Migo Berita - Banjarmasin - "VIRAL" Film Lady Of Heaven dan VERSI LONDON (Syi'ah London, Sunni AS/Amerika Serikat, HTI London Dll). Benarkah ketika suatu organisasi atau perkumpulan atau kelompok atau lainnya yang DITOLAK disuatu Negara, maka mereka akan di TAMPUNG di LONDON INGRRIS. Bagaimana penjelasannya??!! Agar tidak gagal paham dan salah persepsi segera baca tuntas berbagai artikel yang telah kita kumpulkan dan disajikan khusus bagi para Pembaca Migo Berita.
REFLEKSI 2016: Year of Lies?
Robert Fisk, jurnalis Inggris terkemuka, menulis artikel panjang pada 29 Des 2016 berjudul “We are not living in a ‘post-truth’ world, we are living the lies of others”.
Saya terjemahkan bagian yang terkait dengan Suriah & Palestina; kata dalam […] dari saya:
Penggunaan media sosial dalam memberitakan pertempuran di timur Aleppo (SURIAH) menjadi luar biasa, aneh, berbahaya, dan bahkan mematikan, ketika tidak ada satu pun jurnalis Barat yang melaporkannya dari tangan pertama, dari lapangan. Kredibilitas jurnalisme -dan politisi- telah sangat rusak akibat penerimaan pada satu sisi cerita karena tidak ada satu pun reporter yang bisa mengkonfirmasi dengan matanya sendiri atas hal-hal yang mereka laporkan.
Kita [masyarakat Barat] menyerahkan jurnalisme kepada media sosial, dan kepada milisi bersenjata yang mengontrol wilayah itu; dan para “reporter” ini tahu mereka bisa melakukan trik yang sama di masa yang akan datang. Mereka akan melakukannya lagi, di Idlib. Tapi masalah ini di Idlib tidak sekedar masalah pada sebuah provinsi di Suriah. Ini adalah masalah tentang kelenturan fakta [fakta bisa dibentuk semaunya] di seluruh Timur Tengah.
Angka 250.000 Muslim yang “terjebak” di Aleppo timur – kini 31.000 memilih untuk pergi ke Idlib, lebih banyak lagi yang pergi ke Aleppo Barat – terlihat lebih sedikit dari 90.000. Saat ini mungkin angka minimal 160.000 pun [yang disebut-sebut media Barat] tidak ada sebenarnya, tetapi tidak ada yang menyatakannya. Statistik vital menyebut angka 250.000 yang sangat ditekankan dalam setiap laporan mengenai “blokade Aleppo timur” saat ini dilupakan atau diabaikan oleh mereka yang mengutipnya.
Apakah ada yang melaporkan kepada kita tentang bagaimana [nasib] warga Palmyra ketika kini "teroris" ISIS kembali ke sana? Dan bagaimana dengan Mosul? Tidakkah kita ingin membebaskan satu juta warga sipil yang ditahan di sana oleh para jihadis; bukankah mereka juga layak diselamatkan, seperti 250.000, 100.000, atau 90.000, atau kurang dari itu, rakyat sipil yang terjebak di Aleppo timur?
Bagaimana mungkin kita mengeluhkan tentang kebohongan Trump dan Brexiteers ketika kita, para jurnalis, memotong-motong fakta di Timur Tengah? Saya juga menyadari bahwa koran dan televisi kita masih menyebut TEMBOK PEMBATAS ISRAEL sebagai “pagar keamanan”; DAERAH PENJAJAHANNYA disebut “permukiman”; “wilayah permukiman yang sedang disengketakan” bukannya “permukiman illegal”.
Apakah kita benar-benar bisa menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya pada [kasus] kebohongan pemilu ketika kita telah membohongi pembaca dan pemirsa kita selama bertahun-tahun?
Komentar saya: kalau jurnalis media mainstream saja sudah mengaku bahwa media mereka sering menyiarkan kebohongan, masak kamu masih percaya saja pada mereka tanpa cek n ricek? Berita-berita internasional yang dibuat oleh media-media terkemuka di Indonesia pun umumnya berupa penerjemahan berita dari media-media Barat itu. Media-media Islam radikal pun sebenarnya melakukan kesalahan yang sama seperti yang disebut Fisk: menyandarkan informasi dari satu pihak yang bertikai [Al Qaida/ISIS].
Semoga di tahun 2017 ini, kita semua bisa lebih bijak dan lebih cerdas dalam menyaring informasi. Amin.
——
-Ini ada video wawancara Carla Ortiz, artis AS yang tinggal di Suriah selama 8 bulan membuat film dokumenter Voice of Syria (kemungkinan rilis Maret 2017). Dalam wawancara ini, Carla bercerita: setelah dia menulis di facebook bantahan atas propaganda dahsyat melalui twitter mengenai “genosida di Aleppo” (karena saat itu dia juga sedang di Aleppo), ada upaya penculikan pada dirinya. Tapi dia diselamatkan oleh warga sipil dan tentara Suriah. Mereka berhasil membantu Carla dan timnya keluar dari Aleppo. Mereka berpesan pada Carla, “Please, saat kamu kembali ke AS, katakan kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi.”
Sumber Video : https://youtu.be/il7I1FTRSwY
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2017/01/01/refleksi-2016-year-of-lies/
London VS Tehran :)
Di tulisan saya sebelumnya, saya kutip tulisan jurnalis Inggris papan atas, Robert Fisk, yang menyatakan bahwa cara media Barat menyajikan berita tentang Aleppo menyalahi kaidah jurnalisme (ia pun mengakui bahwa media massa Barat telah membohongi publik selama bertahun-tahun).
Nah, ada seorang dosen jurnalistik yang pernah S3 di Inggris (tak tahu saya, lulus atau tdk) yang sepertinya tak paham kaidah jurnalisme yang benar sehingga tulisan-tulisannya tentang Suriah sangat berpihak pada "Teroris" Al Qaida* (alias “mujahidin”) dan kalau ada yang membantahnya, yang bisa dia katakan cuma syiah, syiah, syiah. Terakhir, dia “membantah” (secara terbuka, di FB) tulisan-tulisan saya bukan dengan meng-counter data yang saya berikan, tetapi menyebut saya pembohong [hey, bukannya para simpatisan “mujahidin” yang kedapatan berkali-kali pakai foto hoax soal Suriah? Saya ada filenya pdf 123 hal, bisa diunduh [1] Kok jadi maling teriak maling nih ] dan menyoroti background saya yang pernah S2 di Iran. It’s an argumentum ad hominem fallacy, you know?
