Migo Berita - Banjarmasin - UAS (Ustadz Abdul Somad) sering di Undang di KalSel, apa hubungannya dengan organisasi Terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). UAS pun sering terlihat membela "NU Garis Lurus" dan bukan NU yang Sah, dimana NU Garis Lurus versi UAS ada sosok Farid Okbah yang telah ditangkap densus 88 karena termasuk jaringan teroris internasional, selanjutnya ada Ustadz Bachtiar Natsir (UBN) yang menganjurkan minum KENCING ONTA karena menurut beliau SUNNAH Nabi, dimana UBN pun menjadi tersangka kasus teroris dan belum diproses. Lalu mengapa para warga KalSel dan Pejabat daerah KalSel seperti tidak peduli tentang hal ini, padahal sudah mengetahuinya. Apakah karena oposisi, misal dulu Walikota Banjarmasin adalah kader terbaik PKS KalSel dan sekarang berlabuh haluan menjadi Petinggi DEMOKRAT KalSel dan kita tahu bersama PKS dan Demokrat selalu "Nyinyir" apapun yang dilakukan pemerintahan Jokowi. Hemmm...apakah benar warga Banua Banjar sudah tercuci otak Ormas Terlarang HTI dan FPI... SIlahkan baca tuntas kumpulan artikel yang kita kumpulkan dan silahkan mengambil kesimpulan sendiri.
Meluruskan “NU Garis Lurus”
Jumat, 27 Maret 2015 | 03:35 WIB
Oleh M. Alim Khoiri
--Menjelang muktamar ke-33 NU yang rencananya akan dilaksanakan di kota Jombang, 1-5 Agustur 2015, sudah banyak pekerjaan rumah yang menanti. Dengan jargon “NKRI harga mati”, NU tak hanya dituntut untuk mampu mengawal keutuhan dan kesatuan negeri tercinta, tetapi juga harus mampu mengatasi persoalan-persoalan kecil ‘rumah tangga’<> yang jika terus menerus diabaikan justeru akan merusak kesatuan dan keutuhan internal NU.
‘Kerikil’ terbaru NU saat ini adalah munculnya fenomena “NU Garis Lurus”. Ini mengesankan bahwa ternyata ada juga NU yang tidak lurus. Mirisnya, kelompok yang mengatasnamakan “NU Garis Lurus” ini tak segan-segan mencaci kelompok NU lain yang tak sependapat dengan mereka. Tokoh-tokoh besar NU macam Gus Dur, Profesor Quraish Shihab dan Kang Said pun tak lepas dari serangan mereka.
Di dunia maya, “NU Garis Lurus” ini populer melalui media sosial facebook dan jejaring sosial twitter dengan nama akun “NU GARIS LURUS”. Mereka juga terkenal lewat situs pejuangislam.com yang diasuh oleh ust. Luthfi Bashori. Tak hanya mendaku sebagai pejuang Islam atau NU Garis Lurus, kelompok ini juga mengklaim sebagai etafet pemikiran dakwah Sunan Giri. Gerakan ini, boleh jadi merupakan semacam bentuk tandingan atau perlawanan terhadap faham-faham pemikiran yang mereka anggap sesat macam pluralisme, sekularisme, liberalisme atau faham “Syi’ahisme”. Menurut mereka, faham-faham tersebut tak boleh ada dalam NU, tokoh-tokoh NU yang dianggap memiliki prinsip-prinsip ‘terlarang’ itu tak layak dan tak boleh ada dalam NU.
Paradigma “NU Garis Lurus” yang berusaha untuk ‘meluruskan’ NU dari faham-faham yang mereka anggap bengkok ini, sebetulnya sah-sah saja. Hanya, masalahnya ada pada cara berdakwah. Jika kelompok “NU Garis Lurus” ini mengaku sebagai pewaris perjuangan dakwah Sunan Giri, maka mestinya mereka berkaca pada beliau dalam beberapa hal;
Pertama, sejarah mencatat bahwa, dakwah Sunan Giri banyak melalui berbagai metode, mulai dari pendidikan, budaya sampai pada politik. Dalam bidang pendidikan misalnya, beliau tak segan mendatangi masyarakat secara langsung dan menyampaikan ajaran Islam. Setelah kondisi dianggap memungkinkan beliau mengumpulkannya melalui acara-acara seperti selametan atau yang lainnya, baru kemudian ajaran Islam disisipkan dengan bacaan-bacaan tahlil maupun dzikir. Dengan begitu, masyarakat melunak hingga pada akhirnya mereka memeluk Islam. Kanjeng Sunan Giri tidak mengenal metode dakwah dengan cara mencela atau bahkan menghina.
Kedua, dalam bidang budaya kanjeng Sunan Giri juga memanfaatkan seni pertunjukan yang menarik minat masyarakat. Beliau juga dikenal sebagai pencipta tembang Asmaradhana, Pucung, Cublak-cublak suweng dan Padhang bulan. Lalu tentu saja beliau masukkan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Itu semua dilakukan kanjeng Sunan demi tersebarnya ajaran Islam yang damai. Kanjeng Sunan -sekali lagi- tidak mengajarkan metode berdakwah dengan saling mencemooh atau menghujat mereka yang tak sependapat.
Ketiga, di bidang politik, kanjeng Sunan Giri dikenal sebagai seorang raja. Dalam menjalankan kekuasaannya, beliau tak pernah berlaku otoriter dan semaunya sendiri. Beliau selalu menggunakan cara-cara persuasif untuk menarik minat masyarakat terhadap ajaran Islam. Beliau tidak mencontohkan strategi dakwah dengan cara mencaci maki mereka yang tidak sefaham.
Wa ba’du, Terlepas dari apakah “NU Garis Lurus” ini memang betul-betul berasal dari kalangan nahdliyyin ataukah sekedar ulah oknum yang tak bertanggung jawab, yang jelas supaya betul-betul lurus, “NU Garis Lurus” mesti mengubah gaya dakwahnya yang cenderung ekstrim itu. “NU Garis Lurus” juga harus bisa memahami bahwa di dalam tubuh NU selalu penuh dinamika. Perbedaan pendapat menjadi sesuatu yang biasa dan berbeda jalan pemikiran adalah hal yang niscaya. Jika “NU Garis Lurus” terus bersikukuh dengan strategi kerasnya, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih mendaku sebagai kelompok “NU Garis Lurus”, yang ada mereka justeru menjadi “NU Garis Keras”. Wallahu a’lam.
M. Alim Khoiri, warga NU tinggal di Kediri
Sumber Utama : https://www.nu.or.id/opini/meluruskan-ldquonu-garis-lurusrdquo-anAXL
NU Garis Lurus, Kelompok Radikalis, dan Tujuan yang Menyimpang
Untuk mengantisipasi konferensi NU ke-33 di Jombang pada tahun 2015, berbagai jenis fenomena islam radikal muncul. Yaitu, suatu kelompok yang bertindak atas nama NU Garis Lurus (NUGL), yang secara radikal menentang semua kelompok yang berbeda dari diri mereka sendiri. Grup ini dipimpin oleh Lutfi Bashori (Malang), Yahya al-Bahjah (Cirebon), dan Idrus Ramli (Jember).
Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma menjadi gerakan neo-khawarij, menuduh siapa saja yang menyimpang dari versi tafsir religiusnya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj (NU moderat). Pengejekan terhadap figur NU yang moderat persis sama dengan ejekan mereka kepada sekelompok jaringan Islam liberal (Ulil Abshar Abdalla, dkk.).
Gaya radikalisme ini tentunya membingungkan para warga Nahdliyyin. Keberhasilan NU Garis Lurus, yang mampu memobilisasi jemaahnya, baru-baru ini terlihat jelas dalam pemilihan presiden 2019. Kelompok kecil ini mendukung pasangan Prabowo-Sandi ketika mayoritas warga Nahdliyyin mendukung Jokowi-Amin. Visi-misi NU Garis Lurus memang untuk menentang mayoritas muslimin.
Untuk menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama seperti permusuhan terhadap kaum Syiah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU garis lurus malah tertipu oleh Wahhabi yang secara kaku mengubah teks kitab Ar-Risalah yang dikarang Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syiah secara umum, tetapi secara khusus adalah Syiah Rafidha, mereka yang memusuhi para sahabat nabi.
Kelompok Syiah Rafidhah tidak ada di Indonesia. Namun, karena ditangkap oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus malah membandingkan semua Syiah tanpa bisa membedakan mana yang Rafidha dan mana syiah secara umum. Di sinilah potensi destruktif dari aliran NUGL menjadi sangat jelas. Sehingga ia tidak berbeda dengan kelompok islam radikal lainnya.
Sifat destruktif dari aliran NUGL sangat jelas. Dalam setiap dakwahnya, tuduhan terhadap kelompok di luar dirinya terdistorsi, dianggap salah tempat, selalu tidak benar. Tidak hanya terhadap kelompok Syiah, Ahmadiyah, bahkan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj tidak pernah bebas dari tuduhan bahwa mereka telah menyimpang. Arti konsep Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah dan teks-teks buku yang ditulis oleh Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari ditafsirkan sesuai dengan perspektif kelompok mereka sendiri.
Kehadiran NUGL tidak dapat dilihat secara terpisah dari peran yang dimainkannya, yaitu anti-tesis sekolah liberal yang diprakarsai oleh anak-anak muda NU moderat. Namun, gerakan yang terlalu kanan malah akan membuat masalah nasional dan masalah agama menjadi lebih rumit. Pada dasarnya NUGL hanya ada untuk mengacaukan dialektika internal NU.
******
Puritanisme adalah gerakan konsep agama yang berjuang untuk keaslian. Pada akhir abad ke-16, Puritan ingin menyucikan doktrin Katolik Roma dari doktrin yang tidak dianggap Katolik.
Di Timur Tengah terjadi pada abad ke-18, ketika Wahhabisme dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahhabisme ingin membebaskan Islam dari ajaran yang tidak dianggap Islam.
Dengan menyerang tokoh-tokoh besar seperti Gus Dur, Quraish Shihab, Said Aqil Siradj, NUGL secara tidak langsung mempromosikan puritanisme. Istilah "Garis Lurus" digunakan untuk Puritanisme mereka. Yakni, pengebirian terhadap aspek-aspek keagamaan dan pemikiran dalam tubuh NU, yang menurut mereka tidak sesuai dengan ajaran Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari.
Pengebirian mereka juga tidak lepas dari konteks sosial-politik pada masanya. Kelompok NU garis lurus ini menderita kekalahan telak di konferensi NU ke-33. Idrus Ramli dan kawan-kawannya hanya mendapatkan beberapa suara dan tidak bisa membahas manajemen struktural PBNU. Satu-satunya cara yang berbeda dari NU moderat adalah NUGL melawannya melalui propaganda agama, yang ia sebut sebagai 'garis lurus'. Sehingga NU garis lurus terus menerus mengobrak-ngabrik PBNU baik dalam aspek organisasi maupun non-organisasi.
Siapa pun yang ingin 'meluruskan' PBNU sebenarnya harus melalui forum intelektual seperti Musyawaroh dan Lembaga Bahtsul Masail. Semua masalah agama (baik fiqh, moralitas dan aqidah) bisa dibahas secara akademisi di sana. Namun, NU garis lurus sering su'ul adab (non-etis) dan mengabaikan diskusi terbuka tentang fase Bahtsul Masail. Faktanya, ini adalah kesempatan mereka untuk duduk bersama dengan semua entitas kelompok dan pola pikir yang ada dalam tubuh NU itu sendiri.
Jika NUGL benar-benar ingin memperjuangkan kebenaran dan meluruskan PBNU, NU Garis Lurus seharusnya menghindari tuduhan sepihak. Jangan tinggalkan Bahtsul Masail agar Nahdliyyin tidak menjadi korban.
Jangan mengikuti hawa nafsu kekuasaan dan memiliki hati untuk menyimpang dan membatasi doktrin holistik Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari. Lembaga Bahtsul Masail adalah jalur formal yang dapat diambil jika NUGL ingin 'meluruskan' apa yang mereka temukan bengkok di badan NU sendiri.
Fanatisme yang dipromosikan oleh NU Garis Lurus tidak hanya memecah belah warga Nahdliyyin, tetapi juga mengajarkan Muslim untuk berbagi su'uzh zhon tentang NU. Hanya karena ada interpretasi yang berbeda dari ajaran Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari, NU Garis Lurus kemudian malah memisahkan dirinya dari para warga NU.
Karena NU Garis Lurus mengabaikan tahapan Bahtsul Masail, mereka menyatakan diri mereka sebagai penjaga ajaran murni Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari. Namun pada kenyataannya, NUGL bahkan mengkhianati ajaran Hasyim Asy'ari itu sendiri. Yaitu, memecah belah orang-orang dan meninggalkan LBM dengan menciptakan kelompok kecil mereka sendiri. Tujuan mereka sudah jelas, secara tidak langsung, dengan cara radikalis dan non etis, mereka hanya bertujuan memecah belah NU, bukan meluruskan apa yang bengkok dalam tubuh NU itu sendiri.
GP Ansor Klaim Punya Bukti Ceramah Abdul Somad Terkait HTI
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan pihaknya tak melarang Ustaz Abdul Somad (UAS) ceramah. Namun pihaknya menemukan keterkaitan UAS dengan Hizbut Tharir Indonesia (HTI) sejak 2013.
"Sudah sejak 2013 kami temukan ada keterkaitan UAS dengan HTI," kata Yaqut kepada CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (4/9).
Pihaknya menemukan keterkaitan itu melalui isi ceramah yang disampaikan oleh UAS. Berdasarkan penelusurannya, beberapa ceramah UAS berisi ajakan jemaah berbaiat kepada khilafah. Bahkan menuding Nabi Muhammad SAW tak mampu menciptakan suasana yang rahmatan lil alamin.
Menurut Yaqut, hal tersebut bahkan bisa ditemukan melalui jejak digital yang ditinggalkan oleh UAS di akun media sosial pribadinya.
"Dia pernah ajak berbaiat kepada khilafah, melakukan fitnah di media sosial, menyebut kalau Nabi Muhammad tidak mampu wujudkan Islam yang rahmatan lil alamin," kata dia.
"Cari saja ceramahnya di Youtube, ceramah dia banyak yang isinya begitu," lanjutnya.
Yaqut membantah terkait informasi yang menyebar tentang larangan UAS berceramah di Jepara. Dia menyatakan pihaknya tak pernah melarang.
Hanya saja keadaannya saat itu Anshor mengirim surat kepada kepolisian untuk meninjau ulang kegiatan ceramah yang dilakukan UAS tersebut.
Sebab berbarengan dengan kegiatan itu, pihaknya menemukan banyak bendera serta simbol-simbol HTI di Jepara.
"Tak pernah melarang, silakan kalau mau ceramah. Kami hanya minta polisi tinjau ulang isi ceramahnya karena saat dia mau ceramah, kok banyak muncul simbol-simbol HTI," kata dia.
Beberapa pihak menilai isi ceramah UAS sudah mengarah pada Pancasila dan NKRI. Namun Yaqut minta pihak yang menyebut hal itu agar melihat semua isi ceramah UAS.
Sebab menurutnya, beberapa kali pihaknya masih menemukan isi ceramah UAS tak berpihak pada NKRI.
"Kata pejabat di MPR dia sudah lebih Pancasilais, itu karena dia ceramah di MPR isinya begitu. Coba lihat ceramah di tempat lain, sama tidak? Jangan sampai dia berlagak beda, di MPR ceramah NKRI, di tempat lain beda, itu saja," kata Yaqut.
Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku menerima ancaman dan intimidasi di sejumlah daerah sebelum mengisi tausiyah. Karena itu, ia memilih untuk membatalkan beberapa janji untuk memberikan ceramahnya.
Hal ini diungkapkan Somad dalam akun media Instagram dan Facebooknya, @ustadzabdulsomad yang sudah terverifikasi.
"Beberapa ancamam, intimidasi, pembatalan dan lain-lain terhadap tausiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang," kata Somad.
Sementara Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlathul Ulama (PBNU) Maman Imanulhaq Faqih meminta UAS memberikan klarifikasi soal ancaman yang dialaminya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Setelah ada klarifikasi, kata Maman, UAS dan manajemennya perlu segera melaporkan pengancam agar segera ditindak aparat kepolisian. (pmg/gil)
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (Kanan). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Sumber Utama : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180904141838-20-327513/gp-ansor-klaim-punya-bukti-ceramah-abdul-somad-terkait-hti
Mabes Polri Sebut Jaringan Teroris NII Sudah Berkembang Pesat di Indonesia
TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyatakan, jaringan teroris Negara Islam Indonesia atau NII sudah semakin berkembang pesat. Mereka disebut akan memberikan ancaman teror.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan mengatakan, jaringan NII itu berkembang pesat di daerah-daerah seperti Jakarta, Tangerang, Jawa Barat, Bali, Sulawesi, Maluku dan Sumatera Barat. "Jaringan NII sudah berkembang massive di Indonesia," kata dia saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin, 11 April 2022.
Jaringan NII ini, menurutnya, juga telah menggunakan proses rekrutmen yang tersruktur dan sistematis. Untuk bergabung jadi warga NII seseorang harus melalui empat tahap perekrutan, yang disebut pencorakan, yaitu P1 - P4. Selain itu, setiap calon warga juga harus melalui 3 tahap baiat.
Polisi,
kata Ramadhan, menaruh perhatian khusus terhadap jaringan NII di
Sumatera Barat. Jaringan ini menurutnya memberi ancaman teror karena
memiliki keinginan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi
lain dan memiliki hubungan dengan kelompok teror di wilayah Jakarta,
Jawa Barat, dan Bali.
Dari serangkaian rencana tersebut, kata Ramadhan, juga ada upaya serangan teror yang tertuang dalam wujud perintah, serta mempersiapkan senjata tajam yang disebutkan dengan nama golok dan mencari para pandai besi. "Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut, sinkron dengan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka," ungkap Ramadhan.
Sampai saat ini Ramadhan menyebutkan sudah ada 16 tersangka anggota NII yang sudah ditangkap Densus 88 Polri, kemudian penyidik Densus 88 juga telah mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya 3 unit senapan PCP, 1 unit senapan angin, hingga 2 unit magazine.
Selain itu ada 2 kotak amunisi, 2 unit busur dan panah 6 bilah sajam, antara lain 1 bilah pisau karambit, 1 bilah golok, 2 bilah sangkur, 1 bilah kapak, dan 1 bilah pisau cutter dan sejumlah barang bukti lain, yakni laptop, beberapa buku, dan dokumentasi jaringan NII.
"Khusus di Sunatera Barat, para tersangka yang ditangkap beri keterangan bahwa struktur NII berada pada tingkatan cabang atau kecamatan. Istilah NII adalah CV dengan anggota mencapai 1.125 anggota," ucap dia.
NII cabang 4 wilayah Padang terbagi dalam 5 ranting yang masing-masing beranggotakan 200 orang. Dari total yang ada di Sumatera Barat sebanyak 833 orang yang tersebar di Kabupaten Darmasraya dan 292 di Kabupaten Tanah Datar.
"Perekrutan anggota NII dilakukan tanpa memandang jenis kelamin dan batas usia terbukti dengan ditemukannya 77 orang anak di bawah umur 17 tahun yang dicuci otak dan dibaiat untuk sumpah setia kepada NII," kata Ramadhan.
Sumber Utama : https://nasional.tempo.co/read/1581027/mabes-polri-sebut-jaringan-teroris-nii-sudah-berkembang-pesat-di-indonesia/full&view=ok
Farid Okbah dkk Ditahan Densus 88
Jakarta - Densus 88 Antiteror Polri resmi menahan Ustaz Farid Okbah, Ahmad Zain An-Najah, dan Anung Al Hamat yang menjadi tersangka dugaan terorisme. Ketiganya diduga terlibat dalam yayasan amal milik teroris Jamaah Islamiyah (JI), yakni Lembaga Amal Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA).
"Sudah, sudah ditahan," ujar Kabag Banops Densus 88 Kombes Aswin Siregar saat dimintai konfirmasi, Selasa (7/12/2021).
Aswin mengatakan Farid Okbah dkk bakal ditahan setidaknya hingga 120 hari ke depan. Ketiganya ditahan di rumah tahanan (rutan) milik Densus 88.
"(Penahanan) 120 hari. Di rumah tahanan teroris Densus 88," ucapnya.
Sebelumnya, Ustaz Farid Okbah, Ahmad Zain An-Najah, dan Anung Al Hamat ditangkap oleh Densus 88 atas dugaan tindak pidana terorisme. Polri mengungkapkan, penangkapan mereka didasari oleh pengakuan 28 tersangka teroris JI yang sudah ditangkap.
"Ditambah juga keterangan 28 saksi, ini merupakan para tersangka yang telah tertangkap terdahulu," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (17/11).
Rusdi menjelaskan, 28 tersangka teroris itu memberi keterangan bahwa Ahmad Zain hingga Farid Okbah terlibat dalam pendanaan kelompok teroris JI. Alhasil, Densus yakin ketiganya terlibat dalam aktivitas teror JI.
"Menerangkan kepada penyidik bahwa ketiga orang tersebut terlibat di dalam aktivitas pendanaan kelompok teroris JI ini," katanya.
Ustaz Farid Okbah (Foto: dok. Istimewa)
Sumber Utama : https://news.detik.com/berita/d-5845029/farid-okbah-dkk-ditahan-densus-88
Kasus Bachtiar Nasir
Bachtiar Nasir Jadi Tersangka, Berawal dari Aliran Uang ke Suriah yang Diduga Terkait ISIS
PENYIDIK Bareskrim Polri menetapkan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir sebagai tersangka.
Bachtiar Nasir jadi tersangka kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Kombes Daniel Silitonga membenarkan penetapan status tersangka Bachtiar Nasir.
"Ya, benar (Bachtiar Nasir ditetapkan sebagai tersangka)," ujar Daniel ketika dikonfirmasi, Selasa (7/5/2019).
Bachtiar Nasir jadi tersangka karena diduga terlibat dalam kasus TPPU dana Yayasan Keadilan untuk Semua (YKUS).
Kasus ini bermula ketika pada akhir 2016 silam, nama Bachtiar Nasir ramai diperbincangkan di media sosial.
Kala itu, akun Facebook bernama Moch Zain mengunggah informasi bahwa yayasan pimpinan Bachtiar Nasir, Indonesian Humanitarian Relief (IHR), diduga mengirim bantuan logistik untuk mendukung kelompok pemberontak pemerintahan Bassar Al-Assad, Jaysh Al-Islam di Aleppo, Suriah.
Penyidik telah menetapkan dua tersangka dalam kasus dugaan TPPU dana yayasan.
Mereka adalah petugas bank syariah Islahudin Akbar dan Ketua Yayasan Keadilan untuk Semua Adnin Armas.
Menurutnya, Islahudin Akbar, pegawai BNI Syariah, menarik uang di atas Rp 1 miliar yang kemudian diserahkan kepada Bachtiar Nasir.
Berdasarkan informasi yang diperoleh polisi, kata Tito Karnavian, lembaga bantuan yang menjadi tujuan pengiriman uang tersebut memiliki hubungan dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sebelumnya, Kapitra Ampera saat menjadi kuasa hukum Bachtiar Nasir, membenarkan adanya aliran uang ke Suriah yang dikirimkan oleh Islahudin Akbar.
Namun, kata Kapitra Ampera, uang tersebut tak ada kaitannya dengan kliennya.
"Dikirim oleh Ishaluddin Akbar melalui rekening pribadi yang uangnya berasal dari Abu Kharis, Pengurus Solidaritas untuk Syam," ujar Kapitra Ampera kepada Kompas.com, Kamis (23/2/2017).
Menurut Kapitra Ampera, Abu Kharis merupakan kawan dekat Islahudin Akbar.
Saat itu, Abu meminta Islahudin Akbar mengirimkan uang sebesar 4.600 dollar AS ke NGO di Turki bernama IHR.
Dengan demikian, kata dia, uang ke Suriah itu dikirimkan sebelum adanya peminjaman rekening yayasan ke GNPF-MUI.
"Sehingga, tidak ada urusan dengan Bachtiar Nasir karena GNPF baru muncul," jelas Kapitra Ampera.
Hal tersebut, kata dia, juga sudah dijelaskan dan tertuang dalam berita acara pemeriksaan.
"Jadi tidak pernah ada Bachtiar Nasir mengirim uang sebesar 4.600 dollar AS ke Turki," cetus Kapitra Ampera.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sebelumnya mengungkapkan adanya indikasi pengiriman dana dari GNPF-MUI ke Turki.
Polisi kini masih mendalami tujuan transfer dana tersebut. Diduga, transfer uang itu berkaitan dengan kasus dugaan penyalahgunaan dana Yayasan Keadilan untuk Semua.
Tito Karnavian menyebutkan, Ketua Yayasan Adnin Armas memberikan kuasanya pada Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir.
Menurut Undang-undang Perbankan, kata Tito Karnavian, pemberian kuasa tak boleh diberikan hingga dua kali.
"IL menarik (dana) di atas Rp 1 miliar kemudian diserahkan kepada Bachtiar Nasir. Sebagian digunakan untuk kegiatan, sebagian lagi kami melihat dari slip transfer, dikirim ke Turki," ujar Tito Karnavian dalam rapat kerja Polri dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senayan, Rabu (22/2/2017).
"Ini yang kami dalami. Yang ke Turki ini untuk apa kegiatannya? Apa hubungannya bisa sampai ke Suriah?" sambungnya.
Kepolisian lantas semakin serius untuk mendalami temuan tersebut lantaran berdasarkan klaim media asing di Suriah, dana tersebut terkait dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pada 2017, Bachtiar Nasir sempat menjelaskan aliran dana Yayasan Keadilan untuk Semua, yang diduga telah disalahgunakan.
Bachtiar Nasir yang berstatus sebagai saksi menyatakan, dana yang ditampung dari sumbangan masyarakat saat ini totalnya mencapai Rp 3 miliar.
Dana tersebut dipakai untuk kepentingan aksi 411, 212, dan 112.
"Total dana yang (ada) di saya Rp 3 miliar, dipakai untuk dan 411 dan 212. Insyaallah (akan) kami pakai kembali ke umat lagi (saat aksi 112)," ucap Bachtiar Nasir di Kantor Bareskrim, Gedung KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (10/2/2017).
Rincian dananya, sambung Bachtiar Nasir, digunakan untuk konsumsi yang diberikan kepada massa aksi 411, 212, dan 112.
Kemudian, sebagian lagi digunakan untuk publikasi berupa pemasangan spanduk dan baliho.
Sejumlah dana juga digunakan untuk membantu masyarakat yang ada di luar Jakarta.
"Dipakai untuk konsumsi (massa) yang datang unjuk rasa, untuk korban luka-luka di 411, informasi untuk pasang spanduk dan baliho, operasional," jelasnya.
"Sampai kemudian kami sumbangkan Rp 500 juta ke Aceh dan Rp 200 juta korban ke Sumbawa (Bima). Semua kembali ke umat lagi," tambahnya.
Dia juga menyampaikan bahwa dana tersalurkan dengan baik, dan sejumlah dana yang dipakai masih disimpan untuk kepentingan aksi 112 mendatang.
Kendati demikian, Bachtiar Nasir tidak tahu pasti berapa jumlah dana yang masih disimpan di rekening tersebut.
"Belum terpakai semua, jadi kami rawat betul dana itu. Uangnya masih ada di rekening Yayasan Keadilan untuk Semua. Sisa uangnya masih saya tanyakan lagi," ungkap Bachtiar Nasir.
Bachtiar Nasir menegaskan kala itu bahwa tidak ada Tindak Pidana Penyucian Uang (TPPU) dalam aliran dana di rekening yayasan.
Ia juga menyatakan tidak terkait dalam struktur keorganisasian di Yayasan Keadilan untuk Semua.
Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri akan memanggil Bachtiar Nasir sebagai tersangka pada Rabu (8/5/2019) besok sekitar pukul 10.00 WIB.
Hal itu dibuktikan dengan adanya surat panggilan bagi yang bersangkutan dengan nomor S. Pgl/212/v/Res2.3/2019 Dit Tipideksus.
Surat panggilan itu dilayangkan pada tanggal 3 Mei 2019 dan
ditandatangani oleh Dirtipideksus Brigjen Rudy Heriyanto Adi Nugroho.
Selain itu, di surat tersebut disebutkan pula Bachtiar Nasir disangka melanggar Pasal 70 juncto Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 16/2001 tentang Yayasan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28/2004.
Atau, pasal 374 KUHP juncto pasal 372 KUHP atau pasal 378 KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau Pasal 56 KUHP atau Pasal 49 ayat (2) huruf b UU Nomor 10/1998 tentang Perbankan.
Atau Pasal 63 ayat (2) UU Nomor 21/2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 3 dan Pasal 5 dan Pasal 6 UU Nomor 8/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU. (Vincentius Jyestha)
Inilah Hubungan Teroris dengan Bachtiar Nasir
Bekas Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF Ulama Bachtiar Nasir telah ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana pencucian uang dengan pengalihan aset Yayasan Keadilan Untuk Semua sejak Selasa lalu, 7 Mei 2019. Sebuah tulisan editorial dalam www.Arrahmahnews.com diunggah 7 Mei 2019 lalu memberikan gambaran jelas hubungan antara Bachtiar Nasir dan IHH dan IHR dengan gerakan teroris. Bergelora.com memuat ulang untuk pembaca. (Redaksi)
ALHAMDULILLAH
! Sekecil apapun keburukan yang dibungkus dan dihiasi dengan berbagai
‘kebaikan’ pasti akan tercium juga bau busuk darinya, karena dengan
begitu Allah akan membuka pintu petunjuk kepada orang-orang yang tertipu
dan termakan propaganda mereka. Kita akan kupas tuntas hubungan antara
IHH dengan teroris serta bantuan IHR milik Bachtiar Nasir.
Demikian juga dengan petunjuk yang satu ini. Untuk pertama kalinya NGO-NGO yang berkedok menggalang dana untuk membantu rakyat Aleppo, terbongkar lewat sebuah video yang memperlihatkan dengan jelas bahwa bantuan yang disalurkan lewat IHR berada di gudang-gudang teroris di Aleppo. Semoga ini menjadi preseden baik bahwa masyarakat muslim Indonesia yang selama ini dibodohi dengan berbagai kepalsuan, sadar bahwa sumbangan-sumbangan yang selama ini mereka salurkan digunakan untuk mendukung terorisme di Suriah, dan tidak lagi menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang punya hubungan erat dengan teroris di Suriah.
Sebagian orang mungkin masih meragukan video tersebut, dan bisa saja menganggapnya bahwa bantuan yang disalurkan oleh IHR dirampas teroris bukan sengaja disalurkan. Dengan demikian, maka butuh investigasi mendalam untuk membuktikan bahwa batuan itu benar-benar diberikan dengan sengaja kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah.
Sekarang, kami mencoba membuktikan bahwa bantuan yang dikumpulkan dari sumbangan muslim Indonesia, yang disalurkan melalui İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH, sebenarnya tidak pernah sampai ke tangan rakyat Suriah. Artinya IHH bisa menjadi kunci untuk menelusuri arus bantuan tersebut, dengan menelanjangi orang-orang yang berkerja di IHH, apakah memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok teroris atau tidak? Baca juga: IHR Salurkan Bantuan Muslim Indonesia ke Teroris Suriah : Video
Kembali, pada 26 Desember, IHR dalam press releasenya mengeluarkan pernyataan sikap dan menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah kami lakukan dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang sangat kredibel di Turki, yakni İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH.
Benar IHH memiliki kiprah yang pernah mengguncang dunia, saat menjadi inisiator konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia. Namun, apakah prestasi ini akan menjadikannya lembaga kemanusiaan yang kredibel sepanjang masa? Tentu tidak, karena setiap perbuatan baik belum tentu memiliki tujuan yang baik dan setiap kebaikan tidak mematenkan pelakunya baik sepanjang masa.
Menelanjangi IHH
Mari kita mulai dari Mavi Marmara. Mavi Marmara adalah armada kemanusiaan untuk memberi bantuan pada penduduk Gaza, Palestina. Kapal ini diisi oleh berbagai aktivis kemanusiaan dari berbagai negara. Namun, iring-iringan yang terdiri dari enam kapal ini diserbu pasukan komando Israel sebelum sampai di Gaza, pada 31 Mei 2010.
Pada, 3 Februari 2012, Situs Empirestrikesblack mengeluarkan laporan bahwa serangan pasukan Israel ke konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla adalah operasi lama yang telah direncanakan dan dilakukan dengan kerjasama penuh pemerintah Turki. Tujuan dari operasi palsu itu adalah bagian dari perang yang sedang berlangsung di Suriah.
Masih dalam laporan Empirestrikesblack, pada 17 Desember 2011, seorang jurnalis Spanyol Daniel Iriarte mengungkapkan sejumlah fakta kunci.
Pertama, tiga orang otak konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla asal Libya terhubung dengan Abdelhakim Belhaj (aset berharga NATO dan jagal dari Tripoli). Belhaj pernah dikaitkan dengan serangan bendera palsu di Madrid pada 11 Maret 2004, untuk menjatuhkan mantan Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar, yang kemudian menyingkirkan Aznar dari tampuk kekuasaan.
Kedua, hubungan Belhaj dengan NATO tidak bisa diabaikan. Ia telah menjadi footssoldier NATO, yang menghubungkan Barat dengan negara-negara Teluk Persia GCC dan Israel, untuk menjalankan misi di Libya dan Suriah. Saat bertemu dengan Iriarte di Libya, Belhaj bersama Mahdi al-Harati (komandan brigade Tripoli memainkan peran kunci dalam mengkudeta Gaddafi) yang ditugaskan untuk memimpin Dewan Militer Tripoli, nampaknya tidak menyembunyikan identitas mereka dengan mengungkapkan bahwa Dewan Militer Tripoli adalah kekuatan proxy NATO, yang bertugas mempersatukan tentara bayaran yang berperang bersama NATO di Libya, yang pada dasarnya melakukan pekerjaan kotor “penjajah”.
Dalam pengakuannya al-Harati mengatakan kepada Iriarte bahwa ia “terluka saat serangan di Mavi Marmara, dan menghabiskan sembilan hari di penjara Tel Aviv”. Sementara, Christof Lehmann editor NSNBC mengungkapkan kepada penulis bahwa sumber Palestina yang terhubung dengannya memberitahukan bahwa selain al-Harati, aset berharga NATO Abdelhakim Belhaj sendiri juga berada di kapal Mavi Marmara pada malam naas itu.
Pembaca seharusnya tidak terkejut dengan Mahdi al-Harati, yang telah bebas perawatan dan tinggal dengan paspor Irlandia dan ratusan ribu pound dari kas CIA. Setelah semua itu, al-Harati yang melayani agenda Barat-Israel, kembali ke Libya dari Irlandia pada awal kontrarevolusi pada bulan Februari, untuk memimpin pasukan pemberontak blok NATO. Lalu apa yang dilakukan dua aset intelijen Barat, Mahdi al-Harati dan Belhaj di kapal Mavi Marmara? Sebuah kapal yang berlayar ke Gaza, yang ingin menembus blokade Israel sebagai aksi solidaritas kemanusiaan dari seluruh dunia.
Pembantaian Mavi Marmara adalah penipuan besar yang diatur oleh Turki dan Israel dalam rangka memfasilitasi penghapusan tokoh tertentu di Turki, yang gencar menentang perang Erdogan di Suriah. Kehadiran aset NATO, Belhaj dan al-Harati di kapal Mavi Marmara dimaksudkan untuk memfasilitasi pembunuhan terhadap tokoh tersebut.
Laporan dari misi pencari fakta dari Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) atas serangan Israel pada konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla, pada September 2010, menemukan fakta-fakta bahwa enam korban yang tewas dalam serangan itu, dibunuh dengan ‘gaya eksekusi’ oleh pasukan Israel. Laporan itu menyebutkan bahwa tidak hanya Furkan Dogan yang dieksekusi, tapi lima korban lainnya juga dilumpuhkan dalam ‘beberapa waktu’, sebelum akhirnya ditembak di kepala dari jarak dekat.
Metode eksekusi ini digunakan oleh koperasi Israel yang menunjukkan bahwa mereka berada di bawah perintah untuk membunuh penumpang tertentu di kapal tersebut. Ide ini sangat dikuatkan oleh laporan bahwa tentara IDF membawa daftar yang dilengkapi dengan foto sasaran pembunuhan ketika mereka naik ke atas kapal.
Tujuan strategis kunci lain dari operasi ini adalah untuk menggalang dukungan masyarakat Turki kepada Erdogan, yang segera mengambil sikap agresif terhadap Israel. Dukungan publik ini, dimaksudkan untuk disalurkan ke kampanye Turki terhadap Suriah.
Christof Lehmann menggambarkan pembantaian aktivis kemanusiaan di Mavi Marmara, sebagai “bendera palsu yang paling menipu dalam sejarah kontemporer”. Pada saat Hamas – faksi utama perlawanan Palestina mulai menyesuaikan diri dengan Qatar dan Arab Saudi (yang terbukti menjadi arsitek perang di Libya & Suriah), ini tampaknya menarik, dan layak dipertimbangkan. Setahun setelah pembantaian armada Mavi Marmara, hubungan ekonomi dan militer antara Turki dan entitas Zionis dibayarkan dengan mitos bahwa kedua negara telah memutuskan hubungan mereka.
Hurriyet Daily News dan New York Times -melukiskan gambaran yang menarik mengenai hubungan militer dan ekonomi kedua negara yang sebenarnya tetap berlanjut, meskipun dipermukaan seakan-akan terlihat putus hubungan bilateral dengan pengusiran Dubes Tel Aviv untuk Ankara. Menashe Carmon, seorang pengusaha Israel yang dibesarkan di Istanbul mengatakan kepada New York Times “Tidak ada perusahaan Israel yang meninggalkan Turki,” dan “Ini adalah bisnis seperti biasa, investasi pertumbuhan tetap berlanjut.”
Laporan NYT juga mengklaim bahwa, menurut para pejabat Turki, kerjasama yang erat antara militer Israel dan Turki masih terus di belakang layar setelah pertumpahan darah armada Mavi Marmara. Beberapa minggu setelah serangan armada, delegasi militer Turki tiba di Israel untuk mempelajari cara mengoperasikan pesawat tanpa awak yang sering digunakan oleh Israel untuk memburu militan Palestina di Jalur Gaza.
Setidaknya, kesepakatan untuk drone senilai $ 190.000.000 tidak dibatalkan, bahkan sebagian instruktur Israel berada di Turki setelah serangan itu.Doron Abrahami, staf Konsulat Israel di Istanbul mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan kolaborasi antara Israel dan Turki sedang ditugaskan hanya beberapa minggu setelah serangan terhadap Mavi Marmara.
Mahdi al Harati dengan bantuan Bernard Henri Levy berhasil menggulingkan Kaddhafi. Orang ini adalah pembunuh bayaran dan sekarang terlibat dalam pertempuran sengit di Suriah, yang tergabung dengan Free Syirian Army (FSA). Orang ini disewa oleh CIA, ia berada di Freedom Flotilla sebagai aktivis perdamaian. Anda berbicara tentang perdamaian! Orang ini adalah agen CIA berpakaian Aktivis Perdamaian. Ini adalah penipuan dan manipulasi yang diprogram dan dilatih untuk menghancurkan negara-negara Timur Tengah yang menentang Zionis Israel.
Mahdi Al-Harati yang didukung NATO di Libya, kemudian ke Suriah bergabung dengan kelompok bersenjata yang memberontak melawan pemerintah.
Mahdi Al-Harati, sekarang menjadi Direktur İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH. IHH adalah LSM terbesar di Turki. IHH juga mengelola puluhan kamp pengungsi Suriah lengkap dengan shelternya, selain membangun perkampungan yatim terbesar di dunia dengan fasilitas lengkap seperti rumah, sekolah, fasilitas olahraga, juga taman rekreasi. IHH, wajah ideal lembaga kemanusiaan kelas dunia dengan kemampuan menggerakkan filantropi multisegmen, menyasar seluruh stakeholders dunia. Namun berbagai laporan menunjukkan bahwa IHH memiliki “kerja sampingan”, yaitu menyuplai senjata kepada “mujahidin”.
Pada tanggal 3 Januari 2014, harian Turki Hurriyet melaporkan bahwa polisi Turki memergoki truk-truk bantuan atas nama IHH ternyata juga berisi amunisi dan senjata yang akan dikirim kepada pasukan-pasukan “jihad” Suriah. Truk itu bahkan didampingi oleh pejabat dari Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki.
Beberapa hari sebelumnya, pemerintah Suriah secara resmi mengirim surat protes kepada PBB atas tindakan Turki yang secara sistematis menyuplai senjata kepada para militan yang ingin menggulingkan pemerintah Suriah. Menurut Dubes Suriah untuk PBB, “Mereka (para teroris) dilatih di perbatasan Turki-Suriah, dan setelah itu otoritas Turki membantu mereka untuk masuk ke wilayah Suriah.”Anehnya, Erdogan langsung menghalang-halangi media massa mengekspos masalah ini.
Pada tanggal 26 November 2014, dua wartawan dipenjara karena menulis mengenai kasus ini, yaitu Pemred Cumhuriyet Can Dündar dan pimpinan biro harian Ankara, Erdem Gül. Bahkan Erdogan langsung yang membuat tuntutan atas kedua jurnalis itu, dengan alasan, “Kisah [yang ditulis] memuat beberapa rekaman dan informasi yang tidak faktual.” Erdogan juga mengatakan, “Orang yang menulis tentang hal ini akan membayar ‘harga’ yang mahal.”
Twitter dan Facebook segera diblokir setelah merebaknya kasus ini. Dewan Tinggi Radio dan Televisi pun menyampaikan surat perintah dari pengadilan kepada semua media massa cetak, online, dan televisi yang berisi larangan memberitakan kasus ini. Website Hurriyet yang melaporkan proses pengadilan atas kasus ini juga disuruh menghapus semua kontennya.
Menurut Ahmet Sait Yayla, mantan pejabat polisi Turki yang terlibat langsung dalam penyelidikan kasus ini, “Pemimpin IHH saaat itu ditangkap sebagai hasil dari investigasi ini pada saat itu, karena bukti yang kami peroleh menunjukkan bahwa kelompok ini banyak memberikan dukungan untuk ISIS. IHH telah menyediakan senjata dan amunisi untuk banyak kelompok jihad di Suriah, bukan hanya ISIS.”
Aljazeera melaporkan, polisi anti-teror Turki menggerebek beberapa kantor IHH di perbatasan Turki-Suriah dan menangkap beberapa orang dengan tuduhan terkait dengan Al Qaida. Tentu saja, IHH menolak lembaganya dikaitkan dengan penyelundupan senjata itu. Sekjen IHH Yasar Kutluay menyatakan, “Ini adalah kampanye kotor yang didukung oleh orang di dalam dan di luar Turki… Orang-orang ingin mencitrakan Turki sebagai pendukung terorisme.”
Pengiriman senjata untuk kelompok teroris di Suriah itu menurut laporan YournewsWire pada 22 Februari 2016 berlangsung dengan memanfaatkan fasilitas dari yayasan-yayasan kemanusiaan yang berbasis di Turki, Insan Hak ve Hürriyetleri ve İnsani Yardım Vakfı (IHH atau Yayasan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan serta Bantuan Kemanusiaan), İmkander dan Öncü Nesil Insani Yardim Derneği.
Pasokan senjata yang dikirim melalui fasilitas yayasan-yayasan kemanusian termasuk IHH itu masih menurut laporan YourNewsWire terdiri dari berbagai bentuk senjata, peralatan militer dan amunisi serta bahan makanan dan obat-obatan yang datang dari luar negeri melalui pelabuhan Turki İskenderun. Peralatan dan perlengkapan militer serta bantuan lainnya, diangkut dari sana melalui Provinsi Hatay (Öncüpinar perbatasan) ke Aleppo dan Idlib di Suriah menggunakan kendaraan milik IHH, İmkander dan Öncü Nesil dengan pendaftaran Turki berikut: 33 SU 317, 06 DY 7807, 33 SU 540, 33 SU 960, 42 GL 074 dan 31 R 5487. Sampai di Suriah, senjata dan amunisi, serta bahan makanan itu didistribusikan ke kelompok pemberontak dan unit Jabhat al-Nusra.
Menurut The Times, seorang komandan Tentara Bebas Suriah mengatakan bahwa perahu yang membawa senjata ke Suriah pada September 2012, adalah “NGO IHH, yang memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin”. Samar Srewel, seorang aktivis FSA yang telah membantu untuk mengatur kiriman, mengatakan kepada The Times: “bahwa kedua belah pihak, IHH dan ikhwanul Muslimin di Turki, bekerja sama dalam pengiriman kargo senjata. Ini adalah apa yang mereka lakukan. Mereka membeli pengaruh dengan uang dan senjata mereka.”
Pada tanggal 18 Maret 2016, Rusia Duta Besar PBB Vitaly Churkin mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa tiga organisasi kemanusiaan Turki (LSM) mengirim senjata dan perlengkapan untuk ekstremis di Suriah atas nama badan intelijen MIT Turki, selama Perang Saudara Suriah. Ketiga LSM itu dalah Besar Foundation, the Iyilikder Foundation and the Foundation for Human Rights and Freedoms (IHH).
Turkish gendarmeri serta analis Turki telah berulang kali menekankan bahwa markas IHH disusupi dan didanai oleh MIT dinas intelijen Turki. Turki secara resmi mengakui dukungannya pada “pemberontak oposisi” di Suriah, di antaranya brigade Takfiri Jabhat Al-Nusra, dan intelijen MIT memainkan peran sentral.
Truk milik IHH telah berulang kali terlibat dalam mengangkut senjata dari Turki ke tentara bayaran yang didukung Turki, termasuk Jabhat al-nusrah di Suriah, di bawah “bendera kemanusiaan”. Mengangkut senjata dengan kendaraan bantuan kemanusiaan adalah kejahatan perang serius dan melanggar Konvensi Jenewa.
Sementara IHH dan MIT terlibat dalam penyelundupan senjata ke tentara bayaran di Suriah, yang merupakan kejahatan perang.
Kesimpulannya, Yayasan Hak Asasi Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan, IHH, secara aktif terlibat dalam brigade tentara bayaran di Suriah yang bekerja sama dengan MIT Turki.
Referensi:
(1) ‘Islamistas Libios se desplazan a Siria para ayudar a la revolucion’ – ABC.es
(2) ‘Free Syrian Army commanded by Military Governor of Tripoli’ by Thierry Meyssan
(3) ‘GLADIO, Bin Laden to Erdogan, Belhadj and Hamas: Mossad´s and NATO´s Dirty Underwear 2012’ by Christof Lehmann
(4) ‘A CIA commander for the Libyan rebels’ by Patrick Martin
(5) ‘UN Fact-Finding Mission Says Israelis “Executed” US Citizen Furkan Dogan’ by Gareth Porter
(6) ‘Turkish Sources – Israeli Advance Target Assassination List Found on Flotilla’ – Redacted News
(7) ‘Hamas and al-Jamaa al-Islamiya: The New MB Look’ – Al-Akhbar English
(8) ‘Did Israel try to assassinate Sheikh Raed Salah on Mavi Marmara but kill a Turkish engineer instead?’ by Ali Abunimah
(9) ‘Turkey and Israel Do a Brisk Business’ by Dan Bilefsky
(10) ‘Business as usual between Turkey, Israel’ – Hürriyet Daily News, 30 May, 2011
Sumber Utama : https://bergelora.com/inilah-hubungan-teroris-dengan-bachtiar-nasir/
Ini Dia Jejak Bachtiar Nasir di ISIS Suriah
MINEWS.ID, JAKARTA – Awam mungkin banyak yang bertanya-tanya soal penetapan tersangka Ustaz Bachtiar Nasir. Namun, Sejak tahun lalu Kapolri Jenderal (polisi) Tito Karnavian pada 22 Februari 2017 sudah mencurigai hubungan Bachtiar dengan jaringan ISIS atau pemberontak Suriah karena sering mengirim uang ke Turki melalui rekening Yayasan Keadilan Untuk Semua (YKUS).
Menurut laporan portalislam.com edisi 26 Desember 2016, aktivitas Bachtiar Nasir dicurigai mendukung ISIS tetapi bukan melalui YKUS.
Dia melakukannya melalui Indonesia Humanitarian Relief (IHR) yang
didirikan 17 Mei 2016. Portalislam mengutip channal Euronews yang
menunjukkan kardus-kardus bertuliskan IHR ditemukan di markas para
pemberontak di al-Kalasa, Aleppo Timur.
Sejak berdirinya IHR memang didedikasikan untuk pengungsi Suriah yang berada di Turki. Bahkan saat baru berdiri sudah mengirimkan bantuan 100 ribu dolar AS.
Untuk menyalurkan bantuan tersebut IHR bekerja sama dengan Insan Hak
ve Hurriyetleri ve Insani Yardim Vakfi / Yayasan untuk Hak Azasi
Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan (IHH) dari Turki.
Dua tahun sebelum bekerja sama dengan IHR, Harian Turki Hurriyet melaporkan polisi Turki memergoki truk-truk bantuan atas nama IHH ternyata juga membawa amunisi dan senjata yang akan dikirim kepada pasukan-pasukan “jihad†Suriah, 3 Januari 2014,
Truk itu bahkan didampingi oleh pejabat dari Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki.
Sementara dalam laporannya 27 Desember 2016 yang diunggah kembali 7 Mei 2019, arrahmahnews.com, mengungkapkan sepak terjang Mahdi Al-Harati yang kini menjabat Direktur IHH.
Menurut laman itu Mahdi al Harati dengan bantuan Bernard Henri Levy memang pernah sukses menggulingkan Kaddhafi.
Namun sekarang, menurut arrahmahnews.com, dia bergabung dengan tentara pemberontak Free Syirian Army (FSA) dan sering ikut perang sengit melawan Pemerintah Basyar Al Asad. Laman itu bahkan menuduh Mahdi al Harati adalah agen CIA.
Saat mengutip YourNewsWire, arrahmah menulis pada 22 Februari 2016 banyak pengiriman senjata untuk kelompok teroris di Suriah yang memanfaatkan fasilitas IHH itu, juga dijumpai lagi.
Hal senada diungkap Liputan Islam. Saat ini laman itu menegaskan telah terjadi bias informasi soal kondisi di Suriah.
Banyak media mainstream Indonesia apalagi Barat sering melaporkan rakyat menderita karena dibebaskan dari cengkeraman FSA oleh Pemerintah Suriah. Padahal menurut Liputan Islam rakyat justru gembira karena dilindungi pemerintahnya.
Pemerintah Suriah yang didukung Rusia dan Iran memang sering terlibat adu klaim dengan pemberontak FSA soal rakyat Suriah. FSA disebut-sebut mendapat dukungan dari seteru Rusia, AS.
Sumber Utama : https://www.minews.id/news/ini-dia-jejak-bachtiar-nasir-di-isis-suriah
Ustaz Somad dan Salah Kaprah NU Garis Lurus
Ustaz Abdul Somad atau biasa disebut dengan UAS adalah salah satu fenomena di jagat dakwah Islam saat ini. Nilai jualnya ada di keluasan ilmunya dalam ilmu Hadits dan hukum Islam, maklum ia adalah alumnus Universitas al-Azhar Mesir dan Darul Hadits Maroko. Tentu saja bagi orang-orang Indonesia alumni luar negeri masih begitu prestisius dan bergengsi.
Sulit untuk tidak mengatakan UAS adalah seorang yang alim, seperti diakui oleh KH Yusuf Chudori (Gus Yusuf) dalam sebuah ceramahnya. Dalam video-video yang banyak beredar di media sosial baik di Youtube maupun di Instagram ia terlihat sangat menguasai materi-materi apa yang menjadi bahan ceramahnya. Ia menjawab dengan detail disertai dalil setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Hal yang demikian tentu dapat bernilai positif karena umat bisa dengan mudah mendapatkan informasi serta pengetahuan tentang keIslaman. Namun jangan dipungkiri bahwa fenomena UAS juga bisa membawa efek negatif bagi umat. Demikian ini cukup logis, karena UAS bukan manusia yang maksum, ia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Begitu juga sah-sah saja untuk memberikan kritik dan saran bagi UAS, khususnya berkaitan dengan tema-tema yang selama ini menjadi kontroversi.
Banyak pernyataan UAS yang cukup menjadi kontroversi di kalangan umat Islam, seperti pernyataannya terkait dengan Nabi Muhammad yang sebelum menjadi Nabi tidak mampu mewujudkan ramatan lil alamin, pernyataannya tentang khilafah yang dalam pernyataannya ia menyebut khilafah Islam adalah solusi terbaik bagi umat Islam saat ini, selain itu terdapat pula pernyataan terkait dengan NU garis lurus yang sempat ia gemborkan di salah satu ceramahnya.
Untuk yang pertama dan kedua, mungkin itu masalah ijtihadiyahnya terkait dengan pengalaman dan ilmu-ilmunya selama ini. Namun untuk yang ketiga, untuk pernyataan tentang NU garis lurus yang dalam pernyataannya ia menyarankan untuk mengikuti tiga ulama NU yakni Ustaz Idrus Romli, kiai Lutfi Basori, dan Buya Yahya adalah pernyataan yang tidak bisa diterima dan harus diluruskan.
Secara tidak langsung dengan pernyataan tersebut ia telah
mengkhususkan para pengikutnya hanya untuk mengikuti tiga orang yang
disebutkan di atas, yang dia sebut dengan NU garis lurus. Pernyataan ini
dalam bahasa Arab disebut dengan ishtisna’, yakni pengecualian yang dikhususkan pada tema atau orang-orang tertentu saja.
Kaitannya dengan pernyataan tersebut, secara tidak langsung ia telah mengecualikan para ulama-ulama NU selain tiga orang di atas. Dengan kata lain, yang lurus di NU itu cuma tiga orang di atas, sedangkan selain mereka adalah golongan NU yang tidak lurus.
Meskipun pernyataan ini sudah ia klarifikasi dengan alasan bahwa yang meng-counter para liberalis dalam NU hanya tiga orang tersebut, sedangkan ulama NU yang lain tidak. Ia mencontohkan dengan banyaknya ia kutip pernyataan dari KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) tentang tazkiyatun nafs. Namun klarifikasi ini tidaklah cukup untuk menjelaskan apa yang pernah ia sampaikan dengan mendiskreditkan ulama-ulama NU yang lain selain tiga orang di atas.
Bagi yang paham, mungkin pernyataan ini bisa diterima, tapi bagi umat yang belum paham, hal ini bisa menjadikan paradigma mereka sempit. Yakni hanya mau mengambil pendapat dari tiga orang di atas. Hal demikian cukuplah logis, karena pengikut UAS banyak dari kalangan pemuda yang memuncak hasratnya namun belum berkesempatan menimba ilmu di pesantren dan hanya bisa mengikuti video-video UAS yang tersebar di dunia maya.
Tentu ini sangat membahayakan, karena orang awam apalagi yang belum belajar tentang adab (etika) dan sedang dalam puncak hasrat penasaran terhadap ilmu Agama akan menerima begitu saja apa yang disampaikan tanpa menyaring mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi UAS sekarang sudah menjadi idola yang tentu para pengikutnya akan menerima apa saja yang disampaikan UAS.
Perihal istilah NU garis lurus, ada yang perlu diluruskan di sini. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh KH Muwafiq (Gus Wafiq) bahwa mereka yang mengistilahkan garis lurus tersebut adalah orang yang sombong. Mereka menganggap yang lurus itu hanya dirinya saja, sedangkan yang lain tidak lurus.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan NU garis lurus tersebut? Sampai sekarang tidak ada yang bisa menjelaskan tentang apa itu yang disebut NU garis lurus. Paling banter mereka menyatakan bahwa NU garis lurus adalah NU yang sesuai dengan NU nya KH Hasyim Asy’ari. Mereka fikir yang tidak setuju dengan kelompok mereka adalah NU yang tidak sesuai dengan NU nya KH Hasyim Asy’ari. Namun apakah yang demikian ini bisa dianggap benar?
Adanya fenomena NU garis lurus sendiri tidak lain hanya memecah belah NU dan ini merupakan bid’ah di kalangan NU. Apalagi mereka mengatasnamakan mengikuti KH Hasyim Asy’ari. Pengakuan sepihak ini adalah pengakuan yang cukup lucu karena seakan-seakan mereka saja yang mengikuti mbah Hasyim, sedangkan yang lain tidak.
Semoga Hadratussyaikh tidak marah dengan adanya NU garis lurus ini. Mereka seolah-olah ingin menyatukan dan mengembalikan NU kepada aslinya, dan mereka tidak sadar bahwa pemecah-belahan di kalangan internal NU sendiri bisa melemahkan NU. Kalau ukhuwah Nahdliyah saja tidak bisa buat, bagaimana mereka bisa menyatukan umat Islam?
Ulama-ulama NU yang arif nan bijak semacam, KH Maimoen Zubair, KH Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin, dan Habib Lutfi dan lain sebagainya adalah beberapa ulama yang selalu mengedepankan akhlak dan persatuan umat, khususnya internal NU sendiri yang sedari dulu memang sering terdapat perbedaan pandangan beberapa tokohnya seperti ketika KH As’ad Syamsul Arifin menyatakan mufaraqah terhadap NU nya KH Abdurrahman Wahid.
Namun belakangan diketahui bahwa ini hanya strategi dari KH As’ad agar Gus Dur tidak ditangkap oleh penguasa, namun mereka yang tak paham menganggap Gus Dur menyimpang, sesat dan lain sebagainya
Kalau tidak sepakat dengan pandangan-pandangan KH Said Aqil Siradj seharusnya di lawan dengan pemikiran pula, bukan dengan cara memecah NU dan membikin kelompok sendiri. NU dari awal berdiri sampai hari kiamat insa Allah NU yang satu, yakni jam’iyyah yang mengedepankan akhlak dan kesantunan untuk mendakwahkan ajaran Islam yang luhur nan agung itu. Tidak ada yang namanya pengkotak-kotakan NU ini dan NU itu.
Belajar dari sini, seharusnya UAS menarik kembali pernyataan NU garis lurus yang justru membingungkan umat, apalagi mereka yang paham akan NU akan merasa sedikit sakit hati ketika NU hanya dikerdilkan dengan NU garis lurus. Padahal NU yang besar nan keramat itu adalah organisasi dan perkumpulan bukan di dunia saja, melainkan di akhirat pula. Teruntuk para masyayikh NU wabil ksusus KH Hasyim Asy’ari lahumul fatihah.
Sumber Utama : https://geotimes.id/opini/ustaz-somad-dan-salah-kaprah-nu-garis-lurus/
Dibilang Keji, NU Garis Lurus Siapkan Buku ‘Sesat’ Jelang Muktamar, Lebih Heboh dari Kesimpulan Tebuireng?
SURABAYA | duta.co – Ketika memberi sambutan di halaqah-14 Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926 (KKNU-26) di Gedung AUTADA (Aliansi Ulama Ahlussunnah wal Jamaah Tapal Kuda) di PP Nurul Qodim, KH Muhammad Idrus Ramli mengatakan, bahwa, KKNU-26 ini lebih fokus menyorot penyimpangan khitthah pada struktural NU.
“Sementara kami, yang sering disebut NU Garis Lurus, lebih konsentrasi pada kultural, umat. Warga nahdliyin di bawah sekarang ini, berhadapan dengan paham syiah, wahabi dan paham liberal. Penyimpangan aqidah di tubuh, ini sudah luar biasa. Bahkan kalau mengacu kepada pemikiran KH Hasyim Asy’ari, sudah taraf murtad,” demikian disampaikan KH Idrus Ramli.
Ia lalu menyebut beberapa nama yang konsisten ‘memagari’ warga nahdliyin dari serangan wahabi, syiah dan pemikiran liberal. Selain dirinya, “Ada Gus Luthfi Bashori, ada Buya Yahya, ada Ustad Absul Somad (UAS red.). Kalau KKNU mengkritisi struktural, kami konsentrasi disektor kultural,” terangnya.
Seperti diketahui, selain Gus Luthfi yang aktif di dunia dakwah, ada juga KH Yahya Zainul Ma’arif yang akrab disapa Buya Yahya. Ia lahir di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, 10 Agustus 1973 lalu. Gerakan dakwahnya tak kalah populer di kalangan nahdliyin. Ia adalah pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon, Jawa Barat.
Gerakan dakwah NU Garis Lurus ini, belakangan mendapat reaksi keras dari warga nahdliyin di media sosial. Terbaru, pernyataan Kiai Idrus Ramli tentang penyimpangan aqidah di NU yang sudah taraf sesat.
“Tuduhan jahat nih, keji sekali. Masih banyak kiai-kiai sepuh di PBNU. Kiai Idrus memang pakar Aswaja, tetapi dia bukan ahli dalam bahtsul masail,” demikian salah satu komentar warga nahdliyin. Sampai Senin (6/7/2020) pro-kontra masih terjadi.Tudingan ini mendapat jawaban dari yang lain. “Ukuran Anda lurus, itu tidak bisa dinilai dari person atau individual. Ukuran lurus itu harus dengan kacamata hukum, hukum apa yang mau dipakai sebagai landasan nilai lurus tersebut?,” jawabnya.
Warganet lainnya menimpali, “Saat seseorang memposisikan kelurusan dari sisi pemikiran dan aqidah, maka, yang dinilai adalah ranah kitab dan aqidah apa yg dianut? Ini tolok ukurnya. Tanpa itu, semua orang bilang lurus. Seorang penjudi dan pencuri, tetap akan dinilai lurus manakala ia tetap meyakini, hanya agama Islam yang benar.”
Ia kemudian memberikan tamsil lain. “Meski orang itu ahli ibadah, jidatnya hitam. Tak akan bisa disebut lurus, saat meyakini semu agama itu benar. Seorang pezinah akan dinilai lurus manakala ia berkeyakinan bahwa minum khomer itu haram, meski pun langit ini runtuh tetap hukumnya haram. Meski dia seorang kiai berlipat sorban, bahkan sampai ke lutut misalnya, tetap akan dinilai TIDAK LURUS manaka ia berkeyakinan minum khamer bisa halal. Karena akal dan logika dia sudah ala pecundang liberal.”
Bicara soal NU, jelasnha, maka, mulai dari para kiai, sampai umatnya di bawah, ajarannya harus sesuai dengan para sahabat dan Nabi. Kalau menyimpang, itu bukan NU.
“Jadi yang dikritik itu bukan NU-nya. Tapi oknum yang mengaku sok paling NU, tapi pemahaman agamanya jauh dari tuntutan NU. Jadi, intinya, bukan orangnya yang merasa lurus. Tapi lebih kepada sandaran, ke arah mana (keyakinan) ia bersandar. Maka inilah nilai LURUS itu,” tegasnya.Jadi? “Saat NU GARIS LURUS mendeklarasikan LURUS, itu bukan merasa dirinya paling lurus, akan tetapi lebih kepada sebuah keyakinan. Keyakinan berpatokan pada ajaran hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari. Bukan kami merasa paling Lurus. Melainkan ajaran Syekh Hasyim Asy’ari ini yang lurus. Dan inilah yang harus kita anut kalau kita merasa NU,” tambahnya.
Gus Luthfi Bashori menyaksikan pro kontra ini, menyadari, kalau sejumlah elit NU merasa terganggu dengan NU Garis Lurus. Ini lantaran prilakunya sudah jauh dari Mbah Hasyim Asy’ari.
Apa yang disampaikan Kiai Idrus Ramli, katanya, bukan barang baru. Banyak penyimpangan-penyimpangan aqidah yang harus diluruskan.
“Mereka yang ngotot membela, itu karena tidak tahu. Karenanya, kami juga menyusun buku khusus penyimpangan aqidah tersebut. Mudah-mudahan menjelang Muktamar ini sudah selesai. Kami akan ungkap beberapa kesesatan tokoh-tokoh PBNU,” tegasnya.
Sorotan aqidah ini, diyakini warga NU lebih seru ketimbang sorotan politisasi organisasi. “Lebih heboh dari buku Kesimpulan Tebuireng. Kalau buku ‘Kesimpulan Tebuireng’ lebih banyak mengupas penyimpangan khitthah NU dari sisi politik, buku NU Garis Lurus ini lebih banyak mengupas penyimpangan aqidah,” demikian disampaikan warga NU di PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyin) kepada duta.co. (mky)
Sumber Utama : https://duta.co/dibilang-keji-nu-garis-lurus-siapkan-buku-sesat-jelang-muktamar-lebih-heboh-dari-kesimpulan-tebuireng
Sebelum menyimpulkan lebih baik membaca ini dulu :
Benang Merah DEMO !!!
Re-post by Migo Berita / Jum'at/15042022/14.34Wita/Bjm