Dituding Antek Asing, Ini Jawaban Keras Jokowi
jpnn.com, BOGOR - Presiden Joko Widodo akhirnya menjawab tudingan sejumlah pihak yang menudingnya sebagai antek asing.
Ini
disampaikannya ketika berbicara di depan ulama dan kader ulama saat
meresmikan pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI Angkatan XII Tahun
2018 di Gedung Tegar Beriman, Kabupaten Bogor pada Rabu (8/8).
"Berkaitan
dengan antek asing. Jokowi itu antek asing. Ini mumpung pas ketemu saya
jawab sekali. Ini baru pertama saya jawab. Mumpung banyak ulama dan
kader ulama," tegas Presiden yang beken disapa Jokowi itu.
"Antek
asing. Bagaimana antek asing? Yang namanya Blok Mahakam yang dulu
dimiliki oleh Jepang, 100 persen kita berikan ke Pertamina. Blok Rokan
dulu dikelola oleh Chevron (asal) Amerika, sudah sekarang diambil oleh
Pertamina 100 persen juga," sambungnya.
Begitu
juga Freeport. Untuk perusahaan yang beroperasi di Papua ini, mantan
wali kota Surakarta tersebut menyebut prosesnya memang sulit.
Sebab,
selama 40 tahun lamanya negara hanya diberi saham 9,3 persen. Anehnya,
kata dia, selama 40 tahun itu semua orang diam saja. Tidak ada yang
bersuara.
"Diem 9 persen. Saya
negoisasi, menteri-menteri saya negosiasi tiga setengah tahun. Alot
sekali. Jangan dipikir negosiasi seperti itu mudah. Sangat alot sekali.
Saya minta jangan mundur, kita mayoritas 51 persen. Ditawar 30 persen,
enggak. 51 persen mayoritas," jelas Jokowi.
Bahkan
proses divestasi saham PT Freeport Indonesia itu, menurut Kepala
Negara, sudah sampai pada penandatanganan Heads of Agreement (HoA)Sumber Berita : https://www.jpnn.com/news/dituding-antek-asing-ini-jawaban-keras-jokowi
Disebut Antek Asing, Ini Jawaban Cerdas Jokowi
JAKARTA, RADARBANGSA.COM
- Presiden Joko Widodo menepis tudingan yang sudah menjurus ke fitnah
soal menjadi antek aseng dan asing. Jokowi memastikan bahwa ia bukanlah
antek asing seperti yang dituduhkan itu.
“Antek asing, bagaimana antek asing? Yang namanya Blok Mahakam, yang dulu dimiliki oleh Perancis dan Jepang, 100% sekarang kita berikan ke Pertamina,” kata Presiden Jokowi di Bogor, Rabu 8 Agustus 2018.
Jokowi menjelaskan bahwa Blok Mahakam yang tadinya dikelola oleh Chevron telah diambil alih pemerintah 100 persen dan diberikan kepada PT Pertamina (Persero), termasuk pembelian saham PT Freeport Indonesia.
“Saya negosiasi, menteri-menteri 3,5 tahun, alot sekali. Jangan dipikir negosisasi seperti itu mudah, sangat alot sekali. Untuk minta, saya sampaikan jangan mundur minta mayoritas 51%. Saya sudah sampaikan, jangan mundur. Ditawar 30%, enggak. Saya sampaikan 51% mayoritas,” jelasnya.
Presiden Jokowi menuturkan, tidak mengerti bagaimana 40 tahun 9% lalu masyarakat pada diam. "Begitu ada kesepakatan head of agreement 51% tidak didukung penuh,” ungkapnya.
“Antek asing, bagaimana antek asing? Yang namanya Blok Mahakam, yang dulu dimiliki oleh Perancis dan Jepang, 100% sekarang kita berikan ke Pertamina,” kata Presiden Jokowi di Bogor, Rabu 8 Agustus 2018.
Jokowi menjelaskan bahwa Blok Mahakam yang tadinya dikelola oleh Chevron telah diambil alih pemerintah 100 persen dan diberikan kepada PT Pertamina (Persero), termasuk pembelian saham PT Freeport Indonesia.
“Saya negosiasi, menteri-menteri 3,5 tahun, alot sekali. Jangan dipikir negosisasi seperti itu mudah, sangat alot sekali. Untuk minta, saya sampaikan jangan mundur minta mayoritas 51%. Saya sudah sampaikan, jangan mundur. Ditawar 30%, enggak. Saya sampaikan 51% mayoritas,” jelasnya.
Presiden Jokowi menuturkan, tidak mengerti bagaimana 40 tahun 9% lalu masyarakat pada diam. "Begitu ada kesepakatan head of agreement 51% tidak didukung penuh,” ungkapnya.
Presiden Jokowi saat mengunjungi Venue Asian Games 2018 (foto: setkab)
Sumber Berita : http://www.radarbangsa.com/ekobis/13982/disebut-antek-asing-ini-jawaban-cerdas-jokowi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Hingga Kamis (9/8/2018), di kubu Joko Widodo dan Prabowo Subianto terjadi dinamika politik di internal partai koalisinya.
Dan rencananya jelang detik-detik terakhir pendaftaran ke KPU, kedua kubu akan menunjukkan pandampingnya di Pilpres 2019.
Jauh sebelum menjalani konstelasi politik di 2018-2019, baiknya rakyat mengetahui jumlah harta kekayaan mereka sebelum maju bertarung.
Berikut perbandingan harta kekayaan Jokowi dan Prabowo berdasarkan laporan harta kekayaan keduanya saat jadi capres 2014, berdasarkan penelusuran TribunJakarta.com:
1. Joko Widodo
Joko Widodo ternyata memiliki nama lain saat masa kanak-kanak yakni Mulyono.
Ayah Jokowi berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan nenek berasal dari desa di Boyolali.
Jokowi sebelum menjadi presiden saat ini, ia merupakan seorang pengusaha meubel.
Bahkan, Jokowi sempat menceritakan pengalamannya menjadi pengusaha selama 27 tahun.
Namanya makin terdengar saat dirinya menjadi Wali Kota Surakarta dan kemudian maju di Pilkada DKI Jakarta 2012.
Lalu berapa harta kekayaan Joko Widodo?
Pada tahun 2018 saat ini, belum diketahui total harta kekayaan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Meski demikian, Jokowi sempat mengumumkan laporan harta kekayaaannya di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (1/7/2014) sesuai dengan laporan yang telah diperiksa KPK.
Jokowi ternyata memiliki harta kekayaan sekitar Rp 29,8 miliar dan USD 27.633 atau sekitar Rp 386 juta (Rp 14.000/USD).
Sehingga total harta kekayaan Jokowi bulan Mei 2014 itu sekitar Rp 30,3 miliar.
Jumlah harta kekayaan itu terdiri dari harta tidak bergerak seperti 24 bidang tanah dan bangunan sekitar Rp 29,453 miliar.
Tak hanya itu, Jokowi juga punya harta bergerak seperti 10 mobil dan dua sepeda motor dengan nilai sekitar Rp 954,5 juta.
Jokowi juga punya toko meubel yang dinilai senilai Rp 527,4 juta.
Bahkan, Jokowi juga punya logam mulia sekitar Rp 27.200.000, batu mulia Rp 15.000.000, barang seni dan barang antik harta bergerak lainnya Rp 319.150.000.
2. Prabowo Subianto
Sosok Prabowo Subianto merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, lahir dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.
Ia menekuni kariernya di bidang militer hingga kemudian pensiun dan menimggalkan Indonesia.
Ia tinggal di Yordania dan Jerman kala itu dan menekuni bisnis bersama sang adik, Hasyim yang telah lebih dulu menjadi pengusaha.
7 tahun Prabowo menekuni bisnis, ia kembali ke tanah air.
Tahun 2004 lalu, ia mencoba mengajukan diri menjadi capres melalui konvensi Partai Golkar.
Meski demikian, tampaknya dirinya belum berhasil di konvensi tersebut dan kemudian membangun jaringan tani.
Tak berhasil menjadi capres, Prabowo diusung menjadi cawapres berpasangan dengan Megawati kala itu.
Namun, kala itu Prabowo belum berhasil.
Hingga kemudian, dirinya mendirikan Partai Gerindra dan menjadi Ketua Dewan Pembinannya.
Tahun 2014 lalu, Prabowo kembali mencoba maju jadi capres dengan didampingi Hatta Rajasa.
Sayangnya, pasangan tersebut belum berhasil menang.
Kini, sosok Prabowo digadang-gadang akan kembali bertarung di Pilpres 2019 mendatang.
Kemudian, Berapa harta kekayaaannya saat ini?
Melansir Kompas.com, berdasarkan laporan harta kekayaan KPK pada 20 Mei 2014, Prabowo memiliki total harta kekayaan Rp 1,6 triliun dan USD 7,5 juta atau sekitar Rp 105 miliar (kurs Rp 14.000).
Dalam laporannya itu, Prabowo tercatat punya tiga peternakan dengan nilai sekitar Rp 12 miliar.
Tak hanya itu, Prabowo juga punya kepemilikan saham 26 perusahaan dengan nilai Rp 1,5 triliun.
Bahkan, Prabowo juga sempat melaporkan harta kekayaannya kala mendampingi Megawati.
Per Mei 2009, total hartanya sekitar Rp 1,57 triliun dan USD 7,57 Juta.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/jumlah-kekayaan-jokowi-prabowo-capai-puluhan-miliar-hingga-1-triliun-lebih-jelang-pilpres-2019?page=all
Dan rencananya jelang detik-detik terakhir pendaftaran ke KPU, kedua kubu akan menunjukkan pandampingnya di Pilpres 2019.
Jauh sebelum menjalani konstelasi politik di 2018-2019, baiknya rakyat mengetahui jumlah harta kekayaan mereka sebelum maju bertarung.
Berikut perbandingan harta kekayaan Jokowi dan Prabowo berdasarkan laporan harta kekayaan keduanya saat jadi capres 2014, berdasarkan penelusuran TribunJakarta.com:
1. Joko Widodo
Joko Widodo ternyata memiliki nama lain saat masa kanak-kanak yakni Mulyono.
Ayah Jokowi berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan nenek berasal dari desa di Boyolali.
Jokowi sebelum menjadi presiden saat ini, ia merupakan seorang pengusaha meubel.
Bahkan, Jokowi sempat menceritakan pengalamannya menjadi pengusaha selama 27 tahun.
Namanya makin terdengar saat dirinya menjadi Wali Kota Surakarta dan kemudian maju di Pilkada DKI Jakarta 2012.
Lalu berapa harta kekayaan Joko Widodo?
Pada tahun 2018 saat ini, belum diketahui total harta kekayaan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Meski demikian, Jokowi sempat mengumumkan laporan harta kekayaaannya di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (1/7/2014) sesuai dengan laporan yang telah diperiksa KPK.
Jokowi ternyata memiliki harta kekayaan sekitar Rp 29,8 miliar dan USD 27.633 atau sekitar Rp 386 juta (Rp 14.000/USD).
Sehingga total harta kekayaan Jokowi bulan Mei 2014 itu sekitar Rp 30,3 miliar.
Jumlah harta kekayaan itu terdiri dari harta tidak bergerak seperti 24 bidang tanah dan bangunan sekitar Rp 29,453 miliar.
