Prabowo-Puan, Ganjar-Andika Perkasa, Erick Tohir-Sandiaga, Pilih yang Mana?
Migo Berita - Banjarmasin - Jalan Terjal Menuju PILPRES 2024. Bukan bermaksud Curi Start menulis pemberitaan tentang PilPres 2024, akan tetapi agar rakyat Banua Banjar khususnya, rakyat Indonesia umumnya dapat lebih terlebih dahulu membaca jejak rekam orang-orang yang mengaku MAMPU memimpin bangsa Indonesia. Terus baca kumpulan artikel yang kita kumpulkan hingga tuntas agar tidak gagal paham.
Kontestasi pilpres 2024 bakal seru dan menarik. Ada banyak sosok dan figur yang bakal bertanding merebut kursi RI 1 yang ditinggalkan Presiden Jokowi.
Dari sekian banyaknya calon yang sejak saat ini sudah terlihat sangat bernafsu ingin mencalonkan diri menjadi calon orang nomor satu di negeri ini, baik secara terang-terangan maupun yang masih malu-malu meong, saya pilih tiga kandidat yang terkuat saja.
Para capres dan cawapres yang saya sebut di perikop judul tulisan ini menurut saya paling potensial bakal masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang, karena secara aturan maksimal itu hanya tiga calon capres dan cawapres saja. Tidak bisa lebih dari itu.
Prabowo-Puan, untuk saat ini, entah di 2024 nanti, Prabowo masih menempati elektabilitas tertinggi dari semua kandidat capres yang beredar. Di semua lini survey, fakta membuktikan nama Prabowo masih di urutan nomor satu.
Sedangkan Puan Maharani masih berat untuk dijadikan capres, namun potensial menjadi cawapres disandingkan dengan Prabowo. Selain itu secara historis ada kedekatan antara PDIP dan Gerindra di berbagai perhelatan Pemilu selama ini.
Fakta pendukung lainnya, Puan Maharani adalah putri pewaris tunggal Megawati yamg punya PDIP sebagai kendaraan politiknya, maka sebagai bargaining politik disandingkan dengan Prabowo yang sudah punya nama besar duluan. Menurut saya, ini adalah pilihan yang win-win solution.
Ganjar-Andika Perkasa, formasi ini tentu saja jika disundul PDIP, itupun kalau para petinggi PDIP yang berpengaruh mau dan rela membuang Puan dari radar pilpres 2024 mendatang.
Hal ini dikarenakan Ganjar adalah kader militan PDIP. Kecuali formasinya berubah menjadi 'perkawinan sedarah' Ganjar-Puan sebagai capres dan cawapres 2024 mendatang. Namun saya pikir ini mustahil terjadi.
Sebab bagi PDIP, Ganjar masih bukan person inti yang kekuatannya sama seperti Jokowi sampai-sampai partai sebesar itu rela 'membuang' Ketum-nya Megawati demi menjadikan Jokowi sebagai Presiden agar PDIP menjadi pemenang pemilu selama dua periode berturut-turut.
Namun kekuatan Ganjar tak dapat dipandang sebelah mata. Fakta membuktikan Ganjar saat ini sudah melejit duluan bak meteor karena masifnya pergerakannya di media sosial, baik itu di twitter, instagram, maupun youtube. Bahkan berbagai relawan Ganjar sudah terbentuk dengan sendirinya saat ini.
Soal kepemimpinanya juga sudah teruji, gemar menyapa rakyat kecil, humoris, dan tokoh netral yang menjunjung tinggi empat pilar kebangsaan, dan tidak dekat-dekat dengan kaum khilafah bau onta. Ini adalah salah satu nilai jualnya yang tertinggi saat ini.
Ganjar adalah sosok capres yang cocok disandingkan dengan Andika Perkasa, sosok kuat yang akan menopang kinerja Ganjar dalam pemerintahan nantinya.
Erick Tohir-Sandiaga, suka tak suka fakta membuktikan Erick Tohir saat ini adalah tokoh muda yang berprestasi, punya logistik yang kuat, sukses membangun negeri dan gigih melawan korupsi dengan memutilasi para petinggi BUMN pencuri uang negara.
Kemampuan manajarial dalam bidang pemerintahan pun sudah tidak diragukan lagi. Pasangannya Sandiaga Uno juga adalah tokoh muda yang kinerjanya saat ini memuaskan sebagai Menteri Kemenparekraf/Baparekraf.
Selain itu Sandiaga juga memiliki pengalaman yang cukup panjang sebagai pelaku usaha, punya kekuatan logistik yang mumpuni untuk mengongkosi kampanye pilpres yang tentunya memerlukan biaya besar.
Pasangan Erick Tohir-Sandiaga bakal menarik konstituen milenial. Peluang ini penting karena pada pilpres 2019 sebanyak 75 juta atau 40 persen pemilih berada pada rentang usia 17-38 tahun.
Basis sosial dan ideologi yang sama antara Erick Tohir dan Sandiaga Uno juga dipastikan akan memudahkan mereka dalam bekerja sama. Citra mereka dapat diukur secara sistematis dari hasil penilaian yang selama ini sudah bagus dari masyarakat luas pada umumnya.
Kalau yang lain tidak usah dibahas karena tak akan mungkin jadi capres maupun cawapres, contohnya, Anies Baswedan maupun Ridwan Kamil itu. Percuma, buang-buang kuota dan energi saja karena mereka tak bakal dilirik partai politik untuk meminang mereka.
Begitu juga dengan AHY, tokoh muda yang belum punya prestasi, bahkan menjadi kepala desa pun belum pernah dan berpotensi menjadi pemimpin auto pilot arahan bokapnya, SBY.
Kepemimpinannya di partai Demokrat saat ini juga terkesan eksklusif dan berasal dari partai yang menganut falsafah politik disnasti. Itulah sebabnya kenapa AHY tak akan masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang. Bakal rugi bandar bagi partai lain yang meminangnya.
Selain partainya sudah ambruk menjadi partai gurem, partai-partai lain akan berpikir seribu kali untuk mengusung AHY. Kalau soal Airlangga Hartarto, belum ada prestasi yang membuatnya layak punya nilai jual agar bisa masuk dalam radar KPU pada pilpres 2024 mendatang. Jadi di-skip dulu soal dia.
Apalagi para capres dan cawapres yang diusung PKS, jangan ditanya lagi. Situasi kekinian global sudah tidak lagi memberi ruang bagi ideologi khilafahisme yang punya agenda koenyoek mensyariatkan NKRI.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/prabowo-puan-ganjar-andika-perkasa-erick-tohir-QB60zoj8B0
Menolak Lupa! Yang Sekarang Memuji Karena Jabatan #1 Ali Mochtar Ngabalin
Saya yakin, bagi pribadi Presiden Jokowi, mengungkit masa lalu yang tidak baik, adalah sebuah hal yang dihindari. Wawasan beliau sebagai negarawan adalah demi kebaikan dan keutuhan bangsa. Meskipun hal tersebut secara pribadi mungkin menyakitkan bagi beliau.
Sebagai rakyat yang hanya mempunyai wawasan lokal, atau lebih tepatnya sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan dalam memandang hitam atau putih dalam urusan kebangsaan, sebagian besar dari kita merasa ‘syok’ saat orang-orang yang dahulu menghina dan menfitnah Jokowi, saat ini diberi jabatan dan kedudukan.
Narasi ini bukan untuk menghakimi seseorang. Tetapi lebih kepada ‘pengingat’ kepada kita semua, bahwa perkataan yang sudah keluar dari mulut seseorang, akan lebih ‘najis’ dari liur babi atau anjing, jika ucapan itu keluar dari hati yang penuh ambisi kotor, kebencian dan kedengkian.
Dan perkataan ‘najis’ tersebut tak akan dapat dikubur, bahkan menjadi abadi sepanjang masa karena teknologi digital yang semakin sempurna.
Narasi ini dapat juga sebagai ‘pengingat’ untuk kita semua, bahwa meskipun saat ini orang-orang tersebut memuji-muji setinggi langit kepemimpinan Presiden Jokowi, tetapi komitmen dan integritas orang-orang ini belum teruji dan terbukti oleh sebuah peristiwa dan kejadian yang kurang menguntungkan bagi pemerintahan Jokowi.
Lebih jelasnya, orang-orang ini berbalik arah dari perkataan dan sikapnya yang penuh hinaan, menjadi puji-pujian setinggi dewa, hanya karena diberi jabatan dan kedudukan.
Inilah Orang-orang tersebut :
#1 Ali Mochtar Ngabalin
Semangat dan perkataannya dalam membela sekumpulan orang-orang ambisius dan penyebar hoaks, maupun membela orang-orang baik saat ini, tak pernah berubah.