Betapa lucunya. Karena saya pernah dapat beasiswa S2 dari pemerintah Iran di Fakultas Teologi di Tehran University, tulisan saya harus ditolak. Sementara, tulisan orang yang dapat beasiswa S2-S3 dari Inggris, belajar dari dosen-dosen “kafir”, harus diterima
(kata “kafir” ini satire lho ya, kawan-kawan non-Muslim jangan tersinggung )
[Sekedar info, saya cuma kuliah 1 semester belajar bahasa Persia dan 1 semester matrikulasi. Saya tidak lanjutkan karena, antara lain, saya tidak terlalu berminat di bidang ini. Tapi minimalnya saya jadi tahu kultur belajar di Tehran, antara lain mahasiswinya kritis2, tanya-jawab dengan dosen jadi seolah “berantem”. Gelar master dan doktor saya dapat dari HI Unpad.]
Tapi, seperti pernah saya tulis di status, ibuk-ibuk kalau udah benci emang susah diajak mikir. #saveibukibuk
Jadi, mari kita bahas saja soal Inggris-nya. Masa Iran terus yang disalah-salahin. Ada yang menarik dari negerinya Ratu Elizabeth ini, yaitu memberikan suaka dan perlindungan kepada tokoh-tokoh Muslim yang jadi “pengacau”. Misalnya, Salman Rushdie yang bikin buku menghina Nabi Muhammad, sampai hari ini mendapat perlindungan keamanan dari pemerintah Inggris. Inggris juga melindungi tokoh yang sering dijadikan rujukan untuk membuktikan “kekafiran Syiah”, namanya Yasir Habib (YH).
YH ini tinggal di London, punya stasiun televisi, media cetak, website, dan madrasah. Dia adalah menantu dari Mojtaba Shirazi, yang juga jadi “ulama” Syiah di London. Mojtaba Shirazi adalah adik dari Ayatullah Sadeq Shirazi (tinggal di Iran, tapi aktivitasnya sudah banyak dicekal karena bertentangan dengan fatwa pemimpin tertinggi Iran). Keluarga Shirazi punya 13 stasiun televisi yang dipancarkan lewat satelit dari luar Republik Islam Iran dan biaya operasional stasiun televisi mereka mencapai 1,235 juta Dollar per bulan. Ayatullah Khamenei (pemimpin tertinggi di Iran) pernah menyebut istilah “Syiah London” untuk ulama-ulama kaya raya yang tinggal di London dan aktif menyebarkan siaran-siaran tivi yang mereka klaim sebagai ajaran Syiah (misal: syahadat beda, melaknat Sahabat, melaknat Ummul Mukminin Aisyah ra, dll). [2]
Inggris adalah juga sponsor utama proyek penggulingan Assad (Pimpinan Suriah), menyuplai dana dan senjata. Dana yang digelontorkan Inggris antara lain untuk membentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) White Helmets (WH). Kata Telegraph, Inggris mengeluarkan dana 3,5 juta poundsterling untuk WH. WH didirikan oleh mantan agen intel Inggris, James le Mesurier, yang juga pernah menjadi staf di perusahaan keamanan swasta yang beroperasi di Irak, Olive dan Good Harbour, yang terlink juga dengan Blackwater yang sangat kejam itu. WH juga terlink dengan berbagai organisasi kotor lainnya. [3]
Bukti lain bahwa Inggris mendukung “mujahidin” adalah kata-kata dari mantan Dubes Inggris untuk Suriah, dalam wawancaranya dengan BBC pasca pembebasan Aleppo [4]. Peter Ford mengatakan: yang harus dilakukan Inggris adalah tiga hal: hentikan dukungan pada “oposisi yang gagal”; bantu rakyat Suriah dengan cara menghapus sanksi ekonomi; dan bekerjasama dengan pemerintah Rusia dalam penyelesaian konflik melalui langkah politik
Nah balik lagi ke Syiah (*cape deeeeh..), silahkan tonton video ini yang memperlihatkan siapa Yaser Habib al Londoni, dan kecaman dari Sayid Hasan Nasrallah (pemimpin Hizbullah, milisi yang berhasil mengusir Israel keluar dari Lebanon selatan; dan membantu Assad dalam mengusir Al Qaida dan ISIS), atas perilaku orang-orang dari London itu. Menarik untuk dicermati.
Poin pentingnya, karena saya selama ini selalu pakai kacamata geopolitik dan ekonomi politik dalam menganalisis konflik, kata kuncinya adalah “follow the money”. Mengapa Inggris justru melindungi orang semacam YH? Dari mana YH dan gang-nya punya uang 1,2 juta dollar perbulan untuk operasional tivi-tivi yang menjadi amunisi perpecahan Muslim? Kok tivi-tivi mereka dibiarkan Inggris, sementara Al Manar (milik Hizbullah) dan Press TV (milik Republik Islam Iran) diblokir? Buat yang terbiasa mikir geopolitik dan ekopolin, bel di kepalanya akan langsung berdenting: it smells fishy, huh?
Oiya, sekedar pamer teori [ehm, masa’ udah S3 nulis kaga pakek teori, dan cuma bisa koor ‘syiah-syiah’, ya ngga? ] minimalnya ada empat faktor yang terlibat dalam sebuah konflik, yaitu 1. Triggering factors (pemicu), 2. Pivotal (akar), 3. Mobilizing (peran pemimpin), dan 4. Aggravating (faktor yang memperburuk situasi konflik). Keempat faktor ini umumnya berjalin berkelindan dalam sebuah konflik, sehingga sering menimbulkan kesalahan persepsi. Menurut saya, isu Sunni-Syiah bukan akar konflik tapi ini menjadi triggering factor. [5]
So, selamat berpikir.
—
Ref:
*Saya menyebut Al Qaida untuk memudahkan. Kelompok “mujahidin” ada
puluhan dg berbagai nama, tapi basis ideologi mereka sama [takfirisme];
mereka semua saling “bersepupu” dg Al Qaida. ISIS pun sempalan dari Al
Qaida.
[1]Unduh kompilasi hoax Suriah, PDF 123 hal https://dinasulaeman.files.wordpress.com/2016/05/kompilasi-hoax-tentang-suriah.pdf
[2] Wawancara saya dengan Dr. Muhsin Labib tentang Syiah: https://dinasulaeman.wordpress.com/…/apakah-syiah-takfiri…/…
Wawancara saya dengan Ustadz Agus Nizami tentang Sunni: https://dinasulaeman.wordpress.com/2013/06/03/sunni-takfiri/
[3] https://dinasulaeman.wordpress.com/…/…/02/prahara-aleppo-2/…
[4] https://www.youtube.com/watch?v=ZtFtofShy5s
[5] buku Prahara Suriah (Dina Sulaeman), 2013.
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2017/01/01/london-vs-tehran/
Rahbar: Kami Menolak Syiah Versi London dan Sunni Versi AS
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan sekelompok ulama Suriah di Tehran, menekankan perlunya mengedepankan titik-titik kesamaan dalam agama Islam.
"Kami berharap bahwa kita semua akan menyaksikan hari itu, di mana kalian semua mendirikan shalat di Baitul Maqdis, hari itu tidak akan lama lagi dan ia akan segera tiba, baik orang-orang seperti kita ada atau tidak ada," ujarnya.
Ayatullah Khamenei pada Kamis (1/3/2018) menerima kunjungan Mohammad Abdul-Sattar al-Sayyed, Menteri Wakaf Suriah dan sekelompok ulama dari negara tersebut di Tehran.
"Beberapa tahun yang lalu, rezim Zionis berkata bahwa Iran akan kami jadikan begini dan begitu dalam 25 tahun ke depan, ketika itu saya katakan bahwa kalian sudah tamat 25 tahun ke depan," tegas Rahbar.
Rahbar mengapresiasi Presiden Bashar al-Assad dan menuturkan, Suriah saat ini berada di garis depan, sehingga tugas kita adalah mendukung perlawanan Suriah. "Presiden Assad tentu saja telah tampil sebagai seorang pejuang besar dan tanpa ragu ia berdiri dengan teguh, dan ini sangat penting bagi sebuah bangsa," tambahnya.
Menurut Ayatullah Khamenei, kehinaan sebagian bangsa disebabkan oleh kehinaan pemimpin mereka. Musuh, tegasnya, tidak dapat melakukan apapun terhadap bangsa mulia, di mana para pemimpinnya bangga dengan Islam dan identitas mereka.
"Revolusi Islam Iran memasuki usia 40 tahun, ketika semua kekuatan utama dunia, seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, NATO dan kekuatan reaksioner di Asia Barat, sejak hari pertama telah bersatu untuk melenyapkan Republik Islam, namun revolusi ini tetap eksis dan maju," jelas Rahbar.
Dalam menjelaskan fakta tersebut, Ayatullah Khamenei mengatakan, eksisnya revolusi bangsa Iran menunjukkan bahwa apa yang diinginkan oleh AS, Eropa dan kekuatan nuklir dunia, tidak pasti terwujud.
"Jika kita semua dan elemen-elemen perlawanan di kawasan ini tetap teguh, musuh tidak dapat berbuat apa-apa," tandasnya.
Menurut Rahbar, umat Islam juga berkewajiban untuk melawan upaya oleh kekuatan-kekuatan arogan dan Arab Saudi, yang bertujuan menabur perpecahan di tengah umat.
"Kami tidak menerima Syiah yang didukung oleh London, dan Sunni yang didukung oleh AS dan Israel, karena Islam menentang kekufuran, kezaliman, dan penindasan," pungkasnya. (RM/PH)
Pertemuan Rahbar dengan Mohammad Abdul-Sattar al-Sayyed, Menteri Wakaf Suriah dan sekelompok ulama dari negara itu di Tehran.
Sumber Utama : https://parstoday.com/id/news/iran-i52591-rahbar_kami_menolak_syiah_versi_london_dan_sunni_versi_as
Pemimpin Tertinggi Iran: Syiah yang Caci Sahabat adalah Syiah Palsu Buatan Inggris
Friday, 23 September 2016
IslamIndonesia.id – Pemimpin Tertinggi Iran: Syiah yang Caci Sahabat adalah Syiah Palsu Buatan Inggris
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan, kelompok yang menyebut dirinya Muslim Syiah namun menghujat simbol-simbol mazhab Islam lainnya, mereka tidak kurang bahayanya dengan kejahatan yang dilakukan kelompok ekstrimisme seperti ISIS dan Front an-Nusra. Mengklaim sebagai Syiah namun mencaci tokoh besar AhluSunah sejatinya Syiah palsu buatan agen intelijen Inggris.
“Mengusik perasaan mazhab Muslim lainnya atas nama Syiah, yang sejatinya “Syiah Inggris”, telah melahirkan tindak kejahatan sebagaimana kelompok prajurit bayaran afiliasi Amerika Serikat dan agen intelijen Inggris, seperti ISIS dan Front an-Nusra,” kata Khamenei dalam sebuah acara di Tehran seperti dikutip Press TV, Selasa 20/9.
[Baca: WAWANCARA – Dubes RI di Damaskus: Tidak Ada Benturan Suni-Syiah di Suriah]
Di tempat berbeda, ulama otoritatif Iran Muhsin Araki, tanpa tedeng aling-aling melayangkan kritik pedas pada kelompok yang mengklaim dirinya Syiah namun menyerang simbol-simbol yang dihormati oleh Suni. Selain menghujat para sahabat Nabi, kata Araki, mereka juga gemar melakukan “tathbir”, yaitu upacara memukul kepala mereka sendiri dengan benda tajam yang menyebabkan darah mengalir dalam rangka haul Imam Husain.
Menurut Araki, sikap dan perilaku para ekstrimis itu ingin menggiring umat Islam pada perpecahan dan menggambarkan Syiah sebagai ajaran ekstrim di mata dunia. Senada dengan Ali Khamenei, Araki menyebut kelompok yang berbasis di Amerika Serikat dan Inggris ini ingin membuat Syiah sama ekstrimnya dengan kelompok ultra puritan seperti ISIS dan an-Nusra.
Seperti diketahui, dengan dalih mengkafirkan orang-orang yang tidak mengikuti ajaran mereka, ISIS dan front an-Nusra – cabang Al-Qaeda di Suriah, yang baru saja mengganti nama dan mengklaim telah berpisah dari induknya, – mementaskan bentuk kriminal bengis terutama di Suriah dan Irak.
[Baca – Guru Besar Al-Azhar: Aswaja Tidak Mengkafirkan yang Shalat Menghadap Kiblat]
Menurut laporan situs Al Monitor, orang-orang yang dimaksud dengan “ekstrimis” oleh Araki ialah mereka yang tergabung dalam ‘Shirazian’. Kelompok ini merujuk pada para pengikut Shadiq Shirazi yang megasuh 19 TV satelit dalam bahasa Persia, Arab, Inggris dan Turki. Sebagian TV itu memiliki pusat stasiun siaran di Inggris, seperti TV Khadijah di Peterborough dan TV Al Zahra di Harrow, London, Inggris. Tak ayal, mereka pun disebut sebagai “Syiah MI6” sehubungan dengan sebagian mesin dakwahnya yang disokong oleh London. MI6 merupakan sebutan buat badan intelijen rahasia terkemuka Inggris.
Melalui semua TV satelit yang bisa diakses dari berbagai negara itu, Shirazian secara terang-terangan ‘menyerang’ para sahabat dan istri Nabi–suatu sikap yang diharamkan oleh pemimpin tertinggi Iran, pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei. Dalam pidatonya beberapa waktu lalu, Khamenei menyebut “Syiah MI6” ini sebagai salah satu musuh Iran di samping AS dan Israel. Menyinggung mereka yang senantiasa menumpahkan bensin untuk membakar konflik Suni-Syiah, Khamenei megatakan, “Syiah yang dipropagandakan melalui media massa London dan Amerika dengan target memecah belah umat tidaklah berada di jalur Syiah yang sesungguhnya.” []
[Baca – Dr. Mahathir: Hindari Sektarianisme, Suni-Syiah Bersaudara]
YS/IslamIndonesia
Sumber Utama : https://islamindonesia.id/berita/pemimpin-tertinggi-iran-syiah-yang-caci-sahabat-adalah-syiah-palsu-buatan-inggris.htm
Kronologi Kontroversi Film Putri Nabi Muhammad, The Lady of Heaven
CNN Indonesia
Selasa, 14 Jun 2022 13:40 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- The Lady of Heaven menuai kontroversi di sejumlah negara karena mengangkat kisah tentang putri Nabi Muhammad, Fatimah. Berbagai protes dan kecaman datang dari negara-negara Islam yang menilai film tersebut tidak sesuai dengan sejarah.
Film ini disutradarai oleh seorang aktor Australia keturunan Mesir bernama Eli King, dan diproduksi di bawah naungan Enlightened Kingdom. Sedangkan, naskah The Lady of Heaven ditulis oleh Sheikh Yasser Al-Habib, seorang ulama Syiah asal Kuwait (Syi'ah LONDON).
Berdasarkan situs resmi, film ini mengisahkan tentang "perjalanan menyayat hati Fatimah, putri Nabi Muhammad". Sinopsis film ini juga mengangkat kisah Fatimah saat menjadi korban pertama terorisme.
"Dipisahkan 1400 tahun, seorang anak Irak, di tengah-tengah negara yang dilanda perang, belajar pentingnya dan kekuatan kesabaran," bunyi sinopsis tersebut.
"Setelah kehilangan ibunya, anak itu menemukan dirinya di rumah baru, di mana seorang nenek yang penuh kasih berbagi dengan dirinya kisah tentang Fatimah dan bagaimana penderitaannya sebagai korban pertama terorisme berputar di luar kendali ke abad ke-21," lanjutnya.
The Lady of Heaven tayang di Inggris pada Jumat (3/6) lalu dan langsung ditentang oleh masyarakat Muslim Inggris dengan melakukan sejumlah protes damai. Jaringan bioskop besar di negara tersebut akhirnya membatalkan semua pemutaran The Lady of Heaven.
Arus protes hingga boikot film tersebut juga datang dari sejumlah negara Islam. Dilansir dari Spherex, otoritas Telekomunikasi Pakistan melarang penayangan film tersebut pada Januari 2021 karena dinilai "tidak sopan".
Lembaga tersebut juga memerintahkan seluruh platform media sosial untuk menghapus trailer serta materi promosi The Lady of Heaven.
Sementara itu, di Mesir, masyarakat dari berbagai kalangan mendesak agar pemutaran film dihentikan. Mereka menyerukan fatwa yang melarang penayangan film tersebut dan menuntut Inggris agar menghentikan distribusi di seluruh dunia.
Hal senada juga terjadi di Lebanon yang mengutuk produksi tersebut. Dewan Cendekiawan Jabal Amel mengatakan bahwa materi film The Lady of Heaven mendorong kebencian dan perselisihan.
Sedangkan, beberapa tahun sebelumnya, para ulama Republik Islam Iran telah memasukkan The Lady of Heaven ke dalam daftar hitam ketika masih dalam tahap pra-produksi.
Kata Produser soal Film The Lady of Heaven
Dilansir dari Middle East Eye (MEE), Maroko baru-baru ini juga melarang film asal Inggris itu tayang di bioskop karena film tersebut dinilai sebagai "pemalsuan terang-terangan atas fakta-fakta yang ada dalam sejarah Islam".
Dewan Ulama Tertinggi Maroko mengatakan pada Sabtu (11/6) bahwa film The Lady of Heaven berisi "tindakan keji yang tidak dapat diterima oleh umat Islam, yaitu untuk perwujudan Nabi Muhammad SAW".
"Mereka yang berada di balik film ini mencari ketenaran dan sensasionalisme, promosi produksi mereka, dan pencapaian jumlah penonton besar, dengan melukai perasaan umat Islam dan menyinggung agama," kata Dewan Ulama dikutip dari MEE.
Situs resmi The Lady of Heaven sebelumnya telah menyertakan disclaimer yang menyatakan bahwa produksi film tersebut tidak melibatkan seorang individu yang merepresentasikan wujud Nabi Muhammad SAW.
"Kemunculan Nabi Muhammad SAW dibuat melalui gabungan unik dari aktor, efek dalam kamera, pencahayaan, dan efek visual," tulis pernyataan dalam situs resmi tersebut.
Di sisi lain, Malik Shlibak selaku produser film tersebut mengatakan protes terkait pemutaran sebagai "publisitas besar-besaran untuk film tersebut". Dia juga mengaku menerima ancaman pembunuhan di Twitter sejak film itu dirilis.
"Saya mendapat ancaman di Twitter sekarang, disebut 'kafir' dan dengan orang-orang berkata, 'Saya akan membunuhmu', dan semua hal semacam itu."
Ia juga mengatakan alasan pihaknya membuat film tentang Fatimah bukan semata-mata untuk mencari keuntungan. Kisah Fatimah yang diangkat dalam film ini berkaitan dengan perjalanan sang putri Nabi mengatasi ekstremisme.
"Ini terutama untuk mengisahkan putri Fatimah. Kebetulan, kisahnya tentang mengatasi ekstremisme, itulah kisah hidupnya--dia berdiri melawan orang-orang seperti ini," katanya kepada YorkshireLive.
The Lady of Heaven menuai kontroversi di sejumlah negara karena mengangkat kisah tentang putri Nabi Muhammad, Fatimah. (Foto: iStockphoto/maksicfoto)
Sumber Utama : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220614131510-220-808754/kronologi-kontroversi-film-putri-nabi-muhammad-the-lady-of-heaven
Syiah Inggris dan Islam Amerika; Dua Mata Gunting Pemicu Perselisihan Dunia Islam (Bag-1)
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam sebuah fatwa historis terkait penistaan kepada tokoh-tokoh yang dihormati oleh Ahli Sunnah mengatakan, penistaan simbol-simbol saudara Ahli Sunnah, termasuk menuding istri Nabi Muhammad Saw [Aisyah] adalah haram. Masalah ini termasuk seluruh istri para nabi, khususnya Sayidul Anbiya, Muhammad Saw.
Beberapa waktu lalu empat orang yang berafiliasi dengan satu kelompok radikal Islam yang dikenal dengan kelompok Shirazi menyerang kedutaan besar Republik Islam Iran di London, Inggris. Sekalipun peristiwa ini segera diinformasikan kepada polisi Inggris, tapi para petugas keamanan baru melakukan tugasnya menangkap para pelaku penyerang setelah tiga jam lewat. Empat orang ini mengeluarkan ucapan-ucapan anti Republik Islam Iran dan tokoh-tokoh yang dihormati Ahli Sunnah, dimana televisi-televisi yang berafiliasi dengan kelompok radikal ini menayangkan laporan secara lengkap.
Pada hakikatnya, Islam agama yang moderat dan menilai segala bentuk ekstrim kiri dan kanan sebagai penyimpangan dari jalur kebenaran. Dalam surat al-Baqarah ayat 143, umat Islam diperkenalkan sebagai umat pertengahan. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Patut disayangkan bahwa di antara umat Islam, seperti pemeluk agama lain, ada yang ekstrim kiri dan kanan terkait agamanya. Kondisi buruk itu ada saat ini dan menyebabkan friksi dalam barisan umat Islam. Di antara Ahli Sunnah ada kelompok-kelompok fanatik Takfiri yang menciptakan banyak dilema bagi dunia Islam dan hingga kini banyak umat Islam yang terbunuh baik itu anak-anak, orang tua dan wanita. Mereka menganggap darah orang-orang yang berbeda dengan mereka halal dan membunuh mereka bakal mendapat pahala. Kelompok Takfiri yang bersumber dari pemikiran Wahabi telah merusak wajah Islam dan memperkenalkan agama ilahi sebagai keras dan ekstrim.
Sementara di sisi lain, di antara pengikut Syiah ada kelompok yang lebih memilih sikap ekstrim ketimbang moderat. Kelompok ini dikenal dengan kelompok Shirazi. Sekalipun tidak banyak diperhatikan, tapi dari sisi keorganisasian, media dan kontroversi propaganda membuat kelompok ini tampak besar. Kelompok ini disebut Shirazi karena mengikut seorang tokoh bernama Sadegh Shirazi.
Ia menganggap dirinya sebagai marji taklid dan posisi ini diwarisinya dari saudaranya yang diturunkan dari ayahnya. Patut disebutkan bahwa mencapai posisi marji taklid membutuhkan usaha bertahun-tahun belajar dan memperdalam sumber-sumber Islam, belajar kepada para guru besar dan memiliki sifat mulia seperti zuhud, adil dan alim, sifat-sifat yang tidak dapat diturunkan.
Namun yang membuat kelompok ini sensitif adalah kebijakannya yang menyebabkan perselisihan di antara Syiah dan Sunni. Para pemimpin kelompok ini memanfaatkan emosi sejumlah orang dan menyampaikan masalah yang membuat marah Ahli Sunnah. Akhirnya, sebagian Ahli Sunnah berpikiran ini sikap semua Syiah. Benar, bahwa Syiah dan Sunni memiliki perbedaan, tapi tidak diragukan bahwa persamaan mereka lebih banyak. Allah, al-Quran, Nabi, Kiblat dan banyak dari hukum dan ibadah kedua mazhab ini yang sama.
Selain itu, jangan dilupakan bahwa mereka punya musuh sama yang menginginkan menghancurkan Islam, bukan hanya Syiah atau Sunni. Namun terlepas dari kesamaan yang ada ini, dalam masalah seperti khilafah dan pengganti Rasulullah Saw serta sebagian hukum ada perbedaan pendapat di antara Syiah dan Sunni, tapi perbedaan pandangan ini dapat diselesaikan dengan pembahasan ulama Syiah dan Sunni. Sementara membesar-besarkan masalah ini dan memprovokasi opini umum hanya akan menghasilkan friksi di dunia Islam yang akan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh musuh umat Islam.
Sangat disayangkan bahwa satu dari teman yang ditayangkan secara luas oleh media-media yang berafiliasi dengan kelompok Shirazi adalah penistaan terhadap tokoh-tokoh di awal Islam yang dihormati oleh Ahli Sunnah. Padahal Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran senantiasa mengajak persatuan dunia Islam.
Sekaitan dengan masalah persatuan Islam, beliau berkata, dilarang mengintensifkan perselisihan di dunia Islam. Kami menolak perilaku sebagian kelompok Syiah yang menyebabkan perselisihan. Kami secara transparan mengatakan bahwa kami menolak penghinaan terhadap apa yang disucikan oleh Ahli Sunnah. Ada satu kelompok dari pihak sini dan ada kelompok dari pihak sana yang menambah api permusuhan dan mengintensifkannya. Boleh jadi mereka berniat baik, tapi tidak punya nurani. Penting sekali memiliki nurani. Harus melihat seperti apa skenario musuh. Skenario musuh pada prioritas pertama adalah menciptakan perselisihan.
Sekalipun dalam kasus sebagian tokoh di awal Islam ada perbedaan antara Syiah dan Sunni, tapi tidak berdasar bila perbedaan historis ini disampaikan dalam bentuk kontroversi dan provokasi media. Sementara yang terjadi di televisi-televisi yang berafiliasi pada kelompok Shirazi, mereka mempropagandakan secara transparan dan intensif penghinaan terhadap tokoh-tokoh yang dihormati Ahli Sunni, demi menarik perhatian sebagian pemeluk Syiah.
Yasser al-Habib, seorang pemimpin kelompok Shirazi dan direktur televisi satelit Fadak menghina Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw, sehingga membuat benci dan marah Ahli Sunnah, khususnya negara-negara Teluk Persia. Namun dengan dikeluarkannya fatwa tegas dan mencerahkan dari Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, sebagian besar dampak dari masalah ini dapat diredam. Fatwa ini membentuk garis pembatas yang jelas bahwa sikap pengikut Syiah Revolusioner dan memiliki hati nurani berbeda dengan kelompok radikal Shirazi.
Kelompok Shirazi berusaha menarik dan memprovokasi opini publik Syiah dengan melakukan acara-acara yang tidak punya akar dalam Islam. Bahkan boleh dikata, acara-acara ini hanya untuk membangkitkan kemarahan saudara Ahli Sunnah dan menciptakan perselisihan di antara umat Islam. Sebagai contoh, mereka mengadakan acara yang menghormati Abu Lu’lu yang membunuh khalifah kedua. Menurut mereka, apa yang dilakukan Abu Lu’lu sebagai bentuk pembalasan Sayidah Fathimah az-Zahra as, putri Rasulullah Saw.
Padahal, sesuai dengan sumber-sumber sejarah, Abu Lu’lu melakukan perbuatan membunuh khalifah kedua karena perselisihan pribadi, bahkan ia juga bukan pemeluk Syiah. Ketika di Republik Islam Iran diperingati Pekan Persatuan untuk mendekatkan mazhab Syiah dan Ahli Sunnah, kelompok Shirazi justru melakukan pawai baraat atau berlepas tangan. Maksudnya adalah mereka berlepas tangan dari tokoh-tokoh yang diperselisihkan di masa awal Islam. Padahal langkah ini bertentangan dengan ayat al-Quran (QS 3: 103) yang mengajak seluruh umat Islam “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...”
Sekaitan dengan masalah ini, Ayatullah Khamenei juga menegaskan, jangan ada yang berkhayal bahwa penyebaran Syiah, akidah Syiah dan kekuatan iman Syiah dengan perkataan buruk dan cara berbicara seperti ini. Tidak demikian! Mereka justru terbalik melakukannya. Ketika kalian berkata buruk tentangnya, maka ia akan membuat pagar di sekelilingnya dari fanatisme dan emosi. Ia sudah tidak mau mendengar ucapan yang benar lagi. Kami punya banyak ucapan yang kokoh. Kami punya banyak ucapan logis. Ucapan yang bila disampaikan kepada orang yang mau berpikir, ia pasti akan menerimanya. Biarkan semua ucapan didengarkan. Biarkan ucapan-ucapan ini menemukan pengaruhnya di hati orang lain.
Jelas bahwa menyampaikan ucapan menghina kepada pihak lain, baik itu Syiah atau Sunni, bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tapi yang bertambah justru permusuhan dan sikap keras kepala. Bersikeras untuk tetap berselisih bukan bukti bahwa orang tersebut memiliki akidah yang kuat terhadap prinsip-prinsip Syiah atau Sunni, bahkan semakin jauh dari jalur ketakwaan dan moderat. Sebagaimana yang disampaikan al-Quran dalam ayat 8 surat al-Maidah, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.”
Dalam pidato lainnya tentang menghina apa yang disucikan Ahli Sunnah, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa perbuatan ini justru bertentangan dengan sirah dan perilaku Ahlul Bait as. Karena mereka mendorong pengikutnya untuk senantiasa bersikap lemah lembut dan toleransi selain Syiah. Sebagaimana Imam Shadiq as menjawab pertanyaan seorang yang bertanya bagaimana berinteraksi dengan non Syiah, perhatikan para pemimpinmu! Mereka orang yang harus diikuti. Berinteraksi dengan masyarakat (non Syiah) seperti yang dilakukan para pemimpinmu. Demi Allah! Para pemimpinmu menjenguk orang yang sakit, ikut dalam prosesi pemakaman mereka, hadir dalam proses peradilan mereka dan memberikan kesaksian. Mereka juga melindungi amanat mereka dan memberikannya kembali ketika diminta.
Sumber Utama : https://parstoday.com/id/radio/iran-i54572-syiah_inggris_dan_islam_amerika_dua_mata_gunting_pemicu_perselisihan_dunia_islam_(bag_1)
Syiah Inggris dan Islam Amerika: Dua Mata Gunting Perselisihan Dunia Islam (Bag-2, Habis)
Pada bagian sebelumnya dari pembahasan ini telah dijelaskan poin penting bahwa agama Islam mengajak pengikutnya untuk bersikap moderat dan menilai sikap ekstrim dalam beragama sebagai perbuatan yang tidak diterima dan merugikan. Sementara di antara pengikut Ahli Sunnah ada pemikiran Takfiri-Wahabi dan di Syiah ada kelompok Shirazi yang memilih sikap ekstrim.
Sudah banyak penjelasan tentang kelompok Takfiri yang fanatik, menyimpang dan peran mereka dalam menciptakan wajah Islam yang keras dan kasar bagi masyarakat dunia. Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan sebagian akidah dan penyebaran perselisihan para pemimpin kelompok Shirazi. Sebagaimana telah dijelaskan pula bahwa harus dipisahkan sikap polos masyarakat awam yang mendukung sebagian langkah-langkah kelompok Shirazi dengan mereka menebar perselisihan padahal tahu akan akibatnya.
Husein bin Ali as merupakan tokoh yang tidak hanya mendapat penghormatan khusus di kalangan Syiah, tapi juga Ahli Sunnah, bahkan bagi non Muslim. Karena keberaniannya berhasil melindungi agama Islam dan tidak mau menyerah di hadapan kezaliman, sehingga meneguk cawan syahadah. Beliau mewariskan pelajaran historis kepada semua manusia. Oleh karenanya, sudah sepantasnya bila di hari kelahirannya diselenggarakan acara peringatan duka.
Namun patut disayangkan, kelompok Shirazi peringatan duka yang berakar pada diri masyarakat telah dicampuradukkan dengan khurafat. Salah satunya adalah tatbir atau melukai diri. Para pemimpin kelompok ini mempropagandakan sedemikian rupa, sehingga acara peringatan duka Imam Husein as harus dilakukan dengan melukai diri agar dikatakan ikut bersedih bersama beliau. Padahal perbuatan ini bukan tidak memiliki dasar dalam al-Quran dan Hadis, bahkan Islam tidak membolehkan seseorang melukai dirinya. Islam agama yang mengakui akal sehat, sementara melukai diri tidak diterima oleh akal manusia.
Sekalipun tidak banyak orang yang berinisiatif melakukan acara melukai diri, tapi sejumlah foto dan video tentang perilaku ini telah dipublikasikan di media secara luas. Seseorang yang tidak mengenal acara peringatan duka Imam Husein as beranggapan acara ini dilakukan dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Dengan cara ini, media-media asing menciptakan gambaran bohong dan tidak benar tentang acara peringatan duka pengikut Syiah bagi opini publik dunia.
Sementara ulama dan marji taklid Syiah tidak membolehkan perilaku melukai diri atau tatbir dan segala bentuk perilaku yang merusak wajah Syiah. Fatwa Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebutkan, melukai diri atau tatbir selain menurut masyarakat awam tidak termasuk contoh kesedihan dan tidak pernah dilakukan di masa para Imam Maksum as dan masa sesudah mereka, bahkan tidak ada pengakuan baik secara khusus atau umum dari para Maksum as tentang hal ini, maka di masa kini menyebabkan semakin lemah dan merusak nama mazhab. Oleh karenanya, perilaku ini dalam berbagai bentuknya tidak diperbolehkan.
Kelompok Shirazi telah melupakan tujuan utama kebangkitan besar Imam Husein as. Imam Husein bangkit demi menghapus khurafat dari agama kakeknya. Sementara perilaku kelompok Shirazi porsinya lebih banyak khurafat yang tidak punya akar agama dan argumentasi logis. Selain itu, pelajaran terbesar dari kebangkitan Imam Husein as adalah tegar menghadapi kezaliman sekalipun harus mengorbankan nyawa. Sementara kelompok Shirazi selama ini hanya bungkam menghadapi kezaliman kekuatan-kekuatan seperti Amerika, Inggris dan rezim zionis Israel.
Kelompok ini bahkan memrotes dukungan Republik Islam Iran terhadap rakyat tertindas Palestina hanya dengan alasan mereka Ahli Sunnah. Inilah cara pandang ekstrim terhadap agama. Yasser al-Habib salah satu pemimpin kelompok Shirazi terkait masalah ini mengatakan, Hamas adalah Nashibi dan menembakkan roket ke arah wanita dan anak-anak tidak berdosa Yahudi. Ia bahkan tidak melihat maslahat di balik peringatan Hari Quds sedunia yang dicanangkan Imam Khomeini ra demi mendukung rakyat Palestina.
Kelompok Shirazi tidak peduli dengan sikap rezim zionis Israel yang menumpas rakyat Palestina dengan buas dan pada saat yang sama mengecam serangan roket balasan Palestina atas kejahatan Israel. Membela yang dizalimi, baik itu di Palestina, Suriah, Irak dan Yaman termasuk nilai-nilai agama Islam dan tidak ada hubungannya dengan Syiah atau Ahli Sunnah. Sebagaimana disampaikan oleh al-Quran ayat 75 surat an-Nisa, Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak. Begitu juga yang ditekankan Imam Ali as, musuhi pezalim dan bantu mazlum.
Membela orang teraniaya dalam Islam tidak ada hubungannya dengan Syiah dan Sunni. Tapi kelompok radikal Shirazi menafikan dukungan kepada warga muslim Palestina dan mendukung rezim penjajah. Sikap ini bukan saja tidak peduli akan prinsip Islam soal perlawanan terhadap kezaliman, tapi justru menambah keyakinan bahwa kelompok ini mendukung rezim zionis Israel.
Padahal tidak ada satu ulama Syiah pun yang ragu dalam mendukung rakyat Palestina. Republik Islam Iran sendiri menjadi pelopor dalam membantu rakyat teraniaya Palestina. Imam Khomeini ra menyebut rezim zionis Israel sebagai tumor di kawasan dan Ayatullah Khamenei mengatakan, mendukung Palestina, Intifada dan memerangi Zionisme dan pendukungnya merupakan pilar utama kebijakan strategis Republik Islam Iran.
Kelompok Shirazi sangat menganggap penting Karbala sebagai tempat syahadah Imam Husein as. Di sisi lain, ketika Daesh sempat menduduki sebagian besar daerah Irak, para pemimpin kelompok ini tidak pernah menunjukkan sikap serius menghadapi kelompok buas, penjajah dan anti Syiah ini. Padahal marji tertinggi Syiah di Irak, Ayatullah Sistani telah mengeluarkan hukum jihad memerangi Daesh. Bila masyarakat tidak menaati fatwa ini, mungkin saja Karbala dan Najaf juga dikuasai Daesh.
Tapi poin penting dalam masalah ini, bukan saja kelompok Shirazi tidak melakukan aksi-aksi menghadapi Daesh dan Zionis Israel, justru mereka bangkit menentang negara-negara atau kelompok yang terlibat perang dengan musuh-musuh Islam ini. Kelompok Shirazi tidak hanya menyerang Republik Islam Iran, tapi Hizbullah Lebanon dan sekjennya yang berperang di dua medan tempur melawan rezim zionis Israel dan Daesh juga tidak luput dari serangannya. Mereka bahkan menyebut gerakan revolusioner Syiah ini sebagai kafir!
Satu masalah yang membuat kelompok Shirazi sangat menarik perhatian adalah sejumlah media dan propaganda luar mereka. Kelompok ini memiliki banyak televisi satelit, situs dan juga fasilitas media sosial untuk menyebarkan akidah radikalnya. Padahal para marji Syiah tidak memiliki kemampuan finansial dan koordinasi sedemikian kuat untuk menyebarkan akidah Syiah.
Menariknya lagi, kebanyakan dari televisi satelit dan organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan kelompok Shirazi beraktivitas di Inggris. Bukan saja aktivitas mereka tidak dibatasi karena aksi-aksi radikal dan memecah belahnya, tapi justru mendapat dukungan pemerintah. Media-media Barat juga memberikan perhatian khusus terkait berita dan pandangan-pandangan kelompok fanatik ini dan meliput mereka secara luas.
Ayatullah Khamenei ketika menjelaskan kelompok radikal dan penyebar perpecahan ini mengatakan, kami tidak menerima Syiah yang markas dan pangkalan propagandanya di London. Ini bukan Syiah yang disebarkan dan diinginkan oleh Imam Maksum as. Syiah yang berlandaskan perpecahan dan meluruskan jalan bari kehadiran musuh-musuh Islam, Syiah seperti ini bukan Syiah, tapi penyimpangan. Syiah manisfestasi Islam murni dan al-Quran. Kami mendukung mereka yang membantu persatuan Islam dan menolak mereka yang anti persatuan.
Benar, Inggris punya pengalaman panjang dalam menciptakan perselisihan di antara kalangan umat Islam. Dengan informasi dan studi yang dilakukannya, Ayatullah Khomeini ra mengatakan, menciptakan perang antara Syiah dan Sunni sudah pernah terjadi. Inggris sangat berpengalaman dalam hal ini. Kami punya banyak pengalaman dan informasi bahwa agen-agen Inggris yang menciptakan konflik, perselisihan dan dendam di antara Syiah dan Sunni dengan tujuan agar mereka saling membunuh.
Inggris dan negara-negara Barat mendukung kelompok Shirazi agar kelompok fanatik dan menyimpang Syiah ini dihadap-hadapkan dengan kelompok Syiah revolusioner, melawan kezaliman dan maju yang dipelopori Republik Islam Iran. Itulah mengapa Arab Saudi sebagai tempat kelahiran Ahli Sunnah radikal dan sesat tidak begitu menolak kelompok Shirazi. Sebaliknya, mereka begitu membenci Iran sebagai pendukung persatuan umat Islam, penentang Amerika dan rezim Zionis Israel.
Sejatinya, negara-negara Barat dan rezim zionis Israel mendukung kelompok-kelompok di dunia Islam selama tidak membahayakan kepentingan mereka dan menjadi pemicu perselisihan dan pertumpahan darah di dunia Islam. Kelompok Shirazi di Syiah dan Wahabi-Takfiri di Ahli Sunnah contoh nyata Islam yang mendukung Barat dan sadar atau tidak telah melayani Barat.
Tapi Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa Ahli Sunnah yang didukung Amerika dan Syiah yang dipropagandakan London adalah saudara setan dan kaki tangan Amerika dan Barat. Dengan tepat beliau menggambarkan keduanya dengan ucapan, Syiah Inggris dan Sunni Amerika sama saja sebagai dua mata gunting yang berusaha membuat umat Islam saling membunuh. Pesan perselisihan ini merupakan kehendak setan, tapi pesan persatuan adalah melewati perseteruan ini dan hidup bersama saling berdampingan.
Sumber Utama : https://parstoday.com/id/radio/iran-i54622-syiah_inggris_dan_islam_amerika_dua_mata_gunting_perselisihan_dunia_islam_(bag_2_habis)
Kecam Film The Lady of Heaven, Imam Masjid di Inggris Dipecat
Inggris memecat seorang imam di Masjid Makkah di Leeds, Qari Asim, dari jabatannya di pemerintahan pada Sabtu (11/6). Asim dituduh telah mendukung unjuk rasa terhadap film kontroversial berjudul The Lady of Heaven.
Asim yang dituding telah merusak nilai-nilai demokrasi menekankan, anggapan itu tidak akurat.
Film Dilarang di Sejumlah Negara
Namun, sebagian penonton menemukan sejumlah kontroversi dalam film tersebut. Drama itu juga menarik hubungan antara ISIS di abad ke-21 dan tokoh-tokoh terkemuka dari Sunni.
Film Picu Perdebatan Sengit di Inggris
Sumber Utama : https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/syiah-indonesia-bukan-syiah-mi6/
Pengamat: Isu Sunni-Syiah Cara Amerika Memecah Islam
Jakarta, Gatra.com - Deputi Riset Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Ammar Fauzi mengatakan bahwa di kancah internasional, isu perpecahan umat Islam di antara Sunni dan Syiah merupakan isu yang secara sengaja diangkat, digagas, dan dipertahankan oleh Amerika dan sekutunya agar umat Muslim terpecah belah.
"Amerika takut jika Islam bersatu, maka akan menjadi sangat kuat," ujarnya usai diskusi publik terkait hubungan Indonesia dan Iran di Wahid Foundation, Jakarta (6/2).
Menurut Ammar, Republik Islam Iran cukup cerdik dalam menarik simpati sehingga mampu menjalankan proxy war di Timur Tengah. Ada beberapa isu yang sangat strategis terkait bagaimana Iran membangun relasi kerjasama dan kekuatannya di skala internasional, yaitu berbasis pada umat Islam dan negara-negara Islam.
Misalnya, sambung Ammar, sampai sekarang Republik Islam Iran tetap konsisten memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada semua gerakan-gerakan perlawanan terhadap Zionis Israel, sementara Kerajaan Arab Saudi (Wahabi Salafi) mulai kehilangan pengaruhnya.
Meningkatnya eskalasi di Timur Tengah akibat terbunuhnya Komandan Militer Republik Islam Iran Qassem Soleimani oleh serangan militer Amerika Serikat (AS) menandakan bahwa AS mulai ketakutan terhadap pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah yang semakin signifikan. Karena itu, sambung Ammar, isu-isu strategis Iran dalam merangkul kekuatan umat Islam menjadi sangat relevan. "Karena itu Iran tak pernah mempersoalkan terkait Sunni-Syiah. Iran lebih cenderung untuk mengangkat wahdah islamiyah", pungkasnya.
Sumber Utama : https://www.gatra.com/news-468325-politik-pengamat-isu-sunni-syiah-cara-amerika-memecah-islam.html
Re-post by MigoBerita / Rabu/15062022/11.59Wita/Bjm