Tak hanya itu, Jokowi juga punya harta bergerak seperti 10 mobil dan dua sepeda motor dengan nilai sekitar Rp 954,5 juta.
Jokowi juga punya toko meubel yang dinilai senilai Rp 527,4 juta.
Bahkan, Jokowi juga punya logam mulia sekitar Rp 27.200.000, batu mulia Rp 15.000.000, barang seni dan barang antik harta bergerak lainnya Rp 319.150.000.
2. Prabowo Subianto
Sosok Prabowo Subianto merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, lahir dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.
Ia menekuni kariernya di bidang militer hingga kemudian pensiun dan menimggalkan Indonesia.
Ia tinggal di Yordania dan Jerman kala itu dan menekuni bisnis bersama sang adik, Hasyim yang telah lebih dulu menjadi pengusaha.
7 tahun Prabowo menekuni bisnis, ia kembali ke tanah air.
Tahun 2004 lalu, ia mencoba mengajukan diri menjadi capres melalui konvensi Partai Golkar.
Meski demikian, tampaknya dirinya belum berhasil di konvensi tersebut dan kemudian membangun jaringan tani.
Tak berhasil menjadi capres, Prabowo diusung menjadi cawapres berpasangan dengan Megawati kala itu.
Namun, kala itu Prabowo belum berhasil.
Hingga kemudian, dirinya mendirikan Partai Gerindra dan menjadi Ketua Dewan Pembinannya.
Tahun 2014 lalu, Prabowo kembali mencoba maju jadi capres dengan didampingi Hatta Rajasa.
Sayangnya, pasangan tersebut belum berhasil menang.
Kini, sosok Prabowo digadang-gadang akan kembali bertarung di Pilpres 2019 mendatang.
Kemudian, Berapa harta kekayaaannya saat ini?
Melansir Kompas.com, berdasarkan laporan harta kekayaan KPK pada 20 Mei 2014, Prabowo memiliki total harta kekayaan Rp 1,6 triliun dan USD 7,5 juta atau sekitar Rp 105 miliar (kurs Rp 14.000).
Dalam laporannya itu, Prabowo tercatat punya tiga peternakan dengan nilai sekitar Rp 12 miliar.
Tak hanya itu, Prabowo juga punya kepemilikan saham 26 perusahaan dengan nilai Rp 1,5 triliun.
Bahkan, Prabowo juga sempat melaporkan harta kekayaannya kala mendampingi Megawati.
Per Mei 2009, total hartanya sekitar Rp 1,57 triliun dan USD 7,57 Juta.
Kolase TRIBUNSOLO
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto
Andi Arief: Besar Kemungkinan Demokrat Bakal Tinggalkan Poros Gerindra di Pilpres 2019
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA
- Kekuatan koalisi parpol pengusung Prabowo di Pilpres 2019 terancam
berkurang. Partai Demokrat kemungkinan akan meninggalkan poros Gerindra
dalam Pemilu Presiden 2019.
Hal tersebut diutarakan Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief saat dihubungi, Rabu malam, (8/8/2018).
"Besar kemungkinan kami akan tinggalkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang masuk lumpur politik PAN, PKS, dan Gerindra," ujar Andi Arief.
Keluarnya Demokrat disebut sebut karena Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) terpental dari bursa Calon Wakil Presiden Prabowo.
Terpentalnya AHY, terlebih dikabarkan karena Wakil gubernur Jakarta Sandiaga Uno diduga memberikan mahar kepada PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," katanya.
Menurut Andi, dengan sikap Prabowo dalam menentukan cawapresnya tersebut, Demokrat merasa tidak cocok. Menetukan calon pemimpin melalui uang menurutnya bukan merupakan kultur Demokrat.
"Ini bukan DNA Kami," pungkasnya.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/andi-arief-besar-kemungkinan-demokrat-bakal-tinggalkan-poros-gerindra-di-pilpres-2019
Hal tersebut diutarakan Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief saat dihubungi, Rabu malam, (8/8/2018).
"Besar kemungkinan kami akan tinggalkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang masuk lumpur politik PAN, PKS, dan Gerindra," ujar Andi Arief.
Keluarnya Demokrat disebut sebut karena Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) terpental dari bursa Calon Wakil Presiden Prabowo.
Terpentalnya AHY, terlebih dikabarkan karena Wakil gubernur Jakarta Sandiaga Uno diduga memberikan mahar kepada PAN dan PKS masing-masing Rp 500 miliar.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," katanya.
Menurut Andi, dengan sikap Prabowo dalam menentukan cawapresnya tersebut, Demokrat merasa tidak cocok. Menetukan calon pemimpin melalui uang menurutnya bukan merupakan kultur Demokrat.
"Ini bukan DNA Kami," pungkasnya.
(ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Ketua
Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) dan Ketua Umum Partai
Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan salam kepada media sebelum
melakukan pertemuan tertutup di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara,
Jakarta Selatan, Senin (30/7/2018). Pertemuan tersebut merupakan tindak
lanjut dari komunikasi politik yang dibangun kedua partai untuk Pilpres
2019.
Andi Arief Sebut Ada Mahar 500 M ke PAN & PKS, AHY Terpental dari Bursa Cawapres Prabowo
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Dua
nama yang mengerucut dibahas partai kaolisi Prabowo untuk menjadi calon
wakil presiden (Cawapres) mendampingi Ketua Umum Partai Demokrat
Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) dikabarkan terpental dari bursa Cawapres.
Terpentalnya AHY dari bursa Cawapres Prabowo disebut karena ada dugaan Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno membayar PAN dan PKS masing -masing Rp 500 miliar demi diusung menjadi Calon Wakil Presiden Prabowo.
Hal itu diutarakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Andi Arief.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," kata Andi Arief saat dihubungi, Rabu malam, (8/8/2018).
Oleh karena itu menurut Andi, Demokrat akan keluar dari Poros Gerindra. Demokrat akan berkonsentrasi pada Pemilu legislatif 2019.
"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggallkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang maauk lumpur politik PAN PKS dan Gerindra," katanya.
Sebelumnya Andi membenarkan tulisannya di twitter bahwa Demokrat menolak kedatangan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk menjelaskan peta Cawapres.
Bahkan keinginan Gerindra menjelaskan lewat surat menurut Andi tidak perlu lagi.
Sebelumnya Prabowo memang dijadwalkan akan menyambangi kediaman SBY di kawasan Kuningan, Jakarta pada pukul 20.00 Wib.
Namun sejak sore Prabowo tidak tampak keluar dari kediamannya di Jalan Kertanegara, kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Malah, Pantauan Tribunnews, sejumlah elit partai Gerindra dan tokoh parpol lainya mendatangi kediaman Prabowo. Mereka diantaranya Amien Rais, Fuad Bawazier, dan Zulkifli Hasan.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/sandi-disebut-bayar-mahar-500-m-ke-pan-dan-pks-ahy-terpental-dari-bursa-cawapres-prabowo
Ketua Kogasma Pemenangan Pemilu Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) dikabarkan terpental dari bursa Cawapres.
Terpentalnya AHY dari bursa Cawapres Prabowo disebut karena ada dugaan Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno membayar PAN dan PKS masing -masing Rp 500 miliar demi diusung menjadi Calon Wakil Presiden Prabowo.
Hal itu diutarakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Andi Arief.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," kata Andi Arief saat dihubungi, Rabu malam, (8/8/2018).
Oleh karena itu menurut Andi, Demokrat akan keluar dari Poros Gerindra. Demokrat akan berkonsentrasi pada Pemilu legislatif 2019.
"Baru tadi malam Prabowo datang dengan semangat perjuangan. hanya hitungan jam dia berubah sikap karena uang. Besar kemungkinan kami akan tinggallkan koalisi kardus ini. Lebih baik kami konsentrasi pada pencalegan ketimbang maauk lumpur politik PAN PKS dan Gerindra," katanya.
Sebelumnya Andi membenarkan tulisannya di twitter bahwa Demokrat menolak kedatangan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk menjelaskan peta Cawapres.
Bahkan keinginan Gerindra menjelaskan lewat surat menurut Andi tidak perlu lagi.
Sebelumnya Prabowo memang dijadwalkan akan menyambangi kediaman SBY di kawasan Kuningan, Jakarta pada pukul 20.00 Wib.
Namun sejak sore Prabowo tidak tampak keluar dari kediamannya di Jalan Kertanegara, kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Malah, Pantauan Tribunnews, sejumlah elit partai Gerindra dan tokoh parpol lainya mendatangi kediaman Prabowo. Mereka diantaranya Amien Rais, Fuad Bawazier, dan Zulkifli Hasan.
Grafis TribunWow/Kurnia Aji Setyawan
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Sekjen Gerinda Bantah Tudingan Andi Arief Ada Mahar ke PKS dan PAN Rp 500 Miliar untuk Cawapres
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA
- Cuitan Wakil Sekjan Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut Sandi
menyetor Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo dibantah
oleh Gerindra.
Dikutip dari Tribunnews.com, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Rabu (8/8/2018) malam, membantah tudingan Andi Arief bahwa Sandiaga Uno membayar Mahar
Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo Subianto.
"Saya kira engga benar, saya akan cek dulu," ujar Muzani ditemui di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
Muzani pun mengakui jika nama Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut dikonsultasikan dengan partai-partai koalisi. Selain nama Sandiaga Uno, ia juga menyebut nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Sampai dengan tadi ada dua nama Pak AHY dan Pak Sandi. Kemudian nama-nama itu dikonsultasikan dengam partai-partai konsultasi PKS, PAN dan tentu saja Partai Demokrat dikonsultasikan dari pagi hingga siang hingga malam ini dan hasilnya ya malam ini," ungkap Muzani.
Sebelumnya diberitakan, Wasekjem Partai Demokrat Andi Arief menyebut Sandi menyetor Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo. Opsi duet Prabowo-Sandi memang makin kuat menjelang detik-detik pendaftaran capres.
"Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres," sebut Andi kepada wartawan, Rabu (8/8/2018).
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/sekjen-gerinda-bantah-tudingan-sandiaga-uno-bayar-pks-dan-pan-rp-500-miliar-untuk-cawapres
Dikutip dari Tribunnews.com, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Rabu (8/8/2018) malam, membantah tudingan Andi Arief bahwa Sandiaga Uno membayar Mahar
Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo Subianto.
"Saya kira engga benar, saya akan cek dulu," ujar Muzani ditemui di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
Muzani pun mengakui jika nama Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut dikonsultasikan dengan partai-partai koalisi. Selain nama Sandiaga Uno, ia juga menyebut nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Sampai dengan tadi ada dua nama Pak AHY dan Pak Sandi. Kemudian nama-nama itu dikonsultasikan dengam partai-partai konsultasi PKS, PAN dan tentu saja Partai Demokrat dikonsultasikan dari pagi hingga siang hingga malam ini dan hasilnya ya malam ini," ungkap Muzani.
Sebelumnya diberitakan, Wasekjem Partai Demokrat Andi Arief menyebut Sandi menyetor Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo. Opsi duet Prabowo-Sandi memang makin kuat menjelang detik-detik pendaftaran capres.
"Sandi Uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing Rp 500 M menjadi pilihannya untuk cawapres," sebut Andi kepada wartawan, Rabu (8/8/2018).
adiatmaputra Fajar
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani
Ketua DPP PAN Minta Andi Arief Cabut Pernyataan Soal Tudingan Terima Rp 500 Miliar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Setelah petinggi PKS, giliran PAN membantah tudingan Wakil Sekjen
Demokrat Andi Arif bahwa PAN dan PKS menerima mahar Rp 500 miliar dari
Sandiaga Uno untuk menentukan Cawapres Prabowo di Pilpres 2019.
"Itu tidak benar dan fitnah ya," kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto, saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu malam, (8/8/2018).
Dikutip dari Tribunnes.com, menurut Yandri tudingan Andi Arief bahwa partainya menerima Rp 500 miliar tidak berdasar. Ia mengatakan tidak ada uang mengalir ke partainya dalam penentuan Cawapres.
"Memang enggak ada itu. Itu kan sesuatu yang tidak ada sama sekali. Jadi kita minta Andi Arief cabut pernyataan itu," katanya.
Menurut Yandri mulut Andi Arief tersebut seperti mulut Comberan. Ia meminta Andi Arief menghentikan tudingan tersebut, dan bila tidak maka PAN akan menempuh jalur hukum.
"Itu tidak benar dan fitnah ya. Dan mulut comberan Andi Arief itu harap distop itu, kalau enggak kita akan kita tuntut dia di meja hukum. Tolong dicabut secepatnya itu. Mumpung masih ada waktu klarifikasi. Itu pernyataan tak mendasar," katanya.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/ketua-dpp-pan-minta-andi-arief-cabut-pernyataan-soal-tudingan-terima-rp-500-miliar
"Itu tidak benar dan fitnah ya," kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto, saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu malam, (8/8/2018).
Dikutip dari Tribunnes.com, menurut Yandri tudingan Andi Arief bahwa partainya menerima Rp 500 miliar tidak berdasar. Ia mengatakan tidak ada uang mengalir ke partainya dalam penentuan Cawapres.
"Memang enggak ada itu. Itu kan sesuatu yang tidak ada sama sekali. Jadi kita minta Andi Arief cabut pernyataan itu," katanya.
Menurut Yandri mulut Andi Arief tersebut seperti mulut Comberan. Ia meminta Andi Arief menghentikan tudingan tersebut, dan bila tidak maka PAN akan menempuh jalur hukum.
"Itu tidak benar dan fitnah ya. Dan mulut comberan Andi Arief itu harap distop itu, kalau enggak kita akan kita tuntut dia di meja hukum. Tolong dicabut secepatnya itu. Mumpung masih ada waktu klarifikasi. Itu pernyataan tak mendasar," katanya.
KOMPAS IMAGES
Yandri Susanto
Antara AHY dan Sandiaga Uno, Dua Nama Cawapres yang Akan Dampingi Prabowo di Pilpres 2019
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Setelah sebelumnya disebut sejumlah nama terkait Cawapres pendamping
Prabowo Subianto di Pilpres 2019, kali ini sudah mulai mengerucut.
Bahkan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyatakan, saat ini kandidat calon wakil presiden pendamping ketua umumnya, Prabowo Subianto, tersisa dua nama.
Dua nama itu adalah politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) dan kader Partai Gerindra yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.
"Sampai dengan tadi ada dua nama, pagi tadi. Pak AHY dengan Pak Sandi ya," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
Ia menambahkan, dua nama tersebut terus dibahas bersama partai-partai yang berencana mengusung Prabowo sebagai capres seperti Partai Demokrat, PKS, dan PAN.
Karena itu, kata Muzani, sepanjang hari Rabu (8/8/2018), Partai Gerindra terus bertemu dengan pimpinan partai-partai tersebut. "Jadi dikonsultasikan dari pagi sampai malam, ini dikonsultasikan. Hasilnya ya malam ini mau kami putuskan," ujar Muzani.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno masuk dalam kandidat calon wakil presiden pendamping Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan Fadli saat ditanya wartawan ihwal beredarnya nama Sandiaga dalam kandidat cawapres Prabowo. "Ya masih wacana ya. Ada yang usul," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Fadli mengatakan, nama Sandiaga diusulkan bukan oleh Partai Gerindra, melainkan dari eksternal. Namun, ia enggan mengungkapkan pihak yang mengusulkan Sandiaga sebagai cawapres Prabowo.
Ia mengatakan, pihak yang mengusulkan Sandiaga sebagai cawapres Prabowo bisa berasal dari partai yang selama ini intensif menjalin komunikasi dengan Partai Gerindra atau kelompok tertentu. "Saya kira dari luar ya (usulnya)," ujar Fadli.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/antara-ahy-dan-sandiaga-uno-dua-nama-cawapres-yang-akan-dampingi-prabowo-di-pilpres-2019
Re-Post by MigoBerita / Kamis/09082018/10.07Wita/Bjm
Bahkan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyatakan, saat ini kandidat calon wakil presiden pendamping ketua umumnya, Prabowo Subianto, tersisa dua nama.
Dua nama itu adalah politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) dan kader Partai Gerindra yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.
"Sampai dengan tadi ada dua nama, pagi tadi. Pak AHY dengan Pak Sandi ya," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
Ia menambahkan, dua nama tersebut terus dibahas bersama partai-partai yang berencana mengusung Prabowo sebagai capres seperti Partai Demokrat, PKS, dan PAN.
Karena itu, kata Muzani, sepanjang hari Rabu (8/8/2018), Partai Gerindra terus bertemu dengan pimpinan partai-partai tersebut. "Jadi dikonsultasikan dari pagi sampai malam, ini dikonsultasikan. Hasilnya ya malam ini mau kami putuskan," ujar Muzani.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno masuk dalam kandidat calon wakil presiden pendamping Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan Fadli saat ditanya wartawan ihwal beredarnya nama Sandiaga dalam kandidat cawapres Prabowo. "Ya masih wacana ya. Ada yang usul," kata Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Fadli mengatakan, nama Sandiaga diusulkan bukan oleh Partai Gerindra, melainkan dari eksternal. Namun, ia enggan mengungkapkan pihak yang mengusulkan Sandiaga sebagai cawapres Prabowo.
Ia mengatakan, pihak yang mengusulkan Sandiaga sebagai cawapres Prabowo bisa berasal dari partai yang selama ini intensif menjalin komunikasi dengan Partai Gerindra atau kelompok tertentu. "Saya kira dari luar ya (usulnya)," ujar Fadli.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/antara-ahy-dan-sandiaga-uno-dua-nama-cawapres-yang-akan-dampingi-prabowo-di-pilpres-2019
Pagi ini Prabowo Kunjungi Kediaman SBY, Sekjen Gerindra : Tidak Ada yang Perlu Didamaikan
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Memanasnya hubungan Partai Gerindra dan Demokrat terus berlanjut.
Setelah sebelumnya Prabowo Subianto berkirim surat, rencananya Kamis
(9/8/2018) ini justru akan menemui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di
kediamannya.
Rencananya, pertemuan berlangsung di kediaman SBY di Kuningan, Jakarta.
"Jadi rencananya besok (hari ini), Insya Allah Pak Prabowo akan berjumpa dengan Pak SBY di kediaman beliau (SBY). Jam sedang ditunggu, Insya Allah besok pagi," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/8/2018) dini hari.
Muzani menegaskan tak ada konflik antara Prabowo dan SBY. Komunikasi keduanya masih terjalin dengan baik.
Twit Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menyinggung Prabowo tak memengaruhi hubungan dua pensiunan tentara tersebut.
Karena itu, kata Muzani, tak ada yang perlu didamaikan antara Prabowo dan SBY lantaran tak ada perseteruan.
Ia menambahkan, pertemuan nanti rencananya membahas kelanjutan koalisi yang telah dirintis sejak lama.
"Jadi untuk bicarakan kelanjutan dari koalisi yang telah dirintis selama ini. Jadi karena ada komunikasi yg terputus, sehingga ada pemahaman yang lompat dalam proses ini, sehingga terjadi distorsi informasi," lanjut Muzani.
Sebelumnya Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief mengungkapkan bahwa koalisi yang dibangun partainya bersama Partai Gerindra terancam batal.
Menurut Andi Arief, ada perubahan sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang menyebabkan rencana koalisi terancam batal.
Bahkan, Andi Arief menuding Prabowo berubah sikap karena persoalan materi. "Di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar," kata Andi Arief saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Rabu (8/8/2018) malam.
Adapun persoalan materi yang disebut Andi Arief adalah terkait pemilihan cawapres Prabowo yang ditentukan berdasarkan pertimbangan materi.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/pagi-ini-prabowo-kunjungi-kediaman-sby-sekjen-gerindra-tidak-ada-yang-perlu-didamaikan
Rencananya, pertemuan berlangsung di kediaman SBY di Kuningan, Jakarta.
"Jadi rencananya besok (hari ini), Insya Allah Pak Prabowo akan berjumpa dengan Pak SBY di kediaman beliau (SBY). Jam sedang ditunggu, Insya Allah besok pagi," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/8/2018) dini hari.
Muzani menegaskan tak ada konflik antara Prabowo dan SBY. Komunikasi keduanya masih terjalin dengan baik.
Twit Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menyinggung Prabowo tak memengaruhi hubungan dua pensiunan tentara tersebut.
Karena itu, kata Muzani, tak ada yang perlu didamaikan antara Prabowo dan SBY lantaran tak ada perseteruan.
Ia menambahkan, pertemuan nanti rencananya membahas kelanjutan koalisi yang telah dirintis sejak lama.
"Jadi untuk bicarakan kelanjutan dari koalisi yang telah dirintis selama ini. Jadi karena ada komunikasi yg terputus, sehingga ada pemahaman yang lompat dalam proses ini, sehingga terjadi distorsi informasi," lanjut Muzani.
Sebelumnya Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief mengungkapkan bahwa koalisi yang dibangun partainya bersama Partai Gerindra terancam batal.
Menurut Andi Arief, ada perubahan sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang menyebabkan rencana koalisi terancam batal.
Bahkan, Andi Arief menuding Prabowo berubah sikap karena persoalan materi. "Di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar," kata Andi Arief saat dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Rabu (8/8/2018) malam.
Adapun persoalan materi yang disebut Andi Arief adalah terkait pemilihan cawapres Prabowo yang ditentukan berdasarkan pertimbangan materi.
Abror Rizki
Ketua
Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bertemu Ketua Umum Partai
Gerindra Prabowo Subianto, Senin (30/7/2018), di kediaman Prabowo di
Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Prabowo Subianto Mendadak Kirim Surat ke SBY Terkait Pilpres 2019, Sosok Ini Ungkapkan Isinya
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Partai koalisi kubu Prabowo Subianto dikabarkan memanas. Bahkan,
mendadak Prabowo Subianto menulis surat yang tertuju kepada Ketua Umum
Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Isi surat yang dilayangkan pada Rabu (8/8/2018) itu menjelaskan soal dinamika koalisi.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membenarkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah mengirim surat kepada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY).
"Surat itu adalah surat pemikiran beliau kepada Pak SBY. Bahwa Pak Prabowo menjelaskan di dalam surat yang disampaikan, bahwa selama ini kami Gerindra sudah menjalin komunikasi yang baik dengan PKS dan PAN," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/8/2018) dini hari.
Dalam surat itu, Prabowo juga menyampaikan ia telah menjalin komunikasi dengan para ulama dalam rangka menggalang dukungan di Pilpres 2019.
Ia menambahkan, SBY tak mempermasalahkan isi surat Prabowo tersebut. Apa lagi, lanjut Muzani, pada pertemuan antara Prabowo dan SBY Selasa (7/8/2018), keduanya tampak gembira.
"Dalam pertemuan sebelumnya, Pak SBY mengatakan soal wakil presiden diserahkan sepenuhnya kepada Pak Prabowo. Keputusan siapa pun yang diambil sebagai calon wakil presiden, Demokrat akan turut. Nah pak Prabowo belum mengambil keputusan," ujar Muzani.
"Inilah kira-kira yang akan didiskusikan oleh Pak Prabowo dengan Pak SBY, supaya kelanjutan koalisi ini bisa berhasil. Karena besok malam kami tunggu wakil presidennya Pak Prabowo akan segera kami umumkan," lanjut dia.
Sebelumnya, Wakil Sekjen Demokrat, Andi Arief, menyatakan Prabowo menyampaikan surat kepada SBY ihwal perkembangan koalisi. Menurut Andi, dalam surat tersebut, tidak ada penjelasan yang menurut dia memuaskan bagi Partai Demokrat.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/prabowo-subianto-mendadak-kirim-surat-ke-sby-terkait-pilpres-2019-sosok-ini-ungkapkan-isinya
Isi surat yang dilayangkan pada Rabu (8/8/2018) itu menjelaskan soal dinamika koalisi.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membenarkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah mengirim surat kepada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY).
"Surat itu adalah surat pemikiran beliau kepada Pak SBY. Bahwa Pak Prabowo menjelaskan di dalam surat yang disampaikan, bahwa selama ini kami Gerindra sudah menjalin komunikasi yang baik dengan PKS dan PAN," kata Muzani di kediaman Prabowo, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/8/2018) dini hari.
Dalam surat itu, Prabowo juga menyampaikan ia telah menjalin komunikasi dengan para ulama dalam rangka menggalang dukungan di Pilpres 2019.
Ia menambahkan, SBY tak mempermasalahkan isi surat Prabowo tersebut. Apa lagi, lanjut Muzani, pada pertemuan antara Prabowo dan SBY Selasa (7/8/2018), keduanya tampak gembira.
"Dalam pertemuan sebelumnya, Pak SBY mengatakan soal wakil presiden diserahkan sepenuhnya kepada Pak Prabowo. Keputusan siapa pun yang diambil sebagai calon wakil presiden, Demokrat akan turut. Nah pak Prabowo belum mengambil keputusan," ujar Muzani.
"Inilah kira-kira yang akan didiskusikan oleh Pak Prabowo dengan Pak SBY, supaya kelanjutan koalisi ini bisa berhasil. Karena besok malam kami tunggu wakil presidennya Pak Prabowo akan segera kami umumkan," lanjut dia.
Sebelumnya, Wakil Sekjen Demokrat, Andi Arief, menyatakan Prabowo menyampaikan surat kepada SBY ihwal perkembangan koalisi. Menurut Andi, dalam surat tersebut, tidak ada penjelasan yang menurut dia memuaskan bagi Partai Demokrat.
Ketua
Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai
Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama
(Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah
SBY, Kuningan, Jakarta Selatan.(Dok. Partai Demokrat)
Kedatangan Prabowo Ditolak di Kediaman SBY di Kuningan, Elite Demokrat : Jenderal Kardus
BANJARMASINPOST.CO.ID - Mendekati
pendaftaran ke KPU, koalisi partai kubu Prabowo Subianto justru
memanas. Dinamika yang terjadi, ada pembahasan alot untuk posisi calon
wakil presiden (Cawapres).
Kabarnya, pembahasan Cawapres ini bahkan membuat Demokrat menyatakan akan keluar dari koalisi.
Bahkan pada Rabu (8/8/2018), sejumlah petinggi Partai Demokrat berkumpul di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya itu, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief bahkan dengan keras menyatakan kekecewaannya terhadap kubu Prabowo.
Andi menyebut Prabowo Jenderal Kardus karena lebih mementingkan uang daripada partai.
"Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS," dikutip dari akun Twitter Andi Arief, Rabu malam (8/8/2018).
Saat dikonfirmasi Andi Arief membenarkan tulisannya tersebut. Ia mengaku kecewa karena Prabowo lebih mementingkan uang daripada perjuangan.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk Cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," katanya.
Mengenai hal ini, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membantah tudingan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief bahwa Sandiaga Uno membayar Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo Subianto.
"Saya kira engga benar, saya akan cek dulu," ujar Muzani ditemui di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/kedatangan-prabowo-ditolak-di-kediaman-sby-di-kuningan-elite-demokrat-jenderal-kardus
Kabarnya, pembahasan Cawapres ini bahkan membuat Demokrat menyatakan akan keluar dari koalisi.
Bahkan pada Rabu (8/8/2018), sejumlah petinggi Partai Demokrat berkumpul di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya itu, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief bahkan dengan keras menyatakan kekecewaannya terhadap kubu Prabowo.
Andi menyebut Prabowo Jenderal Kardus karena lebih mementingkan uang daripada partai.
"Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS," dikutip dari akun Twitter Andi Arief, Rabu malam (8/8/2018).
Saat dikonfirmasi Andi Arief membenarkan tulisannya tersebut. Ia mengaku kecewa karena Prabowo lebih mementingkan uang daripada perjuangan.
"Bahwa di luar dugaan kami ternyata Prabowo mementingkan uang ketimbang jalan perjuangan yang benar. Sandi uno yang sanggup membayar PAN dan PKS masing-masing 500 M menjadi pilihannya untuk Cawapres. benar-benar jenderal di luar dugaan," katanya.
Mengenai hal ini, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani membantah tudingan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief bahwa Sandiaga Uno membayar Rp 500 miliar ke PAN-PKS untuk jadi cawapres Prabowo Subianto.
"Saya kira engga benar, saya akan cek dulu," ujar Muzani ditemui di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018).
(ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Ketua
Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) dan Ketua Umum Partai
Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan salam kepada media sebelum
melakukan pertemuan tertutup di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara,
Jakarta Selatan, Senin (30/7/2018). Pertemuan tersebut merupakan tindak
lanjut dari komunikasi politik yang dibangun kedua partai untuk Pilpres
2019.
Usai Heboh 'Jenderal Kardus', Hatta Rajasa Dipanggil SBY
BANJARMASINPOST.CO.ID -
Pernyataan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut Prabowo
Subianto sebagai 'jenderal kardus' menguak permasalahan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Prabowo Subianto.
Sebutan 'jenderal kardus' menyiratkan hubungan Partai Gerindra dengan Partai Demokrat memanas bahkan koalisi yang akan dibangun untuk mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019 terancam bubar.
Andi juga menyebut, rencana Prabowo ke kediaman Susilo Bambang Yudhoyono di Kuningan, Raqbu malam ini batal, karena ditolak.
Di tengah situasi yang memanas itu, mantan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa tampak menyambangi kediaman SBY di Kuningan, Jakarta, Rabu (8/8/2018) malam.
Mengendarai sedan berwarna hitam, Hatta yang juga besan SBY ini enggan turun dari mobilnya dan langsung masuk ke dalam rumah.
Selang beberapa waktu, sejumlah pengurus DPP Partai Demokrat berkumpul di rumah ketua umum mereka.
Tampak di rumah SBY, Sekjen Hinca Panjaitan, Ketua DPP Demokrat Imelda Sari K, Wakil Ketua KPP Boyke Novrizon dan pengurus lainnya.
"Saya tidak tahu. Saya diminta segera datang oleh Pak SBY," jelas Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang juga datang malam itu.
Belum ada pernyataan resmi dari Demokrat mengenai dipanggilnya pengurus ke kediaman SBY.
Sebelumnya, tagar 'jenderal kardus' menjadi trending topik di twitter usai cuitan Andi Arief.
Melalui Twitter miliknya, @Andiarief__, Andi mengatakan sejumlah curhatan yang ia tujukan pada Prabowo dan Gerindra, Rabu (8/8/2018).
Andi menyebutkan bahwa pendapatnya mengenai Prabowo juga terpatahkan.
Bahkan, Andi menyebut Prabowo dengan sebutan jendral kardus. Berikut ini tweet dari Andi Arief:
"Operasi pertama adalah Jokowi Calon tunggal. Jika tidak berhasil maka operasi selanjutnya menunjuk wakil Prabowo yang lemah dengan memanfaatkan kesulitan logistik Prabowo. Kalau sepakbola namanya pengaturan skor".
"Sejak dulu saya ragu apakah gelegar suaranya sama dengan mentalnya. Dia bukan strong leader, dia chicken. Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaakan lewat surat sudah tak perlu lagi".
"Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan.
Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS. Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tulis Andi Arief.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari Andi Arief terkait dengan sebutan 'jenderal kardus' yang diduga ditujukan untuk Prabowo.
Sebutan 'jenderal kardus' menyiratkan hubungan Partai Gerindra dengan Partai Demokrat memanas bahkan koalisi yang akan dibangun untuk mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019 terancam bubar.
Andi juga menyebut, rencana Prabowo ke kediaman Susilo Bambang Yudhoyono di Kuningan, Raqbu malam ini batal, karena ditolak.
Di tengah situasi yang memanas itu, mantan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa tampak menyambangi kediaman SBY di Kuningan, Jakarta, Rabu (8/8/2018) malam.
Mengendarai sedan berwarna hitam, Hatta yang juga besan SBY ini enggan turun dari mobilnya dan langsung masuk ke dalam rumah.
Selang beberapa waktu, sejumlah pengurus DPP Partai Demokrat berkumpul di rumah ketua umum mereka.
Tampak di rumah SBY, Sekjen Hinca Panjaitan, Ketua DPP Demokrat Imelda Sari K, Wakil Ketua KPP Boyke Novrizon dan pengurus lainnya.
"Saya tidak tahu. Saya diminta segera datang oleh Pak SBY," jelas Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang juga datang malam itu.
Belum ada pernyataan resmi dari Demokrat mengenai dipanggilnya pengurus ke kediaman SBY.
Sebelumnya, tagar 'jenderal kardus' menjadi trending topik di twitter usai cuitan Andi Arief.
Melalui Twitter miliknya, @Andiarief__, Andi mengatakan sejumlah curhatan yang ia tujukan pada Prabowo dan Gerindra, Rabu (8/8/2018).
Andi menyebutkan bahwa pendapatnya mengenai Prabowo juga terpatahkan.
Bahkan, Andi menyebut Prabowo dengan sebutan jendral kardus. Berikut ini tweet dari Andi Arief:
"Operasi pertama adalah Jokowi Calon tunggal. Jika tidak berhasil maka operasi selanjutnya menunjuk wakil Prabowo yang lemah dengan memanfaatkan kesulitan logistik Prabowo. Kalau sepakbola namanya pengaturan skor".
"Sejak dulu saya ragu apakah gelegar suaranya sama dengan mentalnya. Dia bukan strong leader, dia chicken. Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaakan lewat surat sudah tak perlu lagi".
"Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus.Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan.
Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS. Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tulis Andi Arief.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari Andi Arief terkait dengan sebutan 'jenderal kardus' yang diduga ditujukan untuk Prabowo.
TRIBUNNEWS.COM/ HERUDIN
Menko Perekonomian Hatta Rajasa
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/09/usai-heboh-jenderal-kardus-hatta-rajasa-dipanggil-sby?page=allRe-Post by MigoBerita / Kamis/09082018/10.07Wita/Bjm