» » » » » Apakah Gibran mampu mewakili Millennial Untuk RI 1 tahun 2024 !!!

Apakah Gibran mampu mewakili Millennial Untuk RI 1 tahun 2024 !!!

Penulis By on Jumat, 22 Oktober 2021 | No comments

 Migo Berita - Banjarmasin - Apakah Gibran mampu mewakili Millennial Untuk RI 1 tahun 2024 !!! Orang atau masyarakat Indonesia tentu sudah mempunyai Nama, bakal siapa yang jadi Presiden Indonesia di tahun 2024 nanti. Tapi terlepas hiruk pikuk nama-nama yang sudah beredar, ternyata para Millennial di tahun 2024 adalah paling besar porsinya dalam memilih, nah nama Gibran yang saat ini sebagai Walikota Solo ibarat Nama "Kuda Hitam" yang tidak terlihat berlaga, namun tidak tertutup kemungkinan akan menjadi salah satu kandidat kuat. Bagaimana menurut Anda, silahkan baca kumpulan artikel yang telah kita kumpulkan buat dibaca hingga tuntas agar tidak gagal paham.

Cerita Jokowi Sempat Sepelekan Bisnis Markobar Milik Gibran

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo bercerita saat putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, hendak memulai bisnis martabak. Saat itu, Jokowi sempat khawatir bisnis yang akan digeluti anaknya. "Saya dulu juga mikir, waduh jualan martabak bagaimana," kata Jokowi dalam acara wiraswasta ASN dan Pensiunan di Sentul, Bogor, Rabu (16/1/2019). Jokowi mengatakan, saat itu ia sudah menawarkan pabriknya yang sudah cukup besar untuk dikelola oleh Gibran. Namun, Gibran justru menolak dan tetap ingin berjualan martabak. Padahal, menurut Jokowi, Gibran tak punya pengalaman di bidang kuliner. "Saya lihat ini enggak pernah punya pengamanan di bidang makanan apalagi martabak, beli saja juga enggak pernah," kata dia. Namun rupanya, Gibran bekerjasama dengan rekannya yang memang sudah memiliki pengalaman panjang berbisnis martabak. 

Jokowi senang kini Markobar yang sempat ia ragukan justru sudah memiliki 40 cabang di berbagai daerah. "Setelah ada 40 cabang, pabrik saya keuntungannya kalah. Artinya jualan yang kita anggap sepele itu ada sesuatu yang besar. Kecil-kecil kalau banyak, ya gede namanya," kata Jokowi. Kini, adik Gibran, Kaesang Pangarep, mengikuti jejak kakaknya berbisnis di bidang kuliner. Jokowi juga awalnya kaget saat Kaesang mulai membuka Sang Pisang. "Enggak pernah masak dan goreng pisang. Ternyata partneran juga dengan yang sudah agak lama berjualan pisang goreng," kata dia. Sama seperti Gibran, menurut Jokowi, bisnis Sang Pisang milik Kaesang juga omsetnya sudah lumayan. Menurut Jokowi, Sang Pisang bisa berkembang dengan cepat karena ada improvisasi dalam produk, kemasan, dan cara pemasarannya. "Kalau liat toko hanya kecil saja. Tapi omsetnya saya liat satu warung, ya lumayan. Sekarang ada buka hampir 54 warung di semua kota. Jadinya gede," kata Jokowi. Jokowi pun meminta para ASN dan pensiunan yang hadir mencontoh cara anak-anaknya dalam berbisnis, yakni dengan menggandeng partner yang tepat. "Kalau kita ragu-ragu mulai, menurut saya, carilah partner yang sudah berproduksi tapi yang karakternya sama dan baik. Usaha itu bagus kalau kita punya partner pas, itu berkembangnya cepat, sambil kta belajar mengelola bisnis," kata mantan pengusaha mebel ini.
Sumber Utama : https://nasional.kompas.com/read/2019/01/16/14115791/cerita-jokowi-sempat-sepelekan-bisnis-markobar-milik-gibran?page=all.
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Sandro Gatra

JK Pasti Ketawa Lihat Kubu Ganjar

Saya masih ingat betul ketika Pilpres 2019 lalu menghasilkan pasangan yang aneh. Jokowi Maruf Amin. Bahkan sempat saya pikir, mungkin itu adalah waktu yang tepat bagi saya untuk golput dari pemilu dan menepi selamanya dari hiruk pikuk politik.

Karena Maruf Amin adalah ketua MUI. Darinya lah fatwa MUI soal penistaan agama menjadikan gelombang besar bernama GNPF. Diiringi demo berjilid-jilid, sampai organisasi tanpa visi hingga hari ini dengan nama 212.

Bagaimana mungkin sesorang yang menjadi faktor penentu kekalahan Ahok di Pilkada 2017, malah diambil sebagai Calon Wakil Presiden? Tapi fakta berat lainnya, PDIP sebagai partai Ahok malah menyetujuinya.

Setelah itu, cerita politik di Indonesia menciptakan babak baru. Prabowo yang merupakan lawan berat Jokowi dua periode, dengan segala kampanye hitam dan narasi negatif yang sangat buruk menyerang Jokowi, pada akhirnya malah masuk ke dalam pemerintahan, menjadi menteri pertahanan.

Lagi-lagi, itu sangat membingungkan dan menyesakkan.

Tapi kalau kita mau melihat sejarah perjalanan negeri ini, cerita pasangan politik pemimpin negeri tak pernah sepenuhnya ideal.

Cerita Jokowi JK di periode pertama juga seperti cerita kawin paksa. Karena kita tahu, JK adalah mantan Wakil Presiden era SBY. Kok malah jadi wakil lagi? selain itu, cerita soal JK tentu kita semua sudah tahu.

Di era SBY dia terlihat menjadi matahari kembar. Saat bersama Jokowi dia malah mendorong Anies Baswedan maju di Pilkada Jakarta melawan Ahok. Setelah pensiun dan jadi mantan, dia sibuk bicara bahasan yang menyinggung dengan isu SARA. Bahkan sempat juga menerima perwakilan taliban.

Tapi ya begitulah cerita politik di era demokrasi. Setiap orang bisa berkoalisi dan berpasangan di bawah payung kompromi. Selama dua kepentingan dapat bertemu dan disepakati, dua kubu saling berseberangan bisa bersatu dalam koalisi.

Dari beberapa catatan Pilpres sejak tahun 2004 hingga 2019, hal terpenting bagi partai atau calon adalah kompromi.

Jadi di Pilpres 2024 nanti, kita mungkin akan mendapatkan kejutan-kejutan lagi. Bisa saja nama-nama yang muncul pada akhirnya bukanlah nama yang selama ini menghiasi line up papan survei.

Ganjar mungkin sekarang cukup unggul, atau selisih cukup kecil dengan Prabowo yang stagnan. Tapi itu juga ada alasan ilmiahnya. Karena memang lawan Ganjar kebetulan adalah orang-orang yang lebih jelek dari dia. Sebut saja Anies Baswedan atau Ridwan Kamil, yang dalam menjalankan roda kepemimpinan daerahnya, mereka kerap berkompromi dengan kubu ekstrim radikal.

