadinya serba salah dan terpaksa harus hati-hati kalau tidak ingin jadi sasaran empuk atau bahkan dijadikan seperti Ukraina kedua.

Pertanyaannya kenapa AS yang sewot dengan urusan HAM di Indonesia sedangkan urusan HAM di AS saja masih carut marut? Kenapa FPI seolah dibela?

Bagaimana menurut Anda?

Waspada! AS Ada Udang di Balik Batu Lewat Laporan HAM di Indonesia?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/waspada-as-ada-udang-di-balik-batu-lewat-laporan-Wy8QzfhhJt

Ratapan Pilu Ibunda Abdul Latip, Tersangka Pengeroyok Ade Armando

Kasih Ibu sepanjang jalan. Ungkapan itu memang bukan hanya sekedar ungkapan. Melainkan menggambarkan betapa besarnya kasih sayang dan perjuangan seorang ibu, mulai dari hamil, melahirkan, hingga membesarkan anaknya.

Bahkan ketika sang anak sudah beranjak dewasa pun, seorang ibu tetaplah seorang ibu yang selalu khawatir ketika anaknya di luar rumah. Ibu yang selalu rindu ketika anaknya tak kunjung pulang.

Hal yang sama juga dirasakan ibunda Abdul Latip, Aminah (50), yang menangis saat mengungkapkan kerinduan kepada anaknya yang kini menjadi tersangka pemukulan Ade Armando. Aminah berharap anaknya bisa dipulangkan sebelum Lebaran.

Aminah juga ingin berkomunikasi dengan Abdul Latip. Sebab, sejak Abdul meninggalkan kampung halaman di Kampung Panaruban, Desa/Kecamatan Tegalbuleud, Aminah belum pernah berkomunikasi lagi dengan putranya itu.

"Kondisi saya alhamdulillah sehat, hanya yang mengganjal sampai saat ini belum ada kontak dengan Abdul Latip. Sekarang dia ada di mana, kabarnya memang di Jakarta, tapi dari kepolisian juga belum ada kabar apa-apa. Jadi sampai saat ini belum ada kontak," ucap Aminah saat dihubungi, Rabu (20/4), dikutip dari detik.com.

Aminah mengungkapkan rindu pada anaknya. Aminah juga terdengar menangis lirih.

"Saya rindu, dia kan anak bungsu, kangen, hanya nggak tahu di mana adanya itu anak sekarang. Inginnya pulang, cepat dibebaskan sebelum Lebaran, suka inget terus. Yang diingat ya nggak nyangka saja bisa begitu nasibnya, biasanya nggak pernah ke mana-mana. Anak pendiem tapi mungkin begitu nasibnya Latip, sampai begitu," kata Aminah.

Aminah kembali mengulang kalimatnya, ia berkeinginan putra bungsunya pulang sebelum Lebaran. Ia juga kerap khawatir dengan kondisi Abdul Latip yang menurutnya belum ganti pakaian sejak pergi dari rumah.

Ironi memang, ketika seorang pelaku kriminal yang harus dihukum setimpal atas perbuatannya, meninggalkan keluarga yang justru tak tahu perbuatan dari sang pelaku. Keluarga hanya berharap sang pelaku segera dibebaskan, agar bisa lebaran di rumah, di kampung halamannya.

Itulah ketika sebuah tindakan tidak dilandasi akal sehat, hanya menimbulkan penyesalan. Saya yakin diantara para pelaku pasti sekarang menyesali perbuatannya, termasuk Abdul Latip. Tapi sesal kemudian tak ada gunanya kan?

Ketika seseorang yang dianggap pendiam di rumahnya, di lingkungan keluarganya, seperti Abdul Latip ini ternyata seolah menyimpan dendam kepada seorang Ade Armando. Mungkin dalam diamnya, Abdul Latip juga diam-diam mengikuti akun media sosial kubu sebelah, kaum sumbu pendek yang benci terhadap Ade Armando.

Abdul Latip bisa jadi terhasut dan termakan provokasi dari ulama kadrun yang menganggap bahwa opini Ade Armando tentang islam, adalah sebuah penistaan agama. Stigma penista agama itu sengaja ditempelkan karena mereka tidak mampu melakukan kontra opini terhadap Ade Armando. Mereka tidak bisa membantahnya karena argumen yang disampaikan benar adanya.

Saya yakin bahwa Aminah, ibunda Abdul Latip juga tak tahu kasus apa yang menimpa putranya. Seorang ibu yang tinggal di kampung, yang tak tahu proses hukum. Yang ia tahu hanyalah rasa rindu karena anaknya tak pulang-pulang, dan berharap anaknya bisa pulang sebelum lebaran. Tapi hal itu mustahil terwujud. Tapi realitanya begitu.

Bahkan yang ia tahu, sejak kepergian anaknya, sang anak belum ganti baju. Jujur air mata saya tak terbendung menulis ini. Bagaimana kasih sayang seorang ibu, dibalas perbuatan keji yang dilakukan hanya gara-gara termakan hasutan kelompok sebelah yang benar-benar pengecut.

Ketika semua sudah terjadi, apa para penghasut itu kemudian bertanggung jawab? Apa mereka kemudian menolong atau menyelamatkan para pelaku dari jerat hukum? Kemana mereka? Mereka sedang sibuk cuci tangan dan bersembunyi sambil menunggu kemungkinan mereka juga diciduk.

Jika sudah begini siapa yang patut disalahkan? Saya sih nggak berani menyalahlan siapa-siapa. Yang saya bisa lakukan hanya berharap, tidak ada lagi Aminah dan Abdul Latip selanjutnya di lain waktu. Untuk itu, sebelum berbuat sesuatu berpikirlah menggunakan akal sehat agar tidak menyesal di kemudian hari.

Untuk calon Abdul Latip selanjutnya yang saat ini hati kalian diliputi kebencian, karena termakan hasutan dan provokasi kaum otak separuh. Satu kata buat kalian. Tobato!

Setuju?

Ratapan Pilu Ibunda Abdul Latip, Tersangka Pengeroyok Ade Armando

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ratapan-pilu--abdul-latip-tersangka-ayHKw63OTF

Adu Kuat KA versus Mobil Terjadi Lagi, PT KAI Memang Pantas Menuntut Driver Lalai Itu

KRL KA 1077 jurusan Bogor - Jakarta Kota mengalami kecelakaan pada Rabu (20/4/22) pagi sekitar pukul 06.47. Gara-garanya ada mobil nyelonong begitu saja tanpa memperhatikan akan ada kereta api lewat di perlintasan sebidang itu.

Alhasil, serempetan antara mobil dan kereta api tersebut tidak hanya membuat perjalanan kereta terganggu, tetapi juga menyebabkan kerusakan sarana. Ini belum menghitung kerugian yang dialami penumpang KRL, yang sebagian besar dalam perjalanan untuk bekerja, yang pastinya mengalami keterlambatan karena jalur yang dipakai menjadi terganggu gara-gara kecelakaan itu.

PT KAI melalui VP Public Relations KAI Joni Martinus pun mengatakan akan menuntut pengemudi mobil itu, yang syukurlah masih bisa selamat dan luput dari maut di perlintasan itu.

"KAI akan menuntut pengemudi mobil mempertanggungjawabkan tindakannya karena tidak mendahulukan perjalanan kereta api sehingga menyebabkan kerusakan sarana dan gangguan perjalanan," ujar Joni saat memberi keterangan resmi merespons adanya kecelakaan itu.

Bicara soal aturan yang jelas dilanggar oleh pengemudi mobil, rasanya masyarakat sudah tahu bahwa perjalanan kereta api harus didahulukan saat melalui perlintasan sebidang, sesuai aturan dalam UU 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian dan UU 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya Pasal 124 yang berkata:

"Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api."

Selain itu, menurut UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya Pasal 114 menyebutkan:

"Pada perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pengemudi kendaraan wajib: berhenti ketika sinyal sudah berbunyi, palang pintu kereta api sudah mulai di tutup dan atau ada isyarat lain, mendahulukan kereta api, dan memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu melintas rel."

Oya, kalau SEWORD-ers baca lansiran berita yang beredar soal kecelakaan ini, kita akan mendapati adanya pengakuan pengemudi mobil yang naas itu.memang sedang tidak fokus saat akan melewati perlintasan sebidang itu. Makanya di nyelonong begitu saja dan tampaknya baru kaget plus panik begitu menyadari kereta sudah dekat dengan mobilnya.

Masih untung mobilnya nggak berada persis di tengah rel, karena akibatnya bisa fatal dan bisa jadi pengemudi akan terluka parah hingga berpotensi pulang hanya tinggal nama kalau sampai tertabrak dengan telak persis di bagian tengah mobil. Betul?

Tanpa bermaksud menghakimi, dalam situasi seperti ini jelas si pengemudi yang lalai sehingga meyebabkan terjadinya serempetan dengan KRL itu. Maka bagi saya, supaya memberi pelajaran dan peringatan bagi yang lain, sebaiknya memang PT KAI menuntut pengemudi itu, karena tindakan lalainya sudah merugikan banyak orang. Ini bukannya sentimen loh ya, tapi bicara soal tanggung jawab. Masa' mau ngeles melulu dan lepas tangan, kepengin jadi Gubernur DKI Jakarta ya? Hahahaha...

Jadi problem utamanya memang budaya tertib yang masih kurang diterapkan oleh pengguna jalan ketika berada di sekitar perlintasan kereta api. Nggak usah ditanya berapa banyak sepeda motor atau mobil yang masih tancap gas meski palang pintu perlintasan sudah mulai turun.

Belum lagi masih ada masyarakat yang menganggap bahwa beraktivitas di sekitar rel kereta api masih diperbolehkan, tanpa menyadari bahaya yang dapat mengintai nyawa mereka. Cari saja beritanya, ada berapa banyak kecelakaan di area rel kereta api selama ini, yang sering kali merenggut jiwa, dimana tak jarang korban meninggal (maaf) dalam kebodohan mereka.


Ya, gimana tidak bodoh jika kereta api yang sudah dibuatkan jalur khusus, dengan serudukan yang mengerikan kalau sampai menubruk apa pun di sekitarnya, eh kok masih juga main nyelonong pas melewati perlintasan?

Saya kira, dengan budaya semacam ini, kalau sampai ada semacam taksi terbang atau motor terbang begitu, mungkin juga akan terjadi banyak kecelakaan pesawat terbang ... karena akan ada banyak "driver" yang susah mengalah dan memberi kesempatan pesawat untuk lewat.

Bagaimana menurut Anda soal kecelakaan ini? Sudah tepatkah atau berlebihan kalau PT KAI menuntut pengemudi lalai itu?

Adu Kuat KA versus Mobil Terjadi Lagi, PT KAI Memang Pantas Menuntut Driver Lalai Itu

Sumber Utama : https://seword.com/umum/adu-kuat-ka-versus-mobil-terjadi-lagi-pt-kai-kfZLDrmjDd

Candi Hambalang Enaknya Diapain Ya?

Sore tadi, saya iseng-iseng melihat galeri foto di laptop. Lalu nggak sengaja melihat foto prewedding kami (saya dan istri) 14 tahun yang lalu. Waktu itu kami memih lokasi foto di sebuah Candi.

Setelah melihat foto itu, tiba-tiba ingatan saya tertuju pada sebuah candi, yang sekarang mangkrak akibat korupsi besar-besaran. Ya, candi Hambalang.

Tapi kenapa pikiran saya tiba-tiba mengarah kesana ya? Apa karena saya baru saja membaca tentang usulan perobohan bangunan proyek wisma atlet itu ya?

Adalah Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) yang meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merobohkan bangunan proyek Wisma Atlet Hambalang yang mangkrak. Koordinator MAKI Boyamin Saiman menilai, perobohan itu penting agar tidak menjadi "gorengan" politik di masa yang akan datang.

Boyamin berpendapat, perobohan itu bisa dilakukan karena pemerintahan presiden Joko Widodo juga gagal meneruskan pembangunan proyek Hambalang karena terbentur putusan pengadilan.

Adapun para terdakwa dari proyek yang dibangun era presiden Susilo Bambang Yudhoyoni (SBY) ini adalah Andi Mallarangeng, Deddy Kusdinar, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Machfud Suroso, Teuku Bagus Muhammad Noor

Berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dinyatakan kerugian negara adalah total loss atau hilang secara keseluruhan dari proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional ( P3SON ) Hambalang itu.

Hal itu, diketahui dari perhitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) tahun 2020-2012 No. 120/HP/XVI/09/2014 tertanggal 11 September 2014, dikutip dari Kompas.com.

Boyamin mengatakan sebagai pencegah agar aset bangunan tak mangkrak dan jadi candi abadi, maka harus terdapat langkah hukum dari KPK untuk melakukan eksekusi dari putusan perkara tersebut dalam bentuk dirobohkan bangunan yang mangkrak. Sehingga bangunan tersebut tidak menjadi monumen kegagalan negara atau setidaknya monumen kegagalan KPK dalam melakukan proses penegakan hukum pemberantasan korupsi.

Di sisi lain, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan mereka tidak bisa secara sepihak merobohkan bangunan proyek Hambalang karena tidak berstatus sebagai barang bukti.

Untuk mengeksekusi suatu bangunan yang diduga terkait tindak pidana korupsi, harus dipastikan terlebih dahulu apakah bangunan tersebut termasuk barang bukti atau tidak. Jika bangunan tersebut merupakan barang bukti, KPK melalui Direkorat Labuksi dapat melakukan eksekusi sesuai putusan pengadilan.

Tentu saja KPK harus ngeles dengan usulan MAKI itu, sebab jika usulan itu disetujui sama saja dengan meng-amini bahwa bangunan mangkrak itu adalah wujud nyata kegagalan KPK dalam melakukan proses penegakan hukum pemberantasan korupsi.

Lagipula, meskipun para pelaku sudah terbukti bersalah dan dihukum yang berkekuatan hukum tetap, tapi "dalang"nya sampi sekarang belum terungkap. Para terdakwa hanyalah tumbal dari keserahakan yang terstruktur, keserakahan politisi busuk yang sama sekali tidak memikirkam rakyat apalgi negara. Bahkan dalangnya sampai hari ini masih melenggang bebas dan belum tersentuh hukum sama sekali.

Apalagi seorang Angelina Sondakh. Seorang wanita, kader partai yang hanya mengikuti perintah atasan. Seolah ditumbalkan begitu saja sebagai tameng bagi otak pelakunya. Setelah menjadi terdakwa, dia seolah bibuang, dilepeh dari partainya. Bahkan setelah dia bebas sekarang, kalau orang jawa bilang, para elite dan pengurus partai itu "macak gak kenal" pada Angie.

Beda perlakuan dong dengan Andi Mallarangeng.

Sebetulnya masyarakat sudah paham siapa dalang dibalik semua ini. Tapi karena belum ada bukti, dan KPK pun tampaknya juga adem ayem merasa kasus ini sudah selesai, sehingga sampai detik ini belum juga terungkap.

Tinggal menunggu keberanian Angie mengungkap dalang ini semua, menunggu keberanian KPK juga untuk mengungkap semua dan memastikan keselamatan Angie dan keluarga sebagai saksi kunci penuntasan kasus ini.

Lalu enaknya candi Hambalang diapain?

Sebaiknya jangan dirobohin lah. Keenakan pelakunya dong, bukti bahwa mereka pernah melakukan korupsi gila-gilaan jadi hilang. Nggak ada kenang-kenangannya kan...

Dengan masih adanya bangunan itu, setidaknya kita selalu mengingat dan bisa menceritakan pada anak cucu kita, bahwa pernah terjadi skandal korupsi terbesar di negeri ini dibawah kepemimpinan Presiden SBY.

Lalu menurut pembaca, Candi Hambalang enaknya diapain?

A. Dilanjutkan

B. Dibiarkan

C. Dirobohkan

D. Dijadikan Museum Korupsi

E. Dijadikan lokasi uji nyali.

F. Jawaban anda sendiri.

Tulis jawaban di kolom komentar ya.

Candi Hambalang Enaknya Diapain Ya?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/candi-hambalang-enaknya-diapain-ya-Mho5t7G0vU

Prabowo Sowan Ke Habib Luthfi, Sudah Nggak Percaya Sama Abdul Somad?

Setiap menjelang Pemilu, entah itu Pilkada Kota/Kabupaten, Gubernur, atau Pilpres sekalipun, jamak kita temui para kandidat atau calon tiba-tiba berubah religius. Santunan pada Yatim Piatu, Bakti Sosial, Sholat berjaamaah, atau yang lebih umum lagi sowan atau berkunjung ke kediaman salah satu atau beberapa tokoh pemuka agama.

Tujuan mereka datang sowan pasti dengan alasan ingin bersilaturahmi, kawan lama yang sudah bertahun-tahun gak bertemu, giliran ketemu pas mau nyalon, hehehe. Atau biasanya minta restu kepada guru, sesepuh atau alasan lainnya. Padahal intinya adalah meminta dukungan dan menggalang suara.

Sebab seperti kita ketahui bersama, ketika seorang pemuka agama mendukung salah satu calon, disitulah pundi-pundi suara didulang. Pemuka agama terutama Islam, biasanya adalah Habaib atau Kyai yang punya pondok Pesantren yang muridnya ribuan. Belum lagi simpatisan atau penggemar sang tokoh di luar pondok pesantren yang jumlahnya mungkin juga ribuan.

Hal ini dinilai masih efektif untuk mencari dukungan, setidaknya sampai hari ini.

Terbaru, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bersilaturahmi ke kediaman Habib Luthfi bin Yahya di Pondok Khanzus Shalawat, Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng). Apa yang dibahas?

Prabowo sowan ke kediaman Habib Luthfi pada Selasa (19/4) malam. Ketum Gerindra itu didampingi Sekjen Gerindra Ahmad Muzani. Turut ikut dalam pertemuan ini, yaitu Menteri Perikanan dan Kelautan Sakti Wahyu Trenggono dan para elite Gerindra lainnya seperti Sugiono, Prasetyo Hadi, dan Abdul Wachid.

"Pak Prabowo dan Habib Luthfi adalah kawan lama. Keduanya terlihat saling senang dan bahagia karena dipertemukan kembali di bulan suci Ramadan ini. Selain silaturahmi Ramadan, keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk menjadikan Indonesia bersatu dan kuat di tengah ancaman ketidakpastian global," kata Muzani dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (20/4) dikutip dari detik.com.

Habib Luthfi yang juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) berpesan kepada Prabowo tentang pentingnya pelibatan rakyat sebagai kekuatan pertahanan modern.

"Habib Luthfi menyampaikan tentang pentingnya peningkatan pertahanan negara yang melibatkan rakyat secara langsung. Demikian juga peran ulama, yang harus berperan aktif dalam upaya memperkuat ideologi negara. Dengan begitu, Indonesia akan kuat karena setiap orang memainkan perannya masing-masing dengan seksama," ujar Wakil Ketua MPR RI itu.

Ingatan saya jadi flash back pada Pemilu Presiden 2019 lalu. Pemilu yang saat itu mengambil tema "2019 ganti Presiden itu", hanya ada dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yakni Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.

Beberapa saat sebelum pemilihan, Prabowo menyempatkan bertemu dengan seorang ulama kharismatik berwajah tampan, Abdul Somad.

Pertemuan itu sempat divideokan, lalu beredar di media sosial serta diunggah pula di kanal yuotube.

Dalam pertemuan yang dramatis itu, tampak Prabowo menanyakan kepada Somad bagaimana perjalanan dakwahnya selama ini ke berbagai daerah. Somad menjawab ketika ia naik panggung telihat hampir seluruh jamaah mengacungkan dua jari tanda dukungan (no 2 adalah no urut Parobowo-Sandi dalam Pilpres 2019).

Prabowo tampak kagum dan berbangga. Lalu dia menanyakan apa masukan dari seorang Ulama Kharismatik itu. Sambil memegang dada Prabowo ia mengatakan bahwa ia bertemu dengan seorang ulama yang tidak terkenal. Lalu ulama tidak terkenal itu mengatakan hal mengejutkan pada Abdul Somad.

"Saya tidak mau tanya, saya biarkan dia baca hati saya, ngerti nggak dia, dan ketika datang, saya dekatkan ke telinga, apa kata dia, 'saya bermimpi lima kali ketemu dia', saya tanya siapa, kata dia 'Prabowo'. Kalau mimpi satu kali bisa jadi dari setan. Tapi lima kali dia mimpi ketemu Bapak, sinyal," katanya Somad.

"Jadi saya berpikir lama, ini kalau saya diamkan sampai pilpres, kenapa mereka cerita sama saya, tiap malam saya berpikir. Berarti harus disampaikan. Kalau tidak, ini seumur hidup akan jadi penyesalan, 'Abdul Somad kenapa tidak kau ceritakan'. Setelah pertemuan ini selesai, kuserahkan semuanya kepada Allah, apa yang terjadi sama saya saya serahkan ke Allah SWT, ya Allah yang penting sudah saya sampaikan, plong, malam ini saya bisa tidur lelap," ucapnya.

Setelah pertemuan itu dan pasca Pilpres, giliran Prabowo yang nggak bisa tidur lelap karena ternyata dia di-prank oleh Abdul Somad.

Maka dari itu, jelang Pilpres 2024 dia tak mau lagi sowan ke Abdul Somad. Habib Luthfi jadi pilihan, mungkin karena selain beliau seorang Wantimpres, beliau dinilai lebih jujur daripada Somad. Kecil kemungkinan terulang adegan prank yang menyakitkan hati itu.

Lagipula, sepertinya pengikut Habib Luthfi lebih banyak daripada pengikut Abdul Somad.

Setuju?

Prabowo Sowan Ke Habib Luthfi, Sudah Nggak Percaya Sama Abdul Somad?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/prabowo-sowan-ke-habib-luthfi-sudah-nggak-percaya-BxuMXKNPle

Prof Karna Wijaya, Dosen UGM yang Ga Beradab Tapi Mahasiswanya Diem Aja

Sampai sekarang, masih banyak orang yang meremehkan sosial media. Menganggapnya bukan suara ril masyarakat, atau bahkan dinilai tidak berdampak.

Tapi di sisi lain, banyak juga orang yang bermasalah gara-gara sosial media. Seperti istri-istri TNI yang sembarangan berkomentar di facebook, malah berujung pemecatan terhadap suaminya. Seorang suami yang bisa jadi tak tahu apa-apa tentang kegiatan istrinya di sosmed, jadi ikut kena sanksi sosial dan pemecatan dari atasannya.

Cuma hebatnya, beberapa keluarga TNI yang ketahuan nyinyir terhadap Wiranto yang tertusuk pisau teroris, berani mengakui dan minta maaf. Sang suami sebagai prajurit TNI pun tak mau berkomentar apa-apa di publik. Tunduk dan terima pemecatan ataupun hukuman dari pimpinan.

Lalu sekarang ada cerita seorang profesor di universitas ternama di Indonesia, UGM, ketahuan ‘merayakan’ kasus yang menimpa Ade Armando. Bahkan memberi peringatan dan ancaman kepada yang sekelompok dengan Ade Armando.

Dia kemudian dipanggil pihak UGM untuk diminta klarifikasi. Namun di media, Profesor Karna Wijaya ini mengklaim bahwa semua postingannya hanya bercanda. Dia kemudian meminta maaf bukan karena postingannya yang dianggap salah, tapi minta maaf karena membuat keributan di publik.

Dari semua postingan Karna Wijaya, jelas dia menggunakan kata: sembelih, dicicil mahasiswa, kalau ada yang nemu kolornya Ade dan masih banyak lagi.

Semua kata dan kalimat yang dipilih bagi saya mustahil untuk dianggap sebagai becanda. Kalaupun becanda, masa lebih dari 5 postingan atau komentar? Selain itu, untuk kasus pengeroyokan apa pantas dijadikan becandaan?

Pembelaan profesor Karna Wijaya ini jelas tak bisa diterima oleh siapapun. Maka kalau UGM setelah ini tidak memberikan hukuman, maka UGM telah mempertaruhkan nama baiknya. Dan bisa jadi satu kampus akan dicap sama seperti Prof Karna Wijaya, yang minim empati terhadap sesama manusia, tak punya etika.

Bagaimanapun UGM punya pilihan. Apapun pilihannya, akan menentukan nama baiknya sendiri. Dan itu terserah mereka saja.

Tapi yang menarik perhatian dan pikiran saya justru bukan soal apakah profesor Karna Wijaya akan dihukum atau tidak, melainkan dampak atau kualitas mahasiswa yang dihasilkan. Kira-kira pendidikan karakter apa yang diserap oleh mahasiswa dari dosen seperti Karna Wijaya?

Lebih dari itu, apakah jangan-jangan dosen di Indonesia yang punya pemikiran sama, bukan cuma Karna Wijaya? Yang sama-sama menertawakan dan mensyukuri, tapi kemudian menahan diri di sosial media. Merinding kalau membayangkan kualitas pengajar dan dosen di negara kita sudah seburuk itu. Karena UGM ini kan kampus yang bagus. Kalau di UGM saja ada yang model prof karna wijaya, bagaimana dengan kampus-kampus lain? jangan-jangan malah lebih parah.

Tapi kalau melihat cara ngeles prof Karna Wijaya, yang mengklaim dirinya becanda, itu jelas membuktikan dia memang tak merasa bersalah dengan pernyataannya. Sehingga kalau mahasiswanya nanti suka ngeles, ga punya empati, ya sama lah seperti dosennya.

Apapun itu, saya ucapkan terima kasih kepada Karna Wijaya karena telah berani bersuara dan klarifikasi. Setidaknya sekarang kita jadi tahu bahwa akun tersebut memang akun dia, tidak sedang dihack, ditulis oleh dia sendiri.

Sehingga kita bisa dengan jelas menilai, terkonfirmasi bahwa salah satu profesor UGM sikapnya seburuk itu, dan masih ngeles pula.

Mahasiswa mestinya bisa kritis terhadap kasus seperti ini. Kalau kalian berani demo pada Presiden, masa sama dosen ga berani? Sama polisi berani sikut-sikutan, masa sama dosen seperti Karna Wijaya malah nunduk dan patuh saja? yakin kalian mau diajari sama profesor dengan mental sebobrok itu?

Di mana idealisme dan keberanian mahasiswa yang sering kalian pertontonkan? Atau jangan-jangan kalian punya pandangan sama seperti Karna Wijaya? Menertawakan kasus Ade Armando? Semoga ngga ya.

Tapi sekali lagi, itu pilihan. Pilihan mahasiswa, pilihan UGM. Kalau mau membiarkan, tetap menampung, atau pura-pura diam dengan sikap buruk Karna Wijaya, mungkin ke depan kalian tak perlu sok-soan mengoreksi pemerintah. Karena untuk ngurusi dosen kalian sendiri pun kalian ga berani, ga mampu.
Prof Karna Wijaya, Dosen UGM yang Ga Beradab Tapi Mahasiswanya Diem Aja
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya