Migo Berita - Banjarmasin - Politisisasi Agama menghasilkan HOAX yang Terpercaya !!! Jadi perbanyaklah pengetahuan dengan berbagai sumber sehingga bisa memilih dan memilah dan tidak akan mungkin termakan hoax. Agar tidak termakan hoax, baca tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan.
Antara Israel dan Para Pembela “Jihadis”
Israel lagi-lagi membombardir Suriah. Jelas ini pelanggaran hukum internasional. Tapi AS dkk diam saja. Tidak ada tuh seruan embargo. Tidak ada tuh tekanan-tekanan kepada negara-negara yang mau berteman dengan Israel.
Beda jauh dengan sikap mereka pada Rusia. Indonesia saja yang berhak penuh sebagai negara berdaulat untuk menerima kedatangan Putin ke Indonesia untuk G20 nanti, juga “diganggu” melulu. Maunya mereka, Indonesia tunduk pada mereka, menolak mengundang Putin. Saya percaya, pemerintah Indonesia tetap independen dan menolak tekanan mereka itu.
Nah, saat baca-baca berita soal Suriah yang selama beberapa tahun terakhir ini dibom melulu oleh Israel, saya menemukan foto ini. Di foto ini terlihat, anak-anak Suriah membawa foto bertuliskan:
“Dirgahayu TNI #70. Om, ke sini donk, bantuin kami. Rusia sudah datang.”
Foto ini disebarkan oleh Misi Medis Suriah, lembaga penyalur dana bantuan masyarakat Indonesia di Suriah, tepat di hari ulang tahun TNI ke-70 tahun 2015.
Tahun 2016 akhir, sebagian besar milisi “jihad” yang berafiliasi dengan Al Qaida kalah. (Mereka inilah kelompok yang didukung dan diberi bantuan para pengepul donasi, di berita CNN yang lain disebutkan soal para pengepul donasi dari Indonesia, antara lain Ihsanul Faruqi, duduk-duduk bersama “jihadis” itu, tapi oleh CNN disebut “kelompok pejuang.” Menurut CNN, orang-orang Indonesia ini datang membawa donasi senilai 22 miliar ke Suriah.)
Menurut CNN, mengutip aktivis pengepul donasi MMS, yaitu Fathi Nasrullah Attamimi, foto dibuat di penampungan pengungsi Suriah di Atma. Ide membuat poster itu datang dari seorang relawan MMS yang turut ikut ke sana, Said Anshar.
“TNI adalah institusi besar dan dicintai mayoritas masyarakat Indonesia, peran aktifnya di dunia internasional telah banyak, Sebagai pasukan penjaga perdamaian. Apa bisa gitu para bapak pimpinan TNI mengusulkan supaya pemerintah Indonesia terlibat aktif dalam isu Suriah?” kata Fathi.
Tentu saja, TNI dan pemerintah Indonesia TIDAK BODOH seperti yang dimaui si Fathi ini. Pemerintah Indonesia justru sangat paham, siapa sebenarnya yang “bermain” di Suriah.
Dan, itulah akibatnya kalau tidak paham geopolitik: jadi bodoh dan sadar atau tidak sadar, telah menyebabkan bencana buat banyak orang, baik di Suriah maupun di Indonesia.
Setahu saya, orang-orang yang aktif mendukung “jihad” Suriah dan yang aktif mengepul donasi untuk Suriah ini pro-Palestina (minimalnya, mengaku demikian), tapi mengapa mereka malah memilih berpihak pada “jihadis”?
Apa mereka tidak tahu bahwa Suriah adalah negara Arab terakhir yang tetap anti-Israel, dan bahkan membantu aktif perjuangan Palestina? Dan atas alasan itulah AS dan Israel sangat ingin menumbangkan Bashar Assad. Awalnya AS menggunakan tangan (proxy) para “jihadis” dalam berbagai nama, mulai ISIS, Al Nusra, FSA, dan ratusan lainnya.
Para milisi itu mau jauh-jauh dari berbagai negara datang ke Suriah dan siap mati karena mengira sedang “perang suci.” Sebabnya, karena ada tim lain yang bekerja aktif, yaitu para ustad provokator pro-“jihadis” dan para pengepul donasi di seluruh dunia yang secara masif menyebarkan kebohongan soal Suriah (menyebut di sana kaum Sunni dibantai Syiah).
Padahal, kini, semakin jelas terlihat: setelah ISIS dan Al Qaida kalah, Israel yang turun tangan langsung, mengebom Suriah. AS juga turun tangan langsung: menduduki beberapa kawasan di Suriah dan mencuri minyak Suriah. Target mereka masih sama: menghancurkan pemerintah Suriah yang hingga kini tetap tegak melawan Israel.
Pesan saya: para “ikhwan dan akhwat” belajarlah geopolitik yang benar, masa sudah berlalu 10 tahun masih tetap ga paham? Apa tidak lihat seperti apa bencana yang sudah kalian hadirkan (langsung ataupun tidak)? Status-status FB (dan konten medsos lain) dari kalian, yang memprovokasi publik soal Suriah, memfitnah sana-sini, akan tetap tercatat sepanjang hayat. Karmanya pasti datang, cepat atau lambat.
#neverforgetneverforgive [soalnya kalian juga ga pernah minta maaf]
—-
[1]para pengepul donasi yang “duduk-duduk bareng jihadis: https://www.cnnindonesia.com/…/kisah-relawan-indonesia…
[2] berita tentang poster untuk TNI https://www.cnnindonesia.com/…/di-balik-foto-bocah…
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2022/06/07/antara-israel-dan-para-pembela-jihadis/
Mohon maaf postingan sebelumnya saya ralat. Seharusnya yang benar: BEKAS Dubes RI untuk Ukraina, BUKAN DUBES yang saat ini.
Sikap “Setuju” Indonesia Atas Resolusi PBB Soal Rusia
Tanggal 2 Maret yll, saya diwawancarai live oleh Tribun. Yang membuat saya terkejut, pewawancara bilang: bekas Dubes Indonesia di Ukraina menyebut bahwa “keberadaan neo-Nazi di Ukraina adalah hoax.” Lalu dia minta konfirmasi dari saya. Tentu saja jelaskan bahwa itu bukan hoax.
Alhamdulillah, saya cukup bangga, karena pendapat saya selama ini (yang saya tulis beberapa kali di FP ini, juga saya sampaikan dalam wawancara dengan Tribun) ternyata terkonfirmasi oleh pernyataan Prof. Hikmahanto Juwana (Guru Besar Hukum Internasional) terbaru.
Beliau menyesalkan sikap “setuju” yang diambil Indonesia atas resolusi Majelis Umum PBB 2 Maret 2022 soal Rusia. Beliau bilang, “…secara tak langsung, Indonesia menentukan tindakan invasi Rusia sebagai salah. Padahal dua negara yang berseteru pasti memiliki justifikasi berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional. Satu hal yang pasti Rusia tidak akan menyatakan dirinya melakukan perang agresi atau serangan terhadap integritas wilayah negara lain.”[1]
Nah, ini juga point saya sejak awal: aspek hukum internasionalnya masih perdebatan, mengapa harus buru-buru menghakimi? (soal hukum internasional ini, juga saya jelaskan di wawancara dengan Tribun).
Masalah Rusia-Ukraina ini kan ada beberapa dimensi:
(1) separatisme, sebagai buntut dari kudeta “revolusi berwarna” dan rasisme dari kelompok ultranasionalis neo-Nazi pro-kudeta
(2) genosida atas etnis minoritas di Donbass (yaitu etnis Rusia)
(3) ekspansi NATO ke timur, sampai nyaris mengepung Rusia. Rusia memiliki kekhawatiran besar atas keamanan dan kedaulatannya, mengingat track record AS selama yang selalu mengacau negara orang.Dalam terjadinya poin 1, 2, dan 3, itu campur tangan AS sangat-sangat jelas. Bahkan Prof Mearsheimer, profesor terkemuka Hubungan Internasional dari AS (para penstudi HI pasti kenal), sejak 2015 juga menyatakan bahwa AS salah dalam kasus Ukraina ini. [2]
Di tengah perdebatan ini, sangat tidak bijak bila Indonesia mengikatkan diri pada satu pihak (AS maupun Rusia). Seharusnya ABSTAIN saja, akan lebih menguntungkan untuk kepentingan nasional kita sendiri.
—
[1] Soal Prof Mearsheimer: https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/289616323275797
[2] Pernyataan Prof Hikmahanto: https://amp.dw.com/…/guru-besar-ui…/a-60995070
WAWANCARA DINA SULAEMAN DENGAN TRIBUN
Soros dan Virus
Menyambung tulisan saya sebelumnya soal “konspirasi.” Mereka yang aktif mengamati politik global, tentu kenal nama George Soros. Menyebut namanya sering diidentikkan dengan “teori konspirasi” (sama seperti kalau kita sebut nama Bill Gates). Padahal, sangat mungkin untuk membahas Soros dengan data dan pengambilan konklusi yang logis.
Dalam krisis moneter Asia 1998, yang akhirnya membuat Suharto lengser, dan Indonesia beralih menjadi negara yang lebih demokratis (dan di saat yang sama, lebih neoliberal, lebih membuka pintu lebar-lebar bagi investor asing), Soros berperan penting.
Dalam berbagai revolusi berwarna di Eropa timur, juga penggulingan rezim-rezim di Timur Tengah, kita bisa menemukan data valid mengenai peran NGO-NGO “demokrasi” yang didirikan Soros. Untuk Rusia, NGO/yayasannya Soros (Open Society) sudah lama berupaya menumbangkan Putin dengan cara klasik “gerakan demokratisasi.” Tahun 2015, akhirnya Rusia melarang semua aktivitas yayasan Soros dengan alasan “mengancam keamanan negara.” Lalu, Soros pun terang-terangan, berkali-kali, mengatakan Putin harus ditumbangkan.
Tanggal 24 Mei, Soros kembali menyuarakan sikap anti-Putin (dan Presiden China Xi Jinping), melalui tulisan berjudul “The Fight of Our Live” (perjuangan hidup kita).
Untuk Putin, Soros menulis: tidak ada cara lain untuk “melindungi peradaban kita” selain dengan mengalahkan Putin.
Tapi, untuk Presiden Xi, Soros membawa-bawa c*vid. Menurutnya, kesalahan Xi dalam penanganan c*vid akan membuatnya kehilangan kekuasaan sebentar lagi.Saya menyoroti kalimat Soros ini:
****
Banyak orang bingung dengan pendekatan Presiden Xi yang tampaknya tidak rasional terhadap pandemi ini, tetapi saya dapat memberikan penjelasan kepada Anda: Xi menyimpan rahasia kesalahan. Dia tidak pernah memberi tahu orang-orang China bahwa mereka telah divaksin dengan vaksin yang dibuat untuk varian penyakit Wuhan yang asli, padahal menawarkan sedikit perlindungan terhadap varian baru. Xi tidak bisa berterus terang tentang ini, karena dia berada pada saat yang sangat sulit dalam karirnya. Masa jabatan keduanya berakhir musim gugur ini, dan dia ingin diangkat untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akhirnya menjadi penguasa seumur hidup.
****
Ada kesalahan fatal -secara sains- dalam kalimat Soros ini. Benar, vaksin yang diinjeksikan kepada rakyat China adalah vaksin berbasis virus utuh varian Wuhan, yang dimatikan (inactivated). (dan saya yakin, rakyat China sudah tahu jenis vaksin yang mereka terima).
Tapi, apakah benar vaksin berbasis virus utuh itu yang menyebabkan Shanghai dan sekitarnya dilock-down lagi? Apakah benar vaksin berbasis virus utuh tidak mempan melawan varian yang terus bermunculan?
Jawabannya: tidak benar. Tapi dari mana kita (saya) bisa yakin bahwa jawabannya demikian? Tentu karena belajar, sudah hampir 1,5 tahun terakhir ini saya mempelajari dasar-dasar virologi, imunologi, dan vaksinologi. Dan belajar dasar-dasar sains BUKAN “teori konspirasi” (ada dokter yang mengatai saya pakai “teori konspirasi” saat menulis soal c*vid).
Belajar soal virus, selain untuk menyelamatkan diri dan keluarga, sangat erat kaitannya dengan politik negara. Lihat saja sekarang, virus baru terus bermunculan. Apa anggaran negara akan terus dihabiskan untuk mengurusi virus? Apa sekolah dan bisnis akan ditutup lagi?
Tulisan Soros jelas menyebut kaitan virus dengan politik: ia memprediksi bahwa Xi sebentar lagi tumbang karena masalah c*vid. Saya pun pernah membuat podcast di Youtube dengan topik “Geopolitik dan C*vid.”
Ketika sebuah negara tidak paham dasar-dasar sains virologi, negara itu akan terus-menerus jadi objek kekuasaan besar yang mendiktekan berbagai “kebijakan” yang menguntungkan mereka. Knowledge is power, pengetahuan adalah kekuasaan.
Saran saya, BACA buku ini (tonton videonya). Saya bukan endorser, sama sekali tidak dapat keuntungan finansial dari sini. Saya merekomendasikan buku ini karena menurut saya, rakyat harus merebut pengetahuan itu, supaya tidak terus-menerus menjadi objek kekuasaan.
———
[1] Tulisan Soros https://www.project-syndicate.org/…/davos-address-open…
[2] sumber video: https://www.youtube.com/watch?v=BoFflaQzW7E
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2022/05/31/soros-dan-virus/
Ketika Mahasiswa dan Alumni Suriah Berani Angkat Bicara
Sungguh, beberapa hari terakhir saya merasa lega, menyaksikan beberapa mahasiswa Indonesia di Suriah dan Ikatan Alumni Suriah berani bersuara ‘keras’ melawan hoax soal Suriah. Biar bagaimanapun, mereka tinggal bertahun-tahun di Suriah, merasakan dan menyaksikan sendiri atmosfer kehidupan di sana.
Seorang mahasiswa bernama Lion Fikyanto menceritakan betapa majelis-majelis ilmu mazhab Sunni sangat hidup di Suriah:
Laporkan iklan iniBeginilah hari-hari ku sebagai pelajar di Ibukota Suriah yang bernama “Damaskus” dibawah kekuasaan yang mereka sebut Taghut, Fir’aun dll,jadwalku mengaji full dari hari ke hari, berpindah tempat dari satu masjid ke masjid lainnya,itu diluar kesibukan kampus tentunya, silahkan tanya kepada seluruh anggota PPI Damaskus, satu sama lain pasti tidak akan cocok jadwal mengajinya, karena kita memilih masing-masing sehingga ga jarang jika kita tak pernah sepakat untuk ngaji bersama.
Masjid-masjid selalu penuh dengan kajian keilmuan, halaqah-halaqah Al-Qur’an, Alhadist dengan Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah(Asy’ari & Maturidi) berpegang teguh pada Madzhab Fiqh 4(Hanafi,Maliki, Syafi’i,Hanbali) serta berdasarkan konsep Ihsan(Tasawuf) yang berarti Tazkiyah untuk mengimbangi semua keilmuan tersebut.
Demi Allah! Kemanapun kaki ini melangkah, pasti selalu ada setiap Masjid yang membuka Talaqqi, mulai dari yang bertaraf anak2, remaja, bahkan untuk semua kalangan, mulai dari yang private(satu guru utk,satu atau dua murid) atau yang dibuka untuk Umum, sampai-sampai akupun tak sanggup melayani Ambisi menuntut ilmuku karena saking padatnya Jadwal yang bertabrakan dengan jadwal pengajian lainnya,
Yang dia tulis itu seharusnya sudah dipahami publik Indonesia sejak awal perang Suriah (2011-2012). Betapa banyak orang Indonesia yang belajar di Suriah selama puluhan tahun terakhir, mereka penganut Aswaja dan sebagian sudah pulang dengan selamat sentausa, jadi ustadz di pesantren atau pegawai di Kemenag Indonesia (sebagian masih sekolah di Suriah sampai hari ini). Buku-buku ulama Aswaja asal Suriah (misal, karya-karya Syekh Buthy -yang pada 2013 gugur syahid dibom teroris-mengaku-mujahidin) dibaca luas di pesantren-pesantren Aswaja di Indonesia.
Mereka ini bukti nyata bahwa pemerintah Suriah TIDAK MEMBANTAI warga Sunni sebagaimana gosip yang disebarkan oleh para ustadz/zah yang mendadak jadi ahli geopolitik dan lembaga-lembaga donasi itu.
Kok sebagian orang susah amat mencerna fakta sesederhana ini ya?
Tentu saja, sangat mungkin Anda akan menemukan ada di antara alumni/mahasiswa yang berbicara berbeda. Tapi dalam penelitian ilmiah sudah ada prosedurnya: lakukan triangulasi data. Data-data yang kontradiktif dianalisis bersama dokumen-dokumen terkait, baru diambil kesimpulan. Dalam pemberitaan media, langkah cover both-side itu wajib dilakukan.
Karena itu, sangat lucu ketika ada dosen jurnalistik yang menulisi ‘analisis’-nya dengan dasar “kata teman saya orang Suriah yang tinggal di Inggris”. Atau ketika facebooker ngotot melawan data-data valid dengan berkata, “Kata ustad anu yang pernah ke Suriah”.
Sayangnya, banyak informasi salah tentang Suriah justru datang dari ustadz/ustadzah yang cenderung dipengaruhi kuat oleh emosi atau keterikatan ideologis dengan organisasi yang diikutinya (sebagaimana kita tahu, “jihadis” di Suriah berasal dari kalangan Al Qaida, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan ISIS; organisasi-organisasi ini punya cabang di Indonesia).
Di antara ustadz yang bersuara keras soal Suriah (dalam versi yang salah) adalah Ustadz Abdul Somad. Antara lain beliau mengatakan bahwa rezim Assad adalah Syiah, kaum Sunni di Suriah dibantai,
“Bashar Al-Assad adalah penjahat kemanusiaan seperti Hitler, Stalin, Lenin, Polpot, dan lain sebagainya. PENDAPAT INI kami ambil dari guru kami seorang Ulama ahli hadits Suriah bernama SYAIKH MUWAFFAQ, mursyid thariqat syadziliyyah di Suriah yang kami telah mendapatkan SANAD darinya.”
Alumni Suriah (Alsyami) bahkan mengundang Ustadz Abdul Somad (UAS) untuk bertabayun dalam acara Silaturahmi Nasional Alumni Suriah (digelar hari ini dan besok). Saya baca surat resmi Alsyami (banyak dishare di FB dan media-alternatif; sepertinya media mainstream belum mengangkat berita baik ini), isinya begini:
“Memperhatikan pernyataan Anda yang beredar di media sosial terkait kehidupan beragama dan bernegara di Suriah, kami menemukan ada banyak poin yang tidak sesuai dengan fakta yang kami ketahui dari guru-guru (masayikh) dan kawan-kawan kami di Suriah yang menjadi sebagai saksi mata, menjalani setiap detik kehidupan di sana, dan merasakan atmosfer, serta membaca sejarahnya. Untuk itu dengan hormat, dalam rangka melaksanakan perintah Allah agar senantiasa ‘tawasaw bil haq’ kami mengundang Anda untuk tabayun bersama kami…”
Akankah UAS datang bertabayun langsung kepada ulama Suriah yang hadir dalam acara Alsyami di Medan? Atau beliau tetap berkeras mengutip ‘ulama’ yang lain lagi, seperti yang dilakukannya selama ini? Apakah beliau mau melakukan langkah ilmiah triangulasi data (menganalisis 2 info yang kontradiktif bersama dokumen-dokumen yang valid, serta berbagai langkah verifikasi lainnya, misalnya analisis foto-dan video, dan kredibilitas sumber berita?)
Tentu ajakan bertabayun ini tidak terbatas untuk UAS, tapi kepada semua “shareholder” (pemegang saham) dalam konflik Suriah ini. Kenapa kok disebut ‘saham’? Ya karena konflik ini dibawa-bawa ke Indonesia dengan melibatkan uang amat-sangat-besar.
Kalian pikir berapa harga baliho dan spanduk raksasa yang dipasang di pinggir-pinggir jalan untuk meminta donasi Suriah? Berapa biaya merekrut dan mengirimkan para “jihadis” asal Indonesia? Berapa biaya roadshow di seluruh Indonesia untuk bicara soal Suriah [dalam versi “jihadis”] lalu merogoh kocek para hadirin yang berhasil dibuat menangis dengan video-video palsu? Berapa biaya yang digelontorkan negara-negara NATO dan Teluk dalam menyuplai senjata untuk para “jihadis”? Menurut kalian, mereka melakukan itu karena ‘dermawan’, atau ada imbalan besar yang dikejar (minyak, gas, dll)?
Selamat ber-silaturahim untuk Alsyami. Untuk Alsyami dan mahasiswa Indonesia di Suriah, saya serukan, beranilah terus bersuara. NKRI benar-benar terancam akibat penyebaran hoax yang amat tersistematis dan masif ini, Anda semua punya tanggung jawab besar untuk melakukan klarifikasi dan pengimbangan berita.
Dibully? Ah, biasa itu. Anda pastilah lebih kuat daripada kami, ibuk-ibuk yang selama ini di sela-sela bejibunnya urusan rumah tangga meluangkan waktu untuk melakukan perlawanan kecil di medsos.
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/03/10/ketika-mahasiswa-dan-alumni-suriah-berani-angkat-bicara/
Lagi, Seorang Jurnalis Perempuan Palestina Dibunuh Israel.
Kemarin, 1 Juni 2022, sekitar pukul 7:40 pagi waktu Palestina, seorang jurnalis perempuan berusia 31 tahun, bernama Ghufran Warasneh, berjalan melalui pintu masuk kamp pengungsi Al-Arroub di utara Hebron, Tepi Barat.
Pagi itu, Ghufran akan berangkat bekerja di sebuah radio. Kemarin adalah hari pertamanya bekerja di radio tersebut. Sebelumnya Ghufran sudah pernah bekerja di media lokal lainnya (lihat video).
Tiba-tiba saja, Ghufran ditembak tentara Israel yang memang selalu berpatroli di sekitar pintu kamp pengungsi tersebut. Menurut saksi mata, Ghufran ditembak saat berdiri pada jarak sekitar dua meter dari seorang tentara Israel.
Ghufran langsung terkapar. Darah mengalir deras dari tubuhnya. Warga di kamp pengungsi dan paramedis berupaya menolong, tetapi baru 30 menit kemudian tentara Israel mengizinkan mereka membawa Ghufran ke rumah sakit. Namun, nyawa Ghufran tak tertolong lagi.
Pada hari yang sama, jasad Ghfuran diarak untuk dimakamkan. Tentara Israel rupanya tak puas dengan mencabut nyawanya, tetapi juga tidak rela ada iring-iringan pemakaman itu. Mereka pun menyerang iringan yang membawa jasad Ghufran. Tentara menembakkan gas air mata kepada para pelayat dan mencoba menghalangi mereka memasuki kamp pengungsi.
Seperti biasa, Israel selalu menyalahkan korban dengan kebohongan. Beberapa pekan yang lalu, saat jurnalis Aljazeera yang sangat terkenal di dunia Arab, Shireen Abu Akleh ditembak mati sniper Israel, rezim Zionis langsung menuduh bahwa pelakunya adalah milisi Palestina sendiri. Ketika ketahuan bohong, mereka merevisi kebohongan dengan pernyataan “masih belum jelas siapa yang menembak” dan kemudian secara resmi menyatakan tidak akan melakukan investigasi atas kasus ini.
Kini pun, Israel menuduh bahwa Ghufran membawa pisau dan mengancam tentara Israel, itulah sebabnya Ghufran ditembak. Tidak ada bukti yang diberikan.
Kebohongan demi kebohongan terus dilakukan Israel, karena mereka meyakini, mereka akan dibiarkan saja melakukan kejahatan apapun di Palestina.
Alfaatihah ma’ash sholawat untuk Ghufran Warasneh.
—
https://thecradle.co/Article/news/11204
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2022/06/02/lagi-seorang-jurnalis-perempuan-palestina-dibunuh-israel/#more-8246
Menghadapi Pandemi Berikutnya dengan Mandiri
Apa benar apa pandemi berikutnya?
Entah.
Yang jelas, “pakar pandemi dan vaksin,” Bill Gates, sudah menulis buku “Bagaimana Mencegah Pandemi Berikutnya.” Saya belum baca bukunya, tapi kemungkinan sih, seperti yang selama ini disuarakan BG: cara mencegah pandemi berikutnya adalah “pemerintah negara-negara di dunia harus mengalokasikan dana yang sangat besar untuk pengembangan vaksin.”
Yang jelas, media-media silih berganti memberitakan virus-virus yang harus diwaspadai.
Yang jelas, Menkes RI sudah bilang begini, “Kita berharap bahwa dengan adanya perbaikan kondisi COVID-19 ini masyarakat makin menyadari bahwa TANGGUNG JAWAB KESEHATAN terhadap pandemi ini ada di TANGAN KITA MASING-MASING.” (4 April 2022, sumber: setkab.go.id)
NAH, APA YANG KITA BISA LAKUKAN?
Ya itu, seperti dibilang pak Menkes “tanggung jawab kesehatan ada di tangan kita sendiri.”
Bagaimana cara bertanggung jawab? Ya BELAJAR. Sangat penting bagi kita untuk belajar soal virologi dasar, imunolagi dasar, dan vaksinologi dasar. Kuasai pengetahuan itu, supaya tidak terus-menerus jadi objek dari para “penguasa pengetahuan,” supaya bisa melindungi diri dan keluarga.
—
Info tentang apa saja isi buku ini dan bagaimana cara pemesanan buku, ada di sini: https://www.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/998932677293343 [Saya bukan endorser buku dan tidak dapat bayaran endors, tapi sekedar share info karena buku ini penting banget dibaca].
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2022/06/02/menghadapi-pandemi-berikutnya-dengan-mandiri/
Malam Sebelum Jokowi Datang
Terkait pemberitaan di media nasional dan beragam pertanyaan wartawan terkait ketidak hadiran saya di acara Rakernas Projo di Magelang maka saya merasa perlu menjelaskan beberapa hal terkait itu.
Saran dan pertimbangan ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan melalui telepon pada saya tentu sangat jelas, pertama, sebaiknya saya tidak menghadiri acara yang terindikasi menjadi ajang dukung mendukung capres karena Partai saat ini belum memutuskan apapun terkait siapa Capres dan Cawapres. Kedua, saya sebagai anggota DPR, maka ketua Badan Pemenangan Pemilu menyarankan agar kader Partai mengintensifkan pertemuan dengan Rakyat di daerah pemilihan lebih penting dibandingkan pertemuan terkait dukung mendukung capres dan cawapres yang penetapannya masih sekitar 16 bulan lagi.
Namun selain percakapan tersebut, agar semuanya utuh dan terang benderang, perlu juga saya sampaikan garis besar pembicaraan saya dengan Projo dan beberapa perwakilan relawan yang hadir pada malam sebelum acara Projo di laksanakan, antara lain :
Pertama, Selamatkan Uang Rakyat :
Baiknya para Relawan Pendukung Jokowi memiliki sikap yang sama yaitu bagaimana agar dua tahun terakhir Pemerintahan Jokowi bisa lebih maksimal, salah satunya adalah dengan menyelamatkan anggaran negara sekitar Rp 5.000 Trilyun hingga Rp 5.500 Trilyun yang akan di gulirkan dalam dua tahun anggaran terakhir.
Terkait hal itu Presiden perlu bersikap tegas dengan meminta Menterinya untuk mundur jika mau menjadi calon Presiden. Bagaimanapun Menteri adalah pengguna anggaran dan Presiden perlu memastikan agar uang Rakyat itu tidak tercecer sia sia untuk kepentingan ambisi beberapa menterinya. Dalam pembicaraan yang sama, terlontar juga pemikiran bahwa menteri yang ingin menjadi Capres lalu memutuskan mundur dengan kesadarannya bisa jadi akan mendapat dukungan Rakyat.
Kedua, Perkuat Soliditas dan Kinerja Kabinet :
Pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu jauh hari sebelum masa kampanye tentu akan berdampak pada soliditas dan kinerja kementrian dan lebih jauh lagi bisa berpotensi terjadinya blok blok dalam kabinet dan itu tidak menguntungkan bagi pemerintahan Jokowi, Terlebih lagi jika pembentukan satu koalisi bisa menyebabkan terbentuknya koalisi partai lainnya atau pengkubuan dalam kabinet tentu akan membuat kabinet retak dan semakin tidak sehat.
Apa yang kita harapkan dari Pemerintahan jika hingga 2 tahum ke depan kabinet terkotak kotak dalam beberapa koalisi, ada sekian partai dengan masing masing menterinya mendukung Bakal Calon Presiden si A, ada kelompok partai lain berikut menterinya mendukung Balon Presiden si B, atau ada beberapa menteri non Partai yang mendukung Balon si C. Atau bagaimana jika Menteri dan Wakil Menteri nya berbeda pilihan koalisi dan dukungan politik. Jika situasi itu benar terjadi, maka seluruh program Pemerintah akan sulit berjalan sesuai target.
Ketiga, Bersatu melewati Pandemi dan memperbaiki ekonomi adalah prioritas :
Kehadiran Ganjar Pranowo besok (21 Mei 2022) di rakernas Projo jika tidak di hadiri oleh mereka yang juga berkeinginan menjadi calon Presiden tentu hanya akan meningkatkan suhu dari persaingan politik tapi tidak berdampak apapun pada perbaikan ekonomi negara pasca Covid ini. Suhu politik yang terlalu panas dan berlangsung lebih dari 24 bulan sungguh hanya akan mempertajam polarisasi di Rakyat. Ibarat alam yang butuh matahari tapi jika kemarau terlalu panjang tentu akan merusak banyak aspek kehidupan. Tapi jika dalam acara Projo tersebut hadir beberapa yang berkeinginan menjadi calon Presiden maka bisa jadi suhu politik justru menjadi lebih adem dan stigma Projo sebagai tim sukses capres akan berubah menjadi Projo sebagai Tim Sukses Demokrasi dan kesejahteraan Rakyat, dari Relawan menjadi negarawan.
Setelah berbicara terkait ketiga hal tersebut saya menyampaikan izin pamit pada kawan kawan Projo dan pimpinan relawan lainnya bahwa dengan segala hormat saya tidak akan hadir dalam acara Rakernas karena sebagai kader partai saya tidak akan mendahului Ketua Umum Partai, sebagai Aktivis Pro Demokrasi saya tidak mau bertanding sebelum gelanggang dibuka bahkan sebelum aturan main di sepakati seluruhnya, sebagai intelektual maka saya harus berfikir logis tentang pilihan baik atau buruk dengan segala kemungkinan resiko dan konsekuensinya apalagi jika yang dipertaruhkan dalam pilihan itu adalah Rakyat Indonesia dan kehidupan berdemokrasi di negeri ini.
Menutup tulisan ini, saya mengajak agar kita semua lebih baik fokus untuk memperbaiki kondisi ekonomi pasca Covid, berkerja sebaik baiknya untuk kembali memutar roda ekonomi yang melambat akibat pandemi di banding meributkan sebuah pertandingan sebelum waktunya bahkan sebelum aturan pertandingan itu di sepakati.
Hormat Saya
Adian Napitupulu (Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan).
Sumber Utama : https://seword.com/politik/malam-sebelum-jokowi-datang-9hQeVVJYQP
Jokowi Sudah Setuju Duetkan Ganjar-Anies?
Melihat beberapa partai politik sowan ke Surya Paloh akhir-akhir ini, saya kemudian menyimpulkan nampaknya Surya Paloh benar-benar akan menjadi king maker di 2024 nanti. Dengan harapan, Nasdem dapat naik signifikan dan menjadi partai 3 besar.
Setidaknya, ada tiga ketum Partai yang kita ketahui berkunjung ke Surya Paloh. Mereka adalah Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto dan SBY. Nama yang terakhir itu memang bukan ketum partai, tapi anaknya yang ketum. Entah gimana ceritanya, mungkin maksudnya pengen nganter anaknya. Ya pokoknya gitu kira-kira.
Sampai di sini, kita jadi bertanya-tanya, kenapa Golkar dan Gerindra malah mendatangi Surya Paloh? Bukankah dua partai tersebut adalah partai yang secara suara lebih besar dibanding Nasdem?
Jawabannya, mungkin mereka memang lebih besar. Tapi tetap saja bukan partai yang bisa berdiri sendiri seperti PDI Perjuangan. Makanya mereka perlu jalan-jalan untuk cari kawan dan kemungkinan.
Tapi kenapa yang lebih besar malah datang ke yang lebih kecil secara suara? Mungkin, karena Nasdem sudah punya Anies. Dan semua pimpinan partai tau ada kemungkinan dan potensi Anies bisa menang di Pilpres 2024.
Eh sebentar. Ini gimana ceritanya Nasdem punya Anies? Bukankah Anies ga punya partai? Jadi ceritanya, Anies ini adalah deklarator Ormas Nasdem pada tahun 2010 lalu. Dan setelah itu, Nasdem berubah menjadi partai seperti yang kita lihat sekarang.
Pada tahun 2019 lalu, Nasdem sudah mengambil langkah serius bersama Anies. Dan dengan banyak komunikasi serta diskusi, hubungan Anies dengan Nasdem menguat.
Sampailah urusan Formula e Jakarta, Nasdem menugaskan kadernya untuk mendampingi dan menyelesaikan sampai tuntas. Anies benar-benar diposisikan seperti raja, siap terima beres. Urusan yang ruwet dan tekhnis, biar Sahroni yang selesaikan. Mulai dari urusan cari sponsor sampai borong tiket, semuanya aman terkendali di tangan Sahroni.
Maka dengan posisi yang seperti inilah Anies lebih condong ke Nasdem dibandingkan partai lain.
Maka tak heran kalau para ketua partai dari Gerindra Golkar dan Demokrat berbondong-bondong mendatangi Surya Paloh. Untuk membicarakan kemungkinan, apakah mereka bisa bersanding dengan Anies.
Misalkan apakah mungkin Anies Airlangga? Atau Anies Erick? Atau Prabowo Anies? Atau yang paling sering dibicarakan Anies AHY?
Semua kemungkinan ini coba dibicarakan.
Tapi di luar itu, Surya Paloh sendiri nampaknya lebih condong ingin memastikan kemenangan tanpa perlawanan sengit. Makanya belakangan muncul pengakuan dari ketua Projo, bahwa usulan pasangan Ganjar Anies sudah disampaikan pada Presiden Jokowi dan ada sinyal setuju dari pihak Presiden. Kebetulan, beberapa waktu terakhir kita juga sudah melihat sinyal bahwa Jokowi mendukung Ganjar.
Secara komunikasi politik, Surya Paloh ini sangat menghormati Jokowi. Bahkan dalam beberapa kesempatan, menurut informasi valid, Surya Paloh tak perlu berdiskusi untuk memutuskan sesuatu. Ketika dipanggil Presiden terkait kebijakan yang akan diambil pemerintah, Surya Paloh langsung mengucapkan “saya ikut dinda” ketika pertama kali keduanya bertatap mata. Jadi benar-benar tak perlu diskusi atau berdebat dengan Jokowi.
Maka dengan hubungan yang sehangat itu, Surya Paloh akan rela membiarkan Anies di posisi Cawapres. Menghormati betul pilihan Jokowi yang lebih condong ke Ganjar. Hanya dengan satu catatan, Ganjar bersedia masuk Nasdem dan setuju untuk Capres.
Dari sisi Presiden Jokowi, secara kalkulasi politik, tidak masalah kalau memang Anies harus jadi Cawapresnya Ganjar. Karena beginilah realitas politik dalam rangka memenangkan pertarungan tanpa berdarah-darah.
Dan Jokowi, sudah pernah mengalami situasi seperti itu di 2019 lalu. Ketika Mahfud MD sudah dipanggil dan diajak komunikasi, di menit terakhir, Jokowi harus menerima Maruf Amin sebagai Cawapresnya untuk memastikan kemenangan di periode kedua. padahal kita tahu, Maruf Amien adalah orang yang mengeluarkan fatwa penistaan agama MUI pada 2017 lalu, dan berakhir upaya pelengseran kepada Presiden Jokowi. Dengan situasi seperti itupun Jokowi masih mau terima, apalagi Anies yang hanya pernah dipecat karena beberapa ulahnya.
Kisah yang sama juga sedang terjadi sekarang antara Ganjar dan Anies. Dua tokoh yang selama ini selalu menempati posisi 3 teratas lembaga survei. Sisanya ada Prabowo.
Kalau 3 orang ini masing-masing menjadi Capres, maka Indonesia berada dalam ketidak pastian. Karena siapapun punya peluang menang mengingat selisihnya tidak terlalu jauh. Berbeda dengan cerita Jokowi di 2014 lalu yang selisih secara survei mencapai lebih dari 20 persen dengan Prabowo. Sementara sekarang, Anies Ganjar dan Prabowo hanya selisih kurang dari 10%.
Meskipun Prabowo sekarang sudah jadi menteri, tetap saja Jokowi kurang setuju untuk mendukung Prabowo di Pilpres. Dan daripada Prabowo menggaet salah satunya, Prabowo Ganjar atau Prabowo Anies, dan itu akan menguatkan posisi Prabowo, ya lebih baik Ganjar Anies saja disatukan.
Kira-kira seperti itulah gambaran yang saya tangkap sampai hari ini. Dan mungkin tak akan berubah banyak sampai jelang 2024 nanti.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-sudah-setuju-duetkan-ganjar-anies-ARKBMZWHUz
TOLSE! Sekelas Anggota Dewan Komentari Luhut “Kurang Senyum”
Luhut Binsar Pandjaitan adalah sosok opung yang sudah malang melintang di dunia militer dan politik. Kekuatannya tidak besar, tapi terlihat besar. Kenapa? Karena Luhut mencoba menganalisis dan membedah tugas-tugasnya saja.
Sebenarnya apa yang dilakukan hanyalah tugas-tugas sesuai dengan job description yang sudah diberikan oleh pimpinannya, yakni Pak Joko Widodo. Di tengah-tengah orang yang malas, Luhut yang rajin terlihat sangat powerful. Inilah ironinya. Luhut hanya jalankan tugas, tidak lebih tidak kurang.
Namun media-media dan orang-orang DPR dungu mengatakan bahwa Luhut ini terlalu banyak tugas. Sekali lagi tidak, dia kalau disandingkan dengan Sandiaga Uno, ya pasti opung Luhut ini kelihatan sangat bekerja dan sangat baik. Yang disandingkan sama orang males mau lihat apa?
Selama ini kita tahu bahwa Opung Luhut ini menjadi sosok yang dianggap menguasai semuanya, menteri segala urusan. Menteri koordinator kemaritiman dan investasi ini membawahi banyak sekali kementerian. Dan opung tidak bekerja sendiri. Dia bekerja bersama tim.
Asal kalian tahu saja ya, dia memiliki tim yang terdiri dari anak-anak muda, yang memberikan masukan secara kontinu dan konstan kepada opung. Beliau memiliki tim ini, sebagai perpanjangan tangannya, dan sekaligus menjadi pusat pengambilan keputusan. Semacam dewan pertimbangan.
Nggak seperti TGUPP yang kerjaannya hanya jilat dan cebokin pimpinannya di daerah, tim Luhut ini tidak terlihat dan jarang sekali opung mengendorse mereka. Mereka terdiri dari beberapa anak-anak muda yang terlatih dengan pendidikan yang mantap dari dunia ilmu sosial dan hukum.
Mereka menjalankan tugas dalam diam, tidak seperti anjing-anjing balai kota yang menyalak ketika tuannya dikritik dan ditemukan korupsi anggaran gila-gilaan. Mereka bekerja secara profesional. Sebetulnya Opung sudah memberikan hints alias sudah memberitahu di beberapa tempat, bahwa dia tidak bekerja sendiri.
Dia bahkan terang-terangan mengatakan bahwa di balik kebijakan yang diambil, sudah dipikirkan matang-matang oleh tim yang punya akses langsung kepada Opung. Sebagai tokoh politik yang mengambil banyak keputusan, tentu Luhut tidak bisa bekerja sendiri dan dia mengakui itu.
Saya kira, banyak orang yang salah sangka dengan Luhut. Mereka pikir, Luhut kerja sendiri dan sewenang-wenang bikin kebijakan. Kebijakan yang ada pun dianggap keluar dari The Invincible Luhut. Dan isu ini termakan oleh para anggota dewan di Senayan.
Akhirnya, Luhut pun dengan terang-terangan mempermalukan orang-orang di DPR-RI yang sekarang ini banyakan diisi oleh orang-orang malas dan gerombolan si berat. Mereka nggak kerja, hanya modal mengumpulkan basis massa. Tipe macam Adian sangat kurang di Senayan, isinya macam…
Orang-orang yang malas mikir, malas kerja dan malas gerak itu adalah sasaran empuk dari Opung untuk dihajar dan diberikan informasi. Manusia-manusia di DPR itu sudah tua, tapi pikiran masih kayak bocah ingusan. Selama ini, mereka pikir Luhut yang mengendalikan Jokowi.
Tapi setelah Opung Luhut memberikan klarifikasi, partai sampah dan gurem pun otomatis tersapu dan terbuang ke tong sampah Senayan. Dia bekerja atas perintah Presiden Joko Widodo. Jangan tanya kenapa Luhut yang dipercaya.
Karena kalau dijawab, ya nanti ujung-ujungnya Prabowo dan Sandiaga lah yang akan saya permalukan. Harusnya Sandi yang berikan informasi soal Borobudur. Tapi dia terlalu banyak make up. Takut SRTG nya turun. Atau takut Abdul Somad, sang guru spiritual Sandi ngamuk?
Geli kan? Semoga saja dengan hal ini, kita paham bahwa Luhut itu tidak terlalu powerful. Pandangan orang-orang DPR soal Luhut itu juga nggak betul. Mereka bahkan ngomonginnya hal-hal nggak penting macam “Bapak Luhut kok kurang senyum?”
Lah? Agenda pertemuan antara Luhut dan DPR lagi ngomongin apa, komentarnya apa, nying. Sungguh memalukan dan rakyat rasanya harus buang orang DPR itu ke tong sampah politik, seperti yang dikerjakan di negara-negara barat. Perwakilan rakyat tapi otaknya begitu…
Sekali lagi, kritik kepada Luhut dari saya hanya satu. Niatnya baik, tapi tim komunikasinya cacat nih sepertinya. Bikin polemik. Mau bilang itu masih dalam variabel kontrol? Ya itu mah bukan variabel kontrol, tapi variabel konyol! Pak Luhut butuh tim komunikasi yang baik.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tolse-sekelas-anggota-dewan-komentari-luhut-mfv8ABwjVf
Elektabilitas Ganjar Tertinggi, Banyak yang Makin Gusar
Poltracking Indonesia terkini menyatakan bahwa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, adalah figur terkuat calon presiden di Pemilu 2024. Dikutip dari CNN Indonesia, elektabilitas Ganjar adalah yang tertinggi, yaitu dengan raihan 30,6 persen. Kemudian, disusul Prabowo dengan elektabilitas 26,8 persen dan Anies dengan elektabilitas 19,8 persen.
Tentu angka yang menggembirakan bagi para pendukung Ganjar yang belakangan bagai dikuyo-kuyo, ditekan kanan-kiri entah karena apa, dan itu sudah diterimanya sejak beberapa bulan yang lalu. Hasil survei tersebut mungkin saja menjadi timbal balik positif atas berbagai tekanan negatif itu, terkhususnya atas apa yang dilakukan kepada Ganjar.
30 persen jelas bukan angka yang tinggi. Walaupun patut diingat, bahwa angka itu juga cukup berarti mengingat hajatan pilpres masih dua tahun lagi. Walaupun juga dalam dua tahun ke depan itu, masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bisa saja nama Ganjar akan menurun sejalan dengan selesainya sebagai Gubernur Jawa Tengah. Tapi bisa juga semakin naik karena tanpa jabatan publik, relawannya akan lebih bebas mengkreasikan Ganjar menjadi sedemikian rupa sehingga akan lebih menarik lagi.
Tapi 30 persen tetap harus diapresiasi, mengingat lawannya ada nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Memang semuanya belum pasti, terutama bagi mereka pelaku langsung dalam kontestasi pilpres 2024 nanti. Toh rangkaian tahapan pemilu saja belum dimulai.
Tapi melihat bagaimana Ganjar membuat keramaian, bahkan kemudian atensi negatif dari partainya sendiri, tetap saja ini hal yang menarik. Posisi puncak, walaupun sementara dan sebatas survei, tetap semakin mendatangkan pengaruh negatif bagi mereka yang selama ini gerah dengan Ganjar, gerah dengan para pendukungnya. Mereka bakal semakin gusar.
Mereka yang mengatakan Ganjar kemajon dan kemlinthi, mungkin akan tambah kelojotan. Bisa-bisanya setelah ditekan sedemikian rupa, kenapa Ganjar malah tetap atau semakin gahar? Tambah puyeng.
Mereka yang kepo dengan relawan Ganjar, mungkin akan tambah kepanasan. Bisa-bisanya setelah dikorek-korek duit relawan dari mana, kenapa Ganjar tetap berkibar? Tampah pening.
Mereka yang berlawanan dengan Ganjar dan pendukungnya, mungkin akan semakin was-was dan deg-degan. Bisa-bisanya bahkan setelah "dimusuhi" temannya sendiri, kok Ganjar malah ke puncak? Tambah pusing.
**
Tunggu saja sampai logistik relawan itu habis.
Eh, ya kalau habis?
Bagaimana kalau ternyata dukungan terhadap relawan malah semakin membesar karena melihat kelakuan partai politik yang ternyata ada yang semau-maunya sendiri begitu?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/elektabilitas-ganjar-tertinggi-banyak-yang-makin-CQ00AiUQhN
Terima Kasih Khilafatul Muslimin Atas Pawai Khilafahnya
Banyak orang berteriak pada pemerintah untuk menangkap kelompok-kelompok agama radikal. Bagi mereka, penampilan yang cukup menimbulkan keresehan saja sudah bisa menjadi alasan untuk mendesak kepolisian melakukan penangkapan. Sayangnya, konstruksi hukum kita sekarang tidak mengijinkan praktek-praktek "tangkap dulu baru ditanya-tanya" seperti yang dulu dilakukan oleh rezim Orba. Masyarakat diharapkan bisa ikut berperan aktif melakukan pelaporan ketika ditemukan adanya aktivitas yang dipandang mengganggu ketenangan umum.
Saya jadi ingat, di salah satu jalan di kota saya tinggal ada sebuah mesjid yang memampang papan nama besar dengan tulisan "Real Masjid". Setiap saya melewati bangunan itu, setiap itu pula saya bertanya, "Apa maksudnya nulis "Real Masjid"? Apa mereka pikir mesjid-mesjid lain itu bukan real mesjid atau mereka anggap mesjid palsu?". Kelompok pemilik Real Masjid ini sendiri menamakan diri sebagai "Muslim United". Dan lagi-lagi saya bertanya, "Apa bedanya dengan saya yang muslim biasa?". Dan ternyata salah satu teman saya menjadi pengikut Muslim United. Dari dia saya mengetahui salah satu ajarannya adalah mengharamkan bank dengan alasan riba. Bangunan mereka ini dulu sebelum HTI dan FPI dibubarkan sudah menjadi tempat berkumpulnya ulama-ulama pendukung khilafah. Namun, melihat kegiatan yang mereka lakukan, seringnya adalah memberikan bantuan, sumbangan atau makan gratis bagi siapapun yang beribadah sholat di Real Masjid. Jujur saja, bagi saya, ini pemandangan yang cukup aneh menimbulkan pertanyaan besar dan mereka seperti mengeklusifkan diri. Hanya saja kalau bicara soal membubarkan atau menutup tempat ini, saya jadi berpikir lagi, apa dasarnya tempat ini harus dibubarkan? Cuma keresahan saja? Lalu saya sempat ngobrol dengan kawan yang kebetulan jadi aparat kepolisian, dari dia saya tahu bahwa kelompok sejenis itu tidak cuma satu di kota ini, tetapi ada banyak dan semua sudah dalam pantauan. Hanya saja kalau untuk bergerak aparat membutuhkan pijakan yang jelas. Jangan sampai setelah ditangkap, dipersidangan tidak terbukti apa yang dituduhkan, lalu mereka dibebaskan dan akhirnya aparat harus menghadapi masalah baru karena dianggap salah tangkap.
Saya pikir kelompok Khilafatul Muslimin di Lampung pun pastinya seperti kelompok yang saya ceritakan di atas. Masyarakat sekitar melihat dan tahu, aparat setempat juga pasti sudah tahu dan memantau. Tapi untuk menyatroninya, kita harus punya pijakan yang jelas. Jadi ketika kelompok Khilafatul Muslimin ini menyatakan bertanggungjawab atas peristiwa pawai khilafah kemaren, itu sudah menjadi pijakan awal bagi polisi untuk kemudian mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta sampai dirasa cukup kuat lalu penggerebegan, penyitaan dan penangkapan pun dilakukan.
Kita juga tidak bisa menyalahkan, baik pejabat setempat di Lampung ataupun warga sekitar, yang berpikir kelompok Khilafatul Muslimin ini adalah sebuah kelompo pengajian. Karena mungkin kegiatan mereka seringnya mengadakan pengajian. Bodohnya, kelompok Khilafatul Muslimin ini ke-pede-an berpikir "ini saat yang tepat untuk unjuk diri" dengan berpawai menjajakan khilafah yang jelas-jelas dilarang di Indonesia. Kalau mereka tidak menampakan diri dan melakukan hal yang dilarang oleh undang-undang, mungkin sampai hari ini kelompok Khilafatul Muslimin akan aman-aman saja melanjutkan kegiatan "mengajinya" di dalam gedung mereka sendiri. Seperti kelompok yang ada di kota saya tinggal.
Untuk pawai menjajakan khilafah ini, kita patut mengucapkan terima kasih. Karena dengan demikian, menggerebek dan menangkap kelompok Khilafatul Muslimin menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
Menangkap atau mengungkap kelompok yang melakukan kejahatan ideologi bukanlah sesuatu yang gampang. Jenderal Dudung yang katanya dieluk-elukan sebagai sosok yang mampu membersihkan radikalisme di Indonesia, hanya karena dia berani melucuti baliho FPI, buat saya tak lebih dari TNI pencopot baliho. Tapi untuk melakukan lebih dari mencopot baliho, seperti melakukan penangkapan dan pembubaran, itu sudah bukan lagi kapasitas ataupun kewenangan Jenderal Dudung. Bahkan Panglima TNI Andika Perkasa pun tak bisa melakukan pembersihan masyarakat atau kelompok yang disinyalir terkontaminasi aliran radikalisme. Karena semua itu ranahnya kepolisian dan ranah yudikatif.
TNI menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan negara berfungsi sebagai penangkal setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata baik dari luar maupun dalam negeri. Tugas pokok TNI diatur dalam Undang-undang atau UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pasal 7. Kalau kemaren kita melihat TNI di bawah komando Jenderal Dudung melucuti baliho Rizieq Shihab, itu sifatnya membantu kepolisian.
Kelompok radikal yang menteror masyarakat yang kemudian disebut teroris, jika sifatnya dalam wilayah tindak pidana, maka kepolisian yang mengurusi mereka. Densus 88 itu di bawah kepolisian RI. Dan tugas mereka merangsek teroris. Tapi kalau sudah masuk ke tahap menyerang besar-besaran hingga menempatkan Indonesia dalam kondisi genting atas keamanan nasional, maka TNI turun mengambil komando dan polisi membantu TNI.
Sebenarnya pemantauan dan pengejaran atas tokoh-tokoh radikal ini sudah, sedang dan terus dilakukan. Hanya yang diberitakan di media cuma beberapa saja, tidak semuanya. Karena langkanya pemberitaan penangkapan dan pengejaran tokoh terorist ini, kemudian kita semua berpikir negara dan polisi tidak bekerja. Bahkan tak jarang dari kita mempertanyakan, "Bisa ngga sih nangkap mereka?". Tapi kalau disuruh untuk belajar memahami langkah-langkah menangkap yang sesuai dengan prosedur dan mekanisme hukum, kita menolak.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/terima-kasih-khilafatul-muslimin-atas-pawai-agQnee16c0