Pembawaannya berapi-api, berani, bersuara lantang dan keras, ‘egois’ dalam menyampaikan pendapat, dengan penguasaan bahasa yang baik, akan membuat siapa saja kewalahan dalam urusan debat dengan beliau.
Dan kemungkinan besar, karena ‘kelebihan’ tersebut, Presiden Jokowi merekrutnya menjadi Tenaga Ahli Utama Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP.
Sebagaimana kita semua merasakan, dalam periode pemerintahan yang pertama, Jokowi dibuat kewalahan oleh narasi-narasi kelompok yang beseberangan. Terutama oleh kelompok pengusung kilafah, yang terang-terangan diusung oleh pentolan FPI waktu itu, Rizieq Sihab.
Rizieq Sihab dan beberapa tokoh yang selalu mengelilinginya, seperti Munarman, Eggi Sujana, Habiburohman, Novel Bamukmin, harus diakui saat itu berhasil ‘memeriahkan’ pertarungan narasi di berbagai media massa. Pembawaan tokoh-tokoh FPI yang konyol, egois dan selalu nerocos tak patuh pada moderator dalam berdebat di acara-acara TV (terutama TV One), bahkan berani menyiram air ke peserta yang lain, mengesankan mereka selalu menang dalam perdebatan. Paling tidak itulah yang dirasakan para kampret, kadrun dan pengusung kilafah.
Presiden Jokowi yang menyadari pentingnya pengaruh media massa terhadap presepsi publik, mau tidak mau harus melawannya dengan orang-orang yang se-karakter. Dan cerdasnya, Presiden Jokowi menggunakan orang yang pernah satu kelompok dengan pilihan politik mereka untuk melawannya. Dialah Ali Mochtar Ngabalin.
Saya kurang mengerti, dalam istilah taktik atau strategi perang, apakah Jokowi menerapkan strategi Sun-Tzu, atau strategi lokal buatan anak bangsa sebagai langkah kuda. Saya tak punya literasi soal strategi tersebut. Yang jelas, menurut pengamatan saya, Presiden Jokowi mempunyai strategi dan teori kepemimpinan tersendiri yang belum pernah ada di dunia. Kalau boleh saya menyebutnya sebagai “Teori Jokowi”, yang kelak akan dijadikan literasi kepemimpinan di banyak negara.
Kembali ke Ali Ngabalin. Langkah Presiden Jokowi tersebut terbukti berhasil meredam kegaduhan yang dibuat kelompok Rizieq, kubu Amien Rais, maupun grup Cikeas yang memang aktif memanfaatkan media massa.
Kekonyolan, keegoisan dan ketidak taatan dalam acara debat (kusir), yang ditampilkan banyak media massa, terutama televisi nasional oleh tiga kelompok diatas, mendapat lawan yang sepadan. Bahkan kalau boleh dibilang, kadar kekonyolan, keegoisan dan ketidak taatan dalam etika berdebat, Ali Ngabalin berada di atas mereka.
Lihat saja saat diundang acara debat di televisi. Lawan yang konyol dan egois sekalipun, akan dilibas Ali Ngabalin tanpa sisa. Belum juga lawan selesai bicara, Ali Ngabalin akan menyela seakan moderator tidak memberinya waktu. Kas karakter sebelah.
Apakah Jokowi salah menempatkan orang? Tidak bagi saya. Sebab karakter pe-nyiyir Jokowi memang seperti itu. Sangat sulit kita temui perdebatan para politisi di televisi nasional yang memenuhi standar etika dalam berdiskusi.
Semua ingin bicara dahulu dan mendahului. Persis suasana anak TK yang berisik dengan tingkah polah semaunya.
Selama ini, pekerjaan yang tampak terlihat oleh publik dari Ali Ngabalin memang sebatas menghadiri undangan-undangan dari stasiun televisi untuk menyampaikan program-progam pemerintah. Atau ‘duel’ dengan barisan sakit hati yang selalu memojokkan pemerintahan Jokowi.
Ali Ngabalin, dengan logika doktoralnya, ditambah dengan karakter seperti yang saya sebutkan diatas, mampu menerangkan keberhasilan program-program pemerintah dengan baik. Dan yang paling penting, mampu menang ‘duel’ argumentasi dan menangkis isu-isu tak sedap yang dilakukan barisan sakit hati.
Tetapi, ada satu pertanyaan saya yang dari dulu menganjal dalam hati untuk Ali Ngabalin; apakah saat sekubu dengan Prabowo, logika doktoralnya tidak digunakan? Sampai harus menghina pribadi Presiden Jokowi sebagai orang yang kurang gizi dan tak pantas jadi pemimpin? Apakah tidak ada bahan serta bahasa politik selevel doktor, selain menghina fisik seseorang?
Saksikan sendiri dalam video berikut
https://www.youtube.com/watch?v=fOaXTv7jA-0
Sumber Utama : https://seword.com/politik/menolak-lupa-yang-sekarang-memuji-karena-jabatan-3eyTHMLN1z
Jokowi Menetapkan Standar Terlalu Tinggi
PON Papua malam ini resmi ditutup. Para atlet sudah banyak yang lebih dulu pulang ke rumahnya masing-masing.
Dari sekian banyak medali yang diraih para atlet itu, rupanya ada banyak cerita yang bisa kita pelajari dari mereka.
Ada yang hidup serba terbatas. Ada yang disambut dan foto-foto, tapi setelah itu diantar pakai pickup bak terbuka. Sementara kepala daerahnya pulang dengan mobil mewahnya secara terpisah.
Tapi ada yang lebih parah dari itu. Ada juga atlet yang tidak disambut meski sudah dapat medali emas, dan bahkan dibiarkan pulang sendiri menggunakan bus dan kendaraan umum.
Sebenarnya, cerita atlet PON yang meraih medali itu sejak dulu memang tidak ada penyambutan. Tidak ada bonus berlebihan. Yang mau pulang ya pulang saja sendiri. Pemerintah daerah tidak ikut tanggung jawab mengantar dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya.
Selama berpuluh tahun, nasib atlet kita memang cukup mengkhawatirkan.
Tapi di era Jokowi, perhatian terhadap atlet terlihat sangat luar biasa. Prinsipnya, Presiden mau semua bonus itu dibayarkan sebelum keringat mereka kering.
Para atlet mendapat banyak bonus hingga miliaran rupiah dari pemerintah. Sebuah penghargaan yang selama ini belum pernah terjadi.
Jadi ga ada ceritanya atlet pulang dengan bonus yang terpenting-potong atau bahkan tidak sampai. Karena cara penyalurannya pun langsung lewat tabungan. Dan Presiden mengecek langsung jumlah nominal yang ada di tabungan para atlet sebelum menyerahkannya. Sangat detail.
Nah sekarang, di PON Papua, sinyal masyarakat membandingkan kepala daerah dengan Presiden Jokowi.
Dalam imajinasi banyak orang, semua kepala daerah harus seperti Jokowi. Yang mengambil dan memberikan bonus secara terbuka, sebelum keringat mereka kering.
Tapi apa daya, jangankan penyambutan, para atlet bahkan ada yang dibiarkan pulang sendiri.
Jika ada yang beranggapan bahwa ini level yang berbeda, peraih medali PON bukan peraih medali olimpiade atau asian games, memang benar. Tapi bukankah Presiden dan Gubernur juga beda level?
Masyarakat pasti paham kalau bonus nya tidak sama. Tidak sebesar peraih medali olimpiade tentunya. Tapi yang masyarakat inginkan adalah perhatian yang sama. Cara menghargai dan mengapresiasi para atlet seperti halnya Presiden Jokowi.
Namun rupanya, sampai hari ini, dari sekian banyak kepala daerah, belum ada satupun yang bisa menunjukkan perhatiannya.
Sekilas para kepala daerah kita itu nampak lebih sibuk dari Presiden. Sehingga tak punya waktu untuk sekedar menyapa dan menyambut warganya yang berprestasi.
Sampai di sini, apa yang dilakukan oleh para kepala daerah itu sebenarnya ga salah. Karena dari dulu, biasanya memang seperti itu. Tak ada penyambutan dan apresiasi yang sesuai. Pokoknya pulang dan ditransfer sejumlah uang kalau dapat medali.
Yang berbeda adalah Jokowi. Karena dia menerapkan standar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Suka sekali memberikan apresiasi. Nampak sangat paham bahwa penghargaan dalam bentuk uang saja tidak lah sempurna. Karena ucapan Selamat dan jabat tangan itu tak ternilai harganya.
Cara Jokowi menghargai atlet berprestasi nampaknya sangat sulit untuk ditiru oleh para kepala daerah hari ini. Termasuk oleh nama-nama yang katanya siap maju di Pilpres 2024 nanti.
Entah apa yang mereka pikirkan. Kalau untuk menyamai hal yang sederhana saja mereka ga mampu, apalagi untuk hal lain yang lebih rumit?
Kalau mereka punya malu, mestinya setelah ini menyadari dan segera memberikan apresiasi. Tapi kalau hanya memikirkan Capres Capresan padahal belum tentu bisa maju, kita sebagai masyarakat akan menilai. Bahwa ternyata, mereka hanya mementingkan diri sendiri dan ga peduli dengan nasib warganya.
Dan yang lebih mengecewakan lagi, nama-nama yang katanya punya elektabilitas tinggi itu semuanya sama saja. Tidak mampu menghargai orang lain.
Maka wajar kalau kemudian mereka kerap bertindak dan membangun citra sambil menyepak orang lain. Karena fokusnya hanya ambisi berkuasa, tapi tak mau belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dari Jokowi.
Jika nama-nama dalam lembaga survei itu benar-benar akan jadi Presiden nantinya, saya pikir sudah jelas pada akhirnya mereka tak akan pernah selevel dengan Jokowi.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/jokowi-menetapkan-standar-terlalu-tinggi-heCo3u2vRM
No Gerung No Untung, Pelacur Oposisi Demi Eksistensi Diri
Rocky Gerung atau Gerung memiliki penggemar tersendiri di akun sosial medianya. Melalui akun-akunnya tersebut Gerung nampak asik meraih untung dan sebagai upayanya menjaga eksistensi diri. Ceruk pasarnya adalah kelompok orang yang tidak suka pada Jokowi dan kepada siapa saja yang dipersepsikan dekat dengan Jokowi.
Gerung konon dikenal sebagai 'pangamat' tapi kenyataannya ia kerap tidak objective dalam memberikan pandangannya. Tidak seperti pengamat pada umumnya yang berdiri netral. Gerung sudah melacurkan dirinya sedemikian rupa demi kepentingan pribadi dan kelompok yang menghendaki.
Ia memposisikan dirinya sebagai oposisi dan bersembunyi sebagai kata pengamat. Jadi sebetulnya tak ada ubahnya dengan penggiat sosial media pada umumnya yang kerap berdiri secara nyata di kanan atau kiri bukan di tengah-tengah. Bukan lagi seorang akademis yang smart dalam memberikan pernyataan. Manusia jenis Gerung ini sangat berbahaya bagi mereka yang minim logika dan kemudian menelan bulat-bulat begitu saja statementnya yang sebetulnya hanya pandai memainkan kata kalimat saja.
Seperti yang kita ketahui kelompok atau pecinta opisisi ceruk pasarnya sangat tinggi di sosial media. Sebagai gambaran pada pilpres 2019, jumlah perolehan suara Jokowi-Ma'ruf mencapai 85.607.362 atau 55,50 persen suara, sedangkan perolehan suara Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen suara. Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen suara.
Dan Gerung mengambil ceruk pasar yang sebesar 44,50 persen atau 68 juta tersebut. Sebab rata-rata, secara psikologis kaum pembenci itu lebih mudah digiring dan dicocok hidungnya. Dari pada kelompok yang sebaliknya. Kelompok pembenci sebagian diisi kelompok milenial yang militan.
Pasalnya buat Gerung, tak butuh teori atau tataran tata kalimat yang njlimet. Selagi ada nuansa 'kebencian' itu sudah lebih dari cukup untuk meraup untung dan kemudian dikutip menjadi bahan berita dari berbagai media elektronik sebagai bahan eksistensinya.
Baru-baru ini viral pernyataan Gerung yaang menyebut bahwa Ganjar dan Puan adalah dua sosok yang bodoh bagi milenial. Hal itu disampaikan Rocky Gerung dalam 'Memprediksi Kemunculan Capres Ala Pembagian Wilayah Penanganan Covid (Jawa Bali - Non Jawa Bali)' yang digelar KedaiKOPI.
"Jadi konyol kita berupaya menaikkan elektabilitas Ganjar Pranowo, padahal bagi milenial itu orang bodoh. Demikian juga Puan. Sama, mereka anggap ini orang nggak ngerti new grammar of world's politic adalah gender equality, democracy, human rights," ujar Gerung.
Kita jadi bertanya-tanya kelompok milenial yang seperti apa? Apakah satu, dua atau beberapa orang yang mengaku milenial kemudian mewakili puluhan juta milenial yang lain begitu?
Kita semua yang "waras" secara logika menjadi prihatin. Ada manusia jenis Gerung ini yang hidup di tanah air. Dengan seenak jidatnya ngatain orang bodoh secara serampangan. Dan sayangnya masih diberi panggung oleh banyak pihak untuk naikkan rating. Semburannya bertujuan ingin viral dan syukur-syukur menjadi polemik. Maka dengan demikian sukses memuaskan kelompok yang selama ini berada disekitarnya.
Tak terhitungnya banyaknya yang bersangkutan telah mengacak-acak logika berpikir masyarakat Indonesia. Bisa dikatakan yang bersangkutan memang agen bagi yang berkepentingan untuk menjatuhkan pihak lawan.
Sebagai pengamat yang semestinya netral tak pernah yang bersangkutan mengkritik orang-orang yang dipersepsikan lawan Jokowi. Meskipun tokoh atau kelompok tersebut keliru sekalipun. Dari sini saja kita dapat mengambil sebuah kesimpulan jika Gerung ini seperti yang sudah saya singgung di paragraf awal memang hanya concern pada segala sesuatu yang bernuansa Jokowi.
Gerung nampaknya sedang menikmati hidupnya dengan sangat nyaman sekali. Nama serta pernyataannya sedang digandrungi oleh pengikut setianya. Ia adalah manusia bunglon sejati. Saat di atas mimbar tiba-tiba saja bisa menjadi seorang pendakwah yang gagah seperti yang terlihat beberapa waktu yang telah lalu. Padahal agamanya apa juga sampai sekarang tak jelas bukan?
Bagi rata-rata pembenci Jokowi yang merasa diri pemilik surga juga tak peduli keyakinan Gerung apa atau tak seiman sekalipun. Bagi mereka selama orang itu menyerang, merendahkan, menebar kebencian kepada pihak-pihak yang dianggap koalisi Jokowi maka wajib dijilati dan bila perlu seraya disembah-sembah.
Memang ironis jika dipikir secara akal sehat. Tapi memang demikianlah faktanya sosok Gerung dengan segala ucapannya dan para pengikutnya yang kelojotan saking senangnya kala Gerung bersabda. Dungu ketemu bego jadilah 'dongo kuadrat'.
Demikian, salam
Sumber Utama : https://seword.com/politik/no-gerung-no-untung-pelacur-oposisi-demi-QRyTmmXcWo
Sedang Cari Pijakan Tangga, Novel Ungkit Pelemahan KPK
Rasa percaya diri yang tinggi seorang Novel Baswedan barangkali sudah menjadi bawaannya sejak lahir, dan hal itu tampak ketika dia merepresentasikan dirinya sebagai KPK yang pernah menjadi tempatnya menimba karir.
Lebih jauh Novel bahkan menisbatkan diri sebagai penjelmaan pemberantas korupsi yang mendapat dukungan luas dari masyarakat. Buktinya, dia sebut selama ini pelemahan KPK oleh koruptor selalu gagal karena dukungan luas masyarakat itu.
Namun jika digambarkan secara umum, tampaknya prestasi Novel dan kawan-kawan, selama ini lebih terlihat sebagai pemolesan diri yang mendekati sempurna. Karena bantuan media yang kerap menyoroti pemberantasan korupsi, di sanalah namanya melambung. Sementara jika dibandingkan dengan upaya pengungkapan kejahatan oleh lembaga lain, sejatinya KPK kalah pamor dibanding dengan prestasi Polisi misalnya.
Dengan bantuan teknologi pula para penyidik KPK memungkinkan mereka mudah mengungkap modus tindak pidana itu, maka sesungguhnya pencapaian Novel dan kawan-kawan, jika tidak bisa disebut hiperbola, lebih tepat jika disebut sebagai menjalankan tugas pokok mereka semata.
Adapun pelemahan KPK yang dicoba dia gaungkan, sebenarnya tidak menemukan bukti, ketika setelah ditinggalkan oleh Novel, pengungkapan korupsi tetap berjalan seperti sedia kala. Apakah ada nilai minusnya jika dibandingkan dengan ketika Novel masih aktif di sana? Justru sebaliknya, ada beban moral yang sangat besar bagi para penyidik ketika itu.
Bayangkan, selama Novel berada di sana sebagai penguasa non formal, seorang gubernur DKI tak pernah tersentuh, meskipun secara kasat mata publik bisa melihatnya kerap melakukan tindakan melawan hukum yang bernama aroma korupsi. Anies kerap lolos dari panggilan para penyidik, dan baru setelah Novel out, yang bersangkutan bisa dihadirkan sebagai saksi.
Lalu kini Novel hadir seolah dirinya adalah pahlawan, yang ketika KPK yang disebbutnya telah dilemahkan, dahulu begitu kuat menghadapi upaya kaum koruptor. Lalu apakah definisi pemberantasan korupsi yang dilakukannya dahulu sudah sepenuhnya berlaku, ketika Novel berada di sana?
Minimal ada beberapa kejadian yang membuat publik ragu, apakah benar pemberantasan korupsi kala itu sedang kuat-kuatnya? Misalnya dalam kasus mantan Dirjen Pajak, Hadi Purnomo, atau mantan Ketua BPPN, Syafrudin Tumenggung. Sangat jelas ketika itu, KPK kehilangan taji yang berupa kepercayaan publik.
Novel dan kawan-kawan tampaknya tak mampu menampilkan bukti, bahwa mereka telah melakukan tindak pidana korupsi. Maka dari dua kejadian itu, sudah cukup menegaskan, untuk kasus lain pun bisa jadi mereka hanya menggunakan ilmu asumsi.
Jika benar Novel selama ini menjalankan fungsinya sebagai penyidik handal, maka untuk kasus sebesar itu sangat dipercaya akan membawanya hingga tuntas. Namun ketika hal itu gagal dilakukan, publik pun tentu bertanya-tanya, bukan hanya pada kasus tersebut, melainkan merembet hingga ke seluruh kasus yang telah ditanganinya.
Dalam kegagalan dua kasus besar ditambah kerap lolosnya sang keluarga sebagai pejabat, tak pelak telah membuat Novel turun pamor. Seharusnya, justru ketika keluarganya terindikasi terjerat kasus, demi citra dirinya, Novel harus berdiri paling depan melakukan penyelidikan. Terlepas apakah akan dinilai negatif oleh publik atau sebaliknya.
Toh masyarakat tak mungkin paham apa yang terjadi di belakang mereka, karena misalnya Novel menghindari namanya disebut ketika melakukan penyelidikan untuk kasus sepupunya. Sesederhana itu seharusnya dia bertindak. Soal namanya tak muncul di permukaan, adalah soal lain yang bisa dia pulihkan di kasus lain. Namun jika ingin dirinya terhindar dari kecurigaan melakukan tebang pilih, justru kasus DKI menjadi ladang pembuktian baginya.
Sayangnya kita tidak melihat cara itu ditempuh Novel. Maka selamat lah KPK dari pelemahan yang dilakukan oleh seorang penyidiknya sendiri. Karena yang melemahkan sejatinya kerap dilakukan oleh internal mereka sendiri, sebagaimana lazimnya lembaga-lembaga pada umumnya.
Adapun persepsi yang menyebut pelemahan KPK dilakukan oleh pihak eksternal, lebih-lebih jika ditimpakan kepada kaum koruptor, barangkali kita bisa menyebutnya sebagai cara mereka mengalihkan perhatian. Sebagai ksatria yang gagah berani, mereka yang disebut pejuang tak pernah menimpakan kesalahan kepada orang lain, maka hal yang sama seharusnya dilakukan oleh seorang Novel Baswedan, jika benar dia ingin menegaskan dirinya sebagai ksatria sejati.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/sedang-cari-pijakan-tangga-novel-ungkit-pelemahan-dQE1Jx5Ieg
Dua Politisi PDIP Balas Balik Rocky Gerung Soal Puan dan Ganjar
Sebelumnya, dalam forum yang diadakan KedaiKOPI bertajuk ‘Memprediksi Kemunculan Capres Ala Pembagian Wilayah Penanganan Covid, Rocky Gerung mengomentari Puan dan Ganjar.
Dalam forum itu, Rocky mengatakan bahwa kaum milenial ingin tokoh-tokoh politik unjuk gigi dalam hal akademis. Tapi tidak ada satu pun tokoh yang membicarakan soal tersebut, mulai dari Puan, Ganjar hingga Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
“Kok kita nggak denger ya Puan ngomong itu. Om yang rambutnya kayak bintang film putih itu, Ganjar Pranowo, ngomong itu. Kok kita nggak lihat Kang Emil ngomong itu,” katanya.
“Jadi konyol kita berupaya menaikkan elektabilitas Ganjar, padahal bagi milenial itu orang bodoh. Demikian juga Puan. Sama, mereka anggap ini orang nggak ngerti new grammar of world's politic adalah gender equality, democracy, human rights,” Katanya.
Rocky Gerung yang sok hebat ini lantas dibalas oleh PDIP.
Ketua DPC PDIP Tangerang Selatan, Wanto Sugito mengatakan, pernyataan Rocky justru membodohi dirinya sendiri. “Dalam budaya timur, semakin pintar seseorang, semakin rendah hati dan santun,” katanya.
“Rocky Gerung memang pintar di mulut, namun dangkal di pemikiran, dan rendah kebijaksanaan. Diksi yang dipakai Rocky Gerung untuk mengukur kepintaran itu dari Barat. Indonesia jauh lebih maju,” katanya lagi.
"Atas berbagai kedalaman alam pikir dalam diksi politik di Indonesia tersebut, nampak yang tidak paham itu justru Rocky Gerung. Jadi Rocky sebaiknya menjadi petarung intelektual saja," katanya.
Sementara itu, politisi senior PDIP Aria Bima juga ikut komentar. "Soal bodoh dan pintar itu tergantung dari sudut mana melihat dan mengkategorikannya. Tentu dengan masing masing dimensinya," kata Aria Bima di Solo.
Aria Bima mengatakan Rocky Gerung tidak sopan dalam berkomunikasi dan terkesan asal ngebacot.
"Tapi kalau dikaitkan dengan milenial dengan cakupan abstraksi kekiniannya yang lagi mencari dan membentuk diri, agaknya Rocky Gerung yang terkenal cerdas dan kritis dan tidak sopan dalam berkomunikasi itu, kali ini terkesan asal ngebacot," ujarnya.
"Mungkin saja dia aditif terhadap tampil terus-menerus di medsos, karena itu jadi gila mencari-cari masalah. Rocky aditif atau kecanduan tampil di medsos, ya anggap saja dia gila. Itu asumtif saya," katanya lagi.
Namanya juga pengamat politik amatiran tapi berlagak pintar. Beli lahan aja bisa bermasalah. Bukti tak terbantahkan. Pengamat hanya bisa mengamat, bukan melaksanakan. Kalau melaksanakan, namanya pelaksana. Orang yang pintar tata kata biasanya tidak pintar tata kota atau wilayah. Gubernur ibukota adalah buktinya.
Biasanya orang yang beneran hebat dan pintar, tidak akan ngebacot untuk membuktikan kehebatan. Biasanya orang yang banyak bacot karena dia ingin menutupi kelemahan dan kekurangannya. Meninggikan diri untuk menutupi kebobrokannya.
Rasanya kita paham apa makna dari tong kosong nyaring bunyinya. Orang yang kosong melompong biasanya banyak bicara. Peribahasa klasik tapi penuh makna dan kebenaran. Atau peribahasa seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Makin hebat, makin rendah hati. Apakah Rocky Gerung cocok untuk itu? Silakan nilai sendiri.
Bagaimana perdebatan mau berkualitas, di saat kelompok sebelah selalu membuat narasi yang basi dan sampah? Debatnya lebih berlandaskan sakit hati karena entah itu dikecewakan, dipecat, didepak atau minta sesuatu tapi tidak dikabulkan. Justru mereka inilah yang menyebarkan kebodohan lewat narasi-narasi tak bermutu.
Lucunya, mereka tak pernah berkaca. Mereka merasa apa yang mereka lakukan sudah benar. Seolah kalau mereka diberi kesempatan, bakal bisa mengguncang dunia karena saking cerdasnya. Prettttt. Tak ada pintar-pintarnya deh mereka ini. Cuma terlihat pintar, karena kebanyakan bacot. Pintar beneran dan terlihat pintar itu beda.
Coba kalau seandainya Rocky Gerung disuruh kerja, pasti tidak akan jauh-jauh kualitasnya dengan orang-orang seperti Anies, Rizal Ramli, Refly Harun dll. Persamaan mereka adalah mulut mereka pintar membuat narasi, jago bikin gagasan, hebat membombastiskan isu, piawai beretorika dengan wacana-wacana level dunia, sakti dalam mencari keburukan orang lain, juara me-marketing-kan diri sebagai sosok yang hebat. Tak tertandingi kalau sudah nyinyir.
Sayang, itu cuma di mulut. Action? Nol besar sebesar telor dinosaurus.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/dua-politisi-pdip-balas-balik-rocky-gerung-soal-IwaNndkEhz
Daftar Polemik, Gimmick dan Taktik PDIP Lewat 10 Capres
Membaca manuver PDIP ini menarik. Sebagai partai dengan suara terbanyak nasional PDIP tentu jauh lebih pede dari pada partai yang lainnya. Terlebih angka survei setahun belakangan dari berbagai lembaga survei menempatkan PDIP sebagai partai pemuncak dengan rata-rata elektabilitas diangka 20% dibayang-bayangi partai Gerindra dan Golkar.
Dan sejak nuansa pemilu 2024 mulai meruap ke permukaan. Beberapa kali pula PDIP mengalami gejolak di dalam partainya. Saya mencatat ada beberapa gejolak yang 'lumayan santer' menjadi pemberitaan media dan obrolan publik di pojok-pojok maya dan nyata. Sebetulnya cukup banyak tapi ini yang versi hot saja.
Antara lain sebagai berikut:
1. Ganjar Tak Diundang Puan
Barangkali yang paling sita perhatian publik pertama; sudah barang tentu terkait Ganjar Pranowo yang oleh Puan Maharani dan melalui Ketua Bappilu 2024 PDIP Bambang 'Pacul' Wuryanto tak mengundang Ganjar di acara konsolidasi PDIP untuk 2024 yang diadakan di Semarang, Jawa Tengah beberapa waktu yang telah lalu.
Dari peristiwa di atas kemudian muncul-muncul statement Bambang 'Pacul' yang terkesan merendahkan Ganjar dengan segala alasannya. di masa itu Bambang 'Pacul' sepertinya menumpahkan rasa kesalnya kepada Ganjar dengan sedemikian rupa.
Dan bahkan tak cukup Bambang 'Pacul', Puan Maharani pun ikut serang Ganjar dengan statementnya yang sangat menohok soal "pemimpin sosmed" dan menjadi viral. Lantas diikuti para rekan-rekan Puan Maharani di senayan juga ikut menyerang ada Effendi simbolon, Utut Adianto dan yang lainnya.Sampai pada akhirnya muncul istilah "teh botol sosro" versi Bambang Pacul.
Kesimpulannya segala serangan yang ditujukan ke Ganjar Pranowo kemudian dibaca publik lantaran tidak suka Ganjar Pranowo 'genit' soal kegiatannya selama ini yang dianggap nyapres. Terlebih para relawan Ganjar bermunculan sampai puluhan organ relawan yang deklarasi dengan tujuan dukung Ganjar di 2024. Menambah panas suasana.
2. Baliho Puan Berdiri Angkuh di Tengah Pandemi yang Selimuti Negeri
Lanjut kemudian kedua; setelah serang Ganjar secara tiba-tiba baliho Puan Maharani terpasang di mana-mana. Hal ini dipicu lantara elektabilitas Puan yang hanya sepersenan saja. Semula baliho di wilayah Jawa Timur kemudian secara perlahan merata ke seluruh Indonesia. Nampak ratusan miliar telah digelontorkan melalui masing-masing DPC PDIP seluruh Indonesia dikerahkan. Di tengah pandemi saat itu yang sedang meninggi. Rakyat terpaksa disuguhi baliho-baliho yang berdiri angkuh di sudut-sudut kota mereka yang sepi.
Di tengah upaya pemerintahan Jokowi bekerja keras mengatasi pandemi dan mengeluarkan program-program bantuan langsung kepada masyarakat. Tapi di satu sisi Puan Maharani justru memasang baliho di mana-mana, terlihat paradoks memang.
Maka tak heran jika kemudian masyarakat mengingatkan Puan Maharani dan timnya tentang ucapannya yang mengatakan "pemimpin itu tak hanya sosmed" sebagai sindirannya kepada Ganjar kemudian oleh masyarakat dibalik sindirannya menjadi "pemimpin itu bukan di sosmed tapi di baliho" menggema di mana-mana.
3. Elit dan Ketum PDIP Ngamuk Gara-Gara Duo Golkar
Serangan Puan dan timnya ke Ganjar semula agak mereda. Dan yang ketiga; sampai akhirnya tiba-tiba para elit PDIP bahkan Ketua Umumnya Megawati Soekarno Putri sepertinya kebakaran jenggot. Pasalnya, Presiden Jokowi saat pandemi sedang menanjak tinggi mengangkat Luhut Binsar Panjaitan dan Airlangga Hartarto menjadi komandan untuk mengatasi pandemi.
Mengapa elit dan sang Ketum PDIP sensi? Alasannya mudah saja sebab baik LBP dan Airlangga adalah duo Golkar bukan elit PDIP. Padahal alasan Presiden Jokowi mengangkat atau memberikan tanggung jawab kepada keduanya lantaran dianggap memiliki kapasitas yang mumpuni.
Sebagai seorang presiden tentu paham kemampuan para pembantunya tersebut. Tapi oleh PDIP dipandang sebaliknya. Bahkan beberapa elit PDIP di senayan ditambah Puan Maharani dengan terang-benderang serang Presiden Jokowi soal terlambatnya lockdown dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Yah, namanya orang kalap plus cemburu sih cara berpikirnya jadi ngawur.
Dan terbukti bahwa program-program yang dicanangkan oleh pemerintah dari yang semula PSBB menjadi PPKM dengan segala levelnya dan juga program bansos, geber jutaan vaksin tersebut sukses menurunkan pandemi di Indonesia. Negara lain pun tercengang dan terbelalak dibuatnya. Lalu bagaimana dengan elit PDIP? Ya secara berjamaah akhirnya seperti jilati ludah sendiri. Itu fakta, rakyat hanya dapat tepok jidat saja.
Nah, rupanya Presiden Jokowi membaca kegelisahan PDIP tersebut. Sampai akhirnya terlihat beberapa kali Puan Maharani ikut dampingi Presiden Jokowi diberbagai kunjungan ke daerah. Lumayan membuat PDIP tak banyak bertingkah, terkesan anteng setelah Putri Mahkota diberi karpet merah dan panggung.
4. Muncul Banteng Vs Celeng
Kemudia keempat; munculnya istilah 'kader celeng' bukan banteng, istilah ini viral setelah lagi dan lagi Bambang Pacul terlihat nampak gerah dan marah kepada Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sambuogo yang juga Ketua Seknas Ganjar Indonesia (SGI) menyatakan sikap dan mendeklarasikan diri mendukung Ganjar Pranowo maju di 2024. Atas aksinya tersebut belakangan yang bersangkutan kemudian dipanggil oleh DPP PDIP ke Jakarta.
Namun aksi Albertus Sambuogo tersebut belakangan dibela oleh FX Hadi Rudyatmo Ketua DPC PDIP Solo. Rudy demikia panggilan akrabnya adalah mantan Wakil Wali Kota Jokowi semasa masih menjabat di Solo dan kemudian menjadi Wali Kota.
FX Rudy beranggapan Bambang Pacul telah rusak cara berpikirnya. Ia membela rekan-rekannya di Purworejo sebagai bentuk apresiasi di alam demokrasi. Bahkan secara berani FX Rudy justru mendukung Ganjar di 2024. Tapi tetap menghargai keputusan sang Ketum yang memiliki hak prerogratif.
5. Wacana 10 Capres PDIP
Dan kemudian yang kelima; bari-baru ini Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto seperti hendak menetralisir keadaan yang kian memanas di tubuh partainya. Sudah barang tentu apa yang ia sampaikan sudah dipikirkan secara matang.
Nama Ganjar dan Puan selalu mendominasi perdebatan di tengah elit dan masyarakat. Puan terlihat didukung oleh segelintir elit PDIP di pusat sedang Ganjar di tataran kader PDIP di daerah.
Menurut saya perseteruan Ganjar-Puan sudah cukup mengkhawatirkan di dalam internal PDIP jika tidak diatasi dapat berakibat fatal. Karena di sana ada produksi magma kecewa yang terpendam dan sewaktu-waktu dapat meledak.
Sampai akhirnya, bocoran kader PDIP di Pilpres 2024 bikin kaget. Nama-nama yang muncul ternyata tak hanya Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto, buka-bukaan soal ini.
Nama Prananda Prabowo, Olly Dondokambey, Wayan Koster, Tri Rismaharini, Djarot Syaiful Hidayat, Abdullah Azwar Anas, Mardani, Sultan Riska, ikut disebut. Semua dilayak diusung. Nama Puan Maharani dan Ganjar Pranowo juga ikut disebut.
Baginya, keputusan terhadap siapa capres dan cawapres dari partai berlambang banteng moncong putih itu, sudah jelas. Berdasarkan Kongres V Partai, ada mandat yang telah diberikan kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk memutuskan dan mengumumkannya.
“Pengumuman akan dilakukan pada momentum yang tepat. Semua memerlukan pertimbangan yang matang, bukan asal deklarasi. Itulah tata cara melahirkan pemimpin, perlu pertimbangan matang dan jernih,” ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, PDIP melihat ada sekelompok kepentingan yang tidak mau bekerja keras melakukan kaderisasi secara sistemik lalu mengambil jalan pintas.
Cara PDIP cukup menarik juga meredam suasana. Akan tetapi rasanya tak perlu teori panjang dan terkesan ndakik-ndakik tak karuan, hanya sekedar memuaskan semua pihak. Rakyat tentu masih ingat bagaimana ucapan Megawati Soekarno Putri, "Ia akan memilih sosok yang dikehendaki rakyat".
Jadi pertanyaan sederhananya adalah? Diantara ke-10 nama di atas siapa yang paling banyak dikendaki rakyat Indonesia? Pasalnya banyak diantara ke-10 nama di atas tidak dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi satu diantara sosok di atas ada 'skandal paha mulus' segala. Sesederhana itu.
Bagaimana menurut Anda?
Demikian, salam
Sumber Utama : https://seword.com/politik/daftar-polemik-gimmick-dan-taktik-pdip-lewat-10-sxA2Mc8ZBd
Dibalik Ampuhnya Ucapan Jokowi
Sekarang ini sering terdengar masyarakat yang ingin bertemu langsung dengan Jokowi. Mereka ingin langsung bertemu dengan Presiden mereka yang selama ini hanya bisa melihat di layar televisi saja. Selain itu mereka ingin menyampaikan unek-uneknya, aspirasi langsung kepada masyarakat.
Karena jika bertemu langsung dan melaporkan aspirasinya biasanya bisa cepat langsung ditanggulangi. Seperti peternak ayam yang mengeluhkan harga jagung yang mahal. Beberapa minggu kemudian Jokowi mengirim bertruk-truk jagung ke peternak ayam.
Ucapan Jokowi merupakan perintah bagi bawahannya. Karena Jokowi seorang Presiden perintahnya harus dilaksanakan dengan segera. Apalagi Jokowi dikenal sebagai sosok yang teliti, terencana dan selalu memeriksa pekerjaan bawahannya sampai selesai. Dikatakan Jokowi dirinya sering menelepon menteri-menterinya, Kapolri dan yang lainnya pada tengah malam. Saking pentingnya urusan atau pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Sekarang ini banyak pihak yang ketar-ketir terutama pihak-pihak yang berada dalam posisi yang salah. Seperti para preman dan sekarang sedang viral para pengusaha pinjaman online (pinjol).
Sekarang ini sangat ramai topik pemberitaan penggerebekan sejumlah kantor pinjaman online atau pinjol ilegal oleh polisi. Penggerebekan ini terjadi setelah muncul arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyinggung soal pinjol di acara OJK Virtual Innovation day 2021, Senin (11/10).
Saat itu, Jokowi memberikan perhatian soal kemunculan pinjaman online atau pinjol yang merugikan masyarakat. Atas arahan Jokowi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan jajarannya menindak tegas pinjol yang merugikan warga.
Pinjaman online ini sangat marak di Indonesia. Apalagi era teknologi menjadi sarana untuk mempermudah penyebaran berita (iklan) perusahaan pinjaman online. Melalui media sosial seperti facebook, Whatsapp (WA), Instagram dan lain-lain.
Masyarakat umumnya sangat membutuhkan dukungan finansial demi kelangsungan hidupnya. Tidak heran banyak perusahaan finansial yang kantornya penuh dengan masyarakat yang ingin meminjam uang.
Sekarang ini dengan tumbuhnya perusahaan pinjaman online, masyarakat bisa meminjam uang tanpa harus pergi ke kantor finansial. Dengan syarat yang sangat mudah, masyarakat mudah dan cepat memperoleh uang pinjaman.
Tetapi ternyata perusahaan pinjaman online ini kini meresahkan masyarakat. Karena bunganya sangat tinggi. Terkadang bunga yang tinggi tidak diberitahukan kepada masyarakat sebelumnya. Di iklan diberitahukan bunga sangat rendah dan pemberitahuan lain yang menggiurkan.
Setelah masyarakat meminjam uang, ternyata banyak potongan dan bunganya mencekik. Selain itu ketika terlambat masyarakat ditagih dengan keras bahkan cenderung kasar. Di beberapa daerah dikabarkan para penagih tidak segan menggunakan kekerasan fisik.
Sekarang ini mungkin banyak perusahaan nakal sedang ketar ketir. Karena jika terdeteksi oleh Presiden Jokowi berpotensi diberantas habis. Ucapan Presiden akan segera dilaksanakan oleh bawahannya dengan cepat.
Perintah Jokowi memang jadi momok menakutkan bagi beberapa pihak. Berkaca di bulan Juni 2021 lalu, Jokowi juga sempat memberikan atensi untuk Kapolri mengenai premanisme di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat itu Jokowi mendengar keluhan para sopir truk soal premanisme dan pungli di Tanjung Priok. Jokowi kemudian menelepon Kapolri disaksikan para sopir. Dia meminta Kapolri menangkap pelaku pungli dan preman di Tanjung Priok.
Di hari itu juga, sampai malam hari, sejumlah preman dan pelaku pungli diamankan di beberapa kawasan Tanjung Priok. Listyo pun memberikan perintah agar jajaran polda dan polres merazia preman yang dianggap meresahkan masyarakat.
Polri juga langsung melakukan penangkapan massal terhadap para pelaku premanisme. Dalam rentang waktu 11-14 Juni 2021, Polri menangkap 3.283 preman dan pelaku pungli di 1.368 titik.
Tentu masyarakat mengapresiasi jajaran kepolisian yang sudah berhasil membongkar kasus premanisme dan pinjaman online ilegal yang sudah meresahkan. Namun apakah keluhan baru akan ditindak setelah muncul atensi dari Jokowi?
Kita harap kepolisian ataupun pihak yang berwenang lainnya tidak hanya menunggu perintah dari Presiden. Tapi harus bekerja mandiri mencari permasalahan yang dihadapi masyarakat dan segera menanggulanginya. Karena jika hanya menunggu perintah, banyak masalah di masyarakat yang tidak diperhatikan.
Disisi lain Presiden Jokowi mungkin harus mempunyai staff khusus untuk memantau langsung persoalan di masyarakat. Sehingga Presiden bisa sering mengeluarkan perintah kepada bawahannya untuk menanangi masalah tertentu.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/dibalik-ampuhnya-ucapan-jokowi-x7yWDkI5WU
Terbongkar! Drama Terbaru 57 Pecatan KPK, Ngalahin Sinetron ABG!
Drama adalah sebuah bentuk karya sastra. Penyebutan kata “drama” juga dipakai sehari-hari sebagai istilah yang berkonotasi negatif. Biasanya menggambarkan situasi yang diada-adakan, direka-reka, diperagakan sebagaimana sebuah tontonan drama. Tentunya ini bukan karya sastra. Namun hanya sekedar akal-akalan. Untuk memberikan kesan tertentu. Untuk menciptakan narasi tertentu. Untuk mempengaruhi targetnya, agar percaya pada kondisi dan situasi yang dibikin drama itu. Kayak anak abg di sekolahan, yang cari perhatian dengan memainkan drama. Sama halnya dengan politisi yang memainkan drama terzolimi, playing victim. Mencari sensasi dan perhatian publik.
Jika ada sebuah lembaga negara yang tugasnya menangani masalah serius, namun juga mempertontonkan drama lebay. Maka apa yang akan didapat ketika drama itu terbongkar. Ya kecaman dan tertawaan publik kan. Itu lah yang terjadi di KPK. Oknum-oknum pegawainya sangat fasih memainkan drama. Khususnya mereka yang kerap jadi bahan pemberitaan media. Yakni mereka yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK), dan dianggap tidak bisa lagi dibina. Sehingga pilihan satu-satunya buat mereka adalah diberhentikan alias dipecat.
Salah satu dari mereka yang paling banyak diberitakan oleh media adalah Novel Baswedan. Novel ini sepertinya jadi hobi main drama. Terlihat dari pernyataannya yang plin plan. Contohnya, entah sudah berapa kali diberitakan di media massa, bahwa Novel ingin keluar dari KPK. Pasca revisi UU KPK tahun 2019, Novel sudah menyebut-nyebut keinginannya untuk keluar dari KPK Sumber. Kemudian hal itu dia ulangi lagi pada tahun 2020, misalnya saat dia berbincang dengan Karni Ilyas dalam video Youtube pada bulan November 2020 Sumber. Lalu dia ulangi lagi pada bulan Juni tahun ini, pasca hasil asesmen TWK diumumkan. Novel menceritakan lagi bahwa dia sudah ingin mengundurkan diri dari KPK sejak 2019 Sumber.
Ya kalau mau keluar dari KPK, kenapa Novel terus saja omdo (omong doang)? Ngapain diserukan sendiri, tapi tidak juga direalisasikan? Ya kan hehehe… Sementara dalam tahun 2020, ada 43 pegawai KPK yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Dari alasan keluarga, alasan pengembangan karier, hingga mempermasalahkan kondisi KPK Sumber. Kalau bukan drama, apa dong namanya? Lebay deh hehehe…
Lucunya lagi, begitu sampai pada hari terakhir Novel dan 56 pegawai yang tidak lulus TWK di KPK, pada tanggal 30 September lalu, mereka menyatakan akan pergi ke Istana Negara, menemui Presiden Jokowi untuk menanyakan kepastian hukum status mereka. Lalu kemudian menyiapkan langkah hukum gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Padahal seperti yang kita ketahui bersama, baik Mahkamah Agung (MA) maupun (Mahkamah Konstitusi) sudah mengeluarkan keputusan yang mendukung hasil tes TWK.Sumber. Loh? Katanya mau keluar, tapi begitu dipecat malah nggak terima. Jadi maunya apa? Hehehe… Drama lagi.
Besoknya, Novel pun terus saja memainkan drama. Memberi pernyataan lewat akun media sosialnya. Bahwa pada tanggal 30 September itu, dia dan kawan-kawannya itu “resmi berhenti dengan hormat dari KPK”. Menyebut bahwa mereka “keluar dengan kepala tegak karena menjaga integritas” Twitter Sumber. Pernyataan ini menghiasi berbagai media. Seolah Novel dkk (dan kawan-kawan) mengundurkan diri dari KPK, padahal aslinya yang dipecat Sumber. Masak sekelas pegawai KPK tidak bisa membedakan antara berhenti dan diberhentikan? Pantesan nggak bisa membedakan antara korupsi dan kelebihan bayar? Drama teruusss hehehe…
Novel dkk memang kemudian mendapatkan tawaran untuk direkrut oleh Polri. Keinginan untuk merekrut 57 eks pegawai KPK ini disampaikan langsung oleh Kapolri, Listyo Sigit Prabowo. Menurut Kapolri, Presiden Jokowi sudah menyetujuinya. Sudah ada pertemuan awal antara para eks pegawai KPK dengan tim Polri, pada tanggal 4 Oktober lalu. Sesudah itu, pihak eks pegawai KPK ini menyatakan siap berkontribusi di Polri Sumber. Terakhir, Polri sudah menegaskan bahwa tidak akan ada proses seleksi dalam perekrutan mereka Sumber.
Nahhh, kurang enak gimana? Sementara banyak warga masyarakat yang kena PHK selama pandemi, dan sulit sekali untuk mendapatkan pekerjaan baru. Harusnya 57 pecatan KPK ini bersyukur dengan solusi yang mereka dapatkan. Namun ternyata, mereka malah memainkan drama baru. Ini terlihat dari serangkaian berita yang dirilis media sejak awal minggu ini. Coba kita lihat beberapa dari media itu, misalnya dari tempo.co, tribunnews.com dan cnnindonesia.com.
Narasinya serupa dan seragam. Memposisikan 57 esk pegawai KPK ini sebagai korban. Playing victim lagi. Drama lagi. Dan sungguh lebay drama ini. Ketua KPK, Firli Bahuri disebut terus sebagai pihak yang memecat mereka. Memberi kesan semena-mena. Padahal sudah sesuai prosedur. Sudah pula diperkuat dengan putusan MA dan MK. TWK pun jelas dipakai sebagai bagian dari proses seleksi calon PNS, tidak hanya di KPK Sumber. Lalu mereka ini juga langsung mendapatkan posisi di Polri. Kok ya masih sempat-sempatnya memainkan drama lagi.
Tanpa ilmu tertentu, hanya bermodalkan nalar, para netizen pun sukses menguliti drama para eks pecatan KPK ini. Misalnya dalam menanggapi berita dari tempo.co yang disebarkan lewat akun Twitternya, para netizen ramai-ramai mengecam kelakuan mereka. Misalnya, seorang netizen mengecam cara para eks pecatan KPK ini mencari simpati. Mempertanyakan ke mana semua pengalaman di KPK dan ijazah yang mereka punya. Apa nggak laku buat mencari kerja? Katanya orang-orang terbaik, kok cari kerja saja nggak mampu? Sumber.
Netizen lain tanpa basa basi menyebut tidak ada gunanya bagi ke-57 pecatan KPK itu untuk playing victim. Dipecat ya terima saja. Emangnya energi negeri ini dihabiskan cuma untuk mengurus 57 orang itu saja? Sumber. Ada pula netizen yang menyebut mereka manja. Ada yang menyarankan agar mereka jangan banyak gengsi. Jangan hanya mengeluh.
Reaksi yang menohok datang dari seorang dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Ade Iva Wicaksono. Lewat media sosialnya, Ade menyebut berita-berita yang beredar soal eks pecatan KPK sebagai upaya playing victim. Menurut Ade, ada banyak orang di-PHK sejak pandemi. Ada yang tidak berpendidikan tinggi dan tidak mengiba-iba. Ade menyerukan agar para eks pecatan KPK ini menghormati diri mereka sendiri dengan tidak bermain drama playing victim Sumber.
Kalau sudah begini, siapa yang harusnya malu? Siapa lagi kalau bukan Novel dkk? Tanpa mikir lama, tanpa harus menjadi ahli, publik sudah bisa melihat bagaimana drama yang mereka mainkan. Bahkan publik bisa membalik drama itu menjadi senjata makan tuan bagi Novel dkk. Katanya hebat, tanpa cacat, “Raja OTT”, kenapa tidak bekerja saja dengan baik di lembaga lain seperti Polri? Atau bekerja di lembaga swadaya masyarakat anti-korupsi? Nggak perlu drama terus berulang kali. Atau memang sudah kecanduan main drama?Sumber Utama : https://seword.com/politik/terbongkar-drama-terbaru-57-pecatan-kpk-ngalahin-Li2WuI1En5
Predatorial dan Pinjol Bikin Jokowi Geram, Siap-Siap Berurusan Dengan Aparat!
Masuknya pandemi corona ke Indonesia sejak tahun lalu telah membawa pengaruh pada pertumbuhan digital. Tak hanya sisi positif, tapi juga sisi negatif yang tak teralaklan. Banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan, dirumahkan sementara telah mendorong pertumbuhan pinjol alias pinjaman online. Dibalik kemudahan transaksi yang terkadang hanya modal KTP, justru menjadi jerat mematikan dikemudian hari. Pasalnya mereka memasang bunga tinggi disertai ancaman hingga teror tak henti.
Akhirnya solusi keuangan sementara mala menjadi malapetaka di kemudian hari. Untuk itulah Jokowi menitipkan pesan keras ke OJK dan juga jajaran di bawahnya. Agar tak ada lagi penyalahgunaan ruang digital yang mencekik masyarakat. Kalau kominfo sebelumnya diberitakan telah menutup ratusan aplikasi pinjol. Maka selanjutnya tugas mereka untuk edukasi literasi digital ke masyarakat. Selebihnya OJK selalu badan pengawas harus aktif mengawasi pergerakan pinjol, kalau perlu menggandeng aparat.
Sebelumnya dilansir dari tvonenews.com, Presiden Joko Widodo meminta otoritas dan lembaga keuangan untuk menjaga dan mengawal pesatnya perkembangan industri pinjaman online (pinjol). Maraknya perkembangan pinjol harus difasilitasi secara sehat agar dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat bukan justru merugikan masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan presiden di tengah acara OJK virtual Innovation Day 2021 di Istana Negara. Presiden meminta otoritas dan lembaga keuangan untuk menjaga dan mengawal pesatnya perkembangan industri tersebut. Maraknya perkembangan pinjaman online harus difasilitasi secara sehat agar dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat bukan justru membuat masyarakat terjerat bunga atau utang.
"Saya juga memperoleh informasi banyak penipuan dan tindak pidana keuangan telah terjadi. Saya mendengar masyarakat bawah yang tertipu dan terjerat bunga tinggi oleh pinjaman online yang ditekan dengan berbagai cara untuk mengembalikan pinjamannya. Oleh karena itu perkembangan yang cepat ini harus dijaga harus dikawal dan sekaligus difasilitasi untuk tumbuh secara sehat untuk perekonomian masyarakat kita," tegas Jokowi.
Menanggapi Presiden Joko Widodo Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan pihaknya terus berupaya melakukan edukasi dan literasi kepada masyarakat. Untuk menghindari kerugian yang dialami masyarakat saat meminjam secara online, OJK bersama Polri, Kominfo dan UMKM bersama mengentaskan tindak pidana yang terjadi. Edukasi pun terus gencar dilakukan agar masyarakat tahu betul atas resiko dan konsekuensi dari pinjaman online yang dilakukan.
Selain Jokowi, anggota komisi 3 DPR juga telah mewanti-wanti OJK dan Polri dalam menghadapi kasus ini. Seperti diberitakan tribunnews.com, Anggota Komisi III DPR RI Andi Rio Idris Padjalangi meminta Polri dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menindak tegas mengatasi permasalahan maraknya penipuan pinjaman online (pinjol) ilegal yang mulai meresahkan masyarakat saat ini.
"Kepolisian dan pihak terkait harus mencerna pesan dan harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Instruksi presiden tersebut tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pihak terkait, Kepolisian dan OJK harus dapat segera menangkap dan mengatasi permasalahan maraknya penipuan pinjaman online ilegal yang mulai meresahkan masyarakat saat ini," kata Andi Rio kepada wartawan, Selasa (12/10/2021).
Sebagai informasi, bagi masyarakat yang telah tertipu pinjol, ada skema pengaduan yang telah disediakan pemerintah. Seperti dilansir suara.com, masyarakat diminta melaporkan atau mengadukan kasus pinjaman online ilegal melalui Kepolisian lewat website https://patrolisiber.id dan info@cyber.polri.go.id atau Kontak OJK 157 (WA 081157157157), email konsumen@ojk.go.id atau waspadainvestasi@ojk.go.id, laman web aduankonten.id, email aduankonten@kominfo.go.id atau WA 08119224545.
Sementara informasi mengenai daftar fintech lending yang terdaftar di OJK dapat diakses padahttps://bit.ly/daftarfintechlendingOJK
Narahubung OJK: Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik - Anto Prabowo Telp. 021.29600000. Email humas@ojk.go.id
Narahubung Bank Indonesia: Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Erwin Haryono
Telp 021.131. Email bicara@bi.go.id
Narahubung Polri: Divisi Humas Polri Telp 021.110. Email info@cyber.polri.go.id
Narahubung Kemenkominfo: Dedy Permadi email: humas@kominfo.go.id
Narahubung Kemenkop UKM: Kepala Bagian Humas Anang Rachman Telp 02152992798. Email humas@kemenkopukm.go.id
Semoga saja dengan adanya peringatan keras Jokowi dan sinergitas banyak pihak bisa menekan hingga menghilangkan peredaran pinjol ilegal. Masih banyak cara investasi yang layak tanpa harus menimbulkan korban, apalagi dari kalangan menengah ke bawah. Jangan sampai kesusahan rakyat malah dimanfaatkan secara brutal demi keuntungan sesaat. Semoga kedepannya tak hanya aplikasi pinjol ilegal yang ditindak, tapi juga oknum-oknum jahat di belakangnya.
Selebihnya kita harap masyarakat tidak mudah tertipu dengan iming-iming kemudahan pinjaman. Pemerintah di lain sisi juga harus memfasilitasi kemudahan pinjaman lewat Bank (skema tanpa anggunan) maupun lewat koperasi. Kita harus sadar bahwa maraknya kejahatan karena ada celah kekosongan yang bisa dimanfaatkan. Tentunya ini juga harus menjadi bahan masukan bagi OJK, BI dan juga kementrian koperasi dan UKM.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/predatorial-dan-pinjol-bikin-jokowi-geram-siap-aSFXxmQfVu
Formula E Resmi Di Jakarta, FEO Malah Puji Jokowi! Anies?
Bagai menunggu jerawat yang mau pecah, akhirnya kemarin promotor Formula E, FEO (Formula E Operations), merilis resminya Jakarta menjadi tuan rumah ajang balap Formula. Ajang balap ini akan diselenggarakan pada tanggal 4 Juni 2022. Sudah resmi masuk dalam kalender balap Formula E Season 8 2021/2022, yang dipublikasikan di website resmi Formula E.
Tentu hal ini sangat menggembirakan buat Anies dan para pemujanya. Selama ini kan Anies selalu dihujat dan dikecam soal Formula E. Terutama soal uang rakyat yang sudah dikeluarkan lebih dari Rp 1 triliun, tetapi tanpa ada kepastian jadi tidaknya digelar. Bahkan Fraksi PDIP dan PSI di DPRD DKI Jakarta hendak menginterpelasi Anies. Yang malah diboikot oleh 7 fraksi lainnya : PKS, Gerindra, Demokrat, PAN, NasDem, PPP-PKB dan Golkar Sumber. Akhirnya ke-7 fraksi yang menolak interpelasi ini malah melaporkan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi (Fraksi PDIP) ke Badan Kehormatan DPRD DKI Jakarta. Dengan tuduhan maladministrasi Sumber.
Tentu saja langkah ke-7 partai ini seakan mengiyakan tuduhan bahwa mereka sudah dipengaruhi oleh Anies dengan adanya acara makan malam pada akhir bulan Agustus lalu. Sementara itu, ada juga pengamat politik yang mengkaitkan langkah ke-7 partai ini dengan upaya merawat suara buat pemilu 2024. Mereka ini tidak mau bikin tsunami di Jakarta, jika sampai interpelasi itu terjadi. Anies dalam berbagai survei elektabilitas, masih punya nama dan ranking yang tinggi. Artinya masih punya massa pendukung. Jadi boleh dibilang ke-7 partai ini “berusaha untuk tetap menjaga nama besar Anies sampai 2024”, ujar Asrinaldi, pengamat politik dari Universitas Andalas Sumber. Begitulah politik ya.
Memang, seperti yang dianalisa berbagai pihak, ajang Formula E adalah panggung politik terbesar bagi Anies. Sebuah ajang tingkat internasional untuk meningkatkan derajatnya agar bisa sejajar dengan level presiden. Namanya juga mau nyapres. Sementara masa jabatan Anies hanya sampai 2022 saja. Paham lah kita, bagaimana Anies jungkir balik memastikan Formula E jadi digelar di Jakarta tahun depan.
Dengan resminya FEO merilis agenda balap Formula E yang memasukkan Jakarta, maka Formula E ini akhirnya memang jadi juga digelar di Jakarta. Namun itu di pihak FEO. Sementara kenyataannya, masih banyak PR yang harus disiapkan oleh pihak Jakpro (dan Pemprov DKI Jakarta) sebagai penyelenggara di Jakarta. Selain masih menghadapi interpelasi, masih ada soal lokasi yang belum jelas dan belum disiapkan. Bahkan studi kelayakan pun masih belum direvisi, seperti yang diminta oleh BPK dan ditagih terus oleh DPRD DKI Jakarta Sumber. Jadi gimana itu? Sisa waktu hanya tinggal sekitar 7,5 bulan lagi. Jauh sekali dengan kondisi Mandalika yang sirkuitnya sudah bisa dipakai. Mana Jakarta kan sudah dikenal dengan kemacetannya. Bikin sirkuit yang memakai jalan umum pasti akan mengundang kemacetan luar bisa. Mbuh lah hehehe…
Ada satu hal yang secara politis menarik, ketika FEO mengumumkan resminya Jakarta masuk dalam agenda Formula E. Pengumuman ini disampaikan lewat video oleh Alberto Longo, petinggi FEO. Video ini dibagikan khusus untuk penggemar olah raga otomotif di Indonesia. Semacam press release. Memang nama Anies disebut oleh Longo, saat memberikan ucapan selamat. Bahwa dengan adanya Formula E ini Anies “mengirimkan pesan bahwa menggeser kendaraan pribadi dengan transportasi umum dan mempromosikan penggunaan mobil listrik merupakan satu dari beberapa langkah yang akan ditempuh”, untuk mewujudkan udara yang bersih.
Namun, yang dipuji oleh Longo justru Presiden Jokowi. Longo mengapresiasi upaya Presiden Jokowi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi konvensional dan beralih ke energi yang ramah lingkungan. Filosofi ini, menurut Longo, senada dengan pandangan Formula E. "Apalagi dalam merealisasikan filosofi tersebut dan untuk mengambil manfaat dari tren mobil listrik dunia, Presiden Joko Widodo berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi mobil listrik dan baterai mobil," kata Longo Sumber Sumber.
Longo seakan memahami bahwa gelaran Formula E di ibu kota negara tidak bisa hanya berdasarkan pada omongan Anies. Bahwa omongan Anies itu masih mengandung ketidakpastian. Jangan-jangan Alberto Longo tahu soal lokasi yang belum pasti dan studi kelayakan yang belum direvisi? Oleh sebab itu, Longo memasukkan pujian buat Presiden Jokowi. Seakan minta jaminan dari orang yang pangkatnya lebih tinggi dari Anies. Mungkin Longo juga tahu soal sirkuit Mandalika yang memang proyeknya pemerintah pusat, dan progress-nya terjamin pasti bagus. Sementara Formula E? Polemiknya sih pasti dan banyak, sedangkan soal sirkuit dan printilannya malah belum jelas kan? Jangan-jangan nanti Formula E malah jadi panggungnya Presiden Jokowi? Hehehe….Sumber Utama : https://seword.com/politik/formula-e-resmi-di-jakarta-feo-malah-puji-jokowi-kqNohgV65o
Re-post by MigoBerita / Senin/181021/11.26Wita/Bjm