Tapi nampaknya, kenyataan ini tidak mau diterima oleh para relawannya. Mereka yang mayoritas merupakan relawan Jokowi itu memposisikan Ganjar sebagai pengganti. Seolah selevel dan sama. Padahal, tidak sama sekali.

Panggung politik Jawa Tengah jelas tak sehebat DKI Jakarta. Hitungannya, 10 kali Ganjar bikin isu atau ngevlog, selalu akan kalah dengan satu cerita Anies blusukan dan kecempur got, atau cerita makan di warteg tapi bikin tekor pemiliknya karena warga sekitar juga ikutan makan.

Selain itu, Ganjar juga disebut-sebut dalam persidangan kasus korupsi e-KTP. Dalam kesaksian beberapa tersangka, mereka menyebutkan Ganjar menerima sejumlah uang. Sekali lagi, ini juga tidak seperti jalan Jokowi di 2014 lalu yang benar-benar bersih dari segala tuduhan.

Maka sebenarnya posisi Ganjar sangatlah rentan. Sekali saja ada orang KPK mengatakan akan membuka lagi kasus korupsi e-KTP karena ada temuan baru, maka selesailah elektabilitas dan semua cerita positif tentang Ganjar yang didapat dari ratusan postingan di sosial media.

Namun lagi-lagi, kerentanan ini tidak dibaca oleh para relawannya, yang cenderung begitu percaya diri dan malah menyerang membabi buta kepada Puan Maharani yang dianggap ingin maju di Pilpres 2024 nanti.

Ganjar juga sama saja. Ketika Rocky Gerung menyebut dirinya dan Puan Maharani bodoh, Ganjar malah memuji Rocky Gerung sebagai kritikus terbaik yang pernah dia ikuti, cerdas dan hebat.

Memang, sikap Ganjar itu akan lebih menarik perhatian media. Tapi bukankah lebih hebat kalau misalkan dia membela Puan Maharani? Dan mengatakan bahwa bagaimanapun, Puan adalah cucu proklamator bangsa ini. Kakeknya lah yang menyatakan kemerdekaan Indonesia. Rocky Gerung ini siapa kok berani-beraninya berkata kasar pada cucu proklamator?

Anak Presiden itu banyak. Tapi tidak semua anak Presiden adalah cucu Proklamator bangsa ini.

Jadi sampai di sini, saya tidak melihat ada kompromi yang coba ditawarkan oleh kubu Ganjar, baik Ganjar sendiri ataupun relawannya, untuk memuluskan sebuah tujuan menerima dan melanjutkan kepemiminan Jokowi. Kalau sudah seperti ini, ya beratlah langkah mereka ke depannya.

Tapi kabar baiknya, ada satu cara termudah bagi Ganjar atau siapapun calon baru di 2024 nanti untuk bisa menang mudah. Bagaimana caranya? Ah…. Saya yakin semua elite sudah berpikir ke arah sana. Tinggal apakah mereka akan bertemu dan bisa membawa pertentangan pada satu titik pertemuan?

Cuma kalau melihat sikap Ganjar secara pribadi dan para relawan yang kegenitan itu, nampaknya peluang Ganjar untuk maju kian menipis. Karena orang-orang yang mereka serang hari ini, bukan tidak mungkin memiliki kartu AS yang mampu meruntuhkan kepercayaan publik pada Ganjar.

Dan seperti yang disampaikan para politisi, Pilpres masih jauh untuk menentukan nama. Karena cerita bisa berubah dalam hitungan bulan. Seperti halnya Jokowi yang baru mencuat 8 bulan sebelum pendaftaran. Dan karena nyalah tertutup peluang bagi Abu Rizal Bakrie untuk meju sebagai Capres.

Jika tujuannya untuk hura-hura saja, cari dana dan logistik atas nama relawan, silahkan saja. Tapi jika tujuannya untuk mendukung seseorang maju sebagai Capres pengganti Jokowi, saya lihat arahnya sangat bertolak belakang.

Dan JK, sebagai salah seorang yang mungkin akan menjadi bagian dari king maker 2024, pasti sedang tertawa terbahak-bahak melihat kubu Ganjar sudah serang kanan kiri demi membentengi elektabilitas yang ga seberapa itu.

JK Pasti Ketawa Lihat Kubu Ganjar

Sumber Utama : https://seword.com/politik/jk-pasti-ketawa-lihat-kubu-ganjar-UgUrJhVgjS

KARTU MERAH UNTUK BEM PENDEMO JOKOWI!!!!!!!

Muak , muak melihat mahasiswa nir prestasi yang berdemo kemarin, tidak tahu malu pula mengatakan dirinya adalah BEM? Hoi, rakyat tidak bodoh! Jangan kamu pikir sudah mahasiswa merasa pintar sendiri. Membaca data saja tidak bisa, sok seolah mau jadi akademikus. Kami, rakyat tahu demo kamu itu sudah ditunggangi oleh para politisi bajingan, yang tidak suka negara ini maju. Anak-anak mahasiwa yang masih ingusan dicekokin oleh ideologi tengil, yang berisi kedengkian dan nyinyir. Kita tahu semualah siapa yang suka nyinyir dan dengki kepada pemerintah. Sudah hapal kita dengan congor-congor itu, orangnya itu-itu juga. Para penjahat berbalut baju agama, MUNAFIK, MUNAFIK, anak-anakku mahasiwa, belajarlah dahulu mengelap ingus yang mengucur dihidung kalian, barulah kalian bicara demokrasi, bicara keadilan. Tunjukan prestasimu baru bacot, jangan bacot kalau belum ada prestasi. Buka matamu baru nyinyir, lihat pembangunan disana-sini bahkan didaerah terpencil. Lihat bapak-Ibumu, menangis melihat kelakuan tengilmu. Muak kami melihatmu.

#KawalJokowi

Muak kami melihatmu.

#KawalJokowi

Muak kami melihatmu.

#KawalJokowi #NKRIHargaMati

KARTU MERAH UNTUK BEM PENDEMO JOKOWI!!!!!!!

Sumber Utama :  https://seword.com/puisi/kartu-merah-untuk-bem-pendemo-jokowi-KvkbQg2KMk

Ketika Fadli Dan Ormas (merasa) Lebih Pintar Daripada Rakyat Turki

Mungkin ini sudah jadi penyakit akut kita : mementingkan hal-hal sepele dan menyepelekan hal-hal penting. Satu lagi hal sepele jadi polemik , penamaan jalan. Atas nama hubungan baik Jakarta-Ankara, kedua kota sepakat mengganti nama salah satu jalan di kedua ibukota dengan nama tokoh negara mitra. Jadilah Ankara dapat nama Ahmet Soekarno dari RI, dan untuk Jakarta Turki mengusulkan nama bapak pendiri Republik Turki , Mustafa Kemal Ataturk.

Sementara Turki oke-oke saja dengan nama Ahmet Soekarno, bapak pendiri RI, dan warga Ankara adem-ayem menerimanya. Lain lagi cerita di negeri kita. Mulai MUI, Bamus Betawi, Fadli Zon, dan beberapa ormas keagamaan gerah dengan pilihan nama Mustafa Kemal Ataturk. Sampai tulisan ini jadi, polemik masih terus berjalan.

Alasannya Mustafa Kemal Ataturk ini adalah tokoh antagonis masa-lalu. Meskipun bergelar founding-father Turki, dia dianggap anti dan pengkhianat Islam. Dalam masa pemerintahannya, Attaturk mengganti sistem syariah dengan hukum Eropa, juga kalender Islam dihilangkan, sebagai gantinya Turki menerapkan kalender internasional sistem Gregorian.

Sebenarnya mayoritas warga Jakarta tidak terlalu pusing dengan penamaan jalan , selama itu nama yang wajar dan umum. Yang bikin gaduh ya pihak-pihak yang dari dulu senangnya cari masalah. Nama-nama diatas , para tukang gaduh ini bukan pemain baru. Selalu ada saja masalah simpel bisa dibikin jadi ribet , yang penting tetap eksis.

Untungnya nama Mustafa Kemal Ataturk diusulkan oleh pemerintah Turki, bukan pilihan Jokowi. Kalau tidak ributnya lebih lengkap lagi. Boleh jadi isu PKI akan dibangkitkan lagi . Apapun kontroversi yang pernah dibuat oleh beliau, tidak akan menghilangkan atribut beliau sebagai pendiri negara Turki, dan bangsa Turkipun menaruh hormat yang tinggi kepadanya. Adalah Presiden Erdogan sendiri --tokoh yang keras membela kepentingan Islam-- yang menyetujui nama Mustafa Kemal Ataturk dipakai sebagai nama jalan di Jakarta.

Sebagai diplomasi timbal balik, tentu tidak etis bagi Indonesia menolak permintaan Turki. Tidak ada cukup alasan bagi kita menolaknya, kecuali Attaturk pernah berbuat sesuatu yang menyakitkan bangsa Indonesia dimasa pemerintahannya. Begundal-begundal tukang gaduh itu apa benar lebih tahu Mustafa Kemal Ataturk daripada rakyat Turki sendiri? Persis sama ketika mereka merasa paling tahu konflik Palestina-Israel lebih daripada bangsa Palestina sendiri. Meskipun otoritas Palestina mengatakan ini tidak lebih dari konflik tanah yang diambil-paksa Israel, disini masalah tanah beralih jadi masalah agama.

Menilai sepak terjang Soekarno, meskipun seorang muslim, tapi untuk membendung pengaruh barat Soekarno memilih condong kepada aliansi Moskow-Peking (sekarang Beijing) yang akrab dengan komunis. Dalam politik seringkali semua pilihan punya resiko sendiri, kadang pilihan terburuk harus diambil daripada kepentingan bangsa dikorbankan. Politik Nasakom Soekarno yang condong dekat dengan blok komunis tidak serta merta menjadikan beliau mendapat cap seorang komunis, malah kita menjadikannya bapak bangsa dan proklamator. Sama dengan rakyat Turki yang tetap mejadikan Ataturk sebagai bapak bangsa. Lantas apa hak kita memveto pilihan rakyat Turki? apalagi sedikit-sedikit dikaitkan dengan agama dan selalu agama. Ada satu saduran dari kitab suci : “Jika hidup ke-agamaanmu tidak lebih baik daripada orang yang engkau cela, sesungguhnya engkau sudah berlaku munafik”. Ayat sindiran yang pas untuk kelompok yang gemar mencela ini.

Saat rakyat Turki menghormati pilihan kita, bukankah pantas pilihan mereka juga kita hargai. Kalau rakyat Turki terus mengacu kepada masa lalu dan mengotak-atik gaya politik Soekarno dan berprinsip sama dengan kelompok penolak Attaturk disini, mereka jelas-jelas akan menolak nama jalan Ahmet Soekarno. Turki memilih lebih pragmatis, melihat pertukaran nama adalah bentuk timbal-balik dan simbol keakraban dua pemerintahan. Keduanya adalah bapak bangsa negara yang harus dihormati. Jika Ataturk dilabeli anti dan melecehkan Islam, biarkan rakyat Turki sendiri yang memutuskannya demikian, bukan Fadli Zon dan kelompok sok-tahunya itu.

Pemerintah Indonesia sebaiknya bergeming dengan suara-suara minor dari kelompok tidak penting ini. Seperti Turki tidak mempermasalahkan nama Soekarno, sepatutnya pemerintah tidak perlu meninjau ulang permintaan pemerintah Turki. Jika kita menolak, perlu dipikirkan akibatnya jika Ankara membalas hal yang sama. Akibatnya hubungan bilateral bisa memburuk yang bisa saja berimbas kepada sektor ekonomi kedua negara. Sudah saatnya pemerintah berani menafikan suara-suara yang menolak, ini cuma masalah sepele bin remeh-temeh, kita fokus saja ke penanganan epidemi dan pemulihan ekonomi. Memberi angin dengan mendengarkan suara dari kelompok penolak sama dengan menambah masalah yang tidak perlu. Pilihan lainnya , ya batalkan saja pertukaran nama jalan kedua negara. Ini mungkin jalan paling aman, hanya saja sikap kompromistis seperti ini menunjukkan bahwa sekali lagi negara harus mengalah dengan kelompok-kelompok tidak penting nan gaduh ini.

Bayangkan jika suatu saat Beijing atau Moscow jadi sister-city nya Jakarta, dan kedua kota setuju tukar menukar nama jalan, kita memberi mereka nama Soekarno, timbal baliknya mereka menginginkan Mao Zedong atau Lenin. Pemerintah pasti pusing lagi, dan siap-siap saja Monas menerima gelaran demo 7 juta manusia episode kesekian.

Ketika Fadli Dan Ormas (merasa) Lebih Pintar Daripada Rakyat Turki

Sumber Utama : https://seword.com/sosbud/ketika-fadli-dan-ormas-merasa-lebih-pintar-SinnF1TmjN

Agar Mulus di Pilpres 2024 Anies Butuh Logistik dan Parpol, Jangan Takut Ada Bohir!

Pelaksanaan deklarasi untuk mendukung Anies Baswedan menjadi Presiden menjadi sorotan publik. Pasalnya, deklarasi yang digagas oleh Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES) tidak memiliki parpol pengusung.

Pertimbangan lain yang sedianya mendukung agar pencalonan seseorang untuk maju sebagai presiden berjalan lancar, adalah masalah logistik.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review sekaligus seorang pengamat politik, Ujang Komaruddin menjelaskan bahwa deklarasi untuk dukungan Anies maju sebagai capres adalah hal yang wajar. Walau demikian, Ujang mengingatkan adanya deklarasi harus dipikirkan dengan matang termasuk hal-hal penting dan pokok dalam pencapresan.

Untuk itu menurut Ujang, Anies perlu dukungan koalisi partai politik apabila ingin menjadi calon RI-1. Ujang beralasan dengan dukungan dari relawan saja tidak cukup tanpa adanya kendaraan politik.

"Peran relawan sangat penting dalam Pilpres. Namun soal persyaratan di atas tak boleh dipandang sebelah mata. Karana persyarakat itu pokok. Jika tak dapat partai, maka sulit juga jadi capres," ujar Ujang melalui laman suara.com.

Bagi saya pernyataan Ujang Komaruddin realistis. Deklarasi dengan jutaan relawan pun tak ada artinya tanpa ada partai politik yang mengusung Anies. Jangan berharap Anies bisa maju dalam jalur independen atau perseorangan, karena akan berhadapan dengan para calon yang diusung parpol.

Tertuang dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 mengenai Pemilihan Umum (UU Pemilu) disebutkan bahwa pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang telah memenuhi persyaratan perolehan kursi minimal 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional di Pemilu Anggota DPR-RI sebelumnya. (Sumber)

Jadi sudah sangat jelas di sini bahwa mimpi Anies menjadi presiden akan sirna apabila tidak ada partai politik yang melirik dirinya.

Kalaupun ada, itu pun akan sulit sekali hitung-hitungannya. Kita ambil contoh PKS yang rumornya akan mengajukan sendiri kadernya sebagai capres. Lalu Partai Demokrat yang memiliki jagoannya sendiri yakni AHY, tentunya mengusung dirinya menjadi capres. Sementara partai Nasdem akan pikir-pikir dahulu untuk mengusung Anies, karena partai ini selalu melihat peluang yang lebih menguntungkan buat partainya.

Meskipun Anies memiliki modal elektabilitas yang terbilang cukup baik yang selalu masuk tiga besar di sejumlah survey, namun hal tersebut bukanlah sebuah jaminan. Setidaknya untuk maju Pilpres, Anies butuh logistik dan sosok cawapres yang tepat untuk mendampingi dirinya. Dan sekali lagi, harus ada dukungan dari partai politik.

Untuk soal logistik mungkin bohir dari Indonesia Timur akan menyokong mati-matian. Kalaupun kurang, tinggal gunakan saja jihad harta dari para kadruners yang 7 juta umat itu untuk menyumbang.

Apalagi si Novel Bamukmin sudah mendeklarasikan dirinya siap menjadi pendamping Anies sebagai Cawapres. Jadi tidak susah menggerakkan mereka untuk donasi. Tinggal iming-iming kaveling surga dan bidadari, pasti para kadruners akan senang hati menyumbang untuk memenuhi logistik Anies sebagai Capres terpilih.

Oh iya, belum lagi logistik akan datang dari 2000 advokat. Jika satu advokat menyumbang Rp 1 milyar saja untuk keperluan logistik, maka akan terkumpul dana 2T. Uwaw, bisa berhasil nih Anies maju jadi calon presiden!

Selain itu, Ujang Komaruddin merasa bahwa masa jabatan Anies akan berakhir di 2022 yang mana akan menjadi tantangan tersendiri. Anies yang tidak punya lagi jabatan dianggap tidak mempunyai panggung untuk mempertahankan maupun memperbaiki elektabilitasnya. Sehingga menurut Ujang, Anies sangat membutuhkan dukungan dari segala aspek.

Tapi tenang saja, bohir akan bekerja keras untuk menyediakan segalanya buat Anies berkeliling Indonesia. Kemungkinan masih ada cadangan dana dari ‘kelebihan’ yang sudah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Sehingga untuk membuat nama Anies tetap eksis tidak menjadi kendala yang berarti meskipun tak ada jabatan lagi. Itu semua tergantung koordinasi antara relawan dan bohir.

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, untuk urusan dana kemungkinan tidak menjadi kendala karena bohir sudah memikirkan hal itu. Yang terpenting ialah bagaimana caranya untuk merebut kekuasaan kembali, agar tujuan mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri dan kelompok bisa tercapai.

Jadi untuk urusan merekrut partai politik untuk mau mengusung Anies Baswedan di Pilpres 2024 adalah tergantung dari lobi politik itu sendiri. Jika bohir berani bayar dengan kardus besar, maka parpol siap mendukung. Jika tidak, maka mimpi bohir ingin berkuasa akan terkubur selamanya.

Kesimpulannya, Anies cukup duduk manis di singgasana dan bohir akan bekerja di belakang layar.

Agar Mulus di Pilpres 2024 Anies Butuh Logistik dan Parpol, Jangan Takut Ada Bohir!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/agar-mulus-di-pilpres-2024-anies-butuh-logistik-LT6BhPYfKX

Elit dan Kader PDIP Jangan Bereaksi Berlebihan, Cukup Tertawakan Kelakuan Rocky Gerung!

Pernyataan Rocky Gerung (RG) yang menyebut Puan dan Ganjar dianggap bodoh lantaran tidak pernah berbicara terkait kesetaraan gender rupanya belum usai. RG lantas menyebut hanya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang bisa menerima kritiknya, sedangkan kader PDIP lainnya dianggap RG masih mentah.

Elite PDIP Hendrawan Supratikno pun seperti terpancing, dengan menilai bahwa kritikan RG sulit diterima lantaran disampaikan tanpa diimbangi kontemplasi dan kesadaran etis.

"Itu persepsi RG. Saya katakan, orang yang belajar filsafat cenderung kritis, karena filsafat adalah ilmu mempertanyakan segala sesuatu. Namun, tanpa diimbangi kontemplasi dan kesadaran etis, bisa tergelincir pada kebiasaan 'waton suloyo' (asal bicara)," kata Hendrawan di gedung DPR, Selasa (19/10/2021), seperti dilansir dari Detikcom.

Politikus PDIP ini juga bereaksi dengan ucapan RG sebelumnya, dengan menyebut seperti ini:

"Padahal pemahaman kami yang namanya gender equality sudah ada dalam konstitusi, kesetaraan gender jelas di konstitusi, di UU juga demikian, di peraturan lain juga demikian, jadi artinya itu makanan harian, menu harian buat Pak Ganjar dan Mbak Puan dan seterusnya para politisi. Kok ini tiba tiba Rocky Gerung menyampaikan dianggap bodoh karena tidak pernah bicara itu, padahal itu kita bicarakan tiap hari, hanya memang tidak dalam bahasa Inggris."


Sebagai "striker" andalan dari kubu oposisi, sosok RG ini memang fenomenal sejak namanya terangkat gara-gara sering diundang bicara sebagai narasumber di acara ILC besutan Karni Ilyas pada masa lalu.

Meski isi pendapatnya kerap kontroversial, bahkan nggak jarang bisa dibilang asal njeplak, bisa dibilang cukup sering elit partai yang berada di kubu koalisi bereaksi. Kalau nggak menangkis ya balik menyerang. Termasuk reaksi dari kader PDIP kali ini ketika RG menyenggol dua nama beken di kubu partai dengan lambang banteng bermoncong putih itu.

Sebenarnya para kader dan terutama elit partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu nggak perlu bereaksi terlalu keras kalau mendengar ucapan-ucapan Rocky Gerung itu.

Hadapi saja dengan senyuman, lalu sesekali tertawakan saja. Semakin ngawur dan jauh dari logika waras, semakin keraslah tertawa kalian sambil sesekali saja selipkan komentar yang terkesan santai. Jangan.membantah, tapi juga jangan terkesan mengiyakan atau mengakui. Cukup tertawakan saja!


Meski terlihat bodoh dalam berbagai statement yang kerap dilontarkan, RG ini kok sepertinya sengaja memancing emosi dari para kader partai yang menjadi sasaran ucapannya. Syukur-syukur marah, atau sekalian memaki-maki ... nanti RG tinggal komentar lagi:

"Tuh, kan ... mudah marah orang-orang dari partai sono."


Sekali lagi, jangan sampai ada elit atau kader PDI Perjuangan terjebak lalu ikut menikmati "irama politik" yang coba dimainkan oleh RG dan kubu yang sebarisan dengan orang ini.

Santai saja, pelajari polanya, lalu ketika saatnya tepat ... kasih tampolan balik, atau bila perlu kalau ada celah hukum yang dilanggar, bikim strategi agar bisa dilaporkan dengan "meminjam tangan" orang lain. Karena, kalau yang melakukan dari kader PDI Perjuangan sendiri, nanti saya khawatir malah "dimainkan" lagi oleh RG.

Akan tetapi, kalau dibilang sudah keterlaluan dan ada potensi untuk membawa ke ranah hukum, ya sekalian diramaikan saja sampai ada putusan akhir pengadilan dengan hukuman dalam durasi waktu tertentu.


Susah memang ngadepin manusia seperti RG ini. Perlu dipelajari perilakunya, lalu dipikirkan cara terbaik untuk melakukan counter attack guna membungkam mulut RG dengan telak.

Hanya, kalau merasa belum yakin dengan strategi serangan balik itu, ya mendingan diam atau direspons dengan slow saja, seperti dilakukan Ganjar Pranowo sebagai "sasaran utama" sindiran RG bersama Puan Maharani.

Orang seperti RG ini, kalau lebih banyak dicuekin, didiemin, lalu sesekali ditertawakan ... nanti kan jadi malu sendiri. Diharapkan juga (meski harapan itu tipis) RG bisa mengevaluasi diri dan berkaca soal pernyataan-pernyataan kontroversialnya selama ini.

Kalau nggak malu dan nggak nyadar juga bagaimana? Ya, nggak apa-apa sih. Pokoknya jangan bereaksi berlebihan, nanti dia justru GR dan tambah semangat berucap yang aneh-aneh. Apa perlu PDIP "mengontrak" Ferdinand Hutahaean guna mengcounter RG dengan segala perilakunya?

Ya, terserah siiih...!

Elit dan Kader PDIP Jangan Bereaksi Berlebihan,  Cukup Tertawakan Kelakuan Rocky Gerung!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/elit-dan-kader-pdip-jangan-bereaksi-berlebihan-a2JPRDECjM

Jejak Rekam Politik Praktis Rocky Gerung Sejak Tahun 2008

Sifat seseorang itu tidak mungkin terbentuk secara instan tapi berproses seiring dengan perjalanan waktu. Jadi jangan heran jika kita melihat Rocky Gerung yang katanya seorang intelektual (versi mereka) merasa hebat dan begitu mudahnya mengatakan orang lain dungu.

Ada yang tahu kenapa watak Rocky Gerung “picik” seperti itu?

Karena sejak kuliah dia sudah merasa lebih hebat dari dosennya yang bergelar Doktor!

Pernah dalam sebuah kuliah, dia (Rocky Gerung) gigih mempertahankan pendapatnya sehingga dia berdebat dengan dosen kami yang bergelar doktor. Lama-lama dosen itu jengkel atas sikap Rocky. Akhirnya dia nyeletuk: Please Rocky, yang doktor itu lu ape gue? Kami tertawa semua, termasuk Rocky yang tentunya tertawa agak kecut. Sumber

Jadi sudah paham sifat Rocky Gerung yang merasa hebat sendiri terus berlanjut sampai sekarang.

Dulu, kita sering melihat Rocky Gerung dijadikan narasumber di sebuah acara TV tetangga baik dalam masalah ekonomi (Freeport), politik antara Mega dan SBY dan masalah lainnya, meskipun penulis sendiri bingung apa kapasitasnya sebagai narasumber.

Apakah Rocky Gerung ahli ekonomi? Bukan!

Apakah Rocky Gerung ahli politik? Bukan?

Apakah Rocky Gerung seorang Profesor? Ngakak!

Dan akhirnya kita tahu bahwa Rocky Gerung “memanfaatkan” acara ILC sebagai tempat dia ngibul. Entah berapa banyak orang yang berhasil “dikibulin” oleh Rocky Gerung selama ini…

Jejak Rekam Politik Praktis Rocky Gerung

Banyak yang tidak tahu jika Rocky Gerung sudah melakukan kegiatan politik praktis sejak tahun 2008 silam. Dia merupakan salah satu inisiator berdirinya partai Serikat Independen Indonesia (SRI). Sumber

Dia adalah salah satu anggota Majelis Pertimbangan Partai sekaligus Ketua Bidang Politik dan Pendidikan dalam partai tersebut. Sumber

Dan partai SRI adalah salah satu partai yang tidak lolos verifikasi administrasi untuk ikut pemilu tahun 2014 silam karena KPU menemukan nama fiktif dalam kepengurusan partai tersebut. Sumber

Dan pada Pilkada DKI 2017 lalu, Rocky Gerung terlihat hadir dalam kawanan relawan Agus-Sylvi:

Article

Rocky Gerung sendiri ngaku dekat dengan AHY. Bahkan dia kerap berdiskusi di sejumlah cafe dengan AHY. Rocky Gerung berdiskusi dengan AHY, gak kebalik? Article

Rocky pernah menolak apabila disebut sebagai mentor politik AHY. Menurutnya, dia hanya memberi masukan dalam dialektika politik.

"Ya iya kan istilah mentor dibikin oleh pers. Kan saya bilang pada waktu itu untuk menguji cara berfikir, untuk menguji argumen, biasa saja, diskusi aja," terangnya. Sumber

Pada tahun 2018, Rocky Gerung menghadiri acara deklarasi relawan Cakra AHY yang menginginkan anak SBY tersebut sebagai pemimpin Indonesia dalam kontestasi Pilpres 2019.

Article

“Kami deklarasikan Cakra AHY untuk mendorong Bung AHY ikut kontestasi Pilpres tahun 2019," kata Irwan, Koordinator Nasional Cakra AHY. Sumber

Pada tahun yang sama, Rocky Gerung juga menjadi narasumber untuk acara AHY bersama Herzaky Mahendra Putra yang sekarang menjadi salah satu elit partai Demokrat.

Article 

Pada tahun 2019 lalu, Rocky Gerung hadir di acara kampanye Partai Demokrat. Dia bahkan meminta jaket Partai Demokrat, mengenakannya, dan bicara soal tanda kekaderan dari partai yang dipimpin SBY tersebut.

Yang lebih menggelikan, Rocky Gerung mengatakan partai Demokrat adalah partai akal sehat! Wkwkwk

“Partai Demokrat adalah partai akal sehat," kata Rocky disambut tepuk riuh peserta. Sumber

Gimana logikanya partai Demokrat pimpinan SBY yang banyak meninggalkan proyek mangkrak dikatakan sebagai partai akal sehat oleh Rocky Gerung?

Article

Article

Gimana akal sehat Rocky Gerung mengatakan partai Demokrat yang pernah jadi juara korupsi (bersama PKS terkait korupsi sapi) bisa dikatakan sebagai partai akal sehat?

Article

Rocky Gerung mengaku bahwa dirinya lebih menghormati otoritarian semasa Orde Baru daripada jalannya demokrasi di era sekarang. Pernyataan Rocky Gerunng tersebut itu disampaikan dalam video "Dibanding Rezim Jokowi, Saya Lebih Hormat Kepada Rezim Orde Baru" yang dibagikan melalui saluran kanal pribadinya.

Rocky Gerung bisa ngoceh apa saja di masa pemerintahan Jokowi saat ini dengan dalih kebebasan berpendapat (demokrasi), padahal kalau dia berani ngoceh pemerintahan Soeharto, pasti dia udah “hilang” seperti kata Irma Suryani Chaniago.

“Rocky ini selalu berkomentar seakan-akan paling pinter dan paling bener sendiri. Tahu enggak? Kalau di zaman Soeharto, orang seperti Rocky Gerung ini udah hilang, udah enggak ada. Tapi di era Jokowi, Rocky mencaci maki Jokowi, Jokowi-nya santai-santai saja," ujar Irma. Sumber

Article

Lalu, kenapa Rocky Gerung sering “nyinyir” terhadap Presiden Jokowi dan tidak pernah mengkritik Prabowo dalam Pilpres 2019 lalu?

Karena secara tidak langsung, dia mengakui Presiden Jokowi berprestasi dan Prabowo tidak!

Article

Rocky Gerung sendiri yang menyebut bahwa capres nomor urut 02 Prabowo Subianto tak memiliki prestasi sehingga Rocky Gerung tidak mengkritisi Prabowo. Oleh karenanya Rocky Gerung lebih memilih untuk mengkritik capres nomor urut 01 Jokowi. Sumber

Alasan lain kenapa Rocky Gerung tidak pernah mengkritisi Prabowo karena Rocky Gerung ini merupakan salah satu calon Menteri yang akan diangkat oleh Prabowo jika Prabowo menang dalam Pilpres 2019 yang lalu.

Article

Syukurlah Prabowo kalah dalam Pilpres 2019 lalu. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya bangsa Indonesia jika Prabowo menang dan Menterinya seorang Rocky Gerung yang entah apa prestasinya bagi bangsa Indonesia selama ini?

Yang lebih mirisnya lagi, Rocky Gerung yang pernah mengatakan kitab suci adalah fiksi malah “memprovokasi” umat Islam khususnya warga NU yang mayoritasnya mendukung Presiden Jokowi dengan memanfaatkan isu tokoh NU KH Hasyim Asy'ari yang hilang dalam kamus sejarah di Indonesia pada April 2021 lalu. Rocky Gerung mengatakan bahwa Presiden Jokowi mau menyingkirkan Islam.

Article

Bisa dibayangkan bagaimana “liciknya” Rocky Gerung dalam memainkan isu agama untuk memancing emosi umat di dalam bulan suci Ramadhan lalu agar benci terhadap pemerintahan Indonesia yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi?

Faktanya, peristiwa itu terjadi karena kealpaan Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud yang diangkat oleh Anies Baswedan saat dia masih menjabat sebagai Mendikbud pada tahun 2015 silam.

“Pak Hilmar memulai sejarah baru menjadi eselon 1 dari non-PNS,” kata Anies pada acara pelantikan di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sumber

"Saya mengakui bahwa ini kesalahan. Tapi ya karena kealpaan, bukan kesengajaan. Itu poin yang mau saya tekankan," ujar Hilmar dalam jumpa pers daring. Sumber Article

Akhir kata, apakah pantas Rocky Gerung yang katanya seorang intelektual begitu mudahnya mengatakan orang lain dungu?

Padahal kita tidak pernah melihat Prof Rhenald Kasali, Prof Quraish Syihab dan tokoh intelektual senior lainnya mengatakan orang lain demikian.

Masih percaya sama orang yang katanya intelektual tetapi malah membeli surat tanah dari seorang narapidana dan menempati lahan puluhan tahun dengan modal surat garapan?

Article

Jangan mau “dikibulin” lagi oleh tokoh oposisi yang tidak kesampaian jadi Menteri…

Wassalam,

Nafys Seword

Jejak Rekam Politik Praktis Rocky Gerung Sejak Tahun 2008

Sumber Utama : https://seword.com/politik/jejak-rekam-politik-praktis-rocky-gerung-sejak-IBMt6hOIJJ

Demo Mahasiswa : 7 Tahun Pemerintahan Jokowi Tidak Membuahkan Hasil

Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja boleh justru perbedaan bisa mengakibatkan keindahan. Seperti anak saya yang bungsu tidak suka kuning telur, hobinya putih telur. Sebaliknya si sulung tidak suka putih telur, sukanya kuning telur. Ketika memakan rebusan telur, si sulung diberi kuning telur, si bungsu diberi putih telur.

Melihat angka 6 pun bisa berbeda-beda. Saya melihat angka 6 sebagai angka enam. Tapi teman saya dengan sudut pandang berbeda angka 6 bisa terlihat sebagai angka 9. Ya terserah yang melihat.

Tapi perbedaan pendapat ini terkadang menimbulkan kerusuhan dan kerusakan. Kerusuhan dan kerusakan ini bisa menghambat pembangunan, bahkan menghancurkan pembangunan. Salah satunya dengan demostrasi.

Demo Mahasiswa besar-besaran kembali terjadi di depan istana negara. Mahasiswa kembali turun ke jalan mengatasnamakan rakyat. Ini merupakan protes terhadap pejabat yang dianggap tidak bisa bekerja. Namun, banyak orang yang malah nyinyir atas hal ini.

Mengapa demontrasi rasanya dianggap selalu buruk? Bukankah demontrasi yang mendorong percepatan demokrasi di Indonesia? Bukankah tanpa demontrasi seringkali tersahkan kebijakan yang tidak pro rakyat? Apakah demo selalu berkonotasi aksi vandalisme atau kekerasan?

Demontrasi merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektualitas yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi kepada penguasa, sifatnya secara langsung dan melibatkan massa. Basisnya jelas, data dan fakta.

Sebenarnya demonstrasi boleh-boleh saja di negara demokrasi sebagaimana diatur undang-undang. Jika demonstrasinya murni untuk mengkritik berbasis data sebagaimana tulisan di atas.

Tetapi demonstrasi, khususnya demonstrasi mahasiswa sekarang ini terkadang kurang bermanfaat. Jika hanya sekedar menyampaikan unek-unek, aspirasi, kritik dan sangat boleh. Tetapi jika demonstrasi mereka hanya menghujat, membakar ban, menimbulkan kemacetan, apalagi menghancurkan mobil orang lain dan fasilitas umum, saya kira demonstrasi tersebut bukanlah demi rakyat.

Jika demonstrasi membakar mobil-mobil yang dilewati, apakah pantas disebut demonstrasi demi rakyat? Mobil-mobil tersebut merupakan mobil masyarakat dengan hasil jerih payah mereka selama ini. Jika dibakar sama saja tidak menghargai jerih payah rakyat.

Di satu sisi berbicara memperjuangkan hak rakyat, di sisi lain malah menghancurkan properti rakyat. Jadi sebenarnya rakyat mana yang mereka bela. Apakah rakyat yang hanya ada di dalam imajinasi mereka?

Hari kamis kemarin tanggal 21 Oktober, saat Jokowi tak di Jakarta, BEM SI menggelar demonstrasi di sekitar Istana. Aksi unjuk rasa dilakukan dalam rangka 7 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.

BEM SI menilai kepemimpinan Jokowi tidak membuahkan hasil dalam dua periode. Mereka menilai tak ada terobosan yang dilakukan Jokowi guna mengatasi masalah di Indonesia.

Saya merasa ingin tertawa dan bingung, membaca pernyataan BEM SI yang menilai kepemimpinan Jokowi tidak membuahkan hasil dan menilai tak ada terobosan yang dilakukan Jokowi. Apakah mereka tidak punya data tentang hasil kepemimpinan Presiden Jokowi. Saking bingungnya saya kehabisan kata-kata untuk mengomentarinya.

Demo mahasiswa kemarin, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menemui massa BEM Seluruh Indonesia (SI) yang menggelar demonstrasi di sekitar bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Moeldoko memenuhi permintaan massa BEM SI yang memang ingin bertemu dengannya untuk menyampaikan tuntutan mereka.

Salah seorang perwakilan massa aksi lalu memberikan sebuah buku berisi tuntutan mahasiswa kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Moeldoko pun menerima buku tersebut.

Untuk diketahui, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi memperingati 2 tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Massa aksi kompak bernyanyi yel-yel mundur Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bayangkan saja, jika dipenuhi yel-yel mahasiswa agar Jokowi mundur, RI tidak punya Presiden. Otomatis Wakil Presiden KH. Maruf Amien menggantikan Jokowi. Saya yakin mahasiswa pun menuntut kembali Maruf Amien mundur. Jadilah Indonesia tidak punyai Wakil Presiden dan Presiden. Lalu mau jadi apa Indonesia ini. Ah mahasiswa ini terlalu pintar rupanya sampai saya tak mampu menyelami pikirannya.

Tampak massa aksi lainnya mengikuti yel-yel yang diucapkan perwakilan mahasiswa di atas mobil komando. Saat berorasi, terlihat para mahasiswa tidak menjaga jarak satu sama lain.

Ternyata mereka begitu semangat menilai kepemimpinan Jokowi tidak ada terobosan dan tidak membuahkan hasil. Sedangkan mereka hanya sekedar jaga jarak saja tidak bisa.

Wadduh…

Demo Mahasiswa : 7 Tahun Pemerintahan Jokowi Tidak Membuahkan Hasil

Sumber Utama : https://seword.com/politik/demo-mahasiswa-7-tahun-pemerintahan-jokowi-tidak-Q7DcheztVn

Naik Pesawat Wajib PCR, Apa Gunanya Vaksin? Yakin Indonesia Menuju Endemi?

Bukan hanya rakyat jelata yang masih bisa bertahan hidup di era pandemi ini yang protes merasa heran, akan tetapi juga para pejabat, anggota DPR, bahkan termasuk Puan Maharani pun merasa heran dengan aturan Mendagri yang memberlakukan wajib test PCR bagi penumpang pesawat.

Jujur saya heran dan tidak masuk di akal sehat saya, hari gini naik pesawat harus wajib PCR seolah-olah negara kita saat ini sedang diterjang badai tsunami virus Corona. Padahal, penyebaran virus Corona sudah melandai, pun mayoritas masyarakat sudah vaksin hingga dua kali.

Menerapkan aturan wajib PCR bagi penumpang pesawat kok ya rasanya seperti kembali ke jaman batu saja. Apalagi pariwisata Bali baru mulai bangkit, sekarang ada lagi aturan naik pesawat harus wajib PCR. Tidak habis pikir saya.

Adapun peraturannya penerbangan dari atau ke bandar udara di wilayah Jawa dan Bali, antar kota di Jawa dan Bali, serta di daerah yang masuk kategori PPKM level 3 dan 4 sesuai Inmendagri terbaru, wajib menunjukkan kartu vaksin (minimal dosis pertama) dan surat keterangan hasil negatif PCR maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan.

Penerbangan dari dan ke bandar udara di luar wilayah Jawa dan Bali yang ditetapkan masuk kategori PPKM level 1 dan 2, wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif PCR maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan atau hasil negatif antigen maksimal 1x24 jam.

Pengecualian kewajiban menunjukkan kartu vaksin diatur untuk penumpang di bawah usia 12 tahun dan penumpang dengan kondisi kesehatan tertentu atau penyakit komorbid yang menyebabkan tidak dapat menerima vaksin.

Sebagai pengganti kartu vaksin, calon penumpang yang akan berangkat diwajibkan melampirkan surat keterangan dokter dari Rumah Sakit Pemerintah yang menyatakan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi COVID-19.

Kalau mewajibkan penumpang harus PCR, turunin dong harga tiket pesawat sesuai harga PCR, supaya tidak menimbulkan gelombang protes rakyat. Biaya test PCR itu Rp400 ribu, kalau tiket pesawat Rp1 juta, maka jadi Rp600 ribu. Fair, kan?

Atau biaya PCR ditanggung oleh pemerintah, jangan dibebankan kepada penumpang. Jangan seenaknya nambah-nambahin beban hidup orang susah.

Sebab, sekali PCR itu harganya Rp400 ribu. Rp400 ribu bagi orang yang hidupnya pas-passan itu sangat besar. Mewajibkan penumpang pesawat harus PCR itu namanya memeras rakyat secara terang-terangan. Kok bisa tega begitu. Kita ini kok ya seperti dibodohi dengan dalih penyebaran virus Corona.

Kewajiban PCR bagi calon penumpang yang sudah dua kali vaksin sebaiknya dihilangkan, cukup dengan swab Antigen saja karena memberatkan bagi penumpang yang kurang mampu atau naik pesawat karena terpaksa.

Jangan berdalih beli tiket pesawat bisa, tapi PCR tidak bisa. Memangnya orang beli tiket pesawat tujuannya hanya untuk jalan-jalan dan senang-senang? Ada yang beli tiket pesawat karena orang tua meninggal di kampung dan urusan-urusan mendesak lainnya. Tolong dimengerti dong.

Jangan sampai aturan ini akan menjadi lahan bisnis bagi para mafia alkes dengan memainkan harga test PCR seenak udel mereka lagi karena dibutuhkan sebagai syarat terbang.

Sudah terbukti, kok. Dulu tuh ya test Antigen harganya sampai Rp250 ribu dan hasilnya satu hari. Ternyata itu akal-akalan mafia alkes. Faktanya, beli bahan untuk test Antigen hanya Rp25 ribuan doang dan waktu yang dibutuhkan hanya 15 menit saja untuk mengetahui hasilnya.

Sedangkan test PCR dulu biayanya sampai Rp 950 ribu. Kalau mau cepat, biayanya Rp1,2 juta. Ternyata setelah disentil Presiden Jokowi, kok bisa harga-harga yang nauzubillah mahalnya itu langsung turun drastis. Kan aneh.

Saya ini cebong akut, tapi saya tidak bisa hanya duduk diam dengan tidak mengkritisi aturan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Harusnya test PCR itu gratis, entah itu disubsidi oleh pemerintah atau dengan cara lain. Namanya juga demi kepentingan rakyat. Kalau pemerintah keberatan, ya sudah hapus dong itu aturan wajib PCR bagi penumpang pesawat. Simple, kan?

Jika memang pemerintah serius mau mengurusi pertumbuhan perekonomian menuju masa endemi, kenapa harus ada aturan wajib PCR lagi bagi calon penumpang pesawat disaat penyebaran virus Corona di negara ini sudah melandai dan mayoritas masyarakat sudah divaksin.

Selain itu, bukankah mayoritas masyarakat sudah vaksin dua kali? Lantas untuk apa ada test PCR segala? Apa tidak aneh? Sudahlah, syarat wajib PCR itu sama kejamnya dengan Pinjol. Sama-sama mencekik.

Naik Pesawat Wajib PCR, Apa Gunanya Vaksin? Yakin Indonesia Menuju Endemi?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/naik-pesawat-wajib-pcr-apa-gunanya-vaksin-yakin-7KI3sISJNe

Gibran Tampar Gubernur Genit Sundul Langit yang Bicara 2024

Jika ada pepatah yang mengatakan, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" mungkin kiranya tepat buat menggambarkan sosok Gibran Rakabuming Raka salah satu Wali Kota muda di Indonesia ini dengan kiprah bapaknya Presiden Jokowi.

Seolah Gibran ini tak ambil peduli dengan euforia para tokoh terutama para Gubernur yang genitnya sundul langit seolah para kepala daerah yang sudah sangat berbuat banyak buat warganya. Padahal prestasi mereka semuanya rata-rata biasa saja tak ada yang istimewa. Hanya menang nama dan dukungan para relawan yang militan.

Nah, Gibran ini beda dia cuek saja seolah itu hal yang lumrah. Terlebih dirinya benar-benar memposisikan diri sebagai kelapa daerah sekelas Wali Kota yang sebetulnya secara politik tak kalah moncer. Pasalnya banyak negara lain yang presidennya berangkat dari Wali Kota bukan seorang Gubernur.

Akan tetapi mungkin Gibran Rakabuming dipandang masih baru. Praktis kepemimpinannya sebagai Wali Kota Solo baru menginjak 7 bulan. Tentu saja ini waktu yang relative massih baru untuk ukuran sebuah jabatan dalam pemerintahan.

Tapi tunggu dulu, kendati masih terbilang seumur jagung tapi gebrakan Gibran untuk warga Solo selama pandemi berlangsung tak perlu diragukan lagi.

Seperti yang kita ketahui, ada 3 Gubermur atau kepala daerah yang teramat pede, kerap menyebut dan disebut menjadi calon presiden pengganti presiden Jokowi. Seakan mereka itu pantas menduduki kursi presiden RI.

Ada sosok Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat yang sudah dengan secara terang benderang siap nyapres saat forum PAN di Bali, kemudian ada Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta juga tak jauh beda di tempat yang sama, bahkan relawannya sudah deklarasi pula.

Dan yang tak kelah seru juga ada Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, kendati dari mulutnya belum pernah terucap mau nyapres tapi relawannya jauh hari sudah deklarasi di mana-mana bahkan sampai mancanegara pun ada.

Belum tokoh-tokoh lain sekelas menteri dan ketua umum partai politik juga tak kalah genitnya. Pokoknya merasa paling berhak menjadi presiden RI.

Kita tinggalkan sejenak mereka yang genit sundul langit. Kita bicarakan kiprah Gibran yang tak kalah sengit. Pepatah di atas rasanya pas jika kita sandingkan Gibran dan Jokowi. Gibran itu nampak di dalam otak dan benaknya adalah kerja melayani rakyatnya.

Prestasi bapaknya di Solo saat menjabat sebagai "The Spirit of Java" rupanya tak hanya slogan semata. Tapi di tangan Gibran spirit itu harus benar-benar nyata dalam derap langkah kehidupan yang dituntut percepatan di era digitilisasi saat ini.

Setelah gebrakan mewadahi ribuan atau tepatnya 10.000 UMKM dibantu dipasarkan melalui kampus UMKM dan e-commerce kini Gibran mulai menyasar para pedagang tradisional yang berada di Solo. Dan gebrakan serta terobosan bidang lain.

Kini ada 44 pasar tradisional yang disiapkan Gibran untuk melakukan proses jual beli dengan transaksi non tunai atau digitalisasi.

Gebrakan ini tentu saja keren. Sejalan dengan perkembangan jaman. Para bakul tradisional itu dipaksa harus melek tekhnologi terkini. Terobosan ini saya rasa sangat membantu para bakul atau pedagang menghadapi persaingan di dunia international.

Jika seorang Gibran yang nota bene Wali Kota saja sudah berpikiran jauh ke depan bagaimana dengan kepala daerah lainnya? Bahkan para Gubernur itu? Selain benak dan otaknya sibuk cari perhatian copras-capres apa yang dilakukan untuk warganya?

Apa yang dilakukan oleh Gibran tak bisa dibilang sederhana tapi luar biasa. Tak mudah bagi warga awam terutama para pedagang tradisional mudah mengenal tekhnologi terkini. Tapi buat Gibran tak ada yang sulit. Sebab jika tidak dipaksa akan tergilas dengan perubahan jaman dan kasihan para pedagang tradisonal akan kian ketinggalan dan tergilas oleh perubahan itu sendiri.

Halo para Gubernur yang terhormat? Apakah ada gebrakan serupa di wilayah Anda?

Dihadapan awak media, Anak Presiden Joko Widodo ini menjelaskan, sudah ada 44 pasar tradisional yang disiapkan untuk onboarding termasuk pasar baru, yakni Pasar Legi dan Purwasari.

"Kalau di Solo ada 44 pasar tradisional. Kita sedang membangun Pasar Legi dan Pasar Purwasari. Jadi ini pasar baru, ini kita siapkan untuk mempersiapkan diri untuk digitalisasi," kata Gibran dalam konferensi pers Grab OVO Patriot, Kamis (21/10/2021).

Gibran menuturkan, penerapan digitalisasi di pasar tradisional ini untuk memudahkan para penjual. Dengan digitalisasi, seluruh pengeluaran dan pemasukan menjadi terdata.

Penjual pun tidak perlu menyiapkan uang kembalian saat terjadi transaksi jual-beli. Dia ingin para penjual dan pembeli terbiasa dengan perubahan baru, utamanya penetrasi digital yang makin marak karena pandemi Covid-19. Pandemi, kata Gibran, memaksa setiap UMKM untuk go digital.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Gibran bekerja sama dengan Grab dan OVO. Sejalan dengan itu, startup yang beroperasi di Indonesia ini meluncurkan Program Akselerasi Transaksi Online Pemerintah (Patriot).

Patriot merupakan sebuah program jangkar dalam mendukung Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang dicanangkan presiden untuk mengakselerasi transaksi digital dalam ekosistem terintegrasi.

Nah, sebuah langkah sederhana tapi luar biasa. Gibran menyadari di pundaknya Kota Solo akan selalu menjadi pusat perhatian. Dan itu harus dibuktikan tak hanya seremonial belaka.

Bagaimana menurut Anda?

Demikian, salam

Gibran Tampar Gubernur Genit Sundul Langit yang Bicara 2024

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gibran-tampar-gubernur-genit-sundul-langit-yang-oBeEidVGLO
 
Re-post by MigoBerita / Sabtu/23102021/12.27Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya